Pedoman HSE PDF
Pedoman HSE PDF
M
Kami membekali karyawan kami dengan pelatihan secara teknik dan
Y
pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai komitmen HSE kami.
Semua ini adalah untuk melindungi kesehatan dan keselamatan setiap
CM
MY
orang yang ikut mengambil bagian dalam operasi / kegiatan kami dan
CY juga komunitas yang tinggal di daerah operasi kami. Melalui buku
CMY Panduan HSE, kami menekankan kembali komitmen PT Nindya Karya
K
(Persero) untuk memberikan perlindungan yang sama kepada semua
karyawan termasuk sub-kontraktor atau mitra kerja dari semua resiko
cedera, kerusakan dan kehilangan asset perusahaan.
Buku Panduan ini merupakan bagian dari alat manajemen untuk
menyediakan informasi HSE yang relevan kepada seluruh karyawan,
sub kontraktor atau mitra kerja untuk melaksanakan pekerjaan mereka
secara aman dan ramah lingkungan.
Terima kasih.
Jakarta, 27 Juli 2018
FIRMANSYAH
Direktur Produksi dan HSE
Pedoman HSE | i
3
ii | Pedoman HSE
4
iv | Pedoman HSE
6
Pedoman HSE | v
KATA PENGANTAR i
peraturan proyek 01
Memasuki & Keluar Lokasi Proyek 03
induksi 04
tanda induksi & proyek 05
alat pelindung diri (apd) 06
standar alat pelindung diri perusahaan 07
Kick-Off Meeting Sub Kontraktor dan Mandor 15
rapat metode kerja 16
Job safety analisis 17
daily Tool box talk 22
weekly tool box meeting 23
rapat p2k3 24
penghargaan best performance 26
papan informasi k3 27
latihan operasi alat 28
inspeksi harian 29
inspeksi peralatan tangan (hand tool) 30
inspeksi mesin tenaga dan produksi 31
inspeksi alat-alat berat dan angkut-angkut 32
inspeksi lifting gears 38
tagging color code 41
manual handling 42
mengoperasikan gerinda 43
galian 44
operasi pengelasan 46
generator 49
mesin yang berputar 52
pencegahan kebakaran 53
scafolding 55
tangga 59
dasar-dasar operasi alat berat 62
operasi crane angkat 65
operasi concrete pump 70
kabel listrik 82
tabung gas (gas cylinder) 83
pan (proteksi benda jatuh) 85
pengelolaan sampah 86
pelindung jatuh 88
confined space 90
loto (lockout tagout) 92
penanggulangan gawat darurat 95
pertolongan pertama pada kecelakaan (p3k) 98
GUDANG (TEMPAT PENYIMPANAN) 99
bedeng pekerja 101
kantin 102
mushola
KATA PENGANTAR i
103
peraturan proyek
toilet 01
104
Memasuki & (5r)
kebersihan Keluar Lokasi Proyek 03
105
induksi
izin kerja (work permit) 04
106
tanda induksimenghentikan
kewenangan & proyek pekerjaan 05
108
alat pelindung
penanganan tumpahan
diri (apd)b3 dan limbah b3 06
110
standar alat pelindung diri perusahaan 07
Kick-Off Meeting Sub Kontraktor dan Mandor 15
rapat metode kerja 16
daily box talk 17
weekly tool box meeting 18
rapat p2k3 19
penghargaan best performance 21
papan informasi k3 22
latihan operasi alat 23
inspeksi harian 24
inspeksi peralatan tangan (hand tool) 25
inspeksi mesin tenaga dan produksi 26
inspeksi alat-alat berat dan angkut-angkut 27
inspeksi lifting gears 33
tagging color code 36
manual handling 37
mengoperasikan gerinda 38
PEraturan
Proyek
1. Pekerja baru, staff baru dan tamu yang memasuki area
proyek wajib melapor kepada petugas keamanan proyek.
2. Pekerja baru, staff baru dan tamu yang memasuki area proyek
wajib mendapatkan induksi sebelum memasuki area kerja.
3. Bagi tamu yang berkepentingan dan memasuki area kerja
wajib mendapatkan pendampingan (escort) dari staff yang
ditunjuk.
4. Pengambilan gambar (foto) dapat dilakukan jika telah
mendapatkan persetujuan manajemen proyek.
5. Seluruh personil diwajibkan mengenakan Alat Pelindung Diri
(APD) yang diwajibkan sesuai dengan potensi bahaya yang
ada.
6. Perawatan dan pemeliharaan APD adalah tanggung jawab
masing-masing pekerja.
7. Dilarang merokok di area proyek kecuali di tempat yang telah
ditetapkan.
8. Dilarang mengoperasikan alat-alat proyek tanpa izin.
9. Operator alat berat wajib melengkapi diri dengan Surat Izin
Operasi yang masih berlaku, dan mendapatkan izin dari HSE
Officer Proyek.
10. Sub-kon dan mandor wajib melaporkan seluruh peralatan
yang dibawanya kepada HSE Officer Proyek dan diinspeksi
oleh bagian mekanik proyek sebelum digunakan.
11. Peralatan yang tidak layak dan tidak dapat diperbaiki wajib
dibawa keluar area proyek.
Pedoman HSE | 01
12. Dilarang menggunakan peralatan yang tidak layak atau
sedang diperbaiki.
13. Ketika waktu istirahat, seluruh personil dilarang berada di
area kerja, kecuali ditentukan lain dengan pengawasan.
14. Dilarang bekerja sambil bercanda.
15. Wajib menggunakan peralatan sesuai dengan fungsinya.
16. Dilarang memodifikasi peralatan kerja.
17. Pekerja dapat melaksanakan pekerjaan jika telah menerima
perintah kerja dari pelaksana lapangan melalui Tool Box Talk.
18. Seluruh personil wajib menjaga dan merawat fasilitas proyek.
19. Seluruh personil wajib melaporkan kondisi bahaya, tindakan
berbahaya dan kecelakaan yang terjadi di proyek.
