Anda di halaman 1dari 24

No 1.

Sistem Pernapasan
Pergerakan pernapasan berlangsung mulai pada akhir trimester pertama kehamilan di
mana kehadiran alveoli mulai minggu ke-25 kehamilan, dan diisi dengan cairan paru-paru.
Pergerakan pernapasan sekejap ada sekejap tidak ada pada fetus pertukaran gas berlaku antara
tubuh janin dan plasenta. Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang
bercabang,kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini
berlanjut setelah kelahiran sampai usia sekitar delapan tahun hingga jumlah bronkiolus dan
alveolus akan sepenuhnya berkembang, meskipun gerakan napas janin mulai terlihat mulai
trimester kedua dan ketiga. Pengaruh kelahiran yang paling nyata pada bayi adalah putusnya
hubungan plasenta dengan ibu dan terhentinya cara untuk mendukung metabolisme. Hal
yangpaling penting adalah terhentinya suplai oksigen dan ekskresi O2 plasenta. Penyesuaian
plasenta yang pertama diperlukan bayi adalah mulainya pernapasan. Biasanya anak mulai
bernapas segera dan mempunyai irama pernapasan yang normal. Kecepatan fetus mulai bernapas
menunjukkan bahwa bernapas dimulai oleh terpaparnya bayi secara mendadak ke dunia luar,
mungkin akibat dari keadaan asfiksia ringan karena proses kelahiran, tetapi juga akibat impuls
sensori yang berasal dari kulit yang mendadak dingin. Upaya pernapasan pertama seorang bayi
berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan alveolus paru-paru
untuk pertama kali. Produksi surfaktan dimulai pada minggu ke-20 kehamilan, jumlahnya
meningkat sampai paru-paru matang pada minggu ke-30-40 kehamilan. Surfaktan berfungsi
mengurangi tekanan permukaan paru-paru dan membantu menstabilkan dinding alveolus
sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat
setelah akhir pernapasan sehingga dapat menyebabkan sulit bernapas.Ketika lahir, dinding
alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental yang melapisinya. Diperlukan lebih
dari 25 mmHg ke tekanan negatif untuk melawan pengaruh tegangan permukaan tersebut dan
untuk membuka alveoli pertama kalinya.Sekali alveoli terbuka, pernapasan tersebut dapat
dilakukan oleh pergerakan pernapasan yang relatif lemah. Infrinasi baru lahir sangat kuat,
biasanya mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50 mmHg dalam ruangan intrapluera.
Frekuensi napas bayi yangnormal 40-60 kali/menit yang cenderung dangkal dan jika bayi tidak
sedang tidur,kecepatan irama dan kedalamannya tidak teratur.Bayi cukup bulan mempunyai
cairan di dalam paru. Pada waktu persalinan,sekitar ⅓ cairan ini diperas keluar paru. Dengan
beberapa kali tarikan napas pertama,udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir.
Dengan sisa cairan didalam paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe darah.
Dua faktor yang berperan pada perangsangan napas pertama.

PerkembanganSistemOrgan

1.SusunanSarafPusat
Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan lipatan neural (neural folds)
serta penutupan lipatan ini untuk membuat neural tube, yang terbenam ke dalam dinding tubuh
dan berdiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis. Neural tube terbentuk sempurna pada akhir
Minggu ke 4. notokord yang sedang terbentuk memicu ektoderm di atasnya untuk menebal dan
membentuk lempeng neural, yaitu lempeng sel neuroepitel yang mirip sandal dan meninggi.
Lempeng ini menghasilkan susunan sarap pusat.
Pada pertengahan Minggu ke 3, timbul neural groove (arul neural) di bagian tengah lempeng
meural. Di kedua sisi alur terdapat lipatan neural yang membesar di ujung kranial sebagai awal
pembentukan otak. Mesoderm paraksial berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok
jaringan / somit. Somit berdiferensiasi menjadi sklerotom, miotom dan dermtom, yang masing-
masing menghasilkan tulang rangka sumbu, otak rangka dan dermis kulit. Jumlah somit
menunjukkan usta mudtgah. Organ sensorik untuk janin berkembang sekitar pertengahan masa
gestasi.

2.SistemPencernaan
Antara Minggu ke 6 dan 8 perkembangan proliferasi sel epitel yang melapisi bagian dalam
lumen menyebabkan obliterasi yang kemudian secara bertahap mengalami regionalisasi.
Pertumbuhan awal usus sangat cepat sehingga usus keluar ke dalam rongga amnion. Enzim
pencernaan terdapat di sekitar Minggu ke 24 – 28, dengan pengecualian laktasi. Koordinasi
peristaltik usus janin mulai jelas pada Minggu ke 14. Pada Minggu ke 34 sudah terjadi
koordinasi mengisap, menelan, dan peristalsis. Usus mulai menghasilkan mukus yang akhirnya
akan diperlukan untuk melancarkan lewatnya makanan dan fases selama transit. Mukus
menumpuk di usus janin sebagai mekonium.

3.Wajah
Wajah terbentuk antara Minggu ke 5 dan 12 dari arkus brakialis. Hidung tumbuh sebagai pilar
jaringan mata terbentuk dari kombinasi jaringan saraf dan ektoderm khusus. Telinga mula-mula
terletak rendah. Di bawah hidung tonjolan maksilaris meluas untuk membentuk dasar hidung dan
atap mulut. Bibir atas terbentuk dari tonjolan yang meluas untuk bertemu di bagian tengah. Fusi
prosesus maksilaris yang tidak memadai menyebabkan malformasi kongenital mulut fusi
palatuom sempurna pada Minggu ke 11.

4.Tengkorak
Tengkorak terbentuk dari jaringan mesenkim di sekitar otak. Tengkorak di bentuk dari
neurokranium yang melindungi otak dan viserokranium yang membentuk kerangka wajah. Tiap-
tiap elemen tengkorak ini memiliki komponen dan kartilaginosa pada janin. Tulang datar pada
kavaria disatukan untuk sutura fibrosa lunak yang berbuat dari jaringan ikat padat yang
memungkinkan adanya fleksibilitas. Di t4 sutura-sutura bertemu terbentuk enam fontanel (ubun-
ubun) membranosa besar. Fontanel posterior menutup sekitar 3 bulan setelah lahir dan fontanel
posterior menutup saat bayi berusia sekitar 18 bulan.

5.SistemKardiovaskular
Merupakan sistem yang pertama terbentuk beberapa sel di mosederm yolk sac kehilangan
perlekan dan mulai bergerak membentuk kelompok yang disebut pulau darah. Pulau-pulau darah
menyatu, membentuk saluran pembuluh darah yang saling berhubungan untuk membentuk rute
yang jelas. Organisasi rute melintas yolk sac serupa dengan organisasi geografis delta sungai
tempat arus lemah berkonvolusi dan bergabung.

Jantung primitif berkembang dari “tapal kuda” mesoderm embrionik. Sebelah anterior lempeng
prokrodal dan membentuk dua saluran di tiap sisi usus depan membentuk sebuah tabung jantung
tunggal. Atrium primitif terbentuk saat aliran dari vena umbilikus dan plasenta menyatu dengan
pembuluh darah dari kepala hingga menghasilkan volume darah terbesar. Bentuk khas jantung
dihasilkan oleh aliran sel darah di dalam saluran pembuluh yang menyebabkan tabung jantung
mengambil bentuk lengkung huruf S yang akhirnya berbentuk jantung.

Pada hari ke-21 sel yang mengelilingi jantung berdiferensi menjadi sel miokardium yang mampu
menghasilkan respons hingga jantung yang terdiri atas 4 rongga berurutan mulai berdenyut.
Susunan matang rongga jantung tercapai oleh pertumbuhan ke dalam septum ke arah bantalan
atrioventrikel sentral di bagian tengah. Pertumbuhan jantung janin sebagian bergantung pada
after load yang meningkat oleh faktor yang menyebabkan peningkatkan impedansi plasenta.
6.SistemPernafasan
Trakea dan bronkus utama tumbuh sebagai kantung keluar pada saluran pencernaan,
perkembangannya bergantung pada interaksi antara tonjolan endoderm dari usus depan yang
sedang tumbuh dan mesoderm splantik yang diinvasinya sekitar hari ke-22 dan mengalami
percabangan antara hari ke-26 dan 28. Pada Minggu ke-5 perkembangan terbentuk tonjolan
sekunder di cabang kanan x 2 di cabang kiri, yaitu lobus primitif paru. 4 tahapan dalam
perkembangan sistem pernafasan ; fase mudigah (dari Minggu ke 3-ke 37), fase pseu
dokanalikularis (Minggu ke-7 – ke-16), fase kanalikularis (mg 16 – ke 24) dan kantung terminal
(mg ke 24 sampai lahir)

