228 - Rekayasa Hidrologi PDF
228 - Rekayasa Hidrologi PDF
BAB I
SIKLUS HIDROLOGI
A. Pendahuluan
Ceritakan proses terjadinya hujan !
Dalam bab ini akan dipelajari, pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air dan
neraca air.
Tujuan yang ingin dicapai (TIK) setelah mengikuti materi ini adalah mahasiswa akan dapat :
a. Menjelaskan pengertian hidrologi dengan benar
b. Menjelaskan dan menggambar siklus hidrologi dengan baik dan benar.
c. Menjelaskan tentang sifat-sifat air dengan benar.
d. Menjelaskan hubungan antara sirkulasi air dan neraca air dengan baik.
B. Penyajian
1.1. Pengertian Hidrologi
Hidrologi termasuk salah satu cabang ilmu geografi (ilmu bumi) dan sudah mulai
dikembangkan oleh para filsuf kuno, antara lain dari Yunani, Romawi, Cina dan Mesir. Dimana
air dianggap sebagai bagian dari unsur utama bersama-sama dengan bumi, udara dan api.
Secara harafiah “hidrologi” berasal dari bahasa Yunani, yakni “hydro” dan “loge”. Hydro
berarti sesuatu yang berhubungan dengan air dan loge berarti pengetahuan. Jadi hidrologi
adalah ilmu pengetahuan yang secara khusus mempelajari tentang kejadian, perputaran dan
penyebaran air di atmosfir dan permukaan bumi serta di bawah permukaan bumi. Secara luas
hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi antara keadaan cair, padat,
dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air
laut yang merupakan sumber dan penyimpan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi
ini.
Ruang lingkup hidrologi mencakup :
1. pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.
2. deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
3. analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada pada hidrologi.
4. aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.
1
MK. Hidrologi John Frans
Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan ilmu lain, seperti
meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan hidrolika.
Menurut The International Association of Scientific Hydrology, hidrologi dapat dibagi menjadi:
1. Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface streams)
2. Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
3. Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah permukaan
tanah (mempelajari air tanah = groundwater)
4. Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
5. Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema yang
ada diantara hidrologi dan meteorologi.
2
MK. Hidrologi John Frans
3
MK. Hidrologi John Frans
4
MK. Hidrologi John Frans
f). Hujan
Tetes-tetes air hasil kondensasi terlalu kecil untuk dapat jatuh ke bumi, tetes-tetes air yang
sangat kecil ini mungkin akan menguap kembali.
Dengan bantuan transportasi angin, maka dapat diperkirakan bahwa sampai satu juta tetes-
tetes air yang sangat kecil tadi akan bertumpuk dan membentuk satu tetes air yang lebih besar.
Tetes-tetes air besar inilah yang dapat jatuh sampai ke permukaan bumi sebagai tetesan hujan.
Di daerah iklim sedang dengan ketinggian tertentu, kristal-kristal es bertumpuk dengan tetes-
tetes air yang sangat kecil tadi dan membentuk satu gumpalan es. Gumpalan es ini akan
meleleh pada waktu jatuh dan sampai ke bumi sebagai tetesan hujan.
Hujan lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dibandingkan dengan dataran rendah, karena
suhu udara jenuh uap air, akan mengalami penurunan suhu setelah dibawa oleh angin dari
dataran rendah ke pegunungan.
Besarnya curah hujan di pegunungan ditambah dengan pepohonan yang lebat menyebabkan
ketersediaan air bersih di pegunungan relatif banyak.
5
MK. Hidrologi John Frans
6
MK. Hidrologi John Frans
7
MK. Hidrologi John Frans
8
MK. Hidrologi John Frans
d. Transportasi, yaitu proses pengangkutan awan/uap air oleh angin menuju ke daerah
tertentu yang akan kejatuhan hujan
e. Hujan, yaitu proses jatuhnya tetes-tetes air “besar” (tumpukan tetes-tetes air kecil hasil
kondensasi) sampai ke permukaan bumi
f. Infiltrasi, yaitu gerakan air hujan menembus permukaan tanah kemudian masuk ke dalam
tanah (Peresapan)
g. Perkolasi, yaitu proses penyaringan air melalui pori-pori halus tanah sehingga air dapat
meresap dalam tanah (Peresapan)
h. Aliran Air Dalam Tanah, yaitu air hujan yang meresap ke dalam tanah dan mengalir di atas
lapisan kedap air sampai muncul kembali di permukaan tanah sebagai mata air, atau
mengalir hingga ke laut.
i. Aliran Air Permukaan, yaitu air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah melainkan
menggenang atau mengalir di permukaan tanah.
Evaporasi dari
air permukaan
Limpasan Permukaan
Awan
Transpirasi
Hujan
Evaporasi
Evaporasi dari daratan
dari laut
Permukaan phreatik
(muka air tanah)
9
MK. Hidrologi John Frans
10
MK. Hidrologi John Frans
Siklus hidrologi merupakan suatu sistim yang tertutup, dalam arti bahwa pergerakan air
pada sistim tersebut selalu tetap berada di dalam sistimnya. Siklus hidrologi terdiri dari enam
sub sistim yaitu :
a. air di atmosfir
b. aliran permukaan
c. aliran bawah permukaan
d. aliran air tanah
e. aliran sungai/saluran terbuka
f. air di lautan dan air genangan
Air di lautan dan genangan (danau, rawa, waduk), oleh karena adanya radiasi matahari
maka air tersebut akan menguap ke dalam atmosfir. Uap air akan berubah menjadi hujan
karena proses pendinginan (kondensasi). Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan bumi
akan menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan sebagian meresap ke dalam tanah menjadi
aliran bawah permukaan melalui proses infiltrasi dan perkolasi, selebihnya akan berkumpul di
dalam jaringan alur (sungai alam atau buatan) menjadi aliran sungai atau saluran terbuka dan
mengalir kembali ke laut. Sebagian air hujan yang tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dan
sebagian lagi yang jatuh langsung ke dalam laut dan danau akan menguap kembali ke atmosfir.
Sebagian dari air bawah permukaan kembali ke atmosfir melalui proses penguapan dan
transpirasi oleh tanaman dan sebagian lagi menjadi aliran air tanah melalui proses perkolasi,
dan mengalir ke lautan.
11
MK. Hidrologi John Frans
Presipitasi
Evaporasi
(penguapan)
Air Permukaan
Limpasan
Presipitasi
12
MK. Hidrologi John Frans
b. Intersepsi
Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan melekat pada tajuk daun maupun
batang, bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera menguap.
Besar kecilnya intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan lama
hujan), kecepatan angin, jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi
pada hutan pinus di Italia utara sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya
terjadi pada tajuk daun bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon.
Intersepsi akan mengurangi hujan yang menjadi run off.
e. Kelengasan Tanah
Kelengasan tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori-pori tanah. Kelengasan
tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi,
13
MK. Hidrologi John Frans
dan perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam keadaan kondisi tinggi, infiltrasi air hujan
lebih kecil daripada saat kelengasan tanah rendah. Kemampuan tanah menyimpan air
tergantung dari porositas tanah.
g. Runoff Runoff
Adalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air
lainnya) yang mengalir dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan
maupun dari subpermukaan (sub surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit
aliran (river discharge) dan volume runoff.
Komponen Runoff
C. Penutup
Soal-Soal :
14
MK. Hidrologi John Frans
Daftar Pustaka
Soemarto,C.D.,1999, Hidrologi Teknik , Erlangga, Jakarta
Sosrodarsono, 2003, Hidrologi untuk Pengairan, Departemen pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik.
Daftar Istilah
Hidrologi
Siklus hidrologi
Presipitasi
Atmosfir
Kondensasi
Inflow
Outflow
Neraca Air
Debit
Evaporasi
Evapotranspirasi
15
MK. Hidrologi John Frans
BAB II
ELEMEN-ELEMEN METEOROLOGI
A. Pendahuluan
Pada bab ini akan dipelajari tentang pengertian dari presipitasi, proses terjadinya presipitasi,
cara pengamatan/pengukuran curah hujan serta proses terjadinya dan pengamatan/pengukuran
pada evaporasi dan evapotranspirasi.
Tujuan yang ingin dicapai (TIK) setelah mengikuti materi ini adalah mahasiswa akan dapat :
B. Penyajian
2.1. Presipitasi
Presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah
berupa salju, hujan, hujan es dan lain-lain. Presipitasi yang ada di bumi ini berupa :
a. Hujan , merupakan bentuk yang paling penting.
b. Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan tanah atau tumbuh-tumbuhan dan
kondesasi di dalam tanah.
c. Kondensasi, di atas lapisan es terjadi jika ada massa udara panas yang bergerak di atas
lapisan es.
d. Kabut, pada saat terjadi kabut, partikel-partikel air diendapkan di atas permukaan tanah
dan tumbuh-tumbuhan.
e. Salju dan es.
