Dr. Haryono
Sumberdaya Lahan
6 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Informasi Spasial Sumberdaya sampai kasar, konsistensi gembur sampai teguh, dan
Lahan Pertanian drainase baik sampai terhambat. Tanah bereaksi
masam sampai netral, kadar bahan organik rendah
Pemetaan Sumberdaya Lahan di Gorontalo sampai tinggi, kapasitas tukar kation tanah rendah
dan Sulawesi Tengah sampai sedang, dan kejenuhan basa sedang sampai
tinggi. Dari kegiatan pemetaan dihasilkan 94 satuan
Pada tahun 2011 telah dilakukan pemetaan sumber- peta tanah (SPT), yang terdiri atas grup aluvial 35
daya lahan tingkat tinjau di sebagian wilayah SPT, fluvio-marin dua SPT, marin empat SPT, karst
Gorontalo bagian barat dan Sulawesi Tengah bagian lima SPT, tektonik 28 SPT, volkan tua enam SPT,
utara. Dari kegiatan pemetaan ini telah dihasilkan: intrusi volkan 12 SPT, dan lain-lain.
(1) Peta sumberdaya tanah tingkat tinjau, skala 1:
Hanya sebagian kecil lahan yang tergolong sesuai
250.000 wilayah Gorontalo dan Sulawesi Tengah; (2)
(kelas S) dan sesuai bersyarat (CS) untuk pengem-
Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan
bangan tanaman pangan/semusim dan tanaman
pertanian (intensifikasi dan ekstensifikasi) skala
tahunan/perkebunan. Sebagian besar lahan tidak
1:250.000; dan (3) informasi penggunaan lahan
sesuai (N) dengan faktor penghambat lereng curam/
sekarang (present landuse). Peta-peta tersebut dapat
bahaya erosi dan retensi hara. Arahan penggunaan
digunakan untuk perencanaan tata ruang di tingkat
lahan untuk intensifikasi pertanian adalah: (1) padi
provinsi.
sawah 76.989 ha; (2) tanaman pangan lahan kering/
Berdasarkan hasil penelitian, daerah yang sayuran 173.007 ha; (3) tanaman tahunan atau
disurvei mempunyai iklim bervariasi dari kering perkebunan/buah-buahan 74.870 ha; dan (4) per-
sampai basah dengan curah hujan rata-rata tahunan ikanan tambak 6.690 ha. Arahan penggunaan lahan
antara 760 mm (daerah lembah Palu) sampai 3.486 untuk perluasan area pertanian adalah: (1) padi
mm (daerah Marisa/Popayato), termasuk zona
agroklimat A, B1, C1, D1, E1, E2, dan E3. Daerah ini
didominasi oleh batuan tersier dan pratersier. Bahan
induk tanah berupa endapan aluvium, batuan intrusi,
batuan metamorfik, batuan sedimen, dan batuan
volkan tua. Berdasarkan bentuk wilayahnya, daerah
penelitian dibedakan menjadi datar sampai agak datar
dengan luas 418.815 ha (11,9%) dan berombak/agak
landai 64.105 ha (1,8%). Sebagian besar lahan
potensial telah dimanfaatkan untuk pertanian yang
relatif intensif, seperti sawah, tegalan/kebun tanaman
pangan dan sayuran, tanaman tahunan kakao,
kelapa, cengkih, kopi, dan buah-buahan, serta
tambak. Oleh karena itu, praktis hampir tidak tersedia
lahan untuk perluasan area, bahkan sebagian lahan
perbukitan berlereng curam sudah digarap untuk
pertanian.
Tanah di daerah ini terdiri atas ordo Histosols,
Entisols, Inceptisols, Mollisols, Ultisols, dan Alfisols.
Tanah terbentuk dari endapan aluvium, batuan sedi- Peta arahan penggunaan lahan untuk
men, batuan volkan tua, batuan intrusi, dan batuan pertanian daerah Gorontalo dan Sulawesi
metamorfik. Penampang tanah bervariasi dari dalam Tengah.
sampai dangkal (berkerikil, berbatu), tekstur halus
Sumberdaya Lahan
Luas
Kode Uraian
ha %
Penggunaan lain
X Pemukiman, tubuh air, bandar udara, pulau karang, dan lain-lain 40.493 1,18
sawah 34.536 ha; (2) tanaman pangan lahan kering 1:100.000 di Sulawesi Utara, terutama wilayah sentra
dan sayuran 140.075 ha; dan (3) tanaman tahunan/ produksi hortikultura; (3) data dan informasi sumber-
perkebunan 92.762 ha (Tabel 1). Penerapan teknik daya lahan Sulawesi Utara untuk pengembangan
konservasi tanah diperlukan untuk mengurangi erosi/ tanaman hortikultura; dan (4) peta arahan/rekomen-
longsor, sedangkan penerapan teknik pengelolaan dasi pengembangan tanaman hortikultura secara
sumber air pengairan, bahan organik, dan pemupuk- berkelanjutan di Sulawesi Utara.
an penting untuk memperbaiki dan meningkatkan
Kawasan ini ideal untuk pengembangan kentang
produktivitas lahan.
dan sayuran dataran tinggi lainnya, seperti bawang
daun, wortel, kubis, sawi, cabai, dan tomat. Curah
Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan hujan di atas 2.000 mm/tahun diperlukan tanaman
Hortikultura di Sulawesi Utara untuk tumbuh optimal. Namun, curah hujan dengan
intensitas yang tinggi berdampak terhadap tingginya
Identifikasi dan evaluasi sumberdaya lahan untuk laju erosi di daerah berlereng, yang akan memper-
pengembangan hortikultura telah dilakukan di cepat penurunan produktivitas tanah.
kawasan Modasi, di lereng Pegunungan Ambang
Tanah di kawasan Modasi dengan ketinggian
(1.830 m dpl) – Tudutalong (1.680 m dpl) – Sinsingon
tempat >700 m dpl didominasi oleh Andisols,
(1.424 m dpl) – Molibut (1.565 m dpl). Dari kegiatan
Inceptisols, dan Alfisols. Pada kawasan dengan
ini telah dihasilkan: (1) Peta wilayah potensial/sesuai
ketinggian di bawah 700 m dpl didominasi oleh
untuk pengembangan tanaman hortikultura di
Inceptisols dan Alfisols. Sifat fisik tanah umumnya
Sulawesi Utara skala 1:50.000 sampai 1:100.000;
baik, struktur remah sampai lepas, solum tebal (>75
(2) Peta wilayah rawan erosi skala 1:50.000 sampai
Sumberdaya Lahan
8 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kentang daerah Modasi, Sulawesi Utara.
cm), berdrainase baik, dan mempunyai porositas Selain bernilai ekonomi cukup tinggi, komoditas ini
yang tinggi. Kesuburan tanah umumnya cukup baik. dapat berfungsi sebagai konservasi lahan. Luas lahan
rawan erosi dengan tingkat kerawanan rendah (R),
Hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan
sedang (S1), sedang - tinggi (S2), dan tinggi (T) di
kawasan Modasi cukup sesuai (kelas kesesuaian
kawasan ini berturut-turut adalah 4.012 ha (7,4%),
lahan S2) untuk tanaman kentang, wortel, bawang
24.673 ha (36,4%), 16.489 ha (24,4%), dan 21.547
daun, cabai, sawi, dan kubis dengan luas area 1.628
ha (31,8%).
ha dan faktor pembatas kandungan hara rendah dan
erosi. Lahan yang diindikasi sesuai marginal (kelas
kesesuaian lahan S3) seluas 10.958 ha. Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu
Produktivitas kentang yang diusahakan petani di Lahan Kering Beriklim Kering
kawasan tersebut berkisar antara 15-18 t/ha. Angka
Badan Litbang Pertanian pada tahun 2009 telah
ini masih dapat ditingkatkan menjadi 25 t/ha melalui
menginisiasi konsorsium pengembangan Sistem
penerapan inovasi, pemupukan berimbang, dan
Pertanian Terpadu Lahan Kering Beriklim Kering
konservasi lahan.
(SPTLKIK). Kegiatan ini diimplementasikan pada tahun
Komoditas buah-buahan dan perkebunan yang 2010 di Kebun Percobaan (KP) Naibonat, Balai
diusahakan petani di dataran tinggi (>700 m dpl) Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur.
antara lain adpokat, jeruk, markisa, apel, pisang, Kegiatan mencakup penerapan pola integrasi
pepaya, kopi, cengkih, aren, kelapa, kakao, dan jahe. tanaman - ternak (padi, jagung, kacang hijau, dan
Sumberdaya Lahan
Sumberdaya Lahan
10 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
embung baru bantuan Dinas PU NTT dan penambahan Klaster B : kawasan usaha tanaman pangan berbasis
ternak sesuai dengan daya dukung pakan in situ; (2) konservasi
replikasi SPTLKIK di Fatuleu, Kabupaten Kupang dan
Klaster C: kawasan konservasi di daerah penyangga
identifikasi potensi sumberdaya lahan dan air untuk
dan resapan air (hulu)
mendukung penyusunan rancang bangun SPTLKIK di
lokasi baru; dan (3) pengembangan daerah rembesan
sebagai tindak lanjut komitmen Badan Litbang Identifikasi dan Delineasi Lahan Kawasan
Pertanian dengan Pemerintah Provinsi NTT dalam Rumah Pangan Lestari di Pacitan, Jawa Timur
pengembangan sistem perbenihan padi dan jagung
seluas 2.000 ha di lahan petani. Untuk mendukung Model Pengembangan Kawasan
Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di lokasi percontoh-
Pada tahun 2011 SPTLKIK mulai dikembangkan
an Dusun Jelok, Desa Kayen, Kecamatan Pacitan,
di Lombok Timur, NTB. Kegiatan ini bersinergi dengan
Jawa Timur, BBSDLP telah melakukan identifikasi dan
program Pemerintah Provinsi NTB, antara lain prog-
delineasi lahan di kawasan ini. Identifikasi dan deli-
ram PIJAR (sapi, jagung, dan rumput laut) dan
neasi dilakukan secara detail menggunakan peta
program Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.
dasar citra satelit ALOS, dilanjutkan dengan verifikasi
Rancangan disusun secara terpadu dengan tiga
detail di lapangan. Posisi setiap obyek di lapangan
klaster wilayah pengembangan, yaitu:
ditetapkan menggunakan GPS.
Klaster A: kawasan inti sistem usaha tani (SUT) ber-
Hasil identifikasi dan delineasi berupa data
basis lahan pekarangan dengan integrasi
spasial. Di lokasi percontohan, telah diidentifikasi dan
ternak
Peta Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Kayen, Pacitan, Jawa Timur.
Sumberdaya Lahan
Formulasi Pupuk dan Pembenah Tanah Formula pupuk NPK lepas lambat 1 dan 2 (NPK
SL-1 dan NPK SL-2) perlu disempurnakan karena NPK
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan 15:10:10 yang diharapkan baru mencapai 10:10:10.
efisiensi pemupukan, telah dilakukan penelitian: (1) Bahan pelapis kitosan + zeolit pada NPK SL-1 lebih
formulasi pupuk anorganik lengkap bersifat lepas baik dibandingkan dengan zeolit saja (NPK SL-2).
lambat, formulasi pupuk anorganik yang mengandung Pupuk NPK yang dilapisi kitosan + zeolit lebih lambat
melepas unsur hara dan lebih konstan dibandingkan
dengan yang dilapisi zeolit. Pemberian pupuk silika
meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Jika pupuk
silika diberikan, penggunaan pupuk N lebih efisien.
Sumberdaya Lahan
12 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
NPK 100% 75% N Pengendalian Keracunan Besi dengan
100% K, P, Si Pemberian Bahan Organik
0,4 3
2
0,2
1
0 0
Kontrol Dolomit Cara Jerami Jerami Kontrol Dolomit Cara Jerami Jerami
2 t/ha petani 2,5 t/ha + 5 t/ha + 2 t/ha petani 2,5 t/ha + 5 t/ha +
purun tikus purun tikus purun tikus purun tikus
2,5 t/ha 5 t/ha 2,5 t/ha 5 t/ha
Gambar 1. Indeks bronzing daun dan skor keracunan besi tiga varietas padi pada lima kondisi bahan
amelioran (jerami, purun tikus, dolomit) pada tanah sulfat masam tipe luapan B,
Belandean, Barito Kuala, MK 2011.
Sumberdaya Lahan
Bahan organik
Kontrol 77,68 13,99 20,93 2,95
Cara petani 82,87 16,09 25,44 3,73
Dolomit 2,0 t/ha 83,86 16,31 26,12 3,83
Jerami 2,5 t/ha + purun tikus 2,5 t/ha 88,81 17,38 29,45 4,34
Jerami 5,0 t/ha + purun tikus 5,0 t/ha 91,61 18,33 33,61 4,78
Varietas
Inpara 1 86,57 17,49 30,05 4,50
Inpara 2 90,73 16,77 28,48 4,34
IR64 77,59 15,00 22,80 2,93
sangat nyata dibandingkan dengan kontrol, perlakuan Wilayah banjir DAS Jeneberang, Saddang, dan
petani, dan pemberian dolomit 2 t/ha (Tabel 1). Walanae didelineasi melalui dua pendekatan, yaitu
berdasarkan aplikasi model hidrodinamik HEC-RAS
dan analisis data citra radar ALOS PALSAR. Hasil
Antisipasi Perubahan Iklim penelusuran menginformasikan ketersediaan data
citra radar ALOS PALSAR untuk perekaman 24 April
Strategi Antisipasi dan Mitigasi 2008 yang merepresentasikan kejadian banjir pada
19 April 2008 dan perekaman 9 September 2008
Air merupakan faktor utama penentu kelangsungan untuk kondisi musim kemarau. Data citra yang terpilih
produksi pertanian. Namun, pengelolaannya meng- melingkupi lokasi banjir di DAS Saddang.
hadapi banyak kendala dan bahkan memunculkan
Profil melintang sungai diidentifikasi mengguna-
masalah baru, seperti kelangkaan air dan banjir.
kan dua pendekatan, yaitu pengukuran elevasi
Kondisi ini diperparah oleh kompetisi penggunaan air
bantaran sungai dengan total station dan pengukuran
oleh sektor pertanian dengan sektor lain.
kedalaman sungai dengan river survey. Hasil analisis
Dalam upaya mengoptimalkan penggunaan air periode ulang banjir menunjukkan bahwa debit
dan meminimalkan dampak bencana alam terhadap puncak Sungai Saddang untuk periode ulang 100
sektor pertanian, diperlukan strategi antisipasi dan tahun mencapai 5,108 m3/detik. Pengukuran sesaat
mitigasi, antara lain melalui kegiatan: (1) pemetaan debit sungai Saddang pada 2 Juli 2011 menggunakan
daerah rawan banjir DAS Jeneberang, DAS Saddang, river survey menunjukkan debit 49,8 m3/detik. Pada
dan DAS Walanae; (2) penelitian pengelolaan air pada kondisi tersebut, perbedaan elevasi antara permuka-
DAS mikro untuk meningkatkan produktivitas tanaman an air dan tanggul alami Sungai Saddang pada titik
di DAS mikro Selopamioro dan DAS Citanduy; dan pengukuran profil melintang sungai mencapai 2,9 m.
(3) pengembangan model pembagian air secara
Pengelolaan DAS mikro Progo menggunakan
optimal untuk keberlanjutan ketersediaan sumber
basis sungai dan lahan. Pengelolaan DAS berbasis
daya air di DAS Citarum, Jawa Barat. Hasil penelitian
sungai sudah cukup banyak dilakukan oleh pemerintah
menunjukkan bahwa perubahan iklim di daerah tropis
maupun swasta, terutama berkaitan dengan sistem
diperkirakan akan meningkatkan dampak dari ke-
panen air, pembuatan sumur resapan, dan pembuatan
jadian iklim ekstrem, seperti banjir dan kekeringan.
Sumberdaya Lahan
14 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Rekontruksi jaringan hidrologi dan cakupan wilayah DAS Citarum hulu.
embung. Pengelolaan mengintegrasikan teknologi pasangan hujan 24 Oktober 2001 dengan 23 Mei 2010
konservasi tanah dan air pada lahan budi daya. dan 30 Januari 2002 dengan 8 Juni 2010. Pada dua
Teknologi ini sudah diterapkan oleh masyarakat di pasang episode hujan tersebut, debit puncak berturut-
daerah hulu, tengah, dan hilir, berupa penanaman turut menurun dari 88,3 menjadi 27,1 l/detik, dan
tanaman budi daya searah kontur disertai dengan dari 91 menjadi 33,2 l/detik. Perpanjangan waktu
teras gulud yang dikombinasikan dengan tanaman respons selama 6 menit hanya terjadi pada pasangan
rumput gajah dan atau tanaman pohon penguat teras. hujan 24 Oktober 2001 dengan 23 Mei 2010. Nilai
Persepsi masyarakat dalam pengelolaan DAS Progo koefisien aliran permukaan menurun dari 8,7% men-
cenderung positif. Mereka berupaya untuk tetap jadi 2,3% dan dari 11,9% menjadi 3,3%.
menjaga lingkungan DAS secara lestari. Hal ini
DAS Citarum memiliki luas 1.739,97 km2. Debit
ditunjukkan oleh keterlibatannya secara aktif dalam
maksimum Sungai Citarum pada stasiun pengamatan
perbaikan lingkungan dan penerapan teknik konser-
hidrologi Nanjung mencapai 329,9 m3/detik pada
vasi tanah dan tata guna air melalui konsep water
periode ulang dua tahun dan 644,9 m3/detik pada
sharing dan kelembagaan pengelolaan air.
periode ulang 100 tahun. Potensi air tersedia DAS
Penggunaan mulsa sebagai penutup tanah dapat Citarum pada musim hujan 53.304.804.892 m3/detik
mengubah hidrologi dengan menurunkan debit dan pada musim kemarau 35.737.145.744 m3/detik.
puncak, koefisien aliran permukaan, dan mem- Kebutuhan air DAS Citarum merupakan jumlah dari
perpanjang waktu respons pada episode hujan kurang proyeksi kebutuhan domestik, industri, dan pertanian
dari 22 mm. Untuk episode hujan di atas 22 mm, sebesar 19.904.421.950 m 3 /tahun. Proyeksi
perubahan karakteristik hidrologi baru terlihat pada kebutuhan pada tahun 2020 adalah 20.195.790.207
penurunan nilai koefisien aliran permukaan. Dua m3. Status neraca ketersediaan dan kebutuhan air
episode hujan terpilih tahun 2001-2002 dan 2010- DAS Citarum menunjukkan bahwa neraca tahunan
2011 yang memiliki curah hujan yang sama adalah surplus, kecuali Kota Cimahi. Secara umum, neraca
Sumberdaya Lahan
Sumberdaya Lahan
16 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
CG system dihubungkan oleh sebuah CBM
dengan komputer untuk interpretasi data
Analisis emisi gas CH4, N2O, dan CO2 di laboratorium gas rumah kaca.
karbon dengan GWP (net karbon) terdapat pada menghasilkan emisi GRK yang tinggi, pengairan terus-
perlakuan kontrol, yaitu 3.785 kg C/ha. Perlakuan abu menerus mampu menyerap emisi GRK kembali,
vulkan menghasilkan net karbon -72 kg C/ha, yang walaupun serapan karbon pada perlakuan tersebut
menunjukkan emisi GRK dapat diserap seluruhnya. lebih rendah dibanding perlakuan pengairan terputus.
Ini berarti penggunaan abu vulkan pada tanaman padi
Serapan karbon tertinggi terdapat pada perlaku-
di tanah gambut mampu menyerap karbon lebih ba-
an pengairan terputus + 100% NPK + NI, yaitu 2.642,4
nyak dibandingkan dengan jumlah karbon yang dilepas
kg C/ha. Serapan karbon semakin tinggi dengan me-
ke atmosfer sehingga mampu menekan emisi GRK.
ningkatnya takaran pupuk NPK. Perlakuan pengairan
Kandungan karbon organik terendah terdapat terus-menerus menghasilkan rasio yang lebih tinggi
pada perlakuan kontrol, baik dengan pengairan terus- dibanding perlakuan pengairan terputus, berkisar
menerus maupun pada pengairan terputus, berturut- antara 36-50%. Rasio terendah terdapat pada
turut sebesar 2.538,3 kg dan 2.285,4 kg C/ha. Nilai perlakuan pengairan terputus + 75% NPK. Perlakuan
GWP pada perlakuan pengairan terus-menerus lebih pengairan terus-menerus dengan penambahan pupuk
tinggi dibanding pengairan terputus, berkisar antara menghasilkan gabah yang lebih tinggi (3,9-6,2 t/ha).
41-59%. Hal ini menunjukkan pengairan terus- Jika dilihat dari upaya penurunan emisi GRK, perlakuan
menerus memberikan kontribusi yang lebih besar pengairan terputus lebih ramah lingkungan dan lebih
terhadap potensi pemanasan global. Meskipun efisien dalam penggunaan air.