7.SistemPerkemihan
Berkembang dari mesoderm intermeitat dan saling berkaitan erat dengan kelamin selama
perkembangan masa janin terbentuk 3 pasang ginjal ; pronetroi, mesonefroi dan metanefroi.
merupakan struktur transien nonfungsional yang muncul hanya selama beberapa Minggu1.
Pronetroi
muncul pada Minggu ke-4 berfungsi sebagai ginjal antara sampai akhir periode mudigah2.
Mesonefroi
terbentuk mulai Minggu ke-5 dan mulai berfungsi sekitar 4 minggu kemudian3. Metanefro 5
Janin menghasilkan sampai sampai 600 ml urine perhari. Urine menjadi sumber utama cairan
amnion dan juga dihasilkan oleh membran amnion dan paru janin. Janin menelan sebagian besar
cairan amnion

8.OtotdanTungkai
Otot yang pertama terbentuk : otot punggung dari pasangan somit. Pembentukan tulang berkaitan
erat dengan pertumbuhan otot dan sambungan saraf dari korda spinalis. Anggota badan mulai
tampai sebagai tonjolan yang berkaitan dengan somit tertentu pada Minggu ke-4 perkembangan.
Tonjolan anggota badan dibentuk dari migrasi sel otot dari miotom. Osifikasi perubahan ke
struktur tulang dimulai sejak usia 8 minggu tapi tetap belum sempurna saat lahir. Menonjolnya
jumlah tulang rawan di kerangka, mempermudah pengeluaran janin saat melahirkan. Pada
Minggu ke-9 kerangka tubuh hampir sempurna walaupun tulang tengkorak masih terus
dibentuk.
D. Proses Terbentuknya janin laki-laki dan perempuan
Proses terbentuknya janin laki-laki dan perempuan dimulai dari deferensiasai gonad. Awalnya
sel sperma yang berkromosom Y akan berdeferensiasi awal menjadi organ jantan dan yang X
menjadi organ betina. Deferensiasi lanjut kromosom Y membentuk testis sedangkan kromosom
X membentuk ovarium. Proses deferensiasi menjadi testis dimulai dari degenerasi cortex dari
gonad dan medulla gonad membentuk tubulus semineferus. Di celah tubulus sel mesenkim
membentuk jaringan intertistial bersama sel leydig. Sel leydig bersama dengan sel sertoli
membentuk testosteron dan duktus muller tp duktus muller berdegenerasi akibat adanya faktor
anti duktus muller, testosteron berdeferensiasi menjadi epididimis, vas deferent, vesikula
seminlis dan duktus mesonefros. Karena ada enzim 5 alfareduktase testosteron berdeferensiasi
menjadi dihidrotestosteron yang kemudian pada epitel uretra terbentuk prostat dan bulbouretra.
Selanjutnya mengalami pembengkakan dan terbentuk skrotum. Kemudian testis turun ke pelvis
terus menuju ke skrotum. Mula-mula testis berada di cekukan bakal skrotum saat skrotum makin
lama makin besar testis terpisah dari rongga pelvis.
Sedangkan kromosom X yang telah mengalami deferensiasi lanjut kemudian pit primer
berdegenerasi membentuk medula yang terisi mesenkim dan pembuluh darah, epitel germinal
menebal membentuk sel folikel yang berkembang menjadi folikel telur. Deferensiasi gonad jadi
ovarium terjadi setelah beberapa hari defrensiasi testis. Di sini cortex tumbuh membina ovarium
sedangkan medula menciut. PGH dari placenta mendorong pertumbuhan sel induk menjadi
oogonia, lalu berplorifrasi menjadi oosit primer. Pada perempuan duktus mesonefros degenerasi.
Saat gonad yang berdeferensiasi menjadi ovarium turun sampai rongga pelvis kemudian
berpusing sekitar 450 letaknya menjadi melintang.
Penis dan klitoris awalnya pertumbuhannya sama yaitu berupa invagina ectoderm. Klitoris
sebenarnya merupakan sebuh penis yang tidak berkembang secara sempurna. Pada laki-laki
evagina ectoderm berkembang bersama terbawanya sinus urogenitalis dari cloaca.

No 2.

Fungsi dan Struktur Sistem Respirasi


Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
1. Berdasarkan anatomi:
Saluran nafas bagian atas : rongga hidung, faring dan laring
Saluran nafas bagian bawah; trachea, bronchi, bronchioli dan percabangannya sampai alveoli
2. Berdasar fungsionalnya:
Area konduksi: sepanjang saluran nafas berakhir sampai bronchioli terminalis, tempat
lewatnya udara pernapasan, membersihkan, melembabkan & menyamakan udara dg suhu tubuh
hidung, faring, trakhea, bronkus, bronkiolus terminalis.
Area fungsional atau respirasi: mulai bronchioli respiratory sampai alveoli, proses pertukaran
udara dengan darah.

2.2.1 Struktur

Sistem respirasi terdiri dari:


1. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini udara yang masuk ke tubuh dihangatkan, disarung dan dilembabkan.
2. Saluran nafas bagian bawah
Bagian ini menghantarkan udara yang masuk dari saluran bagian atas ke alveoli
3. Alveoli
Terjadi pertukaran gas anatara O2 dan CO2
4. Sirkulasi paru
Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan pembuluh darah vena meninggalkan paru.
5. Paru
terdiri dari :
1) Saluran nafas bagian bawah
2) Alveoli
3) Sirkulasi paru
6. Rongga Pleura
Terbentuk dari dua selaput serosa, yang meluputi dinding dalam rongga dada yang
disebutpleura parietalis, dan yang meliputi paru atau pleura veseralis
7. Rongga dan Dinding Dada
Merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas dalam proses respirasi

2.3 Alat – Alat Pernapasan


2.3.1 Hidung
1. Nares Anterior
Nares anterior adalah saluran – saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu bermuara
ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga) Hidung. Vestibulum ini dilapisi
epitelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat sejumlah
kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga
hidung.
2. Rongga Hidung
Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, bersambung
dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang yang masuk ke
dalam rongga hidung. Hidung Berfungsi: penyaring, pelembab, dan penghangat udara yang
dihirup. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan
tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya
dengan membran mukosa. Dinding lateral cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus,
dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol
ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh
membrane mukosa.
Dasar cavum nasi dibentuk oleh os frontale dan os palatinus sedangkan atap cavum nasi
adalah celah sempit yang dibentuk oleh os frontale dan os sphenoidale. Membrana mukosa
olfaktorius, pada bagian atap dan bagian cavum nasi yang berdekatan, mengandung sel saraf
khusus yang mendeteksi bau. Dari sel-sel ini serat saraf melewati lamina cribriformis os frontale
dan kedalam bulbus olfaktorius nervus cranialis I olfaktorius.
Sinus paranasalis adalah ruang dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam
cavum nasi, sinus ini berfungsi : memperingan tulang tengkorak, memproduksi mukosa serosa
dan memberikan resonansi suara. Sinus ini juga dilapisi oleh membrana mukosa yang
bersambungan dengan cavum nasi. Lubang yang membuka kedalam cavum nasi :
a. Lubang hidung
b. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
c. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan media dan diantara
concha media dan inferior
d. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
e. Ductus nasolacrimalis, dibawah concha inferior. Pada bagian belakang, cavum nasi membuka
kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.

