Anda di halaman 1dari 291

PERATURAN ORGANISASI

IKATAN APOTEKER INDONESIA


2014 - 2017

..............................................
Lampiran SK PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014
PEDOMAN ORGANISASI
PEDOMAN PRAKTIK
IKATAN APOTEKER
INDONESIA
APOTEKER INDONESIA
2014

PENGURUS PUSAT

IKATAN APOTEKER INDONESIA


SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 001/ PP.IAI/1418/VII/2014

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
STANDAR PRAKTIK APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa pada masa kepengurusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker


Indonesia masa bakti 2009-2014 telah dibentuk Tim Adhoc penyusunan
Standar Praktik Apoteker dan Pedoman Praktik Apoteker.
b. Bahwa Tim Adhoc penyusunan Standar Praktik Apoteker dan Pedoman
Praktik Apoteker telah menyelesaikan tugas serta menyerahkan hasilnya
kepada Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
c. Bahwa sehubungan dengan butir a dan b diatas perlu ditetapkan Surat
Keputusan tentang Peraturan Organisasi tentang Standar Praktik Apoteker
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 13 sampai
15 Juni 2014 di Jakarta

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No. PO.


001/PP.IAI/1418/VII/2014 tentang Peraturan Organisasi tentang
Standar Praktik Apoteker Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Standar Praktik Apoteker ini menjadi pedoman
yang mengikat bagi Apoteker yang menjalankan praktik kefarmasian di seluruh
wilayah Indonesia..
Kedua : Mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada segenap anggota Tim
Adhoc penyusunan Standar Praktik Apoteker dan Pedoman Praktik Apoteker
yang telah menjalan tugas dengan sebaik-baiknya
Ketiga ………
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Lampiran SK PO. 001/ PP.IAI/1418/VII/2014

STANDAR PRAKTIK
APOTEKER INDONESIA

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
STANDAR PRAKTIK APOTEKER INDONESIA

RINCIAN STANDAR PRAKTIK APOTEKER INDONESIA


Standar 1. Praktik Kefarmasian Dasar (Fundamental Pharmacy Practice)
1.1 Apoteker melakukan Praktik Secara Profesional dan Etik
1. Melakukan praktik secara legal dan etik
2. Menyediakan akses informasi yang akurat tentang layanan farmasi yang tersedia
dan bagaimana mengakses layanan ini
3. Menyusun prosedur tertulis atas semua informasi pelayanan kefarmasian secara
akurat dan etis
4. Memastikan semua promosi pelayanan kefarmasian yang akurat, etis dan berisi
pernyataan mendorong Pasien / Masyarakat untuk selalu berkonsultasi dengan
apoteker atau penyedia layanan kesehatan yang lain tentang penggunaan obat
secara aman
1.2 Apoteker mengambil keputusan profesi bertujuan untuk keamanan dan
keefektifan penggunaan obat oleh pasien
1. Mengutamakan kepentingan pasien dalam melaksanakan praktik.
2. Memastikan keamanan dan efektifitas penggunaan obat atas pasien.
3. Melakukan penggantian obat paten dengan generik, atau dengan obat bermerek
dalam rangka penggunaan obat yang rasional dan mempertimbangkan hak-hak
pasien.
1.3 Apoteker mengambil keputusan profesi didasari pertimbangan ilmiah dan sesuai
dengan evidence based medicine (EBM)
1. Mengakses informasi berdasarkan bukti dari sumber informasi terkini tentang
kesehatan dan masalah kesehatan
2. Mengevaluasi informasi berdasarkan prinsip penggunaan obat yang terjamin
Keamanan, Kualitas dan Efikasinya (Safety, Quality and Eficacy/SQE) serta harus
berbasis bukti klinis
3. Mengkaji ulang (review) kebutuhan informasi Pasien dan menyediakan informasi
berbasis bukti klinis
1.4 Apoteker menjaga rahasia dan privasi pasien
1. Menyediakan tempat/fasilitas yang menjamin privasi pasien dan kerahasiaan
informasi yang diberikan
2. Menyediakan informasi dan saran yang menjamin pemenuhan kebutuhan pasien

Standar Praktik Apoteker Indonesia 2


dalam hal privasi dan kerahasiaan
3. Mengkomunikasikan kebijakan privasi kepada pasien
4. Menyimpan catatan penggunaan obat dengan aman dan hanya dapat diakses oleh
orang-orang yang berwenang
5. Menggunakan prosedur tertulis yang menjamin bahwa catatan penggunaan obat
yang dimusnahkan tetap terjamin kerahasiaannya
6. Memperoleh persetujuan pasien/keluarganya untuk pemberian pelayanan maupun
akses informasi kepada tenaga kesehatan lain
7. Mendokumentasikan hal-hal yang menyebabkan ketidaknyamanan pasien karena
terjadinya pelanggaran terhadap jaminan kerahasiaan
8. Melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap semua aspek yang menimbulkan
pelanggaran terhadap jaminan kerahasiaan
1.5 Apoteker melakukan komunikasi secara profesional dengan pasien, sejawat dan
tenaga kesehatan lain
1. Membangun dan mempertahankan kemitraan profesional dengan pasien, sejawat
dan tenaga kesehatan yang lain
2. Mendengarkan secara aktif kebutuhan penggunaan obat pasien
3. Mengenali dan memecahkan masalah komunikasi
4. Menyesuaikan cara komunikasi dengan bahasa, budaya dan pasien berkebutuhan
khusus (hambatan penglihatan, pendengaran dan bicara)
5. Memverifikasi bahwa informasi yang diberikan kepada pasien telah dapat
dipahami
1.6 Apoteker melakukan promosi penggunaan obat yang rasional
1. Menggunakan proses yang sistematis untuk mengumpulkan riwayat penggunaan
obat dan informasi lain yang relevan
2. Mengkaji penggunaan obat dan informasi yang ada untuk memastikan outcome
yang efektif, aman dan meminimalkan “bahaya”
3. Memberikan informasi kepada pasien dalam hal pilihan penggunaan obat,
termasuk intervensi non-farmakologis dan gaya hidup, serta menghormati hak
mereka untuk menentukan pilihan
4. Melakukan penilaian kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat sesuai
kebutuhan
5. Mengembangkan rencana peningkatan kepatuhan pasien sesuai kebutuhan
1.7 Apoteker mengkomunikasikan setiap permasalahan terkait dengan penggunaan

Standar Praktik Apoteker Indonesia 3


obat kepada tenaga kesehatan yang menangani dan/atau pasien
1. Memelihara hubungan profesional dengan tenaga kesehatan lain
2. Senantiasa mengkonfirmasi informasi yang diberikan oleh pasien kepada
dokter/tenaga kesehatan lain jika informasi tersebut meragukan
3. Menjaga kehormatan dan martabat tenaga kesehatan lain di depan pasien
1.8 Apoteker dalam memberikan semua praktik berfokus utama pada kesehatan dan
keselamatan bagi pasien dan/atau masyarakat
1. Mengidentifikasi dan melihat kebutuhan spesifik Pasien
2. Menerapkan SPO untuk setiap jenis kegiatan praktik termasuk dalam hal
penolakan layanan
3. Menyarankan / mengkonsultasikan Pasien kepada tenaga kesehatan lain dan atau
penyedia layanan yang sesuai
4. Memastikan bahwa Pasien memahami rekomendasi dan pilihan yang telah
diputuskan
5. Mendokumentasikan seluruh kesalahan prosedur dan keluhan Pasien
1.9 Apoteker menggunakan pendekatan secara sistematik untuk melakukan
monitoring, evaluasi dan tindak Lanjut
1. Menggunakan SPO saat diperlukan tindak lanjut atau diminta oleh Pasien atau
penyedia layanan kesehatan yang lain
2. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap obat-obat tertentu terkait efek
samping obat
3. Melaksanakan peninjauan kembali dan memonitor secara teratur atas penggunaan
obat
1.10 Apoteker secara teratur mengevaluasi kemampuan dan keterampilannya dalam
penyediaan pelayanan kefarmasian
1. Melakukan penilaian diri secara berkala tentang pengetahuan dan keterampilan
yang diperlukan untuk memberikan pelayanan farmasi
2. Menetapkan area-area mana yang membutuhkan pengembangan profesional
3. Mendokumentasikan partisipasi dalam pendidikan profesional apoteker
berkelanjutan
4. Melakukan umpan balik secara teratur untuk menilai bahwa layanan memenuhi
harapan Pasien
5. Meningkatkan pelayanan berdasarkan umpan balik dari pasien secara teratur
Standar 2. Pengkajian Penggunaan Obat
2.1 Apoteker menggali riwayat penggunaan obat pasien (patient’s history taking)

Standar Praktik Apoteker Indonesia 4


1. Mengumpulkan dan mencatat riwayat penggunaan obat pasien
2. Menggunakan semua informasi yang dikumpulkan untuk membuat keputusan dan
tindakan profesional
2.2 Apoteker mengkaji (review) interaksi obat dengan obat, obat dengan makanan,
dan kontra indikasi terhadap pasien
1. Melakukan telaah pada semua obat yang tertulis dalam resep
2. Melakukan komunikasi dengan dokter penulis resep jika didapatkan obat yang
berinteraksi atau merupakan kontra indikasi bagi pasien yang bersangkutan
3. Memberikan rekomendasi kepada dokter untuk memberikan alternatif pilihan obat
yang lebih sesuai
4. Memberikan penjelasan selengkap-lengkapnya kepada pasien tentang cara/waktu
menggunakan jika didapatkan obat yang berinteraksi dengan obat dan atau
makanan
2.3 Apoteker melakukan identifikasi, dokumentasi dan mempertimbangkan
kemungkinan terjadinya ADR dan precaution serta kondisi kontraindikasi
1. Mengumpulkan informasi dan rincian catatan dari setiap ADR (terutama riwayat
alergi), hal-hal lain yang perlu diperhatikan (seperti kehamilan) dan kontraindikasi
pada catatan penggunaan obat pasien
2. Mempertimbangkan potensi interaksi obat setiap kali melakukan pencampuran
obat
3. Mengakses informasi terkini tentang interaksi, kontraindikasi, efek samping obat
dan tindakan penyelesaiaannya
4. Memberikan saran kepada pasien tentang ADR, untuk melengkapi saran yang telah
diberikan oleh dokter
5. Membahas ADR potensial dengan dokter bila diperlukan
2.4 Apoteker menjamin pasien mematuhi penggunaan obat secara rasional
1. Memberikan informasi penggunaan obat pada pasien
2. Melakukan telaah penggunaan obat pada pasien
3. Melakukan evaluasi dan monitoring penggunaan obat pasien
4. Melakukan analisis kebutuhan dosis obat untuk pasien yang bersangkutan
5. Melakukan verifikasi dosis dalam resep apakah sesuai atau tidak dengan kebutuhan
pasien
6. Memberikan penjelasan cara penggunaan obat secara benar kepada pasien
7. Memberi penjelasan tentang lama penggunaan obat

Standar Praktik Apoteker Indonesia 5


2.5 Apoteker mampu menyelesaikan masalah penggunaan obat yang rasional
1. melakukan penelusuran riwayat pengobatan pasien (Patient Medication History)
2. Melakukan tinjauan penggunaan obat pasien
3. Melakukan analisis masalah sehubungan obat (Drug Therapy Problems= DTPs)
4. Memberikan dukungan kemandirian pasien dalam penggunaan obat
5. Monitoring parameter keberhasilan pengobatan
6. Mengevaluasi hasil akhir penggunaan obat pasien
2.6 Apoteker mampu melakukan telaah penggunaan obat pasien
1. Melakukan tindak lanjut hasil monitoring pengobatan pasien
2. Melakukan intervensi/tindakan Apoteker
3. Membuat dokumentasi obat pasien
2.7 Apoteker mampu melakukan Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
1. Melakukan sosialisasi pentingnya pelaporan efek samping obat
2. Mengumpulkan informasi untuk pengkajian efek samping obat
3. Melakukan kajian data yang terkumpul
4. Memantau keluaran klinis (Clinical Outcome) yang mengarah ke timbulnya efek
samping
5. Memastikan pelaporan efek samping obat
6. Menentukan alternative penyelesaian masalah efek samping obat
7. Membuat dokumentasi MESO
2.8 Mampu melakukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
1. Menentukan prioritas obat yang akan dievaluasi
2. Menetapkan indikator dan kriteria evaluasi serta standar pembanding
3. Menetapkan data pengobatan yang relevan dengan kondisi pasien
4. Melakukan analisis penggunaan obat dari data yang telah diperoleh
5. Mengambil kesimpulan dan rekomendasi alternatif intervensi
6. Melakukan tindak lanjut dari rekomendasi
7. Membuat dokumentasi evaluasi penggunaan obat
2.9 Mampu melakukan praktik Therapeutic Drug Monitoirng (TDM)*
1. Melakukan persiapan kelengkapan pelaksanaan praktik TDM
2. Melakukan analisis kebutuhan dan prioritas golongan obat
3. Melakukan penilaian kebutuhan monitoring terapi obat pasien
4. Melakukan praktik TDM

Standar Praktik Apoteker Indonesia 6


5. Melakukan evaluasi pelaksanaan praktik TDM
6. Membuat dokumentasi praktik TDM
2.10 Mampu mendampingi pengobatan mandiri (Swamedikasi) oleh pasien
1. Mampu melakukan pendampingan pasien dalam pengobatan mandiri
2. Meningkatkan pemahaman masyarakat terkait pengobatan mandiri
3. Melaksanakan pelayanan pengobatan mandiri kepada masyarakat
4. Membuat dokumentasi pelayanan pendampingan pengobatan mandiri oleh pasien
Standar 3. Dispensing Sediaan Farmasi dan Alkes
3.1 Apoteker menerapkan Cara Dispensing Yang Baik (Good Dispensing Practice)
1. Melakukan dan mengawasi suatu dispensing yang mencakup penerimaan/skrining
resep, penyiapan, packaging, labeling yang benar serta aturan pakai yang adekuat
(adequate dosing instructions), dan penyerahan obat-obatan
2. Memeriksa kebenaran rincian resep ulang terhadap resep asli
3. Memiliki prosedur tertulis untuk mendeteksi adanya resep yang illegal
3.2 Apoteker memastikan resep yang diterima berasal dari dokter penulis resep
1. Mengidentifikasi kebenaran dokter penulis resep (nama dokter, SIP dan Alamat
Praktik)
2. Memastikan bahwa penulisan resep dilakukan oleh dokter secara rasional
3.3 Apoteker memastikan resep yang diterima, sesuai dengan nama pasien yang
dimaksud dalam resep
1. Melakukan verifikasi kesesuaian pasien dengan resepnya
2. Memastikan bahwa obat tidak tertukar dengan obat dari pasien lain
3.4 Apoteker memastikan obat yang tertera dalam resep sesuai dengan tujuan
penggunaan obat pasien
1. Menggali informasi pada pasien untuk menyesuaikan uraian dokter kepada pasien
terkait dengan keluhan atau penyakitnya
2. Melakukan kajian kesesuaian obat yang diresepkan dengan keluhan atau penyakit
pasien
3. Memastikan bahwa obat yang diresepkan tidak terjadi kontra indikasi pada pasien
yang bersangkutan
3.5 Apoteker memastikan obat yang tertera dalam resep tidak berpotensi
menimbulkan masalah (Drug Related Problems ) bagi pasien
1. Melakukan telaah kemungkinan terjadinya DRPs pada resep yang diterimanya
2. Melakukan kajian tentang kesesuaian dosis, jenis, kontra indikasi dan efek samping
obat

Standar Praktik Apoteker Indonesia 7


3.6 Apoteker melakukan komunikasi dengan dokter penulis resep, bila diperlukan
1. Mendokumentasikan pada resep dan catatan penggunaan obat pasien semua
komunikasi dengan dokter penulis resep tentang resep, obat, dan atau masalah
pasien
2. Mendokumentasikan pada resep dan catatan penggunaan obat pasien semua
perubahan rejimen penggunaan obat setelah komunikasi dengan dokter penulis
resep
3. Mengonfirmasi dan mendokumentasikan hasil dari komunikasi dengan penulis
resep tentang resep yang mengandung obat off-label
3.7 Mampu Melakukan Iv-Admixture dan penanganan total parentral nutrition
(TPN)
1. Memiliki fasilitas pengelolaan IV-Admixture berupa : clean room sesuai
persyaratan CPOB, laminar airflow dan perlengkapan penunjang lainnya
2. Memiliki tenaga kefarmasian dengan keterampilan khusus
3. Mempergunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar
4. Memastikan semua obat atau TPN yang akan direkonstitusi tersimpan dengan baik
dan terbaca dengan jelas
5. Memastikan permintaan rekonstitusi obat atau TPN sesuai dengan kebutuhan
pasien (jenis, dosis, regimen dan rute pemberian)
6. Menghitung dan menangani obat atau TPN menggunakan peralatan yang
menjamin sterilitas IV-Admixture
7. Melakukan pengemasan dan pemberian etiket sesuai aturan yang berlaku
8. Mendistribusikan obat atau TPN hasil rekonstitusi menggunakan transportasi yang
memenuhi persyaratan
9. Melaksanakan pengelolaan limbah sesuai standar
10. Meningkatkan kemampuan operator secara berkala dan memonitor hasil kerjanya
3.8 Apoteker melakukan penatalaksanaan dispensing obat sitostatika secara tepat
1. Memiliki fasilitas pengelolaan obat sitostatika berupa : clean room sesuai
persyaratan CPOB, laminar airflow tipe biological safety cabinet dan perlengkapan
penunjang lainnya
2. Memiliki tenaga kefarmasian dengan keterampilan khusus
3. Mempergunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai standar
4. Memastikan semua obat sitostatika tersimpan dengan baik, terpisah dari obat lain

Standar Praktik Apoteker Indonesia 8


dan terbaca dengan jelas dilengkapi label khusus
5. Memastikan permintaan rekonstitusi obat sitostatika sesuai dengan kebutuhan
pasien (jenis, dosis, regimen dan rute pemberian)
6. Menghitung dan menangani obat sitostatika dengan menggunakan peralatan yang
khusus untuk obat sitostatika
7. Melakukan pengemasan dan pemberian etiket sesuai aturan yang berlaku
8. Mendistribusikan obat sitostatika hasil rekonstitusi menggunakan transportasi yang
memenuhi persyaratan
9. Melaksanakan pengelolaan limbah sesuai dengan standar sitostatika
10. Melaksanakan prosedur penanganan tumpahan obat sitostatika baik tumpahan
kering maupun basah sesuai dengan standar
11. Meningkatkan kemampuan operator secara berkala dan memonitor hasil kerjanya
12. Melakukan pemeriksaan kesehatan operator secara berkala dan melaksanakan
prosedur rotasi operator
13. Menghindari penempatan operator dengan kondisi khusus (merencanakan hamil,
hamil dan sedang menyusui)
3.9 Apoteker melakukan pemeriksaan ulang dan dokumentasi terhadap sediaan obat
hasil dispensing
1. Memeriksa kebenaran obat sebelum diserahkan ke Pasien
2. Memeriksa tanggal kadaluwarsa obat dikaitkan dengan jangka waktu penggunaan
obat
3. Mencatat tenaga kefarmasian yang melakukan dispensing
3.10 Apoteker melakukan pengecekan ulang terhadap identitas pasien
1. Melakukan konfirmasi identitas Pasien sebelum penyerahan obat
2. Melakukan konfirmasi identitas Pasien untuk memastikan obat yang benar
diserahkan kepada Pasien yang benar
3. Mengkonfirmasi identitas pengambil obat (bila bukan pasien) yang mengambil
obat
3.11 Apoteker menyelesaikan dispensing tepat waktu
1. Secara rutin menilai beban kerja saat ini dan jumlah resep yang diterima untuk
menentukan jumlah kemungkinan waktu tunggu Pasien
2. Menginformasikan kepada Pasien waktu penyelesaian resep
3.12 Apoteker menjamin bahwa pasien memahami apabila terjadi penggantian merek
obat

Standar Praktik Apoteker Indonesia 9


1. Memeriksa apakah pada resep telah ditulis adanya penggantian obat atas
persetujuan dokter dan atau pasien.
2. Memeriksa apakah resep ulangan telah ditulis sesuai dengan obat yang diberikan
sebelumnya.
3. Mencatat adanya penggantian obat.
4. Menginformasikan kepada Pasien tentang risiko dan / atau manfaat terkait dengan
penggantian obat
5. Menginformasikan kepada pasien apabila permintaan penggantian obat dengan
obat generik tidak dapat dilakukan
3.13 Apoteker memastikan bahwa pasien memahami tentang obat yang diterimanya
1. Memberikan konseling agar Pasien memiliki pengetahuan yang cukup mengenai
obatnya.
2. Memberikan konseling kepada Pasien sehingga mereka memahami manfaat dan
risiko yang terkait dengan penggunaan obat off-label
3. Melakukan verifikasi berkaitan dengan obat baik cara pemakaian, kapan
digunakan, frekuensi penggunaan, cara penyimpanan, kemungkinan adanya ESO
dan cara penanganannya dsb
Standar 4. Compounding Sediaan Farmasi
4.1 Apoteker melakukan compounding sediaan farmasi atau melakukan supervisi
langsung terhadap tenaga teknis kefarmasian yang melakukan compounding
1. Memastikan semua staf yang berwenang untuk melaksanakan pembuatan sediaan
farmasi di bawah pengawasan apoteker memiliki kualifikasi terlatih dan
berpengalaman dalam peracikan
2. Menggunakan sarana dan prasarana produksi yang sesuai standar CPOB / CPOTB
/ CPKB
3. Menggunakan peralatan sesuai jenis dan kebutuhan produksi
4. Melaksanakan sistem pengelolaan lingkungansesuai dengan program sanitasi dan
hygenies
5. Memeriksa semua pengukuran, pengemasan, dan pelabelan produk dibuat oleh staf
yang disupervisi
6. Melaksanakan pengawasan mutu sesuai standar yang berlaku
7. Melakukan inspeksi diri
8. Melaksanakan peratuan terkait penanganan keluhan terhadap sediaan
farmasi,penarikan kembali dan sedian farmasi kembalian

Standar Praktik Apoteker Indonesia 10


9. Melakukan dokumentasi terhadap seluruh praktik kefarmasian
10. Mempertahankan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan
pembuatan sediaan farmasi
4.2 Apoteker memastikan Standar Prosedur Operasional (SPO) dilaksanakan dan
terdokumentasi dengan baik
1. Melaksanakan SPO terkait setiap aspek kegiatan dari CPOB, CPOTB dan CPKB
2. Mengidentifkasi pelaksanaan SPO sesuai dengan alur dan mekanisme yang sudah
ditetapkan
3. Melakukan pendokumentasian terhadap identifikasi pelaksanaan SPO untuk
rencana tindak lanjut
4. Melakukan evaluasi secara berkala terhadap SPO yang ada
4.3 Apoteker mengkaji (review) bahan, proses persiapan, dan tujuan penggunaan
produk,serta melakukan penilaian risiko
1. Menilai penggunaan, keamanan, kemanjuran, dan risiko terkait penyiapan produk
sebagai bentuk dari keputusan profesional
2. Menilai risiko yang mungkin terjadi terhadap staf dan Pasien saat penyiapan, dan
mengikuti prosedur untuk mengelola risiko tersebut
3. Menggunakan pakaian pelindung (seperti jas laboratorium, sarung tangan sekali
pakai, dan penutup rambut) dan mengambil tindakan pencegahan tambahan
(seperti pelindung mata, masker debu, dll) saat dispensing bahan yang berisiko
tinggi
4. Memiliki Material Safety Data Sheets (MSDS), Certificate of Origin (CO) dan
Cetificate of Analysis (CA) yang digunakan dan data keamanan bahan (disediakan
supplier) untuk masing-masing bahan
4.5 Apoteker mengikuti Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk pembuangan
limbah
1. Memisahkan dari limbah umum dan memberi label yang jelas untuk limbah
sitotoksik, limbah berbahaya lain
2. Memastikan produk limbah dikumpulkan secara teratur untuk dimusnahkan
3. Memastikan setiap benda tajam yang digunakan dalam proses peracikan dibuang
dengan aman dalam wadah tertentu
4.6 Apoteker memberikan informasi hasil compounding yang adekuat
1. Melengkapi hasil compounding dengan informasi yang memadai
2. Memonitor produk hasil compounding yang adekuat di lapangan/masyarakat
3. Menginformasikan hasil compounding kepada pihak-pihak terkait

Standar Praktik Apoteker Indonesia 11


Standar 5. Pelayanan Informasi Obat dan Konseling
5.1 Apoteker melakukan komunikasi dan interaksi yang baik
1. Berkomunikasi dengan pasien, keluarga, dokter dan/atau tenaga kesehatan lainnya
untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
dan tingkat pemahaman mereka.
2. Menawarkan kepada pasien kesempatan untuk kembali dan mencari klarifikasi
lebih lanjut tentang informasi yang dibutuhkan
3. Menyediakan informasi yang sesuai agar dapat diakses setiap saat.
5.2 Apoteker memberikan penjelasan dan uraian atas setiap obat yang diberikan
kepada pasien
1. Menjelaskan dan menguaraikan tentang cara penggunaan obat secara benar dalam
rangka farmakoterapi dan farmakologi obat.
2. Menjelaskan dan menguraikan kemungkinan terjadinya efek samping obat-obat
yang akan digunakan pasien
3. Menjelaskan dan menguraikan mengenai aturan pakai atas obat-obat yang
diberikan.
5.3 Apoteker memberikan konseling obat kepada pasien dan atau keluarga
1. Merespon semua permintaan konseling untuk pasien
2. Memastikan bahwa apoteker yang sudah terlatih melakukan konseling
3. Mengarahkan dan mendidik tenaga kefarmasian yang terlibat dalam penyediaan
obat dan/atau perbekalan kesehatan
4. Mengkonfirmasi dan mengamati bahwa Pasien dapat menggunakan alat secara
benar
5.4 Apoteker melakukan konseling sesuai informasi terkini dan berbasis bukti
(evidence based)
1. Mengakses sumber informasi obat terkini secara teratur
2. Memastikan bahwa informasi yang diberikan berdasar bukti
5.5 Apoteker menggunakan berbagai macam metoda komunikasi untuk menjamin
efektifitas konseling.
1. Mengidentifikasi hambatan pada komunikasi yang efektif dan menggunakan
strategi untuk mengatasinya
2. Melaksanakan jenis komunikasi yang tepat sesuai dengan kondisi pasien
3. Melakukan verifikasi pemahaman pasien
5.6 Apoteker secara aktif menyediakan bahan informasi

Standar Praktik Apoteker Indonesia 12


1. Memetakan kebutuhan informasi yang diperlukan.
2. Menyediakan informasi tertulis maupun lisan ketika diperlukan
3. Melakukan dokumentasi atas informasi yang dilaksanakan
5.7 Apoteker mendokumentasikan pelayanan Konseling
1. Mencatat penggunaan obat pasien
2. Mendokumentasikan setiap rekomendasi/advice yang diberikan kepada pasien
3. Mencatat semua informasi berdasar assesment yang dilakukan serta informasi yang
dibutuhkan untuk tercapainya penggunaan obat yang efektif dan aman
5.8 Apoteker memelihara pengetahuan dan keterampilan untuk memberikan
pelayanan informasi obat.
1. Memelihara pengetahuan tentang obat dan penggunaan obat dan bagaimana
menganalisa informasi secara kritis
2. Memelihara pengetahuan tentang mencari sumber informasi tentang database,
publikasi, bahan referensi, pedoman, peraturan, dan informasi yang relevan
3. Mengembangkan dan memelihara cara dan keterampilan komunikasi yang baik
untuk mememnuhi kebutuhan pengguna pusat informasi dan memberikan
informasi yang tepat
5.9 Apoteker memiliki akses ke sumber informasi terkini yang relevan untuk
mendukung pelayanan
1. Memelihara akses ke database dan sumber informasi termasuk sumber informasi
berbasis web
2. Memelihara akses ke publikasi saat ini dan bahan referensi, termasuk jurnal,
referensi buku, dan bahan lainnya yang relevan dengan informasi obat
3. Memiliki akses tentang pedoman dan peraturan yang berlaku
4. Menjalin hubungan dengan para ahli yang dapat memberikan saran apabila
diperlukan
5. Menyimpan data sumber informasi lain yang relevan
5.10 Apoteker mengevaluasi mutu pelayanan informasi obat
1. Mengevaluasi layanan secara berkala menggunakan kuesioner kepuasan pengguna
2. Menggunakan catatan layanan yang diberikan untuk menilai beban kerja dan
kegiatan jaminan mutu
3. Mencari umpan balik dari pengguna pusat informasi untuk mengkonfirmasi bahwa
layanan telah disediakan secara tepat waktu dan memberi kepuasan pada pengguna
4. Mengambil tindakan yang sesuai setiap selesai melakukan evaluasi

Standar Praktik Apoteker Indonesia 13


Standar 6. Promosi Kesehatan
6.1 Apoteker mengajak masyarakat untuk memelihara kesehatannya dan mencegah
agar tidak sakit.
1. Melaksanakan pemetaan wilayah sebagai sasaran promosi kesehatan.
2. Membuat prioritas sasaran promosi
3. Menyediakan informasi kesehatan yang relevan ke pasien dan masyarakat
4. Membekali diri untuk melaksanakan tugas-tugas promosi.
5. Melaksanakan dan mengevaluasi atas promosi yang dilaksanakan.
6.2 Apoteker melakukan pendekatan kolaboratif untuk promosi kesehatan
1. Melaksanakan kemitraan dengan penyedia pelayanan kesehatan lain, kelompok
pasien, atau kelompok masyarakat untuk meningkatkan kesehatan
2. Memberikan pembekalan kepada tenaga kefarmasian untuk efektifitas kolaborasi
promosi kesehatan
3. Melakukan evaluasi atas efektifitas kolaborasi.
4. Melaksanakan tindak lanjut dari hasil evaluasi yang dilakukan
Standar 7 Manajemen Sediaan Farmasi & Alkes
7.1 Apoteker menggunakan standar prosedur operasional (SPO) pada setiap
kegiatan pengelolaan
1. Melakukan praktik berdasarkan SPO yang telah ditetapkan
2. Melakukan monitor dan evaluasi pelaksanaan SPO
3. Melakukan perbaikan atas hasil evaluasi
7.2 Apoteker melakukan seleksi sediaan farmasi sesuai ketentuan yang berlaku
1. Memahami kriteria seleksi sediaan farmasi
2. Melaksanakan seleksi sediaan farmasi sesuai dengan kriteria yang berlaku
3. Menetapkan daftar kebutuhan sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Melakukan evaluasi terhadap hasil seleksi sediaan farmasi
7.3 Apoteker melakukan pengadaan dan penerimaan sediaan farmasi sesuai
ketentuan yang berlaku
1. Membuat perencanaan sediaan farmasi dengan menggunakan metode yang tepat
2. Menetapkan pemasok yang memenuhi persayaratan.
3. Melaksanakan pengadaan sediaan farmasi sesuai ketentuan yang berlaku
4. Melaksanakan penerimaan sediaan farmasi berdasarkan persyaratan
7.4 Apoteker menjamin sediaan farmasi disimpan dan didistribusikan sesuai
persyaratan yang berlaku
1. Melaksanakan cara penyimpanan sediaan farmasi yang baik (GSP = Good Storage
Practice )

Standar Praktik Apoteker Indonesia 14


2. Melaksanakan cara distribusi sediaan farmasi yang baik (CDOB)
Standar 8. Manajemen Praktik Kefarmasian
8.1 Apoteker melakukan pengelolaan Lingkungan Kerja
1. Menyediakan dan memelihara area tempat praktik yang sesuai dengan privasi dan
kebutuhan keamanan dari setiap layanan yang disediakan
2. Memelihara area tempat praktik agar selalu sesuai dengan ketentuan yang berlaku
3. Menyediakan tempat penyimpanan obat dan perbekalan farmasi yang sesuai
dengan ketentuan, sesuai dengan program jaminan mutu, dan rekomendasi
produsen tentang kondisi penyimpanan
8.2 Apoteker melakukan Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
1. Melakukan analisis kebutuhan SDM farmasi untuk praktik apoteker.
2. Memastikan hanya tenaga kefarmasian yang sesuai dan terlatih yang
melaksanakan kegiatan yang memerlukan kompetensi dan keterampilan khusus
3. Memfasilitasi pelatihan reguler untuk semua tenaga kefarmasian
4. Memvalidasi dan menilai keterampilan dari semua individu untuk memastikan
apakah kompetensi yang diperlukan tetap dipertahankan
5. Memonitor secara teratur kebutuhan dan kesesuaian persyaratan sumber daya, dan
memastikan bahwa kualitas praktik dapat dipertahankan
8.3 Apoteker menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk berbagai
praktik.
1. Menetapkan sarana dan prasarana untuk setiap praktik kefarmasian.
2. Memelihara dan menjamin sarana dan prasarana yang mudah diakses
3. Menyediakan dan memelihara peralatan pelindung yang dibutuhkan untuk
menjamin keselamatan personil
8.4 Apoteker mendistribusikan tugas dalam praktik pada setiap personel yang sesuai
1. Membuat prosedur tertulis tentang tugas dan masing-masing penanggungjawabnya
2. Menetapkan dan memastikan penanggungjawab dari tugas tersebut sesuai dengan
latar belakang keahlian/pendidikan mereka
3. Memberikan pelatihan bagi masing-masing penanggungjawab untuk meningkatkan
keahliannya
Standar 9. Mengikuti perkembangan IPTEK Kefarmasian
9.1 Apoteker mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait
dengan kefarmasian
1. Membaca jurnal/hasil penelitian terbaru terkait dengan ilmu kefarmasian

Standar Praktik Apoteker Indonesia 15


2. Mengakses informasi terbaru yang terkait dengan perkembangan IPTEK
kefarmasian
3. Melakukan penelitian kefarmasian minimal di likungan prakteknya
9.2 Apoteker mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan
1. Mengumpulkan peraturan perundang-undangan yang masih berlaku di Indonesia,
tentang kesehatan pada umumnya, dan khususnya tentang kefarmasian
2. Mengakses peraturan perundang-undangan tentang kefarmasian di Negara lain
3. Mempelajari peraturan perundang-undangan tentang kefarmasian
4. Mengikuti sosialisasi peraturan perundang-unadangn
5. Mengikuti seminar/symposium/diskusi tentang peraturan perundang-unadangan
khususnya yang terkait dengan kefarmasian
9.3 Apoteker Menjaga dan mengembangkan kompetensi
1. Apoteker aktif mengikuti CPD
2. Apoteker aktif mengkuti seminar/symposium/diskusi kefarmasian
3. Apoteker aktif mengikuti pelatihan/workshop kefarmasian

Standar Praktik Apoteker Indonesia 16


SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa pada masa kepengurusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker


Indonesia masa bakti 2009-2014 telah dibentuk Tim Adhoc penyusunan
Standar Praktik Apoteker dan Pedoman Praktik Apoteker.
b. Bahwa Tim Adhoc penyusunan Standar Praktik Apoteker dan Pedoman
Praktik Apoteker telah menyelesaikan tugas serta menyerahkan hasilnya
kepada Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
c. Bahwa sehubungan dengan butir a dan b diatas perlu ditetapkan Surat
Keputusan tentang Peraturan Organisasi tentang Pedoman Praktik Apoteker
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 13 sampai
15 Juni 2014 di Jakarta

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No. PO.


002/PP.IAI/1418/VI/2014 tentang Peraturan Organisasi tentang
Pedoman Praktik Apoteker Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Pedoman Praktik Apoteker ini menjadi pedoman
yang mengikat bagi Apoteker yang menjalankan praktik kefarmasian di seluruh
wilayah Indonesia..
Kedua : Mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada segenap anggota Tim
Adhoc penyusunan Standar Praktik Apoteker dan Pedoman Praktik Apoteker
yang telah menjalan tugas dengan sebaik-baiknya
Ketiga ………
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Lampiran SK PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014

PEDOMAN PRAKTIK
APOTEKER INDONESIA

PENGURUS PUSAT

IKATAN APOTEKER INDONESIA


PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA

I. PENGELOLAAN
1.1 Pemilihan

1. Apoteker membuat prosedur tertulis untuk pemilihan sediaan farmasi dan


alat kesehatan yang sesuai dengan jenis, jumlah dan waktu yang tepat.
2. Pemilihan hendaknya didasarkan pada rasio manfaat risiko, rasio manfaat
biaya dan kriteria yang ditetapkan.

1.2 Pengadaan

1. Apoteker menjamin sediaan Farmasi dan alat kesehatan memenuhi standar


yang ditetapkan.
2. Apoteker menjamin pemasok yang memenuhi persyaratan CDOB (Cara
Distribusi Obat yang Baik).
3. Pelaksanaan pengadaan harus terdokumentasi dengan baik.
4. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh suplier hendaknya
didokumentasikan dan ditinjau secara periodik untuk mencegah terjadinya
kesalahan ulang.
5. Proses pengadaan meliputi : perencanaan, pelaksanaan dan penerimaan
6. Apoteker melakukan perencanaan sediaan farmasi dan alat kesehatan
dengan menggunakan metode yang sesuai.
1.3 Penerimaan

1. Apoteker menjamin bahwa penerimaan sediaan farmasi dan alkes sesuai


dengan jenis, spesifikasi, jumlah, nomor batch, tanggal daluwarsa, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan.
2. Apoteker menjamin bahwa penerimaan sedian farmasi dan alkes
dilakukan oleh tenaga farmasi yang diberi kewenangan untuk itu.
3. Apoteker melakukan verifikasi dengan menggunakan daftar tilik
(checklist) yang sudah disiapkan untuk masing-masing jenis produk.
1.4 Penyimpanan

1. Penyimpanan harus dapat menjamin stabilitas, keamanan dan mutu


sediaan farmasi dan alat kesehatan.

Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 2


2. Apoteker perlu melakukan pengawasan mutu terhadap sediaan farmasi
dan alat kesehatan yang diterima dan disimpan.
3. Penyimpanan obat keras harus dilakukan di luar jangkauan pasien.
4. Obat yang perlu penanganan khusus seperti narkotika, psikotropika, obat
yang memerlukan suhu tertentu, obat yang mudah terbakar, sitostatik dan
reagensia disimpan pada tempat yang khusus.
5. Obat yang expired atau rusak disimpan terpisah dengan obat lainnya
6. Obat dengan kemasan, nama dan penyebutan yang mirip (look alike,
sound alike, LASA) harus diberi penandaan khusus.
1.5 Pendistribusian

1. Pendistribusian dilakukan dengan menyalurkan sediaan farmasi dan alat


kesehatan dari tempat penyimpanan sampai kepada fasilitas pelayanan.
2. Pendistribusian dilakukan dengan sistem distribusi yang menjamin
kesinambungan penyaluran, mempertahankan mutu, meminimalkan
kehilangan, kerusakan dan kadaluarsa.
3. Pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan harus dilakukan
pencatatan yang baik.
1.6 Penghapusan dan Pemusnahan

1. Sediaan Farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat harus dimusnahkan


sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Penghapusan sediaan farmasi dan alat kesehatan dari pembukuan sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
3. Pemusnahan obat harus menghindari terjadinya pencemaran lingkungan
dan mencegah penyalahgunaan.
4. Sediaan Farmasi yang akan dimusnahkan supaya disimpan terpisah dan
dibuat daftar yang mencakup jumlah dan identitas produk.
5. Penghapusan dan pemusnahan obat harus didokumentasikan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku.
1.7 Penarikan kembali sediaan farmasi

1. Penarikan kembali (recall) dilakukan segera setelah diterima


permintaan/instruksi untuk penarikan kembali.
2. Untuk penarikan kembali sediaan farmasi yang mengandung risiko besar

Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 3


terhadap kesehatan, hendaklah dilakukan penarikan sampai tingkat
konsumen.
3. Pelaksanaan penarikan kembali agar didukung oleh sistem dokumentasi
yang memadai.
1.8 CSSD (Central Steril Supply Department)

1. Apoteker memilih dan menetapkan metoda sterilisasi, metoda


pengemasan, penyimpanan dan pendistribusian untuk bahan dan alat
kesehatan.
2. Melakukan perencanaan kegiatan sterilisasi sentral dan kebutuhan bahan-
bahan dan uji sterilisasi.
3. Mejamin bahan atau alat kesehatan yang disterilkan memenuhi standar.
1.9 Produksi Skala Terbatas

1. Proses peracikan dilakukan di area yang khusus untuk peracikan.


2. Memastikan ruang/tempat kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan.
3. Penyiapan semua produk dengan menggunakan peralatan yang sesuai.
4. Menggunakan bahan yang memenuhi syarat farmakope dan yang
disimpan dalam kondisi yang direkomendasikan.
1.10 Pengemasan Kembali (Re-Packing)

1. Kegiatan pengemasan kembali harus dapat menjamin bahwa kualitas,


stabilitas dan khasiat obat tidak mengalami perubahan.
2. Pengemasan kembali harus dilakukan dengan menggunakan bahan yang
tidak membahayakan kesehatan manusia dan tetap menjamin mutu
produk.
3. Pengemasan kembali harus memenuhi persyaratan CPOB
1.11 Sumber Daya Manusia

1. Apoteker memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker, Sertifikat


Kompetensi yang masih berlaku dan Surat Izin Praktik Apoteker atau
Surat Ijin Kerja Apoteker.
2. Memenuhi persyaratan kesehatan fisik dan mental untuk menjalankan
pekerjaan kefarmasian
3. Apoteker harus senantiasa memelihara dan meningkatkan kompetensi
yang dimilikinya melalui Program Pengembangan Apoteker

Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 4


Berkelanjutan/PPAB (Continuing Professional Development/CPD).
4. Harus memahami dan melaksanakan serta patuh terhadap peraturan
perundang undangan, sumpah apoteker dan standar profesi yang berlaku.
5. Apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian dapat dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang memiliki kemampuan, keterampilan dan
teregistrasi.
II. PELAYANAN

2.1 Pelayanan Resep (Compounding dan Dispensing)

1. Apoteker memastikan bahwa pengkajian resep dilakukan sebelum


penyiapan/peracikan obat (compounding).
2. Apoteker memastikan penyiapan/peracikan obat termasuk pelabelan/
pengetiketan sudah terlaksana sesuai dengan standar pelayanan
kefarmasian.
3. Apoteker wajib memberikan penjelasan dan penguraian (J-urai) terkait
obat pada saat penyerahan.
4. Pada setiap tahap pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian obat (medication error) dengan melaksanakan
aktivitas sesuai standar prosedur operasional.
5. Apoteker menjamin bahwa pasien mengetahui prosedur pelayanan resep.
6. Untuk Compounding dan Dispensing Sediaan Khusus harus dilakukan
untuk menjamin kompatibilitas, stabilitas obat dan sesuai dengan dosis
dan atau sterilitas oleh tenaga kefarmasian yang terlatih dengan
menggunakan perlengkapan sesuai kebutuhan.
7. Apoteker melakukan analisis farmakoekonomi terhadap setiap obat yang
tertera dalam resep.
8. Apoteker membantu memilihkan obat untuk pasien yang paling cost
effectiveness.
2.2 Pelayanan Informasi Obat (PIO)

Apoteker berkewajiban melakukan Pelayanan informasi obat yang meliputi


kegiatan : menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan, membuat dan
menyebarkan buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan masyarakat (penyuluhan),
memberikan informasi dan edukasi kepada pasien/masyarakat, sejawat, tenaga
kesehatan lain dan pihak-pihak yang memerlukan.

Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 5


2.3 Konseling

Apoteker berkewajiban melakukan Konseling (diskusi antara apoteker dengan


pasien/keluarga pasien) yang dilakukan secara terstruktur untuk memberikan
kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan
membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga
pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam
penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi sehingga tercapai efek
farmakoterapi yang optimal.
2.4 Pemantauan Terapi Obat dan Efek Samping

1. Apoteker melakukan Pemantauan Terapi Obat (PTO) untuk memastikan


terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien serta
meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko ROTD.
2. Apoteker mendeteksi adanya kejadian ESO atau ROTD, mengidentifikasi
obat dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami ESO atau
ROTD, mengevaluasi laporan ESO, mendiskusikan dan
mendokumentasikan ESO atau ROTD.
2.5 Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah (PKOD)

Apoteker bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain untuk melakukan


pemantauan kadar obat dalam darah yaitu merupakan rangkaian kegiatan
memeriksa dan menginterpretasikan kadar obat tertentu atas permintaan dari
dokter yang merawat, atau atas usulan dari apoteker kepada dokter misalnya
pemantauan obat dengan indeks terapi sempit.
2.6 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

Apoteker melakukan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) secara terstruktur dan


berkesinambungan baik kualitatif maupun kuantitatif dalam rangka kebijakan
penggunaan obat.
2.7 Kunjungan Pasien (VISITE)

1. Apoteker melakukan kunjungan pasien (Visite) rawat inap secara mandiri


atau bersama tim tenaga kesehatan.
2. Kunjungan pasien (Visite) dilakukan dengan persetujuan pasien untuk
mendapatkan data based pasien, mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung guna mengkaji masalah terkait obat dan menilai keluaran terapi.

Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 6


3. Sebelum melakukan kegiatan kunjungan pasien (Visite), apoteker harus
mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi
pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain.
2.8 Home Pharmacy Care

1. Apoteker dapat melakukan kunjungan pasien (Visite) dan atau


pendampingan pasien untuk pelayanan kefarmasian di rumah dengan
persetujuan pasien atau keluarganya terutama bagi pasien khusus yang
membutuhkan perhatian lebih.
2. Home pharmacy care bisa dilakukan melalui kunjungan rumah atau
melalui media komunikasi yang lain.
2.9 Promosi

1. Apoteker harus aktif melakukan penyuluhan kesehatan kepada


masyarakat.
2. Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui brosur, leaflet, penyuluhan
langsung secara lisan dll.
3. Apoteker harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi.
2.10 Swamedikasi

1. Apoteker melakukan kajian perlunya swamedikasi.


2. Apoteker membantu pasien dalam pemilihan obat yang sesuai dengan
kebutuhan.
3. Apoteker harus memberikan edukasi apabila masyarakat ingin mengobati
diri sendiri (swamedikasi).
4. Apoteker dapat melakukan diseminasi informasi antara lain dengan
penyebaran leaflet/ brosur, poster, penyuluhan dll.
5. Apoteker memberikan informasi yang memadai tentang penggunaan obat
yang diberikan kepada pasien.
2.11 Pelayanan Paliatif

1. Apoteker harus memahami dengan baik kondisi fisik maupun psikis dari
pasien sehingga dapat memilih pelayanan kefarmasian yang sesuai.
2. Apoteker membutuhkan peningkatan kemampuan dalam memahami
toleransi pengobatan medik terutama dalam mencegah dan mengurangi
rasa sakit pasien.

Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 7


3. Apoteker memiliki kemampuan untuk dapat mendampingi kehidupan
pasien sehari-hari.
4. Apoteker juga memberikan perhatian terhadap kondisi emosional dan
spiritual pasien.
III. ADMINSTRATIF
3.1 Pencatatan dan Pelaporan

Setiap kegiatan perencanaan kebutuhan, pengadaan, pengendalian persediaan,


pengembalian, penghapusan dan pemusnahan sediaan farmasi harus dicatat
dan dilaporkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
3.2 Pendokumentasian

1. Dalam pendokumentasian hendaknya dirancang dan dibuat dengan teliti,


agar dapat digunakan dengan mudah, benar dan efektif.
2. Setiap perubahan harus disahkan dan diberi kemungkinan peninjauan
secara berkala maupun perbaikan bila diperlukan.
3. Apabila ada kekeliruan dilakukan koreksi.
4. Apoteker harus menjamin dilaksanakannya pendokumentasian dan
dokumentasi seluruh aktivitas Pelayanan Kefarmasian.

Pedoman Praktik Apoteker Indonesia 8


SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia telah menyusun
Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
b. Bahwa Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia telah ditetapkan dalam Rapat
Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2014.
c. Bahwa sehubungan dengan butir a dan b diatas perlu ditetapkan Surat
Keputusan tentang Peraturan Organisasi tentang Pedoman Disiplin
Apoteker Indonesia
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 13 sampai
15 Juni 2014 di Jakarta

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No. PO.


004/PP.IAI/1418/VII/2014 tentang Peraturan Organisasi tentang
Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia, sebagaimana tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia ini menjadi
pedoman yang mengikat bagi Apoteker yang menjalankan praktik kefarmasian
di seluruh wilayah Indonesia..
Kedua : Mengamanatkan kepada seluruh Majelis Etik dan Displin Apoteker Daerah
untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Peraturan
Organisasi ini untuk keperluan penyempurnaan pedoman .

Ketiga ………
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Lampiran SK PO. 004/ PP.IAI/1418/VII/2014
0

PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA

2014

I
II
III
II
I

Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia


(MEDAI)
KATA PENGANTAR

Untuk memenuhi amanah AD-ART Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) hasil Kongres
IAI 2014, dan berdasar PP. No. 51 Th 2009 perlunya eksistesi profesi Apoteker Indonesia
untuk kepentingan masyarakat sesuai tuntutan perkembangan di bidang kesehatan,
pola pelayanan farmasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang obat
dan kefarmasian, serta dengan memperhatikan kebutuhan nyata masyarakat banyak,
maka perlu dilakukan penyusunan Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI) oleh
Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) agar dapat digunakan sebagai
acuan disiplin Apoteker dalam menjalankan praktik berdasar standard dan disiplin
kefarmasian.
Dalam rangka penyusunan Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI) telah
dilakukan rapat kerja, kajian dari referensi-referensi dan Focus Group Discussion (FGD).
FGD diselenggarakan dengan mengundang Nara Sumber Prof. Dr. dr. Agus Purwadianto,
SH., Sp.F. dan Dr. Faiq Bahfen, SH., peserta seluruh Anggota MEDAI dan PP IAI hadir
Ketua Umum, Sekertaris Jendral dan Ketua-ketua Himpunan Seminat dijajaran PP IAI,
hasilnya disusun lebih lanjut oleh Tim Penyusun Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia
(PDAI) sesuai SK. Ketua MEDAI Nomor: MEDAI.IAI/SK/002/IV/2014 Tentang Tim
Penyusun Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.
Hasil penyusunan berupa Konsep Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia
tersebut disampaikan pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IAI 13 s/d 15 Juni 2014
sebagai bahan pembahasan Komisi Etik dan Disiplin.
Hasil rapat Komisi Etik dan Disiplin telah disampaikan ke Pleno Rakernas, hasilnya
Konsep Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia disetujui dan diterima sebagai Pedoman
Disiplin Apoteker Indonesia (di sigkat PDAI) menjadi Keputusan Rakernas.
Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia (PDAI) ini sebagai dokumen awal yang
digunakan sebagai acuan disiplin bagi Apoteker dalam menjalankan praktiknya, untuk
itu perlu segera dilakukan sosialisasi kesemua jajaran organisasi dan apoteker praktik.
PDAI ini tentu masih jauh dari sempurna, kiranya menjadi tanggung jawab kita bersama
untuk senantiasa melaksanakan, memantau dan memperbaiki agar supaya menjadi
semakin baik sehingga dapat menjamin para apoteker semakin eksis di masyarakat dan
dirasakan keberadaannya sesuai bidang keahlian serta kompetensinya.

Jakarta Juni 2014

Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia


Ketua,

Drs. Sofiarman Tarmizi, MM., Apt


1

DAFTAR ISI

Hal
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II KETENTUAN UMUM 2
BAB III LANDASAN FORMAL 4
BAB IV BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER 5
BAB V SANKSI DISIPLIN 6
BAB VI PENUTUP 7
2

PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang dianugerahi


bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang kefarmasian, yang dapat
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan kesejahteraan rakyat
dan pengembangan pribadi warga negara Republik Indonesia, untuk mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur, berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar
1945.
Disiplin Apoteker merupakan tampilan kesanggupan Apoteker untuk menaati kewajiban
dan menghindari larangan sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dapat
dijatuhi hukuman disiplin.
Pelanggaran disiplin adalah pelanggaran terhadap aturan-aturan dan/atau ketentuan
penerapan keilmuan, yang pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam tiga hal, yaitu:
1. Melaksanakan praktik Apoteker dengan tidak kompeten.
2. Tugas dan tanggungjawab profesional pada pasien tidak dilaksanakan dengan baik.
3. Berperilaku tercela yang merusak martabat dan kehormatan Apoteker.
Pelanggaran disiplin berupa setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Apoteker yang tidak
menaati kewajiban dan/atau melanggar larangan ketentuan disiplin Apoteker.

BAB II

KETENTUAN UMUM
1. Disiplin Apoteker adalah kesanggupan Apoteker untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
dan/atau peraturan praktik yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi
hukuman disiplin.
2. Penegakan Disiplin adalah penegakan aturan-aturan dan/atau ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh
Apoteker.
3. Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia yang disingkat MEDAI, adalah organ
organisasi profesi Ikatan Apoteker Indonesia yang bertugas membina, mengawasi
dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia oleh Anggota maupun oleh
3

Pengurus, dan menjaga, meningkatkan dan menegakkan disiplin apoteker


Indonesia.

4. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
5. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat,
pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan
obat, bahan obat dan obat tradisional, harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Tenaga kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang melakukan pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
7. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga kesehatan yang membantu
Apoteker dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian, terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Tenaga Menengah Farmasi/
Asisten Apoteker;

8. Standar Pendidikan Apoteker Indonesia, yang selanjutnya disingkat SPAI adalah


pendidikan akademik dan pendidikan profesional yang diarahkan guna mencapai
kriteria minimal sistem pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Kode Etik adalah Kode Etik Apoteker Indonesia yang menjadi landasan etik
Apoteker Indonesia.
10. Kompetensi adalah seperangkat kemampuan profesional yang meliputi
penguasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai (knowledge, skill dan
attitude), dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
11. Standar Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan bertanggungjawab
yang dimiliki oleh seorang Apoteker sebagai syarat untuk dinyatakan mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan profesinya.
12. Sertifikat kompetensi profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi seorang Apoteker untuk dapat menjalankan pekerjaan/praktik
profesinya di seluruh Indonesia setelah lulus uji kompetensi.
13. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kefarmasian yang telah
memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu serta
diakui secara hukum untuk menjalankan pekerjaan/praktik profesinya.
14. Surat Tanda Registrasi Apoteker, yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Apoteker yang telah diregistrasi.
4

15. Praktik Apoteker adalah upaya untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan


penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
16. Standar Praktik Apoteker adalah pedoman bagi Apoteker dalam menjalankan
praktiknya yang berisi prosedur-prosedur yang dilaksanakan apoteker dalam upaya
untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan.
17. Surat Izin Praktik Apoteker, yang selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin
yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan praktik kefarmasian
pada fasilitas pelayanan kefarmasian.
18. Standar Prosedur Operasional, yang selanjutnya disingkat SPO adalah
serangkaian instruksi tertulis yang dibakukan mengenai berbagai proses
penyelenggaraan aktivitas organisasi, bagaimana dan kapan harus dilakukan,
dimana dan oleh siapa dilakukan.
19. Surat Izin Kerja Apoteker, yang selanjutnya disebut SIKA adalah surat izin
praktik yang diberikan kepada Apoteker untuk dapat melaksanakan pekerjaan
kefarmasian pada fasilitas produksi atau fasilitas distribusi atau penyaluran.
20. Organisasi profesi adalah organisasi tempat berhimpun para Apoteker di
Indonesia.

BAB III

LANDASAN FORMAL

1. Undang-Undang Nomor 419 Tahun 1949 tentang Obat Keras.


2. Undang-Undang tentang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika.
3. Undang-Undang tentang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
5. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1962 tentang Sumpah Apoteker.
7. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan
Farmasi dan Alat Kesehatan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian.
9. Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan, dan peraturan
turunannya.
10. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia (IAI),
Kode Etik Apoteker Indonesia, serta peraturan-peraturan organisasi lainnya yang
dikeluarkan oleh IAI.
5

BAB IV

BENTUK PELANGGARAN DISIPLIN APOTEKER

1. Melakukan praktik kefarmasian dengan tidak kompeten.

Penjelasan: Melakukan Praktek kefarmasian tidak dengan standar praktek


Profesi/standar kompetensi yang benar, sehingga berpotensi menimbulkan/
mengakibatkan kerusakan, kerugian pasien atau masyarakat.

2. Membiarkan berlangsungnya praktek kefarmasian yang menjadi tanggung


jawabnya, tanpa kehadirannya, ataupun tanpa Apoteker pengganti dan/ atau
Apoteker pendamping yang sah.

3. Mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu dan/ atau tenaga-


tenaga lainnya yang tidak memiliki kompetensi untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut.

4. Membuat keputusan profesional yang tidak berpihak kepada kepentingan pasien/


masyarakat.

5. Tidak memberikan informasi yang sesuai, relevan dan “up to date” dengan cara
yang mudah dimengerti oleh pasien/masyarakat, sehingga berpotensi menimbulkan
kerusakan dan/ atau kerugian pasien.

6. Tidak membuat dan/atau tidak melaksanakan Standar Prosedur Operasional


sebagai Pedoman Kerja bagi seluruh personil di sarana pekerjaan/pelayanan
kefarmasian, sesuai dengan kewenangannya.

7. Memberikan sediaan farmasi yang tidak terjamin „mutu‟, ‟keamanan‟, dan ‟khasiat/
manfaat‟ kepada pasien.

8. Melakukan pengadaan (termasuk produksi dan distribusi) obat dan/atau bahan


baku obat, tanpa prosedur yang berlaku, sehingga berpotensi menimbulkan tidak
terjaminnya mutu, khasiat obat.

9. Tidak menghitung dengan benar dosis obat, sehingga dapat menimbulkan


kerusakan atau kerugian kepada pasien.

10. Melakukan penataan, penyimpanan obat tidak sesuai standar, sehingga berpotensi
menimbulkan penurunan kualitas obat.

11. Menjalankan praktik kefarmasian dalam kondisi tingkat kesehatan fisik ataupun
mental yang sedang terganggu sehingga merugikan kualitas pelayanan profesi.
6

12. Dalam penatalaksanaan praktik kefarmasian, melakukan yang seharusnya tidak


dilakukan atau tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, sesuai dengan
tanggung jawab profesionalnya, tanpa alasan pembenar yang sah, sehingga dapat
membahayakan pasien.
13. Melakukan pemeriksaan atau pengobatan dalam pelaksanaan praktik swa-medikasi
(self medication) yang tidak sesuai dengan kaidah pelayanan kefarmasian.
14. Memberikan penjelasan yang tidak jujur, dan/ atau tidak etis, dan/atau tidak objektif
kepada yang membutuhkan.
15. Menolak atau menghentikan pelayanan kefarmasian terhadap pasien tanpa alasan
yang layak dan sah.
16. Membuka rahasia kefarmasian kepada yang tidak berhak.
17. Menyalahgunakan kompetensi Apotekernya.
18. Membuat catatan dan/atau pelaporan sediaan farmasi yang tidak baik dan tidak
benar.
19. Berpraktik dengan menggunakan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau
Surat Izin Praktik Apoteker/Surat Izin kerja Apoteker (SIPA/SIKA) dan/atau sertifikat
kompetensi yang tidak sah.
20. Tidak memberikan informasi, dokumen dan alat bukti lainnya yang diperlukan
MEDAI untuk pemeriksaan atas pengaduan dugaan pelanggaran disiplin.
21. Mengiklankan kemampuan/pelayanan atau kelebihan kemampuan/pelayanan yang
dimiliki, baik lisan ataupun tulisan, yang tidak benar atau menyesatkan.
22. Membuat keterangan farmasi yang tidak didasarkan kepada hasil pekerjaan yang
diketahuinya secara benar dan patut.

BAB V
SANKSI DISIPLIN

Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per-Undang-
Undang an yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker.
7

Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan apoteker yang
dimaksud dapat berupa:
a. Pendidikan formal; atau
b. Pelatihan dalam pengetahuan dan atau ketrampilan, magang di institusi
pendidikan atau sarana pelayanan kesehatan jejaringnya atau sarana pelayanan
kesehatan yang ditunjuk, sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan dan paling lama1
(satu) tahun.

BAB VI
PENUTUP

PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA ini disusun untuk menjadi pedoman


bagi Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI) dalam menetapkan ada/atau
tidak adanya pelanggaran disiplin oleh para praktisi dibidang farmasi, serta menjadi
rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar oleh para praktisi tersebut agar
dapatmenjalankan praktik kefarmasian secara profesional.
Dengan ditegakkannya disiplin kefarmasian diharapkan pasien akan terlindungi dari
pelayanan kefarmasian yang kurang bermutu; dan meningkatnya mutu pelayanan
apoteker; serta terpeliharanya martabat dan kehormatan profesi kefarmasian.

Jakarta, 15 Juni 2014


Ketua
Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia (MEDAI)

Drs. Sofiarman Tarmizi, MM., Apt.


SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 005/ PP.IAI/1418/VII/2014

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PAPAN NAMA PRAKTIK APOTEKER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam pelaksanaan Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
telah dicanangkan penggunaan Papan Nama Praktik Apoteker bagi
Apoteker yang berpraktik di Apotek.
b. Bahwa sehubungan dengan itu perlu ditetapkan Surat Keputusan tentang
Peraturan Organisasi tentang Papan Nama Praktik Apoteker
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 13 sampai
15 Juni 2014 di Jakarta

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No. PO.


005/PP.IAI/1418/VII/2014 tentang Peraturan Organisasi tentang
Papan Nama Praktik Apoteker, sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Papan Nama Praktik Apoteker ini menjadi
peraturan yang mengikat bagi Apoteker yang menjalankan praktik kefarmasian
di Apotek di seluruh wilayah Indonesia..
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.

Ditetapkan …….
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
Lampiran : SK PO. 005/ PP.IAI/1418/VII/2014

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PAPAN NAMA PRAKTIK APOTEKER

1. Apoteker yang menyelenggarakan praktik kefarmasian di Apotek wajib memasang


papan nama praktik.

2. Papan nama praktik berukuran panjang 80 cm dan lebar 60 cm

3. Bahan material pembuatan Papan nama dapat berupa:

 kayu atau sejenis

 Kanvas

 Sticker Vinyl

 Flexi Outdoor

4. Papan nama praktik sebagaimana dimaksud harus memuat :

 Logo Ikatan Apoteker Indonesia

 Nama dan atau sebutan profesional sesuai Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA)

 Nomor Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA)

 Nomor Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA)

 Hari dan jam praktik.

 Nama, alamat dan nomor telepon Apotek

5. Selain Logo IAI dan tulisan sebagaimana poin (4), tidak dibenarkan menambahkan
tulisan lain atau gambar

6. Papan nama praktik memiliki dasar putih, tulisan hitam dan apabila diperlukan, papan
nama tersebut boleh diberi penerangan yang tidak bersifat iklan

7. Papan nama praktik dipasang pada bangunan apotek (dinding atau kaca) yang dapat
terlihat dengan jelas dari luar apotek

8. Contoh terlampir
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 16 Juli 2014

PENGURUS PUSAT

IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829
80 cm

8 cm

9 cm
PRAKTIK APOTEKER
Susi Susilawati,Apt
SIPA : 446/0153/1427/1-16
STRA : 19800113/STRA-UII/29625
60 cm

Hari dan Jam Praktik


Senin S/d Jumat, Pukul : 15.00 - 22.00

Apotek Dina Farma


Jl. Godean KM 4,5 ,Gamping
Kabupaten Sleman
Jenis Font : Minion Pro Regular
Ukuran Font : Menyesuaikan
PO.001/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REGISTRASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REGISTRASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang


berkualitas bagi anggota dalam pelaksanaan registrasi
keanggotaan telah dilakukan penyempurnaan Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.001/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Registrasi
Anggota, dalam forum Rapat Kerja Nasional yang
berlangsung tanggal 8-9 Mei 2015 di Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
Tentang Registrasi Anggota.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Registrasi Anggota.

Pertama ………

Hal 1 dari 2 - PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota


Pertama : Peraturan Organisasi tentang Registrasi Anggota secara
lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Registrasi Anggota ini
merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh
Apoteker di Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.001/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Registrasi Anggota
dinyatakan TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota


Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota.

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REGISTRASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

A. KETENTUAN UMUM
1. Setiap Apoteker berhak untuk menjadi Anggota Ikatan Apoteker Indonesia.
2. Keanggotaan Apoteker ditentukan berdasarkan daerah tempat
praktik/kerja kefarmasian dilaksanakan.
3. Nomor keanggotaan Ikatan Apoteker Indonesia bersifat unik, tunggal, tetap
dan nasional.
4. Registrasi Anggota ditujukan bagi :
a. Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi apoteker
b. Apoteker yang belum terdaftar sebagai anggota
5. Proses Registrasi Anggota dapat dilakukan secara online.
6. Registrasi Anggota tidak berlaku bagi Apoteker yang sedang dalam proses
pidana atau sedang terkena sanksi organisasi.

B. REGISTRASI ANGGOTA YANG BARU LULUS PENDIDIKAN PROFESI


APOTEKER
1. Permohonan Keanggotaan ditujukan kepada Pengurus Pusat melalui
Pengurus Daerah dimana Perguruan Tinggi Farmasi berada secara kolektif
oleh Perguruan Tinggi Farmasi bersangkutan.
2. Permohonan Registrasi Anggota dilakukan dengan mengisi Formulir
Permohonan Registrasi Anggota dengan melampirkan :
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Program Profesi Apoteker yang dilegalisir
b. Fotokopi Surat Sumpah Apoteker yang dilegalisir
c. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk
d. Pas Photo berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar
e. Surat Pernyataan akan mematuhi Kode Etik & Disiplin Profesi Apoteker,
Peraturan Organisasi serta Peraturan Perundang-undangan di Bidang
Kefarmasian.
f. Bukti Pembayaran Uang Pangkal dan Iuran Tahunan Anggota sesuai
ketentuan berlaku.
3. Pengurus Daerah mengajukan permintaan nomor keanggotaan kepada
Pengurus Pusat menggunakan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang
di isi secara lengkap dan dikirimkan dalam bentuk file soft copy.

Hal 1 dari 3
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota.

4. Pengurus Pusat mengembalikan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang


sudah berisikan Nomor Registrasi Anggota ke Pengurus Daerah dalam
bentuk file soft copy.
5. Proses Permohonan Registrasi Anggota diselesaikan dalam waktu paling
lama 12 hari kerja terhitung dari mulai berkas permohonan dinyatakan
lengkap oleh Pengurus Daerah
6. Apabila dalam waktu 12 hari kerja sejak dinyatakan lengkap belum
diregistrasi oleh Daerah, maka yang bersangkutan dinyatakan telah
teregistrasi.
7. Berkas permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus
Daerah melalui Perguruan Tinggi Farmasi bersangkutan untuk dilengkapi.
8. Setiap Calon Anggota wajib mengikuti Pembinaan Organisasi yang
dilakukan oleh Pengurus Daerah setempat sesuai Peraturan Organisasi
tentang Pembinaan Organisasi.

C. REGISTRASI ANGGOTA YANG BELUM TERDAFTAR


1. Bagi Apoteker yang belum terdaftar sebagai anggota dapat mengajukan
permohonan kepada Pengurus Pusat melalui Pengurus Cabang untuk
diteruskan ke Pengurus Daerah sesuai tempat dilaksanakan
pekerjaan/praktik kefarmasian.
2. Permohonan Registrasi Anggota dilakukan dengan mengisi Formulir
Permohonan Registrasi Anggota dengan melampirkan :
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Program Profesi Apoteker yang dilegalisir
b. Fotokopi Surat Sumpah Apoteker yang dilegalisir
c. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk
d. Pas Photo berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar
e. Surat Pernyataan akan mematuhi Kode Etik & Disiplin Profesi
Apoteker, Peraturan Organisasi serta Peraturan Perundang-undangan
di Bidang Kefarmasian.
f. Bukti Pembayaran Uang Pangkal dan Iuran Tahunan Anggota sesuai
ketentuan berlaku.
3. Pengurus Daerah mengajukan permintaan nomor keanggotaan kepada
Pengurus Pusat menggunakan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang
di isi secara lengkap dan dikirimkan dalam bentuk file soft copy.
4. Pengurus Pusat mengembalikan Formulir Permohonan Nomor Anggota
yang sudah berisikan Nomor Registrasi Anggota ke Pengurus Daerah
dalam bentuk file soft copy.
5. Proses Permohonan Registrasi Anggota diselesaikan dalam waktu paling
lama 12 hari kerja terhitung dari mulai berkas permohonan dinyatakan
lengkap oleh Pengurus Daerah.
6. Apabila dalam waktu 12 hari kerja sejak dinyatakan lengkap belum
diregistrasi oleh Daerah, maka yang bersangkutan dinyatakan telah
teregistrasi.

Hal 2 dari 3
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota.

7. Berkas permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus


Daerah ke anggota bersangkutan melalui Pengurus Cabang setempat
untuk dilengkapi.

D. SURAT KETERANGAN KEANGGOTAAN (SKK)


1. SKK diberikan kepada anggota yang telah melakukan pendaftaran menjadi
anggota.
2. SKK diberikan setelah permohonan dinyatakan lengkap oleh Pengurus
Daerah
3. SKK tersebut dipergunakan untuk mengambil KTA.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 3 dari 3
Lampiran. PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota.

FORMULIR REGISTRASI KEANGGOTAAN


IKATAN APOTEKER INDONESIA
Kepada Yth. (isi dengan huruf kapital)
Ketua Umum PP IAI
cq. Ketua PD IAI ……………………………………………………

Bersama ini saya mengajukan permohonan untuk menjadi anggota Ikatan Apoteker Indonesia dengan data sebagai berikut :
Nama Lengkap
Gelar
Tempat, Tgl lahir - -
Nomor KTP (Tanggal-Bulan-Tahun)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Agama


Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Handphone
Email
Asal PTF
No. Ijazah Profesi
Tahun Lulus
Tempat 1. Nama
Praktik/ Alamat
Kerja/ Jabatan Apoteker Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Pendamping Lainnya
Dinas 2. Nama
Alamat
Jabatan Apoteker Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Pendamping Lainnya
3. Nama
Alamat
Jabatan Apoteker Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Pendamping Lainnya

Sebagai kelengkapan permohonan terlampir:


1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Ijazah Pendidikan Program Profesi Apoteker yang dilegalisir
3. Fotokopi Surat Sumpah Apoteker yang dilegalisir
4. Pas Photo berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar
5. Surat Pernyataan mematuhi Kode Etik & Disiplin Profesi Apoteker,
Peraturan Organisasi serta Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kefarmasian.
6. Bukti Pembayaran Uang Pangkal dan Iuran Tahunan Anggota sesuai ketentuan berlaku.

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,

……………………………………………………………

lembar pertama untuk pengurus


TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR REGISTRASI KEANGGOTAAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)

Telah diterima berkas permohonan registrasi keanggotaan atas nama ……………………………………………………


dengan lampiran sebagai berikut :
Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Ijazah Pendidikan Program Profesi Apoteker yang dilegalisir
3. Fotokopi Surat Sumpah Apoteker yang dilegalisir
4. Pas Photo berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar
5. Surat Pernyataan mematuhi Kode Etik & Disiplin Profesi Apoteker,
Peraturan Organisasi serta Peraturan Perundang-undangan di Bidang Kefarmasian.
6. Bukti Pembayaran Uang Pangkal dan Iuran Tahunan Anggota sesuai ketentuan berlaku.

…………………………………………., …………………..

Petugas,

……………………………………………………………

Berkas Lengkap Belum lengkap

Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

lembar kedua untuk pendaftar


Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi
Anggota.
Contoh

SURAT PERNYATAAN
MEMATUHI KODE ETIK DAN PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER

Saya yang bertanda tangan dibawah ini;

Nama Lengkap : ...........................................................................


Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................
Dengan ini menyatakan:

1. Saya telah mempelajari dan memahami Kode Etik Dan Pedoman


Disiplin Apoteker Indonesia.
2. Saya akan mematuhi dan melaksanakan Kode Etik Dan Pedoman
Disiplin Apoteker Indonesia dengan baik dan benar, dalam rangka
menjaga dan memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dimanapun saya melaksanakan praktik profesi saya.
3. Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani
serta dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk saya laksanakan dengan


sepenuh hati.

....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-tahun.
Yang membuat pernyataan,

MATERAI Rp.6.000

.........................................................................
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi
Anggota
CONTOH SURAT KETERANGAN KEANGGOTAAN

KOP SURAT PENGURUS DAERAH

SURAT KETERANGAN KEANGGOTAAN


Nomor : Ket-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun
(Contoh : Nomor : Ket-007/PD IAI/Sulawesi Utara/V/2015)

Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Daerah ............................................... ,


dengan ini menerangkan bahwa :

Nama : .....................................................................................

No.Anggota ....................................................................................... (dari PP IAI)

Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................

Alamat : .....................................................................................

.....................................................................................

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Telah terdaftar sebagai anggota Ikatan Apoteker Indonesia.

Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya dan harap diserahkan kembali saat pengambilan Kartu Tanda
Anggota.

............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,

................................. .........................
NA. NA.

Catt : NA = Nomor Anggota


Lampiran. PO.001/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Registrasi Anggota.
FORMULIR PERMOHONAN NOMOR KEANGGOTAAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Pemohon : Pengurus Daerah ………………………………………………………………….

No. No.Keanggotaan (di isi oleh PP IAI) Nama Lengkap Gelar Tempat lahir Tgl lahir Nomor KTP Jenis Kelamin Agama
1
2
3
4
5
6
7
8
9
dst

Alamat Lengkap (sesuai KTP) Desa/Kelurahan Kecamatan Kab/Kota Provinsi Handphone Email Asal PTF

Tempat Praktik/Kerja (1) Tempat Praktik/Kerja (2)


Tahun Lulus No.Ijazah
Nama Aalamat Sebagai Nama Alamat Sebagai

Tempat Praktik/Kerja (3)


Nama Alamat Sebagai

………………………………………………, ………………………
Ketua PD IAI …………………………………………….

…………………………………………………………………………
PO.002/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015

TENTANG

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penguatan organisasi untuk


dapat memberikan pelayanan yang berkualitas bagi
anggota telah dilakukan penyempurnaan Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.002/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Iuran Tahunan
Anggota, dalam forum Rapat Kerja Nasional yang
berlangsung tanggal 8-9 Mei 2015 di Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
Tentang Iuran Anggota.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Iuran Anggota.

Pertama ………

Hal 1 dari 2 - PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota


Pertama : Peraturan Organisasi tentang Iuran Anggota secara lengkap
sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan
bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Iuran Anggota ini merupakan
pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di
Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.002/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Iuran Tahunan Anggota
dinyatakan TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota


Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

1. Iuran Anggota terdiri dari :


a. Uang Pangkal dan
b. Iuran Tahunan
2. Uang pangkal adalah iuran yang dibayarkan hanya satu kali oleh anggota
sewaktu pertama kali mendaftar sebagai anggota ke Pengurus Daerah
setempat, sebesar Rp. 50.000 (lima puluh ribu rupiah)
3. Iuran tahunan bagi apoteker yang baru lulus dari perguruan tinggi farmasi
untuk satu tahun pertama sebesar Rp.120.000,- (Seratus dua puluh ribu
rupiah), dan untuk tahun selanjutnya sesuai ketentuan.
4. Iuran Tahunan adalah iuran wajib bagi setiap anggota yang dibayarkan melalui
Pengurus Daerah setempat Rp. 240.000 (Dua ratus empat puluh ribu rupiah) per
tahun dan akan ditinjau kembali secara periodik.
5. Teknis penarikan iuran tahunan diatur oleh pengurus daerah masing-masing.
6. Pengalokasian Iuran Tahunan kepada masing-masing Pengurus dilakukan oleh
Pengurus Daerah.
7. Besaran alokasi Iuran Tahunan untuk masing-masing Pengurus adalah
sebagai berikut :
a. Pengurus Pusat sebesar 10% (sepuluh persen)
b. Pengurus Daerah sebesar 40% (empat puluh persen)
c. Pengurus Cabang sebesar 50% (lima puluh persen)
8. Apabila apoteker yang baru lulus dari perguruan tinggi farmasi melakukan
mutasi ke propinsi lain pada tahun pertama, maka iuran tahunan
sebagaimana poin 4 diatas di alokasikan 50% (lima puluh persen) untuk
Pengurus Daerah asal dan 50% (lima puluh persen) untuk Pengurus Daerah
tujuan sesuai proporsi sebagaimana yang dimaksud pada poin 7.
9. Pengurus Daerah menyampaikan Laporan Penarikan dan Distribusi Iuran
Tahunan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sekali kepada Pengurus Pusat
dan Tembusan kepada Pengurus Cabang.
10. Bagi anggota yang lalai dalam membayar Iuran Tahunan akan dikenakan
sanksi.

Ditetapkan ………..

Hal 1 dari 2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota
Format Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Pengurus Daerah …………………………………………………
Periode Laporan : Bulan ……………………………………………. Tahun…………………. s/d Bulan ……………………………………………….. Tahun …………………………….

Periode Penarikan & Nominal Nominal Distribusi (Rp)


No. Nomor Keanggotaan Nama Anggota
Bulan Tahun Bulan Tahun Nominal (Rp) PP (10%) PD (40%) PC (50%) Nama PC Tanggal Transfer
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
………………………………………………, ………………………
Catt : Terlampir bukti setor ke rekening Pengurus Pusat dan masing-masing Pengurus Cabang Ketua PD IAI …………………………………………….

…………………………………………………………………………
3

PO.003/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
KARTU TANDA ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.003/PP.IAI/1418/V/2015

TENTANG

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
KARTU TANDA ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang


berkualitas bagi anggota dalam pembuatan Kartu
Tanda Anggota telah dilakukan penyempurnaan Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.003/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Kartu Tanda
Anggota, dalam forum Rapat Kerja Nasional yang
berlangsung tanggal 8-9 Mei 2015 di Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
Tentang Kartu Tanda Anggota.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota.

Pertama ………

Hal 1 dari 2 - PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Kartu Tanda Anggota secara
lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Kartu Tanda Anggota ini
merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh
Apoteker di Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.003/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Kartu Tanda Anggota
dinyatakan TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
KARTU TANDA ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

1. Setiap anggota yang telah terdaftar berhak mendapatkan Kartu Tanda Anggota
2. Kartu Tanda Anggota dikeluarkan oleh Pengurus Daerah dengan masa berlaku
5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk masa 5 (lima) tahun berikutnya.
3. Format Kartu Tanda Anggota dan Nomor Registrasi Anggota ditetapkan oleh
Pengurus Pusat.
4. Nomor Anggota merupakan nomor yang diberikan oleh Pengurus Pusat dan
bersifat tetap untuk setiap Anggota sebagai bukti keanggotaan,
5. Pemberian Nomor Anggota terdiri dari 12 angka dengan rincian :
a. Delapan angka di awal menunjukkan masing-masing 2 digit tanggal, 2
digit bulan dan 4 digit tahun kelahiran
b. Enam angka di akhir menunjukkan nomor urut nasional
6. Proses pembuatan Kartu Tanda Anggota diselesaikan dalam waktu paling lama
30 (tiga puluh) hari kerja terhitung dari berkas permohonan dinyatakan
lengkap oleh Pengurus Daerah setempat
7. Kartu Tanda Anggota harus dikembalikan kepada Pengurus Daerah melalui
Pengurus Cabang apabila yang bersangkutan berhenti menjadi anggota,
dikarenakan :
a. Mengundurkan diri dari Keanggotaan
b. Terkena sanksi Organisasi Profesi
8. Pengurus Daerah memberikan Laporan Pengembalian Kartu Tanda Anggota
setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Pengurus Pusat.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 1 dari 1
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota

FORMAT
KARTU TANDA ANGGOTA

Tampak Depan
Logo IAI
Tulisan :
8,5 cm Ikatan Apoteker Indonesia
(tipe huruf = Futura Md BT
Bold)
The Indonesian Pharmacists
Association (tipe huruf =
Futura Md BT Medium)
Warna emas dengan garis
Nama : Prof. Dr. Mangku Broto, Apt.
5,5 cm

No. Anggota : 08121949000006 Warna Background :


Merah
Masa Berlaku : 10/14

Tulisan : Kartu Tanda Anggota


Alamat : Jalan Dahlia Raya
No. 312 Bubulak
(tipe huruf = Futura Md BT Bold
Bogor 14455 dan berwarna Hitam)
Jawa Barat
Bingkai Warna Emas

Warna Background
Tempat Foto Tulisan : 3 Buah Logo : Silver/Perak dan
(Background Nama, No. Anggota, Masa IAI Samar bermotif
Merah), Ukuran : Berlaku dan Alamat = tipe (Sebagai
Tinggi 2,50 cm huruf Arial Bold tambahan
dan Lebar 2 cm Background)

Tampak Belakang
8,5 cm
Logo IAI

Warna Background
: Silver/Perak dan
bermotif
I K A T A N A P O T E K E R I N D O N E S IA
( The Indonesian Pharmacist Association)
5,5 cm

PENGURUS DAERAH……… Tipe tulisan :


Arial Black Bold
Warna Hitam

Drs. Slamet R, Apt. Drs. Sugeng M., Apt.


Ketua PD….. Sekretaris PD…. Tipe tulisan :
Futura Lt BT Bold
ALAMAT PENGURUS DAERAH……. Warna Hitam
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.003/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kartu Tanda Anggota

CONTOH LAPORAN PENGEMBALIAN KTA

KOP SURAT PENGURUS DAERAH


No : B2-000/PD IAI/Nama Propinsi/bulan/tahun
(contoh: B2-006/PD IAI/Kalimantan Selatan/V/2015)
Lamp : -
Hal : Laporan Pengembalian KTA

Kepada Yth.
Ketua Umum PP IAI
di
JAKARTA

Bersama ini kami laporkan data pengembalian Kartu Tanda Anggota (KTA) dari
Pengurus Daerah …………………………………………………… periode bulan
………………………… tahun …………… sampai dengan bulan
……………………………. tahun ...................... dengan rincian sebagai berikut :
No. Alasan Pengembalian
No.KTA Nama Pemilik Mengundurkan Terkena
diri sanksi
1.
2.
3.
4.
5.
dst

..………………………………, ……………….
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH …………………………………………
Ketua, Sekretaris,

………………………………
………………………………
NA. NA.

Catt : NA = Nomor Anggota

Hal 1 dari 1
PO.004/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PENGHENTIAN KEANGGOTAAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.004/PP.IAI/1418/V/2015

TENTANG

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PENGHENTIAN KEANGGOTAAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang


berkualitas bagi anggota telah dilakukan
penyempurnaan Surat Keputusan Pengurus Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia No.004/PO/PP-IAI/V/2010
tentang Penghentian Keanggotaan, dalam forum Rapat
Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9 Mei 2015
di Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
Tentang Penghentian Keanggotaan.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.004/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Penghentian Keanggotaan.

Pertama ………

Hal 1 dari 2 - PO.004/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Penghentian Keanggotaan


Pertama : Peraturan Organisasi tentang Penghentian Keanggotaan
secara lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Penghentian Keanggotaan ini
merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh
Apoteker di Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.004/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Penghentian Keanggotaan
dinyatakan TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.004/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Penghentian Keanggotaan


Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.004/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Penghentian
Keanggotaan

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PENGHENTIAN KEANGGOTAAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA

1. Keanggotaan seorang Apoteker dalam Ikatan Apoteker Indonesia berhenti


apabila :
a. Atas permintaan sendiri atau
b. Diberhentikan karena terkena sanksi organisasi atau
c. Meninggal Dunia.
2. Permohonan pengajuan pengunduran diri sesuai poin a ditujukan kepada
Pengurus Pusat melalui Pengurus Cabang dan Pengurus Daerah setempat.
3. Kewenangan menghentikan keanggotaan seorang Apoteker dalam Ikatan
Apoteker Indonesia sebagaimana pada poin b adalah Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia setelah mendapat pertimbangan dari Majelis Pembina Etik
dan Disiplin Apoteker Pusat.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 11 dari 1
PO.005/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015

TENTANG

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang


berkualitas bagi anggota dalam pemberian
rekomendasi ijin praktik atau kerja telah dilakukan
penyempurnaan Surat Keputusan Pengurus Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia No.007/PO/PP-IAI/V/2010
tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau Kerja, dalam
forum Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal
8-9 Mei 2015 di Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
Tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau Kerja.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau Kerja .

Pertama ………

Hal 1 dari 2 - PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau
Kerja
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau
Kerja secara lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran
dan merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau
Kerja ini merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi
seluruh Apoteker di Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.007/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Rekomendasi Ijin Praktek
atau Kerja dinyatakan TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik atau
Kerja
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

A. KETENTUAN UMUM
1. Rekomendasi ijin praktik/kerja hanya diberikan kepada Apoteker anggota
Ikatan Apoteker Indonesia.
2. Permohonan rekomendasi ijin praktik/kerja oleh anggota ditujukan kepada
Pengurus Cabang setempat dimana praktik/pekerjaan kefarmasian akan
dilaksanakan.
3. Surat Rekomendasi ijin praktik/kerja ditujukan kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dimana Pengurus Cabang tersebut
berada dan memberikan tembusan kepada Pengurus Daerah sebagai
laporan.
4. Setiap permohonan rekomendasi ijin praktik/kerja dikenakan biaya
sebesar Rp 50.000., (lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 100.000.,
(seratus ribu rupiah).
5. Surat rekomendasi ijin praktik/kerja yang tidak dipergunakan harus
dikembalikan kepada Pengurus Cabang yang menerbitkannya selambat-
lambatnya 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat tersebut.
6. Surat rekomendasi ijin praktik/kerja khusus yang terkait dengan
ketersediaan tenaga Apoteker pada daerah tertentu, dikoordinasikan oleh
pengurus cabang dengan pemerintah daerah setempat.
7. Proses permohonan rekomendasi ijin praktik/kerja dapat dilakukan secara
online.
8. Penerbitan rekomendasi oleh pengurus cabang diselesaikan dalam waktu
paling lama 15 (lima belas hari) hari sejak berkas diterima dengan
persyaratan telah lengkap.

