Anda di halaman 1dari 14

REFERENSI ARTIKEL

SKIN FLAP

DISUSUN OLEH :
ALVIAN CHANDRA BUDIMAN (G 99172031)
MAULIDA NARULITA (G 99172009)
NURROHMAT T (G 99172129)
Periode: 21-27 Januari 2019

PEMBIMBING :
dr. AMRU SUNGKAR, Sp.B, Sp.BP-RE(K)

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU BEDAH PLASTIK DAN REKONSTRUKSI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik


Ilmu Bedah Plastik dan Rekonstruksi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret / RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Referensi artikel dengan judul:

Skin Flap

Hari, tanggal : Selasa, 22 Januari 2019

Disusun oleh:
ALVIAN CHANDRA BUDIMAN (G 99172031)
MAULIDA NARULITA (G 99172009)
NURROHMAT T (G 99172129)

Mengetahui dan menyetujui,


Pembimbing Referensi Artikel

dr. Amru Sungkar, Sp.B, Sp.BP-RE(K).


NIP. 19570328 198410 1 001

2
I. DEFINISI
Flap adalah c Sebagai dasar dari sebuah flap, selain mengandung
pembuluh darah, pedikel juga dapat mengandung kulit, jaringan subkutis,
fasia, otot dan saraf.
Flap juga dapat didefinisikan sebagai jaringan kulit atau subkutan
yang dipindahkan dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya dengan
satu sisinya dilepaskan dari landasan vaskulernya dengan tujuan untuk
memberi kehidupan pada flap tersebut. Flap adalah cangkok jaringan kulit
beserta jaringan lunak dibawahnya yang diangkat dari tempat asalnya.
Flap yang dipindahkan akan mementuk pendarahan baru di tempat
resipien. Umumnya flap digunakan bila dasar luka tidak memungkinkan
untuk direkonstruksi dengan skin graft atau bila diperlukan rekonstruksi
yang lebih kompleks. Tindakan bedah rekonstruksi antara lain sering
digunakan untuk memperbaiki kecacatan atau kelainan yang timbul akibat
kecelakaan.
Indikasi Penggunaan Flap:
1. Recipient bad yang vascularisasinya jelek (misalnya diatas tulang,
fascia, tendo, saraf, pembuluh darah).
2. Kebutuhan rekonstruksi pada daerah wajah pasca kegagalan
dengan skin graft / full thickness skin graft misalnya pada kelopak
mata,bibir, telinga, hidung dll)
3. Kebutuhan akan jaringan penunjang (Padding)
4. Kebutuhan akan restorasi sensitasi / vasculair
5. Kebutuhan akan dilakukannya reoperasi kembali di kemudian hari,
guna perbaikan struktur dibawahnya.
II. KLASIFIKASI
Flap dapat diklasifikasikan berdasarkan suplai darah mereka (axial
dan random), bentuk, lokasi, atau gerakan. Flap lokal dapat
diklasifikasikan berdasarkan suplai darahnya: flap arteri (aksial) atau flap
berpola acak berdasarkan pleksus subdermal yang saling berhubungan.
Flap regional dan bebas didasarkan pada angiosome, yang merupakan unit

3
anatomi jaringan (terdiri dari kulit, jaringan subkutan, fasia, otot, dan
tulang) yang diberi makan oleh arteri sumber dan dikeringkan dengan vena
spesifik. Vaskularisasi kulit terjadi melalui arteri muskulokutan atau
septokutaneus, yang kemudian berakhir ke pleksus vaskular subdermal
dan dermal.
Kelangsungan hidup dari flap pola acak tergantung pada tekanan
perfusi kapiler. Peningkatan panjang flap menghasilkan tekanan perfusi
yang lebih sedikit untuk menahan tekanan penutupan kritis yang diberikan
pada arteriol akhir. Kemacetan vena atau limfedema juga dapat
menyebabkan penurunan tekanan perfusi dan mengakibatkan nekrosis
flap. Dengan flap apa pun, gangguan vaskularisasi arteri menyebabkan
hilangnya flap yang cepat (<24 jam). Komplikasi lebih umum dan alasan
hilangnya flap (bebas, regional, dan acak) adalah kongesti vena.
Kemacetan menyebabkan stasis dan pembekuan. Perbanyakan trombus
yang menyebabkan kegagalan mikrosirkulasi menghasilkan endapan yang
akhirnya menyebabkan kematian sel yang ireversibel (fenomena “no
reflow”). Pada flap bebas, pembalikan proses ini harus terjadi dalam waktu
kurang dari 6 jam untuk secara andal membalikkan iskemia.
Flap dapat dibedakan berdasarkan:
1. Vaskularisasinya
 Random Skin Flap : tidak memiliki sumber pembuluh darah
tertentu yang dominan. Jika vaskularisasi flap tidak berasal
dari arteri yang dikenal tetapi berasal dari arteri-arteri kecil
yang belum memiliki nama secara anatomis.
 Axial Skin Flap : memiliki sumber pembuluh darah yang
dominan, jenisnya antara lain peninsular axial, island axial,
free flap. Flap axial yang lazim digunakan ialah flap dahi,
flap deltopektoral, dan flap inguinal.
o Flap dari daerah dahi yang dilayani oleh arteri
temporalis superfisial dan arteri supraorbitalis lazim

