Anda di halaman 1dari 143

Pengantar

S ebagai institusi publik, Badan Litbang Pertanian dituntut untuk


menghasilkan inovasi yang mampu mengatasi masalah yang
dihadapi petani dalam berproduksi. Hal ini semakin penting mengingat
beragam dan makin beratnya ancaman terhadap keberlanjutan sistem
produksi pertanian dewasa ini. Perubahan iklim, misalnya, kini telah
melanda berbagai negara di dunia. Kekeringan dan banjir yang datang
silih berganti dengan intensitas yang makin sering akibat perubahan
iklim telah merusak sebagian area pertanian, termasuk di Indonesia.

Pengalaman empiris membuktikan, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) diperlukan


dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi. Pengalaman itu menguatkan keyakinan
peneliti Badan Litbang Pertanian untuk terus bekerja menghasilkan inovasi teknologi untuk
masyarakat pertanian.
Dengan inovasi teknologi yang dihasilkan, Badan Litbang Pertanian telah memberikan
kontribusi yang nyata dalam mengatasi berbagai masalah di lapangan. Ledakan hama wereng
batang coklat (WBC) yang terjadi di beberapa sentra produksi padi akhir-akhir ini, misalnya,
dapat diredam dengan menerapkan teknologi, antara lain pengembangan varietas Inpari 13
yang tahan terhadap WBC dan ditanam secara serempak.
Melalui penelitian dari berbagai aspek, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011 juga
telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang diharapkan segera meluas pengembangan-
nya untuk meningkatkan daya saing produk pertanian di pasar global. Untuk dapat diketahui
dan dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian, inovasi teknologi tersebut disosialisasikan melalui
berbagai media diseminasi.
Laporan tahunan ini memuat kinerja Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011. Kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini disampaikan penghargaan
dan terima kasih.

Jakarta, Januari 2012


Kepala Badan,

Dr. Haryono

Inovasi Teknologi 2011


Pengantar

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


1
Inovasi Teknologi 2011
Krisis ekonomi dunia tampaknya belum akan berakhir. Sebagian negara bahkan
terjebak dalam krisis yang makin berat dan beberapa di antaranya di ambang
kebangkrutan. Indonesia termasuk beruntung yang ditandai oleh pertumbuhan
ekonomi makro sebesar 6,5% pada tahun 2011. Hal ini tentu tidak terlepas dari
keyakinan dan kerja keras berbagai pihak.
Di Indonesia, sektor pertanian relatif tidak terpengaruh oleh krisis ekonomi dunia
dan menjadi tumpuan bagi jutaan penduduk di perdesaan. Oleh karena itu,
Kementerian Pertanian tetap optimistis untuk meraih “empat sukses” yang meliputi
(1) swasembada dan swasembada berkelanjutan; (2) peningkatan diversifikasi
pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor; serta (4) peningkatan
kesejahteraan petani.
Hal mendasar yang tetap menjadi perhatian utama pemerintah adalah ketahanan
pangan nasional karena berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama
sosial, ekonomi, dan bahkan politik. Untuk itu, Kementerian Pertanian senantiasa
berupaya meningkatkan produksi padi yang menjadi pangan utama sebagian besar
penduduk hingga mencapai 70,6 juta ton. Dalam lima tahun ke depan, pemerintah
menargetkan surplus beras 10 juta ton. Selain beras, pemerintah juga meng-
garisbawahi pentingnya melanjutkan swasembada jagung dan meraih swasembada
kedelai, daging, dan gula yang dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.

Inovasi Teknologi 2011


2 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Diversifikasi pangan, peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor produk
pertanian perlu pula direalisasikan dalam upaya mendorong pemanfaatan potensi
sumberdaya dan keberagaman pangan lokal serta peningkatan pendapatan petani.
Di sisi lain, sektor pertanian menghadapi berbagai tantangan yang makin berat.
Selain jumlah penduduk yang terus meningkat dengan laju yang masih tinggi,
perubahan iklim telah dan akan terus pula mengancam keberlanjutan usaha pertanian.
Perubahan iklim tidak hanya meningkatkan suhu udara yang mengancam kehidupan,
tetapi juga berdampak terhadap anomali iklim yang ditandai oleh seringnya terjadi
kemarau panjang yang menyebabkan tanaman terancam kekeringan dan tingginya
curah hujan yang tidak jarang merendam area pertanian, terutama di kawasan
pesisir. Perkembangan hama dan penyakit tanaman dalam beberapa tahun terakhir
juga tidak terlepas dari dampak perubahan iklim. Ledakan hama wereng batang
coklat di beberapa daerah akhir-akhir ini, misalnya, telah merusak sebagian
pertanaman padi yang tentu saja berdampak terhadap penurunan produksi.
Fragmentasi dan konversi lahan pertanian yang masih berlangsung di beberapa
daerah, lemahnya modal petani untuk operasionalisasi usaha, dan makin ketatnya
persaingan produk pertanian di pasar dunia juga merupakan masalah yang perlu
dicarikan upaya pemecahannya.
Pengalaman lebih dari tiga dekade terakhir membuktikan bahwa sebagian
masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi dapat diatasi dengan penerapan
inovasi teknologi. Oleh karena itu, Badan Litbang Pertanian terus berupaya
menghasilkan inovasi dan terobosan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani
yang menjadi basis pembangunan pertanian dewasa ini.

Inovasi Teknologi 2011

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


3
Didukung oleh segenap unit kerja penelitian dan pengkajian di hampir semua
provinsi di Indonesia, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011 telah menghasilkan
berbagai inovasi teknologi. Di beberapa daerah telah teridentifikasi potensi lahan
yang dapat dikembangkan untuk pertanian. Sejumlah varietas unggul baru padi,
jagung, dan kedelai yang dilepas oleh Menteri Pertanian dalam tahun 2011 diharap-
kan dapat mempercepat upaya peningkatan produksi pangan menuju swasembada
berkelanjutan.
Berbagai varietas unggul sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias telah
dihasilkan dalam upaya meningkatkan daya saing di pasar global yang makin
kompetitif. Ketersediaan benih unggul hortikultura merupakan keharusan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungan pada pasokan benih dari luar
negeri.
Perkebunan yang memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi nasional
terus pula dipacu daya saingnya melalui peningkatan produktivitas, mutu produk,
dan efisiensi usaha dengan tetap memerhatikan kelestarian lingkungan. Sejumlah
varietas unggul maupun teknologi proses yang dihasilkan diharapkan dapat segera
dimanfaatkan dalam upaya meningkatkan kontribusinya terhadap perekonomian
nasional maupun kesejahteraan para pelaku usaha.
Upaya mencapai swasembada daging sapi pada 2014 memerlukan komitmen
berbagai pihak terkait untuk membangun usaha peternakan yang efisien, produktif,
dan berbasis sumberdaya lokal. Dukungan kebijakan pemerintah menjadi bagian
penting dalam meraih swasembada daging dan meningkatkan kesejahteraan
peternak.

Inovasi Teknologi 2011


4 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan teknologi diversifikasi pangan,
peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Diversifikasi pangan
dengan memanfaatkan sumber pangan lokal menjadi pilar penting dalam
mempertahankan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Pemanfaatan lahan
pekarangan untuk memproduksi berbagai bahan pangan keluarga juga ditingkatkan
melalui pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Sejumlah inovasi
teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan diharapkan pula dapat meningkatkan
produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan petani melalui pemberdayaan dalam
mengakses informasi, teknologi, dan modal untuk mengembangkan agribisnis dan
kemitraan dengan sektor swasta.
Agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pertanian, inovasi hasil penelitian
disosialisasikan melalui kegiatan diseminasi dengan memanfaatkan berbagai media,
baik di tingkat pusat maupun daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Litbang
Pertanian memanfaatkan spektrum diseminasi multichannel untuk mempercepat arus
penyampaian inovasi teknologi kepada pengguna, terutama petani.

Inovasi Teknologi 2011

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


5
Sumberdaya Lahan
Salah satu kegiatan utama Balai Besar Penelitian dan
Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian untuk men-
dukung Program Penciptaan Teknologi Varietas Unggul Berdaya
Saing adalah melakukan inventarisasi dan evaluasi potensi
sumberdaya lahan pertanian, meliputi pemetaan tanah
sistematis seperti pemetaan tinjau skala 1:250.000 di seluruh
wilayah Indonesia, dan pemetaan tematik seperti pemetaan
sumberdaya lahan untuk mendukung pengembangan
hortikultura dan P2BN di lokasi terpilih. Untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi pemupukan, BBSDLP telah
menghasilkan formulasi pupuk dan pembenah tanah. Untuk
mengoptimalkan penggunaan air dan meminimalkan dampak
bencana alam terhadap sektor pertanian telah disusun strategi
antisipasi dan mitigasi. Melalui kerja sama dengan Pemda
setempat, telah dikembangkan sistem pertanian terpadu lahan
kering beriklim kering di Nusa Tenggara Timur dan Nusa
Tenggara Barat.

Sumberdaya Lahan
6 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Informasi Spasial Sumberdaya sampai kasar, konsistensi gembur sampai teguh, dan
Lahan Pertanian drainase baik sampai terhambat. Tanah bereaksi
masam sampai netral, kadar bahan organik rendah
Pemetaan Sumberdaya Lahan di Gorontalo sampai tinggi, kapasitas tukar kation tanah rendah
dan Sulawesi Tengah sampai sedang, dan kejenuhan basa sedang sampai
tinggi. Dari kegiatan pemetaan dihasilkan 94 satuan
Pada tahun 2011 telah dilakukan pemetaan sumber- peta tanah (SPT), yang terdiri atas grup aluvial 35
daya lahan tingkat tinjau di sebagian wilayah SPT, fluvio-marin dua SPT, marin empat SPT, karst
Gorontalo bagian barat dan Sulawesi Tengah bagian lima SPT, tektonik 28 SPT, volkan tua enam SPT,
utara. Dari kegiatan pemetaan ini telah dihasilkan: intrusi volkan 12 SPT, dan lain-lain.
(1) Peta sumberdaya tanah tingkat tinjau, skala 1:
Hanya sebagian kecil lahan yang tergolong sesuai
250.000 wilayah Gorontalo dan Sulawesi Tengah; (2)
(kelas S) dan sesuai bersyarat (CS) untuk pengem-
Peta arahan penggunaan lahan untuk pengembangan
bangan tanaman pangan/semusim dan tanaman
pertanian (intensifikasi dan ekstensifikasi) skala
tahunan/perkebunan. Sebagian besar lahan tidak
1:250.000; dan (3) informasi penggunaan lahan
sesuai (N) dengan faktor penghambat lereng curam/
sekarang (present landuse). Peta-peta tersebut dapat
bahaya erosi dan retensi hara. Arahan penggunaan
digunakan untuk perencanaan tata ruang di tingkat
lahan untuk intensifikasi pertanian adalah: (1) padi
provinsi.
sawah 76.989 ha; (2) tanaman pangan lahan kering/
Berdasarkan hasil penelitian, daerah yang sayuran 173.007 ha; (3) tanaman tahunan atau
disurvei mempunyai iklim bervariasi dari kering perkebunan/buah-buahan 74.870 ha; dan (4) per-
sampai basah dengan curah hujan rata-rata tahunan ikanan tambak 6.690 ha. Arahan penggunaan lahan
antara 760 mm (daerah lembah Palu) sampai 3.486 untuk perluasan area pertanian adalah: (1) padi
mm (daerah Marisa/Popayato), termasuk zona
agroklimat A, B1, C1, D1, E1, E2, dan E3. Daerah ini
didominasi oleh batuan tersier dan pratersier. Bahan
induk tanah berupa endapan aluvium, batuan intrusi,
batuan metamorfik, batuan sedimen, dan batuan
volkan tua. Berdasarkan bentuk wilayahnya, daerah
penelitian dibedakan menjadi datar sampai agak datar
dengan luas 418.815 ha (11,9%) dan berombak/agak
landai 64.105 ha (1,8%). Sebagian besar lahan
potensial telah dimanfaatkan untuk pertanian yang
relatif intensif, seperti sawah, tegalan/kebun tanaman
pangan dan sayuran, tanaman tahunan kakao,
kelapa, cengkih, kopi, dan buah-buahan, serta
tambak. Oleh karena itu, praktis hampir tidak tersedia
lahan untuk perluasan area, bahkan sebagian lahan
perbukitan berlereng curam sudah digarap untuk
pertanian.
Tanah di daerah ini terdiri atas ordo Histosols,
Entisols, Inceptisols, Mollisols, Ultisols, dan Alfisols.
Tanah terbentuk dari endapan aluvium, batuan sedi- Peta arahan penggunaan lahan untuk
men, batuan volkan tua, batuan intrusi, dan batuan pertanian daerah Gorontalo dan Sulawesi
metamorfik. Penampang tanah bervariasi dari dalam Tengah.
sampai dangkal (berkerikil, berbatu), tekstur halus

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


7
Tabel 1. Arahan penggunaan lahan untuk pengembangan pertanian di Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Tengah.

Luas
Kode Uraian
ha %

Lahan untuk intensifikasi


LB-i Tanaman pangan lahan basah (padi sawah) 76.989 2,19
LK-i Tanaman pangan lahan kering (palawija/sayuran) 173.007 4,92
TT1-i Tanaman tahunan (kebun campuran/buah-buahan) 3.822 0,11
TT2-i Tanaman perkebunan (kakao, kelapa, cengkih, kelapa sawit) 71.048 2,02
Lahan untuk ekstensifikasi
LB-e Tanaman pangan lahan basah (padi sawah) 34.536 0,98
LK-e Tanaman pangan lahan kering (palawija/sayuran) 140.075 3,98
TT2-e Tanaman perkebunan (kakao, kelapa, cengkih, kelapa sawit) 92.762 2,64
TB Tambak/perikanan air payau 6.690 0,19
Kawasan konservasi/hutan produksi
Kv Hutan konservasi/lahan tidak berpotensi untuk pertanian 650.426 18,48
HL Hutan lindung 674.876 19,18
HP Hutan produksi 191.258 5,43
HPK Hutan produksi konversi 17.454 0,50
HPT Hutan produksi terbatas 904.282 25,70
KSA+CA Hutan suaka alam, taman nasional, cagar alam, dan lain-lain 445.020 12,65

Penggunaan lain
X Pemukiman, tubuh air, bandar udara, pulau karang, dan lain-lain 40.493 1,18

sawah 34.536 ha; (2) tanaman pangan lahan kering 1:100.000 di Sulawesi Utara, terutama wilayah sentra
dan sayuran 140.075 ha; dan (3) tanaman tahunan/ produksi hortikultura; (3) data dan informasi sumber-
perkebunan 92.762 ha (Tabel 1). Penerapan teknik daya lahan Sulawesi Utara untuk pengembangan
konservasi tanah diperlukan untuk mengurangi erosi/ tanaman hortikultura; dan (4) peta arahan/rekomen-
longsor, sedangkan penerapan teknik pengelolaan dasi pengembangan tanaman hortikultura secara
sumber air pengairan, bahan organik, dan pemupuk- berkelanjutan di Sulawesi Utara.
an penting untuk memperbaiki dan meningkatkan
Kawasan ini ideal untuk pengembangan kentang
produktivitas lahan.
dan sayuran dataran tinggi lainnya, seperti bawang
daun, wortel, kubis, sawi, cabai, dan tomat. Curah
Sumberdaya Lahan untuk Pengembangan hujan di atas 2.000 mm/tahun diperlukan tanaman
Hortikultura di Sulawesi Utara untuk tumbuh optimal. Namun, curah hujan dengan
intensitas yang tinggi berdampak terhadap tingginya
Identifikasi dan evaluasi sumberdaya lahan untuk laju erosi di daerah berlereng, yang akan memper-
pengembangan hortikultura telah dilakukan di cepat penurunan produktivitas tanah.
kawasan Modasi, di lereng Pegunungan Ambang
Tanah di kawasan Modasi dengan ketinggian
(1.830 m dpl) – Tudutalong (1.680 m dpl) – Sinsingon
tempat >700 m dpl didominasi oleh Andisols,
(1.424 m dpl) – Molibut (1.565 m dpl). Dari kegiatan
Inceptisols, dan Alfisols. Pada kawasan dengan
ini telah dihasilkan: (1) Peta wilayah potensial/sesuai
ketinggian di bawah 700 m dpl didominasi oleh
untuk pengembangan tanaman hortikultura di
Inceptisols dan Alfisols. Sifat fisik tanah umumnya
Sulawesi Utara skala 1:50.000 sampai 1:100.000;
baik, struktur remah sampai lepas, solum tebal (>75
(2) Peta wilayah rawan erosi skala 1:50.000 sampai

Sumberdaya Lahan
8 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Peta kesesuaian lahan untuk tanaman kentang daerah Modasi, Sulawesi Utara.

cm), berdrainase baik, dan mempunyai porositas Selain bernilai ekonomi cukup tinggi, komoditas ini
yang tinggi. Kesuburan tanah umumnya cukup baik. dapat berfungsi sebagai konservasi lahan. Luas lahan
rawan erosi dengan tingkat kerawanan rendah (R),
Hasil evaluasi kesesuaian lahan menunjukkan
sedang (S1), sedang - tinggi (S2), dan tinggi (T) di
kawasan Modasi cukup sesuai (kelas kesesuaian
kawasan ini berturut-turut adalah 4.012 ha (7,4%),
lahan S2) untuk tanaman kentang, wortel, bawang
24.673 ha (36,4%), 16.489 ha (24,4%), dan 21.547
daun, cabai, sawi, dan kubis dengan luas area 1.628
ha (31,8%).
ha dan faktor pembatas kandungan hara rendah dan
erosi. Lahan yang diindikasi sesuai marginal (kelas
kesesuaian lahan S3) seluas 10.958 ha. Pengembangan Sistem Pertanian Terpadu
Produktivitas kentang yang diusahakan petani di Lahan Kering Beriklim Kering
kawasan tersebut berkisar antara 15-18 t/ha. Angka
Badan Litbang Pertanian pada tahun 2009 telah
ini masih dapat ditingkatkan menjadi 25 t/ha melalui
menginisiasi konsorsium pengembangan Sistem
penerapan inovasi, pemupukan berimbang, dan
Pertanian Terpadu Lahan Kering Beriklim Kering
konservasi lahan.
(SPTLKIK). Kegiatan ini diimplementasikan pada tahun
Komoditas buah-buahan dan perkebunan yang 2010 di Kebun Percobaan (KP) Naibonat, Balai
diusahakan petani di dataran tinggi (>700 m dpl) Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur.
antara lain adpokat, jeruk, markisa, apel, pisang, Kegiatan mencakup penerapan pola integrasi
pepaya, kopi, cengkih, aren, kelapa, kakao, dan jahe. tanaman - ternak (padi, jagung, kacang hijau, dan

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


9
Peta desain optimalisasi pengelolaan sumberdaya air dari mata air Oelbeba, Desa Oebola, NTT.

tanaman pakan - sapi), optimalisasi pemanfaatan


lahan dan air (zero waste dan clean run-off) dengan
peningkatan daya tampung embung dan pemanfaatan
air tanah dan aliran permukaan, serta peningkatan
produktivitas lahan dan tanaman.
Penerapan model SPTLKIK mampu meningkatkan
pemanfaatan sumberdaya lahan dan air serta pro-
duktivitas tanaman, khususnya padi, jagung, dan
kacang hijau melalui peningkatan luas tanam, indeks
pertanaman, dan produktivitas tanaman, masing-
masing sebesar 300%, 200-300%, dan 120-150%.
Berdasarkan hasil penelitian superimpose, produkti-
vitas jagung masih dapat ditingkatkan sebesar 20%
dan efisiensi pemupukan 25% dengan pengelolaan
bahan organik secara in situ.
Ilustrasi bangunan intake dan bak penampung
Pada tahun 2011 pengembangan SPTLKIK di NTT
air dari mata air Oelbeba, Desa Oebola, NTT.
meliputi: (1) peningkatan kapasitas dan pembuatan

Sumberdaya Lahan
10 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
embung baru bantuan Dinas PU NTT dan penambahan Klaster B : kawasan usaha tanaman pangan berbasis
ternak sesuai dengan daya dukung pakan in situ; (2) konservasi
replikasi SPTLKIK di Fatuleu, Kabupaten Kupang dan
Klaster C: kawasan konservasi di daerah penyangga
identifikasi potensi sumberdaya lahan dan air untuk
dan resapan air (hulu)
mendukung penyusunan rancang bangun SPTLKIK di
lokasi baru; dan (3) pengembangan daerah rembesan
sebagai tindak lanjut komitmen Badan Litbang Identifikasi dan Delineasi Lahan Kawasan
Pertanian dengan Pemerintah Provinsi NTT dalam Rumah Pangan Lestari di Pacitan, Jawa Timur
pengembangan sistem perbenihan padi dan jagung
seluas 2.000 ha di lahan petani. Untuk mendukung Model Pengembangan Kawasan
Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di lokasi percontoh-
Pada tahun 2011 SPTLKIK mulai dikembangkan
an Dusun Jelok, Desa Kayen, Kecamatan Pacitan,
di Lombok Timur, NTB. Kegiatan ini bersinergi dengan
Jawa Timur, BBSDLP telah melakukan identifikasi dan
program Pemerintah Provinsi NTB, antara lain prog-
delineasi lahan di kawasan ini. Identifikasi dan deli-
ram PIJAR (sapi, jagung, dan rumput laut) dan
neasi dilakukan secara detail menggunakan peta
program Pemerintah Kabupaten Lombok Timur.
dasar citra satelit ALOS, dilanjutkan dengan verifikasi
Rancangan disusun secara terpadu dengan tiga
detail di lapangan. Posisi setiap obyek di lapangan
klaster wilayah pengembangan, yaitu:
ditetapkan menggunakan GPS.
Klaster A: kawasan inti sistem usaha tani (SUT) ber-
Hasil identifikasi dan delineasi berupa data
basis lahan pekarangan dengan integrasi
spasial. Di lokasi percontohan, telah diidentifikasi dan
ternak

Peta Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Kayen, Pacitan, Jawa Timur.

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


11
didelineasi tiga strata model. Strata 1 adalah rumah Si, dan formulasi pupuk organik untuk meningkatkan
penduduk yang mempunyai halaman sempit, halaman produksi tanaman dan efisiensi pemupukan; (2)
ditanami sayuran dalam rak tanaman. Strata 2 adalah pengembangan formula pembenah tanah berbahan
rumah penduduk yang mempunyai halaman sedang baku organik dan anorganik dengan dosis <1 t/ha;
dan dapat ditanami dengan beberapa jenis tanaman. dan (3) pengembangan dan validasi perangkat uji
Strata 3 adalah rumah penduduk dengan pekarangan (test kit) PUPO, PUTR, PUTS digital, dan perangkat
cukup luas, sehingga selain tanaman pangan/ lunak teknologi pengelolaan lahan.
hortikultura juga dapat dikembangkan ternak atau
Hasil penelitian menunjukkan efektivitas pupuk
ikan. Selain itu diidentifikasi penggunaan lain,
organik granul dan curah relatif sama. Namun, peng-
terutama infrastruktur yang mendukung pengem-
gunaan pupuk organik curah lebih menguntungkan
bangan model ini, di antaranya kebun bibit desa
dibandingkan dengan pupuk organik granul yang
(KBD), lumbung pangan, jalan desa, dan lahan
harganya lebih mahal karena proses granulasi dan
pesawahan.
filler (pengisi). Perbedaan filler memengaruhi
kelarutan pupuk organik di dalam tanah. Filler liat
dan gipsum memberi daya rekat dan lebih kuat di-
Teknologi Pengelolaan Sumberdaya
bandingkan filler yang lain sehingga pupuk dapat
Tanah dan Pupuk bertahan lebih lama di dalam tanah.

Formulasi Pupuk dan Pembenah Tanah Formula pupuk NPK lepas lambat 1 dan 2 (NPK
SL-1 dan NPK SL-2) perlu disempurnakan karena NPK
Untuk meningkatkan produktivitas tanaman dan 15:10:10 yang diharapkan baru mencapai 10:10:10.
efisiensi pemupukan, telah dilakukan penelitian: (1) Bahan pelapis kitosan + zeolit pada NPK SL-1 lebih
formulasi pupuk anorganik lengkap bersifat lepas baik dibandingkan dengan zeolit saja (NPK SL-2).
lambat, formulasi pupuk anorganik yang mengandung Pupuk NPK yang dilapisi kitosan + zeolit lebih lambat
melepas unsur hara dan lebih konstan dibandingkan
dengan yang dilapisi zeolit. Pemberian pupuk silika
meningkatkan pertumbuhan tanaman padi. Jika pupuk
silika diberikan, penggunaan pupuk N lebih efisien.

POG Standar POG 1

NPK SL-1 NPK SL-2


POG 2 POG 3 POG A 15:10:10 15:10:10

POCr 1 POCr 2 POCr 3 NPK Si NPK Si SiO2 30%


15:10:10:10 15:10:10:5
Pupuk organik granul (POG) dan pupuk
organik curah (POCr) hasil formulasi. Pupuk NPK lepas lambat dan pupuk silika.

Sumberdaya Lahan
12 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
NPK 100% 75% N Pengendalian Keracunan Besi dengan
100% K, P, Si Pemberian Bahan Organik

Ekstensifikasi dan intensifikasi tanaman padi di lahan


rawa pasang surut belum optimal karena kendala
biofisik lahan dan produktivitas tanah yang rendah.
Lahan rawa pasang surut termasuk lahan suboptimal,
tanah bereaksi masam, miskin hara makro dan mikro,
dan mengandung zat beracun (Al, Fe, H2S). Keracun-
an besi (Fe) merupakan penyakit fisiologis tanaman
padi yang berasosiasi dengan kelebihan besi terlarut.
Bahan organik dapat mempertahankan suasana
Pertumbuhan tanaman padi dengan dan tanpa reduktif dan menekan oksidasi pirit di tanah. Laju
pupuk NPK silika. reduksi bergantung pada kandungan bahan organik
tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian
jerami 5 t/ha + purun tikus 5 t/ha lebih baik dibanding
Penelitian di laboratorium menunjukkan formula
perlakuan lainnya. Indeks bronzing daun dan skor
pembenah tanah berukuran < 100 µm mempunyai
keracunan besi lebih baik dibandingkan dengan cara
kemampuan memegang air lebih tinggi dibandingkan
petani dan pemberian dolomit 2 t/ha. Varietas Inpara
formula pembenah tanah melalui proses ballmill satu
1 dan Inpara 2 menunjukkan indeks dan skor yang
kali dan dua kali. Pada pengujian di rumah kaca, peng-
lebih baik dibandingkan dengan IR64 (Gambar 1).
gunaan formula pembenah tanah BetaHumat < 100
µm dan SP50Humat < 100 µm dengan dosis lebih Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah
rendah (0,75-1,00 t/ha) mampu memperbaiki sifat anakan maksimum, dan bobot kering tanaman) lebih
fisik tanah dan berpotensi meningkatkan hasil jagung. baik dibanding perlakuan lainnya. Hasil gabah berbeda

Indeks bronzing Skor keracunan


daun besi
0,8 6
Inpara 1 Inpara 1
Inpara 2 Inpara 2
5
0,6 IR64 IR64
4

0,4 3

2
0,2
1

0 0
Kontrol Dolomit Cara Jerami Jerami Kontrol Dolomit Cara Jerami Jerami
2 t/ha petani 2,5 t/ha + 5 t/ha + 2 t/ha petani 2,5 t/ha + 5 t/ha +
purun tikus purun tikus purun tikus purun tikus
2,5 t/ha 5 t/ha 2,5 t/ha 5 t/ha

Gambar 1. Indeks bronzing daun dan skor keracunan besi tiga varietas padi pada lima kondisi bahan
amelioran (jerami, purun tikus, dolomit) pada tanah sulfat masam tipe luapan B,
Belandean, Barito Kuala, MK 2011.

