Anda di halaman 1dari 47

PENDAHULUAN

Padi sawah merupakan salah satu komoditi strategis untuk mencukupi kebutuhan
pangan sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Manggarai pada
khususnya Kegagalan mengembangkan teknologi untuk meningkatkan produksi padi sawah
akan berdampak pada ketersediaan pangan di Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten
Manggarai khususnya Teknologi unggulan -hasil pengkajian padi sawah sudah cukup banyak
tersedia baik varietas, cara tanam, maupun pemupukan. Beberapa komponen teknologi padi
sawah tersebut belum sepenuhnya diadopsi oleh petani sehingga produksi yang diharapkan
belum memberikan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan antara lain karena proses
penyebarluasan hasil pengakajian yang dilakukan masíh terbatas pada beberapa metode
penyuluhan dan terpusat pada daerah lokasi pengkajian tertentu saja. .
Pengembangan sistem usaha tani padi sawah mengisaratkan adanya dukungan
teknologi hasil pengkajian spesifik lokasi. Hasil-hasil pengkajian ini perlu diikuti kegiatan
penyebar luasan pada wilayah sentra produksi padi dengan pendekatan berbagai metode
Penyuluhan Pertanian yang sesuai dengan kondisi dan karakter petani. .
Suatu teknologi baru usaha tani padi sawah akan memiliki daya dan hasil guna yang
tinggi apabila dapat diadopsi oleh petani secara penuh dan berkelanjutan, karena itu dalam
proses mempercepat adopsi teknologi pertanian di Nusa tenggaraTimur pada umunya dan
Kabupaten Manggarai secara khusus perlu mencermati kondisi rill sosial budaya masyarakat
guna mencapai efektifitas penyebar-luasan hasil pengkajian dan adopsi teknlogi oleh petani
Masyarakat Kabupaten Manggarai dalam pengembangan usahatani pada dasarnya memiliki
sifat kerja keras, sifat taat, suka menerima seuatu yang baru yang dianggap menguntungkan,
mudah kecewa bila ingkar janji. Keinginan untuk menerapkan teknlogi cukup tingi, namun
bersifat tidak terbuka karena masih dipengaruhi oleh tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lama.
Mereka sulit untuk menyampaikan permasalahannya kepada siapa saja yang tidak atau belum
dikenal
Dengan memahami dan menghayati berbagai dimensi hidup masyarakat Kabupaten
Mnggarai, maka pendekatan yang dilakukan dalam rangka mempercepat proses adopsi
teknologi padi sawah kepada petani di Kabupaten Manggarai adalah pendekatan
perorangan, pendekatan kelompok, serta memahami pola budaya yang berkembang seperti
nilai-nilai, norma-norma yang berlaku. Padi sawah merupakan salah satu komoditi strategis
untuk mencukupi kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat Nusa Tenggara Timur dan
Kabupaten Manggarai pada khususnya Kegagalan mengembangkan teknologi untuk
meningkatkan produksi padi sawah
akan berdampak pada ketersediaan pangan di Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten
Manggarai khususnya Teknologi unggulan -hasil pengkajian padi sawah sudah cukup banyak
tersedia baik varietas, cara tanam, maupun pemupukan. Beberapa komponen teknologi padi
sawah tersebut belum sepenuhnya diadopsi oleh petani sehingga produksi yang diharapkan
belum memberikan hasil yang optimal. Kondisi ini disebabkan antara lain karena proses
penyebar luasan hasil pengakajian yang dilakukan masíh terbatas pada beberapa metode
penyuluhan dan terpusat pada daerah lokasi pengkajian tertentu saja. .
Pengembangan sistem usaha tani padi sawah mengisaratkan adanya dukungan
teknologi hasil pengkajian spesifik lokasi. Hasil-hasil pengkajian ini perlu diikuti kegiatan
penyebar luasan pada wilayah sentra produksi padi dengan pendekatan berbagai
metodePenyuluhan Pertanian yang sesuai dengan kondisi dan karakter petani. .
Suatu teknologi baru usaha tani padi sawah akan memiliki daya dan hasil guna yang
tinggi apabila dapat diadopsi oleh petani secara penuh dan berkelanjutan, karena itu dalam
proses mempercepat adopsi teknologi pertanian di Nusa tenggaraTimur pada umunya dan
Kabupaten Manggarai secara khusus perlu mencermati kondisi rill sosial budaya masyarakat
guna mencapai efektifitas penyebar-luasan hasil pengkajian dan adopsi teknlogi oleh petani
Masyarakat Kabupaten Manggarai dalam pengembangan usahatani pada dasarnyamemiliki
sifat kerja keras, sifat taat, suka menerima seuatu yang baru yang dianggap menguntungkan,
mudah kecewa bila ingkar janji. Keinginan untuk menerapkan teknlogi cukup tingi, namun
bersifat tidak terbuka karena masih dipengaruhi oleh tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lama.
Mereka sulit untuk menyampaikan permasalahannya kepada siapa saja yang tidak atau belum
dikenal Dengan memahami dan menghayati berbagai dimensi hidup masyarakat Kabupaten
Manggarai, maka pendekatan yang dilakukan dalam rangka mempercepat proses adopsi
teknologi padi sawah kepada petani di Kabupaten Manggarai adalah pendekatan
perorangan, pendekatan kelompok, serta memahami pola budaya yang berkembang seperti
nilai-nilai, norma-norma yang berlaku.
PERSIAPAN DAN PENGELOLAAN UMUM

Lingko dan Lodok


Berbicara tentang lingko/lodok berarti berbicara tentang hal kedua di atas "uma bate duat".
Orang Manggarai berkebun di tempat yang mereka sebut lingko.
Lingko dapat berupa kebun yang sedang dikerjakan orang tetapi juga dapat berupa belukar
atau hutan biasa yang belum atau sudah pernah dijadikan kebun.

Yang membuat lingko menjadi kebun adalah "teno". Teno adalah roh pelindung kebun yang
dipercayai memberi kesuburan serta perlindungan pada tanaman tanaman di dalamnya.
Sesungguhnya Teno itu adalah nama sejenis pohon yang dalam istilah Latin disebut melochia
arborea/melochia ef umbelata. Pohon ini dapat hidup dengan baik di tanah yang kurang
subur.

Untuk menjadikan lingko sebagai kebun melalui tahap tahap berikut :

1. Tahap Persiapan
Para tetua suku berunding di rumah gendang untuk menentukan hal hal seperti, menetapkan
lingko mana yang akan dibagi, menetapkan jumlah anggota suku yang akan mendapat bagian
lahan, menyiapkan perlengkapan kerja , bahan bahan kebutuhan ritus ritus.

Sekembalinya dari pertemuan ini tu’a tu’a kilo dan tu’a panga berembug ke dalam untuk
menentukan siapa siapa anggota keluarga mereka yang bakal mendapat pembagian dan
mungkin ada juga orang luar yang ingin mendapat bagian seperti

1) warga lain suku yang sudah tinggal menetap dengan suku pemilik lingko. disebut sebagai
“ata long”.
2) warga lain suku yang secara khusus datang untuk meminta agar mendapat bagian tanah
disebut sebagai”ata kapu manuk lele tuak” dan
3) keturunan anak perempuan yang menetap dalam suku atau tidak menetap pada suku suami.

Nama nama mereka ini harus masuk melalui kilo atau panga di dalam suku.

Dalam pertemuan persiapan berikut agendanya adalah memasukan nama nama dari setiap
kilo/ panga yang bakal menerima lahan, menentukan hari membersihkan lingko, menentukan
titik pusat lingko, menentukan hari pembagian dan agenda yang paling penting yakni
menentukan Tu’a Teno. Tu’a Teno adalah orang yang berwewenang membagi lahan dan
menyelenggarakan ritus pembagian lingko.