B. REKOMENDASI IJIN PRAKTIK SEBAGAI APOTEKER PENANGGUNG JAWAB


DI APOTEK/KLINIK
Pemohon mengajukan permohonan rekomendasi kepada Pengurus Cabang
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Rekomendasi Ijin
Praktik/Kerja dengan melampirkan :
1. Fotokopi KTA atau SKK yang masih berlaku
2. Fotokopi KTP atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan sesuai
dengan tempat praktik/kerja
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir,

Hal 1 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3


bulan sebelum berakhir,
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab
dan tidak akan melanggar kode etik, pedoman disiplin dan peraturan
organisasi.
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat
praktik/kerja sarana kefarmasian lain.
7. Surat ijin/rekomendasi atasan bagi apoteker yang akan praktik pada
Apotek/ Klinik di luar waktu pekerjaan utamanya,
8. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah asal anggota, yang
ditujukan ke Pengurus Daerah dimana praktik/kerja kefarmasian akan
dilaksanakan (bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota luar
propinsi).
9. Surat Keterangan Mutasi dari Pengurus Cabang asal anggota, yang
ditujukan ke Pengurus Cabang dimana praktik/kerja kefarmasian akan
dilaksanakan (bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota dalam
satu propinsi)
10. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai (bagi Apoteker
yang praktik/kerja di sarana kefarmasian milik pemerintah/korporasi).
11. Surat Pernyataan Kepemilikan sarana bermaterai cukup (bagi Apoteker
dengan modal milik sendiri)
12. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Investor (bagi Apoteker dengan
modal milik pihak lain/investor)
13. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Pimpinan Klinik (bagi pemohon
sebagai Apoteker Penanggung Jawab Klinik)
14. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian
Apoteker Penanggung Jawab)

C. REKOMENDASI IJIN PRAKTIK SEBAGAI APOTEKER PENDAMPING DI


APOTEK/KLINIK
Pemohon mengajukan permohonan rekomendasi kepada Pengurus Cabang
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Rekomendasi Ijin
Praktik/Kerja dan melampirkan :
1. Fotokopi KTA atau SKK yang masih berlaku
2. Fotokopi KTP atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan sesuai
dengan tempat praktik/kerja
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir,
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir.
5. Fotokopi SIPA Pendamping dari tempat praktik sebelumnya (bagi pemohon
SIPA Pendamping kedua atau ketiga)

Hal 2 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

6. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab


dan tidak akan melanggar kode etik, pedoman disiplin dan peraturan
organisasi.
7. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat
praktik/kerja sarana kefarmasian lain.
8. Surat ijin/rekomendasi atasan bagi apoteker yang akan praktik pada
Apotek/ Klinik di luar waktu pekerjaan utamanya.
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah asal anggota, yang
ditujukan ke Pengurus Daerah dimana praktik/kerja kefarmasian akan
dilaksanakan (bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota luar
propinsi).
10. Surat Keterangan Mutasi dari Pengurus Cabang asal anggota, yang
ditujukan ke Pengurus Cabang dimana praktik/kerja kefarmasian akan
dilaksanakan (bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota dalam
satu propinsi)
11. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai (bagi Apoteker
yang praktik/kerja di sarana kefarmasian milik pemerintah/korporasi).
12. Surat pengangkatan sebagai Apoteker Pendamping dari Apoteker
Penanggung Jawab setempat
13. Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab
ditempat praktik sebelumnya (bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau
ketiga)
14. Surat Pengantar dari Pengurus Cabang asal pemohon (bagi pemohon SIPA
Pendamping kedua atau ketiga di daerah perbatasan antara
kabupaten/kota atau propinsi)

D. REKOMENDASI IJIN PRAKTIK SEBAGAI APOTEKER PENANGGUNG JAWAB


DI RUMAH SAKIT / PUSKESMAS
Pemohon mengajukan permohonan rekomendasi kepada Pengurus Cabang
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Rekomendasi Ijin
Praktik/Kerja dan melampirkan :
1. Fotokopi KTA atau SKK yang masih berlaku
2. Fotokopi KTP atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan sesuai dengan
tempat praktik/kerja
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir,
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir,
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab
dan tidak akan melanggar kode etik, pedoman disiplin dan peraturan
organisasi.
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat
praktik/kerja sarana kefarmasian lain.

Hal 3 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

7. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah asal anggota, yang ditujukan
ke Pengurus Daerah dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan
(bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota luar propinsi).
8. Surat Keterangan Mutasi dari Pengurus Cabang asal anggota, yang
ditujukan ke Pengurus Cabang dimana praktik/kerja kefarmasian akan
dilaksanakan (bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota dalam satu
propinsi)
9. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan
rumah sakit / puskesmas.
10. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian
Apoteker Penanggung Jawab)

E. REKOMENDASI IJIN PRAKTIK SEBAGAI APOTEKER PENDAMPING DI


RUMAH SAKIT / PUSKESMAS
Pemohon mengajukan permohonan rekomendasi kepada Pengurus Cabang
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Rekomendasi Ijin
Praktik/Kerja dan melampirkan :
1. Fotokopi KTA atau SKK yang masih berlaku
2. Fotokopi KTP atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan sesuai dengan
tempat praktik/kerja
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir,
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir.
5. Fotokopi SIPA Pendamping dari tempat praktik sebelumnya (bagi pemohon
SIPA Pendamping kedua atau ketiga)
6. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab
dan tidak akan melanggar kode etik, pedoman disiplin dan peraturan
organisasi.
7. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat
praktik/kerja sarana kefarmasian lain.
8. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah asal anggota, yang ditujukan
ke Pengurus Daerah dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan
(bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota luar propinsi).
9. Surat Keterangan Mutasi dari Pengurus Cabang asal anggota, yang
ditujukan ke Pengurus Cabang dimana praktik/kerja kefarmasian akan
dilaksanakan (bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota dalam satu
propinsi)
10. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan
rumah sakit / puskesmas.
11. Surat pengangkatan sebagai Apoteker Pendamping dari Apoteker
Penanggung Jawab setempat

Hal 4 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

12. Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab
ditempat praktik sebelumnya (bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau
ketiga)
13. Surat Pengantar dari Pengurus Cabang asal pemohon (bagi pemohon SIPA
Pendamping kedua atau ketiga di daerah perbatasan antara
kabupaten/kota atau propinsi)

F. REKOMENDASI IJIN KERJA DI INDUSTRI FARMASI (OBAT/OBAT


TRADISIONAL/KOSMETIKA) / PEDAGANG BESAR FARMASI
Pemohon mengajukan permohonan rekomendasi kepada Pengurus Cabang
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Rekomendasi Ijin
Praktik/Kerja dan melampirkan :
1. Fotokopi KTA yang masih berlaku
2. Fotokopi KTP atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan sesuai dengan
tempat praktik/kerja
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir,
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker dengan masa berlaku minimal 3
bulan sebelum berakhir,
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab
dan tidak akan melanggar kode etik, pedoman disiplin dan peraturan
organisasi.
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat
praktik/kerja sarana kefarmasian lain.
7. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah asal anggota, yang ditujukan
ke Pengurus Daerah dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan
(bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota luar propinsi).
8. Surat Keterangan Mutasi dari Pengurus Cabang asal anggota, yang
ditujukan ke Pengurus Cabang dimana praktik/kerja kefarmasian akan
dilaksanakan (bagi pemohon yang berasal dari Kabupaten/Kota dalam satu
propinsi)
9. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan
perusahaan.
10. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian
Apoteker Penanggung Jawab)
11. Surat perjanjian kerja antara Pimpinan perusahaan dan apoteker dengan
menggunakan materai

Ditetapkan ………………

Hal 5 dari 6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 6 dari 6
Lampiran. PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik/Kerja

FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI


IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(isi dengan huruf kapital)
Untuk Permohonan Sebagai Apoteker di Apotek / Klinik
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………………
Bersama ini saya mengajukan permohonan rekomendasi ijin praktik dengan data sebagai berikut :
A. Data Pemohon
Nomor KTP
No.KTA
Nama Lengkap
(Tanggal-Bulan-Tahun)
Gelar
Tempat, Tgl lahir - -

Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi

Handphone
Email
No.STRA
- -
Masa Berlaku s/d
No.Sertifikat Kompetensi - -
Masa Berlaku s/d
B. DATA SARANA KEFARMASIAN
Nama Sarana
Alamat lengkap
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi Apotek Klinik Status Kepemilikan Milik Sendiri Milik Pihak Lain
Jenis Sarana
Sebagai Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Pendamping
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana kefarmasian lain
7. Surat ijin/rekomendasi atasan ( bagi apoteker yang akan praktik pada Apotek/ Klinik di luar waktu
pekerjaan utamanya )
8. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)

1
10. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai (bagi Apoteker yang praktik/kerja
di sarana kefarmasian milik pemerintah/korporasi)
11. Surat Pernyataan Kepemilikan bermaterai cukup (bagi Apoteker dengan modal milik sendiri)
12. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Investor (bagi Apoteker dengan modal milik pihak lain/investor)
13. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Pimpinan Klinik (bagi pemohon sebagai Apoteker
Penanggung Jawab Klinik)
14. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker Penanggung Jawab)
15. Surat pengangkatan sebagai Apoteker Pendamping dari Apoteker Penanggung Jawab setempat
(bagi permohonan sebagai Apoteker Pendamping)
16. Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab ditempat praktik sebelumnya
(bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau ketiga)

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,

……………………………………………………………

lembar pertama untuk pengurus

2
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI
IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)

Telah diterima berkas permohonan rekomendasi atas nama ……………………………………………………


dengan lampiran sebagai berikut : Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana
kefarmasian lain
7. Surat ijin/rekomendasi atasan ( bagi apoteker yang akan praktik pada Apotek/ Klinik di luar waktu
pekerjaan utamanya )
8. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
10 Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai (bagi Apoteker yang praktik/kerja
di sarana kefarmasian milik pemerintah/korporasi)
11 Surat Pernyataan Kepemilikan bermaterai cukup (bagi Apoteker dengan modal milik sendiri)
12 Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Investor (bagi Apoteker dengan modal milik
pihak lain/investor)
13 Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Pimpinan Klinik (bagi pemohon sebagai Apoteker
Penanggung Jawab Klinik)
14 Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker
Penanggung Jawab)
15 Surat pengangkatan sebagai Apoteker Pendamping dari Apoteker Penanggung Jawab setempat
(bagi permohonan sebagai Apoteker Pendamping)
16 Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab ditempat praktik sebelumnya
(bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau ketiga)

…………………………………………., …………………..

Petugas,

……………………………………………………………

Berkas Lengkap Belum lengkap

Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

lembar kedua untuk pemohon

3
Lampiran. PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik/Kerja

FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI


IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(isi dengan huruf kapital)
Untuk Permohonan Sebagai Apoteker di Rumah Sakit / Puskesmas
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………………
Bersama ini saya mengajukan permohonan rekomendasi ijin praktik dengan data sebagai berikut :
A. Data Pemohon
Nomor KTP
No.KTA
Nama Lengkap
(Tanggal-Bulan-Tahun)
Gelar
Tempat, Tgl lahir - -

Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi

Handphone
Email
No.STRA
- -
Masa Berlaku s/d
No.Sertifikat Kompetensi - -
Masa Berlaku s/d
B. DATA SARANA KEFARMASIAN
Nama Sarana
Alamat lengkap
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi Rumah Sakit Puskesmas
Jenis Sarana
Sebagai Apoteker Penanggung Jawab Apoteker Pendamping
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana kefarmasian lain
7. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan Rumah Sakit / Puskesmas
8. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
10. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker Penanggung Jawab)

1
11. Surat pengangkatan sebagai Apoteker Pendamping dari Apoteker Penanggung Jawab setempat
(bagi permohonan sebagai Apoteker Pendamping)
12. Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab ditempat praktik sebelumnya
(bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau ketiga)

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

(di isi oleh petugas) …………………………………………., …………………..


Diterima - - (nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,
Berkas Lengkap Belum lengkap

……………………………………………………………

lembar pertama untuk pengurus

2
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI
IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)

Telah diterima berkas permohonan rekomendasi atas nama ……………………………………………………


dengan lampiran sebagai berikut : Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja
sarana kefarmasian lain
7. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan Rumah Sakit / Puskesmas
8. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
10 Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker
Penanggung Jawab)
11 Surat pengangkatan sebagai Apoteker Pendamping dari Apoteker Penanggung Jawab setempat
(bagi permohonan sebagai Apoteker Pendamping)
12 Surat Keterangan tentang jadwal praktik dari Apoteker Penanggung Jawab ditempat praktik sebelumnya
(bagi pemohon SIPA Pendamping kedua atau ketiga)

…………………………………………., …………………..

Petugas,

……………………………………………………………

Berkas Lengkap Belum lengkap

Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

lembar kedua untuk pemohon

3
Lampiran. PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin Praktik/Kerja

FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI


IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(isi dengan huruf kapital)
Untuk Permohonan Sebagai Apoteker di Industri Farmasi & Pedagang Besar Farmasi
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………………
Bersama ini saya mengajukan permohonan rekomendasi ijin kerja dengan data sebagai berikut :
A. Data Pemohon
Nomor KTP
No.KTA
Nama Lengkap
(Tanggal-Bulan-Tahun)
Gelar
Tempat, Tgl lahir - -

Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi

Handphone
Email
No.STRA
- -
Masa Berlaku s/d
No.Sertifikat Kompetensi - -
Masa Berlaku s/d
B. DATA SARANA KEFARMASIAN
Nama Sarana
Alamat lengkap
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi Industri Obat Industri Obat Tradisonal Industri Kosmetika Pedagang Besar Farmasi
Jenis Sarana
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana kefarmasian lain
7. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan perusahaan.
8. Surat perjanjian kerja antara Pimpinan perusahaan dan apoteker bermaterai cukup
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
10. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
11. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker Penanggung Jawab)

1
Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,

……………………………………………………………

lembar pertama untuk pengurus

2
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI
IJIN PRAKTIK ATAU KERJA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)
Telah diterima berkas permohonan rekomendasi atas nama ……………………………………………………
dengan lampiran sebagai berikut : Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku
3. Fotokopi Surat Tanda Registrasi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
4. Fotokopi Sertifikat Kompetensi Apoteker yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum berakhir)
5. Surat Pernyataan akan melaksanakan praktik secara bertanggung jawab dan tidak akan melanggar
kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi
6. Surat Pernyataan tidak sebagai Apoteker Penanggung Jawab di tempat praktik/kerja sarana
kefarmasian lain
7. Surat Keterangan/Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai dari pimpinan perusahaan.
8. Surat perjanjian kerja antara Pimpinan perusahaan dan apoteker bermaterai cukup
9. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Daerah darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Daerah setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar propinsi setempat)
10. Surat Keterangan mutasi dari Pengurus Cabang darimana anggota berasal yang ditujukan
ke Pengurus Cabang setempat dimana praktik/kerja kefarmasian akan dilaksanakan (bagi pemohon
yang berasal dari luar Kab/Kota setempat)
11. Berita Acara Serah Terima Tanggung Jawab (bagi permohonan penggantian Apoteker
Penanggung Jawab)

…………………………………………., …………………..

Petugas,

……………………………………………………………

Berkas Lengkap Belum lengkap

Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

lembar kedua untuk pemohon

3
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja

Contoh

SURAT PERNYATAAN
MEMATUHI KODE ETIK DAN PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER

Saya yang bertanda tangan dibawah ini;

Nama Lengkap : ...........................................................................


No.Anggota : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................

Dengan ini menyatakan:

1. Saya telah mempelajari dan memahami Kode Etik Dan Pedoman


Disiplin Apoteker Indonesia.
2. Saya akan mematuhi dan melaksanakan Kode Etik Dan Pedoman
Disiplin Apoteker Indonesia dengan baik dan benar, dalam rangka
menjaga dan memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dimanapun saya melaksanakan praktik profesi saya.
3. Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani
serta dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk saya laksanakan dengan


sepenuh hati.

....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-tahun.
Yang membuat pernyataan,

materai Rp.6.000,-

.........................................................................
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja

Contoh

SURAT PERNYATAAN
KEPEMILIKAN MODAL

Saya yang bertanda tangan dibawah ini;

Nama Lengkap : ...........................................................................


No.Anggota : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................

Dengan ini menyatakan bahwa saya adalah pemilik modal Apotek/Klinik*


tempat saya akan melaksanakan praktik kefarmasian.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani serta dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.

....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-tahun.
Yang membuat pernyataan,

Materai Rp.6.000

.........................................................................

*) coret salah satu


Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja

Contoh

SURAT PENGANGKATAN
APOTEKER PENDAMPING

Saya yang bertanda tangan dibawah ini selaku Apoteker Penanggung Jawab
Apotek/Klinik/IFRS/Puskesmas * ...............................................................
yang beralamat di ........................................................................................

Dengan ini mengangkat sejawat :


Nama Lengkap : ...........................................................................
No.Anggota : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................
sebagai Apoteker Pendamping di Apotek/Klinik/IFRS/Puskesmas * .............
..................................................................................................................

Demikianlah surat pengangkatan dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

....................................., ........................

.......................................................................
NA............................................................
......
*) coret salah satu
NA : Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja

Contoh

SURAT KETERANGAN
JADWAL PRAKTIK APOTEKER PENDAMPING

Saya yang bertanda tangan dibawah ini selaku Apoteker Penanggung Jawab
Apotek/Klinik/IFRS/Puskesmas * .......... .....................................................
yang beralamat di .........................................................................................

Dengan ini menerangkan bahwa sejawat :


Nama Lengkap : ...........................................................................
No.Anggota : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................
Menjalankan praktik sebagai Apoteker Pendamping di
Apotek/Klinik/IFRS/Puskesmas * ................................................................
setiap hari ........................................................ jam .....................................

Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya..

....................................., ......................

.......................................................................

NA..................................................................
*) coret salah satu
NA = Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja

Contoh

SURAT PERNYATAAN
TIDAK SEBAGAI APOTEKER PENANGGUNG JAWAB

Saya yang bertanda tangan dibawah ini;

Nama Lengkap : ..........................................................................


No.Anggota : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................

Dengan ini menyatakan bahwa saya tidak berpraktik/bekerja sebagai


Apoteker Penanggung Jawab di sarana kefarmasian lainnya.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani serta dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.

....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-tahun.
Yang membuat pernyataan,

materai Rp.6.000

.........................................................................
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

Contoh Surat Rekomendasi

KOP SURAT PENGURUS CABANG

SURAT REKOMENDASI IJIN PRAKTIK/KERJA


No.Rek-000/PC IAI/Nama Kab-Kota/Bulan/Tahun
(Contoh : No.Rek-007/PC IAI/Jakarta Pusat/V/2015)

Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Cabang .................................................


dengan ini memberikan rekomendasi kepada :
Nama : .........................................................................................
No.KTP : .........................................................................................
No.Anggota : .........................................................................................
No.Sertifikat
Kompetensi : .........................................................................................
Masa berlaku Sertifikat Kompetensi sampai dengan ..........................................
No.STRA : .........................................................................................
Masa berlaku STRA sampai dengan ..................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .........................................................................................
Alamat : .........................................................................................
..........................................................................................
.........................................................................................
No Handphone : .........................................................................................
Alamat email : .........................................................................................

Untuk melaksanakan praktik/kerja di :


Nama Sarana Kefarmasian : .................................................................
Alamat : .................................................................
Sebagai Apoteker /Apoteker Penanggung Jawab /Apoteker Pendamping *,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Demikianlah surat rekomendasi ini diberikan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS CABANG .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................ ..............................
NA. NA.

Catatan :
*) Coret yang tidak sesuai
NA = Nomor Anggota

- Surat Rekomendasi ijin praktik/kerja ini dibuat 3 (tiga) rangkap dengan rincian :1 (satu)
rangkap untuk pemohon, 1 (satu) rangkap untuk Pengurus Daerah sebagai laporan dan
1 (satu) rangkap untuk Arsip Pengurus Cabang.
- Surat rekomendasi ijin praktik/kerja yang tidak dipergunakan harus dikembalikan
kepada Pengurus Cabang yang menerbitkannya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
sejak diterbitkannya surat tersebut
PO.006/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015

TENTANG

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang


berkualitas bagi anggota telah dilakukan
penyempurnaan Surat Keputusan Pengurus Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia No.008/PO/PP-IAI/V/2010
tentang Lolos Butuh, dalam forum Rapat Kerja
Nasional yang berlangsung tanggal 8-9 Mei 2015 di
Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
Tentang Mutasi Anggota.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Mutasi Anggota .
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Mutasi Anggota secara lengkap
sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan
bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.

Kedua………

Hal 1 dari 2 - PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota


Kedua : Peraturan Organisasi tentang Mutasi Anggota ini merupakan
pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di
Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.008/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Lolos Butuh dinyatakan
TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota


Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA

A. KETENTUAN UMUM
1. Mutasi Anggota adalah perpindahan anggota atau tempat praktik/kerja ke
wilayah lain, baik antar Kabupaten/Kota maupun antar propinsi.
2. Surat Pengantar Mutasi anggota adalah surat yang dikeluarkan oleh
Pengurus Cabang atau Pengurus Daerah asal yang ditujukan kepada
Pengurus Cabang atau Pengurus Daerah tujuan
3. Proses permohonan surat pengantar mutasi di selesaikan dalam waktu
paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung dari mulai berkas dinyatakan
lengkap oleh Pengurus Cabang atau Pengurus Daerah. Berkas
permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus Cabang
atau Pengurus Daerah kepada pemohon bersangkutan.
4. Pengurusan surat pengantar mutasi tidak dikenakan biaya.
5. Surat pengantar mutasi berlaku selama 30 (tiga puluh hari) hari sejak
tanggal dikeluarkan.
6. Pengajuan permohonan surat pengantar mutasi dapat dilakukan secara
online.

B. MUTASI ANTAR PROPINSI


1. Pemohon mengajukan permohonan ke Pengurus Daerah melalui Pengurus
Cabang setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Mutasi dan
melampirkan:
a. Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku
b. Fotokopi KTP yang masih berlaku
c. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya
d. Borang Resertifikasi masa kompetensi tahun berjalan yang sudah di
verifikasi oleh tim resertifikasi.
2. Pengurus Cabang memberikan surat pengantar permohonan mutasi yang
ditujukan kepada Pengurus Daerah setempat.
3. Pengurus Daerah setempat selanjutnya membuat surat pengantar mutasi
antar propinsi yang ditujukan kepada Pengurus Daerah tujuan dan
ditembuskan kepada Pengurus Pusat sebagai laporan.
4. Pengurus Daerah yang dituju membuat surat pengantar mutasi kepada
Pengurus Cabang yang dituju.

Hal 1 of 2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota

C. MUTASI ANTAR KABUPATEN/ KOTA DALAM SATU PROPINSI


1. Pemohon mengajukan permohonan ke Pengurus Cabang setempat dengan
mengisi Formulir Permohonan Mutasi dan melampirkan :
a. Fotokopi KTA yang masih berlaku
b. Fotokopi KTP yang masih berlaku
c. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya
d. Borang Resertifikasi masa kompetensi tahun berjalan yang sudah di
verifikasi oleh tim resertifikasi..
2. Pengurus Cabang memberikan surat pengantar mutasi Antar Kabupaten/
Kota dalam satu Propinsi yang ditujukan kepada Pengurus Cabang yang
dituju dengan tembusan kepada Pengurus Daerah setempat sebagai
Laporan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 of 2
Lampiran. PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota

FORMULIR PERMOHONAN MUTASI


IKATAN APOTEKER INDONESIA
(isi dengan huruf kapital)
Permohonan Mutasi Antar Kabupaten/Kota Dalam Satu Propinsi
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………………
Bersama ini saya mengajukan permohonan mutasi dengan data sebagai berikut :
Nomor KTP
No.KTA
Nama Lengkap
(Tanggal-Bulan-Tahun)
Gelar
Tempat, Tgl lahir - -

Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi

Handphone
Email
Kab/Kota Tujuan
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku ( 3 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (3 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (3 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (3 rangkap)

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,

……………………………………………………………

Keterangan :
1 rangkap untuk arsip PC IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PC IAI tujuan
1 rangkap untuk arsip PD IAI setempat

Lembar pertama untuk pengurus

1
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN MUTASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA

(di isi oleh petugas)

Telah diterima berkas permohonan mutasi atas nama ……………………………………………………


dengan lampiran sebagai berikut : Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku (3 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (3 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (3 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (3 rangkap)

…………………………………………., …………………..

Petugas,

……………………………………………………………

Berkas Lengkap Belum lengkap

Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

Lembar kedua untuk pemohon

2
Lampiran. PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota

FORMULIR PERMOHONAN MUTASI


IKATAN APOTEKER INDONESIA
(isi dengan huruf kapital)
Permohonan Mutasi Antar Kabupaten/Kota Luar Propinsi
Kepada Yth.
Ketua PD IAI …………………………………………………
Up. Ketua PC IAI …………………………………………………
Bersama ini saya mengajukan permohonan mutasi dengan data sebagai berikut :
Nomor KTP
No.KTA
Nama Lengkap
(Tanggal-Bulan-Tahun)
Gelar
Tempat, Tgl lahir - -

Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi

Handphone
Email
Provinsi Tujuan
Kab/Kota Tujuan
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku (5 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (5 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (5 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (5 rangkap)

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,

……………………………………………………………
Keterangan :
1 rangkap untuk arsip PC IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PD IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PD IAI tujuan
1 rangkap untuk arsip PP IAI
1 rangkap untuk arsip PC IAI tujuan

Lembar pertama untuk pengurus

1
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN MUTASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)

Telah diterima berkas permohonan mutasi atas nama ……………………………………………………


dengan lampiran sebagai berikut : Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku (4 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (4 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (4 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (4 rangkap)

…………………………………………., …………………..

Petugas,

……………………………………………………………

Berkas Lengkap Belum lengkap

Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

Lembar kedua untuk pemohon

2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
Mutasi ke Kabupaten /Kota dalam satu Propinsi
CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PC IAI setempat ke PC IAI tujuan

KOP SURAT PENGURUS CABANG

No : B2-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun


(contoh : B2-004/PC IAI/Kabupaten Pandeglang/V/2015)
Lamp : 1 (satu) rangkap
Hal : Pengantar Mutasi

Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………
Di
Tempat

Bersama ini kami memberikan pengantar mutasi bagi sejawat :


Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
yang akan mutasi ke Kab/Kota ....................................................................
Bersama ini kami lampirkan :
1) Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku
2) Fotokopi KTP yang masih berlaku
3) Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya
4) Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan.
Segala yang menjadi hak dan kewajiban, baik sebagai anggota maupun
sebagai apoteker di tempat praktik / kerja sebelumnya, telah diselesaikan
oleh yang bersangkutan.
Demikianlah surat pengantar ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS CABANG .................................
Ketua, Sekretaris,

............................... ...................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Tembusan disampaikan kepada :
1. Yth. Ketua PD IAI ……………………………………………..
2. Arsip
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
Mutasi ke Kabupaten /Kota di luar Provinsi
Contoh : Pengantar Permohonan Mutasi dari PC IAI ke PD IAI setempat

KOP SURAT PENGURUS CABANG

No : B2-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun


(contoh : B2-005/PC IAI/Kota Cilegon/V/2015)
Lamp : 1 (satu) rangkap
Hal : Pengantar Permohonan Mutasi

Kepada Yth.
Ketua PD IAI ……………………………………………
Di
Tempat

Bersama ini kami teruskan permohonan mutasi dari sejawat :


Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
yang akan mutasi ke Kab/Kota ....................................................................
di Provinsi .......................................................................
Segala yang menjadi hak dan kewajiban, baik sebagai anggota maupun
sebagai apoteker di tempat praktik / kerja sebelumnya, telah diselesaikan
oleh yang bersangkutan.
Bersama ini kami lampirkan :
1) Fotokopi surat permohonan mutasi dari yang bersangkutan
2) Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku ( 4 rangkap )
3) Fotokopi KTP yang masih berlaku ( 4 rangkap )
4) Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya ( 4 rangkap )
5) Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. ( 4 rangkap )
Demikianlah surat pengantar ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS CABANG .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PD IAI setempat ke PD IAI Tujuan

KOP SURAT PENGURUS DAERAH

No : B2-000/PD IAI/ Nama Provinsi/ bulan/ tahun


(contoh : B2-005/PD IAI/Banten/V/2015)
Lamp : 1 (satu) rangkap
Hal : Pengantar Mutasi

Kepada Yth.
Ketua PD IAI ……………………………………………
Di
Tempat

Bersama ini kami memberikan pengantar mutasi bagi sejawat :


Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
....................................................................................
yang akan mutasi ke Kab/Kota ....................................................................
di Provinsi .......................................................................
Segala yang menjadi hak dan kewajiban, baik sebagai anggota maupun
sebagai apoteker di tempat praktik / kerja sebelumnya, telah diselesaikan
oleh yang bersangkutan.

Bersama ini kami lampirkan :


1) Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku ( 2 rangkap )
2) Fotokopi KTP yang masih berlaku ( 2 rangkap )
3) Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya ( 2 rangkap )
4) Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. ( 2 rangkap )
Demikianlah surat pengantar ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota

Tembusan disampaikan kepada :


1. Ketua Umum PP IAI sebagai laporan
2. Arsip
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.006/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PD IAI tujuan ke PC IAI tujuan

KOP SURAT PENGURUS DAERAH

No : B2-000/PD IAI/ Nama Provinsi/ bulan/ tahun


(contoh : B2-008/PD IAI/Lampung/V/2015)
Lamp : 1 (satu) rangkap
Hal : Pengantar Mutasi

Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………
Di
Tempat

Bersama ini kami memberikan pengantar mutasi bagi sejawat :


Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
....................................................................................
.....................................................................................
yang akan mutasi ke Kab/Kota ....................................................................
Bersama ini kami lampirkan :
1) Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku
2) Fotokopi KTP yang masih berlaku
3) Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya
4) Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan.
Segala yang menjadi hak dan kewajiban, baik sebagai anggota maupun
sebagai apoteker di tempat praktik / kerja sebelumnya, telah diselesaikan
oleh yang bersangkutan.
Demikianlah surat pengantar ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
PO.007/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.007/PP.IAI/1418/V/2015

TENTANG

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penataan organisasi himpunan


seminat telah dilakukan penyempurnaan Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.009/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Himpunan
Seminat, dalam forum Rapat Kerja Nasional yang
berlangsung tanggal 8-9 Mei 2015 di Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
Tentang Himpunan Seminat.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.007/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Himpunan Seminat .
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Himpunan Seminat secara
lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.

Kedua………

Hal 1 dari 2 - PO.007/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Himpunan Seminat


Kedua : Peraturan Organisasi tentang Himpunan Seminat ini
merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh
Apoteker di Indonesia
Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.009/PO/PP-IAI/V/2010 tentang Himpunan Seminat
dinyatakan TIDAK BERLAKU.
Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.007/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Himpunan Seminat


Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.007/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Himpunan Seminat

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

1. Himpunan seminat dibentuk di tingkat Pengurus Pusat IAI dan Pengurus Daerah
IAI, melalui musyawarah nasional himpunan seminat di tingkat pusat dan
musyawarah daerah himpunan seminat di tingkat daerah.
2. Untuk sementara Himpunan Seminat dibentuk untuk :
a. Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit (HISFARSI)
b. Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (HISFARMA)
c. Himpunan Seminat Farmasi Distribusi (HISFARDIS)
d. Himpunan Seminat Farmasi Industri (HISFARIN)
e. Himpunan Apoteker Seminat Obat Tradisional (HIMASTRA)
Dan selanjutnya dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

3. Penyebutan nama Himpunan seminat adalah Nama Himpunan Seminat diikuti


nama Pengurus Pusat IAI atau Pengurus Daerah IAI dan nama Propinsinya.
Contohnya untuk Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit penyebutannya
adalah Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia disingkat HISFARSI PP IAI dan untuk daerah misalnya Jawa Tengah
HISFARSI PD IAI Jawa Tengah.
4. Surat Keputusan Penetapan Susunan Pengurus Himpunan Seminat di tingkat
pusat dikeluarkan dan dikukuhkan oleh Pengurus Pusat IAI
5. Surat Keputusan Penetapan Susunan Pengurus Himpunan Seminat di tingkat
daerah dikeluarkan dan dikukuhkan oleh Pengurus Daerah IAI
6. Himpunan Seminat di tingkat pusat merupakan bagian integral dari struktur
kepengurusan IAI di tingkat Pengurus Pusat.
7. Himpunan Seminat di tingkat daerah merupakan bagian integral dari struktur
kepengurusan IAI di tingkat Pengurus Daerah.
8. Hubungan antara Himpunan Seminat di tingkat pusat dengan Himpunan Seminat
di tingkat daerah merupakan hubungan koordinatif.
9. Himpunan Seminat di tingkat pusat berkedudukan di dalam wilayah yang sama
dengan Pengurus Pusat IAI.
10. Himpunan Seminat di tingkat daerah berkedudukan di dalam wilayah yang sama
dengan Pengurus Daerah IAI.
11. Struktur Kepengurusan Himpunan Seminat Daerah adalah mengacu pada Struktur
Kepengurusan Himpunan Seminat Pusat sesuai kebutuhan Daerah.

Hal 1 dari 2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.007/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Himpunan Seminat

12. Pengurus Himpunan Seminat di tingkat pusat memberikan laporan setiap 1 (satu)
tahun kepada Pengurus Pusat IAI.
13. Pengurus Himpunan Seminat di tingkat daerah memberikan laporan setiap 1
(satu) tahun kepada Pengurus Daerah IAI.
14. Himpunan Seminat memiliki tugas dan fungsi :
a. Membantu sosialisasi kebijakan dan program IAI dalam hubungan
vertikal organisasi sesuai dengan tingkatannya.
b. Melakukan komunikasi, interaksi dan kerjasama dengan himpunan
seminat yang yang ada di lingkungan IAI.
c. Melakukan Manajemen Internal Administrasi, Keuangan dan Inventaris
Organisasi
d. Berperan pada pembinaan dan pengembangan kompetensi praktik
Apoteker yang dilakukan IAI
e. Membantu kebijakan dan skema program kegiatan ”CPD” PD-IAI
f. Melakukan peningkatkan dan pengembangan mutu praktik para anggota.
g. Mengadakan serta menyelenggarakan program kegiatan melalui pertemuan
ilmiah dan keprofesian yang bersifat lokal, nasional dan internasional
h. Memfasilitasi, mengkoordinasi dan membina keberadaan serta
pengembangan himpunan seminat-sejenis.
i. Membangun, mengelola dan mengembangkan sistem Informasi dan
publikasi sesuai kebutuhan organisasi dan anggota.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2
PO.008/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015

TENTANG

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penataan dan peningkatan


kualitas organisasi telah dilakukan penyusunan
aturan terkait tugas dan wewenang pengurus sesuai
tingkatannya dalam forum Rapat Kerja Nasional yang
berlangsung tanggal 8-9 Mei 2015 di Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
Tentang tugas dan wewenang pengurus.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang Pengurus.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Tugas dan Wewenang Pengurus
secara lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.

Kedua………

Hal 1 dari 2 - PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas & Wewenang Pengurus
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Tugas dan Wewenang Pengurus
ini merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi
seluruh Apoteker di Indonesia
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas & Wewenang Pengurus
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS
IKATAN APOTEKER INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1
Ketentuan Umum

1. Organisasi adalah Ikatan Apoteker Indonesia


2. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
3. Dewan adalah Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Dewan Pakar dan Dewan
Pengawas
4. MEDAI Pusat adalah Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat
5. Himpunan adalah Himpunan Seminat dan Indonesia Young Pharmacist Group
6. Pengurus Daerah adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia
7. MEDAI Daerah adalah Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Daerah
8. Pengurus Cabang adalah Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia

Pasal 2
Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan ditetapkannya tugas dan wewenang pengurus organisasi ini
adalah untuk memberikan panduan bagi jajaran pengurus organisasi dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang sebagai pengurus organisasi.

Pasal 3
Ruang Lingkup

Ruang lingkup Tata Hubungan Kerja organisasi ini meliputi :


1. Pengurus Pusat
2. Pengurus Daerah
3. Pengurus Cabang
4. Dewan Pengawas
5. Majelis Etik dan Displin Apoteker Indonesia

Hal 1 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

BAB II
PENGURUS PUSAT

Pasal 4
Tugas dan Wewenang
Ketua Umum
Tugas dan Wewenang Ketua Umum adalah :
1. Memimpin Organisasi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Melaksanakan Keputusan-Keputusan Kongres Nasional, Rapat Kerja
Nasional Ikatan Apoteker Indonesia dan Keputusan Rapat Organisasi
lainnya;
3. Membuat keputusan dan kebijaksanaan organisasi serta menyusun rencana
strategis secara kolektif bersama seluruh pengurus;
4. Mewakili Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dalam kerjasama dan
pembinaan hubungan dengan pihak-pihak lain;
5. Mewakili Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia dalam konsolidasi
organisasi dengan seluruh jajaran pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
6. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan organisasi profesi
kesehatan lainnya dan Asosiasi Kesehatan;
7. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban organisasi pada akhir masa
bakti di forum Kongres Nasional;
8. Bersama Sekretaris Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal
menandatangani surat-surat keluar;
9. Bersama Bendahara Umum menanda tangani check atau giro;

Pasal 5
Tugas dan Wewenang
Wakil Ketua Umum

Tugas dan Wewenang Wakil Ketua Umum adalah:


1. Membantu Ketua Umum mengarahkan, mengkoordinasikan, memantau
dan mengawasi pelaksanaan program organisasi oleh bidang/ badan/
himpunan dilingkungan Pengurus Pusat.
2. Membantu Ketua Umum memantau dan mengkoordinasikan kegiatan
pelaksanaan program kerja dilingkungan Pengurus Pusat.
3. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua Umum, apabila Ketua Umum
berhalangan menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis
dari Ketua Umum.
4. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Wakil Ketua Umum bertanggung-
jawab kepada Ketua Umum.
Hal 2 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

Pasal 6
Tugas dan Wewenang
Sekretaris Jenderal

Tugas dan Wewenang Sekretaris Jenderal adalah :


1. Memimpin dan bertanggung jawab atas pengelolaan Sekretariat Pengurus
Pusat Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Mewakili tugas Ketua Umum, apabila Ketua Umum berhalangan
menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan dari Ketua Umum;
3. Mendampingi Ketua Umum dalam hubungan organisasi dengan pihak-
pihak internal organisasi maupun pihak-pihak eksternal organisasi.
4. Bersama Ketua Umum menandatangani surat-surat keluar;
5. Bersama Ketua Umum dan Bendahara Umum menandatangani dokumen-
dokumen keuangan, khususnya buku setoran dan Cheque pada Bank
dimana dana organisasi tersimpan.
6. Melakukan koordinasi penyusunan database organisasi dengan Bidang
Organisasi dan Koordinator Wilayah;
7. Melakukan koordinasi terkait tampilan dan isi laman organisasi dengan
Bidang terkait;
8. Mendampingi Ketua Umum dan/atau Wakil Ketua Umum dalam memimpin
rapat-rapat organisasi;
9. Dalam pelaksanaan tugas rutin, Sekretaris dapat melakukan pembagian
tugas dengan Wakil-Wakil Sekretaris Jenderal;
10. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Sekretaris Jenderal bertanggungjawab
kepada Ketua Umum.

Pasal 7
Tugas dan Wewenang
Wakil Sekretaris Jenderal

Tugas dan Wewenang Wakil Sekretaris Jenderal adalah :


1. Membantu Sekretaris Jenderal dalam melaksanakan tugasnya.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Sekretaris Jenderal apabila berhalangan
tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis dari Sekretaris Jenderal.
3. Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang ditetapkan oleh Sekretaris
Jenderal dalam rangka kelancaran Sekretariat Pengurus Pusat.
4. Dalam melaksanakan tugasnya Wakil Sekretaris Jenderal bertanggung
jawab kepada Sekretaris Jenderal.

Hal 3 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

Pasal 8
Tugas dan Wewenang
Bendahara Umum

Tugas dan wewenang Bendahara Umum adalah :


1. Mengelola keuangan organisasi sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
Pengurus Pusat.
2. Bersama-sama Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal mendatangani
dokumen-dokumen keuangan, khususnya Buku Setoran dan Cheque pada
Bank dimana dana organisasi tersimpan.
3. Mengkoordinir dan bertanggungjawab dalam pengadaan dana organisasi
dari sumber yang sah sesuai dengan ketentuan Organisasi.
4. Melaporkan secara periodik penggunaan dana organisasi serta kekayaan
organisasi kepada Rapat Pleno Pengurus Pusat minimal 6 (enam) bulan
sekali.
5. Menunjuk secara tertulis salah seorang Wakil Bendahara yang bertindak
untuk dan atas nama Bendahara Umum apabila berhalangan tugas.
6. Dalam melaksanakan tugas rutin, Bendahara Umum dapat menentukan
pembagian tugas para Wakil Bendahara.
7. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Bendahara Umum bertanggung-
jawab kepada Ketua Umum.

Pasal 9
Tugas dan Wewenang
Wakil Bendahara

Tugas dan Wewenang Wakil Bendahara adalah :


1. Membantu Bendahara Umum dalam melaksanakan tugasnya.
2. Membantu Bendahara Umum apabila Bendahara Umum berhalangan tugas.
3. Membantu Bendahara Umum dalam tugas pengadaan dana maupun
pengelolaan dana organisasi sesuai dengan pembagian tugas yang
ditetapkan oleh Bendahara Umum,
4. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Wakil Bendahara bertanggung-jawab
kepada Bendahara Umum.

Hal 4 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

Pasal 10
Tugas dan Wewenang
Ketua Bidang

Tugas dan Wewenang Ketua Bidang adalah:


1. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program-
program Bidang.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua Umum, apabila Ketua Umum
berhalangan menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis
dari Ketua Umum.
3. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya bertanggung-jawab kepada Ketua
Umum.

Pasal 11
Tugas dan Wewenang
Ketua Badan

Tugas dan Wewenang Ketua Badan adalah:


1. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program-
program Badan.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua Umum, apabila Ketua Umum
berhalangan menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis
dari Ketua Umum.
3. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya bertanggung-jawab kepada Ketua
Umum.

Pasal 12
Tugas dan Wewenang
Ketua Himpunan

Tugas dan Wewenang Ketua Himpunan adalah:


1. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program-
program Himpunan.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua Umum, apabila Ketua Umum
berhalangan menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis
dari Ketua Umum.
3. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya bertanggung-jawab kepada Ketua
Umum.