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


13
Tabel 1. Pertumbuhan dan hasil tiga varietas padi pada lima kondisi bahan amelioran (jerami, purun tikus, dan dolomit) pada
tanah sulfat masam tipe luapan B, Belandean, Barito Kuala, MK 2011.

Tinggi tanaman Anakan Bobot kering Hasil


Perlakuan
(cm) maksimum jerami (g) (t/ha)

Bahan organik
Kontrol 77,68 13,99 20,93 2,95
Cara petani 82,87 16,09 25,44 3,73
Dolomit 2,0 t/ha 83,86 16,31 26,12 3,83
Jerami 2,5 t/ha + purun tikus 2,5 t/ha 88,81 17,38 29,45 4,34
Jerami 5,0 t/ha + purun tikus 5,0 t/ha 91,61 18,33 33,61 4,78
Varietas
Inpara 1 86,57 17,49 30,05 4,50
Inpara 2 90,73 16,77 28,48 4,34
IR64 77,59 15,00 22,80 2,93

sangat nyata dibandingkan dengan kontrol, perlakuan Wilayah banjir DAS Jeneberang, Saddang, dan
petani, dan pemberian dolomit 2 t/ha (Tabel 1). Walanae didelineasi melalui dua pendekatan, yaitu
berdasarkan aplikasi model hidrodinamik HEC-RAS
dan analisis data citra radar ALOS PALSAR. Hasil
Antisipasi Perubahan Iklim penelusuran menginformasikan ketersediaan data
citra radar ALOS PALSAR untuk perekaman 24 April
Strategi Antisipasi dan Mitigasi 2008 yang merepresentasikan kejadian banjir pada
19 April 2008 dan perekaman 9 September 2008
Air merupakan faktor utama penentu kelangsungan untuk kondisi musim kemarau. Data citra yang terpilih
produksi pertanian. Namun, pengelolaannya meng- melingkupi lokasi banjir di DAS Saddang.
hadapi banyak kendala dan bahkan memunculkan
Profil melintang sungai diidentifikasi mengguna-
masalah baru, seperti kelangkaan air dan banjir.
kan dua pendekatan, yaitu pengukuran elevasi
Kondisi ini diperparah oleh kompetisi penggunaan air
bantaran sungai dengan total station dan pengukuran
oleh sektor pertanian dengan sektor lain.
kedalaman sungai dengan river survey. Hasil analisis
Dalam upaya mengoptimalkan penggunaan air periode ulang banjir menunjukkan bahwa debit
dan meminimalkan dampak bencana alam terhadap puncak Sungai Saddang untuk periode ulang 100
sektor pertanian, diperlukan strategi antisipasi dan tahun mencapai 5,108 m3/detik. Pengukuran sesaat
mitigasi, antara lain melalui kegiatan: (1) pemetaan debit sungai Saddang pada 2 Juli 2011 menggunakan
daerah rawan banjir DAS Jeneberang, DAS Saddang, river survey menunjukkan debit 49,8 m3/detik. Pada
dan DAS Walanae; (2) penelitian pengelolaan air pada kondisi tersebut, perbedaan elevasi antara permuka-
DAS mikro untuk meningkatkan produktivitas tanaman an air dan tanggul alami Sungai Saddang pada titik
di DAS mikro Selopamioro dan DAS Citanduy; dan pengukuran profil melintang sungai mencapai 2,9 m.
(3) pengembangan model pembagian air secara
Pengelolaan DAS mikro Progo menggunakan
optimal untuk keberlanjutan ketersediaan sumber
basis sungai dan lahan. Pengelolaan DAS berbasis
daya air di DAS Citarum, Jawa Barat. Hasil penelitian
sungai sudah cukup banyak dilakukan oleh pemerintah
menunjukkan bahwa perubahan iklim di daerah tropis
maupun swasta, terutama berkaitan dengan sistem
diperkirakan akan meningkatkan dampak dari ke-
panen air, pembuatan sumur resapan, dan pembuatan
jadian iklim ekstrem, seperti banjir dan kekeringan.

Sumberdaya Lahan
14 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Rekontruksi jaringan hidrologi dan cakupan wilayah DAS Citarum hulu.

embung. Pengelolaan mengintegrasikan teknologi pasangan hujan 24 Oktober 2001 dengan 23 Mei 2010
konservasi tanah dan air pada lahan budi daya. dan 30 Januari 2002 dengan 8 Juni 2010. Pada dua
Teknologi ini sudah diterapkan oleh masyarakat di pasang episode hujan tersebut, debit puncak berturut-
daerah hulu, tengah, dan hilir, berupa penanaman turut menurun dari 88,3 menjadi 27,1 l/detik, dan
tanaman budi daya searah kontur disertai dengan dari 91 menjadi 33,2 l/detik. Perpanjangan waktu
teras gulud yang dikombinasikan dengan tanaman respons selama 6 menit hanya terjadi pada pasangan
rumput gajah dan atau tanaman pohon penguat teras. hujan 24 Oktober 2001 dengan 23 Mei 2010. Nilai
Persepsi masyarakat dalam pengelolaan DAS Progo koefisien aliran permukaan menurun dari 8,7% men-
cenderung positif. Mereka berupaya untuk tetap jadi 2,3% dan dari 11,9% menjadi 3,3%.
menjaga lingkungan DAS secara lestari. Hal ini
DAS Citarum memiliki luas 1.739,97 km2. Debit
ditunjukkan oleh keterlibatannya secara aktif dalam
maksimum Sungai Citarum pada stasiun pengamatan
perbaikan lingkungan dan penerapan teknik konser-
hidrologi Nanjung mencapai 329,9 m3/detik pada
vasi tanah dan tata guna air melalui konsep water
periode ulang dua tahun dan 644,9 m3/detik pada
sharing dan kelembagaan pengelolaan air.
periode ulang 100 tahun. Potensi air tersedia DAS
Penggunaan mulsa sebagai penutup tanah dapat Citarum pada musim hujan 53.304.804.892 m3/detik
mengubah hidrologi dengan menurunkan debit dan pada musim kemarau 35.737.145.744 m3/detik.
puncak, koefisien aliran permukaan, dan mem- Kebutuhan air DAS Citarum merupakan jumlah dari
perpanjang waktu respons pada episode hujan kurang proyeksi kebutuhan domestik, industri, dan pertanian
dari 22 mm. Untuk episode hujan di atas 22 mm, sebesar 19.904.421.950 m 3 /tahun. Proyeksi
perubahan karakteristik hidrologi baru terlihat pada kebutuhan pada tahun 2020 adalah 20.195.790.207
penurunan nilai koefisien aliran permukaan. Dua m3. Status neraca ketersediaan dan kebutuhan air
episode hujan terpilih tahun 2001-2002 dan 2010- DAS Citarum menunjukkan bahwa neraca tahunan
2011 yang memiliki curah hujan yang sama adalah surplus, kecuali Kota Cimahi. Secara umum, neraca

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


15
ketersediaan dan kebutuhan air pada musim kemarau di bawah batas maksimum residu (BMR) dan
positif, kecuali di Kabupaten Cianjur, Bandung, memberikan hasil yang tinggi.
Sumedang, Bekasi, dan Kota Cimahi.
Upaya remediasi melalui teknologi pengkayaan
urea berlapis arang aktif dengan mikroba memper-
Teknologi Remediasi Lahan Pertanian oleh tujuh isolat yang mampu mendegradasi senyawa
Tercemar POPs. Lima isolat bersifat gram positif (BOB1, BOB2,
BOB3, BOB4, BOB5) dan efektif mendegradasi POPs
Penggunaan insektisida golongan organoklorin pada berbahan aktif lindan, heptaklor, DDT, dan dieldrin.
tahun 1970-an masih meninggalkan residu dalam Dua isolat bersifat gram negatif (BOB6 dan BOB7),
tanah karena sifatnya yang persisten. Residu efektif mendegradasi POPs berbahan aktif aldrin.
organoklorin dapat terbawa dalam produk pertanian Teknologi pelapisan pupuk urea dengan arang aktif
sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan yang diperkaya dengan mikroba pendegradasi
konsumen. Sebagian besar insektisida organoklorin senyawa POPs (BOB1, BOB2, BOB3, BOB4, BOB5,
merupakan senyawa persistent organic pollutants BOB6, dan BOB7) dapat meningkatkan efisiensi pupuk
(POPs) yang masih ditemukan di lahan pertanian N sebesar 24% dan menurunkan residu POPs. Urea
sayuran dan padi. Indikasi cemaran residu beberapa berlapis arang aktif tempurung kelapa + mikroba
insektisida POPs di DAS Citarum telah dilaporkan, menurunkan residu lindan hingga 94%. Urea berlapis
namun masih bersifat spot. Peta residu insektisida arang aktif tongkol jagung + mikroba menurunkan
POPs di lahan pertanian di DAS Citarum dapat diguna- residu heptaklor hingga 71% dan dieldrin 83%. Urea
kan sebagai acuan dalam penanggulangannya. berlapis arang aktif tongkol jagung menurunkan residu
aldrin 88% dan DDT 94%.
Bioremediasi dan biokemoremediasi merupakan
alternatif penanggulangan yang dapat dilakukan.
Penelitian pada Januari - Desember 2011 di Jawa Dinamika Emisi Gas Rumah Kaca dari Lahan
Barat dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa Pertanian
berdasarkan sifat fisik air (suhu, TDS, TSS) dan kimia
air (pH, DO, COD, DHL), air Sungai Citarum hulu dan Ekstensifikasi dan pemupukan selain mendongkrak
Citarum tengah sesuai untuk pengairan tanaman. produktivitas juga meningkatkan kapasitas rosot
Beberapa lokasi air sungai dan air sawah DAS Citarum karbon sehingga dapat memitigasi laju perubahan
hulu dan tengah memiliki konsentrasi aldrin, DDT, Pb, iklim. Hasil penelitian perlakuan berbagai jenis ame-
dan Cd melebihi batas maksimum baku air minum. lioran menunjukkan bahwa nilai Global Warming
Untuk pengairan tanaman, satu lokasi konsentrasi DDT Potential (GWP) tertinggi (8,124 kg CO2-C/ha) diper-
dan beberapa lokasi logam Pb melebihi batas oleh dari perlakuan dolomit. Penurunan emisi tertinggi
maksimum yang ditetapkan. Senyawa POPs terjadi pada perlakuan abu vulkan sebesar 45,9%.
endosulfan terdeteksi di semua lokasi tanah sawah Fungsi amelioran dalam mempertahankan stabilitas
DAS Citarum hulu dan tengah, sedangkan lindan, DDT, tanah gambut adalah melalui penekanan laju
dan aldrin terdeteksi di beberapa lokasi. kehilangan karbon dalam bentuk CH4 dan CO2.
Peningkatan stabilitas tanah gambut akan tercapai
Upaya penanggulangan melalui bioremediasi
melalui penurunan emisi CH4 karena berkaitan
telah dilakukan. Telah ditemukan isolat bakteri
dengan terbentuknya senyawa kompleks antara asam
Pseudomonas mallei dan jamur Trichoderma sp. yang
organik dari tanah gambut dengan kation logam Fe3+
mampu mendegradasi senyawa POPs. Aplikasi
dari bahan amelioran.
teknologi bioremediasi dengan menggunakan cam-
puran bakteri P. mallei dan jamur Trichoderma sp. Total kandungan karbon tertinggi terdapat pada
dapat menurunkan residu POPs (DDT, heptaklor, perlakuan pugam (5.557 kg C/ha). Selisih tertinggi
dieldrin, endosulfan) pada tanaman caisim sampai yang dihasilkan dari pengurangan total kandungan

Sumberdaya Lahan
16 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
CG system dihubungkan oleh sebuah CBM
dengan komputer untuk interpretasi data

Puncak hasil pembacaan

Perangkat komputer untuk


memperlihatkan puncak hasil
pembacaan

Analisis emisi gas CH4, N2O, dan CO2 di laboratorium gas rumah kaca.

karbon dengan GWP (net karbon) terdapat pada menghasilkan emisi GRK yang tinggi, pengairan terus-
perlakuan kontrol, yaitu 3.785 kg C/ha. Perlakuan abu menerus mampu menyerap emisi GRK kembali,
vulkan menghasilkan net karbon -72 kg C/ha, yang walaupun serapan karbon pada perlakuan tersebut
menunjukkan emisi GRK dapat diserap seluruhnya. lebih rendah dibanding perlakuan pengairan terputus.
Ini berarti penggunaan abu vulkan pada tanaman padi
Serapan karbon tertinggi terdapat pada perlaku-
di tanah gambut mampu menyerap karbon lebih ba-
an pengairan terputus + 100% NPK + NI, yaitu 2.642,4
nyak dibandingkan dengan jumlah karbon yang dilepas
kg C/ha. Serapan karbon semakin tinggi dengan me-
ke atmosfer sehingga mampu menekan emisi GRK.
ningkatnya takaran pupuk NPK. Perlakuan pengairan
Kandungan karbon organik terendah terdapat terus-menerus menghasilkan rasio yang lebih tinggi
pada perlakuan kontrol, baik dengan pengairan terus- dibanding perlakuan pengairan terputus, berkisar
menerus maupun pada pengairan terputus, berturut- antara 36-50%. Rasio terendah terdapat pada
turut sebesar 2.538,3 kg dan 2.285,4 kg C/ha. Nilai perlakuan pengairan terputus + 75% NPK. Perlakuan
GWP pada perlakuan pengairan terus-menerus lebih pengairan terus-menerus dengan penambahan pupuk
tinggi dibanding pengairan terputus, berkisar antara menghasilkan gabah yang lebih tinggi (3,9-6,2 t/ha).
41-59%. Hal ini menunjukkan pengairan terus- Jika dilihat dari upaya penurunan emisi GRK, perlakuan
menerus memberikan kontribusi yang lebih besar pengairan terputus lebih ramah lingkungan dan lebih
terhadap potensi pemanasan global. Meskipun efisien dalam penggunaan air.

Sumberdaya Lahan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


17
Tanaman Pangan
Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang
waktu merupakan suatu keniscayaan. Oleh sebab itu,
Kementerian Pertanian memberikan prioritas yang tinggi
terhadap upaya peningkatan produksi pangan, sebagaimana
tercermin dalam program pembangunan pertanian 2010-2014
yang dikenal dengan Empat Sukses Kementerian Pertanian.
Di satu sisi, kebutuhan pangan masyarakat yang terus
meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk
harus dipenuhi dari produksi dalam negeri. Di sisi lain, masalah
yang dihadapi petani dalam berproduksi makin berat dan
kompleks. Perubahan iklim global, misalnya, telah dan akan
terus mengancam keselamatan tanaman pangan. Dengan
sumberdaya yang dimiliki, Badan Litbang Pertanian senantiasa
berupaya menghasilkan inovasi demi inovasi untuk mencapai
ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.

Tanaman Pangan
18 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Varietas Unggul Baru Litbang Pertanian juga melepas sembilan varietas
unggul baru padi hibrida dengan potensi hasil di atas
Selama ini keberhasilan upaya peningkatan produksi 10 t/ha (Tabel 1).
sebagian terletak pada penggunaan varietas unggul Lima dari tujuh varietas jagung yang dilepas
oleh petani. Mereka menyadari bahwa varietas adalah jenis hibrida, masing-masing bernama Bima
unggul merupakan komponen teknologi yang dapat 12 Q, Bima 13 Q, Bima 14 Batara, Bima 15 Sayang,
diandalkan dalam meningkatkan produksi karena dan Bima 16. Dua lainnya adalah jenis bersari bebas,
berdaya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit masing-masing dilepas dengan nama Provit A1 dan
utama, dan toleran terhadap kondisi lingkungan Provit A2.
tertentu. Untuk mempercepat upaya peningkatan
Bima 12 Q dan Bima 13 Q memiliki mutu protein
produksi, Badan Litbang Pertanian pada tahun 2011
yang lebih baik, tahan terhadap bercak daun, dan
telah melepas sejumlah varietas unggul padi, jagung,
potensi hasil berkisar antara 9,3-9,8 t/ha. Varietas
kedelai, kacang tanah, dan ubi jalar.
Bima 12 Q lebih genjah, dapat dipanen pada umur
Dari 17 varietas unggul padi yang dilepas pada 98 hari. Bima 14 Batara dan Bima 15 Sayang berdaya
tahun 2011, 11 di antaranya sesuai dikembangkan hasil lebih tinggi, masing-masing 12,9 dan 13,2 t/ha.
pada lahan sawah irigasi yang masih menjadi tulang Varietas Bima 16 memiliki potensi hasil 12,4 t/ha dan
punggung produksi padi nasional, tiga varietas untuk mampu beradaptasi pada lingkungan suboptimal.
lahan kering (gogo), dan tiga varietas sesuai untuk Jagung bersari bebas Provit A1 dan Provit A2 lebih
lahan sawah tadah hujan (Tabel 1). Sebelas dari 17 genjah, dapat dipanen pada umur 96-98 hari dengan
varietas padi yang dilepas adalah jenis inbrida. potensi hasil 7,4-8,8 t/ha (Tabel 2).
Pengembangan varietas unggul baru ini diharapkan
Varietas unggul baru kedelai diberi nama Gema,
dapat mengatasi masalah yang terjadi di lapangan.
yang sebelumnya di lapangan diberi kode SHR/W-C-
Varietas Inpari Sidenuk hasil dari konsorsium padi,
60. Kedelai ini mampu berproduksi hingga 2,47 t/ha,
misalnya, agak tahan terhadap hama wereng batang
lebih tinggi daripada varietas Burangrang (3,06 t/ha)
coklat biotipe 1, 2, dan 3 yang diharapkan dapat
dengan ukuran biji lebih besar (11,9 g/100 biji). Selain
menangkal perkembangan hama yang berbahaya itu.
untuk tempe, varietas Gema juga sesuai untuk bahan
Untuk memberikan banyak pilihan bagi petani, Badan

Keragaan padi varietas Inpari 19 di lapangan, Keragaan jagung Bima 14 Batara di lapangan,
potensi hasil 9,5 t/ha dan tahan wereng potensi hasil 12,9 t/ha dan tahan bulai.
batang coklat.

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


19
Tabel 1. Varietas unggul padi yang dilepas pada tahun 2011.

Umur Potensi hasil Agroekosistem


Varietas Sifat penting lainnya
(hari) (t/ha) pengembangan

Inpari 14 Pakuan 113 8,2 Agak tahan HDB III, agak Lahan sawah tadah hujan
tahan blas ras 033 dan 133
Inpari 15 Parahyangan 117 7,5 Agak tahan WBC 1 Lahan sawah tadah hujan
Inpari 16 Pasundan 118 7,6 Tahan HDB III, tahan blas ras 033 Lahan sawah tadah hujan
Inpari 17 111 7,9 Tahan HDB III, IV, VIII, tahan Lahan sawah irigasi
blas ras 033 dan 133, agak
tahan WBC 1 dan 2
Inpari 18 120 9,5 Tahan WBC 1 dan 2 Lahan sawah irigasi dan
tadah hujan
Inpari 19 104 9,5 Tahan WBC 1 dan 2, tahan Lahan sawah irigasi dan
HDB III tadah hujan
Inpari 20 104 8,8 Tahan HDB III, agak tahan WBC 1 Lahan sawah irigasi
Inpari Sidenuk 103 9,1 Agak tahan WBC 1, 2, 3, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa 12 SBU 105 10,5 Agak tahan WBC 3, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa 13 105 10,5 Agak tahan WBC 2, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa 14 SBU 112 12,1 Agak tahan WBC 2, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa Jatim 1 119 10,0 Agak rentan WBC 1, 2 dan pulen Lahan sawah irigasi
Hipa Jatim 2 116 10,9 Agak rentan WBC 3, agak Lahan sawah irigasi
tahan HDB III
Hipa Jatim 3 117 10,7 Agak tahan HDB III Lahan sawah irigasi
Inpago 8 119 8,1 Tahan blas ras 033, 133, 073, Lahan kering
173, toleran kekeringan,
agak toleran Al
Inpago Unram 1 108 7,6 Tahan blas ras 033, 133, Lahan kering
agak toleran Al dan Fe Lahan kering
Inpago Unsoed 1 110 7,2 Tahan blas ras 133, toleran Fe,
agak toleran kekeringan

HDB III, IV, VIII = hawar daun bakteri strain III, IV, dan VIII
WBC 1, 2, 3 = wereng batang coklat biotipe 1, 2, dan 3
Al= aluminium; Fe = besi

baku tahu. Rendemen tahu dari 8 kg biji kedelai 2. Hypoma-1 adaptif pada lingkungan optimal dengan
varietas Gema mencapai 267%, lebih tinggi dibanding potensi hasil 3,70 t/ha polong kering, cukup tahan
kedelai impor yang hanya 235%, masing-masing terhadap penyakit bercak dan karat daun, dan agak
dengan kadar protein 39% dan 37%. Varietas Gema tahan penyakit layu bakteri (Ralstonia solanacearum).
berumur super genjah, sudah dapat dipanen pada Varietas Hypoma-2 mempunyai daya adaptasi yang
umur 73 hari. baik terutama di lingkungan tercekam kekeringan,
agak tahan terhadap penyakit bercak dan karat daun,
Dua varietas unggul baru kacang tanah dilepas
potensi hasil 3,50 t/ha polong kering.
masing-masing dengan nama Hypoma-1 dan Hypoma-

Tanaman Pangan
20 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tabel 2. Varietas unggul jagung yang dilepas pada tahun 2011.

Potensi hasil Umur Reaksi terhadap Reaksi terhadap


Varietas Keunggulan lainnya
(t/ha) (hari) bulai bercak daun

Hibrida
Bima 12 Q 9,3 98 Peka Tahan Mutu protein lebih baik,
lisin 0,52%, triptofan 0,11%
Bima 13 Q 9,8 103 Agak peka Tahan Mutu protein lebih baik,
lisin 0,46%, triptofan 0,09%
Bima 14 Batara 12,9 95 Tahan -
Bima 15 Sayang 13,2 100 Agak tahan -
Bima 16 12,4 100 Tahan - Sesuai di lahan suboptimal

Bersari bebas
Provit A1 7,4 96 Peka - Kandungan beta karotin
0,081 ppm
Provit A2 8,8 98 Peka - Kandungan beta karotin
0,144 ppm

Polong kering
(t/ha)

2,5

2,0

1,5
Hyp 1 Hyp 2 Singa Jerapah
Varietas

Kedelai varietas Gema, di lapangan diberi Gambar 1. Hasil polong kering kacang tanah
kode SHR/W-60 dengan potensi hasil 3,06 t/ varietas Hypoma-1 dan Hypoma-2 dibanding
ha. varietas Singa dan Jerapah.

Hypoma-1 dan Hypoma-2 berumur 90-91 hari, Dua varietas unggul ubi jalar yang dilepas
atau 4-5 hari lebih genjah dari varietas Jerapah dan masing-masing diberi nama Antin-1 dan Antin-2.
14-15 hari lebih genjah dari varietas Singa. Keduanya Keduanya memiliki kandungan antosianin yang
potensial dikembangkan dalam pola tanam padi-padi- tinggi. Dalam pengujian multilokasi, varietas Antin-1
kacang tanah pada lahan tadah hujan yang memiliki mampu berproduksi 33,2 t/ha, toleran kekeringan,
bulan basah terbatas. Hasil Hypoma-1 dan Hypoma- dan kandungan antosianin 33,89 mg/100 g. Varietas
2 masing-masing 1,3% dan 36% lebih tinggi dari Antin-2 berpotensi hasil 27,3 t/ha dan memiliki
varietas Jerapah (Gambar 1). kandungan antosianin 156 mg/100 g umbi.