Salah satu bentuk presipitasi yang terpenting di Indonesia adalah hujan. Maka
pembahasan mengenai presipitasi ini selanjutnya hanya dibatasi pada hujan saja. Ada 5 buah
unsur yang ditinjau, yaitu :
15
MK. Hidrologi John Frans
a. Intensitas I, adalah laju curah hujan = tinggi per satuan waktu, misalnya mm/menit,
mm/jam, mm/hari.
b. Lama waktu atau durasi t, adalah lamanya curah hujan terjadi dalam menit atau jam.
c. Tinggi hujan d, adalah banyaknya atau jumlah hujan yang dinyatakan dalam ketebalan
air di atas permukaan datar, dalam mm.
d. Frekuensi, adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan, biasanya dinyatakan dengan
waktu ulang (return period) T.
e. Luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km2.
Hubungan antara intensitas, durasi dan tinggi hujan dinyatakan sebagai berikut :
i
d= ∫i dt = ∑ i Δt (2.1)
0
16
MK. Hidrologi John Frans
3. Air flow
4. Moist & Temperature
5. Radiation
1. Water level
Pengukuran ketinggian permukaan air digunakan antara lain pada sungai, danau, laut dan
permukaan air tanah. Metoda yang digunakan antara lain :
17
MK. Hidrologi John Frans
2. Water flow
Pengukuran kecepatan aliran air digunakan untuk mengukur besarnya debet air yang mengalir
pada suatu aliran air. Metoda yang digunakan antara lain :
2.1 Propeller
Kecepatan aliran air diukur menggunakan baling-baling (propeller) yang dikonversikan menjadi
kecepatan putaran.
18
MK. Hidrologi John Frans
19
MK. Hidrologi John Frans
3. Precipitation
Pengukuran curah hujan digunakan untuk mengetahui besarnya kapasitas atau volume
penyediaan sumber air hujan selama kurun waktu tertentu. Metoda yang digunakan antara lain:
3.1 Water drop
Kapasitas curah hujan diukur menggunakan penghitungan tetesan air. Sebelum tetesan air
dihitung, air hujan ini ditampung dalam suatu container dengan standar collecting surface.
Dibawah container ini terdapat water dropper sehingga besarnya tetesan air bisa dijaga tetap
konstan.
20
MK. Hidrologi John Frans
21
MK. Hidrologi John Frans
22
MK. Hidrologi John Frans
23
MK. Hidrologi John Frans
24
MK. Hidrologi John Frans
7. Radiation
Pemantauan aktifitas penyinaran matahari digunakan untuk mengetahui pengaruh terhadap
cuaca yang berdampak secara umum. Metoda yang digunakan antara lain :
25
MK. Hidrologi John Frans
7.2 Thermocouples
Radiasi panas diukur menggunakan thermocouple. Bagian atas digunakan untuk mengukur
radiasi global, sedangkan bagian bawah digunakan untuk mengukur radiasi pantul dari tanah.
Selain beberapa parameter pengukuran pada komponen air dan udara, seperti telah disebutkan
di atas, maka pada tanah pun dapat dilakukan beberapa pengukuran antara lain : Soil
temperature, Saturation Potential, Resistivity, Thermal Coductivity dan sebagainya dapat
ditambahkan sebagai data pelengkap pada sistem pengukuran global.
26
MK. Hidrologi John Frans
Seluruh instrumen pengukuran menggunakan power suplay dari battery 12V atau dapat pula
dengan bantuan sollar panel sebagai alat pengisi daya. Rekaman data pada data recorder
disimpan dalam memory card (MMC) atau dapat pula diambil melalui pheripheral USB sebagai
alat komunikasi yang cukup umum dipakai saat ini.
Secara optional, fasilitas pengambilan data dapat pula dilakukan secara telemetri. Cara ini
dilakukan dengan menggunakan sarana telepon (fix phone atau sellular) apabila di daerah titik
pengamatan sudah memiliki jaringan telepon. Jaringan telepon sellular yang digunakan
biasanya adalah jaringan GSM atau bahkan CDMA dan GPRS.
27
MK. Hidrologi John Frans
Selain untuk mendapatkan informasi data pengukuran, fasilitas ini pun digunakan untuk
memeriksa keadaan seluruh sistem pengukuran, yaitu untuk memonitor availability masing-
masing unit pengukuran. Contoh sederhana adalah mengetahui kondisi setiap battery, kabel,
dan sebagainya.
Penggunaan telemetri melalui telepon sellular ataupun fix phone (PSTN) dapat digunakan
secara simultan atau bergantian, tergantung cakupan jaringan yang tersedia di lokasi tempat
pengukuran.
28
MK. Hidrologi John Frans
a. Penakar hujan
1) Penakar hujan biasa
Penempatan alat ukur ini pada tempat terbuka yang tidak dipengaruhi oleh
pohon-pohon atau gedung-gedung. Gambar 2.1 memperlihatkan alat ukur curah
hujan biasa, yang pada bagian atas alat ini dipasang 20 cm lebih tinggi dari
permukaan tanah yang sekelilingnya ditanami rumput. Alat ini terdiri dari tabung,
corong penangkap hujan (diameter bukaan 20 cm), pengukur dan gelas ukur.
corong
penampung
keran
gelas ukur
Gambar 2.1. Alat penakar hujan biasa
Air hujan masuk melalui corong penangkap dan masuk ke dalam gelas ukur yang
diletakkan di dalam tabung untuk menerima air hujan yang meluap. Ketelitian
dalam pembacaan 1/10 mm. Pembacaan dilakukan 1 x 24 jam dan hasil
pembacaan dicatat sebagai curah hujan terdahulu. Curah hujan kurang dari 0,1
mm dicatat 0,00 mm dan untuk membedakan tidak ada curah hujan, daftar curah
hujan ditandai dengan (-).
29
MK. Hidrologi John Frans
brush
grill
corong
penampung
b. Pencatat hujan
1) Pencatat jungkit (tipping bucket)
Pencatat jungkit dibagi dalam 2 ruangan yang diatur sedemikian rupa jika satu
terisi kemudian menjungkit dan menjadi kosong, lalu menyebabkan ruangan
lainnya berada di posisi yang akan diisi oleh corong. Setiap jungkit menunjukkan
suatu tinggi hujan d. Pencatatannya secara otomatis dan bertahap.
corong
sumbu
Gambar 2.3. Pencatat Jungkit
2) Pencatat pelampung
Curah hujan yang tertangkap corong (1) tertumpah ke dalam penanmpung (2).
Dengan terisinya penampung maka penampung (3) akan terangkat. Pelampung
dihubungkan dengan alat penulis yang dapat membuat grafik pada drum
pencatat yang diputar dengan pertolongan pegas jam (4). Jika pencatatannya
mencapai d = 10 m, air dalam penampung akan tersedot keluar oleh sifon (5),
sehingga penampung menjadi kosong yang sekaligus membawa alat penulis
turun ke posisi nol.
30
MK. Hidrologi John Frans
Keterangan :
1 = corong
2 = penampung 3
3 = pelampung
4 = drum pencatat 4
5 = sifon 5
2
2.2. Evaporasi
Penguapan (evaporation) adalah proses perubahan dari molekul air dalam bentuk zat
cair ke dalam bentuk gas. Evaporasi sangat mempengaruhi debit sungai, besarnya kapasitas
waduk, besarnya kapasitas pompa untuk irigasi, penggunaan konsumtif untuk tanaman dan lain-
lain.
Besarnya faktor meteorologi yang mempengaruhi besarnya evaporasi adalah :
a. Radiasi matahari, perubahan dari keadaan cair menjadi gas ini memerlukan energi
berupa panas laten untuk evaporasi.
b. Angin, jika air menguap ke atmosfir maka lapisan batas antara permukaan tanah dan
udara menjadi jenuh oleh uap air sehingga proses penguapan berhenti. Agar proses
tersebut dapat berjalan terus, lapisan jenuh harus diganti dengan udara kering yang
terjadi jika ada angin.
c. Kelembaban relatif, jika kelembaban relatif naik maka kemampuan udara untuk
menyerap air akan berkurang sehingga laju evaporasinya menurun.
d. Suhu, jika suhu udara dan tanah cukup tinggi maka proses evaporasi berjalan lebih
cepat.
31
MK. Hidrologi John Frans
32
MK. Hidrologi John Frans
Contoh :
Suhu bola kering 30°C, suhu bola basah 26°C, kelembaban relatif 68% dan kecepatan
angin 1 m/dt.
Penyelesaian :
Suhu bola kering 30°C, dari Tabel 2.1 diperoleh tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata
harian, ea = 31,86 mm/Hg.
Tekanan uap sebenarnya, ed = 31,86 mm/Hg x 68% = 21,65 mm/Hg.