Sumberdaya Lahan
Tanaman Pangan
18 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Varietas Unggul Baru Litbang Pertanian juga melepas sembilan varietas
unggul baru padi hibrida dengan potensi hasil di atas
Selama ini keberhasilan upaya peningkatan produksi 10 t/ha (Tabel 1).
sebagian terletak pada penggunaan varietas unggul Lima dari tujuh varietas jagung yang dilepas
oleh petani. Mereka menyadari bahwa varietas adalah jenis hibrida, masing-masing bernama Bima
unggul merupakan komponen teknologi yang dapat 12 Q, Bima 13 Q, Bima 14 Batara, Bima 15 Sayang,
diandalkan dalam meningkatkan produksi karena dan Bima 16. Dua lainnya adalah jenis bersari bebas,
berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit masing-masing dilepas dengan nama Provit A1 dan
utama, dan toleran terhadap kondisi lingkungan Provit A2.
tertentu. Untuk mempercepat upaya peningkatan
Bima 12 Q dan Bima 13 Q memiliki mutu protein
produksi, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011
yang lebih baik, tahan terhadap bercak daun, dan
telah melepas sejumlah varietas unggul padi, jagung,
potensi hasil berkisar antara 9,3-9,8 t/ha. Varietas
kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar.
Bima 12 Q lebih genjah, dapat dipanen pada umur
Dari 17 varietas unggul padi yang dilepas pada 98 hari. Bima 14 Batara dan Bima 15 Sayang berdaya
tahun 2011, 11 di antaranya sesuai dikembangkan hasil lebih tinggi, masing-masing 12,9 dan 13,2 t/ha.
pada lahan sawah irigasi yang masih menjadi tulang Varietas Bima 16 memiliki potensi hasil 12,4 t/ha dan
punggung produksi padi nasional, tiga varietas untuk mampu beradaptasi pada lingkungan suboptimal.
lahan kering (gogo), dan tiga varietas sesuai untuk Jagung bersari bebas Provit A1 dan Provit A2 lebih
lahan sawah tadah hujan (Tabel 1). Sebelas dari 17 genjah, dapat dipanen pada umur 96-98 hari dengan
varietas padi yang dilepas adalah jenis inbrida. potensi hasil 7,4-8,8 t/ha (Tabel 2).
Pengembangan varietas unggul baru ini diharapkan
Varietas unggul baru kedelai diberi nama Gema,
dapat mengatasi masalah yang terjadi di lapangan.
yang sebelumnya di lapangan diberi kode SHR/W-C-
Varietas Inpari Sidenuk hasil dari konsorsium padi,
60. Kedelai ini mampu berproduksi hingga 2,47 t/ha,
misalnya, agak tahan terhadap hama wereng batang
lebih tinggi daripada varietas Burangrang (3,06 t/ha)
coklat biotipe 1, 2, dan 3 yang diharapkan dapat
dengan ukuran biji lebih besar (11,9 g/100 biji). Selain
menangkal perkembangan hama yang berbahaya itu.
untuk tempe, varietas Gema juga sesuai untuk bahan
Untuk memberikan banyak pilihan bagi petani, Badan
Keragaan padi varietas Inpari 19 di lapangan, Keragaan jagung Bima 14 Batara di lapangan,
potensi hasil 9,5 t/ha dan tahan wereng potensi hasil 12,9 t/ha dan tahan bulai.
batang coklat.
Tanaman Pangan
Inpari 14 Pakuan 113 8,2 Agak tahan HDB III, agak Lahan sawah tadah hujan
tahan blas ras 033 dan 133
Inpari 15 Parahyangan 117 7,5 Agak tahan WBC 1 Lahan sawah tadah hujan
Inpari 16 Pasundan 118 7,6 Tahan HDB III, tahan blas ras 033 Lahan sawah tadah hujan
Inpari 17 111 7,9 Tahan HDB III, IV, VIII, tahan Lahan sawah irigasi
blas ras 033 dan 133, agak
tahan WBC 1 dan 2
Inpari 18 120 9,5 Tahan WBC 1 dan 2 Lahan sawah irigasi dan
tadah hujan
Inpari 19 104 9,5 Tahan WBC 1 dan 2, tahan Lahan sawah irigasi dan
HDB III tadah hujan
Inpari 20 104 8,8 Tahan HDB III, agak tahan WBC 1 Lahan sawah irigasi
Inpari Sidenuk 103 9,1 Agak tahan WBC 1, 2, 3, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa 12 SBU 105 10,5 Agak tahan WBC 3, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa 13 105 10,5 Agak tahan WBC 2, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa 14 SBU 112 12,1 Agak tahan WBC 2, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa Jatim 1 119 10,0 Agak rentan WBC 1, 2 dan pulen Lahan sawah irigasi
Hipa Jatim 2 116 10,9 Agak rentan WBC 3, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa Jatim 3 117 10,7 Agak tahan HDB III Lahan sawah irigasi
Inpago 8 119 8,1 Tahan blas ras 033, 133, 073, Lahan kering
173, toleran kekeringan,
agak toleran Al
Inpago Unram 1 108 7,6 Tahan blas ras 033, 133, Lahan kering
agak toleran Al dan Fe Lahan kering
Inpago Unsoed 1 110 7,2 Tahan blas ras 133, toleran Fe,
agak toleran kekeringan
HDB III, IV, VIII = hawar daun bakteri strain III, IV, dan VIII
WBC 1, 2, 3 = wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3
Al= aluminium; Fe = besi
baku tahu. Rendemen tahu dari 8 kg biji kedelai 2. Hypoma-1 adaptif pada lingkungan optimal dengan
varietas Gema mencapai 267%, lebih tinggi dibanding potensi hasil 3,70 t/ha polong kering, cukup tahan
kedelai impor yang hanya 235%, masing-masing terhadap penyakit bercak dan karat daun, dan agak
dengan kadar protein 39% dan 37%. Varietas Gema tahan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum).
berumur super genjah, sudah dapat dipanen pada Varietas Hypoma-2 mempunyai daya adaptasi yang
umur 73 hari. baik terutama di lingkungan tercekam kekeringan,
agak tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun,
Dua varietas unggul baru kacang tanah dilepas
potensi hasil 3,50 t/ha polong kering.
masing-masing dengan nama Hypoma-1 dan Hypoma-
Tanaman Pangan
20 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tabel 2. Varietas unggul jagung yang dilepas pada tahun 2011.
Hibrida
Bima 12 Q 9,3 98 Peka Tahan Mutu protein lebih baik,
lisin 0,52%, triptofan 0,11%
Bima 13 Q 9,8 103 Agak peka Tahan Mutu protein lebih baik,
lisin 0,46%, triptofan 0,09%
Bima 14 Batara 12,9 95 Tahan -
Bima 15 Sayang 13,2 100 Agak tahan -
Bima 16 12,4 100 Tahan - Sesuai di lahan suboptimal
Bersari bebas
Provit A1 7,4 96 Peka - Kandungan beta karotin
0,081 ppm
Provit A2 8,8 98 Peka - Kandungan beta karotin
0,144 ppm
Polong kering
(t/ha)
2,5
2,0
1,5
Hyp 1 Hyp 2 Singa Jerapah
Varietas
Kedelai varietas Gema, di lapangan diberi Gambar 1. Hasil polong kering kacang tanah
kode SHR/W-60 dengan potensi hasil 3,06 t/ varietas Hypoma-1 dan Hypoma-2 dibanding
ha. varietas Singa dan Jerapah.
Hypoma-1 dan Hypoma-2 berumur 90-91 hari, Dua varietas unggul ubi jalar yang dilepas
atau 4-5 hari lebih genjah dari varietas Jerapah dan masing-masing diberi nama Antin-1 dan Antin-2.
14-15 hari lebih genjah dari varietas Singa. Keduanya Keduanya memiliki kandungan antosianin yang
potensial dikembangkan dalam pola tanam padi-padi- tinggi. Dalam pengujian multilokasi, varietas Antin-1
kacang tanah pada lahan tadah hujan yang memiliki mampu berproduksi 33,2 t/ha, toleran kekeringan,
bulan basah terbatas. Hasil Hypoma-1 dan Hypoma- dan kandungan antosianin 33,89 mg/100 g. Varietas
2 masing-masing 1,3% dan 36% lebih tinggi dari Antin-2 berpotensi hasil 27,3 t/ha dan memiliki
varietas Jerapah (Gambar 1). kandungan antosianin 156 mg/100 g umbi.
Tanaman Pangan
Tanaman Pangan
22 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Selatan. Varietas V2 agak tahan di Jawa Barat, Xoo, yaitu strain III 50%, strain IV 23%, dan strain
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, DI Yogyakarta, VIII 19%. Di Sumatera Utara, dari 255 sampel
dan tahan di Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Barat, diperoleh 188 isolat bakteri Xoo dan ditemukan tiga
Sulawesi Tengah, Papua, Jawa Tengah, dan Nusa kelompok Xoo, yaitu strain III 59%, strain IV 32%,
Tenggara Barat. Varietas V3 agak tahan di Bali, Nusa dan strain VIII 9%. Dari data tersebut dibuat peta
Tenggara Barat, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, penyebaran bakteri Xoo di kedua provinsi yang dapat
Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan dan tahan di digunakan sebagai dasar rekomendasi dalam
Sulawesi Utara, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi penanaman varietas tahan HDB di daerah setempat.
Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan Sulawesi Selatan. Hingga saat ini, pengendalian penyakit HDB dengan
Varietas V4 agak tahan di Sulawesi Tenggara, penggunaan varietas tahan merupakan cara yang
Kalimantan Selatan, dan tahan di Sulawesi Utara, efektif dan ramah lingkungan.
Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Papua, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Mutu Beras Beberapa Varietas Padi
Varietas tahan wereng hijau T1 agak tahan di
Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Lampung, Sebanyak 22 varietas dan 10 galur padi yang diperoleh
Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Varietas T2 dari petani di Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
agak tahan di DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Papua. Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur,
Varietas T3 bereaksi peka di semua provinsi. Varietas serta dari BB Padi dipelajari karakteristik fisik,
T4 agak tahan di Banten, Sulawesi Barat, Jawa Barat, fisikokimia, gizi, protein, dan nilai indeks glikemiknya.
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan tahan di Jawa Sampel gabah diproses menjadi beras giling yang
Timur, Lampung, Sulawesi Tengah, Papua, Sulawesi selanjutnya diamati karakter fisik (rendemen beras
Tenggara, Sulawesi Utara, DI Yogyakarta, dan giling, persentase beras kepala, beras patah, ukuran
Kalimantan Selatan. dan bentuk, butir kapur, serta kebeningan beras); sifat
fisikokimia dan gizi beras (kadar amilosa, sifat
konsistensi gel, suhu gelatinisasi, dan kadar protein);
Pemetaan Strain Penyakit Hawar dan nilai indeks glikemik beras.
Daun Bakteri di Sentra Produksi Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietas
Padi dan galur padi yang diuji memiliki rendemen beras
giling relatif tinggi (62,4-71,5%), dengan persentase
Penelitian untuk mengetahui penyebaran dan beras kepala >70%, ukuran butiran berkisar dari
komposisi kelompok patotipe bakteri Xanthomonas sedang (5,51-6,60 mm) hingga panjang (6,61-7,50
oryzae pv. oryzae (Xoo), penyebab penyakit hawar mm), bentuk beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) dan
daun bakteri (HDB) di sentra produksi padi telah ramping (rasio P/L >3,0). Hampir semua varietas dan
dilakukan di Kabupaten Maros, Bone, Sopeng, Wajo, galur memiliki tingkat kebeningan beras yang baik
Sidrap, Barru, Pangkep, Pinrang, Luwu, dan Palopo, dengan nilai >1,3%, dan memiliki butir kapur
Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Deli Serdang, Binjai, rendah/kecil (0-10%). Tingkat kepulenan nasi semua
Langkat, Serdang Bedagi, Simalungun, Batubara, varietas/galur padi termasuk sedang sampai tinggi
Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba dengan kadar amilosa 20,7-24,9%, tekstur nasi
Samosir, Sumatera Utara pada MT 2011. Daun padi beragam dari keras sampai lunak, suhu gel rendah
tertular HDB diisolasi untuk memperoleh isolat bakteri sampai tinggi (skor 1-7), dan kadar protein beras
Xoo, menggunakan metode pencucian. 7,3-9,6%.
Di Sulawesi Selatan, dari 210 sampel diperoleh Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7, Inpari
176 isolat bakteri Xoo dan ditemukan tiga kelompok 12, dan Inpari 13 termasuk rendah, sedangkan beras
Tanaman Pangan
Tanam Legowo pada Jagung IP 400 Budi Daya Kedelai di Hutan Jati
Penelitian menggunakan jagung komposit (varietas Salah satu cara untuk mempercepat peningkatan
Sukmaraga dan Bisma) dan hibrida (varietas Bima 3 produksi kedelai menuju swasembada adalah
dan Bisi-2) yang ditanam dengan populasi 66.666 memperluas area tanam dengan memanfaatkan
tanaman/ha (jarak tanam normal) dan 71.428 lahan kosong di kawasan hutan. Melalui Gerakan
tanaman/ha (tanam legowo). Pada pertanaman I, Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi
hasil varietas Bisma yang ditanam secara legowo (GP3K), Badan Litbang Pertanian mengembangkan
meningkat 7,6%, mencapai 10,63 t/ha, sementara teknologi budi daya kedelai di kawasan hutan jati di
hasil varietas Sukmaraga 10,69 t/ha. Pada Ngawi, Jawa Timur, seluas 8,5 ha. Di kawasan
pertanaman II, hasil kedua varietas menurun tersebut, tinggi tanaman jati pada saat itu berkisar
dibanding pertanaman I. Hasil varietas Bisma yang antara 2-3 m, jarak tanam 3 m x 4 m, dan tingkat
ditanam secara legowo hanya 9,19 t/ha dan hasil naungan sekitar 25%.
varietas Sukmaraga 9,50 t/ha. Pada pertanaman I,
Selain mempercepat upaya peningkatan produksi
varietas Bima 3 yang ditanam secara legowo memberi
melalui perluasan area tanam, pengembangan
hasil 8,68 t/ha dan varietas Bisi-2 hanya memberi
kedelai di lorong tanaman jati juga memberi
hasil 8,39 t/ha. Pada pertanaman II, dengan cara
beberapa keuntungan: (1) optimalisasi pemanfaatan
tanam yang sama dengan pertanaman I, hasil Bima
lahan; (2) produk panen beragam; (3) lebih cepat
3 adalah 8,81 t/ha, sedangkan hasil Bisi-2 hanya 8,49
memperoleh tambahan penghasilan karena kedelai
t/ha.
sudah dapat dipanen pada umur 85-90 hari; (4)
memperbaiki kesuburan tanah karena tambahan
Pengelolaan Pengairan Pertanaman
Jagung
Tanaman Pangan
24 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
hara N dari Rhizobium dan bahan organik dari Cara penggunaan Iletrisoy: benih kedelai
serasah tanaman kacang-kacangan; (5) mencegah dimasukkan ke dalam wadah (ember), kemudian
erosi; dan (6) menyediakan pakan ternak. dibasahi dengan air secukupnya. Inokulan ditaburkan
ke wadah benih dengan dosis 0,5 kg/50 kg benih/ha,
lalu diaduk sampai rata. Benih ditanam secara tunggal
Iletrisoy: Pupuk Hayati Kedelai di dan ditutup dengan tanah atau pupuk organik.
Lahan Masam
Iletrisoy adalah pupuk hayati yang mampu meng- Bioinsektisida Pengendali Hama
gantikan pupuk urea untuk tanaman kedelai di lahan Daun dan Penggerek Polong Kedelai
masam. Dalam Iletrisoy terkandung bakteri Rhizobium
asal tanah masam yang efektif memacu pembentukan Biopestisida ini berbahan aktif isolat JTM 97 C yang
bintil akar pada tanaman kedelai. Di tanah masam, berasal dari agens hayati Spodoptera litura Nuclear
populasi bakteri Rhizobium di tanah umumnya sangat Polyhedrosis Virus (Sl NPV), virus dari ulat grayak.
rendah sehingga tanaman tidak mampu membentuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sl NPV berpotensi
bintil akar. Pada kondisi lingkungan tumbuh yang baik, dikembangkan untuk mengendalikan ulat grayak,
bintil akar kedelai dapat berfungsi sebagai penghasil
pupuk nitrogen alami yang mampu mencukupi
kebutuhan pupuk nitrogen lebih dari 75%. Oleh karena
itu, dalam budi daya kedelai di lahan masam, benihnya
perlu diinokulasi dengan Rhizobium toleran masam
agar tanaman mampu membentuk bintil akar dengan
baik dan memenuhi sebagian besar kebutuhan hara
nitrogennya.
Iletrisoy berisi tiga jenis bakteri Rhizobium yang
dikemas dalam bahan pembawa berkualitas dengan
populasi bakteri 108-109 sel/g bahan. Bakteri yang
digunakan berasal dari tanah masam dan telah diuji
toleransinya terhadap tanah dengan pH 4,5 dan
berkadar Fe dan Mn tinggi, serta keefektifannya di
lahan masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%.
Kenaikan hasil kedelai dengan perlakuan Iletrisoy pada
lahan masam Lampung Timur berkisar antara 63- SlNPV yang dikemas dalam botol plastik.
117% (Tabel 3).
Tabel 3. Hasil kedelai dengan dan tanpa penggunaan Iletrisoy di tanah masam, Lampung Timur.
Tanaman Pangan
Tanaman Pangan
26 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Bio-Lec dapat dikombinasikan dengan cara diperkirakan akan diperoleh benih kelas BP sebanyak
pengendalian lain, antara lain predator. Aplikasi 80.100 ton. Jumlah ini dapat memenuhi kebutuhan
cendawan L. lecanii pada kerapatan konidia hingga area pertanaman jagung bersari bebas seluas lebih
10 11/ml tidak menyebabkan kematian predator dari 4,0 juta ha.
hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA). Oxyopes
Perbanyakan benih sumber kelas BD juga
javanus merupakan predator generalis yang banyak
menggunakan varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisma,
ditemukan di pertanaman kedelai di Indonesia dengan
Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan Anoman.
kemampuan mangsa 3-13 ekor. Bio-Lec juga dapat
Masing-masing varietas ditanam pada lahan 1,0 ha.
dikombinasikan dengan pestisida nabati, terutama
Empat dari enam varietas menghasilkan benih BD
serbuk biji srikaya dan serbuk biji jarak, untuk
sebanyak 8,7 ton.
meningkatkan efikasi pengendalian telur kepik coklat
di lapangan.
Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian
Tanaman Pangan
Hortikultura
28 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Varietas Unggul terhadap suhu panas sehingga dapat menunjang
industri kentang olahan dan diversifikasi pangan.
Upaya meningkatkan daya saing komoditas Produktivitas varietas Kastanum berkisar antara
hortikultura sebagai syarat utama merebut pasar 24,50-34,03 t/ha, Vernei 21,10-35,60 t/ha, dan
global perlu di dukung dengan pengembangan Andina 20,40-34,10 t/ha.
komoditas unggulan yang mampu berkompetisi
dengan produk serupa dari negara lain. Ketersediaan Cabai Merah
varietas unggul dalam negeri diharapkan dapat
menandingi varietas serupa dari negara lain sehingga Produktivitas tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh
dapat menghilangkan ketergantungan pada varietas musim. Serangan penyakit sangat dominan terjadi
dan benih dari luar negeri. Berkaitan dengan hal pada musim hujan. Untuk mengatasi masalah tersebut
tersebut, Puslitbanghorti telah menghasilkan berbagai Balitsa telah menghasilkan tiga VUB cabai merah
varietas unggul sayuran, buah-buahan, dan tanaman besar dan keriting, yaitu Lingga, Ciko, dan Kencana.
hias. Ketiganya beradaptasi dengan baik di dataran medium
(510-550 m dpl) pada musim hujan maupun kemarau
basah. Produktivitasnya tinggi, berkisar antara 13,40-
Kentang
20,50 t/ha.
Varietas kentang yang ditanam petani masih terbatas,
yaitu Granola dan Atlantik. Penggunaan varietas yang Buncis
sama secara terus-menerus dapat menyebabkan
terjadinya erosi genetik sehingga jika terjadi ledakan Balitsa juga menghasilkan tiga VUB buncis tegak
hama atau penyakit akan berdampak buruk terhadap Balitsa 1, Balitsa 2, dan Balitsa 3. Ketiganya berbunga
mata rantai produksi kentang. Balitsa telah meng- serempak, berumur genjah, dan beradaptasi baik di
hasilkan tiga varietas unggul baru (VUB) kentang, yaitu dataran medium (400-500 m dpl). Varietas Balitsa 1
Andina, Kastanum, dan Vernei dengan daya hasil lebih dan Balitsa 2 bersifat menyerbuk sendiri dan meru-
tinggi daripada varietas Granola. Varietas Andina dan pakan hasil introduksi dari Perancis. Produktivitasnya
Kastanum cocok untuk bahan baku keripik kentang. berkisar antara 20,0-23,8 t/ha. Varietas Balitsa 3 juga
Masing-masing varietas tersebut dapat dipanen pada menyerbuk sendiri dan merupakan hasil introduksi
umur 100-110 hari setelah tanam, beradaptasi dari Amerika dengan keunggulan produktivitas tinggi
dengan baik di dataran tinggi (1.250-1.500 m dpl), (20-24 t/ha). Varietas baru buncis tegak Balitsa 1 dan
tahan terhadap penyakit busuk daun, berdaya hasil Balitsa 2 telah dilisensikan ke PT Fajar Seed untuk
tinggi, cocok untuk kentang olahan, dan toleran pengembangannya.