2.3.2 Saluran Pernapasan


1. Faring
adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring)
dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring-laringeal)
2. Laring
Laring (tenggorokan) terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra. Berjalan dari faring sampai ketinggian vertebrae servikalis dan masuk ke
dalam trakea dibawahnya.
Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh ligamen dan
membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah depannya terdapat
benjolan subkutaneas yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan leher. Laring terdiri atas
dua lempeng atau lamina yang bersambung di garis tengah. Di tepi atas terdapat lekukan berupa
V. Tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid, berbentuk seperti cincin mohor dengan mohor
cincinnya disebelah belakang ( ini adalah tulang rawan satu-satunya yang berbentuk lingkaran
lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan aritenoid yang menjulang disebelah
belakang krikoid., kanan dan kiri tulang rawan kuneiform, dan tulang rawan kornikulata yang
sangat kecil.
Terkait di puncak tulang rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan
membantu menutup laring sewaktu menelan. Laring dilapisi jenis selaput lendir yang sama
dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan bagian epiglotis yang dilapisi sel epitelium
berlapis.
Pita Suara terletak disebelah dalam laring, berjakan dari tulang rawan tiroid di sebelah depan
sampai dikedua tulang rawan aritenoid. Dengan gerakan dari tulang rawan aritenoid yang
ditimbulkan oleh berbagai otot laringeal, pita suara ditegangkan atau dikendurkan. Dengan
demikian lebar sela-sela anatara pita-pita atau rima glotis berubah-ubah sewaktu bernapas dan
berbicara.
Suara dihasilkan karena getaran pita yang disebabkan udara yang melalui glotis. Berbagai
otot yang terkait pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup lubang atas laring sewaktu
menelan.
3. Trakea
Trakea atau batang teggorokan kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea berjalan dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima dan ditempat ini bercabanf menjadi dua bronkus
(bronki). Trakea tersusun atas 16 sampai 20 lingkaran tak sempurna lengkap berupa cincin tulang
rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi lingkaran di sebelah
belakang trakea; selain itu juga memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi selaput lendir
yang terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Silia ini bergerak menuju keatas ke arah
laring, maka dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang turut masuk bersama
dengan pernapasan dapat dikeluarkan. Tulang rawan berfungsi mempertahankan agar trakea
tetap terbuka; karena itu, disebelah belakngnya tidak bersambung, yyaitu di tempat trakea
menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang.
Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu
belahan kelenjar yang melingkari sisi-sisi trakea. Trakea torasika berjalan melintasi mediastenum
(lihat gambar 5), di belakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus aorta. Usofagus
terletak dibelakang trakea.
4. Kedua bronkus
yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira vertebra torakalis kelima
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-
bronkus itu berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampak paru-paru. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih lebar dari pada yang kiri; sedikit lebih tinggi daripada arteri pulmonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas; cabang kedua timbul setelah
cabang utama lewat dibawah arteri, disebut bronkus lobus bawah.(lihat gambar 3)
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing daripada yang kanan, dan berjalan dibawah
arteri pulmonalis sebelum dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan
bawah.

2.3.3 Rongga Toraks


Batas-Batas yang membentuk rongga di dalam toraks :
1. Sternum dan tulang rawan iga-iga di depan,
2. Kedua belas ruas tulang punggung beserta cakram antar ruas ( diskus intervertebralis) yang
terbuat dari tulang rawan di belakang.
3. Iga-Iga beserta otot interkostal disamping
4. Diafragma di bawah
5. Dasar leher di atas,
Isi
Sebelah kanan dan kiri rongga dada terisi penuh oleh paru-paru beserta pembungkus
pleuranya. Pleura ini membungkus setiap belah, dan memebentuk batas lateral pada mediastinum
Mediastinum adalah ruang di dalam rongga dada diantara kedua paru-paru. Isinya jantung
dan pembuluh-pembuluh dara besar, usofagus, duktus torasika, aorta descendens, vena kava
superior, saraf vagus dan frenikus dan sejumlah besar kelenjar limfe.

2.3.4 Paru – Paru


Paru-Paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi rongga dada.
Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh jantung beserta pembuluh darah
besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam mediastinum . Paru-paru adalah organ yang
berbentuk kerucut dengan apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada
klavikula di dalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas
diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam
yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan
yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
1. Lobus paru-paru (belahan paru-paru ).
Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus oleh fisura. Paru-paru kanan
mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Sebuah
pipa bronkial kecil masuk ke dalam setiap lobula dan semakin bercabang. Semakin menjadi tipis
dan akhirnya berakhir menjadi kantong kecil-kecil, elastis, berpori, dan seperti spons. Di dalam
air, paru-paru mengapung karena udara yang ada di dalamnya.
2. Bronkus Pulmonaris
Trakea terbelah mejadi dua bronkus utama. Bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-
paru (lihat gambar 3). Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru, bronkus-bronkus pulmonaris
bercabang dan beranting banyak. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan
yang dari trakea mempunyai dinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan
dilapisi epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan
akhirnya tinggal dinding fibrosa berotot dan lapisan bersilia.
Bronkus Terminalis masuk ke dalam saluran yang disebut vestibula. Dan disini membran
pelapisnya mulai berubah sifatnya; lapisan epitelium bersilia diganti dengan sel epitelium yang
pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara – suatu jaringan pembuluh
darah kepiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.
3. Pembuluh Darah dalam Paru-Paru
Arteri Pulmonalis membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventrikel
kanan jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial, bercabang
dan bercabang lagi sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah-belah dan membentuk
kapiler dan kapiler itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara.
Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit, maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah
merah membuat baris tunggal. Alirannya bergerak lambat dan dipisahkan dari udara dalam
alveoli hanya oleh dua membran yang sangat tipis, maka pertukaran gas berlangsung dengan
difusi, yang merupakan fungsi pernapasan.
Kapiler paru-paru bersatu lagi sampai menjadi pembuluh darah lebih besar dan akhirnya dua
vena pulminaris meninggalkan setiap paru-paru membawa darah berisi oksigen ke atrium kiri
jantung untuk didistribusikan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Pembuluh darah yang dilukis sebagai arteria bronkialis membawa darah berisi oksigen
langsung dari aorta toraksika ke paru-paru guna memberi makan dan menghantarkan oksigen ke
dalam jaringan paru-paru sendiri. Cabang akhir arteri-arteri ini membentuk pleksus kapiler yang
tampak jelas dan terpisah dari yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonaris, tetapi
beberapa dari kapiler ini akhirnya bersatu dalam vena pulmonaris dan darahnya kemudian
dibawa masuk ke dalam vena pulmonaris. Sisa darah itudiantarkan dari setiap paru-paru oleh
vena bronkialis dan ada yang dapat mencapai vena kava superior. Maka dengan demikian paru-
paru mempunyai persediaan darah ganda.
4. Hiilus (Tampuk)Paru-Paru dibentuk struktur berikut
1) Arteri Pulmonalis, yang mengembalikan darah tanpa oksigen ke dalam paru-paru untuk diisi
oksigen
2) Vena Pulmonalis yang mengembalikan darah berisi oksigen dari paru – paru ke jantung
3) Bronkus yang bercabang dan beranting membentuk pohon bronkial, merupakan jalan udara
utama.
4) Arteri bronkialis, keluar dari aorta dan menghantarkan darah arteri ke jaringan paru – paru.
5) Vena bronkialis, mengembalikan sebagian darah dari paru – paru ke vena kava superior.
6) Pebuluh limfe, yang masuk – keluar paru – paru, sangat banyak,
7) Persarafan. Paru- paru mendapat pelayanan dari saraf vagus dan saraf simpati.
8) Kelenjar limfe . semua pembuluh limfe yang menjelajahi struktur paru – paru dapat
menyalurkan ke dalam kelenjar yang ada di tampak paru – paru.
9) Pleura. Setiap paru –paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu pleura. Pleura viseralis
erat melapisi paru – paru, masuk ke dalam fisura, dan dengan demikian memisahkan lobus satu
dari yang lain. Membran ini kemudian dilipat kembali di sebelah tampuk paru – paru dan
membentuk pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang melapisi iga-
iga ialah pleura kostalis, bagian yang menutupi diafragma ialah pleura diafragmatika, dan bagian
yang terletak di leher ialah pleura servikalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat
bernama membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan di atas membran ini terletak arteri subklavia.
Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat sedikit eksudat untuk meminyaki permukaannya
dan menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang sewaktu bernapas bergerak.
Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu satu dengan yang lain erat bersentuhan. Ruang atau
rongga pleura itu hanyalah ruang yang tidak nyata, tetapi dalam keadaan tidak normal udara atau
cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas.

No 3.

Histology pernafasan

Struktur Histologi dari Organ dan Saluran Pernafasan


Sistem pernafasan tersusun atas organ pernafasan yang diawali dengan saluran pernafasan yang
terdiri atas rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus serta alveolus, pembuluh darah paru-
paru, pembuluh limfe paru-paru, dan pleura yang terhubung langsung dengan paru-paru.

a) Rongga Hidung

Udara masuk dan keluar melalui rongga hidung. Dengan udara luar dihubungkan oleh lubang
hidung luar (nares eksternal), dengan faring dihubungkan oleh lubang hidung dalam (nares
internal/khoane). Rongga hidung dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut septum basal, menjadi
bagian kiri dan kanan sedangkan dari rongga mulut dibatasi oleh maksila dan tulang langit-langit
mulut. Rongga hidung dilapisi dengan epitel silindris bersilia yang mengandung banyak sel
goblet penghasil lendir. Rongga hidung dilengkapi dengan rambut hidung yang berfungsi sebagai
penghalau benda-benda asing atau debu yang ikut masuk saat menghirup udara. Saat udara
masuk ke hidung, bulu-bulu hidung berperan menyaring partikel-partikel debu yang kasar dan
zat-zat lain. Mukus ini, dalam hubungannya dengan sekresi serosa, juga berperan untuk
membasahi udara yang masuk dan melindungi pembatas alveolar halus dari pengeringan. Selain
itu udara juga dihangatkan oleh jaringan vaskuler superfisial.

b) Laring

Laring merupakan tabung ireguler yang menghubungkan faring dengan trakea. Dalam lamina
propia terdapat sejumlah rawan laring, struktur yang paling rumit pada jalan pernapasan. Rawan-
rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan sebagian besar aritenoid) adalah rawan hialin, dan
pada orang tua sebagian dapat mengalami kalsifikasi. Rawan yang lebih kecil (epiglottis,
cuneiformis, kornikulatum, dan ujung aritenoid) adalah rawan elastin. Ligamentum-ligamentum
menghubungkan rawan-rawan tersebut satu sama lain, dan sebagian besar bersambung dengan
otot-otot intrinsic larynx, di mana mereka sendiri tidak bersambungan karena mereka adalah otot
lurik. Selain berperanan sebagai penyokong (mempertahankan agar jalan udara tetap terbuka)
rawan-rawan ini berperanan sebagai katup untuk mencegah makanan atau cairan yang ditelan
masuk trakea. Mereka juga berperanan dalam pembentukan irama fonasi.