Di antara suku suku di Manggarai ada yang mempunyai tu’a teno tetap namun ada juga tu’a
teno yang dipilih secara bergiliran setiap kali ada pembagian tanah lingko dari panga panga
yang ada dalam suku. Bahkan ada juga yang meminta bantuan seseorang dari kilo atau panga
keturunan saudari perempuan yang mereka percayai orang itu bertangan dingin dan selalu
membawa keberhasilan. Orang ini dipinjam tangannya untuk menancapkan teno dan disebut
sebagai "wari lime".

2. Tahap Pelaksanaan
Pada hari pembagian, kegiatan diawali dengan ritus "wuat wa’i" di rumah gendang. Wuat
wa’i adalah ritus memohon restu dan bimbingan dari leluhur dan roh pelindung kampung
atau naga beo agar acara pembagian lahan ini berjalan dengan lancar. Kurban pada ritus ini
adalah seekor ayam. Selesai ritus wu’at wai, warga kampung dipimpin oleh tu’a Teno
berprosesi (sorongge) menuju lingko yang akan dibagi.

Tiba di lingko yang hendak dibagi tu’a teno duduk diseputar titik pusat kebun dan anggota-
anggota yang akan menerima bagian bersama tu’a tu’a kilo dan panga duduk membentuk
sebuah lingkaran yang besar. Kemudian ritual dimulai dengan "tente arong", membuat lubang
tempat teno akan diletakan/ditancapkan,na’a ruha one arong , meletakan telur di
lubang/arong, renge ela yaitu doa persembahan babi kurban dan puncak acaraTua Teno
melakukan tente teno/derek teno.

Secara harafiah "tente teno" berarti menancapakan kayu teno pada pusat lingko itu. Teno
yang ditancapkan harus memecahkan telur yang telah diletakkan terlebih dahulu. Yang
terakhir "mbukut", memerciki/menuang darah babi persembahan yang telah didoakan pada
teno sebagai meterai sahnya perkawinan yang adikodrati dan ibu bumi.

Teno yang di tancapkan menyerupai gasing atau mangka dalam bahasa Manggarai.
Mangka/gasing merupakan lambang dunia atas (adikrodati) dan tanah merupakan lambang
ibu/feminim. Penancapan teno (lingga) ke dalam tanah melambangkan perkawinan sakral
antara Bapa ”dunia adikrodati” dengan Ibu Bumi. ("ema eta", "enden wa").

Perkawinan ini dilandasi keyakinan tradisional, bahwa tanah bersifat feminim atau ibu yang
membuat benih yang bersifat maskulin dapat bertumbuh, dan melahirkan hidup baru.
Selanjutnya di sekeliling teno dibuat lengker yakni sebuah lingkaran kecil tali dari sejenis
tanaman merambat di mana ditancapkan kayu kayu kecil yang disebut lance koe.
Jarak antara satu lance koe dengan lance koe lainnya tergantung pada besarnya jari yang di
tempelkan ketanah.

Ada jarak sebesar lima lima jari yang disebut "moso rembo", ada jarak tiga jari yang disebut
"lide", jarak dua jari dan jarak satu jari dan yang paling kecil yaitu jari kelingking di sebut
koret atau lidi adalah bagian yang diberikan kepada para pendatang yaitu ata long atau ata
kapu manuk lele tuak.

Tindakan mengulur jari sebagai dasar jarak antara lance disebut "sor moso". Sor berarti
mengulur. Sor moso berarti hak untuk memperoleh bagian tanah yang besarnya tergantung
pada banyaknya jari yang dipakai untuk mengukur jarak antara kedua lance koe. Banyaknya
jumlah jari itu tergantung status/kedudukan yang dimiliki dalam suku seperti status status,
tu’a golo, tu’a teno, tu’a panga, tu’a kilo, anggota biasa dstnya.

Dari patok lance koe lepar yakni belahan batang bambu akan diletakan kearah patok lance
yang ditanamkan di lingkaran luar yang lebih besar kemudian dari patok di lingkaran luar tadi
bambu diletakan kearah lance acer, kayu patok panjang yang masing masing dipegang oleh
anggota sor moso yang duduk melingkar dalam sebuah lingkaran yang lebih besar. Dengan
membagi kebun dari lingkaran kecil, keluar ke patok di lingkaran besar kemudian kearah
lingkaran lebih luar yang lebih besar lagi di mana orang duduk melingkar itulah yang
membuat bentuk pembagian dengan berpusat di lodok itu berbentuk seperti sarang laba laba.

Besar atau kecilnya lingkaran tempat sor moso tergantung banyak dan sedikitnya jumlah
anggota suku yang akan menerima bagian lahan. Apabila jumlah penerima banyak tentu
lengker/ lingkaran pusatnya semakin besar dan sebaliknya bila penerimanya sedikit maka
lengkernya akan kecil.

3. Tahap penutup
Acara pelaksanaan pembagian tanah ini berlangsung hanya satu hari. Inti pembagiannya
cukup sampai pada penancapan patok lance acer di mana para penerima lahan duduk. Titik
pada lance koe,patok lance pada lingkaranluar dan patok lance acer pada lingkaran orang
duduk akan menjadi panduan untuk penancapan patok patok berikutnya sampai pada batas
paling luar kebun/ cicing dan dapat dilakukan pada hari berikutnya. Sebelum matahari
terbenam semuanya harus berprosesi pulang ke kampung. Prosesi pulang kampung ini
dinamakan” barong poli“, mewartakan bahwa acara pembagian tanah telah selesai.
ISTILAH

tujuh ritual adat petani di Manggarai mulai dari pembukaan lahan hingga syukuran atas panen

1. Lea Lose

Lea lose adalah upacara (adak) saat membuka kebun baru. Adak yang dipimpin tua teno
(ketua adat yang bertanggung jawab dalam urusan tanah ulayat) ini bertujuan untuk meminta
restu para pemilik atau penjaga hutan yang sebentar lagi dijadikan kebun. Lea lose penting,
selain memohon berkat dari nenek moyang, juga menghindari beo (kampung) dari bala yang
mungkin ditimpakan si empunya hutan.

2. Benco Raci

Setelah hutan dibuka, biasa disebut rimu (tebang hutan) dan dibakar, tua teno atau setiap
pemilik kebun, mengadakan adak benco raci. Adak ini dibuat sebelum menanam padi atau
jagung di lahan yang sudah disiapkan. Tujuannya untuk memohon berkat atas benih baru.

3. Wasa

Wasa diadakan saat padi atau jagung berumur sekitar 1-2 bulan untuk memohon perlindungan
dan berkat atas benih yang sudah tumbuh. Maklum, saat-saat seperti ini jagung atau padi
menjadi incaran kera atau babi hutan.

Sawah Lodok, model sawah khas Manggarai, mirip jaring laba-laba.

4. Oli
Oli adalah adak memohon berkat kesuburan atas seluruh tanaman dari wura agu ceki (nenek
moyang suku). Ada dua jenis oli, yaitu oli beo dan oli uma weru (kebun baru). Oli beo dibuat
di kampung dan oli uma weru dibuat di kebun baru. Kedua jenis oli ini dipimpin oleh tua
teno, yang ditandai dengan penanaman satu biji jagung di natas beo (halaman kampung) oleh
tua teno. Kemudian, sang tua teno melempar sebuah biji pinang yang sudah dibelah ke udara.
Apabila kedua belah biji pinang jatuh dalam keadaan terbuka, maka itu menandakan seluruh
tanaman di kebun akan bertumbuh subur. Tapi, kalau salah satu atau kedua belah biji pinang
jatuh dalam keadaan tertutup, maka seluruh tanaman ditengarai tidak akan bertumbuh sesuai
dengan harapan. Saat adak oli, warga beo biasanya menanak nasi dalam bambu yang dibakar,
biasa disebut tapa kolo.