20. Seluruh personil wajib menjaga kerahasiaan yang ada di
proyek terhadap pihak luar.
02 | Pedoman HSE
Memasuki & Keluar
Lokasi Proyek
Pedoman HSE | 03
INDUKSI
Pedoman HSE | 05
Alat PElindung DIri
(apd)
Berikut ini adalah APD yang bersifat wajib dikenakan oleh
seluruh personil yang berada di site.
Baju reflective/vest
(Wajib)
Baju Kerja
Sarung Tangan
(Jika pekerjaan panas
atau benda tajam)
Celana Kerja
Body Harness
(Jika bekerja di ketinggian)
Safety Shoes
(dengan Steel Toe)
A. Helmet
Standart ANSI Z89.1 – 2014, Type I Class G dan E dilengkapi
chinstrap yang ukurannya dapat disesuaikan atau berbahan
elastis.
Pedoman HSE | 07
2. Merah untuk team HSE dengan detail sebagai berikut:
Inspector HSE,
helmet berwarna merah
tanpa garis
08 | Pedoman HSE
Biru dengan Garis Putih di Merah dengan Tulisan
Bagian Belakang SECURITY di Bagian Belakang
(Operator & Pengemudi) (Security)
4. Helmet mandor:
B. Baju Kerja
Baju kerja wajib digunakan oleh seluruh personil, tanpa
terkecuali, yang berada di area konstruksi
Pedoman HSE | 09
e. Baju kerja staff proyek sesuai dengan standar
baju perusahaan untuk di proyek.
c. Sepatu Safety
C. Sepatu Safety
Sepatu safety yang sesuai dengan tempat kerja harus
selalu dipakai oleh setiap pekerja yang bekerja di area
Sepatu safety yang sesuai dengan tempat kerja harus selalu
konstruksi.
dipakai oleh setiap pekerja yang bekerja di area konstruksi.
a. Sepatu kulit, SNI 7079:2009, minimal design A
a. Sepatu(pendek
kulit, SNI 7079:2009,
dibawah minimal design A (pendek
mata kaki).
dibawah mata kaki).
b. Sepatu boot karet dengan steel toe dengan
b. Sepatu boot karet dengan steel toe dengan kekuatan
kekuatan
benturan hinggabenturan hingga 200 Joule.
200 Joule.
c. Untuk
c. Untuk kegiatan kegiatan di yang
di tempat tempat yangmaka
becek, becek, maka
dapat
menggunakan sepatu karet yang dilengkapi steel
dapat menggunakan sepatu karet yang dilengkapi toe.
steel toe.
Gambar design sepatu safety sebagai berikut :
Gambar design sepatu safety sebagai berikut :
SARUNG
SarungTANGAN KATUN
Tangan Katun SARUNG TANGAN
Sarung TanganKATUN POLKADOT
Katun Polkadot
F. Sarung Tangan
f.
Untuk Welder
Sarung Tangan Welder
melakukan pekerjaan pengelasan
SMAW/MMAW, penanganan
UntukUntuk
melakukan melakukan
pekerjaan
radiasi panas,
pekerjaan
pengelasan
percikan
pengelasan
SMAW/MMAW,
SMAW/MMAW, penanganan
penanganan radiasi panas,
bunga api.
percikan bungapanas,
radiasi api. Sarung tangan berbahan
percikan
kulit menutup hingga lengan sesuai
Sarung tangan dengan
berbahan
bunga api.
EN407 – 2004. kulit menutup hingga
lengan sesuai dengan
Sarung tangan berbahan
EN407 – 2004.
kulit menutup hingga
ngan Karet
G. Sarung
lengan Tangan
sesuai Karet
dengan 21
EN407 – 2004.
tangan berbahan Sarung tangan berbahan karet nitrile, yang
ile, yang menutup menutup hingga lengan, sesuai EN374-
21
ngan, sesuai EN374- 2003, untuk pekerjaan yang berhubungan
uk pekerjaan yang
dengan material yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3).
gan dengan material
engandung bahan
a dan beracun (B3).
Pedoman HSE | 11
H. Masker Pernafasan 1
Masker N95 sesuai criteria NIOSH Title
42 CFR 84-1995, wajib dipakai oleh
pekerja yang melakukan pekerjaan
menggerinda, mengelas,
mengamplas, memotong kayu/besi
menggunakan
mesin, dan pekerjaan lain yang
menghasilkan debu atau bekerja
dengan panas (hotwork).
I. Masker Pernafasan 2
Masker dengan cartridge yang sesuai dengan
NIOSH CFR 84-1995 digunakan untuk
penanganan bahan kimia yang menghasilkan
uap (contoh : H2SO4, HCN) atau pekerjaan
yang
beresiko terdapat gas.
12 | Pedoman HSE
J. Face Shield
Bahan polycarbonate dilengkapi bracket helm
sesuai kriteria
ANZI Z87.1-2010, digunakan untuk
pekerjaan dengan mesin
gerinda, memotong baja menggunakan
cutting torch, bekerja dengan bahan kimia
berbahaya dan pekerjaan lain dengan resiko
melukai bagian wajah.
Pedoman HSE | 13
M. Full Body Harness
Untuk bekerja di ketinggian lebih dari
1.8 meter, diluar platform aman yang
dipersyaratkan.
Persyaratan minimum, Full Body
Harness 1 point, sesuai kriteria EN361 ,
dilengkapi double lanyard dengan shock
absorber sesuai kriteria EN 354:2002.
N. Ear Plugs
Terbuat dari material karet lunak
sesuai kriteria ANSI S12.6 – 1997
for NRR (Noise Reduction Rating),
Min 25 db. Dipakai oleh pekerja
yang melakukan pekerjaan
di area kebisingan > 85 db.
seperti menggunakan gerinda,
jack drill, di ruang genset dan
lain sebagainya yang memiliki
resiko yang setara.