4
dipakai untuk memperbaiki defek pada hidung dan
pipi
o Flap deltopektoral merupakan flap yang dilayani
oleh arteri perforator dari arteri mammaria interna.
Flap ini dipakai untuk mengoreksi defek di dinding
torak, misalnya setelah pembedahan payudara atau
wajah. Flap ini juga dapat digunakan bersama-sama
flap dahi untuk menutup defek pipi dengan dua
lapisan; (1) sebagai lapisan yang berepitel dalam
mulut, (2) sebagai lapisan berepitel luar.
o Pada flap inguinal, arteri dan vena sirkumfleksa
superfisialis bertindak sebagai tangkai penunjang
vaskularisasi. Flap jenis ini dapat dipakai untuk
menutup defek pada tangan, lengan bawah, bahkan
secara bertahap untuk daerah kepala atau leher
melalui perantaraan tangan atau lengan bawah.
Karena banyaknya variasi yang ada pada vaskularisasi
aksial maka Mathes dan Nahai telah membuat
subklasifikasi terbaru (Tipe aksial I-V) untuk menjelaskan
bebagai macam tipe flap otot.
i. Satu tangkai pembuluh darah (misalnya, tensor
fascia lata)
ii. Tangkai dominan dan tangkai minor (misalnya,
gracilis)
iii. Dua tangkai dominan (misalnya, gluteus maximus)
iv. Tangkai vaskular segmental (misalnya, sartorius)
v. Satu tangkai dominan dan tangkai segmental
sekunder (misalnya, latissimus dorsi)

5
Gambar 1. Klasifikasi Mathes dan Nahai
 Reverse-flow flaps : sumber pembuluh darah proksimal
dipotong, flap bertahan dengan sumber kehidupan dari
perdarahan dari distal
2. Cara Berpindah
 Rotasi dengan Pivot Point: Rotasi, Transposisi, Interpolasi
 Advancement Flap: Single pedicle, V-Y advancement, Y-V
advancement, Bipedicle advancement
 Tak langsung (bertahap): Kulit ditempel ke pergelangan
tangan, 3 minggu kemudian dilepas kemudian ditempel ke
tempat baru, dengan tangan sebagai pembawa/perantara
kehidupan flap
3. Jarak dari Defek
 Lokal: Jaringan dapat dipindahkan dari daerah yang
berdekatan ke daerah yang memiliki defek. Terdiri atas
o Flap yang bertumpu di satu titik: flap rotasi,
transposisi, interpolasi
o Flap advancement: single-pedicle, V-Y, Y-V,
bipedicle
 Flap Regional
 Flap jauh (distant skin flaps)
Jaringan yang dipindahkan dari daerah yang berjauhan atau
dengan kata lain berasal dari bagian tubuh disebut sebagai

6
flap “jauh”. Flap jauh dapat disertai pedikel atau bebas.
Flap bebas dilepaskan dari vaskularisasi asalnya dan
direkatkan pada pembuluh darah resepien. Anastomosis ini
dilakukan dengan menggunakan bantuan mikroskop, dan
dikenal sebagai “microsurgical anastomosis”
 Free flap (tidak tergantung jarak)
4. Jaringan yang dimiliki
Pada umumnya, flap dapat berasal dari bagian tubuh manusia
manapun sepanjang suplai darah yang adekuat pada flap dapat
dipastikan saat jaringan tersebut digunakan. 4 Flap dapat terdiri
dari satu tipe jaringan (misalnya jaringan kulit pada flap kutaneus)
atau beberapa tipe jaringan (misalnya, kulit dan fasia pada flap
fasiokutaneus).
 Cutaneous/kulit
 Fasciocutaneous (misalnya, flap lengan radial)
 Musculocutaneous
 Osteocutaneous (misalnya, flap fibula)
 Osteomusculocutaneous
 Omentum/usus
 Campuran
III. APLIKASI KLINIS
1. Flap Kulit
Indikasi
 Rekonstruksi defek lokal dengan jaringan yang serupa
tampilannya
 Menutup jaringan yang relatif kurang vaskular, misalnya
tulang tanpa periosteum
Jenis cutaneous flap
 Random-pattern flap
 Axial-pattern flap