Umbi varietas unggul baru kentang Andina (kiri), Kastanum (tengah), dan Vernei (kanan).
Hortikultura
Balitsa telah menghasilkan tiga varietas hibrida tomat Balitbu Tropika telah menghasilkan dua calon varietas
Tosca, Ruby, dan Topaz yang mempunyai keunggulan hibrida semangka dan melon unggul baru yang sta-
umur genjah, daya simpan buah lama, buah lebat, bil ditanam di semua lokasi dan diminati konsumen.
Hortikultura
30 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Calon varietas melon MB1 dan MB2.
Hortikultura
Phal. Balithi MF001 Phal. Balithi MF002 Phal. Balithi ST005 Phal. Balithi MF003
Phal. Balithi MF004 Phal. Balithi MF005 Phal. Balithi MF006 Phal. Balithi MF007
Hortikultura
32 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Den. Balithi CF001-10 Den. Balithi CF001-31 Den. Balithi CF002-45 Den. Balithi CF003-21 Den. Balithi CF003-23
Den. Balithi CF003-27 Den. Balithi CF003-28 Den. Balithi CF003-58 Den. Balithi CF003-62 Den. Balithi PP001-374
Teknologi Produksi
Hortikultura
Hortikultura
34 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Alur perbanyakan benih anggrek Dendrobium: (1) sumber eksplan tunas anakan, (2 dan 3) tunas yang
sudah dikupas, (4) sterilisasi menggunakan kloroks, (5) mata tunas samping dan ujung, (6) mata tunas
steril yang telah diiris, (7) inisiasi plb dari mata tunas pada media cair, (8 dan 9) plb yang telah
terbentuk, (10 dan 11) plb yang diregenerasi pada media padat, dan (12) planlet yang terbentuk.
somatik/plbs (PCB dan D1); (7) kepadatan eksplan terlarut 5-10 vvm). Hasil penelitian sebelumnya
yang optimal untuk proliferasi kalus (2-3 g/25 ml memperlihatkan bahwa pengembangan teknologi SE
media); (8) periode subkultur yang sesuai untuk pada Dendrobium harus melalui beberapa tahap dan
masing-masing tahapan; (9) studi pendahuluan diawali dengan pembentukan kalus. Saat ini beberapa
penggunaan sistem kultur thin film of liquid; dan (10) klon harapan Dendrobium dapat diinisiasi dan
studi pendahuluan penggunaan sistem bioreaktor diproliferasi kalusnya, yaitu klon NS001/10, NS001/
(kepadatan eksplan 5-10 g, media 1/2 MS dan VW 31, NS022/21, NS22/62, NS22/58, NS22/28, dan
dengan penambahan BA 0,5 mg/l, dan oksigen NS009/45.
Hortikultura
Teknologi Produksi Benih Bawang Merah Mikroba Potensial untuk Pembuatan Pupuk
untuk Meningkatkan Pembuahan Majemuk Hayati
Pembungaan dan hasil biji bawang merah antara lain Penggunaan pupuk kimia sintetis secara terus-
dipengaruhi oleh varietas, pemupukan, dan keber- menerus pada suatu ekosistem memberi dampak
hasilan polinasi dan tanaman atraktan, yaitu caisim buruk bagi lingkungan. Residu pupuk akan mengalami
dan tagetes. Untuk mengetahui pengaruh ketiga pencucian, penguapan, dan terikat oleh mineral
faktor tersebut terhadap pembungaan dan hasil biji sehingga unsur hara tidak dapat dimanfaatkan oleh
bawang merah dilakukan penelitian menggunakan tanaman. Salah satu cara memperbaiki tingkat
varietas bawang merah Maja dan Bima yang diberi efisiensi penggunaan pupuk adalah dengan inokulasi
pupuk P dan K, yaitu P2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha mikroba potensial.
Hortikultura
36 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Koloni mikroba yang diseleksi pada media pelarut fosfat (kiri), isolat kelompok Azotobacter spp.
(tengah), dan Azospirillum spp. (kanan).
Seleksi mikroba potensial menghasilkan Salah satu bahan alami yang memiliki potensi
beberapa isolat bakteri yang memiliki kemampuan sebagai pestisida botani adalah minyak serai wangi.
cukup baik sebagai pelarut fosfat, antara lain isolat Pengendalian penggerek buah mangga dengan
Cw-19, Cr-13, Br-14, dan Lg-10 dengan indeks minyak serai wangi konsentrasi 2, 4, dan 6 cc/l
kemampuan melarutkan fosfat masing-masing 7,58; dengan interval penyemprotan enam hari sekali
5,83; 4,26; dan 4,26. Seleksi dengan menggunakan mampu menurunkan serangan hama N. albizonalis
dua media bebas nitrogen memperoleh 20 isolat yang pada mangga Arumanis antara 30-40%. N. albizonalis
diduga termasuk ke dalam kelompok Azotobacter spp. menyerang semua fase pertumbuhan buah, termasuk
dan Azospirillum spp. Dari 20 isolat yang dikoleksi buah masak. Efektivitas minyak serai wangi dalam
terdapat kelompok yang menghambat pertumbuhan menekan serangan N. albizonalis pada periode
tanaman dan kelompok yang memperbaiki per- pemasakan buah lebih rendah dibandingkan pada
tumbuhan tanaman. Isolat-isolat mikroba yang fase buah muda.
memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan
kecambah adalah isolat nomor 7, 6, 12, 15, dan 18.
Isolat nomor 6, 7, 12, dan 18 memacu pertumbuhan
akar, sedangkan isolat nomor 15 merangsang
perakaran dan tinggi tanaman.
Hortikultura
Hortikultura
38 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tulungagung pada stadia kalus, embrio, dan planlet ditanam di lapangan, dan 10 tanaman M1V2 pamelo.
bebas dari CTV, tetapi pada varietas JC dari Tlekung, Hasil pengamatan menunjukkan bahwa karakter
pada fase embrio 40% dari sampel masih terinfeksi tanpa biji (jumlah biji < 5) terdapat pada 28 aksesi
CTV. Oleh karena itu, biji sebagai bahan perbanyakan M1V2 keprok dan tujuh aksesi M1V2 pamelo. Melalui
dengan teknik SE harus berasal dari tanaman induk observasi selama beberapa tahun, diperoleh
yang bebas dari penyakit sistemik, terutama CTV. beberapa kandidat tanaman yang memiliki karakter
yang diinginkan. Namun untuk memenuhi persyaratan
Evaluasi Keragaan Benih Hasil Sambung pelepasan varietas, perlu dilakukan pengamatan
Embrio dan Planlet terhadap daya hasil, stabilitas karakter, kesesuaian
dengan beberapa batang bawah, dan ketahanannya
Untuk mengevaluasi pertumbuhan benih hasil terhadap hama dan penyakit.
sambung embrio atau planlet pada batang bawah
JC, benih sambungan umur satu tahun ditanam di
lapang. Hasil pengamatan menunjukkan, sampai Sertifikasi Perbenihan Jeruk
umur empat bulan di lapangan, tanaman belum
berkembang ke fase generatif. Hal ini tampak dari Pada tahun 2011 telah dilakukan pembersihan 10
varietas jeruk dari penyakit sistemik dengan teknologi
tanaman yang belum berbunga dan duri masih
penyambungan tunas pucuk pada varietas Kelele
tumbuh. Pertumbuhan vegetatif sampai empat bulan
sangat baik. Pertumbuhan jeruk kalamondin yang Aceh, P. Kasua, P. Baco, lemon lokal tanpa biji,
Genensa Aceh, P. Pasaviki, Sanggul I, M. Komun,
disambung dengan batang bawah JC asal semaian
Lebong, dan Fremon. Pembersihan varietas melalui
lebih baik dibandingkan dengan batang bawah JC asal
lainnya. Pada umur delapan bulan setelah tanam, tahap STG, regrafting, indeksing, dan perbanyakan
pohon induk. Varietas yang selesai diindeksing dan
tanaman mulai berubah ke fase generatif, yang
dinyatakan bebas penyakit kemudian diperbanyak
ditandai dengan munculnya bunga. Secara umum
batang atas yang berasal dari planlet menghasilkan sebagai benih.
bunga yang lebih banyak dibanding yang berasal dari Indeksing pada pohon induk jeruk dilakukan
embrio. Dengan demikian, jeruk kalamondin yang terhadap penyakit CTV dan CVPD, yaitu pada blok
diperbanyak dengan teknik SE dapat berbunga pada fondasi 46 sampel, blok penggandaan mata tempel
umur delapan bulan setelah benih sambungan (BPMT) 90 sampel, dan pohon induk 197 pohon.
ditanam di lapangan. Ditemukan 61 pohon induk yang positif CVPD dan 61
pohon induk yang tidak layak sebagai induk.
Pada tahun 2011, produksi benih sumber jeruk
Konsistensi Sifat Tanpa Biji, Daya
kelas benih blok fondasi sebanyak 906 pohon dan
Hasil, dan Kualitas Jeruk Hasil kelas benih BPMT 5.710 pohon. Benih tersebut telah
Mutasi didistribusikan kepada pengguna, seperti Dinas
Pertanian Provinsi dan Kabupaten, Balai Benih
Karakter yang ingin dicapai pada pemuliaan jeruk Hortikultura, kelompok tani, dan pihak swasta.
adalah vigor tanaman baik, buah tanpa biji, warna Kegiatan asistensi pengelolaan blok fondasi dan BPMT
menarik, rasa enak (TSS tinggi), dan tahan hama telah dilakukan di Kecamatan Eban Kabupaten Timur
penyakit utama. Sampai akhir 2011 telah dilakukan Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, di Mataram Nusa
karakterisasi buah pada 64 tanaman M1V2 keprok Tenggara Barat, dan di Balai Benih Induk Lubuk
yang ditanam di pot, 68 tanaman M1V2 keprok yang Minturun, Padang, Sumatera Barat.
Hortikultura
Perkebunan
40 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Perakitan Varietas Unggul basah 10,38 + 4,44 t/ha, dan produktivitas minyak
66,38 kg/ha. Verina 2 mempunyai kadar vetiverol
Varietas Unggul Tanaman Perkebunan 55,48% + 3,17% dengan produksi akar basah 10,64
+ 4,52 t/ha dan produktivitas minyak 60,46 kg/ha.
Pada tahun 2011 telah dilepas 13 varietas unggul Keduanya beradaptasi baik pada dataran tinggi.
untuk komoditas dan tanaman obat, masing-masing
Kelapa Dalam unggul Adonara memiliki buah
satu varietas akar wangi, kunyit, sambiloto, pegagan,
berukuran sedang sampai besar, jumlah buah
kelapa, aren, dan jambu mete serta dua varietas
berkisar antara 84-105 butir/pohon/tahun atau 8.400-
kemiri minyak dan empat varietas tembakau. Varietas
10.500 butir/ha, kadar minyak 66,83%, dan sabut
unggul kunyit dilepas dengan nama Curdonia 1.
tipis. Tanaman toleran kekeringan sampai 5-7 bulan
Keunggulan varietas ini terletak pada kandungan
berturut-turut sehingga sesuai dikembangkan pada
kurkumin (7,05%), minyak atsiri (4,77%), dan pati
lahan kering dengan ketinggian tempat < 500 m dpl,
(35,77%), selain agak tahan terhadap penyakit bercak
curah hujan < 1.000 mm/tahun dengan bulan kering
daun. Varietas ini beradaptasi baik pada dataran
< 6 bulan.
menengah (ketinggian 425-484 m dpl).
Aren genjah yang dihasilkan yaitu Kutai Timur
Varietas sambiloto yang dihasilkan yaitu Sambina
dengan potensi produksi benih 4.000 butir/pohon dan
1. Keunggulan varietas ini adalah produksi ternanya
tahan terhadap hama dan penyakit. Wilayah pengem-
tinggi 5,08-10,37 t/ha dan beradaptasi dengan baik
bangannya adalah daerah kering iklim basah, air tanah
pada dataran rendah sampai medium (ketinggian
dangkal, dan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun
120-500 m dpl).
dengan bulan kering < 6 bulan.
Varietas unggul akar wangi yang dilepas diberi
Keunggulan kemiri Sunan 1 dan Sunan 2 adalah
nama Verina 1 dan Verina 2. Verina 1 memiliki kadar
toleran terhadap hama daun (ulat kantung) dan tahan
vetiverol tinggi (50,80% + 1,41%), produktivitas akar
Perkebunan
terhadap penyakit/tanaman pengganggu. Produksi biji m dpl dengan tipe iklim B dan C. Kedua varietas ini
varietas Sunan 1 adalah 110,0 + 16,9 butir/pohon/ dapat diperbanyak melalui biji dan sambung. Empat
tahun dan Sunan 2 sebanyak 76,0 + 18,2 kg. Varietas varietas unggul tembakau yang dihasilkan pada tahun
Sunan 1 dapat dikembangkan pada daerah dengan 2011 yaitu tembakau bondowoso Maesan 1 dan
ketinggian 500-700 m dpl dengan tipe iklim B, Maesan 2 serta tembakau probolinggo Paiton 1 dan
sedangkan kemiri Sunan 2 pada ketinggian 50-400 Paiton 2.
Perkebunan
42 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Keragaan kemiri Sunan 1 (kiri) dan Sunan 2 (kanan).
Perakitan Varietas Tebu Toleran Iklim Basah persentase regenerasi kalus PS 864 setelah per-
In Vitro lakuan iradiasi sinar gama dan perendaman dalam
media cair lebih besar dibandingkan dengan
Kultur in vitro dapat dimanfaatkan untuk merakit
Bululawang. Semakin tinggi dosis iradiasi sinar gama
varietas unggul baru. Salah satu metode kultur in
dan waktu perendaman kalus dalam media cair, daya
vitro yang efektif dan efisien untuk merakit varietas
regenerasi kalus dan jumlah tunas yang diperoleh
unggul adalah seleksi in vitro. Untuk mendapat
makin menurun. Induksi mutasi dengan perlakuan
genotipe baru yang toleran iklim basah, populasi sel
EMS 1% dan waktu perendaman 5 jam memperlihat-
somatik yang telah diiradiasi sinar gama atau diberi
kan adanya peluang mendapatkan LD50. Kemampuan
mutagen kimia EMS dikulturkan pada kondisi in vitro
hidup kalus dan beregenerasi membentuk tunas
yang kelembapannya sangat tinggi. Kombinasi mutasi
setelah perlakuan EMS bervariasi.
fisik maupun kimiawi dengan seleksi in vitro dapat
meningkatkan keragaman genetik pada sel-sel Penambahan 2,4-D dalam media dapat meng-
somatik. Regenerasi dari sel-sel somatik diharapkan induksi kalus dari eksplan daun muda tanaman tebu.
mempunyai sifat unggul toleran terhadap iklim basah. Peningkatan konsentrasi 2,4-D hingga 3 mg/l tanpa
Somaklon kemudian diuji di rumah kaca maupun di penambahan ZPT lain cenderung menurunkan jumlah
lapangan sampai generasi M2 untuk mengetahui eksplan berkalus. Penambahan kasein hidrolisat pada
karakter agronomi dan rendemen gulanya. media induksi kalus tidak memengaruhi jumlah kalus
yang dihasilkan, tetapi sangat berpengaruh terhadap
Perakitan varietas unggul tebu toleran iklim basah
kualitas kalus. Regenerasi kalus menjadi planlet
melalui seleksi in vitro menunjukkan bahwa tingkat
memerlukan formulasi media yang berbeda untuk
pembentukan kalus dan regenerasi varietas PS 864
masing-masing varietas. Penggunaan auksin (NAA dan
lebih besar dibandingkan dengan varietas Bululawang.
IBA) pada media perakaran dapat menginduksi pem-
Induksi mutasi dengan iradiasi sinar gama dosis LD50
bentukan akar. Metode perbanyakan ini telah diaplika-
memperoleh kisaran dosis 20-30 Gy, sedangkan
sikan untuk memproduksi bibit tebu secara massal.
Perkebunan
Pengujian Ketahanan Klon Tebu terhadap BL, GMP 1, VMC 76-16, PS 04-526, dan PS 06-181.
Penyakit Streak Mosaic Klon yang bereaksi sedang adalah PS 862, PS 882,
PSBM 901, Kidang Kencana, Kentung, PS 951, PSCO
Streak mosaic adalah penyakit baru pada tanaman 902, PS 92-750, VMC 73-229, PS 05-130, dan PS 06-
tebu dengan tingkat sebaran yang cukup luas, khusus- 155. Klon rentan adalah PS 863, PS 865, PS 881, PS
nya di Jawa. Penyakit ini disebabkan oleh sugarcane 921, PSJT 941, GMP 2, PS 05-317, dan PS 06-346,
streak mosaic virus (SCSMV). Rekomendasi serta klon yang sangat rentan adalah PS 92-752, PS
pengendaliannya masih terbatas pada penggunaan 05-382, PS 06-156, PS 06-196, dan PS 06-326.
bibit sehat dan pembatasan penanaman varietas PS
864 yang berdasarkan pengamatan di lapangan
terindikasi rentan. Penanaman varietas tahan me- Perakitan Sistem Genetik Pembungaan
rupakan cara pengendalian yang efektif, namun Kelapa Sawit
informasi tentang ketahanan varietas belum ada.
Dalam siklus pembungaan tanaman kelapa sawit,
Pengujian ketahanan klon tebu terhadap penyakit proses diferensiasi seksual diawali dengan ter-
streak mosaic telah dilakukan di Kebun Percobaan bentuknya primordia bunga dari jaringan meristem
(KP) Bugul di Pasuruan. Sebanyak 30 klon tebu dari bunga. Setelah itu terjadi diferensiasi seksual, yaitu
varietas/klon unggul komersial, klon unggul primordia bunga berkembang menjadi bunga jantan
nonkomersial, dan klon harapan diuji ketahanannya atau betina, bergantung pada kondisi lingkungan.
terhadap SCSMV. Hasil pengujian menunjukkan, dari Proses pembungaan hingga menjadi buah di-
30 klon yang diuji tidak satupun yang tergolong kendalikan terutama oleh kelompok gen MADSBOX.
sangat tahan. Enam klon termasuk tahan, 11 klon Pada banyak spesies tanaman, MADSBOX memiliki
terklasifikasi sedang, delapan klon rentan, dan lima struktur dan fungsi yang terkonservasi ( highly
klon sangat rentan. Klon yang tahan adalah PS 851, conserved). Setidaknya ada tiga gen MADSBOX yang
Perkebunan
44 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
berperan dalam pembungaan kelapa sawit, yaitu Curah hujan hanya sekitar 1.200 mm/tahun dengan
EgSQUA1, EgAG, dan EgAGL. Satu dari ketiga gen 6-8 bulan kering (curah hujan <60 mm/bulan). Di
tersebut diduga kuat berperan pula dalam proses lain pihak, dewasa ini telah ditemukan klon baru
diferensiasi seksual pada pembungaan kelapa sawit. dengan potensi hasil 2,0-3,0 ton biji kering/ha, yaitu
ICCRI 03, ICCRI 04 serta klon Sulawesi 01, Sulawesi
Pada penelitian sebelumnya telah dirakit
02, dan Sca 6 dengan produktivitas 1,5 t/ha. Batang
konstruk genetik PEgAG2::GFP dan PEgAGL2::GFP
bawah yang toleran cekaman lengas juga sudah
menggunakan teknologi Gateway (dari Invitrogen).
ditemukan, yakni Sca 6 dan Sca 12.
Selain itu telah diidentifikasi sumber-sumber bio-
regulator lokal yang berpotensi besar dapat me- Puslitbangbun telah memperoleh teknologi budi
ningkatkan pertumbuhan vegetatif maupun generatif daya kakao lindak spesifik lahan kering iklim kering
kelapa sawit. Pada 2011 dilakukan konfirmasi di NTT serta klon unggul yang adaptif. Bahan tanaman
konstruk yang diperoleh sebelumnya dan regenerasi dalam bentuk tanaman hasil sambung pucuk di-
kultur tanaman yang membawa konstruk siapkan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember.
PEgAG2::GFP dan PEgAGL2::GFP serta inventarisasi Pertumbuhan bibit sambungan yang dicerminkan oleh
bioregulator penginduksi pembungaan tanaman, tinggi tunas, diameter, jumlah daun, dan luas daun
dan yang paling mudah didapat dan digunakan. tidak menunjukkan perbedaan antarklon.