5. Hang Latung Weru dan Hang Rani

Kedua adak ini dibuat untuk menandakan jagung dan padi siap dipanen. Sebelum adak ini
dibuat, setiap pemilik kebun atau siapa saja tidak boleh memanen jagung atau mengetam
padi. Biasanya dikenal istilah “tako le anak koe” untuk orang-orang yang diam-diam
memanen jagung di kebunnya sebelum adak ini dibuat.

6. Penti

Penti merupakan adak untuk mengungkapkan rasa syukur atas panen dan kehidupan, yang
telah dilalui selama satu tahun terakhir. Upacara ini juga sebagai ungkapan mohon
perlindungan serta keharmonisan untuk kehidupan yang akan datang. Penti biasanya
dilakukan saat dimulainya kegiatan berladang (wulang cekeng). Adak ini biasanya diisi
dengan upacara adat, pemberkatan, serta atraksi budaya yang sangat unik, seperti caci (tarian
ketangkasan)
Tanaman Padi

Tanaman padi adalah sejenis tumbuhan yang sangat mudah ditemukan,


apalagi kita yang tinggal di daerah pedesaan. Hamparan persawahan dipenuhi
dengan tanaman padi. Sebagian besar menjadikan padi sebagai sumber bahan
makanan pokok. Padi merupakan tanaman yang termasuk genus Orzya L. yang
meliputi kurang lebih 25 spesies, tersebar di daerah tropis dan daerah subtropics,
seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi yang ada sekarang merupakan
persilangan antara Oryza officianalis dan Oryza sativa F. Spontane (Ina, 2007).

1. Genus : Oryza Linn.

2. Famili : Gramneae (Poaceae).

3. Species : terdapat 25 species, dua di antaranya Oryza sativa

1. Indica (padi bulu)


2. Sinica (padi cere) dulu dikenal dengan nama padi Japonica.

Morfologi Tanaman Padi

Tanaman padi termasuk tanaman yang berumur pendek. Biasanya hanya berumur
kurang dari satu tahun dan berproduksi satu kali. Setelah tanaman padi itu berbuah
dan dipanen, padi tidak tumbuh seperti semula lagi, tetapi mati.

Menurut Ina (2007), tanaman padi dikelompokan menjadi dua bagian,


yaitu sebagai berikut :
Bagian vegetatif

a. Akar
Akar adalah bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat
makanan dari tanaman tanah, kemudian terus diangkut ke bagian atas
tanaman.
Akar tanaman padi dibedakan lagi menjadi : (1) akar tunggang, yaitu akar
yang tumbuh pada saat benih berkecambah; (2) akar serabut, yaitu akar yang
tumbuh setelah padi berumur 5-6 hari dan berbentuk akar tunggang yang
akan menjadi akar serabut; (3) akar rumput, yaitu akar yang keluar dari akar
tunggang dan akar serabut, dan merupakan saluran pada kulit akar yang
berada di luar, serta berfungsi sebagai pengisap air dan zatmakanan; (4) akar
tanjuk, yaitu akar yang tumbuh dari ruas batang rendah.

b. Batang
Padi memiliki batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada
jenisnya. Padi jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek
daripada jenis lokal. Jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih
panjang lagi, yaitu antara 2-6 meter.

c. Anakan

Tanaman padi membentuk rumpun dengan anaknya. Biasanya, anakan


akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara
bersusun, yaitu anakan pertama, anakan kedua, anakan ketiga, dan anakan
seterusnya.

d. Daun

Tanaman yang termasuk jenis rumput-rumputan memiliki daun yang


berbeda-beda, baik dari segi bentuk maupun susunan atau bagian-
bagiannya. Setiap tanaman memiliki daun yang khas. Ciri khas daun padi
adalah adanya sisik dan daun telinga. Hal inilah yang nenyebabkan daun
padi dapat dibedakan menjadi jenis rumput antara lain. Adapun bagian-
bagian daun padi, yaitu :

1) Helaian padi
Helaian padi ini terletak pada batang padi serta berbentuk
memanjang seperti pita. Ukuran panjang dan lebar padi
tergantung varietas yang bersangkutan.
2) Pelepah padi

Pelepah merupakan bagian daun yang menyelubungi batang.


Pelepah daun berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas
yang jaringannya lunak, dan hal ini selalu terjadi.

3) Lidah daun

Lidah daun ini terletak pada perbatasan antara helai daun


(leftblade) dan upih. Panjang lidah daun berbeda-beda,
tergantungvarietas padi yang ditanam. Warnanya juga berbeda-
beda, tergantung pada varietas padi.

Bagian generatif

a. Malai

Malai adalah sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku
paling atas. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir
pada batang.

Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara
bercocok tanam. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu : malai pendek kurang 20 cm, malai sedang antara 20-30 cm, dan
malai panjang lebih dari 30 cm.

b. Buah padi
Buah padi sering kita sebut gabah. Gabah adalah ovary yang telah masak,
bersatu dengan lemma, dan palea. Buah ini merupakan penyerbukan dan
pembuahan yang mempunyai bagian-bagian sebagai berikut :
1) Embrio (lembaga), yaitu calon batang dan calon daun.
2) Endosperm, merupakan bagian dari buah atau bij padi yang besar.

3) Bekatul, yaitu bagian buah padi yang berwarna cokelat.

c. Bentuk gabah

Beberapa bentuk gabah, diantaranya yaitu gabah yang berbentuk ramping,


seperti PB 22, si Ampat; panjang, seperti padi Bengawan, Shinta, dan
Dewi Ratih; bentuk panjang, seperti padi PB 8, Seratus Malam, atau padi
Gogo; berbentuk gemuk, seperti padi Letter, Remaja, Jelita, Daram PB 5,
Pelita 1-1, dan Pelita 1-2.

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Meskipun padi adalah tanaman yang mudah kita temukan di mana-mana,


namun tanaman padi tidak dapat tumbuh di sembarang tempat. Padi memerlukan
perlakuan khusus untuk dapat tumbuh serta beberapa dukungan alam, di antaranya
iklim dan tanah (Ina, 2007).

2.1.3.1 Iklim

Keadaaan suatu iklim sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman,


termasuk padi. Tanaman padi sangat cocok tumbuh di iklim yang berhawa panas
dan banyak mengandung uap air. Keadaan iklim ini, meliputi curah hujan,
temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin, dan musim ( Hasanah, Ina.,
2007).
2.1.3.2 Curah Hujan

Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200


mm/bukan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang baik
akan memberikan dampak yang baik dalam pengairan, sehingga genangan air
yang diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi (Ina, 2007).
Temperatur

Suhu memliki peranan penting dalam pertumbuhan padi. Suhu yang panas
merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalanya daerah tropika
yang dilalui garis khatulistiwa, seperti di negara kita.

Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas,
sedangkan di Indonesia suhu tidak terasa karena suhunya hampir konstan
sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi ialah
kehampaan pada biji (Ina, 2007).

Tinggi Tempat

Jughun berpendapat, hubungan antara tinggi tempat dengan tanaman padi


adalah (1) daerah antara 0 - 650 meter dengan suhu 20,5 0C - 22,5 0C, termasuk
96% dari luas tanah di jawa cocok untuk tanaman padi dan (2) daerah antara 650-
1.500 meter dengan suhu 22,5 0C masih cocok untuk tanaman padi (Ina, 2007).