Hal 5 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

Pasal 13
Tugas dan Wewenang
Koordinator Wilayah

Tugas dan Wewenang Koordinator Wilayah adalah :


1. Melakukan pembinaan, pemantauan terhadap potensi daerah berdasarkan
kultur wilayah dan sumber daya manusia yang tersedia diwilayah kerjanya.
2. Mendorong terciptanya dinamisasi aktivitas pelaksanaan program diwilayah
kerjanya.
3. Menyerap aspirasi dan menyelesaikan masalah organisasi yang ada
diwilayah kerjanya.
4. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua Umum, apabila Ketua Umum
berhalangan menjalankan tugas di wilayahnya sesuai dengan penunjukan
secara tertulis dari Ketua Umum
5. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya bertanggung-jawab kepada Ketua
Umum.

BAB III
PENGURUS DAERAH

Pasal 14
Tugas dan Wewenang
Ketua Pengurus Daerah

Tugas dan Wewenang Ketua adalah :


1. Memimpin Organisasi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Melaksanakan Keputusan-Keputusan Konferensi Daerah, Rapat Kerja
Daerah Ikatan Apoteker Indonesia dan Keputusan Rapat Organisasi lainnya;
3. Membuat keputusan dan kebijaksanaan organisasi serta menyusun rencana
strategis secara kolektif bersama seluruh pengurus;
4. Menjalin kerjasama dan melakukan koordinasi dengan organisasi profesi
kesehatan lainnya
5. Menjalin kerjasama dan membina hubungan dengan pihak-pihak lain;
6. Melakukan konsolidasi organisasi dengan seluruh jajaran pengurus Ikatan
Apoteker Indonesia;
7. Menjalin kerjasama dan melakukan koordinasi dengan organisasi profesi
kesehatan lainnya
8. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban organisasi pada akhir masa
bakti di forum Konferensi Daerah;
Hal 6 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

9. Bersama Bendahara menanda tangani check atau giro;

Pasal 15
Tugas dan Wewenang
Wakil Ketua Pengurus Daerah

Tugas dan Wewenang Wakil Ketua adalah:


1. Membantu Ketua mengarahkan, mengkoordinasikan, memantau dan
mengawasi pelaksanaan program organisasi oleh bidang/tim/himpunan.
2. Membantu Ketua memantau dan mengkoordinasikan kegiatan
pelaksanaan program kerja.
3. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua, apabila Ketua berhalangan
menjalankan tugas sesuai penunjukan dari Ketua.
4. Melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada Ketua.

Pasal 16
Tugas dan Wewenang
Sekretaris Pengurus Daerah

Tugas dan Wewenang Sekretaris adalah :


1. Bertanggung jawab atas pengelolaan Sekretariat.
2. Mewakili tugas Ketua, sesuai dengan penunjukan ketua.
3. Mendampingi Ketua dan/atau Wakil Ketua dalam memimpin rapat-rapat
organisasi;
4. Dalam pelaksanaan tugas rutin, Sekretaris dapat melakukan pembagian
tugas dengan Wakil-Wakil Sekretaris;
5. Melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada Ketua.

Pasal 17
Tugas dan Wewenang
Wakil Sekretaris Pengurus Daerah

Tugas dan Wewenang Wakil Sekretaris adalah :


1. Membantu Sekretaris dalam melaksanakan tugasnya.
2. Melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada Sekretaris.

Hal 7 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

Pasal 18
Tugas dan Wewenang
Bendahara Pengurus Daerah

Tugas dan Wewenang Bendahara adalah :


1. Mengelola keuangan dan harta benda organisasi sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan Pengurus Daerah.
2. Bersama Ketua mendatangani dokumen keuangan.
3. Melaporkan secara periodik penggunaan dana organisasi serta kekayaan
organisasi kepada Rapat Pleno Pengurus Daerah minimal 6 (enam)
bulan sekali.
4. Melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada Ketua.

Pasal 19
Tugas dan Wewenang
Wakil Bendahara Pengurus Daerah

Tugas dan Wewenang Wakil Bendahara adalah :


1. Membantu Bendahara dalam melaksanakan tugasnya.
2. Melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada Bendahara.

Pasal 20
Tugas dan Wewenang
Ketua Bidang Pengurus Daerah

Tugas dan Wewenang Ketua Bidang adalah:


1. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program-
program Bidang.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua, apabila Ketua berhalangan
menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis dari Ketua.
3. Melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada ketua.

Pasal 21
Tugas dan Wewenang
Ketua Tim Pengurus Daerah

Tugas dan Wewenang Ketua Tim adalah:


1. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program-
program Tim.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua, apabila Ketua berhalangan
menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis dari Ketua.
Hal 8 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

3. Melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada ketua.

Pasal 22
Tugas dan Wewenang
Ketua Himpunan Daerah

Tugas dan Wewenang Ketua Himpunan adalah:


1. Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan program-
program Himpunan.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua, apabila Ketua berhalangan
menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis dari Ketua.
3. Melaporkan tugas yang telah dijalankan kepada ketua.

BAB IV
PENGURUS CABANG

Pasal 23
Tugas dan Wewenang
Ketua Pengurus Cabang

Tugas dan wewenang Ketua adalah :


1. Memimpin Organisasi sesuai ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Melaksanakan Keputusan-Keputusan Konferensi Cabang dan Rapat Kerja
Cabang Ikatan Apoteker Indonesia;
3. Membuat keputusan dan kebijaksanaan organisasi serta menyusun rencana
strategis secara kolektif bersama seluruh pengurus;
4. Mewakili Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia dalam kerjasama dan
pembinaan hubungan dengan pihak-pihak lain;
5. Mewakili Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia dalam konsolidasi
organisasi dengan seluruh jajaran pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
6. Melaksanakan kerjasama dan koordinasi dengan organisasi profesi
kesehatan lainnya dan Asosiasi Kesehatan;
7. Menyampaikan laporan pertanggung-jawaban organisasi pada akhir masa
bakti di forum Konferensi Cabang;
8. Bersama Sekretaris atau Wakil Sekretaris menandatangani surat-surat
keluar;
9. Bersama Bendahara menanda tangani check atau giro;
10. Melakukan koordinasi dengan Himpunan Seminat tingkat Daerah.

Hal 9 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

Pasal 24
Tugas dan Wewenang
Wakil Ketua Pengurus Cabang

Tugas dan wewenang Wakil Ketua adalah:


1. Membantu Ketua mengarahkan, mengkoordinasikan, memantau dan
mengawasi pelaksanaan program organisasi oleh bidang/tim/himpunan
dilingkungan Pengurus Cabang.
2. Membantu Ketua memantau dan mengkoordinasikan kegiatan
pelaksanaan program kerja dilingkungan Pengurus Cabang.
3. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua, apabila Ketua berhalangan
menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis dari Ketua.
4. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Wakil Ketua bertanggung-jawab
kepada Ketua.

Pasal 25
Tugas dan Wewenang
Sekretaris Pengurus Cabang

Tugas dan wewenang Sekretaris adalah :


1. Memimpin dan bertanggung jawab atas pengelolaan Sekretariat Pengurus
Cabang Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Mewakili tugas Ketua, apabila Ketua berhalangan menjalankan tugas sesuai
dengan penunjukan dari Ketua;
3. Mendampingi Ketua dalam hubungan organisasi dengan pihak- pihak
internal organisasi maupun pihak-pihak eksternal organisasi.
4. Bersama Ketua menandatangani surat-surat keluar;
5. Bersama Ketua dan Bendahara menandatangani dokumen-dokumen
keuangan, khususnya buku setoran dan Cheque pada Bank dimana dana
organisasi tersimpan.
6. Melakukan koordinasi penyusunan database organisasi dengan Bidang
Organisasi;
7. Melakukan koordinasi terkait tampilan dan isi laman organisasi dengan
Bidang terkait;
8. Mendampingi Ketua dan/atau Wakil Ketua dalam memimpin rapat-rapat
organisasi;
9. Dalam pelaksanaan tugas rutin, Sekretaris dapat melakukan pembagian
tugas dengan Wakil Sekretaris;
10. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Sekretaris bertanggungjawab kepada
Ketua.
Hal 10 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

Pasal 26
Tugas dan Wewenang
Wakil Sekretaris Pengurus Cabang

Tugas dan wewenang Wakil Sekretaris adalah :


1. Membantu Sekretaris dalam melaksanakan tugasnya.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Sekretaris apabila berhalangan tugas sesuai
dengan penunjukan secara tertulis dari Sekretaris.
3. Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang ditetapkan oleh Sekretaris dalam
rangka kelancaran Sekretariat Pengurus Cabang.
4. Dalam melaksanakan tugasnya Wakil Sekretaris bertanggung jawab kepada
Sekretaris.

Pasal 27
Tugas dan Wewenang
Bendahara Pengurus Cabang

Tugas dan wewenang Bendahara adalah :


1. Mengelola keuangan organisasi sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
Pengurus Cabang.
2. Bersama-sama Ketua dan Sekretaris mendatangani dokumen-dokumen
keuangan, khususnya Buku Setoran dan Cheque pada Bank dimana dana
organisasi tersimpan.
3. Mengkoordinir dan bertanggungjawab dalam pengadaan dana organisasi
dari sumber yang sah sesuai dengan ketentuan Organisasi.
4. Melaporkan secara periodik penggunaan dana organisasi serta kekayaan
organisasi kepada Rapat Pleno Pengurus Cabang minimal 6 (enam)
bulan sekali.
5. Menunjuk secara tertulis salah seorang Wakil Bendahara yang bertindak
untuk dan atas nama Bendahara apabila berhalangan tugas.
6. Dalam melaksanakan tugas rutin, Bendahara dapat menentukan
pembagian tugas para Wakil Bendahara.
7. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Bendahara bertanggung-jawab
kepada Ketua.

Hal 11 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

Pasal 28
Tugas dan Wewenang
Wakil Bendahara Pengurus Cabang

Tugas dan wewenang Wakil Bendahara adalah :


1. Membantu Bendahara dalam melaksanakan tugasnya.
2. Membantu Bendahara apabila Bendahara berhalangan tugas.
3. Membantu Bendahara dalam tugas pengadaan dana maupun pengelolaan
dana organisasi sesuai dengan pembagian tugas yang ditetapkan oleh
Bendahara.
4. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Wakil Bendahara bertanggung-jawab
kepada Bendahara.

Pasal 29
Tugas dan Wewenang
Ketua Bidang Pengurus Cabang

Tugas dan wewenang Ketua Bidang adalah:


1. Membantu Ketua untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi
pelaksanaan program-program Bidang.
2. Mewakili/melaksanakan tugas Ketua, apabila Ketua berhalangan
menjalankan tugas sesuai dengan penunjukan secara tertulis dari Ketua.
3. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya Ketua Bidang bertanggung-jawab
kepada Ketua.

BAB V
MAJELIS ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA

Pasal 30
Tugas dan Wewenang

Tugas dan Wewenang Majelis Etik Dan Disiplin Apoteker Indonesia :


1. Membina, mengawasi dan menilai pelaksanaan Kode Etik Apoteker Indonesia
oleh anggota serta menjaga, meningkatkan dan menegakkan Disiplin
Apoteker Indonesia
2. Membuat putusan terkait permasalahan etik dan disiplin Apoteker oleh
anggota untuk ditindak lanjuti oleh Ketua Ikatan sesuai ketentuan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Organisasi.
3. Memberikan pendapat dan/atau mediasi konflik pelaksanaan Kode Etik
Apoteker Indonesia

Hal 12 dari 13
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang
Pengurus

BAB VI
DEWAN PENGAWAS

Pasal 31
Tugas dan Wewenang

Tugas dan Wewenang Dewan Pengawas


1. Dewan Pengawas Pusat melakukan monitoring pelaksanaan Program Kerja
Pengurus Pusat
2. Dewan Pengawas Daerah melakukan monitoring pelaksanaan Program Kerja
Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang
3. Dewan Pengawas Pusat memberikan masukan kepada Pengurus Pusat
mengenai pelaksanaan Program Kerja Pengurus Pusat
4. Dewan Pengawas Daerah memberikan masukan kepada Pengurus Daerah
mengenai pelaksanaan Program Kerja Pengurus Daerah dan Pengurus
Cabang

BAB VII
PENUTUP

Pasal 32

(1) Tugas dan Wewenang Pengurus ini merupakan pedoman dan panduan b a gi
p e n gu ru s organisasi dalam penyelenggaraan organisasi dan pelaksanaan
program organisasi dalam rangka mewujudkan cita-cita organisasi.
(2) Tugas dan Wewenang Pengurus ini bersifat mengikat bagi seluruh jajaran
organisasi Ikatan Apoteker Indonesia, untuk dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Hal-hal yang belum diatur dalam Tugas dan Wewenang Pengurus ini akan
diatur kemudian dalam pelaksanaannya.

Hal 13 dari 13
PO.009/PP.IAI/1418/V/2015
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TATA KELOLA ORGANISASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015

TENTANG

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TATA KELOLA ORGANISASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka penataan dan peningkatan


kualitas organisasi telah dilakukan penyusunan
aturan terkait tata kelola organisasi dalam forum
Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi.
b. Bahwa sehubungan dengan butir a diatas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia tentang Peraturan Organisasi
tentang tata kelola organisasi.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia
2. Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 8-9
Mei 2015 di Bukittinggi .

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Tata Kelola Organisasi secara
lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.

Kedua………

Hal 1 dari 2 - PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Tata Kelola Organisasi ini
merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh
Apoteker di Indonesia
Ketiga : Keputusan ini mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 dan
akan diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : JAKARTA
Pada tanggal : 20 MEI 2015

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum Sekretaris Jenderal

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri, S.Si., Apt


NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2 - PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TATA KELOLA ORGANISASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Pasal 1
Ketentuan Umum

1. Organisasi adalah Ikatan Apoteker Indonesia


2. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
3. Dewan adalah Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, Dewan Pakar dan Dewan
Pengawas
4. MEDAI Pusat adalah Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat
5. Himpunan adalah Himpunan Seminat dan Indonesia Young Pharmacist Group
6. Pengurus Daerah adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia
7. MEDAI Daerah adalah Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Daerah
8. Pengurus Cabang adalah Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia

Pasal 2
Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan ditetapkannya Tata Kelola organisasi ini adalah :


1. Memberikan panduan bagi jajaran pengurus organisasi dalam pengelolaan
organisasi.
2. Menertibkan tata kelola organisasi.

Pasal 3
Ruang Lingkup

Ruang lingkup Tata Kelola organisasi ini meliputi :


1. Sekretariat
2. Keuangan
3. Rapat-rapat
4. Surat Menyurat
Hal 1dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

BAB II
SEKRETARIAT

Pasal 4
Sekretariat

(1) Sekretariat Pengurus Pusat dipimpin dan dikelola dalam tanggungjawab


Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat.
(2) Sekretariat Pengurus Daerah dipimpin dan dikelola dalam tanggungjawab
Sekretaris Pengurus Daerah.
(3) Sekretariat Pengurus Cabang dipimpin dan dikelola dalam tanggungjawab
Sekretaris Pengurus Cabang.
(4) Sekretariat sebagai tempat dilakukannya kegiatan dan administrasi organisasi
yang meliputi antara lain: rapat, sumber data, administrasi, keanggotaan,
pengelola dan pengendali pelaksanaan program pengolah dan pendistribusian
informasi.
(5) Sekretariat dilengkapi dengan:
a. Staf Sekretariat yang kualifikasi dan jumlahnya sesuai kebutuhan
dan kemampuan organisasi.
b. Peralatan Sekretariat sesuai kebutuhan.
c. Standar Prosedur Operasional

BAB III
KEUANGAN

Pasal 5
(1) Sumber Dana (Keuangan) organisasi diupayakan melalui :
a. Uang Pangkal dan luran Anggota
b. Bagian keuntungan Badan-Badan Usaha milik organisasi
c. Pendapatan lain yang sah
d. Sumbangan lain yang sah dan tidak mengikat
(2) Penerapan prinsip-prinsip dan aturan lebih lanjut tentang sumber dana
organisasi akan diatur dalam Rapat Pleno Pengurus sesuai tingkatan.
(3) Anggaran Pendapatan dan Belanja Organisasi, disusun setiap tahun kegiatan
yang menyangkut :
a. Anggaran Rutin Sekretariat
b. Anggaran Program
c. Anggaran Non Rutin
Hal 2dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

(4) Penyusunan Anggaran Pengurus Pusat dilaksanakan oleh :


a. Anggaran Rutin Sekretariat, disusun oleh Ketua Umum, Sekretaris
Jenderal atau Wakil Sekretaris Jenderal bersama Bendahara Umum
atau Wakil Bendahara
b. Anggaran Program, disusun oleh Ketua Umum, Sekretaris Jenderal
atau Wakil Sekretaris Jenderal, Ketua Dewan-Dewan, Ketua MEDAI
Pusat, Ketua Bidang, Ketua Badan, bersama Bendahara Umum atau
Wakil Bendahara.
c. Anggaran Non Rutin, disusun oleh Bendahara Umum
(5) Penyusunan Anggaran Pengurus Daerah dilaksanakan oleh :
a. Anggaran Rutin Sekretariat, disusun oleh Ketua Pengurus
Daerah, Sekretaris atau Wakil Sekretaris bersama Bendahara atau
Wakil Bendahara
b. Anggaran Program, disusun oleh Ketua Pengurus Daerah, Sekretaris
atau Wakil Sekretaris, Ketua Dewan Pengawas Daerah, Ketua MEDAI
Daerah, Ketua Bidang, Ketua Tim, bersama Bendahara atau Wakil
Bendahara.
c. Anggaran Non Rutin, disusun oleh Bendahara
(6) Penyusunan Anggaran Pengurus Cabang dilaksanakan oleh :
a. Anggaran Rutin Sekretariat, disusun oleh Ketua Pengurus
Cabang, Sekretaris atau Wakil Sekretaris bersama Bendahara atau
Wakil Bendahara
b. Anggaran Program, disusun oleh KetuaSekretaris atau Wakil
Sekretaris, Ketua Bidang, Ketua Tim, bersama Bendahara atau Wakil
Bendahara.
c. Anggaran Non Rutin, disusun oleh Bendahara
(7) Anggaran Rutin Sekretariat, Anggaran Non Rutin dan Anggaran Program
dinyatakan berlaku setelah disahkan oleh Rapat Pleno Pengurus sesuai
tingkatan.
(8) Dana Organisasi disimpan atas nama organisasi di Bank Pemerintah atau
Bank Swasta yang terjamin bonafiditasnya, :
a. dengan kewenangan penandatanganan cheque oleh Ketua Umum,
Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum untuk Pengurus Pusat
b. dengan kewenangan penandatanganan cheque oleh Ketua dan
Bendahara untuk Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang
(9) Dana milik organisasi berada di tangan Bendahara Umum/ Bendahara dan
para Wakil Bendahara sesuai tingkatannya.

Hal 3dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

(10) Dana Organisasi hanya dapat diuangkan/dicairkan melalui Bendahara


Umum / Bendahara apabila :
a. Dana Rutin Sekretariat
i. telah disetujui oleh Ketua Umum bersama Sekretaris Jenderal
untuk Pengurus Pusat
ii. telah disetujui oleh Ketua untuk Pengurus Daerah dan
Pengurus Cabang
b. Dana Program :
i. telah disetujui oleh Ketua Umum bersama Sekretaris Jenderal
untuk Pengurus Pusat.
ii. telah disetujui oleh Ketua untuk Pengurus Daerah dan
Pengurus Cabang.
c. Dana Non Rutin :
i. telah disetujui oleh Ketua Umum bersama Sekretaris
Jenderal untuk Pengurus Pusat
ii. telah disetujui oleh Ketua untuk Pengurus Daerah dan
Pengurus Cabang
(11) Bendahara Umum/Bendahara melaporkan posisi dan kondisi keuangan
organisasi minimal 6 (enam) bulan sekali yang disampaikan kepada Rapat
Pleno sesuai tingkatan.

BAB IV
RAPAT-RAPAT

Pasal 6

(1) Rapat-rapat pengurus terdiri dari :


a. Rapat Pengurus Harian :
i. Untuk tingkat Pengurus Pusat yang dihadiri oleh Ketua Umum,
Wakil Ketua Umum, Sekretaris Jenderal, Wakil-wakil
Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Wakil – wakil
Bendahara
ii. Untuk tingkat Pengurus Daerah yang dihadiri oleh Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris, Wakil-wakil Sekretaris, Bendahara dan
Wakil – wakil Bendahara
iii. Untuk tingkat Pengurus Cabang yang dihadiri oleh Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara dan Wakil
Bendahara
b. Rapat Koordinasi, yaitu rapat yang dihadiri oleh Pengurus Harian dan
pengurus lainnya sesuai kebutuhan.

Hal 4dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

c. Rapat Pleno :
i. Untuk tingkat Pengurus Pusat yang dihadiri oleh Pengurus
Pusat lengkap serta dapat mengundang Ketua Dewan dan Ketua
MEDAI Pusat.
ii. Untuk tingkat Pengurus Daerah yang dihadiri oleh Pengurus
Daerah lengkap serta dapat mengundang Ketua Dewan
Pengawas Daerah dan Ketua MEDAI Daerah.
iii. Untuk tingkat Pengurus Cabang yang dihadiri oleh Pengurus
Cabang lengkap.
d. Rapat Dewan Pengawas :
i. Untuk membahas masalah internal Dewan Pengawas yang
dihadiri seluruh anggota Dewan Pengawas
ii. Untuk membahas masalah eksternal Dewan Pengawas yang
dihadiri seluruh anggota Dewan Pengawas dan wajib
mengundang Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal untuk
tingkatan Pengurus Pusat atau Ketua dan Sekretaris untuk
tingkatan Pengurus Daerah.
e. Rapat MEDAI :
i. Untuk membahas masalah internal MEDAI yang dihadiri seluruh
anggota MEDAI
ii. Untuk membahas masalah eksternal MEDAI yang dihadiri
seluruh anggota MEDAI dan wajib mengundang Ketua Umum
dan Sekretaris Jenderal untuk tingkatan Pengurus Pusat
atau Ketua dan Sekretaris untuk tingkatan Pengurus
Daerah.
f. Rapat Bidang yaitu rapat untuk membahas perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan penyusunan laporan program Bidang dihadiri seluruh
anggota Bidang
g. Rapat Badan yaitu rapat untuk membahas perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan penyusunan laporan program Badan dihadiri seluruh
anggota Badan
h. Rapat Tim yaitu rapat untuk membahas perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi dan penyusunan laporan program Tim dihadiri seluruh
anggota Tim
i. Rapat Himpunan yaitu rapat untuk membahas perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan penyusunan laporan program Himpunan
dihadiri seluruh anggota Himpunan.
(2) Setiap rapat dibuat notulen oleh Sekretaris Rapat, yang disahkan
oleh Pimpinan Rapat.

Hal 5dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

BAB V
KORESPONDENSI

Pasal 7
Kop Surat

(1) Kop surat pengurus di lingkungan Ikatan Apoteker Indonesia meliputi :


a. Kop Surat Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
b. Kop Surat Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat
c. Kop Surat Dewan Pengawas Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
d. Kop Surat Himpunan Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
e. Kop Surat Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia
f. Kop Surat Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Daerah
g. Kop Surat Dewan Pengawas Daerah Ikatan Apoteker Indonesia
h. Kop Surat Himpunan Daerah Ikatan Apoteker Indonesia
i. Kop Surat Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia

(2) Setiap Kop surat mencantumkan :


a. Logo Ikatan Apoteker Indonesia
b. Logo Ikatan Apoteker Indonesia dan Logo Himpunan bagi himpunan
c. Nama kepengurusan
d. Alamat sekretariat berikut nomor telepon dan alamat email
e. Alamat website bila ada

Pasal 8
Stempel

(1) Stempel surat pengurus di lingkungan Ikatan Apoteker Indonesia meliputi :


a. Stempel Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
b. Stempel Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat
c. Stempel Dewan Pengawas Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
d. Stempel Himpunan Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
e. Stempel Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia
f. Stempel Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Daerah
g. Stempel Dewan Pengawas Daerah
h. Stempel Himpunan Daerah Ikatan Apoteker Indonesia
i. Stempel Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia

Hal 6dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

(2) Setiap Stempel mencantumkan :


a. Nama kepengurusan sesuai tingkatannya
b. Logo Ikatan Apoteker Indonesia bagi Pengurus Pusat, Pengurus
Daerah dan Pengurus Cabang
c. Logo Himpunan bagi himpunan

Pasal 9
Surat Masuk

(1) Surat Masuk dapat dibedakan berdasarkan sumber surat :


a. Surat masuk dari kalangan internal organisasi
b. Surat masuk dari kalangan eksternal organisasi.
(2) Setiap surat masuk dicatat diagenda surat masuk, diberi lembar disposisi
guna diproses lebih lanjut.
(3) Surat masuk bagi Pengurus Pusat disampaikan kepada Ketua Umum melalui
Sekretaris Jenderal untuk di disposisi, untuk kemudian disampaikan kepada
yang berhak, yakni : Dewan atau Sekretaris Jenderal atau Bendahara Umum
atau Ketua Badan atau Ketua Bidang atau Ketua Himpunan atau sesuai
dengan relevansi surat.
(4) Surat masuk bagi MEDAI Pusat disampaikan kepada Ketua MEDAI Pusat
(5) Surat masuk bagi Dewan Pengawas Pusat disampaikan kepada Ketua Dewan
Pengawas Pusat
(6) Surat masuk bagi Himpunan Nasional disampaikan kepada Ketua Himpunan
Nasional
(7) Surat masuk bagi Pengurus Daerah disampaikan kepada Ketua melalui
Sekretaris untuk di disposisi, untuk kemudian disampaikan kepada yang
berhak, yakni : Sekretaris atau Bendahara atau Ketua Tim atau Ketua
Bidang atau Ketua Himpunan Daerah atau sesuai dengan relevansi
surat.
(8) Surat masuk bagi MEDAI Daerah disampaikan kepada Ketua MEDAI Daerah
(9) Surat masuk bagi Dewan Pengawas Daerah disampaikan kepada Ketua Dewan
Pengawas Daerah
(10) Surat masuk bagi Himpunan Daerah disampaikan kepada Ketua Himpunan
Daerah
(11) Surat masuk bagi Pengurus Cabang disampaikan kepada Ketua melalui
Sekretaris untuk di disposisi, untuk kemudian disampaikan kepada yang
berhak, yakni : Sekretaris atau Bendahara atau Ketua Bidang atau sesuai
dengan relevansi surat.
(12) Setiap surat masuk baik yang perlu dibalas dan dijawab, maupun harus
diproses menurut kebutuhan, harus disimpan diarsip.

Hal 7dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

(13) Pemberian nomor agenda dan pengarsipan surat dibedakan dengan melihat
sumber surat (uniform surat).

Pasal 10
Surat Keluar

(1) Surat Keluar terdiri dari :


a. Surat Keluar dibedakan menurut tujuan surat :
i. Kepada pihak kalangan internal organisasi.
ii. Kepada pihak kalangan eksternal organisasi.
b. Surat Undangan
c. Keputusan
d. Rekomendasi
e. Mandat
f. Tugas
g. Edaran
h. Keterangan
i. Nota Kesepahaman
j. Perjanjian Kerjasama
(2) Surat-surat keluar hanya dianggap sah apabila dibuat/ditulis diatas kertas
kop surat organisasi, ditandatangani unsur Ketua, unsur Sekretaris dan
sesuai kebutuhan juga oleh unsur Bendahara, serta dibubuhi stempel
organisasi.
(3) Setiap surat keluar diberi nomor secara berurutan dengan kode surat
tersendiri sesuai dengan jenis surat keluar tersebut.
(4) Penyampaian dan pendistribusian surat keluar ditempuh melalui
e m a i l , f a k s i m i l i , jasa pos, kurir atau menempuh cara-cara lainnya.
(5) Sesuai dengan kebutuhan, setiap surat dapat dibuat tembusan kepada pihak
yang memiliki relevansi dengan masalah atau perihal surat.

Hal 8dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

Pasal 11
Uniform Surat

Untuk memudahkan pengendalian dan proses serta agenda surat, ditentukan


uniform kode surat sebagai berikut :

1. Agenda surat masuk , terdiri dari :


a. Surat masuk dari kalangan eksternal organisasi, diberi kode surat :
 Nomor : A1-000/PP IAI/1418/bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : A1-000/DPP IAI/1418/bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : A1-000/MP IAI/1418/bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : A1-000/HN IAI/1418/bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : A1-000/PD IAI/Nama Propinsi/bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : A1-000/DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : A1-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
MEDAI Daerah
 Nomor : A1-000/ HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : A1-000/ PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
b. Surat masuk dari kalangan internal organisasi, diberi kode surat :
 Nomor : A2-000/PP IAI/1418/bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : A2-000/DPP IAI/1418/bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : A2-000/MP IAI/1418/bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : A2-000/HN IAI/1418/bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : A2-000/PD IAI/Nama Propinsi/bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : A2-000/DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : A2-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
MEDAI Daerah
 Nomor : A2-000/ HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
Hal 9dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

 Nomor : A2-000/ PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk


Pengurus Cabang
2. Agenda surat keluar dibedakan dengan kode :
a. Surat keluar untuk kalangan eksternal organisasi, diberi kode surat :
 Nomor : B1-000/PP IAI/1418/bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor: B1-000/DPP IAI/1418/bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : B1-000/MP IAI/1418/bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : B1-000/HN IAI/1418/bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : B1-000/PD IAI/Nama Propinsi/bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : B1-000/DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : B1-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
MEDAI Daerah
 Nomor : B1-000/HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : B1-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
b. Surat keluar untuk kalangan internal organisasi, diberi kode surat :
 Nomor : B2-000/PP IAI/1418/bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : B2-000/DPP IAI/1418/bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : B2-000/MP IAI/1418/bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : B2-000/HN IAI/1418/bulan/tahun untuk Himpunan Nasional
 Nomor : B2-000/PD IAI/Nama Propinsi/bulan/tahun untuk Pengurus
Daerah
 Nomor : B2-000/DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk Dewan
Pengawas Daerah
 Nomor : B2-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk MEDAI
Daerah
 Nomor : B2-000/HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : B2-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang

Hal 10dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

c. Surat Undangan, diberi kode :


 Nomor : Und-000/PP IAI/1418/bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : Und-000/DPP IAI/1418/bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : Und-000/MP IAI/1418/bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : Und-000/HN IAI/1418/bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : Und-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : Und-000/ DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : Und-000/ MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
MEDAI Daerah
 Nomor : Und-000/ HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : Und-000/ PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang

d. Surat Keputusan, diberi kode :


 Nomor : Kep-000/PP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : Kep-000/DPP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : Kep-000/MP IAI/1418/ bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : Kep-000/HN IAI/1418/ bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : Kep-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : Kep-000/DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : Kep-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk MEDAI
Daerah
 Nomor : Kep-000/HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : Kep-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang

Hal 11dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

e. Surat Rekomendasi, diberi kode :


 Nomor : Rek-000/PP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : Rek-000/DPP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : Rek-000/MP IAI/1418/ bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : Rek-000/HN IAI/1418/ bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : Rek-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : Rek-000/DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : Rek-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk MEDAI
Daerah
 Nomor : Rek-000/HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : Rek-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
f. Surat Mandat, diberi kode :
 Nomor : Mdt-000/PP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : Mdt-000/DPP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : Mdt-000/MP IAI/1418/ bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : Mdt-000/HN IAI/1418/ bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : Mdt-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : Mdt-000/DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : Mdt-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
MEDAI Daerah
 Nomor : Mdt-000/HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : Mdt-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
g. Surat Tugas, diberi kode :
 Nomor : Tgs-000/PP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : Tgs-000/DPP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat

Hal 12dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

 Nomor : Tgs-000/MP IAI/1418/ bulan/tahun untuk MEDAI Pusat


 Nomor : Tgs-000/HN IAI/1418/ bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : Tgs-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : Tgs-000/DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : Tgs-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk MEDAI
Daerah
 Nomor : Tgs-000/HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : Tgs-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
h. Surat Edaran, diberi kode :
 Nomor : SE-000/PP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : SE-000/DPP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : SE-000/MP IAI/1418/ bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : SE-000/HN IAI/1418/ bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional
 Nomor : SE-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk Pengurus
Daerah
 Nomor : SE-000/ DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : Tgs-000/MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk MEDAI
Daerah
 Nomor : SE-000/HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : SE-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
i. Surat Keterangan, diberi kode :
 Nomor : Ket-000/PP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : Ket-000/DPP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Dewan Pengawas
Pusat
 Nomor : Ket-000/MP IAI/1418/ bulan/tahun untuk MEDAI Pusat
 Nomor : Ket-000/HN IAI/1418/ bulan/tahun untuk Himpunan
Nasional

Hal 13dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

 Nomor : Ket-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk Pengurus


Daerah
 Nomor : Ket-000/ DPD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Dewan Pengawas Daerah
 Nomor : Ket-000/ MD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
MEDAI Daerah
 Nomor : Ket-000/ HD IAI/ Nama Propinsi/ bulan/ tahun untuk
Himpunan Daerah
 Nomor : Ket-000/ PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
j. Nota Kesepahaman, diberi kode :
 Nomor : NK-000/PP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : NK-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk Pengurus
Daerah
 Nomor : NK-000/ PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
k. Nota Kesepahaman, diberi kode :
 Nomor : PKB-000/PP IAI/1418/ bulan/tahun untuk Pengurus Pusat
 Nomor : PKB-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun untuk
Pengurus Daerah
 Nomor : PKB-000/ PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun untuk
Pengurus Cabang
h. Surat antar pengurus, mempergunakan Memo.

Pasal 12
Penandatangan Surat

( 1 ) Setiap surat Pengurus Pusat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :


a. ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal dan/atau
Bendahara Umum, dibuat diatas kopsurat dan dibubuhi stempel
organisasi.
b. Keikutsertaan Bendahara Umum atau Wakil Bendahara menandatangani
surat hanya untuk yang berkaitan dengan Dana (Keuangan).
c. Apabila Ketua Umum berhalangan, maka penandatangan surat dapat
dilakukan oleh Wakil Ketua Umum bersama Sekretaris Jenderal.
d. Apabila Sekretaris Jenderal berhalangan, maka penandatangan surat
dapat dilakukan oleh salah satu Wakil Sekretaris Jenderal bersama Ketua
Umum.

Hal 14dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

e. Khusus untuk Surat Keputusan dan Surat Keluar yang menyangkut


sikap organisasi keluar dan bersifat sikap formal organisasi, hanya
dianggap sah apabila ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal
(2) Setiap surat Dewan Pengawas Pusat dianggap sah apabila ditandatangani
oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan dibubuhi stempel
Dewan Pengawas.
(3) Setiap surat MEDAI Pusat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan
dibubuhi stempel MEDAI Pusat.
b. Apabila Ketua berhalangan penandatanganan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua dan Sekretaris
c. Khusus untuk Surat Keputusan hanya dianggap sah apabila
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
(4) Setiap surat Himpunan Seminat PP IAI harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
a. ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Himpunan, dibuat diatas kop
surat dan dibubuhi stempel Himpunan.
b. Keikutsertaan Bendahara atau Wakil Bendahara menandatangani surat
hanya untuk yang berkaitan dengan Dana (Keuangan).
c. Khusus untuk Surat Keputusan hanya dianggap sah apabila
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
d. Apabila Ketua berhalangan penandatanganan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua dan Sekretaris.
e. Apabila Sekretaris berhalangan, penandatanganan dapat dilakukan oleh
Ketua dan salah satu Wakil Sekretaris.
(5) Setiap surat Pengurus Daerah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan
dibubuhi stempel organisasi.
b. Apabila Ketua berhalangan penandatangan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua, bersama Sekretaris.
c. Apabila Sekretaris berhalangan, penandatangan dapat dilakukan oleh
salah satu Wakil Sekretaris bersama Ketua.
d. Keikutsertaan Bendahara atau Wakil Bendahara menandatangani
surat hanya untuk yang berkaitan dengan Dana (Keuangan)
e. Khusus untuk Surat Keputusan dan Surat Keluar yang menyangkut sikap
organisasi keluar dan bersifat sikap formal organisasi, hanya dianggap sah
apabila ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris

Hal 15dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

(6) Setiap surat Dewan Pengawas Daerah dianggap sah apabila ditandatangani
oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan dibubuhi stempel
Dewan Pengawas.
(7) Setiap surat MEDAI Daerah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan
dibubuhi stempel MEDAI Daerah.
b. Khusus untuk Surat Keputusan hanya dianggap sah apabila
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
c. Apabila Ketua berhalangan penandatanganan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua dan Sekretaris.
(8) Setiap surat Himpunan Daerah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. Ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan
dibubuhi stempel Himpunan Daerah.
b. Keikutsertaan Bendahara atau Wakil Bendahara menandatangani surat
hanya untuk yang berkaitan dengan Dana (Keuangan).
c. Khusus untuk Surat Keputusan hanya dianggap sah apabila
ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris.
d. Apabila Ketua berhalangan penandatanganan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua dan Sekretaris.
e. Apabila Sekretaris berhalangan, penandatanganan dapat dilakukan oleh
Ketua dan salah satu Wakil Sekretaris.

(9) Setiap surat Pengurus Cabang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris, dibuat diatas kop surat dan
dibubuhi stempel organisasi.
b. Keikutsertaan Bendahara atau Wakil Bendahara menandatangani surat
hanya untuk yang berkaitan dengan Dana (Keuangan).
c. Apabila Ketua berhalangan penandatanganan surat dapat dilakukan oleh
Wakil Ketua dan Sekretaris.
d. Apabila Sekretaris berhalangan, penandatanganan dapat dilakukan oleh
Ketua dan Wakil Sekretaris.
e. Khusus untuk Surat Keputusan dan Surat Keluar yang menyangkut sikap
organisasi keluar dan bersifat sikap formal organisasi, hanya dianggap sah
apabila ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris

Hal 16dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

BAB VI
PENUTUP

Pasal 13

(1) Tata Kelola Organisasi ini merupakan pedoman dan panduan organisasi
dalam penyelenggaraan organisasi.
(2) Tata Kelola Organisasi ini bersifat mengikat bagi seluruh jajaran organisasi
Ikatan Apoteker Indonesia, untuk dipatuhi, ditaati dan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
(3) Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Kelola Organisasi ini akan diatur
kemudian dalam pelaksanaannya

Hal 17dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola
Organisasi.

Contoh Kop Surat

1. PENGURUS PUSAT

IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440
:
:

2. MAJELIS ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA PUSAT

IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440
:
:

3. DEWAN PENGAWAS PUSAT

IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440
:
:

4. HIMPUNAN NASIONAL

IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA LOGO
Jl. ………………………………………………….. HIMPUNAN
Telp.: ……………… Faks.: ……………… e-Mail : ……………………..……
Website : ……………………………………

5. PENGURUS DAERAH

IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. …………………………………………………..
Telp.: ……………… Faks.: ……………… e-Mail : ………………………………………
Website : ……………………………………
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola
Organisasi.

6. MAJELIS ETIK DAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA DAERAH

IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Telp…………………. Faks.: …………….. e-Mail : …………………………………………
Website : …………………………………….

7. DEWAN PENGAWAS DAERAH

IKATAN APOTEKER INDONESIA


Sekretariat : ………………………………………………….
Telp.: ………………. Faks.: ………………. e-Mail : ………………………………………..
Website : ……………………………………...

8. HIMPUNAN DAERAH

IKATAN APOTEKER INDONESIA


Sekretariat : ………………………………………………….
LOGO
HIMPUNAN
Telp.: ………………. Faks.: ………………. e-Mail : ………………………………………..
Website : ……………………………………...

9. PENGURUS CABANG

IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. …………………………………………………..
Telp.: ……………… Faks.: ……………… e-Mail : ………………………………………
Website : ……………………………………
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola
Organisasi.

Jenis font : Andalus (Bold) Jenis font : Arial Narrow (Bold)


Ukuran font : 18 Ukuran font : 22

IKATAN
Sekretariat :
APOTEKER INDONESIA
Jl. Wijaya Kusuma No. 17 Tomang, Jakarta 14440
:
:

Jenis font : Andalus


Ukuran font : 9
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola
Organisasi.

Contoh Stempel

1. PENGURUS PUSAT 2. MEDAI PUSAT

3. DEWAN PENGAWAS PUSAT 4. PENGURUS DAERAH

5. MEDAI DAERAH 6. DEWAN PENGAWAS


DAERAH

7. PENGURUS CABANG
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tata Kelola Organisasi

CONTOH SURAT KETERANGAN KEANGGOTAAN

KOP SURAT PENGURUS DAERAH

SURAT KETERANGAN KEANGGOTAAN


Nomor : Ket-000/PD IAI/Nama Propinsi/ bulan/tahun
(Contoh : Nomor : Ket-007/PD IAI/Sulawesi Utara/V/2015)

Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Daerah ............................................... ,


dengan ini menerangkan bahwa :

Nama : .....................................................................................

No.Anggota ....................................................................................... (dari PP IAI)

Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................

Alamat : .....................................................................................

.....................................................................................

Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan

Telah terdaftar sebagai anggota Ikatan Apoteker Indonesia.

Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya dan harap diserahkan kembali saat pengambilan Kartu Tanda
Anggota.

............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,

................................. .........................
NA. NA.

Catt : NA = Nomor Anggota


Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja

Contoh Surat Mandat

KOP SURAT PENGURUS

SURAT MANDAT
No.Mdt-000/PD IAI/Nama Prov/Bulan/Tahun
(Contoh : No.Mdt-010/PD IAI/DKI Jakarta/V/2015)

Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Daerah ................................................


dengan ini memberikan mandat kepada :
Nama : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Jabatan : .....................................................................................

Untuk dan atas nama Pengurus Daerah .........................................


mengikuti kegiatan .......................................................... tanggal ...............
................................................. di .............................................................
Demikianlah surat mandat ini diberikan untuk dipergunakan sebagaimana
mestinya.

............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja

Contoh Surat Rekomendasi

KOP SURAT PENGURUS

SURAT REKOMENDASI
No.Rek-000/PC IAI/Nama Kab-Kota/Bulan/Tahun
(Contoh : No.Rek-007/PC IAI/Jakarta Pusat/V/2015)

Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Cabang ................................................


dengan ini memberikan rekomendasi kepada :
Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................

Untuk melaksanakan praktik/kerja di :


Nama Sarana Kefarmasian : ................................................................
Alamat : ................................................................
Sebagai Apoteker /Apoteker Penanggung Jawab /Apoteker Pendamping *
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Demikianlah surat rekomendasi ini diberikan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.

............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS CABANG .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
*) Coret yang tidak sesuai
Catt : NA = Nomor Anggota
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Ijin Praktik atau Kerja

Contoh Surat Tugas

KOP SURAT PENGURUS

SURAT TUGAS
No.Tgs-000/PD IAI/Nama Prov/Bulan/Tahun
(Contoh : No.Tgs-006/PD IAI/Sulawesi Selatan/V/2015)

Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Daerah ................................................


dengan ini memberikan tugas kepada :
Nama : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Jabatan : .....................................................................................
Untuk mengikuti ,
Kegiatan : ...............................................................................
Hari/Tanggal : ...............................................................................
Tempat : ...............................................................................
Pelaksana : ...............................................................................

Demikianlah surat tugas ini diberikan untuk dilaksanakan sebagaimana


mestinya.

