..............................................
Lampiran SK PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014
PEDOMAN ORGANISASI
PEDOMAN PRAKTIK
IKATAN APOTEKER
INDONESIA
APOTEKER INDONESIA
2014
PENGURUS PUSAT
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
STANDAR PRAKTIK APOTEKER INDONESIA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Lampiran SK PO. 001/ PP.IAI/1418/VII/2014
STANDAR PRAKTIK
APOTEKER INDONESIA
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
STANDAR PRAKTIK APOTEKER INDONESIA
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Lampiran SK PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014
PEDOMAN PRAKTIK
APOTEKER INDONESIA
PENGURUS PUSAT
I. PENGELOLAAN
1.1 Pemilihan
1.2 Pengadaan
1. Apoteker harus memahami dengan baik kondisi fisik maupun psikis dari
pasien sehingga dapat memilih pelayanan kefarmasian yang sesuai.
2. Apoteker membutuhkan peningkatan kemampuan dalam memahami
toleransi pengobatan medik terutama dalam mencegah dan mengurangi
rasa sakit pasien.
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
Menimbang : a. Bahwa Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia telah menyusun
Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
b. Bahwa Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia telah ditetapkan dalam Rapat
Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2014.
c. Bahwa sehubungan dengan butir a dan b diatas perlu ditetapkan Surat
Keputusan tentang Peraturan Organisasi tentang Pedoman Disiplin
Apoteker Indonesia
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 13 sampai
15 Juni 2014 di Jakarta
MEMUTUSKAN
Ketiga ………
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Lampiran SK PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014
0
2014
I
II
III
II
I
Untuk memenuhi amanah AD-ART Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) hasil Kongres
IAI 2014, dan berdasar PP. No. 51 Th 2009 perlunya eksistesi profesi Apoteker Indonesia
untuk kepentingan masyarakat sesuai tuntutan perkembangan di bidang kesehatan,
pola pelayanan farmasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang obat
dan kefarmasian, serta dengan memperhatikan kebutuhan nyata masyarakat banyak,
maka perlu dilakukan penyusunan Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI) oleh
Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) agar dapat digunakan sebagai
acuan disiplin Apoteker dalam menjalankan praktik berdasar standard dan disiplin
kefarmasian.
Dalam rangka penyusunan Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI) telah
dilakukan rapat kerja, kajian dari referensi-referensi dan Focus Group Discussion (FGD).
FGD diselenggarakan dengan mengundang Nara Sumber Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto,
SH., Sp.F. dan Dr. Faiq Bahfen, SH., peserta seluruh Anggota MEDAI dan PP IAI hadir
Ketua Umum, Sekertaris Jendral dan Ketua-ketua Himpunan Seminat dijajaran PP IAI,
hasilnya disusun lebih lanjut oleh Tim Penyusun Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia
(PDAI) sesuai SK. Ketua MEDAI Nomor: MEDAI.IAI/SK/002/IV/2014 Tentang Tim
Penyusun Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
Hasil penyusunan berupa Konsep Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia
tersebut disampaikan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IAI 13 s/d 15 Juni 2014
sebagai bahan pembahasan Komisi Etik dan Disiplin.
Hasil rapat Komisi Etik dan Disiplin telah disampaikan ke Pleno Rakernas, hasilnya
Konsep Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia disetujui dan diterima sebagai Pedoman
Disiplin Apoteker Indonesia (di sigkat PDAI) menjadi Keputusan Rakernas.
Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI) ini sebagai dokumen awal yang
digunakan sebagai acuan disiplin bagi Apoteker dalam menjalankan praktiknya, untuk
itu perlu segera dilakukan sosialisasi kesemua jajaran organisasi dan apoteker praktik.
PDAI ini tentu masih jauh dari sempurna, kiranya menjadi tanggung jawab kita bersama
untuk senantiasa melaksanakan, memantau dan memperbaiki agar supaya menjadi
semakin baik sehingga dapat menjamin para apoteker semakin eksis di masyarakat dan
dirasakan keberadaannya sesuai bidang keahlian serta kompetensinya.
DAFTAR ISI
Hal
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II KETENTUAN UMUM 2
BAB III LANDASAN FORMAL 4
BAB IV BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER 5
BAB V SANKSI DISIPLIN 6
BAB VI PENUTUP 7
2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
KETENTUAN UMUM
1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan dan/atau ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
Apoteker.
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah organ
organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina, mengawasi
dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota maupun oleh
3
4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional, harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/
Asisten Apoteker;
BAB III
LANDASAN FORMAL
BAB IV
5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan cara
yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.
7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin „mutu‟, ‟keamanan‟, dan ‟khasiat/
manfaat‟ kepada pasien.
10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga berpotensi
menimbulkan penurunan kualitas obat.
11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
6
BAB V
SANKSI DISIPLIN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per-Undang-
Undang an yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker.
7
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker yang
dimaksud dapat berupa:
a. Pendidikan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi
pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan
kesehatan yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama1
(satu) tahun.
BAB VI
PENUTUP
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PAPAN NAMA PRAKTIK APOTEKER
Menimbang : a. Bahwa dalam pelaksanaan Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
telah dicanangkan penggunaan Papan Nama Praktik Apoteker bagi
Apoteker yang berpraktik di Apotek.
b. Bahwa sehubungan dengan itu perlu ditetapkan Surat Keputusan tentang
Peraturan Organisasi tentang Papan Nama Praktik Apoteker
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 13 sampai
15 Juni 2014 di Jakarta
MEMUTUSKAN
Ditetapkan …….
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Lampiran : SK PO. 005/ PP.IAI/1418/VII/2014
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PAPAN NAMA PRAKTIK APOTEKER
Kanvas
Sticker Vinyl
Flexi Outdoor
Nama dan atau sebutan profesional sesuai Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA)
5. Selain Logo IAI dan tulisan sebagaimana poin (4), tidak dibenarkan menambahkan
tulisan lain atau gambar
6. Papan nama praktik memiliki dasar putih, tulisan hitam dan apabila diperlukan, papan
nama tersebut boleh diberi penerangan yang tidak bersifat iklan
7. Papan nama praktik dipasang pada bangunan apotek (dinding atau kaca) yang dapat
terlihat dengan jelas dari luar apotek
8. Contoh terlampir
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014
PENGURUS PUSAT
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
80 cm
8 cm
9 cm
PRAKTIK APOTEKER
Susi Susilawati,Apt
SIPA : 446/0153/1427/1-16
STRA : 19800113/STRA-UII/29625
60 cm
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REGISTRASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Pertama ………
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REGISTRASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
A. KETENTUAN UMUM
1. Setiap Apoteker berhak untuk menjadi Anggota Ikatan Apoteker Indonesia.
2. Keanggotaan Apoteker ditentukan berdasarkan daerah tempat
praktik/kerja kefarmasian dilaksanakan.
3. Nomor keanggotaan Ikatan Apoteker Indonesia bersifat unik, tunggal, tetap
dan nasional.
4. Registrasi Anggota ditujukan bagi :
a. Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi apoteker
b. Apoteker yang belum terdaftar sebagai anggota
5. Proses Registrasi Anggota dapat dilakukan secara online.
6. Registrasi Anggota tidak berlaku bagi Apoteker yang sedang dalam proses
pidana atau sedang terkena sanksi organisasi.
Hal 1 dari 3
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota.
Hal 2 dari 3
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 3 dari 3
Lampiran. PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota.
Bersama ini saya mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Ikatan Apoteker Indonesia dengan data sebagai berikut :
Nama Lengkap
Gelar
Tempat, Tgl lahir - -
Nomor KTP (Tanggal-Bulan-Tahun)
…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
……………………………………………………………
…………………………………………., …………………..
Petugas,
……………………………………………………………
Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
SURAT PERNYATAAN
MEMATUHI KODE ETIK DAN PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-tahun.
Yang membuat pernyataan,
MATERAI Rp.6.000
.........................................................................
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi
Anggota
CONTOH SURAT KETERANGAN KEANGGOTAAN
Nama : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,
................................. .........................
NA. NA.
No. No.Keanggotaan (di isi oleh PP IAI) Nama Lengkap Gelar Tempat lahir Tgl lahir Nomor KTP Jenis Kelamin Agama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
dst
Alamat Lengkap (sesuai KTP) Desa/Kelurahan Kecamatan Kab/Kota Provinsi Handphone Email Asal PTF
………………………………………………, ………………………
Ketua PD IAI …………………………………………….
…………………………………………………………………………
PO.002/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Pertama ………
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ditetapkan ………..
Hal 1 dari 2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 2 dari 2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota
Format Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Pengurus Daerah …………………………………………………
Periode Laporan : Bulan ……………………………………………. Tahun…………………. s/d Bulan ……………………………………………….. Tahun …………………………….
…………………………………………………………………………
3
PO.003/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
KARTU TANDA ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.003/PP.IAI/1418/V/2015
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
KARTU TANDA ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Pertama ………
Hal 1 dari 2 - PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Kartu Tanda Anggota secara
lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Kartu Tanda Anggota ini
merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh
Apoteker di Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.003/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Kartu Tanda Anggota
dinyatakan TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 2 dari 2 - PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
KARTU TANDA ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
1. Setiap anggota yang telah terdaftar berhak mendapatkan Kartu Tanda Anggota
2. Kartu Tanda Anggota dikeluarkan oleh Pengurus Daerah dengan masa berlaku
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk masa 5 (lima) tahun berikutnya.
3. Format Kartu Tanda Anggota dan Nomor Registrasi Anggota ditetapkan oleh
Pengurus Pusat.
4. Nomor Anggota merupakan nomor yang diberikan oleh Pengurus Pusat dan
bersifat tetap untuk setiap Anggota sebagai bukti keanggotaan,
5. Pemberian Nomor Anggota terdiri dari 12 angka dengan rincian :
a. Delapan angka di awal menunjukkan masing-masing 2 digit tanggal, 2
digit bulan dan 4 digit tahun kelahiran
b. Enam angka di akhir menunjukkan nomor urut nasional
6. Proses pembuatan Kartu Tanda Anggota diselesaikan dalam waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja terhitung dari berkas permohonan dinyatakan
lengkap oleh Pengurus Daerah setempat
7. Kartu Tanda Anggota harus dikembalikan kepada Pengurus Daerah melalui
Pengurus Cabang apabila yang bersangkutan berhenti menjadi anggota,
dikarenakan :
a. Mengundurkan diri dari Keanggotaan
b. Terkena sanksi Organisasi Profesi
8. Pengurus Daerah memberikan Laporan Pengembalian Kartu Tanda Anggota
setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Pengurus Pusat.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 1 dari 1
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota
FORMAT
KARTU TANDA ANGGOTA
Tampak Depan
Logo IAI
Tulisan :
8,5 cm Ikatan Apoteker Indonesia
(tipe huruf = Futura Md BT
Bold)
The Indonesian Pharmacists
Association (tipe huruf =
Futura Md BT Medium)
Warna emas dengan garis
Nama : Prof. Dr. Mangku Broto, Apt.
5,5 cm
Warna Background
Tempat Foto Tulisan : 3 Buah Logo : Silver/Perak dan
(Background Nama, No. Anggota, Masa IAI Samar bermotif
Merah), Ukuran : Berlaku dan Alamat = tipe (Sebagai
Tinggi 2,50 cm huruf Arial Bold tambahan
dan Lebar 2 cm Background)
Tampak Belakang
8,5 cm
Logo IAI
Warna Background
: Silver/Perak dan
bermotif
I K A T A N A P O T E K E R I N D O N E S IA
( The Indonesian Pharmacist Association)
5,5 cm
Kepada Yth.
Ketua Umum PP IAI
di
JAKARTA
Bersama ini kami laporkan data pengembalian Kartu Tanda Anggota (KTA) dari
Pengurus Daerah …………………………………………………… periode bulan
………………………… tahun …………… sampai dengan bulan
……………………………. tahun ...................... dengan rincian sebagai berikut :
No. Alasan Pengembalian
No.KTA Nama Pemilik Mengundurkan Terkena
diri sanksi
1.
2.
3.
4.
5.
dst
..………………………………, ……………….
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH …………………………………………
Ketua, Sekretaris,
………………………………
………………………………
NA. NA.
Hal 1 dari 1
PO.004/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PENGHENTIAN KEANGGOTAAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.004/PP.IAI/1418/V/2015
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PENGHENTIAN KEANGGOTAAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Pertama ………
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PENGHENTIAN KEANGGOTAAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 11 dari 1
PO.005/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Pertama ………
Hal 1 dari 2 - PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau
Kerja
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau
Kerja secara lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran
dan merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau
Kerja ini merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi
seluruh Apoteker di Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.007/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Rekomendasi Ijin Praktek
atau Kerja dinyatakan TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 2 dari 2 - PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau
Kerja
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
A. KETENTUAN UMUM
1. Rekomendasi ijin praktik/kerja hanya diberikan kepada Apoteker anggota
Ikatan Apoteker Indonesia.
2. Permohonan rekomendasi ijin praktik/kerja oleh anggota ditujukan kepada
Pengurus Cabang setempat dimana praktik/pekerjaan kefarmasian akan
dilaksanakan.
3. Surat Rekomendasi ijin praktik/kerja ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dimana Pengurus Cabang tersebut
berada dan memberikan tembusan kepada Pengurus Daerah sebagai
laporan.
4. Setiap permohonan rekomendasi ijin praktik/kerja dikenakan biaya
sebesar Rp 50.000., (lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.,
(seratus ribu rupiah).
5. Surat rekomendasi ijin praktik/kerja yang tidak dipergunakan harus
dikembalikan kepada Pengurus Cabang yang menerbitkannya selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat tersebut.
6. Surat rekomendasi ijin praktik/kerja khusus yang terkait dengan
ketersediaan tenaga Apoteker pada daerah tertentu, dikoordinasikan oleh
pengurus cabang dengan pemerintah daerah setempat.
7. Proses permohonan rekomendasi ijin praktik/kerja dapat dilakukan secara
online.
8. Penerbitan rekomendasi oleh pengurus cabang diselesaikan dalam waktu
paling lama 15 (lima belas hari) hari sejak berkas diterima dengan
persyaratan telah lengkap.
Hal 1 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja
Hal 2 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja
Hal 3 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja
7. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah asal anggota, yang ditujukan
ke Pengurus Daerah dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan
(bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota luar propinsi).
8. Surat Keterangan Mutasi dari Pengurus Cabang asal anggota, yang
ditujukan ke Pengurus Cabang dimana praktik/kerja kefarmasian akan
dilaksanakan (bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota dalam satu
propinsi)
9. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan
rumah sakit / puskesmas.
10. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian
Apoteker Penanggung Jawab)
Hal 4 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja
12. Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab
ditempat praktik sebelumnya (bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau
ketiga)
13. Surat Pengantar dari Pengurus Cabang asal pemohon (bagi pemohon SIPA
Pendamping kedua atau ketiga di daerah perbatasan antara
kabupaten/kota atau propinsi)
Ditetapkan ………………
Hal 5 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 6 dari 6
Lampiran. PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik/Kerja
Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Handphone
Email
No.STRA
- -
Masa Berlaku s/d
No.Sertifikat Kompetensi - -
Masa Berlaku s/d
B. DATA SARANA KEFARMASIAN
Nama Sarana
Alamat lengkap
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi Apotek Klinik Status Kepemilikan Milik Sendiri Milik Pihak Lain
Jenis Sarana
Sebagai Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Pendamping
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana kefarmasian lain
7. Surat ijin/rekomendasi atasan ( bagi apoteker yang akan praktik pada Apotek/ Klinik di luar waktu
pekerjaan utamanya )
8. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
1
10. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai (bagi Apoteker yang praktik/kerja
di sarana kefarmasian milik pemerintah/korporasi)
11. Surat Pernyataan Kepemilikan bermaterai cukup (bagi Apoteker dengan modal milik sendiri)
12. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Investor (bagi Apoteker dengan modal milik pihak lain/investor)
13. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Pimpinan Klinik (bagi pemohon sebagai Apoteker
Penanggung Jawab Klinik)
14. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker Penanggung Jawab)
15. Surat pengangkatan sebagai Apoteker Pendamping dari Apoteker Penanggung Jawab setempat
(bagi permohonan sebagai Apoteker Pendamping)
16. Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab ditempat praktik sebelumnya
(bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau ketiga)
…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
……………………………………………………………
2
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI
IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)
…………………………………………., …………………..
