Anda di halaman 1dari 122

PT.

NINDYA KARYA (Persero)


General Contractor - EPC - Investment

BUKU PANDUAN HSE


PT. NINDYA KARYA (Persero)
General Contractor - EPC - Investment

Kantor Pusat: Gedung Nindya


Jl. Letjen MT Haryono Kav. 22 Cawang, Jakarta TImur
Phone: (021) 8093276 | Fax: (021) 8093105
Email: nindyakarya@nindyakarya.co.id
website: www.nindyakarya.co.id No. Revisi : 0.0
Kata
Pengantar
PT Nindya Karya (Persero) mempunyai komitmen untuk melaksanakan
semua aktivitas dengan aman, tidak membahayakan orang dan tidak
mencemari lingkungan. Hal ini dapat tercapai jika pegawai atau
personil pendukung dan mitra kerja turut berpartisipasi melaksanakan
semua segi di dalam kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan
lingkungan ( HSE ).
PT Nindya Karya (Persero) terus berusaha menjadikan fasilitas dan
tempat kerja lebih aman dan sehat. Dibawah kebijakan HSE, kami
mengembangkan Sistem Manajemen HSE untuk mengatur kinerja
di bidang kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan.
C

M
Kami membekali karyawan kami dengan pelatihan secara teknik dan
Y
pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai komitmen HSE kami.
Semua ini adalah untuk melindungi kesehatan dan keselamatan setiap
CM

MY
orang yang ikut mengambil bagian dalam operasi / kegiatan kami dan
CY juga komunitas yang tinggal di daerah operasi kami. Melalui buku
CMY Panduan HSE, kami menekankan kembali komitmen PT Nindya Karya
K
(Persero) untuk memberikan perlindungan yang sama kepada semua
karyawan termasuk sub-kontraktor atau mitra kerja dari semua resiko
cedera, kerusakan dan kehilangan asset perusahaan.
Buku Panduan ini merupakan bagian dari alat manajemen untuk
menyediakan informasi HSE yang relevan kepada seluruh karyawan,
sub kontraktor atau mitra kerja untuk melaksanakan pekerjaan mereka
secara aman dan ramah lingkungan.

Terima kasih.
Jakarta, 27 Juli 2018

FIRMANSYAH
Direktur Produksi dan HSE

Pedoman HSE | i
3

ii | Pedoman HSE
4

Pedoman HSE | iii


5

iv | Pedoman HSE
6

Pedoman HSE | v
KATA PENGANTAR i
peraturan proyek 01
Memasuki & Keluar Lokasi Proyek 03
induksi 04
tanda induksi & proyek 05
alat pelindung diri (apd) 06
standar alat pelindung diri perusahaan 07
Kick-Off Meeting Sub Kontraktor dan Mandor 15
rapat metode kerja 16
Job safety analisis 17
daily Tool box talk 22
weekly tool box meeting 23
rapat p2k3 24
penghargaan best performance 26
papan informasi k3 27
latihan operasi alat 28
inspeksi harian 29
inspeksi peralatan tangan (hand tool) 30
inspeksi mesin tenaga dan produksi 31
inspeksi alat-alat berat dan angkut-angkut 32
inspeksi lifting gears 38
tagging color code 41
manual handling 42
mengoperasikan gerinda 43
galian 44
operasi pengelasan 46
generator 49
mesin yang berputar 52
pencegahan kebakaran 53
scafolding 55
tangga 59
dasar-dasar operasi alat berat 62
operasi crane angkat 65
operasi concrete pump 70
kabel listrik 82
tabung gas (gas cylinder) 83
pan (proteksi benda jatuh) 85
pengelolaan sampah 86
pelindung jatuh 88
confined space 90
loto (lockout tagout) 92
penanggulangan gawat darurat 95
pertolongan pertama pada kecelakaan (p3k) 98
GUDANG (TEMPAT PENYIMPANAN) 99
bedeng pekerja 101
kantin 102
mushola
KATA PENGANTAR i
103
peraturan proyek
toilet 01
104
Memasuki & (5r)
kebersihan Keluar Lokasi Proyek 03
105
induksi
izin kerja (work permit) 04
106
tanda induksimenghentikan
kewenangan & proyek pekerjaan 05
108
alat pelindung
penanganan tumpahan
diri (apd)b3 dan limbah b3 06
110
standar alat pelindung diri perusahaan 07
Kick-Off Meeting Sub Kontraktor dan Mandor 15
rapat metode kerja 16
daily box talk 17
weekly tool box meeting 18
rapat p2k3 19
penghargaan best performance 21
papan informasi k3 22
latihan operasi alat 23
inspeksi harian 24
inspeksi peralatan tangan (hand tool) 25
inspeksi mesin tenaga dan produksi 26
inspeksi alat-alat berat dan angkut-angkut 27
inspeksi lifting gears 33
tagging color code 36
manual handling 37
mengoperasikan gerinda 38
PEraturan
Proyek
1. Pekerja baru, staff baru dan tamu yang memasuki area
proyek wajib melapor kepada petugas keamanan proyek.
2. Pekerja baru, staff baru dan tamu yang memasuki area proyek
wajib mendapatkan induksi sebelum memasuki area kerja.
3. Bagi tamu yang berkepentingan dan memasuki area kerja
wajib mendapatkan pendampingan (escort) dari staff yang
ditunjuk.
4. Pengambilan gambar (foto) dapat dilakukan jika telah
mendapatkan persetujuan manajemen proyek.
5. Seluruh personil diwajibkan mengenakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang diwajibkan sesuai dengan potensi bahaya yang
ada.
6. Perawatan dan pemeliharaan APD adalah tanggung jawab
masing-masing pekerja.
7. Dilarang merokok di area proyek kecuali di tempat yang telah
ditetapkan.
8. Dilarang mengoperasikan alat-alat proyek tanpa izin.
9. Operator alat berat wajib melengkapi diri dengan Surat Izin
Operasi yang masih berlaku, dan mendapatkan izin dari HSE
Officer Proyek.
10. Sub-kon dan mandor wajib melaporkan seluruh peralatan
yang dibawanya kepada HSE Officer Proyek dan diinspeksi
oleh bagian mekanik proyek sebelum digunakan.
11. Peralatan yang tidak layak dan tidak dapat diperbaiki wajib
dibawa keluar area proyek.

Pedoman HSE | 01
12. Dilarang menggunakan peralatan yang tidak layak atau
sedang diperbaiki.
13. Ketika waktu istirahat, seluruh personil dilarang berada di
area kerja, kecuali ditentukan lain dengan pengawasan.
14. Dilarang bekerja sambil bercanda.
15. Wajib menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
16. Dilarang memodifikasi peralatan kerja.
17. Pekerja dapat melaksanakan pekerjaan jika telah menerima
perintah kerja dari pelaksana lapangan melalui Tool Box Talk.
18. Seluruh personil wajib menjaga dan merawat fasilitas proyek.
19. Seluruh personil wajib melaporkan kondisi bahaya, tindakan
berbahaya dan kecelakaan yang terjadi di proyek.
20. Seluruh personil wajib menjaga kerahasiaan yang ada di
proyek terhadap pihak luar.

02 | Pedoman HSE
Memasuki & Keluar
Lokasi Proyek

1. Setiap orang yang memasuki area proyek


wajib melapor kepada pihak keamanan
proyek dan mendapatkan pengarahan
lebih lanjut.

2. Sub-kontraktor dan mandor wajib mendampingi calon


pekerja untuk mendapatkan induksi.
3. Bagi yang belum memiliki ID proyek, maka wajib meninggalkan
Kartu Identitas Diri di Pos Petugas Keamanan Proyek guna
mendapatkan ID Sementara.
4. Petugas wajib melakukan
pemeriksaan terhadap
seluruh kendaraan yang
keluar dan masuk area
proyek.
5. Jika membawa/
mengangkut alat atau
material keluar dari proyek,
maka wajib mendapatkan persetujuan dari manajemen
proyek.
6. Petugas keamanan berhak melarang personil yang memasuki
proyek tanpa APD atau kelengkapan lain yang ditetapkan
proyek.

Pedoman HSE | 03
INDUKSI

Berikut ini yang diwajibkan


mengikuti kegiatan
induksi :
• Staf / karyawan baru
• Pekerja baru proyek
• Tamu

Materi pembahasan adalah menjelaskan tentang :


• Hak dan kewajiban pekerja berhubungan dengan K3
• Potensi-potensi bahaya yang ada di lapangan
• Cara penanggulangan bahaya
• Tindakan dalam kondisi darurat
• Cara pemakaian Alat Pelindung Diri
• Budaya lokal / aturan tidak tertulis / adat istiadat

Setelah diberikan induksi, maka peserta induksi wajib mengisi


dan menandatangani formulir pernyataan lalu akan diberikan
badge/ID sebagai tanda telah diizinkan memasuki area kerja.

04 | Pedoman HSE Induksi mengacu kepada prosedur Komunikasi


Tanda Induksi
& ID PRoyek

Sticker ukuran 5.5 x


4 cm Dipasang pada
bagian belakang
Helmet

Kartu ID 5.5 x 8.5


cm Wajib dikenakan
selama berada di
site

Personil tanpa ID dan Stiker Induksi, wajib melapor kepada


pihak keamanan proyek untuk mendapatkan
pengarahan lebih lanjut

Pedoman HSE | 05
Alat PElindung DIri
(apd)
Berikut ini adalah APD yang bersifat wajib dikenakan oleh
seluruh personil yang berada di site.

Helmet (Wajib) Safety Glass

Baju reflective/vest
(Wajib)
Baju Kerja

Sarung Tangan
(Jika pekerjaan panas
atau benda tajam)
Celana Kerja

Body Harness
(Jika bekerja di ketinggian)

Safety Shoes
(dengan Steel Toe)

Jika melaksanakan kegiatan atau pekerjaan tertentu, maka


diwajibkan mengenakan APD yang sesuai dengan bahaya yang
timbul (lihat bab APD khusus).

SELURUH PERSONIL DI AREA PROYEK WAJIB TERLINDUNG


DARI BAHAYA SETIAP SAAT

06 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur APD


Standar Alat Pelindung
Diri Perusahaan

A. Helmet
Standart ANSI Z89.1 – 2014, Type I Class G dan E dilengkapi
chinstrap yang ukurannya dapat disesuaikan atau berbahan
elastis.

Pembagian warna sebagai berikut :


1. Putih untuk staff PT Nindya Karya (Persero) dan staff
sub-kontraktor dengan detail sebagai berikut:

Staff, helmet berwarna


putih tanpa garis.

EM, SOM, SAM, helmet


berwana putih dengan
satu garis warna
orange, ukuran 0.5 cm

Manajer Proyek, helmet


berwana putih dengan 2 (dua)
garis, warna orange, ukuran 0.5
cm dan jarak antar garis 1 cm

*Staff sub-kontraktor, helmet putih tanpa garis, dengan logo


perusahaan masing-masing.

Pedoman HSE | 07
2. Merah untuk team HSE dengan detail sebagai berikut:

Inspector HSE,
helmet berwarna merah
tanpa garis

HSE Officer Proyek, helmet


berwarna merah dengan satu
garis warna orange
ukuran 0.5 cm

3. Helmet kelompok pekerja/sub-kontraktor sebagai


berikut :

Orange (Besi/Baja) Hijau (Kayu)

Biru (M & E) Kuning (Cor Batu & Finishing)

08 | Pedoman HSE
Biru dengan Garis Putih di Merah dengan Tulisan
Bagian Belakang SECURITY di Bagian Belakang
(Operator & Pengemudi) (Security)

4. Helmet mandor:

Helmet mandor ditandai dengan


satu garis warna orange ukuran
0.5 cm dengan warna helmet
sesuai dengan kelompoknya.