Kecepatan angin = {1 m/dt x 24 jam x 60 menit x 60 detik}/1600 m/mile = 54 mile/hari
Diperoleh besarnya evaporasi “E” :
V
E = 0,35(ea − ed )(1 + )
100
54
E = 0,35(31,86 − 21,65)(1 + ) = 5mm / hari
100
33
MK. Hidrologi John Frans
2.3. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi (evapotranspiration) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan
lahan yang tertutup dengan tumbuhan. Jumlah kadar air yang hilang dari tanah oleh
evapotranspirasi tergantung pada :
a. persediaan air yang cukup (hujan dan lain-lain)
b. faktor-faktor iklim seperti suhu, kelembaban dan lain-lain.
c. tipe dan cara kultivasi tumbuh-tumbuhan tersebut.
34
MK. Hidrologi John Frans
C. Penutup
Soal – Soal :
1. Jelaskan pengertian dari presipitasi !
2. Sebut dan jelaskan cara pengukuran curah hujan !
3. Jelaskan pengertian evaporasi dan evapotranspirasi !
4. jelaskan cara pengukuran/pengamatan evaporasi dengan panci evaporasi !
5. Diketahui suhu bola kering 20°C, tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata 17,55, suhu bola
basah 27°C, kelembaban relatif 64% dan kecepatan angin 1 m/dt. Hitung besarnya
evaporasi !
Daftar Pustaka
Sosrodarsono, 2003, Hidrologi untuk Pengairan, Departemen pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik.
Daftar Istilah
Meteorologi
Uap
Gas
Frekuensi
Grill
Brush
Sifon
Transpirasi
Kelembaban
35
MK. Hidrologi JFK
A. Pendahuluan
Pada bab ini akan dipelajari tentang pengertian infiltrasi dan perkolasi serta cara pengukuran
kapasitas infiltrasi.
Tujuan yang ingin dicapai (TIK) setelah mengikuti materi ini adalah mahasiswa akan dapat :
a. Menjelaskan pengertian infiltrasi dan perkolasi dengan benar.
b. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi dengan benar.
c. Menentukan kapasitas infiltrasi dengan benar.
B. Penyajian
3.1. Pengertian Infiltrasi dan Perkolasi
Infiltrasi adalah perpindahan air dari atas ke dalam permukaan tanah. Kebalikan dari
infiltrasi adalah rembesan (seepage).
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari zona tidak jenuh, yang terletak di antara permukaan
tanah sampai ke permukaan air tanah (zona jenuh). Daya infiltrasi f adalah laju infiltrasi
maksimum yang dimungkinkan, yang ditentukan oleh kondisi permukaan, termasuk lapisan atas
tanah. Besarnya daya infiltrasi f dinyatakan dalam mm/jam atau mm/hari. Daya perkolasi p
adalah laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan, yang besarnya dipengaruhi oleh kondisi
tanah dalam zona tidak jenuh, yang terletak di antara permukaan tanah dengan permukaan air
tanah.
Untuk memperjelas arti fp dan pp diperlihatkan pada Gambar 3.1. dan Gambar 3.2. di
bawah ini.
Tanah liat
kerikil
36
MK. Hidrologi JFK
Gambar 3.1. akan menghasilkan daya infiltrasi yang besar, tetapi daya perkolasinya
kecil, karena lapisan atasnya terdiri dari lapisan kerikil yang mempunyai permeabilitas tinggi dan
lapisan bawahnya terdiri dari lapisan tanah liat yang relatif kedap air. Sedangkan Gambar 3.2.
akan menghasilkan daya infiltrasi yang kecil tetapi daya perkolasinya tinggi, karena lapisan
atasnya terdiri dari lapisan kedap air dan lapisan bawahnya tiris.
37
MK. Hidrologi JFK
38
MK. Hidrologi JFK
Asumsi : dapat dimisalkan bahwa perbandingan antara run-off dan infiltrasi sesudah hujan
berhenti = pada saat hujan berhenti.
Penyelesaian
Intensitas hujan buatan = 50 mm/jam
Luas plot = 4 x 12,5 = 50 m2
Debit hujan yang jatuh di atas plot = 50.10-3 m/jam x 50 m2
= 2,5 m3/jam
= 0,6944 ltr/dt
Setelah balance(seimbang) run-off = 0,5 ltr/dt
Maka :
0,50
a. Run-off = x 50 mm/jam = 36 mm mm/jam
0,6944
b. Kapasitas infiltrasi = fc
= intensitas – runoff
= 50 – 36 = 14 mm/jam
= 0,1944 ltr/dtk
39
MK. Hidrologi JFK
c. Detensi permukaan = jumlah runoff setelah hujan berhenti + jumlah infiltrasi setelah
hujan berhenti
= ketinggian air pada plot setelah balance
0.8
0.7
0.6
fc (lt/dt)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30
t (menit)
40
MK. Hidrologi JFK
C. Penutup
Soal-Soal
1. Jelaskan pengertian dari infiltrasi dan perkolasi !
2. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi daya infiltrasi !
3. Percobaan infiltrasi dilakukan dari sebuah plot dengan ukuran 5 m x 25 m. Setelah tercapai
keseimbangan ternyata run-off telah konstan sebesar 0,7 liter/dtk. Intensitas hujan buatan
60 mm/jam.
Pertanyaan :
a. Berapakah run-off dalam mm/jam
b. Berapakah fc (ultimate infiltration capacity) dalam mm/jam
c. Berapakah detensi permukaan apabila run-off setelah hujan berhenti sebagai berikut
Waktu (menit) Run-off (ltr/dtk)
0 0,40
5 0,20
10 0,10
15 0,05
20 0,00
Daftar Pustaka
Sosrodarsono, 2003, Hidrologi untuk Pengairan, Departemen pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik.
Daftar Istilah
Zona
Laju
Hidrograf
Kurva
41
MK. Hidrologi JFK
Run-off
42
MK. Hidrologi JFK
BAB IV
CURAH HUJAN
A. Pendahuluan
Untuk memperdalam materi pada bab ini, diharapkan mahasiswa untuk mencari data curah
hujan dari beberapa stasiun pengamatan curah hujan yang ada di Nusa Tenggara Timur pada
Kantor Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Data-data tersebut diolah dan diselesaikan untuk proses belajar mengajar pada bab ini.
Hubungan antara materi pada bab ini dengan bab-bab terdahulu, khususnya bab II adalah data-
data curah hujan yang telah dicatat oleh alat ukur curah hujan diolah untuk rancang bangun.
Tujuan yang ingin dicapai (TIK) setelah mengikuti materi ini adalah mahasiswa akan dapat :
a. Menjelaskan macam-macam distribusi curah hujan dengan benar.
b. Menghitung curah hujan wilayah berdasarkan contoh soal dengan benar.
c. Menghitung intensitas curah hujan berdasarkan contoh soal dengan benar.
d. Menghitung konsistensi data curah hujan tahunan berdasarkan contoh soal dengan benar
e. Menghitung frekuensi curah hujan berdasarkan contoh soal dengan benar.
B. Penyajian
4.1. Distribusi Curah Hujan
4.1.1. Distribusi Curah Hujan secara Geografis
Faktor-faktor yang menentukan besarnya curah hujan rata-rata tahunan di suatu tempat :
- garis lintang
- posisi dan luas daerah
- jarak dari pantai
- suhu laut
- efek geografis
- altitude/ketinggian
Latitude berhubungan dengan sirkulasi atmosfer. Di equator terdapat tekanan rendah
sedangkan radiasi matahari memanasi udara secara intensif yang menyebabkan udara
mengembang dan naik ke atas. Angin yang mengandung lembab panas bertemu di
suatu daerah dan mengakibatkan terjadinya hujan.
27
MK. Hidrologi JFK
a. ± 30° arah utara dan selatan, terdapat tekanan tinggi yang menyebabkan udara
kering dan panas menurun sehingga curah hujannya rendah,
b. ± 35° - 65° arah utara dan selatan, udara dingin kering dari kutub menimbulkan hujan
tipe frontal dan menyebabkan hujan lebat,
c. ± 65° ke kutub, angin kutub kering bertambah banyak sehingga menyebabkan
berkurangnya hujan.
28
MK. Hidrologi JFK
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar curah hujan di dalam dan di
sekitar daerah yang bersangkutan.
− 1
R= ( R1 + R2 + R3 + ...... + Rn ) (4.1.)
n
Keterangan :
−
R = curah hujan daerah (mm)
n = jumlah titik-titik (pos) pengamatan
R1, R2, R3…..Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
Keuntungan : cara ini lebih obyektif
Contoh : Hitunglah curah hujan rata-rata dengam metode rata-rata aljabar.
476
572
585
675
659
757 745
b. Cara Thiessen
Jika titik-titik pengamatan di dalam daerah itu tidak tersebar merata, maka cara
perhitungan curah hujan rata-rata itu dilakukan dengan memperhitungkan daerah
pengaruh tiap titik pengamatan. Cara ini cocok untuk menentukan curah hujan rata-
rata apabila stasiun atau pos pengamatan tidak banyak.