Petugas,
……………………………………………………………
Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
3
Lampiran. PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik/Kerja
Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Handphone
Email
No.STRA
- -
Masa Berlaku s/d
No.Sertifikat Kompetensi - -
Masa Berlaku s/d
B. DATA SARANA KEFARMASIAN
Nama Sarana
Alamat lengkap
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi Rumah Sakit Puskesmas
Jenis Sarana
Sebagai Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Pendamping
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana kefarmasian lain
7. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan Rumah Sakit / Puskesmas
8. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
10. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker Penanggung Jawab)
1
11. Surat pengangkatan sebagai Apoteker Pendamping dari Apoteker Penanggung Jawab setempat
(bagi permohonan sebagai Apoteker Pendamping)
12. Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab ditempat praktik sebelumnya
(bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau ketiga)
……………………………………………………………
2
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI
IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)
…………………………………………., …………………..
Petugas,
……………………………………………………………
Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
3
Lampiran. PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik/Kerja
Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Handphone
Email
No.STRA
- -
Masa Berlaku s/d
No.Sertifikat Kompetensi - -
Masa Berlaku s/d
B. DATA SARANA KEFARMASIAN
Nama Sarana
Alamat lengkap
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi Industri Obat Industri Obat Tradisonal Industri Kosmetika Pedagang Besar Farmasi
Jenis Sarana
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana kefarmasian lain
7. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan perusahaan.
8. Surat perjanjian kerja antara Pimpinan perusahaan dan apoteker bermaterai cukup
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
10. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
11. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker Penanggung Jawab)
1
Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.
…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
……………………………………………………………
2
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI
IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)
Telah diterima berkas permohonan rekomendasi atas nama ……………………………………………………
dengan lampiran sebagai berikut : Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana
kefarmasian lain
7. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan perusahaan.
8. Surat perjanjian kerja antara Pimpinan perusahaan dan apoteker bermaterai cukup
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
10. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
11. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker
Penanggung Jawab)
…………………………………………., …………………..
Petugas,
……………………………………………………………
Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
3
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja
Contoh
SURAT PERNYATAAN
MEMATUHI KODE ETIK DAN PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-tahun.
Yang membuat pernyataan,
materai Rp.6.000,-
.........................................................................
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja
Contoh
SURAT PERNYATAAN
KEPEMILIKAN MODAL
Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani serta dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-tahun.
Yang membuat pernyataan,
Materai Rp.6.000
.........................................................................
Contoh
SURAT PENGANGKATAN
APOTEKER PENDAMPING
Saya yang bertanda tangan dibawah ini selaku Apoteker Penanggung Jawab
Apotek/Klinik/IFRS/Puskesmas * ...............................................................
yang beralamat di ........................................................................................
....................................., ........................
.......................................................................
NA............................................................
......
*) coret salah satu
NA : Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja
Contoh
SURAT KETERANGAN
JADWAL PRAKTIK APOTEKER PENDAMPING
Saya yang bertanda tangan dibawah ini selaku Apoteker Penanggung Jawab
Apotek/Klinik/IFRS/Puskesmas * .......... .....................................................
yang beralamat di .........................................................................................
....................................., ......................
.......................................................................
NA..................................................................
*) coret salah satu
NA = Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja
Contoh
SURAT PERNYATAAN
TIDAK SEBAGAI APOTEKER PENANGGUNG JAWAB
Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani serta dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-tahun.
Yang membuat pernyataan,
materai Rp.6.000
.........................................................................
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS CABANG .................................
Ketua, Sekretaris,
........................................ ..............................
NA. NA.
Catatan :
*) Coret yang tidak sesuai
NA = Nomor Anggota
- Surat Rekomendasi ijin praktik/kerja ini dibuat 3 (tiga) rangkap dengan rincian :1 (satu)
rangkap untuk pemohon, 1 (satu) rangkap untuk Pengurus Daerah sebagai laporan dan
1 (satu) rangkap untuk Arsip Pengurus Cabang.
- Surat rekomendasi ijin praktik/kerja yang tidak dipergunakan harus dikembalikan
kepada Pengurus Cabang yang menerbitkannya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sejak diterbitkannya surat tersebut
PO.006/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Kedua………
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA
A. KETENTUAN UMUM
1. Mutasi Anggota adalah perpindahan anggota atau tempat praktik/kerja ke
wilayah lain, baik antar Kabupaten/Kota maupun antar propinsi.
2. Surat Pengantar Mutasi anggota adalah surat yang dikeluarkan oleh
Pengurus Cabang atau Pengurus Daerah asal yang ditujukan kepada
Pengurus Cabang atau Pengurus Daerah tujuan
3. Proses permohonan surat pengantar mutasi di selesaikan dalam waktu
paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung dari mulai berkas dinyatakan
lengkap oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Daerah. Berkas
permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus Cabang
atau Pengurus Daerah kepada pemohon bersangkutan.
4. Pengurusan surat pengantar mutasi tidak dikenakan biaya.
5. Surat pengantar mutasi berlaku selama 30 (tiga puluh hari) hari sejak
tanggal dikeluarkan.
6. Pengajuan permohonan surat pengantar mutasi dapat dilakukan secara
online.
Hal 1 of 2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 2 of 2
Lampiran. PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota
Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Handphone
Email
Kab/Kota Tujuan
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku ( 3 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (3 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (3 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (3 rangkap)
…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
……………………………………………………………
Keterangan :
1 rangkap untuk arsip PC IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PC IAI tujuan
1 rangkap untuk arsip PD IAI setempat
1
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN MUTASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
…………………………………………., …………………..
Petugas,
……………………………………………………………
Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
2
Lampiran. PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota
Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Handphone
Email
Provinsi Tujuan
Kab/Kota Tujuan
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku (5 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (5 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (5 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (5 rangkap)
…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
……………………………………………………………
Keterangan :
1 rangkap untuk arsip PC IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PD IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PD IAI tujuan
1 rangkap untuk arsip PP IAI
1 rangkap untuk arsip PC IAI tujuan
1
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN MUTASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)
…………………………………………., …………………..
Petugas,
……………………………………………………………
Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
Mutasi ke Kabupaten /Kota dalam satu Propinsi
CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PC IAI setempat ke PC IAI tujuan
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………
Di
Tempat
............................... ...................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Tembusan disampaikan kepada :
1. Yth. Ketua PD IAI ……………………………………………..
2. Arsip
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
Mutasi ke Kabupaten /Kota di luar Provinsi
Contoh : Pengantar Permohonan Mutasi dari PC IAI ke PD IAI setempat
Kepada Yth.
Ketua PD IAI ……………………………………………
Di
Tempat
........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PD IAI setempat ke PD IAI Tujuan
Kepada Yth.
Ketua PD IAI ……………………………………………
Di
Tempat
........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………
Di
Tempat
........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
PO.007/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.007/PP.IAI/1418/V/2015
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Kedua………
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
1. Himpunan seminat dibentuk di tingkat Pengurus Pusat IAI dan Pengurus Daerah
IAI, melalui musyawarah nasional himpunan seminat di tingkat pusat dan
musyawarah daerah himpunan seminat di tingkat daerah.
2. Untuk sementara Himpunan Seminat dibentuk untuk :
a. Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit (HISFARSI)
b. Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (HISFARMA)
c. Himpunan Seminat Farmasi Distribusi (HISFARDIS)
d. Himpunan Seminat Farmasi Industri (HISFARIN)
e. Himpunan Apoteker Seminat Obat Tradisional (HIMASTRA)
Dan selanjutnya dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.
Hal 1 dari 2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.007/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Himpunan Seminat
12. Pengurus Himpunan Seminat di tingkat pusat memberikan laporan setiap 1 (satu)
tahun kepada Pengurus Pusat IAI.
13. Pengurus Himpunan Seminat di tingkat daerah memberikan laporan setiap 1
(satu) tahun kepada Pengurus Daerah IAI.
14. Himpunan Seminat memiliki tugas dan fungsi :
a. Membantu sosialisasi kebijakan dan program IAI dalam hubungan
vertikal organisasi sesuai dengan tingkatannya.
b. Melakukan komunikasi, interaksi dan kerjasama dengan himpunan
seminat yang yang ada di lingkungan IAI.
c. Melakukan Manajemen Internal Administrasi, Keuangan dan Inventaris
Organisasi
d. Berperan pada pembinaan dan pengembangan kompetensi praktik
Apoteker yang dilakukan IAI
e. Membantu kebijakan dan skema program kegiatan ”CPD” PD-IAI
f. Melakukan peningkatkan dan pengembangan mutu praktik para anggota.
g. Mengadakan serta menyelenggarakan program kegiatan melalui pertemuan
ilmiah dan keprofesian yang bersifat lokal, nasional dan internasional
h. Memfasilitasi, mengkoordinasi dan membina keberadaan serta
pengembangan himpunan seminat-sejenis.
i. Membangun, mengelola dan mengembangkan sistem Informasi dan
publikasi sesuai kebutuhan organisasi dan anggota.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 2 dari 2
PO.008/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Kedua………
Hal 1 dari 2 - PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas & Wewenang Pengurus
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Tugas dan Wewenang Pengurus
ini merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi
seluruh Apoteker di Indonesia
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 2 dari 2 - PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas & Wewenang Pengurus
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
IKATAN APOTEKER INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Ketentuan Umum
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan ditetapkannya tugas dan wewenang pengurus organisasi ini
adalah untuk memberikan panduan bagi jajaran pengurus organisasi dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang sebagai pengurus organisasi.
Pasal 3
Ruang Lingkup
Hal 1 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
BAB II
PENGURUS PUSAT
Pasal 4
Tugas dan Wewenang
Ketua Umum
Tugas dan Wewenang Ketua Umum adalah :
1. Memimpin Organisasi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Melaksanakan Keputusan-Keputusan Kongres Nasional, Rapat Kerja
Nasional Ikatan Apoteker Indonesia dan Keputusan Rapat Organisasi
lainnya;
3. Membuat keputusan dan kebijaksanaan organisasi serta menyusun rencana
strategis secara kolektif bersama seluruh pengurus;
4. Mewakili Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dalam kerjasama dan
pembinaan hubungan dengan pihak-pihak lain;
5. Mewakili Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dalam konsolidasi
organisasi dengan seluruh jajaran pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
6. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan organisasi profesi
kesehatan lainnya dan Asosiasi Kesehatan;
7. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban organisasi pada akhir masa
bakti di forum Kongres Nasional;
8. Bersama Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal
menandatangani surat-surat keluar;
9. Bersama Bendahara Umum menanda tangani check atau giro;
Pasal 5
Tugas dan Wewenang
Wakil Ketua Umum
Pasal 6
Tugas dan Wewenang
Sekretaris Jenderal
Pasal 7
Tugas dan Wewenang
Wakil Sekretaris Jenderal
Hal 3 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
Pasal 8
Tugas dan Wewenang
Bendahara Umum
Pasal 9
Tugas dan Wewenang
Wakil Bendahara
Hal 4 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
Pasal 10
Tugas dan Wewenang
Ketua Bidang
Pasal 11
Tugas dan Wewenang
Ketua Badan
Pasal 12
Tugas dan Wewenang
Ketua Himpunan
Hal 5 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
Pasal 13
Tugas dan Wewenang
Koordinator Wilayah
BAB III
PENGURUS DAERAH
Pasal 14
Tugas dan Wewenang
Ketua Pengurus Daerah
Pasal 15
Tugas dan Wewenang
Wakil Ketua Pengurus Daerah
Pasal 16
Tugas dan Wewenang
Sekretaris Pengurus Daerah
Pasal 17
Tugas dan Wewenang
Wakil Sekretaris Pengurus Daerah
Hal 7 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
Pasal 18
Tugas dan Wewenang
Bendahara Pengurus Daerah
Pasal 19
Tugas dan Wewenang
Wakil Bendahara Pengurus Daerah
Pasal 20
Tugas dan Wewenang
Ketua Bidang Pengurus Daerah
Pasal 21
Tugas dan Wewenang
Ketua Tim Pengurus Daerah
Pasal 22
Tugas dan Wewenang
Ketua Himpunan Daerah
BAB IV
PENGURUS CABANG
Pasal 23
Tugas dan Wewenang
Ketua Pengurus Cabang
Hal 9 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
Pasal 24
Tugas dan Wewenang
Wakil Ketua Pengurus Cabang
Pasal 25
Tugas dan Wewenang
Sekretaris Pengurus Cabang
Pasal 26
Tugas dan Wewenang
Wakil Sekretaris Pengurus Cabang
Pasal 27
Tugas dan Wewenang
Bendahara Pengurus Cabang
Hal 11 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
Pasal 28
Tugas dan Wewenang
Wakil Bendahara Pengurus Cabang
Pasal 29
Tugas dan Wewenang
Ketua Bidang Pengurus Cabang
BAB V
MAJELIS ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
Pasal 30
Tugas dan Wewenang
Hal 12 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus
BAB VI
DEWAN PENGAWAS
Pasal 31
Tugas dan Wewenang
BAB VII
PENUTUP
Pasal 32
(1) Tugas dan Wewenang Pengurus ini merupakan pedoman dan panduan b a gi
p e n gu ru s organisasi dalam penyelenggaraan organisasi dan pelaksanaan
program organisasi dalam rangka mewujudkan cita-cita organisasi.
(2) Tugas dan Wewenang Pengurus ini bersifat mengikat bagi seluruh jajaran
organisasi Ikatan Apoteker Indonesia, untuk dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Hal-hal yang belum diatur dalam Tugas dan Wewenang Pengurus ini akan
diatur kemudian dalam pelaksanaannya.
Hal 13 dari 13
PO.009/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TATA KELOLA ORGANISASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TATA KELOLA ORGANISASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
Kedua………
Hal 1 dari 2 - PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Tata Kelola Organisasi ini
merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh
Apoteker di Indonesia
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Hal 2 dari 2 - PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TATA KELOLA ORGANISASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Pasal 1
Ketentuan Umum
Pasal 2
Maksud dan Tujuan
Pasal 3
Ruang Lingkup
BAB II
SEKRETARIAT
Pasal 4
Sekretariat
BAB III
KEUANGAN
Pasal 5
(1) Sumber Dana (Keuangan) organisasi diupayakan melalui :
a. Uang Pangkal dan luran Anggota
b. Bagian keuntungan Badan-Badan Usaha milik organisasi
c. Pendapatan lain yang sah
d. Sumbangan lain yang sah dan tidak mengikat
(2) Penerapan prinsip-prinsip dan aturan lebih lanjut tentang sumber dana
organisasi akan diatur dalam Rapat Pleno Pengurus sesuai tingkatan.