*Contoh: Helmet mandor finishing

B. Baju Kerja
Baju kerja wajib digunakan oleh seluruh personil, tanpa
terkecuali, yang berada di area konstruksi

a. Baju berlengan (pendek/panjang)


b. Celana panjang
c. Reflektif yang dapat berpendar pada baju, dengan lebar
total minimal 4 cm, atau
d. Menggunakan rompi dengan reflektif
e. Baju kerja staff proyek sesuai dengan standar baju
perusahaan untuk di proyek

Pedoman HSE | 09
e. Baju kerja staff proyek sesuai dengan standar
baju perusahaan untuk di proyek.
c. Sepatu Safety

C. Sepatu Safety
Sepatu safety yang sesuai dengan tempat kerja harus
selalu dipakai oleh setiap pekerja yang bekerja di area
Sepatu safety yang sesuai dengan tempat kerja harus selalu
konstruksi.
dipakai oleh setiap pekerja yang bekerja di area konstruksi.
a. Sepatu kulit, SNI 7079:2009, minimal design A
a. Sepatu(pendek
kulit, SNI 7079:2009,
dibawah minimal design A (pendek
mata kaki).
dibawah mata kaki).
b. Sepatu boot karet dengan steel toe dengan
b. Sepatu boot karet dengan steel toe dengan kekuatan
kekuatan
benturan hinggabenturan hingga 200 Joule.
200 Joule.
c. Untuk
c. Untuk kegiatan kegiatan di yang
di tempat tempat yangmaka
becek, becek, maka
dapat
menggunakan sepatu karet yang dilengkapi steel
dapat menggunakan sepatu karet yang dilengkapi toe.
steel toe.
Gambar design sepatu safety sebagai berikut :
Gambar design sepatu safety sebagai berikut :

Desain A : Desain Pendek Desain B : Pergelangan Kaki DesainC : Setengah Lutut

d. Sarung Tangan Katun


D. Sarung Tangan Katun 20
Untuk digunakan pada pekerjaan galian, pasang bata,
Untuk digunakan pada pekerjaan galian, pasang bata, plester
dan plester dan pekerjaan lain dengan resiko setara dengan
pekerjaan lain dengan resiko setara dengan pekerjaan
pekerjaan
tersebut. Khusustersebut. Khusus pekerja
pekerja bobok/chipping, bobok/chipping,
wajib menggunakan
sarung tangan
wajib katun polkadot
menggunakan (dengantangan
sarung lapisan katun
karet). polkadot

(dengan lapisan karet).

SARUNG
SarungTANGAN KATUN
Tangan Katun SARUNG TANGAN
Sarung TanganKATUN POLKADOT
Katun Polkadot

e. Sarung Tangan Kombinasi

Untuk melakukan pekerjaan yang


10 | Pedoman HSE berhubungan dengan kerja pembesian,
material baja (plat, WF, H-beam dsb),
(dengan lapisan karet).

SARUNG TANGAN KATUN SARUNG TANGAN KATUN POLKADOT

E. e.Sarung Tangan Kombinasi


Sarung Tangan Kombinasi SARUNG TANGAN KATUN SARUNG TANGAN KATUN POLKADOT

e. Sarung Tangan Kombinasi


Untuk melakukan
Untuk pekerjaan
melakukan yang berhubungan
pekerjaan yang
dengan kerjaUntuk
pembesian,
melakukanmaterial baja (plat,
pekerjaan yang
WF,berhubungan
H-beam dsb), dengan
kaca, kerja
wire pembesian,
sling, penanganan
berhubungan dengan kerja pembesian,
material
material dengan
baja
material permukaan
(plat,
baja WF,
(plat, H-beamkasar
WF, H-beam dan
dsb),
dsb),
pekerjaan kaca,
lain dengan resiko setara material
dengan
kaca, wire sling,
wire penanganan
sling, penangananmaterial
pekerjaan tersebut.
dengan permukaan kasar dan pekerjaan
dengan permukaan kasar dan pekerjaan
lain dengan resiko setara dengan pekerjaan tersebut.
lain dengan resiko setara dengan pekerjaan tersebut.
f. Sarung Tangan Welder

F. Sarung Tangan
f.
Untuk Welder
Sarung Tangan Welder
melakukan pekerjaan pengelasan
SMAW/MMAW, penanganan
UntukUntuk
melakukan melakukan
pekerjaan
radiasi panas,
pekerjaan
pengelasan
percikan
pengelasan
SMAW/MMAW,
SMAW/MMAW, penanganan
penanganan radiasi panas,
bunga api.
percikan bungapanas,
radiasi api. Sarung tangan berbahan
percikan
kulit menutup hingga lengan sesuai
Sarung tangan dengan
berbahan
bunga api.
EN407 – 2004. kulit menutup hingga
lengan sesuai dengan
Sarung tangan berbahan
EN407 – 2004.
kulit menutup hingga

ngan Karet
G. Sarung
lengan Tangan
sesuai Karet
dengan 21

EN407 – 2004.
tangan berbahan Sarung tangan berbahan karet nitrile, yang
ile, yang menutup menutup hingga lengan, sesuai EN374-
21
ngan, sesuai EN374- 2003, untuk pekerjaan yang berhubungan
uk pekerjaan yang
dengan material yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3).
gan dengan material
engandung bahan
a dan beracun (B3).

Pedoman HSE | 11
H. Masker Pernafasan 1
Masker N95 sesuai criteria NIOSH Title
42 CFR 84-1995, wajib dipakai oleh
pekerja yang melakukan pekerjaan
menggerinda, mengelas,
mengamplas, memotong kayu/besi
menggunakan
mesin, dan pekerjaan lain yang
menghasilkan debu atau bekerja
dengan panas (hotwork).

I. Masker Pernafasan 2
Masker dengan cartridge yang sesuai dengan
NIOSH CFR 84-1995 digunakan untuk
penanganan bahan kimia yang menghasilkan
uap (contoh : H2SO4, HCN) atau pekerjaan
yang
beresiko terdapat gas.

Untuk pekerjaan yang berpotensi melukai


wajah, maka wajib disediakan masker yang
dilengkapi dengan face shield.

12 | Pedoman HSE
J. Face Shield
Bahan polycarbonate dilengkapi bracket helm
sesuai kriteria
ANZI Z87.1-2010, digunakan untuk
pekerjaan dengan mesin
gerinda, memotong baja menggunakan
cutting torch, bekerja dengan bahan kimia
berbahaya dan pekerjaan lain dengan resiko
melukai bagian wajah.

K. Welding Mask (Kedok Las) SMAW/MMAW


a. Bahan polypropylene, dilengkapi
bracket helm, menutup seluruh muka
welder dan dapat menahan percikan
api las.
b. Tingkat proteksi (shade number) filter/
kaca, sesuai dengan ANSI Z87.1- 2010

L. Kacamata Kerja (spectacles)


Sesuai dengan ANZI Z87.1-
2010, dipakai oleh pekerja
yang melakukan pekerjaan
memasang paku, pengecoran
beton, chipping, bobok beton
dan pekerjaan-pekerjaan
yang memiliki resiko yang
setara.

Pedoman HSE | 13
M. Full Body Harness
Untuk bekerja di ketinggian lebih dari
1.8 meter, diluar platform aman yang
dipersyaratkan.
Persyaratan minimum, Full Body
Harness 1 point, sesuai kriteria EN361 ,
dilengkapi double lanyard dengan shock
absorber sesuai kriteria EN 354:2002.

N. Ear Plugs
Terbuat dari material karet lunak
sesuai kriteria ANSI S12.6 – 1997
for NRR (Noise Reduction Rating),
Min 25 db. Dipakai oleh pekerja
yang melakukan pekerjaan
di area kebisingan > 85 db.
seperti menggunakan gerinda,
jack drill, di ruang genset dan
lain sebagainya yang memiliki
resiko yang setara.

14 | Pedoman HSE
Kick-Off Meeting
Sub-Kontraktor dan Mandor

a. Merupakan tanggung-jawab Manajer Proyek. Menjelaskan


ruang lingkup pekerjaan masing-masing sub-kontraktor
dan mandor.
b. Menjelaskan syarat-syarat dan peraturan HSE yang berlaku
di lingkungan proyek PT NINDYA KARYA (Persero).
c. Menjelaskan syarat-syarat teknis proyek.
d. Kegiatan ini wajib dihadiri oleh Manajer Proyek, HSE Officer
Proyek, SEM, SOM, SAM dan pimpinan sub-kontraktor atau
mandor yang bersangkutan.

Mengacu kepada prosedur komunikasi Pedoman HSE | 15


Rapat
Metode Kerja
METODE KERJA NINDYA KARYA

Poin-poin penting metode kerja adalah sebagai berikut :

1. Site Engineer Manajer wajib menyusun metode kerja


dilengkapi dengan Job Safety & Environment Analysis.
2. Wajib dibahas di rapat metode kerja yang dihadiri oleh HSE
Officer Proyek, SEM, SOM dan PM.
3. Wajib mendapatkan persetujuan dari HSE Officer Proyek
sebelum disahkan.
4. SOM berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
metode kerja yang telah disahkan
5. Jika dikemudian hari terdapat ketidaksesuaian atau
dinilai bahaya oleh HSE Officer Proyek, pekerjaan wajib
diberhentikan sementara untuk melakukan perbaikan/revisi
metode kerja.

16 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur /instruksi kerja produksi metode kerja
JSA
JOB SAFETY ANALYSIS
Site Engineering Manajer wajib membuat analisa keselamatan
kerja (JSEA) sesuai dengan metode kerja yang telah disusun se-
belumnya dan saling melengkapi satu dengan lainnya

Point – point penting didalam menyusun atau pembuatan


metode kerja adalah sebagai berikut :

LANGKAH 1 - IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA YANG ADA


• Bahaya licin/ tersandung/ terjatuh
• Kebakaran/ Peledakan
• Bahan kimia /Pencemaran lingkungan /kontaminasi
• Objek jatuh
• Bagian mesin yang bergerak
• Penyemburan material (pekerjaan las/ gerinda)
• Tekanan/ Sedotan
• Kelistrikan
• Bekerja di ketinggian
• Kebisingan
• Debu
• Asap
• Posisi kerja terbuka
• Penanganan secara manual
• Penerangan yang kurang
• Temperatur kurang/ tinggi
• Asphyxia (oksigen terpisah)
• Radiasi
• Vibrasi

Mengacu kepada prosedur/instruksi JSA Pedoman HSE | 17


Sebagai tambahan dampak lingkungan yang dipertimbangkan
dalam identifikasi potensi bahaya termasuk :

Terlepas ke Udara:
• Lepasnya gas beracun dan berbahaya
• Lepasnya gas mudah menyala
• Pemadam api media halon
• Kaleng semprot NDT dry penetrant
• Gas BBM Gas (Oxygent, Acetylene, LPG)
• Gas Inert (Nitrogen, Argon)
• Radiasi
• Api terbuka
• Asap
• Operasi grit blasting
• Asap Cat & Las

Terlepas ke Air:
• Terlepas ke sistem drainase
• Air bercampur minyak
• Lumpur bor
• Tanki penyimpanan BBM
• Fasilitas pengolah coolant
• Tempat penampungan limbah
Waste Materials:
• Besi tua
• Produk cat
• Produk limbah air
• Kayu
• Aki
• Kertas
• Sampah umum

18 | Pedoman HSE
Kontaminasi ke Tanah:
• Tumpahan Cairan : Oli, BBM & Produk Cat

Penggunaan Sumber dan Bahan Baku:


• Mesin Generator
• Konsumsi Air

Nuisance/ Masalah Lain:


• Kebisingan
• Sinar ultra violet dari las/pemotongan

LANGKAH 2 – SIAPA YANG BISA TERKENA /DAMPAKNYA ?


• Personil Pekerja/ Pekarya Baru
• Staf Kantor
• Kontraktor
• Orang yang bekerja bersama di tempat kerja anda
• Operator
• Penjaga Kebersihan
• Orang luar
• Personil baru di workshop
• Material, peralatan
• Lingkungan

Perhatian diberikan kepada:


• Karyawan yang cacat
• Pengunjung
• Karyawan yang tidak mempunyai pengalaman
• Bekerja sendirian

Pedoman HSE | 19
LANGKAH 3 - APAKAH RESIKO TERKENDALI SECARA
BENAR ?
• Apakah langkah pencegahan diambil terkait dengan Resiko
dari Bahaya-bahaya yang terdaftar? Sebagai contoh
tersedianya:
• Informasi, instruksi, pelatihan yang mencukupi?
• Sistem dan prosedur yang benar?

Lakukan - langkah pengendalian saat ini :


• Memenuhi standar yang ditetapkan oleh perundangan dan
industri?
• Patuh terhadap standar industri sah?
• Melibatkan praktek kerja yang baik?
• Mengurangi Resiko beralasan dapat dikerjakan?
Jika ya, lalu Resiko tersebut dikendalikan secara benar, namun
anda perlu menentukan langkah pencegahan yang anda harus
lakukan Mungkin anda dapat merujuk pada prosedur, aturan
perusahaan, Code of Practice atau pedoman, yang diberikan
dalam informasi tersebut.