............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
PERATURAN ORGANISASI
2016
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 001/ PP.IAI/1418/IX/2016

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 53 ayat (3) Anggaran Rumah
Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;.
b. bahwa Tugas Pokok dan Fungsi Dewan Pengawas Ikatan Apoteker
Indonesia telah ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker
Indonesia tahun 2016;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan Surat
Keputusan tentang Peraturan Organisasi tentang Peringatan dan Sanksi
Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia
Mengingat : 1. Pasal 30, Pasal 46, dan Pasal 47 ayat (1) Anggaran Dasar Ikatan Apoteker
Indonesia;
2. Pasal 53, Pasal 64, dan Pasal 65 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga Ikatan
Apoteker Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor PO.008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Tugas dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker
Indonesia
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 26
sampai 27 September 2016 di Yogyakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.


PO.001/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Dewan Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia, sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dewan Pengawas
Ikatan Apoteker Indonesia ini menjadi ketentuan yang mengikat bagi
Seluruh Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia.
Kedua ………

Hal 1 dari 5
Kedua : Mengamanatkan kepada Dewan Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia
sesuai tingkatannya dalam melakukan tugasnya harus disesuaikan dengan
ketentuan yang ditetapkan dalam keputusan ini, sebagaimana tercantum
dalam lampiran.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt

NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 5
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tupoksi Dewan
Pengawas

BAB I
KETENTUAN UMUM

Dalam Peraturan Organisasi ini yang dimaksud dengan:


1. Dewan Pengawas adalah organ ikatan yang bertugas melakukan pengawasan program
guna mencapai tujuan Ikatan sesuai tingkatannya.
2. Pengawasan adalah proses pemberian masukan berupa nasehat, kritik dan saran atas
pelaksanaan program ikatan sesuai dengan tingkatannya.

BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN

Dewan Pengawas melakukan pengawasan terhadap program kerja pengurus ikatan


senantiasa wajib perpegang teguh pada nilai-nilai dasar kemanusiaan, hukum dan etika,
bertindak dan bekerja profesional, bertanggungjawab, penuh semangat kesejawatan,
pengabdian dan keteladanan, guna mewujudkan apoteker yang profesional sehingga
mampu meningkatkan kualitas hidup sehat bagi setiap manusia, serta menjunjung tinggi
kedaulatan ikatan yang sepenuhnya ada di tangan anggota melalui kongres/konferensi
daerah/konferensi cabang.

BAB III
LINGKUP TUGAS

Dewan Pengawas mempunyai tugas yaitu:


1. Pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja pengurus guna mencapai maksud dan
tujuan ikatan, baik diminta ataupun tidak.
2. Pengawasan pelaksanaan pada point 1 mengacu kepada:
a. Anggaran Dasar;
b. Anggaran Rumah Tangga;
c. Peraturan Organisasi.

BAB IV
PERSYARATAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGAWAS
1. Pernah menjadi pengurus ikatan baik ditingkat cabang, daerah maupun pusat.
2. Tidak pernah melanggar AD/ART dan Peraturan Organisasi.
3. Tidak pernah melanggar Kode Etik Apoteker Indonesia.

Hal 3 dari 5
BAB V
TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS PUSAT
1. Tugas pokok melakukan pengawasan terhadap Program kerja Pengurus Pusat guna
mencapai maksud dan tujuan ikatan, baik diminta ataupun tidak.

2. Dewan Pengawas Pusat memiliki fungsi:


a. Memberikan nasihat terhadap program kerja dan kegiatan pengurus pusat;
b. Memberikan kritik terhadap ketaatan Pengurus Pusat pada naskah asli program
ikatan;
c. Memberikan saran kepada pengurus pusat terhadap hasil pengawasan.
3. Rincian tugas adalah:
a. Berpartisipasi dalam penyusunan rencana program pusat;
b. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program pusat;
c. Mengusulkan anggaran tahunan Dewan Pengawas Pusat;
d. Menyusun Pedoman Tata Cara Pengawasan;
e. Meminta informasi dan melakukan koordinasi dengan Dewan Pengawas Daerah;
f. Memberikan saran dan kritik kepada Ketua Pengurus Pusat dalam kaitan pembinaan
dan pengawasan berdasarkan analisis hasil pengawasan.

BAB VI
TUGAS POKOK DAN FUNGSI DEWAN PENGAWAS DAERAH
1. Tugas pokok melakukan pengawasan terhadap Program kerja Pengurus Daerah dan
Cabang guna mencapai maksud dan tujuan ikatan, baik diminta ataupun tidak.

2. Dewan Pengawas Daerah memiliki fungsi:


a. Memberikan nasihat terhadap program kerja dan kegiatan Pengurus Daerah dan
Cabang;
b. Memberikan kritik terhadap ketaatan Pengurus Daerah dan Cabang pada naskah asli
program;
c. Memberikan saran kepada Pengurus Daerah dan Cabang terhadap hasil pengawasan.

3. Rincian tugas adalah:


a. Berpartisipasi dalam penyusunan rencana program Daerah dan Cabang;
b. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program Daerah dan Cabang;
c. Mengusulkan anggaran tahunan Dewan Pengawas Daerah;
d. Menyusun Pedoman Tata Cara Pengawasan;
e. Memberikan saran dan kritik kepada Ketua Pengurus Daerah dan Cabang dalam
kaitan pembinaan dan pengawasan berdasarkan analisis hasil pengawasan;

Hal 4 dari 5
BAB VII
RAPAT-RAPAT DEWAN PENGAWAS

1. Rapat Dewan Pengawas dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam


setahun.
2. Undangan Rapat Dewan Pengawas dilakukan oleh Ketua Dewan Pengawas.
3. Rapat Dewan Pengawas dipimpin oleh Ketua Dewan Pengawas.
4. Jika Ketua Dewan Pengawas tidak hadir atau berhalangan maka rapat dipimpin oleh
seorang yang dipilih oleh dan dari antara Pengawas yang hadir.
5. Dewan Pengawas dapat mengundang Pengurus, dan Majelis Etik dan Disiplin
Apoteker Indonesia sesuai tingkatannya dalam Rapat Dewan Pengawas.
6. Hasil rapat Dewan Pengawas akan dijadikan masukan oleh Ketua Pengurus sesuai
tingkatannya dalam pengambilan keputusan organisasi sesuai tingkatannya.

Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016

PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 5 dari 5
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 002 / PP.IAI/1418/IX/2016

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang :
a. Bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 31 Tahun
2016 tentang Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 889 / PER /
MENKES / V / 2011 Tentang Registrasi, Izin Kerja, dan Izin Praktik Tenaga
Kefarmasian maka, Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 Tentang Peraturan
Organisasi Tentang Rekomendasi Izin Praktik atau Kerja Ikatan Apoteker
Indonesia, dipandang tidak relevan lagi;

b. Bahwa Pencabutan Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker


Indonesia No. PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 Tentang Paraturan Organisasi
Tentang Rekomendasi Izin Praktik atau Kerja Ikatan Apoteker Indonesia
telah ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
yang berlangsung tanggal 26-27 September 2016 di Yogyakarta;

c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan


Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia tentang Peraturan
Organisasi Tentang Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker dari Ikatan.
Mengingat : 1. Pasal 37 ayat (1) huruf g, Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Pasal 62 Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 26 sampai
27 September 2016 di Yogyakarta.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No. PO.
002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang
Rekomendasi Surat Izin Praktik Apoteker dari Ikatan Apoteker
Indonesia, sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Hal 1 dari 17
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Izin Praktik Apoteker dari Ikatan Apoteker Indonesia ini menjadi
ketentuan yang mengikat bagi Anggota maupun Pengurus Ikatan Apoteker
Indonesia.

Kedua : Mengamanatkan kepada:

1. Pengurus Cabang untuk melakukan tata laksana pemrosesan dan


melakukan koordinasi dalam penerbitan Rekomendasi Surat Izin Praktik
Apoteker dengan Dinas Kesehatan/instansi yang berwenang di
Kabupaten/Kota untuk menerbitan Surat Izin Praktek Apoteker.

2. Pengurus Daerah untuk melakukan fasilitasi dan monitoring penerbitan


Rekomendasi Surat Izin Apoteker oleh Pengurus Cabang Ikatan Apoteker
Indonesia.

Ketiga : Mencabut Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/V/2015 Tentang Peraturan Organisasi Tentang
Rekomendasi Izin Praktik atau Kerja Ikatan Apoteker Indonesia

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016

PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
REKOMENDASI SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER
IKATAN APOTEKER INDONESIA

A. KETENTUAN UMUM

1. Praktik/Pekerjaan Kefarmasian, yang selanjutnya disebut Praktik Apoteker


adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi,
pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
2. Seritifikat Profesi (Kompetensi) Apoteker yang selanjutnya disingkat SERKOM
adalah adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan Praktik Apoteker yang
diperoleh lulusan Pendidikan Apoteker.
3. Surat Tanda Registrasi Apoteker yang selanjutnya disingkat STRA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Konsil/Komite Farmasi Nasional (KFN) kepada
Apoteker yang telah diregistrasi.
4. Surat Izin Praktik Apoteker yang selanjutnya disingkat SIPA adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota kepada
Apoteker sebagai pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik Apoteker.
5. Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia adalah Pengurus Pusat IAI yang
selanjutnya disingkat PP IAI, Pengurus Daerah yang selanjutnya disingkat PD
IAI, dan Pengurus Cabang yang selanjutnya disingkat PC IAI.
6. Surat Pernyataan Praktik Bertanggungjawab yang selanjutnya disingkat SP2B
adalah akan melakukan praktik Apoteker secara bertanggungjawab dan tidak
akan melanggar kode etik, pedoman disiplin dan peraturan organisasi.
7. Surat Pernyataan Terkait Sarana/Prasarana/Permodalan yang selanjutnya
disingkat SPTSP2.

Hal 3 dari 17
B. TATA CARA MEMPEROLEH REKOMENDASI SURAT IZIN PRAKTIK
APOTEKER
1. Pemohon mengajukan surat permintaan rekomendasi SIPA kepada PC IAI
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Rekomendasi Surat Izin Praktik
Apoteker.
2. Surat Permintaan Rekomendasi harus melampirkan dokumen sebagai berikut:
a. Fotokopi dokumen identitas dan profesi, yaitu:
i. KTP atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan sesuai dengan
tempat praktik / kerja;
ii. KTA atau SKK yang masih berlaku;
iii. SERKOM Apoteker dengan masa berlaku minimal 3 bulan sebelum
berakhir;
iv. STRA dengan masa berlaku minimal 3 bulan sebelum berakhir; dan
v. Melampirkan SIPA yang masih berlaku (jika ada)
b. Surat Pernyataan Praktik Bertanggungjawab (SP2B), bermaterai cukup
(dipilih sesuai rencana praktik):
i. Untuk melaksanakan Praktik Apoteker bidang Pengelolaan
Sarana/Prasarana Apotek; atau
ii. Untuk melaksanakan Praktik Apoteker bidang Pelayanan Kefarmasian
di Apotek / Klinik / Puskesmas / Rumah Sakit; atau
iii. Untuk melaksanakan Praktik Apoteker bidang Pengelolaan Perbekalan
Kefarmasian di Instansi Pemerintah / Industri Farmasi / Industri Obat
Tradisional / Industri Kosmetika / Distributor;
c. Surat Pernyataan Terkait Sarana/Prasarana/Permodalan (SPTSP2)
bermaterai cukup, yang terdiri dari:
i. Daftar SIPA yang telah dimiliki dengan keterangan jam praktik dan
alamat Praktik-nya beserta lampiran dokumen fotokopi SIPA-nya
(kecuali di sarana pelayanan kefarmasian dengan sistem gilir kerja);
dan
d. Kepemilikan Modal Sendiri (bagi pemohon sebagai pemilik sarana apotek)
atau Izin / kerjasama pemanfaatan sarana untuk Praktik Pelayanan
Kefarmasian dari penanggungjawab sarana (bagi pemohon bukan sebagai
pemilik / penanggungjawab sarana).

Hal 4 dari 17
e. Akte Notaris Perjanjian Kerjasama Apoteker dengan Investor (bagi
Apoteker dengan modal milik pihak lain) di Apotek atau Klinik.

B. KETENTUAN LAIN-LAIN
1. Rekomendasi SIPA hanya diberikan kepada Apoteker anggota IAI.
2. Permohonan permintaan Rekomendasi SIPA oleh anggota ditujukan kepada PC
IAI setempat dimana praktik apoteker akan dilaksanakan.
3. Penerbitan Rekomendasi SIPA ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat dimana PC IAI tersebut berada dan memberikan
tembusan kepada PD IAI sebagai laporan.
4. Masa berlaku Rekomendasi SIPA selama 6 (enam) bulan.
5. Penerbitan Rekomendasi SIPA oleh PC IAI diselesaikan dalam waktu paling lama
7 (tujuh) hari kerja sejak berkas diterima dengan persyaratan telah lengkap.
6. Proses permohonan Rekomendasi SIPA dapat dilakukan secara online.
7. Setiap permohonan Rekomendasi SIPA dikenakan biaya maksimal sebesar Rp.
100.000., (seratus ribu rupiah).

Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016

PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 5 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker

Contoh

FORMULIR PERMOHONAN REKOMENDASI


SURAT IJIN PRAKTIK APOTEKER
IKATAN APOTEKER INDONESIA

(isi dengan huruf kapital)

Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………………

Bersama ini saya mengajukan permohonan rekomendasi ijin praktik dengan data
sebagai berikut :

A. Data Pemohon
Nomor
KTP
No.KTA
Nama
Lengkap
Gelar
(Tanggal-Bulan-Tahun)
Tempat/Tgl/lahir - -
Alamat

(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi
Handphone
Email
No.STRA
Masa Berlaku s/d -
-
No.Sertifikat
Kompetensi
Masa Berlaku s/d -
-

Hal 6 dari 17
B. DATA SARANA KEFARMASIAN
Nama Sarana
Alamat lengkap
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi

Praktik Apotek, SIPA untuk mengurus SIA & untuk praktik pelayanan
Apoteker sebagai kefarmasian
Bidang

Pelayanan kefarmasian lainnya di: RS, Klinik, Puskesmas, dan Apotek

Perbekalan farmasi di: Unit Perbekalan Farmasi Pemerintah, Industri


Farmasi, Industri Obat Tradisional, Industri Kosmetika, & Distribusi

Status Milik Milik Pihak Lain


Kepemilikan Sendiri
Sarana

Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :


1. Fotokopi: KTP/Surat Keterangan Domisili dan KTA/Surat Keterangan Keanggotaan
yang masih berlaku
2. Fotokopi STRA dan SERKOM yang masih berlaku (minimal 3 bulan sebelum
berakhir)
3. Fotokopi Seluruh SIPA yang telah dimiliki dan masih berlaku
4. Surat Pernyataan Praktik Bertanggungjawab (SP2B): tidak akan melanggar Kode
Etik, Pedoman Disiplin,& PO (sesuai formulir)
5. Surat Pernyataan Terkait Sarana/Prasarana/Permodalan (SPTSP2), yang terdiri dari:
a. Daftar SIPA yang telah dimiliki, kecuali di sarana pelayanan kefarmasian dengan
sistem gilir kerja); dan
b. Kepemilikan Modal Sendiri (bagi pemohon sebagai pemilik sarana apotek); atau

Hal 7 dari 17
c.Izin/kerjasama dengan penanggungjawab sarana (bagi pemohon bukan sebagai
penanggungjawab sarana).
6. Fotokopi Akte Notaris Perjanjian Kerjasama dengan Pemilik Sarana (bagi Apoteker
dengan modal milik pihak lain/investor).

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

………………………………………….,
…………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,

……………………………………………………………
lembar pertama untuk pengurus

Hal 8 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker

Contoh

SURAT PERNYATAAN PRAKTIK BERTANGGUNGJAWAB


( SP2B )

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Lengkap : ...........................................................................
No.Anggota : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................
Dengan ini saya menyatakan:
1. Saya telah mempelajari dan memahami Kode Etik, Pedoman Disiplin Apoteker
Indonesia, dan Peraturan Organisasi.
2. Saya akan mematuhi dan melaksanakan Kode Etik, Pedoman Disiplin Apoteker
Indonesia, dan Peraturan Organisasi dengan baik dan benar, dalam rangka
menjaga dan memelihara serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
dimanapun saya melaksanakan praktik apoteker saya.

Untuk melakukan Praktik Apoteker secara bertanggungjawab dan sungguh-sungguh,


dalam bidang (pilih salah satu):
 Praktik Pengelola Sarana/Prasarana Apotek (merangkap Praktik Pelayanan
Kefarmasian)
 Praktik Pelayanan Kefarmasian di Apotek / Klinik / Puskesmas / Rumah Sakit
 Praktik Perbekalan Kefarmasian di Instansi Pemerintah/Industri Farmasi/Industri
Obat Tradisional/Industri Kosmetik/Distributor
 Praktik Pengembangan Obat, Bahan Obat, dan Obat Tradisional (peneliti)

Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta dalam
keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat untuk saya laksanakan dengan sepenuh hati.

....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.

Yang membuat pernyataan,

materai Rp.6.000,-
............................................

Hal 9 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker

Contoh

SURAT PERNYATAAN
TENTANG KEMPEMILIKAN
SURAT IZIN PRAKTIK APOTEKER (SIPA)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Apoteker:


Nama Lengkap : ...........................................................................
No. Anggota IAI : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................

Dengan sebenar-benarnya menerangkan bahwa saya telah memiliki Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) sebanyak …… dokumen, dengan uraian sebagai berikut:

Nama Sarana & Alamat


No. Nomor SIPA Jenis Praktik*) Jam Praktik
Praktik Apoteker
1.

2.

3.

Dokumen SIPA terlampir.

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Hal 10 dari 17
....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.

Yang membuat pernyataan,

materai Rp.6.000,-

................................................

*) Jenis Praktik:
 Praktik Pengelolaan Sarana/Prasarana Apotek (APA)
 Praktik Pelayanan Kefarmasian
 Praktik Perbekalan di Instansi Pemerintah/Industri/Distributor
 Praktik Pengembangan Obat, Bahan Obat, dan Obat Tradisional (peneliti)

Hal 11 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker

Contoh

SURAT PERNYATAAN
KEPEMILIKAN MODAL

Saya yang bertanda tangan di bawah ini;


Nama Lengkap : ...........................................................................
No. Anggota IAI : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir : ...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) : ...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................

Dengan ini menyatakan bahwa saya adalah pemilik modal Apotek*) tempat saya akan
melaksanakan praktik kefarmasian.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dalam keadaan sehat jasmani dan rohani serta
dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari siapapun.

....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.

Yang membuat pernyataan,

materai Rp.6.000,-

................................................

*) coret salah satu

Hal 12 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.002/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi
Surat Ijin Praktik Apoteker

Contoh

SURAT PERNYATAAN IZIN/KERJASAMA *)


PEMANFATAN SARANA & PRASARANA

Izin/kerjasama pemanfaatan sarana untuk Praktik Pelayanan Kefarmasian dari


penanggungjawab sarana (bagi pemohon bukan sebagai pemilik / penanggungjawab
sarana).

Kami yang bertanda tangan di bawah ini:


1. Nama Lengkap : ...........................................................................
No. KTP : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir :...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) :...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................
Sebagai PIHAK PERTAMA, bertindak sebagai penanggungjawab sarana.

2. Nama Lengkap : ...........................................................................


No. KTP : ...........................................................................
No. Anggota IAI : ...........................................................................
Tempat, Tanggal lahir :...........................................................................
Alamat (Sesuai KTP) :...........................................................................
...........................................................................
...........................................................................

Sebagai PIHAK KEDUA, bertindak sebagai yang memanfaatkan sarana dan prasarana.
Bahwa saya sebagai PIHAK PERTAMA memberi izin kepada/bersepakat dengan*)
PIHAK KEDUA dalam hal pemanfaatan sarana dan prasarana fasilitas kefarmasian.

Hal 13 dari 17
(jika ada klausul lain dapat ditambahakan) ........…………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………

Demikianlah surat pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.

Yang membuat pernyataan,

PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA


materai Rp.6.000,-
materai Rp.6.000,-
.................................................. ...................................................

Hal 14 dari 17
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.002/PP.IAI/1418/X/2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Rekomendasi Ijin
Praktik atau Kerja

Contoh Surat Rekomendasi

KOP SURAT PENGURUS CABANG


………………………………………………………………………………………….

SURAT REKOMENDASI IZIN PRAKTIK/KERJA


No.Rek-000/PC IAI/Nama Kab-Kota/Bulan/Tahun

Ikatan Apoteker Indonesia Pengurus Cabang ................................................... dengan


ini memberikan rekomendasi kepada:
Nama :
.......................................................................................
No.KTP :
.......................................................................................
No. Anggota :
.......................................................................................
No. Sertifikat Kompetensi :
.......................................................................................
berlaku sampai dengan
......................................................
No. STRA :
.......................................................................................
berlaku sampai
dengan.......................................................
Tempat/Tgl.lahir :
.......................................................................................
Alamat :
.......................................................................................

.......................................................................................

Hal 15 dari 17
.......................................................................................
No. Handphone :
.......................................................................................
Alamat email :
.......................................................................................

Sesuai peraturan perundang-undangan bertindak sebagai Apoteker Praktik*):


 Pengelola Sarana dan Prasarana Apotek (merangkap Praktik Pelayanan
Kefarmasian)
 Pelayanan Kefarmasian di Apotek / Klinik / Puskesmas / Rumah Sakit
 Perbekalan Kefarmasian di Instansi Pemerintah/Industri/Distributor
 Pengembangan Obat, Bahan Obat, dan Obat Tradisional (peneliti)

Di Sarana Praktik Kefarmasian:


Nama :
.......................................................................................
Alamat :
.......................................................................................

……………………………………………………………………………………

Demikianlah surat rekomendasi ini diberikan untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya.

....................................., .........................
Kota tempat membuat pernyataan, tanggal-bulan-
tahun.

IKATAN APOTEKER INDONESIA


PENGURUS CABANG .................................

Hal 16 dari 17
Ketua Sekretaris,

................................................ ...............................................

Catatan :
*) pilih yang sesuai dan hapus yang tidak dipilih
- Surat Rekomendasi izin praktik/kerja ini dibuat 3 (tiga) rangkap dengan rincian:1
(satu) rangkap untuk pemohon, 1 (satu) rangkap untuk Pengurus Daerah sebagai
laporan dan 1 (satu) rangkap untuk Arsip Pengurus Cabang.
- Surat rekomendasi izin praktik/kerja yang tidak dipergunakan harus dikembalikan
kepada Pengurus Cabang yang menerbitkannya selambat-lambatnya 6 (enam)
bulan sejak diterbitkannya surat tersebut.

Hal 17 dari 17
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 003/ PP.IAI/1418/IX/2016

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PEMBINAAN PRAKTIK KEFARMASIAN
DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melakukan pembinaan, perlindungan, pembelaan,


pendidikan keilmuan dan keprofesian dalam menjalankan profesinya
sebagaimana diamanatkan pasal 47, pasal 48 dan pasal 49 Anggaran
Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia perlu disiapkan peraturan terkait
pembinaan praktik kefarmasian di fasilitas pelayanan kefarmasian.;.
b. bahwa sehubungan dengan butir a di atas perlu ditetapkan Surat Keputusan
tentang Peraturan Organisasi tentang Pembinaan Praktik Kefarmasian di
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian Ikatan Apoteker Indonesia
Mengingat : 1. Pasal 10 dan Pasal 12, Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Pasal 47, Pasal 48 point dan Pasal 49 Anggaran Rumah Tangga Ikatan
Apoteker Indonesia;
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 26
sampai 27 September 2016 di Yogyakarta.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.


PO.003/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang Pembinaan Praktik
Kefarmasian di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Pembinaan Praktik Kefarmasian di Fasilitas
Pelayanan Kefarmasian ini menjadi ketentuan yang mengikat bagi anggota

Hal 1 dari 5
dan Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia.

Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki apabila
terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 September 2016

PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 5
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2016 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Pembinaan
Praktik Kefarmasian di Fasilitas Kefarmasian.

PERATURAN ORGANISASI
PEMBINAAN PRAKTIK KEFARMASIAN
DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

A. PENJELASAN UMUM

1. Praktik kefarmasian adalah kegiatan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian


mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
3. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi rumah sakit,
puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.
4. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh Apoteker.
5. Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan /atau
spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin
oleh seorang tenaga medis.
6. Pembinaan Praktik kefarmasian adalah kegiatan monitoring pelaksanaan Praktik
kefarmasian yang dilakukan oleh Apoteker dalam memberikan pelayanan kefarmasian
pada fasilitas pelayanan kefarmasian
7. Pelaksana Pembinaan Praktik Kefarmasian adalah Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai kewenangannya serta Organisasi Profesi
8. Tujuan Pembinaan Praktik Kefarmasian adalah untuk:
a. melindungi pasien dan masyarakat dalam hal pelaksanaan Praktik Kefarmasian yang
dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu Praktik Kefarmasian sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

Hal 3 dari 5
c. memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat, dan Tenaga Kefarmasian.
9. Pembinaan Praktik Kefarmasian oleh organisasi profesi ( I A I ) dilakukan baik secara
mandiri atau bekerjasama dengan pemangku kepentingan terkait.
10. Pembinaan Praktik Kefarmasian secara mandiri dilakukan oleh tim .
11. Tim ditetapkan oleh Pengurus IAI tingkat daerah berdasarkan usulan dari cabang dan
diberikan kewenangan untuk membina pelaksanaan Praktik Kefarmasian demi
terwujudnya praktik Apoteker yang bertanggungjawab dan bermartabat.
12. Tim melaksanakan pembinaan di wilayah kerja yang ditentukan.
13. Pembinaan dilakukan secara rutin dan berkesinambungan dengan mempertimbangkan
sumber pembiayaan dan menggunakan metode yang sesuai (sampling).

B. SPO PEMBINAAN

1. Pengertian : Suatu tatacara Pembinaan Praktik Kefarmasian di fasilitas pelayanan


kefarmasian
2. Tujuan : untuk memperkuat sistem Pembinaan dalam rangka meningkatkan
pelayanan kefarmasian untuk menjamin mutu pelayanan dan peningkatan keselamatan
pasien
3. Dasar hukum :
- Ordonasi Obat Keras Statblaad th 1949
- Undang Undang no 36 th 2009 tentang Kesehatan
- Undang Undang no 36 th 2014 tentang Tenaga Kesehatan
- Peraturan Pemerintah no 51 TH 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
- Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Farmasi di Apotek, Rumah
Sakit, Puskesmas dan Klinik
- Peraturan Menteri Kesehatan no 31 …..serta Pedoman pelaksanaan/ teknisnya
- Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia
- Kode Etik Apoteker Indonesia
- Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia

4. Kebijakan :
- Pembinaan Praktik Kefarmasian wajib dilaksanakan secara berkelanjutan dan
terstruktur dalam program kerja Ikatan Apoteker Indonesia karena merupakan
unsur dari pilar Praktek Apoteker yang bertanggung jawab.

5. Prosedur :

a. PD IAI membuat surat tugas pembinaan fasilitas pelayanan kefarmasian di


wilayahnya kepada Tim
b. Tim melakukan kunjungan langsung kefasilitas pelayanan kefarmasian

Hal 4 dari 5
c. Sebelum melakukan tugasnya, Tim memperkenalkan diri dan menunjukkan surat
tugasnya kepada Apoteker di fasilitas pelayanan kefarmasian tersebut
d. Tim melakukan pencatatan sesuai instrumen monitoring yang telah ditentukan
organisasi
e. Apabila diperlukan, Tim dapat meminta penjelasan dari tenaga / staf yang lain di
fasilitas pelayanan pelayanan kefarmasian tersebut.
f. Tim membuat laporan hasil kegiatan pembinaan kepada PC IAI
g. PC IAI membuat laporan kegiatan pembinaan secara periodik( Tri wulan) disertai
evaluasi dan rekomendasi untuk di sampaikan kepada unit terkait.
h. Rekomendasi dari PC adalah : Pembinaan berupa Teguran dan/ Surat Peringatan ,
Penghentian sementara kegiatan/ pembekuan izin, Pencabutan izin, Reward poin
/ usulan Award
i. Unit terkait selanjutnya dapat menindaklanjuti rekomendasi PC IAI sesuai
dengan kewenangan masing – masing.

6. Unit Terkait : PD IAI, PC IAI, BB POM, Dinas Kesehatan

C. INSTRUMEN PEMBINAAN
(terlampir)

Hal 5 dari 5
LAMPIRAN 1. FORMAT INSTRUMEN MONITORING

NAMA FASKES : ……………………………………… …………… ALAMAT : ……………………………………………………………………

PELAKSANAAN
NO SUBYEK KETERANGAN
ADA/YA TIDAK ADA/ TIDAK SESUAI BELUM
A KELENGKAPAN
1. SERTIFIKAT KOMPETENSI MasaBerlaku S/d
2. SURAT TANDA REGISTRASI APOTEKER MasaBerlaku S/d
3. SURAT IZIN PRAKTEK APOTEKER
4. SURAT IZIN APOTEK
5. IDENTITAS ( PENGGUNAAN JAS PRAKTIK ) SESUAI STANDAR
6. PAPAN PRAKTIK SESUAI STANDAR

B PELAYANAN
1. JAM PRAKTIK PUKUL ……S/D ……..
2. DURASI PRAKTIK ……………… Jam
3. HARI PRAKTIK
4. BUKTI KEHADIRAN
5. SPO PELAYANAN KEFARMASIAN
6. PEMBERI PELAYANAN
- APOTEKER PEMEGANG SIA JOB DESK, TASK
- APOTEKER PRAKTEK SHIFTING
- APOTEKER MAGANG DG PENDAMPINGAN
- TTK DG MONITORING,
- MAHASISWA DG MONITORING
- PETUGAS LAIN …………………

Jumlah : …….Apoteker
JENIS PELAYANAN
1. PELAYANAN RESEP
2. PELAYANAN SWA MEDIKASI
3. PELAYANAN LAIN
- …………………

LAMPIRAN 1. FORMAT INSTRUMEN MONITORING


1
- …………………
- ………………….
- ………………….
- ………………….
C PEMILIK SARANA APOTIK APOTEKER / NON
APOTEKER / BADAN
USAHA

………………………………….., …………………………..2016

PETUGAS MONITORING : TTD APOTEKER FASKES :

1…………………………… : …………………………. …………………………… : ………………………….

2…………………………….. : ………………………… …………………………… : ………………………….

3……………………………… : ………………………….

LAMPIRAN 1. FORMAT INSTRUMEN MONITORING


2
DAFTAR ISI

1. PO.No.001 tahun 2017 tentang PO Ketentuan Penetapan Keputusan

Oleh PD/PC Ikatan Apoteker Indonesia

2. PO.No.002 tahun 2017 tentang PO Pendaftaran Anggota

3. PO.No.003 tahun 2017 tentang PO Iuran Anggota.

4. PO.No.004 tahun 2017 tentang PO Mutasi Anggota

5. PO.No.005 tahun 2017 tentang PO Petunjuk Teknis Tata Cara

Pengajuan Penilaian Dan Pengakuan Satuan Kredit Partisipasi (SKP)

Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB)

6. PO.No.006 tahun 2017 tentang PO Kredensial Apoteker

7. PO.No.007 tahun 2017 tentang PO IAI Award

8. PO.No.008 tahun 2017 tentang PO Himpunan Seminat

9. PO.No.009 tahun 2017 tentang Penanganan Pengaduan dan

Persidangan Kode Etik


SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2017

Tentang

KETENTUAN PENETAPAN KEPUTUSAN


OLEH PENGURUS DAERAH/CABANG IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menindaklanjuti ketentuan Pasal 63 ayat (2)


Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia yang mengatur tentang
peraturan/keputusan yang hirarkinya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan hirarki yang lebih tinggi;
b. bahwa peraturan/keputusan yang hirarkinya lebih rendah tidak
boleh bertentangan dengan hirarki yang lebih tinggi telah
ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
tahun 2017;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan
Surat Keputusan tentang Peraturan Organisasi Tentang Ketentuan
Penetapan Keputusan oleh Ketua Pengurus Daerah/Cabang Ikatan
Apoteker Indonesia.

Mengingat : 1. Pasal 36 ayat (1) huruf d dan Pasal 37 ayat (1) huruf d, Anggaran
Dasar Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Pasal 22 ayat (1) huruf a, Pasal 60 huruf b, dan Pasal 63 ayat (1)
huruf e Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor 008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tugas
dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor 009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tata
Kelola Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia;
5. Peraturan Organisasi Nomor PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2016 tentang
Peraturan Organisasi Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dewan
Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia.

Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 05
sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.


PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi
Tentang Ketentuan Penetapan Keputusan Oleh Pengurus
Daerah/Cabang Ikatan Apoteker Indonesia .

1 PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2017
Pertama : 1. Setiap penerbitan suatu Surat Keputusan oleh Ketua Pengurus
Daerah/Cabang Ikatan Apoteker Indonesia harus berlandaskan
pada nilai-nilai dasar, maksud, tujuan dan berpegang teguh serta
tidak bertentangan dengan setiap ketentuan yang berlaku dalam
Naskah Asasi Ikatan Apoteker Indonesia dan Surat Keputusan
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indoensia yang sah dan berlaku.

2. Naskah asasi yang dimaksud pada diktum pertama nomor 1,


mencakup:
a. Anggaran Dasar;
b. Anggaran Rumah Tangga;
c. Kode Etik Apoteker Indonesia;
d. Peraturan Organisasi;
e. Standar Kompetensi Apoteker Indonesia;
f. Standar Praktik Apoteker Indonesia;
g. Pedoman Praktik Apoteker Indonesia;
h. Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.

Kedua : 1. Ketua Pengurus Daerah/Cabang dilarang menerbitkan suatu Surat


Keputusan yang substansinya sudah diatur dan/atau berlawanan
dengan ketentuan Naskah Asasi dan Surat Keputusan Pengurus
Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.

2. Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Pengurus Cabang harus


dikirimkan kepada Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat Ikatan
Apoteker Indonesia.

3. Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Pengurus Daerah harus


dikirimkan kepada Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.

Ketiga 1. Setiap Surat Keputusan Ketua Pengurus Daerah/Cabang yang


sudah diterbitkan, dapat ditinjau kembali dan dibatalkan oleh
Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia setingkat di atasnya, bilamana
bertentangan dengan Naskah Asasi dan Surat Keputusan Pengurus
Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.

2. Peraturan Organisasi ini mengikat bagi setiap Pengurus


Daerah/Cabang Ikatan Apoteker Indonesia.

Keempat : Peraturan Organisasi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan
diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

2 PO. 001/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017

TENTANG

PENDAFTARAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. bahwa tuntutan pengelolaan organisasi profesi


senantiasa berkembang guna menghadirkan pelayanan
yang terbaik bagi anggota sehingga dipandang perlu
dilakukan penyesuaian dalam tatacara pendaftaran
keanggotaan pada Ikatan Apoteker Indonesia;
b. bahwa Peraturan Organisasi Nomor: 001/PO/PP-
IAI/V/2010 tentang Peraturan Organisasi tentang
Registrasi Anggota, tertanggal 03 Mei 2010 dipandang
perlu untuk dilakukan penyesuaian mengikuti
perkembangan dan dinamisasi yang terjadi;
c. bahwa tata cara pendaftaran anggota telah ditetapkan
dalam Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
tahun 2017;
d. bahwa sehubungan dengan butir a, b dan c di atas perlu
ditetapkan suatu Surat Keputusan tentang Peraturan
Organisasi Tentang Pendaftaran Anggota.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan


Apoteker Indonesia;
2. Peraturan Organisasi Nomor 008 / PP.IAI / 1418 / V /
2015 tentang Tugas dan Wewenang Pengurus Ikatan
Apoteker Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor 009 / PP.IAI / 1418 /V /
2015 tentang Tata Kelola Organisasi Ikatan Apoteker
Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor PO. 001 / PP.IAI / 1418 / IX
/ 2016 tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Dewan Pengawas Ikatan Apoteker
Indonesia.

1 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada
tanggal 05 sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


No.PO.002/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Pendaftaran Anggota, sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.

PERTAMA : Peraturan Organisasi Tentang Pendaftaran Anggota ini


merupakan pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh
Apoteker di Indonesia

KEDUA : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat Keputusan


Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor: 001/PO/PP-
IAI/V/2010 tentang Peraturan Organisasi tentang Registrasi
Anggota, tertanggal 03 Mei dinyatakan TIDAK BERLAKU.

KETIGA : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila


terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

2 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor :
PO.002/PP.IAI/1418/IX/2017 Tentang Peraturan Organisasi Tentang Pendaftaran
Anggota.

PENDAFTARAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

A. KETENTUAN UMUM

1. Praktik/Pekerjaan Kefarmasian, yang selanjutnya disebut Praktik Apoteker adalah


pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2. Kartu Tanda Anggota yang selanjutnya disebut dengan KTA adalah kartu jati diri
seorang apoteker sebagai tanda keanggotaan pada Ikatan Apoteker Indonesia,
dengan masa berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang untuk masa 5 (lima)
tahun berikutnya.

3. Surat Keterangan Keanggotaan yang selanjutnya disebut dengan SKK adalah KTA
Sementara sebagai tanda keanggotaan pada Ikatan Apoteker Indonesia, dengan
masa berlaku 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang untuk masa 1 (satu) bulan
berikutnya.

4. Setiap Apoteker berhak untuk menjadi Anggota Ikatan Apoteker Indonesia.

5. Keanggotaan Apoteker diatur sebagai berikut:


a. Bagi Apoteker yang melaksanakan praktik apoteker, keanggotaannya
berdasarkan kabupaten/kota dimana alamat Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA)
pertama dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan/Instansi Perizinan setempat;
b. Bagi Apoteker yang tidak melaksanakan praktik apoteker, keanggotaannya
berdasarkan kabupaten/kota dimana alamat domisili tempat tinggal apoteker
yang bersangkutan.

6. Nomor keanggotaan Ikatan Apoteker Indonesia bersifat tunggal, tetap dan nasional
dan ditentukan oleh pengurus Pusat.

7. Pendaftaran menjadi anggota ditujukan bagi :


a. Apoteker yang baru lulus pendidikan profesi apoteker;
b. Apoteker yang belum terdaftar sebagai anggota.

8. Pendaftaran menjadi anggota tidak berlaku bagi Apoteker yang sedang menjalani
hukuman pidana/kurungan.

9. Proses Pendaftaran Anggota dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan


pendaftaran keanggotan kepada Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia baik
secara offline ataupun secara online jika telah tersedia fasilitas pendukungnya.

10. Pemberlakuan Pendaftaran Anggota secara online diatur tersendiri dengan Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia melalui penerbitan suatu
Pedoman Tatacara Proses Permohonan Pendaftaran Keanggotaan Ikatan Apoteker
Indonesia.

3 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
B. PENDAFTARAN ANGGOTA YANG BARU LULUS PENDIDIKAN PROFESI
APOTEKER
1. Pendaftaran keanggotaan dapat dilakukan baik secara perorangan atau secara
kolektif oleh Perguruan Tinggi Farmasi yang bersangkutan.

2. Permohonan pendaftaran keanggotaan ditujukan kepada Pengurus Pusat melalui


Pengurus Daerah dimana Perguruan Tinggi Farmasi berada, dengan mengisi
Formulir Permohonan Pendaftaran Anggota dan melampirkan:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Program Profesi Apoteker yang dilegalisir
b. Fotokopi Surat Sumpah Apoteker yang dilegalisir
c. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk
d. Pas Photo berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar
e. Surat Pernyataan akan mematuhi Kode Etik & Disiplin Profesi Apoteker,
Peraturan Organisasi serta Peraturan Perundang-undangan di Bidang
Kefarmasian.
f. Bukti telah melunasi pembayaran uang pangkal dan iuran tahunan anggota
sesuai ketentuan berlaku.

3. Pengurus Daerah menindaklanjuti permohonan pendaftaran keanggotaan yang


sudah lengkap dengan mengajukan permintaan nomor keanggotaan kepada
Pengurus Pusat, menggunakan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang diisi
secara lengkap dan dikirimkan dalam bentuk file soft copy.

4. Pengurus Pusat mengembalikan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang


sudah berisikan Nomor Pendaftaran Anggota ke Pengurus Daerah dalam bentuk
file soft copy.

5. Proses Permohonan Pendaftaran Keanggotaan diselesaikan dalam waktu paling


lama 14 hari kerja terhitung dari mulai berkas permohonan dinyatakan lengkap
oleh Pengurus Daerah.

6. Berkas permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus Daerah
kepada pemohon atau melalui Perguruan Tinggi Farmasi pemohon bersangkutan
untuk dilengkapi.

7. Setiap Calon Anggota wajib mengikuti Pembinaan Organisasi yang dilakukan oleh
Pengurus Daerah setempat sesuai Peraturan Organisasi tentang Pembinaan
Organisasi.

C. PENDAFTARAN ANGGOTA YANG BELUM TERDAFTAR


1. Bagi Apoteker yang belum terdaftar sebagai anggota dapat mengajukan
permohonan pendaftaran keanggotaan sesuai dengan alamat Surat Izin Praktik
Apoteker (SIPA) pertama atau kabupaten/kota dimana alamat domisili tempat
tinggal apoteker yang bersangkutan.

2. Permohonan pendaftaran keanggotaan ditujukan kepada Pengurus Pusat melalui


Pengurus Cabang untuk diteruskan ke Pengurus Daerah, dengan mengisi Formulir
Permohonan Pendaftaran Anggota dan melampirkan:
a. Fotokopi Ijazah Pendidikan Program Profesi Apoteker yang dilegalisir
b. Fotokopi Surat Sumpah Apoteker yang dilegalisir
c. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk
d. Pas Photo berwarna ukuran 2x3 sebanyak 3 lembar
e. Surat Pernyataan akan mematuhi Kode Etik & Disiplin Profesi Apoteker,
Peraturan Organisasi serta Peraturan Perundang-undangan di Bidang
Kefarmasian.

4 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
f. Bukti telah melunasi pembayaran uang pangkal dan iuran tahunan anggota
sesuai ketentuan berlaku.
3. Pengurus Daerah menindaklanjuti permohonan pendaftaran keanggotaan yang
sudah lengkap dengan mengajukan permintaan nomor keanggotaan kepada
Pengurus Pusat menggunakan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang diisi
secara lengkap dan dikirimkan dalam bentuk file soft copy.
4. Pengurus Pusat mengembalikan Formulir Permohonan Nomor Anggota yang sudah
berisikan Nomor Pendaftaran Anggota ke Pengurus Daerah dalam bentuk file soft
copy.
5. Proses Permohonan Pendaftaran Keanggotaan diselesaikan dalam waktu paling
lama 14 hari kerja terhitung dari mulai berkas permohonan dinyatakan lengkap oleh
Pengurus Daerah.

7. Berkas permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus Daerah
keanggota bersangkutan melalui Pengurus Cabang setempat untuk dilengkapi.