Epiglotis, yang menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring dan karena itu mempunyai
permukaan yang menghadap ke lidah dan laring. Seluruh permukaan yang menghadap ke lidah
dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Ke
arah basis epiglottis pada permukaan yang menghadap laring, epitel mengalami perubahan
menjadi epitel bertingkat toraks bersilia. Kelenjar campur mukosa dan serosa terutama terdapat
di bawah epitel toraks, bebas menyebar ke dalam, yang menimbulkan bercak pada rawan elastin
yang berdekatan. Di bawah epiglottis, mukosa membentuk dua pasang lipatan yang meluas ke
dalam lumen larynx. Pasangan yang di atas merupakan pita suara palsu (atau lipatan vestibular),
dan mereka mempunyai epitel respirasi yang di bawahnya terletak sejumlah kelenjar seromukosa
dalam lamina proprianya. Pasangan yang bawah merupakan lipatan yang merupakan pita suara
asli. Di dalam pita suara, yang diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat berkas-berkas besar
sejajar dari selaput elastin yang merupakan ligamentum vocale. Sejajar dengan ligamentum
terdpat berkas-berkas otot lurik, m.vocalis, yang mengatur regangan pita dan ligamentum dan
akibatnya, waktu udara didorong melalui pita-pita menimbulkan suatu suara dengan tonus yang
tidak sama.

c) Trakea

Trakea merupakan tabung berdinding tipis yang terletak dari basis larynx (rawan krikoid)ke
tempat di mana trakea bercabang menjadi 2 bronkus primer. Trakea dibatasi oleh mukosa
respirasi. Di dalam lamina propria terdapat 16-20 rawan hialin berbentuk seperti huruf C yang
berperanan mempertahankan lumen trake agar tetap terbuka. Ligamentum fibroelastindan
berkas-berkas otot polos (m. trachealis) melekat pada perikondrium dan menghubungkan ujung-
ujung bebas rawan yang berbentuk huruf C tersebut. Ligamentum mencegah peregangan lumen
yang berlebihan, sementara itu otot memungkinkan rawan saling berdekatan. Kontraksi otot
disertai dengan penyempitan lumen trakea dan digunakan untuk respon batuk. Setelah kontraksi,
akibat penyempitan lumen trakea akan menambah kecepatan udara ekspirasi, yang membantu
membersihkan jalan udara.

d) Bronkus T
rakea membelah menjadi 2 bronkus utama yang masuk ke dalam paru-paru pada tiap hilus.
Selain itu, pada tiap-tiap hilus arteòh dan vena seòõ` pembuluh limfe masuk dan meninggalkan
paru-paru. Struktur ini dikelilingi oleh jaringan penyambung padat dan membentuk akar paru-
paru. Setelah masuk ke dalam paru-paru, bronkus primer menuju ke arah bawah dan luar untuk
membentuk 3 bronkus pada paru-paru kanan 2 bronkus pada paru-paru kiri. Bronkus lobaris
bercabang-cabang membentuk bronkus yang lebih kecil yang di sebut Bronkiolus. Masing-
masing bronkiolus masuk ke lobus paru-paru yang membentuk 5-7 bronkiolus terminalis.

Lobulus paru-paru berbentuk piramid dengan apeks yang mengarah ke arah permukaan paru-
paru. Tiap lobulus dibatasi oleh septum jaringan penyambung tipis yang terlihat pada fetus.
Bronkiolus tidak mempunyai kelenjar pada mukosanya tetapi hanya ditunjukkan oleh adanya sel-
sel goblet yang tersebar dalam epitel permulaan(bagian luar). Pada bronkiolus yang lebih besar,
epitelnya bersilia dan kekomplekannya berkurang sehingga menjadi epitel kubis bersilia pada
bronkiolus terminalis. Selain sel-sel bersilia, bronkiolus terminal juga mempunyai sel-sel clara
yang permukaan apikalnya berbentuk seperti kubah yang menonjol ke arah lumen. Sel-sel clara
pada manusia merupakan sel-sel sekretori. Bronkiolus respiratorius dibatasi oleh epitel kubis
bersilia, tetapi pada tepi lubang alveolaris, epitel bronkiolus menuju epitel pembatas alveolus.
Epitel bronkiolus terdiri atas epitel kubis bersilia tetapi pada bagian yang lebih distal, silia
mungkin tidak ada. Bronkiolus respiratorius digunakan untukmenggambarkan fungsi pada
segmen jalannya pernapasan.

Duktus alveolaris dan alveoli dibatasi oleh sel-sel epitel selapis gepeng yang sangat tipis. Dalam
lamina propria, di sekitar tepi alveoli merupakan jala sel otot polos yang saling berhubungan.
Duktus alveolaris bermuara ke dalam atria, ruang yang menghubungkan antara multilokularis
alveoli dengan dua atau lebih alveolaris pada setiap atrium. Serabut-aerabut elastin
memungkinkan alveoli mengembang pada waktu inspirasi dan secara pasif berkontraksi pada
saat ekspirasi. Kolagen berperan sebagai penyokong yang mencegah peregangan yang berlebihan
dan sebagai pencegah kerusakan-kerusakan kapiler halus dan septa alveoli yang tipis.

e) Alveolus

Alveoli ( jamak:alveolus ) merupakan evaginasi kecil seperti kantung dari bronkiolus


respiratorius, duktus alveolaris , dan sakus alveolaris. Alveoli merupakan bagian terminal
cabang-cabang bronkus dan bertanggungjawab akan struktur paru-paru yang menyerupai busa.
Secara struktural alveoli menyerupai kantung kecil yang terbuka pada salah satu sisinya, mirip
sarang tawon. Dalam struktur yang menyerupai mangkok ini, oksigen dan CO2 mengadakan
pertukaran antara udara dan darah. Dinding alveoli dikhususkan untuk menyelenggarakan difusi
antar lingkungan eksterna dan interna. Umumnya, tiap-tiap dinding dari 2 alveoli yang
berdekatan bersatu dan dinamakan septum atau dinding interalveolaris. Septum Alveolaris terdiri
atas dua lapisan epitel pipih tipis yang diantaranya terdapat kapiler-kapiler, jaringan penyambung
merupakan intertisial. Di dalam interstisial septa alveolaris paling kaya akan jaringan kapiler
dalam tubuh.

Untuk mengurang jarak penghalang udara- darah, ke dua lamina basalis umumnya bersatu
menjadi satu lamina basalis yang tipis. Tebal keempat lapisan ini berkisar dari 0,2 m. Dalam
septa imsampai 5 nteralveolaris, kapiler-kapiler pulmonalis yang beranastomosis disokong oleh
jalian serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut ini, yang dirancang agar memungkinkan
pengembangan dan kontraksi dinding alveoli, merupakan struktur primer penyokong alveoli.
Dalam Interstitial septa juga ditemukan leukosit, makrofag, dan fibroblast. Oksigen udara
Alveoli masuk ke dalam kapiler darah melalui membran yang membatasi udara dan alveoli, CO2
berdifusi dengan arah yang berlawanan. Pelepasan CO2 dari H2CO3 dikatalisis oleh enzim
anhidrase karbonat yang terdapat dalam sel-sel darah merah. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan bila eritrosit mengandung enzim tersebut lebih banyak dibandingkan sel-sel lain
di tubuh. Paru-paru kira-kira mengandung 300 juta alveoli, jadi sangat menambah permukaan
pertukaran interna, yang telah dihitung kira-kira 70-80 m2.