Sinar Matahari

Sinar matahari adalah sumber kehidupan. Semua makhluk hidup


membutuhkan sinar matahari, termasuk padi. Sinar matahari diperlukan padi
untuk melangsungkan proses fotosintesis, terutama proses penggembungan dan
kemasakan buah padi akan tergantung terhadap intensitas sinar matahari (Ina,
2007).

Angin

Angin memiliki peran yang cukup penting terhadap pertumbuhan tanaman


padi. Dengan angin, tanaman padi dapat melakukan proses penyerbukan dan
pembuahan. Namun, angin juga memiliki peran negatif terhadap perkembangan
padi. Berbagai penyakit, ditularkan oleh angin. Selain itu, angin juga
mengakibatkan buah menjadi hampa dan tanaman menjadi roboh (Ina, 2007).

Musim

Pertumbuhan tanaman padi sangat dipengaruhi oleh musim. Musim yang


kita kenal, khususnya di Indonesia, adalah musim kemarau dan musim hujan.
Penanaman padi pada musim kemarau dan musim hujan memiliki dampak yang
cukup besar terhadap kuantitas dan kualitas padi. Penanaman padi pada musim
kemarau akan lebih baik dibandingkan padi musim hujan, asalkan pengairannya
baik. Proses penyerbukan dan pembuahan padi pada musim kemarau tidak akan
terganggu oleh hujan sehingga padi yang dihasilkan menjadi lebih banyak. Akan
tetapi, apabila padi ditanam pada musim hujan, proses penyerbukan dan
pembuahannya menjadi terganngu oleh hujan. Akibatnya, banyak biji padi yang
hampa (Ina, 2007).

Pengendalian Hama dan Penyakit Padi

Hama dan penyakit tanaman padi sangat beragam, disamping faktor


lingkungan ( curah hujan, suhu dan musim ) yang sangat mempengaruhi terhadap
produksi padi (Amelia, 2007).

Pengendalian hama dan penyakit pada padi sangatlah perlu dilakukan


karena jika hama dan penyakit ini jika tidak dikendalikan tentunya akan
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen. Maka dari itu sangatlah perlu
mengetahui hama-hama dan penyakit-penyakit yang ada pada tanaman padi.
Hama Ganjur

Ganjur umumnya bukan masalah utama di pertanaman padi. Serangga


dewasanya seperti nyamuk kecil, dengan daya terbang yang relatif lemah sehingga
penyebarannya hanya lokal saja. Stadia tanaman padi yang rentan terhadap
serangan ganjur adalah dari fase pembibitan sampai pembentukan malai. Ciri
kerusakan yang ditimbulkannya adalah daun menggulung seperti daun bawang.
Ukuran daun bawang bisa panjang, bisa juga kecil/pendek sehingga sulit dilihat.

Pengendalian hama ganjur dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara

lain

a. Memberantas gulma rumput-rumputan atau padi liar dari daerah sekitar


pertanaman padi.
b. Memberikan musuh alami, seperti jenis tabuhan kecil, untuk menekan
populasi hama.
c. Memberikan pestisida sesuai dengan kondisi kerusakan pada tanaman
padi.
HAMA PUTIH
Hama putih jarang menyebabkan masalah pada tanaman padi. Kerusakan pada daun yang
khas yaitu daun terpotong seperti digunting. Daun yang terpotong tersebut dibuat
menyerupai tabung yang digunakan larva untuk membungkus dirinya, dimana larva aman
dengan benang-benang sutranya.

Beberapa cara pengendalian hama putih yang dapat dilakukan adalah :

a. Melakukan pengaturan air yang baik.


b. Memberikan musuh alami, seperti laba-laba dan kumbang air yang
menggurangi populasi hama putih dengan cara memakannya.
c. Melakukan penyemprotan dengan insektisida.
Burung

Burung menyerang tanaman padi yang sudah dalam fase matang susu
sampai pemasakan biji (sebelum panen). Serangan mengakibatkan biji hampa,
adanya gejala seperti beluk, dan biji banyak yang hilang.

Cara pengendalian hama burung bisa dilakukan dengan cara penanaman


padi yang serempak dengan varietas padi yang sama. Hal ini dilakukan untuk

menekan populasi burung dengan cara mempersingkat periode tanaman padi.


Pengenalian burung lainnya bisa dilakukan dengan melakukan pemasangan jaring
untuk menjaring kawanan burung atau kelompoknya.

Varietas Padi Cigeulis

Pemilihan varietas padi yang baik dan berkualitas merupakan kunci dari
kesuksesan dalam kegiatan bertani tanaman padi. Tanaman padi yang berkembang
di indonesia memiliki beberapa varietas unggulan, seperti IR64, ciliwung, cigeulis
dan lain-lain.

Varietas padi cigeulis banyak digunakan oleh petani-petani di Indonesia


karena varietas ini sangat cocok dimusim penghujan maupun panas dan varietas
ini tahan terhadap wereng coklat biotipe 2, rentan biotipe 3 dan tahan terhadap
hawar daun bakteri strain IV. Deskripsi tentang varietas padi cigeulis disajikan di
bawah ini.

Nomor seleksi S3429-4D-PN-1-1-2

Asal persilangan Ciliwung/Cikapundung//IR64

Golongan Cere

Umur tanaman 115-125 hari


Bentuk tanaman Tegak

Tinggi tanaman 100 – 110 cm

Anakan produktif 14 – 16 batang


Warna kaki Hijau

Warna batang Hijau

Warna telinga
daun Tidak berwarna

Warna lidah daun Tidak berwarna

Warna daun Hijau

Muka daun Agak kasar

Posisi daun Tegak

Daun bendera Tegak

Bentuk gabah Panjang ramping

Warna gabah Kuning bersih

Kerontokan Sedang
Kerebahan Sedang

Tekstur nasi Pulen

Kadar amilosa 23%

Indeks glikemik 64

Bobot 1000 butir 28 g

Rata-rata hasil 5,0 t/ha

Potensi hasil 8,0 t/ha

Ketahanan Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan


terhadap rentan

Hama Penyakit biotipe 3

Tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV

Baik ditanam pada musim hujan dan kemarau,


Anjuran tanam cocok

ditanam pada lokasi di bawah 600 meter

di atas permukaan laut

Instansi pengusul Balitpa dan, BPTP Lampung


Pemulia Z.A. Simanullang, Aan A. Daradjat, dan N. Yunani

B. Suprihatno, M.D. Moentono, Ismail B.P., Atito


Tim peneliti D., Baehaki

S.E., dan Triny S.Kadir dan W. S. Ardjasa.

Dilepas tahun 2002

(Sumber : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, 2013 )

Teknik Budidaya Padi Organik Metode SRI

Persiapan Benih

Pemilihan benih padi yang berkualitas yang bermutu baik atau bernas,
dengan metode SRI, harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian
benih dilakukan dengan cara penyeleksian menggunakan larutan air garam, yan
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

Air bersih dimasukan ke dalam ember, kemudian berikan garam dan di


aduk sampai larut. Masukkan telur itik bebek yang mentah ke dalam
larutan garam ini. Jika telur itik belum mengapung maka perlu di lakukan
penambahan garam kembali. Pemberian garam dianggap cukup
apabilaposisi telur itik mengapung pada permukaan larutan garam.·

Benih padi yang akan diuji di masukan ke dalam ember yang berisi larutan
garam. Aduk benih padi selama kira-kira satu menit.
Benih yang mengambang dengan yang tenggelam dipisahkan. Benih yang
tenggelam adalah benih yang bermutu baik atau bernas.
Benih yang baik atau bernas ini, kemudian dicuci dengan air biasa sampai
bersih. Dengan indikasi bila benih digigit sudah tidak terasa garam.
.Perendaman Benih

Benih yang telah diuji tersebut, kemudian direndam dengan menggunakan


air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga
dapat mempercepat benih untuk berkecambah. Perendaman dilakukan selama 24
sampai 48 jam.