(3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi, disusun setiap tahun kegiatan
yang menyangkut :
a. Anggaran Rutin Sekretariat
b. Anggaran Program
c. Anggaran Non Rutin
Hal 2dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Hal 3dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
BAB IV
RAPAT-RAPAT
Pasal 6
Hal 4dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
c. Rapat Pleno :
i. Untuk tingkat Pengurus Pusat yang dihadiri oleh Pengurus
Pusat lengkap serta dapat mengundang Ketua Dewan dan Ketua
MEDAI Pusat.
ii. Untuk tingkat Pengurus Daerah yang dihadiri oleh Pengurus
Daerah lengkap serta dapat mengundang Ketua Dewan
Pengawas Daerah dan Ketua MEDAI Daerah.
iii. Untuk tingkat Pengurus Cabang yang dihadiri oleh Pengurus
Cabang lengkap.
d. Rapat Dewan Pengawas :
i. Untuk membahas masalah internal Dewan Pengawas yang
dihadiri seluruh anggota Dewan Pengawas
ii. Untuk membahas masalah eksternal Dewan Pengawas yang
dihadiri seluruh anggota Dewan Pengawas dan wajib
mengundang Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal untuk
tingkatan Pengurus Pusat atau Ketua dan Sekretaris untuk
tingkatan Pengurus Daerah.
e. Rapat MEDAI :
i. Untuk membahas masalah internal MEDAI yang dihadiri seluruh
anggota MEDAI
ii. Untuk membahas masalah eksternal MEDAI yang dihadiri
seluruh anggota MEDAI dan wajib mengundang Ketua Umum
dan Sekretaris Jenderal untuk tingkatan Pengurus Pusat
atau Ketua dan Sekretaris untuk tingkatan Pengurus
Daerah.
f. Rapat Bidang yaitu rapat untuk membahas perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan penyusunan laporan program Bidang dihadiri seluruh
anggota Bidang
g. Rapat Badan yaitu rapat untuk membahas perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan penyusunan laporan program Badan dihadiri seluruh
anggota Badan
h. Rapat Tim yaitu rapat untuk membahas perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan penyusunan laporan program Tim dihadiri seluruh
anggota Tim
i. Rapat Himpunan yaitu rapat untuk membahas perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan laporan program Himpunan
dihadiri seluruh anggota Himpunan.
(2) Setiap rapat dibuat notulen oleh Sekretaris Rapat, yang disahkan
oleh Pimpinan Rapat.
Hal 5dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
BAB V
KORESPONDENSI
Pasal 7
Kop Surat
Pasal 8
Stempel
Hal 6dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Pasal 9
Surat Masuk
Hal 7dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
(13) Pemberian nomor agenda dan pengarsipan surat dibedakan dengan melihat
sumber surat (uniform surat).
Pasal 10
Surat Keluar
Hal 8dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Pasal 11
Uniform Surat
Hal 10dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Hal 11dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Hal 12dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Hal 13dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Pasal 12
Penandatangan Surat
Hal 14dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Hal 15dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
(6) Setiap surat Dewan Pengawas Daerah dianggap sah apabila ditandatangani
oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan dibubuhi stempel
Dewan Pengawas.
(7) Setiap surat MEDAI Daerah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan
dibubuhi stempel MEDAI Daerah.
b. Khusus untuk Surat Keputusan hanya dianggap sah apabila
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
c. Apabila Ketua berhalangan penandatanganan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua dan Sekretaris.
(8) Setiap surat Himpunan Daerah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan
dibubuhi stempel Himpunan Daerah.
b. Keikutsertaan Bendahara atau Wakil Bendahara menandatangani surat
hanya untuk yang berkaitan dengan Dana (Keuangan).
c. Khusus untuk Surat Keputusan hanya dianggap sah apabila
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
d. Apabila Ketua berhalangan penandatanganan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua dan Sekretaris.
e. Apabila Sekretaris berhalangan, penandatanganan dapat dilakukan oleh
Ketua dan salah satu Wakil Sekretaris.
(9) Setiap surat Pengurus Cabang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan
dibubuhi stempel organisasi.
b. Keikutsertaan Bendahara atau Wakil Bendahara menandatangani surat
hanya untuk yang berkaitan dengan Dana (Keuangan).
c. Apabila Ketua berhalangan penandatanganan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua dan Sekretaris.
d. Apabila Sekretaris berhalangan, penandatanganan dapat dilakukan oleh
Ketua dan Wakil Sekretaris.
e. Khusus untuk Surat Keputusan dan Surat Keluar yang menyangkut sikap
organisasi keluar dan bersifat sikap formal organisasi, hanya dianggap sah
apabila ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris
Hal 16dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
BAB VI
PENUTUP
Pasal 13
(1) Tata Kelola Organisasi ini merupakan pedoman dan panduan organisasi
dalam penyelenggaraan organisasi.
(2) Tata Kelola Organisasi ini bersifat mengikat bagi seluruh jajaran organisasi
Ikatan Apoteker Indonesia, untuk dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Kelola Organisasi ini akan diatur
kemudian dalam pelaksanaannya
Hal 17dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola
Organisasi.
1. PENGURUS PUSAT
IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440
:
:
IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440
:
:
IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440
:
:
4. HIMPUNAN NASIONAL
IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA LOGO
Jl. ………………………………………………….. HIMPUNAN
Telp.: ……………… Faks.: ……………… e-Mail : ……………………..……
Website : ……………………………………
5. PENGURUS DAERAH
IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. …………………………………………………..
Telp.: ……………… Faks.: ……………… e-Mail : ………………………………………
Website : ……………………………………
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola
Organisasi.
IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Telp…………………. Faks.: …………….. e-Mail : …………………………………………
Website : …………………………………….
8. HIMPUNAN DAERAH
9. PENGURUS CABANG
IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. …………………………………………………..
Telp.: ……………… Faks.: ……………… e-Mail : ………………………………………
Website : ……………………………………
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola
Organisasi.
IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440
:
:
Contoh Stempel
7. PENGURUS CABANG
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Nama : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,
................................. .........................
NA. NA.
SURAT MANDAT
No.Mdt-000/PD IAI/Nama Prov/Bulan/Tahun
(Contoh : No.Mdt-010/PD IAI/DKI Jakarta/V/2015)
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,
........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja
SURAT REKOMENDASI
No.Rek-000/PC IAI/Nama Kab-Kota/Bulan/Tahun
(Contoh : No.Rek-007/PC IAI/Jakarta Pusat/V/2015)
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS CABANG .................................
Ketua, Sekretaris,
........................................
..............................
NA. NA.
*) Coret yang tidak sesuai
Catt : NA = Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja
SURAT TUGAS
No.Tgs-000/PD IAI/Nama Prov/Bulan/Tahun
(Contoh : No.Tgs-006/PD IAI/Sulawesi Selatan/V/2015)
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,
........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
PERATURAN ORGANISASI
2016
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 001/ PP.IAI/1418/IX/2016
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 53 ayat (3) Anggaran Rumah
Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;.
b. bahwa Tugas Pokok dan Fungsi Dewan Pengawas Ikatan Apoteker
Indonesia telah ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker
Indonesia tahun 2016;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan Surat
Keputusan tentang Peraturan Organisasi tentang Peringatan dan Sanksi
Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia
Mengingat : 1. Pasal 30, Pasal 46, dan Pasal 47 ayat (1) Anggaran Dasar Ikatan Apoteker
Indonesia;
2. Pasal 53, Pasal 64, dan Pasal 65 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga Ikatan
Apoteker Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker
Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 26
sampai 27 September 2016 di Yogyakarta.
MEMUTUSKAN
Hal 1 dari 5
Kedua : Mengamanatkan kepada Dewan Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia
sesuai tingkatannya dalam melakukan tugasnya harus disesuaikan dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam keputusan ini, sebagaimana tercantum
dalam lampiran.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
Hal 2 dari 5
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tupoksi Dewan
Pengawas
BAB I
KETENTUAN UMUM
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
BAB III
LINGKUP TUGAS
BAB IV
PERSYARATAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGAWAS
1. Pernah menjadi pengurus ikatan baik ditingkat cabang, daerah maupun pusat.
2. Tidak pernah melanggar AD/ART dan Peraturan Organisasi.
3. Tidak pernah melanggar Kode Etik Apoteker Indonesia.
Hal 3 dari 5
BAB V
TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS PUSAT
1. Tugas pokok melakukan pengawasan terhadap Program kerja Pengurus Pusat guna
mencapai maksud dan tujuan ikatan, baik diminta ataupun tidak.
BAB VI
TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS DAERAH
1. Tugas pokok melakukan pengawasan terhadap Program kerja Pengurus Daerah dan
Cabang guna mencapai maksud dan tujuan ikatan, baik diminta ataupun tidak.
Hal 4 dari 5
BAB VII
RAPAT-RAPAT DEWAN PENGAWAS
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016
PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Hal 5 dari 5
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 002 / PP.IAI/1418/IX/2016
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER
Menimbang :
a. Bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun
2016 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 / PER /
MENKES / V / 2011 Tentang Registrasi, Izin Kerja, dan Izin Praktik Tenaga
Kefarmasian maka, Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 Tentang Peraturan
Organisasi Tentang Rekomendasi Izin Praktik atau Kerja Ikatan Apoteker
Indonesia, dipandang tidak relevan lagi;
Hal 1 dari 17
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Izin Praktik Apoteker dari Ikatan Apoteker Indonesia ini menjadi
ketentuan yang mengikat bagi Anggota maupun Pengurus Ikatan Apoteker
Indonesia.
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016
PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Hal 2 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER
IKATAN APOTEKER INDONESIA
A. KETENTUAN UMUM
Hal 3 dari 17
B. TATA CARA MEMPEROLEH REKOMENDASI SURAT IZIN PRAKTIK
APOTEKER
1. Pemohon mengajukan surat permintaan rekomendasi SIPA kepada PC IAI
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Rekomendasi Surat Izin Praktik
Apoteker.
2. Surat Permintaan Rekomendasi harus melampirkan dokumen sebagai berikut:
a. Fotokopi dokumen identitas dan profesi, yaitu:
i. KTP atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan sesuai dengan
tempat praktik / kerja;
ii. KTA atau SKK yang masih berlaku;
iii. SERKOM Apoteker dengan masa berlaku minimal 3 bulan sebelum
berakhir;
iv. STRA dengan masa berlaku minimal 3 bulan sebelum berakhir; dan
v. Melampirkan SIPA yang masih berlaku (jika ada)
b. Surat Pernyataan Praktik Bertanggungjawab (SP2B), bermaterai cukup
(dipilih sesuai rencana praktik):
i. Untuk melaksanakan Praktik Apoteker bidang Pengelolaan
Sarana/Prasarana Apotek; atau
ii. Untuk melaksanakan Praktik Apoteker bidang Pelayanan Kefarmasian
di Apotek / Klinik / Puskesmas / Rumah Sakit; atau
iii. Untuk melaksanakan Praktik Apoteker bidang Pengelolaan Perbekalan
Kefarmasian di Instansi Pemerintah / Industri Farmasi / Industri Obat
Tradisional / Industri Kosmetika / Distributor;
c. Surat Pernyataan Terkait Sarana/Prasarana/Permodalan (SPTSP2)
bermaterai cukup, yang terdiri dari:
i. Daftar SIPA yang telah dimiliki dengan keterangan jam praktik dan
alamat Praktik-nya beserta lampiran dokumen fotokopi SIPA-nya
(kecuali di sarana pelayanan kefarmasian dengan sistem gilir kerja);
dan
d. Kepemilikan Modal Sendiri (bagi pemohon sebagai pemilik sarana apotek)
atau Izin / kerjasama pemanfaatan sarana untuk Praktik Pelayanan
Kefarmasian dari penanggungjawab sarana (bagi pemohon bukan sebagai
pemilik / penanggungjawab sarana).
Hal 4 dari 17
e. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama Apoteker dengan Investor (bagi
Apoteker dengan modal milik pihak lain) di Apotek atau Klinik.
B. KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Rekomendasi SIPA hanya diberikan kepada Apoteker anggota IAI.
2. Permohonan permintaan Rekomendasi SIPA oleh anggota ditujukan kepada PC
IAI setempat dimana praktik apoteker akan dilaksanakan.
3. Penerbitan Rekomendasi SIPA ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dimana PC IAI tersebut berada dan memberikan
tembusan kepada PD IAI sebagai laporan.
4. Masa berlaku Rekomendasi SIPA selama 6 (enam) bulan.
5. Penerbitan Rekomendasi SIPA oleh PC IAI diselesaikan dalam waktu paling lama
7 (tujuh) hari kerja sejak berkas diterima dengan persyaratan telah lengkap.
6. Proses permohonan Rekomendasi SIPA dapat dilakukan secara online.
7. Setiap permohonan Rekomendasi SIPA dikenakan biaya maksimal sebesar Rp.
100.000., (seratus ribu rupiah).
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016
PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Hal 5 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker
Contoh
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………………
Bersama ini saya mengajukan permohonan rekomendasi ijin praktik dengan data
sebagai berikut :
A. Data Pemohon
Nomor
KTP
No.KTA
Nama
Lengkap
Gelar
(Tanggal-Bulan-Tahun)
Tempat/Tgl/lahir - -
Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Handphone
Email
No.STRA
Masa Berlaku s/d -
-
No.Sertifikat
Kompetensi
Masa Berlaku s/d -
-
Hal 6 dari 17
B. DATA SARANA KEFARMASIAN
Nama Sarana
Alamat lengkap
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Praktik Apotek, SIPA untuk mengurus SIA & untuk praktik pelayanan
Apoteker sebagai kefarmasian
Bidang
Hal 7 dari 17
c.Izin/kerjasama dengan penanggungjawab sarana (bagi pemohon bukan sebagai
penanggungjawab sarana).
6. Fotokopi Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Pemilik Sarana (bagi Apoteker
dengan modal milik pihak lain/investor).
………………………………………….,
…………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
……………………………………………………………
lembar pertama untuk pengurus
Hal 8 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker
Contoh
Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta dalam
keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.
Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk saya laksanakan dengan sepenuh hati.
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.
materai Rp.6.000,-
............................................
Hal 9 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker
Contoh
SURAT PERNYATAAN
TENTANG KEMPEMILIKAN
SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER (SIPA)
Dengan sebenar-benarnya menerangkan bahwa saya telah memiliki Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) sebanyak …… dokumen, dengan uraian sebagai berikut:
2.
3.
Hal 10 dari 17
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.
materai Rp.6.000,-
................................................
*) Jenis Praktik:
Praktik Pengelolaan Sarana/Prasarana Apotek (APA)
Praktik Pelayanan Kefarmasian
Praktik Perbekalan di Instansi Pemerintah/Industri/Distributor
Praktik Pengembangan Obat, Bahan Obat, dan Obat Tradisional (peneliti)
Hal 11 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker
Contoh
SURAT PERNYATAAN
KEPEMILIKAN MODAL
Dengan ini menyatakan bahwa saya adalah pemilik modal Apotek*) tempat saya akan
melaksanakan praktik kefarmasian.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta
dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.
materai Rp.6.000,-
................................................
Hal 12 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker
Contoh
Sebagai PIHAK KEDUA, bertindak sebagai yang memanfaatkan sarana dan prasarana.
Bahwa saya sebagai PIHAK PERTAMA memberi izin kepada/bersepakat dengan*)
PIHAK KEDUA dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana fasilitas kefarmasian.
Hal 13 dari 17
(jika ada klausul lain dapat ditambahakan) ........…………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.
Hal 14 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.002/PP.IAI/1418/X/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja
.......................................................................................
Hal 15 dari 17
.......................................................................................
No. Handphone :
.......................................................................................
Alamat email :
.......................................................................................
……………………………………………………………………………………
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.
Hal 16 dari 17
Ketua Sekretaris,
................................................ ...............................................
Catatan :
*) pilih yang sesuai dan hapus yang tidak dipilih
- Surat Rekomendasi izin praktik/kerja ini dibuat 3 (tiga) rangkap dengan rincian:1
(satu) rangkap untuk pemohon, 1 (satu) rangkap untuk Pengurus Daerah sebagai
laporan dan 1 (satu) rangkap untuk Arsip Pengurus Cabang.
- Surat rekomendasi izin praktik/kerja yang tidak dipergunakan harus dikembalikan
kepada Pengurus Cabang yang menerbitkannya selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan sejak diterbitkannya surat tersebut.
Hal 17 dari 17
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PEMBINAAN PRAKTIK KEFARMASIAN
DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA
MEMUTUSKAN
Hal 1 dari 5
dan Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia.