14 | Pedoman HSE
Kick-Off Meeting
Sub-Kontraktor dan Mandor
16 | Pedoman HSE Mengacu kepada prosedur /instruksi kerja produksi metode kerja
JSA
JOB SAFETY ANALYSIS
Site Engineering Manajer wajib membuat analisa keselamatan
kerja (JSEA) sesuai dengan metode kerja yang telah disusun se-
belumnya dan saling melengkapi satu dengan lainnya
Terlepas ke Udara:
• Lepasnya gas beracun dan berbahaya
• Lepasnya gas mudah menyala
• Pemadam api media halon
• Kaleng semprot NDT dry penetrant
• Gas BBM Gas (Oxygent, Acetylene, LPG)
• Gas Inert (Nitrogen, Argon)
• Radiasi
• Api terbuka
• Asap
• Operasi grit blasting
• Asap Cat & Las
Terlepas ke Air:
• Terlepas ke sistem drainase
• Air bercampur minyak
• Lumpur bor
• Tanki penyimpanan BBM
• Fasilitas pengolah coolant
• Tempat penampungan limbah
Waste Materials:
• Besi tua
• Produk cat
• Produk limbah air
• Kayu
• Aki
• Kertas
• Sampah umum
18 | Pedoman HSE
Kontaminasi ke Tanah:
• Tumpahan Cairan : Oli, BBM & Produk Cat
Pedoman HSE | 19
LANGKAH 3 - APAKAH RESIKO TERKENDALI SECARA
BENAR ?
• Apakah langkah pencegahan diambil terkait dengan Resiko
dari Bahaya-bahaya yang terdaftar? Sebagai contoh
tersedianya:
• Informasi, instruksi, pelatihan yang mencukupi?
• Sistem dan prosedur yang benar?
20 | Pedoman HSE
• Pemberian APD (sebagai cara terakhir untuk mengurangi
Resiko)
• Menyediakan peralatan/ fasilitas (seperti membersihkan
fasilitas untuk menghilangkan kontaminasi).
Pedoman HSE | 21
Daily Tool Box Talk
Rencana Kerja
Perhatian!!!
Pekerja/seseorang dilarang melaksanakan/memulai pekerjaan
tanpa mendapatkan pengarahan yang layak.
Pedoman HSE | 25
Penghargaan
BEst Performance
Merupakan penghargaan
yang diberikan oleh
manajemen proyek kepada
pekerja yang melakukan
kegiatan sesuai dengan
kaidah-kaidah K3 yang telah
ditetapkan. Penghargaan ini
diberikan pada saat kegiatan
Weekly Toolbox Meeting.
PENGHARGAAN K3
28 | Pedoman HSE
Inspeksi Harian
Dilakukan oleh Petugas K3 Proyek untuk memastikan :
• Trafo las
• Bar cutter
• Bar bender
• Table saw/gergaji meja
• Mesin planer
• Mesin las/genset las
• Kompresor
• Genset listrik
Lampu Rotator
Pedoman HSE | 33
11. Alat/stang kendali dan monitor kabin normal dan berfungsi
dengan baik.
12. Wajib dilengkapi dengan lampu depan (head lamp), lampu
belakan (tail lamp) dan lampu kabin.
13. Pintu kabin (jika ada) wajib berfungsi dengan baik.
14. Tidak ada sisa/bekas rembesan oli/minyak yang keluar dari
mesin.
15. Warna gas buang tidak hitam ketika sedang dioperasikan.
16. Dilengkapi dengan tombol emergency (Emergency push/switch
button) di sisi kanan alat, yang berfungsi jika terjadi situasi alat
tidak dapat dikendalikan maka tombol ini dapat mematikan
mesin.
Emergency Stop
34 | Pedoman HSE
A. Crane
1. Wajib dilengkapi dengan Load Chart yang ditempel di
kabin operator.
2. Horn/Klakson berfungsi dengan baik.
3. Anti two block,Wind speed, Limiter, Swing Alarm semua berfungsi
dengan baik.
4. Drum brake & sling drum dalam keadaan baik.
5. Hook utuh, berfungsi dengan baik dan dilengkapi dengan
safety latch.
6. Load Moment Indicator (LMI) terpasang dan berfungsi dengan
baik serta terkalibrasi.
Pedoman HSE | 35
B. Excavator
1. Kunci pengaman (lock
lever) harus berfungsi
dengan baik.
2. Pin pada sambungan
bergerak (contoh :
H-Link, hydrolic arm dan
bucket/breaker chisel) wajib
dipasang pengunci
standar seperti yang
tertera pada service
manual book.
Keterangan Gambar
36 | Pedoman HSE
C. Buldozer, Loader dan Grader
Pedoman HSE | 37
Inspeksi
Lifting GEars
1. Wajib dipastikan serifikat dan tagging lifting gears.
Sertifikat ini memuat tentang :
• Jenis
• Ukuran
• SWL
• Tanggal uji riksa
• Masa berlaku
Sling Tagging
a. Sling
Pedoman HSE | 39
b. Webbing
b. Webbing
47
40 | Pedoman HSE
Tagging
Color COde
42 | Pedoman HSE
Mengoperasikan
GErinda
22. Mengoperasikan Gerinda
APD Tambahan yang wajib digunakan
APD tambahan yang wajib digunakan adalah :
SarungTan
Face
Face Shield
Shield Sarung
ganTangan Ear Ear PlugMuff
Plug/Ear
Ear Mufff
/ Masker
Masker
Kabel
Kabelpower
powertidak
rusak
tidakrusak
Wajib dilengkapi
1. Harus utuh, kering, tidak goyang. Wajib dilengkapi pelindung
pelindung
• Harus utuh, kering, tidak goyang.
• 2. Diameter
Diameter harus sesuai
harus sesuai dengandengan
alat alat
3. RPM dish harus lebih besar dari RPM alat
• RPM dish harus lebih besar dari RPM alat
Pedoman HSE | 43
Galian
1. Sebelum mulai penggalian, harus dilakukan upaya untuk
mengetahui/menyelidiki fasilitas/utilitas bawah tanah
existing.
2. Jika tidak didapat informasi yang memadai, maka wajib
dilakukan investigasi dengan cara menggali secara manual
di beberapa titik.