Penganginan Benih

Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam


karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk
memberikanudara masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempat
yang lembab. Penganginan dilakukan selama 24 jam.
Gambar 2.6 Penganginan Benih

Benih padi yang telah direndam dan dilakukan penganginan


kemudiandisemaikan pada media tanah dan pupuk organik (1:1) di dalam wadah
segi empat ukuran 10 x 10 cm (piipiti), selama 7 hari. Setelah umur 7-10 hari
benih padi sudah siap ditanam.

Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah untuk tanam padi metode SRI tidak berbeda dengan cara
pengolahan tanah untuk tanam padi cara konvesional yaitu dilakukan untuk
mendapatkan struktur tanah yang lebih baik bagi tanaman, terhindar dari gulma.
Pengolahan dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan menggunakan traktor
tangan, sampai terbentuk struktur lumpur. Permukaan tanah diratakan untuk
mempermudah mengontrol dan mengendalikan air (Mutakin Jenal, tanpa tahun)

Pemeliharaan

Sistem tanam metode SRI tidak membutuhkan genangan air yang terus
menerus, cukup dengan kondisi tanah yang basah. Penggenangan dilakukan hanya
untuk mempermudah pemeliharan. Pada prakteknya pengelolaan air pada sistem
padi organik dapat dilakukan sebagai berikut; pada umur 1-10 Hari Setelah Tanam
(HST) tanaman padi digenangi dengan ketinggian air rata-rata 1 cm, kemudian
pada umur 10 hari dilakukan penyiangan. Setelah dilakukan penyiangan tanaman
tidak digenangi. Untuk perlakuan yang masih membutuhkan penyiangan
berikutnya, maka dua hari menjelang penyiangan tanaman digenang. Pada saat
tanaman berbunga, tanaman digenang dan setelah padi matang susu tanaman tidak
digenangi kembali sampai panen (Mutakin Jenal, tanpa tahun).
Pencegahan hama dan penyakit pada SRI tidak menggunakan bahan kimia,
tetapi dilakukan pencengahan dan apabila terjadi gangguan hama/penyakit
digunakan pestisida nabati dan atau digunakan pengendalian secara fisik dan
mekanik (Mutakin Jenal, tanpa tahun).

Pupuk

Pupuk dapat diartikan sebagai makanan tanaman yang mengandung hara


mineral penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Berdasarkan
jumlah kebutuhan tanaman, secara umum mineral ini dibedakan menjadi dua
kelompok besar, yakni hara makro (N, P, K, S, Ca dan Mg) dan hara mikro (Fe, B,
Mn, Zn, Cu dan Mo) (Fiyanti, 1996).

Pupuk Organik

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman.
Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan
pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang
telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai
bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut
menunjukkan bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau
bahan organik daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda
dengan pupuk anorganik. Bila C-organik rendah dan tidak masuk dalam ketentuan pupuk
organik maka diklasifikasikan sebagai pembenah tanah organik. Pembenah tanah atau
soilameliorant menurut SK Mentan adalah bahan-bahan sintesis atau alami, organikatau
mineral (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 2006).

Pupuk organik dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah,


merangsang pertumbuhan mikroorganisme tanah, dan menyuplai banyak nutrisi
esensial (Decoteau, 2005). Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan
unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah.
Dalam penggunaannya pupuk organik jauh lebih sulit, karena pupuk organik
dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar, dan tenaga kerja yang dibutuhkan juga
lebih banyak (Indarto, 2008).

Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik menurut Departemen Pertanian didefinisikan sebagai


pupuk hasil rekayasa secara kimia, fisik atau biologis, dan merupakan hasil
industri atau pabrik pembuat pupuk yang mengandung hara utama N, P, dan K,
hara sekunder yang dilengkapi unsur-unsur mikro seperti tembaga, kobal, seng,
mangan, molibdenum, dan boron (Departemen Pertanian – RI, 2000).
Pupuk anorganik dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk
majemuk. Pupuk tunggal hanya memiliki satu macam hara, sedangkan pupuk
majemuk memiliki kandungan hara lengkap. Pupuk anorganik tunggal yang sering
digunakan antara lain urea dan ZA untuk hara N, pupuk TSP dan DSP untuk hara
P, KCl atau MOP untuk hara K. Sedangkan pupuk majemuk biasanya dibuat
dengan mencampurkan pupuk-pupuk tunggal. Tanaman kentang dapat menyerap
unsur hara dari kedua jenis pupuk anorganik ini dengan baik (Koswara, 2007).

Keunggulan pupuk anorganik antara lain, kandungan unsur haranya tinggi


dan komposisinya diketahui, sehingga dapat digunakan secara tepat sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Selain itu, unsur yang terkandung di dalamnya mudah larut
dalam tanah sehingga lebih cepat diserap tanaman. Kekurangan pupuk ini antara
lain:

a. Menyebabkan pertumbuhan gulma dan vegetasi lainnya yang tidak


diinginkan akibat adanya kelebihan nitrogen di dalam tanah.

b. Meningkatkan keasaman tanah. Banyak pupuk kimia terdiri dari asam


seperti, asam sulfat dan asam klorida yang dapat meningkatkan
keasaman tanah sehingga menurunkan kualitas tanah dan berdampak
buruk terhadap tanaman.

c. Mudah hilang karena pencucian (leaching), terikat oleh mineral liat


tanah atau menguap ke udara.
Peranan Unsur Hara dalam Tanaman

Unsur hara merupakan salah satu faktor yang menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (Susilowati, 2003). Tanaman padi memerlukan
suplai nutrisi yang seimbang, karena defisiensi atau kelebihan nutrisi (terutama N)
menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik, rentan terhadap hama dan
penyakit, serta menurunkan kualitas dan jumlah buah cabai (Hopkins et al., 2008).
Defisiensi nutrisi dapat membatasi pertumbuhan daun, mengurangi produksi
karbohidrat, dan pertumbuhan buah. Sedangkan kelebihan nutrisi menyebabkan
ketidakseimbangan nutrisi dan merangsang pertumbuhan vegetatif yang
berlebihan (Mekkelsen, 2006).

Terdapat 16 unsur yang telah diketahui fungsinya sebagai nutrisi esensial


(Watskin, 1998). Tiap unsur tersebut memiliki peran yang spesifik pada
pertumbuhan tanaman, sehingga tanamanan tidak akan tumbuh dan bereproduksi
secara normal pada saat kekurangan unsur tersebut. Nutrisi esensial dibagi
menjadi makronutrien dan mikronutrien sesuai dengan tingkat kebutuhannya oleh
tanaman. Makronutrien merupakan nutrisi yang diperlukan dalam jumlah yang
besar sedangkan mikronutrien merupakan nutrisi yang diperlukan dalam jumlah
yang kecil (Decoteau, 2005). Unsur yang termasuk makronutrien antara lain, N, P,
K, S, Ca, dan Mg. Sedangkan yang termasuk mikronutrien antara lain, Fe, Zn,
Mn, Cu, B, Cl, dan Mo (Rahman, T., 2000).