D. SURAT KETERANGAN KEANGGOTAAN (SKK)


1. SKK dapat diterbitkan bagi calon anggota yang telah menyerahkan berkas
Permohonan Pendaftaran Keanggotaan dan telah dinyatakan lengkap oleh
Pengurus Daerah.
2. SKK tersebut dipergunakan untuk mengambil KTA.
3. Masa berlaku SKK 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

5 PO. 002/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 Tentang Perarturan Organisasi Tentang
Iuran Anggota, dipandang sudah tidak sesuai dengan kebutuhan
pengelolaan organisasi dan peningkatan layanan keanggotaan;

b. bahwa besaran Iuran Anggota telah ditetapkan dalam Rapat Kerja


Nasional Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2017;

c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan


suatu Surat Keputusan tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran
Anggota.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker


Indonesia;
2. Peraturan Organisasi Nomor 008 / PP.IAI / 1418 / V / 2015 tentang
Tugas dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor 009 / PP.IAI / 1418 /V / 2015 tentang
Tata Kelola Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor PO. 001 / PP.IAI / 1418 / IX / 2016
tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dewan
Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia.

Memperhatikan Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 05
sampai 06 September 2017 di Tangerang SElatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor:


PO.003/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi

PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
1
Tentang Iuran Anggota Ikatan Apoteker Indonesia, sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Pertama : Peraturan Organisasi tentang Iuran Anggota ini merupakan pedoman dan
aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di Indonesia.

Kedua : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat Keputusan Pengurus


Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor: PO.002/PP.IAI/1418/V/2015
Tentang Perarturan Organisasi Tentang Iuran Anggota, tertanggal 03 Mei
dinyatakan TIDAK BERLAKU.

Ketiga : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.003/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran
Anggota Ikatan Apoteker Indonesia

IURAN ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

A. KETENTUAN UMUM
1. Iuran Anggota Ikatan Apoteker Indonesia terdiri dari Uang Pangkal dan Iuran
Tahunan.

2. Uang Pangkal adalah iuran yang dibayarkan hanya satu kali oleh anggota
sewaktu pertama kali mendaftar menjadi anggota Ikatan Apoteker Indonesia
melalui Pengurus Daerah setempat.

3. Iuran Tahunan adalah iuran wajib bagi setiap anggota yang dibayarkan satu
tahun sekali kepada Ikatan Apoteker Indonesia melalui Pengurus Daerah
setempat.

4. Kartu Tanda Anggota yang selanjutnya disebut dengan KTA adalah kartu
yang jati diri seorang apoteker sebagai tanda keanggotaan pada Ikatan
Apoteker Indonesia, dengan masa berlaku 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang untuk masa 5 (lima) tahun berikutnya.

5. Surat Keterangan Keanggotaan yang selanjutnya disebut dengan SKK adalah


KTA Sementara sebagai tanda keanggotaan pada Ikatan Apoteker Indonesia,
dengan masa berlaku 1 (satu) bulan dan dapat diperpanjang untuk masa 1
(satu) bulan berikutnya.

6. Teknis tata cara penarikan Iuran Anggota diatur oleh Pengurus Daerah
masing-masing.

7. Pendistribusian Iuran Tahunan, yang dialokasikan bagi setiap tingkat


kepengurusan dilaksanakan oleh Pengurus Daerah yang melakukan
penarikan.

B. IURAN ANGGOTA BAGI APOTEKER LULUSAN LAMA


1. Besar Uang Pangkal yaitu Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

2. Besar Iuran Tahunan yaitu Rp. 240.000,- (Dua ratus empat puluh ribu rupiah)
per tahun.

PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
3
3. Peruntukannya Iuran Tahunan sebagaimana dimaksud pada butir 2 dari
Subbagian ini, dialokasikan bagi setiap tingkat kepengurusan yaitu:
a. Pengurus Pusat sebesar 10% (sepuluh persen);
b. Pengurus Daerah sebesar 40% (empat puluh persen);
c. Pengurus Cabang sebesar 50% (lima puluh persen).

C. IURAN ANGGOTA BAGI APOTEKER BARU LULUS PERGURUAN TINGGI


FARMASI

1. Besar Uang Pangkal yaitu Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

2. Besar Iuran Tahunan hanya untuk tahun pertama saja sebesar Rp.120.000,-
(Seratus dua puluh ribu rupiah).

3. Apoteker Baru Lulus dari Perguruan Tinggi Farmasi, yang untuk pertama kali
mendaftarkan diri menjadi anggota melalui Permohonan Pendaftaran
Keanggotaan, hanya diwajibkan membayar Iuran Anggota untuk 6 (enam)
bulan pertama sebesar Rp. 60.000,- (enampuluhribu rupiah), dan sisanya
sebesar Rp. 60.000,- (enampuluhribu rupiah) dapat dibayarkan pada periode
pembayaran berikutnya, di Pengurus Daerah dimana wilayah domisili SIPA
pertama.

4. Penarikan Iuran Tahunan, bagi apoteker yang langsung melakukan mutasi ke


propinsi lain (apoteker pemegang SKK) adalah 50% (lima puluh persen) oleh
Pengurus Daerah asal dan 50% (lima puluh persen) oleh Pengurus Daerah
tujuan, dari besaran Iuran Tahunan sebagaimana dimaksud pada butir 2 dari
Subbagian ini.

5. Peruntukannya Iuran Tahunan sebagaimana dimaksud pada Subbagian ini


dialokasikan bagi setiap tingkat kepengurusan yaitu:
a. Pengurus Pusat sebesar 10% (sepuluh persen);
b. Pengurus Daerah sebesar 40% (empat puluh persen);
c. Pengurus Cabang sebesar 50% (lima puluh persen).

D. IURAN ANGGOTA BAGI APOTEKER YANG PRAKTIK ANTAR CABANG

1. Iuran Tahunan bagi yang berpraktik di antar cabang dalam lingkup Pengurus
Daerah yang sama, Iuran Tahunan dibayar sebesar 150% iuran tahunan
dengan rincian sebagai berikut :
a. Bagi Pengurus Cabang awal (SIPA pertama) sebesar 100% iuran tahunan
dan peruntukannya dialokasikan sebagaimana yang diatur pada butir 3
dari Subbagian B; dan
b. Bagi Pengurus Cabang berikutnya (SIPA kedua atau ketiga) sebesar 50%
iuran tahunan dan peruntukannya hanya dialokasikan untuk Pengurus
Cabang berikutnya (SIPA kedua atau ketiga) saja.

PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
4
2. Iuran Tahunan bagi yang berpraktik di antar cabang dalam lingkup Pengurus
Daerah yang berbeda, Iuran Tahunan dibayar sebesar 190% iuran tahunan
dengan rincian sebagai berikut:
a. Bagi Pengurus Cabang awal (SIPA Pertama) sebesar 100% iuran tahunan
dan peruntukannya dialokasikan sebagaimana yang diatur pada butir 3
dari Subbagian B; dan
b. Bagi Pengurus Cabang tujuan (SIPA kedua atau ketiga) sebesar 90%
iuran tahunan dan peruntukannya dialokasikan bagi Pengurus Daerah
tujuan (SIPA kedua atau ketiga) sebesar 40% (empat puluh persen) dan
Pengurus Cabang tujuan (SIPA kedua atau ketiga) sebesar 50% (lima
puluh persen).

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA
Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 dari 2

PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
5
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota
Format Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Pengurus Daerah …………………………………………………
Periode Laporan : Bulan ……………………………………………. Tahun…………………. s/d Bulan ……………………………………………….. Tahun …………………………….

No. Nomor Keanggotaan Nama Anggota Periode Penarikan & Nominal Nominal Distribusi (Rp)
Bulan Tahun Bulan Tahun Nominal (Rp) PP (10%) PD (40%) PC (50%) Nama PC Tanggal Transfer
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
………………………………………………, ………………………
Catt : Terlampir bukti setor ke rekening Pengurus Pusat dan masing-masing Pengurus Cabang Ketua PD IAI …………………………………………….

PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
6
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.002/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Peraturan Organisasi Tentang Iuran Anggota
Format Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Laporan Penarikan & Distribusi Iuran Tahunan
Pengurus Daerah …………………………………………………
Periode Laporan : Bulan ……………………………………………. Tahun…………………. s/d Bulan ……………………………………………….. Tahun …………………………….

No. Nomor Keanggotaan Nama Anggota Periode Penarikan & Nominal Nominal Distribusi (Rp)
Bulan Tahun Bulan Tahun Nominal (Rp) PP (10%) PD (40%) PC (50%) Nama PC Tanggal Transfer
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
………………………………………………, ………………………
Catt : Terlampir bukti setor ke rekening Pengurus Pusat dan masing-masing Pengurus Cabang Ketua PD IAI ……………………………

PO. 003/PP.IAI/1418/IX/2017
7
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017

Tentang

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dengan dinamika serta perubahan peraturan perundangan


khususnya pengaturan tenaga kesehatan, dipandang perlu untuk
melakukan langkah penyesuaian dalam mutasi keanggotaan di
lingkungan Ikatan Apoteker Indonesia;
b. bahwa Peraturan Organisasi Nomor: 006 / PP.IAI / 1418 / IX / 2015
tentang Peraturan Organisasi tentang Mutasi Anggota, tertanggal 20
Mei 2015 dipandang perlu untuk dilakukan penyesuaian mengikuti
perkembangan dan dinamisasi yang terjadi;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan
suatu Surat Keputusan tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia;
2. Peraturan Organisasi Nomor 008 / PP.IAI / 1418 / V / 2015 tentang
Tugas dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor 009 / PP.IAI / 1418 /V / 2015 tentang
Tata Kelola Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor PO. 001 / PP.IAI / 1418 / IX / 2016
tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dewan
Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia.

Memperhatikan Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 05
sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia Nomor: PO.


004/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang
Mutasi Anggota Ikatan Apoteker Indonesia, sebagaimana
tercantum dalam lampiran keputusan ini.

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
1
Pertama : Peraturan Organisasi tentang Mutasi Anggota ini merupakan pedoman dan
aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di Indonesia.

Kedua : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat Keputusan Pengurus


Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.006/PP.IAI/1418/ V/2015 tentang
Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota dinyatakan TIDAK BERLAKU.

Ketiga : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
2
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota Ikatan Apoteker Indonesia.

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
MUTASI ANGGOTA

A. KETENTUAN UMUM
1. Mutasi anggota adalah perpindahan keanggotaan dari suatu cabang asal ke cabang
tujuan, baik dalam satu wilayah propinsi (Daerah) maupun ke propinsi lain (antar
Daerah).

2. Surat Pengantar Mutasi Anggota adalah surat yang dikeluarkan oleh Pengurus
Cabang/Daerah asal yang ditujukan kepada Pengurus Cabang/Daerah tujuan.

3. Proses permohonan Surat Pengantar Mutasi Anggota diselesaikan dalam waktu


paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung dari mulai berkas dinyatakan lengkap oleh
Pengurus Cabang/Daerah.

4. Berkas permohonan yang tidak lengkap akan dikembalikan oleh Pengurus


Cabang/Daerah kepada pemohon bersangkutan.

5. Surat Pengantar Mutasi Anggota berlaku selama 30 (tiga puluh hari) hari sejak
tanggal dikeluarkan.

6. Proses pengajuan permohonan Surat Pengantar Mutasi Anggota dapat dilakukan


dengan mengajukan permohonan mutasi kepada Pengurus Cabang/Daerah Ikatan
Apoteker Indonesia secara offline atau secara online jika telah tersedia fasilitas
pendukungnya.

7. Pemberlakuan pengajuan permohonan Surat Pengantar Mutasi Anggota secara


online berdasarkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia akan
ditindaklanjuti dengan penerbitan suatu pedoman tata cara proses permohonan
keanggotaan oleh Pengurus Pusat.

8. Pengurusan Surat Pengantar Mutasi Anggota tidak dikenakan biaya.

B. MUTASI ANTAR PROPINSI


1. Pemohon mengajukan permohonan ke Pengurus Daerah melalui Pengurus Cabang
setempat dengan mengisi Formulir Permohonan Mutasi dan melampirkan:
a. Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku
b. Fotokopi KTP yang masih berlaku
c. Surat pernyataan masih atau tidak melakukan praktek kefarmasian di wilayah
propinsi asal dengan melampirkan fotokopi SIPA
d. Borang Resertifikasi masa kompetensi tahun berjalan yang sudah di verifikasi
oleh tim resertifikasi.
e. Surat pernyataaan dan bukti telah memenuhi kewajiban iuran anggota sampai
dengan bulan terakhir pada tahun berjalan.

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
3
2. Pengurus Cabang memberikan surat pengantar permohonan mutasi yang ditujukan
kepada Pengurus Daerah setempat.
3. Pengurus Daerah setempat selanjutnya membuat surat pengantar mutasi antar
propinsi yang ditujukan kepada Pengurus Daerah tujuan dan ditembuskan kepada
Pengurus Pusat sebagai laporan.

4. Surat pengantar mutasi sebagaimana dimaksud pada poin 3 diatas, selain diberikan
dalam bentuk hard copy kepada pemohon, juga dikirimkan soft copy nya kepada
Pengurus Daerah tujuan melalui email sebagai konfirmasi.
5. Pengurus Daerah tujuan membuat surat pengantar mutasi kepada Pengurus
Cabang yang dituju.

C. MUTASI ANTAR KABUPATEN/ KOTA DALAM SATU PROPINSI


1. Pemohon mengajukan permohonan ke Pengurus Cabang setempat dengan mengisi
Formulir Permohonan Mutasi dan melampirkan :
a. Fotokopi KTA yang masih berlaku
b. Fotokopi KTP yang masih berlaku
c. Surat pernyataan masih atau tidak melakukan praktek kefarmasian di wilayah
kabupaten/kota asal dengan melampirkan fotokopi SIPA
d. Borang Resertifikasi masa kompetensi tahun berjalan yang sudah di verifikasi
oleh tim resertifikasi..
2. Pengurus Cabang memberikan surat pengantar mutasi Antar Kabupaten/ Kota
dalam satu Propinsi yang ditujukan kepada Pengurus Cabang yang dituju dengan
tembusan kepada Pengurus Daerah setempat sebagai Laporan.
3. Surat pengantar mutasi sebagaimana dimaksud pada poin 3 diatas, selain diberikan
dalam bentuk hard copy kepada pemohon, juga dikirimkan soft copy nya kepada
Pengurus Cabang tujuan melalui email sebagai konfirmasi.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IAKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Hal 2 of 2

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
4
Lampiran. PO.004 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota

FORMULIR PERMOHONAN MUTASI


IKATAN APOTEKER INDONESIA
(isi dengan huruf kapital)
Permohonan Mutasi Antar Kabupaten/Kota Dalam Satu Propinsi
Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………………
Bersama ini saya mengajukan permohonan mutasi dengan data sebagai berikut :
Nomor KTP
No.KTA
Nama Lengkap
Gelar (Tanggal-Bulan-Tahun)
Tempat, Tgl lahir - -
Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi

Handphone
Email
Kab/Kota Tujuan
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku ( 3 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (3 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (3 rangkap)
4. Fotokopi SIPA bagi yang masih praktek kefarmasian
5. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (3 rangkap)

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,

……………………………………………………………

Keterangan :
1 rangkap untuk arsip PC IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PC IAI tujuan
1 rangkap untuk arsip PD IAI setempat

Lembar pertama untuk pengurus

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
5
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN MUTASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA

(di isi oleh petugas)

Telah diterima berkas permohonan mutasi atas nama ……………………………………………………


dengan lampiran sebagai berikut : Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku (3 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (3 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (3 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (3 rangkap)

…………………………………………., …………………..

Petugas,

……………………………………………………………

Berkas Lengkap Belum lengkap

Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

Lembar kedua untuk pemohon

2
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
6
Lampiran. PO.00 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi Anggota

FORMULIR PERMOHONAN MUTASI


IKATAN APOTEKER INDONESIA
(isi dengan huruf kapital)
Permohonan Mutasi Antar Kabupaten/Kota Luar Propinsi
Kepada Yth.
Ketua PD IAI …………………………………………………
Up. Ketua PC IAI…………………………………………………
Bersama ini saya mengajukan permohonan mutasi dengan data sebagai berikut :
Nomor KTP
No.KTA
Nama Lengkap
Gelar (Tanggal-Bulan-Tahun)

Tempat, Tgl lahir - -


Alamat
(sesuai KTP)
Desa/Kelurahan
Kecamatan
Kab/Kota
Provinsi

Handphone
Email
Provinsi Tujuan
Kab/Kota Tujuan
Sebagai kelengkapan permohonan terlampir :
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku (5 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (5 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (5 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (5 rangkap)

Demikianlah permohonan ini diajukan, atas perhatiannya terima kasih.

…………………………………………., …………………..
(nama kota/kab , tanggal)
Pemohon,

……………………………………………………………
Keterangan :
1 rangkap untuk arsip PC IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PD IAI setempat
1 rangkap untuk arsip PD IAI tujuan
1 rangkap untuk arsip PP IAI
1 rangkap untuk arsip PC IAI tujuan

Lembar pertama untuk pengurus

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
7
TANDA TERIMA BERKAS
FORMULIR PERMOHONAN MUTASI
IKATAN APOTEKER INDONESIA
(di isi oleh petugas)

Telah diterima berkas permohonan mutasi atas nama ……………………………………………………


dengan lampiran sebagai berikut : Ada Tidak ada
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk yang masih berlaku (4 rangkap)
2. Fotokopi Kartu Tanda Anggota atau Surat Keterangan Keanggotaan yang masih berlaku (4 rangkap)
3. Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja sebelumnya (4 rangkap)
4. Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. (4 rangkap)

…………………………………………., …………………..

Petugas,

……………………………………………………………

Berkas Lengkap Belum lengkap

Catatan : ………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

………………………………………………………………………………………………………………………….

Lembar kedua untuk pemohon

2
PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
8
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.00 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang
Mutasi Anggota.
Mutasi ke Kabupaten /Kota dalam satu Propinsi
CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PC IAI setempat ke PC IAI tujuan

KOP SURAT PENGURUS CABANG

No : B2-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun


(contoh : B2-004/PC IAI/Kabupaten Pandeglang/V/2015)
Lamp : 1 (satu) rangkap
Hal : Pengantar Mutasi

Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………
Di
Tempat

Bersama ini kami memberikan pengantar mutasi bagi sejawat :


Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
yang akan mutasi ke Kab/Kota ....................................................................
Bersama ini kami lampirkan :
1) Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku
2) Fotokopi KTP yang masih berlaku
3) Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya
4) Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan.
Segala yang menjadi hak dan kewajiban, baik sebagai anggota maupun
sebagai apoteker di tempat praktik / kerja sebelumnya, telah diselesaikan
oleh yang bersangkutan.
Demikianlah surat pengantar ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS CABANG .................................
Ketua, Sekretaris,

............................... ...................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota
Tembusan disampaikan kepada :
1. Yth. Ketua PD IAI ……………………………………………..
2. Arsip

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
9
Lampiran Keputusan Pengurus Pusa Nomor : PO.004 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi
Tentang Mutasi Anggota.

Mutasi ke Kabupaten /Kota di luar Provinsi


Contoh : Pengantar Permohonan Mutasi dari PC IAI ke PD IAI setempat

KOP SURAT PENGURUS CABANG

No : B2-000/PC IAI/ Nama Kab-Kota/ bulan/ tahun


(contoh : B2-005/PC IAI/Kota Cilegon/V/2015)
Lamp : 1 (satu) rangkap
Hal : Pengantar Permohonan Mutasi

Kepada Yth.
Ketua PD IAI ……………………………………………
Di
Tempat

Bersama ini kami teruskan permohonan mutasi dari sejawat :


Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
.....................................................................................
yang akan mutasi ke Kab/Kota ....................................................................
di Provinsi .......................................................................
Segala yang menjadi hak dan kewajiban, baik sebagai anggota maupun
sebagai apoteker di tempat praktik / kerja sebelumnya, telah diselesaikan
oleh yang bersangkutan.
Bersama ini kami lampirkan :
1) Fotokopi surat permohonan mutasi dari yang bersangkutan
2) Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku ( 4 rangkap )
3) Fotokopi KTP yang masih berlaku ( 4 rangkap )
4) Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya ( 4 rangkap )
5) Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. ( 4 rangkap )
Demikianlah surat pengantar ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS CABANG .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
10
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.004 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.

CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PD IAI setempat ke PD IAI Tujuan

KOP SURAT PENGURUS DAERAH

No : B2-000/PD IAI/ Nama Provinsi/ bulan/ tahun


(contoh : B2-005/PD IAI/Banten/V/2015)
Lamp : 1 (satu) rangkap
Hal : Pengantar Mutasi

Kepada Yth.
Ketua PD IAI ……………………………………………
Di
Tempat

Bersama ini kami memberikan pengantar mutasi bagi sejawat :


Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
.....................................................................................
....................................................................................
yang akan mutasi ke Kab/Kota ....................................................................
di Provinsi .......................................................................
Segala yang menjadi hak dan kewajiban, baik sebagai anggota maupun
sebagai apoteker di tempat praktik / kerja sebelumnya, telah diselesaikan
oleh yang bersangkutan.

Bersama ini kami lampirkan :


1) Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku ( 2 rangkap )
2) Fotokopi KTP yang masih berlaku ( 2 rangkap )
3) Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya ( 2 rangkap )
4) Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan. ( 2 rangkap )
Demikianlah surat pengantar ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota

Tembusan disampaikan kepada :


1. Ketua Umum PP IAI sebagai laporan
2. Arsip

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
11
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO.00 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Mutasi
Anggota.

CONTOH : Pengantar Mutasi Dari PD IAI tujuan ke PC IAI tujuan

KOP SURAT PENGURUS DAERAH

No : B2-000/PD IAI/ Nama Provinsi/ bulan/ tahun


(contoh : B2-008/PD IAI/Lampung/V/2015)
Lamp : 1 (satu) rangkap
Hal : Pengantar Mutasi

Kepada Yth.
Ketua PC IAI ……………………………………………
Di
Tempat

Bersama ini kami memberikan pengantar mutasi bagi sejawat :


Nama : .....................................................................................
No.KTP : .....................................................................................
No.Anggota : .....................................................................................
Tempat/Tgl.lahir : .....................................................................................
Alamat : .....................................................................................
....................................................................................
.....................................................................................
yang akan mutasi ke Kab/Kota ....................................................................
Bersama ini kami lampirkan :
1) Fotokopi KTA / SKK yang masih berlaku
2) Fotokopi KTP yang masih berlaku
3) Surat Keterangan tidak berpraktik/bekerja lagi di tempat praktik/kerja
sebelumnya
4) Borang Resertifikasi masa kompetensi yang telah berjalan.
Segala yang menjadi hak dan kewajiban, baik sebagai anggota maupun
sebagai apoteker di tempat praktik / kerja sebelumnya, telah diselesaikan
oleh yang bersangkutan.
Demikianlah surat pengantar ini dibuat untuk ditindaklanjuti sebagaimana
mestinya.
............................................., ....................
IKATAN APOTEKER INDONESIA
PENGURUS DAERAH .................................
Ketua, Sekretaris,

........................................
..............................
NA. NA.
Catt : NA = Nomor Anggota

PO. 004/PP.IAI/1418/IX/2017
12
SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Tentang
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS
TATA CARA PENGAJUAN PENILAIAN DAN PENGAKUAN SATUAN KREDIT
PARTISIPASI (SKP)
PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN APOTEKER BERKELANJUTAN
(P2AB)
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. bahwa pelaksanaan pengajuan penilaian dan pengakuan Satuan


Kredit Partisipasi (SKP) pada Program Pengembangan Pendidikan
Apoteker Berkelanjutan (P2AB) telah diberlakukan di lingkungan
Ikatan Apoteker Indonesia sejak Tahun 2014.
b. Bahwa SK PP IAI No. KEP.007/PP.IAI/1418/IV/2014 tentang
Petunjuk Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan Pengakuan SKP
P2AB IAI yang telah diubah dengan SK PP IAI No. Kep. 047/
PP.IAI/1418/II/2015, dipandang perlu ditingkatkan derajat hirarkinya
c. bahwa Petunjuk Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan
Pengakuan SKP P2AB IAI telah ditetapkan dalam Rapat Kerja
Nasional Ikatan Apoteker Indonesia tahun 2017;
d. Bahwa sehubungan dengan butir a, b dan c di atas perlu ditetapkan
Surat Keputusan tentang Peraturan Organisasi Tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan Pengakuan Satuan Kredit
Partisipasi (SKP) Program Pengembangan Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan (P2AB) Ikatan Apoteker Indonesia.
Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia;
2. Peraturan Organisasi Nomor: 008 / PP.IAI / 1418 / V / 2015 tentang
Tugas dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;

1 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
3. Peraturan Organisasi Nomor: 009 / PP.IAI / 1418 / V / 2015 tentang
Tata Kelola Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor: PO. 001 / PP.IAI / 1418 / IX / 2016
tentang Peraturan Organisasi Tentang Tugas Pokok dan Fungsi
Dewan Pengawas Ikatan Apoteker Indonesia.

Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada tanggal 05
sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan.

MEMUTUSKAN
Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.
PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi
Tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan
Pengakuan Satuan Kredit Partisipasi (SKP) Program
Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB)
Ikatan Apoteker Indonesia, sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.

PERTAMA : Pelaksanaan pengajuan penilaian dan pengakuan Satuan Kredit


Partisipasi (SKP) pada Program Pengembangan Pendidikan Apoteker
Berkelanjutan (P2AB) mengacu pada petunjuk teknis ini.

KEDUA : Badan Sertifikasi Profesi bertanggung jawab terhadap pelaksanaan


pengajuan penilaian dan pengakuan Satuan Kredit Partisipasi (SKP) pada
Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB), dan
menyampaikan laporan secara periodik kepada Pengurus Harian
Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.

KETIGA : Pada saat keputusan ini mulai berlaku, semua peraturan dan keputusan
yang mengatur mengenai Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan
Pengakuan Satuan Kredit Partisipasi (SKP) Program Pengembangan
Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) Ikatan Apoteker Indonesia
dinyatakan, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Organisasi ini.

2 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki
apabila terdapat kekeliruan.

Dikeluarkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 Septemberl 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia

3 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Nomor: PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Pengajuan Penilaian dan Pengakuan Satuan Kredit Partisipasi (SKP)
Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) Ikatan Apoteker
Indonesia

PETUNJUK TEKNIS
TATA CARA PENGAJUAN PENILAIAN DAN PENGAKUAN SATUAN KREDIT
PARTISIPASI (SKP) PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN APOTEKER
BERKELANJUTAN (P2AB)

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam petunjuk teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia.
2. Pengurus Daerah adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia.
3. Pengurus Cabang adalah Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia.
4. Himpunan Seminat Daerah adalah Himpunan Seminat PD IAI.
5. Badan adalah Badan Sertifikasi Profesi yang dibentuk dan ditetapkan oleh
Pengurus Pusat dan salah satu tugasnya untuk menilai dan menetapkan SKP
Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB)sesuai
kewenangannya.
6. Tim adalah Tim Sertifikasi dan Resertifikasi Profesi Apoteker yang dibentuk dan
ditetapkan oleh Pengurus Daerah dan salah satu tugasnya untuk menilai dan
menetapkan SKP Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan
(P2AB)sesuai kewenangannya.
7. Satuan Kredit Partisipasi adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan atau
akumulasi butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Apoteker dalam
rangka resertifikasi.
8. Program Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) adalah
serangkaian upaya sistematis pembelajaran seumur hidup untuk meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi apoteker.
9. Seminar dalam bidang kefarmasian/kesehatan adalah merupakan satu metode
belajar di mana para peserta dilatih saling bekerja sama dengan berfikir dan
berpendapat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi sehingga
tercapai suatu kesimpulan/pendapat bersama.

4 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
10. Workshop/Lokakarya adalah suatu pertemuan ilmiah dalam rangka pengembangan
atau saling tukar informasi ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian/kesehatan.
11. Kursus atau pelatihan adalah kegiatan peningkatan ketrampilan praktek / kerja di
bidang kefarmasian/kesehatan.
12. Tinjauan kasus adalah diskusi kelompok yang diikuti minimal 5 (lima) orang
peserta, yang membahas topik praktek/kerja kefarmasian dan etika profesi.
13. Kajian peer review adalah diskusi kelompok yang diikuti minimal 3 (tiga) orang
peserta, yang membahas persoalan/problem yang sama atas suatu kasus
penggunaan obat tertentu untuk mendapat kesimpulan yang komprehensif.
14. Diskusi dengan pakar adalah diskusi kelompok yang diikuti minimal 5 (lima) orang
peserta dengan mengundang pakar kesehatan/kefarmasian terkait dengan hal-hal
yang dihadapi di lapangan.
15. Sertifikat adalah bukti tertulis yang diterima oleh narasumber/moderator/
peserta/fasilitator/panitia setelah mengikuti kegiatan yang dikeluarkan oleh
penyelenggara.
16. Surat Keputusan adalah surat keputusan penilaian dan pengakuan Satuan Kredit
Partisipasi (SKP) terhadap Kegiatan Ilmiah yang dikeluarkan Pengurus Pusat atau
Pengurus Daerah.

BAB II
TUJUAN DAN RUANG LINGKUP

Tujuan
Pasal 2
Petunjuk teknis ini bertujuan sebagai:
1. Pedoman bagi penyelenggara kegiatan dalam rangka Program Pengembangan
Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB) dalam pengajuan Satuan Kredit
Partisipasi (SKP) ke pengurus pusat atau pengurus daerah.
2. Pendelegasian wewenang untuk pemberian SKP untuk beberapa kegiatan dari
Pengurus Pusat kepada Pengurus Daerah.
3. Pedoman bagi pengurus pusat dan pengurus daerah dalam penetapan nilai Satuan
Kredit Partisipasi (SKP) yang diajukan penyelenggara kegiatan Program
Pengembangan Pendidikan Apoteker Berkelanjutan (P2AB).

5 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Ruang lingkup
Pasal 3
Ruang lingkup petunjuk teknis ini meliputi jenis dan kriteria kegiatan, rincian SKP,
kewenangan, biaya pengurusan, tata cara pengajuan SKP, laporan dan penutup.

BAB III
JENIS DAN KRITERIA KEGIATAN PROGRAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
APOTEKER BERKELANJUTAN

Jenis kegiatan
Pasal 4
Jenis kegiatan yang diatur dalam petunjuk teknis ini meliputi:
1. Seminar/Simposium/Lokakarya.
2. Workshop.
3. Kursus/Pelatihan.
4. Tinjauan kasus.
5. Kajian Peer Review.
6. Diskusi dengan pakar.
7. Bakti Sosial.
8. Penyuluhan.

Kriteria kegiatan
Pasal 5
Untuk kegiatan seminar, simposium, lokakarya, workshop, kursus dan pelatihan
memiliki kriteria:
1. Tingkat daerah, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diselenggarakan oleh IAI, atau perguruan tinggi yang telah memiliki MoU
dengan IAI
b. Lembaga lain selain IAI, atau perguruan tinggi sebagai penyelenggara kegiatan
harus bekerja sama dengan Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang IAI.
2. Tingkat nasional, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diselenggarakan oleh IAI, atau perguruan tinggi yang telah memiliki MoU
dengan IAI

6 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
b. Lembaga lain selain IAI, atau perguruan tinggi sebagai penyelenggara kegiatan
harus bekerja sama dengan Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang.
c. Panitia Pengarah terdiri dari para pakar
d. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Indonesia
e. Pemakalah berasal dari lingkup minimal nasional
f. Peserta diaharapkan dari lingkup nasional
3. Tingkat internasional, dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diselenggarakan oleh IAI, atau perguruan tinggi yang telah memiliki MoU
dengan IAI
b. Lembaga lain selain IAI, atau perguruan tinggi sebagai penyelenggara kegiatan
harus bekerja sama dengan Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang.
c. Bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa resmi PBB (Inggris, Perancis,
China, Arab, Rusia)
d. Pemakalah dan peserta berasal dari minimal dari tiga negara

BAB IV
SATUAN KREDIT PARTISIPASI

Kegiatan seminar, simposium, lokakarya, workshop, kursus dan pelatihan


Pasal 6
(1) Nilai SKP untuk kegiatan seminar, simposium dan lokakarya memenuhi ketentuan
pada tabel berikut ini:

SEMINAR/SIMPOSIUM/LOKAKARYA
PENERIMA SKP
TINGKAT
TINGKAT DAERAH TINGKAT NASIONAL
INTERNASIONAL
Peserta 1 SKP per 2-3 jam 1 SKP per 2-3 jam 1,5 SKP per 2-3 jam
Narasumber 3 SKP 3 SKP 4,5 SKP
Moderator 1 SKP 1 SKP 1,5 SKP
Panitia 1 SKP 1 SKP 1,5 SKP

7 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
(2) Nilai SKP untuk kegiatan workshop memenuhi ketentuan pada tabel berikut ini:

WORKSHOP
PENERIMA SKP
TINGKAT
TINGKAT DAERAH TINGKAT NASIONAL
INTERNASIONAL
Peserta 1,5 SKP per 2-3 jam 1,5 SKP per 2-3 jam 2,5 SKP per 2-3 jam
Narasumber 4,5 SKP 4,5 SKP 6,5 SKP
Fasilitator 3 SKP 3 SKP 4,5 SKP
Panitia 1,5 SKP 1,5 SKP 2,5 SKP

(3) Nilai SKP untuk kegiatan kursus atau pelatihan memenuhi ketentuan pada tabel
berikut ini:

KURSUS/PELATIHAN
PENERIMA SKP
TINGKAT
TINGKAT DAERAH TINGKAT NASIONAL
INTERNASIONAL
Peserta 1 SKP per 1 jam 1 SKP per 1 jam 1,5 SKP per 1 jam
Narasumber 6 SKP 6 SKP 9 SKP
Instruktur/
3 SKP 3 SKP 4,5 SKP
Fasilitator
Panitia 2 SKP 2 SKP 3 SKP

(4) Nilai SKP untuk kegiatan seminar, simposium dan lokakarya yang merupakan
bagian dari Kongres, Rapat Kerja Nasional, Konferensi Daerah, Rapat Kerja
Daerah, Konferensi Cabang dan Rapat Kerja Cabang memenuhi ketentuan pada
tabel berikut ini:

SEMINAR/SIMPOSIUM/LOKAKARYA REGIONAL ATAU NASIONAL


PENERIMA SKP KONFERENSI KONFERENSI
KONGRES, RAPAT
DAERAH, RAPAT CABANG, RAPAT
KERJA NASIONAL
KERJA DAERAH KERJA CABANG
10 SKP/KEGIATAN
Terdiri dari : 6 SKP
Peserta 20 SKP/KEGIATAN 10 SKP/KEGIATAN
Pembelajaran 4 SKP
Pengabdian
Narasumber 3 SKP 3 SKP 3 SKP
Moderator 1 SKP 1 SKP 1 SKP
Panitia 1 SKP 1 SKP 1 SKP

8 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
SEMINAR/SIMPOSIUM/LOKAKARYA INTERNASIONAL
PENERIMA SKP KONFERENSI KONFERENSI
KONGRES, RAPAT
DAERAH, RAPAT CABANG, RAPAT
KERJA NASIONAL
KERJA DAERAH KERJA CABANG
12 SKP/KEGIATAN
Terdiri dari : 8 SKP
Peserta 25 SKP/KEGIATAN 12 SKP/KEGIATAN
Pembelajaran 4 SKP
Pengabdian
Narasumber 4,5 SKP 4,5 SKP 4,5 SKP
Moderator 1,5 SKP 1,5 SKP 1,5 SKP
Panitia 1,5 SKP 1,5 SKP 1,5 SKP

Persyaratan pemberian SKP:


1. Untuk Konferensi Daerah dan Rapat Kerja Daerah:
a. SKP sebagaimana ketentuan ini hanya diberikan kepada anggota yang berasal
dari daerah penyelenggara Konferensi Daerah dan Rapat Kerja Daerah.
b. Seminar, Simposium dan Lokakarya yang merupakan bagian dari Konferensi
Daerah dan Rapat Kerja Daerah minimal dilaksanakan dengan lama waktu 4 jam.
2. Untuk Konferensi Cabang dan Rapat Kerja Cabang:
a. SKP sebagaimana ketentuan ini hanya diberikan kepada anggota dari cabang
penyelenggara Konferensi Cabang dan Rapat Kerja Cabang
b. Peserta Seminar, Simposium dan lokakarya yang berasal dari luar cabang
penyelenggara Konferensi Cabang dan Rapat Kerja Cabang hanya mendapat SKP
Pembelajaran.
c. Seminar, Simposium dan Lokakarya yang merupakan bagian dari Konferensi
Cabang dan Rapat Kerja Cabang minimal dilaksanakan dengan lama waktu 4
jam.
d. Pegurus Cabang hanya dapat menggunakan ketentuan SKP untuk Rapat Kerja
Cabang sebagaimana tersebut di atas 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun.

9 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Kegiatan tinjauan kasus, kajian per review dan diskusi dengan pakar
Pasal 7
(1) Nilai SKP untuk kegiatan tinjauan kasus adalah 2 (dua ) SKP untuk setiap 4 jam
diskusi.
(2) Nilai SKP untuk kajian peer review adalah 3 (tiga) SKP untuk pembicara, dan 2
(dua) SKP untuk peserta untuk setiap review.
(3) Nilai SKP untuk diskusi kasus dengan pakar adalah 3 (tiga) SKP untuk pembicara,
dan 2 (dua) SKP untuk peserta untuk setiap kasus.

Kegiatan bakti sosial dan penyuluhan


Pasal 8
(1) Nilai SKP untuk kegiatan bakti sosial adalah 2 (dua ) SKP untuk setiap 8 jam
kegiatan pengobatan massal.
(2) Nilai SKP untuk penyuluhan adalah 3 (tiga) SKP untuk pembicara.

BAB V
PENILAIAN DAN PENGAKUAN SKP

Badan Sertifikasi Profesi dan Tim Sertifikasi dan Resertifikasi


Pasal 9
(1) Penilaian dan pengakuan SKP kegiatan meliputi Seminar, Simposium, Lokakarya,
Workshop, Kursus dan Pelatihan di tingkat pusat dilakukan oleh Badan.
(2) Penilaian dan pengakuan SKP kegiatan meliputi Seminar, Simposium, Lokakarya,
Workshop, Kursus dan Pelatihan di tingkat daerah dilakukan oleh Tim. Apabila Tim
di daerah belum terbentuk maka dilakukan oleh Pengurus Daerah.
(3) Penilaian dan pengakuan SKP kegiatan tinjauan kasus, kajian peer review dan
diskusi dengan pakar dilakukan oleh oleh Tim. Apabila Tim di daerah belum
terbentuk maka dilakukan oleh Pengurus Daerah.
(4) Penilaian dan pengakuan SKP kegiatan bakti sosial dan penyuluhan dilakukan oleh
Tim. Apabila Tim di daerah belum terbentuk maka dilakukan oleh Pengurus
Daerah.

10 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Kewenangan
Pasal 10
(1) Badan memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian dan pengakuan SKP
kegiatan meliputi Seminar, Simposium, Lokakarya, Workshop, Kursus dan
Pelatihan tingkat internasional.
(2) Tim memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian dan pengakuan SKP
kegiatan meliputi Seminar, Simposium, Lokakarya, Workshop, Kursus dan
Pelatihan tingkat nasional dan daerah serta penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
tinjauan kasus, kajian peer review, diskusi dengan pakar, bakti sosial dan
penyuluhan.

Perhitungan Nilai SKP


Pasal 11
Perhitungan nilai SKP untuk Seminar/Simposium/Lokakarya, Workshop, dan
Kursus/Pelatihan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Kedalaman materi atau topic.
2. Kualitas/kompetensi pembicara/pengajar.
3. Lama pelaksanaan.
4. Pengaruh / dampak pengetahuan yang diperoleh terhadap pelaksanaan praktik:
a. Tidak ada pengetahuan maupun ketrampilan yang dipelajari namun informasi
yang diterima memberikan penyegaran pengetahuan dan keterampilan.
b. Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang dikuasai setelah mengikuti
kegiatan.
c. Ada pengetahuan dan atau keterampilan yang ditingkatkan dan dikuasai setelah
mengikuti kegiatanyang secara langsung mempengaruhi praktek atau pelayanan
kepada pasien.

BAB VI
BIAYA PENILAIAN DAN PENGAKUAN SKP

Pasal 12
(1) Setiap penilaian dan pengakuan SKP dikenakan biaya, kecuali:
a. Kegiatan seminar/simposium/lokakarya, workshop dan kursus/pelatihan yang
diselenggarakan oleh Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan Perguruan
Tinggi Farmasi yang tidak memungut biaya dari peserta.

11 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
b. Kegiatan seminar/simposium/lokakarya, workshop dan kursus/pelatihan yang
diselenggarakan sendiri oleh pengurus daerah.s
c. Tinjauan kasus.
d. Kajian peer review.
e. Diskusi dengan pakar.
f. Bakti Sosial.
g. Penyuluhan
(2) Biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan pembelajaran meliputi Seminar,
Simposium, Lokakarya, Workshop, Kursus dan Pelatihan adalah sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:

Penyelenggara kegiatan: Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan Perguruan


Tinggi Farmasi.

Seminar, Simposium, Lokakarya,


Biaya per 1 (satu) SKP untuk Peserta
Workshop, Kursus dan Pelatihan
Tingkat Daerah dan Nasional Rp. 200.000,-
Tingkat Internasional Rp. 300.000,-

Penyelenggara bukan/di luar Pengurus Cabang, Himpunan Seminat atau


Perguruan Tinggi Farmasi.

Seminar, Simposium, Lokakarya,


Biaya per 1 (satu) SKP untuk Peserta
Workshop, Kursus dan Pelatihan
Tingkat Daerah dan Nasional Rp. 300.000,-
Tingkat Internasional Rp. 400.000,-

(3) Contoh penilaian dan pengakuan SKP kegiatan ilmiah seminar terlampir.

12 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
BAB VII
TATA CARA PENGAJUAN, PENILAIAN DAN PENGAKUAN SKP

Seminar, Simposium, Lokakarya, Workshop, Kursus dan Pelatihan


Pasal 13
(1) Tata cara pengajuan penilaian dan pengakuan SKP kegiatan seminar, simposium,
lokakarya, workshop, kursus dan pelatihan tingkat daerah dan nasional adalah
sebagai berikut:
a. Panitia pelaksana mengajukan surat permohonan ke pengurus daerah
setempat dengan melampirkan proposal kegiatan yang antara lain memuat:
Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, Metoda, Jadwal Pelaksanaan, Susunan Acara
(Waktu, Durasi dan Uraian Kegiatan) dan Susunan Kepanitiaan.
b. Pengurus daerah / tim setempat melakukan verifikasi permohonan dan apabila
sudah memenuhi persyaratan dilanjutkan dengan penilaian dan penetapan SKP
untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan.
c. Panitia membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kepada Pengurus
Daerah setempat apabila memenuhi ketentuan dikenakan biaya sebagaimana
diatur pada pasal 12 petunjuk teknis ini.
d. Pengurus Daerah setempat menyampaikan Surat Keputusan kepada panitia.
(2) Tata cara pengajuan penilaian dan pengakuan SKP kegiatan seminar, simposium,
lokakarya, workshop, kursus dan pelatihan internasional adalah sebagai berikut:
a. Panitia pelaksana mengajukan surat permohonan ke pengurus pusat melalui
pengurus daerah setempat dengan melampirkan proposal kegiatan yang antara
lain memuat: Latar Belakang, Tujuan, Sasaran, Metoda, Jadwal Pelaksanaan,
Susunan Acara (Waktu, Durasi dan Uraian Kegiatan) dan Susunan Kepanitiaan.
b. Badan melakukan verifikasi permohonan dan apabila sudah memenuhi
persyaratan dilanjutkan dengan penilaian dan penetapan SKP untuk
selanjutnya dituangkan dalam bentuk surat keputusan.
c. Panitia membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kepada pengurus pusat
apabila memenuhi ketentuan dikenakan biaya sebagaimana diatur pada pasal
12 petunjuk teknis ini.
d. Pengurus pusat menyampaikan surat keputusan kepada panitia melalui
pengurus daerah setempat.