LANGKAH 4 - TINDAKAN YANG HARUS DIAMBIL ?


Prioritas harus diberikan terhadap Resiko yang berdampak
luas terhadap orang dan/ atau berakibat kecelakaan. Prinsip di
bawah ini harus dilakukan saat melakukan tindakan yang harus
diambil, jika mungkin dengan mengikuti petunjuk berikut:

• Menghilangkan Resiko tersebut secara keseluruhan


• Mencoba opsi resiko yang rendah
• Mencegah akses terhadap Bahaya (seperti memagar)
• Mengorganisir kerja untuk mengurangi paparan terhadap
bahaya

20 | Pedoman HSE
• Pemberian APD (sebagai cara terakhir untuk mengurangi
Resiko)
• Menyediakan peralatan/ fasilitas (seperti membersihkan
fasilitas untuk menghilangkan kontaminasi).

1. Site Operational Manajer bertugas melaksanakan instruksi


kerja JSA ini dilapangan proyek masing masing dan
mendistribusikan dokumen rekaman (JSA) kepada personil
terkait diprojek masing masing dan dibahas didalam toolbox
talks harian dan Toolbox meeting mingguan dilapangan
projek masing masing, serta menjadi acuan didalam bekerja
aman dan bekerja selamat
2. Site Engineer Manajer bertugas mereview JSA yang telah
disusun sebelumnya pada setiap tempat kerja dimana
aktifitas JSA sedang berjalan, setelah jangka waktu 1 bulan
penerapan, JSA tersebut akan ditinjau ulang dan direvisi
seperlunya untuk menunjukkan perubahan dalam cara-cara
kerja atau adanya tambahan informasi yang lainnya.

Pedoman HSE | 21
Daily Tool Box Talk

Rencana Kerja

Dilaksanakan setiap hari sebelum melaksanakan pekerjaan atau


shift kerja, diikuti oleh seluruh kru yang dibagi sesuai
dengan pekerjaan/lokasi kerja.

Pelaksana/kepala kelompok wajib menyampaikan hal-hal berikut


ini kepada pekerja dibawahnya :

• Rencana kerja hari ini (sesuai metode kerja)


• Alat-alat kerja dan material yang digunakan
• Potensi bahaya
• Cara menangani bahaya dan APD yang digunakan.

Perhatian!!!
Pekerja/seseorang dilarang melaksanakan/memulai pekerjaan
tanpa mendapatkan pengarahan yang layak.

22 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur komunikasi


Weekly Tool Box Meeting
WEEKLY TOOL BOX MEETING
RENCANA KERJA MINGGUAN

Dilaksanakan seminggu sekali, diikuti oleh seluruh staff,


subkontraktor dan pekerja proyek tanpa terkecuali.
Kegiatan ini menyampaikan :
• Performance K3L Proyek
• Ceramah materi dengan tema K3L sesuai dengan potensi
yang muncul seiring kegiatan proyek
• Sosialisasi rencana kerja dan bahaya minggu mendatang
• Pemberian penghargaan Best Safety Performance.

Mengacu kepada prosedur komunikasi Pedoman HSE | 23


Rapat P2K3
Rapat yang dilaksanakan setiap bulan yang membahas tentang
program - program HSE di area kerja masing masing Fungsi
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
antara lain :

1. Menghimpun dan mengolah data mengenai Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap
tenaga kerja mengenai :
• Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat
menimbulkan gangguan K3 termasuk bahaya kebakaran
dan peledakan serta cara menanggulanginya.
• Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja.
• Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang
bersangkutan.
• Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.

24 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur komunikasi


3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :

• Menentukan tindakan koreksi dengan alternatif terbaik.


• Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
• Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit
akibat kerja (PAK) serta mengambil langkah-langkah
yang diperlukan.
• Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang
keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja
dan ergonomi.
• Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan
menyelenggarakan makanan di perusahaan.
• Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
• Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.
• Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, melakukan pemeriksaan laboratorium
dan melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan.
• Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja,
higiene perusahaan dan kesehatan kerja.
• Membantu pimpinan perusahaan menyusun
kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja dalam
rangka upaya meningkatkan keselamatan kerja, higiene
perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.
(berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor
PER.04/MEN/1987).

Pedoman HSE | 25
Penghargaan
BEst Performance

Merupakan penghargaan
yang diberikan oleh
manajemen proyek kepada
pekerja yang melakukan
kegiatan sesuai dengan
kaidah-kaidah K3 yang telah
ditetapkan. Penghargaan ini
diberikan pada saat kegiatan
Weekly Toolbox Meeting.

PENGHARGAAN K3

Foto penerima penghargaan


akan dipasang pada papan
informasi K3 selama Seminggu

26 | Pedoman HSE Mengacu kepada instruksi kerja penghargaan K3L


Papan Informasi K3

PAPAN INFORMASI K3 PROYEK


Proyek: Jadwal: s/d

Hari: Tanggal: STATISTIK MINGGU KE: PENGHARGAAN K3


1. Induksi :..................Orang
2. Rata-rata tenaga kerja :..................Orang
3. Total jumlah hari kerja :..................Hari
4. Total jumlah jam kerja :..................Jam
5. Kecelakaan
NAMA NAMA NAMA
LAY OUT a. Fatal :..................Kasus
PERINGATAN KESELAMATAN
SITE PLAN b. Luka serius/cacat :..................Kasus
c. Medical treatment :..................Kasus
d. P3K :..................Kasus
e. Jam kerja hilang :..................Jam
6. Total LTI FREE :..................Jam

NO KEGIATAN UTAMA LOKASI RESIKO PIC Frequency Rate


FR = x 1.000.000 =
Saverity Rate
SR = x 1.000.000 =

Merupakan media informasi yang memuat kegiatan yang


akan berlangsung pada hari itu dan juga menampilkan data
statistik pencapaian prestasi K3 mingguan. Selain itu, papan ini
juga berfungsi sebagai media kampanye K3. Site Operational
Manager bertanggung-jawab mengisi Layout Site Plan dan Tabel
dibawahya. Sedangkan HSE Officer Proyek bertanggung jawab
mengisi statistik mingguan, penghargaan K3, serta Peringatan
Keselamatan di Papan Informasi K3 Proyek ini. Papan diletakkan
di depan site office adengan ketinggian 1 meter dari lantai.

Mengacu kepada instruksi kerja papan informasi K3 proyek Pedoman HSE | 27


Latihan Operasi Alat

Bertujuan agar personil dapat mengoperasikan peralatan


dengan aman dan benar sehingga mencegah kecelakaan dan
mencegah kerusakan alat.
Setelah selesai pelatihan, peserta akan dicatat dan diberikan
sticker pada helmet yang menandakan orang tersebut telah
berhak mengoperasikan peralatan yang dimaksud.

Operator peralatan yang wajib dilatih adalah operator :


a. Bar cutter
b. Bar bender
c. Gerinda duduk
d. Gerinda tangan
e. Bor tangan
f. Generator kecil

28 | Pedoman HSE
Inspeksi Harian
Dilakukan oleh Petugas K3 Proyek untuk memastikan :

• Kondisi lapangan aman


• Kegiatan dilaksanakan sesuai metode kerja yang aman
• Alat yang dipakai telah diinspeksi dan aman digunakan
• Kebersihan proyek
• Fasilitas umum
• Pagar pengaman dan proteksi lubang
• Akses
• Sarana P3K
• Scaffolding dan formwork
• Keselamatan operasi
• Dll.

Petugas K3 berwenang menghentikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan


rencana atau standar yang berlaku/atau yang dinilai berbahaya.

Mengacu kepada prosedur inspeksi Pedoman HSE | 29


Inspeksi Peralatan Tangan
(Hand Tools)

Wajib dilakukan oleh mekanik proyek secara regular setiap dua


minggu sekali untuk memastikan alat-alat yang digunakan
sesuai dengan spesifikasi manufaktur dan standar keselamatan.
Peralatan yang wajib diinspeksi adalah:
• Gerinda tangan
• Gerinda duduk
• Bor tangan
• Bor duduk
• Hammer drill
• Alat-alat listrik dan mesin kecil lainnya
Alat yang layak akan diberi label inspeksi/aman tanda alat
tersebut aman untuk digunakan.

30 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur inspeksi


Inspeksi Mesin Tenaga
dan Produksi

Wajib dilakukan oleh mekanik proyek secara periodik setiap dua


minggu sekali dan diberi label inspeksi/aman untuk digunakan.
Dilarang memodifikasi dan menggunakan alat-alat yang tidak
sesuai dengan spesifikasi manufaktur.
Mesin-mesin yang dimaksud antara lain adalah:

• Trafo las
• Bar cutter
• Bar bender
• Table saw/gergaji meja
• Mesin planer
• Mesin las/genset las
• Kompresor
• Genset listrik

Mengacu kepada prosedur inspeksi Pedoman HSE | 31


Inspeksi Alat-Alat Berat
dan Angkat-Angkut

Wajib dilakukan oleh mekanik proyek dan operator secara


reguler setiap dua minggu sekali. Selain itu, operator juga
melaksanakan pemeriksaan alat sesuai checklist harian sebelum
mulai mengoperasikan alat.
Persyaratan kelayakan peralatan secara umum adalah sebagai
berikut :
1. Dilengkapi dengan Sertifikat Layak Operasi dari Dinas
Ketenagakerjaan Setempat.
2. Wajib dilengkapi dengan buku manual operasi yang
diterbitkan oleh manufaktur dan disimpan di kabin operator.
3. Foto operator, nama dan nomor kontak (telepon) yang dapat
dihubungi wajib ditempelkan pada body alat.

32 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur inspeksi


4. Wajib dilengkapi dengan lampu rotator warna kuning.

Lampu Rotator

5. Horn/Klakson berfungsi dengan baik.


6. Dilengkapi dengan APAR jenis powder minimal dengan
kapasitas 3.5 kg.
7. Tidak dimodifikasi/sesuai dengan buku spesifikasi dari
manufaktur.
8. Tidak ada bekas cacat/sambungan pada struktur rangka.
Jika terdapat bekas cacat struktur, wajib dilengkapi catatan
perbaikan dan pengujian dari pihak yang berwenang.
9. Kabin dalam keadaan bersih dan tidak ada barang-barang
yang dapat mengganggu operator dalam mengoperasikan
alat.
10. Pada boom/arm dan sambungan bergerak wajib dipasang
pengunci standar (spring cotter pin).

Spring Cotter Pin

Pedoman HSE | 33
11. Alat/stang kendali dan monitor kabin normal dan berfungsi
dengan baik.
12. Wajib dilengkapi dengan lampu depan (head lamp), lampu
belakan (tail lamp) dan lampu kabin.
13. Pintu kabin (jika ada) wajib berfungsi dengan baik.
14. Tidak ada sisa/bekas rembesan oli/minyak yang keluar dari
mesin.
15. Warna gas buang tidak hitam ketika sedang dioperasikan.
16. Dilengkapi dengan tombol emergency (Emergency push/switch
button) di sisi kanan alat, yang berfungsi jika terjadi situasi alat
tidak dapat dikendalikan maka tombol ini dapat mematikan
mesin.

Emergency Stop

34 | Pedoman HSE
A. Crane
1. Wajib dilengkapi dengan Load Chart yang ditempel di
kabin operator.
2. Horn/Klakson berfungsi dengan baik.
3. Anti two block,Wind speed, Limiter, Swing Alarm semua berfungsi
dengan baik.
4. Drum brake & sling drum dalam keadaan baik.
5. Hook utuh, berfungsi dengan baik dan dilengkapi dengan
safety latch.
6. Load Moment Indicator (LMI) terpasang dan berfungsi dengan
baik serta terkalibrasi.

Load Moment Indicator

7. Uji beban sesuai telah dilakukan dan sesuai.


8. Angle measure wajib berfungsi dengan baik.
9. Wajib dilengkapi dengan lampu boom.
10. Di bagian ujung paling atas boom wajib dilengkapi
lampu kedip berwarna merah yang wajib menyala
secara menerus di waktu malam.
11. Pada bagian under carriage, kondisi harus terjaga tetap
bersih, track tidak kendor dan track shoe lengkap tidak
rusak.