Perakitan dan analisis sistem genetik memper-
oleh konstruk genetik PEgAG2::GFP dan
Teknologi Budi Daya
PEgAGL2::GFP dan telah berhasil disubkloning ke
Agrobacterium tumefaciens. Kedua konstruk tersebut
Teknologi Perbanyakan Bibit Tebu
juga telah berhasil ditransformasi ke dalam eksplan
tanaman tembakau. Planlet yang membawa konstruk
Salah satu teknologi yang potensial untuk memper-
tersebut berhasil diregenerasi. Pada media MS yang
banyak bibit secara cepat, dalam jumlah banyak, dan
diberi BAP 0,5 ppm dan sukrosa 30-40 g/l, planlet
seragam adalah teknologi kultur jaringan. Penyediaan
yang beregenerasi menunjukkan struktur yang
bibit tebu melalui kultur jaringan melalui empat
berbeda dengan planlet yang tidak ditransformasi dan
tahapan penting, yaitu induksi kalus, proliferasi kalus,
diregenerasikan pada media baku. Fenomena ini
diferensiasi kalus, dan regenerasinya membentuk
mengindikasikan bahwa kedua konstruk gen reporter
planlet. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mendapat
tersebut diekspresikan pada kondisi in vitro, atau
paket teknologi mikropropagasi dalam usaha
sistem genetik yang dirakit berfungsi dengan baik.
pengadaan bibit tebu unggul yang murah, cepat, dan
Pada percobaan rekonfirmasi pada padi gogo di
teruji dalam skala luas.
rumah kaca, bioregulator (bahan) alami mampu
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan jumlah Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media
anakan sehingga meningkatkan produktivitas dan untuk induksi kalus dengan penambahan 2,4-D dapat
kualitas hasil. menginduksi kalus dari eksplan daun muda tanaman
tebu. Peningkatan konsentrasi 2,4-D hingga 3 mg/l
dalam media tanpa penambahan ZPT lain cenderung
Klon Kakao Unggul dan Pengelolaan
Pertanaman di Lahan Kering Iklim Kering menurunkan jumlah eksplan berkalus. Penambahan
kasein hidrolisat pada media induksi kalus tidak
Produktivitas tanaman kakao di Nusa Tenggara Timur memengaruhi jumlah kalus yang dihasilkan, tetapi
tergolong rendah, hanya 526 kg/ha, bahkan menurut sangat berpengaruh pada kualitas kalus. Regenerasi
data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2009 kalus menjadi planlet memerlukan formulasi media
hanya 228 kg/ha. Rendahnya produktivitas antara lain yang berbeda untuk masing-masing varietas. Peng-
disebabkan bahan tanaman yang digunakan ber- gunaan auksin (NAA dan IBA) pada media perakaran
kualitas rendah dan kondisi lahan yang marginal. dapat menginduksi pembentukan akar. Metode
Perkebunan
perbanyakan bibit tebu yang dihasilkan dari penelitian Pengembangan model perkebunan tebu-ternak
ini telah diaplikasikan untuk memproduksi bibit tebu terpadu dilaksanakan di sentra tebu Desa Lambur,
secara massal. Benih tebu kultur jaringan yang Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah, pada
dihasilkan pada tahun 2011 mencapai 100 ribu planlet lahan tebu milik kelompok tani Mugilestari seluas 5
yang berpotensi menghasilkan 2,8 juta budset G2 ha. Hasil pengamatan menunjukkan, pengawalan dan
pada akhir 2012. aplikasi pupuk organik 5 t/ha, penerapan klentekan
dan rawis, dan pemeliharaan saluran meningkatkan
produktivitas lebih dari 100 t/ha. Estimasi produksi
Teknologi Pengembangan Budi Daya Tebu- pucuk, klentekan, dan rawis diperkirakan 28 t/ha yang
Ternak Terpadu
berpotensi sebagai pakan yang mengandung protein
tinggi. Dua unit instalasi biogas berkapasitas 5 m3
Tebu potensial diintegrasikan dengan ternak. Selain limbah ternak mampu memproduksi 2,16 m3 biogas
menghasilkan gula, tebu juga berpotensi sebagai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan memasak
sumber pakan. Produksi limbah tanaman berupa bagi dua keluarga petani selama masing-masing 3
batang dan daun cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan jam. Pengukuran emisi gas rumah kaca pada
sebagai pakan. Limbah tanaman, limbah pengolahan pertanaman tebu umur satu bulan menunjukkan emisi
tebu, dan limbah ternak juga berpotensi sebagai CO2 sebesar 0,66 t/ha/bulan dan emisi N2O 3,63 t/
sumber energi baru dan terbarukan, berupa etanol ha/bulan. Gas metana dari limbah 16 ekor sapi
dan biogas, sehingga berpotensi menekan emisi gas mencapai 3,24 m3/hari atau 1.083 m3/tahun. Nilai tam-
rumah kaca. bah dari emisi metana sebagai bahan bakar untuk
Perkebunan
46 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
rumah tangga yang diperoleh dari dua instalasi Pengendalian penyakit JAP dapat dilakukan
biogas diperkirakan Rp912.000/KK. melalui tindakan pencegahan sebelum terjadi
serangan dan pengobatan terhadap tanaman yang
terserang. Hasil penelitian menunjukkan, pencegahan
Peningkatan Efisiensi Pemupukan pada penyakit yang efektif adalah melalui pengurangan
Kelapa Sawit
sumber infeksi dengan mempercepat pelapukan
tunggul karet dengan pembakaran atau inokulasi
Telah diperoleh beberapa isolat unggul yang aktif jamur pelapuk. Perlindungan tanaman sebelum
menguraikan lignin, selulosa, dan mempunyai aktivitas terserang penyakit dilakukan dengan menanam
enzim lipase. Pembuatan kompos tandan kosong tanaman antagonis lidah mertua di sekeliling pangkal
kelapa sawit dengan formula dekomposer yang batang pada awal penanaman karet. Pengobatan
mengandung isolat tersebut dapat meningkatkan tanaman yang terserang JAP yang paling efisien dan
kualitas kompos. efektif adalah dengan aplikasi fungisida berbahan aktif
Penggunaan formula pupuk hayati dapat me- triadimefon.
ningkatkan efisiensi penggunaan pupuk pada pem-
bibitan kelapa sawit. Pemberian bioamelioran
Pengendalian OPT pada Tanaman Teh
meningkatkan serapan hara N kelapa sawit pada
tanah berpasir, memperbaiki sifat fisik tanah dan
Residu pestisida pada produk teh akibat penggunaan
efisiensi pemupukan, dan meningkatkan hasil tandah
pestisida perlu mendapat perhatian untuk meng-
buah segar. Pemberian bioamelioran juga me-
amankan dan meningkatkan ekspor teh Indonesia.
ningkatkan efisiensi pemupukan dan hasil tandah
Upaya untuk meminimalkan penggunaan pestisida dan
buah segar pada tanah gambut.
residu yang diakibatkannya dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan, yaitu pengendalian nonkimiawi,
Pengendalian Terpadu Penyakit Jamur Akar perbaikan lingkungan, dan penggunaan pestisida
Putih pada Karet secara bijaksana. Untuk mendukung upaya ini,
dilakukan penelitian untuk menghasilkan teknologi
Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh pengendalian yang ramah lingkungan untuk OPT
patogen Rigidoporus microporus merupakan penyakit utama teh, seperti tungau jingga (Brevipalpus
penting pada karet karena sering mengakibatkan phoenicis), penyakit cacar (Exobasidium vexans),
kematian tanaman dan biaya pengendaliannya mahal. Empoasca flavescens, dan gulma picisan (Polypodium
Oleh karena itu, teknologi pengendalian JAP yang nummularifoliums).
efektif dan murah sangat diperlukan.
Aplikasi fungisida kimia, biofungisida Trichoderma koningii + belerang, dan penanaman tumbuhan
antagonis lidah mertua untuk mengendalikan penyakit jamur akar putih pada karet.
Perkebunan
Penggunaan pupuk buatan takaran tinggi dan dalam Perakitan genotipe unggul karet sangat bergantung
waktu lama dapat menurunkan populasi mikroflora pada ketersediaan plasma nutfah. Koleksi klon-klon
tanah. Oleh karena itu, pemanfaatan pupuk hayati unggul karet merupakan sumber keanekaragaman
sangat diperlukan. genetik yang sangat bermanfaat dalam program
Pupuk hayati yang berkembang umumnya pemuliaan karet. Indonesia memiliki sumber ke-
menggunakan bakteri endofit. Enam isolat bakteri ragaman plasma nutfah karet yang penting, berupa
penambat N endofitik telah diuji daya hidupnya dalam koleksi klon-klon unggul hasil introduksi maupun
formula pupuk hayati dan diuji efikasinya pada perakitan di dalam negeri. Oleh karena itu, Kebun
Perkebunan
48 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pembibitan karet dengan naungan paranet.
koleksi klon-klon unggul karet perlu dibangun sebagai nomor koleksi (UBd 35 sampai UBd 105). Telah
kebun konservasi plasma nutfah, kebun induk benih, dilakukan penanaman bagal mikro G1 tahap I dan II.
dan kebun persilangan buatan untuk merakit klon Varietas tebu yang dikoleksi memperlihatkan
karet unggul. keragaman genetik yang tinggi dan dapat digunakan
dalam perakitan varietas unggul baru.
Kebun koleksi karet telah dibangun di KP
Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat seluas 0,5 ha untuk Guna menunjang kebutuhan informasi dalam
10 klon, yaitu AVROS 2037, GT 1, RRIC 100, BPM 1, pengembangan komoditas perkebunan, khususnya
BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, IRR 5, dan IRR kopi, kakao, karet, teh, tebu, dan kelapa sawit,
104. Pembangunan kebun koleksi dimulai dengan diciptakan sarana yang dapat memberikan informasi
penyiapan bibit stum mata tidur di Balai Penelitian mengenai deskripsi varietas/klon unggul. Ketersediaan
Sungei Putih, Sumatera Utara, pembangunan pem- sarana tersebut diharapkan dapat membantu para
bibitan stum mata tidur dalam polibeg di KP Pakuwon, pemulia dalam memilih gen-gen yang dikehendaki
penyiapan lahan, dan penanaman di lapangan. Kebun untuk mempercepat penemuan klon-klon unggul baru.
koleksi ditata secara blok klonal. Tiap plot terdiri atas Sarana dilengkapi dengan informasi mengenai teknis
satu klon dengan jumlah tanaman 25 pohon sehingga budi daya dan pascapanen agar pengguna dapat
seluruhnya terdapat 10 plot. Penyiapan lahan dilaku- memahami suatu komoditas secara lengkap. Sarana
kan secara mekanis dan penanaman mengacu kepada tersebut dibuat dalam bentuk perangkat lunak dengan
standar manajemen pembangunan kebun karet. pemrograman berbasis HTML (Hypertext Markup
Bahan tanaman berupa bibit satu payung daun dalam Language) yang dipadukan dengan penggunaan
polibeg. Deskripsi tiap klon didasarkan pada ciri-ciri bahasa pemrograman PHP (Hypertext Preprocessor).
tanaman, yang meliputi helaian daun, anak tangkai Data dan informasi yang tersedia pada pangkalan data
daun, tangkai daun, payung daun, mata tunas, kulit meliputi deskripsi morfologi 10 klon karet, lima varietas
batang, dan potensi hasil lateks. kopi arabika, lima varietas/klon kopi robusta, lima
varietas/klon kakao, 16 klon teh, 23 varietas/klon
Untuk plasma nutfah tanaman tebu, eksplorasi
tebu, dan 13 varietas kelapa sawit serta data teknis
di Jawa Tengah memperoleh 34 nomor koleksi (UBd
budi daya dan pascapanen komoditas karet, kopi,
1 sampai UBd 34) dan di Jawa Timur mendapat 70
kakao, teh, tebu, kina, dan kelapa sawit.
Perkebunan
Perkebunan
50 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tabel 2. Simulasi produktivitas, rendemen, dan produksi gula menunjang swasembada tanpa perluasan area tanam.
Simulasi
Penunjang swasembada
I II III IV V VI
Untuk mengatasi senjang potensi hasil dan hasil introduksi dan klon unggul harapan. Melalui demfarm
aktual, perlu perbaikan budi daya yang meliputi: (1) ini akan dihasilkan standar operasional prosedur (SOP)
penerapan program berbantuan bongkar ratun pengembangan tebu berbasis kultur jaringan serta
seperti pada tahun 2004, dan ratun hanya bisa dipakai varietas unggul.
sampai tiga tahun; (2) penggunaan komposisi varietas
Peta jalan pencapaian swasembada gula 2014
masak awal, masak tengah, dan masak akhir; (3)
diusulkan sebagai berikut: (1) pada tahun pertama
pemupukan berimbang antara pupuk organik dan
demfarm di tiga lokasi diharapkan mulai tanam pada
anorganik, seperti pupuk kandang 5 t/ha atau BBA
November 2011 dan dilakukan sosialisasi ke pihak-
(blotong, bagas dan abu) 80 t/ha atau 40 t/ha kalau
pihak terkait seperti Dewan Gula Indonesia, Direktorat
sudah menjadi kompos; (4) aplikasi zat pengatur
Jenderal Perkebunan, pabrik gula, dan PTPN; (2) pada
tumbuh (etepon 400 mg/liter) pada tanaman tebu
tahun kedua, SOP yang dihasilkan pada tahun
umur lima bulan; (5) penerapan PHT terutama dengan
pertama disosialisasikan dan mulai dikembangkan;
menggunakan varietas toleran/tahan; (6) pengelola-
dan (3) pada tahun ketiga (2014) diharapkan semua
an air dengan alur atau sprinkler sesuai dengan
sentra produksi tebu sudah menerapkan SOP dan
kebutuhan tanaman; dan (7) sistem tanam yang
menggunakan varietas unggul berproduksi tinggi.
sesuai untuk bibit kultur jaringan.
Pengembangan tebu berbasis kultur jaringan
Seluruh perlakuan budi daya disusun dalam
dengan dukungan teknologi budi daya memerlukan
suatu demfarm ( show window ) di tiga lokasi
kerja sama semua pihak yang terkait. Diasumsikan
(Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan) yang
di luar perlakuan yang diaplikasikan semua berjalan
akan menjadi lokasi pelaksanaan uji multilokasi calon
optimal, seperti pengukuran rendemen dan efisiensi
varietas POJ 3016 dan PS 86-10029 serta klon
pengolahan di PG.
Perkebunan
Peternakan
52 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Perspektif Pemanfaatan Bungkil Inti tambah, pendapatan petani, dan kesejahteraan
Sawit konsumen-produsen karena cukup besarnya
kontribusi penerimaan dari ekspor BIS. Memper-
timbangkan hal tersebut, pada 5 April 2011,
Salah satu kendala dalam, meningkatkan populasi,
Puslitbangnak menyelenggarakan round table
produktivitas, dan daya saing peternakan adalah
discussion (RTD) untuk menelaah pemanfaatan BIS.
terbatasnya lahan dan sumber pakan. Volume impor
RTD dilaksanakan dengan mengundang beberapa
bahan baku pakan mencapai lebih dari Rp10 triliun/
narasumber dan pakar di bidang perkebunan kelapa
tahun sehingga menguras devisa negara dan tidak
sawit dan pakan ternak dari Kementerian Per-
kondusif bagi pengembangan usaha peternakan.
dagangan, Kementerian Pertanian, pelaku usaha, dan
Bungkil inti sawit (BIS) berpotensi sebagai bahan
pengamat persawitan maupun peternakan.
pakan, namun sebagian besar diekspor. Pabrik pakan
di dalam negeri masih enggan menggunakan BIS Berdasakan penelaahan terhadap kekuatan,
karena berbagai alasan dan kendala dalam aspek kelemahan, peluang, dan tantangan maka langkah-
teknis maupun ekonomis. Produksi BIS diperkirakan langkah pemanfaatan BIS meliputi:
2,7 juta ton/tahun, 0,3 juta ton di antaranya digunakan
a. Memantau perkembangan harga domestik dan
sebagai bahan baku pakan unggas dan 0,4 juta ton
internasional produk kelapa sawit dan turun-
untuk pakan pada usaha penggemukan sapi. Dengan
annya.
demikian, masih tersisa sekitar 2 juta ton yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2010, b. Melakukan exercise penerapan tarif secara
ekspor BIS mencapai 2,5 juta ton dengan nilai USD progresif maupun satuan unit terhadap seluruh
216,9 juta. Volume ekspor BIS pada kurun waktu turunan produk kelapa sawit yang bermanfaat
2006-2010 meningkat 13,9%. sebagai pakan ternak.
Rencana pemerintah untuk menetapkan bea c. Mengkaji daya saing dan efisiensi produk turunan
keluar (BK) untuk ekspor BIS mendapat perhatian para kelapa sawit.
stakeholders. Kebijakan penetapan BK akan d. Memutakhirkan analisis keputusan berkaitan
berdampak terhadap area, produksi, konsumsi, dengan adanya teknologi penggunaan turunan
ekspor, impor, harga domestik, lapangan kerja, nilai produk kelapa sawit sebagai sumber pakan
ternak.
e. Mengkaji peraturan/kebijakan yang mampu
memberikan nilai tambah bagi setiap subsektor
lingkup pertanian maupun daya saing secara
nasional.
f. Melakukan road show ke sentra-sentra kelapa
sawit untuk menjaring opini dan membangun
sinergi penciptaan nilai tambah dengan semangat
nasionalisme.
g. Mendorong kegiatan penelitian konsorsium pe-
manfaatan turunan produk kelapa sawit sebagai
pakan ternak dan pembangunan pabrik pakan
konsentrat, terutama bagi ternak ruminansia. Dari
52 pabrik pakan di Indonesia, 80% adalah pabrik
pakan unggas yang sudah mapan, padahal peng-
Bungkil inti sawit potensial untuk pakan ternak. gunaan BIS dalam ransum unggas baru 2-3%.
Peternakan
Peternakan
54 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pada 30 Mei 2011, salah satu media elektronis portasi dan penghapusan sementara retribusi dan
Australia menayangkan praktik pemotongan sapi di pungutan (selama penghentian enam bulan) dari
beberapa RPH di Indonesia yang diduga tidak sejalan pemerintah daerah yang wilayahnya dilalui
dengan kaidah kesejahteraan hewan ( animal sarana transportasi sapi potong hidup.
welfare). Selanjutnya, pada 8 Juni 2011 Pemerintah
c. Kebijakan pemasukan daging sapi beku ke
Australia berencana menghentikan ekspor sapi hidup
Indonesia tidak perlu direvisi dan harus tetap
ke Indonesia dalam jangka waktu enam bulan.
sejalan dengan sasaran tahunan volume impor
Puslitbangnak telah mengkaji permasalahan daging beku, sesuai dengan Cetak Biru PSDS
tersebut dan menghasilkan tiga skenario kebijakan 2014 (72 ribu ton pada 2011).
sebagai respons dari keputusan Pemerintah Australia.
d. Untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan
Rekomendasi kebijakan untuk masing-masing
daging sapi pada hari besar keagamaan, kebijak-
skenario adalah sebagai berikut:
an pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional
Skenario 1: Penghentian ekspor sementara (enam tetap menggunakan data skenario tahunan
bulan) tanpa kompensasi peningkatan volume ekspor sebagaimana tercantum dalam Cetak Biru PSDS
daging sapi beku. 2014.
a. Perlu diperhitungkan jumlah sapi yang telah Skenario 2: Penghentian sementara (enam bulan)
diekspor dan yang mendapat persetujuan dari dengan antisipasi pernyataan Menteri Perdagangan
AQIS (health certificate) sehingga dapat diketahui dan Menteri Koordinator Perekonomian tentang tindak
jumlah sapi yang tidak akan diekspor ke lanjut penanganan impor daging sapi ke Indonesia.
Indonesia. Dengan demikian, kapasitas produksi
a. Kewenangan Kementerian Pertanian dalam
sapi potong dan komoditas penghasil daging
pengaturan pemasukan hewan dan produk
lainnya di dalam negeri perlu ditingkatkan untuk
hewan tetap didasarkan kepada UU No. 18/2009
mengkompensasi kekurangan tersebut.
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dan
b. Perlu peningkatan mobilitas pasokan sapi potong UU No. 16/1992 tentang Karantina Hewan, Ikan,
dari sentra produksi ke wilayah konsumen. Hal dan Tumbuhan.
ini memerlukan kebijakan kemudahan trans-
b. Seluruh kebijakan yang berkaitan dengan peng-
awasan pemasukan karkas, daging, dan jeroan
harus tetap dilaksanakan sesuai dengan
Permentan No. 20/2009 tentang Pemasukan dan
Pengawasan Peredaran Karkas Daging dan/atau
Jeroan dari Luar Negeri.