13 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Tinjauan Kasus, Kajian Peer Review dan Diskusi dengan Pakar
Pasal 14
Tata cara pengajuan penilaian dan pengakuan SKP kegiatan tinjauan kasus, Kajian peer
review dan diskusi dengan pakar adalah sebagai berikut:
1. Pemohon mengajukan permohonan ke pengurus cabang setempat untuk
diteruskan ke Pengurus Daerah setempat dengan melampirkan: Topik yang akan
dibahas, daftar peserta diskusi yang dilengkapi dengan no.anggota serta waktu
dan lokasi penyelenggaraan tinjauan kasus, Kajian peer review dan diskusi dengan
pakar.
2. Tim/Pengurus Daerah setempat melakukan verifikasi permohonan dan apabila
sudah memenuhi persyaratan dilanjutkan dengan penilaian dan penetapan SKP
untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk surat keputusan.
3. Pengurus Daerah setempat menyampaikan surat keputusan kepada pemohon
melalui pengurus cabang setempat.

Bakti Sosial dan Penyuluhan


Pasal 15
(1) Tata cara pengajuan penilaian dan pengakuan SKP kegiatan bakti sosial adalah
sebagai berikut:
a. Pemohon mengajukan permohonan ke pengurus cabang setempat untuk
diteruskan ke Pengurus Daerah setempat dengan melampirkan proposal yang
antara lain memuat: Lokasi bakti sosial, sasaran/jumlah yang akan diobati,
waktu bakti sosial, data anggota yang terlibat dalam bakti sosial dan tenaga
kesehatan lain yang terlibat.
b. Tim/Pengurus Daerah setempat melakukan verifikasi permohonan dan apabila
sudah memenuhi persyaratan dilanjutkan dengan penilaian dan penetapan SKP
untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk surat keputusan.
c. Pengurus Daerah setempat menyampaikan surat keputusan kepada pemohon
melalui pengurus cabang setempat.
(2) Tata cara pengajuan penilaian dan pengakuan SKP kegiatan penyuluhan adalah
sebagai berikut:
a. Pemohon mengajukan permohonan ke pengurus cabang setempat untuk
diteruskan ke Pengurus Daerah setempat dengan melampirkan: Topik yang
akan disuluhkan, sasaran penyuluhan, tempat dan waktu penyuluhan.

14 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
b. Tim/Pengurus daerah setempat melakukan verifikasi permohonan dan apabila
sudah memenuhi persyaratan dilanjutkan dengan penilaian dan penetapan
SKP untuk selanjutnya dituangkan dalam bentuk surat keputusan.
c. Pengurus Daerah setempat menyampaikan surat keputusan kepada pemohon
melalui pengurus cabang setempat.

Pasal 16
Sertifikat

(1) Sertifikat Seminar, Simposium, Lokakarya, Workshop, Kursus dan Pelatihan


diterbitkan oleh Pemberi Keputusan Pengakuan SKP
(2) Penanda tangan Sertifikat adalah :
a. Pengurus Pusat dan Penyelenggara jika kegiatan tersebut tingkat Internasional.
Pengurus Pusat dapat memberikan mandat penandatanganan sertifikat kepada
Pengurus Daerah.
b. Pengurus Daerah dan Penyelenggara jika kegiatan tersebut tingkat daerah atau
tingkat nasional.

(3) Muatan yang ada pada Sertifikat adalah :


a. Logo Ikatan Apoteker Indonesia di bagian atas kiri dan Penyelenggara di
bagian atas kanan
b. Nomor Sertifikat yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat atau Pengurus Daerah
c. Nama dan Nomor Anggota Peserta
d. Nomor Surat Keputusan Pengurus Pusat atau Pengurus Daerah beserta rincian
perolehan jumlah SKP
e. Tanda tangan Ketua Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia atau Ketua
Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia di bagian bawah kiri dan tanda
tangan Ketua Penyelenggara di bagian bawah kanan
(4) Penyelenggara melaporkan penggunaan Nomor Sertifikat kepada Pengurus Pusat
atau Pengurus Daerah
(5) Surat Keputusan yang diterbitkan oleh Pengurus Daerah untuk kegiatan Tinjauan
Kasus, Kajian Peer Review dan Diskusi dengan Pakar serta Bakti Sosial dan
Penyuluhan berlaku seperti Sertifikat untuk Seminar, Simposium, Lokakarya,
Workshop, Kursus dan Pelatihan. Dengan demikian untuk kegiatan Tinjauan Kasus,
Kajian Peer Review dan Diskusi dengan Pakar serta Bakti Sosial dan Penyuluhan

15 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
tidak perlu dibuatkan sertifikat. Bila dibuatkan sertifikat, maka sertifikat tersebut
ditandatangani oleh Ketua Cabang dan Penyelenggara.

BAB VIII
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM PENGEMBANGAN
PENDIDIKAN APOTEKER BERKELANJUTAN

Pasal 17
(1) Panitia/penyelenggara kegiatan seminar/simposium/lokakarya, workshop,
kursus/pelatihan tingkat daerah dan nasional wajib melaporkan pelaksanaan
kegiatan kepada pengurus daerah, sedangkan panitia/penyelenggara kegiatan
tingkat internasional wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada pengurus
pusat melalui pengurus daerah setempat.
(2) Laporan diserahkan dalam bentuk softcopy, meliputi:
a. Materi narasumber untuk kegiatan seminar/simposium/lokakarya/pelatihan.
b. Presensi peserta.
c. Data penerima SKP:
 Nama Peserta
 No. KTA (bagi anggota)
 Status (Peserta/Narasumber/Moderator/Assessor/Panitia)
 Tempat / tanggal lahir
 Alamat
 Pekerjaan/Praktek
 Alamat tempat kerja / praktek d. Dokumentasi kegiatan
(3) Anggota yang melakukan kegiatan tinjauan kasus, Kajian peer review dan diskusi
dengan pakar wajib membuat laporan kepada pengurus daerah melalui pengurus
cabang dengan melampirkan:
 Presensi kegiatan
 Notulensi kegiatan
 Laporan kegiatan menggunakan formulir laporan yang tersedia.
(4) Anggota yang melakukan kegiatan bakti sosial wajib membuat laporan kepada
pengurus daerah melalui pengurus cabang dengan melampirkan:
 Presensi kegiatan
 Dokumentasi/foto kegiatan
16 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
 Laporan kegiatan menggunakan formulir laporan yang tersedia.
(5) Anggota yang melakukan kegiatan penyuluhan wajib membuat laporan kepada
pengurus daerah melalui pengurus cabang dengan melampirkan:
 Presensi kegiatan
 Materi yang disuluhkan
 Dokumentasi/foto kegiatan
 Laporan kegiatan menggunakan formulir laporan yang tersedia.

LAPORAN PELAKSANAAN PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN PROGRAM


PENGEMBANGAN PENDIDIKAN APOTEKER BERKELANJUTAN

Pasal 18
(1) Pengurus Daerah wajib melaporkan pelaksanaan penerbitan Surat Keputusan
kegiatan seminar/simposium/lokakarya, workshop, kursus/pelatihan tingkat daerah
dan nasional kepada Pengurus Pusat.
(2) Laporan diserahkan dalam bentuk softcopy dengan menggunakan form yang telah
ditentukan dengan melampirkan:
 Surat Keputusan Penetapan SKP
 Proposal kegiatan
 Laporan kegiatan

17 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran:
Contoh penilaian dan pengakuan SKP kegiatan seminar tingkat daerah atau nasional

Penyelenggara kegiatan: Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan Perguruan Tinggi


Farmasi

Tabel hasil penilaian dan pengakuan SKP

Penerima SKP Nilai SKP Biaya (Rp)


Narasumber 3 -
Moderator 1 -
Peserta 2 400.000,-
Panitia 1 -

Maka panitia penyelenggara membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
ilmiah seminar sebesar Rp. 400.000,- (empat ratus ribu rupiah) untuk kegiatan tersebut
kepada pengurus daerah.
Penyelenggara kegiatan: bukan/di luar Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan
Perguruan Tinggi Farmasi

Tabel hasil penilaian dan pengakuan SKP

Penerima SKP Nilai SKP Biaya (Rp)


Narasumber 3 -
Moderator 1 -
Peserta 2 600.000,-
Panitia 1 -

Maka panitia penyelenggara membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
ilmiah seminar sebesar Rp. 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) untuk kegiatan tersebut
kepada pengurus daerah.

Contoh penilaian dan pengakuan SKP kegiatan seminar tingkat internasional

Penyelenggara kegiatan: Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan Perguruan Tinggi


Farmasi.

18 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
Tabel hasil penilaian dan pengakuan SKP

Penerima SKP Nilai SKP Biaya (Rp)


Narasumber 4,5 -
Moderator 1,5 -
Peserta 3 500.000,-
Panitia 1,5 -

Maka panitia penyelenggara membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
ilmiah seminar sebesar Rp. 900.000,- (sembilan ratus ribu rupiah) untuk kegiatan
tersebut kepada pengurus pusat.

Tabel hasil penilaian dan pengakuan SKP Penyelenggara kegiatan : bukan/di luar
Pengurus Cabang, Himpunan Seminat dan Perguruan Tinggi Farmasi.

Penerima SKP Nilai SKP Biaya (Rp)


Narasumber 4,5 -
Moderator 1,5 -
Peserta 3 1.200.000,-
Panitia 1,5 -

Maka panitia penyelenggara membayar biaya penilaian dan pengakuan SKP kegiatan
ilmiah seminar sebesar Rp. 1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu rupiah) untuk kegiatan
tersebut kepada pengurus pusat.

Dikeluarkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 Septemberl 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

19 PO.005/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017

TENTANG
PERATURAN ORGANISASI

TENTANG
KREDENSIAL APOTEKER
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. bahwa untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan


bahwa staf farmasi yang akan melakukan pelayanan kefarmasian
maka, perlu diatur kredensial apoteker dalam rangka membina,
menjaga dan meningkatkan profesionalisme sehingga dapat
menjalankan praktik kefarmasian secara bertanggung jawab;
b. bahwa Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) berkewajian melakukan
pembinaan, perlindungan, pembelaan, pendidikan keilmuan dan
keprofesian bagi anggota dalam menjalankan profesinya;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan
Surat Keputusan tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Apoteker.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker


Indonesia;
2. Peraturan Organisasi Nomor Nomor: PO. 001/PP.IAI/1418/VII/2014
Tentang Peraturan Organisasi Tentang Standar Praktik Apoteker
Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor: PO. 002/PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang
Peraturan Organisasi Tentang Pedoman Praktik Apoteker Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor: PO. 004/PP.IAI/1418/VII/2014
Tentang Peraturan Organisasi Tentang Pedoman Disiplin Apoteker
Indonesia;
5. Peraturan Organisasi Nomor: 008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tugas
dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
6. Peraturan Organisasi Nomor: 009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tata
Kelola Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia.

Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada


tanggal 05 sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan

1 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.


PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi
Tentang Kredensial Apoteker, sebagaimana tercantum dalam
lampiran keputusan ini.

Pertama : Peraturan Organisasi tentang Kredensial Apoteker ini merupakan


pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di
Indonesia.
Kedua : Mengamanatkan kepada seluruh Pengurus Daerah untuk:

a. Membentuk Mitra Bestari dengan keanggotaan yang sesuai


dengan kompetensinya guna melaksanakan tugas kredensial
sesuai bidang/spesilaisasinya.

b. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan


kredensial oleh Mitra Bestari guna keperluan penyempurnaan
Pedoman dan Teknis pelaksanaan Kredensial.

Ketiga : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila


terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

2 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

KREDENSIAL APOTEKER
IKATAN APOTEKER INDONESIA

A. KETENTUAN UMUM
1. Praktik/Pekerjaan Kefarmasian, yang selanjutnya disebut Praktik Apoteker adalah
pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional.
2. Surat Izin Praktik Apoteker selanjutnya disingkat SIPA adalah surat izin yang diberikan
kepada apoteker untuk dapat melaksanakan praktik apoteker.
3. Surat Tanda Registrasi Apoteker selanjutnya disingkat STRA adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Komite Farmasi Nasional (KFN/Konsil) atas nama Menteri kepada
Apoteker yang telah diregistrasi.
4. Sertifikat Profesi selanjutnya disingkat Serpro adalah surat tanda pengakuan untuk
melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
5. Sertifikat Kompetensi selanjutnya disingkat Serkom adalah surat tanda pengakuan
terhadap Kompetensi Tenaga Kesehatan untuk dapat menjalankan praktik di seluruh
Indonesia setelah lulus uji Kompetensi.
6. Apoteker adalah apoteker dan apoteker spesialis di rumah sakit.
7. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap apoteker untuk menentukan kelayakan
diberikan kewenangan profesi, yang bermaksud mempertahankan kompetensi suatu
profesi.
8. Kredensial Apoteker adalah sertifikat, surat, atau pernyataan yang menyatakan
kemampuan seseorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian yang dapat
memberikan jaminan kepercayaan atau kerahasiaan.
9. Kewenangan farmasi klinis (clinical pharmacies privilege) adalah hak khusus seorang
apoteker untuk melakukan sekelompok pelayanan farmasi klinis tertentu pada fasilitas
kefarmasian tertentu untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan
penugasan kefarmasian klinis (clinical pharmacies appointment).
10. Penugasan farmasi klinis (clinical pharmacies appointment) adalah penugasan oleh
pimpinan fasilitas kesehatan kepada seorang apoteker untuk melakukan sekelompok
pelayanan farmasi klinis fasilitas kesehatan tersebut tersebut berdasarkan daftar
kewenangan farmasi klinis yang telah ditetapkan baginya.
11. Audit farmasi klinis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan
farmasi klinis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam pengobatan
pasien (Patien Medication Record/PMR) yang dilaksanakan oleh profesi apoteker.
12. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok apoteker dengan reputasi dan
kompetensi profesi farmasi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan
profesi apoteker.
13. Pengurus adalah pengurus Ikatan Apoteker Indonesia baik tingkat Pusat, Daerah
maupun Cabang.
14. Pengurus Daerah adalah Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia yang
disingkat PD IAI diikuti nama provinsi kepengurusan.

3 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
B. TUJUAN KREDENSIAL APOTEKER
Tujuan Kredensial adalah untuk memberikan pengakuan kepada setiap apoteker yang akan
melakukan pelayanan farmasi klinis adalah tenaga profesional dan kredibel sehingga dapat
melindungi keselamatan pasien.

C. TATA LAKSANA PENGAJUAN KREDENSIALING


1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan mengajukan Surat Permintaan Kredensial Apoteker
kepada Pengurus Daerah.
2. Permohonan kredensial ditujukan kepada Pengurus Daerah dengan mengisi Formulir
Permohonan Kredensial Apoteker dan melampirkan:
a. Fotokopi dokumen identitas dan profesi, yaitu:
1) Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Keterangan Domisili dari Kelurahan
sesuai dengan alamat praktik apoteker;
2) Kartu Tanda Anggota Ikatan Apoteker Indonesia (KTA IAI) yang masih berlaku;
3) Foto Copy Ijazah Apoteker, dan Pendidikan lain yang terkait
4) Serpro/Serkom dengan masa berlaku minimal 3 (tiga) bulan sebelum berakhir;
5) STRA dengan masa berlaku minimal 3 (tiga) bulan sebelum berakhir; dan
6) Melampirkan SIPA yang masih berlaku.

b. Sertifikat Pelatihan yang dimiliki.

D. GARIS BESAR PROSES KREDENSIALING OLEH MITRA BESTARI


Proses kredensial merupakan salah satu cara profesi apoteker mempertahankan standar
praktik dan akuntabilitas persiapan pendidikan anggotanya, yang meliputi pelaksanaan uji
kompetensi, penerbitan STRA, pemberian izin praktik dan pelaksanaan akreditasi, oleh
Mitra Bestari melalui kegiatan berikut ini.
1. Mengevaluasi data pemeriksaan dan pengkajian, yang mencakup:
a. kompetensi;
b. kesehatan fisik dan mental;
c. perilaku;
d. etika profesi;
e. data pendidikan profesional apoteker berkelanjutan.
2. Menyelenggarakan wawancara terhadap pemohon kewenangan farmasi klinis.
3. Menyelengarakan penilaian dan pemutusan kewenangan farmasi klinis yang adekuat.
4. Melaporkan hasil penilaian kredensial dan rekomendasi kewenangan farmasi klinis
kepada Pengurus Daerah; dan
5. Menerbitkan Rekomendasi Kewenangan Farmasi Klinis dan Surat Penugasan Farmasi
Klinis.

E. PERSYARATAN APOTEKER ANGGOTA TIM MITRA BESTARI


1. Anggota IAI yang ditunjuk dan dapat berasal dari kompetensi peraturan perundangan-
undangan, sarana pelayanan kefarmasian, institusi pendidikan apoteker, himpunan
seminat dan kolegium yang sesuai.
2. Memiliki integritas;
3. Telah mengikuti TOT tentang kredensialing;
4. Berpengalaman di bidang yang bersangkutan minimal 3 (tiga) tahun;
5. Anggota berjumlah tim ganjil, minimal 3 (tiga) orang;

4 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
F. PENUTUP
1. Hal-hal lebih teknis dalam penyelenggaraan kredensial apoteker, Pengurus Pusat IAI
akan menyusun Pedoman dan Teknis pelaksanaan Kredensial Apoteker di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
2. Pengurus Pusat IAI menyelenggarakan Trainning of Trainer (TOT) kredensialing.
3. Pengurus Daerah IAI (PD IAI) agar membentuk Tim Mitra Bestari tingkat daerah
masing-masing.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

5 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

PROSES KREDENSIALING APOTEKER


...........................................................
TAHUN .........

DATA ASESI
NAMA :
NIP :
UNIT KERJA :

Kelengkapan
No Format/Instrumen Keterangan
Ya Tidak

1. Data Profil Individu

2 Permohonan Kredensialing Pernyataan :


a. Identitas
b. Status regristasi
c. Status kredensialing
d. Persyaratan kredensialing

3. Proses Kredensialing Rekomendasi :

a. Identitas Nakes

b. IdentitasTim Kredensialing

c. Daftar Kewenangan Klinis


yang diusulkan

..................... ,………/……………/..2017
Mitra Bestari

( ......................................... )

6 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
FORM. 1
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

DATA PROFIL INDIVIDU APOTEKER


Profesi :………………………..
Sub rumpun :………………………..
1. Nama Apoteker :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Pendidikan Apoteker :
S1…………..
S2…………..
S3…………..
5. Pangkat / Gol :
6. Unit Kerja :
7. Tempat / area praktek :
8. Sertifikat yang pernah di ikuti: (sesuai dengan profesi nakes)

No JenisSertifikat Tahun Lembaga yang


mensertifikasi

............... ,………../………../20
Apoteker

(…………………………………)

7 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
FORM. 2

Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

PERMOHONAN KREDENSIALING APOTEKER

A. IDENTITAS APOTEKER
Bidang praktik :…………………..
Nama Pemohon : ..............................................................................
NIP : ..............................................................................

TanggalLahir : .........../........../ ........... (tanggal/bulan/tahun)

Alamat : ......................................................................................
Telepon : ......................................... HP ......................................
Email : .......................................................................................

B. STATUS REGISTRASI
Nomor Registrasi : ............................................................................
Nomor Ijazah : ............................................................................
Nama Institusi Pendidikan : ............................................................................
Tanggal Lulus : ............................................................................
Kualifikasi Pendidikan : S1 / S2 / S2 ............ (coret yang tidakperlu)
Penjenjangan Karir : ............................................ (coret yang tidakperlu)
Nomor sertifikat kompetensi : ............................................................................
Masaberlakusampai : ........./........../........... (tanggal/bulan/tahun)

C. STATUS KREDENSIALING YANG DIUSULKAN (Berikancek list pada salah satu kotak)
 Baru
 Kenaikan tingkat
 Pemulihan Kewenangan
 Rekredensial

D. PRASYARAT KREDENSIALING
a. Apakah anda pernah dilakukan kredensialing sebelumnya ? Jika Ya, tuliskan
Kapan dilakukannya kredensialing terakhir.
 Ya  Tidak
................................................................................................................

b. Apakah anda memiliki surat penugasan klinis/teknis yang menjelaskan


kewenangan klinis/teknis anda? Jika Ya, tuliskan tanggal penugasan klinis/teknis
dan nomor surat penugasan klinik/teknis.
 Ya  Tidak
................................................................................................................

8 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
c. Apakah kewenangan klinis anda pernah :
 Dikurangi  Ya  Tidak
 Dibekukan  Ya  Tidak
 Dicabut  Ya  Tidak
Jika Ya, tuliskan kapan hal tersebut terjadi.
................................................................................................................

d. Apakah anda pernah terlibat dalam persidangan perdata ataupun pidana terkait
kewenangan klinis yang anda miliki? Jika Ya, tuliskan kapanhal tersebut terjadi.
 Ya  Tidak
..................................................................................................................

e. Tuliskan program pengembangan professional yang anda ikuti dalam 5 tahun


terakhir
Bukti
Tahun Institusi Penyelenggara
(Nomor Sertifikat/Surat Jenis Kegiatan
Kegiatan Kegiatan
Tugas/SK)

f. Tuliskan kewenangan klinis/teknis yang diusulkan beserta bukti-bukti pendukung


No Kewenangan Klinis/teknis Bukti Pendukung Keterangan

9 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
E. PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa segala hal yang tertulis di dalam dokumen ini adalah
benar adanya. Apabila di kemudian hari terbukti ada hal yang tidak benar maka
saya bersedia menanggung segala konsekuensi sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku.

TandaTangan : ............................................................................
NamaJelas ........................................................................ (Tulisdenganhurufcetak)
Tanggal : ......... / .......... / .......... (Tanggal / Bulan / Tahun)

10 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

RINCIAN KEWENANGAN APOTEKER


(PHARMACIES CLINICAL PRIVILEGE)
Rincian kewenangan klinis diberikan kepada tenaga apoteker dalam menjalankan
prosedur/tindakan dalam rangka menjamin kualitas pelayanan dan keselamatan pasien agar
apoteker bersikap, bertindak, dan berperilaku secara bertanggung jawab dan mentaati semua
disiplin dan etika profesi apoteker serta moral yang baik kepada pasien, sejawat dan
masyarakat.

Rincian kewenangan farmasi klinis ini diberikan kepada :


Nama :
Kualifikasi :
Kode pengisian kewenangan farmasi klinis

PENILAIAN MANDIRI
1) Nilai 1 : Tidak disetujui karena tidak kompeten atau bukan kewenangannya
Tingkat kemampuan = tingkat 1
2) Nilai 2 : Disetujui untuk melakukan di bawah supervisi
Tingkat kemampuan = tingkat 2
3) Nilai 3 : Disetujui berwenang penuh / melakukan secara mandiri
Tingkat kemampuan = tingkat 3 atau 4

TINGKAT KEMAMPUAN
Tingkat Kemampuan Apoteker Dalam Pelaksanaan Praktik Pelayanan Farmasi
1) Tingkat 1 : Pemahaman
Lulusan apoteker memiliki pengetahuan teoritis, mampu mendeskripsikan dan
menjelaskan mengenai pelayanan farmasi di .......................

2) Tingkat 2 : Mampu memperagakan pelayanan farmasi di .........................................


Lulusan apoteker memiliki pengetahuan teoritis, mampu mendeskripsikan,
menjelaskan dan memperagakan mengenai pelayanan farmasi di ...........................

3) Tingkat 3 : Mampu melakukan pelayanan farmasi di ........................ secara mandiri


Lulusan apoteker memiliki pengetahuan teoritis, mampu mendeskripsikan,
menjelaskan, mendemonstrasikan dan melakukan pelayanan farmasi di ....................
secara mandiri.

4) Tingkat 4 : Mampu mengembangkan pelayanan farmasi di ................................


Lulusan apoteker memiliki pengetahuan teoritis, mampu mendeskripsikan,
menjelaskan, mendemonstrasikan, melakukan dan mengembangkan pelayanan
farmasi di ......................................... secara mandiri.

11 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
HASIL KREDENSIAL

1) Nilai 1 : Tidak disetujui karena tidak kompeten atau bukan kewenangannya


Tingkat kemampuan = tingkat 1
2) Nilai 2 : Disetujui untuk melakukan di bawah supervisi
Tingkat kemampuan = tingkat 2
3) Nilai 3 : Disetujui berwenang penuh / melakukan secara mandiri
Tingkat kemampuan = tingkat 3 atau 4

Adapun rincian untuk prosedur/tindakan Apoteker secara mandiri adalah sebagai berikut :
Penilaian
Penilaian Assesor
Parameter
Mandiri Tingkat Hasil
Kemampuan Kredensial
Kemampuan Dasar
Peraturan Perundangan/Kebijakan/SPO
Etika Keprofesian
Kemampuan Komunikasi
Pengelolaan
Pemilihan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Perencanaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pengadaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penerimaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penyimpanan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Distribusi Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pemusnahan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pengendalian Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Manajemen Risiko Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Formulasi dan memproduksi sediaan farmasi
Pelarutan Obat Suntik non Kanker
Pelayanan Obat Sitostatika
Pelayanan Obat Steril
Pelayanan Farmasi Klinik
Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pemberian/penyerahan dan Edukasi Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat
Rekonsiliasi Obat
Pelayanan Informasi Obat
a) Pelayanan Informasi Obat Tenaga Kesehatan
b) Pelayanan Informasi Obat Pasien/Keluarga
Visite
Pemantauan Terapi Obat
a) Monitoring Efek Terapi
b) Monitoring Efek Samping Obat
c) Monitoring kadar obat dalam darah
Evaluasi Penggunaan Obat
Pengembangan Farmasi
Sistem pelayanan kefarmasian yang mengandung nilai
pengembangan

12 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

REKOMENDASI ASSESOR

Disetujui
Parameter Disetujui dengan Tidak Disetujui
Catatan

Kemampuan Dasar
Peraturan Perundangan/Kebijakan/SPO
Etika Keprofesian
Kemampuan Komunikasi

Pengelolaan
Pemilihan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Perencanaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pengadaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penerimaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penyimpanan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Distribusi Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pemusnahan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Pengendalian Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP
Manajemen Risiko Sediaan Farmasi, alkes dan
BMHP
Formulasi dan memproduksi sediaan farmasi
Pelarutan Obat Suntik non Kanker
Pelayanan Obat Sitostatika
Pelayanan Obat Steril

Pelayanan Farmasi Klinik


Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pemberian/penyerahan dan Edukasi Obat
Penelusuran riwayat penggunaan obat
Rekonsiliasi Obat
Pelayanan Informasi Obat
a) Pelayanan Informasi Obat Tenaga Kesehatan
b) Pelayanan Informasi Obat Pasien/Keluarga
Visite
Pemantauan Terapi Obat
a) Monitoring Efek Terapi
b) Monitoring Efek Samping Obat
c) Monitoring kadar obat dalam darah
Evaluasi Penggunaan Obat

Pengembangan Farmasi
Sistem pelayanan kefarmasian yang mengandung
nilai pengembangan

13 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

DAFTAR ASSESOR
No. Nama dan Gelar Spesialisasi Tanda Tangan

1.

2.

3.

Demikianlah rincian kewenangan klinis ini ditetapkan dengan ber-orientasi pada pedoman
kompetensi apoteker IKATAN APOTEKER INDONESIA dan mempertimbangkan situasi serta
kondisi fasilitas .................................. Kewenangan klinis apoteker ini secara berkala akan di
evaluasi dan disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kefarmasian.

Ditetapkan di : ........................................
Disetujui : Tanggal………………………….

Mengetahui
Pimpinan Fasilitas ........ Pengurus Daerah IAI .............................

14 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

Elemen Penilaian

Parameter Elemen Penilaian

Kemampuan Dasar
 UU no 36 th 2009
 UU no. 35 th 2009
 UU no. 44 th 2009
 UU no. 5 th 1997
 UU no. 8 th 1999
 PP no 72 th 1998
 PP no 51 th 2009
Peraturan Perundangan/Kebijakan/SPO
 Perpres no. 4 th 2015
 PMK no. 889 th 2011
 PMK no 56 th 2014
 PMK no. 58 th 2014
 PMK no. 98 th 2015
 Kebijakan RS
 Pedoman dan SPO
 Sumpah Apoteker
Etika Keprofesian  Kode Etik Apoteker Indonesia
 Melaksanakan komunikasi dengan pasien
 Melaksanakan komunikasi dengan Tenaga
Kemampuan Komunikasi Kesehatan
 Keterlibatan dalam tim pelayanan kesehatan

Pengelolaan
 Pemilihan dalam FORNAS/Kompedium Alat
Pemilihan Sediaan Farmasi, alkes dan
Kesehatan
BMHP
 Pemilihan dalam Formularium RS
Perencanaan Sediaan Farmasi, alkes dan  Membuat rencana kebutuhan dengan metode
BMHP Konsumsi, pola penyakit, Pareto/analisis ABC
 Proses Pengadaan
Pengadaan Sediaan Farmasi, alkes dan
 Pemilihan penyedia
BMHP
 Melakukan administrasi pengadaan
 Proses Penerimaan
Penerimaan Sediaan Farmasi, alkes dan  Mengevaluasi kualitas fisik barang (sesuai
BMHP protap)
 Mencatat dalam buku penerimaan/kartu stok
 Proses penyimpanan sesuai kriteria (stabilitas,
bentuk sediaan, kelas terapi, dan keamanan
Penyimpanan Sediaan Farmasi, alkes dan perbekalan farmasi tertentu)
BMHP  Membuat dokumentasi
Distribusi Sediaan Farmasi, alkes dan  Sistem distribusi di RS
BMHP
Pemusnahan Sediaan Farmasi, alkes dan  Proses pemusnahan sediaan farmasi, alkes, dan
BMHP BMHP
Penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan  Proses penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan
BMHP BMHP
Pengendalian Sediaan Farmasi, alkes dan  Proses pengendalian mutu dan biaya Sediaan
BMHP Farmasi, alkes dan BMHP
Manajemen Risiko Sediaan Farmasi, alkes  Identifikasi risiko pelayanan farmasi (FMEA)
dan BMHP  Melakukan analisis akar masalah (RCA)
Formulasi dan memproduksi sediaan  Proses formulasi dan memproduksi sediaan
farmasi farmasi skala RS
 Syarat fasilitas pelayanan obat suntik non
Pelayanan Obat Suntik non Kanker kanker
 Proses i.v. admixture

15 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
 Syarat fasilitas pelayanan obat sitostatika
 Menghitung dosis sitostatika
 Melarutkan dengan pelartu yg sesuai
Pelayanan Obat Sitostatika  Mencampur sediaan sesuai protocol kemoterapi
 Pengemasan
 Penanganan tumpahan sitostatika
 Penanganan limbah sesuai prosedur
 Menghitung kebutuhan
Pelayanan Nutrisi Parenteral  Mencampur sediaan
 Pengemasan
Pelayanan Farmasi Klinik
 Skrining administrasi
 Skrining farmasetis
Pengkajian dan Pelayanan Resep
 Skrining klinis

 Proses telaah obat


Pemberian/penyerahan dan Edukasi Obat  Asessment kebutuhan edukasi pasien
 Pemberian KIE sesuai kebutuhan pasien
Penelusuran riwayat penggunaan obat  Proses penelusuran riwayat penggunaan obat
Rekonsiliasi Obat  Proses rekonsiliasi obat dari pasien
Pelayanan Informasi Obat
a) Pelayanan Informasi Obat Tenaga  Proses informasi obat kepada tenaga kesehatan
Kesehatan
b) Pelayanan Informasi Obat  Proses informasi obat kepada pasien/keluarga
Pasien/Keluarga pasien (edukasi pasien baru dan lama)
Visite  Proses visite
 Proses pemantauan terapi obat
Pemantauan Terapi Obat
 Monitoring efektivitas terapi sesuai dengan
a) Monitoring Efek Terapi
tujuan terapi
 Monitoring efek samping obat dan reaksi obat
b) Monitoring Efek Samping Obat yang tidak diharapkan
 Melakukan pelaporan MESO
 Menentukan kriteria obat yang perlu dilakukan
monitoring kadar obat dalam darah
c) Monitoring kadar obat dalam darah
 Membuat rekomendasi dosis/terapi berdasarkan
hasil monitoring kadar obat dalam darah
 Proses studi penggunaan obat secara kualitatif
Evaluasi Penggunaan Obat
dan kuantitatif
Pengembangan Farmasi
Sistem pelayanan kefarmasian yang  Membuat rencana pengembangan pelayanan
mengandung nilai pengembangan farmasi RS (inovasi)

16 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor: PO.006/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi Tentang Kredensial
Ikatan Apoteker Indonesia

Rincian Kewenangan Klinis yang Dibutuhkan Sesuai dengan Unit Bekerja


Unit Unit
Unit Produksi Unit Emergency
Parameter Rawat Rawat
/laboratorium Logistik /Intensive
Jalan Inap
Kemampuan Dasar
Peraturan Perundangan/Kebijakan/SPO √ √ √ √ √
Etika Keprofesian √ √ √ √ √
Kemampuan Komunikasi √ √ √ √ √

Pengelolaan
Pemilihan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Perencanaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Pengadaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √
Penerimaan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Penyimpanan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √
Distribusi Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Pemusnahan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √
Penarikan Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Pengendalian Sediaan Farmasi, alkes dan BMHP √ √ √ √ √
Manajemen Risiko Sediaan Farmasi, alkes dan
BMHP √ √ √ √ √
Formulasi dan memproduksi sediaan farmasi √
Pelarutan Obat Suntik non Kanker √ √ √
Pelayanan Obat Sitostatika √ √
Pelayanan Obat Steril √

Pelayanan Farmasi Klinik


Pengkajian dan Pelayanan Resep √ √ √ √
Pemberian/penyerahan dan Edukasi Obat √ √ √
Penelusuran riwayat penggunaan obat √ √ √
Rekonsiliasi Obat √ √
Pelayanan Informasi Obat √ √ √
a) Pelayanan Informasi Obat Tenaga Kesehatan √ √ √
b) Pelayanan Informasi Obat Pasien/Keluarga √ √ √
Visite √ √
Pemantauan Terapi Obat √ √ √
a) Monitoring Efek Terapi √ √ √
b) Monitoring Efek Samping Obat √ √ √
c) Monitoring kadar obat dalam darah √ √ √
Evaluasi Penggunaan Obat √ √ √

Pengembangan Farmasi
Sistem pelayanan kefarmasian yang mengandung
nilai pengembangan √ √ √ √ √

17 PO. 006/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017

Tentang

TENTANG
IAI AWARD
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. bahwa sebagai salah satu langkah startegis untuk meningkatkan


motivasi dan kompetensi anggota dalam menjalankan praktik
kefarmasian;
b. bahwa anggota Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) berhak
memperoleh penghargaan dan penghormatan atas dedikasi,
dharmabhakti dan prestasinya selama mengabdikan diri bagi
organisasi profesi apoteker dan dunia kefarmasian Indonesia pada
umumnya baik di tingkat lokal, nasional dan internasional;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan
Surat Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Tentang IAI Award.

Mengingat : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker


Indonesia;
2. Peraturan Organisasi Nomor: 008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tugas
dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;
3. Peraturan Organisasi Nomor: 009/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tata
Kelola Organisasi Ikatan Apoteker Indonesia.

Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia pada


tanggal 05 sampai 06 September 2017 di Tangerang Selatan

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.


PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi
Tentang IAI Award, sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini.

1 PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
Pertama : Peraturan Organisasi tentang IAI Award ini merupakan pedoman dan
aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di Indonesia.
Kedua : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

2 PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
Lampiran Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
Nomor : PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017 Peraturan Organisasi Tentang IAI Award

PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
IAI AWARD

A. KETENTUAN UMUM
1. Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) dapat memberikan penghargaan khusus
dengan nama IAI Award yang diberikan kepada pihak-pihak yang dinilai layak
menerimanya dalam berbagai bidang terkait profesi di lingkungan IAI,
minimal yang berskala nasional.

2. Penghargaan ini diberikan minimal sekali dalam empat tahun.

3. Ikatan Apoteker Indonesia Award (IAI Award) dapat diberikan kepada pihak
pihak yang dinilai layak menerimanya, yaitu:
a. Bidang-Bidang Peminatan Profesi Farmasi, antara lain:
1) Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (HISFARMA);
2) Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit (HISFARSI);
3) Himpunan Seminat Farmasi Distribusi (HISFARDIS);
4) Himpunan Seminat Farmasi Industrisi (HISFARIN);
5) Himpunan Apoteker Seminat Tradisonal (HIMASTRA);
6) Himpunan Apoteker Seminat Kosmetik (HIASKOS);
7) Himpunan Seminat Farmasi Kesehatan Masyarakat (HISFARKESMAS);
8) IYPG (Indonesia Young Pharmacyst Group)

b. Lifetime achievement (Jasa kepada dunia farmasi Indonesia).


c. Enterpreneurship (Kewiraswastaan).

4. Pengurus Pusat IAI menunjuk tim/Panitia Pelaksana penjaringan IAI Award.

5. Penjaringan IAI Award dibagi dua yaitu:


a. Berjenjang
untuk kategori bidang seminat melalui Hirarkis kepengurusan IAI dan
Himpunan Seminat yang terkait.
b. Langsung
untuk kategori Lifetime achievement dan Interpreuneurship ditangani oleh
Panitia bersama dengan Pengurus Pusat IAI (PP IAI).

6. Ikatan Apoteker Indonesia Award bisa diberikan kepada lebih dari satu orang
dan bila dalam penjaringan tidak ada yang memenuhi kriteria maka, IAI
Award tidak dapat diberikan.

3 PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
7. Penghargaan yang diberikan berupa Medali Emas dan bentuk lain yang
ditentukan oleh PP IAI.

8. Penghargaan diberikan kepada anggota yang masih hidup atau yang telah
meninggal dunia dengan diwakilkan kepada ahli waris.

B. TATA CARA PENJARINGAN IAI AWARD


1. Berjenjang (untuk Seminat)
a. Pengurus Daerah IAI (PD IAI) dan atau Himpunan Seminat melakukan
penjaringan calon penerima IAI Award untuk diusulkan ke Panitia/Tim IAI
Award.
b. Panitia/Tim Award IAI Award memeriksa/menilai syarat/kriteria dari setiap
calon yang yang diusulkan, dan yang memenuhi syarat diusulkan ke PP
IAI untuk ditetapkan sebagai penerima IAI Award.
c. Penyerahan IAI Award diserahkan pada acara Kongres IAI dan atau pada
salah satu acara Rakernas.

2. Langsung (Lifetime Achievement dan Leadership)


a. Panitia/Tim Award mengadakan rapat untuk melakukan penjaringan dan
memeriksa/menilai syarat-syarat dari setiap calon yang yang terjaring,
b. Panitia mengusulkan bagi calon yang memenuhi syarat ke PP IAI untuk
ditetapkan sebagai penerima IAI Award.
c. Penyerahan IAI Award diserahkan pada acara Kongres IAI dan atau pada
salah satu acara Rakernas.

Ditetapkan di : Tanggerang
Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

4 PO. 007/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor: PO.008 /PP.IAI/1418/IX/2017

TENTANG
PERATURAN ORGANISASI

TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menampung aspirasi dan kebutuhan
pengorganisasian pengabdian apoteker pada upaya kesehatan
promotif dan preventif yang berkembang dalam forum Rapat
Kerja Nasional tanggal 5-8 September 2017 di Tanggerang, perlu
dibentuk suatu himpunan seminat tersendiri;
b. bahwa dalam rangka penyempurnaan tata aturan
p e mb e nt uk a n o rganisasi himpunan seminat maka Surat
Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia
No.007/PO/PP-IAI/V/2015 tentang Himpunan Seminat,
dipandang perlu untuk dilakukan penyempurnaan;
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu
ditetapkan Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker
Indonesia tentang Peraturan Organisasi Tentang Himpunan
Seminat.
Mengingat : 1. Pasal 32 Anggaran Dasar Ikatan Apoteker Indonesia;
2. Pasal 57 Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker Indonesia.

Memperhatikan : Hasil Rapat Kerja Nasional yang berlangsung tanggal 5 sampai


dengan 6 September 2017 di Tangerang Selatan.

Memutuskan

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia


Nomor: PO.00 /PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan
Organisasi Tentang Himpunan Seminat.

Pertama : Peraturan Organisasi tentang Himpunan Seminat secara


lengkap sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan
bagian tak terpisahkan dari keputusan ini.

1 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
Kedua : Peraturan Organisasi tentang Himpunan Seminat ini merupakan
pedoman dan aturan yang mengikat bagi seluruh Apoteker di
Indonesia

Ketiga : Dengan diberlakukannya keputusan ini maka Surat


Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.007/PO/PP-
IAI/V/2015 tentang Himpunan Seminat dinyatakan TIDAK BERLAKU.

Keempat : Keputusan ini mulai berlaku tanggal ditetapkan dan akan


diperbaiki apabila terdapat kekeliruan.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 6 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. H. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

2 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
HIMPUNAN SEMINAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

A. KETENTUAN UMUM
1. Praktik kefarmasiaan yang meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan
obat dan obat tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai
keahlian dan kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Himpunan seminat adalah organ otonom dalam organisasi Ikatan Apoteker Indonesia
(IAI) yang berfungsi mengorganisir pelaksanaan pengabdian profesi berdasarkan jenis
praktik kefarmasian (seminat), yang bertanggung jawab kepada kepengurusan IAI
sesuai tingkatannya.

3. Himpunan seminat dapat dibentuk:


a. di tingkat Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (PP IAI), dibentuk melalui
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Apoteker Indonesia; dan
b. di tingkat Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia (PD IAI), dibentuk melalui
Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Ikatan Apoteker Indonesia.

4. Pengelompokan jenis himpunan seminat dapat terdiri dari:


a. Himpunan Apoteker di Industri Farmasi, Obat Trasidional dan Kosmetika;
b. Himpunan Apoteker di Distribusi; dan
c. Himpunan Apoteker di Rumah Sakit;
d. Himpunan Apoteker di Komunitas;
e. Himpunan Apoteker di Puskesmas;
f. Himpunan seminat lainnya.