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


21
Pemetaan Ketahanan Varietas Padi
terhadap Tungro

Tungro merupakan penyakit virus pada tanaman padi


yang ditularkan oleh hama wereng hijau. Penyakit ini
perlu terus diwaspadai karena pernah merusak
pertanaman padi dalam area yang luas, terutama di
Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat,
dan Kalimantan Selatan dengan kerugian yang cukup
Ubi jalar ungu varietas Antin-2, potensi hasil besar. Salah satu cara yang dianjurkan untuk
tinggi dan kaya antosianin. mengendalikan tungro adalah penggunaan varietas
tahan.
Varietas tahan tungro digolongkan menjadi
varietas tahan wereng hijau dan tahan tungro.
Varietas tahan virus tungro digolongkan pula menjadi:
V1 dengan tetua Utri Merah (varietas Tukad Petanu
Tingkat Adopsi Varietas Unggul
dan Inpari 7 Lanrang); V2 dengan tetua tahan TKM6
Baru Padi
(varietas Tukad Balian dan Kalimas); V3 dengan tetua
TKM6 + Gampai (varietas Bondoyudo, Inpari 8, dan
Survei di daerah pengembangan pengelolaan Inpari 9 Elo); dan V4 dengan tetua tahan Balimau
tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi pada tahun Putih (varietas Tukad Unda). Varietas tahan wereng
2011 dilakukan di Kabupaten Landak dan Sambas, hijau digolongkan menjadi: T1 dengan gen tahan
Kalimantan Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara dan tetua Glh1 (varietas IR20, 30, 26, 46, Citarum,
Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dan Serayu); T2 dengan gen tahan tetua Glh6 (varietas
Kabupaten Pidie dan Aceh Jaya, Nanggroe Aceh IR32, 36, 38, 47, Semeru, Asahan, Ciliwung, Krueng
Darussalam. Di Kalimantan Barat, varietas Ciherang Aceh, Bengawan Solo); T3 dengan gen tahan tetua
masih ditanam oleh hampir 50% petani responden. Glh3 (varietas IR48, 50, 52, 54, 64); dan T4 dengan
Varietas unggul yang mulai diadopsi adalah Inpara 1 gen tetua tahan Glh 4 (varietas IR66, 70, 72, 68, Klara,
dan Inpara 3 yang ditanam oleh 20% petani, sesuai dan Barumun).
dengan kondisi lahan pertanian mereka berupa rawa
Kemampuan penularan wereng hijau me-
gambut. Di Kalimantan Timur, varietas Ciherang dan
nularkan virus bervariasi, begitu pula virulensi virus
IR64 ditanam masing-masing dengan proporsi 25%
tungro, sehingga perlu dilakukan uji kesesuaian
dan 16%. Varietas Cibogo, Mekongga, Cigeulis, dan
varietas terhadap populasi wereng hijau dan virus
Inpari 13 diusahakan oleh 10% petani. Di Aceh,
tungro di berbagai daerah endemis tungro. Hingga
penggunaan varietas unggul baru belum bervariasi,
tahun 2011, pengujian kesesuaian varietas telah
dalam tiga tahun terakhir masih menggunakan
dilakukan di 15 provinsi endemis tungro dengan uji
varietas Ciherang dengan proporsi 70%. Beberapa
efisiensi penularan virus oleh wereng hijau pada
varietas lokal bahkan masih ditanam petani, terutama
varietas tahan dan uji virulensi inokulum tungro
di daerah pegunungan.
terhadap varietas tahan virus tungro.
Di Kalimantan Barat, 71% petani telah meng-
Varietas tahan virus V1 agak tahan di Sulawesi
gunakan benih bersertifikat. Di Kalimantan Timur
Tenggara dan tahan di DI Yogyakarta, Banten,
hanya 37% petani yang menanam benih bermutu,
Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi
sementara di Aceh 60% petani sudah menggunakan
Barat, Sulawesi Tengah, Papua, Jawa Tengah, Bali,
benih bersertifikat.
Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, dan Sulawesi

Tanaman Pangan
22 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Selatan. Varietas V2 agak tahan di Jawa Barat, Xoo, yaitu strain III 50%, strain IV 23%, dan strain
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, DI Yogyakarta, VIII 19%. Di Sumatera Utara, dari 255 sampel
dan tahan di Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Barat, diperoleh 188 isolat bakteri Xoo dan ditemukan tiga
Sulawesi Tengah, Papua, Jawa Tengah, dan Nusa kelompok Xoo, yaitu strain III 59%, strain IV 32%,
Tenggara Barat. Varietas V3 agak tahan di Bali, Nusa dan strain VIII 9%. Dari data tersebut dibuat peta
Tenggara Barat, Jawa Barat, Sulawesi Tenggara, penyebaran bakteri Xoo di kedua provinsi yang dapat
Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan dan tahan di digunakan sebagai dasar rekomendasi dalam
Sulawesi Utara, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi penanaman varietas tahan HDB di daerah setempat.
Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan Sulawesi Selatan. Hingga saat ini, pengendalian penyakit HDB dengan
Varietas V4 agak tahan di Sulawesi Tenggara, penggunaan varietas tahan merupakan cara yang
Kalimantan Selatan, dan tahan di Sulawesi Utara, efektif dan ramah lingkungan.
Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Barat, Sulawesi
Tenggara, Papua, Jawa Tengah, Bali, Nusa Tenggara
Barat, Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan. Mutu Beras Beberapa Varietas Padi
Varietas tahan wereng hijau T1 agak tahan di
Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Lampung, Sebanyak 22 varietas dan 10 galur padi yang diperoleh
Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tengah. Varietas T2 dari petani di Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
agak tahan di DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Papua. Kalimantan Selatan, Jawa Barat, dan Jawa Timur,
Varietas T3 bereaksi peka di semua provinsi. Varietas serta dari BB Padi dipelajari karakteristik fisik,
T4 agak tahan di Banten, Sulawesi Barat, Jawa Barat, fisikokimia, gizi, protein, dan nilai indeks glikemiknya.
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan tahan di Jawa Sampel gabah diproses menjadi beras giling yang
Timur, Lampung, Sulawesi Tengah, Papua, Sulawesi selanjutnya diamati karakter fisik (rendemen beras
Tenggara, Sulawesi Utara, DI Yogyakarta, dan giling, persentase beras kepala, beras patah, ukuran
Kalimantan Selatan. dan bentuk, butir kapur, serta kebeningan beras); sifat
fisikokimia dan gizi beras (kadar amilosa, sifat
konsistensi gel, suhu gelatinisasi, dan kadar protein);
Pemetaan Strain Penyakit Hawar dan nilai indeks glikemik beras.
Daun Bakteri di Sentra Produksi Hasil penelitian menunjukkan, seluruh varietas
Padi dan galur padi yang diuji memiliki rendemen beras
giling relatif tinggi (62,4-71,5%), dengan persentase
Penelitian untuk mengetahui penyebaran dan beras kepala >70%, ukuran butiran berkisar dari
komposisi kelompok patotipe bakteri Xanthomonas sedang (5,51-6,60 mm) hingga panjang (6,61-7,50
oryzae pv. oryzae (Xoo), penyebab penyakit hawar mm), bentuk beras medium (rasio P/L 2,1-3,0) dan
daun bakteri (HDB) di sentra produksi padi telah ramping (rasio P/L >3,0). Hampir semua varietas dan
dilakukan di Kabupaten Maros, Bone, Sopeng, Wajo, galur memiliki tingkat kebeningan beras yang baik
Sidrap, Barru, Pangkep, Pinrang, Luwu, dan Palopo, dengan nilai >1,3%, dan memiliki butir kapur
Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Deli Serdang, Binjai, rendah/kecil (0-10%). Tingkat kepulenan nasi semua
Langkat, Serdang Bedagi, Simalungun, Batubara, varietas/galur padi termasuk sedang sampai tinggi
Asahan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, dan Toba dengan kadar amilosa 20,7-24,9%, tekstur nasi
Samosir, Sumatera Utara pada MT 2011. Daun padi beragam dari keras sampai lunak, suhu gel rendah
tertular HDB diisolasi untuk memperoleh isolat bakteri sampai tinggi (skor 1-7), dan kadar protein beras
Xoo, menggunakan metode pencucian. 7,3-9,6%.

Di Sulawesi Selatan, dari 210 sampel diperoleh Nilai indeks glikemik beras varietas Hipa 7, Inpari
176 isolat bakteri Xoo dan ditemukan tiga kelompok 12, dan Inpari 13 termasuk rendah, sedangkan beras

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


23
varietas Hipa 6 dan Inpara 5 termasuk sedang. Beras dan yang ditanam dengan jarak tanam normal 7,54
dengan nilai indeks glikemik rendah dapat disarankan t/ha. Dengan demikian, pengairan tanaman jagung
untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes dalam pada musim kemarau sebaiknya berdasarkan titik layu
menjalankan program diet. untuk meningkatkan efisiensi pengairan tanaman.

Tanam Legowo pada Jagung IP 400 Budi Daya Kedelai di Hutan Jati

Penelitian menggunakan jagung komposit (varietas Salah satu cara untuk mempercepat peningkatan
Sukmaraga dan Bisma) dan hibrida (varietas Bima 3 produksi kedelai menuju swasembada adalah
dan Bisi-2) yang ditanam dengan populasi 66.666 memperluas area tanam dengan memanfaatkan
tanaman/ha (jarak tanam normal) dan 71.428 lahan kosong di kawasan hutan. Melalui Gerakan
tanaman/ha (tanam legowo). Pada pertanaman I, Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi
hasil varietas Bisma yang ditanam secara legowo (GP3K), Badan Litbang Pertanian mengembangkan
meningkat 7,6%, mencapai 10,63 t/ha, sementara teknologi budi daya kedelai di kawasan hutan jati di
hasil varietas Sukmaraga 10,69 t/ha. Pada Ngawi, Jawa Timur, seluas 8,5 ha. Di kawasan
pertanaman II, hasil kedua varietas menurun tersebut, tinggi tanaman jati pada saat itu berkisar
dibanding pertanaman I. Hasil varietas Bisma yang antara 2-3 m, jarak tanam 3 m x 4 m, dan tingkat
ditanam secara legowo hanya 9,19 t/ha dan hasil naungan sekitar 25%.
varietas Sukmaraga 9,50 t/ha. Pada pertanaman I,
Selain mempercepat upaya peningkatan produksi
varietas Bima 3 yang ditanam secara legowo memberi
melalui perluasan area tanam, pengembangan
hasil 8,68 t/ha dan varietas Bisi-2 hanya memberi
kedelai di lorong tanaman jati juga memberi
hasil 8,39 t/ha. Pada pertanaman II, dengan cara
beberapa keuntungan: (1) optimalisasi pemanfaatan
tanam yang sama dengan pertanaman I, hasil Bima
lahan; (2) produk panen beragam; (3) lebih cepat
3 adalah 8,81 t/ha, sedangkan hasil Bisi-2 hanya 8,49
memperoleh tambahan penghasilan karena kedelai
t/ha.
sudah dapat dipanen pada umur 85-90 hari; (4)
memperbaiki kesuburan tanah karena tambahan
Pengelolaan Pengairan Pertanaman
Jagung

Pengairan tanaman jagung dengan interval 10 hari


sekali sebanyak enam kali selama masa pertumbuhan
tidak berbeda nyata dengan cara pengairan tanaman
berdasarkan titik layu (empat kali pengairan).
Pengairan pada setiap alur tanaman memberikan
hasil lebih tinggi dibanding pemberian air pada
setiap dua alur, baik yang ditanam dengan populasi
66.666 tanaman (jarak tanam normal) maupun
71.428 tanaman/ha (legowo). Pemberian air secara
terjadwal (enam kali selama pertumbuhan tanaman)
di setiap alur, hasil jagung yang ditanam secara
legowo adalah 7,26 t/ha dan yang ditanam dengan
Kedelai yang dikembangkan di sela tanaman
jarak tanam normal 7,36 t/ha. Jika pengairan
jati di Ngawi, Jawa Timur, mampu
tanaman dilakukan berdasar titik layu di setiap alur, berproduksi di atas 2 t/ha.
hasil jagung yang ditanam secara legowo 7,40 t/ha

Tanaman Pangan
24 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
hara N dari Rhizobium dan bahan organik dari Cara penggunaan Iletrisoy: benih kedelai
serasah tanaman kacang-kacangan; (5) mencegah dimasukkan ke dalam wadah (ember), kemudian
erosi; dan (6) menyediakan pakan ternak. dibasahi dengan air secukupnya. Inokulan ditaburkan
ke wadah benih dengan dosis 0,5 kg/50 kg benih/ha,
lalu diaduk sampai rata. Benih ditanam secara tunggal
Iletrisoy: Pupuk Hayati Kedelai di dan ditutup dengan tanah atau pupuk organik.
Lahan Masam

Iletrisoy adalah pupuk hayati yang mampu meng- Bioinsektisida Pengendali Hama
gantikan pupuk urea untuk tanaman kedelai di lahan Daun dan Penggerek Polong Kedelai
masam. Dalam Iletrisoy terkandung bakteri Rhizobium
asal tanah masam yang efektif memacu pembentukan Biopestisida ini berbahan aktif isolat JTM 97 C yang
bintil akar pada tanaman kedelai. Di tanah masam, berasal dari agens hayati Spodoptera litura Nuclear
populasi bakteri Rhizobium di tanah umumnya sangat Polyhedrosis Virus (Sl NPV), virus dari ulat grayak.
rendah sehingga tanaman tidak mampu membentuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sl NPV berpotensi
bintil akar. Pada kondisi lingkungan tumbuh yang baik, dikembangkan untuk mengendalikan ulat grayak,
bintil akar kedelai dapat berfungsi sebagai penghasil
pupuk nitrogen alami yang mampu mencukupi
kebutuhan pupuk nitrogen lebih dari 75%. Oleh karena
itu, dalam budi daya kedelai di lahan masam, benihnya
perlu diinokulasi dengan Rhizobium toleran masam
agar tanaman mampu membentuk bintil akar dengan
baik dan memenuhi sebagian besar kebutuhan hara
nitrogennya.
Iletrisoy berisi tiga jenis bakteri Rhizobium yang
dikemas dalam bahan pembawa berkualitas dengan
populasi bakteri 108-109 sel/g bahan. Bakteri yang
digunakan berasal dari tanah masam dan telah diuji
toleransinya terhadap tanah dengan pH 4,5 dan
berkadar Fe dan Mn tinggi, serta keefektifannya di
lahan masam pada kejenuhan Al tanah di atas 20%.
Kenaikan hasil kedelai dengan perlakuan Iletrisoy pada
lahan masam Lampung Timur berkisar antara 63- SlNPV yang dikemas dalam botol plastik.
117% (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil kedelai dengan dan tanpa penggunaan Iletrisoy di tanah masam, Lampung Timur.

Sifat tanah Hasil biji (t/ha)


Kenaikan
Lokasi
pH Kejenuhan Al Tanpa Dengan (%)
(%) Iletrisoy Iletrisoy

Sukadana 4,35 41,82 1,70 2,77 63


Bumi Ayu 5,25 11,52 0,72 1,56 117
Ponorogo 3,65 44,60 1,28 2,14 67

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


25
dapat diformulasikan dan diproduksi secara in vivo. merupakan vektor cowpea mottle mozaic virus
Isolat Sl NPV yang ditemukan di Banyuwangi (Sl NPV- (CMMV). Pengendalian dengan insektisida kimia
JTM 97C) memiliki potensi yang tinggi sebagai sering menimbulkan resistensi, resurjensi, dan
biopestisida untuk mengendalikan ulat grayak pada terbunuhnya serangga berguna sebagai pemangsa
tanaman kedelai di lapangan. Aplikasi Sl NPV-JTM B. tabaci, baik pada stadia telur, nimfa maupun
97C dengan takaran 1,5 x 1011 PIBs/ha atau setara imago. Bahan aktif senyawa insektisida juga dapat
dengan 500 g/ha menyebabkan kematian S. litura memicu hormon reproduksi serangga lebih aktif
80-100%. sehingga dapat memproduksi telur dalam jumlah
yang lebih banyak pada waktu singkat. Bio-Lec yang
Virus pada umumnya bersifat spesifik, yaitu pada
mengandung kumpulan konidia, jika dicampur dengan
tingkat genus saja, tetapi strain JTM 97C selain dapat
air dan setelah berkecambah akan memproduksi
mematikan ulat grayak juga dapat membunuh ulat
berbagai jenis toksin yang dapat menolak proses
hama penggulung daun, ulat jengkal, perusak polong
peletakan telur serangga (deterent oviposition). Jenis
kedelai, dan Maruca testulalis, perusak polong kacang
toksin yang dihasilkan Bio-Lec adalah dipicolinic acid,
hijau. Penelitian ini membuktikan bahwa Sl NPV-JTM
hydroxycarboxylic acid, bassionalide, beauvericin, dan
97C mampu membunuh serangga sampai ke tingkat
cyclosporin.
ordo Lepidoptera. Keuntungan Sl NPV sebagai bio-
insektisida untuk mengendalikan ulat grayak adalah Kelebihan lain dari cendawan L. lecanii adalah
bersifat spesifik dan selektif terhadap hama sasaran mampu memparasitasi spora cendawan penyebab
sehingga aman bagi manusia, hewan, dan musuh penyakit karat Phakopsora pachyrhizi, downy mildew
alami; persisten di alam, tidak menimbulkan residu Peronospora manshurica, dan powdery mildew
beracun; efektif terhadap inang yang sudah resisten Microsphaera diffusa. Cendawan P. pachyrhizi, P.
insektisida kimia; dan kompatibel dengan teknik manshurica, dan M. diffusa merupakan mikro-
pengendalian lain. organisme yang bersifat obligat dan termasuk penyakit
utama pada kedelai. Kemampuan L. lecanii dalam
menekan perkecambahan spora ketiga penyakit
Biopestisida untuk Pengendalian tersebut masing-masing 29,6%; 36,4%; dan 21,4%.
Hama Utama Kedelai

Bio-Lec merupakan biopestisida yang diformulasi ke


dalam bentuk tepung, mengandung bahan aktif
konidia cendawan entomopatogen Lecanicillium
lecanii. Produk Bio-Lec dapat membunuh berbagai
jenis hama utama kedelai, terutama pengisap polong
(kepik coklat) Riptortus linearis. Kelebihan produk
Bio-Lec adalah mampu membunuh semua stadia
kepik coklat, mulai dari telur hingga nimfa maupun
imago. Mekanisme pengendalian hama kepik coklat
dengan aplikasi Bio-Lec adalah dengan menggagalkan
penetasan telur (ovicidal) hingga mencapai 80%.
Produk Bio-Lec juga toksik terhadap seluruh stadia
nimfa maupun imago kepik coklat.
Bio-Lec juga efektif mengendalikan kutu kebul Bio-Lec, biopestisida berbahan aktif konidia
(Bemisia tabaci) yang juga merupakan hama penting cendawan entomopatogen Lecanicillium
kedelai dalam lima tahun terakhir. B. tabaci lecanii.

Tanaman Pangan
26 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Bio-Lec dapat dikombinasikan dengan cara diperkirakan akan diperoleh benih kelas BP sebanyak
pengendalian lain, antara lain predator. Aplikasi 80.100 ton. Jumlah ini dapat memenuhi kebutuhan
cendawan L. lecanii pada kerapatan konidia hingga area pertanaman jagung bersari bebas seluas lebih
10 11/ml tidak menyebabkan kematian predator dari 4,0 juta ha.
hingga 30 hari setelah aplikasi (HSA). Oxyopes
Perbanyakan benih sumber kelas BD juga
javanus merupakan predator generalis yang banyak
menggunakan varietas Lamuru, Sukmaraga, Bisma,
ditemukan di pertanaman kedelai di Indonesia dengan
Srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan Anoman.
kemampuan mangsa 3-13 ekor. Bio-Lec juga dapat
Masing-masing varietas ditanam pada lahan 1,0 ha.
dikombinasikan dengan pestisida nabati, terutama
Empat dari enam varietas menghasilkan benih BD
serbuk biji srikaya dan serbuk biji jarak, untuk
sebanyak 8,7 ton.
meningkatkan efikasi pengendalian telur kepik coklat
di lapangan.
Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian

Produksi Benih Sumber Hasil pertanaman kedelai untuk penyediaan benih NS


hingga Oktober 2011 tercatat 756 kg yang meliputi
Padi 10 varietas (Grobogan, Burangrang, Detam 1, Detam
2, Kaba, Tanggamus, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen,
Selama musim tanam 2011, penyediaan benih dan Wilis). Pertanaman kacang tanah untuk
varietas unggul baru padi melalui kegiatan produksi penyediaan benih NS dari delapan varietas (Tuban,
benih sumber untuk mendukung SL-PTT sebanyak Bima, Domba, Jerapah, Gajah, Kelinci, Kancil, dan
41,7 ton, yang terdiri atas 25,6 ton benih BS dan Bison) menghasilkan 1.569 kg benih. Benih NS kacang
16,1 ton benih FS. Di samping itu, juga telah hijau telah dihasilkan pula sebanyak 344 kg dari
diproduksi 231,6 ton benih sumber, terdiri atas 27,0 delapan varietas (Kutilang, Murai, Betet, Perkutut,
ton benih BS dan 204,6 ton benih FS untuk Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet).
mendukung program SL-PTT di 18 provinsi di seluruh
Dari kegiatan penyediaan benih BS kacang tanah
Indonesia.
(varietas Tuban, Bima, Domba, Jerapah, Gajah,
Kelinci, Kancil, dan Bison) diperoleh benih sebanyak
Jagung 3.292 kg. Selain itu dihasilkan pula 4.144 kg benih
BS kacang hijau (varietas Kutilang, Murai, Betet,
Pada tahun 2011 telah diperbanyak benih sumber Perkutut, Sriti, Kenari, Vima 1, dan Walet).
jagung bersari bebas kelas penjenis (BS) dari varietas
Hasil kedelai untuk penyediaan benih FS dari
Lamuru, Sukmaraga, Bisma, Srikandi Kuning-1,
varietas Grobogan, Burangrang, Kaba, Tanggamus,
Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Benih yang
Anjasmoro, Argomulyo, Sinabung, Wilis, dan
dihasilkan dari kegiatan ini adalah 5.340 kg dengan
Panderman mencapai lebih dari 14 ton. Penyediaan
rincian Lamuru 890 kg, Sukmaraga 730 kg, Bisma
benih BS ubi kayu sedang diupayakan pula dari
1.125 kg, Srikandi Kuning-1 865 kg, Srikandi Putih-1
varietas Darul Hidayah, Adira-1, Adira-4, Malang-1,
830 kg, dan Anoman-1 900 kg. Jika benih sumber
Malang-6, Malang-4, Uj-3, dan UJ-5.
kelas BS tersebut diperbanyak oleh penangkar
menjadi benih sumber kelas BP (benih pokok), maka

Tanaman Pangan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


27
Hortikultura
Upaya peningkatan daya saing, nilai tambah, dan pe-
ngembangan sistem usaha yang sesuai dengan kondisi
lingkungan ekstrem membutuhkan inovasi yang berkelanjutan
dengan memanfaatkan sumberdaya lokal, mengadaptasikan
dengan perubahan iklim, mengembangkan komoditas
unggulan dan potensi wilayah, serta memanfaatkan lahan
suboptimal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura
beserta Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Balai
Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu), Balai Penelitian
Tanaman Hias (Balithi), dan Balai Penelitian Tanaman Jeruk
dan Buah Subtropika (Balitjestro) telah menyediakan inovasi
teknologi yang bermanfaat bagi stakeholder. Penerapan inovasi
teknologi dalam pengembangan hortikultura diharapkan dapat
mewujudkan sistem usaha industrial unggul yang berkelanjutan
dan berbasis sumber daya lokal untuk meningkatkan
kemandirian pangan, daya saing, nilai tambah, ekspor, dan
kesejahteraan petani.

Hortikultura
28 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Varietas Unggul terhadap suhu panas sehingga dapat menunjang
industri kentang olahan dan diversifikasi pangan.
Upaya meningkatkan daya saing komoditas Produktivitas varietas Kastanum berkisar antara
hortikultura sebagai syarat utama merebut pasar 24,50-34,03 t/ha, Vernei 21,10-35,60 t/ha, dan
global perlu di dukung dengan pengembangan Andina 20,40-34,10 t/ha.
komoditas unggulan yang mampu berkompetisi
dengan produk serupa dari negara lain. Ketersediaan Cabai Merah
varietas unggul dalam negeri diharapkan dapat
menandingi varietas serupa dari negara lain sehingga Produktivitas tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh
dapat menghilangkan ketergantungan pada varietas musim. Serangan penyakit sangat dominan terjadi
dan benih dari luar negeri. Berkaitan dengan hal pada musim hujan. Untuk mengatasi masalah tersebut
tersebut, Puslitbanghorti telah menghasilkan berbagai Balitsa telah menghasilkan tiga VUB cabai merah
varietas unggul sayuran, buah-buahan, dan tanaman besar dan keriting, yaitu Lingga, Ciko, dan Kencana.
hias. Ketiganya beradaptasi dengan baik di dataran medium
(510-550 m dpl) pada musim hujan maupun kemarau
basah. Produktivitasnya tinggi, berkisar antara 13,40-
Kentang
20,50 t/ha.
Varietas kentang yang ditanam petani masih terbatas,
yaitu Granola dan Atlantik. Penggunaan varietas yang Buncis
sama secara terus-menerus dapat menyebabkan
terjadinya erosi genetik sehingga jika terjadi ledakan Balitsa juga menghasilkan tiga VUB buncis tegak
hama atau penyakit akan berdampak buruk terhadap Balitsa 1, Balitsa 2, dan Balitsa 3. Ketiganya berbunga
mata rantai produksi kentang. Balitsa telah meng- serempak, berumur genjah, dan beradaptasi baik di
hasilkan tiga varietas unggul baru (VUB) kentang, yaitu dataran medium (400-500 m dpl). Varietas Balitsa 1
Andina, Kastanum, dan Vernei dengan daya hasil lebih dan Balitsa 2 bersifat menyerbuk sendiri dan meru-
tinggi daripada varietas Granola. Varietas Andina dan pakan hasil introduksi dari Perancis. Produktivitasnya
Kastanum cocok untuk bahan baku keripik kentang. berkisar antara 20,0-23,8 t/ha. Varietas Balitsa 3 juga
Masing-masing varietas tersebut dapat dipanen pada menyerbuk sendiri dan merupakan hasil introduksi
umur 100-110 hari setelah tanam, beradaptasi dari Amerika dengan keunggulan produktivitas tinggi
dengan baik di dataran tinggi (1.250-1.500 m dpl), (20-24 t/ha). Varietas baru buncis tegak Balitsa 1 dan
tahan terhadap penyakit busuk daun, berdaya hasil Balitsa 2 telah dilisensikan ke PT Fajar Seed untuk
tinggi, cocok untuk kentang olahan, dan toleran pengembangannya.

Umbi varietas unggul baru kentang Andina (kiri), Kastanum (tengah), dan Vernei (kanan).

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


29
Varietas unggul baru sayuran (dari kiri ke kanan), cabai merah Lingga, Ciko, dan Kencana; buncis
tegak Balitsa 1, Balitsa 2, dan Balitsa 3; tomat Tosca, Ruby, dan Topaz; bawang merah Pikatan,
Trisula, Pancasona, dan Mentes; serta jamur Emas, Ratu, dan Zafira.

Bawang Merah beradaptasi dengan baik di dataran tinggi (850-1.300


m dpl), dan produktivitasnya tinggi. Produktivitas
Empat varietas unggul baru bawang merah Pikatan, Tosca dan Ruby berkisar antara 30-40 t/ha,
Trisula, Pancasona, dan Mentes memiliki keunggulan sedangkan Topaz 40-50 t/ha.
umur genjah dan beradaptasi dengan baik di dataran
rendah (6-85 m dpl). Varietas Pikatan merupakan Jamur
hasil persilangan antara B 2558 x B 3155 dengan
produktivitas 6,20-23,31 t/ha. Varietas Trisula adalah Jamur merupakan sayuran yang diminati konsumen
hasil persilangan antara B 2558 x B 4127 dengan karena kandungan gizinya tinggi. Balitsa telah
keunggulan produktivitasnya tinggi (6,50-23,21 t/ha). menghasilkan tiga VUB jamur yang beradaptasi
Varietas Pancasona merupakan hasil persilangan dengan baik di dataran medium sampai tinggi (700-
antara B 2275 x B 4127 dengan produktivitas berkisar 1.250 m dpl) dan masa produksinya panjang (3,8
antara 6,90-23,70 t/ha, sedangkan varietas Mentes bulan). Produktivitas varietas Emas berkisar antara
adalah hasil persilangan antara B 3117 x B 3155 54,33-91,08 t/ha, Ratu 54,22-81,94 t/ha, dan Zafira
dengan produktivitas tinggi (7,10-27,58 t/ha). 50,48-78,70 t/ha.