Skenario 3: Penghentian sementara ekspor sapi
hidup ke Indonesia diduga dapat merugikan industri
sapi potong terutama di wilayah Northern Territory.
a. Kebijakan stabilisasi harga pangan, termasuk
pangan asal hewan, harus menciptakan iklim
usaha yang kondusif bagi para pelaku industri
peternakan penghasil daging nonsapi. Hal ini
dimaksudkan agar pelaku usaha tidak membuat
perencanaan produksi yang berlebihan sebagai
respons terhadap peningkatan permintaan daging
Impor sapi hidup sebagai salah satu sumber
sapi sebelum diperoleh keputusan yang tetap.
pasokan daging dalam negeri.
Peternakan
Peternakan
56 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Seiring dengan pesatnya perkembangan KDT, Vaksin inaktif komersial AI A/Ck/West Java/Pwt-
pada 23 Mei 2011 Kepala Badan Litbang Pertanian Wij/2006 serupa dengan virus antigenic drift dari
mengunjungi lokasi KDT dan menetapkannya sebagai virus-virus AI subtipe H5N1 tahun 2010, namun tidak
laboratorium lapangan Badan Litbang Pertanian. mampu memberikan proteksi yang baik terhadap virus
Keistimewaan laboratorium lapangan Juhut sebagai ekstensif antigenic drift seperti A/ck/Wj/Smi-M6/
media diseminasi multi-spektrum adalah: (1) terdapat 2008. Agar mampu memberikan proteksi tinggi
integrasi kelembagaan, komoditas, program, dan terhadap virus yang mempunyai antigenic drift dan
profesi; (2) dapat menjadi tempat pelatihan budi ekstensif antigenic drift, diperlukan vaksin inaktif
daya berbagai komoditas pertanian; (3) sebagai bivalen AI.
laboratorium komoditas unggulan Badan Litbang
Untuk mengetahui efikasi vaksin inaktif bivalen
Pertanian seperti ternak, tanaman pangan, horti-
AI isolat lokal A/ck/Wj/Smi-M6/2008 (H5N1) yang
kultura, dan perkebunan; dan (4) dapat menjadi
telah mengalami mutasi ekstensif antigenic drift dan
acuan untuk mereplikasi kegiatan KDT ke daerah lain
isolat lokal A/ck/Wj/PWT-D10-39/2010 (H5N1) yang
sesuai potensi masing-masing daerah.
merupakan virus terbaru dan juga telah mengalami
mutasi antigenic drift, dilakukan uji efikasi di lapangan
di Sukabumi dan Cianjur, Jawa Barat. Hasilnya
Vaksin Bivalen Avian Influenza
memperlihatkan respons yang baik setelah vaksinasi
Isolat Lokal Terbaru pada ayam ras petelur umur empat minggu, ayam
buras petelur (ayam arab) dewasa, ayam pelung
Avian influenza (AI) merupakan salah satu penyakit dewasa, dan ayam ras potong pejantan (Tabel 1).
yang mematikan pada unggas (ayam). Virus AI di Pada ayam buras umur empat minggu dan ayam ras
Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) potong umur 10 hari, responsnya setelah vaksinasi
virus AI yang mirip dengan progeny virus tahun 2003; rendah. Respons titer antibodi yang baik dapat dicapai
(2) virus antigenic drift tahun 2006 dan beberapa virus pada ayam buras muda setelah vaksinasi ulang pada
turunannya; dan (3) virus ekstensif antigenic drift umur delapan minggu.
tahun 2007-2008. Master seed vaksin A/ck/Wj/Smi-
Vaksin bivalen AI isolat lokal memberi perlindung-
M6/2008 (H5N1) yang merupakan kelompok virus
an 100% pada ayam ras petelur terhadap berbagai
ekstensif antigenic drift telah digunakan sebagai seed
virus AI tantang, yaitu A/ck/WJ/Smi-Part/2006, A/ck/
vaksin. Vaksin tersebut mampu memberikan proteksi
WJ/Subang-JAPFA/2007, dan A/ck/WJ/Smi-Rahm2/
90-100% dan menurunkan virus shedding berbagai
2011. Pada ayam ras potong pejantan, vaksin
karakter genetik virus AI.
memberi perlindungan 100% terhadap virus tantang
Tabel 1. Respons berbagai jenis ayam setelah empat minggu vaksinasi dengan vaksin bivalen AI isolat lokal.
Peternakan
Peternakan
58 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
yang dapat dikembangkan sebagai bibit induk itik
serati adalah itik mojosari putih. Itik mojosari putih
mampu menghasilkan telur rata-rata 224 butir/tahun,
dengan rata-rata botot telur 65 g. Hasil persilangan
antara itik peking dan itik mojosari putih (itik PM)
dapat dikembangkan sebagai galur bibit induk dengan
tingkat produksi yang cukup baik, yaitu produksi telur
setahun 51,85% + 13,18% dengan fertilitas 74,77%
dan daya tetas 51,26%. Hasil silang itik betina PM
dengan pejantan entok (EPM) memiliki pertambahan
bobot badan yang cukup tinggi sehingga berpotensi
dikembangkan sebagai itik potong. Keunggulan itik
serati EPM adalah anak banyak dengan warna bulu
dominan putih. Warna bulu putih sangat penting untuk
itik pedaging karena dapat memberikan warna kulit
karkas yang bersih.
Guna memantapkan bibit induk itik serati
Hasil uji dengan FELISA pada serum sapi; 1 = dilakukan seleksi untuk meningkatkan produktivitas
seropositif toksoplasmosis, 2 = seropositif dan menghasilkan itik berbulu putih polos. Setelah
IBR, 3 = seropositif trypanosomiasis, 4 = melalui beberapa generasi seleksi diharapkan dapat
seropositif fasciolosis. dihasilkan parent stock (PS) yang dapat digunakan
untuk produksi bibit niaga itik serati unggul. Silang
tiga bangsa untuk menghasilkan itik serati terbukti
cukup efektif.
Hasil uji validasi FELISA toksoplasmosis dengan Hasil perkawinan inter se itik PM, yang disebut
menggunakan sampel serum kambing terseleksi PMp, mempunyai bobot tetas yang cukup tinggi yaitu
memperoleh akurasi 100%. Hasil uji komparasi 48,3 g dan bobot badan umur 18 minggu di atas 2
FELISA toksoplasmosis dengan ELISA memperoleh kg. Produksi telur enam bulan itik PMp sebagai
kesamaan uji 95,9-100,0%. Kekuatan kesesuaian populasi dasar seleksi adalah 68,0% + 21,9% pada
(strength of agreement) antara FELISA dengan ELISA generasi P0 dan dari kelompok terseleksi (G0) 84,6%
sangat baik (very good agreement), sedangkan LAT + 8,6%, sehingga memberikan diferensial seleksi
dengan FELISA maupun ELISA hanya moderat. Biaya 24,5%.
deteksi penyakit dengan FELISA juga lebih murah
(Rp27.500-Rp27.900) dibanding dengan ELISA Seleksi yang diterapkan pada itik PMp sebagai
(Rp22.500-Rp88.000) untuk mendeteksi satu sampai calon bibit induk itik pedaging adalah seleksi dalam
delapan penyakit tiap kali uji. galur. Dengan potensi produksi itik PM dan PMp serta
penyebaran warna bulu putih, seleksi diharapkan
dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan
Pembentukan Bibit Induk Itik keseragamannya sebagai bibit induk. Proses seleksi
Pedaging untuk Bibit Niaga secara terarah selama beberapa generasi diharapkan
dapat meningkatkan konsistensi dan produktivitas
Itik serati merupakan hasil persilangan antara entok bibit induk.
dengan berbagai jenis itik, namun belum ada upaya Ditinjau dari respons seleksi pada generasi F1,
untuk mengembangkan galur tertentu untuk meng- umur pertama bertelur menurun 5,4% dari 184,5 hari
hasilkan itik serati yang mantap. Salah satu jenis itik menjadi 174,6 hari dan produksi telur enam bulan
Peternakan
Perkawinan inter se
Itik peking (kiri), itik mojosari putih (tengah), dan itik silangan peking dan mojosari putih (kanan).
meningkat dari 68,0% menjadi 78,2%. Namun bobot Produksi telur itik PMp bulan ke-1 sampai ke-6
badan pertama bertelur menurun dari 2,14 kg menjadi lebih baik dari induknya (itik PM) maupun dari itik
2,08 kg dan bobot telur pertama menurun dari 61,2 PMp generasi P0. Itik PM memiliki rata-rata produksi
g menjadi 56,7 g. Namun, pada generasi selanjutnya telur satu tahun 51,8% dengan kisaran 27,7-66,2%.
(F2), umur pertama bertelur meningkat 180,2 hari Rata-rata tertinggi produksi telur itik PMp adalah
akibat faktor lingkungan. 82,6% dan cukup stabil sampai bulan ke-6 sehingga
Peternakan
60 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
itik PMp sangat potensial dikembangkan sebagai bibit pejantan unggul dan pengembangan wilayah pem-
induk itik pedaging. Oleh karena itu, program seleksi bibitan serta terbangunnya wilayah breeding stock
terhadap itik PMp bukan hanya untuk memperbaiki sebagai penyedia sapi potong berkualitas.
produktivitas, tetapi juga untuk meningkatkan
Bentuk kerja sama antara Lolit Sapi dan PT
konsistensi produksinya.
Berau Coal meliputi sistem pengembangan ternak sapi
Rata-rata bobot bagian tubuh itik serati ber- di Kampung Birang dalam bentuk Integrated Village
variasi dengan perlakuan ransum yang berbeda. Breeding Center, dengan kegiatan utama pemuliaan
Umur potong (10 dan 12 minggu) dan tingkat nutrisi untuk menghasilkan bibit sapi, pemeliharaan induk
ransum berpengaruh sangat nyata terhadap bobot secara semiintensif, dan perkawinan dengan sistem
hidup, bobot karkas, dan bobot dada, tetapi tidak close nucleus breeding system (CNBS) atau pejantan
berpengaruh nyata terhadap bobot paha atas dan khusus. Juga dilakukan pengolahan limbah ternak
paha bawah. Bobot potong dan bobot karkas pada menjadi pupuk organik cair, pupuk organik padat
umur 10 minggu masing-masing adalah 1,80 kg dan bentuk granul sehingga mudah diaplikasikan, dan
1,04 kg, dan meningkat menjadi 2,17 kg dan 1,31 kg sumber energi (biogas-listrik) serta penerapan
pada umur 12 minggu. Namun, bobot potong pada formulasi pakan sederhana dengan memanfaatkan
umur 12 minggu masih lebih rendah dibandingkan sumberdaya pakan lokal. Sampai 2011, telah ter-
dengan target bobot potong yang ingin dicapai, yaitu laksana pemetaan potensi dan sosialisasi, pembuatan
3 kg pada umur 12 minggu. Hal ini berarti seleksi sketsa landscape dan desain bangunan, pemantapan
perlu dilanjutkan untuk menghasilkan itik serati yang lahan, pembangunan pusat hijauan makanan ternak
pertumbuhannya cepat. dan padang penggembalaan, serta kandang dan
bangunan penunjang. Kegiatan lainnya akan di-
laksanakan pada 2012, yang meliputi pengadaan
Birang Integrated Village Breeding induk dan pejantan, pembentukan dan penguatan
Centre Badan Usaha Milik Kampung (BUMK), dan pemeli-
haraan ternak.
Loka Penelitian Sapi Potong (Lolit Sapi) mengadakan
kerja sama konsorsium sapi potong dengan PT Berau
Coal di Kalimantan Timur untuk memperbaiki mutu Peningkatan Produksi dan Nilai
genetik sapi bali melalui penyediaan bibit pejantan Nutrisi Hijauan Pakan
unggul dan mengembangkan wilayah pembibitan sapi
potong. Kegiatan penelitian diharapkan juga dapat Hijauan rumput yang ditanam bercampur dengan
menjadi pusat pembelajaran budi daya ternak sapi leguminosa dapat meningkatkan pengikatan nitrogen
secara terpadu dan pembentukan wilayah breeding dari udara oleh tanaman leguminosa. Produksi rumput
stock penghasil sapi potong (sapi bali). Panicum maximum , Setaria spachelata , dan
Paspalum macrophylum pada pertanaman campuran
Populasi sapi bali di PT Berau Coal mencapai
dengan Arachis glabrata cv. florigraze lebih tinggi
8.150 ekor yang dipelihara oleh 2.152 KK, sedangkan
dibandingkan yang ditanam secara monokultur.
populasi kerbau 139 ekor yang dipelihara 65 KK. Budi
daya sapi bali masih bersifat konvensional sehingga Loka Penelitian Kambing Potong telah me-
mutu genetik sapi makin menurun. Melalui konsor- laksanakan penelitian peningkatan produksi dan
sium ini diharapkan dapat terbentuk kelompok kualitas padang penggembalaan melalui pertanaman
peternak penghasil bibit dan penggemukan sapi bali campuran rumput dan leguminosa. Spesies rumput
untuk mendukung program pemuliabiakan dan yang ditanam yaitu rumput bede ( Brachiaria
produksi daging. Produktivitas sapi potong lokal decumbens) dan notatum (Paspalum notatum),
diharapkan juga meningkat melalui penyediaan sedangkan spesies leguminosa adalah Arachis pintoi
Peternakan
Peternakan
62 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tabel 2. Rata-rata pertambahan bobot hidup kambing Boerka yang mendapat berbagai formula pakan.
Perlakuan pakan
Uraian
R0 R1 R2 R3
R0 = konsentrat 60% + rumput 40%; R1 = konsentrat 60% + rumput 30% + bagase dan pucuk tebu
10%; R3 = konsentrat 60% + rumput 20% + bagase dan pucuk tebu 20%; R3 = konsentrat 60% +
rumput 10% + bagase dan pucuk tebu 30%.
adalah proses fermentasi oleh mikroba untuk me- tersebut dapat digunakan dalam biofermentasi bagase
ningkatkan kandungan nutrisi bahan pakan (protein dan pucuk tebu. Inokolum jamur tiram putih dapat
dan energi), menurunkan kandungan serat terutama diperbanyak dengan menggunakan media serbuk
lignin, meningkatkan palatabilitas, dan memper- gergaji. Bagase dan pucuk tebu dicacah dengan mesin
panjang daya simpan. pencacah kemudian ditambahkan inokulum jamur
tiram putih 25 g/kg dan difermentasi dalam ruang
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) termasuk
inkubasi dengan suhu 22°C dan kelembapan 80%
jamur pembusuk yang dapat mendegradasi lignin dan
selama 40 hari, dengan ketebalan tumpukan 20 cm.
meningkatkan kecernaan pakan sehingga jamur
Uji biologis bagase dan pucuk tebu yang telah
dibiokonversi dilakukan pada 20 ekor kambing jantan
Boerka fase pertumbuhan (umur 9-10 bulan) dengan
bobot badan 12-14 kg. Ternak secara acak
dikelompokkan ke dalam empat perlakuan pakan.
Masing-masing kelompok ternak mendapat pakan
konsentrat 60%, sedangkan 40% rumput lapangan
diganti dengan bagase dan pucuk tebu yang
dibiofermentasi dengan proporsi 0-30%. Hasil
penelitian menunjukkan, teknologi biofermentasi
menggunakan jamur tiram putih dapat meningkatkan
kandungan protein dan energi sekaligus menurunkan
kandungan serat bagase dan pucuk tebu. Berdasarkan
konsumsi bahan kering, pertambahan bobot hidup
dan efisiensi penggunaan pakan (Tabel 2), bagase
dan pucuk tebu yang dibiofermentasi dapat digunakan
sampai 30% sebagai pengganti rumput dalam pakan
kambing, sehingga dapat menjadi pakan alternatif
pada musim paceklik rumput.
Limbah tebu yang dibiofermentasi dengan
jamur tiram putih.
Peternakan
Tabel 1. Transformasi kedelai secara in planta dengan gen AtCO dan GmNFR1a
menggunakan vektor Agrobacterium tumefaciens.
1.400 bp
V
Rekayasa Genetik Azospirillum Unggul untuk pada larutan EMS. Hasilnya menunjukkan adanya
Menurunkan Penggunaan Pupuk N dan P pada variasi peningkatan kemampuan pelarutan fosfat,
Padi Sawah
aktivitas nitrogenase, dan produksi IAA setelah
dimutasi. Isolat mutan AzM1.7.2.12 dan AzM 3.7.1.14
Pertanian modern di Indonesia sangat bergantung dipilih untuk uji stabilitas dengan disubkultur selama
pada penggunaan pupuk kimia N, P, dan K. Peng- 10 hari dibandingkan dengan isolat alam Aj Bandung
gunaan Azospirillum sp. yang berfungsi ganda sebagai 6.4.1.2. Berdasarkan pengukuran indeks P, kemam-
penambat nitrogen dan pelarut fosfat akan sangat puan melarutkan fosfat, aktivitas nitrogenase, dan
membantu menurunkan penggunaan pupuk N dan P. produksi IAA, kedua mutan tersebut bersifat stabil
Oleh karena itu, penelitian peningkatan mutu genetik sampai hari ke-10 untuk ketiga sifat yang diuji.
Azospirillum yang memiliki sifat unggul dalam
penambatan nitrogen dan pelarutan fosfat sangat Pada tahun 2011 dilakukan optimasi metode
diperlukan. transformasi isolat terpilih dengan elektroporasi,
pembentukan populasi mutan secara gene knockout
Penelitian pada tahun 2009 berhasil mengisolasi dengan menggunakan transposon EZ-Tn5<kan-
dan menyeleksi 22 isolat Azospirillum yang berfungsi 2>Tnp, dan pengujian pengaruh Azospirillum mutan
ganda sebagai penambat nitrogen dan pelarut fosfat hasil tahun 2010 terhadap pertumbuhan vegetatif
berdasarkan aktivitas nitrogenase, produksi IAA tanaman padi. Hasil optimasi elektroporasi untuk
(indole acetic acid), dan kemampuan melarutkan Azospirillum Aj Bandung 6.4.1.2 menunjukkan bahwa
fosfat. Tiga isolat terpilih, yaitu Aj 18.3.1, Aj 5.2.5.1, pencucian dengan bufer gliserol 10% lebih baik
dan Aj Bandung 6.4.1.2 dengan kemampuan dibanding pencucian dengan air miliQ steril dilihat
melarutkan fosfat, aktivitas nitrogenase, dan produksi dari viabilitas sel. Penggunaan kejutan listrik 3 volt/
IAA tertinggi dipantau kemampuannya dalam melarut- cm pada proses elektroporasi lebih baik dibanding
kan fosfat secara kuantitatif, dan sedang diidentifikasi voltase lain, yaitu 1,5; 3,0; 8,0; dan 15,0 volt/cm.
secara molekuler dengan 16s rDNA. Pada tahun 2010 Pembentukan populasi mutan dengan EZ-Tn5<kan-
diperoleh 138 isolat mutan berdasarkan zona bening- 2>Tnp memperoleh 22 mutan dengan kemampuan
nya dan dilakukan penentuan killing curve dari isolat pelarutan fosfat yang bervariasi, yaitu tinggi (IP 2-
terpilih terhadap konsentrasi EMS dan lama inkubasi 7), sama dengan tetua (IP = 2) atau lebih rendah
dari tetua (IP<2), serta mutan yang kehilangan Inokulasi Azospirillum pada waktu tanaman
kemampuan melarutkan fosfat (gene knockout). sudah dipindahkan ke pot umur satu minggu
Populasi ini selanjutnya digunakan untuk identifikasi menunjukkan perbedaan yang nyata pada rata-rata
gen pelarutan fosfat. tinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur tiga
minggu. Perbedaan yang sangat nyata terdapat pada
Inokulasi Azospirillum lokal Aj Bandung 6.4.1.2
tinggi tanaman umur sembilan minggu dan jumlah
dan isolat mutan AJM 3.7.1.14 pada tahap pembibitan
anakan pada umur 6 dan 9 minggu. Pada fase
terhadap pertumbuhan dan hasil padi varietas
generatif, pemberian Azospirillum memberikan
Ciherang menunjukkan tidak ada pengaruh nyata
pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman,
antara pemberian inokulan mutan AjM 3.7.1.14
jumlah malai per rumpun, bobot kering gabah per
dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian)
rumpun, bobot basah jerami, dan bobot kering akar.
maupun pemberian Azospirillum tetua Aj Bandung
Hasil pengamatan visual terhadap perakaran bibit padi
6.4.1.2 terhadap perkecambahan benih umur satu
Ciherang umur satu minggu yang diinokulasi
minggu maupun dua minggu. Perbedaan nyata terlihat
Azospirillum Aj Bandung 6.4.1.2 maupun mutan AjM
pada fase generatif, yaitu pada jumlah malai per
3.7.1.14 menunjukkan bibit mempunyai akar yang
rumpun, bobot gabah per rumpun, dan bobot gabah
lebih banyak dan lebih panjang.
kering per rumpun.
Induksi Mutan Tanaman besar (bobot 1.000 butir 29 g). Varietas Fatmawati
agak tahan terhadap wereng batang coklat (WBC)
Karakterisasi Agronomi dan Uji Daya Hasil biotipe 2 dan 3, tahan hawar daun bakteri (HDB) strain
Galur Mutan Dihaploid Padi Turunan III dan agak tahan terhadap strain IV.