Pedoman HSE | 35
B. Excavator
1. Kunci pengaman (lock
lever) harus berfungsi
dengan baik.
2. Pin pada sambungan
bergerak (contoh :
H-Link, hydrolic arm dan
bucket/breaker chisel) wajib
dipasang pengunci
standar seperti yang
tertera pada service
manual book.
Keterangan Gambar

3. Wajib dilengkapi dengan lampu depan, lampu boom


dan lampu kabin.
4. Tidak ada sisa/bekas rembesan oli/minyak yang keluar
dari mesin.
5. Warna gas buang tidak hitam ketika sedang dioperasikan.
6. Jika excavator digunakan untuk kegiatan pengangkatan,
maka wajib dilengkapi dengan lifting eye/lug yang telah
diperhitungkan kekuatannya serta telah dilakukan
pengujian terhadap struktur/welding oleh pihak yang
berwenang.
7. Dilarang meletakkan/menyimpan barang-barang yang
bukan bagian dari mesin/alat (contoh : ember, galon air,
jerigen, dll) di atas atau di dalam body excavator.
8. Pada bagian under carriage, kondisi harus terjaga tetap
bersih, track tidak kendor dan track shoe lengkap tidak
rusak.
9. Excavator yang digunakan untuk giant breaker, wajib
dilengkapi shield tambahan pada kaca depan kabin
untuk menghindari terpentalnya material yang pecah ke
operator.

36 | Pedoman HSE
C. Buldozer, Loader dan Grader

1. Harus dilengkapi dengan ROPS (Roll Over Protection


System).
2. Bagian blade dapat dioperasikan dengan mudah oleh
operator.
3. Alat berpenggerak track, bagian under carriage, kondisi
harus terjaga tetap bersih, track tidak kendor dan track
shoe lengkap tidak rusak.
4. Jika menggunakan roda, tekanan ban harus sesuai
dengan petunjuk dan kondisi ketebalan ban masih
terlihat baik.
5. Dapat melakukan pengereman dengan baik.
6. Rem pengunci (lock brake) dapat berfungsi dengan baik.
7. Stang kemudi dalam kondisi berfungsi dengan baik.

Pedoman HSE | 37
Inspeksi
Lifting GEars
1. Wajib dipastikan serifikat dan tagging lifting gears.
Sertifikat ini memuat tentang :

• Jenis
• Ukuran
• SWL
• Tanggal uji riksa
• Masa berlaku

Sling Tagging

38 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur inspeksi


2. Berikut ini adalah lifting gears (perangkat angkat) yang
dilarang digunakan dan harus dimusnahkan:

a. Sling

Pedoman HSE | 39
b. Webbing
b. Webbing

47

40 | Pedoman HSE
Tagging
Color COde

APRIL - JUNI JANUARI - MARET OKTOBER - DESEMBER JULI - SEPTEMBER

Tanggal berlaku Tanggal berlaku Tanggal berlaku Tanggal berlaku

Nama Alat Nama Alat Nama Alat Nama Alat

No. No. No. No.

a. Tag dipasang pada alat yang telah lolos inspeksi


b. Masa berlaku tagging sesuai dengan yang tercantum/
ditulis oleh inspector.
c. Jika masa berlakunya habis, maka alat harus kembali
diperiksa kelayakannya oleh inspector yang berwenang.
d. Warna tag yang digunakan sesuai dengan periode bulan
yang tercantum pada taging.
e. Tag terbuat dari sticker yang tahan air dan tidak luntur.

Mengacu kepada prosedur inspeksi Pedoman HSE | 41


Manual Handling
A. Setiap orang hanya diperbolehkan mengangkat beban
maksimum 20 kg jika dilakukan secara manual, selebihnya
wajib menggunakan alat bantu.
B. Benda yang mudah pecah dilarang diangkat oleh 1 orang,
wajib dilakukan minimum 2 orang.
C. Material/benda yang licin/berminyak, bulat atau tajam
dilarang diangkat secara manual tanpa alat bantu.
D. Langkah manual handling adalah sebagai berikut :

• Punggung tegak lurus terhadap pinggang pada saat


mengangkat.
• Angkat beban dengan kedua tangan terapit rapat secara
vertical dan letakkan diatas perut.
• Beban diangkat dan diturunkan secara perlahan dengan
tenaga yang berasal dari kaki, bukan dari punggung.
• Jaga punggung tetap dalam keadaan tegak lurus saat
berbelok dan bergeraklah secara perlahan.

42 | Pedoman HSE
Mengoperasikan
GErinda
22. Mengoperasikan Gerinda
APD Tambahan yang wajib digunakan
APD tambahan yang wajib digunakan adalah :

SarungTan
Face
Face Shield
Shield Sarung
ganTangan Ear Ear PlugMuff
Plug/Ear
Ear Mufff
/ Masker
Masker

ga Item-item yang wajib diperhatikan :

Item-item yang wajib diperhatikan :


Switch/saklarharusberfungs
Menguncidenganbaik i
Switch/saklar harus berfungsi
Mengunci dengan
(ketikamembuka baik
dish)
(ketika membuka dish)

Kabel
Kabelpower
powertidak
rusak
tidakrusak

Body kering, rapat


dan tidak
Body kering, pecah
rapat dan
tidak pecah
Dilengkapi handle
Dilengkapi handle grip
grip

Wajib dilengkapi
1. Harus utuh, kering, tidak goyang. Wajib dilengkapi pelindung
pelindung
• Harus utuh, kering, tidak goyang.
• 2. Diameter
Diameter harus sesuai
harus sesuai dengandengan
alat alat
3. RPM dish harus lebih besar dari RPM alat
• RPM dish harus lebih besar dari RPM alat

Pedoman HSE | 43
Galian
1. Sebelum mulai penggalian, harus dilakukan upaya untuk
mengetahui/menyelidiki fasilitas/utilitas bawah tanah
existing.
2. Jika tidak didapat informasi yang memadai, maka wajib
dilakukan investigasi dengan cara menggali secara manual
di beberapa titik.
3. Dilarang menggali sebelum mendapat izin untuk menggali
(excavation permit).
4. Seluruh galian harus diberi tanda-tanda dan pagar di
sekeliling galian. Pemasangan pagar dimulai sebelum proses
penggalian dilaksanakan, dan menerus mengikuti arah galian

44 | Pedoman HSE
5. Galian yang lebih dari 1,5 m harus diberi penunjang (shoring)
atau dibuat miring/berundak.

6. Semua galian harus disediakan akses yang aman dan dalam


jumlah yang cukup.

7. Pengawas/Supervisor harus melakukan pemeriksaan


sebelum mengeluarkan izin memasuki galian.
8. Semua tanah bekas galian harus diletakkan minimal 1 m dari
pinggir galian.
9. Kecuali telah dirancang sebelumnya, jalan kendaraan harus
berjarak minimal 3 m dari bibir galian.
10. Semua galian harus diperiksa setelah hujan reda.
11. Metode kerja untuk menghidari galian terisi oleh air wajib
dibuat sebelum melaksanakan penggalian.

Pedoman HSE | 45
Operasi
Pengelasan
1. Juru Las adalah personil yang memiliki kompetensi/sertifikat
juru las yang sesuai Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 atau
personil yang telah diuji dan dinilai mampu oleh manajemen
proyek untuk melakukan kerja pengelasan dengan aman.
Penunjukan juru las oleh manajemen proyek wajib dibuktikan
dengan surat penugasan.
2. Kegiatan pengelasan wajib mendapatkan izin jika :
• pengelasan dilaksanakan dalam fasilitas yang sedang
beroperasi.
• apabila pengelasan dilaksanakan di suatu lingkungan
dengan potensi tinggi terjadi kebakaran dan ledakan,
misalnya suatu tempat tertutup atau di tempat di mana
terdapat campuran uap yang mudah terbakar dan udara/
oxigen, gudang karbon, gudang kain dll.

3. Alat las (trafo/genset) yang digunakan telah diinspeksi dan


dinyatakan layak oleh petugas yang berwenang. Kabel
massa las harus menggunakan stang massa yang dapat
menjepit dengan kuat material yang dilas.
4. Kabel las harus cukup panjang sehingga posisi massa harus
dapat dekat dengan titik pengelasan.
5. Dilarang menggunakan kabel las yang disambung tanpa
menggunakan socket khusus penyambung kabel las.
6. Hilangkan bahan pelindung logam/plastik/cat dari area yg
terpengaruh panas sebelum melakukan pengelasan untuk
mengurangi asap.

46 | Pedoman HSE
7. Untuk pengelasan SMAW/MMAW di tempat yang
menimbulkan keringat berlebih, lembab, uap air, basah
seperti di bendungan, galian saluran, hujan, di dekat air,
tempat yang sebagian terendam, daerah banyak percikan air,
bejana/tangki/di dalam ruangan terbatas dll, maka Pelaksana
Lapangan wajib menempatkan personil yang memantau dan
mampu mengambil tidakan tepat pada saat kondisi darurat.
8. Welding screen atau pagar dipasang untuk mencegah busur
api terlihat/menyilaukan dan mengganggu orang disekitarnya.

9. Pelaksana Lapangan dan Juru Las wajib memastikan area


pengelasan bersih dari material atau sampah yang mudah
terbakar.
10. APAR dan/atau fire blanket wajib disediakan di dekat kegiatan
pengelasan untuk mengantisipasi keadaan darurat.
11. Dilarang mengubah pengatur arus (Ampere) ketika busur api
sedang menyala.

Pedoman HSE | 47
12. Juru Las wajib mematikan mesin/trafo las dan melepaskan
kawat las ketika sedang tidak digunakan.
13. Dilarang menyentuh kawat las dengan kain basah.
14. Untuk pengelasan di luar workshop percikan api harus
dikendalikan menggunakan blanket agar tidak menyebar.
15. Untuk pengelasan di atas ketinggian, Pelaksana Lapangan
wajib membuat area khusus di bawahnya, dilengkapi rambu-
rambu atau tanda agar tidak ada orang yang melintas. Area
tersebut juga harus terbebas dari benda-benda yang mudah
terbakar.
16. Material yang baru selesai dilas, wajib ditandai dengan tulisan
“AWAS PANAS” menggunakan kapur berwarna putih.
17. Dilarang meninggalkan material yang baru dilas ketika masih
panas.
18. Setelah selesai pengelasan dan sebelum meninggalkan
lokasi pengelasan, Juru Las wajib melakukan pengecekan
lokasi kerja dan sekitarnya untuk memastikan tidak ada
kemungkinan kebakaran.
19. Untuk area-area dengan potensi kebakaran tinggi (seperti
gudang kayu), maka Pelaksana Lapangan wajib menempatkan
personil di lokasi hingga 90 menit setelah pengelasan selesai,
untuk memastikan lokasi benar-benar aman.
20. Alat pelindung diri bagi helper adalah sama dengan juru las.
21. Ketika mengelas di ketinggian, pastikan percikan api tidak
jatuh kebawah (diperlukan pemasangan fire blanket)

48 | Pedoman HSE
Generator
1. Generator harus sesuai dengan spesifikasi teknis dari
manufaktur (tanpa modifikasi).
2. Melakukan inspeksi generator oleh pihak mekanik proyek
beserta salah satu pelaksana K3, sebelum generator dikirim
ke site.
3. Hasil inspeksi dicatat, ditanda-tangani oleh inspector dan
dilaporkan ke Manager Proyek dengan tembusan ke Bagian
HSE dan Bagian Procurement Wilayah atau unit bisnis serta
disimpan oleh mekanik proyek, hingga ada berita serah
terima generator ke pihak lain/keluar dari site.
4. Hasil temuan inspeksi harus diperbaiki sebelum generator
dikirim ke site.
5. Setelah diperbaiki sesuai hasil inspeksi, maka generator
dapat dikirim ke site.
6. Inspeksi dilakukan ulang pada saat pertama kali generator
memasuki site, untuk memastikan bahwa semua hasil
temuan inspeksi telah diperbaiki.
7. Apabila masih ada temuan minor, maka harus segera
diperbaiki, tetapi jika hasil temuan inspeksi awal tidak
ditindak lanjuti, maka generator wajib dikembalikan/ dibawa
keluar dari site.
8. Setiap dua minggu sekali, generator wajib diinspeksi ulang
oleh mekanik proyek didampingi Pelaksana K3, tercatat dan
disimpan.
9. Generator wajib dilengkapi sertifikat dari Dinas
Ketenagakerjaan setempat (Permen No. 04 Tahun 1985).
10. Generator harus dilengkapi dengan drip tray.