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.
Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016
PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Hal 2 dari 5
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Pembinaan
Praktik Kefarmasian di Fasilitas Kefarmasian.
PERATURAN ORGANISASI
PEMBINAAN PRAKTIK KEFARMASIAN
DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
A. PENJELASAN UMUM
Hal 3 dari 5
c. memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat, dan Tenaga Kefarmasian.
9. Pembinaan Praktik Kefarmasian oleh organisasi profesi ( I A I ) dilakukan baik secara
mandiri atau bekerjasama dengan pemangku kepentingan terkait.
10. Pembinaan Praktik Kefarmasian secara mandiri dilakukan oleh tim .
11. Tim ditetapkan oleh Pengurus IAI tingkat daerah berdasarkan usulan dari cabang dan
diberikan kewenangan untuk membina pelaksanaan Praktik Kefarmasian demi
terwujudnya praktik Apoteker yang bertanggungjawab dan bermartabat.
12. Tim melaksanakan pembinaan di wilayah kerja yang ditentukan.
13. Pembinaan dilakukan secara rutin dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan
sumber pembiayaan dan menggunakan metode yang sesuai (sampling).
B. SPO PEMBINAAN
4. Kebijakan :
- Pembinaan Praktik Kefarmasian wajib dilaksanakan secara berkelanjutan dan
terstruktur dalam program kerja Ikatan Apoteker Indonesia karena merupakan
unsur dari pilar Praktek Apoteker yang bertanggung jawab.
5. Prosedur :
Hal 4 dari 5
c. Sebelum melakukan tugasnya, Tim memperkenalkan diri dan menunjukkan surat
tugasnya kepada Apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian tersebut
d. Tim melakukan pencatatan sesuai instrumen monitoring yang telah ditentukan
organisasi
e. Apabila diperlukan, Tim dapat meminta penjelasan dari tenaga / staf yang lain di
fasilitas pelayanan pelayanan kefarmasian tersebut.
f. Tim membuat laporan hasil kegiatan pembinaan kepada PC IAI
g. PC IAI membuat laporan kegiatan pembinaan secara periodik( Tri wulan) disertai
evaluasi dan rekomendasi untuk di sampaikan kepada unit terkait.
h. Rekomendasi dari PC adalah : Pembinaan berupa Teguran dan/ Surat Peringatan ,
Penghentian sementara kegiatan/ pembekuan izin, Pencabutan izin, Reward poin
/ usulan Award
i. Unit terkait selanjutnya dapat menindaklanjuti rekomendasi PC IAI sesuai
dengan kewenangan masing – masing.
C. INSTRUMEN PEMBINAAN
(terlampir)
Hal 5 dari 5
LAMPIRAN 1. FORMAT INSTRUMEN MONITORING
PELAKSANAAN
NO SUBYEK KETERANGAN
ADA/YA TIDAK ADA/ TIDAK SESUAI BELUM
A KELENGKAPAN
1. SERTIFIKAT KOMPETENSI MasaBerlaku S/d
2. SURAT TANDA REGISTRASI APOTEKER MasaBerlaku S/d
3. SURAT IZIN PRAKTEK APOTEKER
4. SURAT IZIN APOTEK
5. IDENTITAS ( PENGGUNAAN JAS PRAKTIK ) SESUAI STANDAR
6. PAPAN PRAKTIK SESUAI STANDAR
B PELAYANAN
1. JAM PRAKTIK PUKUL ……S/D ……..
2. DURASI PRAKTIK ……………… Jam
3. HARI PRAKTIK
4. BUKTI KEHADIRAN
5. SPO PELAYANAN KEFARMASIAN
6. PEMBERI PELAYANAN
- APOTEKER PEMEGANG SIA JOB DESK, TASK
- APOTEKER PRAKTEK SHIFTING
- APOTEKER MAGANG DG PENDAMPINGAN
- TTK DG MONITORING,
- MAHASISWA DG MONITORING
- PETUGAS LAIN …………………
Jumlah : …….Apoteker
JENIS PELAYANAN
1. PELAYANAN RESEP
2. PELAYANAN SWA MEDIKASI
3. PELAYANAN LAIN
- …………………
………………………………….., …………………………..2016
3……………………………… : ………………………….
Tentang
Mengingat : 1. Pasal 36 ayat (1) huruf d dan Pasal 37 ayat (1) huruf d, Anggaran
Dasar Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Pasal 22 ayat (1) huruf a, Pasal 60 huruf b, dan Pasal 63 ayat (1)
huruf e Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor 008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tugas
dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor 009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tata
Kelola Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia;
5. Peraturan Organisasi Nomor PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang
Peraturan Organisasi Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dewan
Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia.
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 05
sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan.
MEMUTUSKAN
1 PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2017
Pertama : 1. Setiap penerbitan suatu Surat Keputusan oleh Ketua Pengurus
Daerah/Cabang Ikatan Apoteker Indonesia harus berlandaskan
pada nilai-nilai dasar, maksud, tujuan dan berpegang teguh serta
tidak bertentangan dengan setiap ketentuan yang berlaku dalam
Naskah Asasi Ikatan Apoteker Indonesia dan Surat Keputusan
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indoensia yang sah dan berlaku.
Keempat : Peraturan Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
2 PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
TENTANG
PENDAFTARAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
1 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada
tanggal 05 sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan.
MEMUTUSKAN
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
2 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor :
PO.002/PP.IAI/1418/IX/2017 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Pendaftaran
Anggota.
PENDAFTARAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
A. KETENTUAN UMUM
2. Kartu Tanda Anggota yang selanjutnya disebut dengan KTA adalah kartu jati diri
seorang apoteker sebagai tanda keanggotaan pada Ikatan Apoteker Indonesia,
dengan masa berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk masa 5 (lima)
tahun berikutnya.
3. Surat Keterangan Keanggotaan yang selanjutnya disebut dengan SKK adalah KTA
Sementara sebagai tanda keanggotaan pada Ikatan Apoteker Indonesia, dengan
masa berlaku 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang untuk masa 1 (satu) bulan
berikutnya.
6. Nomor keanggotaan Ikatan Apoteker Indonesia bersifat tunggal, tetap dan nasional
dan ditentukan oleh pengurus Pusat.
8. Pendaftaran menjadi anggota tidak berlaku bagi Apoteker yang sedang menjalani
hukuman pidana/kurungan.
10. Pemberlakuan Pendaftaran Anggota secara online diatur tersendiri dengan Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia melalui penerbitan suatu
Pedoman Tatacara Proses Permohonan Pendaftaran Keanggotaan Ikatan Apoteker
Indonesia.
3 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
B. PENDAFTARAN ANGGOTA YANG BARU LULUS PENDIDIKAN PROFESI
APOTEKER
1. Pendaftaran keanggotaan dapat dilakukan baik secara perorangan atau secara
kolektif oleh Perguruan Tinggi Farmasi yang bersangkutan.
6. Berkas permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus Daerah
kepada pemohon atau melalui Perguruan Tinggi Farmasi pemohon bersangkutan
untuk dilengkapi.
7. Setiap Calon Anggota wajib mengikuti Pembinaan Organisasi yang dilakukan oleh
Pengurus Daerah setempat sesuai Peraturan Organisasi tentang Pembinaan
Organisasi.
4 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
f. Bukti telah melunasi pembayaran uang pangkal dan iuran tahunan anggota
sesuai ketentuan berlaku.
3. Pengurus Daerah menindaklanjuti permohonan pendaftaran keanggotaan yang
sudah lengkap dengan mengajukan permintaan nomor keanggotaan kepada
Pengurus Pusat menggunakan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang diisi
secara lengkap dan dikirimkan dalam bentuk file soft copy.
4. Pengurus Pusat mengembalikan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang sudah
berisikan Nomor Pendaftaran Anggota ke Pengurus Daerah dalam bentuk file soft
copy.
5. Proses Permohonan Pendaftaran Keanggotaan diselesaikan dalam waktu paling
lama 14 hari kerja terhitung dari mulai berkas permohonan dinyatakan lengkap oleh
Pengurus Daerah.
7. Berkas permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus Daerah
keanggota bersangkutan melalui Pengurus Cabang setempat untuk dilengkapi.
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
5 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memperhatikan Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 05
sampai 06 September 2017 di Tangerang SElatan.
MEMUTUSKAN
PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
1
Tentang Iuran Anggota Ikatan Apoteker Indonesia, sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Iuran Anggota ini merupakan pedoman dan
aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di Indonesia.
Ketiga : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.003/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran
Anggota Ikatan Apoteker Indonesia
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
A. KETENTUAN UMUM
1. Iuran Anggota Ikatan Apoteker Indonesia terdiri dari Uang Pangkal dan Iuran
Tahunan.
2. Uang Pangkal adalah iuran yang dibayarkan hanya satu kali oleh anggota
sewaktu pertama kali mendaftar menjadi anggota Ikatan Apoteker Indonesia
melalui Pengurus Daerah setempat.
3. Iuran Tahunan adalah iuran wajib bagi setiap anggota yang dibayarkan satu
tahun sekali kepada Ikatan Apoteker Indonesia melalui Pengurus Daerah
setempat.
4. Kartu Tanda Anggota yang selanjutnya disebut dengan KTA adalah kartu
yang jati diri seorang apoteker sebagai tanda keanggotaan pada Ikatan
Apoteker Indonesia, dengan masa berlaku 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk masa 5 (lima) tahun berikutnya.
6. Teknis tata cara penarikan Iuran Anggota diatur oleh Pengurus Daerah
masing-masing.
2. Besar Iuran Tahunan yaitu Rp. 240.000,- (Dua ratus empat puluh ribu rupiah)
per tahun.
PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
3
3. Peruntukannya Iuran Tahunan sebagaimana dimaksud pada butir 2 dari
Subbagian ini, dialokasikan bagi setiap tingkat kepengurusan yaitu:
a. Pengurus Pusat sebesar 10% (sepuluh persen);
b. Pengurus Daerah sebesar 40% (empat puluh persen);
c. Pengurus Cabang sebesar 50% (lima puluh persen).
1. Besar Uang Pangkal yaitu Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).
2. Besar Iuran Tahunan hanya untuk tahun pertama saja sebesar Rp.120.000,-
(Seratus dua puluh ribu rupiah).
3. Apoteker Baru Lulus dari Perguruan Tinggi Farmasi, yang untuk pertama kali
mendaftarkan diri menjadi anggota melalui Permohonan Pendaftaran
Keanggotaan, hanya diwajibkan membayar Iuran Anggota untuk 6 (enam)
bulan pertama sebesar Rp. 60.000,- (enampuluhribu rupiah), dan sisanya
sebesar Rp. 60.000,- (enampuluhribu rupiah) dapat dibayarkan pada periode
pembayaran berikutnya, di Pengurus Daerah dimana wilayah domisili SIPA
pertama.
1. Iuran Tahunan bagi yang berpraktik di antar cabang dalam lingkup Pengurus
Daerah yang sama, Iuran Tahunan dibayar sebesar 150% iuran tahunan
dengan rincian sebagai berikut :
a. Bagi Pengurus Cabang awal (SIPA pertama) sebesar 100% iuran tahunan
dan peruntukannya dialokasikan sebagaimana yang diatur pada butir 3
dari Subbagian B; dan
b. Bagi Pengurus Cabang berikutnya (SIPA kedua atau ketiga) sebesar 50%
iuran tahunan dan peruntukannya hanya dialokasikan untuk Pengurus
Cabang berikutnya (SIPA kedua atau ketiga) saja.
PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
4
2. Iuran Tahunan bagi yang berpraktik di antar cabang dalam lingkup Pengurus
Daerah yang berbeda, Iuran Tahunan dibayar sebesar 190% iuran tahunan
dengan rincian sebagai berikut:
a. Bagi Pengurus Cabang awal (SIPA Pertama) sebesar 100% iuran tahunan
dan peruntukannya dialokasikan sebagaimana yang diatur pada butir 3
dari Subbagian B; dan
b. Bagi Pengurus Cabang tujuan (SIPA kedua atau ketiga) sebesar 90%
iuran tahunan dan peruntukannya dialokasikan bagi Pengurus Daerah
tujuan (SIPA kedua atau ketiga) sebesar 40% (empat puluh persen) dan
Pengurus Cabang tujuan (SIPA kedua atau ketiga) sebesar 50% (lima
puluh persen).
PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Hal 2 dari 2
PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
5
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota
Format Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Pengurus Daerah …………………………………………………
Periode Laporan : Bulan ……………………………………………. Tahun…………………. s/d Bulan ……………………………………………….. Tahun …………………………….
No. Nomor Keanggotaan Nama Anggota Periode Penarikan & Nominal Nominal Distribusi (Rp)
Bulan Tahun Bulan Tahun Nominal (Rp) PP (10%) PD (40%) PC (50%) Nama PC Tanggal Transfer
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
………………………………………………, ………………………
Catt : Terlampir bukti setor ke rekening Pengurus Pusat dan masing-masing Pengurus Cabang Ketua PD IAI …………………………………………….
PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota
Format Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Pengurus Daerah …………………………………………………
Periode Laporan : Bulan ……………………………………………. Tahun…………………. s/d Bulan ……………………………………………….. Tahun …………………………….
No. Nomor Keanggotaan Nama Anggota Periode Penarikan & Nominal Nominal Distribusi (Rp)
Bulan Tahun Bulan Tahun Nominal (Rp) PP (10%) PD (40%) PC (50%) Nama PC Tanggal Transfer
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
………………………………………………, ………………………
Catt : Terlampir bukti setor ke rekening Pengurus Pusat dan masing-masing Pengurus Cabang Ketua PD IAI ……………………………
PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
7
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memperhatikan Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 05
sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan.
MEMUTUSKAN
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
1
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Mutasi Anggota ini merupakan pedoman dan
aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di Indonesia.
Ketiga : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya
PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota Ikatan Apoteker Indonesia.
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA
A. KETENTUAN UMUM
1. Mutasi anggota adalah perpindahan keanggotaan dari suatu cabang asal ke cabang
tujuan, baik dalam satu wilayah propinsi (Daerah) maupun ke propinsi lain (antar
Daerah).
2. Surat Pengantar Mutasi Anggota adalah surat yang dikeluarkan oleh Pengurus
Cabang/Daerah asal yang ditujukan kepada Pengurus Cabang/Daerah tujuan.
5. Surat Pengantar Mutasi Anggota berlaku selama 30 (tiga puluh hari) hari sejak
tanggal dikeluarkan.
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
3
2. Pengurus Cabang memberikan surat pengantar permohonan mutasi yang ditujukan
kepada Pengurus Daerah setempat.
3. Pengurus Daerah setempat selanjutnya membuat surat pengantar mutasi antar
propinsi yang ditujukan kepada Pengurus Daerah tujuan dan ditembuskan kepada
Pengurus Pusat sebagai laporan.
4. Surat pengantar mutasi sebagaimana dimaksud pada poin 3 diatas, selain diberikan
dalam bentuk hard copy kepada pemohon, juga dikirimkan soft copy nya kepada
Pengurus Daerah tujuan melalui email sebagai konfirmasi.
5. Pengurus Daerah tujuan membuat surat pengantar mutasi kepada Pengurus
Cabang yang dituju.
PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Hal 2 of 2
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
4
Lampiran. PO.004 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota
Handphone
Email
Kab/Kota Tujuan
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku ( 3 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (3 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (3 rangkap)
4. Fotokopi SIPA bagi yang masih praktek kefarmasian
5. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (3 rangkap)
…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
……………………………………………………………
Keterangan :
1 rangkap untuk arsip PC IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PC IAI tujuan
1 rangkap untuk arsip PD IAI setempat
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
5
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN MUTASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
…………………………………………., …………………..