3. Dilarang menggali sebelum mendapat izin untuk menggali
(excavation permit).
4. Seluruh galian harus diberi tanda-tanda dan pagar di
sekeliling galian. Pemasangan pagar dimulai sebelum proses
penggalian dilaksanakan, dan menerus mengikuti arah galian
44 | Pedoman HSE
5. Galian yang lebih dari 1,5 m harus diberi penunjang (shoring)
atau dibuat miring/berundak.
Pedoman HSE | 45
Operasi
Pengelasan
1. Juru Las adalah personil yang memiliki kompetensi/sertifikat
juru las yang sesuai Permenakertrans RI No 2 Tahun 1982 atau
personil yang telah diuji dan dinilai mampu oleh manajemen
proyek untuk melakukan kerja pengelasan dengan aman.
Penunjukan juru las oleh manajemen proyek wajib dibuktikan
dengan surat penugasan.
2. Kegiatan pengelasan wajib mendapatkan izin jika :
• pengelasan dilaksanakan dalam fasilitas yang sedang
beroperasi.
• apabila pengelasan dilaksanakan di suatu lingkungan
dengan potensi tinggi terjadi kebakaran dan ledakan,
misalnya suatu tempat tertutup atau di tempat di mana
terdapat campuran uap yang mudah terbakar dan udara/
oxigen, gudang karbon, gudang kain dll.
46 | Pedoman HSE
7. Untuk pengelasan SMAW/MMAW di tempat yang
menimbulkan keringat berlebih, lembab, uap air, basah
seperti di bendungan, galian saluran, hujan, di dekat air,
tempat yang sebagian terendam, daerah banyak percikan air,
bejana/tangki/di dalam ruangan terbatas dll, maka Pelaksana
Lapangan wajib menempatkan personil yang memantau dan
mampu mengambil tidakan tepat pada saat kondisi darurat.
8. Welding screen atau pagar dipasang untuk mencegah busur
api terlihat/menyilaukan dan mengganggu orang disekitarnya.
Pedoman HSE | 47
12. Juru Las wajib mematikan mesin/trafo las dan melepaskan
kawat las ketika sedang tidak digunakan.
13. Dilarang menyentuh kawat las dengan kain basah.
14. Untuk pengelasan di luar workshop percikan api harus
dikendalikan menggunakan blanket agar tidak menyebar.
15. Untuk pengelasan di atas ketinggian, Pelaksana Lapangan
wajib membuat area khusus di bawahnya, dilengkapi rambu-
rambu atau tanda agar tidak ada orang yang melintas. Area
tersebut juga harus terbebas dari benda-benda yang mudah
terbakar.
16. Material yang baru selesai dilas, wajib ditandai dengan tulisan
“AWAS PANAS” menggunakan kapur berwarna putih.
17. Dilarang meninggalkan material yang baru dilas ketika masih
panas.
18. Setelah selesai pengelasan dan sebelum meninggalkan
lokasi pengelasan, Juru Las wajib melakukan pengecekan
lokasi kerja dan sekitarnya untuk memastikan tidak ada
kemungkinan kebakaran.
19. Untuk area-area dengan potensi kebakaran tinggi (seperti
gudang kayu), maka Pelaksana Lapangan wajib menempatkan
personil di lokasi hingga 90 menit setelah pengelasan selesai,
untuk memastikan lokasi benar-benar aman.
20. Alat pelindung diri bagi helper adalah sama dengan juru las.
21. Ketika mengelas di ketinggian, pastikan percikan api tidak
jatuh kebawah (diperlukan pemasangan fire blanket)
48 | Pedoman HSE
Generator
1. Generator harus sesuai dengan spesifikasi teknis dari
manufaktur (tanpa modifikasi).
2. Melakukan inspeksi generator oleh pihak mekanik proyek
beserta salah satu pelaksana K3, sebelum generator dikirim
ke site.
3. Hasil inspeksi dicatat, ditanda-tangani oleh inspector dan
dilaporkan ke Manager Proyek dengan tembusan ke Bagian
HSE dan Bagian Procurement Wilayah atau unit bisnis serta
disimpan oleh mekanik proyek, hingga ada berita serah
terima generator ke pihak lain/keluar dari site.
4. Hasil temuan inspeksi harus diperbaiki sebelum generator
dikirim ke site.
5. Setelah diperbaiki sesuai hasil inspeksi, maka generator
dapat dikirim ke site.
6. Inspeksi dilakukan ulang pada saat pertama kali generator
memasuki site, untuk memastikan bahwa semua hasil
temuan inspeksi telah diperbaiki.
7. Apabila masih ada temuan minor, maka harus segera
diperbaiki, tetapi jika hasil temuan inspeksi awal tidak
ditindak lanjuti, maka generator wajib dikembalikan/ dibawa
keluar dari site.
8. Setiap dua minggu sekali, generator wajib diinspeksi ulang
oleh mekanik proyek didampingi Pelaksana K3, tercatat dan
disimpan.
9. Generator wajib dilengkapi sertifikat dari Dinas
Ketenagakerjaan setempat (Permen No. 04 Tahun 1985).
10. Generator harus dilengkapi dengan drip tray.
Pedoman HSE | 49
11. Pelindung wajib terpasang pada bagian mesin dan sabuk
yang berputar.
12. Lantai generator harus terbuat dari lantai beton (lean concrete)
setebal 10 cm.
13. Arah gas buang harus diatur sedemikian rupa agar tidak
mengganggu lingkungan.
14. Wajib dipasang rambu “AWAS KESETRUM” dan
“DILARANG MASUK KECUALI PETUGAS”.
15. Wajib disediakan Alat Pemadam Api Ringan jenis powder
(APAR) @5kg sebanyak 2 (dua) buah di dekat pintu masuk.
16. Wajib dipasang foto petugas yang berwenang/operator
beserta nomor kontak yang dapat dihubungi.