Tabel 2.1 Tabel Fungsi dan Gejala Kekurangan Makro dan Mikronutrien

Bentuk yang

Fungs
Nutrien diserap oleh i Gejala kekurangan

tanaman
Komponen dari Batang tipis dan keras,
Nitrogen NH4-, NO3- beberapa daun

senyawa kuning dan kecil. Gejala


seperti klorofil, terlihat

asa pada daun yang paling


m amino, protein, bawah.

asa nukleat, dan


m asam

organik
Bentuk yang

Fung Gejala
Nutrien diserap oleh si kekurangan

tanaman

Bagian dari asam Batang tipis dan pendek.


Fosfor H2PO4-, nukleat, Daun

fosfolipid, koenzim
HPO42- DNA, yang baru tumbuh berwarna

NAD sert ungu Tanaman


dan P, a yang . menjadi kerdil

terpenting adalah ATP dan pertumbuhannya lambat.

Aktivat Daun yang lebih tua


Kalium K+ or pada reaksi- berwarna

enzimati kelab atau


reaksi k dalam u kecoklatan pada

tanama
n bagian tepi daun.

Kofaktor reaksi Pucuk daun tidak terbuka


Kalsium Ca2+ enzimatik dan

berkemban
dan terlibat dalam perakaran tidak g

pembelaha dengan
n sel, baik
perkembanga
n sel, dan

pembentukan dinding
sel

Magnesiu Bagia klorof Bagian diantara tulang-


m Mg2+ n dari il dan tulang

berbaga enzi daun berwarna kuning, daun


i m, kofaktor tua

bergugura
dalam reaksi n.

pembentuk DN
an A dan

RN
A

Digunakan Pada daun muda timbul


Besi Fe2+, Fe3+ dalam reaksi warna

pembentukan klorofil putih atau kuning diantara


dan tulang

penyus
un dari berbagai daun

respiras
enzim i dan

oksida
si

Seng enzim
Zn2+, Aktivas Beberap Bintik-bintik kemerahan
Zn(OH)2 i a pada

dibutuhka
dan n untuk bagian kotiledon daun

sintesi pengatu
s zat r

tumbu
h yaitu, asam

indolasetat
.

Terlib beberap Warna daun kuning dan


Tembaga Cu2+ at dalam a tanaman

reaksi enzimatis, menjadi kerdil

pembentukan dinding
sel,

transpo elektron
rt , dan

reaksi
oksidasi

Kofakt Burik kuning di antara


Mangan Mn2+ or enzim untuk tulang

respirasi, fotosintesis, daun pada daun


dan muda

metabolis
me
Bionutrien

Bionutrien merupakan hasil ekstraksi tanaman potensial yang digunakan


sebagai sumber nutrien untuk tanaman (Kurniasih, 2009). Penelitian tentang
pemanfaatan tumbuhan tropis sebagai sumber bionutrien telah dilakukan sejak

tahun 2006 melalui penelitian yang dilakukan tim Bioflokulan UPI.


Kandungan N, P, dan K dari tanaman tersebut dapat dilihat dalam tabel dibawah
ini:

Tabel 2.2 Kadar N, P, dan K dari berbagai Tanaman Potensial

Kadar N Kadar P Kadar K

Tanaman Keterangan

(% massa) (% massa) (% massa)

KPD 4,55 0,51 3,78 Juliastuti, D., 2007

MHR 2,01 0,15 0,75 Ambarwati, R., 2007

KPSF 0,07955 0,00610 0,29475 Arianti, S. F., 2007

CAF 3,58 0,34 2,86 Sempurna, F. I., 2008

BCS 0,31 0,24 0,087 Solecha, 2009

BGI 0,34 - - Imanuddin, R., 2009


RPS-GE 0,39 0,28 0,14 Kurniasih, E., 2009

CAF-MHR 5,59 0,49 3,61 Nurjaman, H., 2010

MHR+Loga
m 2,01 0,15 0,75 Mardiansyah, A., 2010

Berdasarkan penelitian pemanfaatan tumbuhan tropis sebagai sumber


bionutrien yang telah dilakukan salah satu dari hasil penelitian ini adalah
Bionutrien KPD memiliki kadar N 4,55 % massa; P 0,51 % massa; dan K 3,78 %
massa. Disusul treatment bionutrien MHR dengan pemberian treatment pupuk
awal, pupuk kandang terhadap tanaman caisin. Diperoleh laju pertumbuhan 0,068
hari-1 dengan kadar N 2,01 % massa; P 0,15 % massa; dan K 0,75 % massa.

Tanaman lain yang berpotensi dijadikan Bionutrien adalah tanaman CAF.


Hasil dari analisis dari tanaman CAF ini didapatkan kadar nitrogen sebesar 3, 58

(b/v), kadar fosfat sebesar 0,34 % (b/v) dan kadar kalium sebesar 2, 86 % (b/v) (Feri,
2008) dan hasil analisi kadar logam pada tanaman CAF didapatkan kalsium sebesar
0,59976 % massa, magnesium sebesar 0,02322 % massa, besi 0,01245 % massa, zink
sebesar 0,00068 % massa, mangan sebesar 0,00055 % massa dan tembaga sebesar
0,00033 % massa) (Fahmi, 2010).

Bionutrien seperti halnya pupuk, merupakan suatu larutan yang


mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor dan
kalium dengan kandungan cukup tinggi. Unsur-unsur hara yang terkandung dalam
bionutrien tersebut diperoleh melalui proses ekstraksi dari tanaman potensial
tertentu (Aldi, 2010).

Beberapa hasil penelitian yang memperlihatkan aplikasi bionutrien


terhadap laju pertumbuhan tanaman dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.3 Aplikasi Bionutrien terhadap Laju Pertumbuhan Tanaman

Cara Konstanta laju Keterangan

Bionutrien Aplikasi

pemberian pertumbuhan

Lahan diberi pupuk


MHR Caisin Disemprot 0,0588 hari-1 kandang

Lahan diberi pupuk


MHR Caisin Disiram 0,068 hari-1 kandang

Lahan tanpa pupuk


MHR Caisin Disemprot 0,0399 hari-1 kandang

Lahan tanpa pupuk


MHR Caisin Disiram 0,0503 hari-1 kandang

Lahan diberi pupuk


CAF Selada Disemprot 0,045 hari-1 kandang

bokor

Lahan diberi pupuk


CAF Selada Disiram 0,045 hari-1 kandang

bokor

Lahan tanpa pupuk


CAF Selada Disemprot 0,020 hari-1 kandang
bokor

Lahan tanpa pupuk


CAF Selada Disiram 0,036 hari-1 kandang

bokor

Lahan tanpa pupuk


KPD Caisin Disiram 0,163 hari-1 kandang

Lahan tanpa pupuk


RPS-GE Pakcoy Disiram 0,046 hari-1 kandang

Lahan diberi pupuk


KPSF Caisin Disiram - kandang

Lahan diberi pupuk


BCS Caisin Disiram 0,056 hari-1 kandang

Lahan diberi pupuk


BGI Caisin Disiram 0,0437 hari-1 kandang

Lahan diberi pupuk


CAF-MHR Kentang Disiram 0,024 hari-1 kandang

Lahan diberi pupuk


MHR+logam Kentang Disiram 0,021 hari-1 kandang
Mekanisme Penyerapan Unsur Hara Melalui Akar Pada Tanah

Hara merupakan unsur yang sangat diperlukan oleh tanaman. Berdasarkan


peranannya, hara dibagi menjadi hara essensial, hara fungsional dan hara
potensial. Hara esensial sangat diperlukan tanaman untuk menyelesaikan siklus
hidupnya. Hara ini juga sangat dibutuhkan pada proses biokimia tertentu dan
peranannya tidak dapat digantikan oleh unsur lain. Bila unsur tersebut tidak ada,
maka pertumbuhan tanaman akan terhambat, dan akan tumbuh lebih lanjut jika
unsur tersebut ditambahkan. Hambatan pertumbuhan ini memberikan dambak
seperti tanda kahat (defisiensi) yang khas. Unsur yang termasuk hara esensial
berjumlah 16 unsur, dan terletak pada sistem periodik unsur pada garis Argon (Ar)
yaitu garis yang menghubungkan Ar dengan C (Delvian, 2006).