− A1R1 + A2 R2 + ..... + An Rn
R= (4.2)
A1 + A2 + ..... + An
29
MK. Hidrologi JFK
−
R = curah hujan daerah (mm)
n = jumlah titik-titik (pos) pengamatan
R1, R2, R3…..Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan (mm)
A1, A2,….,An = bagian daerah yang mewakili tiap titik pengamatan
Keuntungan : hasil lebih teliti dari cara rata-rata aljabar
Kerugian : jika terjadi kekurangan pengamatan pada salah satu titik pengamatan
maka harus ditentukan kembali jaringan segitiga.
Cara untuk menentukan bagian atau luasan daerah A1, A2, An :
• Hubungkan tiap titik pengamatan dengan garis lurus yang akan membentuk
segitiga dan menutupi seluruh daerah.
• Daerah tersebut dibagi dengan polygon-polygon yang diperoleh dengan
menggambar garis tegak lurus pada tiap sisi segitiga. Luas polygon tersebut
diukur dengan planimeter.
453
476
572
585
675 659
745
757
30
MK. Hidrologi JFK
31
MK. Hidrologi JFK
400
600
542
558
700
625
675
800
745 755
32
MK. Hidrologi JFK
a. Poligon Thiessen
Data terkoreksi
b. Bobot poligon Thiessen
masing-masing sta
Biasanya hasil
a. Poligon Thiessen jarang dipakai
b. Bobot poligon Thiessen
masing-masing sta
Pemilihan Data
Hujan Rencana
33
MK. Hidrologi JFK
34
MK. Hidrologi JFK
Penyelesaian :
35
MK. Hidrologi JFK
[Jenis I-Talbot]
a
I=
t +b
24841.90 x 68904.74 − 1830365.07 x 705.44
a=
8 x 68904.74 − 705.44 x 705.44
a ≅ 7846.49
705.44 x 24841.90 − 8 x 1830365.07
b=
8 x 68904.74 − 705.44 x 705.44
b ≅ 53.77
[Jenis II-Sherman]
a
I=
tn
15.38 x 19.04 − 22.29 x 11.84
log a =
8 x 19.04 − 11.84 x 11.84
log a = 2.383
a ≅ 241,5
15.38 x 11.84 − 8 x 22.29
n=
8 x 19.04 − 11.84 x 11.84
n ≅ 0.31
[Jenis III-Ishiguro]
a
I=
t +b
3756.21 x 68904.74 − 314346.63 x 705.44
a=
8 x 68904.74 − 705.44 x 705.44
a ≅ 691.66
705.44 x 3756.21 − 8 x 314346.63
b=
8 x 68904.74 − 705.44 x 705.44
b ≅ 2.52
Subtitusikan ke dalam masing-masing persamaan menjadi :
36
MK. Hidrologi JFK
a 7846.49
I= = (i)
t + b t + 53.77
a 241.5
I= = 0.31 (ii)
tn t
a 691.66
I= = (iii)
t +b t + 2.52
Selanjutnya harus diadakan pemeeriksaan mengenai rumus yang paling cocok digunakan.
Harga-harga I dari rumus (i),(ii),(iii) yang didapat dengan menggantikan harga-harga t dalam
kolom 2 pada Tabel 4.2, tercantum dalam kolom 14, 16, 18 pada Tabel yang sama. Deviasi
antara harga-harga ini dengan data yang tercantum dalam kolom 3 tercantum berturut-turut
dalam kolom 15,17 dan 19 dalam Tabel yang sama. Demikian pula kurva-kurva yang
dihitung tercantum dalam Gambar 4.4.
Dengan menelaah deviasi rata-rata M(|α|)= α dan Gambar 4.4 dapat ditentukan bahwa untuk
keadaan ini, jenis II yakni I= a/tn memberikan hasil yang optimum sebagai rumus intensitas
curah hujan.
Tabel 4.2. Tabel perbandingan kecocokan rumus-rumus intensitas curah hujan
1 2 3 14 15 16 17 18 19
No t I I(1) α 1 I(2) α 2 I(3) α 3
1 5 150 133.51 -16.49 146.63 -3.37 145.43 -4.57
2 10 104 123.04 19.04 118.28 14.28 121.72 17.72
3 20 98.75 106.36 7.61 95.41 -3.34 98.92 0.17
4 30 86.99 93.67 6.68 84.14 -2.85 86.49 -0.50
5 40 78.89 83.68 4.79 76.96 -1.93 78.20 -0.69
6 60 74.66 68.97 -5.69 67.87 -6.79 67.37 -7.29
7 80 65.65 58.66 -6.99 62.08 -3.57 60.33 -5.32
8 120 46.5 45.15 -1.35 54.75 8.25 51.33 4.83
Σ(|α|) 68.64 27.87 31.43
M(|α|) 8.58 3.48 3.93
intensitas curah hujan (mm/jam)
160.00
140.00
120.00
100.00 I (1)
80.00 I (2)
60.00 I (3)
40.00
20.00
0.00
0 50 100 150
lamanya curah hujan t (menit)
37
MK. Hidrologi JFK
38
MK. Hidrologi JFK
Contoh:
Pada sebuah daerah aliran sungai terdapat 25 stasiun yang mengukur hujan. Dari keduapuluh
lima stasiun salah satunya akan diselidiki konsistensi datanya. Untuk itu tersedia data
pengukuran curah hujan tahunan dari tahun 1921 s/d 1956 sebagai berikut :
39
MK. Hidrologi JFK
Dari data tersebut di atas diminta untuk menentukan apakah data pada stasiun X itu konsisten
atau tidak. Kalau tidak kapan terjadi penyimpangan dan koreksi data tersebut di atas.
Penyelesaian :
40
MK. Hidrologi JFK
Tahun
1940 Hujan
6.80 Jumlah
212.80 Rata-rata
9.20 Jumlah
194.50
1939 Sta.8.80
X Kumulatif
221.60 25 Sta.
14.20 Kumulatif
208.70
1938 11.20 232.80 12.30 221.00
1937 9.50 242.30 9.10 230.10
1936 10.60 252.90 9.20 239.30
1935 8.10 261.00 9.10 248.40
1934 11.60 272.60 13.10 261.50
1933 11.20 283.80 10.40 271.90
1932 8.00 291.80 9.70 281.60
1931 8.80 300.60 11.10 292.70
1930 8.50 309.10 11.40 304.10
1929 9.00 318.10 9.20 313.30
1928 12.00 330.10 14.60 327.90
1927 7.20 337.30 9.30 337.20
1926 11.30 348.60 13.80 351.00
1925 8.20 356.80 11.20 362.20
1924 11.60 368.40 11.70 373.90
1923 12.20 380.60 15.20 389.10
1922 7.30 387.90 9.00 398.10
1921 7.40 395.30 10.40 408.50
500.00
400.00 1921
Hujan pada sta. X
(jml. kumulatif)
300.00
200.00
1942
100.00
1956
0.00
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00
Hujan rata-rata 25 sta.
(jml. kumulatif)
41
MK. Hidrologi JFK
1956. Penyimpangan terjadi pada tahun 1942. Kita menganggap data setelah tahun 1942 lebih
bisa dipercaya daripada tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu data dari tahun 1921-1941
dikoreksi agar seluruh data menjadi konsisten.
Mencari faktor koreksi :
ε komulatif sta.X 194.9
K1 = = = 1,13182
ε komulatif 25 sta. 172.2
Kemiringan kurva tahun 1921-1942 :
395.3 − 194.9
K2 = = 0,848074
408.5 − 172.2
Besarnya koreksi = K1/K2 = 1,334576
Jadi data tahun 1921 – 1941 harus dikali dengan 1,334576. Pengoreksian data ditabulasikan
pada tabel.
42
MK. Hidrologi JFK
Sx =
∑(X i − X )2
(4.11)
n −1
⎡ (T − 1) ⎤
Y = − ln ⎢− ln (4.12)
⎣ T ⎥⎦
Keterangan :
XTr = besarnya curah hujan untuk periode Tr tahun
Sx = standar deviasi / simpangan baku
Y = perubahan reduksi
n = jumlah data
Bentuk lain dari persamaan Gumbel :
X Tr = X + K .S x
YTr − Yn
K= (4.13)
Sn
Keterangan :
YTr = reduksi sebagai fungsi dari probabilitas. (Lampiran 1.a)
Yn, Sn = besaran yang merupakan fungsi dari jumlah pengamatan. (Lampiran 1.b
dan 1.c.)
Contoh :
Data curah hujan harian maksimum pada sebuah stasiun meteorologi di Nunbaun terlihat
pada Tabel 4.5 berikut dimana banyaknya pengamatan 10 tahun. Hitunglah besarnya
curah hujan harian maksimum pada periode ulang 10 tahun, dan kemungkinan yang
terjadi pada 20 tahun mendatang.