7
 Advancement flap: single-pedicle, bipedicle, V-Y
advancement flap
 Rotation flap: basic (unilobe), bilobed flap
 Transposition flap: Z-plasty, Limberg (rhomboid),
Dufourmentel, interpolasi
2. Flap Fasciocutaneous
Flap yang menyertakan fascia superficialis misalnya scarpae
maupun fascia superficial dari otot di bawah kulit. Pembuluh darah
yang menghidupi flap ini berasal dari arteri perforator yang
menembus fascia superficialis otot dan agar flap kulit ini bisa
dimobilisir maka fascia superficial inilah yang digeser.
Keuntungan penggunaan flap fascio-cutaneuous :
 Warna dan tekstur paling cocok dengan area defek
 Waktu singkat
 Tidak memerlukan instrumen khusus :
Kerugian penggunaan flap fascio-cutaneuous
 Kadang scar tidak dapat terlalu diatur penempatannya
3. Keystone Flap
Keystone adalah bangunan arsitektur yaitu baja/beton yang
berbentuk khusus yang ditempatkan pada puncak gapura, yang
dibuat untuk mencegah kolapsnya gapura. Hal ini digambarkan
sebagai “flap dengan desain trapezium yang berbentuk
melengkung”.
Keuntungan flap keystone:
 Dapat digunakan untuk seluruh tubuh dari kepala hingga
kaki
 Jaringan donor untuk menutup defek relatif sama dengan
jaringan yang hilang baik dari segi warna, tekstur, ukuran
dan kedekatan lokasi donor
 Flap keystone dapat dipilih secara acak karena tidak perlu
secara khusus mengidentifikasi perforator

8
 Desain sederhana
 Secara teknik lebih mudah
 Pasokan pembuluh darah lebih kuat sehingga flap dapat
berhasil hidup
 Waktu operasi lebih pendek
 Relatif tidak nyeri pada post operasi
 Secara estetik menampilkan hasil yang lebih baik
 Lebih hemat biaya
Kerugian flap keystone :
 Penempatan scar tidak selalu dapat disembunyikan
 Defek kadang tidak dapat ditutup dengan flap hanya dari 1
sisi
4. Flap Musculocutaneous
Indikasi:
 Diperlukan massa yang besar
 Menghilangkan ruang rugi dan infeksi
 Mengembalikan fungsi motorik
Keuntungan:
 Massa yang cukup besar untuk menutupi defek
 Dapat menyesuaikan dengan luka tidak beraturan.
 Vaskularisasi baik
 Dapat mengikutkan tulang pada transfer
 Dapat mentransfer saraf motorik dan saraf sensorik
Kerugian:
Mengorbankan sebagian atau seluruh fungsi otot tersebut.

9
Gambar 2. Defek inguinal kanan pasca eksisi keganasan. Akan
ditutup dengan flap kulit dengan perdarahan dari perforator arteri
epigastrika inferior profunda (DIEP).

Gambar 3. Pengambilan flap (DIEP). Perhatikan pedikel yang


berisi pembuluh darah di sisi kiri pada gambar.

10
Gambar 4. Bekas luka donor ditutup langsung dan defek telah
ditutup flap.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. Sudjatmiko G. 2014. Petunjuk Praktis Ilmu Bedah Plastik