Hara fungsional adalah hara yang apabila ada dalam tanah atau medium
dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman. Misalnya. Unsur Natrium (Na) dapat
menggantikan peran dari unsur Kalium (K). Unsur lain yang merupakan unsur
hara fungsional adalah Kobalt (Co) yang berperan dalam memperkuat ketahanan
tanaman terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan tanaman itu sendiri.
Sedangkan hara potensial adalah unsur hara yang sering ditemukan dalam tubuh
tanaman, akan tetapi belum jelas fungsi dari unsur hara ini.

Jika dilihat berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman, hara dapat
dibagi menjadi unsur hara makro, yaitu N, P, S (anion) dan K, Ca, Mg (kation)
dan unsur hara mikro yaitu B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo, Zn, Co, Se, Si, dan Na.

Penyerapan unsur hara pada tanaman melalui akar mengikuti aturan aliran
massa (massa flow) dan difusi ion. Pada hipotesis aliran massa, gerakan unsur
hara ini mengikuti aliran air ke akar secara pasif.
Menurut Rains, D.W, et al., (1961), penyerapan kation melalui akar
dengan bantuan bahan organik, dapat mempertahankan pH tanah sehingga tanah
tidak mudah terdegradasi. Aliran ini dapat juga terjadi karena adanya proses
keluar-masuknya air dalam bentuk uap melalui stomata daun (transpirasi daun).
Jumlah hara yang mencapai akar melalui proses ini dipengaruhi oleh konsentrasi
hara yang terkandung dalam larutan tanah dan laju gerak air ke permukaan akar,
atau laju transpirasi. Jika penyerapan hara lebih besar daripada pengisian hara
kembali (resupply) dalam jangka waktu penjang maka akan terbentuk
depletionzone disekitar akar. Sedangkan pada hipotesis difusi ion, gerak unsur
haradisebabkan karena adanya perbedaan gradien konsentrasi secara difusi.

Laju Pertumbuhan Tanaman

Pertumbuhan merupakan peningkatan secara irreversibel dari ukuran,


massa atau populasi terhadap perubahan waktu (Kaufmann. 1975). Banyak
fenomena pertumbuhan ditunjukkan dengan peningkatan logaritma ataupun
eksponensial. Prinsipnya, adanya perubahan yang ditunjukkan dengan
peningkatan ukuran, massa ataupun populasi seiring dengan bertambahnya waktu.
Sehingga pertumbuhan akan mengikuti laju pertumbuhan secara eksponensial
ataupun logaritma (Gardner. F.P., 1999).

Pertumbuhan eksponensial tanaman tidak dapat ditentukan secara pasti.


Walaupun pertumbuhan masih meningkat, akan tetapi laju pertumbuhan akan
berkurang hingga pada waktu tertentu dan membentuk garis yang datar pada
kurva. Terbentuknya garis datar setelah laju pertumbuhan berkurang dinamakan
kurva pertumbuhan sigmoidal (Wareing and Philips, 1981)
PROSES PANEN PADI

Perlu anda ketahui, untuk mendapatkan sebutir beras membutuhkan proses panjang, dari
Penyiapan lahan pertanian, Pembibitan padi, Penanaman padi dan proses Memanen, serta
terakhir adalah Penggilingan padi menjadi beras. Proses Memanen yang benar sangat
berpengaruh terhadap hasil panen padi, karena kesalahan proses memanen bisa berakibat pada
berkurangnya hasil padi pada suatu wilayah. Petani di Indonesia pada umumnya masih
menggunakan cara-cara tradisonal untuk memanen padi. cara memanen seperti ini sudah
diturunkan secara turun-temurun.
Berikut merupakan Langkah Memanen Padi Secara Tradisional :

1. Siapkan peralatan untuk memanen padi, seperti : Sabit, Terpal sebagai alas saat
merontokan padi dan Alat Perontok Padi (Dalam bahasa Jawa disebut Gepyokan).
2. Langkah pertama, potong batang padi dengan menggunakan sabit. Caranya, gengam satu
rumpun batang padi dan potong tepat di batang bagian bawah. Setelah itu, tumpuk ke
dalam tumpukan kecil. Berhati-hatilah pada saat memotong batang padi, karena jika anda
lalai, bukan tidak mingkin jari anda akan terpotong.
3. Setelah semua batang padi terpotong, kumpulkan tumpukan-tumpukan kecil tersebut ke
dekat terpal yang sudah digelar. Siapkan alat perontok tradisional, dan mulailah merontok
padi.
4. Merontok padi dapat diloakukan dengan cara memegang segengam batang padi. Pegang
batang bagian bawah dan pukul-pukulkan padi ke alat perontok sampai padi rontok. Bagi
pemula, jangan menggenam batang padi terlalu besar, karena hasilnya tidak akan
maksimal. Cara merontokan padi seperti ini cukup menguras tenaga.
5. Terakhir, setelah semua padi selesai dirontokan. Bersihkan padi dari daun-daun padi yang
ikut rontok beserta kotoran lainya. Jemur padi hingga kering dan padi siap untuk digiling
atau disimpan.

Untuk menghasilkan sebutir beras memerlukan usaha keras dari Petani, mulai dari Waktu, Mater,
juga Tenaga. Oleh sebab itu jangan anda biasakan membuang-buang nasi atau menyisakan nasi.
Hargailah setiap butir nasi, karena tidak semua orang seberuntung anda bisa mengkonsumsi nasi
setiap hari. Terakhir, Tetap Hijaukan Bumi Kita.