Petugas,
……………………………………………………………
Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
2
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
6
Lampiran. PO.00 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota
Handphone
Email
Provinsi Tujuan
Kab/Kota Tujuan
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku (5 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (5 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (5 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (5 rangkap)
…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
……………………………………………………………
Keterangan :
1 rangkap untuk arsip PC IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PD IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PD IAI tujuan
1 rangkap untuk arsip PP IAI
1 rangkap untuk arsip PC IAI tujuan
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
7
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN MUTASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)
…………………………………………., …………………..
Petugas,
……………………………………………………………
Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………….
2
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
8
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.00 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang
Mutasi Anggota.
Mutasi ke Kabupaten /Kota dalam satu Propinsi
CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PC IAI setempat ke PC IAI tujuan
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………
Di
Tempat
............................... ...................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Tembusan disampaikan kepada :
1. Yth. Ketua PD IAI ……………………………………………..
2. Arsip
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
9
Lampiran Keputusan Pengurus Pusa Nomor : PO.004 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi
Tentang Mutasi Anggota.
Kepada Yth.
Ketua PD IAI ……………………………………………
Di
Tempat
........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
10
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.004 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
Kepada Yth.
Ketua PD IAI ……………………………………………
Di
Tempat
........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
11
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.00 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………
Di
Tempat
........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
12
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
TATA CARA PENGAJUAN PENILAIAN DAN PENGAKUAN SATUAN KREDIT
PARTISIPASI (SKP)
PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN APOTEKER BERKELANJUTAN
(P2AB)
IKATAN APOTEKER INDONESIA
1 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
3. Peraturan Organisasi Nomor: 009 / PP.IAI / 1418 / V / 2015 tentang
Tata Kelola Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor: PO. 001 / PP.IAI / 1418 / IX / 2016
tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Dewan Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia.
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 05
sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.
PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi
Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan
Pengakuan Satuan Kredit Partisipasi (SKP) Program
Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB)
Ikatan Apoteker Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.
KETIGA : Pada saat keputusan ini mulai berlaku, semua peraturan dan keputusan
yang mengatur mengenai Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan
Pengakuan Satuan Kredit Partisipasi (SKP) Program Pengembangan
Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) Ikatan Apoteker Indonesia
dinyatakan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Organisasi ini.
2 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki
apabila terdapat kekeliruan.
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
3 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan Pengakuan Satuan Kredit Partisipasi (SKP)
Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) Ikatan Apoteker
Indonesia
PETUNJUK TEKNIS
TATA CARA PENGAJUAN PENILAIAN DAN PENGAKUAN SATUAN KREDIT
PARTISIPASI (SKP) PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN APOTEKER
BERKELANJUTAN (P2AB)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
2. Pengurus Daerah adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia.
3. Pengurus Cabang adalah Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia.
4. Himpunan Seminat Daerah adalah Himpunan Seminat PD IAI.
5. Badan adalah Badan Sertifikasi Profesi yang dibentuk dan ditetapkan oleh
Pengurus Pusat dan salah satu tugasnya untuk menilai dan menetapkan SKP
Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB)sesuai
kewenangannya.
6. Tim adalah Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Profesi Apoteker yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Pengurus Daerah dan salah satu tugasnya untuk menilai dan
menetapkan SKP Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan
(P2AB)sesuai kewenangannya.
7. Satuan Kredit Partisipasi adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau
akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Apoteker dalam
rangka resertifikasi.
8. Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) adalah
serangkaian upaya sistematis pembelajaran seumur hidup untuk meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi apoteker.
9. Seminar dalam bidang kefarmasian/kesehatan adalah merupakan satu metode
belajar di mana para peserta dilatih saling bekerja sama dengan berfikir dan
berpendapat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga
tercapai suatu kesimpulan/pendapat bersama.
4 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
10. Workshop/Lokakarya adalah suatu pertemuan ilmiah dalam rangka pengembangan
atau saling tukar informasi ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian/kesehatan.
11. Kursus atau pelatihan adalah kegiatan peningkatan ketrampilan praktek / kerja di
bidang kefarmasian/kesehatan.
12. Tinjauan kasus adalah diskusi kelompok yang diikuti minimal 5 (lima) orang
peserta, yang membahas topik praktek/kerja kefarmasian dan etika profesi.
13. Kajian peer review adalah diskusi kelompok yang diikuti minimal 3 (tiga) orang
peserta, yang membahas persoalan/problem yang sama atas suatu kasus
penggunaan obat tertentu untuk mendapat kesimpulan yang komprehensif.
14. Diskusi dengan pakar adalah diskusi kelompok yang diikuti minimal 5 (lima) orang
peserta dengan mengundang pakar kesehatan/kefarmasian terkait dengan hal-hal
yang dihadapi di lapangan.
15. Sertifikat adalah bukti tertulis yang diterima oleh narasumber/moderator/
peserta/fasilitator/panitia setelah mengikuti kegiatan yang dikeluarkan oleh
penyelenggara.
16. Surat Keputusan adalah surat keputusan penilaian dan pengakuan Satuan Kredit
Partisipasi (SKP) terhadap Kegiatan Ilmiah yang dikeluarkan Pengurus Pusat atau
Pengurus Daerah.
BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Tujuan
Pasal 2
Petunjuk teknis ini bertujuan sebagai:
1. Pedoman bagi penyelenggara kegiatan dalam rangka Program Pengembangan
Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) dalam pengajuan Satuan Kredit
Partisipasi (SKP) ke pengurus pusat atau pengurus daerah.
2. Pendelegasian wewenang untuk pemberian SKP untuk beberapa kegiatan dari
Pengurus Pusat kepada Pengurus Daerah.
3. Pedoman bagi pengurus pusat dan pengurus daerah dalam penetapan nilai Satuan
Kredit Partisipasi (SKP) yang diajukan penyelenggara kegiatan Program
Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB).
5 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Ruang lingkup
Pasal 3
Ruang lingkup petunjuk teknis ini meliputi jenis dan kriteria kegiatan, rincian SKP,
kewenangan, biaya pengurusan, tata cara pengajuan SKP, laporan dan penutup.
BAB III
JENIS DAN KRITERIA KEGIATAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
APOTEKER BERKELANJUTAN
Jenis kegiatan
Pasal 4
Jenis kegiatan yang diatur dalam petunjuk teknis ini meliputi:
1. Seminar/Simposium/Lokakarya.
2. Workshop.
3. Kursus/Pelatihan.
4. Tinjauan kasus.
5. Kajian Peer Review.
6. Diskusi dengan pakar.
7. Bakti Sosial.
8. Penyuluhan.
Kriteria kegiatan
Pasal 5
Untuk kegiatan seminar, simposium, lokakarya, workshop, kursus dan pelatihan
memiliki kriteria:
1. Tingkat daerah, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diselenggarakan oleh IAI, atau perguruan tinggi yang telah memiliki MoU
dengan IAI
b. Lembaga lain selain IAI, atau perguruan tinggi sebagai penyelenggara kegiatan
harus bekerja sama dengan Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang IAI.
2. Tingkat nasional, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diselenggarakan oleh IAI, atau perguruan tinggi yang telah memiliki MoU
dengan IAI
6 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
b. Lembaga lain selain IAI, atau perguruan tinggi sebagai penyelenggara kegiatan
harus bekerja sama dengan Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang.
c. Panitia Pengarah terdiri dari para pakar
d. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Indonesia
e. Pemakalah berasal dari lingkup minimal nasional
f. Peserta diaharapkan dari lingkup nasional
3. Tingkat internasional, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diselenggarakan oleh IAI, atau perguruan tinggi yang telah memiliki MoU
dengan IAI
b. Lembaga lain selain IAI, atau perguruan tinggi sebagai penyelenggara kegiatan
harus bekerja sama dengan Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang.
c. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa resmi PBB (Inggris, Perancis,
China, Arab, Rusia)
d. Pemakalah dan peserta berasal dari minimal dari tiga negara
BAB IV
SATUAN KREDIT PARTISIPASI
SEMINAR/SIMPOSIUM/LOKAKARYA
PENERIMA SKP
TINGKAT
TINGKAT DAERAH TINGKAT NASIONAL
INTERNASIONAL
Peserta 1 SKP per 2-3 jam 1 SKP per 2-3 jam 1,5 SKP per 2-3 jam
Narasumber 3 SKP 3 SKP 4,5 SKP
Moderator 1 SKP 1 SKP 1,5 SKP
Panitia 1 SKP 1 SKP 1,5 SKP
7 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
(2) Nilai SKP untuk kegiatan workshop memenuhi ketentuan pada tabel berikut ini:
WORKSHOP
PENERIMA SKP
TINGKAT
TINGKAT DAERAH TINGKAT NASIONAL
INTERNASIONAL
Peserta 1,5 SKP per 2-3 jam 1,5 SKP per 2-3 jam 2,5 SKP per 2-3 jam
Narasumber 4,5 SKP 4,5 SKP 6,5 SKP
Fasilitator 3 SKP 3 SKP 4,5 SKP
Panitia 1,5 SKP 1,5 SKP 2,5 SKP
(3) Nilai SKP untuk kegiatan kursus atau pelatihan memenuhi ketentuan pada tabel
berikut ini:
KURSUS/PELATIHAN
PENERIMA SKP
TINGKAT
TINGKAT DAERAH TINGKAT NASIONAL
INTERNASIONAL
Peserta 1 SKP per 1 jam 1 SKP per 1 jam 1,5 SKP per 1 jam
Narasumber 6 SKP 6 SKP 9 SKP
Instruktur/
3 SKP 3 SKP 4,5 SKP
Fasilitator
Panitia 2 SKP 2 SKP 3 SKP
(4) Nilai SKP untuk kegiatan seminar, simposium dan lokakarya yang merupakan
bagian dari Kongres, Rapat Kerja Nasional, Konferensi Daerah, Rapat Kerja
Daerah, Konferensi Cabang dan Rapat Kerja Cabang memenuhi ketentuan pada
tabel berikut ini:
8 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
SEMINAR/SIMPOSIUM/LOKAKARYA INTERNASIONAL
PENERIMA SKP KONFERENSI KONFERENSI
KONGRES, RAPAT
DAERAH, RAPAT CABANG, RAPAT
KERJA NASIONAL
KERJA DAERAH KERJA CABANG
12 SKP/KEGIATAN
Terdiri dari : 8 SKP
Peserta 25 SKP/KEGIATAN 12 SKP/KEGIATAN
Pembelajaran 4 SKP
Pengabdian
Narasumber 4,5 SKP 4,5 SKP 4,5 SKP
Moderator 1,5 SKP 1,5 SKP 1,5 SKP
Panitia 1,5 SKP 1,5 SKP 1,5 SKP
9 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Kegiatan tinjauan kasus, kajian per review dan diskusi dengan pakar
Pasal 7
(1) Nilai SKP untuk kegiatan tinjauan kasus adalah 2 (dua ) SKP untuk setiap 4 jam
diskusi.
(2) Nilai SKP untuk kajian peer review adalah 3 (tiga) SKP untuk pembicara, dan 2
(dua) SKP untuk peserta untuk setiap review.
(3) Nilai SKP untuk diskusi kasus dengan pakar adalah 3 (tiga) SKP untuk pembicara,
dan 2 (dua) SKP untuk peserta untuk setiap kasus.
BAB V
PENILAIAN DAN PENGAKUAN SKP
10 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Kewenangan
Pasal 10
(1) Badan memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian dan pengakuan SKP
kegiatan meliputi Seminar, Simposium, Lokakarya, Workshop, Kursus dan
Pelatihan tingkat internasional.
(2) Tim memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian dan pengakuan SKP
kegiatan meliputi Seminar, Simposium, Lokakarya, Workshop, Kursus dan
Pelatihan tingkat nasional dan daerah serta penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
tinjauan kasus, kajian peer review, diskusi dengan pakar, bakti sosial dan
penyuluhan.
BAB VI
BIAYA PENILAIAN DAN PENGAKUAN SKP
Pasal 12
(1) Setiap penilaian dan pengakuan SKP dikenakan biaya, kecuali:
a. Kegiatan seminar/simposium/lokakarya, workshop dan kursus/pelatihan yang
diselenggarakan oleh Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan Perguruan
Tinggi Farmasi yang tidak memungut biaya dari peserta.
11 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
b. Kegiatan seminar/simposium/lokakarya, workshop dan kursus/pelatihan yang
diselenggarakan sendiri oleh pengurus daerah.s
c. Tinjauan kasus.
d. Kajian peer review.
e. Diskusi dengan pakar.
f. Bakti Sosial.
g. Penyuluhan
(2) Biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan pembelajaran meliputi Seminar,
Simposium, Lokakarya, Workshop, Kursus dan Pelatihan adalah sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
(3) Contoh penilaian dan pengakuan SKP kegiatan ilmiah seminar terlampir.
12 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
BAB VII
TATA CARA PENGAJUAN, PENILAIAN DAN PENGAKUAN SKP
13 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Tinjauan Kasus, Kajian Peer Review dan Diskusi dengan Pakar
Pasal 14
Tata cara pengajuan penilaian dan pengakuan SKP kegiatan tinjauan kasus, Kajian peer
review dan diskusi dengan pakar adalah sebagai berikut:
1. Pemohon mengajukan permohonan ke pengurus cabang setempat untuk
diteruskan ke Pengurus Daerah setempat dengan melampirkan: Topik yang akan
dibahas, daftar peserta diskusi yang dilengkapi dengan no.anggota serta waktu
dan lokasi penyelenggaraan tinjauan kasus, Kajian peer review dan diskusi dengan
pakar.
2. Tim/Pengurus Daerah setempat melakukan verifikasi permohonan dan apabila
sudah memenuhi persyaratan dilanjutkan dengan penilaian dan penetapan SKP
untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk surat keputusan.
3. Pengurus Daerah setempat menyampaikan surat keputusan kepada pemohon
melalui pengurus cabang setempat.
14 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
b. Tim/Pengurus daerah setempat melakukan verifikasi permohonan dan apabila
sudah memenuhi persyaratan dilanjutkan dengan penilaian dan penetapan
SKP untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk surat keputusan.
c. Pengurus Daerah setempat menyampaikan surat keputusan kepada pemohon
melalui pengurus cabang setempat.
Pasal 16
Sertifikat
15 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
tidak perlu dibuatkan sertifikat. Bila dibuatkan sertifikat, maka sertifikat tersebut
ditandatangani oleh Ketua Cabang dan Penyelenggara.
BAB VIII
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN APOTEKER BERKELANJUTAN
Pasal 17
(1) Panitia/penyelenggara kegiatan seminar/simposium/lokakarya, workshop,
kursus/pelatihan tingkat daerah dan nasional wajib melaporkan pelaksanaan
kegiatan kepada pengurus daerah, sedangkan panitia/penyelenggara kegiatan
tingkat internasional wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada pengurus
pusat melalui pengurus daerah setempat.
(2) Laporan diserahkan dalam bentuk softcopy, meliputi:
a. Materi narasumber untuk kegiatan seminar/simposium/lokakarya/pelatihan.
b. Presensi peserta.
c. Data penerima SKP:
Nama Peserta
No. KTA (bagi anggota)
Status (Peserta/Narasumber/Moderator/Assessor/Panitia)
Tempat / tanggal lahir
Alamat
Pekerjaan/Praktek
Alamat tempat kerja / praktek d. Dokumentasi kegiatan
(3) Anggota yang melakukan kegiatan tinjauan kasus, Kajian peer review dan diskusi
dengan pakar wajib membuat laporan kepada pengurus daerah melalui pengurus
cabang dengan melampirkan:
Presensi kegiatan
Notulensi kegiatan
Laporan kegiatan menggunakan formulir laporan yang tersedia.
(4) Anggota yang melakukan kegiatan bakti sosial wajib membuat laporan kepada
pengurus daerah melalui pengurus cabang dengan melampirkan:
Presensi kegiatan
Dokumentasi/foto kegiatan
16 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Laporan kegiatan menggunakan formulir laporan yang tersedia.