Tomat Semangka dan Melon

Balitsa telah menghasilkan tiga varietas hibrida tomat Balitbu Tropika telah menghasilkan dua calon varietas
Tosca, Ruby, dan Topaz yang mempunyai keunggulan hibrida semangka dan melon unggul baru yang sta-
umur genjah, daya simpan buah lama, buah lebat, bil ditanam di semua lokasi dan diminati konsumen.

Hortikultura
30 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Calon varietas melon MB1 dan MB2.

Calon varietas semangka BT1 dan BT2.

Calon varietas semangka BT1 dan BT2 memiliki


daging buah masir dan sangat manis. Daging buah
varietas BT1 merah menyala, bobot buah 7-8 kg, dan
umur tanaman 80-85 hari, sedangkan BT2 buahnya
berwarna kuning pekat dengan bobot buah 6,5-7,0 Buah jeruk keprok SoE (kiri) dan pamelo
kg, dan umur tanaman 75-80 hari. (kanan) tanpa biji.
Calon varietas melon MB1 memiliki buah ber-
bentuk lonjong, tekstur daging buah renyah, rasa
manis, aroma buah sedang, dan bobot buah 1,8-2,0 Upaya memperoleh buah jeruk tanpa biji melalui
kg. Melon MB2 disukai konsumen karena warna daging penembakan sinar gama menghasilkan jeruk keprok
buahnya oranye, aromanya sangat kuat, rasa manis, SoE, garut, dan pamelo nambangan tanpa biji. Pada
dan bobot buah 1,6-1,8 kg. Kedua calon varietas tahun 2011, Balitjestro menghasilkan calon VUB jeruk
tersebut memiliki umur tanaman 55-60 hari. keprok SoE dan jeruk pamelo tanpa biji, daya hasil
tinggi, rasa manis, dan warna kulit menarik.
Jeruk
Anggrek
Indonesia memiliki jeruk unggulan yaitu siam, keprok,
dan pamelo. Kualitas buahnya memuaskan, tetapi Anggrek Dendrobium, Phalaenopsis, dan Vanda
bijinya cukup banyak sehingga sulit bersaing dengan memiliki nilai ekonomi tinggi. VUB anggrek sangat
buah jeruk impor yang sebagian tanpa biji (seedless). diperlukan agar pengembangan varietas anggrek

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


31
bermanfaat bagi produsen maupun konsumen. bintang dan bentuk kelinci dengan ukuran sedang.
Produsen akan mendapat manfaat dengan adanya Sepuluh varietas Phalaenopsis terdiri atas satu
alternatif pilihan varietas anggrek unggul, sedangkan varietas Phalaenopsis standar, tujuh varietas
konsumen dapat memperoleh benih yang terjamin Phalaenopsis tipe multiflora, dan dua varietas
mutunya. Phalaenopsis tipe novelti. Calon varietas Vanda
memiliki keunggulan bunganya beraroma wangi.
Perakitan varietas unggul anggrek Dendrobium,
Phalaenopsis, dan Vanda telah dilakukan Balithi
melalui persilangan konvensional. Hasil persilangan
kemudian diseleksi dan yang terpilih dilepas sebagai
varietas unggul, yang meliputi 10 varietas Den-
drobium, 10 varietas Phalaenopsis, dan dua calon
varietas Vanda.
Kesepuluh varietas Dendrobium memiliki
keunggulan warna bunga cerah dengan dasar warna
Calon varietas baru anggrek Vanda.
ungu dan kemerahan. Bunganya berbentuk setengah

Phal. Balithi MF001 Phal. Balithi MF002 Phal. Balithi ST005 Phal. Balithi MF003

Phal. Balithi MF004 Phal. Balithi MF005 Phal. Balithi MF006 Phal. Balithi MF007

Phal. Balithi NV001 Phal. Balithi NV002

Varietas unggul baru anggrek Phalaenopsis.

Hortikultura
32 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Den. Balithi CF001-10 Den. Balithi CF001-31 Den. Balithi CF002-45 Den. Balithi CF003-21 Den. Balithi CF003-23

Den. Balithi CF003-27 Den. Balithi CF003-28 Den. Balithi CF003-58 Den. Balithi CF003-62 Den. Balithi PP001-374

Varietas unggul baru anggrek Dendrobium.

Teknologi Produksi

Perbanyakan Benih Phalaenopsis

Perbanyakan cepat anggrek Phalaenopsis dapat


dilakukan melalui organogenesis. Eksplan yang
digunakan adalah irisan daun yang berasal dari mata
tunas tangkai bunga. Mata tunas akan membentuk
tunas berdaun selama 2-4 bulan, bergantung pada
genotipenya.
Mata tunas yang tumbuh dari tangkai bunga
pada perbanyakan anggrek Phalaenopsis: (a)
Perbanyakan Benih Dendrobium
kultur mata tunas tangkai bunga dan (b)
Teknologi perbanyakan cepat Dendrobium dapat perkembangan tunas setelah empat bulan
tanam.
melalui pembentukan protocorm like body (plb) pada
media cair Vacin dan Went. Mata tunas yang telah
diinisiasi akan membentuk plb dalam waktu 3-6
bulan, bergantung genotipenya. Regenerasi plb kalus membutuhkan waktu 2-5 bulan, namun
membutuhkan waktu sekitar 6 bulan sampai akhirnya proliferasi kalus cukup sulit karena sering terjadi
planlet dapat diaklimatisasi. pencoklatan.

Perbanyakan Benih Vanda Efektivitas Formula Bakteri Antagonis


terhadap Penyakit Busuk Lunak pada
Perbanyakan anggrek Vanda adalah yang paling sulit Anggrek
dibandingkan dengan Dendrobium dan Phalaenopsis.
Perbanyakannya dapat melalui organogenesis dan Gejala penyakit busuk lunak (PBL) atau Pecto-
embriogenesis. Eksplan yang paling sesuai adalah bacterium carotovorum pv dapat muncul pada seluruh
irisan tangkai bunga yang masih muda. Pembentukan bagian tanaman anggrek, tetapi umumnya pertama

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


33
Proses induksi kalus organogenik dan Tahap pembentukan kalus dari daun pada
embriogenik pada Vanda: (a) eksplan pada perbanyakan anggrek Phalaenopsis: (a) daun
awal kultur dan (b) kalus embriogenik yang yang telah dilukai dan (b) pembentukan plb di
beregenerasi 2,5 bulan setelah kultur inisiasi. dalam ruang cahaya.

kali terlihat pada daun. Pada awalnya, daun berwarna


hijau pucat dan kemudian berkembang menjadi
bercak basah berwarna hijau tua dan akhirnya
seluruh daun membusuk. Penyakit selanjutnya
berkembang ke arah batang. Daun dan batang yang
tertular berbau busuk karena bakteri PBL menyekresi-
kan enzim maupun isoenzim dalam jumlah banyak
sehingga mampu mendegradasi kompleksitas polimer
dinding sel tanaman.
Intensitas penularan PBL pada tanaman anggrek
Gejala penyakit busuk lunak pada anggrek
Phalaenopsis bervariasi antara 0,82-92% dengan
Phalaenopsis.
waktu inkubasi satu hari. Pada pengamatan 1-7 hari
setelah inokulasi, perlakuan bakteri antagonis nomor
isolat 30 (B30) yang disuspensikan dalam air suling
dan diaplikasikan satu hari setelah inokulasi, dapat
menekan tingkat penularan PBL pada Phalaenopsis
hingga 41,6%. Hal ini berarti perlakuan tersebut Optimasi Kultur dan Bioreaktor pada
bersifat kuratif, dapat menekan penyakit pada Proliferasi Embrio Somatik Dendrobium
tanaman yang terinfeksi. Mekanisme penekanan
mikroba antagonis terhadap patogen dapat terjadi Balithi memiliki beberapa informasi penting yang
melalui hiperparasitisme, kompetisi ruang dan hara, terkait dengan pengembangan teknik somatik
antibiosis, dan lisis. embriogenesis (SE) pada perbanyakan klonal
beberapa klon harapan Dendrobium. Informasi
Efektivitas formulasi biopestisida berbahan aktif
tersebut yaitu: (1) teknik sterilisasi mata tunas; (2)
bakteri antagonis nomor isolat B30 terhadap intensitas
sistem kultur dan media potensial untuk inisiasi tunas
penularan PBL pada tanaman anggrek Phalaenopsis
pada media padat (TBN2); (3) jenis eksplan untuk
dipengaruhi oleh derajat kolonisasi bakteri antagonis
inisiasi kalus (mata tunas dan daun planlet); (4) teknik
pada daun. Derajat kolonisasi pada tiga hari setelah
dan media potensial untuk induksi dan regenerasi
aplikasi paling tinggi dibandingkan sebelum aplikasi.
kalus (PC1); (5) teknik dan media potensial untuk
Populasi sebelum aplikasi sebanyak (7 + 2)102 cfu
proliferasi kalus (Pro-D5 dan D7); (6) teknik dan
meningkat menjadi (6 + 3)105 cfu/g daun pada tiga
media potensial untuk konversi kalus menjadi embrio
hari setelah aplikasi.

Hortikultura
34 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Alur perbanyakan benih anggrek Dendrobium: (1) sumber eksplan tunas anakan, (2 dan 3) tunas yang
sudah dikupas, (4) sterilisasi menggunakan kloroks, (5) mata tunas samping dan ujung, (6) mata tunas
steril yang telah diiris, (7) inisiasi plb dari mata tunas pada media cair, (8 dan 9) plb yang telah
terbentuk, (10 dan 11) plb yang diregenerasi pada media padat, dan (12) planlet yang terbentuk.

somatik/plbs (PCB dan D1); (7) kepadatan eksplan terlarut 5-10 vvm). Hasil penelitian sebelumnya
yang optimal untuk proliferasi kalus (2-3 g/25 ml memperlihatkan bahwa pengembangan teknologi SE
media); (8) periode subkultur yang sesuai untuk pada Dendrobium harus melalui beberapa tahap dan
masing-masing tahapan; (9) studi pendahuluan diawali dengan pembentukan kalus. Saat ini beberapa
penggunaan sistem kultur thin film of liquid; dan (10) klon harapan Dendrobium dapat diinisiasi dan
studi pendahuluan penggunaan sistem bioreaktor diproliferasi kalusnya, yaitu klon NS001/10, NS001/
(kepadatan eksplan 5-10 g, media 1/2 MS dan VW 31, NS022/21, NS22/62, NS22/58, NS22/28, dan
dengan penambahan BA 0,5 mg/l, dan oksigen NS009/45.

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


35
Eksplan dan Oksigen Terlarut pada Sistem
Bioreaktor

Perbedaan kepadatan eksplan dan oksigen terlarut


memberikan respons yang bervariasi terhadap
pertumbuhan dan perkembangan plbs Dendrobium
klon NS022/62. Respons terbaik terdapat pada
perlakuan kepadatan inokulum 10 g/l yang di-
kombinasikan dengan oksigen terlarut 15 vvm (K2O3).
Aplikasi bioreaktor untuk perbanyakan klonal plbs
Dendrobium tidak memberikan hasil yang signifikan
dalam proliferasi plbs karena plbs mengalami klorosis
dan akhirnya mati. Namun, penggunaan sistem ini
untuk perbanyakan klonal plbs Dendrobium Fatahilah Percobaan lapangan produksi benih bawang
memberikan hasil yang signifikan. Kecepatan peng- merah melalui biji.
gandaan plbs mencapai dua kali lipat dalam waktu
15 hari, dengan pertumbuhan plbs yang vigor dan
tanpa klorosis.

dan P2O5 150 kg + K2O 180 kg/ha. Hasilnya me-


Mikoparasit Penyakit Karat pada Krisan nunjukkan bahwa varietas Bima yang mendapat pupuk
P2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha menghasilkan jumlah
Terdapat empat genus cendawan mikoparasit tanaman berbunga paling banyak (35,2%). Jumlah
penyakit karat (Puccinia horiana) yang ditemukan pada umbel bunga paling banyak dihasilkan varietas Bima
tanaman krisan di Kabupaten Cianjur dan Bandung. yang dipupuk P2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha dan
Dari 55 isolat mikoparasit, 92,7% merupakan genus tanaman atraktan caisim, yaitu 301,15 umbel bunga
Cladosporium, selebihnya adalah genus Fusarium, per petak (18 m2). Pembuahan paling banyak terdapat
Trichoderma, dan Penicillium. Berdasarkan identifikasi pada varietas Bima dan tanaman atraktan caisim,
secara molekuler, isolat Cladosporium mempunyai yang menghasilkan 22,77 buah per umbel bunga.
hubungan filogenetik terdekat dengan C. clado- Jumlah biji paling banyak terdapat pada varietas Bima,
sporioides. Dari 20 isolat Cladosporium sp. yang diuji yaitu 71,21 biji per umbel bunga. Hasil biji bawang
efektivitasnya sebagai mikoparasit, hanya 11 isolat merah terbanyak diperoleh varietas Bima dengan
yang mempunyai efektivitas > 50% dan signifikan pemupukan P2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha, yaitu 28,65
sebagai mikoparasit penyakit karat. g/18 m2 atau setara 15,92 kg/ha.

Teknologi Produksi Benih Bawang Merah Mikroba Potensial untuk Pembuatan Pupuk
untuk Meningkatkan Pembuahan Majemuk Hayati

Pembungaan dan hasil biji bawang merah antara lain Penggunaan pupuk kimia sintetis secara terus-
dipengaruhi oleh varietas, pemupukan, dan keber- menerus pada suatu ekosistem memberi dampak
hasilan polinasi dan tanaman atraktan, yaitu caisim buruk bagi lingkungan. Residu pupuk akan mengalami
dan tagetes. Untuk mengetahui pengaruh ketiga pencucian, penguapan, dan terikat oleh mineral
faktor tersebut terhadap pembungaan dan hasil biji sehingga unsur hara tidak dapat dimanfaatkan oleh
bawang merah dilakukan penelitian menggunakan tanaman. Salah satu cara memperbaiki tingkat
varietas bawang merah Maja dan Bima yang diberi efisiensi penggunaan pupuk adalah dengan inokulasi
pupuk P dan K, yaitu P2O5 100 kg + K2O 120 kg/ha mikroba potensial.

Hortikultura
36 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Koloni mikroba yang diseleksi pada media pelarut fosfat (kiri), isolat kelompok Azotobacter spp.
(tengah), dan Azospirillum spp. (kanan).

Seleksi mikroba potensial menghasilkan Salah satu bahan alami yang memiliki potensi
beberapa isolat bakteri yang memiliki kemampuan sebagai pestisida botani adalah minyak serai wangi.
cukup baik sebagai pelarut fosfat, antara lain isolat Pengendalian penggerek buah mangga dengan
Cw-19, Cr-13, Br-14, dan Lg-10 dengan indeks minyak serai wangi konsentrasi 2, 4, dan 6 cc/l
kemampuan melarutkan fosfat masing-masing 7,58; dengan interval penyemprotan enam hari sekali
5,83; 4,26; dan 4,26. Seleksi dengan menggunakan mampu menurunkan serangan hama N. albizonalis
dua media bebas nitrogen memperoleh 20 isolat yang pada mangga Arumanis antara 30-40%. N. albizonalis
diduga termasuk ke dalam kelompok Azotobacter spp. menyerang semua fase pertumbuhan buah, termasuk
dan Azospirillum spp. Dari 20 isolat yang dikoleksi buah masak. Efektivitas minyak serai wangi dalam
terdapat kelompok yang menghambat pertumbuhan menekan serangan N. albizonalis pada periode
tanaman dan kelompok yang memperbaiki per- pemasakan buah lebih rendah dibandingkan pada
tumbuhan tanaman. Isolat-isolat mikroba yang fase buah muda.
memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan
kecambah adalah isolat nomor 7, 6, 12, 15, dan 18.
Isolat nomor 6, 7, 12, dan 18 memacu pertumbuhan
akar, sedangkan isolat nomor 15 merangsang
perakaran dan tinggi tanaman.

Pengendalian Hama Penggerek Buah Mangga


Menggunakan Minyak Serai Wangi

Produksi mangga menempati peringkat nomor dua


setelah pisang, yaitu 180.840 ton/tahun. Namun,
kualitas buah relatif rendah sehingga mangga
Indonesia sulit bersaing dengan mangga negara lain.
Salah satu penyebabnya adalah serangan hama
penggerek buah mangga ( Noorda albizonalis ).
Pengendalian hama tersebut perlu mempertim-
bangkan keamanan lingkungan dan konsumen. Untuk
itu, dilakukan pengujian efektivitas pestisida botani
Serangan Noorda albizonalis pada buah
dalam mengendalikan hama N. dorsalis. mangga.

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


37
Bahan Organik untuk Substitusi Pupuk NPK

Beberapa petani mangga mulai menggunakan pupuk


organik dan serasah daun dikombinasi dengan pupuk
NPK. Berkaitan dengan hal tersebut, Balitbu Tropika
telah meneliti kandungan nutrisi pupuk organik
tersebut dan kontribusi penggunaan pupuk organik
dalam menurunkan dosis pupuk NPK tanpa
mengurangi hasil dan kualitas buah. Hasil penelitian
Buah mangga gedong gincu setelah disimpan
menunjukkan penggunaan pupuk organik 50 kg/
dua hari (kiri) dan empat hari (kanan) setelah
tanaman dapat mengurangi penggunaan pupuk NPK
dipetik.
hingga 50% dari dosis yang biasa digunakan petani,
yaitu 5 kg/tanaman umur 10 tahun. Substitusi pupuk
sintetis dengan pupuk organik secara langsung dapat fase gedong gincu dengan nilai rata-rata > 5,4 atau
mendukung program pengurangan emisi gas rumah termasuk kategori cukup suka hingga suka. Untuk
kaca akibat penggunaan pupuk sintetik sehingga saat petik fase gedong, nilai respons konsumen relatif
teknologi ini dapat mendukung program mengatasi sama. Untuk penerimaan konsumen terhadap buah,
perubahan iklim. nilai tertinggi dimiliki oleh buah yang dipetik pada fase
gedong ditambah lima hari. Bila parameter nutrisi
dan organoleptik digabungkan maka saat petik
Penentuan Saat Petik Optimum optimum untuk mangga gedong gincu adalah fase
Mangga Gedong Gincu
gedong ditambah lima hari. Untuk lama penyimpanan
terkait dengan kelayakan konsumsi, buah yang
Berdasarkan karakter nutrisi, kadar air, dan rasa
disimpan dua dan empat hari setelah petik lebih
manis, fase gedong gincu pada panen keempat
disukai konsumen dibanding buah yang disimpan
merupakan saat petik optimum untuk mangga gedong
enam hari setelah petik.
gincu. Pada fase ini, mangga gedong gincu memiliki
karakter terbaik untuk kandungan vitamin C (> 70
mg/100 g), TSS (> 19° Brix), dan kadar air lebih
Produksi Massal Benih Jeruk
rendah dibanding saat petik lainnya (78-80%).
Bebas Virus
Namun, umumnya petani kurang menyukai panen
pada fase gedong gincu karena risikonya tinggi, Status Penyakit Jeruk Hasil Somatik
seperti pencurian, buah matang tidak serempak, Embriogenesis
rawan rontok, serangan OPT, dan tambahan biaya.
Petani mangga di Cirebon dan daerah lain menyukai Pengujian status penyakit dimulai dengan pencarian
panen pada fase gedong (panen pertama) karena pohon induk positif yang akan diperbanyak dengan
lebih menguntungkan. Hasil penelitian menunjukkan teknik SE. Pada varietas jeruk yang bijinya berasal
saat petik optimum adalah fase gedong ditambah lima dari induk yang positif terinfeksi penyakit
hari (panen kedua) karena pada fase ini kandungan Huanglongbing (CVPD), semua varietas yang diuji
vitamin C lebih tinggi dibanding pemetikan pada fase (Japanche Citroen/JC, keprok Batu 55, dan siem
gedong (panen pertama) dan fase gedong ditambah Purworejo) tidak terinfeksi CVPD pada semua stadia
10 hari (panen ketiga). Untuk karakter lain (TSS, total pertumbuhan (kalus, embrio, dan planlet) pada lama
asam, dan kadar air), ketiga fase gedong ini relatif perbanyakan 5-14 bulan.
sama.
Pada beberapa varietas jeruk yang bijinya berasal
Hasil uji organoleptik menunjukkan, konsumen dari induk yang terinfeksi citrus tristeza virus (CTV),
memberi respons terbaik pada buah yang dipetik pada varietas keprok Kino, siem Kintamani, dan nipis

Hortikultura
38 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tulungagung pada stadia kalus, embrio, dan planlet ditanam di lapangan, dan 10 tanaman M1V2 pamelo.
bebas dari CTV, tetapi pada varietas JC dari Tlekung, Hasil pengamatan menunjukkan bahwa karakter
pada fase embrio 40% dari sampel masih terinfeksi tanpa biji (jumlah biji < 5) terdapat pada 28 aksesi
CTV. Oleh karena itu, biji sebagai bahan perbanyakan M1V2 keprok dan tujuh aksesi M1V2 pamelo. Melalui
dengan teknik SE harus berasal dari tanaman induk observasi selama beberapa tahun, diperoleh
yang bebas dari penyakit sistemik, terutama CTV. beberapa kandidat tanaman yang memiliki karakter
yang diinginkan. Namun untuk memenuhi persyaratan
Evaluasi Keragaan Benih Hasil Sambung pelepasan varietas, perlu dilakukan pengamatan
Embrio dan Planlet terhadap daya hasil, stabilitas karakter, kesesuaian
dengan beberapa batang bawah, dan ketahanannya
Untuk mengevaluasi pertumbuhan benih hasil terhadap hama dan penyakit.
sambung embrio atau planlet pada batang bawah
JC, benih sambungan umur satu tahun ditanam di
lapang. Hasil pengamatan menunjukkan, sampai Sertifikasi Perbenihan Jeruk
umur empat bulan di lapangan, tanaman belum
berkembang ke fase generatif. Hal ini tampak dari Pada tahun 2011 telah dilakukan pembersihan 10
varietas jeruk dari penyakit sistemik dengan teknologi
tanaman yang belum berbunga dan duri masih
penyambungan tunas pucuk pada varietas Kelele
tumbuh. Pertumbuhan vegetatif sampai empat bulan
sangat baik. Pertumbuhan jeruk kalamondin yang Aceh, P. Kasua, P. Baco, lemon lokal tanpa biji,
Genensa Aceh, P. Pasaviki, Sanggul I, M. Komun,
disambung dengan batang bawah JC asal semaian
Lebong, dan Fremon. Pembersihan varietas melalui
lebih baik dibandingkan dengan batang bawah JC asal
lainnya. Pada umur delapan bulan setelah tanam, tahap STG, regrafting, indeksing, dan perbanyakan
pohon induk. Varietas yang selesai diindeksing dan
tanaman mulai berubah ke fase generatif, yang
dinyatakan bebas penyakit kemudian diperbanyak
ditandai dengan munculnya bunga. Secara umum
batang atas yang berasal dari planlet menghasilkan sebagai benih.
bunga yang lebih banyak dibanding yang berasal dari Indeksing pada pohon induk jeruk dilakukan
embrio. Dengan demikian, jeruk kalamondin yang terhadap penyakit CTV dan CVPD, yaitu pada blok
diperbanyak dengan teknik SE dapat berbunga pada fondasi 46 sampel, blok penggandaan mata tempel
umur delapan bulan setelah benih sambungan (BPMT) 90 sampel, dan pohon induk 197 pohon.
ditanam di lapangan. Ditemukan 61 pohon induk yang positif CVPD dan 61
pohon induk yang tidak layak sebagai induk.
Pada tahun 2011, produksi benih sumber jeruk
Konsistensi Sifat Tanpa Biji, Daya
kelas benih blok fondasi sebanyak 906 pohon dan
Hasil, dan Kualitas Jeruk Hasil kelas benih BPMT 5.710 pohon. Benih tersebut telah
Mutasi didistribusikan kepada pengguna, seperti Dinas
Pertanian Provinsi dan Kabupaten, Balai Benih
Karakter yang ingin dicapai pada pemuliaan jeruk Hortikultura, kelompok tani, dan pihak swasta.
adalah vigor tanaman baik, buah tanpa biji, warna Kegiatan asistensi pengelolaan blok fondasi dan BPMT
menarik, rasa enak (TSS tinggi), dan tahan hama telah dilakukan di Kecamatan Eban Kabupaten Timur
penyakit utama. Sampai akhir 2011 telah dilakukan Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, di Mataram Nusa
karakterisasi buah pada 64 tanaman M1V2 keprok Tenggara Barat, dan di Balai Benih Induk Lubuk
yang ditanam di pot, 68 tanaman M1V2 keprok yang Minturun, Padang, Sumatera Barat.

Hortikultura

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


39
Perkebunan
Perkebunan mempunyai peran cukup strategis dari aspek
ekonomis, ekologis, dan sosial budaya dalam pembangunan
nasional. Secara ekonomi, perkebunan berkontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penguatan ekonomi
wilayah melalui sumbangannya terhadap pendapatan petani,
wilayah maupun devisa negara. Secara ekologi, perkebunan
berfungsi dalam perbaikan konservasi tanah dan air, penyerap
karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung,
dan secara sosial budaya sebagai perekat dan pemersatu
bangsa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan terus
berupaya untuk menghasilkan inovasi teknologi yang mudah
diterapkan, efektif, efisien, dan berdaya saing. Penelitian dan
pengembangan telah menghasilkan cukup banyak inovasi
teknologi yang terkait dengan upaya peningkatan biodiversitas
dan jumlah bahan tanaman, produktivitas dan mutu hasil, tek-
nologi pengolahan hasil, benih sumber, dan sintesis kebijakan.