Pedoman HSE | 49
11. Pelindung wajib terpasang pada bagian mesin dan sabuk
yang berputar.
12. Lantai generator harus terbuat dari lantai beton (lean concrete)
setebal 10 cm.
13. Arah gas buang harus diatur sedemikian rupa agar tidak
mengganggu lingkungan.
14. Wajib dipasang rambu “AWAS KESETRUM” dan
“DILARANG MASUK KECUALI PETUGAS”.
15. Wajib disediakan Alat Pemadam Api Ringan jenis powder
(APAR) @5kg sebanyak 2 (dua) buah di dekat pintu masuk.
16. Wajib dipasang foto petugas yang berwenang/operator
beserta nomor kontak yang dapat dihubungi.
17. Wajib dipasang tulisan “GENERATOR (kapasitas) KVA”.
18. Dilarang menyimpan/stok BBM di ruang generator.
19. Wajib dilengkapi grounding (pembumian) < 5 Ω.
20. Inspeksi berkala setiap bulan wajib dilaksanakan oleh
petugas mekanik proyek.
21. Perawatan rutin wajib dilakukan setiap 200 jam operasi.
22. Operator wajib melaksanakan daily checklist.
23. Generator wajib ditempatkan di “Generator Room” sesuai
dengan jenis generator sebagai berikut :
• genset terbuka, wajib disediakan tempat/ruangan
tertutup/terkunci yang memiliki ventilasi cukup.
• genset silent, wajib dipasang atap tanpa dinding.

50 | Pedoman HSE
Gambar 1: Rumah untuk type genset terbuka

Gambar 2: Rumah untuk type genset tertutup/silent

Pedoman HSE | 51
Bagian Mesin
Yang BErputar

Mesin tanpa penutup dapat membahayakan pekerja

Bagian mesin yang berputar berpotensi membahayakan orang


yang berada dekat dengan posisi mesin itu sendiri.
Oleh karena itu seluruh bagian mesin yang berputar wajib
dipasang penutup yang layak dan kuat, untuk mencegah
seseorang terluka karena hal tersebut.

bagian berputar pada Mesin diberi penutup

52 | Pedoman HSE
Pencegahan
Kebakaran

1. Penyimpanan material mudah terbakar harus dipisahkan


dan ditangani sesuai yang tertera di dalam MSDS.
2. Setiap kegiatan yang menggunakan api, menggunakan
bahan mudah terbakar, atau tempat penyimpanan material
yang mudah terbakar, wajib dilengkapi APAR dan fire
blanket.
3. Pemasangan rambu-rambu “Dilarang Merokok!” dan
“Dilarang ada api terbuka!” wajib dipasang di tempat-
tempat yang mudah terbakar.
4. Penempatan APAR dan fire blanket harus mudah terlihat
dan dijangkau.
5. Rambu APAR harus jelas dan standar.
6. Seluruh personil harus mampu menggunakan APAR dan
dilaksanakan fire drill minimum 3 bulan sekali.
7. Petunjuk jalur evakuasi harus terlihat dan disosialisasikan
jika ada perubahan.

Pedoman HSE | 53
54 | Pedoman HSE
Scaffolding
Top Rail

Mid Rail
Toe Board

Brace

Decking Frame

Sole Board
Base

1. Scaffolding dapat dibangun tanpa design awal, dengan


ketinggian maksimum 6 meter.
2. Rangkaian scaffolding wajib didirikan lengkap dengan
aksesorisnya, yaitu:
• Sole board kayu (lebar 20 cm, tebal 3 cm)
• Jack base
• Frame
• Brace
• Tangga scaffolding (bukan tangga kayu)
• Platform/decking full (lebar minimal 80 cm, bukan dari
bambu)
• Toe board t = 15 cm
• Locking pins (bukan kawat)
• Midrail t = 47 cm dari platform
• Toprail t = 95 cm dari platform

Pedoman HSE | 55
o Midrail t = 47 cm dari platform
Midrail t = 47 cm dari platform
o
o Toprail t = 95 cm dari platform
o Toprail t = 95 cm dari platform
c. Raker (support/outrigger) wajib dipasang untuk
3. Raker (support/outrigger)
c. Raker wajib dipasang
(support/outrigger) wajib untuk ketinggian
dipasang untuk4 m
ke atas. ketinggian 4 m ke atas.
ketinggian 4 m ke atas.
Klem hidup
Klem hidup
Klem hidup
Klem hidup
Pipa> 3 m
Pipa> 3harus
m matikan
harus matikan

Klem mati
Klem mati

d. Scaffolding
4. Scaffolding dengan dengan ketinggian
ketinggian darilebih
lebih lebih 6m dari 6m wajib
wajib
d. Scaffolding dengan ketinggian dari 6m wajib
dilengkapi dengan tie-in
dilengkapi (ties) sebagaimana
dengan tie-in (ties)dicontohkan
sebagaimana
dilengkapi dengan tie-in (ties) sebagaimana
berikut inidicontohkan
: berikut ini :
dicontohkan berikut ini :

Posisi tie-in
Posisi tie-in

Pasang pipa memanjang


Pasanguntuk
pipa mengunci
memanjang kaki
untuk mengunci kaki
frame scaffolding Tinggi < 4 m
frame scaffolding Tinggi tanpa
< 4 m tie-in
tanpa tie-in

64
64

56 | Pedoman HSE
5. Bentuk-bentuk tie-in sebagai berikut :
e. Bentuk-bentuk tie-in sebagai berikut :

Setiap scaffolding wajib diperkuat menggunakan tie-


Setiap scaffolding wajib diperkuat menggunakan tie-in seperti
metodeintersebut
seperti metode
diatas, tersebut
dilarang diatas, tali-bendrat
menggunakan dilarang
atau talimenggunakan
lain untuk perkuatan scaffolding.
tali-bendrat atau tali lain untuk
perkuatan scaffolding.
6. Scaffolding wajib dicek dan diberi tanda scaffolding telah
aman sebelum digunakan.

Scaffolding tag

Contoh Scafolding Tag

65
Pedoman HSE | 57
7. Pengecekan ulang dilaksanakan seminggu sekali kecuali
jika terjadi hujan deras atau angin kencang.
8. Scaffolding adalah alat bantu kerja, sehingga personil
dilarang menngunakan scaffolding sebagai tempat istirahat.

Dilarang Tidur/Istirahat Dilarang Makan/Minum Dilarang Merokok

DI SCAFFOLDING

9. Pasang jaring pengaman disisi luar (façade) scaffolding


dengan benar dan kuat, terikat di setiap sambungan (lift
scaffold)

58 | Pedoman HSE
Tangga
1. Tangga (straight ladder) yang diperkenankan dipakai
berukuran maksimum 5.8 meter, dengan lebar 40 cm, jarak
anak tangga 28 – 35 cm. Tangga harus mampu menahan
beban hidup (live load) max 150 kg.
2. Jika terbuat dari kayu, harus dibuat dengan bahan kayu
yang kuat dan wajib dipastikan tidak terdapat mata-kayu.
3. Syarat menggunakan tangga :

a. Sisakan bagian paling atas sepanjang 1 m.


b. Perbandingan jarak mendatar dengan tinggi adalah 1 : 4.
c. Pastikan dudukan tangga keras
dan tidak licin. 1m

d. Wajib menerapkan three point


contact (tiga titik tumpu).
e. Wajib menghadap tangga.
f. Dilarang membawa barang, alat
4m
dan material, menggunakan
tangan ketika menaiki tangga.
g. Dilarang memaksakan diri
menggapai sesuatu sehingga
posisi badan keluar dari tiang
tangga.
1m

Pedoman HSE | 59
4. Ketika menggunakan tangga lipat, jangan lakukan beberapa
hal berikut ini :

Jangan diletakkan di landasan miring


Jangan Disandarkan Pada Dinding

Jangan diletakkan di atas Cantilever Jangan diletakkan di atas platform

60 | Pedoman HSE
Dilarang berpijak di dua anak tangga
paling atas

Dilarang berdiri/duduk di puncak


tangga

Pedoman HSE | 61
Dasar-Dasar
Operasi Alat Berat
1. Dilarang mengemudikan atau mengoperasikan alat berat
kecuali telah diberi kewenangan oleh pengawas yang
berwenang dan disetujui oleh petugas K3.
2. Operator alat berat harus terlatih dan memiliki sertifikat dan/
atau Surat Izin Operasi.

3. Operator alat berat harus segera memberitahu pengawas


atau petugas K3 apabila surat izin operasi telah kadaluarsa
atau hilang.
4. Semua surat izin operasi dari operator alat berat baik yang
disewa maupun milik subkontraktor harus diperiksa (inspeksi)
pada saat kedatangan di lokasi.

62 | Pedoman HSE
5. Dilarang untuk mengoperasikan atau mencoba untuk
mengoperasikan alat berat dalam pengaruh obat–obatan,
narkotika atau alkohol.
6. Operator wajib memberitahu pengawas dan/atau petugas
K3 apabila mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh
dokter, terutama jika dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk mengoperasikan alat berat.
7. Hanya operator atau orang berwenang diperbolehkan untuk
mengoperasikan alat berat. Selain operator dimungkinkan
untuk mengendarai alat berat untuk tujuan tertentu, misalnya,
pelatihan atau pemeriksaan dan perbaikan.
8. Laju kecepatan maksimum dilarang melebihi batas yang
telah ditetapkan di site.
9. Dilarang mengemudikan alat berat dekat pinggiran saluran
atau galian.
10. Operator harus memakai sabuk pengaman.
11. Waspada terhadap orang, alat berat dan peralatan lain di
lokasi kerja.
12. Jangan bergerak mundur kecuali pandangan leluasa ke
belakang atau dibantu oleh pemandu.
13. Ketika parkir, alat berat harus diamankan dari kemungkinan
tergelincir atau pergerakan lainnya dengan cara menurunkan
blade, bucket atau yang lainnya ke permukaan tanah dan
pasang rem parkir dengan baik.
14. Di tempat yang miring, alat berat harus diparkir secara
melintang, bukan searah lereng.
15. Dilarang memarkir alat berat di awal atau akhir tanjakan /
turunan.
16. Parkirlah alat berat pada tempat yang aman, mudah diawasi,
khususnya apabila bermalam.

Pedoman HSE | 63
17. Dilarang meninggalkan kendaraan/alat ketika mesin sedang
hidup.
18. Dilarang meninggalkan kunci pada alat berat yang tidak
dijaga.
19. Bersihkan lumpur dan minyak dll dari sepatu sebelum menaiki
alat berat.
20. Selama proses pemuatan, operator truk harus pada posisi
berikut ini :
a. Tetap selalu berada di dalam kabin operator, atau,
b. Menjauh dari truk pada jarak yang aman untuk
menghindarkan tertimpa oleh bebatuan atau material
lain yang jatuh. Operator truk tidak boleh kembali ke
truk hingga proses pemuatan selesai dan muatan
sudah dalam keadaan stabil sehingga tidak ada resiko
kejatuhan saat truk dijalankan.
c. Dilarang mempergunakan telepon genggam saat
mengoperasikan alat berat.
d. Patuhilah semua rambu–rambu jalan saat
mengoperasikan alat berat.

64 | Pedoman HSE
31. Operasi Crane Angkat
Operasi Crane Angkat
1. Setiap mobile crane/TC/hoist wajib diinspeksi sebelum
digunakan dan dilakukan perawatan berkala secara rutin
1. Setiap
selama mobile agar
digunakan crane/TC/hoist wajiblayak
alat dalam kondisi diinspeksi sebelum
dan aman
digunakan
digunakan.
dan dilakukan perawatan berkala secara rutin
selama digunakan agar alat dalam kondisi layak dan aman
2. Inspeksi bulanan, mulai dari hook hingga under
digunakan.
carriage/mast
2. wajib dilakukan
Inspeksi bulanan, secara
mulai dari rutin.
hook hingga under carriage/
mast wajib dilakukan secara rutin.
3. Load chart dan diagram lifting wajib tersedia di dalam
3. Load chart dan diagram lifting wajib tersedia di dalam kabin.
kabin.