Fatmawati
Untuk mendapatkan varietas baru Fatmawati
yang tahan penyakit blas dan berumur genjah
Fatmawati merupakan varietas unggul padi tipe baru
dilakukan perbaikan genetik melalui induksi mutasi
(VUTB) perdana yang dilepas pada akhir 2003.
menggunakan sinar gama dosis 1.000-5.000 rad dan
Varietas ini memiliki tingkat pengisian biji yang
diperoleh galur-galur mutan (galur M) yang tahan
rendah sehingga persentase gabah hampa sangat
blas daun. Selanjutnya teknik kultur antera diaplikasi-
tinggi (25%). Namun, hasil Fatmawati tergolong tinggi
kan untuk mempercepat perolehan galur homozigot
(6-9 t/ha, rata-rata 7,5 t/ha) karena jumlah bulir tiap
dari mutan-mutan tersebut. Sebanyak 119 galur
malainya banyak (200-300 butir) dan indeks bijinya
haploid ganda yang bersifat homozigot (galur MDH)
Karakter Aksesi
Tinggi tanaman < 85 cm Keris (Reg. 730), K.905 (Reg. 750), KSB II (Reg. 884), ICSV-LM-90502
(Reg. 758), ICSR 89028 (Reg. 881)
Umur berbunga < 40 HST 867.226 (Reg. 626), Keris (Reg. 730)
Umur panen genjah, Keris (Reg. 730), Keris M-3 (Reg. 731), 867.086 (Reg. 501), Badik (Reg. 732),
< 80 HST Hegari Genjah (Reg. 154), TU B7 (Reg. 875), RGV (Reg. 909), Demak 2 Gajah
(Reg. 886), Gadam Human (Reg. 737)
Bobot 100 butir > 3,5 g No. 14 Kaltim (Reg. 914), Entry 15 SDAC (Reg. 745), IS 23509 (Reg. 874),
ICSV 89102 (Reg. 775)
Pelestarian/rejuvenasi plasma nutfah kedelai di lapangan (kiri), konservasi plasma nutfah ubi kayu, ubi
jalar, dan talas secara in vitro (tengah), dan penyimpanan jangka pendek benih plasma nutfah
tanaman pangan (kanan).
Pascapanen
74 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pembuatan Beras Jagung adalah khamir yang sering berasosiasi dengan jagung.
Termodifikasi Bakteri yang tumbuh selama perendaman jagung
didominasi oleh BAL, yang terdiri atas Bacillus cereus,
Pseudomonas flourescens, Staphylococcus sapro-
Jagung merupakan sumber kalori dan dapat menjadi
phyticus, Leifsonia aquatica, dan Staphylococcus
pengganti atau suplemen pangan pokok beras. Beras
haemolyticus. Kelima BAL tersebut tidak bersifat
jagung menjadi bahan makanan pokok bagi sebagian
amilolitik. Starter terbaik adalah campuran dari semua
masyarakat perdesaan, khususnya di Jawa Tengah,
isolat tanpa Aspergillus niger.
Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan seluruh
provinsi di Sulawesi. Akhir-akhir ini, penderita penyakit Penggunaan starter terbaik menghasilkan beras
diabetes dianjurkan untuk mengonsumsi beras jagung jagung dengan kadar air 3,38-6,05% atau sangat
karena ada indikasi dapat menstabilkan glukosa dalam kering, sehingga dapat mencegah pertumbuhan
darah. mikroba dan aflatoksin dan memperpanjang umur
simpan beras jagung menjadi lebih dari satu tahun.
Di pasar tradisional, jagung dijual dalam bentuk
Kadar abu berkisar antara 0,29-0,45%, lemak 0,009-
pipilan dan grit (jagung pipilan yang sudah dipecah).
0,011%, protein 5,18-9,60%, dan karbohidrat 84,73-
Hasil observasi di Gorontalo menunjukkan, konsumsi
89,92%. Waktu tanak berkisar antara 15-20 menit.
beras jagung oleh masyarakat baru mencapai 30%.
Proses beras jagung termodifikasi dengan mikroba
Hal ini antara lain karena mengonsumsi beras jagung
dan perebusan awal mempercepat waktu tanak dari
dapat menimbulkan rasa sebah di perut.
2-3 jam menjadi hanya kurang dari 20 menit.
Di Jawa Tengah, masyarakat membuat beras
jagung dengan cara merendam jagung grit dalam
air atau disebut fermentasi spontan. Perendaman
akan menyebabkan mikroba tumbuh secara spontan
dan tidak terkendali sehingga sering kali beras jagung
Jagung pipilan
berasa asam. Untuk menghasilkan beras jagung
terstandar dengan mutu yang konsisten, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Pemecahan dan penyosohan
diabetes.
Jagung yang dapat diolah menjadi beras jagung Pendinginan
Pascapanen
Daya cerna pati beras jagung termodifikasi Proses fermentasi dapat menurunkan kandungan
berkisar antara 64,32-81,36%, sedangkan daya cerna aflatoksin dari 9,21-10,79 ppb menjadi kurang dari
pati beras jagung tanpa modifikasi (fermentasi 0,5 ppb. Setelah penyimpanan 3 bulan, kandungan
spontan) 59,73-66,68%. Kandungan serat tak larut aflatoksin beras jagung masih di bawah 0,5 ppb,
5,02-6,60% dan kadar serat pangan larut menjadi tetapi pada jagung tanpa proses fermentasi, aflatoksin
1,19-1,42%, terendah pada beras jagung Sili dan meningkat menjadi 12,59-26,36 ppb. Dengan
tertinggi pada Bisi 2 dan lokal Tretep. Jagung yang demikian, proses modifikasi dengan mikroba pada
mengandung kadar serat terlarut rendah mempunyai pembuatan beras jagung dapat menekan kandungan
nilai daya cerna pati yang lebih tinggi. Dengan aflatoksin dan memperpanjang waktu simpan.
demikian, jika bahan pangan mempunyai kadar serat
Keunggulan beras jagung termodifikasi adalah:
terlarut rendah maka daya cerna patinya akan tinggi.
• Daya simpan lama, tidak mudah terkontaminasi
Indeks glikemik beras jagung sangat rendah,
aflatoksin.
berkisar antara 28,66-41,74, tertinggi pada Srikandi
Putih. Namun, nilai tertinggi tersebut masih lebih • Nilai cerna lebih tinggi sehingga tidak menimbul-
rendah dibandingkan dengan indeks glikemik pangan kan rasa sebah di perut.
sumber karbohidrat lain. Dengan demikian, beras • Indeks glikemik rendah sehingga baik bagi
jagung sangat baik bagi penderita diabetes. penderita diabetes.
Pascapanen
76 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
• Cita rasa tidak asam, sebagaimana yang sering Pengiriman mangga ke negara tujuan ekspor
terjadi pada pengolahan beras jagung secara melalui transportasi laut lebih ekonomis, tetapi
konvensional. memerlukan waktu lama (28-30 hari) sehingga
mangga banyak yang rusak atau busuk. Biaya
• Waktu tanak lebih cepat, hanya 15 menit (dengan
pengiriman dengan pesawat 10 kali lebih tinggi
penanak nasi) atau sama seperti beras, sehingga
dibanding biaya pengiriman melalui jalan darat atau
bila memasaknya dicampur beras akan masak
kapal laut. Hal ini menyebabkan harga jual mangga
secara bersamaan.
Indonesia sulit bersaing dengan mangga dari negara
Bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan lain.
Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada
Selain itu, adanya kebijakan ekspor-impor
tahun 2012 akan diadakan alat penyosoh jagung 10
nontarif terkait dengan sanitary and phytosanitary
unit dan sosialisasi di Kabupaten Timor Tengah
(SPS) menjadi kendala dalam ekspor mangga karena
Selatan, Timor Tengah Utara, di Belu. Teknologi
mangga Indonesia belum terbebas dari permasalahan
produksi beras jagung termodifikasi sangat prospektif
lalat buah. Perlakuan buah dengan air panas telah
dikembangkan karena sebagian besar masyarakat di
banyak digunakan untuk pengendalian hama dan
kabupaten tersebut mengonsumsi jagung sebagai
penyakit pascapanen setelah adanya pelarangan
makanan pokok. BB Pascapanen juga melakukan
negosiasi kerja sama pengolahan tepung dan beras
jagung dengan PT Bombana Bumi Lestari di Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara.
Teknologi proses jagung sosoh pratanak membe-
rikan beberapa alternatif bagi pelaku bisnis, yaitu
industri jagung sosoh pratanak (rendemen 57,6%),
industri starter mikroba (ragi) untuk fermentasi beras
jagung, dan industri pakan ternak dengan bahan baku
limbah sosoh jagung (rendemen 34%). Harga bahan
pokok jagung berkisar antara Rp3.500-Rp7.000/kg
dan harga beras jagung di tingkat konsumen
Rp10.000/kg. Teknologi pembuatan starter dengan
bahan baku tepung jagung menghasilkan rendemen
92,34%. Produksi 1 kg starter memerlukan modal
Rp12.500 yang akan kembali menjadi Rp100.000.
Pascapanen
penggunaan bahan kimia seperti dalam fumigasi. disimpan dua minggu pada suhu 9°C, buah mangga
Teknik ini dianggap aman dan efektif untuk gedong tetap segar, matang sempurna, dan tidak
mengendalikan lalat buah dan penyakit seperti terserang busuk pangkal maupun antraknosa. Buah
antraknosa dan busuk pangkal buah, tanpa me- mangga juga aman dikonsumsi sehingga berpeluang
nyebabkan kerusakan pada buah. Berkaitan dengan meningkatkan volume ekspor. Penelitian juga dilaku-
hal tersebut telah dilakukan pengkajian perlakuan air kan dengan menggunakan fasilitas pada laboratorium
panas dan iradiasi pada berbagai buah mangga di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Indonesia untuk mencapai tingkat mortalitas lalat buah Tumbuhan untuk pengamatan lalat buah, sedangkan
yang diinginkan tanpa menyebabkan kerusakan buah. untuk perlakuan iradiasi menggunakan fasilitas
komersial pada PT Rel-Ion (Cibitung, Bekasi).
Perendaman buah mangga dalam air panas
(suhu 53°C selama 3-5 menit) dapat menunda
munculnya gejala antraknosa dan busuk pangkal buah
Teknologi Produksi Susu Fermentasi
masing-masing 9,4 dan 9,2 hari lebih lama dibanding
tanpa perendaman. Perendaman buah mangga Kering Probiotik dan Keju Rendah
varietas Irwin pada air panas (suhu 46,5°C) selama Lemak
30 menit efektif menekan serangan penyakit
antraknosa dan busuk pangkal, dengan masa Harga susu sapi segar ditentukan berdasarkan kadar
kesegaran hingga 21 hari pada suhu 13°C. Buah lemak, padatan tanpa lemak, dan total plate count
mangga gedong dan arumanis yang direndam dalam (TPC). Susu sapi dengan nilai TPC lebih dari 1 juta
air panas (suhu 53°C selama 5 menit), kemudian cfu/ml termasuk berkualitas rendah sehingga
dikemas dalam kotak karton dan disimpan pada suhu harganya pun rendah. Untuk meningkatkan nilai
kamar (27-29°C), tetap segar setelah disimpan satu jualnya, susu sapi berkualitas rendah dapat diolah
minggu, sedangkan buah mangga gedong tanpa menjadi produk fungsional, seperti produk sumber
perlakuan mulai terserang busuk pangkal dan probiotik, protein, vitamin, dan mineral atau produk
antraknosa. rendah lemak. Dengan harga bahan baku yang
rendah, harga jual produk olahannya akan dapat
Hasil uji coba statis ekspor buah mangga Gedong
bersaing dengan produk yang ada di pasaran. Pada
dalam kontainer 20 feets menunjukkan, setelah
prinsipnya, susu sapi berkualitas rendah tidak me-
Pascapanen
78 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
ngandung patogen karena patogen dapat dimatikan Proses Pembuatan Keju Rendah Lemak
dengan pemanasan.
Untuk membuat keju rendah lemak, susu segar
diturunkan kandungan lemaknya atau lemak diganti
Proses Pembuatan Susu Fermentasi Kering dengan lemak nabati, kemudian dipasteurisasi pada
Probiotik suhu 72°C selama 2 menit agar patogen mati. Susu
pasteurisasi lalu ditambah 0,15% CaCl2 dan di-
Untuk membuat susu fermentasi kering probiotik, susu inokulasi S. lactis pada suhu 37°C. Kemudian
sapi segar dipasteurisasi pada suhu 72°C hingga ditambahkan 0,005% rennet dan dibiarkan 30 menit
volumenya berkurang 25%. Susu pasteurisasi lalu hingga susu menggumpal. Gumpalan susu kemudian
diinokulasi bakteri Streptococcus lactis 0,5% dan dipotong-potong kecil agar airnya keluar lalu disaring
bakteri probiotik pada suhu 37°C lalu dibiarkan untuk membuang 80% air. Gumpalan ditambah 2-
terfermentasi selama 24 jam (kadar asam 1%). 4% garam, dicetak, dipres, dan dibiarkan ±15 jam.
Selanjutnya, suhu susu fermentasi dinaikkan secara Keju segar lalu dilayukan (aging) selama tujuh hari
bertahap setiap 10°C dan dipertahankan selama 10 pada suhu 5-10°C, kemudian dilapisi dengan
menit hingga suhu akhir mencapai 80°C. Whey (air) pengental yang sesuai, misalnya karagenan. Agar
dibuang dengan penyaringan, lalu gumpalan susu teksturnya lebih keras, pelayuan dilanjutkan sampai
dipres agar air keluar sempurna. Gumpalan lalu diberi 3, 6 atau 12 bulan untuk menghasilkan keju muda,
cita rasa dan pemanis, dicetak dengan ketebalan ±1,5 medium, dan keju tua. Keju segar juga dapat dikemas
cm kemudian dioven pada suhu ±50°C selama 39-41 dengan aluminum foil kemudian dilayukan.
jam. Susu fermentasi kering kemudian dikeringangin-
kan dan dikemas menggunakan aluminum foil atau Teknologi untuk memproduksi susu fermentasi
plastik polipropilen (PP). kering dan keju rendah lemak cukup mudah dan
Pascapanen
Pemasukan ke dalam
kotak fermentasi
Pascapanen
80 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
sedangkan komponen asam menurun cukup dihasilkan. Jumlah biomassa meningkat seiring
signifikan. Biji kakao yang difermentasi alami (cara bertambahnya jumlah mikroba dalam proses
petani) memiliki kadar lemak, gula reduksi, kafein, fermentasi.
dan mineral yang rendah.
Aplikasi kultur mikroba dalam fermentasi biji
Nilai pH selama proses fermentasi meningkat kakao menunjukkan bahwa komposisi starter,
pada hari pertama sampai hari kedua, kemudian substrat, dan lama fermentasi memengaruhi kadar
menurun pada hari ketiga sampai ketujuh. Kadar air lemak dan protein. Hasil optimasi komposisi media
dan kadar abu biji kakao masing-masing berkisar terbaik adalah starter 22,5 mg dan substrat 1.200
2,57% dan 4,00% meningkat menjadi 3,95% dan mg untuk fermentasi 3 kg biji kakao dengan lama
4,50% setelah disangrai. Kadar lemak, protein, dan fermentasi lima hari. Kadar protein, lemak, air, abu,
gula pereduksi cenderung meningkat. Komponen gula reduksi, dan gula total masing-masing 16,28%,
asam, yaitu asam laktat, asam asetat, dan asam sitrat 48,10%, 3,95%, 4,10%, 6,52%, dan 5,13%. Dari hasil
menurun, demikian juga kadar etanol. Komposisi tersebut, kadar terendah untuk protein adalah
media kultur mikroba terbaik adalah fruktosa : glukosa 14,13%, lemak 23,79%, air 1,81%, abu 2,36%, gula
: sukrosa : asam sitrat pada perbandingan 61,99 : reduksi 4,31%, dan gula total 1,68%, sedangkan
41 : 32 : 22,49 dengan kandungan 2, 3, 5, 6 tetrametil kadar tertingginya masing-masing adalah 18,43%,
pirazin, 2,5 dimetil pirazin, dan teobromin masing- 72,41%, 6,09%, 5,84%, 8,73%, dan 8,58%.
masing 1,57; 6,34; dan 0,76 mg/g dan nilai
Mutu biji kakao hasil fermentasi lebih baik di-
desirability 0,76.
bandingkan biji kakao nonfermentasi. Dengan
Kemampuan mikroba dalam proses fermentasi demikian, teknologi fermentasi meningkatkan nilai jual
dapat dilihat dari kadar biomassa, etanol, gula biji kakao 40-50%.
reduksi, gula total, asam asetat, dan asam laktat yang
Pascapanen
Mekanisasi
82 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Penerapan Alat Mesin Pertanian Selain budi daya tanaman pekarangan, petani
Mendukung Kawasan Rumah juga digerakkan untuk meningkatkan diversifikasi
pangan lokal dengan mengembangkan usaha
Pangan Lestari di Pacitan
pengolahan hasil tanaman yang ada di sekitar
lingkungan rumah tangganya, antara lain pengolahan
Untuk menggerakkan kembali budaya menanam di
tepung ubi kayu untuk mensubstitusi terigu, kedelai
lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di
menjadi tempe maupun susu kedelai, dan pisang
perdesaan, Kementerian Pertanian menyusun konsep
menjadi keripik pisang. Untuk mendukung diversifikasi
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL).
pangan dan industri rumah tangga petani di KRPL,
Pada tahun 2011, M-KRPL dilaksanakan di Desa Kayen,
BBPMP menerapkan hasil perekayasaan alat dan
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Melalui M-
mesin pengolah bahan pangan skala rumah tangga,
KRPL diperkenalkan cara memanfaatkan pekarangan
meliputi alat dan mesin pengolah ubi kayu ter-
untuk budi daya tanaman pangan, sayuran, buah-
fermentasi menjadi tepung dan pengupas kulit ari
buahan, tanaman obat, ternak, dan ikan sehingga
untuk industri tempe skala rumah tangga. Dalam
dapat mendukung penyediaan bahan pangan keluarga
menerapkan alat dan mesin tersebut, petani
secara lestari. Untuk menyediakan benih tanaman di
mendapat pendampingan dan pelatihan untuk
kebun bibit desa, BBPMP memberi dukungan dalam
memproduksi tepung ubi kayu fermentasi, susu
tata air mikro berupa peralatan irigasi tetes dan
kedelai, dan keripik pisang. Diharapkan upaya ini
sprinkler mikro untuk bibit serta mesin penggiling dan
dapat meningkatkan pendapatan petani dan menjadi
pencampur pupuk organik.
Mekanisasi
Mekanisasi
84 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Buah bergerak dari hopper Buah berada dalam mangkuk Buah jatuh dalam wadah sesuai kelasnya
ke feeder penimbang
buah akan bergerak satu per satu mengikuti conveyor dari ubi kayu di Sumatera Barat. Berkaitan dengan
ke ujung feeder, kemudian jatuh ke mangkuk. Tiap hal tersebut, BBPMP mengintroduksikan mesin
mangkuk akan melewati timbangan yang telah diatur penyawut serta melakukan rekayasa kelembagaan
sesuai berat masing-masing kategori kelas buah. berupa klaster – inti. Kelompok tani penghasil ubi
Apabila berat buah masuk dalam kelas timbangan 1 kayu berperan sebagai klaster dan Koperasi Mocal
maka mangkuk akan menjatuhkan buah ke dalam Subur Jaya sebagai inti. Koperasi melakukan
wadah kelas 1 dan seterusnya. Kelas buah dapat pengolahan lebih lanjut berupa penepungan, pe-
diatur melalui beban timbangan. ngemasan, dan pemasaran. Hasil tepung Mocaf
dipasarkan ke CV Cakrawala Mandiri.