Perkebunan
40 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Perakitan Varietas Unggul basah 10,38 + 4,44 t/ha, dan produktivitas minyak
66,38 kg/ha. Verina 2 mempunyai kadar vetiverol
Varietas Unggul Tanaman Perkebunan 55,48% + 3,17% dengan produksi akar basah 10,64
+ 4,52 t/ha dan produktivitas minyak 60,46 kg/ha.
Pada tahun 2011 telah dilepas 13 varietas unggul Keduanya beradaptasi baik pada dataran tinggi.
untuk komoditas dan tanaman obat, masing-masing
Kelapa Dalam unggul Adonara memiliki buah
satu varietas akar wangi, kunyit, sambiloto, pegagan,
berukuran sedang sampai besar, jumlah buah
kelapa, aren, dan jambu mete serta dua varietas
berkisar antara 84-105 butir/pohon/tahun atau 8.400-
kemiri minyak dan empat varietas tembakau. Varietas
10.500 butir/ha, kadar minyak 66,83%, dan sabut
unggul kunyit dilepas dengan nama Curdonia 1.
tipis. Tanaman toleran kekeringan sampai 5-7 bulan
Keunggulan varietas ini terletak pada kandungan
berturut-turut sehingga sesuai dikembangkan pada
kurkumin (7,05%), minyak atsiri (4,77%), dan pati
lahan kering dengan ketinggian tempat < 500 m dpl,
(35,77%), selain agak tahan terhadap penyakit bercak
curah hujan < 1.000 mm/tahun dengan bulan kering
daun. Varietas ini beradaptasi baik pada dataran
< 6 bulan.
menengah (ketinggian 425-484 m dpl).
Aren genjah yang dihasilkan yaitu Kutai Timur
Varietas sambiloto yang dihasilkan yaitu Sambina
dengan potensi produksi benih 4.000 butir/pohon dan
1. Keunggulan varietas ini adalah produksi ternanya
tahan terhadap hama dan penyakit. Wilayah pengem-
tinggi 5,08-10,37 t/ha dan beradaptasi dengan baik
bangannya adalah daerah kering iklim basah, air tanah
pada dataran rendah sampai medium (ketinggian
dangkal, dan curah hujan 1.000-1.500 mm/tahun
120-500 m dpl).
dengan bulan kering < 6 bulan.
Varietas unggul akar wangi yang dilepas diberi
Keunggulan kemiri Sunan 1 dan Sunan 2 adalah
nama Verina 1 dan Verina 2. Verina 1 memiliki kadar
toleran terhadap hama daun (ulat kantung) dan tahan
vetiverol tinggi (50,80% + 1,41%), produktivitas akar

Varietas unggul kunyit Curdonia 1 dengan kadar kurkumin 7,05%.

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


41
Tanaman, bunga, dan buah sambiloto unggul Akar wangi varietas Verina 1 (atas) dan
Sambina 1. Verina 2 (bawah).

Kelapa Dalam Adonara, buah berukuran


sedang hingga besar dengan produksi buah
84-105 butir/pohon/tahun. Tanaman aren genjah Kutai Timur.

terhadap penyakit/tanaman pengganggu. Produksi biji m dpl dengan tipe iklim B dan C. Kedua varietas ini
varietas Sunan 1 adalah 110,0 + 16,9 butir/pohon/ dapat diperbanyak melalui biji dan sambung. Empat
tahun dan Sunan 2 sebanyak 76,0 + 18,2 kg. Varietas varietas unggul tembakau yang dihasilkan pada tahun
Sunan 1 dapat dikembangkan pada daerah dengan 2011 yaitu tembakau bondowoso Maesan 1 dan
ketinggian 500-700 m dpl dengan tipe iklim B, Maesan 2 serta tembakau probolinggo Paiton 1 dan
sedangkan kemiri Sunan 2 pada ketinggian 50-400 Paiton 2.

Perkebunan
42 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Keragaan kemiri Sunan 1 (kiri) dan Sunan 2 (kanan).

Perakitan Varietas Tebu Toleran Iklim Basah persentase regenerasi kalus PS 864 setelah per-
In Vitro lakuan iradiasi sinar gama dan perendaman dalam
media cair lebih besar dibandingkan dengan
Kultur in vitro dapat dimanfaatkan untuk merakit
Bululawang. Semakin tinggi dosis iradiasi sinar gama
varietas unggul baru. Salah satu metode kultur in
dan waktu perendaman kalus dalam media cair, daya
vitro yang efektif dan efisien untuk merakit varietas
regenerasi kalus dan jumlah tunas yang diperoleh
unggul adalah seleksi in vitro. Untuk mendapat
makin menurun. Induksi mutasi dengan perlakuan
genotipe baru yang toleran iklim basah, populasi sel
EMS 1% dan waktu perendaman 5 jam memperlihat-
somatik yang telah diiradiasi sinar gama atau diberi
kan adanya peluang mendapatkan LD50. Kemampuan
mutagen kimia EMS dikulturkan pada kondisi in vitro
hidup kalus dan beregenerasi membentuk tunas
yang kelembapannya sangat tinggi. Kombinasi mutasi
setelah perlakuan EMS bervariasi.
fisik maupun kimiawi dengan seleksi in vitro dapat
meningkatkan keragaman genetik pada sel-sel Penambahan 2,4-D dalam media dapat meng-
somatik. Regenerasi dari sel-sel somatik diharapkan induksi kalus dari eksplan daun muda tanaman tebu.
mempunyai sifat unggul toleran terhadap iklim basah. Peningkatan konsentrasi 2,4-D hingga 3 mg/l tanpa
Somaklon kemudian diuji di rumah kaca maupun di penambahan ZPT lain cenderung menurunkan jumlah
lapangan sampai generasi M2 untuk mengetahui eksplan berkalus. Penambahan kasein hidrolisat pada
karakter agronomi dan rendemen gulanya. media induksi kalus tidak memengaruhi jumlah kalus
yang dihasilkan, tetapi sangat berpengaruh terhadap
Perakitan varietas unggul tebu toleran iklim basah
kualitas kalus. Regenerasi kalus menjadi planlet
melalui seleksi in vitro menunjukkan bahwa tingkat
memerlukan formulasi media yang berbeda untuk
pembentukan kalus dan regenerasi varietas PS 864
masing-masing varietas. Penggunaan auksin (NAA dan
lebih besar dibandingkan dengan varietas Bululawang.
IBA) pada media perakaran dapat menginduksi pem-
Induksi mutasi dengan iradiasi sinar gama dosis LD50
bentukan akar. Metode perbanyakan ini telah diaplika-
memperoleh kisaran dosis 20-30 Gy, sedangkan
sikan untuk memproduksi bibit tebu secara massal.

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


43
Visual kalus varietas tebu PS 864 setelah diiradiasi sinar gama dengan dosis (a) 50
Gy, (b) 40 Gy, (c) 30 Gy, (d) 20 Gy, dan (e) 10 Gy.

Pengujian Ketahanan Klon Tebu terhadap BL, GMP 1, VMC 76-16, PS 04-526, dan PS 06-181.
Penyakit Streak Mosaic Klon yang bereaksi sedang adalah PS 862, PS 882,
PSBM 901, Kidang Kencana, Kentung, PS 951, PSCO
Streak mosaic adalah penyakit baru pada tanaman 902, PS 92-750, VMC 73-229, PS 05-130, dan PS 06-
tebu dengan tingkat sebaran yang cukup luas, khusus- 155. Klon rentan adalah PS 863, PS 865, PS 881, PS
nya di Jawa. Penyakit ini disebabkan oleh sugarcane 921, PSJT 941, GMP 2, PS 05-317, dan PS 06-346,
streak mosaic virus (SCSMV). Rekomendasi serta klon yang sangat rentan adalah PS 92-752, PS
pengendaliannya masih terbatas pada penggunaan 05-382, PS 06-156, PS 06-196, dan PS 06-326.
bibit sehat dan pembatasan penanaman varietas PS
864 yang berdasarkan pengamatan di lapangan
terindikasi rentan. Penanaman varietas tahan me- Perakitan Sistem Genetik Pembungaan
rupakan cara pengendalian yang efektif, namun Kelapa Sawit
informasi tentang ketahanan varietas belum ada.
Dalam siklus pembungaan tanaman kelapa sawit,
Pengujian ketahanan klon tebu terhadap penyakit proses diferensiasi seksual diawali dengan ter-
streak mosaic telah dilakukan di Kebun Percobaan bentuknya primordia bunga dari jaringan meristem
(KP) Bugul di Pasuruan. Sebanyak 30 klon tebu dari bunga. Setelah itu terjadi diferensiasi seksual, yaitu
varietas/klon unggul komersial, klon unggul primordia bunga berkembang menjadi bunga jantan
nonkomersial, dan klon harapan diuji ketahanannya atau betina, bergantung pada kondisi lingkungan.
terhadap SCSMV. Hasil pengujian menunjukkan, dari Proses pembungaan hingga menjadi buah di-
30 klon yang diuji tidak satupun yang tergolong kendalikan terutama oleh kelompok gen MADSBOX.
sangat tahan. Enam klon termasuk tahan, 11 klon Pada banyak spesies tanaman, MADSBOX memiliki
terklasifikasi sedang, delapan klon rentan, dan lima struktur dan fungsi yang terkonservasi ( highly
klon sangat rentan. Klon yang tahan adalah PS 851, conserved). Setidaknya ada tiga gen MADSBOX yang

Perkebunan
44 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
berperan dalam pembungaan kelapa sawit, yaitu Curah hujan hanya sekitar 1.200 mm/tahun dengan
EgSQUA1, EgAG, dan EgAGL. Satu dari ketiga gen 6-8 bulan kering (curah hujan <60 mm/bulan). Di
tersebut diduga kuat berperan pula dalam proses lain pihak, dewasa ini telah ditemukan klon baru
diferensiasi seksual pada pembungaan kelapa sawit. dengan potensi hasil 2,0-3,0 ton biji kering/ha, yaitu
ICCRI 03, ICCRI 04 serta klon Sulawesi 01, Sulawesi
Pada penelitian sebelumnya telah dirakit
02, dan Sca 6 dengan produktivitas 1,5 t/ha. Batang
konstruk genetik PEgAG2::GFP dan PEgAGL2::GFP
bawah yang toleran cekaman lengas juga sudah
menggunakan teknologi Gateway (dari Invitrogen).
ditemukan, yakni Sca 6 dan Sca 12.
Selain itu telah diidentifikasi sumber-sumber bio-
regulator lokal yang berpotensi besar dapat me- Puslitbangbun telah memperoleh teknologi budi
ningkatkan pertumbuhan vegetatif maupun generatif daya kakao lindak spesifik lahan kering iklim kering
kelapa sawit. Pada 2011 dilakukan konfirmasi di NTT serta klon unggul yang adaptif. Bahan tanaman
konstruk yang diperoleh sebelumnya dan regenerasi dalam bentuk tanaman hasil sambung pucuk di-
kultur tanaman yang membawa konstruk siapkan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember.
PEgAG2::GFP dan PEgAGL2::GFP serta inventarisasi Pertumbuhan bibit sambungan yang dicerminkan oleh
bioregulator penginduksi pembungaan tanaman, tinggi tunas, diameter, jumlah daun, dan luas daun
dan yang paling mudah didapat dan digunakan. tidak menunjukkan perbedaan antarklon.
Perakitan dan analisis sistem genetik memper-
oleh konstruk genetik PEgAG2::GFP dan
Teknologi Budi Daya
PEgAGL2::GFP dan telah berhasil disubkloning ke
Agrobacterium tumefaciens. Kedua konstruk tersebut
Teknologi Perbanyakan Bibit Tebu
juga telah berhasil ditransformasi ke dalam eksplan
tanaman tembakau. Planlet yang membawa konstruk
Salah satu teknologi yang potensial untuk memper-
tersebut berhasil diregenerasi. Pada media MS yang
banyak bibit secara cepat, dalam jumlah banyak, dan
diberi BAP 0,5 ppm dan sukrosa 30-40 g/l, planlet
seragam adalah teknologi kultur jaringan. Penyediaan
yang beregenerasi menunjukkan struktur yang
bibit tebu melalui kultur jaringan melalui empat
berbeda dengan planlet yang tidak ditransformasi dan
tahapan penting, yaitu induksi kalus, proliferasi kalus,
diregenerasikan pada media baku. Fenomena ini
diferensiasi kalus, dan regenerasinya membentuk
mengindikasikan bahwa kedua konstruk gen reporter
planlet. Untuk itu dilakukan penelitian untuk mendapat
tersebut diekspresikan pada kondisi in vitro, atau
paket teknologi mikropropagasi dalam usaha
sistem genetik yang dirakit berfungsi dengan baik.
pengadaan bibit tebu unggul yang murah, cepat, dan
Pada percobaan rekonfirmasi pada padi gogo di
teruji dalam skala luas.
rumah kaca, bioregulator (bahan) alami mampu
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan jumlah Hasil penelitian menunjukkan penggunaan media
anakan sehingga meningkatkan produktivitas dan untuk induksi kalus dengan penambahan 2,4-D dapat
kualitas hasil. menginduksi kalus dari eksplan daun muda tanaman
tebu. Peningkatan konsentrasi 2,4-D hingga 3 mg/l
dalam media tanpa penambahan ZPT lain cenderung
Klon Kakao Unggul dan Pengelolaan
Pertanaman di Lahan Kering Iklim Kering menurunkan jumlah eksplan berkalus. Penambahan
kasein hidrolisat pada media induksi kalus tidak
Produktivitas tanaman kakao di Nusa Tenggara Timur memengaruhi jumlah kalus yang dihasilkan, tetapi
tergolong rendah, hanya 526 kg/ha, bahkan menurut sangat berpengaruh pada kualitas kalus. Regenerasi
data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2009 kalus menjadi planlet memerlukan formulasi media
hanya 228 kg/ha. Rendahnya produktivitas antara lain yang berbeda untuk masing-masing varietas. Peng-
disebabkan bahan tanaman yang digunakan ber- gunaan auksin (NAA dan IBA) pada media perakaran
kualitas rendah dan kondisi lahan yang marginal. dapat menginduksi pembentukan akar. Metode

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


45
Penyediaan bibit tebu melalui kultur jaringan: induksi dan proliferasi kalus (1-2), diferensiasi/
regenerasi tunas (3-4), dan pembentukan planlet (5-6).

perbanyakan bibit tebu yang dihasilkan dari penelitian Pengembangan model perkebunan tebu-ternak
ini telah diaplikasikan untuk memproduksi bibit tebu terpadu dilaksanakan di sentra tebu Desa Lambur,
secara massal. Benih tebu kultur jaringan yang Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah, pada
dihasilkan pada tahun 2011 mencapai 100 ribu planlet lahan tebu milik kelompok tani Mugilestari seluas 5
yang berpotensi menghasilkan 2,8 juta budset G2 ha. Hasil pengamatan menunjukkan, pengawalan dan
pada akhir 2012. aplikasi pupuk organik 5 t/ha, penerapan klentekan
dan rawis, dan pemeliharaan saluran meningkatkan
produktivitas lebih dari 100 t/ha. Estimasi produksi
Teknologi Pengembangan Budi Daya Tebu- pucuk, klentekan, dan rawis diperkirakan 28 t/ha yang
Ternak Terpadu
berpotensi sebagai pakan yang mengandung protein
tinggi. Dua unit instalasi biogas berkapasitas 5 m3
Tebu potensial diintegrasikan dengan ternak. Selain limbah ternak mampu memproduksi 2,16 m3 biogas
menghasilkan gula, tebu juga berpotensi sebagai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan memasak
sumber pakan. Produksi limbah tanaman berupa bagi dua keluarga petani selama masing-masing 3
batang dan daun cukup tinggi dan dapat dimanfaatkan jam. Pengukuran emisi gas rumah kaca pada
sebagai pakan. Limbah tanaman, limbah pengolahan pertanaman tebu umur satu bulan menunjukkan emisi
tebu, dan limbah ternak juga berpotensi sebagai CO2 sebesar 0,66 t/ha/bulan dan emisi N2O 3,63 t/
sumber energi baru dan terbarukan, berupa etanol ha/bulan. Gas metana dari limbah 16 ekor sapi
dan biogas, sehingga berpotensi menekan emisi gas mencapai 3,24 m3/hari atau 1.083 m3/tahun. Nilai tam-
rumah kaca. bah dari emisi metana sebagai bahan bakar untuk

Perkebunan
46 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
rumah tangga yang diperoleh dari dua instalasi Pengendalian penyakit JAP dapat dilakukan
biogas diperkirakan Rp912.000/KK. melalui tindakan pencegahan sebelum terjadi
serangan dan pengobatan terhadap tanaman yang
terserang. Hasil penelitian menunjukkan, pencegahan
Peningkatan Efisiensi Pemupukan pada penyakit yang efektif adalah melalui pengurangan
Kelapa Sawit
sumber infeksi dengan mempercepat pelapukan
tunggul karet dengan pembakaran atau inokulasi
Telah diperoleh beberapa isolat unggul yang aktif jamur pelapuk. Perlindungan tanaman sebelum
menguraikan lignin, selulosa, dan mempunyai aktivitas terserang penyakit dilakukan dengan menanam
enzim lipase. Pembuatan kompos tandan kosong tanaman antagonis lidah mertua di sekeliling pangkal
kelapa sawit dengan formula dekomposer yang batang pada awal penanaman karet. Pengobatan
mengandung isolat tersebut dapat meningkatkan tanaman yang terserang JAP yang paling efisien dan
kualitas kompos. efektif adalah dengan aplikasi fungisida berbahan aktif
Penggunaan formula pupuk hayati dapat me- triadimefon.
ningkatkan efisiensi penggunaan pupuk pada pem-
bibitan kelapa sawit. Pemberian bioamelioran
Pengendalian OPT pada Tanaman Teh
meningkatkan serapan hara N kelapa sawit pada
tanah berpasir, memperbaiki sifat fisik tanah dan
Residu pestisida pada produk teh akibat penggunaan
efisiensi pemupukan, dan meningkatkan hasil tandah
pestisida perlu mendapat perhatian untuk meng-
buah segar. Pemberian bioamelioran juga me-
amankan dan meningkatkan ekspor teh Indonesia.
ningkatkan efisiensi pemupukan dan hasil tandah
Upaya untuk meminimalkan penggunaan pestisida dan
buah segar pada tanah gambut.
residu yang diakibatkannya dapat dilakukan melalui
tiga pendekatan, yaitu pengendalian nonkimiawi,
Pengendalian Terpadu Penyakit Jamur Akar perbaikan lingkungan, dan penggunaan pestisida
Putih pada Karet secara bijaksana. Untuk mendukung upaya ini,
dilakukan penelitian untuk menghasilkan teknologi
Penyakit jamur akar putih (JAP) yang disebabkan oleh pengendalian yang ramah lingkungan untuk OPT
patogen Rigidoporus microporus merupakan penyakit utama teh, seperti tungau jingga (Brevipalpus
penting pada karet karena sering mengakibatkan phoenicis), penyakit cacar (Exobasidium vexans),
kematian tanaman dan biaya pengendaliannya mahal. Empoasca flavescens, dan gulma picisan (Polypodium
Oleh karena itu, teknologi pengendalian JAP yang nummularifoliums).
efektif dan murah sangat diperlukan.

Aplikasi fungisida kimia, biofungisida Trichoderma koningii + belerang, dan penanaman tumbuhan
antagonis lidah mertua untuk mengendalikan penyakit jamur akar putih pada karet.

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


47
Penggunaan jamur entomopatogenik Paecilo-
myces fumosoroseus efektif untuk mengendalikan
tungau jingga. Di laboratorium, P. fumosoroseus pada
konsentrasi 108 spora/ml efektif mengakibatkan
kematian tungau jingga mulai hari keempat setelah
aplikasi. Di lapangan, P. fumosoroseus pada medium
beras pada dosis 3 kg/ha efektif mengendalikan
tungau jingga setelah enam kali aplikasi. Empat jenis
compost tea, yaitu CT1 (pupuk kandang kambing
25%, hijauan 45%, bahan berkayu 30%); CT2 (pupuk
kandang sapi 25%, hijauan 45%, bahan berkayu
30%); CT3 (pupuk kandang kambing 25%, hijauan
30%, bahan berkayu 45%); dan CT4 (pupuk kandang
kambing 50%, hijauan Arachis pintoi 50%), potensial
Warna bakteri endofit yang telah berpenanda
mengendalikan penyakit cacar.
gen gfp dilihat di bawah sinar ultraviolet.
Formulasi insektisida nabati marigold efektif
terhadap E. flavescens. Di laboratorium, formulasi
marigold 15% lebih efektif dibandingkan dengan
formulasi 10%, dan dosis 1 l/ha lebih efektif dibanding
dosis 0,5 l/ha. Di lapangan, efektivitas formulasi tanaman tebu. Hasilnya menunjukkan bahwa
marigold 10% pada dosis 0,5 l/ha sama dengan formulasi pupuk hayati yang dibuat dengan campuran
formulasi marigold 15% dosis 0,5 dan 1,0 l/ha, dan blotong 50%, zeolit 30%, dan tanah lempung 20%,
sebanding dengan insektisida kimia. jumlah bakteri endofit pada hari ke-0 sampai ke-15
sebesar 8-6 x 106. Pada bulan ketiga, jumlah bakteri
Pemangkasan memengaruhi perkembangan
dalam pupuk mencapai 6,33 x 102. Setiap bakteri
gulma picisan. Pangkasan bersih dan pangkasan
endofit memiliki pola yang spesifik yang meng-
tengah bersih lebih efektif mengendalikan gulma
gambarkan keberadaan dan persistensinya dalam
picisan dibandingkan dengan pangkasan meja.
jaringan tebu. Bakteri tersebut mampu bertahan
Pengendalian gulma picisan dengan herbisida setara
selama 3 bulan dalam jaringan tanaman. Dalam
dengan pengendalian secara manual, kecuali 2,4-D
jaringan daun tebu, bakteri endofit membentuk
murni. Kombinasi glifosat dan pikloram menghasilkan
mikrokoloni. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
jumlah tunas primer teh terbanyak.
aplikasi bakteri endofit cenderung menurunkan
keragaan tebu.

Pengembangan Formula Pupuk


Hayati Berbasis Bakteri Endofit Pelestarian Plasma Nutfah

Penggunaan pupuk buatan takaran tinggi dan dalam Perakitan genotipe unggul karet sangat bergantung
waktu lama dapat menurunkan populasi mikroflora pada ketersediaan plasma nutfah. Koleksi klon-klon
tanah. Oleh karena itu, pemanfaatan pupuk hayati unggul karet merupakan sumber keanekaragaman
sangat diperlukan. genetik yang sangat bermanfaat dalam program
Pupuk hayati yang berkembang umumnya pemuliaan karet. Indonesia memiliki sumber ke-
menggunakan bakteri endofit. Enam isolat bakteri ragaman plasma nutfah karet yang penting, berupa
penambat N endofitik telah diuji daya hidupnya dalam koleksi klon-klon unggul hasil introduksi maupun
formula pupuk hayati dan diuji efikasinya pada perakitan di dalam negeri. Oleh karena itu, Kebun

Perkebunan
48 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pembibitan karet dengan naungan paranet.

koleksi klon-klon unggul karet perlu dibangun sebagai nomor koleksi (UBd 35 sampai UBd 105). Telah
kebun konservasi plasma nutfah, kebun induk benih, dilakukan penanaman bagal mikro G1 tahap I dan II.
dan kebun persilangan buatan untuk merakit klon Varietas tebu yang dikoleksi memperlihatkan
karet unggul. keragaman genetik yang tinggi dan dapat digunakan
dalam perakitan varietas unggul baru.
Kebun koleksi karet telah dibangun di KP
Pakuwon, Sukabumi, Jawa Barat seluas 0,5 ha untuk Guna menunjang kebutuhan informasi dalam
10 klon, yaitu AVROS 2037, GT 1, RRIC 100, BPM 1, pengembangan komoditas perkebunan, khususnya
BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, IRR 5, dan IRR kopi, kakao, karet, teh, tebu, dan kelapa sawit,
104. Pembangunan kebun koleksi dimulai dengan diciptakan sarana yang dapat memberikan informasi
penyiapan bibit stum mata tidur di Balai Penelitian mengenai deskripsi varietas/klon unggul. Ketersediaan
Sungei Putih, Sumatera Utara, pembangunan pem- sarana tersebut diharapkan dapat membantu para
bibitan stum mata tidur dalam polibeg di KP Pakuwon, pemulia dalam memilih gen-gen yang dikehendaki
penyiapan lahan, dan penanaman di lapangan. Kebun untuk mempercepat penemuan klon-klon unggul baru.
koleksi ditata secara blok klonal. Tiap plot terdiri atas Sarana dilengkapi dengan informasi mengenai teknis
satu klon dengan jumlah tanaman 25 pohon sehingga budi daya dan pascapanen agar pengguna dapat
seluruhnya terdapat 10 plot. Penyiapan lahan dilaku- memahami suatu komoditas secara lengkap. Sarana
kan secara mekanis dan penanaman mengacu kepada tersebut dibuat dalam bentuk perangkat lunak dengan
standar manajemen pembangunan kebun karet. pemrograman berbasis HTML (Hypertext Markup
Bahan tanaman berupa bibit satu payung daun dalam Language) yang dipadukan dengan penggunaan
polibeg. Deskripsi tiap klon didasarkan pada ciri-ciri bahasa pemrograman PHP (Hypertext Preprocessor).
tanaman, yang meliputi helaian daun, anak tangkai Data dan informasi yang tersedia pada pangkalan data
daun, tangkai daun, payung daun, mata tunas, kulit meliputi deskripsi morfologi 10 klon karet, lima varietas
batang, dan potensi hasil lateks. kopi arabika, lima varietas/klon kopi robusta, lima
varietas/klon kakao, 16 klon teh, 23 varietas/klon
Untuk plasma nutfah tanaman tebu, eksplorasi
tebu, dan 13 varietas kelapa sawit serta data teknis
di Jawa Tengah memperoleh 34 nomor koleksi (UBd
budi daya dan pascapanen komoditas karet, kopi,
1 sampai UBd 34) dan di Jawa Timur mendapat 70
kakao, teh, tebu, kina, dan kelapa sawit.