73
Pedoman HSE | 65
4. Petunjuk angka kapasitas pengangkatan maksimum wajib
tertera/terpampang jelas pada setiap crane/hoist.
5. Pada blok angkat, wajib tertera kapasitas pembebanan hook,
yang dibuat oleh pabrik.
6. Untuk jenis pengangkatan umum, lifting plan dibuat garis
besarnya untuk panduan kerja pengangkatan.
7. Lifting plan dan JSA dibutuhkan jika terdapat pengangkatan
> 50% dari SWL crane sesuai radiusnya, serta pengangkatan
tandem (lebih dari 1 crane).
8. Untuk pengangkatan tandem, crane yang digunakan wajib
sama (jenis, merk, kapasitas)
9. Pengangkatan material dilarang melalui atas orang yang
sedang bekerja.
10. Setiap pengangkatan wajib dilengkapi dengan tag line untuk
menjaga supaya material tidak berputar.
11. Tali tag line tidak boleh sambungan atau simpul.
12. Jika ada jalur listrik, maka bagian crane, baik body, sling dan
boom, dilarang berada pada jarak 4.5 m (15 kaki).
13. Sling wajib diperiksa setiap hari sebelum digunakan oleh juru
ikat yang bersertifikat.
14. Crane wajib dilengkapai safety devices yang dibutuhkan
sesuai standar crane yang digunakan.
15. Pastikan telah menentukan area yang terlarang untuk personil
(“exclusive zone”) sesuai lintasan pengangkatan. 

66 | Pedoman HSE
16. Kecelakaan keran angkat (crane) yang sering terjadi adalah
sebagai berikut :

Boom Patah Terjungkal

Material menabrak Menyentuh kabel listrik

Material jatuh

Pedoman HSE | 67
17. Perhatikan hal berikut ini:

Dilarang Naik material yang diangkat Dilarang berada di bawah beban

Hentikan Pengangkutan Jika Sling tidak


Tegak Lurus/Miring

Signalman harus
mampu mengarahkan
operator dengan baik

68 | Pedoman HSE
-Pengangkatan material kecil
dan tabung (oxygen/elpiji)
wajib menggunakan bucket.
-Bucket dibuat dengan
rencana dan kalkulasi tehnik
serta diuji dan disertifikasi
-Wajib dilengkapi kapasitas
beban Save Working Load
(SWL)

-Pastikan berat beban yang


diangkat tidak melebihi SWL
-Pastikan beban diangkat
dengan seimbang, posisi
hook pada titik tengah
gravitasi (COG-center of gravity)

Pedoman HSE | 69
OPERASI CONCRETE PUMP

Operator pompa
orang yang bertanggung jawab
terhadap posisi CP,
operasi boom pipa dan hose,
concrete pump dan operasi pemompaan beton
alat yang menggunakan
pompa bertekanan tinggi
untuk memompa adukan beton Hose Man
melalui pipa hose orang yang mengarahkan hose
ke tempat pengecoran untuk aliran beton ke lokasi
pengecoran

Truk Mixer
membawa adukan beton
ready mix

Operator Menggunakan
peralatan remote control
untuk menggerakkan boom
dan mengontrol aliran beton

Komponen-komponen yang terlibat dalam


pengecoran dengan Concrete pump

70 | Pedoman HSE
JARAK MINIMAL:
5 meter

Jaga jarak aman minimal 5 meter dari kabel listrik

Dilarang “memeluk” boom

Pedoman HSE | 71
Dilarang menggunakan boom untuk mengangkat benda

BAHAYA

Jangan Berjalan Mundur, Berjalanlah Searah Dengan boom

72 | Pedoman HSE
Periksa keausan pada pipa pengiriman (ketebalan pipa)

Dilarang memasukkan bagian tubuh ke kotak hidrolis/pengaduk

Pedoman HSE | 73
Dilarang berdiri diantara truck mixer dengan concrete pump

Gunakan aba-aba dengan jelas

Lakukan komunikasi sebelum memulai pekerjaan

74 | Pedoman HSE
Jarak Bebas Minimum 17 kaki (5,2m)
dari kabel listrik

Radius Putar Boom

area
pengecoran

Jalur Listrik
Tegangan Tinggi

Jalur Listrik
Tegangan Tinggi

Jarak Bebas
Minimum
17 kaki (5,2m)
dari kabel listrik

area
pengecoran

Dilarang lengah
Radius Putar Boom

saat operator
Area berbahaya yang berada
menggerakkan boom
dalam radius operasi boom

!!!

Pastikan pipa concrete menghadap ke bawah


ketika dibersihkan (tembak bola)

Pedoman HSE | 75
Dilarang
memasang hose
lebih dari satu

Jika ada
tambahan pipa
atau hose,
maka tidak boleh
menambah beban
dari boom

Perlu diketahui, untuk tidak menambah beban


yang menggantung di boom

76 | Pedoman HSE
Jauhkan semua orang dari area pemompaan
selama masih ada udara bertekanan

Pedoman HSE | 77
Boom dilarang melewati kabel listrik

78 | Pedoman HSE
Dari sudut pandang operator ini
sangat sulit mengetahui apakah
boom akan menyentuh kabel listrik

Operator harus berdiri dalam posisi ini


jika tidak mungkin maka harus ada spotter
jangan bergantung hanya dari penglihatan

Jangan pernah bergantung pada penglihatan operator


terhadap kabel tegangan tinggi.

Jika concrete pump terkena tegangan listik, maka semua yang


terhubung ke pompa juga akan terkena tegangan

Pedoman HSE | 79
Dilarang membuka pipa yang bertekanan

Dilarang duduk di atas pipa yang bertekanan

80 | Pedoman HSE
Pekerja dapat cidera jika menggunakan hose yang bengkok

Pedoman HSE | 81
Kabel Listrik
1. Jenis kabel temporary yang digunakan di proyek wajib
memenuhi syarat-syarat yang tertuang di PUIL 2011.
2. Seluruh kabel yang digunakan di site wajib mendapatkan
inspeksi dan tagging dari petugas elektrik proyek
3. Panjang kabel extention yang digunakan maksimum 25 m,
harus terhubung langsung ke panel distribusi yang dilengkapi
Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB).
4. Dilarang meletakkan kabel di lantai atau menghalangi akses
jalan, sehingga kabel wajib digantung dengan rapi.
5. Dilarang mencolokkan/menghubungkan 2 (dua) kabel
extention menggunakan stop kontak. Seluruh sambungan
kabel wajib menggunakan legrand.

Legrand

82 | Pedoman HSE
Tabung Gas
(Gas Cylinder)

Penggunaan tabung gas (oxygen / elpiji / acetylene) harus


memenuhi syarat-syarat berikut :

1. Wajib menyimpan tabung gas di tempat khusus, terpisah


dari material lain.
2. Memisahkan tempat penyimpanan tabung oxygen dan elpiji/
acetylene minimal berjarak 3 meter.
3. Posisi tabung harus berdiri dan terikat di bagian badan
tabung, mencegah tabung-tabung tersebut roboh.
4. Dalam pemanfaatannya, tabung harus diletakkan di trolley
dan menjaganya agar tetap berdiri.
5. Wajib dilengkapi gauge dengan manometer dan flash back
arrestor

Pedoman HSE | 83
6. Wajib disediakan APAR yang cukup baik
di tempat penyimpanan atau pemakaian.
7. Tabung-tabung tersebut wajib dijaga
dari paparan panas matahari secara menerus.

84 | Pedoman HSE
PAN
(proteksi benda jatuh)
Untuk mencegah agar tidak terdapat benda yang jatuh dari
atas terutama ketika pekerjaan struktur kolom dan lantai. Pan
harus terpasang dua lantai dibawah level struktur yang sedang
dikerjakan.

Pedoman HSE | 85
Pengelolaan
sampah

B3 ORGANIK NON-ORGANIK

Setiap proyek diwajibkan melakukan pengelolaan sampah yang


optimal. Oleh karena itu, proyek wajib melaksanakan syarat-
syarat berikut ini :

1. Menyediakan tempat sampah di lokasi kerja dalam jumlah


dan ukuran yang memadai.
2. Tempat sampah yang disediakan wajib dilengkapi dengan
tutup, untuk menghindari serangga, tikus dan air hujan.
3. Tempat sampah yang disediakan berwarna hijau untuk
sampah organik, kuning untuk sampah non-organik dan
merah untuk sampah mengandung B3.
4. Logo, tulisan atau tanda wajib dipasang di tempat sampah
sesuai dengan jenisnya.
5. Wajib disediakan tempat pembuangan sementara sesuai
jenis sampah di atas, dilengkapi tutup.

86 | Pedoman HSE
6. Wajib dibuatkan program pengelolaan sampah sesuai
dengan kebutuhan proyek, terutama yang berkaitan dengan
pihak ketiga, untuk pengangkutan sampah.
7. Limbah/sampah B3 dapat disimpan hingga 90 hari di tempat
penyimpanan sementara proyek.
8. Pembuangan limbah/sampah B3 wajib dilengkapi manifest
pengangkutan.

Pedoman HSE | 87
Pelindung
Jatuh
1. S e t i a p
personil wajib
mendapatkan
pengarahan
pelindung jatuh
pada saat
kegiatan Induksi.
2. Setiap sisi/
pinggir lantai
dengan beda level
ketinggian > 1.8
meter wajib dipasang
pagar/railing yang kuat
untuk mencegah orang terjatuh.
3. Setiap platform/scaffolding
wajib dilengkapi papan pijakan
yang kuat dan tertutup, serta
pagar/railing 2 tingkat (95 cm
dan 47 cm dari permukaan
pijakan)
4. Jika pagar/railing tidak dapat
dipasang, maka setiap personil
yang akan melakukan kegiatan
di tempat tersebut wajib mengenakan full body harness
dengan 2 hook.
5. Tempat mengaitkan hook wajib disediakan minimal 1 m dari
pijakan kecuali sistem penahan jatuh (restrain system).

88 | Pedoman HSE
6. Anchor point restrain system dapat dibuat di lantai.
7. Fall arrester digunakan untuk tangga vertical dan gondola

Fall Arrester

8. Setiap lubang di lantai wajib diberi penutup atau di lengkapi


dengan railing. Harus dipastikan bahwa penutup lubang
harus kuat menahan 400 kg/m2.

Railing

Opening

Cover

Pedoman HSE | 89
Confined
Space
Definisi confined space adalah area yang memiliki akses terbatas
dimana personel yang memasukinya memiliki resiko kekurangan
oksigen atau terpapar gas beracun.
Contoh confined space antara lain :
• vessel,
• tangki,
• gorong-gorong,
• galian yang dalamnya lebih dari 1.5 m
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan ketika melakukan
pekerjaan confined space antara lain:

1. Tahap persiapan
a. Pastikan kondisi personil dalam keadaan baik dan
sehat.
b. Identifikasi bahaya serta mitigasinya dengan membuat
Job Safety Analysis (JSA) dan Izin Kerja.
c. Cek kandungan gas yang ada di dalam confined
space menggunakan gas detector yang terkalibrasi
dan jangan masuk jika belum dinyatakan aman.
d. Siapkan peralatan pendukung jika diperlukan untuk
memasuki area confined space seperti SCBA, gas
detector dan blower. Cek selalu kondisi oksigen yang
terdapat pada tabung SCBA.
e. Pastikan area yang akan dimasuki telah terisolasi
dengan menerapkan blind system dan LOTO.
f. Lakukan Toolbox Talk sebelum melakukan pekerjaan.

90 | Pedoman HSE
2. Tahap pelaksanaan pekerjaan
a. Ketika bekerja di confined space, pastikan minimal
ada 1 orang yang berjaga di luar untuk mengawasi
para pekerja.
b. Letakkan ID badge di control board yang telah tersedia
di luar man-hole jika ingin masuk ke dalam confined
space.
c. Selalu cek kandungan gas dan temperature dalam
confined space.
d. Selalu cek kondisi oksigen pada peralatan bantu
pernapasan Anda (breathing apparatus).
e. Lakukan istirahat, setelah memasuki confined space
maksimum 1 jam sekali.

3. Tahap setelah pekerjaan


a. Pastikan membersihkan kembali lokasi kerja, pastikan
sudah tidak ada personel dan barang yang tertinggal
di dalam.
b. Laporkan kepada pelaksana lapangan, untuk menutup
izin kerja.