Sel endotel kapiler sangat tipis sekali dan mempunyai inti yang lebih kecil, tampak lebih panjang
daripada inti sel-sel pembatas, seringkali mereka bersatu. Endotel yang membatasi kapiler darah
adalah kontinyu dan tidak fenestrata. Secara sitologis, ini dan organel-organel sel yang lain
berkelompok sehingga daerah-daerah lain sel menjadi sangat tipis sekali dalam rangka
menambah efisiensi pertukaran gas. Gambaran yang paling nyata dalam sitoplasma pada bagian
sel yang tipis adalah banyak mengandung vesikel-vesikel pinositik. Sel pipih Alveoler, disebut
juga sel tipe I merupakan sel yang sangat tipis yang membatasi permukaan sel alveoli. Sel ini
sangat tipis, kadang-kadang hanya bergaris tengah 25 nm, sehingga dibutuhkan analisis
mikroskop elektron untuk membuktikan bahwa semua kapiler diliputi oleh epitel pembatas .
Untuk mengurangi tebal penghalang udara-darah, inti dan organel-organel sel pipih berkelompok
sedangkan sekitar inti sitoplasmanya menyebar, membentuk lapisan pembatas yang tipis.
Sitoplasma pada bagian tipis terutama mengandung vesikel pinositotik, yang memegang peranan
penting dalam turnover surfaktan (di jelaskan di bawah) dan pembuangan partikel-partikel kecil
yang merupakan kontaminan dari permukaan luar. Secara sitologis, sel epitel pipih dan sel
endotel kapiler satu sama lain merupakan bayangan cermin.
Selain desmosom, yang menghubungkan sel-sel yang berdekatan, semua sel epitel mempunyai
hubungan okludens yang berperanan mencegah kebocoran cairan jaringan ke dalam celah udara
alveoler. Peranan utama sel ini adalah menyediakan penghalang yang tipis yang sangat
permeabel bagi gas-gas. Sel Alveolar besar, disebut sebagai sel tipe II juga dinamakan sel septal,
ditemukan terselip diantara sel-sel epitel pipih, dimana mereka mempunyai hubungan okludens
dan desmosom. Sel Alveolar besar merupakan sel yang secara kasar kubis yang biasanya
ditemukan dalam kelompokan 2 atau 3 sel sepanjang permukaan alveoli pada tempat-tempat
dimana dinding alveoli bersatu dan membentuk sudut. Sel-sel ini, yang terletak pada lamina
basalis, merupakan bagian dari epitel, karena mempunyai asal yang sama seperti sel epitel pipih
yang membatasi dinding alveoli. Secara sitologis, sel-sel ini mirip jenis sel sekretoris.

Mereka mempunyai mitokondria, retikulum endoplasma granuler, aparatus golgi yang


berkembang baik, dan mikrovili pada permukaan bebasnya. Pada potongan histologis, mereka
menunjukkan sifat sitoplasma yang vesikuler atau berbusa. Vakuola-vakuola disebabkan karena
adanya badan-badan multilameler atau sitosom yang terawetkan dan terdapat pada jaringan yang
disiapkan untuk mikroskop elektron. Badan multilamelar, yang m, mengandung granula-granula
yangmbergaris tengah sekitar 0,2 mempunyai lamel-lamel sejajar konsentrik yang dibatasi oleh
suatu unit membran. Pemeriksaan histokimia menunjukkan bahwa badan-badan ini yang
mengandung fosfolipid, mukosakarida, dan protein, secara kontinyu disintesis dan dikeluarkan
pada permukaan apikal sel. Badan multilameler, yang dikeluarkan satu persatu, menimbulkan
suatu zat yang menyebar diatas permukaan alveolir, membentuk selubung ekstra sel, surfakatan,
yang mempunyai aktivitas permukaan yang unik. Prose sekresi sel tipe III telah dijelaskan
dengan bantuan mikroskop elektron dan radioautografi.

Lapisan surfaktan terdiri atas hipofase proteinaceous cair yang diliputi oleh selaput
monomolekuler fosfolipid, terutama terdiri atas dipalmitoil lesitin. Surfaktan berperan dalam
fungsi utama ekonomi paru-paru. Surfaktan terutama membantu dalam mengurangi regangan
permukan sel pipih alveolar. Tanpa Surfaktan, sel-sel yang sangat tipis ini cenderung akan
membulat, suatu fenomena umum yang diperlihatkan akibat kebutuhan untuk mengurangi energi
yang dikeluarkan untuk mempertahankan permukaan yang lebih luas, yang terdapat pada sel-sel
yang tipis. Pengurangan regangan permukaan, berarti lebih sedikit tenaga inspirasi yang
dibutuhkan oleh alveoli yang mengembang, jadi mengurangi kerja pernapasan. Pada
perkembangan fetus, surfaktan timbul pada minggu terakhir kehamilan dan bersamaan dengan
tinbulnya badan multilameler dalam sel alveoli besar. Pada kelahiaran premetur, bayi sering
menunjukkan kesukaran pernapasan yang mengakibatkan kesulitan pernapasan. Penyakit
membran hialin pada bayi baru lahir telah terbukti sebagai akibat insufisiensi pembentuka
surfaktan, sehingga bayi menderita kesuliatan dalam mengembangkan alveoli.

Untung, sintesis surfaktan dapat dirangsang sehingga sindroma bahaya pernapasan (respiratory
distress syndrome) biasanya menggambarkan kesukaran manajemen yang singkat. Selain sifat
aktif permukaannya, surfaktan mempermudah transport gas antara fase udara dan cair. Surfaktan
juga mempunyai efek bakterisidal yang membantu membuang bakteri yang berpotensial
berbahaya bagi alveoli. Lapisan surfaktan tidak statis tetapi sca konstan mengalami turnover.
Lipoprotein dengan lambat dibuang dari permukaan oleh vesilkel-vesikel pinositotik sel-sel
epitel pipih. Vesikel-vesikel ini mentranpor zat melalui sel dan mengeluarakannya ke dalam
interstitial., dimana akhirny dibuang oleh limfe. Oleh karena itu, zat ini mengalami siklus sekresi
adan reabsorbsi yang kontinyu. Cairan yang membatasi alveoli juga dibuang melalui bagian
konduksi sebagai akibat aktivitas silia. Waktu sekret masuk melalui jalan udara, mereka
berikatan dengan mukus bronkus, membentuk cairan bronko-alveolar. Cairan ini membantu
pembuangan partikel-partikel dan unsur yang berbahaya dari udara inspirasi. Dalam cairan
terdapat beberapa enzim litik (misalnya , lisosim, kolagenase, dan -glukuronidase) yang mungkin
berasal dari makrofag alveolarb

Bila terdapat dalam lumen alveoli, makrofag terletak di luar epitel tetapi di dalam lapisan
surfaktan. Hubngan okludens sekitar pinggir sel-sel epitel mencegah kebocoran cairan jaringan
ke dalam lumen alveoli. Penghalang yang paling tipis antara plasma darah dan udar inspirasi
dikurangi sampai epitel alveoli, lamina basalis yang bersatu, dan endotel kapiler. Walaupun
rupa-rupanya peka terhadap infeksi bakteri dan virus, peradangan kronik tidak terjadi, karena
penghalang terhadap infeksi disediakan oleh makrofag alveoler. Makrofag ini juga dinamakan
sel-sel debu, berasal dari monosit yang asalnya dari sumsum tulang . Mereka ditemukan dalam
septum alveolaris atau sering terlihat menonjol dari dinding alveoli ke dalam lumen. Walaupun
seringkali dianggap bahwa makrofag ini dapat kembali lagi ke interstitial setelah berada dalam
lumen alveoli, bukti terakhir berpendapat bahwa makrofag tidak menembus kembali dinding
alveoli. Banyak yang makrofag yang mengandung debu dan karbon dalam jaringan penyambung
sekitar pembuluh darah utama pada pleura mungkin merupakan sel yang tidak pernah melalui
epitel pembatas. Debu yang telah difagositosis dalam sel-sel ini mungkin berjalan dari lumen
alveoli ke dalam interstitial oleh aktifitas pinositosis sel-sel epitel pipih. Makrofag alveolar yang
mencapai permukaan luar epitel, dalam lapisan surfaktan, dibawa ke pharynk dimana mereka
ditelan. Pada payah jantung, paru-paru mengalami kongesti dengan darah dan sel darah merah
bergerak masuk ke dalam alveoli (diapedesis), dimana mereka difagositosis oleh makrofag
alveoler. Pada kasus ini, makrofag ini dinamakan sel payah jantung dan dan diidentifikasi
dengan reaksi histokimia positif untuk pigmen besi (hemosiderin). Selain sel-sel yang telah
dibicarakan, septum alveoli juga mengandung fibroblast, mast cells, dan suatu sel kontraktil yang
baru saja ditemukan.