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


49
Sintesis Kebijakan kualitas tebu secara individu memberi dampak positif
terhadap peningkatan produktivitas dan petani
Sistem Beli Putus Tebu menerima pembayaran harga tebu yang sesuai dan
optimal; (2) petani tidak dibebani dengan kondisi PG
Salah satu bentuk kemitraan antara petani tebu rakyat yang kurang efisien; (3) pembayaran di muka akan
(PTR) dan pabrik gula (PG) adalah bagi hasil gula membantu petani untuk memenuhi kebutuhan primer
yang didasarkan pada angka rendemen akhir tebu dan sekunder; dan (4) PG akan terdorong untuk me-
petani. Di lapangan, masalah penetapan rendemen ningkatkan efisiensi pabrik.
sering menjadi potensi konflik karena PTR tidak
percaya dengan hasil yang diperoleh karena sangat
bergantung pada efisiensi dan kinerja PG. Sesuai Peluang Swasembada Gula 2014
dengan rekomendasi Panja Gula Komisi VI DPR RI,
Penerapan inovasi teknologi dalam peningkatan
rendemen tebu petani harus diukur sebelum proses
produktivitas dan rendemen berperan penting dalam
pengolahan sehingga petani memperoleh rendemen
mewujudkan swasembada gula 2014. Target produksi
sesuai dengan mutu tebu yang dihasilkan.
gula tahun 2011 sebesar 2,73 juta ton diperkirakan
Alternatif pola kemitraan antara petani dan PG tidak akan tercapai karena rendemen turun dari rata-
adalah sistem beli putus tebu sehingga petani tidak rata 7,6% menjadi 7,4%. Permasalahan yang dihadapi
menanggung risiko tingkat efisiensi pabrik dan dari hulu hingga hilir untuk mencapai target swa-
ketidaklancaran proses pengolahan. Untuk itu diperlu- sembada gula sangat sulit diatasi. Namun, dengan
kan suatu rumus penetapan rendemen dan harga beli adanya revisi target, perluasan lahan tidak perlu
tebu yang menguntungkan kedua belah pihak. Rumus dilakukan atau dapat dikurangi, tetapi dibarengi
harga tebu ditetapkan berdasarkan bagi hasil, dengan perbaikan varietas, budi daya, dan komitmen
rendemen tebu (R), HPP gula, bagi hasil tetes, dan dalam proses penggilingan tebu di pabrik gula.
harga tetes (Tabel 1). Rumus tersebut secara umum
Tabel 2 memperlihatkan simulasi produktivitas,
adalah:
rendemen, dan produksi gula tanpa perluasan lahan
Harga tebu/ton = 1.000 x {(gula bagian petani x R x atau tetap dengan luas 437.000 ha. Jika alternatif ini
HPP gula) + ( tetes bagian petani x harga tetes)}. yang dijalankan maka varietas yang digunakan harus
Pengukuran rendemen dilakukan pada contoh tebu yang mempunyai produktivitas 110 t/ha dengan
yang diambil dengan alat yang mudah dioperasikan, rendemen 12%. Apabila target diturunkan menjadi
akurat, dan transparan, antara lain Core Sampler. 3,6-4,3 juta ton maka produktivitas aktual tebu yang
diperlukan 90-100 t tebu/ha dengan rendemen 9-
Keuntungan ekonomi sistem beli putus tebu ter- 10%.
hadap pendapatan petani adalah: (1) penilaian
Rata-rata produktivitas tebu pada Juni 2011 hanya
78 t/ha dengan rendemen 6,9%. Untuk meningkatkan
produksi sampai 3,7 juta ton pada 2014, Badan Litbang
Pertanian telah menghasilkan calon varietas unggul
Tabel 1. Proporsi bagi hasil gula dan tetes untuk petani. dengan rendemen 9-12%, seperti PS 881, PS 882,
PS 862, dan VNC 766. Apabila benih ini diuji adaptasi
Rendemen Bagian gula Bagian tetes
(%) petani (%) petani (%) pada 2012 maka pada 2013 sudah dapat dikem-
bangkan. Calon varietas yang paling menjanjikan
s/d 7 66,0 3,00 adalah PS 89-20961 dan POJ 3016 serta varietas
> 7-8 70,0 2,75
introduksi dari Filipina dengan rendemen masing-
> 8-9 72,5 2,50
>9 75,0 2,50 masing 9,5%, 14%, dan 16% dan produktivitas 140,
150, dan 150 t/tahun.

Perkebunan
50 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tabel 2. Simulasi produktivitas, rendemen, dan produksi gula menunjang swasembada tanpa perluasan area tanam.

Simulasi
Penunjang swasembada
I II III IV V VI

Produktivitas (t/ha) 70 80 90 100 110 110


Rendemen (%) 7 8 9 10 11 12
Luas (000 ha) 437 437 437 437 437 437
Produksi gula nasional (000 t) 2.141,3 2.796,8 3.539,7 4.370 5.287,7 5.768,4

Untuk mengatasi senjang potensi hasil dan hasil introduksi dan klon unggul harapan. Melalui demfarm
aktual, perlu perbaikan budi daya yang meliputi: (1) ini akan dihasilkan standar operasional prosedur (SOP)
penerapan program berbantuan bongkar ratun pengembangan tebu berbasis kultur jaringan serta
seperti pada tahun 2004, dan ratun hanya bisa dipakai varietas unggul.
sampai tiga tahun; (2) penggunaan komposisi varietas
Peta jalan pencapaian swasembada gula 2014
masak awal, masak tengah, dan masak akhir; (3)
diusulkan sebagai berikut: (1) pada tahun pertama
pemupukan berimbang antara pupuk organik dan
demfarm di tiga lokasi diharapkan mulai tanam pada
anorganik, seperti pupuk kandang 5 t/ha atau BBA
November 2011 dan dilakukan sosialisasi ke pihak-
(blotong, bagas dan abu) 80 t/ha atau 40 t/ha kalau
pihak terkait seperti Dewan Gula Indonesia, Direktorat
sudah menjadi kompos; (4) aplikasi zat pengatur
Jenderal Perkebunan, pabrik gula, dan PTPN; (2) pada
tumbuh (etepon 400 mg/liter) pada tanaman tebu
tahun kedua, SOP yang dihasilkan pada tahun
umur lima bulan; (5) penerapan PHT terutama dengan
pertama disosialisasikan dan mulai dikembangkan;
menggunakan varietas toleran/tahan; (6) pengelola-
dan (3) pada tahun ketiga (2014) diharapkan semua
an air dengan alur atau sprinkler sesuai dengan
sentra produksi tebu sudah menerapkan SOP dan
kebutuhan tanaman; dan (7) sistem tanam yang
menggunakan varietas unggul berproduksi tinggi.
sesuai untuk bibit kultur jaringan.
Pengembangan tebu berbasis kultur jaringan
Seluruh perlakuan budi daya disusun dalam
dengan dukungan teknologi budi daya memerlukan
suatu demfarm ( show window ) di tiga lokasi
kerja sama semua pihak yang terkait. Diasumsikan
(Lampung, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan) yang
di luar perlakuan yang diaplikasikan semua berjalan
akan menjadi lokasi pelaksanaan uji multilokasi calon
optimal, seperti pengukuran rendemen dan efisiensi
varietas POJ 3016 dan PS 86-10029 serta klon
pengolahan di PG.

Perkebunan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


51
Peternakan
Dalam mewujudkan swasembada daging sapi 2014, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan (Puslitbangnak)
beserta Unit Pelaksana Teknisnya berupaya menghasilkan
inovasi teknologi peternakan serta deteksi penyakit dan
pengendaliannya. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada
tahun 2011 adalah analisis kebijakan pemanfaatan bungkil
inti sawit, keamanan pangan, dan penghentian ekspor sapi
dari Australia, vaksin bivalen avian influenza, uji diagnostik
cepat FELISA toksoplasma, bibit induk itik pedaging,
konsorsium sapi potong, hijauan pakan ternak, dan
biofermentasi limbah pengolahan tebu.

Peternakan
52 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Perspektif Pemanfaatan Bungkil Inti tambah, pendapatan petani, dan kesejahteraan
Sawit konsumen-produsen karena cukup besarnya
kontribusi penerimaan dari ekspor BIS. Memper-
timbangkan hal tersebut, pada 5 April 2011,
Salah satu kendala dalam, meningkatkan populasi,
Puslitbangnak menyelenggarakan round table
produktivitas, dan daya saing peternakan adalah
discussion (RTD) untuk menelaah pemanfaatan BIS.
terbatasnya lahan dan sumber pakan. Volume impor
RTD dilaksanakan dengan mengundang beberapa
bahan baku pakan mencapai lebih dari Rp10 triliun/
narasumber dan pakar di bidang perkebunan kelapa
tahun sehingga menguras devisa negara dan tidak
sawit dan pakan ternak dari Kementerian Per-
kondusif bagi pengembangan usaha peternakan.
dagangan, Kementerian Pertanian, pelaku usaha, dan
Bungkil inti sawit (BIS) berpotensi sebagai bahan
pengamat persawitan maupun peternakan.
pakan, namun sebagian besar diekspor. Pabrik pakan
di dalam negeri masih enggan menggunakan BIS Berdasakan penelaahan terhadap kekuatan,
karena berbagai alasan dan kendala dalam aspek kelemahan, peluang, dan tantangan maka langkah-
teknis maupun ekonomis. Produksi BIS diperkirakan langkah pemanfaatan BIS meliputi:
2,7 juta ton/tahun, 0,3 juta ton di antaranya digunakan
a. Memantau perkembangan harga domestik dan
sebagai bahan baku pakan unggas dan 0,4 juta ton
internasional produk kelapa sawit dan turun-
untuk pakan pada usaha penggemukan sapi. Dengan
annya.
demikian, masih tersisa sekitar 2 juta ton yang belum
dimanfaatkan secara optimal. Pada tahun 2010, b. Melakukan exercise penerapan tarif secara
ekspor BIS mencapai 2,5 juta ton dengan nilai USD progresif maupun satuan unit terhadap seluruh
216,9 juta. Volume ekspor BIS pada kurun waktu turunan produk kelapa sawit yang bermanfaat
2006-2010 meningkat 13,9%. sebagai pakan ternak.

Rencana pemerintah untuk menetapkan bea c. Mengkaji daya saing dan efisiensi produk turunan
keluar (BK) untuk ekspor BIS mendapat perhatian para kelapa sawit.
stakeholders. Kebijakan penetapan BK akan d. Memutakhirkan analisis keputusan berkaitan
berdampak terhadap area, produksi, konsumsi, dengan adanya teknologi penggunaan turunan
ekspor, impor, harga domestik, lapangan kerja, nilai produk kelapa sawit sebagai sumber pakan
ternak.
e. Mengkaji peraturan/kebijakan yang mampu
memberikan nilai tambah bagi setiap subsektor
lingkup pertanian maupun daya saing secara
nasional.
f. Melakukan road show ke sentra-sentra kelapa
sawit untuk menjaring opini dan membangun
sinergi penciptaan nilai tambah dengan semangat
nasionalisme.
g. Mendorong kegiatan penelitian konsorsium pe-
manfaatan turunan produk kelapa sawit sebagai
pakan ternak dan pembangunan pabrik pakan
konsentrat, terutama bagi ternak ruminansia. Dari
52 pabrik pakan di Indonesia, 80% adalah pabrik
pakan unggas yang sudah mapan, padahal peng-
Bungkil inti sawit potensial untuk pakan ternak. gunaan BIS dalam ransum unggas baru 2-3%.

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


53
Rekomendasi kebijakan yang diusulkan: 3. Rumah potong hewan (RPH) perlu diperbaiki
sehingga memenuhi standar internasional. Upaya
a. Perlu sinkronisasi perolehan data dari instansi
ini sedang ditempuh Pemerintah Provinsi Jawa
terkait, dalam hal ini Badan Pusat Statistik.
Timur bekerja sama dengan Asosiasi Distributor
b. Perlu adanya pemisahan kode Harmonized Daging Indonesia.
Systems (HS) untuk produk BIS yang diekspor
4. Daging dan jeroan yang beredar di Indonesia
dengan yang diimpor.
mengandung residu obat hewan, termasuk
c. Perlu kajian lintas institusi dalam estimasi efisiensi trenbolon asetat (TBA) dan senyawa toksik
dan daya saing produk BIS sebagai pakan ternak. (pestisida, aflatoksin, dan logam berat), walau
d. Perlu dilakukan beberapa skenario analisis untuk masih di bawah batas maksimum residu (BMR).
mensimulasi penerapan BK yang efektif dan Pemeriksaan terhadap residu hormon perlu
dampaknya bagi produsen, konsumen maupun diperketat. Daging sapi, jeroan maupun sapi
penerimaan pemerintah. bakalan yang mengandung hormon TBA dilarang
masuk ke Indonesia.
e. Perlu konsorsium penelitian untuk merumuskan
model integrasi yang ideal, selanjutnya diuji coba 5. Kewenangan pemberian izin pemasukan daging
di lapangan dengan mitra BUMN atau swasta berada pada Menteri Perdagangan. Oleh karena
dengan memanfaatkan dana insentif riset dari itu, Surat Persetujuan Pemasukan (SPP) akan
Kementerian Ristek. disempurnakan menjadi Rekomendasi Perse-
tujuan Pemasukan (RPP). Untuk meningkatkan
kualitas pengawasan pemasukan daging dan
Keamanan Pangan, Regulasi dan jeroan dari luar negeri perlu dilakukan revisi
Impor Daging Sapi dan Jeroan penggolongan jenis daging sehingga ada HS
number yang berbeda untuk masing-masing jenis
daging dan jeroan.
Pada 28 April 2011 Puslitbangnak melaksanakan RTD
bersama para stakeholders yang berperan dalam 6. Pemasukan daging dan jeroan ke Indonesia harus
perumusan kebijakan, penelitian, keamanan pangan, memenuhi syarat halal. Saat ini telah ada halal
pemasukan dan penggunaan daging sapi dan jeroan. approved establishment yang dapat menjadi
Kesimpulan dari RTD tersebut sebagai berikut: sumber daging halal bagi Indonesia dari Australia.
Kebijakan baru dari LP-POM MUI ini akan
1. Kebutuhan bahan baku industri pengolahan
memungkinkan adanya fully dedicated halal
daging sudah memadai sehingga biaya produksi
establishment di luar negeri.
dapat ditekan tanpa mengurangi nilai gizinya.
Jeroan (jantung) digunakan sebagai bahan baku
pangan olahan daging (bakso) pada industri
Posisi Industri Sapi Potong Dalam
kecil, menengah maupun besar.
Negeri Menghadapi Penghentian
2. Berkaitan dengan impor daging, perlu dicermati Ekspor Sapi Hidup dari Australia
apakah produksi dalam negeri yang kurang
sehingga perlu impor atau impor yang berlebihan
Kapasitas produksi daging sapi dalam negeri baru
sehingga produksi dalam negeri cenderung
mencapai 65% dari kebutuhan sehingga 35%
menurun. Untuk meningkatkan produksi daging
dipenuhi melalui impor. Pada tahun 2011, Indonesia
dalam negeri perlu perbaikan manajemen budi
diperkirakan mengimpor sapi hidup 650 ribu ekor dari
daya sehingga dapat menghasilkan sapi yang
Australia dan 72 ribu ton daging sapi beku (setara
berkualitas dengan persentase karkas yang
dengan 220 ribu ekor sapi).
baik.

Peternakan
54 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pada 30 Mei 2011, salah satu media elektronis portasi dan penghapusan sementara retribusi dan
Australia menayangkan praktik pemotongan sapi di pungutan (selama penghentian enam bulan) dari
beberapa RPH di Indonesia yang diduga tidak sejalan pemerintah daerah yang wilayahnya dilalui
dengan kaidah kesejahteraan hewan ( animal sarana transportasi sapi potong hidup.
welfare). Selanjutnya, pada 8 Juni 2011 Pemerintah
c. Kebijakan pemasukan daging sapi beku ke
Australia berencana menghentikan ekspor sapi hidup
Indonesia tidak perlu direvisi dan harus tetap
ke Indonesia dalam jangka waktu enam bulan.
sejalan dengan sasaran tahunan volume impor
Puslitbangnak telah mengkaji permasalahan daging beku, sesuai dengan Cetak Biru PSDS
tersebut dan menghasilkan tiga skenario kebijakan 2014 (72 ribu ton pada 2011).
sebagai respons dari keputusan Pemerintah Australia.
d. Untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan
Rekomendasi kebijakan untuk masing-masing
daging sapi pada hari besar keagamaan, kebijak-
skenario adalah sebagai berikut:
an pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional
Skenario 1: Penghentian ekspor sementara (enam tetap menggunakan data skenario tahunan
bulan) tanpa kompensasi peningkatan volume ekspor sebagaimana tercantum dalam Cetak Biru PSDS
daging sapi beku. 2014.
a. Perlu diperhitungkan jumlah sapi yang telah Skenario 2: Penghentian sementara (enam bulan)
diekspor dan yang mendapat persetujuan dari dengan antisipasi pernyataan Menteri Perdagangan
AQIS (health certificate) sehingga dapat diketahui dan Menteri Koordinator Perekonomian tentang tindak
jumlah sapi yang tidak akan diekspor ke lanjut penanganan impor daging sapi ke Indonesia.
Indonesia. Dengan demikian, kapasitas produksi
a. Kewenangan Kementerian Pertanian dalam
sapi potong dan komoditas penghasil daging
pengaturan pemasukan hewan dan produk
lainnya di dalam negeri perlu ditingkatkan untuk
hewan tetap didasarkan kepada UU No. 18/2009
mengkompensasi kekurangan tersebut.
tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dan
b. Perlu peningkatan mobilitas pasokan sapi potong UU No. 16/1992 tentang Karantina Hewan, Ikan,
dari sentra produksi ke wilayah konsumen. Hal dan Tumbuhan.
ini memerlukan kebijakan kemudahan trans-
b. Seluruh kebijakan yang berkaitan dengan peng-
awasan pemasukan karkas, daging, dan jeroan
harus tetap dilaksanakan sesuai dengan
Permentan No. 20/2009 tentang Pemasukan dan
Pengawasan Peredaran Karkas Daging dan/atau
Jeroan dari Luar Negeri.
Skenario 3: Penghentian sementara ekspor sapi
hidup ke Indonesia diduga dapat merugikan industri
sapi potong terutama di wilayah Northern Territory.
a. Kebijakan stabilisasi harga pangan, termasuk
pangan asal hewan, harus menciptakan iklim
usaha yang kondusif bagi para pelaku industri
peternakan penghasil daging nonsapi. Hal ini
dimaksudkan agar pelaku usaha tidak membuat
perencanaan produksi yang berlebihan sebagai
respons terhadap peningkatan permintaan daging
Impor sapi hidup sebagai salah satu sumber
sapi sebelum diperoleh keputusan yang tetap.
pasokan daging dalam negeri.

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


55
b. Kebijakan ini juga berlaku bagi para pelaku industri Kelurahan Juhut berbatasan dengan kawasan
hulu yang berkaitan dengan sistem budi daya hutan lindung Gunung Karang, terletak pada ketinggi-
peternakan penghasil daging dan para pelaku an 250-700 m dpl. Luas wilayah Juhud 402,86 ha
usaha di bidang industri pengolahan daging. dan sebagian besar bertopografi lereng. Sebagian
besar penduduk bermata pencaharian sebagai kuli
c. Pemerintah harus memiliki strategi untuk
bangunan dan buruh tani.
meredam gejolak harga daging sapi di dalam
negeri sebagai akibat ulah para spekulan. Pengembangan KDT merupakan model pem-
berdayaan masyarakat dengan memanfaatkan
Kebijakan mendorong industri sapi potong dalam
potensi sumberdaya lokal melalui integrasi domba
negeri sebagai pemasok utama daging sapi nasional
dan tanaman hortikultura sebagai sumber pendapatan
memerlukan perencanaan jangka panjang yang
baru petani (diversifikasi usaha). Di samping itu, KDT
didukung oleh: (1) penyediaan dan produksi pakan
dapat mendukung pelestarian lingkungan karena
di dalam negeri, termasuk pembatasan ekspor bahan
wilayah tersebut berbatasan dengan kawasan hutan
baku pakan; (2) penyelamatan sapi betina produktif;
konservasi, serta sebagai show window pengem-
(3) penataan pola pengembangan peternakan sapi
bangan ternak domba oleh pemerintah setempat
rakyat; (4) perbaikan sistem IB untuk menyelamatkan
melalui model “replikasi” sesuai dengan kondisi agro-
sumberdaya genetik lokal; dan (5) akselerasi kerja
ekosistem.
sama dengan industri dan lintas sektor dalam
pemanfaatan sumberdaya alam (sistem integrasi). Penerapan teknologi budi daya ternak domba
Pemerintah pusat dan daerah agar memastikan unggul memperlihatkan hasil yang memuaskan bagi
pelaksanaan pemotongan sesuai kaidah kesejah- masyarakat. Populasi domba meningkat dari 275 ekor
teraan hewan. pada awal kegiatan menjadi lebih dari 1.500 ekor
pada September 2011 karena bertambahnya tingkat
kelahiran dan adanya bantuan ternak dari berbagai
Pengembangan Kampung Domba instansi (lembaga pemerintah, swasta, perbankan)
Terpadu yang menaruh kepercayaan pada kelompok peternak.
Masyarakat yang sebelumnya merambah hutan untuk
Pengembangan Kampung Domba Terpadu (KDT) mencukupi kebutuhannya, berbalik menjadi
dimulai pada pertengahan 2009 untuk meng- melestarikannya dengan adanya ternak. Masyarakat
introduksikan teknologi budi daya domba unggul memanfaatkan hijauan tanaman sebagai pakan
komposit Sumatera dan Garut. Kegiatan dilaksanakan ternak dan kotoran sebagai pupuk organik.
di Kampung Cinyurup, Kelurahan Juhut, Kecamatan
Karang Tanjung, Pandeglang, Banten.

Kampung domba terpadu di Kelurahan Juhut, Pandeglang, Banten.

Peternakan
56 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Seiring dengan pesatnya perkembangan KDT, Vaksin inaktif komersial AI A/Ck/West Java/Pwt-
pada 23 Mei 2011 Kepala Badan Litbang Pertanian Wij/2006 serupa dengan virus antigenic drift dari
mengunjungi lokasi KDT dan menetapkannya sebagai virus-virus AI subtipe H5N1 tahun 2010, namun tidak
laboratorium lapangan Badan Litbang Pertanian. mampu memberikan proteksi yang baik terhadap virus
Keistimewaan laboratorium lapangan Juhut sebagai ekstensif antigenic drift seperti A/ck/Wj/Smi-M6/
media diseminasi multi-spektrum adalah: (1) terdapat 2008. Agar mampu memberikan proteksi tinggi
integrasi kelembagaan, komoditas, program, dan terhadap virus yang mempunyai antigenic drift dan
profesi; (2) dapat menjadi tempat pelatihan budi ekstensif antigenic drift, diperlukan vaksin inaktif
daya berbagai komoditas pertanian; (3) sebagai bivalen AI.
laboratorium komoditas unggulan Badan Litbang
Untuk mengetahui efikasi vaksin inaktif bivalen
Pertanian seperti ternak, tanaman pangan, horti-
AI isolat lokal A/ck/Wj/Smi-M6/2008 (H5N1) yang
kultura, dan perkebunan; dan (4) dapat menjadi
telah mengalami mutasi ekstensif antigenic drift dan
acuan untuk mereplikasi kegiatan KDT ke daerah lain
isolat lokal A/ck/Wj/PWT-D10-39/2010 (H5N1) yang
sesuai potensi masing-masing daerah.
merupakan virus terbaru dan juga telah mengalami
mutasi antigenic drift, dilakukan uji efikasi di lapangan
di Sukabumi dan Cianjur, Jawa Barat. Hasilnya
Vaksin Bivalen Avian Influenza
memperlihatkan respons yang baik setelah vaksinasi
Isolat Lokal Terbaru pada ayam ras petelur umur empat minggu, ayam
buras petelur (ayam arab) dewasa, ayam pelung
Avian influenza (AI) merupakan salah satu penyakit dewasa, dan ayam ras potong pejantan (Tabel 1).
yang mematikan pada unggas (ayam). Virus AI di Pada ayam buras umur empat minggu dan ayam ras
Indonesia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) potong umur 10 hari, responsnya setelah vaksinasi
virus AI yang mirip dengan progeny virus tahun 2003; rendah. Respons titer antibodi yang baik dapat dicapai
(2) virus antigenic drift tahun 2006 dan beberapa virus pada ayam buras muda setelah vaksinasi ulang pada
turunannya; dan (3) virus ekstensif antigenic drift umur delapan minggu.
tahun 2007-2008. Master seed vaksin A/ck/Wj/Smi-
Vaksin bivalen AI isolat lokal memberi perlindung-
M6/2008 (H5N1) yang merupakan kelompok virus
an 100% pada ayam ras petelur terhadap berbagai
ekstensif antigenic drift telah digunakan sebagai seed
virus AI tantang, yaitu A/ck/WJ/Smi-Part/2006, A/ck/
vaksin. Vaksin tersebut mampu memberikan proteksi
WJ/Subang-JAPFA/2007, dan A/ck/WJ/Smi-Rahm2/
90-100% dan menurunkan virus shedding berbagai
2011. Pada ayam ras potong pejantan, vaksin
karakter genetik virus AI.
memberi perlindungan 100% terhadap virus tantang

Tabel 1. Respons berbagai jenis ayam setelah empat minggu vaksinasi dengan vaksin bivalen AI isolat lokal.

Respons titer antibodi (geometric mean titer)


Jenis ayam Umur vaksinasi
Ag A/ck/WJ/Smi-M6/ 2008 Ag A/ck/WJ/PWT-D10-39/2010

Ras petelur 4 minggu 23,122 18,615


Buras arab dewasa 69,792 72,882
Buras pelung dewasa 71,202 60,677
Buras 4 minggu 8,915 7,025
Ras petelur jantan 4 minggu 28,715 30,643
Ras potong 10 hari 5,656 6,349

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


57
Infeksi pada manusia dapat melalui berbagai
mekanisme, yang paling sering adalah tertelannya
ookista melalui makanan seperti buah dan sayur, serta
air minum yang terkontaminasi kotoran kucing
penderita toksoplasmosis. Infeksi juga bisa melalui
makanan (daging hewan) yang mengandung kista
(bradizoit) atau takizoit yang tidak dimasak secara
sempurna.
Toksoplasmosis pada manusia umumnya me-
nyebabkan keguguran pada ibu hamil atau bayi lahir
cacat (cacat kongenital). Kasus toksoplasmosis pada
manusia di Indonesia dilaporkan berkisar antara 43-
Kasus flu burung pada ayam ras potong.
88%, kecuali di NTB hanya 28% pada 2003. Pada
hewan, khususnya sapi dan ayam, data terakhir
menunjukkan seroprevalensi toksoplasmosis pada
A/ck/WJ/Smi-Part/2006 dan A/ck/WJ/Smi-Rahm2/ sapi di Garut, Sukabumi, dan Lembang masing masing
2011, namun terhadap virus AI tantang A/ck/WJ/ 62%, 74%, dan 53,68%. Pada ayam buras di Jawa
Subang-JAPFA/2007 memberikan perlindungan 90%. kasusnya mencapai 24%.
Hasil efikasi vaksin terhadap ayam ras potong kurang
Berbagai teknik diagnosis toksoplasmosis pada
baik, yaitu hanya 20% terhadap virus tantang A/ck/
manusia maupun hewan telah dikembangkan, baik
WJ/Smi-Part/2006 dan 0% terhadap virus tantang
berbasis biosensor maupun molekuler. Teknik
A/ck/WJ/Subang-JAPFA/2007 dan A/ck/WJ/Smi-
diagnosis dengan isolasi dan identifikasi, khususnya
Rahm2/2011. Hal ini karena adanya pengaruh
pada manusia dan hewan bukan bangsa kucing
maternal antibodi dan belum sempurnanya sistem
(Felidae), kurang banyak membantu dan lebih banyak
imun pada anak ayam. Hasil efikasi vaksin bivalen AI
negatif palsunya. Salah satu keunggulan diagnosis
isolat lokal terbaru mampu memberikan respons
biosensor dibanding molekuler adalah interpretasinya
setelah vaksinasi dan perlindungan dari berbagai
cukup luas dengan akurasi yang sangat baik.
karakter genetik virus AI tantang pada ayam ras
petelur dan ayam potong pejantan, tetapi tidak Balai Besar Penelitian Veteriner telah mengem-
mampu memberikan respons setelah vaksinasi dan bangkan perangkat diagnostik cepat yang disebut
perlindungan yang baik pada ayam ras potong dari FELISA (Field Enzyme-Linked Immunosorbent Assay,
virus AI tantang. Field ELISA). FELISA merupakan modifikasi dari ELISA
yang didesain untuk dapat diaplikasikan di lapangan
maupun laboratorium, dapat digunakan untuk
Uji Diagnostik Cepat FELISA mendeteksi beberapa penyakit yang berbeda sekaligus
Toksoplasmosis, Trypanosomiasis, atau mendeteksi dua spesies yang berbeda untuk satu
dan Fasciolosis penyakit yang sama dalam satu stik.
Penelitian dan pengembangan FELISA diarahkan
Toksoplasmosis merupakan penyakit parasit zoonosis agar mampu mendeteksi beberapa penyakit secara
yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler serologis (4-8 jenis penyakit) dalam satu perangkat
(mutlak harus hidup dalam sel), yaitu Toxoplasma imunostik dengan waktu reaksi sekitar 23 menit, bila
gondii. Induk semang T. gondii adalah bangsa kucing menggunakan ELISA harus dikerjakan di laboratorium
(Felidae), sedangkan induk semang antaranya cukup yang membutuhkan waktu 3-4 jam. Kesesuaian
luas, meliputi berbagai jenis hewan liar maupun antara hasil uji ELISA dan FELISA berkisar antara
domestikasi (ternak dan piaraan) serta manusia. 95-100%.