Rekonstruksi. Edisi 4. Yayasan Lingkar Studi Bedah Plastik:
Jakarta.
2. Wong BJ-F, Arnold MG dan Boeckmann JO. 2016. Facial Plastic
and Recontructive Surgery. Springer International Publishing: New
York.
3. Sudjatmiko G, Pribadi S dan Supit L. 2013. Random perforator
flap: some experiences with keystone flap. Jurnal Plastik
Rekonstruksi. 2: 42-46.
4. Tschoi M, Hoy EA dan Granick MS. 2005. Skin flaps. Clinical
Practical Surgery. 261-273.
5. Chrysopoulo, HT. 2017. Flaps Classification. [Online].
https://emedicine.medscape.com/article/1284474-overview.
Diakses pada 22 Januari 2019.
6. Gu JZ et al. 2014. Aesthetic and Sensory Reconstruction of Finger
Pulp Defects Using Free Toe Flaps. Aesthetic Plastic Surgery. 38:
156-163.
7. Stone JP et al. 2015. Avoiding Skin Graft: Keystone Flap in
Reconstructive Surgery. Plastic and Reconstructive Surgery.
136(2): 404-408.
8. Chaput B et al. 2014. Reconstruction of cubital fossa skin necrosis
with radial collateral artery perforator-based propeller flap
(RCAP). Annales de chirurgie plastique esthétique. 59: 65-69.
9. Kim SW et al. Reconstruction of the lateral malleolus and
calcaneus region using free thoracodorsal artery perforator flaps.
Microsurgery.
10. Lucas JB. 2017. The Physiology and Biomechanics of Skin Flaps.
Facial Plastic Surgery North America. 25(3): 303-311.

12
11. Scaglioni MF et al. 2015. The Posteromedial Thigh Flap for Head
and Neck Reconstruction. Plastic and Reconstructive Surgery.
136(2): 363-375.
12. Sayadi LR et al. 2017. A Novel Innovation for Surgical Flap
Markings: A Novel Innovation for Surgical Flap Markings. Plastic
and Reconstructive Surgery. 142(3):827-830.
13. Butler PD dan Wu LC. 2015. Abdominal perforator vs. muscle
sparing flaps for breast reconstruction. Gland Surgery. 4(3):212-
21.
14. Appleton SE dan Morris SF. 2014. Anatomy and Physiology of
Perforator Flaps of the Upper Limb. Hand Clinic. 30(2):123-135.
15. Ebrahimi A et al. 2015. Comparison of Local Flaps and Skin
Grafts to Repair Cheek Skin Defects. Journal of Cutaneous and
Aesthetic Surgery. 8(2): 92–96.
16. Chae MP et al. 2015. Current Evidence for Postoperative
Monitoring of Microvascular Free Flaps. Annals of Plastic
Surgery. 74(5):621-32.
17. Rehim SA et al. 2014. Dermal Skin Substitutes for Upper Limb
Reconstruction. Hand Clinic. 30(2): 239–vii.
18. Matsumoto H et al. 2019. Detailed Vascular Anatomy and Flap
Harvest Technique of the Serratus Anterior Rib Composite Flap.
Plastic and Reconstructive Surgery. 143(1):115-124.
19. Fang T et al. 2014. Effects of Vascular Endothelial Growth Factor
on Survival of Surgical Flaps. Journal of Reconstructive
Microsurgery. 30(1): 1-14.
20. Wu CC et al. 2013. Free tissue transfers in head and neck
reconstruction complications, outcomes and strategies for
management of flap failure. Microsurgery. 34: 339-344.
21. Biswas D et al. 2014. Local and Regional Flaps for Hand
Coverage. Journal of Hand Surgery. 39(5): 992-1004.

13
22. Fichter AM et al. 2014. Perforator flaps how many perforators are
necessary to keep a flap alive. Journal of Oral and Maxillofacial
Surgery. 432-437.
23. Narushima M et al. 2018. Pure Skin Perforator Flaps The
Anatomical Vascularity of the Superthin Flap. Plastic and
Reconstructive Surgery. 142: 351-360.
24. Wallace CG et al. 2014. Role of multiple free flaps in head and
neck reconstruction. Current Opinion of Otolaryngology, Head
and Neck Surgery. 22(2): 140-146.
25. Matsen CB et al. 2015. Skin Flap Necrosis After Mastectomy With
Reconstruction. Annnals of Surgical Oncology.
26. Emerick KS et al. 2014. Supraclavicular Flap Reconstruction
Following Total Laryngectomy. Laryngoscope. 124: 1777-1782.
27. Rogers-Vizena CR et al. 2015. Surgical Treatment and
Reconstruction of Non-melanoma Facial Skin Cancers. Plastic and
Reconstructive Surgery. 135: 895-908.
28. Park JS et al. 2015. Using Local Flaps in a Chest Wall
Reconstruction after Mastectomy for Locally Advanced Breast
Cancer. Archives of Plastic Surgery. 42(3): 288-294.

14

Anda mungkin juga menyukai