17. Wajib dipasang tulisan “GENERATOR (kapasitas) KVA”.
18. Dilarang menyimpan/stok BBM di ruang generator.
19. Wajib dilengkapi grounding (pembumian) < 5 Ω.
20. Inspeksi berkala setiap bulan wajib dilaksanakan oleh
petugas mekanik proyek.
21. Perawatan rutin wajib dilakukan setiap 200 jam operasi.
22. Operator wajib melaksanakan daily checklist.
23. Generator wajib ditempatkan di “Generator Room” sesuai
dengan jenis generator sebagai berikut :
• genset terbuka, wajib disediakan tempat/ruangan
tertutup/terkunci yang memiliki ventilasi cukup.
• genset silent, wajib dipasang atap tanpa dinding.
50 | Pedoman HSE
Gambar 1: Rumah untuk type genset terbuka
Pedoman HSE | 51
Bagian Mesin
Yang BErputar
52 | Pedoman HSE
Pencegahan
Kebakaran
Pedoman HSE | 53
54 | Pedoman HSE
Scaffolding
Top Rail
Mid Rail
Toe Board
Brace
Decking Frame
Sole Board
Base
Pedoman HSE | 55
o Midrail t = 47 cm dari platform
Midrail t = 47 cm dari platform
o
o Toprail t = 95 cm dari platform
o Toprail t = 95 cm dari platform
c. Raker (support/outrigger) wajib dipasang untuk
3. Raker (support/outrigger)
c. Raker wajib dipasang
(support/outrigger) wajib untuk ketinggian
dipasang untuk4 m
ke atas. ketinggian 4 m ke atas.
ketinggian 4 m ke atas.
Klem hidup
Klem hidup
Klem hidup
Klem hidup
Pipa> 3 m
Pipa> 3harus
m matikan
harus matikan
Klem mati
Klem mati
d. Scaffolding
4. Scaffolding dengan dengan ketinggian
ketinggian darilebih
lebih lebih 6m dari 6m wajib
wajib
d. Scaffolding dengan ketinggian dari 6m wajib
dilengkapi dengan tie-in
dilengkapi (ties) sebagaimana
dengan tie-in (ties)dicontohkan
sebagaimana
dilengkapi dengan tie-in (ties) sebagaimana
berikut inidicontohkan
: berikut ini :
dicontohkan berikut ini :
Posisi tie-in
Posisi tie-in
64
64
56 | Pedoman HSE
5. Bentuk-bentuk tie-in sebagai berikut :
e. Bentuk-bentuk tie-in sebagai berikut :
Scaffolding tag
65
Pedoman HSE | 57
7. Pengecekan ulang dilaksanakan seminggu sekali kecuali
jika terjadi hujan deras atau angin kencang.
8. Scaffolding adalah alat bantu kerja, sehingga personil
dilarang menngunakan scaffolding sebagai tempat istirahat.
DI SCAFFOLDING
58 | Pedoman HSE
Tangga
1. Tangga (straight ladder) yang diperkenankan dipakai
berukuran maksimum 5.8 meter, dengan lebar 40 cm, jarak
anak tangga 28 – 35 cm. Tangga harus mampu menahan
beban hidup (live load) max 150 kg.
2. Jika terbuat dari kayu, harus dibuat dengan bahan kayu
yang kuat dan wajib dipastikan tidak terdapat mata-kayu.
3. Syarat menggunakan tangga :
Pedoman HSE | 59
4. Ketika menggunakan tangga lipat, jangan lakukan beberapa
hal berikut ini :
60 | Pedoman HSE
Dilarang berpijak di dua anak tangga
paling atas
Pedoman HSE | 61
Dasar-Dasar
Operasi Alat Berat
1. Dilarang mengemudikan atau mengoperasikan alat berat
kecuali telah diberi kewenangan oleh pengawas yang
berwenang dan disetujui oleh petugas K3.
2. Operator alat berat harus terlatih dan memiliki sertifikat dan/
atau Surat Izin Operasi.
62 | Pedoman HSE
5. Dilarang untuk mengoperasikan atau mencoba untuk
mengoperasikan alat berat dalam pengaruh obat–obatan,
narkotika atau alkohol.
6. Operator wajib memberitahu pengawas dan/atau petugas
K3 apabila mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh
dokter, terutama jika dapat mempengaruhi kemampuannya
untuk mengoperasikan alat berat.
7. Hanya operator atau orang berwenang diperbolehkan untuk
mengoperasikan alat berat. Selain operator dimungkinkan
untuk mengendarai alat berat untuk tujuan tertentu, misalnya,
pelatihan atau pemeriksaan dan perbaikan.
8. Laju kecepatan maksimum dilarang melebihi batas yang
telah ditetapkan di site.
9. Dilarang mengemudikan alat berat dekat pinggiran saluran
atau galian.
10. Operator harus memakai sabuk pengaman.
11. Waspada terhadap orang, alat berat dan peralatan lain di
lokasi kerja.
12. Jangan bergerak mundur kecuali pandangan leluasa ke
belakang atau dibantu oleh pemandu.
13. Ketika parkir, alat berat harus diamankan dari kemungkinan
tergelincir atau pergerakan lainnya dengan cara menurunkan
blade, bucket atau yang lainnya ke permukaan tanah dan
pasang rem parkir dengan baik.
14. Di tempat yang miring, alat berat harus diparkir secara
melintang, bukan searah lereng.
15. Dilarang memarkir alat berat di awal atau akhir tanjakan /
turunan.
16. Parkirlah alat berat pada tempat yang aman, mudah diawasi,
khususnya apabila bermalam.
Pedoman HSE | 63
17. Dilarang meninggalkan kendaraan/alat ketika mesin sedang
hidup.
18. Dilarang meninggalkan kunci pada alat berat yang tidak
dijaga.
19. Bersihkan lumpur dan minyak dll dari sepatu sebelum menaiki
alat berat.