43
MK. Hidrologi JFK
Penyelesaian :
Urutkan data dari kecil ke besar.
44
MK. Hidrologi JFK
42150
• Standar deviasi = Sx = = 68,43
10 − 1
Jumlah data n = 10, dari lampiran 1.a, 1.b.,1.c didapat :
Yn = 0,4952 Sn= 0,9496 Ytr = 2,2502
2,2502 − 0,4952
• Nilai K = = 1,848
0,9496
Jadi besarnya curah hujan harian maksimum pada periode ulang 10 tahun adalah :
X10 = 130 + (1,848 x 68,43) = 256,46 mm
Kemungkinan yang terjadi pada 20 tahun mendatang :
Untuk n = 20, maka
Yn = 0,5236 Sn = 1,0628 Ytr = 2,9606
2,9606 − 0,5236
• Nilai K = = 2,2930
1,0628
Jadi besarnya curah hujan harian maksimum pada periode ulang 20 tahun adalah :
X20 = 130 + (2,2930 x 68,43) = 286,91 mm
• Rata-rata (mean)
log X =
∑ log X (4.15)
n
• Standar deviasi (simpangan baku)
S log X =
∑ (log X i − log X ) 2
(4.16)
n −1
• Koefisien asimetris / Skewness (Cs)
45
MK. Hidrologi JFK
n∑ (log X − log X ) 3
Cs = (4.17)
(n − 1)(n − 2)( S log X ) 3
n 2 ∑ (log X − log X ) 4
Ck = (4.19)
(n − 1)(n − 2)(n − 3)( S log X ) 4
Faktor penyimpangan K untuk kala ulang tertentu, dan dengan memakai nilai SlogX
atau Cs dapat dilihat pada Lampiran 1.d.
Contoh :
Data curah hujan pada Tabel 4.5. hitunglah dengan menggunakan Log Pearson III.
Penyelesaian :
Tabel 4.7. Tabulasi data untuk Log Pearson Type III
No Tahun X (mm) log X (logX-log X )2 (logX-log X )3
1 2000 72 1,86 0,0441 -0,0093
2 1995 84 1,92 0,0225 -0,0034
3 1998 84 1,92 0,0225 -0,0034
4 2001 96 1,98 0,0081 -0,0007
5 1994 103 2,01 0,0036 -0,0002
6 1995 115 2,06 0,0001 0,0000
7 1997 121 2,08 0,0001 0,0000
8 2003 145 2,16 0,0081 0,0007
9 2002 177 2,25 0,0324 0,0058
10 1999 303 2,48 0,1681 0,0689
Σ 1300 20,72 0,3096 0,0584
46
MK. Hidrologi JFK
20,72
• Rata-rata (mean) = = 2,072
10
0,3096
• Standar deviasi , SlogX = = 0,185
9
10 x0,0584
• Koefisien asimetris (Cs) = = 1,287
9 x8 x0,0063
Dengan n = 10 dan Cs = 1,287 dari Lampiran 1.d. diperoleh K = 1,339
Harga atau nilai untuk berbagai masa ulang atau nilai curah hujan untuk masa ulang
10 tahun :
• LogX10 = 2,07 + (1,339)(0,185) = 2,317
• X10 = 207,83 mm
Jadi curah hujan untuk kala ulang 10 tahun = 207,83 mm
47
MK. Hidrologi JFK
• Apabila peluang lebih kecil 1%, maka persamaan distribusi teoritis yang
digunakan tidak dapat diterima.
• Apabila peluang berada antara 1-5% adalah tidak mungkin untuk mengambil
keputusan.
Contoh
Dengan menggunakan data curah hujan harian maksimum pada contoh untuk
distribusi Gumbel dan Log Pearson Type III. Penyelesaian ditabulasikan seperti tabel
4.8.
Dari Tabel 4.8., χ2 hitung = 8,00 . Berdasarkan tabel chi kuadrat di Lampiran 2.a,
dengan dk = 4 dan nilai chi kuadrat sama atau lebih besar dari 8,00 kurang lebih
pada peluang 30% (lebih besar dari 5%). Maka distribusi Gumbel dan Log Pearson
III dapat diterima.
48
MK. Hidrologi JFK
• Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesarnya antara peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.
Dengan membandingkan probabilitas masing-masing variasi dari distribusi
empiris dan teoritisnya akan terdapat perbedaan Δ tertentu. Berdasarkan
persamaan Smirnov Kolmogrov sebagai berikut :
P {max (p (x) – P (xi) /> Δ cr = α }
• Apabila Δmax yang terbaca pada kertas probabilitas < Δcr (Δ kritis) yang
didapat dari tabel, maka penyimpangan yang terjadi hanya karena
kesalahan-kesalahan yang terjadi secara kebetulan.
4.4.4. Pemilihan Jenis Sebaran
Metode analisis hidrologi dipilih berdasarkan jenis sebaran. Adapun jenis sebaran dan
syarat-sayarat yang biasa digunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9. Syarat untuk Jenis Sebaran
Sebaran Syarat
Normal Cs ≈ 0
Ck ≈ 3
Log Normal Cs/Cv ≈ 3
Log Pearson III Cs = (+)/(-)
Gumbel Cs = 1,1396
Ck = 5,4002
Data hujan
beberapa stasiun
Areal rainfall
Diurutkan/diranking
50
MK. Hidrologi JFK
b. hujan orografik
c. hujan cyclonic
d. intensitas curah hujan
3. Sebut dan jelaskan metode-metode yang digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata
di suatu daerah !
4. Buatlah data curah hujan pada suatu daerah, minimal 10 pos pengamatan dan hitunglah
rata-rata curah hujan dengan metode-metode yang disebutkan pada no. 3 !
5. Data curah hujan harian maksimum pada sebuah stasiun meteorology di Kupang terlihat
pada tabel berikut berikut dimana banyaknya pengamatan 10 tahun. Hitunglah besarnya
curah hujan harian maksimum pada periode ulang 10 tahun, dan kemungkinan yang terjadi
pada 50 tahun mendatang dengan Metode Gumbel type I dan Log Pearson III.
No Tahun Curah hujan , X (mm)
1 1994 106
2 1995 196
3 1996 87
4 1997 98
5 1998 106
6 1999 145
7 2000 138
8 2001 100
9 2002 98
10 2003 206
Daftar Pustaka
Gupta,Ram S., 1989, Hydrology and Hydraulic Systems, Prentice Hall, New Jersey
Soewarno, 1995, Hidrologi (Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data),Nova, Bandung
Daftar Istilah
51
MK. Hidrologi JFK
Latitude
Atitude
Hujan konfektif
Hujan orografik
Hujan cyclonic
Double Mass Curve
Intensitas
Probabilitas
52
Mk. Hidrologi JFK
BAB V
LIMPASAN PERMUKAAN
A. Pendahuluan
Pada bab ini akan dipelajari tentang faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan (run-off) dan
luas daerah aliran sungai serta metode-metode yang digunakan untuk menghitung besarnya
limpasan curah hujan.
Tujuan yang ingin dicapai (TIK) setelah mengikuti materi ini adalah mahasiswa akan dapat :
a. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan dengan benar.
b. Menjelaskan daerah aliran sungai dengan baik dan benar.
c. Menentukan besarnya debit sungai berdasarkan contoh soal dengan benar.
d. Menganalisa limpasan permukaan berdasarkan contoh soal dengan benar.
50
Mk. Hidrologi JFK
permukaan. Batas ini tidak ditetapkan berdasar air air bawah tanah karena permukaan air
tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian.
Nama sebuah DAS ditandai dengan nama sungai yang bersangkutan dan dibatasi
oleh titik kontrol, yang umumnya merupakan stasiun hidrometri. Memperhatikan hal tersebut
berarti sebuah DAS dapat merupakan bagian dari DAS lain.
hulu
hilir
51
Mk. Hidrologi JFK
Pola ini biasanya dijumpai di daerah lereng gunung berapi atau daerah dengan
topografi bebrbentuk kubah, misal sungai lereng Gunung Semeru di Jawa Timur,
Gunung Merapi di DI Yogyakarta, Gunung Ijen di Jawa Timur, Gunung Slamet di
Jawa Tengah.
b. Rektangular
Terdapat di daerah batuan kapur, misal Gunung Kidul di DI Yogyakarta.
c. Trellis
Biasanya dijumpai pada daerah dengan lapisan sedimen di daerah pegunungan
lipatan, misal di daerah pegunungan lipatan Sumatera Barat dan Jawa Tengah.
d. Dendritik
Pola ini pada umumnya terdapat pada daerah dengan batuan sejenis dan
penyebarannya luas. Misalnya suatu daerah ditutupi oleh endapan sedimen yang
luas dan terletak pada suatu bidang horizontal di daerah dataran rendah bagian
timur Sumatera dan Kalimantan.