Fibroblas interstitial mensintesis serabut-serabut kolagen, elastin, dan zat dasar


glikosaminoglikan. Kolagen merupakan 15-20% masa parenkim dan terutama mengandung
kolagen tipe I dan III. Serabut tipe III mungkin berhubungan dengan serabut retikuler alveoli,
sedangkan kolagen tipe I mungkin terkonsentrasi dalam dinding bagian konduksi dan dalam
pleura. Proliferasi kolagen paru-paru sering terjadi, dan lebih dari 100 penyakit diketahui
dikaitkan dengan fibrosis paru-paru. Sel-sel kontraktil dalam septum ditemukan terikat pada
permukan basal epitel alveoli dan tidak pada sel endotel. Sel-sel ini, yang bereaksi dengan
antiaktin dan antimiosin, berkerut dan mengurangi volume lumen alveoli. In vitro, telah terbukti
bahwa jaringan parenkim paru-paru akan berkerut bila terkena agen farmakologi seperti
epinefrin dan histamin. Septum interalveolaris, mungkin mengandung satu pori atau lebih,
bergaris tengah 10-15 µm, menghubungkan alveoli yang berdekatan. Mereka dapat membuat
tekanan dalam alveoli seimbang atau memungkinkan sirkulasi kolateral udara bila bronkiolus
tersumbat. Pori ini disebut dengan alveolar. Telah terbukti bahwa inhalasi NO2 mengakibatkan
destruksi sebagian besar sel-sel pembatas alveoli ( tipe I dan tipe II ).

Kerja senyawa ini atau zat-zat toksik lainnya dengan efek yang sama diikuti oleh peningkatan
drastis aktivitas mitosis sel-sel sisanya, menimbulkan banyak sel bertipe II. Pada langkah kedua
regenerasi sel pembatas alveoli, sebagian besar sel-sel tipe II diubah menjadi sel-sel tipe I, dan
sel pembatas alveoli kembali ke bentuk yang normal. Kecepatan turnover normal sel tipe II
diperkirakan 1% per hari, mempertahankan pembaharuan yang kontinyu dari tipenya sendiri dan
juga sel tipe I. f) Pembuluh Darah Paru-Paru Sirkulasi pada paru-paru terdiri atas pembuluh yang
memberi nutrisi dan pembuluh fungsional. Sirkulasi fungsional diwakili oleh arteria pulmonalis
dan vena pulmonalis. Areteria pulmonalis sifatnya elastis dan mengandung darah vena yang
harus di oksigenisasi dalam alveoli paru-paru. Dalam paru-paru, pembuluh ini bercabang-
cabang, menyertai percabangan bronkus. Cabang-cabangnya dikelilingi oleh adventisia bronkus
dan bronkiolus. Pada tingkat duktus alveolaris, cabang-cabang arteri ini membentuk jaringan
kapiler yang berhubungan erat dengan epitel alveoli. Paru-paru mempunyai jaringan kapiler yang
sangat halus dan yang perkembangannya sangat baik dalam tubuh. Kapiler-kapiler terdapat
dalam semua alveoli, termasuk alveoli yang terdapat pada bronkiolus respiratorius.

Venula-venula yang berasal dari jaringan kapiler, pada parenkim hanya satu. Mereka disokong
oleh jaringan penyambung tipis yang meliputi dan masuk septa interlobularis. Setelah vena-vena
meninggalkan lobulus, mereka mengikuti cabang-cabang bronkus ke hilus, sampai mereka
ditemukan satu dalam parenkim paru-paru. Pembuluh nutrisi terdiri atas arteria dan vena
bronkialis. Cabang-cabang arteria bronkialis juga mengikuti percabangan bronkus, tetapi hanya
sampai bronkiolus respiratorius, dimana ditempat ini mereka beranastomosis dengan arteria
pulmonalis. Gambar 6. Pembuluh Darah pada Paru-Paru g) Pembuluh Limfe Paru-Paru
Pembuluh limfe mengikuti arteria dan vena bronkialis dan vena pulmonalis, mereka juga
terdapat dalam septa interlobaris, dan semuanya mengalir ke nodus limfatikus pada daerah hilus.
Jaringan limfatik ini dinamakan pembuluh limfe profunda untuk membedakan dengan jaringan
limfe superfisial yang terdiri atas pembuluh-pembuluh limfe yang terdapat pada pleura viseralis.
Pembuluh-pembuluh limfe pada daerah ini mengalirkan limfe ke hilus. Mereka mengikuti
seluruhpanjang pleura atau menembus jaringan paru-paru melalui septa interlobularis. Pada
bagian terminal percabangan bronkus dan diluar duktus alveolaris, pembuluh limfe tidak ada.

h) Pleura

Pleura adalah membran serosa yang meliputi paru-paru. Ia terdiri atas dua lapisan, yaitu parietal
dan viseral, yang bersambungan pada daerah hilus. Kedua membran diliputi oleh sel-sel mesotel
yang terletak pada lapisan jaringan penyambung halus yang mengandung serabut kolagen dan
elastin. Serabut-serabut elastin pleura viseralis bersambungan dengan serabut-serabut yang
terdapat pada parenkim paru-paru. Oleh karena itu, kedua lapisan tersebut membatasai rongga
yang semata-mata dibatasai oleh sel gepeng mesotel. Dalam keadaan normal, rongga pleura ini
hanya mengandung selaput cairan yang bekerja sebagai agen pelumas, memungkinkan
pergeseran halus permukaan satu dengan yang lainnya selama pergerakan respirasai. Pada
keadaan patologis tertentu, rongga pleura dapat berubah menjadi rongga sebenarnya,
mengandung cairan atau udara pada bagian dalamnya. Dinding rongga pleura, seperti semua
rongga serosa (periotenum dan perikardium), sangat permeabel terhadap air dan zat lain. Jadi,
penimbunan cairan pada rongga ini sering terjadi pada keadaan-keadaan patologis. Cairan ini
berasal dari plasma darah dengan cara eksudasi. Sebaliknya, pada keadaan tertentu, cairan atau
gas yang terdapat dalam rongga pleura dengan cepat dapat direabsorbsi.

No :4

Ventilasi pulmonal
Ventilasi adalah masuknya udara dari luar tubuh (atmosfer) kedalam pasru dan keluarnya
udara dari paru kembali ke udara luar melalui system pernapasan.
Ventilasi pulmonal adalah pernapasan yang dimulai dari hidung hingga saluran napas dan
alveolus (jaringan napas)
4 tekanan yang mempengaruhi ventilasi pulmonal
1). Tekanan Atmosfer
Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara atmosfer pada benda dipermukaan bumi.
Pada ketinggian permukaan laut 760 mmHg.
2). Tekanan Pleura
Tekanan cairan diruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada. Tekanan pleura yang
normal pada awal inspirasi (-5 cm air) merupakan nilai isap (tekanan negative) mempertahankan
paru agar tetap terbuka sampai istirahat.
Pengembangan rangka dada akan menarik paru kearah luar dengan kekuatan lebih
besar tekanan jadi lebih negative (-7 cm air)
3). Tekanan Alveoli
Tekanan alveoli bersifat positif dalam keadaan tidak ada udara masuk atau keluar dari paru yaitu
saat akhir ekspirasi biasa, tekanan alveoli ini sama dengan tekanan atmosfer. Tekanan alveoli
harus lebih rendah dari tekanan udara luar saat permulaan inspirasi. Pada akhir inspirasi
maksimal, tekanan alveoli menjadi lebih tinggi dari udara luar dan saat ini dimulailah proses
ekspirasi.
4). Tekanan Transpulmonal
Perbedaan yang ada diantara tekanan alveolus dan pleura pada permukaan luar paru nilai daya
lenting (elastic)
Ventilasi Alveolus adalah kecepatan udara yang baru masuk pada area ini. Perbaruan udara
secara terus-menerus dalam area pertukaran gas, merupakan sebuah penampung pada jaringan
elastin(elastic) . ke elastikan paru ini beragantung pada dua factor, yaitu :
a. Jaringan ikat elastic paru
Setiap jaringan ikat ini mengandung serat-serat elastin yang kemudian elastin itu membentuk
jaringan yang memperkuat elastisitasnya yang membungkus paru
b. Tegangan permukaan alveolus
Ditimbulkan oleh lapisan tipis cairan yang melapisi bagian dalam alveolus, dari gaya tarik tak
seimbang antara ikatan molekul air dipermukaan yang lebih kuat dibanding dengan udara diatas
permukaan. Terdapat cairan dalam elveoli ini yang membuat tegangan permukaanya menjadi
naik.