20. Selama proses pemuatan, operator truk harus pada posisi
berikut ini :
a. Tetap selalu berada di dalam kabin operator, atau,
b. Menjauh dari truk pada jarak yang aman untuk
menghindarkan tertimpa oleh bebatuan atau material
lain yang jatuh. Operator truk tidak boleh kembali ke
truk hingga proses pemuatan selesai dan muatan
sudah dalam keadaan stabil sehingga tidak ada resiko
kejatuhan saat truk dijalankan.
c. Dilarang mempergunakan telepon genggam saat
mengoperasikan alat berat.
d. Patuhilah semua rambu–rambu jalan saat
mengoperasikan alat berat.
64 | Pedoman HSE
31. Operasi Crane Angkat
Operasi Crane Angkat
1. Setiap mobile crane/TC/hoist wajib diinspeksi sebelum
digunakan dan dilakukan perawatan berkala secara rutin
1. Setiap
selama mobile agar
digunakan crane/TC/hoist wajiblayak
alat dalam kondisi diinspeksi sebelum
dan aman
digunakan
digunakan.
dan dilakukan perawatan berkala secara rutin
selama digunakan agar alat dalam kondisi layak dan aman
2. Inspeksi bulanan, mulai dari hook hingga under
digunakan.
carriage/mast
2. wajib dilakukan
Inspeksi bulanan, secara
mulai dari rutin.
hook hingga under carriage/
mast wajib dilakukan secara rutin.
3. Load chart dan diagram lifting wajib tersedia di dalam
3. Load chart dan diagram lifting wajib tersedia di dalam kabin.
kabin.
73
Pedoman HSE | 65
4. Petunjuk angka kapasitas pengangkatan maksimum wajib
tertera/terpampang jelas pada setiap crane/hoist.
5. Pada blok angkat, wajib tertera kapasitas pembebanan hook,
yang dibuat oleh pabrik.
6. Untuk jenis pengangkatan umum, lifting plan dibuat garis
besarnya untuk panduan kerja pengangkatan.
7. Lifting plan dan JSA dibutuhkan jika terdapat pengangkatan
> 50% dari SWL crane sesuai radiusnya, serta pengangkatan
tandem (lebih dari 1 crane).
8. Untuk pengangkatan tandem, crane yang digunakan wajib
sama (jenis, merk, kapasitas)
9. Pengangkatan material dilarang melalui atas orang yang
sedang bekerja.
10. Setiap pengangkatan wajib dilengkapi dengan tag line untuk
menjaga supaya material tidak berputar.
11. Tali tag line tidak boleh sambungan atau simpul.
12. Jika ada jalur listrik, maka bagian crane, baik body, sling dan
boom, dilarang berada pada jarak 4.5 m (15 kaki).
13. Sling wajib diperiksa setiap hari sebelum digunakan oleh juru
ikat yang bersertifikat.
14. Crane wajib dilengkapai safety devices yang dibutuhkan
sesuai standar crane yang digunakan.
15. Pastikan telah menentukan area yang terlarang untuk personil
(“exclusive zone”) sesuai lintasan pengangkatan.
66 | Pedoman HSE
16. Kecelakaan keran angkat (crane) yang sering terjadi adalah
sebagai berikut :
Material jatuh
Pedoman HSE | 67
17. Perhatikan hal berikut ini:
Signalman harus
mampu mengarahkan
operator dengan baik
68 | Pedoman HSE
-Pengangkatan material kecil
dan tabung (oxygen/elpiji)
wajib menggunakan bucket.
-Bucket dibuat dengan
rencana dan kalkulasi tehnik
serta diuji dan disertifikasi
-Wajib dilengkapi kapasitas
beban Save Working Load
(SWL)
Pedoman HSE | 69
OPERASI CONCRETE PUMP
Operator pompa
orang yang bertanggung jawab
terhadap posisi CP,
operasi boom pipa dan hose,
concrete pump dan operasi pemompaan beton
alat yang menggunakan
pompa bertekanan tinggi
untuk memompa adukan beton Hose Man
melalui pipa hose orang yang mengarahkan hose
ke tempat pengecoran untuk aliran beton ke lokasi
pengecoran
Truk Mixer
membawa adukan beton
ready mix
Operator Menggunakan
peralatan remote control
untuk menggerakkan boom
dan mengontrol aliran beton
70 | Pedoman HSE
JARAK MINIMAL:
5 meter
Pedoman HSE | 71
Dilarang menggunakan boom untuk mengangkat benda
BAHAYA
72 | Pedoman HSE
Periksa keausan pada pipa pengiriman (ketebalan pipa)
Pedoman HSE | 73
Dilarang berdiri diantara truck mixer dengan concrete pump
74 | Pedoman HSE
Jarak Bebas Minimum 17 kaki (5,2m)
dari kabel listrik
area
pengecoran
Jalur Listrik
Tegangan Tinggi
Jalur Listrik
Tegangan Tinggi
Jarak Bebas
Minimum
17 kaki (5,2m)
dari kabel listrik
area
pengecoran
Dilarang lengah
Radius Putar Boom
saat operator
Area berbahaya yang berada
menggerakkan boom
dalam radius operasi boom
!!!
Pedoman HSE | 75
Dilarang
memasang hose
lebih dari satu
Jika ada
tambahan pipa
atau hose,
maka tidak boleh
menambah beban
dari boom
76 | Pedoman HSE
Jauhkan semua orang dari area pemompaan
selama masih ada udara bertekanan
Pedoman HSE | 77
Boom dilarang melewati kabel listrik
78 | Pedoman HSE
Dari sudut pandang operator ini
sangat sulit mengetahui apakah
boom akan menyentuh kabel listrik
Pedoman HSE | 79
Dilarang membuka pipa yang bertekanan
80 | Pedoman HSE
Pekerja dapat cidera jika menggunakan hose yang bengkok
Pedoman HSE | 81
Kabel Listrik
1. Jenis kabel temporary yang digunakan di proyek wajib
memenuhi syarat-syarat yang tertuang di PUIL 2011.
2. Seluruh kabel yang digunakan di site wajib mendapatkan
inspeksi dan tagging dari petugas elektrik proyek
3. Panjang kabel extention yang digunakan maksimum 25 m,
harus terhubung langsung ke panel distribusi yang dilengkapi
Earth Leakage Circuit Breaker (ELCB).