(5) Anggota yang melakukan kegiatan penyuluhan wajib membuat laporan kepada
pengurus daerah melalui pengurus cabang dengan melampirkan:
Presensi kegiatan
Materi yang disuluhkan
Dokumentasi/foto kegiatan
Laporan kegiatan menggunakan formulir laporan yang tersedia.
Pasal 18
(1) Pengurus Daerah wajib melaporkan pelaksanaan penerbitan Surat Keputusan
kegiatan seminar/simposium/lokakarya, workshop, kursus/pelatihan tingkat daerah
dan nasional kepada Pengurus Pusat.
(2) Laporan diserahkan dalam bentuk softcopy dengan menggunakan form yang telah
ditentukan dengan melampirkan:
Surat Keputusan Penetapan SKP
Proposal kegiatan
Laporan kegiatan
17 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran:
Contoh penilaian dan pengakuan SKP kegiatan seminar tingkat daerah atau nasional
Maka panitia penyelenggara membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
ilmiah seminar sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) untuk kegiatan tersebut
kepada pengurus daerah.
Penyelenggara kegiatan: bukan/di luar Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan
Perguruan Tinggi Farmasi
Maka panitia penyelenggara membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
ilmiah seminar sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) untuk kegiatan tersebut
kepada pengurus daerah.
18 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Tabel hasil penilaian dan pengakuan SKP
Maka panitia penyelenggara membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
ilmiah seminar sebesar Rp. 900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) untuk kegiatan
tersebut kepada pengurus pusat.
Tabel hasil penilaian dan pengakuan SKP Penyelenggara kegiatan : bukan/di luar
Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan Perguruan Tinggi Farmasi.
Maka panitia penyelenggara membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
ilmiah seminar sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) untuk kegiatan
tersebut kepada pengurus pusat.
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
19 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
KREDENSIAL APOTEKER
IKATAN APOTEKER INDONESIA
1 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
MEMUTUSKAN
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
2 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia
KREDENSIAL APOTEKER
IKATAN APOTEKER INDONESIA
A. KETENTUAN UMUM
1. Praktik/Pekerjaan Kefarmasian, yang selanjutnya disebut Praktik Apoteker adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
2. Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan
kepada apoteker untuk dapat melaksanakan praktik apoteker.
3. Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Komite Farmasi Nasional (KFN/Konsil) atas nama Menteri kepada
Apoteker yang telah diregistrasi.
4. Sertifikat Profesi selanjutnya disingkat Serpro adalah surat tanda pengakuan untuk
melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
5. Sertifikat Kompetensi selanjutnya disingkat Serkom adalah surat tanda pengakuan
terhadap Kompetensi Tenaga Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh
Indonesia setelah lulus uji Kompetensi.
6. Apoteker adalah apoteker dan apoteker spesialis di rumah sakit.
7. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap apoteker untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan profesi, yang bermaksud mempertahankan kompetensi suatu
profesi.
8. Kredensial Apoteker adalah sertifikat, surat, atau pernyataan yang menyatakan
kemampuan seseorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian yang dapat
memberikan jaminan kepercayaan atau kerahasiaan.
9. Kewenangan farmasi klinis (clinical pharmacies privilege) adalah hak khusus seorang
apoteker untuk melakukan sekelompok pelayanan farmasi klinis tertentu pada fasilitas
kefarmasian tertentu untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan kefarmasian klinis (clinical pharmacies appointment).
10. Penugasan farmasi klinis (clinical pharmacies appointment) adalah penugasan oleh
pimpinan fasilitas kesehatan kepada seorang apoteker untuk melakukan sekelompok
pelayanan farmasi klinis fasilitas kesehatan tersebut tersebut berdasarkan daftar
kewenangan farmasi klinis yang telah ditetapkan baginya.
11. Audit farmasi klinis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
farmasi klinis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam pengobatan
pasien (Patien Medication Record/PMR) yang dilaksanakan oleh profesi apoteker.
12. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok apoteker dengan reputasi dan
kompetensi profesi farmasi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi apoteker.
13. Pengurus adalah pengurus Ikatan Apoteker Indonesia baik tingkat Pusat, Daerah
maupun Cabang.
14. Pengurus Daerah adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia yang
disingkat PD IAI diikuti nama provinsi kepengurusan.
3 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
B. TUJUAN KREDENSIAL APOTEKER
Tujuan Kredensial adalah untuk memberikan pengakuan kepada setiap apoteker yang akan
melakukan pelayanan farmasi klinis adalah tenaga profesional dan kredibel sehingga dapat
melindungi keselamatan pasien.
4 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
F. PENUTUP
1. Hal-hal lebih teknis dalam penyelenggaraan kredensial apoteker, Pengurus Pusat IAI
akan menyusun Pedoman dan Teknis pelaksanaan Kredensial Apoteker di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
2. Pengurus Pusat IAI menyelenggarakan Trainning of Trainer (TOT) kredensialing.
3. Pengurus Daerah IAI (PD IAI) agar membentuk Tim Mitra Bestari tingkat daerah
masing-masing.
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
5 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia
DATA ASESI
NAMA :
NIP :
UNIT KERJA :
Kelengkapan
No Format/Instrumen Keterangan
Ya Tidak
a. Identitas Nakes
b. IdentitasTim Kredensialing
..................... ,………/……………/..2017
Mitra Bestari
( ......................................... )
6 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
FORM. 1
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia
............... ,………../………../20
Apoteker
(…………………………………)
7 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
FORM. 2
A. IDENTITAS APOTEKER
Bidang praktik :…………………..
Nama Pemohon : ..............................................................................
NIP : ..............................................................................
Alamat : ......................................................................................
Telepon : ......................................... HP ......................................
Email : .......................................................................................
B. STATUS REGISTRASI
Nomor Registrasi : ............................................................................
Nomor Ijazah : ............................................................................
Nama Institusi Pendidikan : ............................................................................
Tanggal Lulus : ............................................................................
Kualifikasi Pendidikan : S1 / S2 / S2 ............ (coret yang tidakperlu)
Penjenjangan Karir : ............................................ (coret yang tidakperlu)
Nomor sertifikat kompetensi : ............................................................................
Masaberlakusampai : ........./........../........... (tanggal/bulan/tahun)
C. STATUS KREDENSIALING YANG DIUSULKAN (Berikancek list pada salah satu kotak)
Baru
Kenaikan tingkat
Pemulihan Kewenangan
Rekredensial
D. PRASYARAT KREDENSIALING
a. Apakah anda pernah dilakukan kredensialing sebelumnya ? Jika Ya, tuliskan
Kapan dilakukannya kredensialing terakhir.
Ya Tidak
................................................................................................................
8 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
c. Apakah kewenangan klinis anda pernah :
Dikurangi Ya Tidak
Dibekukan Ya Tidak
Dicabut Ya Tidak
Jika Ya, tuliskan kapan hal tersebut terjadi.
................................................................................................................
d. Apakah anda pernah terlibat dalam persidangan perdata ataupun pidana terkait
kewenangan klinis yang anda miliki? Jika Ya, tuliskan kapanhal tersebut terjadi.
Ya Tidak
..................................................................................................................
9 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
E. PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala hal yang tertulis di dalam dokumen ini adalah
benar adanya. Apabila di kemudian hari terbukti ada hal yang tidak benar maka
saya bersedia menanggung segala konsekuensi sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku.
TandaTangan : ............................................................................
NamaJelas ........................................................................ (Tulisdenganhurufcetak)
Tanggal : ......... / .......... / .......... (Tanggal / Bulan / Tahun)
10 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia
PENILAIAN MANDIRI
1) Nilai 1 : Tidak disetujui karena tidak kompeten atau bukan kewenangannya
Tingkat kemampuan = tingkat 1
2) Nilai 2 : Disetujui untuk melakukan di bawah supervisi
Tingkat kemampuan = tingkat 2
3) Nilai 3 : Disetujui berwenang penuh / melakukan secara mandiri
Tingkat kemampuan = tingkat 3 atau 4
TINGKAT KEMAMPUAN
Tingkat Kemampuan Apoteker Dalam Pelaksanaan Praktik Pelayanan Farmasi
1) Tingkat 1 : Pemahaman
Lulusan apoteker memiliki pengetahuan teoritis, mampu mendeskripsikan dan
menjelaskan mengenai pelayanan farmasi di .......................
11 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
HASIL KREDENSIAL
Adapun rincian untuk prosedur/tindakan Apoteker secara mandiri adalah sebagai berikut :
Penilaian
Penilaian Assesor
Parameter
Mandiri Tingkat Hasil
Kemampuan Kredensial
Kemampuan Dasar
Peraturan Perundangan/Kebijakan/SPO
Etika Keprofesian
Kemampuan Komunikasi
Pengelolaan
Pemilihan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Perencanaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pengadaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penerimaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penyimpanan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Distribusi Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pemusnahan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pengendalian Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Manajemen Risiko Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Formulasi dan memproduksi sediaan farmasi
Pelarutan Obat Suntik non Kanker
Pelayanan Obat Sitostatika
Pelayanan Obat Steril
Pelayanan Farmasi Klinik
Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pemberian/penyerahan dan Edukasi Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat
Rekonsiliasi Obat
Pelayanan Informasi Obat
a) Pelayanan Informasi Obat Tenaga Kesehatan
b) Pelayanan Informasi Obat Pasien/Keluarga
Visite
Pemantauan Terapi Obat
a) Monitoring Efek Terapi
b) Monitoring Efek Samping Obat
c) Monitoring kadar obat dalam darah
Evaluasi Penggunaan Obat
Pengembangan Farmasi
Sistem pelayanan kefarmasian yang mengandung nilai
pengembangan
12 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia
REKOMENDASI ASSESOR
Disetujui
Parameter Disetujui dengan Tidak Disetujui
Catatan
Kemampuan Dasar
Peraturan Perundangan/Kebijakan/SPO
Etika Keprofesian
Kemampuan Komunikasi
Pengelolaan
Pemilihan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Perencanaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pengadaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penerimaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penyimpanan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Distribusi Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pemusnahan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pengendalian Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Manajemen Risiko Sediaan Farmasi, alkes dan
BMHP
Formulasi dan memproduksi sediaan farmasi
Pelarutan Obat Suntik non Kanker
Pelayanan Obat Sitostatika
Pelayanan Obat Steril
Pengembangan Farmasi
Sistem pelayanan kefarmasian yang mengandung
nilai pengembangan
13 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia
DAFTAR ASSESOR
No. Nama dan Gelar Spesialisasi Tanda Tangan
1.
2.
3.
Demikianlah rincian kewenangan klinis ini ditetapkan dengan ber-orientasi pada pedoman
kompetensi apoteker IKATAN APOTEKER INDONESIA dan mempertimbangkan situasi serta
kondisi fasilitas .................................. Kewenangan klinis apoteker ini secara berkala akan di
evaluasi dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kefarmasian.
Ditetapkan di : ........................................
Disetujui : Tanggal………………………….
Mengetahui
Pimpinan Fasilitas ........ Pengurus Daerah IAI .............................
14 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia
Elemen Penilaian
Kemampuan Dasar
UU no 36 th 2009
UU no. 35 th 2009
UU no. 44 th 2009
UU no. 5 th 1997
UU no. 8 th 1999
PP no 72 th 1998
PP no 51 th 2009
Peraturan Perundangan/Kebijakan/SPO
Perpres no. 4 th 2015
PMK no. 889 th 2011
PMK no 56 th 2014
PMK no. 58 th 2014
PMK no. 98 th 2015
Kebijakan RS
Pedoman dan SPO
Sumpah Apoteker
Etika Keprofesian Kode Etik Apoteker Indonesia
Melaksanakan komunikasi dengan pasien
Melaksanakan komunikasi dengan Tenaga
Kemampuan Komunikasi Kesehatan
Keterlibatan dalam tim pelayanan kesehatan
Pengelolaan
Pemilihan dalam FORNAS/Kompedium Alat
Pemilihan Sediaan Farmasi, alkes dan
Kesehatan
BMHP
Pemilihan dalam Formularium RS
Perencanaan Sediaan Farmasi, alkes dan Membuat rencana kebutuhan dengan metode
BMHP Konsumsi, pola penyakit, Pareto/analisis ABC
Proses Pengadaan
Pengadaan Sediaan Farmasi, alkes dan
Pemilihan penyedia
BMHP
Melakukan administrasi pengadaan
Proses Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi, alkes dan Mengevaluasi kualitas fisik barang (sesuai
BMHP protap)
Mencatat dalam buku penerimaan/kartu stok
Proses penyimpanan sesuai kriteria (stabilitas,
bentuk sediaan, kelas terapi, dan keamanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi, alkes dan perbekalan farmasi tertentu)
BMHP Membuat dokumentasi
Distribusi Sediaan Farmasi, alkes dan Sistem distribusi di RS
BMHP
Pemusnahan Sediaan Farmasi, alkes dan Proses pemusnahan sediaan farmasi, alkes, dan
BMHP BMHP
Penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan Proses penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan
BMHP BMHP
Pengendalian Sediaan Farmasi, alkes dan Proses pengendalian mutu dan biaya Sediaan
BMHP Farmasi, alkes dan BMHP
Manajemen Risiko Sediaan Farmasi, alkes Identifikasi risiko pelayanan farmasi (FMEA)
dan BMHP Melakukan analisis akar masalah (RCA)
Formulasi dan memproduksi sediaan Proses formulasi dan memproduksi sediaan
farmasi farmasi skala RS
Syarat fasilitas pelayanan obat suntik non
Pelayanan Obat Suntik non Kanker kanker
Proses i.v. admixture
15 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Syarat fasilitas pelayanan obat sitostatika
Menghitung dosis sitostatika
Melarutkan dengan pelartu yg sesuai
Pelayanan Obat Sitostatika Mencampur sediaan sesuai protocol kemoterapi
Pengemasan
Penanganan tumpahan sitostatika
Penanganan limbah sesuai prosedur
Menghitung kebutuhan
Pelayanan Nutrisi Parenteral Mencampur sediaan
Pengemasan
Pelayanan Farmasi Klinik
Skrining administrasi
Skrining farmasetis
Pengkajian dan Pelayanan Resep
Skrining klinis
16 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia
Pengelolaan
Pemilihan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Perencanaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Pengadaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √
Penerimaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Penyimpanan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √
Distribusi Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Pemusnahan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √
Penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Pengendalian Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Manajemen Risiko Sediaan Farmasi, alkes dan
BMHP √ √ √ √ √
Formulasi dan memproduksi sediaan farmasi √
Pelarutan Obat Suntik non Kanker √ √ √
Pelayanan Obat Sitostatika √ √
Pelayanan Obat Steril √
Pengembangan Farmasi
Sistem pelayanan kefarmasian yang mengandung
nilai pengembangan √ √ √ √ √
17 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
Tentang
TENTANG
IAI AWARD
IKATAN APOTEKER INDONESIA
MEMUTUSKAN
1 PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
Pertama : Peraturan Organisasi tentang IAI Award ini merupakan pedoman dan
aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di Indonesia.
Kedua : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
2 PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017 Peraturan Organisasi Tentang IAI Award
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IAI AWARD
A. KETENTUAN UMUM
1. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dapat memberikan penghargaan khusus
dengan nama IAI Award yang diberikan kepada pihak-pihak yang dinilai layak
menerimanya dalam berbagai bidang terkait profesi di lingkungan IAI,
minimal yang berskala nasional.