No:5

2. difusi gas respirasi


 Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.
 Perbedaan konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi.
 Difusi akan terus terjadi hingga seluruh partikel tersebar luas secara merata atau
mencapai keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi.
 Contoh yang sederhana adalah peristiwa respirasi adanya gas yang mengalir dari udara ke
paru paru , ke alveolus dan berpidah lagi ke pembuluh darah dan berakhir ke sel
 Unit alat pernafasan terdiri dari Trachea , Bronchus , Bronkhiolus, yang semua organ
pernafasan itu berupa saluran
 Saluran dari trachea hingga bronchiolus itu secara pasti membuat gas gas pernafasan akan
berjalan menerus berdifusi karena perbedaan tekanan tidak mungkin berhenti ditempat
 dari sinilah keelokan Tuhan kemudian menciptakan kantung kantung kecil alveoli agar
difusi gas gas sementara bisa berhenti dan mengumpul tidak berjalan terus karena berupa lorong
 adanya alveoli sangat baik seperti terminal untuk menaik turunkan penumpang
 gas pernafasan yang berhenti memungkinkan terjadinya pengikatan / berdifusi ke dalam
pembuluh darah dan memasukkan gas pernafasan ke dalam tubuh sehingga bisa berguna
 Gas gas pernafasan yang masuk dan keluar , atrium dan alveoli (kira-kira 300 juta pada
kedua paru-paru
 masing-masing alveolus mempunyai diameter kira-kira 0,25 mm).
 Dinding alveoli sangat tipis, dan di antara banyak dinding itu terdapat berbagai kapiler
yang cukup kuat.
 Aliran darah pada dinding kapiler merupakan suatu sheet dari peredaran darah.
 Jadi jelaslah bahwa gas alveoli hampir sama dengan gas darah kapiler.
 Konsekwensinya pertukaran gas antara udara alveoli dan darah volmonaris terjadi di
seluruh membrana terminal paru-paru.
 Membrana ini disebut membrana respirasi atau membrana vulmonaris.
Faktor yang Mempengaruhi Difusi Gas

 Prinsip dan formula terjadinya difusi gas melalui membrana respirasi sama dengan difusi
gas melalui air dan berbagai jaringan. Jadi, faktor yang menentukan betapa cepat suatu gas
melalui membrana tersebut adalah :
1. ketebalan membrana
2. luas permukaan membrana
3. koefisien difusi gas dalam substansi membrana
4. perbedaan tekanan antara kedua sisi membrana.

 Sering terjadi kecepatan difusi melalui membrana tidak proporsional terhadap ketebalan
membrana sehingga setiap faktor yang meningkatkan ketebalan melebihi 2 – 3 kali dibandingkan
dengan yang normal dapat mempengaruhi secara sangat nyata pertukaran gas pernafasan normal.
 Khusus pada olahragawan, luas permukaan membrana respirasi sangat mempengaruhi
prestasi dalam pertandingan maupun latihan.
 Luas permukaan paru-paru yang berkurang dapat berpengaruh serius terhadap pertukaran
gas pernafasan pada manusia , misalnya kakunya alveolus pada penderita TBC
 Dalam hal koefisien difusi masing-masing gas kaitannya dengan perbedaan tekanan
ternyata CO2 berdifusi melalui membrana kira-kira 20 kali lebih cepat dari O2
 Dan Koefisien difusi O2 dua kali lebih cepat dari N2.
 Dalam hal perbedaan tekanan gas, tekanan gas parsial menyebabkan gas mengalir melalui
membrana respirasi. misalnya diudara PO2 160 mmHg di Alveolus hanya 105 mmHg , maka
terjadilah aliran dari udara ke alveolus , begitu seterusnya
 Dengan demikian, bila tekanan parsial suatu gas dalam alveoli lebih besar dibandingkan
dengan tekanan gas dalam darah pada O2 maka terjadilah difusi O2 dari alveoli ke arah darah
 Tetapi bila tekanan gas dalam darah lebih besar dibandingkan dengan dalam alveoli
seperti halnya CO2 maka difusi terjadi dari darah ke dalam alveoli.

No: 6
3. transportasi gas respirasi
Gas yang telah berdifusi kedalam darah dapat mengalami beberapa kejadian, yaitu :
1). Ada yang larut dalam plasma
2). Masuk kedalam eritrosit dan berikatan dengan Hb
Dengan eritrosit oksigen diangkut kejaringan oleh sirkulasi sistemik, dan karbondioksida juga
diangkut oleh eritrosit diangkut dari jaringan ke alveoli melalui sirkulasi pulmonum.
Pengangkutan oksigen dari alveoli ke jaringan :
Setelah oksigen berdifusi masuk ke dalam melalui kapiler pulmonum. Saat masuk oksigen itu
mengalami beberapa kejadian :
3 % larut dalam plasma
97 % masuk kedalam eritrosit dan berikatan dengan Hb
Efek Bohr : longgarnya ikatan oksigen dengan Hb dijaringan tampaknya dipengaruhi oleh
konsentrasi karbondioksida didaerah itu. Di jaringan karena kadar karbondioksida tinggi akibat
sisa metabolism, oksigen segera dilepaskan. Sedangkan didalam kapiler di alveoli, karena
karbondioksida rendah karena sudah berdifusi kedalam alveoli, maka oksigen diikat kuat oleh
Hb
Peran Hb : menjaga/mempertahankan dan menstabilkan kadar oksigen jaringan
Pengangkutan karbondioksida dari jaringan ke alveoli :
Karbondioksida yang dilepaskan oleh sel sebagai sisa metabolism akan berdifusi keluar melewati
membrane sel sehingga PCO2 jaringan menjadi lebih tinggi dari tekanan karbondioksida darah
Efek Haldane : efek yang ditimbulkan oleh ikatan Hb ddengan oksigen terhadap pengeluaran
karbondioksida dari darah dan dibuang ke alveoli.
Melepaskan oksigen saat tekanan oksigen jaringan mulai berasa dalam level 25
mmHg
Mempertahankan oksigen jaringan saat konsentrasi oksigen darah berubah drastic

Transport Gas Pernapasan


Ventilasi, Difusi, transportasi, perfusi

a) Ventilasi paru

Ventilasi merupakan proses untuk menggerakan gas ke dalam dan keluar paru-
paru.Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan pernapasan yang
utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik
yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servicalkeempat. Perpindahan O2 di atmosfer ke
alveoli,dari alveoli CO2 kembali ke atmosfer.

Faktor yang mempengaruhi proses oksigenasi dalam sel adalah :


a. Tekanan O2 atmosfer
b. Jalan nafas
c. daya kembang toraks dan paru)
d. Pusat nafas (Medula oblongata) yaitu kemampuan untuk meransang CO2 dalam darah
Gambar.ventilasi paru

b) Difusi gas

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di membran kapiler
alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran. Peningkatan ketebalan
membrane merintangi proses kecepatan difusi karena hal tersebut membuat gas memerlukan
waktu lebih lama untuk melewati membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar,
atau efusi pulmonar Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang meningkat
akan mengakibatkan
proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu proses
pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat mengalami perubahan
sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau proses pembedahan. Apabila alveoli
yang berfungsi lebih sedikit maka darah permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke
kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru
Tebal membrane respirasi
Jumlah eryth/kadar Hb
Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
Waktu difusi

Afinitas gas
Gambar.difusi gas

c) Transportasi gas

Gas pernapasan mengalami pertukaran di alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen
ditransfer dari paru- paru alveoli dan kapiler jaringan tubuh. Oksigen ditransfer dari paru- paru
ke darah dan karbon dioksida ditransfer dari darah ke alveoli untuk dikeluarkan sebagai produk
sampah. Pada tingkat jarinagn, oksigen ditransfer dari darah ke jaringan, dan karbon dioksida
ditransfer dari jaringan ke darah untuk kembali ke alveoli dan dikeluarkan. Transfer ini
bergantung pada proses difusi.

- Transpor O2
Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan sitem kardiovaskular. Proses
pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru (ventilasi), aliran
darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi), kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen.
Kapasitas darah untuk membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut
dalam plasma, jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan oksig
en (Ahrens, 1990).
Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif kecil, yakni hanya sekitar 3%.
Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa
oksigen dan karbon dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk
oksi hemoglobin. Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik (revesibel), sehingga
memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah, membuat oksigen menjadi
bebas. Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam jaringan.

Transpor CO2
Karbon dioksida berdifusi ke dalam sel-sel darah merah dan dengan cepat di hidrasi
menjadi asam karbonat(H2 CO3 ) akibat adanya anhidrasi karbonat. Asam karbonat kemudian
berpisah menjadi ion hydrogen(H+ )dan ion bikarbonat (HCO3-) berdifusi dalam plasma. Selain
itu beberapa karbon dioksida yang ada dalam sel darah merah bereaksi dengan kelompok asam
amino membentuk senyawa karbamino. Reaksi ini dapat bereaksi dengan
cepat tanpa adanya enzim. Hemoglobin yang berkurang (deoksihemoglobin) dapat bersenyawa
dengan karbon dioksida dengan lebih midah daripada oksi
hemoglobin. Dengan demikian darah vena mentrasportasi sebagian besar karbondoiksida.

d) perfusi
Perfusi pulmonal adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal
O2 diangkut dlm darah; dalam eritrosit bergabung dgn Hb (oksi Hb) /
Oksihaemoglobin (98,5%) dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma (1,5%)

Fungsi paru, yg mencerminkan mekanisme ventilasi disebut volume paru dan kapasitas paru.