Pedoman HSE | 91
LOTO
(Lockout TAgout)

1. Analisa Sumber Energi Berbahaya


Lakukan pemeriksaan terhadap sumber energi yang terhubung
dengan peralatan yang akan diperbaiki.
Contoh : Pada saat seorang mekanik akan melakukan
perbaikan unit truk, maka mekanik tersebut harus mencari
sumber-sumber energi yang dapat membahayakan dirinya
saat melakukan pekerjaan di unit tersebut. Seperti, unit dapat
sewaktu-waktu dioperasikan orang lain tanpa ia ketahui; unit
bergerak sendiri saat diparkir karena adanya kemiringan lantai
kerja; adanya energi tersembunyi seperti tekanan udara, atau
pegas, dan lain sebagainya.

2. Beritahu semua pihak yang terlibat


Semua pihak yang terlibat langsung maupun yang tidak terlibat
langsung namun masih berhubungan dengan pekerjaan atau
peralatan yang akan diperbaiki harus diberitahu.

92 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur LOTO


3.Isolasi atau putus sumber energi berbahaya
Lakukan pemutusan jaringan atau aliran listrik dari sumbernya,
lakukan isolasi pada titik isolasi yang telah disediakan atau
disesuaikan dengan rekomendasi pabrik. Bila pekerjaan
dilakukan secara berkelompok, maka lakukanlah isolasi
secara kelompok dengan menggunakan scissor dan dipimpin
oleh satu isolasi officer.

4. Lakukan pengujian
Setiap sumber yang telah diisolasi harus tetap diuji terlebih
dahulu sebelum pekerjaan dilakukan untuk memastikan
bahwa sumber energi benar-benar terputus.

5. Pasang kunci (Lock) dan Tagging


Setelah sumber energi telah
diputus, pasanglah kunci (lock) untuk
memastikan bahwa tidak ada orang
lain yang sewaktu-waktu dapat
menghidupkan atau menyambung
kembali sumber energy serta
pasanglah tagging pada titik isolasi
untuk memberikan informasi kepada
pekerja lain terkait pekerjaan yang
dilakukan.

6. Mulailah Pekerjaan

Pedoman HSE | 93
7. Menyelesaikan pekerjaan
Selesaikan pekerjaan pada shift anda, jika pekerjaan tidak
dapat diselesaikan pada gilir kerja anda, maka berikanlah
pending job yang jelas ke pengawas dan isolasi harus tetap
terpasang untuk menghindari kerusakan yang lebih parah
yang disebabkan oleh pengoperasian pekerja lain yang tidak
mengetahui. Pastikan terlebih dahulu bahwa isolasi officer
telah mempunyai kunci dari gembok yang anda pasang, atau
letakkan kunci pada kotak isolasi yang tersedia.

8. Mengamankan daerah kerja


Lakukan perapihan dan pembersihan jika pekerjaan telah
selesai dilakukan.

9. Periksa area kerja


Lakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap area kerja
anda, untuk memastikan tidak ada pekerja lain yang berada di
area tersebut, serta pastikan bahwa peralatan yang digunakan
tidak ada yang tertinggal.

10. Lepas kunci dan tagging


Lepaslah semua gembok dan tagging setelah pekerjaan
selesai.
11. Sambungkan kembali sumber energi
Setelah gembok dan tagging dilepas, sambungkan kembali
peralatan dengan sumber energi. Misalnya dengan memutar
Clipsal/tombol pada posisi “ON”, atau membuka valve pada
posisi “On”.

12. Menguji fungsi


Ujilah peralatan yang telah diperbaiki, pastikan bahwa
peralatan telah berfungsi dengan baik dan sumber energi
telah disambungkan.

94 | Pedoman HSE
Penanggulangan
Gawat Darurat

1. Proyek wajib membentuk organisasi tanggap darurat,


yang bertugas melaksanakan penanganan dan pemulihan
keadaan darurat.

KETUA
....................................

WAKIL KETUA
....................................

KEBAKARAN BENCANA ALAM EVAKUASI KOMUNIKASI PETUGAS P3K


Ketua :....................... Ketua :....................... Ketua :....................... Ketua :....................... Shift1 :...................
Anggota: Anggota: Anggota: Anggota: Shift2 :...................
Shift 1 :...................... Shift 1 :...................... Shift 1 :...................... Shift 1 :......................
Shift 2 :...................... Shift 2 :...................... Shift 2 :...................... Shift 2 :......................

Menyiapkan Petugas Khusus

2. Menyiapkan/Menghafal Kontak penting Seperti Pemadam


Kebakaran, Polisi, Rumah Sakit, Dll

Mengacu kepada HSE plan Pedoman HSE | 95


3. Alur tanggap darurat :

Kecelakaan
(Accident)

Info Kecelakaan

Laporan Awal Ke PM
Tanggap Darurat

Ya

Tidak Cedera
Eliminasi Bahaya
Evakuasi (Injury)

Ya

Pertolongan Pertama
(First Aid)

Evakuasi Laporan Kecelakaan

Rumah Sakit
Kondisi Aman Kondisi Aman

Laporan Medis
(Medical Report)

Laporan Akhir
Selesai (Final Report)

a. Jika terjadi kecelakaan di tempat kerja, maka informasi


langsung disampaikan kepada pelaksana lapangan atau tim
Pelaksana K3 atau staff PT. NINDYA KARYA (Persero), untuk
diteruskan kepada Tim Gawat Darurat Proyek.
b. Tim Tanggap Darurat mengambil langkah taktis sesuai tugas
masing-masing berdasar kondisi kecelakaan/situasi darurat
yang sedang terjadi.

96 | Pedoman HSE
c. Meneruskan laporan kecelakaan kepada Manajer Proyek
sebagai bentuk laporan awal. Laporan ini dapat dilakukan
melalui telepon atau dengan menggunakan alat komunikasi
lainnya.
d. Melakukan eliminasi bahaya yang berdampak langsung
terhadap personil dan bahaya-bahaya lanjutan/sekunder,
dan melakukan evakuasi terhadap personil yang selamat.
e. Jika ada yang terluka, maka prosedur penanganan P3K wajib
dilaksanakan oleh Petugas K3 berlisensi, bertujuan untuk
memastikan bahwa korban tidak mengalami luka lebih parah
hingga mendapatkan perawatan medis.
f. Evakuasi korban ke Rumah Sakit wajib dilakukan oleh
Petugas P3K dan paramedik dengan mempertimbangkan
kondisi luka pada korban.
g. Penanganan di rumah sakit oleh tenaga medis, didampingi
oleh staff dari bagian Adm/SDM Proyek hingga mendapatkan
laporan medis.
h. Hasil Laporan medis diserahkan kepada Pihak HSE proyek
untuk menyusun kelengkapan laporan kecelakaan.
i. Laporan kecelakaan wajib diserahkan kepada PM untuk
diteruskan ke Kantor Pusat.
j. Laporan akhir disusun berdasarkan laporan kecelakaan dan
situasi/kondisi lapangan dimana kecelakaan terjadi. Jika
semua telah aman kembali maka Manajer Proyek dapat
memutuskan bahwa pekerjaan dapat dilanjutkan.
k. Sebagai “Lesson Learn”, setiap jenis kecelakaan dan kejadian
gawat darurat lainnya, Manajer Proyek wajib memastikan
bahwa laporan disusun dan dilaporkan ke Departemen HSE.
Langkah-langkah pelaporan mengikuti petunjuk prosedur
pelaporan HSE perusahaan.

Pedoman HSE | 97
Pertolongan Pertama
Pada KEcelakaan (P3K)
Manajer proyek berkewajiban menyediakan ruang P3K yang
layak dan petugas P3K bersertifikat di proyek yang dipimpinnya.
Beberapa item penting yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :

1. Satu orang Petugas P3K untuk setiap 100 orang pekerja


setiap shift.
2. Ruang P3K dilengkapi bed, kursi, tabung oksigen, tempat
sampah dengan tutup, usungan (stretcher) dan kotak
perlengkapan P3K.
3. Pintu ruang P3K wajib dipasang nama petugas dan nomor
telepon yang dapat dihubungi.
4. Isi kotak P3K adalah sebagai berikut :

Tabel isi kotak P3K

98 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur laporan kecelakaan dan penyelidikan


GUDANG
(Tempat penyimpanan)
Untuk memudahkan dalam penerimaan, penyimpanan,
penyusunan, pemeliharaan, pencarian, pendistribusian dan
pengawasan logistik dan peralatan, maka diperlukan pengaturan
tata letak ruang gudang dengan baik. Faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang tata letak gudang adalah
sebagai berikut:

1. Untuk kemudahan bergerak, gudang jangan disekat-sekat,


kecuali jika diperlukan. Perhatikan posisi dinding dan pintu
untuk mempermudah gerakan.
2. Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran logistik
dan peralatan, tata letak ruang gudang perlu memiliki lorong
dapat ditata berdasarkan sistem:
a. Arus garis lurus
b. Arus huruf U
c. Arus huruf L

Pedoman HSE | 99
3. Pengaturan sirkulasi udara. Salah satu faktor penting dalam
merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang
cukup didalam ruangan, termasuk pengaturan kelembaban
udara dan pengaturan pencahayaan.
4. Penggunaan rak dan pallet yang tepat dapat meningkatkan
sirkulasi udara, perlindungan terhadap banjir, serangan
hama, kelembaban dan efisiensi penanganan.
5. Material mengandung bahan B3 wajib disimpan ditempat
khusus dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang tidak
sejenis.
b. Peralatan tanggap darurat harus tersedia di dekat tempat
penyimpanan seperti alat pemadam api, spill kit, sarung
tangan karet, masker, google, dan lain sebagainya sesuai
dengan kebutuhan penanganan keadaan darurat.
c. Untuk tempat penyimpanan material mudah terbakar
dan mudah meledak wajib dilengkapi dengan alat
sirkulasi udara yang memadai untuk mengurangi
konsentrasi gas berbahaya.
d. Sebelum menyimpan material yang mengandung B3,
kemasan material wajib ditandai dengan rambu-rambu
sesuai dengan Globally Harmonized System (GHS).
e. Pintu tempat penyimpanan harus terkunci.
f. Material Safety Data Sheet harus tersedia di depan
tempat penyimpanan dan mudah diakses.
g. Untuk penyimpanan material cair mengandung B3, wajib
menggunakan wadah/tanki dengan bahan yang sesuai
dengan Material Safety Data Sheet dan dilengkapi
dengan second containment/bund wall yang mampu
menampung 80% dari volume bahan yang disimpan.

100 | Pedoman HSE


BEdeng
Pekerja

BEDENG
PEKERJA

1. Bangunan bedeng pekerja harus terbuat dari bahan yang


tidak mudah terbakar.
2. Dilengkapi ventilasi dan jalan masuk sinar matahari,
sehingga udara ruangan dalam keadaan sehat dan bersih.
3. Disediakan APAR yang memadai.
4. Disediakan aliran listrik, lampu penerangan yang cukup dan
stop kontak berisi 4 lubang.
5. Dilarang memodifikasi jaringan listrik dan lampu dan stop
kontak.
6. Mampu menampung pekerja secara layak.
7. Saluran air dibuat sedemikian rupa untuk menjaga area
bedeng tetap kering dan tidak ada genangan air.
8. Penghuni bedeng wajib menunjuk ketua kelompok per
bedeng masing-masing.
9. Ketua bedeng wajib mengetahui jumlah orang yang berada
di unit bedengnya.
10. Setiap orang wajib menjaga kebersihan dan kerapihan
bedeng masing-masing

Pedoman HSE | 101


Kantin
1. Pengelola kantin KANTIN
berkewajiban penuh
menjaga kebersihan
kantin.
2. Lantai kantin harus
terbuat dari beton/
mortar, dengan
kemiringan sehingga
mencegah air yang
menggenang.
3. Wajib tersedia air bersih yang mengalir (keran).
4. Tempat cuci piring/gelas dan kompor wajib disediakan di
ketinggian minimum 60 cm dari lantai.
5. Bahan makanan yang telah dicuci di dalam wadah, dilarang
diletakkan di atas lantai (harus di atas meja)
6. Penanganan makanan yang sudah matang wajib dilakukan
di atas meja (dilarang di lantai).
7. Tempat penyimpanan makanan wajib diberi tutup untuk
menghindari debu dan serangga.
8. Pengelola kantin wajib menyediakan APAR dengan
kapasitas 6 kg, jenis powder.
9. Pengelola wajib menyediakan tempat sampah dengan
penutupnya untuk menghindari tikus, kecoa dan lalat.
10. Sampah domestik kantin harus dibuang keluar proyek
setiap hari.
11. Apabila ada ketidak-sesuaian atau dinilai tidak sehat, maka
petugas K3 berhak menutup kantin hingga ada tindakan
perbaikan.