Peternakan
58 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
yang dapat dikembangkan sebagai bibit induk itik
serati adalah itik mojosari putih. Itik mojosari putih
mampu menghasilkan telur rata-rata 224 butir/tahun,
dengan rata-rata botot telur 65 g. Hasil persilangan
antara itik peking dan itik mojosari putih (itik PM)
dapat dikembangkan sebagai galur bibit induk dengan
tingkat produksi yang cukup baik, yaitu produksi telur
setahun 51,85% + 13,18% dengan fertilitas 74,77%
dan daya tetas 51,26%. Hasil silang itik betina PM
dengan pejantan entok (EPM) memiliki pertambahan
bobot badan yang cukup tinggi sehingga berpotensi
dikembangkan sebagai itik potong. Keunggulan itik
serati EPM adalah anak banyak dengan warna bulu
dominan putih. Warna bulu putih sangat penting untuk
itik pedaging karena dapat memberikan warna kulit
karkas yang bersih.
Guna memantapkan bibit induk itik serati
Hasil uji dengan FELISA pada serum sapi; 1 = dilakukan seleksi untuk meningkatkan produktivitas
seropositif toksoplasmosis, 2 = seropositif dan menghasilkan itik berbulu putih polos. Setelah
IBR, 3 = seropositif trypanosomiasis, 4 = melalui beberapa generasi seleksi diharapkan dapat
seropositif fasciolosis. dihasilkan parent stock (PS) yang dapat digunakan
untuk produksi bibit niaga itik serati unggul. Silang
tiga bangsa untuk menghasilkan itik serati terbukti
cukup efektif.
Hasil uji validasi FELISA toksoplasmosis dengan Hasil perkawinan inter se itik PM, yang disebut
menggunakan sampel serum kambing terseleksi PMp, mempunyai bobot tetas yang cukup tinggi yaitu
memperoleh akurasi 100%. Hasil uji komparasi 48,3 g dan bobot badan umur 18 minggu di atas 2
FELISA toksoplasmosis dengan ELISA memperoleh kg. Produksi telur enam bulan itik PMp sebagai
kesamaan uji 95,9-100,0%. Kekuatan kesesuaian populasi dasar seleksi adalah 68,0% + 21,9% pada
(strength of agreement) antara FELISA dengan ELISA generasi P0 dan dari kelompok terseleksi (G0) 84,6%
sangat baik (very good agreement), sedangkan LAT + 8,6%, sehingga memberikan diferensial seleksi
dengan FELISA maupun ELISA hanya moderat. Biaya 24,5%.
deteksi penyakit dengan FELISA juga lebih murah
(Rp27.500-Rp27.900) dibanding dengan ELISA Seleksi yang diterapkan pada itik PMp sebagai
(Rp22.500-Rp88.000) untuk mendeteksi satu sampai calon bibit induk itik pedaging adalah seleksi dalam
delapan penyakit tiap kali uji. galur. Dengan potensi produksi itik PM dan PMp serta
penyebaran warna bulu putih, seleksi diharapkan
dapat memperbaiki kinerja dan meningkatkan
Pembentukan Bibit Induk Itik keseragamannya sebagai bibit induk. Proses seleksi
Pedaging untuk Bibit Niaga secara terarah selama beberapa generasi diharapkan
dapat meningkatkan konsistensi dan produktivitas
Itik serati merupakan hasil persilangan antara entok bibit induk.
dengan berbagai jenis itik, namun belum ada upaya Ditinjau dari respons seleksi pada generasi F1,
untuk mengembangkan galur tertentu untuk meng- umur pertama bertelur menurun 5,4% dari 184,5 hari
hasilkan itik serati yang mantap. Salah satu jenis itik menjadi 174,6 hari dan produksi telur enam bulan

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


59
Jantan peking X Betina mojosari putih

Betina mojosari putih

Jantan/betina peking mojosari

Perkawinan inter se

Jantan/betina peking mojosari putih


(populasi dasar)

Seleksi hingga stabil


(5-6 generasi)

Entok jantan X Peking mojosari Serati


betina

Program pemuliaan itik serati.

Itik peking (kiri), itik mojosari putih (tengah), dan itik silangan peking dan mojosari putih (kanan).

meningkat dari 68,0% menjadi 78,2%. Namun bobot Produksi telur itik PMp bulan ke-1 sampai ke-6
badan pertama bertelur menurun dari 2,14 kg menjadi lebih baik dari induknya (itik PM) maupun dari itik
2,08 kg dan bobot telur pertama menurun dari 61,2 PMp generasi P0. Itik PM memiliki rata-rata produksi
g menjadi 56,7 g. Namun, pada generasi selanjutnya telur satu tahun 51,8% dengan kisaran 27,7-66,2%.
(F2), umur pertama bertelur meningkat 180,2 hari Rata-rata tertinggi produksi telur itik PMp adalah
akibat faktor lingkungan. 82,6% dan cukup stabil sampai bulan ke-6 sehingga

Peternakan
60 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
itik PMp sangat potensial dikembangkan sebagai bibit pejantan unggul dan pengembangan wilayah pem-
induk itik pedaging. Oleh karena itu, program seleksi bibitan serta terbangunnya wilayah breeding stock
terhadap itik PMp bukan hanya untuk memperbaiki sebagai penyedia sapi potong berkualitas.
produktivitas, tetapi juga untuk meningkatkan
Bentuk kerja sama antara Lolit Sapi dan PT
konsistensi produksinya.
Berau Coal meliputi sistem pengembangan ternak sapi
Rata-rata bobot bagian tubuh itik serati ber- di Kampung Birang dalam bentuk Integrated Village
variasi dengan perlakuan ransum yang berbeda. Breeding Center, dengan kegiatan utama pemuliaan
Umur potong (10 dan 12 minggu) dan tingkat nutrisi untuk menghasilkan bibit sapi, pemeliharaan induk
ransum berpengaruh sangat nyata terhadap bobot secara semiintensif, dan perkawinan dengan sistem
hidup, bobot karkas, dan bobot dada, tetapi tidak close nucleus breeding system (CNBS) atau pejantan
berpengaruh nyata terhadap bobot paha atas dan khusus. Juga dilakukan pengolahan limbah ternak
paha bawah. Bobot potong dan bobot karkas pada menjadi pupuk organik cair, pupuk organik padat
umur 10 minggu masing-masing adalah 1,80 kg dan bentuk granul sehingga mudah diaplikasikan, dan
1,04 kg, dan meningkat menjadi 2,17 kg dan 1,31 kg sumber energi (biogas-listrik) serta penerapan
pada umur 12 minggu. Namun, bobot potong pada formulasi pakan sederhana dengan memanfaatkan
umur 12 minggu masih lebih rendah dibandingkan sumberdaya pakan lokal. Sampai 2011, telah ter-
dengan target bobot potong yang ingin dicapai, yaitu laksana pemetaan potensi dan sosialisasi, pembuatan
3 kg pada umur 12 minggu. Hal ini berarti seleksi sketsa landscape dan desain bangunan, pemantapan
perlu dilanjutkan untuk menghasilkan itik serati yang lahan, pembangunan pusat hijauan makanan ternak
pertumbuhannya cepat. dan padang penggembalaan, serta kandang dan
bangunan penunjang. Kegiatan lainnya akan di-
laksanakan pada 2012, yang meliputi pengadaan
Birang Integrated Village Breeding induk dan pejantan, pembentukan dan penguatan
Centre Badan Usaha Milik Kampung (BUMK), dan pemeli-
haraan ternak.
Loka Penelitian Sapi Potong (Lolit Sapi) mengadakan
kerja sama konsorsium sapi potong dengan PT Berau
Coal di Kalimantan Timur untuk memperbaiki mutu Peningkatan Produksi dan Nilai
genetik sapi bali melalui penyediaan bibit pejantan Nutrisi Hijauan Pakan
unggul dan mengembangkan wilayah pembibitan sapi
potong. Kegiatan penelitian diharapkan juga dapat Hijauan rumput yang ditanam bercampur dengan
menjadi pusat pembelajaran budi daya ternak sapi leguminosa dapat meningkatkan pengikatan nitrogen
secara terpadu dan pembentukan wilayah breeding dari udara oleh tanaman leguminosa. Produksi rumput
stock penghasil sapi potong (sapi bali). Panicum maximum , Setaria spachelata , dan
Paspalum macrophylum pada pertanaman campuran
Populasi sapi bali di PT Berau Coal mencapai
dengan Arachis glabrata cv. florigraze lebih tinggi
8.150 ekor yang dipelihara oleh 2.152 KK, sedangkan
dibandingkan yang ditanam secara monokultur.
populasi kerbau 139 ekor yang dipelihara 65 KK. Budi
daya sapi bali masih bersifat konvensional sehingga Loka Penelitian Kambing Potong telah me-
mutu genetik sapi makin menurun. Melalui konsor- laksanakan penelitian peningkatan produksi dan
sium ini diharapkan dapat terbentuk kelompok kualitas padang penggembalaan melalui pertanaman
peternak penghasil bibit dan penggemukan sapi bali campuran rumput dan leguminosa. Spesies rumput
untuk mendukung program pemuliabiakan dan yang ditanam yaitu rumput bede ( Brachiaria
produksi daging. Produktivitas sapi potong lokal decumbens) dan notatum (Paspalum notatum),
diharapkan juga meningkat melalui penyediaan sedangkan spesies leguminosa adalah Arachis pintoi

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


61
Selain meningkatkan produksi, penanaman
campuran juga memperbaiki nilai nutrisi rumput.
Kandungan protein kasar rumput bede dan notatum
meningkat masing-masing 3,83% dan 3,52% pada
pertanaman campuran dengan S. guianensis .
Peningkatan yang lebih tinggi masing-masing 29,7%
dan 14,1% diperoleh pada pertanaman campuran
dengan A. pintoi.

Limbah Pengolahan Tebu sebagai


Pakan Basal Kambing

Salah satu alternatif pakan pengganti hijauan yaitu


limbah perkebunan tebu (ampas/bagase dan pucuk
tebu). Proporsi ampas dan pucuk tebu berkisar antara
40-45% dari bobot tanaman tebu segar. Jika
Budi daya rumput unggul dengan tanaman
legum. produktivitas tebu per hektare per tahun 50-60 ton,
dengan luas perkebunan tebu Indonesia 450 ribu
hektare pada 2009, maka jumlah bagase dan pucuk
tebu yang dihasilkan cukup besar. Limbah tebu belum
dimanfaatkan secara optimal, hanya dibiarkan
dan Stylosanthes guianensis. Rumput dan legum menumpuk di lokasi pengolahan tebu sehingga
ditanam secara monokultur maupun campuran mencemari lingkungan.
dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Kombinasi
Limbah tanaman tebu cukup potensial sebagai
penanaman yaitu rumput bede + arachis, rumput
bahan pakan ternak ruminansia, termasuk kambing.
bede + stylosanthes, rumput notatum + arachis, dan
Bagase tebu mengandung protein kasar 3,1%, serat
rumput notatum + stylosanthes.
kasar 34,9%, lemak kasar 1,5%, abu 8,8%, dan BETN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara 51,7%. Pucuk tebu mengandung protein kasar 5,6%,
umum terjadi penurunan tinggi tanaman, lebar daun, serat kasar 29,0%, lemak kasar 2,4%, dan TDN
dan panjang daun rumput yang ditanam campuran 55,3%. Faktor pembatas penggunaan bagase dan
dengan leguminosa dibanding monokultur. Hal ini pucuk tebu sebagai pakan ternak ruminansia adalah
karena adanya persaingan dalam memperoleh hara tingginya kandungan serat. Bagase tebu mengandung
dan air. serat kasar dan lignin masing-masing 46,5% dan
Hasil rumput yang ditanam secara campuran 14,0%. Kandungan nutrisi kedua limbah pengolahan
dengan leguminosa meningkat 13-60% dibanding tebu tersebut sebanding dengan rumput. Dengan
monokultur. Produksi segar rumput bede pada demikian, bagase dan pucuk tebu hanya mampu
monokultur 1,66 kg/m2/panen meningkat menjadi memenuhi kebutuhan hidup pokok ternak. Untuk per-
1,88 kg/m2/panen jika ditanam secara campuran tumbuhan, bunting dan laktasi, ternak memerlukan
dengan A. pintoi, sedangkan hasil rumput notatum pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan protein
meningkat 60,3% pada pertanaman campuran dan energi.
dengan S. guianensis. Peningkatan hasil rumput bede Teknologi biokonversi dapat meningkatkan nilai
maupun notatum lebih tinggi jika ditanam dengan gizi limbah pengolahan tebu, aman bagi ternak dan
leguminosa S. guianensis. lingkungan, dan biaya relatif murah. Biokonversi

Peternakan
62 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tabel 2. Rata-rata pertambahan bobot hidup kambing Boerka yang mendapat berbagai formula pakan.

Perlakuan pakan
Uraian
R0 R1 R2 R3

Bobot hidup awal (kg) 12,93 12,95 12,97 12,94


Bobot hidup akhir (kg) 17,58 17,33 17,01 16,82
Pertambahan bobot hidup (g/ekor/hari) 66,43 62,57 57,71 55,43
Efisiensi penggunaan pakan 0,13 0,12 0,11 0,11

R0 = konsentrat 60% + rumput 40%; R1 = konsentrat 60% + rumput 30% + bagase dan pucuk tebu
10%; R3 = konsentrat 60% + rumput 20% + bagase dan pucuk tebu 20%; R3 = konsentrat 60% +
rumput 10% + bagase dan pucuk tebu 30%.

adalah proses fermentasi oleh mikroba untuk me- tersebut dapat digunakan dalam biofermentasi bagase
ningkatkan kandungan nutrisi bahan pakan (protein dan pucuk tebu. Inokolum jamur tiram putih dapat
dan energi), menurunkan kandungan serat terutama diperbanyak dengan menggunakan media serbuk
lignin, meningkatkan palatabilitas, dan memper- gergaji. Bagase dan pucuk tebu dicacah dengan mesin
panjang daya simpan. pencacah kemudian ditambahkan inokulum jamur
tiram putih 25 g/kg dan difermentasi dalam ruang
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) termasuk
inkubasi dengan suhu 22°C dan kelembapan 80%
jamur pembusuk yang dapat mendegradasi lignin dan
selama 40 hari, dengan ketebalan tumpukan 20 cm.
meningkatkan kecernaan pakan sehingga jamur
Uji biologis bagase dan pucuk tebu yang telah
dibiokonversi dilakukan pada 20 ekor kambing jantan
Boerka fase pertumbuhan (umur 9-10 bulan) dengan
bobot badan 12-14 kg. Ternak secara acak
dikelompokkan ke dalam empat perlakuan pakan.
Masing-masing kelompok ternak mendapat pakan
konsentrat 60%, sedangkan 40% rumput lapangan
diganti dengan bagase dan pucuk tebu yang
dibiofermentasi dengan proporsi 0-30%. Hasil
penelitian menunjukkan, teknologi biofermentasi
menggunakan jamur tiram putih dapat meningkatkan
kandungan protein dan energi sekaligus menurunkan
kandungan serat bagase dan pucuk tebu. Berdasarkan
konsumsi bahan kering, pertambahan bobot hidup
dan efisiensi penggunaan pakan (Tabel 2), bagase
dan pucuk tebu yang dibiofermentasi dapat digunakan
sampai 30% sebagai pengganti rumput dalam pakan
kambing, sehingga dapat menjadi pakan alternatif
pada musim paceklik rumput.
Limbah tebu yang dibiofermentasi dengan
jamur tiram putih.

Peternakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


63
Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik
Bioteknologi merupakan teknologi baru yang berkembang
pesat, mulai dari teknologi kultur jaringan, sekuensing, marka
molekuler, rekayasa genetik hingga teknologi nano.
Pemanfaatan teknologi ini diharapkan dapat mendukung upaya
penciptaan inovasi teknologi, khususnya dalam menghadapi
perubahan iklim dan mempertahankan ketahanan pangan.
Teknologi kultur jaringan dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan bibit tanaman dalam jumlah besar, cepat, dan
bebas penyakit serta untuk menghasilkan mutan atau klonal
tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit ataupun
toleran terhadap cekaman abiotik. Pemanfaatan teknologi
rekayasa genetik memberi peluang baru bagi pemulia untuk
memperbaiki sifat maupun kualitas tanaman. Konservasi dan
karakterisasi sumberdaya genetik sangat berguna dalam
pemanfaatan dan pengembangan sumber daya genetik.

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik


64 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Rekayasa Genetik tanaman kedelai dengan umur berbunga yang lebih
pendek.
Perakitan Kedelai Transgenik Umur Genjah Melalui interaksi simbiosis dengan bakteri
dan Produktivitas Tinggi Rhizobium, tanaman kedelai membentuk bintil akar
yang berperan dalam proses penambatan nitrogen
Kedelai merupakan tanaman pangan penting ketiga
dari biosfer. Nodulasi dan fiksasi nitrogen merupakan
setelah padi dan jagung. Di Indonesia, kedelai
faktor penting yang memengaruhi produktivitas
terutama digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kedelai. Isolasi gen yang berkaitan dengan nodulasi
tahu dan tempe yang mencapai lebih dari 80% dari
dan fiksasi nitrogen dari tanaman kedelai kemudian
kebutuhan total. Produksi kedelai nasional masih
mengover-ekspresikan gen tersebut memberi peluang
belum mencukupi kebutuhan sehingga diperlukan
untuk meningkatkan produktivitas tanaman kedelai.
usaha untuk meningkatkan produktivitasnya.
Salah satu gen yang berkaitan dengan nodulasi dan
Varietas kedelai yang ada umumnya berumur fiksasi nitrogen adalah Gen GmNFR1a.
80-95 hari. Perakitan varietas kedelai unggul berumur
Hasil transformasi kedelai varietas Wilis dan
genjah merupakan salah satu upaya untuk me-
Anjasmoro secara in planta menggunakan gen AtCO
ningkatkan produksi kedelai nasional. Varietas kedelai
dan GmNFR1a melalui vektor A. tumefaciens
umur genjah (< 75 hari) terutama ditujukan pada
menghasilkan tanaman transforman (Tabel 1). Hasil
pola tanam padi-padi-kedelai atau padi-padi-padi-
analisis molekuler terhadap transforman kedelai
kedelai, di mana waktu yang tersedia untuk tanaman
Anjasmoro dengan gen AtCO menunjukkan terdapat
kedelai relatif pendek.
satu tanaman yang positif PCR, yaitu A-COIP-2,
Waktu pembungaan merupakan salah satu sementara transforman Wilis tidak ada yang positif
karakter penting bagi tanaman untuk beradaptasi PCR. Galur AiP-CO-2 menghasilkan 13 benih T1 dan
terhadap pola tanam dan musim yang berbeda. setelah di-PCR kembali menghasilkan enam galur
Beberapa studi genetik mengenai waktu pembungaan AiP-CO-2-T1 yang positif PCR. Analisis PCR terhadap
telah dilakukan dan beberapa gen yang mengontrol transforman dengan gen GmNFR1a pada Anjasmoro
fotoperiodisitas telah diidentifikasi dan diisolasi dari maupun Wilis sedang dilakukan. Hasil pengamatan
Arabidopsis. Salah satu gen yang berperan dalam fenotipik menunjukkan tanaman A-COIP-2 memiliki
mengontrol fotoperiodisitas adalah gen CONSTANS umur lebih genjah (lebih cepat berbunga) dibanding
(AtCO). Gen ini dapat dimanfaatkan untuk merakit kedelai nontransgenik.

Tabel 1. Transformasi kedelai secara in planta dengan gen AtCO dan GmNFR1a
menggunakan vektor Agrobacterium tumefaciens.

Gen yang Jumlah eksplan Jumlah transforman


Varietas
digunakan yang ditransformasi diaklimatisasi

Anjasmoro AtCO 101 45 (44,6%)


GmNFR1a 96 15 (15,6%)

Wilis AtCO 88 33 (37,5%)


GmNFR1a 92 15 (16,3%)

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


65
o 0 1 2 3
or -1 P-2 P-3 -4 P-5 -6 -7 -8 P-9 -1 -1 -1 -1
sm IIP I IP I IP IP IP I IP IP IP IP id
ja - C O - C O - C O - C O - C O CO CO -CO -CO CO CO CO C O ir a sm
M An A A A A A A- A- A A A- A- A- A- A Pl

1.400 bp
V

Hasil analisis PCR transforman kedelai Anjasmoro dengan primer AtCO;


M =1 Kb plus ladder (invitrogen). Sampel A-COIP-2 positif mengandung
gen AtCO (1.400 bp), sampel lainnya negatif (tidak mengandung gen
AtCO).

Rekayasa Genetik Azospirillum Unggul untuk pada larutan EMS. Hasilnya menunjukkan adanya
Menurunkan Penggunaan Pupuk N dan P pada variasi peningkatan kemampuan pelarutan fosfat,
Padi Sawah
aktivitas nitrogenase, dan produksi IAA setelah
dimutasi. Isolat mutan AzM1.7.2.12 dan AzM 3.7.1.14
Pertanian modern di Indonesia sangat bergantung dipilih untuk uji stabilitas dengan disubkultur selama
pada penggunaan pupuk kimia N, P, dan K. Peng- 10 hari dibandingkan dengan isolat alam Aj Bandung
gunaan Azospirillum sp. yang berfungsi ganda sebagai 6.4.1.2. Berdasarkan pengukuran indeks P, kemam-
penambat nitrogen dan pelarut fosfat akan sangat puan melarutkan fosfat, aktivitas nitrogenase, dan
membantu menurunkan penggunaan pupuk N dan P. produksi IAA, kedua mutan tersebut bersifat stabil
Oleh karena itu, penelitian peningkatan mutu genetik sampai hari ke-10 untuk ketiga sifat yang diuji.
Azospirillum yang memiliki sifat unggul dalam
penambatan nitrogen dan pelarutan fosfat sangat Pada tahun 2011 dilakukan optimasi metode
diperlukan. transformasi isolat terpilih dengan elektroporasi,
pembentukan populasi mutan secara gene knockout
Penelitian pada tahun 2009 berhasil mengisolasi dengan menggunakan transposon EZ-Tn5<kan-
dan menyeleksi 22 isolat Azospirillum yang berfungsi 2>Tnp, dan pengujian pengaruh Azospirillum mutan
ganda sebagai penambat nitrogen dan pelarut fosfat hasil tahun 2010 terhadap pertumbuhan vegetatif
berdasarkan aktivitas nitrogenase, produksi IAA tanaman padi. Hasil optimasi elektroporasi untuk
(indole acetic acid), dan kemampuan melarutkan Azospirillum Aj Bandung 6.4.1.2 menunjukkan bahwa
fosfat. Tiga isolat terpilih, yaitu Aj 18.3.1, Aj 5.2.5.1, pencucian dengan bufer gliserol 10% lebih baik
dan Aj Bandung 6.4.1.2 dengan kemampuan dibanding pencucian dengan air miliQ steril dilihat
melarutkan fosfat, aktivitas nitrogenase, dan produksi dari viabilitas sel. Penggunaan kejutan listrik 3 volt/
IAA tertinggi dipantau kemampuannya dalam melarut- cm pada proses elektroporasi lebih baik dibanding
kan fosfat secara kuantitatif, dan sedang diidentifikasi voltase lain, yaitu 1,5; 3,0; 8,0; dan 15,0 volt/cm.
secara molekuler dengan 16s rDNA. Pada tahun 2010 Pembentukan populasi mutan dengan EZ-Tn5<kan-
diperoleh 138 isolat mutan berdasarkan zona bening- 2>Tnp memperoleh 22 mutan dengan kemampuan
nya dan dilakukan penentuan killing curve dari isolat pelarutan fosfat yang bervariasi, yaitu tinggi (IP 2-
terpilih terhadap konsentrasi EMS dan lama inkubasi 7), sama dengan tetua (IP = 2) atau lebih rendah

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik


66 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Kemampuan pelarutan fosfat Azospirillum hasil transformasi pada media
Pikovskaya; A1-A6, B1-B6, C1-C6, D1-D4 = mutan Azospirillum dengan berbagai
kemampuan pelarutan fosfat; A6, B3, B5, B6 = mutan yang kehilangan kemampuan
melarutkan fosfat; D5 = strain tetua (Azospirillum Aj Bandung 6.4.1.2); D6 =
kontrol negatif (air).

dari tetua (IP<2), serta mutan yang kehilangan Inokulasi Azospirillum pada waktu tanaman
kemampuan melarutkan fosfat (gene knockout). sudah dipindahkan ke pot umur satu minggu
Populasi ini selanjutnya digunakan untuk identifikasi menunjukkan perbedaan yang nyata pada rata-rata
gen pelarutan fosfat. tinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur tiga
minggu. Perbedaan yang sangat nyata terdapat pada
Inokulasi Azospirillum lokal Aj Bandung 6.4.1.2
tinggi tanaman umur sembilan minggu dan jumlah
dan isolat mutan AJM 3.7.1.14 pada tahap pembibitan
anakan pada umur 6 dan 9 minggu. Pada fase
terhadap pertumbuhan dan hasil padi varietas
generatif, pemberian Azospirillum memberikan
Ciherang menunjukkan tidak ada pengaruh nyata
pengaruh yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman,
antara pemberian inokulan mutan AjM 3.7.1.14
jumlah malai per rumpun, bobot kering gabah per
dibandingkan dengan kontrol (tanpa pemberian)
rumpun, bobot basah jerami, dan bobot kering akar.
maupun pemberian Azospirillum tetua Aj Bandung
Hasil pengamatan visual terhadap perakaran bibit padi
6.4.1.2 terhadap perkecambahan benih umur satu
Ciherang umur satu minggu yang diinokulasi
minggu maupun dua minggu. Perbedaan nyata terlihat
Azospirillum Aj Bandung 6.4.1.2 maupun mutan AjM
pada fase generatif, yaitu pada jumlah malai per
3.7.1.14 menunjukkan bibit mempunyai akar yang
rumpun, bobot gabah per rumpun, dan bobot gabah
lebih banyak dan lebih panjang.
kering per rumpun.