Volume paru dibagi menjadi : :


volume tidal (TV) volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas.
Volume cadangan inspirasi (IRV) , volume udara maksimal yg dapat dihirup
setelah inhalasi normal.
Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah ekhalasi maksimal.

Kapasitas Paru :
Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal
Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi normal.
Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-
paru setelah ekspirasi normal.
Kapasitas total paru (TLC) volume udara dalam paru setelah inspirasi maksimal.

No:7
4. control system pernapasan
Paru-paru bekerja secara otonom, maksudnya tidak ada yang mempengaruhi aktifitasnya, atau
bekerja dengan kehendak sendiri/ otomatis. Kemampuan otonom yang dimiliki paru adalah
sekitar 14-16 kali pernapasan permenit. 1 kali pernapasan = 1 x inspirasi + 1 x ekspirasi.
Pola napas pada saat tubuh menjalani exercise tidak bisa dipertahankan secara otonom karena
tubuh kala itu butuh pasokan oksigen lebih banyak dari biasanya, sehingga harus dibantu dengan
faktor lain.
Secara umum, sistem kontrol respirasi diambil alih oleh kerja sistem saraf pusat di bagian
bilateral medula oblongata dan pons pada batang otak. Daerah ini dibagi menjadi 3 kelompok
neuron utama :
1. Kelompok pernapasan dorsal, terletak di bagian dorsal (belakang) medula yang
terutama menyebabkan inspirasi.
2. Kelompok pernapasan ventral, terletak di ventrolateral (depan samping)
medula, yang terutama menyebabkan inspirasi dan ekspirasi yang lebih dalam.
3. Pusat pneumotaksik, terletak di sebelah dorsal bagian superior pons, tepatnya di
sebelah dorsal nuklous parabrakialis pada pons bagian atas, yang terutama mengatur
kecepatan dan kedalaman napas.
Adalagi yang namanya saraf-saraf sensoris yang mendeteksi paru. Perlu diingat bahwa saraf-
saraf sensoris ini berujung sebagai reseptor, seperti kemoreseptor perifer, baroreseptor dan
reseptor2 lainnya di dalam paru. Nanti kumpulan reseptor-reseptor ini akan bergabung menjadi
nucleus traktus solitarius yakni ujung akhir dari saraf sensoris pernapasan yang terdapat pada
nervus vagus dan nervus glosofaringeus. Pada akhirnya kedua nervus ini akan berhubungan
dengan kelompok pernapasan bagian dorsal. Melalui ini, mekanisme penghantaran informasi dari
paru ke pusat respirasi bagian dorsal bisa berlangsung.
Pernapasan Normal
Pada pernapasan biasa, pusat saraf dorsal akan melepaskan sinyal inspirasi ritimis (yang teratur).
Kalau di guyton disebutkan bahwa pelepasan sinyal2 inspirasi ritmis ini belum diketahui
penyebabnya. Sinyal inspirasi yang dilepaskannya ini berupa sinyal yang landai (ramp signal),
gunanya supaya inspirasi kita itu terjadi secara perlahan dan dapat meningkatkan volume paru
dengan mantap, sehingga kita tidak bernapas terengah-engah. Perlu diingat lagi bahwa sinyal-
sinyal ini akan dihantarkan ke paru dan otot2 diafragma melalui saraf2 motorik pernapasan.
Setelah pusat dorsal melepaskan sinyal inspirasi yang landai tersebut, pusat pneumotaksik akan
mentransmisikan sinyal ke area inspirasi. Efek utama di sini adalah mengatur titik “penghentian”
inspirasi landai, dengan demikian mengatur lamanya proses inspirasi. Kalau sinyal pneumotaksik
ini kuat, inspirasi dapat berlangsung hanya dalam 0,5 detik, akibatnya volume inspirasi juga
sedikit; kalau sinyal pneumotaksik ini lemah, inspirasi dapat berlangsung terus selama 5 detik
bahkan bisa lebih, akibatnya volume inspirasi menjadi banyak sekali.
Nah, kalau sinyal inspirasi landai itu telah berhenti, maka paru secara otomatis akan mengalami
fase ekspirasi. Paru-paru kita mempunyai suatu sifat istimewa yakni elastis dan punya daya
lenting. Jadi ekspirasi ini terjadi sebagai imbas dari inspirasi, dimana disini udara yang keluar
tentunya telah bertukar dengan CO2. Tegasnya, ekspirasi tenang yang normal, murni disebabkan
akibat sifat elastis daya lenting paru dan rangka toraks. (guyton hal.540)
Pernapasan yg Lebih Dalam
Nah, kalau kita bernapas lebih dalam, disini baru terjadi peranan dari kelompok saraf pernapasan
bagian ventral. Sedangkan pada pernapasan tenang yang normal, kelompok saraf ventral ini
inaktif. Bila rangsangan pernapasan guna meningkatkan ventilasi paru menjadi lebih besar dari
normal, sinyal respirasi yang berasal dari mekanisme getaran dasar di area pernapasan dorsal
akan tercurah ke neuron pernapasan ventral. Akibatnya, area pernapasan ventral turut membantu
merangsang pernapasan ekstra. Rangsangan area ventral ini berupa rangsangan listrik yang
menyebabkan inspirasi dan juga ekspirasi. Tetapi yang paling penting disini adalah sinyal untuk
ekspirasi, karena sinyal2 ini langsung dihantarkan dengan kuat ke otot-otot abdomen selama
ekspirasi yang sangat sulit. Intinya, pernapasan ventral ini gunanya sebagai pendorong bila
dibutuhkan ventilasi paru yang lebih besar, khususnya selama latihan fisik berat.
Pembatasan sinyal inspirasi oleh refleks Hering-Breuer
Selain sinyal pusat pneumotaksik, masih ada sinyal-sinyal saraf sensoris yang berasal dari paru
untuk membantu mengatur pernapasan. Yang paling penting adalah yang terletak di bagian otot
dinding bronkus dan bronkiolus seluruh paru, yaitu reseptor regang, yang menjalarkan sinyal
melalui nervus vagus ke kelompok neuron pernapasan dorsal apabila paru-paru menjadi sangat
teregang akibat inspirasi terlalu lama. Sinyal ini akan “menghentikan” inspirasi landai yang
dilepaskan oleh pusat pernapasan dorsal tadi. (kurang lebih mekanisme penghentiannya mirip
dengan penghentian oleh sinyal pusat penumotaksik). Ini disebut refleks inflasi Hering-Breuer.
Refleks ini juga ikut meningkatkan kecepatan pernapasan, sama halnya dg sinyal pneumotaksik.
[an baca di gayton, refleks ini kemungkinan tidak diaktifkan sampai volume tidal meningkat dari
3 kali normal, jadi refleks ini terutama muncul sebagai mekanisme protektif untuk mencegah
inflasi (peregangan) paru yang berlebihan daripada yang dibutuhkan biasanya.]
Pengaturan kimiawi CO2 dan H+ di area kemosensitif
 Di dekat medula oblongata, tepatnya 0,2 mm di bilateral (samping) area pernapasan
ventral, ada suatu area neuron yang sangat sensitif dengan perubahan konsentrasi CO2 ataupun
ion H+ dalam darah. Area ini disebut area kemosensitif. Area ini bakal merangsang bagian lain
dalam pusat pernapasan.
 Apabila suatu saat konsentrasi CO2 dan H+ yang dihasilkan jaringan otak meningkat, ia
akan berdifusi ke dalam sawar darah otak. Perlu diingat, bahwa sawar darah di otak ini punya
dinding yang khusus, dimana ia hanya mengizinkan zat-zat tertentu untuk lewat. (semacam
benteng pertahanan, yang lebih dikenal dengan Blood Brain Barrier/ BBB). Nah, CO2 ini sangat
permeable terhadap BBB tsb, namun tidak permeable sama sekali terhadap ion H+, sehingga
yang mudah berdifusi ke sawar darah otak adalah CO2.
 Sawar darah otak ini juga dilengkapi dengan neuron-neuron kemosensitif yang bakal
mendeteksi perubahan konsentrasi CO2 dalam sawar darah. CO2 di dalam sawar darah otak ini
bakal bereaksi dengan air membentuk ion H+ dan asam HCO3-. Nah, H+ yang dihasilkan
melalui reaksi inilah yang sebenarnya lebih merangsang area kemosensitif melalui neuron2
kemosensitif tadi. Apabila area kemosenstif ini terangsang, maka pusat pernapasan lainnya ikut
terangsang dan pola napas pun mengalami perubahan.

Anda mungkin juga menyukai