Ritus Sesudah Panen


Dalam tradisi orang Manggarai bahwa setelah memanen hasil kebun, biasanya ada
upacara syukuran yang disebutpenti.Penti adalah pesta adat masyarakat yang bernuansa
syukuran kepada Wujud Tertinggi, leluhur, dan roh-roh sebagai ucapan terimakasih, syukuran
atas hasil panen. Upacara penti ini dilakukan dengan sukacita .Upacara ini juga sering disebut
pesta tahun baru orang Manggarai,karena pestaPenti selaludilakukan pada pergantian tahun atau
pergantian musim. Hal ini dapat kita lihat dalam ungkapan, Penti weki-pesor beo reca rangga-
wali ntu’ang;na’a cekeng manga-curu cekeng weru (Syukur dari penduduk desa atau kampung
kepada Allah dan kepada leluhur karena telah berganti tahun, telah melewati musim kerja yang
lama dan menyongsong musim kerja yang baru). Jadi pada dasarnya pesta Penti merupakan
syukuran terhadap Wujud Tertinggi ( Allah) atas hasil panen.
Masyarakat Manggarai menyadari bahwa seluruh hasil yang diperoleh dalam musim
kerja semuanya karena campur tangan Wujud Tertinggi (Allah Allah) yang datang melalui para
leluhur. Dia juga yang menjaga dan melindungi seluruh tanaman serta kehidupan manusia.
Orang Manggarai memiliki pandangan pokok bahwa leluhur adalah jalan Allah, jembatan antara
Allah dan manusia. Maka seluruh peristiwa hidup mereka ditandai oleh adanya upacara
memohon bantuan para leluhur untuk melindungi, mengampuni dosa atau untuk bersyukur
kepada Allah atas segala keberhasilan yang telah tercapai.
Ada beberapa isi dari pesta atau upacara penti setelah panen adalah sebagai
berikut: Pertama,syukuran Kepada Mori Keraeng (Allah). Menurut masyarakat Manggarai
segala sesuatu yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Mori Keraeng. Mori Keraeng yang
menjadi pusat seluruh kehidupan manusia, baik hewan mau pun tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab
itu bersyukur kepada Allah menjadi hal yang sangat penting. Pesta Penti merupakan ungkapan
umat manusia (masyarakat Manggarai) atas kebesaran kuasa Allah dalam kehidupan mereka.
Bagi masyarakat Manggarai manusia hanyalah sebagai konsumen, penikmat dari ciptaan Allah.
Maka dalam pesta Penti ini, masyarakat atau warga kampung diajak untuk melihat lebih
dalam atas kehidupannya yaitu selalu bersyukur atas rahmat Allah dan segala kebaikan Allah
terhadap manusia. Tanpa kuasa Allah manusia tidak dapat menikmati apa yang sudah diciptakan-
Nya. Singkat kata bahwa pesta Penti mau menunjukkan dan menyadarkan masyarakat
Manggarai betapa pentingnya bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan segala yang ada
di alam semesta ini.
Kedua, syukuran kepada Leluhur. Menurut masyarakat Manggarai, manusia diciptakan
oleh Allah melalui leluhur. Para leluhur mewariskan adat-istiadat dan mendidik anak dan cucu-
cucunya melalui adat-istiadat tersebut. Boleh dikatakan bahwa adat-istiadat merupakan sarana
pendidikan dari para leluhur untuk anak cucunya yang masih hidup. Mereka (masyarakat
Manggarai) juga yakin bahwa roh leluhurnya selalu menjaga mereka, baik anak dan juga cucu-
cucunya. Juga segala tanaman yang ada dikebun selalu dijaga oleh para leluhur. Oleh karena itu
sangatlah pantas para leluhur selalu diundang dan dihormati dalam pesta Penti.
Bersyukur kepada leluhur merupakan penghormatan atas seluruh perjuangannya semasa
ia masih hidup. Inilah sebabnya bersyukur kepada leluhur adalah suatu tanda ucapan terima kasih
dari anak serta cucu-cucunya. Pesta Penti ini juga menciptakan suasana kekeluargaan, baik dari
manusia yang masih hidup mau pun yang sudah meninggal. Melalui pesta Penti ini seluruh
warga diajak untuk mempertahankan hidup persaudaraan dan hubungan kekeluargaan. Momen
acara yang bernuansa syukuran ini dapat kita lihat makna kehadiran yang lain dalam kehidupan.
Bahkan upacarapenti seperti ini menjadi saat untuk saling memaafkan, maka ada ungkapan yang
merujuk pada tindakan untuk menyelesaikan persoalan: neka na’as tombo da’at, neka imbi
tombo nipi rantang beti celi, mai ga anggom sanget tu’ang tombo agu sanget tu’ang wintuk
kudut co’o mose ata di’an nggerolon.(Jangan dengar cerita lama yang jelek, jangan percaya
cerita mimpi (gosip), jangan sampai sakit, marilah merangkul semua kata-kata dan perbuatan
untuk bagaimana membangun hidup yang baik ke depan).
Ketiga, Syukuran kepada Roh-roh alam. Roh yang dimaksudkan di sini adalah roh
yang baik. Karena ada dua roh menurut pandangan masyarakat Manggarai.Pertama roh baik
dan kedua roh jahat. Roh baik menurut masyarakat Manggarai adalah roh-roh yang menjaga
tempat-tempat sakral seperti kebun (lodok), mata air (ulu wae), mazbah persembahan (compang).
Dan roh jahat menurut mereka adalah roh-roh yang sering mengganggu kehidupan manusia yang
disebut poti. Tempat tinggal roh jahat ini adalah di tempat yang angker,seperti pohon besar, batu
besar.
Bersyukur kepada roh-roh alam, menjadi hal yang sangat penting karena roh-roh alam
telah membantu manusia untuk menjaga tanaman yang ada di dalam kebun (lingko). Dari sini,
kita bisa melihat bahwa relasi intersubjektif manusia masyarakat Manggarai bukan hanya berada
pada relasi manusia dengan manusia, tetapi juga relasi dengan roh-roh yang baik yang berada
pada dunia yang tak kelihatan (ata pele sina).Maka kita boleh mengatakan bahwa manusia atau
lebih tepatnya masyarakat Manggarai memiliki suatu relasi yang tanpa batas, yaiturelasi yang
melampaui segala realitas. Artinya bahwa manusia tidak hanya berelasi dengan manusia dalam
dunia ini tetapi juga berelasi dengan seluruh realitas alam semesta ini. Dalam relasi
tersebutmanusia perlu menciptakan suatu kekeluargaan, persaudaraan, dan kekerabatan yang
sangat harmonis.

Penutup
Dari uraian di atas penulis, menemukan suatu cara hidup masyarakat Manggarai yang
sangat mengedepankan nilai relasional antara sang pencipta/ Allah, para leluhur, sesama manuisa
dan alam semesata. Relasional tersebut sangat kuat membentuk satu kesatuan yang tidak
terpisahkan. Dalam relasi dengan yang lain, masyarakat Manggarai melihat apa yang dilaur
dirinya menjadi bagian dari dirinya sendiri, karena masyarakat Manggarai tidak pernah lepas dari
kebersamaan dengan yang lain.
Mereka saling berelasi satu sama lain seperti sarang laba-laba yang saling terikat antara
yang satu dengan yang lain dan mengalir dari satu titik pusat utama. Titik pusat utama dalam
sistem lingko lodok(kebun sarang laba-laba) masyarakat menyebutnya Sang Wujud tertinggi
yang tidak lain adalah Allah sendiri yang menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini.
Kesatuan dan kebersaman dengan yang lain menjadi tanda dan syarat mutlak dalam
membangun kebahagian dan keharmonisan dalam hidup bersama. Dalam ritus sitem lingko
lodok (kebun sarang laba-laba), masyarakat Manggarai diajak untuk melihat asal-usul,
lingkungan yang ada di sekitar dan sejarahnya sehingga ia semakin mengenal jati dirinya. Go’et-
go’et (ungkapan-ungkapan) dalam masyarakat Manggarai memperlihatkan suatu relasi yang
sangat mendalam atau passion dengan yang lain. Melalui bahasa kiasan yang penuh makna
tersebut ditampilkan khazanah nilai-nilai hidup yang luhur dalam relasi dengan yang lain. Sistem
kerjasama juga merupakan bentuk ungkapan kebersamaan dalam hidup dengan yang lain. Yang
lain di sini lain adalah soal relasi kepada Allah, para leluhur, sesama manusia dan alam
semesta yang harus diperhatikan, dipelihara dilindungi, dan dijaga demi keharmonisan dalam
hidup bersama.
Dengan demikian hidup dalam kebersamaan, kesatuan, kekeluargaan dan persaudaraan
adalah suatu kualitas mutlak yang tidak bisa dihindari oleh masyarakat Manggarai sebagai
makluk sosial. Sebab kehidupan yang tentram, damai, sejahtera, dan harmonis adalah idaman
semua masyarakat Manggarai.

Anda mungkin juga menyukai