Pengujian pada mangga gedong menghasilkan
kapasitas mesin 600 kg/jam. Persentase salah sortir Hasil uji kinerja mesin penyawut menunjukkan
5,6% karena posisi mangga gedong yang tidak tepat kapasitas kerja mesin 1.022 kg/jam pada putaran
di titik pusat beratnya. poros pisau 450 rpm dan celah pisau 3,5 mm,
sedangkan kapasitas kerja mesin sawut lokal hanya
54 kg/jam. Pada pengolahan ubi kayu di Koperasi
Pemanfaatan Alat dan Mesin pada Mocal Subur Jaya, mesin penyawut tersebut bekerja
Industri Mocaf di Sumatera Barat dengan kapasitas 1 t/jam. Untuk tahap awal, klaster
(kelompok tani) berfungsi sebagai penghasil ubi kayu
Pengembangan alat dan mesin pengolahan dan reka- kupas, sedangkan Koperasi Mocal Subur Jaya sebagai
yasa kelembagaan merupakan alternatif pemecahan inti yang melakukan penyawutan, pengeringan, pe-
masalah dan kendala pengembangan industri Mocaf nepungan, pengemasan, dan pemasaran. Hasil
Mekanisasi
Mekanisasi
86 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
banding (ukuran lubang 6, 5, dan 4 mm) sesuai sifat knapsack sprayer maupun power sprayer. Kelemahan
fisik varietas unggul kedelai. Hasil uji fungsional alat semprot tersebut adalah boros insektisida, mes-
kinerja menunjukkan, mesin dengan tipe saringan kipun cukup praktis dan mudah digunakan. Aplikasi
lonjong dapat meningkatkan kapasitas alat dan kelas alsin semprot yang lebih efektif dan efisien dalam
mutu benih (mayoritas dari satu grade menjadi dua penggunaan air dan tenaga serta kompatibel untuk
grade), baik untuk kedelai biji besar maupun sedang, berbagai kondisi tanaman perlu dipertimbangkan.
dibandingkan dengan menggunakan tipe saringan
BBPMP bekerja sama dengan Balai Penelitian
bulat. Kapasitas mesin dengan tipe saringan lonjong
Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro)
berkisar antara 437-656 kg/jam, atau dengan waktu
telah merekayasa alat aplikasi pestisida sistemik
kerja 8 jam/hari, kapasitas rata-rata sebesar 4,372
melalui batang untuk meningkatkan efisiensi
t/hari. Tingkat keseragaman benih hasil grading di
pengendalian OPT, selain aman bagi musuh alami
atas 90% atau tergolong cukup tinggi dan daya tumbuh
dan ramah lingkungan. Prototipe alat yang disebut
benih lebih besar dari standar mutu benih sebar
Bark Pesticide Applicator (BPA) telah diuji di
(70%). Pada tingkat harga alat Rp16 juta/unit dan
laboratorium BBPMP, Serpong dan di Balitjestro, Batu.
upah dua orang operator Rp150.000/hari, biaya pokok
Hasil pengujian menunjukkan, aplikasi insektisida
pengoperasian alat sebesar Rp54/kg, titik impas 107
secara sistemik pada batang tanaman jeruk dengan
t/tahun, dan nisbah keuntungan dengan biaya (B/C)
menggunakan BPA lebih efisien dan efektif dalam
1,59. Keunggulan lain alsin pengkelas benih kedelai
mengendalikan kutu loncat jeruk Diaphorina citri dan
adalah perbaikan sistem per pada mekanisme
kutu daun Toxoptera sp. Aplikasi insektisida 4 ml/
pemisahan cukup baik dan mempunyai prospek cukup
batang secara murni dengan BPA mampu me-
besar diterapkan di tingkat penangkar benih.
ngendalikan kutu loncat jeruk hingga 28 hari dan kutu
daun sampai 16 hari. Aplikasi insektisida dengan alat
semprot hanya mampu menekan kutu loncat dan kutu
Rekayasa Alat Mesin Semprot Semi-
daun selama enam hari. Aplikasi insektisida pada
Otomatis untuk Mengendalikan OPT pertanaman jeruk umur 5 tahun seluas 1 ha dengan
Jeruk secara Sistemik pada Batang alat BPA memerlukan waktu 2 jam, sedangkan
dengan alat semprot 5 jam. Pengendalian OPT dengan
Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) BPA bersifat ramah lingkungan karena populasi musuh
jeruk oleh petani umumnya menggunakan insektisida alami dari famili Coccinellidae lebih banyak
dengan mengaplikasikan penyemprotan volume tinggi dibandingkan dengan aplikasi insektisida secara
(high volume spraying technique = HVST) dengan semprot pada kanopi tanaman.
Mekanisasi
Mekanisasi
88 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Buah kopi hasil panen dan biji kopi HS hasil
proses pengupasan.
Mekanisasi
Kegiatan PSDS 2014 yang didanai Ditjen Peternakan Kondisi rumah potong hewan (RPH) di Indonesia,
dan Kesehatan Hewan hanya sebagai pengungkit. terutama bangunan, fasilitas, higienitas, sanitasi, dan
Dalam operasionalnya, PSDS 2014 mendapat jumlahnya masih jauh dari standar internasional.
dukungan berbagai pihak lingkup Kementan, Kondisi ini menyebabkan banyaknya praktik
kementerian lain, Pemda, dan pihak swasta. Di tingkat pemotongan ternak di luar RPH pemerintah. Pem-
pusat, peran Unit Manajemen dalam operasionalisasi bangunan RPH berstandar internasional sulit dan
PSDS 2014 masih sangat lemah karena yang berpe- memerlukan biaya besar, namun secara bertahap
ran dominan adalah masing-masing Direktorat dan perlu dilakukan.
Sekretariat lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Di tingkat provinsi dan kabupaten, kegiatan
PSDS 2014 dilaksanakan oleh pejabat struktural
karena terbatasnya jumlah tenaga terampil. Program
PSDS 2014 didukung cetak biru sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan Permentan No.
19/2010, telah disusun pedoman umum, pedoman
teknis, dan petunjuk pelaksanaan, namun sosiali-
sasinya di berbagai daerah belum memadai.
Peningkatan populasi sapi potong tidak cukup dengan Integrasi sawit-sapi untuk meningkatkan
merelokasi sapi dari sentra produksi ke daerah populasi dan produksi daging sapi.
pengembangan baru, tetapi juga perlu mendatangkan
Pencegahan pemotongan sapi betina produktif (SPB) Realisasi KUPS untuk memperbanyak sapi bibit
memerlukan komitmen seluruh komponen terkait, menghadapi berbagai kendala terkait aturan
tidak saja peternak dan pedagang, tetapi juga petugas perbankan. Pada beberapa daerah, peran bank
pemerintah. Peternak menjual SPB karena tidak daerah sangat positif sehingga ke depan dapat lebih
mempunyai alternatif lain untuk memperoleh uang ditingkatkan. Realisasi KUPS harus memerhatikan
tunai, sedangkan sebagian pedagang hanya memburu pengguna. Jika kredit lebih banyak dimanfaatkan
keuntungan. Penegakan hukum yang dibarengi swasta besar tanpa melibatkan kelompok peternak
dengan edukasi diharapkan dapat mengatasi masalah dikhawatirkan misi PSDS 2014 untuk mensejahterakan
tersebut secara bertahap. peternak tidak dapat tercapai.
Pengaturan Stok Daging Sapi Dalam Negeri pangan pokok berbasis sumberdaya lokal. Dalam
upaya mendukung program percepatan diversifikasi
Koordinasi penyusunan prognosa kebutuhan daging konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal. Badan
sapi menjadi kunci penyempurnaan pengaturan stok Litbang Pertanian menghasilkan inovasi teknologi
daging sapi di dalam negeri, disertai revitalisasi fungsi pengolahan makanan dan alat mesin. Upaya tersebut
Badan Karantina Pertanian guna meningkatkan sekaligus untuk meningkatkan substitusi aneka tepung
pendapatan peternak sapi lokal dan menjaga stabilitas lokal terhadap terigu, seperti tepung kasava dan
harga daging sapi di pasar domestik. Impor hanya Mocaf, tepung ubi jalar, dan tepung jagung.
untuk menutupi kekurangan produksi dalam negeri.
Indonesia memiliki keanekaragaman pangan
Distribusi dan pemasaran sapi dan daging sapi yang sangat besar, baik dari kelompok umbi-umbian,
perlu memerhatikan aspek kesehatan ternak dan serealia, buah-buahan maupun pangan lainnya.
masyarakat. Pencegahan penyakit menular dari Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan
ternak ke ternak atau dari ternak ke manusia perlu sumber pangan lokal didasarkan pada pertimbangan
menjadi agenda semua pihak yang terlibat dalam berikut: (1) merupakan sumber karbohidrat, seperti
distribusi dan pemasaran. Kesadaran masyarakat ubi jalar, padi, jagung, dan ubi kayu; (2) mempunyai
akan pentingnya memperoleh daging ASUH perlu potensi produktivitas yang tinggi; (3) memiliki potensi
ditingkatkan. Pedagang perlu pula memerhatikan diversifikasi produk yang beragam; (4) memiliki
aspek kesehatan ternak dalam mendistribusikan kandungan zat gizi yang beragam; dan (5) memiliki
ternak dari sentra produksi hingga ke RPH. potensi permintaan pasar lokal, regional, maupun
ekspor yang terus meningkat. PSE-KP telah melakukan
penelitian pengembangan diversifikasi konsumsi
Pengembangan Usaha Diversifikasi pangan di tujuh lokasi, yaitu: (1) Jawa Barat (Badan
Pangan Ketahanan Pangan); (2) Kota Bogor (pusat penelitian,
balai penelitian, dan BB penelitian lingkup wilayah
Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi Bogor); (3) Kabupaten Bandung (Dinas Pertanian
untuk mencapai ketahanan pangan. Salah satu upaya dan kelompok tani); (4) Kabupaten Bandung Barat
untuk meningkatkan diversifikasi pangan adalah (kelompok tani); (5) Kabupaten Gunung Kidul, DI
melalui percepatan penganekaragaman konsumsi Yogyakarta (BP2KP); (6) Kabupaten Malang (Balitkabi);
SL-PTT kedelai di Nusa Tenggara Barat dengan peningkatan hasil 21,7% atau rata-rata 0,5 t/ha
dibanding non-SL-PTT.
Kelompok kandang kompleks Putri Bekekem di Lombok Tengah, NTB (kiri) dan kandang perkawinan
yang terletak di dalam kandang kelompok untuk pejantan sapi bali terseleksi (kanan).
Pejantan sapi bali terseleksi (kiri) dan pedet sapi bali hasil penerapan teknologi posyandu sapi bali
(kanan).
Tanaman kangkung dan selada tumbuh baik ditanam di bambu yang ditata di pagar.
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman komoditas, skala usaha, maupun cara menata
obat keluarga (toga), tanaman pangan, hortikultura, tanaman, ternak, dan ikan.
ternak, ikan, dan lainnya selain dapat memenuhi
Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi
kebutuhan keluarga, juga berpeluang menambah
empat, yaitu: (1) tanpa pekarangan (perumahan tipe
penghasilan rumah tangga apabila dirancang dan
21 dengan total luas lahan sekitar 36 m2); (2)
direncanakan dengan baik.
pekarangan sempit (perumahan tipe 36, luas lahan
Kementerian Pertanian pada akhir 2010 me- sekitar 72 m2); (3) pekarangan sedang (perumahan
nyusun suatu konsep yang disebut Kawasan Rumah tipe 45, luas lahan sekitar 90 m2); dan (4) pekarangan
Pangan Lestari (KRPL). KRPL adalah suatu himpunan luas (perumahan tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar
rumah yang mampu mewujudkan kemandirian 120 m2). Pekarangan perdesaan juga dibagi menjadi
pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan. empat kelompok, yaitu: (1) pekarangan sangat
Hal tersebut ditujukan agar masyarakat dapat sempit (tanpa halaman); (2) pekarangan sempit
melakukan upaya diversifikasi pangan berbasis (<120 m2); (3) pekarangan sedang (120-400 m2);
sumberdaya lokal sekaligus melestarikan tanaman dan (4) pekarangan luas (> 400 m2).
pangan untuk masa depan, serta tercapai pula upaya
Pemilihan komoditas didasarkan pada kebutuhan
peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan
Badan Litbang Pertanian mendapat mandat dari pengembangannya secara komersial berbasis
Kementerian Pertanian untuk mengembangkan kawasan. Komoditas yang dapat diusahakan di
M-KRPL tersebut serta memberikan dukungan inovasi pekarangan antara lain adalah sayuran, toga, dan
teknologi dan bimbingan teknis ke seluruh provinsi di tanaman buah (pepaya, belimbing, jambu biji,
Indonesia. srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas
dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak (unggas
Dalam menerapkan M-KRPL, perlu diperhatikan
maupun ruminansia kecil). Setiap KRPL harus me-
pengelompokan atau strata luas lahan pekarangan,
nentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan
penataan, pemilihan komoditas, dan pengembangan-
secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit untuk
nya. Pengelompokan KRPL dibedakan atas pekarangan
menjamin keberlanjutannya.
perkotaan dan perdesaan, baik untuk menetapkan
Diseminasi Inovasi
116 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Penyelenggaraan Pameran dan Menggelar Teknologi di Penas XIII
Gelar Teknologi
Lahan seluas 50-an hektare di sekitar stadion olah
raga di Tenggarong yang semula tidak produktif ber-
Sepanjang tahun 2011, Badan Litbang Pertanian ubah menjadi area pertanian ijo royo-royo. Tanaman
menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam berbagai padi, palawija, hortikultura, dan tanaman perkebunan
pameran dalam upaya mempromosikan inovasi yang digelar di lokasi ini membuat banyak orang
teknologi kepada pengguna (Tabel 1). Selain berdecak kagum.
berpartisipasi pada pameran yang rutin digelar setiap
tahun, seperti Agrinex, Agro & Food Expo, Hari Pada Penas XIII tahun 2011, Badan Litbang
Kebangkitan Teknologi Nasional, Hari Pangan Sedunia, Pertanian dengan kekuatan penuh menurunkan
Pameran Teknologi Tepat Guna, dan Pekan Flori dan hampir seluruh inovasi hasil penelitian terbaru. Gelar
Flora Nasional, Badan Litbang Pertanian menyeleng- teknologi inovasi terbaru tersebut ditata dalam empat
garakan kegiatan diseminasi berskala nasional, klaster, yaitu swasembada dan swasembada ber-
seperti Pekan Pertanian Rawa Nasional dan Pekan kelanjutan, kemandirian pangan, diversifikasi pangan,
Pertanian Spesifik Lokasi. Badan Litbang Pertanian serta nilai tambah, daya saing dan ekspor.
juga tampil penuh pada acara akbar Pekan Nasional Klaster pertama menyajikan area percontohan
(Penas) XIII Petani-Nelayan yang berlangsung pada padi gogo, padi rawa, padi sawah, dan ternak,
18-23 Juni 2011 di Tenggarong, Kutai Kartanegara, sedangkan klaster kemandirian pangan menampilkan
Kalimantan Timur. Badan Litbang Pertanian juga Rumah Pangan Lestari (RPL). Pada klaster diversifi-
berpartisipasi dalam acara tahunan para penerbit kasi pangan dapat ditemukan inovasi teknologi ubi
buku nasional dan internasional Indonesia Book Fair kayu dan aneka ubi, sorgum, dan sagu, sedangkan
serta Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara dengan pada klaster kemandirian energi digelar inovasi
mengusung model rumah pangan lestari. teknologi terbaru jarak pagar, kemiri Sunan, nyam-
Pendampingan dalam pengembangan varietas unggul plung, dan ubi kayu untuk produksi etanol. Bukan
di lapangan, seperti Inpari 13, terbukti dapat mem- hanya contoh tanaman maupun produk hasil olahan,
percepat penggunaan varietas tersebut oleh petani. di saung gelar teknologi Badan Litbang Pertanian
Diseminasi Inovasi
petani dapat berkonsultasi tentang inovasi teknologi disediakan secara cuma-cuma juga tak luput dari
pertanian yang dibutuhkan. perhatian pengunjung.
Varietas unggul baru padi, jagung, dan kedelai Penas XIII Petani-Nelayan yang dibuka oleh Wakil
yang digelar di lapangan menunjukkan keragaan yang Presiden, Prof. Dr. Budiono, pada 18 Juni 2011 dinilai
optimal. Padi lahan pasang surut varietas Inpara 4, sukses oleh banyak pihak. Indikatornya, acara nasional
misalnya, berproduksi 6,7 t/ha. Selama penelitian, ini tidak hanya dikunjungi oleh 30 ribuan petani-
Inpara 4 mampu bertahan dari rendaman hingga 14 nelayan dari 33 provinsi di Indonesia, tetapi juga
hari. Kedelai varietas Anjasmoro memiliki daya tingginya apresiasi masyarakat. Penas menjadi
adaptasi yang luas, dapat dikembangkan pada lahan wahana bagi para investor pertanian, perikanan, dan
pasang surut tipe C, dan hasilnya di area gelar tekno- kehutanan. Dalam acara gelar agribisnis telah
logi berkisar antara 2,5-3,0 t/ha. Jagung hibrida QPM disepakati pula beberapa kerja sama untuk berbagai
(protein tinggi) yang digelar mampu pula berproduksi aspek, termasuk pengembangan inovasi teknologi
10 t/ha dan daunnya masih hijau pada saat dipanen yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian.
sehingga dapat menjadi pakan sapi dan sejenisnya.
Indikator kesuksesan Penas XIII tentu tidak
Selain menggelar teknologi di lapangan, berbagai terlepas dari keceriaan Presiden RI dalam acara
produk inovatif juga dipamerkan di arena yang tak telekonferen Istana-Kutai Kartanegara pada 22 Juni
jauh dari lokasi gelar teknologi. Materi yang 2011. Komunikasi interaktif antara Presiden dan
dipamerkan mendapat cukup banyak perhatian dari petani peserta Penas XIII berjalan lancar dan
pengunjung. Media cetak seperti buku dan liflet yang mendapat aplus dari semua peserta telekonferen.
Diseminasi Inovasi
118 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Panen perdana padi toleran rendaman varietas Inpara 4 oleh Menteri Pertanian, Suswono (depan,
kedua dari kanan), Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek (depan, ketiga dari kanan), Bupati Kutai
Kartanegara (depan, kedua dari kiri), dan Prof. Dr. Jusuf, Staf Khusus Presiden RI untuk Bidang Pangan
dan Energi (depan kiri) di area gelar teknologi Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur. Pada lahan
rawa pasang surut di Kalimantan Timur, varietas unggul baru ini masih mampu berproduksi 6,7 t/ha
meski telah terendam hingga dua minggu.
Hari Pangan se-Dunia 2011 di Gorontalo pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu,
Wapres mengisyaratkan pentingnya penerapan
Penduduk dunia kini sudah hampir 7 miliar dan pada teknologi yang tepat dan pengelolaan sumberdaya
tahun 2050 diperkirakan akan bertambah menjadi 9 yang bijak untuk menghasilkan pangan yang cukup
miliar orang. “Kita belum aman dalam hal penyediaan bagi bangsa Indonesia. “Inilah cara yang dapat kita
pangan, ke depan kerawanan pangan akan terus lakukan untuk mengantisipasi ancaman kerawanan
menghantui kita”, ujar Wakil Presiden RI, Prof. Dr. pangan”, ujar Wapres.
Budiono dalam pembukaan Hari Pangan se-Dunia pada
20 Oktober 2011 di Bone Bolango, Gorontalo. Dalam kunjungannya ke lapangan, Wapres
kagum melihat keragaan varietas unggul yang ditanam
Kekhawatiran Wapres tentu mengingatkan pada area gelar teknologi Badan Litbang Pertanian.
semua pihak untuk terus berupaya meningkatkan Kekaguman ini tercermin dari pemetikan polong
produksi pangan. Di satu sisi, upaya peningkatan kedelai muda oleh Wapres dan mencicipinya untuk
produksi pangan dihadapkan kepada berbagai membuktikan bernasnya biji kedelai yang digelar.
masalah, termasuk perubahan iklim global. Di sisi lain, Tidak hanya itu, Wapres juga menyaksikan dari dekat
kebutuhan pangan terus meningkat sejalan dengan tanaman jagung hibrida bertongkol dua. Selama ini,
Diseminasi Inovasi
Diseminasi Inovasi
120 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pekan Pertanian Spesifik Lokasi
Diseminasi Inovasi
Diseminasi Inovasi
122 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Panen perdana Inpari 13 oleh Menteri Pertanian di Sukamandi, Jawa Barat, Februari 2011.