4. Dilarang meletakkan kabel di lantai atau menghalangi akses
jalan, sehingga kabel wajib digantung dengan rapi.
5. Dilarang mencolokkan/menghubungkan 2 (dua) kabel
extention menggunakan stop kontak. Seluruh sambungan
kabel wajib menggunakan legrand.
Legrand
82 | Pedoman HSE
Tabung Gas
(Gas Cylinder)
Pedoman HSE | 83
6. Wajib disediakan APAR yang cukup baik
di tempat penyimpanan atau pemakaian.
7. Tabung-tabung tersebut wajib dijaga
dari paparan panas matahari secara menerus.
84 | Pedoman HSE
PAN
(proteksi benda jatuh)
Untuk mencegah agar tidak terdapat benda yang jatuh dari
atas terutama ketika pekerjaan struktur kolom dan lantai. Pan
harus terpasang dua lantai dibawah level struktur yang sedang
dikerjakan.
Pedoman HSE | 85
Pengelolaan
sampah
B3 ORGANIK NON-ORGANIK
86 | Pedoman HSE
6. Wajib dibuatkan program pengelolaan sampah sesuai
dengan kebutuhan proyek, terutama yang berkaitan dengan
pihak ketiga, untuk pengangkutan sampah.
7. Limbah/sampah B3 dapat disimpan hingga 90 hari di tempat
penyimpanan sementara proyek.
8. Pembuangan limbah/sampah B3 wajib dilengkapi manifest
pengangkutan.
Pedoman HSE | 87
Pelindung
Jatuh
1. S e t i a p
personil wajib
mendapatkan
pengarahan
pelindung jatuh
pada saat
kegiatan Induksi.
2. Setiap sisi/
pinggir lantai
dengan beda level
ketinggian > 1.8
meter wajib dipasang
pagar/railing yang kuat
untuk mencegah orang terjatuh.
3. Setiap platform/scaffolding
wajib dilengkapi papan pijakan
yang kuat dan tertutup, serta
pagar/railing 2 tingkat (95 cm
dan 47 cm dari permukaan
pijakan)
4. Jika pagar/railing tidak dapat
dipasang, maka setiap personil
yang akan melakukan kegiatan
di tempat tersebut wajib mengenakan full body harness
dengan 2 hook.
5. Tempat mengaitkan hook wajib disediakan minimal 1 m dari
pijakan kecuali sistem penahan jatuh (restrain system).
88 | Pedoman HSE
6. Anchor point restrain system dapat dibuat di lantai.
7. Fall arrester digunakan untuk tangga vertical dan gondola
Fall Arrester
Railing
Opening
Cover
Pedoman HSE | 89
Confined
Space
Definisi confined space adalah area yang memiliki akses terbatas
dimana personel yang memasukinya memiliki resiko kekurangan
oksigen atau terpapar gas beracun.
Contoh confined space antara lain :
• vessel,
• tangki,
• gorong-gorong,
• galian yang dalamnya lebih dari 1.5 m
Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan ketika melakukan
pekerjaan confined space antara lain:
1. Tahap persiapan
a. Pastikan kondisi personil dalam keadaan baik dan
sehat.
b. Identifikasi bahaya serta mitigasinya dengan membuat
Job Safety Analysis (JSA) dan Izin Kerja.
c. Cek kandungan gas yang ada di dalam confined
space menggunakan gas detector yang terkalibrasi
dan jangan masuk jika belum dinyatakan aman.
d. Siapkan peralatan pendukung jika diperlukan untuk
memasuki area confined space seperti SCBA, gas
detector dan blower. Cek selalu kondisi oksigen yang
terdapat pada tabung SCBA.
e. Pastikan area yang akan dimasuki telah terisolasi
dengan menerapkan blind system dan LOTO.
f. Lakukan Toolbox Talk sebelum melakukan pekerjaan.
90 | Pedoman HSE
2. Tahap pelaksanaan pekerjaan
a. Ketika bekerja di confined space, pastikan minimal
ada 1 orang yang berjaga di luar untuk mengawasi
para pekerja.
b. Letakkan ID badge di control board yang telah tersedia
di luar man-hole jika ingin masuk ke dalam confined
space.
c. Selalu cek kandungan gas dan temperature dalam
confined space.
d. Selalu cek kondisi oksigen pada peralatan bantu
pernapasan Anda (breathing apparatus).
e. Lakukan istirahat, setelah memasuki confined space
maksimum 1 jam sekali.
Pedoman HSE | 91
LOTO
(Lockout TAgout)
4. Lakukan pengujian
Setiap sumber yang telah diisolasi harus tetap diuji terlebih
dahulu sebelum pekerjaan dilakukan untuk memastikan
bahwa sumber energi benar-benar terputus.
6. Mulailah Pekerjaan
Pedoman HSE | 93
7. Menyelesaikan pekerjaan
Selesaikan pekerjaan pada shift anda, jika pekerjaan tidak
dapat diselesaikan pada gilir kerja anda, maka berikanlah
pending job yang jelas ke pengawas dan isolasi harus tetap
terpasang untuk menghindari kerusakan yang lebih parah
yang disebabkan oleh pengoperasian pekerja lain yang tidak
mengetahui. Pastikan terlebih dahulu bahwa isolasi officer
telah mempunyai kunci dari gembok yang anda pasang, atau
letakkan kunci pada kotak isolasi yang tersedia.
94 | Pedoman HSE
Penanggulangan
Gawat Darurat
KETUA
....................................
WAKIL KETUA
....................................