B. MAKSUD DAN TUJUAN PEMBENTUKAN HIMPUNAN SEMINAT


Himpunan seminat memiliki maksud dan tujuan untuk mewadahi upaya pengembangan
praktik apoteker yang lebih terorientasi guna mewujudkan apoteker yang profesional di bidang
keseminatannya, sehingga mampu meningkatkan kualitas hidup sehat bagi setiap manusia.

C. JENIS, KEDUDUKAN DAN TATA NAMA HIMPUNAN SEMINAT


1. Jenis himpunan seminat yang sudah ada pada saat peraturan organisasi ini ditetapkan,
yaitu:
a. Himpunan Seminat Farmasi Industri (HISFARIN);
b. Himpunan Apoteker Seminat Obat Tradisional (HIMASTRA).
c. Himpunan Apoteker Seminat Kosmetik (HIASKOS).
d. Himpunan Seminat Farmasi Distribusi (HISFARDIS); dan
e. Himpunan Seminat Farmasi Rumah Sakit (HISFARSI);
f. Himpunan Seminat Farmasi Masyarakat (HISFARMA);

3 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
2. Jenis himpunan seminat baru yang ditetapkan dengan peraturan organisasi ini adalah
Himpunan Seminat Farmasi Kesehatan Masyarakat (HISFARKESMAS).

3. Pembentukan jenis-jenis himpunan seminat lainnya sesudah diberlakukannya


peraturan organisasi ini, dapat ditetapkan dengan suatu Surat Keputusan Pengurus
Pusat IAI tentang Peraturan Organisasi tentang Pembentukan Seminat yang
bersangkutan.

4. Himpunan seminat di tingkat pusat merupakan bagian integral dari struktur


kepengurusan IAI di tingkat Pengurus Pusat.

5. Himpunan seminat di tingkat daerah merupakan bagian integral dari struktur


kepengurusan IAI di tingkat Pengurus Daerah.

6. Hubungan antara himpunan seminat di tingkat pusat dengan himpunan seminat di


tingkat daerah merupakan hubungan koordinatif.

7. Himpunan seminat di tingkat pusat berkedudukan di dalam wilayah yang sama


dengan Pengurus Pusat IAI.

8. Himpunan seminat di tingkat daerah berkedudukan di dalam wilayah yang sama


dengan Pengurus Daerah IAI.

9. Penyebutan nama h impunan seminat adalah nama himpunan seminat diikuti nama
Pengurus Pusat IAI atau Pengurus Daerah IAI dan nama Propinsinya.

 Sebagai contoh untuk HISFARSI penyebutannya adalah Himpunan Seminat Farmasi


Rumah Sakit Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia, yang disingkat dengan
HISFARSI PP IAI dan untuk daerah misalnya HISFARSI PD IAI Jawa Tengah.

D. KEPENGURUSAN HIMPUNAN SEMINAT

1. Ketua pengurus himpunan seminat di tingkat Pengurus Pusat dan di tingkat Pengurus
Daerah dipilih oleh anggota himpunan seminatnya secara periodik, 4 (empat) tahun
sekali.

2. Surat Keputusan Penetapan Susunan Pengurus Himpunan Seminat dan pengukuhan


pengurusnya di tingkat pusat diterbitkan oleh Pengurus Pusat IAI.

3. Surat Keputusan Penetapan Susunan Pengurus Himpunan Seminat dan pengukuhan


pengurusnya di tingkat daerah diterbitkan oleh Pengurus Daerah IAI.

4. Struktur Kepengurusan Himpunan Seminat Daerah mengacu pada Struktur


Kepengurusan Himpunan Seminat Pusat sesuai kebutuhan Daerah.

4 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
E. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB HIMPUNAN SEMINAT
1. Pengurus Himpunan Seminat di tingkat pusat memberikan laporan setiap 1 (satu)
tahun sekali kepada Pengurus Pusat IAI.

2. Pengurus Himpunan Seminat di tingkat daerah memberikan laporan setiap 1 (satu)


tahun sekali kepada Pengurus Daerah IAI.

3. Himpunan Seminat memiliki tugas dan fungsi:


a. Membantu sosialisasi kebijakan dan program IAI dalam hubungan vertikal
organisasi sesuai dengan tingkatannya.

b. Melakukan komunikasi, interaksi dan kerjasama dengan himpunan seminat yang


yang ada di lingkungan IAI.

c. Melakukan Manajemen Internal Administrasi, Keuangan dan Inventaris


Organisasi.

d. Berperan pada pembinaan dan pengembangan kompetensi praktik Apoteker yang


dilakukan IAI.
e. Membantu kebijakan dan skema program kegiatan ”CPD” PD-IAI.
f. Melakukan peningkatkan dan pengembangan mutu praktik para anggota.
g. Mengadakan serta menyelenggarakan program kegiatan melalui pertemuan ilmiah
dan keprofesian yang bersifat lokal, nasional dan internasional.
h. Memfasilitasi, mengkoordinasi dan membina keberadaan serta pengembangan
himpunan seminat-sejenis.
i. Membangun, mengelola dan mengembangkan system Informasi dan publikasi
sesuai kebutuhan organisasi dan anggota.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 6 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

5 PO. 008/PP.IAI/1418/IX/2017
SURAT KEPUTUSAN
PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA
Nomor : PO. 009/PP.IAI/1418/IX/2017

TENTANG
PERATURAN ORGANISASI
TENTANG
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PENERIMAAN PENGADUAN PELANGGARAN
KODE ETIK APOTEKER DAN PEDOMAN DISIPLIN
IKATAN APOTEKER INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA

Menimbang : a. Bahwa Majelis Etik dan Disiplin Apoteker Indonesia Pusat telah
melaksanakan Lokakarya Penanganan Pengaduan Pelanggaran
Kode Etik Apoteker dan Pedoman Disiplin Ikatan Apoteker
Indonesia pada tanggal 21-22 Juli 2017 di Hotel Millenium Jakarta.
b. Bahwa hasil Lokakarya sebagaimana dimaksud pada butir a telah
dibahas kembali dalam forum Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker
Indonesia tahun 2017 untuk ditetapkan sebagai Peraturan
Organisasi.
c. bahwa sehubungan dengan butir a dan b di atas perlu ditetapkan
Surat Keputusan tentang Peraturan Standar Prosedur Operasional
Penerimaan Pengaduan Pelanggaran Kode Etik dan Pedoman
Disiplin.

Mengingat : 1. Pasal 28 Pasal (3) huruf a, Pasal 28 ayat (3) huruf b, Pasal 28 ayat
(3) huruf c dan Pasal 28 ayat (4) Anggaran Dasar Ikatan Apoteker
Indonesia;
2. Pasal 44 ayat (1) huruf m point i, Anggaran Rumah Tangga Ikatan
Apoteker Indonesia;
3. Pasal 51 ayat (1) huruf j, Anggaran Rumah Tangga Ikatan Apoteker
Indonesia;
4. Peraturan Organisasi Nomor: PO.004/PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang
Peraturan Organisasi Tentang Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia;
5. Peraturan Organisasi Nomor: 008/PP.IAI/1418/V/2015 tentang Tugas
dan Wewenang Pengurus Ikatan Apoteker Indonesia;

1 PO. 009/PP.IAI/1418/IX/2017
Memperhatikan : 1. Hasil Rapat Kerja Nasional Ikatan Apoteker Indonesia
pada tanggal 05 sampai 06 September 2017 di
Tangerang Selatan
2. Hasil Lokakarya Penanganan Pengaduan Pelanggaran
Kode Etik Apoteker dan Pedoman Disiplin Ikatan
Apoteker Indonesia pada tanggal 21-22 Juli 2017 di
Hotel Millenium Jakarta

MEMUTUSKAN

Menetapkan : Keputusan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia No.


PO. 009/PP.IAI/1418/IX/2017 tentang Peraturan Organisasi
Tentang Standar Prosedur Operasional Penerimaan
Pengaduan Pelanggaran Kode Etik Apoteker dan Pedoman
Disiplin, sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan
ini.

PERTAMA : Peraturan Organisasi tentang Standar Prosedur Operasional


Penerimaan Pengaduan Pelanggaran Kode Etik Apoteker dan
Pedoman Disiplin ini merupakan pedoman dan aturan yang mengikat
bagi seluruh Apoteker di Indonesia.
KEDUA : Keputusan ini berlaku semenjak tanggal ditetapkan dan apabila
terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.

Ditetapkan di : Tangerang Selatan


Pada tanggal : 06 September 2017

PENGURUS PUSAT
IKATAN APOTEKER INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jendral,

Drs. Nurul Falah Eddy Pariang, Apt Noffendri Roestam, S. Si., Apt
NA. 23031961010827 NA. 29111970010829

2 PO. 009/PP.IAI/1418/IX/2017
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL: Halaman 1 dari 1
MEDAI DAERAH PD IAI PENERIMAAN PENGADUAN No.:SPO/MEDAI D/01
………………………. PELANGGARAN KODE ETIK & PEDOMAN Tanggal berlaku :
DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengaduan yang disampaikan oleh
pengadu diterima dengan baik beserta seluruh dokumen yang diterima sudah sesuai dengan
ketentuan dengan tatalaksana penanganan pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau Kode
Etik Apoteker Indonesia.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini meliputi personalia yang terlibat, tahapan proses pengajuan dan penerimaan
berkas pengaduan pelanggaran terkait dengan Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik
Apoteker Indonesia.

III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI atau anggota Medai D
yang didelegasikan oleh Ketua Medai Daerah IAI

IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Sekretaris MEDAI Daerah atau anggota Medai D yang
ditunjuk Ketua Medai Daerah

V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk menerima pengadu yang akan
menyampaikan dugaan / pengaduan terkait dengan dugaan pelanggaran Pedoman Disiplin
dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia menggunakan Form / MEDAI D/ 01)
5,2 Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk meneliti kesesuaian dan kejelasan identitas
pengadu dan identitas yang diadukan menggunakan Form / MEDAI D/ 01)
a Jika terdapat kesesuaian dan kejelasan identitas pengadu dan identitas teradu, Sekretaris
atau anggota Medai D yang ditunjuk mencatat identitas pengadu, identitas teradu, jenis
dugaan pelanggaran yang diadukan dan dokumen yang diterima menggunakan Form /
MEDAI D/ 01)
b Jika terdapat ketidaksesuaian dan kejelasan identitas teradu, Sekretaris atau anggota
Medai D yang ditunjuk meminta pengadu untuk melengkapi identitas teradu pelanggaran
Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia
5,3 Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk menyampaikan laporan penerimaan
pengaduan dugaan pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia
kepada Ketua MEDAI Daerah IAI
5,4 Ketua MEDAI Daerah IAI meminta Sekretaris atau anggota MEDAI Daerah IAI yang ditunjuk
mengundang Anggota MEDAI Daerah IAI untuk mengikuti rapat pembahasan terhadap
pengaduan dalam waktu paling lama 12 hari kerja
MEDAI DAERAH PD IAI
Halaman 1 dari 1

FORMULIR PEMERIKSAAN No.:FORM/MEDAI D/01


DAN PENERIMAAN BERKAS
PENGADUAN
Tanggal berlaku :

Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh:


Mengganti nomor :

Tanggal

Tanggal Tanggal Tanggal

NAMA PENGADU

JABATAN / INSTANSI

NO.KTA IAI

ALAMAT

APOTEKER YANG DIADUKAN

JABATAN / INSTANSI

KESIMPULAN
PERMASALAHAN YANG SEMENTARA
NO CATATAN PENERIMA
DILAPORKAN
MS TMS TB

1 LOKASI KEJADIAN :
2 PERISTIWA YANG DIALAMI :

INFORMASI TERKAIT PENGADUAN MENURUT


3
PENGADU :

HARAPAN / YANG DIINGINKAN /TUNTUTAN


4
PENGADU :

5 DOKUMEN/BUKTI YANG DISERAHKAN :

DUGAAN SEMENTARA PEDOMAN DISIPLIN


6 DAN/ATAU KODE ETIK APOTEKER YANG
DILANGGAR

Penerima Pengadu

( ) ( )
Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL:
MEDAI DAERAH PD IAI No.:SPO/MEDAI D/02
PENYELIDIKAN PELANGGARAN KODE
………………………. Tanggal berlaku :
ETIK &/ PEDOMAN DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses penyelidikan untuk penanganan
dugaan Pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini meliputi personalia yang terlibat, tahapan proses penyelidikan dan panduan
materi yang akan diselidiki sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran Pedoman
Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia.

III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI atau anggota Medai D
yang menerima pendelegasian Ketua Medai Daerah IAI

IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Penyelidik, yaitu Anggota MEDAI Daerah yang ditunjuk
Ketua Medai Daerah

V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk menyusun rencana berupa jadwal,
kebutuhan dokumen dan draft surat pemberitahuan kepada Penyelidik, Pengadu, Teradu,
dan atau Saksi terkait dugaan pelanggaran, Draft SK Ketua MEDAI D tentang Penyelidik,
kebutuhan sumber daya, dan berkonsultasi dan meminta persetujuan Ketua MEDAI D
5,2 Ketua Medai Daerah berkonsultasi dengan Anggota Medai lain untuk membahas penunjukan
Penyelidik dan proses penyelidikan terkait penanganan dugaan pelanggaran, untuk
mengupulkan fakta
5,3 Sekretaris menyampaikan undangan kepada kepada Penyelidik, Pengadu, Teradu, dan atau
Saksi terkait dugaan pelanggaran dan memastikan undangan diterima dan kesediaan hadir
dalam proses penyelidikan
5,4 Sekretaris menyampaikan permintaan khusus kepada pihak pengadu dan teradu untuk
membawa berkas /yang diperlukan untuk keperluan penyelidikan berupa Fotokopi KTA
IAI, STRA, SIP, SPO terkait permasalahan yang diadukan, dan dokumen lain yang
diperlukanj untuk bukti / pembelaan diri dalam penyelidikan
5,5 Penyelidik di dampingi Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk melakukan
penyelidikan dan merekan dan mencatat secara teliti menggunakan Form MEDAI D 02
5.6 Penyelidik dan Sekretaris menyusun laporan paling lambat 7 hari kaerja setelah hari
penyelidikan terakhir yang direncanakan, kepada Ketua Medai D dengan menyimpulkan
a, Penanganan dapat dilanjutkan dalam persidangan, atau
b, Penanganan tidak dapat dilanjutkan dan kasus dinyatakan ditutup, atau
c, Penanganan dilanjutkan dengan penambahan waktu penyelidikan
5.7 Jika hasil Penyelidikan "dapat dilanjutkan dalam persidangan" , lanjukan SPO No.:POB/
MEDAI D/02
Jika hasil Penyelidikan "tidak dapat dilanjutkan dalam persidangan" , Sekretaris anggota
Medai D menyiapkan rapat Medai D untuk mensahkan atau menolak hasil penyelidikan
Jika hasil Penyelidikan dsahkan, Sekretaris segera memberitahukan kepada para pihak
secara cukup
Jika hasil penyelidikan ditolak, Ketua Medai meminta Penyelidik melanjutkan penyelidikan
sesuai tahap 5.8
Penyelidik dan Sekretaris atau anggota Medai D yang ditunjuk melanjutkan penyelidikan
sesuai dan kembali ke tahap 5.3
MEDAI DAERAH PD IAI Halaman 1 dari 1
FORMULIR PEMERIKSAAN DAN PENERIMAAN No.:FORM/MEDAI D/02
BERKAS PENGADUAN Tanggal berlaku :

Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

NAMA YANG DISELIDIKI


NAMA PENGADU
JABATAN / INSTANSI
ALAMAT
APOTEKER YANG DIADUKA

PERMASALAHAN YANG
NO DILAPORKAN CATATAN PENYELIDIK
1 LOKASI KEJADIAN :

2 PERISTIWA YANG DIALAMI, DIKETAHUI.


DISAKSIKAN PENGADU/TERADU / SAKSI

3 INFORMASI LAIN TERKAIT PENGADUAN :

4 DOKUMEN/BUKTI YANG DISERAHKAN

5 DUGAAN SEMENTARA PEDOMAN DISIPLIN


DAN/ATAU KODE ETIK APOTEKER YANG
DILANGGAR MNURUT PENYELIDIK

…………………………………………………………, ………………………

Pengadu / Teradu / Saksi Penyelidik Sekretaris

( ) ( () )
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL: Halaman 1 dari 1
MEDAI DAERAH PD IAI PERSIAPAN PENANGANAN PENGADUAN No.:SPO/MEDAI D/03
………………………. PELANGGARAN KODE ETIK & PEDOMAN Tanggal berlaku :
DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa persiapan untuk penanganan
pengaduan yang disampaikan oleh pengadu ditindaklanjuti MEDAI D dengan baik dan proses
persidangan berjalan sesuai dengan ketentuan tatalaksana Penanganan Pelanggaran Kode
Etik dan/atau Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini meliputi personalia yang terlibat, tahapan proses persiapan persidangan adanya
dugaan pelanggaran terkait dengan Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker
Indonesia.

III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI atau anggota Medai D
yang menerima pendelegasian Ketua Medai Daerah IAI

IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Sekretaris Medai Daerah atau anggota Medai Daerah
yang ditunjuk Ketua Medai Daerah

V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk menyusun rencana berupa jadwal,
kebutuhan dokumen dan surat undangan, Draft SK Ketua MEDAI D tentang Majelis Sidang (
terdiri dari Ketua Sidang merangkap anggota, anggota, dan Sekretaris Sidang), kebutuhan
sumber daya, dan berkonsultasi dan meminta persetujuan Ketua MEDAI D menggunakan
Form MEDAI D 03
5,2 Ketua Medai Daerah mengadakan rapat MEDAI D untuk membahas persiapan penanganan
pelanggaran, untuk memutuskan apakah layak dilakukan sidang majelis
5,3 Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk menyampaikan undangan kepada anggota
Majelis Sidang dan para pihak dan memastikan undangan diterima, sesuai dengan jadwal,
SK Majelis Sidang yang tertera pada tahapan 5.1 diatas
5,3 Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk menyampaikan permintaan khusus kepada
pihak teradu untuk membawa pada hari persidangan dokumen praktik kefarmasian
berupa Fotokopi KTA IAI, STRA, SIP, SPO terkait permasalahan yang diadukan, da
dokumen lain yang diperlukanj untuk bukti / pembelaan diri dalam persidangan
5,4 Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk menyiapkan perlengkapan, lokasi, ruangan,
alat pencatat / perekam dan dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan Sidang
Penanganan Pelanggaran dan memastikan kehadiran para pihak sebelum hari pelaksanaan.
Sidang dengan susunan ruangan sebagai berikut
Pengadu & Saksi

Teradu
/Pembela/Saksi
MEDAI DAERAH PD IAI Halaman 1 dari 1
No.:FORM/MEDAI
FORMULIR PEMERIKSAAN DAN D/03
PENERIMAAN BERKAS PENGADUAN
Tanggal berlaku :

Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh:


Mengganti nomor :

Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal

TANGGAL PERSIDANGAN
LOKASI PERSIDANGAN
PIMPINAN SIDANG /ANGGOTA 1
ANGGOTA 2
ANGGOTA 3
ANGGOTA 4
ANGGOTA 5
SEKRETARIS SIDANG
NO.TGL SK KETUA MEDAI DAER
NAMA PENGADU
JABATAN / INSTANSI
NO.KTA IAI
ALAMAT
SAKSI
APOTEKER YANG DIADUKAN
JABATAN / INSTANSI
NO IZIN SARANA PRAKTIK
SAKSI
PEMBELA

CATATAN SEKRETARIS MEDAI D/ TIDAK TIDAK


ASPEK SAH
PEJABAT YANG DITUNJUK SAH BERLAKU

TANDA PENGENAL PENGADU

DOKUMEN DARI PENGADU:

TANDA PENGENAL TERADU

KTA IAI TERADU

STRA

SIP
SPO YANG ADA DI SARANA
KEFARMASIAN TEMPAT
DOKUMEN LAIN :

TANDA PENGENAL SAKSI

TANDA PENGENAL PEMBELA


ASPEK YANG DIADUKAN: PENJELASAN :

PENJELASAN :
BENTUK PELANGGARAN :
a. Melakukan sesuatu yang tidak
seharusnya dilakukan
b. Tidak melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakukan
c. Melakukan sesuatu yang
melanggar peraturan perundang-
undangan, Pedoman Disiplin &
Kode Etik Apoteker

KEMUNGKINAN PENYEBAB : PENJELASAN :


a. Ignorant (tidak tahu)
b. Kelalaian (alpa)
c. Kurang Perhatian
d. Kurang terampil
e. Sengaja

…………………………………………………………, …………………………..20..
SEKRETARIS MEDAI D/ PEJABAT
KETUA MAJELIS SIDANG
YANG DITUNJUK

( ) ( )
Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL :
MEDAI DAERAH PD IAI No.:SPO/MEDAI D/04
SIDANG PENANGANAN PELANGGARAN
………………………. Tanggal berlaku :
KODE ETIK & PEDOMAN DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa persidangan untuk penanganan
pengaduan yang disampaikan oleh pengadu berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan
ketentuan tatalaksana Penanganjan Pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Disiplin
Apoteker Indonesia.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini meliputi personalia yang terlibat, tahapan proses persidangan adanya dugaan
pelanggaran terkait dengan Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia.

III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI

IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Majelis Sidang MEDAI Daerah

V.PROSEDUR
5,1 Pada hari H pelaksanaan Sidang, Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk memastikan/
menginvetarisir anggota Majelis Sidang, para pihak atau yang mewakili, dan saksi yang hadir
untuk menempati tempat yang sudah ditentukan :

Majelis Sidang
Pengadu & Saksi

radu & Saksi


Te

Undangan/Pengunjung
khusu

5,2 Sekretaris atau pejabat yang ditunjuk meminta hadirin untuk menandatangani daftar hadir

5,3 Jika semua pihak sudah hadir dan menempati tempat yang ditentukan, Sekretaris atau Anggota
Medai D yang ditunjuk menyerahkan daftar hadir kepada Ketua Majelis dan meminta Ketua
Mejelis untuk membuka sidang.
5,4 Jika salah satu pihak tidak hadir dan atau Anggota Majelis tidak kuorum 50 % + 1 dalam waktu
yang ditetapkan, sidang ditunda 30 menit, dan Sidang dapat diteruskan jika para pihak dan
atau anggota Sidang Majelis sudah kuorum. Lanjutkan ke Tahap 5.5

5.4.a Jika salah satu pihak tidak hadir dan atau Anggota Majelis tidak kuorum 50 % + 1 dalam waktu
yang ditetapkan, sidang ditunda 30 menit, namun salah satu pihak tidak datang dan Majelis
tidak Kuorum, Ketua Majelis Sidang memimpin rapat untuk menetapkan penundaan sidang
dan menyepati waktu pelaksanaan sidang berikutnya.
5.4.b Jika Majelis menunda Sidang dan menyepati waktu pelaksanaan sidang berikutnya, Ketua
Majelis Sidang memerintahkan Sekretaris untuk menyiapkan pelaksanaan sidang yang
tertunda. Selanjutnya Sekretaris atau Anggota Medai D yang ditunjuk melaksanakan POB
MEDAI/03
5,5 Ketua Majelis memimpin Sidang dengan tahapan sebagai berikut :
5.5.a Ketua Majelis menanyakan kesiapan Anggota Majelis dan para pihak untuk mengikuti
Sidang, jika semua siap, maka sidang dilanjutkan.
5.5.b Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Pengadu untuk menyampaikan
pengaduannya dengan lengkap
5.5.c Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Pengadu atau wakilnya untuk menyampaikan
pengaduannya dengan lengkap
5.5.d Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada saksi yang diminta Pengadu untuk
menyampaikan kesaksiannya
5.5.e Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Teradu atau wakilnya untuk menyampaikan
pembelaannya dengan lengkap
5.5.f Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada saksi yang diminta Teradu untuk
menyampaikan kesaksiannya
5.5.g Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Pengadu atau wakilnya, jika ada, untuk
menyampaikan keberatan atas apa yang disampaikan Teradu atau wakilnya atau saksi

5.5.h Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Teradu atau wakilnya, jika ada, untuk
menyampaikan pembelaan kembali atas apa yang disampaikan Teradu atau wakilnya atau
saksinya
5.5.i Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada Pengadu atau wakilnya, jika ada, untuk
menyampaikan penjelasan tambahan terkait pengaduannya atas apa yang disampaikan
Teradu atau wakilnya
5.5.j Ketua Majelis memimpin Sidang untuk mendalami dan penggalian informasi menemukan
fakta penyebab dan kejadian adanya dugaan pelanggaran dari pengadu dan/atau teradu, serta
jika diperlukan terhadap saksi, dengan terlebih dahulu menyiapkan pokok pokok pertanyaan
secara tertulis dalam Form MEDAI D/04
5.5.k Ketua Majelis berunding dengan anggota Majelis Sidang untuk menentukan :
a Pelaksanaan sidang dilanjutkan untuk memberikan kesempatan kepada Majelis bersidang
dalam rangka memutuskan apakah terjadi pelanggaran atau tidak, dan jika terjadi pelanggaran,
kemudian menetapkan sanksi, kemudian dilanjutkan ke butir 5.5.m
b Pelaksanaan sidang dilanjutkan pada hari yang akan ditentukan untuk memberikan
kesempatan kepada Majelis mempelajari informasi yang ada dalam rangka persiapan untuk
memutuskan apakah terjadi pelanggaran atau tidak, dan jika terjadi pelanggaran, kemudian
menetapkan sanksi.
5.5.l Ketua Majelis memimpin Sidang untuk menyampaikan bahwa sidang akan ditunda pada
waktu yang ditentukan dan sidang hari itu ditutup dan sidang dilanjutkan dengan tahapan mulai
tahap 5.5. a
5.5.m Ketua Majelis memimpin Sidang untuk menyampaikan hasil sidang majelis.
Keputusan dapat berupa :
a. Peringatan lisan
b. Peringatan tertulis
c. Sanksi butir d sampai i dibawah dengan masa percobaan
d. Sanksi untuk mengikuti pembinaan oleh Pengurus MEDAI D yang ditunjuk
e. Sanksi untuk mengikuti pendidikan berkelanjutan untuk topik tertentu dalam waktu tertentu

f. Penundaan / pencabutan sementara Rekomendasi PC IAI untuk izin praktik


g. Rekomendasi pencabutan Rekomendasi PC IAI untuk izin praktik
h. Rekomendasi untuk penundaan Keanggotaan IAI dan pencabutan sementara Rekomendasi
PC IAI untuk izin praktik
i. Rekomendasi untuk pencabutan Keanggotaan IAI dan pencabutan Rekomendasi PC IAI untuk
izin praktik
5.5.n Ketua Majelis menanyakan kepada para pihak, apakah menerima atau menolak atau
menyatakan banding terhadap putusan Majelis.
a Jika tidak ada pihak yang menyatakan banding, Ketua Majelis menyatakan sidang ditutup
dengan menyampaikan kesimpulan sidang dan memerintahkan Pelanggar untuk melaksanakan
sanksi, dan memerintahkan Seketaris Sidang atau anggota Medai D yang ditunjuk untuk
menyampaikan laporan dan tindak lanjut sesuai keputusan sidang.
b Jika salah satu pihak menyatakan banding, Ketua Majelis menyatakan sidang ditutup dengan
menyampaikan kesimpulan sidang dan memastikan agar pihak yang menyatakan banding
mempersiapkan diri dan mengajukan permohonan banding kepada MEDAI Pusat melalui PD
setempat
MEDAI DAERAH PD IAI Halaman 1 dari 1
PENCATATAN & DAFTAR PERTANYAAN No.FORM/MEDAI D/04
PERSIDANGAN Tanggal berlaku :

Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal

TANGGAL PERSIDANGAN
PIMPINAN SIDANG /ANGGOTA 1
ANGGOTA 2
ANGGOTA 3
ANGGOTA 4
ANGGOTA 5
SEKRETARIS SIDANG
NO.TGL SK KETUA MEDAI DAERAH
NAMA PENGADU
JABATAN / INSTANSI
NO.KTA IAI
ALAMAT
SAKSI
APOTEKER YANG DIADUKAN
JABATAN / INSTANSI
NO. SURAT IZIN PRAKTIK
NO IZIN SARANA PRAKTIK
SAKSI
PEMBELA

TAHAPAN PERSIDANGAN CATATAN PERSIDANGAN

Pembukaan oleh Ketua Mejelis

Penyampaian Pengaduan atau Wakilnya

Keterangan Saksi dari pengadu


Penyampaian Penjelasan & Pembelaan
Teradu
Keerangan Saksi dari Teradu atau Wakilnya
Penyampaian Tanggapan Pengadu atau
Wakilnya
Penyampaian Tanggapan Teradu atau
Wakilnya

Pertanyaan oleh Anggota Majelis ( Penanya & isi pertanyaan) :

PENANYA & PERTANYAAN CATATAN JAWABAN

1.

2.

4.

5. DST

KESIMPULAN DAN KEPUTUSAN SIDANG


KEPUTUSAN MAJELIS

…………………………………………………………, …………………………..20..
SEKRETARIS MEDAI D/
KETUA MAJELIS SIDANG
PEJABAT YANG

( ) ( )

ANGGOTA MAJELIS SIDANG TANDATANGAN

1.
2.
3.
4.
Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL:
MEDAI DAERAH PD IAI No.:SPO/MEDAI D/05
PEKAKSANAAN SANKSI PELANGGARAN
………………………. Tanggal berlaku :
KODE ETIK & PEDOMAN DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses pelaksanaan sanksi atas
pelanggaran yang ditetapkan dalam sidang Majelis berjalan dengan lancar dan baik sesuai
dengan ketentuan tatalaksana Penanganjan Pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman
Disiplin Apoteker Indonesia.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini meliputi personalia yang terlibat, tahapan proses pelaksanaan sanksi terhadap
pelanggaran terkait dengan Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia.

III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Daerah IAI bekerjasama dengan
Ketua PD IAI

IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Teradu yang telah ditetapkan sebagai Pelanggar
Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia dan diawasi oleh Anggota Medai
D yang ditunjuk dan ditetapkan bersama oleh Ketua MEDAI Daerah IAI bekerjasama dengan
Ketua PD IAI

V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau pejabat yang ditunjuk menyampaikan dokumen hasil sidang kepada
Pelanggar dengan tembusan kepada Ketua PD IAI, Ketua PC tempat Pelanggar berpraktik
dan MEDAI Pusat
5,2 Jika sanksi yang diterima adalah Sanksi no f dan g pada tahapan 5.5. m dalam SPO
No.:SPO/MEDAI D/04, maka Sekretaris atau Anggota yang ditunjuk menyampaikan surat
secara khusus kepada PC IAI setempat dengan tembusan kepada PD IAI, PP IAI, Dinkes
Kabupaten/Kota/Instansi yang mengeluarkan izin praktik. Lanjutkan ke tahap 5.4
5,3 Jika sanksi yang diterima adalah Sanksi no h dan i pada tahapan 5.5. m dalam SPO
No.:SPO/MEDAI D/04, maka Sekretaris atau Anggota yang ditunjuk menyampaikan surat
secara khusus kepada PC IAI setempat dengan tembusan kepada PD IAI, PP IAI, Dinkes
Kabupaten/Kota/Instansi yang mengeluarkan izin praktik, lanjutkan ke tahap 5.5
5,4 Ketua MEDAI D melakukan advokasi kepada PC IAI setempat dan Dinkes
Kabupaten/Kota/Instansi yang mengeluarkan izin praktik untuk menunda surat izin praktik
Pelanggar
5,5 Ketua MEDAI D menyampaikan surat permohonan kepada MEDAI PUSAT dengan tembusan
kepada PP IAI, PD IAI dan PC IAI setempat serta Dinkes Kabupaten/Kota/Instansi yang
mengeluarkan izin praktik untuk menunda atau mencabut keanggotaan IAI dan surat izin
praktik Pelanggar
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL : Halaman 1 dari 1
PENERIMAAN BANDING ATAS PUTUSAN No.:SPO/MEDAI P/01
Tanggal berlaku :
MEDAI PUSAT IAI MEDAI DAERAH TENTANG
PELANGGARAN KODE ETIK & PEDOMAN
DISIPLIN
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa proses banding atas keputusan MEDAI
D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia yang
disampaikan oleh teradu diterima dengan baik beserta seluruh dokumen yang diterima sudah
sesuai dengan ketentuan tatalaksana penanganan pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau
Kode Etik Apoteker Indonesia.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini meliputi personalia yang terlibat, tahapan proses pengajuan banding dan
penerimaan berkas banding atas keputusan MEDAI D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin
dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia.

III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Pusat IAI atau Anggota Medai
Pusat yang didelegasikan oleh Ketua Medai Pusat IAI

IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Sekretaris MEDAI Pusat atau Anggota Medai Pusat yang
ditunjuk Ketua Medai Pusat IAI

V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menerima permohonan banding atas
keputusan MEDAI D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker
Indonesia dari Teradu
5,2 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk meneliti kelengkapan dan keabsahan
berkas yang diterimaa
5,3 Jika berkas sudah lengkap dan absah, Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk
mencatat dan menyelesaikan penngisian Form / MEDAI P/ A,lanjutkan ke tahap 5.5

5,4 Jika terdapat ketidaksesuaian dan kejelasan identitas terduga yang diadukan, Sekretaris
atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk meminta pengusul banding untuk melengkapi
data / berkas yang diperlukan.Lanjutkan ke tahap 5.9
5,5 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyampaikan laporan penerimaan
permohonan banding atas keputusan MEDAI D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin dan /
atau Kode Etik Apoteker Indonesia dari Teradu kepada Ketua MEDAI Pusat

5,6 Ketua MEDAI Pusat IAI meminta Sekretaris MEDAI Pusat IAI atau Anggota Medai Pusat
mengundang Anggota MEDAI Pusat IAI untuk mengikuti rapat pembahasan terhadap
permohonan banding dalam waktu paling lama 12 hari kerja
5,7 Ketua MEDAI Pusat IAI memimpin rapat pembahasan penanganan terhadap permohonan
banding untuk memutuskan apakah akan dilakukan sidang banding atau tidak.
5,8 Jika permohonan banding memenuhi syarat untuk disidangkan, Ketua MEDAI P menunjuk
dan menetapkan Anggota Majelis Sidang, dan memerintahkan Sekretaris MEDAI P untuk
melanjutkan proses persiapan Persidangan
5.9 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyampaikan laporan penerimaan
permohonan banding atas keputusan MEDAI D terkait pelanggaran Pedoman Disiplin dan /
atau Kode Etik Apoteker Indonesia dari Teradu yang tidak memenuhi syarat kepada Ketua
MEDAI Pusat
5,10 Ketua MEDAI Pusat IAI bersama minimal 1 AnnggotaMEDAI Pusat dan sekretaris atau
Anggota Medai Pusat yang ditunjuk untuk melakukan kajian terhadap laporan Sekretaris
atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk kemudian menetapkan apakah akan menerima
atau menolak permohonan banding
5,11 Jika permohonan banding memenuhi syarat untuk disidangkan, Ketua MEDAI P menunjuk
dan menetapkan Anggota Majelis Sidang, dan memerintahkan Sekretaris MEDAI P untuk
melanjutkan proses persiapan Persidangan
5,12 Jika permohonan banding tidak memenuhi syarat untuk disidangkan, Ketua MEDAI P
memerintahkan Sekretaris MEDAI P atau Anggota Medai Pusat untuk menyampaikan hasil
keputusan tersebut kepada pemohon secara cukup paling lama dalam 12 hari kerja
Halaman 1 dari 1

FORMULIR PEMERIKSAAN No.:FORM/MEDAI P/A


MEDAI PUSAT IAI DAN PENERIMAAN BERKAS
PERMOHONAN BANDING
Tanggal berlaku :

Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh:


Mengganti nomor :

Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal

NAMA PEMOHON
JABATAN / INSTANSI
NO.KTA IAI
ALAMAT

KESIMPULAN SEMENTARA
NO BERKAS YANG DIAJUKAN CATATAN PENERIMA MS TMS TB
1 IDENTITAS PEMOHON
KTA
SIP

2 PERMOHONAN
LAMPIRAN PERMOHONAN

2 BERKAS SIDANG
KEPUTUSAN MEDAI DAERAH

5 DOKUMEN/BUKTI LAIN YANG DISERAHKAN :

…………………………………, ………
Penerima Pemohon

( ) ( )
Halaman 1 dari 1
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL : No.:SPO/MEDAI D/03
MEDAI DAERAH PD IAI SIDANG PENANGANAN PERMOHONAN Tanggal berlaku :
………………………. BANDING ATAS PUTUSAN MEDAI
DAERAH
Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal

I. TUJUAN
Prosedur ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa persiapan dan pelaksanaan untuk
penanganan permohonan banding yang disampaikan oleh pemohon ditindaklanjuti MEDAI P
dengan baik dan proses persidangan berjalan sesuai dengan ketentuan tatalaksana
Penanganjan Pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Disiplin Apoteker Indonesia.

II. RUANG LINGKUP


Prosedur ini meliputi personalia yang terlibat, tahapan proses persiapan dan pelaksanaan
persidangan permohonan banding terkait keputusan MEDAI D dalam hal pelanggaran
Pedoman Disiplin dan / atau Kode Etik Apoteker Indonesia.

III. PENANGGUNGJAWAB
Penanggung Jawab dari kegiatan ini adalah Ketua MEDAI Pusat IAI atau pejabat yang
didelegasikan oleh Ketua Medai Pusat IAI

IV. PELAKSANA
Pelaksana dari kegiatan ini adalah Sekretaris MEDAI Pusat atau Anggota Medai Pusat yang
ditunjuk Ketua Medai Pusat IAI

V.PROSEDUR
5,1 Sekretaris atau pejabat yang ditunjuk menyusun rencana berupa jadwal sidang, kebutuhan
dokumen dan surat undangan, Draft SK Ketua MEDAI Pusat tentang Majelis Sidang
Banding( terdiri dari Ketua Sidang merangkap anggota- dengan ketentuan, anggota
berjumlah ganjil- dan Sekretaris Sidang), kebutuhan sumber daya, dan berkonsultasi dan
meminta persetujuan Ketua MEDAI Pusat menggunakan Form MEDAI P/ B

5,2 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyampaikan pemberitahuan kepada
anggota Majelis Sidang dan memastikan berkas permohonan diterima, untuk melakukan
kajian paling lambat 1 hari sebelum Sidang banding dilakukan
5,3 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyampaikan undangan untuk
menghadiri Sidang banding dan memastikan Anggota sidang telah menyelesaikan kajian dan
siap hadir pada waktu yang ditentukan
5,4 Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyiapkan perlengkapan, lokasi,
ruangan, alat pencatat / perekam dan dokumen yang diperlukan untuk pelaksanaan Sidang
Banding Penanganan Pelanggaran dan memastikan kehadiran para pihak sebelum hari
pelaksanaan.

5,5 pada hari Sidang, Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk meminta hadirin
untuk menandatangani daftar hadir
5,6 Jika semua anggoa majelis sidang sudah hadir dan menempati tempat yang ditentukan,
Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk menyerahkan daftar hadir kepada
Ketua Majelis dan meminta Ketua Mejelis untuk membuka sidang.
5,7 Jika Anggota Majelis tidak kuorum 50 % + 1 dalam waktu yang ditetapkan, sidang ditunda
30 menit, dan Sidang dapat diteruskan jika anggota majelis yang hadir sepakat untuk
melanjutkan.
5,8 Ketua Majelis memimpin Sidang dengan tahapan sebagai berikut :
5.8.a Ketua Majelis menanyakan kesiapan Anggota Majelis untuk mengikuti Sidang, jika semua
siap, maka sidang dilanjutkan.
5.8.b Ketua Majelis memberikan kesempatan kepada semua Anggota Majelis untuk
menyampaikan kesimpulan kajiannya dengan dengan argumentasi yang lengkap
5.8.c Jika semua anggota mempunyai kesimpulan yang sama, Ketua Majelis memimpin
permufakatan untuk memastikan dan merangkum permasalahan pelanggaran yang terjadi,
penyebab pelanggaran, akibat / dampak yang mungkin terjadi serta keputusan yang akan
ditetapkan, yaitu :
1) Menyetujui hasil Sidang Majelis Medai Daerah, atau
2) Mengubah hasil Sidang majelis Medai Daerah, atau
3) Menolak hasil Sidang Majelis Medai Daerah
5.8.d Jika semua anggota majelis Majelis mencapai kata mufakat, Ketua Majelis memimpinn untuk
menetapkan dan mensahkan hasil sidang, dan meminta semua anggota menandatangani
berita acara sidang.
5.8.e Jika Majelis tidak dapat mencapai kata mufakat, Majelis dapat melakukan pemungutan
suara, untuk mengambil keputusan, dengan memberikan kesempatan kepada anggota
majelis yang tidak setuju, untuk memberikan pendapat yang berbeda secara tertulis dan
ditandatangani secara lengkap, mengkaji dan merangkum permasalahan pelanggaran yang
terjadi, penyebab pelanggaran, akibat / dampak yang mungkin terjadi serta keputusan yang
akan ditetapkan.:
5.9 Ketua Sidang memerintahkan Sekretaris atau Anggota Medai Pusat yang ditunjuk untuk
menyampaikan hasil sidang kepada Pemohon, dengan menyampaikan tembusan kepada PP
IAI, MEDAI Daerah, PD IAI setempat untuk ditindaklanjuti
Halaman 1 dari 1
PENCATATAN & DAFTAR PERTANYAAN No.FORM/MEDAI P/B
MEDAI PUSAT IAI
PERSIDANGAN BANDING Tanggal berlaku :

Disusun Oleh: Diperiksa Oleh: Disetujui Oleh: Mengganti nomor :

Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal

TANGGAL PERSIDANGAN
PIMPINAN SIDANG /ANGGOTA 1
ANGGOTA 2
ANGGOTA 3
ANGGOTA 4
ANGGOTA 5
SEKRETARIS SIDANG
NO.TGL SK KETUA MEDAI PUSAT
NAMA PEMOHON BANDING
NO.KTA IAI
NO.SURAT IZIN PRAKTIK
JABATAN / INSTANSI
ALAMAT

TAHAPAN PERSIDANGAN CATATAN PERSIDANGAN

Pembukaan oleh Ketua Mejelis

Penyampaian hasil kajian Anggota 1

Penyampaian hasil kajian Anggota 2

Penyampaian hasil kajian Anggota 3

Penyampaian hasil kajian Anggota 4

Penyampaian hasil kajian Anggota 5

Penyampaian Tanggapan terhadap hasil kajian

Tanggapan oleh ...........................................

Tanggapan oleh ...........................................

Tanggapan oleh ...........................................

Tanggapan oleh ...........................................

Tanggapan oleh ...........................................

Tanggapan oleh ...........................................


KESIMPULAN DAN KEPUTUSAN SIDANG

…………………………………………………………, …………………………..20..
SEKRETARIS MEDAI D/
KETUA MAJELIS SIDANG
PEJABAT YANG DITUNJUK

( ) ( )

ANGGOTA MAJELIS SIDANG TANDATANGAN

1.
2.
3.
4.
IKATAN APOTEKER INDONESIA
copyright 2018

Anda mungkin juga menyukai