3. Ikatan Apoteker Indonesia Award (IAI Award) dapat diberikan kepada pihak
pihak yang dinilai layak menerimanya, yaitu:
a. Bidang-Bidang Peminatan Profesi Farmasi, antara lain:
1) Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (HISFARMA);
2) Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit (HISFARSI);
3) Himpunan Seminat Farmasi Distribusi (HISFARDIS);
4) Himpunan Seminat Farmasi Industrisi (HISFARIN);
5) Himpunan Apoteker Seminat Tradisonal (HIMASTRA);
6) Himpunan Apoteker Seminat Kosmetik (HIASKOS);
7) Himpunan Seminat Farmasi Kesehatan Masyarakat (HISFARKESMAS);
8) IYPG (Indonesia Young Pharmacyst Group)
6. Ikatan Apoteker Indonesia Award bisa diberikan kepada lebih dari satu orang
dan bila dalam penjaringan tidak ada yang memenuhi kriteria maka, IAI
Award tidak dapat diberikan.
3 PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
7. Penghargaan yang diberikan berupa Medali Emas dan bentuk lain yang
ditentukan oleh PP IAI.
8. Penghargaan diberikan kepada anggota yang masih hidup atau yang telah
meninggal dunia dengan diwakilkan kepada ahli waris.
Ditetapkan di : Tanggerang
Pada tanggal : 06 September 2017
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
4 PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor: PO.008 /PP.IAI/1418/IX/2017
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Memutuskan
1 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Himpunan Seminat ini merupakan
pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di
Indonesia
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
2 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
A. KETENTUAN UMUM
1. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Himpunan seminat adalah organ otonom dalam organisasi Ikatan Apoteker Indonesia
(IAI) yang berfungsi mengorganisir pelaksanaan pengabdian profesi berdasarkan jenis
praktik kefarmasian (seminat), yang bertanggung jawab kepada kepengurusan IAI
sesuai tingkatannya.
3 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
2. Jenis himpunan seminat baru yang ditetapkan dengan peraturan organisasi ini adalah
Himpunan Seminat Farmasi Kesehatan Masyarakat (HISFARKESMAS).
9. Penyebutan nama h impunan seminat adalah nama himpunan seminat diikuti nama
Pengurus Pusat IAI atau Pengurus Daerah IAI dan nama Propinsinya.
1. Ketua pengurus himpunan seminat di tingkat Pengurus Pusat dan di tingkat Pengurus
Daerah dipilih oleh anggota himpunan seminatnya secara periodik, 4 (empat) tahun
sekali.
4 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
E. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB HIMPUNAN SEMINAT
1. Pengurus Himpunan Seminat di tingkat pusat memberikan laporan setiap 1 (satu)
tahun sekali kepada Pengurus Pusat IAI.
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
5 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 009/PP.IAI/1418/IX/2017
TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENERIMAAN PENGADUAN PELANGGARAN
KODE ETIK APOTEKER DAN PEDOMAN DISIPLIN
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Menimbang : a. Bahwa Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat telah
melaksanakan Lokakarya Penanganan Pengaduan Pelanggaran
Kode Etik Apoteker dan Pedoman Disiplin Ikatan Apoteker
Indonesia pada tanggal 21-22 Juli 2017 di Hotel Millenium Jakarta.
b. Bahwa hasil Lokakarya sebagaimana dimaksud pada butir a telah
dibahas kembali dalam forum Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker
Indonesia tahun 2017 untuk ditetapkan sebagai Peraturan
Organisasi.
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan
Surat Keputusan tentang Peraturan Standar Prosedur Operasional
Penerimaan Pengaduan Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Disiplin.
Mengingat : 1. Pasal 28 Pasal (3) huruf a, Pasal 28 ayat (3) huruf b, Pasal 28 ayat
(3) huruf c dan Pasal 28 ayat (4) Anggaran Dasar Ikatan Apoteker
Indonesia;
2. Pasal 44 ayat (1) huruf m point i, Anggaran Rumah Tangga Ikatan
Apoteker Indonesia;
3. Pasal 51 ayat (1) huruf j, Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor: PO.004/PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang
Peraturan Organisasi Tentang Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia;
5. Peraturan Organisasi Nomor: 008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tugas
dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
1 PO. 009/PP.IAI/1418/IX/2017
Memperhatikan : 1. Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
pada tanggal 05 sampai 06 September 2017 di
Tangerang Selatan
2. Hasil Lokakarya Penanganan Pengaduan Pelanggaran
Kode Etik Apoteker dan Pedoman Disiplin Ikatan
Apoteker Indonesia pada tanggal 21-22 Juli 2017 di
Hotel Millenium Jakarta
MEMUTUSKAN
PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
2 PO. 009/PP.IAI/1418/IX/2017
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL: Halaman 1 dari 1
MEDAI DAERAH PD IAI PENERIMAAN PENGADUAN No.:SPO/MEDAI D/01
………………………. PELANGGARAN KODE ETIK & PEDOMAN Tanggal berlaku :
DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :
I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengaduan yang disampaikan oleh
pengadu diterima dengan baik beserta seluruh dokumen yang diterima sudah sesuai dengan
ketentuan dengan tatalaksana penanganan pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau Kode
Etik Apoteker Indonesia.
III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI atau anggota Medai D
yang didelegasikan oleh Ketua Medai Daerah IAI
IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Sekretaris MEDAI Daerah atau anggota Medai D yang
ditunjuk Ketua Medai Daerah
V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk menerima pengadu yang akan
menyampaikan dugaan / pengaduan terkait dengan dugaan pelanggaran Pedoman Disiplin
dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia menggunakan Form / MEDAI D/ 01)
5,2 Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk meneliti kesesuaian dan kejelasan identitas
pengadu dan identitas yang diadukan menggunakan Form / MEDAI D/ 01)
a Jika terdapat kesesuaian dan kejelasan identitas pengadu dan identitas teradu, Sekretaris
atau anggota Medai D yang ditunjuk mencatat identitas pengadu, identitas teradu, jenis
dugaan pelanggaran yang diadukan dan dokumen yang diterima menggunakan Form /
MEDAI D/ 01)
b Jika terdapat ketidaksesuaian dan kejelasan identitas teradu, Sekretaris atau anggota
Medai D yang ditunjuk meminta pengadu untuk melengkapi identitas teradu pelanggaran
Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia
5,3 Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk menyampaikan laporan penerimaan
pengaduan dugaan pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia
kepada Ketua MEDAI Daerah IAI
5,4 Ketua MEDAI Daerah IAI meminta Sekretaris atau anggota MEDAI Daerah IAI yang ditunjuk
mengundang Anggota MEDAI Daerah IAI untuk mengikuti rapat pembahasan terhadap
pengaduan dalam waktu paling lama 12 hari kerja
MEDAI DAERAH PD IAI
Halaman 1 dari 1
Tanggal
NAMA PENGADU
JABATAN / INSTANSI
NO.KTA IAI
ALAMAT
JABATAN / INSTANSI
KESIMPULAN
PERMASALAHAN YANG SEMENTARA
NO CATATAN PENERIMA
DILAPORKAN
MS TMS TB
1 LOKASI KEJADIAN :
2 PERISTIWA YANG DIALAMI :
Penerima Pengadu
( ) ( )
Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL:
MEDAI DAERAH PD IAI No.:SPO/MEDAI D/02
PENYELIDIKAN PELANGGARAN KODE
………………………. Tanggal berlaku :
ETIK &/ PEDOMAN DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :
I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses penyelidikan untuk penanganan
dugaan Pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI atau anggota Medai D
yang menerima pendelegasian Ketua Medai Daerah IAI
IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Penyelidik, yaitu Anggota MEDAI Daerah yang ditunjuk
Ketua Medai Daerah
V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk menyusun rencana berupa jadwal,
kebutuhan dokumen dan draft surat pemberitahuan kepada Penyelidik, Pengadu, Teradu,
dan atau Saksi terkait dugaan pelanggaran, Draft SK Ketua MEDAI D tentang Penyelidik,
kebutuhan sumber daya, dan berkonsultasi dan meminta persetujuan Ketua MEDAI D
5,2 Ketua Medai Daerah berkonsultasi dengan Anggota Medai lain untuk membahas penunjukan
Penyelidik dan proses penyelidikan terkait penanganan dugaan pelanggaran, untuk
mengupulkan fakta
5,3 Sekretaris menyampaikan undangan kepada kepada Penyelidik, Pengadu, Teradu, dan atau
Saksi terkait dugaan pelanggaran dan memastikan undangan diterima dan kesediaan hadir
dalam proses penyelidikan
5,4 Sekretaris menyampaikan permintaan khusus kepada pihak pengadu dan teradu untuk
membawa berkas /yang diperlukan untuk keperluan penyelidikan berupa Fotokopi KTA
IAI, STRA, SIP, SPO terkait permasalahan yang diadukan, dan dokumen lain yang
diperlukanj untuk bukti / pembelaan diri dalam penyelidikan
5,5 Penyelidik di dampingi Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk melakukan
penyelidikan dan merekan dan mencatat secara teliti menggunakan Form MEDAI D 02
5.6 Penyelidik dan Sekretaris menyusun laporan paling lambat 7 hari kaerja setelah hari
penyelidikan terakhir yang direncanakan, kepada Ketua Medai D dengan menyimpulkan
a, Penanganan dapat dilanjutkan dalam persidangan, atau
b, Penanganan tidak dapat dilanjutkan dan kasus dinyatakan ditutup, atau
c, Penanganan dilanjutkan dengan penambahan waktu penyelidikan
5.7 Jika hasil Penyelidikan "dapat dilanjutkan dalam persidangan" , lanjukan SPO No.:POB/
MEDAI D/02
Jika hasil Penyelidikan "tidak dapat dilanjutkan dalam persidangan" , Sekretaris anggota
Medai D menyiapkan rapat Medai D untuk mensahkan atau menolak hasil penyelidikan
Jika hasil Penyelidikan dsahkan, Sekretaris segera memberitahukan kepada para pihak
secara cukup
Jika hasil penyelidikan ditolak, Ketua Medai meminta Penyelidik melanjutkan penyelidikan
sesuai tahap 5.8
Penyelidik dan Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk melanjutkan penyelidikan
sesuai dan kembali ke tahap 5.3
MEDAI DAERAH PD IAI Halaman 1 dari 1
FORMULIR PEMERIKSAAN DAN PENERIMAAN No.:FORM/MEDAI D/02
BERKAS PENGADUAN Tanggal berlaku :
PERMASALAHAN YANG
NO DILAPORKAN CATATAN PENYELIDIK
1 LOKASI KEJADIAN :
…………………………………………………………, ………………………
( ) ( () )
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL: Halaman 1 dari 1
MEDAI DAERAH PD IAI PERSIAPAN PENANGANAN PENGADUAN No.:SPO/MEDAI D/03
………………………. PELANGGARAN KODE ETIK & PEDOMAN Tanggal berlaku :
DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :
I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa persiapan untuk penanganan
pengaduan yang disampaikan oleh pengadu ditindaklanjuti MEDAI D dengan baik dan proses
persidangan berjalan sesuai dengan ketentuan tatalaksana Penanganan Pelanggaran Kode
Etik dan/atau Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI atau anggota Medai D
yang menerima pendelegasian Ketua Medai Daerah IAI
IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Sekretaris Medai Daerah atau anggota Medai Daerah
yang ditunjuk Ketua Medai Daerah
V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk menyusun rencana berupa jadwal,
kebutuhan dokumen dan surat undangan, Draft SK Ketua MEDAI D tentang Majelis Sidang (
terdiri dari Ketua Sidang merangkap anggota, anggota, dan Sekretaris Sidang), kebutuhan
sumber daya, dan berkonsultasi dan meminta persetujuan Ketua MEDAI D menggunakan
Form MEDAI D 03
5,2 Ketua Medai Daerah mengadakan rapat MEDAI D untuk membahas persiapan penanganan
pelanggaran, untuk memutuskan apakah layak dilakukan sidang majelis
5,3 Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk menyampaikan undangan kepada anggota
Majelis Sidang dan para pihak dan memastikan undangan diterima, sesuai dengan jadwal,
SK Majelis Sidang yang tertera pada tahapan 5.1 diatas
5,3 Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk menyampaikan permintaan khusus kepada
pihak teradu untuk membawa pada hari persidangan dokumen praktik kefarmasian
berupa Fotokopi KTA IAI, STRA, SIP, SPO terkait permasalahan yang diadukan, da
dokumen lain yang diperlukanj untuk bukti / pembelaan diri dalam persidangan
5,4 Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk menyiapkan perlengkapan, lokasi, ruangan,
alat pencatat / perekam dan dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan Sidang
Penanganan Pelanggaran dan memastikan kehadiran para pihak sebelum hari pelaksanaan.
Sidang dengan susunan ruangan sebagai berikut
Pengadu & Saksi
Teradu
/Pembela/Saksi
MEDAI DAERAH PD IAI Halaman 1 dari 1
No.:FORM/MEDAI
FORMULIR PEMERIKSAAN DAN D/03
PENERIMAAN BERKAS PENGADUAN
Tanggal berlaku :
Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal
TANGGAL PERSIDANGAN
LOKASI PERSIDANGAN
PIMPINAN SIDANG /ANGGOTA 1
ANGGOTA 2
ANGGOTA 3
ANGGOTA 4
ANGGOTA 5
SEKRETARIS SIDANG
NO.TGL SK KETUA MEDAI DAER
NAMA PENGADU
JABATAN / INSTANSI
NO.KTA IAI
ALAMAT
SAKSI
APOTEKER YANG DIADUKAN
JABATAN / INSTANSI
NO IZIN SARANA PRAKTIK
SAKSI
PEMBELA
STRA
SIP
SPO YANG ADA DI SARANA
KEFARMASIAN TEMPAT
DOKUMEN LAIN :
PENJELASAN :
BENTUK PELANGGARAN :
a. Melakukan sesuatu yang tidak
seharusnya dilakukan
b. Tidak melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakukan
c. Melakukan sesuatu yang
melanggar peraturan perundang-
undangan, Pedoman Disiplin &
Kode Etik Apoteker
…………………………………………………………, …………………………..20..
SEKRETARIS MEDAI D/ PEJABAT
KETUA MAJELIS SIDANG
YANG DITUNJUK
( ) ( )
Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL :
MEDAI DAERAH PD IAI No.:SPO/MEDAI D/04
SIDANG PENANGANAN PELANGGARAN
………………………. Tanggal berlaku :
KODE ETIK & PEDOMAN DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :
I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa persidangan untuk penanganan
pengaduan yang disampaikan oleh pengadu berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan
ketentuan tatalaksana Penanganjan Pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Disiplin
Apoteker Indonesia.
III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI
IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Majelis Sidang MEDAI Daerah
V.PROSEDUR
5,1 Pada hari H pelaksanaan Sidang, Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk memastikan/
menginvetarisir anggota Majelis Sidang, para pihak atau yang mewakili, dan saksi yang hadir
untuk menempati tempat yang sudah ditentukan :
Majelis Sidang
Pengadu & Saksi
Undangan/Pengunjung
khusu
5,2 Sekretaris atau pejabat yang ditunjuk meminta hadirin untuk menandatangani daftar hadir
5,3 Jika semua pihak sudah hadir dan menempati tempat yang ditentukan, Sekretaris atau Anggota
Medai D yang ditunjuk menyerahkan daftar hadir kepada Ketua Majelis dan meminta Ketua
Mejelis untuk membuka sidang.
5,4 Jika salah satu pihak tidak hadir dan atau Anggota Majelis tidak kuorum 50 % + 1 dalam waktu
yang ditetapkan, sidang ditunda 30 menit, dan Sidang dapat diteruskan jika para pihak dan
atau anggota Sidang Majelis sudah kuorum. Lanjutkan ke Tahap 5.5
5.4.a Jika salah satu pihak tidak hadir dan atau Anggota Majelis tidak kuorum 50 % + 1 dalam waktu
yang ditetapkan, sidang ditunda 30 menit, namun salah satu pihak tidak datang dan Majelis
tidak Kuorum, Ketua Majelis Sidang memimpin rapat untuk menetapkan penundaan sidang
dan menyepati waktu pelaksanaan sidang berikutnya.