Kecelakaan
(Accident)
Info Kecelakaan
Laporan Awal Ke PM
Tanggap Darurat
Ya
Tidak Cedera
Eliminasi Bahaya
Evakuasi (Injury)
Ya
Pertolongan Pertama
(First Aid)
Rumah Sakit
Kondisi Aman Kondisi Aman
Laporan Medis
(Medical Report)
Laporan Akhir
Selesai (Final Report)
96 | Pedoman HSE
c. Meneruskan laporan kecelakaan kepada Manajer Proyek
sebagai bentuk laporan awal. Laporan ini dapat dilakukan
melalui telepon atau dengan menggunakan alat komunikasi
lainnya.
d. Melakukan eliminasi bahaya yang berdampak langsung
terhadap personil dan bahaya-bahaya lanjutan/sekunder,
dan melakukan evakuasi terhadap personil yang selamat.
e. Jika ada yang terluka, maka prosedur penanganan P3K wajib
dilaksanakan oleh Petugas K3 berlisensi, bertujuan untuk
memastikan bahwa korban tidak mengalami luka lebih parah
hingga mendapatkan perawatan medis.
f. Evakuasi korban ke Rumah Sakit wajib dilakukan oleh
Petugas P3K dan paramedik dengan mempertimbangkan
kondisi luka pada korban.
g. Penanganan di rumah sakit oleh tenaga medis, didampingi
oleh staff dari bagian Adm/SDM Proyek hingga mendapatkan
laporan medis.
h. Hasil Laporan medis diserahkan kepada Pihak HSE proyek
untuk menyusun kelengkapan laporan kecelakaan.
i. Laporan kecelakaan wajib diserahkan kepada PM untuk
diteruskan ke Kantor Pusat.
j. Laporan akhir disusun berdasarkan laporan kecelakaan dan
situasi/kondisi lapangan dimana kecelakaan terjadi. Jika
semua telah aman kembali maka Manajer Proyek dapat
memutuskan bahwa pekerjaan dapat dilanjutkan.
k. Sebagai “Lesson Learn”, setiap jenis kecelakaan dan kejadian
gawat darurat lainnya, Manajer Proyek wajib memastikan
bahwa laporan disusun dan dilaporkan ke Departemen HSE.
Langkah-langkah pelaporan mengikuti petunjuk prosedur
pelaporan HSE perusahaan.
Pedoman HSE | 97
Pertolongan Pertama
Pada KEcelakaan (P3K)
Manajer proyek berkewajiban menyediakan ruang P3K yang
layak dan petugas P3K bersertifikat di proyek yang dipimpinnya.
Beberapa item penting yang harus diperhatikan adalah sebagai
berikut :
Pedoman HSE | 99
3. Pengaturan sirkulasi udara. Salah satu faktor penting dalam
merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara yang
cukup didalam ruangan, termasuk pengaturan kelembaban
udara dan pengaturan pencahayaan.
4. Penggunaan rak dan pallet yang tepat dapat meningkatkan
sirkulasi udara, perlindungan terhadap banjir, serangan
hama, kelembaban dan efisiensi penanganan.
5. Material mengandung bahan B3 wajib disimpan ditempat
khusus dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
a. Tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang tidak
sejenis.
b. Peralatan tanggap darurat harus tersedia di dekat tempat
penyimpanan seperti alat pemadam api, spill kit, sarung
tangan karet, masker, google, dan lain sebagainya sesuai
dengan kebutuhan penanganan keadaan darurat.
c. Untuk tempat penyimpanan material mudah terbakar
dan mudah meledak wajib dilengkapi dengan alat
sirkulasi udara yang memadai untuk mengurangi
konsentrasi gas berbahaya.
d. Sebelum menyimpan material yang mengandung B3,
kemasan material wajib ditandai dengan rambu-rambu
sesuai dengan Globally Harmonized System (GHS).
e. Pintu tempat penyimpanan harus terkunci.
f. Material Safety Data Sheet harus tersedia di depan
tempat penyimpanan dan mudah diakses.
g. Untuk penyimpanan material cair mengandung B3, wajib
menggunakan wadah/tanki dengan bahan yang sesuai
dengan Material Safety Data Sheet dan dilengkapi
dengan second containment/bund wall yang mampu
menampung 80% dari volume bahan yang disimpan.
BEDENG
PEKERJA
ermit
r k P
Wo
3. Kandungan Tumpahan
Untuk membantu melakukan penghentian sumber tumpahan,
material yang tumpah harus dilihat kandungannya.
Kandungan bahan tumpahan ini perlu dengan maksud:
a. Untuk mencegah atau memperkecil impak lingkungan
atau impak pada khalayak (sebagai contoh kebocoran
ditepi sungai, kebocoran dilintas jalan, dsb.)
b. Untuk memperkecil upaya pembersihan
Kandungan tumpahan, seperti pengendali tumpahan, bisa
sederhana atau bisa rumit tergantung pada luas, lokasi,
dan tipe tumpahan. Peralatan penanganan kandungan
tumpahan bisa mencakup item-item peralatan pengisap,
dan alat besar/buldozer untuk membuat penahan tanah.
Saat mengendalikan tumpahan bahan, APD yang dipakai
tergantung pada tipe tumpahan dan potensi bila kontak
dengan material.
5. Pengendalian Catatan
Selama penanganan tumpahan, catatan harus dibuat dengan
memperhatikan perihal:
a. Lokasi proyek dan lokasi tumpahan
b. Tipe material dan jumlah yang terlepas
c. Orang yang hadir, termasuk mencakup karyawan
Perusahaan, sub-kontractor, masyarakat, wartawan, dsb.
d. Tindakan penanganan, dengan waktu pelaksanaan
e. Pembacaan alat pemantau udara
f. APD yang dipakai oleh personel yang menangani
g. Berbagai paparan atau gejala dilaporkan
h. Berbagai macam informasi mungkin bisa digunakan
kemudian untuk memeriksa impak tumpahan atau
evaluasi tindakan penanganan.
Setelah penanganan tumpahan lengkap, catatan harus
direview khusus untuk tujuan evaluasi penanganan. Tindakan
koreksi harus ditujukan dalam memenuhi pelaksanaan
Program Pengendalian Bahaya.
Catatan-catatan yang dihasilkan didalam hubungannya
terhadap program ini harus dipelihara sesuai dengan
pengedalian rekaman mutu.