102 | Pedoman HSE


Mushola

1. Mushola yang layak dan terawat untuk semua staff dan


pekerja proyek wajib disediakan oleh manajemen proyek.
2. Tempat wudhu beserta air bersih tersedia dengan baik.
3. Menunjuk petugas yang bertanggung jawab melaksanakan
pembersihan Mushola.

Pedoman HSE | 103


Toilet

1. Manajemen proyek wajib menyediakan toilet bagi pekerja,


dengan jumlah 6 unit untuk setiap 100 orang pekerja.
2. Menyediakan khusus toilet wanita sesuai dengan jumlah
pekerja wanita di proyek.
3. Toilet dibangun dengan bahan-bahan yang mudah
dibersihkan.
4. Dinding dan lantai harus selalu terlihat bersih.
5. Tidak boleh berbau.
6. Tidak boleh ada serangga.
7. Selalu dibersihkan minimal 3 kali sehari.
8. Manajemen proyek wajib menjamin ketersediaan air bersih
di setiap toilet.
9. Septic tank wajib dikuras secara berkala dan teratur, sehingga
tetap berfungsi dengan baik.
10. Saluran air diatur sedemikian rupa hingga tidak terdapat
jentik-jentik nyamuk maupun bau yang mengganggu.

104 | Pedoman HSE


Kebersihan (5R)
Ringkas, rapi, resik, rawat dan rajin

1. Menyingkirkan barang-barang atau material yang tidak


terpakai (contoh : kertas bekas harus dibuang, semen sisa
harus dikembalikan ke gudang, alat tidak dipakai segera
dikembalikan ke supplier)
2. Melakukan pembenahan tempat penyimpanan dan
melakukan penataan peletakan material dan peralatan
dengan baik dan rapi.
3. Melaksanakan program kegiatan pembersihan sesuai tugas
masing-masing.
4. Setiap regu kerja wajib membersikan area
kerjanya masing-masing setelah selesai
kerja, dan meletakkan sampah di tempat
yang telah ditentukan.
5. Menjaga agar akses di tempat kerja bebas
dari segala rintangan.
6. dalam keadaan bersih dan teratur.
7. Menjaga dan merawat kebersihan serta
kerapihan secara konsisten.
8. Dalam upaya pengendalian kebersihan
dan kerapihan berkaitan dengan operasi
konstruksi, SOM bertanggung jawab
menyusun program dan memastikan
dilaksanakan dengan baik di lapangan.
9. Petugas pengangkut sampah disediakan
oleh manajemen di bawah pengawasan
pelaksana lapangan.

Pedoman HSE | 105


Izin Kerja
(Work Permit)

ermit
r k P
Wo

Sistem Izin Kerja dibuat untuk mengendalikan berbagai


macam tipe bahaya yang potensial di lingkungan kerja proyek.
Kegunaan untuk membentuk suatu sistem komunikasi diantara
personil yang terkait dengan pekerjaan tersebut, atau yang
terkena imbas dari bahaya yang berpotensi tinggi di lingkungan
kerja proyek. Sehingga untuk memastikan resiko dari cidera
atau kerusakan dapat dikurangi hingga ke level terendah dan
logis untuk dilakukan. terdapat spesifikasi untuk mengevaluasi
kebutuhan dari sebuah Izin Kerja, menerapkannya sesuai yang
dibutuhkan dalam Izin Kerja tersebut dan bekerja sesuai dengan
parameter yang tercantum dalam Izin Kerja tersebut.

106 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur ijin kerja


Pengaturan izin kerja dibagi sesuai jenis pekerjaan, yang diatur
sebagai berikut :
1. Pekerjaan Panas (Hot Work) – Pekerjaan yang memiliki sumber
penyalaan atau yang melibatkan penggunaan api terbuka
atau yang melibatkan penerapan panas atau yang dapat
menghasilkan percikan api.
2. Pekerjaan Umum - Pekerjaan yang TIDAK memiliki sumber
penyalaan atau yang melibatkan penggunaan api terbuka
atau yang melibatkan penerapan panas atau yang dapat
menghasilkan percikan api.
3. Pekerjaan Listrik (Electrical Work) – Pekerjaan yang berhubungan
dengan instalasi, perbaikan, commissioning, penggantian,
pemasangan system dan isolation.
4. Pekerjaan Diatas Ketinggian (Working at Height) – pekerjaan
yang dilakukan di tempat atau lokasi dimana ada potensi yang
menyebabkan pekerja terjatuh. Jarak minimun ketinggian
bekerja di ketinggian diatas 1,8 meter sudah dikategorikan
bekerja di ketinggian.
5. Pekerjaan Penggalian (Excavation Work) – Penggalian
didefinisikan sebagai penggalian buatan manusia, rongga,
parit, atau depresi di permukaan bumi yang dibentuk oleh
pembuangan bumi. Ini bisa termasuk penggalian untuk
apapun dari gudang bawah tanah ke jalan raya. Parit
didefinisikan sebagai penggalian bawah tanah sempit yang
lebih dalam dari pada luasnya, dan tidak lebih lebar dari 15
kaki (4,5 meter).
6. Pekerjaan di Dalam Ruangan Terbatas (Confined Space Entry)
- Ruang yang cukup besar dan luas serta memungkinkan
pekerja masuk dan bekerja di dalamnya yang mempunyai
akses masuk dan keluar terbatas serta tidak dirancang untuk
tempat kerja. Juga Mengandung material yang berpotensi
memerangkap pekerja di dalamnya.

Pedoman HSE | 107


Kewenangan
Menghentikan Pekerjaan
Kewenangan menghentikan pekerjaan bertujuan untuk memandu
karyawan atau Pekerja dalam melakukan penghentian terhadap
pekerjaan yang memiliki resiko yang dapat mengakibatkan
kecelakaan kerja atau kerusakan lingkungan serta penyakit
yang timbul akibat kerja. Manajer atau Leader bertanggung
jawab memastikan setiap karyawan yang bekerja didalam
pengawasannya melakukan kerja dengan benar, sehingga tidak
ada penghentian pekerjaan karena adanya resiko tidak selamat.
Pengaturan menghentikan pekerjaan diatur sebagai berikut :

• Setiap karyawan yang melihat adanya potensi yang dapat


menyebabkan terjadinya kecelakan kerja, Pencemaran
lingkungan dan penyakit akibat kerja, maka memiliki
wewenang untuk melakukan penghentian pekerjaan.
• Siapapun yang melihat suatu proses pekerjaan yang
berpotensi menyebabkan cedera manusia jika tidak
dihentikan, wajib menghentikan pekerjaan tersebut, dan
jika tidak bisa melakukan langsung maka segera hubungi
penanggung jawab pekerjaan atau pekerja ditempat tersebut
untuk koordinasi penghentian pekerjaan.
• Siapapun dilindungi dari hukum atau tuntutan pengadilan
dikarenakan melakukan tindakan penghentian pekerjaan
yang tidak selamat, dan manajemen tidak akan melakukan
intimidasi atau memberikan nilai minus kinerja kepada pekerja
yang telah melakukan penghentian pekerjaan tersebut.

108 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur kewenangan menghentikan pekerjaan


Penanganan Tumpahan
B3 dan Limbah B3

Menjelaskan persyaratan keselamatan minimal yang harus


dilakukan dalam menghadapi tumpahan bahan yang berbahaya
di area perusahaan. Persyaratan program ini dilaksanakan
melibatkan karyawan yang terlibat dalam operasi lapangan,
termasuk juga kontraktor yang menjadi partner kerja, wajib
memenuhi program ini, diatur sebagai berikut :

1. Mengamankan Daerah Yang Terkena


Tahapan pertama dalam menangani tumpahan bahan adalah
mengamankan daerah yang terkena dampak tumpahan. Hal
yang harus menjadi perhatian khusus adalah daerah yang
berakibat mudah terbakar, karat, material-material beracun.
Pengamanan area bisa mencakup dengan metoda sederhana
seperti membuat batas disekitar daerah tumpahan dan
membatasi akses pada orang yang tidak terlibat dan hanya
yang memiliki kepentingan yang bisa masuk, atau didalam
kasus beberapa kondisi darurat apabila berada di daerah
penduduk disekitar lokasi kejadian tumpahan, maka harus
dilakukan evakuasi jika diperlukan. Dalam masalah situasi
darurat atau apabila terjadi penumpahan/pelepasan bahan
yang tidak teridentifikasi, maka peraturan lokal dan pihak
penyelenggara jasa darurat harus dimintai bimbingan dalam
menangani tumpahan.

110 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur penanganan limbah


2. Sumber Tumpahan
Apabila area disekitar tumpahan sudah diamankan, tahapan
berikutnya adalah untuk mengendalikan tumpahan dengan
mencegah sumber tumpahan. Pemberhentian sumber
tumpahan bisa mencakup penggunakan prosedur yang
sederhana (contoh menelusuri katub) atau peralatan
khusus (seperti alat penggali, bulldozer). Personel yang
melakukan pengendalian tumpahan harus mengenakan
APD dan peralatan yang memadai. Personel perusahaan
tidak diperkenankan mengggunakan peralatan berbagai
pengendali tumpahan termasuk bahan kimia yang tidak
diketahui, biologi, radioaktif. APD yang digunakan personel
perusahaan untuk mengendalikan tumpahan bahan
terhadap material yang diketahui yang masuk kategori dalam
perencanaan HSE lapangan.

3. Kandungan Tumpahan
Untuk membantu melakukan penghentian sumber tumpahan,
material yang tumpah harus dilihat kandungannya.
Kandungan bahan tumpahan ini perlu dengan maksud:
a. Untuk mencegah atau memperkecil impak lingkungan
atau impak pada khalayak (sebagai contoh kebocoran
ditepi sungai, kebocoran dilintas jalan, dsb.)
b. Untuk memperkecil upaya pembersihan
Kandungan tumpahan, seperti pengendali tumpahan, bisa
sederhana atau bisa rumit tergantung pada luas, lokasi,
dan tipe tumpahan. Peralatan penanganan kandungan
tumpahan bisa mencakup item-item peralatan pengisap,
dan alat besar/buldozer untuk membuat penahan tanah.
Saat mengendalikan tumpahan bahan, APD yang dipakai
tergantung pada tipe tumpahan dan potensi bila kontak
dengan material.

Pedoman HSE | 111


4. Pembersihan Tumpahan
Tahapan terakhir didalam menangani tumpahan adalah
membersihkan tumpahan material. Pembersihan mungkin
diperlukan panduan teknik, teknik secara mekanik.

5. Pengendalian Catatan
Selama penanganan tumpahan, catatan harus dibuat dengan
memperhatikan perihal:
a. Lokasi proyek dan lokasi tumpahan
b. Tipe material dan jumlah yang terlepas
c. Orang yang hadir, termasuk mencakup karyawan
Perusahaan, sub-kontractor, masyarakat, wartawan, dsb.
d. Tindakan penanganan, dengan waktu pelaksanaan
e. Pembacaan alat pemantau udara
f. APD yang dipakai oleh personel yang menangani
g. Berbagai paparan atau gejala dilaporkan
h. Berbagai macam informasi mungkin bisa digunakan
kemudian untuk memeriksa impak tumpahan atau
evaluasi tindakan penanganan.
Setelah penanganan tumpahan lengkap, catatan harus
direview khusus untuk tujuan evaluasi penanganan. Tindakan
koreksi harus ditujukan dalam memenuhi pelaksanaan
Program Pengendalian Bahaya.
Catatan-catatan yang dihasilkan didalam hubungannya
terhadap program ini harus dipelihara sesuai dengan
pengedalian rekaman mutu.

112 | Pedoman HSE


Dibawah Ini Flowchart Penanganan
Pembersihan Tumpahan B3
& Tumpahan Limbah B3

Pedoman HSE | 113

Anda mungkin juga menyukai