5.4.b Jika Majelis menunda Sidang dan menyepati waktu pelaksanaan sidang berikutnya, Ketua
Majelis Sidang memerintahkan Sekretaris untuk menyiapkan pelaksanaan sidang yang
tertunda. Selanjutnya Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk melaksanakan POB
MEDAI/03
5,5 Ketua Majelis memimpin Sidang dengan tahapan sebagai berikut :
5.5.a Ketua Majelis menanyakan kesiapan Anggota Majelis dan para pihak untuk mengikuti
Sidang, jika semua siap, maka sidang dilanjutkan.
5.5.b Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Pengadu untuk menyampaikan
pengaduannya dengan lengkap
5.5.c Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Pengadu atau wakilnya untuk menyampaikan
pengaduannya dengan lengkap
5.5.d Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada saksi yang diminta Pengadu untuk
menyampaikan kesaksiannya
5.5.e Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Teradu atau wakilnya untuk menyampaikan
pembelaannya dengan lengkap
5.5.f Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada saksi yang diminta Teradu untuk
menyampaikan kesaksiannya
5.5.g Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Pengadu atau wakilnya, jika ada, untuk
menyampaikan keberatan atas apa yang disampaikan Teradu atau wakilnya atau saksi
5.5.h Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Teradu atau wakilnya, jika ada, untuk
menyampaikan pembelaan kembali atas apa yang disampaikan Teradu atau wakilnya atau
saksinya
5.5.i Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Pengadu atau wakilnya, jika ada, untuk
menyampaikan penjelasan tambahan terkait pengaduannya atas apa yang disampaikan
Teradu atau wakilnya
5.5.j Ketua Majelis memimpin Sidang untuk mendalami dan penggalian informasi menemukan
fakta penyebab dan kejadian adanya dugaan pelanggaran dari pengadu dan/atau teradu, serta
jika diperlukan terhadap saksi, dengan terlebih dahulu menyiapkan pokok pokok pertanyaan
secara tertulis dalam Form MEDAI D/04
5.5.k Ketua Majelis berunding dengan anggota Majelis Sidang untuk menentukan :
a Pelaksanaan sidang dilanjutkan untuk memberikan kesempatan kepada Majelis bersidang
dalam rangka memutuskan apakah terjadi pelanggaran atau tidak, dan jika terjadi pelanggaran,
kemudian menetapkan sanksi, kemudian dilanjutkan ke butir 5.5.m
b Pelaksanaan sidang dilanjutkan pada hari yang akan ditentukan untuk memberikan
kesempatan kepada Majelis mempelajari informasi yang ada dalam rangka persiapan untuk
memutuskan apakah terjadi pelanggaran atau tidak, dan jika terjadi pelanggaran, kemudian
menetapkan sanksi.
5.5.l Ketua Majelis memimpin Sidang untuk menyampaikan bahwa sidang akan ditunda pada
waktu yang ditentukan dan sidang hari itu ditutup dan sidang dilanjutkan dengan tahapan mulai
tahap 5.5. a
5.5.m Ketua Majelis memimpin Sidang untuk menyampaikan hasil sidang majelis.
Keputusan dapat berupa :
a. Peringatan lisan
b. Peringatan tertulis
c. Sanksi butir d sampai i dibawah dengan masa percobaan
d. Sanksi untuk mengikuti pembinaan oleh Pengurus MEDAI D yang ditunjuk
e. Sanksi untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk topik tertentu dalam waktu tertentu
Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal
TANGGAL PERSIDANGAN
PIMPINAN SIDANG /ANGGOTA 1
ANGGOTA 2
ANGGOTA 3
ANGGOTA 4
ANGGOTA 5
SEKRETARIS SIDANG
NO.TGL SK KETUA MEDAI DAERAH
NAMA PENGADU
JABATAN / INSTANSI
NO.KTA IAI
ALAMAT
SAKSI
APOTEKER YANG DIADUKAN
JABATAN / INSTANSI
NO. SURAT IZIN PRAKTIK
NO IZIN SARANA PRAKTIK
SAKSI
PEMBELA
1.
2.
4.
5. DST
…………………………………………………………, …………………………..20..
SEKRETARIS MEDAI D/
KETUA MAJELIS SIDANG
PEJABAT YANG
( ) ( )
1.
2.
3.
4.
Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL:
MEDAI DAERAH PD IAI No.:SPO/MEDAI D/05
PEKAKSANAAN SANKSI PELANGGARAN
………………………. Tanggal berlaku :
KODE ETIK & PEDOMAN DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :
I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses pelaksanaan sanksi atas
pelanggaran yang ditetapkan dalam sidang Majelis berjalan dengan lancar dan baik sesuai
dengan ketentuan tatalaksana Penanganjan Pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman
Disiplin Apoteker Indonesia.
III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI bekerjasama dengan
Ketua PD IAI
IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Teradu yang telah ditetapkan sebagai Pelanggar
Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia dan diawasi oleh Anggota Medai
D yang ditunjuk dan ditetapkan bersama oleh Ketua MEDAI Daerah IAI bekerjasama dengan
Ketua PD IAI
V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau pejabat yang ditunjuk menyampaikan dokumen hasil sidang kepada
Pelanggar dengan tembusan kepada Ketua PD IAI, Ketua PC tempat Pelanggar berpraktik
dan MEDAI Pusat
5,2 Jika sanksi yang diterima adalah Sanksi no f dan g pada tahapan 5.5. m dalam SPO
No.:SPO/MEDAI D/04, maka Sekretaris atau Anggota yang ditunjuk menyampaikan surat
secara khusus kepada PC IAI setempat dengan tembusan kepada PD IAI, PP IAI, Dinkes
Kabupaten/Kota/Instansi yang mengeluarkan izin praktik. Lanjutkan ke tahap 5.4
5,3 Jika sanksi yang diterima adalah Sanksi no h dan i pada tahapan 5.5. m dalam SPO
No.:SPO/MEDAI D/04, maka Sekretaris atau Anggota yang ditunjuk menyampaikan surat
secara khusus kepada PC IAI setempat dengan tembusan kepada PD IAI, PP IAI, Dinkes
Kabupaten/Kota/Instansi yang mengeluarkan izin praktik, lanjutkan ke tahap 5.5
5,4 Ketua MEDAI D melakukan advokasi kepada PC IAI setempat dan Dinkes
Kabupaten/Kota/Instansi yang mengeluarkan izin praktik untuk menunda surat izin praktik
Pelanggar
5,5 Ketua MEDAI D menyampaikan surat permohonan kepada MEDAI PUSAT dengan tembusan
kepada PP IAI, PD IAI dan PC IAI setempat serta Dinkes Kabupaten/Kota/Instansi yang
mengeluarkan izin praktik untuk menunda atau mencabut keanggotaan IAI dan surat izin
praktik Pelanggar
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL : Halaman 1 dari 1
PENERIMAAN BANDING ATAS PUTUSAN No.:SPO/MEDAI P/01
Tanggal berlaku :
MEDAI PUSAT IAI MEDAI DAERAH TENTANG
PELANGGARAN KODE ETIK & PEDOMAN
DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :
I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses banding atas keputusan MEDAI
D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia yang
disampaikan oleh teradu diterima dengan baik beserta seluruh dokumen yang diterima sudah
sesuai dengan ketentuan tatalaksana penanganan pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau
Kode Etik Apoteker Indonesia.
III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Pusat IAI atau Anggota Medai
Pusat yang didelegasikan oleh Ketua Medai Pusat IAI
IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Sekretaris MEDAI Pusat atau Anggota Medai Pusat yang
ditunjuk Ketua Medai Pusat IAI
V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menerima permohonan banding atas
keputusan MEDAI D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker
Indonesia dari Teradu
5,2 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk meneliti kelengkapan dan keabsahan
berkas yang diterimaa
5,3 Jika berkas sudah lengkap dan absah, Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk
mencatat dan menyelesaikan penngisian Form / MEDAI P/ A,lanjutkan ke tahap 5.5
5,4 Jika terdapat ketidaksesuaian dan kejelasan identitas terduga yang diadukan, Sekretaris
atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk meminta pengusul banding untuk melengkapi
data / berkas yang diperlukan.Lanjutkan ke tahap 5.9
5,5 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyampaikan laporan penerimaan
permohonan banding atas keputusan MEDAI D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin dan /
atau Kode Etik Apoteker Indonesia dari Teradu kepada Ketua MEDAI Pusat
5,6 Ketua MEDAI Pusat IAI meminta Sekretaris MEDAI Pusat IAI atau Anggota Medai Pusat
mengundang Anggota MEDAI Pusat IAI untuk mengikuti rapat pembahasan terhadap
permohonan banding dalam waktu paling lama 12 hari kerja
5,7 Ketua MEDAI Pusat IAI memimpin rapat pembahasan penanganan terhadap permohonan
banding untuk memutuskan apakah akan dilakukan sidang banding atau tidak.
5,8 Jika permohonan banding memenuhi syarat untuk disidangkan, Ketua MEDAI P menunjuk
dan menetapkan Anggota Majelis Sidang, dan memerintahkan Sekretaris MEDAI P untuk
melanjutkan proses persiapan Persidangan
5.9 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyampaikan laporan penerimaan
permohonan banding atas keputusan MEDAI D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin dan /
atau Kode Etik Apoteker Indonesia dari Teradu yang tidak memenuhi syarat kepada Ketua
MEDAI Pusat
5,10 Ketua MEDAI Pusat IAI bersama minimal 1 AnnggotaMEDAI Pusat dan sekretaris atau
Anggota Medai Pusat yang ditunjuk untuk melakukan kajian terhadap laporan Sekretaris
atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk kemudian menetapkan apakah akan menerima
atau menolak permohonan banding
5,11 Jika permohonan banding memenuhi syarat untuk disidangkan, Ketua MEDAI P menunjuk
dan menetapkan Anggota Majelis Sidang, dan memerintahkan Sekretaris MEDAI P untuk
melanjutkan proses persiapan Persidangan
5,12 Jika permohonan banding tidak memenuhi syarat untuk disidangkan, Ketua MEDAI P
memerintahkan Sekretaris MEDAI P atau Anggota Medai Pusat untuk menyampaikan hasil
keputusan tersebut kepada pemohon secara cukup paling lama dalam 12 hari kerja
Halaman 1 dari 1
Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal
NAMA PEMOHON
JABATAN / INSTANSI
NO.KTA IAI
ALAMAT
KESIMPULAN SEMENTARA
NO BERKAS YANG DIAJUKAN CATATAN PENERIMA MS TMS TB
1 IDENTITAS PEMOHON
KTA
SIP
2 PERMOHONAN
LAMPIRAN PERMOHONAN
2 BERKAS SIDANG
KEPUTUSAN MEDAI DAERAH
…………………………………, ………
Penerima Pemohon
( ) ( )
Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL : No.:SPO/MEDAI D/03
MEDAI DAERAH PD IAI SIDANG PENANGANAN PERMOHONAN Tanggal berlaku :
………………………. BANDING ATAS PUTUSAN MEDAI
DAERAH
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :
I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa persiapan dan pelaksanaan untuk
penanganan permohonan banding yang disampaikan oleh pemohon ditindaklanjuti MEDAI P
dengan baik dan proses persidangan berjalan sesuai dengan ketentuan tatalaksana
Penanganjan Pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Pusat IAI atau pejabat yang
didelegasikan oleh Ketua Medai Pusat IAI
IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Sekretaris MEDAI Pusat atau Anggota Medai Pusat yang
ditunjuk Ketua Medai Pusat IAI
V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau pejabat yang ditunjuk menyusun rencana berupa jadwal sidang, kebutuhan
dokumen dan surat undangan, Draft SK Ketua MEDAI Pusat tentang Majelis Sidang
Banding( terdiri dari Ketua Sidang merangkap anggota- dengan ketentuan, anggota
berjumlah ganjil- dan Sekretaris Sidang), kebutuhan sumber daya, dan berkonsultasi dan
meminta persetujuan Ketua MEDAI Pusat menggunakan Form MEDAI P/ B
5,2 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyampaikan pemberitahuan kepada
anggota Majelis Sidang dan memastikan berkas permohonan diterima, untuk melakukan
kajian paling lambat 1 hari sebelum Sidang banding dilakukan
5,3 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyampaikan undangan untuk
menghadiri Sidang banding dan memastikan Anggota sidang telah menyelesaikan kajian dan
siap hadir pada waktu yang ditentukan
5,4 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyiapkan perlengkapan, lokasi,
ruangan, alat pencatat / perekam dan dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan Sidang
Banding Penanganan Pelanggaran dan memastikan kehadiran para pihak sebelum hari
pelaksanaan.
5,5 pada hari Sidang, Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk meminta hadirin
untuk menandatangani daftar hadir
5,6 Jika semua anggoa majelis sidang sudah hadir dan menempati tempat yang ditentukan,
Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyerahkan daftar hadir kepada
Ketua Majelis dan meminta Ketua Mejelis untuk membuka sidang.
5,7 Jika Anggota Majelis tidak kuorum 50 % + 1 dalam waktu yang ditetapkan, sidang ditunda
30 menit, dan Sidang dapat diteruskan jika anggota majelis yang hadir sepakat untuk
melanjutkan.
5,8 Ketua Majelis memimpin Sidang dengan tahapan sebagai berikut :
5.8.a Ketua Majelis menanyakan kesiapan Anggota Majelis untuk mengikuti Sidang, jika semua
siap, maka sidang dilanjutkan.
5.8.b Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada semua Anggota Majelis untuk
menyampaikan kesimpulan kajiannya dengan dengan argumentasi yang lengkap
5.8.c Jika semua anggota mempunyai kesimpulan yang sama, Ketua Majelis memimpin
permufakatan untuk memastikan dan merangkum permasalahan pelanggaran yang terjadi,
penyebab pelanggaran, akibat / dampak yang mungkin terjadi serta keputusan yang akan
ditetapkan, yaitu :
1) Menyetujui hasil Sidang Majelis Medai Daerah, atau
2) Mengubah hasil Sidang majelis Medai Daerah, atau
3) Menolak hasil Sidang Majelis Medai Daerah
5.8.d Jika semua anggota majelis Majelis mencapai kata mufakat, Ketua Majelis memimpinn untuk
menetapkan dan mensahkan hasil sidang, dan meminta semua anggota menandatangani
berita acara sidang.
5.8.e Jika Majelis tidak dapat mencapai kata mufakat, Majelis dapat melakukan pemungutan
suara, untuk mengambil keputusan, dengan memberikan kesempatan kepada anggota
majelis yang tidak setuju, untuk memberikan pendapat yang berbeda secara tertulis dan
ditandatangani secara lengkap, mengkaji dan merangkum permasalahan pelanggaran yang
terjadi, penyebab pelanggaran, akibat / dampak yang mungkin terjadi serta keputusan yang
akan ditetapkan.:
5.9 Ketua Sidang memerintahkan Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk untuk
menyampaikan hasil sidang kepada Pemohon, dengan menyampaikan tembusan kepada PP
IAI, MEDAI Daerah, PD IAI setempat untuk ditindaklanjuti
Halaman 1 dari 1
PENCATATAN & DAFTAR PERTANYAAN No.FORM/MEDAI P/B
MEDAI PUSAT IAI
PERSIDANGAN BANDING Tanggal berlaku :
Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal
TANGGAL PERSIDANGAN
PIMPINAN SIDANG /ANGGOTA 1
ANGGOTA 2
ANGGOTA 3
ANGGOTA 4
ANGGOTA 5
SEKRETARIS SIDANG
NO.TGL SK KETUA MEDAI PUSAT
NAMA PEMOHON BANDING
NO.KTA IAI
NO.SURAT IZIN PRAKTIK
JABATAN / INSTANSI
ALAMAT
…………………………………………………………, …………………………..20..
SEKRETARIS MEDAI D/
KETUA MAJELIS SIDANG
PEJABAT YANG DITUNJUK
( ) ( )
1.
2.
3.
4.
IKATAN APOTEKER INDONESIA
copyright 2018