G. Merapi
Kali Dengkeng
Kali Progo
Kali Opak
a. Tipe Radial
Kali Oyo
b. Tipe Rektangular
52
Mk. Hidrologi JFK
c. Tipe Trellis
Way Rarem
d. Tipe Dendritik
Gambar 5.2. Pola Aliran Sungai
53
Mk. Hidrologi JFK
maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru arah alur
sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang
sifatnya merata di seluruh DPS akan menyebabkan terjadinya banjir besar.
c. Pararel
DPS ini dibentuk oleh dua jalur sub DPS yang bersatu di bagian hilirnya. Apabila
terjadi banjir di daerah hilirnya biasanya setelah di sebelah hilir titik pertemuan
kedua alur sungai sub DPS tersebut.
d. Kompleks
Merupakan gabungan dasar dua atau lebih bentuk DPS.
54
Mk. Hidrologi JFK
Biasanya melalui dataran yang terbentuk dari endapan pasir halus sampai kasar
seperti lumpur, endapan organik dan jenis endapan lain yang sangat labil.
erosi
endapan
laut
hulu tengah hilir
55
Mk. Hidrologi JFK
Biasanya terdiri dari beberapa seri belokan yang dihubungkan oleh bagian yang
lurus yang disebut dengan “crossing”. Umumnya meander sungai akan
mempunyai kemiringan dasar yang sangat landai. Dasar sungai pada sisi luar
belokan umumnya akan lebih dalam karena adanya kecepatan yang lebih besar
pada sisi luar belokan tersebut. Kemudian gaya centrifugal pada belokan akan
menyebabkan timbulnya arus melintang sungai yang selanjutnya bersama-sama
dengan aliran utamanya akan membentuk aliran helicoidal. Dengan demikian
erosi akan terjadi pada sisi luar belokan dan pengendapan akan terjadi pada sisi
dalam belokan. Teori tentang aliran yang terjadi pada belokan saluran dapat
digambarkan secara skematik sebagai berikut :
0 Vy
b. Bentuk lurus
Sungai lurus biasanya juga merupakan penghubung dari meander-meander
(crossing), sehingga seolah-olah merupakan bagian transisi dari meander satu ke
56
Mk. Hidrologi JFK
c. Bentuk braided
Bentuk sungai semacam ini adalah sedemikian kompleksnya sehingga pada debit
kecil alur sungai kadang-kadang akan terdiri dari satu atau lebih alur sungai yang
dipisahkan oleh pulau-pulau kecil di dalam sungai tersebut. Sungai biasanya
lebar, alur-alur kecil serta formasi garis sedimen sering berubah dengan
berubahnya besar debit yang lewat, dan sulit untuk diprediksikan. Sungai
semacam ini biasanya mempunyai kemiringan yang relatif terjal serta membawa
sedimen dengan konsentrasi tinggi.
Gambar 5.6. Pola alur sungai
A A B B C C
Pola lurus di
bagian hulu
D D
E E Pola berbelok (meander)
57
Mk. Hidrologi JFK
58
Mk. Hidrologi JFK
Jika tidak terdapat data hidrologi yang cukup, maka perkiraan debit banjir dihitung
dengan rumus-rumus empiris yang telah banyak dikemukakan. Cara dengan rumus
empiris biasanya digunakan sebagai alat terakhir, yakni jika tidak terdapat data
yang cukup atau digunakan untuk memeriksa hasil yang didapat dengan cara yang
lain.
Tabel 5.1. Rumus-rumus empiris yang digunakan
No Pembuat Rumus Catatan Nama Satuan
Rumus Negara
1 Q=(10-70)A0,5 c.h sedang, Perancis M
A=3000-
160000km2
2 Qa=150A0,5 Hujan lebat, Perancis M
A=400-
3000 km2
3 Qa=24,12A0,516 A=15- Jerman M
200000 km2
4 Whistler Qm={1.538/(A+259)+0,054}A A=1000- Itaila M
12000 km2
5 Pangliaro Qm=2900h/(A+90) A kurang Italia M
dari 1000
km2
6 Qm=20000A0.5 New E
Zealand
7 Inglis Q=7000A/√(A+4) DPS bentuk India E
kipas
8 Ryues Q=675A0.67 India E
9 Ryues Qa=560A0.67 India E
10 Bransby Williams Q=4600A0.52 A lebih dari Inggris E
10 mil2
11 U.S Geological Q=1400A0.476 A=1000- USA E
24000mil2
12 Myer Q=10000A0.5
13 Baird&McIllwraith Qm=131000A/(107+A)0.78 Debit bjr Australia E
maks di
seluruh
dunia
14 Baird&McIllwraith Qm=222000A/(185+A)0,5 Australia E
15 Fanning Q=200A5/6 USA E
Q & Qm ; Debit banjir maksimum Qa : Debit banjir rata-rata (tahunan)
Sumber : Hidrologi, Sosrodarsono S.
59
Mk. Hidrologi JFK
Discharge hydrograph
Q vs t
Didapat beberapa
debit puncak
Diurutkan
Pengujian
Banjir Rencana
60
Mk. Hidrologi JFK
Distribusi hujan jam-jaman Hujan didistribusi jam-jaman Rumus-rumus empiris Model hidrologi
Parameter DAS
Parameter DAS
Hydrograph satuan
Keterangan : Periode ulang banjir dianggap sama dengan periode ulang hujan
61
Mk. Hidrologi JFK
63
Mk. Hidrologi JFK
H
I= (5.9)
0,9 L
Q maks = α.β.q. f (5.10)
Keterangan :
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang sungai (km)
V = kecepatan air rata-rata (m/dtk)
Qmaks = debit maksimum (m3/dtk)
α = koefisien aliran
β = koefisien reduksi
f = luas daerah pengaliran (km2)
q = hujan maksimum (m3/km2/dtk)
H = beda tinggi antara dasar sungai di mulut DPS dengan dasar sungai
di titik 0,9 L ke arah hilir
Maka T = 0,186.L.Q-0,2.i-0,4 (5.11)
64
Mk. Hidrologi JFK
0,475 xf 0,375
t= (5.12)
(αβq) 0,125 .I 0, 25
dengan ketentuan :
• Apabila harga t perkiraan belum sama dengan t perhitungan maka
tentukan harga t yang lain,
• Apabila harga t perkiraan sudah sama dengan t perhitungan maka debit
puncak banjirnya dapat dihitung.
1 + 0,012. f 0, 7
α= (5.13)
1 + 0,075. f
Koefisien reduksi (β) dihitung dengan rumus :
1 t + (3,7.10 0, 4t ) f 3 / 4
= 1+ (5.14)
β (t 2 + 15) 12
Waktu konsentrasi dihitung dengan rumus :
tc = 0,1.L0,9.i-0,3 (5.15)
Hujan maksimum dihitung dengan rumus :
Rt
q= (5.16)
3,6.t
Rt = R + Sx.U (5.17)
Keterangan :
t = waktu curah hujan (jam)
q = hujan maksimum( m3/km2/dtk)
R = curah hujan maksimum rata-rata (mm)
Sx = simpangan baku
⎛ R1 − Ra R2 − Ra ⎞
Sx = ½ ⎜⎜ + ⎟⎟ (5.18)
⎝ U1 U2 ⎠
R1 = hujan absolut maksimum ke 1
R2 = hujan absolut maksimum ke 2
U = variable simpangan untuk kala ulang T tahun (Lihat Lampiran 3.b)
tm = (n+1)/m (5.19)
n = jumlah tahun pengamatan
m = rank (1 dan 2)
Rt = curah hujan dengan kala ulang T tahun (mm)
65
Mk. Hidrologi JFK
Contoh :
Pada suatu pos duga air sungai, dengan luas DPS 50 km2 mempunyai aliran
puncak banjir dengan tinggi muka air 2,50 m. Puncak banjir tersebut terjadi pada
curah hujan maksimum yang tercatat pada 4 lokasi pos penakar curah hujan
otomatis sebesar 140, 142, 132, dan 146 mm. Panjang sungai utama 12,5 km
dengan kemiringan sungai 0,071. Hitung debit puncak banjir dengan cara Melchior,
Weduwen, dan Haspers!