Dodokan (5,0 t/ha) yang juga berumur sangat genjah Inpari 13 tahan WBC di Klaten, Jawa Tengah, didukung
(100-105 hari). Selain itu, Inpari 13 juga tahan rebah oleh penyediaan benihnya oleh BB Padi sebanyak
dengan tingkat kerontokan gabah sedang. 20.100 kg. Pada 11 Agustus 2011, Gubernur Jawa
Tengah bersama Kepala Badan Litbang Pertanian,
Di Jawa Barat dan Banten, panen perdana
Dirjen Tanaman Pangan, dan pejabat dari Kabupaten
varietas Inpari 13 dilakukan oleh Menteri Pertanian
Klaten melakukan panen Inpari 13 di kecamatan
dalam rangkaian Open House BB Padi pada Februari
Polanharjo, Klaten. Gubernur Jawa Tengah akan
2011 di Sukamandi. Selain menggunakan varietas
menyebarkan Inpari 13 hasil panenan ini ke beberapa
Inpari 13, keberhasilan panen padi di tengah
Kabupaten di Jawa Tengah pada luas tanam 7.000
merebaknya hama WBC tidak terlepas dari tanam
ha. Hasil panen ubinan Inpari 13 berkisar antara 6,7-
serempak pada akhir November 2010. Diinisiasi oleh
9,3 t/ha (GKP). Di Purwodadi dan Pekalongan,
BB Padi, tanam serempak juga dilakukan di tiga
produktivitas Inpari 13 mencapai 8,27 t/ha GKP.
kabupaten di Jalur Pantura (Subang, Purwakarta, dan
Karawang). Di Sukabumi, hasil varietas Inpari 13 yang Di Sumenep, Jawa Timur, hasil Inpari 13 berkisar
dipanen oleh Wakil Bupati Sukabumi pada 20 Agustus antara 6,72-7,84 t/ha (GKP), atau lebih tinggi 1,76 t/
2011 mencapai 8,7 t/ha (GKP), sedangkan Ciherang ha dibandingkan dengan Ciherang dengah rata-rata
hanya memberi hasil 6,9 t/ha (GKP). hasil 6,08 t/ha. Di Gorontalo, panen perdana Inpari
13 pada 30 Juni 2011 oleh Gubernur Gorontalo
Di Jawa Tengah, Gubernur berinisiatif dalam
memberikan hasil 8,2-8,6 t/ha (GKP). Hasil panenan
sosialisasi penggunaan varietas Inpari 13 dan tanam
ini dibeli PT SHS untuk diperbanyak lebih lanjut.
serempak kepada petani. Pengembangan varietas
Diseminasi Inovasi
Diseminasi Inovasi
124 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pemanfaatan Media Massa
Diseminasi Inovasi
Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Indonesian Journal of Agricultural Science
(PUSTAKA) Indonesian Journal of Agriculture
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pengembangan Inovasi Pertanian
Jurnal Perpustakaan Pertanian
Buletin Teknik Pertanian
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
(Puslitbangtan) Buletin Iptek Tanaman Pangan
Berita Puslitbangtan
Buletin Palawija
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jurnal Hortikultura
(Puslitbanghorti)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jurnal Penelitian Tanaman Industri
(Puslitbangbun) Warta Puslitbang Tanaman Industri
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah
dan Obat
Perspektif
Infotek Perkebunan
Majalah Semi Populer Tree Tanaman Rempah
dan Industri
Buletin Rempah dan Industri
Buletin Palma
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
(Puslitbangnak) Wartazoa
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jurnal Agro Ekonomi
(PSE-KP) Forum Penelitian Agroekonomi
Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian
Buletin Agro Ekonomi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Jurnal Tanah dan Iklim
Pertanian (BBSDLP) Jurnal Sumberdaya Lahan
Warta Sumberdaya Lahan
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Jurnal Agro Biogen
Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) Buletin Plasma Nutfah
Warta Biogen
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBPMP) Jurnal Enjiniring Pertanian
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
(BB Pascapanen) Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
(BB Pengkajian) Teknologi Pertanian
Diseminasi Inovasi
126 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
memperoleh nilai kredit bagi kepentingan jabatan takaan unit kerja lingkup Ditjen Hortikultura, Badan
fungsional. Penerbitan artikel pada majalah ilmiah Pengembangan dan Penyuluhan SDM Pertanian, dan
internasional penting pula sebagai salah satu upaya Badan Karantina Pertanian. Dengan demikian sampai
meningkatkan citra Badan Litbang Pertanian di tingkat 2010 perpustakaan digital telah dibangun di 70 UK/
internasional. UPT lingkup Kementerian Pertanian.
Perpustakaan digital terus disempurnakan agar
mampu memberikan layanan yang prima kepada
Pengembangan Perpustakaan
pengguna. Berkaitan dengan itu, kapasitas SDM dalam
Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Perpustakaan pengelolaan perpustakaan dan pemanfaatan TI terus
dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) sejak ditingkatkan melalui pelatihan, magang, lokakarya
2006 mengembangkan perpustakaan berbasis maupun seminar. PUSTAKA juga melakukan pen-
teknologi informasi. Prototipe perpustakaan digital, dampingan dan menyiapkan berbagai pedoman
yang dikenal dengan Perpustakaan Model, dicoba pengelolaan perpustakaan dalam upaya memberikan
diimplementasikan di BPTP Jawa Tengah dan Biro pelayanan prima kepada pengguna.
Hukum dan Hubungan Masyarakat (sekarang Biro Koleksi perpustakaan ditingkatkan dengan me-
Hukum dan Informasi Publik), Sekretariat Jenderal langgan jurnal internasional tercetak, pangkalan data
Kementerian Pertanian. Prototipe tersebut kemudian on-line Pro-Quest dan Science Direct, serta pangkalan
dikembangkan menjadi perpustakaan semidigital data off-line (CD-ROM) TEEAL. Selain itu, juga diada-
pada tahun 2007 di lima unit pelaksana teknis (UPT) kan bahan referensi dan bahan pustaka lain terbitan
lingkup Badan Litbang Pertanian, yaitu BPTP Sumatera dalam dan luar negeri, baik melalui pembelian mau-
Utara, BPTP Sumatera Barat, BPTP Sulawesi Selatan, pun pertukaran. Untuk memanfaatkan secara optimal
BPTP Kalimantan Selatan, dan BPTP Jawa Timur. informasi dalam pangkalan data, Badan Litbang
Pada 2008, perpustakaan semidigital dikem- Pertanian melalui PUSTAKA membuka akses bagi per-
bangkan menjadi perpustakaan digital di 54 UK/UPT. pustakaan UK/UPT untuk memanfaatkan jurnal ilmiah
Selanjutnya pada 2009 perpustakaan digital dibangun teks lengkap yang dimuat dalam Pro-Quest dan
di lima UPT Badan Litbang Pertanian dan di perpus- Science Direct.
Diseminasi Inovasi
Tabel 3. Permohonan paten, ciptaan, merek, dan hak perlindungan varietas tanaman (PVT) Badan Litbang Pertanian,
2006-2011.
Pendaftaran/permohonan Sertifikat
Tahun
Paten Cipta Merek PVT Varietas Jumlah Paten Cipta Merek PVT Varietas Jumlah
< 2006 59 6 22 - - 87 9 2 3 - - 14
2006 16 7 1 3 14 41 - 7 - - 11 18
2007 2 - - 2 18 22 7 - - 1 18 26
2008 15 5 7 6 64 97 5 - - 2 57 64
2009 13 10 4 4 104 135 2 1 - 2 100 105
2010 28 5 2 5 80 120 5 9 8 - 80 102
2011 16 6 4 7 86 119 6 1 2 - 86 95
Diseminasi Inovasi
128 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Kepala Badan Litbang Pertanian
menandatangani kerja sama
lisensi inovasi kepada mitra.
Tabel 4. Invensi Badan Litbang Pertanian yang dilisensi swasta tahun 2011.
dilakukan verifikasi invensi yang dilisensi swasta banyak usulan yang belum memenuhi persyaratan.
sehingga diketahui potensi jumlah royalti dari KI yang Untuk keperluan tersebut diterbitkan tiga panduan
telah dilisensikan ke swasta. umum, yaitu kriteria penilaian suatu invensi (paten
dan PVT), panduan umum valuasi invensi, dan
Usulan pendaftaran HKI pada tahun 2011 me-
panduan umum verifikasi.
ningkat dibanding tahun sebelumnya, namun masih
Diseminasi Inovasi
Pengembangan Organisasi
130 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pengembangan Kelembagaan Sekretariat Badan, empat Puslitbang, dua Pusat,
tujuh Balai Besar, 15 Balai Penelitian, satu Balai
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/2010 Pengelola Alih Teknologi Pertanian, 31 Balai
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pengkajian Teknologi Pertanian, dua Loka Pengkajian
Pertanian, Badan Litbang Pertanian mempunyai tugas Teknologi Pertanian, dan tiga Loka Penelitian. Struk-
melaksanakan penelitian dan pengembangan perta- tur organisasinya disajikan pada Gambar 1.
nian. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan
Litbang Pertanian menyelenggarakan fungsi: (1)
penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program
Sumberdaya Manusia
litbang pertanian; (2) pelaksanaan litbang pertanian;
(3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan Pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanian didukung
litbang pertanian; dan (4) pelaksanaan administrasi. oleh 8.151 staf. Dari jumlah tersebut, 3.439 orang
(42,2%) adalah tenaga fungsional, yang terdiri atas
Pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanian
peneliti, perekayasa, pustakawan, pranata komputer,
melakukan penataan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
arsiparis, teknisi litkayasa, statistisi, penyuluh, analis
terkait dengan adanya perubahan lingkungan
kepegawaian, perencana, dan pranata humas
strategis, antara lain: (1) perubahan organisasi pada
(Gambar 2).
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia yang melim-
pahkan mandat penelitian tujuh komoditas perke- Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai Badan
bunan (kopi, kakao, karet, tebu, teh, kina, dan kelapa Litbang Pertanian yang berpendidikan di bawah S1
sawit) ke Badan Litbang Pertanian; (2) kebutuhan akan berjumlah 4.558 orang (55,9%), S1 2.076 orang
pengembangan teknologi pertanian di dua provinsi (25,5%), S2 1.133 orang (13,9%), dan S3 384 orang
baru, yaitu Kepulauan Riau dan Sulawesi Barat; (3) (4,7%). Perkembangan komposisi pegawai menurut
dukungan terhadap percepatan program swa- tingkat pendidikan selama lima tahun terakhir
sembada daging sapi; dan (4) antisipasi terhadap disajikan pada Tabel 1. Program pengembangan SDM
serangan organisme pengganggu tanaman akibat melalui pendidikan jangka panjang terus dilakukan
anomali iklim. Penyempurnaan organisasi meliputi untuk meningkatkan jumlah pegawai berpendidikan
perubahan nomenklatur, peningkatan eselon, S2 dan S3 yang merupakan penggerak penelitian.
penambahan mandat, dan pembentukan UPT baru, Selama lima tahun terakhir (2007-2011), Badan
yaitu: Litbang Pertanian mengirim 467 petugas belajar ke
berbagai perguruan tinggi di luar dan dalam negeri,
a. Penambahan Eselon V pada Loka Penelitian
yaitu program S3 228 orang, S2 212 orang, S1
Penyakit Tungro, Loka Penelitian Kambing Potong,
delapan orang, D3 tujuh orang, dan D4 satu orang.
dan Loka Penelitian Sapi Potong.
Berdasarkan sebaran usia, sebagian besar
b. Penambahan mandat komoditas dan perubahan
pegawai berusia 46-55 tahun. Data tersebut
nomenklatur UPT lingkup Puslitbangbun, yaitu
menunjukkan, dalam lima tahun ke depan cukup
Balai Penelitian Tanaman Palma, Balai Penelitian
banyak pegawai yang akan memasuki usia pensiun.
Tanaman Pemanis dan Serat, Balai Penelitian
Upaya mengganti pegawai yang pensiun dilakukan
Tanaman Rempah dan Obat, dan Balai Penelitian
melalui rekruitmen pegawai baru.
Tanaman Industri dan Penyegar.
Tenaga peneliti merupakan tenaga penggerak
c. Penambahan Loka Pengkajian Teknologi Perta-
utama dalam menghasilkan inovasi teknologi. Pada
nian (LPTP) Provinsi Kepulauan Riau dan LPTP
tahun 2011 Badan Litbang Pertanian didukung oleh
Provinsi Sulawesi Barat.
1.644 orang peneliti, dan 441 peneliti nonkelas/calon
Dengan adanya perubahan tersebut, organisasi Badan peneliti (Tabel 2). Jumlah peneliti pada tahun 2011
Litbang Pertanian pada tahun 2011 terdiri atas menurun 2,7% dibanding tahun 2010, yang mencapai
Pengembangan Organisasi
Sekretariat
BB BB
BB Padi Bbalitvet BBSDLP Pengkajian BBPMP BB Biogen Pascapanen
Balit Balitbu
Balittas Lolit Sapi Balittanah
Sereal Tropika
2 LPTP Balai PATP
Lolit Balithi Lolit
Balitka Balitklimat
Tungro Kambing
57,81%
1.689 peneliti, karena sebagian memasuki masa
purna tugas. Jumlah peneliti Badan Litbang Pertanian
25,58% dirasakan masih kurang bagi suatu institusí penelitian.
0,42%
0,02% Upaya memenuhi jumlah peneliti dilakukan melalui
0,12%
0,06%
rekruitmen tenaga baru serta pendidikan dan pelatih-
0,02% 0,50%
0,02% 1,08% an (diklat) peneliti pertama yang diselenggarakan LIPI.
0,00% 3,59%
0,22% Pada tahun 2011, Badan Litbang Pertanian mengirim
10,54%
81 orang untuk mengikuti diklat di LIPI. Badan Litbang
Peneliti Penyuluh Pertanian mempunyai 94 orang Profesor Riset dari
Pustakawan Medik Veteriner
Pranata Komputer Pengawas Bibit Ternak
berbagai disiplin ilmu, 15 di antaranya telah pensiun.
Arsiparis Analisis Kepegawaian
Teknisi Litkayasa Perencana
Statistisi Pranata Kehumasan Anggaran
Perekayasa Administrasi
Pengembangan Organisasi
132 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tabel 1. Perkembangan pegawai Badan Litbang Pertanian menurut pendidikan,
2007-2011.
Tabel 2. Peneliti Badan Litbang Pertanian menurut jenjang peneliti dan usia, 2011.
Usia (tahun)
Jenjang peneliti
25-35 36-45 46-55 >55 Jumlah
Pengembangan Organisasi
rujukan yang andal dan absah, tempat pelatihan dan Penelitian Tanaman Hias, Balai Pengkajian Teknologi
magang, serta sebagai pusat penelitian. Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, dan BPTP Sulawesi
Selatan (Tabel 3).
Pengelolaan laboratorium mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-17025-2000 Kebun percobaan (KP) mempunyai fungsi utama
yang merupakan adopsi dari ISO/IEC 17025:1999 mendukung kegiatan litbang di lapangan, selain
dan SNI 19-9001:2001 untuk penerapan sistem sebagai tempat konservasi ex situ sumberdaya
manajemen mutu. Pengelolaan laboratorium yang genetik (SDG), produksi benih sumber, show window
sesuai dengan standar tersebut diharapkan meng- inovasi teknologi, kebun produksi, pendukung
hasilkan kinerja yang memiliki daya saing ilmiah dan ketahanan pangan, media pendidikan, dan wahana
komersial. agrowidyawisata. Badan Litbang Pertanian memiliki
119 KP dengan luas total 5.853,46 ha, tersebar di 43
Akreditasi laboratorium penelitian Badan Litbang
UPT. Kondisi KP bervariasi, baik luas, status lahan,
Pertanian telah dilaksanakan sejak 2002. Laborato-
pemanfaatan maupun keragaannya, tersebar pada
rium pada 10 UK/UPT telah diakreditasi Komite
kondisi agroklimat yang berbeda pada dataran rendah
Akreditasi Nasional berdasarkan SNI 19-17025-2000,
sampai dataran tinggi. Kapasitas KP secara kontinu
yaitu laboratorium yang terdapat pada Balai Besar
ditingkatkan melalui peningkatan anggaran, SDM
Penelitian Veteriner, Balai Besar Pengembangan
serta sarana dan prasarana. Peningkatan kapasitas
Mekanisasi Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman
SDM dilakukan melalui pelatihan dan lokakarya
Padi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
pengelolaan KP. Sementara itu, peningkatan sarana
Sumberdaya Lahan Pertanian, Balai Besar Penelitian
prasarana dilakukan melalui revitalisasi KP yang
dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
dimulai pada tahun 2011.
Genetik Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Balai
Pengembangan Organisasi
134 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pemasukan dan Pengeluaran Benih/Bibit/ beberapa komoditas dan bidang masalah dengan
Sumberdaya Genetik untuk Penelitian lembaga penelitian di bawah koordinasi Kementerian
Ristek, LIPI, BATAN, BPPT, dan beberapa perguruan
Badan Litbang Pertanian mendapat wewenang untuk
tinggi. Untuk mengefektifkan diseminasi telah
memberi izin pemasukan dan pengeluaran sumber-
terbentuk pula kerja sama dengan pemerintah
daya genetik (SDG) untuk penelitian berdasarkan
daerah, pihak swasta, dan instansi pengambil
Permentan No. 37/2011 tentang Pelestarian dan
kebijakan dalam lingkup Kementerian maupun di luar
Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Tanaman.
Kementerian Pertanian. Secara internasional, Badan
Kewenangan tersebut meliputi:
Litbang Pertanian juga termasuk dalam jejaring kerja
1. Izin eksplorasi SDG (pencarian dan pengumpulan, sama bilateral, multilateral maupun regional.
yang diikuti dengan identifikasi, karakterisasi,
dokumentasi, dan evaluasi) 15 hari kerja.
Kerja Sama Dalam Negeri
2. Pemberian tanda daftar kebun koleksi (pengum-
pulan yang diikuti dengan penyimpanan dan Kerja sama dalam negeri UK/UPT Badan Litbang
pemeliharaan SDG hasil ekplorasi dalam bentuk Pertanian dilakukan dengan mitra seperti pemerintah
materi maupun informasi SDG) 15 hari kerja. daerah, perusahaan swasta, BUMN, lembaga
3. Pemasukan SDG dari luar negeri ke dalam wilayah swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan lembaga
RI untuk kepentingan penelitian dan/atau pemerintah lainnya. Kerja sama meliputi penelitian,
pemuliaan, 10 hari kerja. pengembangan, pengkajian, perekayasaan, peme-
taan, bimbingan teknologi, evaluasi/karakterisasi
4. Pengeluaran SDG ke luar wilayah RI dalam bentuk
sumberdaya pertanian, serta pertukaran dan
tukar-menukar untuk kepentingan penelitian dan/
pemanfaatan informasi. Kerja sama dalam negeri
atau pemuliaan, 10 hari kerja.
dituangkan dalam nota kesepahaman.
Pada tahun 2011 telah diterbitkan 103 izin, yang terdiri
Kerja sama pada dasarnya bertujuan untuk: (1)
atas 62 izin pemasukan, 40 izin pengeluaran, dan
mempercepat pematangan teknologi, seperti uji
satu izin pendaftaran kebun koleksi atau tempat
verifikasi, uji multilokasi, uji adaptasi, dan uji
penyimpanan SDG.
kelayakan; (2) mempercepat diseminasi dan adopsi
teknologi; (3) mempercepat pencapaian tujuan
Kerja Sama pembangunan pertanian; (4) meningkatkan capacity
building UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian; (5)
mendapat umpan balik untuk penyempurnaan
Kerja sama penelitian dan pengembangan bermanfaat
teknologi; dan (6) menciptakan alternatif sumber
untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya,
pembiayaan litbang. Pada tahun 2011 Badan Litbang
menghindari tumpang-tindih penelitian, meningkatkan
Pertanian mengelola 598 kerja sama dalam negeri,
kualitas penelitian, mengefektifkan diseminasi hasil
terdiri atas kerja sama dengan Kementerian Ristek
penelitian, dan yang paling penting adalah dapat
melalui program insentif sebanyak 276 kerja sama
memberikan luaran yang nyata seperti HKI, jurnal/
(46%), program KKP3T 131 kerja sama (23%),
publikasi ilmiah, dan paten serta manfaat bagi
pemerintah provinsi dan kabupaten 102 kerja sama
stakeholders khususnya petani. Ketahanan pangan,
(17%), dan swasta 79 kerja sama (14%).
perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati
merupakan poin-poin penting dalam menjalin kerja
sama penelitian. Kerja Sama Luar Negeri
Badan Litbang Pertanian memiliki kerja sama
yang cukup luas, baik nasional maupun internasional. Kerja sama luar negeri meliputi kerja sama dengan
Secara nasional telah terjalin kerja sama penelitian lembaga penelitian asing, organisasi internasional,
Pengembangan Organisasi
Pengembangan Organisasi
136 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
terbesar, masing-masing Rp1,821 miliar dan Rp1,805 SINTA (Sinergi Penelitian dan Pengembangan
miliar. Bidang bioteknologi dan SDG memiliki rata- Pertanian) yang didanai oleh Direktorat Jenderal
rata biaya per proposal terbesar, yakni Rp94.051.714/ Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.
proposal. Untuk jumlah proposal yang lolos, Institut Mulai tahun 2010, program ini didanai Kementerian
Pertanian Bogor adalah yang terbanyak dengan 53 Ristek. Pada tahun 2011, terdapat 394 proposal
proposal (40,5%), diikuti Universitas Gadjah Mada dengan usulan biaya Rp82,4 miliar. Proposal yang
23 proposal (17,6%) serta Universitas Padjadjaran disetujui sebanyak 276 proposal dengan biaya Rp43,8
enam proposal (4,6%). miliar. Fokus penelitian meliputi ketahanan pangan
(264 proposal), teknologi kesehatan dan obat (10
proposal), serta sains dan kemanusiaan (dua
Program Insentif Peningkatan Kemampuan proposal). Pengkajian teknologi pertanian mendapat
Peneliti dan Perekayasa
biaya terbesar, yaitu Rp18,9 miliar, sedangkan
penelitian mekanisasi pertanian, sosiologi, dan
Program ini merupakan kerja sama Badan Litbang
ekonomi pertanian mendapat biaya rata-rata per
Pertanian dengan Kementerian Ristek dan berlangsung
proposal tertinggi, yaitu Rp183.333.333.
sejak tahun 2009. Pada awalnya program ini bernama
Pengembangan Organisasi