Penyelesaian :
a. Melchior
Luas DPS, f = 50 km2
Luas elips,F (1/4.π.f.b) = 82 km2 ( b = sumbu pendek 2/3
dari sumbu panjang)
Kemiringan,I = 0,071
Koefisien aliran,α = 0,52
Koefisien reduksi,β = 0,92
Curah hujan maksimum rata-rata = 140 mm
Prosedur hitungan :
• Asumsi besarnya curah hujan maksimum sehari q1 = 10,9 m3/km2/dtk
10 x12,5
• Waktu konsentrasi, t c = = 2,2 jam
36 x1,57
• Lihat lampiran 3.c. didapatkan prosentase 43% dari perbandingan luas elips
dan lama curah hujan, sehingga :
• Rt = 0,43.R24
66
Mk. Hidrologi JFK
b. Weduwen
Pertama kita asumsikan t = 2,94 maka ,
3,94
120 + 50
11,94
• Harga koefisien reduksi, β = = 0,80
170
67,65
• Harga curah hujan maksimum, q = = 15,4
2,94 + 1,45
4,1
• Harga koefisien aliran, α = 1 − = 0,79
0,80 x15,4 + 7
1 + (0,012 x50 0, 7 )
• Hitung besar koefisien aliran , α = = 0,55
1 + (0,075 x50 0,7 )
• Hitung waktu konsentrasi, t = 0,1 x 12,50,8 x 0,071-0,3 = 1,65 jam
R24
q 10,9 m3/km2/dt 15,4 m3/km2/dt 14,7 m3/km2/dt
Q 182 m3/dt 340,648 m3/dt 336 m3/dt
limpasan dan sebagainya. Ada 2 macam hidrograf satuan sintetik yang akan
dibahas pada buku ini yakni :
a. Hidrograf satuan sintetik SNYDER
Rumus yang digunakan di Indonesia adalah:
t p = Ct .( L.Lc ) n (5.23)
τp
te = (5.24)
5,5
Hubungan te, tp, tr dan Tp adalah sebagai berikut :
- Bila te > tr maka t’p = tp (te – tr) sehingga Tp = t’p + 0.5
- Bila te < tr maka Tp = tp + 0.5
Cp
qp = 0.278 dan Qp = qp A untuk hujan 1 mm/jam.
Tp
69
Mk. Hidrologi JFK
Dengan :
fp = daya infiltrasi pada saat t
f0 = daya infiltrasi mula
fc = nilai akhir f
k = konstanta
e = bilangan alam = 2,718218
Untuk mendapatkan fp, f0, dan k dilakukan kalibrasi. fp tergantung pada tinggi curah
hujan, sedangkan f0 akan mempunyai nilai yang berbeda untuk masing-masing
keadaan banjir.
Dalam beberapa pengujian untuk beberapa buah sungai di Pulau Jawa, ternyata
bahwa persamaan-persamaan Snyder menunjukkan penyimpangan yang besar,
baik dalam besaran waktu capai puncak maupun debit puncak. Hal ini dapat
dipahami karena memenag cara ini mengandung koefisien empirik yang
dikembangkan di daerah Appalachian di Amerika yang kurang sesuai dengan
keadaan di Indonesia.
dengan
Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai menjadi
30% dari debit puncak
2, 4
⎛ t ⎞
Qa = Q p ⎜ ⎟ (5.28)
⎜T ⎟
⎝ ⎠
dengan
Qa = limpasan sebelum debit puncak
t = waktu (jam)
Bagian lengkung turun (decreasing limb)
70
Mk. Hidrologi JFK
0,8tr tg
Qp
0,32 Qp
0,3 Qp
t
t −T p
: Qd = Q p .0,3
T0 , 3
Qd > 0,3. Qp
t −T p + 0 , 5T0 , 3
t − T p +1, 5T0 , 3
: Qd = Q p .0,3
2 2T0 , 3
0,3 Qp > Qd
71
Mk. Hidrologi JFK
Contoh :
Luas daerah pengaliran suatu sungai sampai ke pelepasannya (outlet) adalah
2400 km2. Panjang L = 75 km. Hujan efektif dalam daerah pengaliran adalah
sebagai berikut :
t = 1 2 3 jam
Hujan= 20 40 10 mm/jam
Penyelesaian :
L = 75 km > 15 km maka tg = 0,4 +0,058 x 75 = 4,75 jam
tr = diambil 0,75 x tg = 3,56 jam
Tp = tg + 0,8 x tr = 4,75 + 0,8 x 3,56 = 7,6 jam
T0,3 = a. tg = 2 x 4,75 = 9,50 jam
A.R0 2400.1
Qp = =
3,6(0,3T p + T0,3 ) 3,6(0,3 x7,6 + 9,5)
= 56,69 m3/dt
Perhitungan selanjutnya dilakukan pada Tabel 5.3. berikut ini :
2, 4
⎛ t ⎞ ⎛ t ⎞
0 ≤ t ≤ Tp Æ Qa =Qp ⎜ ⎟ = 56,69⎜ ⎟2,4
⎜T ⎟ ⎝ 7,6 ⎠
⎝ p ⎠
t −T p t −7,6
t −T p + 0 , 5T0 , 3 t − 2 ,85
(Tp + T0,3) ≤ t ≤ (Tp + T0,3 + 1,5. T0,3) Æ Qd 2 = Q p x 0,3 = 56,69 x0,3 14, 25
1, 5.T0 , 3
t −T p +1, 5.T0 , 3
t + 6 , 65
t ≥ (Tp + T0,3 + 1,5.T0,3) Æ Qd 3 = Q p x0,3 = 56,69 x0,3
2.T0 , 3 19
Dengan memberikan nilai t dalam kolom 1 maka akan didapat nilai-nilai Q dalam
kolom 2 pada Tabel 5.3 dengan menggunakan rumus-rumus yang telah
dimasukkan nilai-nilai Qp. Tp, dan T0,3 yang merupakan variable tunggal t saja.
72
Mk. Hidrologi JFK
73
Mk. Hidrologi JFK
3500
3000
debit Q (m3/dtk)
40 mm/jam
2500 20 mm/jam
2000 10 mm/jam
total
1500
1000
500
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40
waktu t (jam)
C. Penutup
Soal-Soal
74
Mk. Hidrologi JFK
t = 1 2 3 jam
Hujan = 25 50 30 mm/jam
Buatlah grafik hidrograf satuan sintetik Nakayasu !
Daftar Pustaka
Gupta,Ram S., 1989, Hydrology and Hydraulic Systems, Prentice Hall, New Jersey
Joesron Loebis, 1992, Banjir Rencana untuk Bangunan Air, Departemen Pekerjaan Umum,
Jakarta
Soewarno, 1995, Hidrologi (Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data),Nova, Bandung
Sri Harto Br., 1993, Analisis Hidrologi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
75
Mk. Hidrologi JFK
A. Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang air tanah, keadaan air tanah,
pergerakan air tanah, jenis air tanah, kerugian akibat pemanfaatan air tanah, konservasi air
tanah dan besarnya air yang keluar.
Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya bab III tentang infiltrasi dan
perkolasi.
Tujuan yang hendak dicapai (TIK) pada bab ini adalah mahasiswa akan dapat :
a. Menjelaskan pengertian air tanah dengan benar.
b. Menjelaskan kerugian akibat pemanfaatan air tanah dengan benar.
c. Menjelaskan konservasi air tanah dengan baik
d. Menganalisis kapasitas aliran air tanah berdasarkan contoh soal dengan benar.
B. Penyajian
Garis pizometrik
Artesis
Muka air tanah bebas
Aquifer bebas
Aquifer tertekan
76
Mk. Hidrologi JFK
Aliran air tanah pada lapisan pembawa air tersebut mengalir dari tempat yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi ke arah yang lebih rendah. Muka air tanah bebas
umumnya mengikuti kenampakan dari permukaan tanah (topografi).
77
Mk. Hidrologi JFK
78
Mk. Hidrologi JFK
2). Mata air yang terbentuk oleh karena muka air tanah (water table) berpotongan
dengan permukaan tanah (depression spring). Mata air ini mengalir pada
lapisan permeable tebal.
v
3). Mata air yang terbentuk karena patahan/retakan formasi pada bidang
pelapisan dari permeable dan impermeable. Muncul keluar sebagai mata air
artesis.
79
Mk. Hidrologi JFK
Lapisan impervious
Lapisan pervious
4). Mata air yang terbentuk dan mengalir dari saluran/pipa yang terbentuk dan
mengalir dari saluran yang terbentuk dari rekahan pada batuan impermeable.
inlet
outlet
5). Mata air yang muncul dan mengalir melalui saluran / pipa alam yang terbentuk
oleh lava.
80
Mk. Hidrologi JFK
Berkurangnya volume air tanah akan kelihatan dalam bentuk penurunan permukaan
air tanah atau penurunan tekanan air secara terus menerus.
Penurunan permukaan air tanah atau tekanan air tanah secara terus menerus dapat
mengakibatkan penurunan tanah dan penerobosan air asin ke dalam air tanah
(intrusi air laut). Akan tetapi penurunan tanah atau penerobosan air asin tidak
seluruhnya diakibatkan oleh pemompaan yang berlebihan. Kejadian ini mempunyai
hubungan dengan kondisi geologi di daerah air tanah dan jenis air tanah itu.
Penurunan tanah terjadi karena penurunan tekanan air tanah dalam aquifer
mengakibatkan air yang berada dalam lapisan lempung di bawah dan di atas itu
diperas. Sebab-sebab uatama yang mengakibatkan penurunan tanah adalah :
a. Adanya lapisan atas dan bawah dari aquifer yang menderita penurunan oleh
konsolidasi karena air yang diperas keluar (contoh lapisan lempung lemah).
b. Besarnya penurunan permukaan air tanah harus cukup besar dan cukup lama
sehingga dapat mengakibatkan penurunan konsolidasi lapisan-lapisan atas
dan bawah aquifer.
Sebab-sebab utama terjadinya penerobosan air asin :
a. Aquifer itu berhubungan dengan air laut,
b. Besarnya penurunan permukaan air harus cukup besar sehingga dapat
mengakibatkan penerobosan air asin.
81
Mk. Hidrologi JFK
1,36 K H 2 − h2
Q= (6.3)
R h h
log ( ) 0,5 ( ) 0, 25
rw hs + 0,5rw 2 h − hs
Keterangan :
R = jari-jari lingkaran pengaruh
H = tebal aquifer
h = dalam dari permukaan air yang dipompa ke permukaan lapisan kedap air di
bawah
hs = dalam air di sumur pada waktu pemompaan
c. sumur-sumur lain, jika sumur digali pada dataran banjir tepi sungai, maka aliran di
dalam tanah dari sungai langsung masuk ke dalam sumur.
• Air tanah bebas
1,36 K ( H 2 − h 2 )
Q= (6.4)
2d
log
rw
Keterangan :
d = jarak dari sumur ke tepi sungai
H = tebal aquifer
H = dalam dari permukaan air yang dipompa ke permukaan lapisan
kedap air
82
Mk. Hidrologi JFK
C. Penutup
Soal-Soal
Daftar Pustaka
83
Mk. Hidrologi JFK
Daftar Istilah
Aquifer
Aquifuge
Hidrogeologi
Geohidrologi
Pervious
Impervious
Currentmeter
Intrusi
84
BAB VII. EROSI DAN SEDIMENTASI
A. Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipelajari pengetahuan dasar tentang erosi pada DAS, Nilai Indeks
Erosivitas Hujan, Faktor Erodibilitas Tanah, Faktor Tanaman atau Faktor C, dan faktor
tindakan pengendalian erosi.
Bab ini berhubungan dengan bab-bab yang terdahulu, khusunya curah hujan dan
pengaliran air permukaan (run off).
Tujuan yang hendak dicapai (TIK) pada bab ini adalah mahasiswa akan dapat :
a. Menjelaskan pengertian erosi dan faktor – faktor penyebab erosi dan sedimentasi
dengan benar.
b. Menjelaskan pengaruh tanah, tanaman dan curah hujan terhadap besar kecilnya
erosi.
c. Menjelaskan konservasi lahan dengan baik agar dapat menanggulangi pengaruh
bahaya erosi terhadap bangunan air.
d. Menganalisis besarnya nilai erosi dan sedimentasi berdasarkan contoh soal
dengan benar.
B. Penyajian
Suatu model parametrik untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah
telah dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1965, 1978) yang
dikenal dengan the Universal Soil Loss Equation (USLE) adalah suatu
model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi jangka
panjang dari erosi lembar (sheet erosion) termasuk di dalamnya erosi alur
(gully erosion) pada suatu keadaan tertentu.
Erosivitas hujan besarnya merupakan fungsi dari energi kinetik total hujan
dengan intensitas hujan maksimal selama 30 menit dengan satuan
[ton/ha/cm hujan]. Dalam satu kejadian hujan, energi kinetiknya dapat
dihitung sebagai berikut :
E = 14,374 R1,075
Dimana :
E = energi kinetik dalam [ton/ha/cm hujan]
R = intensitas hujan dalam [cm/jam]
Menurut Wischmeier erosivitas hujan dapat ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut :
EI30 = (E.I30)/100
Satuan EI30 tergantung dari satuan E dan I30 bila digunakan sistem
satuan metrik digunakan [ton-m ha-1 cm jam-1 ]. Dengan demikian
satuan I30 mengikuti satuan dari energi kinetiknya.
R
I 30 =
77,178 + 1.01 × R
Tabel 7.1.
Sumber : Perhitungan
7.1.2. Nilai Faktor Erodibilitas Tanah
Faktor erodibilitas tanah, K, adalah nilai kuantitatif yang dapat diperoleh
dari percobaan lapangan. Jika tidak terdapat data lapangan, maka
nilai K dapat dihitung dengan menggunakan nomogram seperti
tercantum pada Gambar 7.1.
Faktor K
No. Jenis Tanah
(erodibilitas)
1. Latosol coklat kemerahan dan litosol 0.43
Latosol kuning kemerahan dan
2. 0.36
litosol
3. Komplek mediteran dan litosol 0.46
4. Latosol kuning kemerahan 0.56
5. Grumusol 0.20
6. Aluvial 0.47
7. Regusol 0.40
Sumber : Anonimous III, 2000
L = (X/22,1)m
Dimana :
L = adalah faktor panjang kemiringan lereng tanah dalam [m]
X = adalah panjang lereng dalam [m]
M = adalah tetapan tergantung dari kemiringan lereng tanah,
dengan :
m = 0.2 untuk kemiringan lereng ≤ 1%
m = 0.3 untuk kemiringan lereng > 1 % sampai dengan ≤ 3 %
m = 0.4 untuk kemiringan lereng > 3 % sampai dengan ≤ 5 %
m = 0.5 untuk kemiringan lereng > 5 %
atau
S = 0,065 + 0,045 s + 0,0065 s2
Dalam prakteknya nilai L dan S sering dihitung sekaligus berupa faktor LS.
LS adalah perbandingan antara besarnya erosi dari sebidang tanah
dengan panjang lereng dan kecuraman tertentu terhadap besarnya
erosi dari tanah yang terletak pada lereng dengan panjang 22,1 meter
dan kecuraman 9 persen. Nilai LS untuk suatu bidang tanah dapat
dihitung dengan persamaan:
Atau
dimana :
m = tetapan seperti telah tercantum dalam rumusan terdahulu
Θ = sudut kemiringan lereng tanah dalam [derajat]
s = kemiringan lereng tanah dalam [persen]
Hasil perhitungan prakiraan erosi dapat dilihat pada tabel 7.6. dan 7.7.
Tabel 7.6
Estimasi Laju Sedimen pada DAS Kurukodi
450 - 500 m 3.1 semak 0.14199 14.1986 0.01 3,613.48 36.13 0.35 12.65
3.1 tegalan 0.03418 3.4178 0.01 869.82 8.70 0.35 3.04
500 - 550 0.4 sawah 0.68850 68.85 0.04 2,260.91 90.44 0.35 31.65
1.4 ladang 0.06900 6.9 0.19 793.04 150.68 0.35 52.74
0.4 ladang 0.08123 8.123 0.19 266.74 50.68 0.35 17.74
9.1 semak 0.15369 15.369 0.01 11,481.69 114.82 0.35 40.19
0.4 kebun 0.13000 13 0.02 426.90 8.54 0.35 2.99
1.4 hutan 0.02270 2.27 0.05 260.90 13.04 0.35 4.57
Total 1.321284 132.1284 165.56 (ton/th)
1.25 (ton/ha/th)
0.68 (m3/ha/th)
89.49 (m3/th)
Tabel 7.7.
Estimasi Laju Sedimen pada DAS Sobarade
450 - 500 m 6.8 semak 0.334 33.40 0.01 18,644.94 186.45 0.35 65.26
6.8 hutan 0.226 22.63 0.01 12,630.71 126.31 0.35 44.21
1.4 semak 0.562 56.15 0.01 6,453.75 64.54 0.35 22.59
500 - 550 0.4 sawah 0.689 68.85 0.04 2,260.91 90.44 0.35 31.65
0.4 lahan terbuka 0.069 6.90 0.19 226.58 43.05 0.35 15.07
-
-
-
-
Total 1.879266 187.9266 178.77 (ton/th)
0.95 (ton/ha/th)
0.51 (m3/ha/th)
96.63 (m3/th)
7.2. Umur Layanan Embung
1.5
⎛ ⎛ ⎞⎞
⎜ ⎜ ⎟⎟
1
Te = 100⎜1 − ⎜ ⎟⎟
⎜ ⎜ C ⎟⎟
⎜ ⎜ 1 + 100 ⎟⎟
⎝ ⎝ I ⎠⎠
Dimana
C = Kapasitas tampungan mati
I = Inflow tahunan
Berdasarkan analisis pada Tabel 7.8. dan 7.9., maka umur layanan
masing-masing embung adalah sebagai berikut
1. embung Saborade masa layan 20 tahun
2. embung Kurukodi masa layan 20 tahun.
Tabel 7.8
Simulasi Masa Layan Embung Sobarade