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


67
Pertumbuhan padi Ciherang dengan perlakuan inokulasi Azospirillum dan pupuk pada 6 dan 9 minggu
setelah inokulasi.

Induksi Mutan Tanaman besar (bobot 1.000 butir 29 g). Varietas Fatmawati
agak tahan terhadap wereng batang coklat (WBC)
Karakterisasi Agronomi dan Uji Daya Hasil biotipe 2 dan 3, tahan hawar daun bakteri (HDB) strain
Galur Mutan Dihaploid Padi Turunan III dan agak tahan terhadap strain IV.
Fatmawati
Untuk mendapatkan varietas baru Fatmawati
yang tahan penyakit blas dan berumur genjah
Fatmawati merupakan varietas unggul padi tipe baru
dilakukan perbaikan genetik melalui induksi mutasi
(VUTB) perdana yang dilepas pada akhir 2003.
menggunakan sinar gama dosis 1.000-5.000 rad dan
Varietas ini memiliki tingkat pengisian biji yang
diperoleh galur-galur mutan (galur M) yang tahan
rendah sehingga persentase gabah hampa sangat
blas daun. Selanjutnya teknik kultur antera diaplikasi-
tinggi (25%). Namun, hasil Fatmawati tergolong tinggi
kan untuk mempercepat perolehan galur homozigot
(6-9 t/ha, rata-rata 7,5 t/ha) karena jumlah bulir tiap
dari mutan-mutan tersebut. Sebanyak 119 galur
malainya banyak (200-300 butir) dan indeks bijinya
haploid ganda yang bersifat homozigot (galur MDH)

Pertumbuhan mutan Fatmawati pada fase generatif di Pusakanagara, Jawa Barat


(kiri), dan malai mutan Fatmawati dengan gabah hampa lebih sedikit (kanan).

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik


68 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
diregenerasikan melalui kultur antera dan galur-galur CT13432/Bio 46 yang memiliki karakter agronomi
yang hasilnya tinggi diuji daya hasilnya di lapangan. seperti galur harapan padi gogo dan memiliki 5-6
Uji daya hasil pendahuluan di Sukabumi dan gen ketahanan terhadap penyakit blas. Pada tahun
Pusakanagara, Jawa Barat pada 2010 memperoleh 2011 dilakukan uji daya hasil lanjutan dan penelitian
galur-galur yang hasilnya lebih tinggi dibanding keragaman genetik patogen blas menggunakan
tetuanya dan varietas pembanding. Galur-galur marka SSR.
tersebut digunakan sebagai bahan untuk uji daya
Uji daya hasil lanjutan di Subang, Jawa Barat
hasil.
menunjukkan, galur Bio 177-AC-Blas mempunyai
Delapan galur terpilih dan dua galur Fatmawati potensi hasil 5,55 t/ha, setara hasil Situ Bagendit
hasil kultur antera dan varietas pembanding Ciherang (5,25 t/ha) dan lebih tinggi dari Batutegi (4,79 t/ha),
dan Inpari 13 dievaluasi karakter agronomi dan daya tetapi lebih rendah dibanding Inpago 8 (6,02 t/ha).
hasilnya di Pusakanagara. Hasil penelitian menunjuk- Tiga galur lainnya, Bio 178-Ac-Blas, Bio 172-AC-Blas,
kan adanya karakter agronomi yang berubah, yaitu dan Bio 173-AC-Blas mempunyai potensi hasil masing-
jumlah anakan pada galur F-104 dan Fat 1, dengan masing 4,95, 4,93, dan 4,81 t/ha.
rata-rata jumlah anakan masing-masing 10,5 dan
Di Banyumas, Jawa Tengah, dari 11 galur yang
10,2 serta panjang malai pada galur F-125, F-130,
diuji, satu galur mampu berproduksi 5,4 t/ha, yaitu
F-133, dan F-151 yang berkisar antara 29,2-30,7 cm.
Bio 170-AC-Blas dan satu galur berdaya hasil 4,75 t/
Galur-galur tersebut menghasilkan gabah isi lebih
ha yaitu Bio 171-AC-Blas, lebih tinggi dari Inpago 8
banyak. Tiga galur menghasilkan gabah kering lebih
(3,38 t/ha), Situ Bagendit (2,96 t/ha), dan Batutegi
tinggi dibandingkan Fatmawati, yaitu F-130, F-133,
(4,30 t/ha). Lima galur (Bio 169-AC-Blas, Bio 172-
dan Fat-1, masing-masing 7,8, 8,4, dan 7,7 t/ha.
AC-Blas, Bio 173-AC-Blas, Bio 174-AC-Blas, dan Bio
Galur-galur tahan blas daun dan berproduksi tinggi
163-AC-Blas) mempunyai hasil yang sepadan dengan
perlu diuji ketahanannya terhadap HDB serta uji
Inpago 8.
adaptasi dan stabilitas hasil di berbagai lokasi.
Keragaman patogen blas pada galur-galur multi-
Uji Daya Hasil dan Keragaman Genetik genik sesuai dengan tipe introgresi sekuen gen-gen
Patogen Blas pada Galur Padi Gogo ketahanan terhadap penyakit blas yang dimiliki galur-

Penyakit blas (Pyricularia grisea) merupakan kendala


utama dalam produksi padi, terutama padi gogo. Oleh
karena itu, program pemuliaan padi gogo tahan blas
menjadi prioritas dalam upaya menanggulangi
penyakit tersebut. Penyakit blas bersifat dinamis,
mudah membentuk ras baru, sehingga program
pemuliaan harus melahirkan galur harapan yang
ketahanannya bertahan lama (durable), antara lain
dengan merakit galur multigenik tahan blas.
Dalam rangka mendukung program perakitan
padi gogo tahan blas, telah dilakukan pembentukan
populasi haploid ganda (HG) multigen (Pi1, Pi2, Pi33,
Pi9, Pir4, dan Pir7) yang berasal dari persilangan
CT13432 (japonica) dengan galur haploid ganda
turunan IR64 (indica)/Oryza rufipogon (spesies padi
Pertanaman galur padi gogo tahan blas di
liar, Acc.IRGC 105491), yaitu Bio 46. Penelitian tahun
Banyumas, Jawa Tengah.
2009 telah memperoleh beberapa galur dari populasi

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


69
galur tersebut sebagai tanaman inang. Galur yang Sebagian benih terinfeksi jamur Aspergillus sp.,
memiliki introgresi indica - O. rufipogon - japonica Penicillium sp., Xanthomonas sp., Pseudomonas sp.
serta tahan terhadap isolat blas dengan genotipe atau Rhizopus sp. dengan intensitas 1-6%. Sebagian
PH14-MAT1.1 atau CM28-MAT1.1 lebih cocok ditanam kecil (1-8%) benih terserang hama gudang
di Sukabumi dan Banyumas. Galur-galur dengan Callosobruchus chinensis, Sitophilus oryzae, dan S.
introgresi japonica - O. rufipogon serta tahan ter- zeamais yang menurunkan daya kecambah atau
hadap isolat blas dengan genotipe CM28-MAT1.2 lebih menyebabkan kematian benih.
cocok ditanam di Lampung.
Karakterisasi telah dilakukan pada 400 aksesi
padi budi daya untuk karakter morfologi dan
agronomi, seperti persentase gabah hampa, jumlah
Konservasi, Karakterisasi, dan
gabah isi, dan panjang malai. Dari 94 aksesi padi
Dokumentasi Sumberdaya Genetik liar, hanya 88 aksesi yang tumbuh baik. Lima aksesi
memiliki umur berbunga kurang dari 60 hari, yaitu
Sumberdaya Genetik Tanaman Oryza minuta (dua aksesi), O. nivara (satu aksesi),
dan O. punctata (dua aksesi).
Pada tahun 2010-2011, Bank Plasma Nutfah BB Biogen
Sebanyak 100 aksesi jagung telah diperbarui
mengoleksi 10.710 aksesi tanaman pangan, yaitu
benihnya dan dikarakterisasi 14 karakter morfologi
4.274 aksesi padi, 754 aksesi jagung, 216 aksesi
dan agronominya. Karakter agronomi penting meliputi
sorgum, 800 aksesi kedelai, 65 aksesi gandum, 648
tinggi tanaman 76-175 cm, panjang tongkol 8,6-19,4
aksesi kacang tanah, 1.036 aksesi kacang hijau, 137
cm, diameter tongkol 2,0-4,3 cm, jumlah baris biji
aksesi kacang potensial, 560 aksesi ubi kayu, 1.802
per tongkol 9,3-15,6 baris, bobot biji 31,8-77,2 g/
aksesi ubi jalar, dan 451 aksesi ubi potensial. Koleksi
300 biji, dan umur masak 80-102 hari. Delapan aksesi
plasma nutfah tersebut dikelola dan dipelihara dengan
berumur genjah (80 hari), yaitu Reg. 3793, Reg.
baik sehingga berdaya guna bagi para pengguna.
3810, Reg. 3818, Reg. 3819, Reg. 3836, Reg. 3838,
Hasil pemantauan viabilitas benih 1.250 aksesi Reg. 3846, dan Reg. 3882. Rejuvenasi 200 aksesi
plasma nutfah tanaman pangan (padi, jagung, sorgum menghasilkan benih 489,3-2.627,5 g/aksesi.
sorgum, gandum, kacang tanah, kacang hijau, Lima aksesi menghasilkan biji (benih) > 1 kg, yaitu
kedelai, dan kacang tunggak) yang disimpan dua aksesi No. 8309/199026 (Reg. 13), M-3 (Reg. 728),
tahun menunjukkan bahwa 3-99% aksesi memiliki ICSV-LM-90541 (Reg. 759), ICSR 91026 (Reg. 861),
daya kecambah < 85%. Plasma nutfah kacang hijau dan Red Ochuli (Reg. 878) (Tabel 2). Kelima aksesi
memiliki daya kecambah yang tinggi, yaitu >97%. tersebut perlu dipelajari potensi hasilnya.

Tabel 2. Aksesi sorgum yang memiliki karakter unggul.

Karakter Aksesi

Tinggi tanaman < 85 cm Keris (Reg. 730), K.905 (Reg. 750), KSB II (Reg. 884), ICSV-LM-90502
(Reg. 758), ICSR 89028 (Reg. 881)
Umur berbunga < 40 HST 867.226 (Reg. 626), Keris (Reg. 730)
Umur panen genjah, Keris (Reg. 730), Keris M-3 (Reg. 731), 867.086 (Reg. 501), Badik (Reg. 732),
< 80 HST Hegari Genjah (Reg. 154), TU B7 (Reg. 875), RGV (Reg. 909), Demak 2 Gajah
(Reg. 886), Gadam Human (Reg. 737)
Bobot 100 butir > 3,5 g No. 14 Kaltim (Reg. 914), Entry 15 SDAC (Reg. 745), IS 23509 (Reg. 874),
ICSV 89102 (Reg. 775)

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik


70 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Rejuvenasi 200 aksesi gandum menghasilkan Aksesi Mlg 7525 memiliki bobot polong tertinggi (44
benih baru masing-masing 1 kg/9 m2 dari masing- g/tanaman). Sebanyak 18 aksesi menghasilkan
masing aksesi dan selanjutnya disimpan sebagai polong 700-860 g/3,6 m2 atau 1,94-2,39 t/ha, umur
koleksi aktif dan koleksi dasar. Delapan aksesi berbunga 25-31 hari, tinggi tanaman 21-68 cm,
berbunga genjah (<50 hari), yaitu Highrainfall 018, jumlah cabang 3-7 buah, jumlah polong isi 6-50
Highrainfall 023, Highrainfall 085, Highrainfall 113, polong/tanaman, dan bobot polong 4-44 g/tanaman.
V003, V009, V013, dan V090 serta empat aksesi Tujuh aksesi memiliki polong banyak (>39 polong/
berbatang pendek (<50 cm), yaitu Madona, Kauz/ tanaman), yaitu Pop Y- 6, Pop Galur Gajah, Cinem,
Rayon, Fanggo/Seki, dan Selayar. RR 1, MLG 7511, MLG 7512, dan Ckp-11.
Karakter kualitatif dan agronomi 233 aksesi Sebanyak 227 nomor aksesi kacang hijau yang
kedelai telah diperoleh. Rejuvenasi memperoleh benih memiliki daya tumbuh rendah (< 70%) diperbarui
baru 20,0-601,3 g/aksesi. Terdapat 56 aksesi yang benihnya. Aksesi VR 200 berpotensi hasil tinggi (2,2
menghasilkan bobot biji <100 g. Delapan aksesi t/ha) dan toleran terhadap lahan suboptimal. Sebelas
memiliki daya hasil relatif tinggi (>1,6 t/ha). Varietas karakter morfologi dan agronomi juga telah diamati
lokal Pasuruan memiliki hasil paling tinggi (950,4 g dan 115 aksesi kacang tunggak telah direjuvenasi.
atau 2,64 t/ha), yakni 31% lebih tinggi dari Wilis, Rejuvenasi kacang potensial memperoleh enam
48% lebih tinggi dari Rajabasa, dan 62% lebih tinggi aksesi koro pedang (Vigna ensiformis), 11 aksesi
dari Tanggamus. Sebanyak 66 aksesi kedelai kacang bogor (Vigna subterranea), delapan aksesi
edamame dan enam populasi F4 (persilangan kacang gude (Cajanus cajan), delapan aksesi koro
edamame x kedelai budi daya), satu populasi F5 benguk (Mucuna pruriens), dan tujuh aksesi kacang
(kedelai budi daya x edamame), dan tiga populasi F5 komak (Dolichos lablab). Delapan karakter morfologi
(edamame x edamame) telah ditanam di KP Pacet, dan agronominya telah diamati.
Cianjur. Rejuvenasi memperoleh benih baru 40-495
Sebanyak 1.820 aksesi ubi jalar telah dikonser-
g/aksesi. Aksesi kedelai China dan B10428
vasi di lapangan dan 137 aksesi hasil koleksi terbaru
diidentifikasi sebagai aksesi terbaik dengan bobot 100
telah dikarakterisasi daun, batang, dan umbinya.
biji berturut-turut 31,0 dan 34,3 g serta bobot biji
Konservasi di lapangan dan karakterisasi karakter
per tanaman 9,33 dan 13,89 g.
morfologi dan agronomi juga telah dilakukan pada
Rejuvenasi 250 aksesi kacang tanah memperoleh 520 aksesi ubi kayu. Bobot umbi bervariasi antara
benih baru serta karakter morfologi dan agronomi. 0,50-8,33 kg/tanaman. Aksesi BIC 00848 mempunyai

Pelestarian/rejuvenasi plasma nutfah kedelai di lapangan (kiri), konservasi plasma nutfah ubi kayu, ubi
jalar, dan talas secara in vitro (tengah), dan penyimpanan jangka pendek benih plasma nutfah
tanaman pangan (kanan).

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


71
bobot umbi terbesar dan 23 aksesi lainnya mempunyai diidentifikasi sebagai Burkholderia sp. yang efektif
berat umbi di atas 4,0 kg/tanaman, dengan jumlah terhadap fungi patogen padi (Rhizoctonia solani dan
umbi 3,0 (BIC 00793) sampai 12,3 (BIC 00765). Pyricularia oryzae). Tiga puluh aksesi mikroba
pertanian yang berupa agens biokontrol dan patogen
Sebanyak 238 aksesi plasma nutfah ubi potensial
telah direjuvenasi dan diuji patogenisitasnya serta
(dioscorea 106 aksesi, ganyong 67 aksesi, garut 30
disimpan dalam jangka pendek (agar miring) dan
aksesi, kentang hitam 9 aksesi, suweg 26 aksesi, dan
jangka panjang (liofilisasi).
talas 220 aksesi) telah dikonservasi. Delapan aksesi
garut menghasilkan bobot umbi rata-rata di atas 1 Prototipe database plasma nutfah mikroba
kg, yaitu aksesi No. 625, 626, 667, 705, 705a, 773, (bakteri, kapang, fungi, dan virus) dengan deskriptor-
774, dan 787. Aksesi garut yang menghasilkan umbi nya telah memuat 500 record mikroba pertanian dan
berukuran besar (10 umbi/rumpun) adalah No. 380, data peralihan materi. Informasi mengenai koleksi
667, 705, 772, 773, 774, dan 787. serangga hama pertanian disimpan dalam database
serangga hama pertanian.
Konservasi in vitro plasma nutfah umbi-umbian
mencakup sterilisasi dan penumbuhan pada media Sebanyak 25 mikroba entomopatogen serangga
pertumbuhan lambat. Diperoleh 25 aksesi ubi jalar yang telah dikoleksi, terdiri atas 16 kelompok jamur
steril, 15 aksesi ubi kayu steril, dan 50 aksesi talas (Paecilomyces sp., Beauveria bassiana, Metarhizium
steril yang ditanam dalam media pertumbuhan anisopliae, Hirsutella citriformis, dan Cordycep sp.).
lambat. Sebanyak 300 aksesi ubi jalar, ubi kayu, dan Bakteri entomopatogen yang dikoleksi adalah Serratia
talas dipelihara dan subkultur secara terus-menerus marcescens dan Bacillus thuringiensis. S. marcescens
dalam media pertumbuhan lambat. bersifat patogenik terhadap wereng batang coklat.
Pigmen merah yang dihasilkan S. marcescens telah
Sampai Desember 2011, pangkalan data plasma
diidentifikasi sebagai prodigiosin. Semua isolat B.
nutfah tanaman pangan telah menampung 10.449
thuringiensis telah diidentifikasi dengan PCR dan diuji
record dengan 12-41 deskriptor/komoditas. Pada
patogenisitasnya terhadap Ostrinia furnacalis.
tahun 2011, data baru plasma nutfah padi telah
dimasukkan ke dalam pangkalan data. Potensi mikroba kitinolitik cukup besar dalam
mendegradasi kitin dan glukan sehingga dapat
menjadi pengendali hayati yang baik. Potensi ini dapat
Sumberdaya Genetik Mikroba dan Spesimen diaplikasikan dalam bidang pertanian sebagai produk
Serangga Pertanian
fungisida hayati. Berdasarkan hasil uji karakteristik,
beberapa isolat mempunyai aktivitas kitinase dan
Konservasi mikroba pertanian dalam jangka panjang
glukanase yang tinggi, yang ditunjukkan dengan
bertujuan untuk mengkoordinasi kultur koleksi BB-
Biogen dengan koleksi mikroba pertanian yang ada
di Indonesia, baik berupa patogen, pupuk hayati,
perombak, mikroba biokontrol, bioremediasi lahan
pertanian, dan agens bioindustri. Sebanyak 26 aksesi
mikroba entomopatogen dari kelompok fungi dan
bakteri telah dikoleksi dan disimpan untuk dikarak-
terisasi lebih lanjut. Beberapa isolat fungi telah
diidentifikasi berdasarkan struktur morfologi dan
sekuen ITS-nya. Dua isolat bakteri merah di-
identifikasi dengan amplifikasi gen 16s rRNA dan
tergolong ke dalam kelompok Seratia marcescens
Hasil uji
yang efektif terhadap wereng batang coklat. Satu
glukanase.
isolat bakteri endofitik yang potensial (E 76)

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik


72 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
terbentuknya zona bening yang besar. Isolat yang Hasil karakterisasi dan pemurnian enzim beta-
mempunyai aktivitas kitinase tinggi yaitu 11 UJ, glukanase dari Burkhorderia sp. menunjukkan enzim
sedangkan yang mempunyai aktivitas glukanase tersebut memiliki tiga isozim yang berbeda, tetapi
tinggi yaitu 11 UJ dan C1D. Isolat yang mempunyai belum dapat dimurnikan secara optimal. Aktivitas
aktivitas kitinase maupun glukanase yang tinggi beta-glukanase menunjukkan optimal pada suhu 40°C
dapat menghambat pertumbuhan jamur seperti dan pH 5-11. Tiga isolat menghasilkan AIA terbanyak,
Pyricularia oryzae dan Ganoderma boninense. Isolat yaitu isolat 1.2 KM, 8 KM, dan 10 J.
yang sangat baik dalam menghambat jamur ini ada-
Data koleksi mikroba pertanian yang telah
lah isolat C33C dan C1D.
dikonservasi dan diampulkan dimasukkan ke database
Isolat E76 menghasilkan enzim kitinase yang untuk melengkapi koleksi yang ada. Tambahan koleksi
dapat menghambat pertumbuhan R. solani dan P. mikroba terutama berasal dari institusi lingkup Badan
oryzae. Rata-rata zona bening yang dibentuk isolat Litbang Pertanian. Pada tahun 2011, jumlah koleksi
E76 adalah 0,98 cm. Hasil sekuensing 16S rDNA serangga bertambah 500 spesimen. Prototipe
menunjukkan bahwa isolat E76 tergolong Burkholderia database serangga masih perlu disempurnakan
sp. namun memiliki kekerabatan yang cukup jauh sehingga dapat menampilkan informasi koleksi secara
dengan spesies Burkholderia lainnya, seperti lengkap dan detail serta mudah diakses pengguna.
Burkholderia cepacia dan Burkholderia lata.

Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


73
Pascapanen
Aplikasi teknologi pascapanen untuk meningkatkan nilai tambah
dan daya saing produk pertanian sangat diperlukan dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa teknologi
pascapanen yang sangat penting dan strategis untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah teknologi
produksi beras jagung termodifikasi, teknologi penggunaan
air panas untuk menekan kerusakan buah mangga, teknologi
produksi susu fermentasi kering probiotik dan produksi keju
rendah lemak, serta teknologi produksi starter mikroba untuk
meningkatkan mutu biji kakao. Aplikasi teknologi pascapanen
di bidang agribisnis memberi peluang bagi peningkatan
kesejahteraan pelaku agribisnis, seperti petani dan pengusaha
agribisnis.

Pascapanen
74 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pembuatan Beras Jagung adalah khamir yang sering berasosiasi dengan jagung.
Termodifikasi Bakteri yang tumbuh selama perendaman jagung
didominasi oleh BAL, yang terdiri atas Bacillus cereus,
Pseudomonas flourescens, Staphylococcus sapro-
Jagung merupakan sumber kalori dan dapat menjadi
phyticus, Leifsonia aquatica, dan Staphylococcus
pengganti atau suplemen pangan pokok beras. Beras
haemolyticus. Kelima BAL tersebut tidak bersifat
jagung menjadi bahan makanan pokok bagi sebagian
amilolitik. Starter terbaik adalah campuran dari semua
masyarakat perdesaan, khususnya di Jawa Tengah,
isolat tanpa Aspergillus niger.
Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan seluruh
provinsi di Sulawesi. Akhir-akhir ini, penderita penyakit Penggunaan starter terbaik menghasilkan beras
diabetes dianjurkan untuk mengonsumsi beras jagung jagung dengan kadar air 3,38-6,05% atau sangat
karena ada indikasi dapat menstabilkan glukosa dalam kering, sehingga dapat mencegah pertumbuhan
darah. mikroba dan aflatoksin dan memperpanjang umur
simpan beras jagung menjadi lebih dari satu tahun.
Di pasar tradisional, jagung dijual dalam bentuk
Kadar abu berkisar antara 0,29-0,45%, lemak 0,009-
pipilan dan grit (jagung pipilan yang sudah dipecah).
0,011%, protein 5,18-9,60%, dan karbohidrat 84,73-
Hasil observasi di Gorontalo menunjukkan, konsumsi
89,92%. Waktu tanak berkisar antara 15-20 menit.
beras jagung oleh masyarakat baru mencapai 30%.
Proses beras jagung termodifikasi dengan mikroba
Hal ini antara lain karena mengonsumsi beras jagung
dan perebusan awal mempercepat waktu tanak dari
dapat menimbulkan rasa sebah di perut.
2-3 jam menjadi hanya kurang dari 20 menit.
Di Jawa Tengah, masyarakat membuat beras
jagung dengan cara merendam jagung grit dalam
air atau disebut fermentasi spontan. Perendaman
akan menyebabkan mikroba tumbuh secara spontan
dan tidak terkendali sehingga sering kali beras jagung
Jagung pipilan
berasa asam. Untuk menghasilkan beras jagung
terstandar dengan mutu yang konsisten, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Pemecahan dan penyosohan

(BB Pascapanen) telah menghasilkan teknologi proses


beras jagung termodifikasi melalui fermentasi Pengayakan dan penampian Dedak
menggunakan bakteri asam laktat (BAL). Beras jagung
grit hasil fermentasi tidak menyebabkan sebah, waktu
Starter Perendaman
tanaknya lebih cepat, dan tidak berasa masam.
Keunggulan ini diharapkan dapat meningkatkan
konsumen beras jagung, terutama penderita Pemasakan

diabetes.
Jagung yang dapat diolah menjadi beras jagung Pendinginan

termodifikasi yaitu varietas Srikandi Putih, Anoman,


Bisi 2, lokal Tretep, lokal Kodok, lokal Tlogomulyo, Pengeringan dan pengemasan
lokal Sili, dan Pulut. Isolasi mikroba dari rendaman
jagung selama 72 jam memperoleh 10 koloni kapang,
Beras jagung
lima koloni khamir, dan lima jenis bakteri. Kapang
tersebut teridentifikasi sebagai Aspergillus, Mucor,
Fusarium, dan Rhizopus yang bersifat amilolitik,
Tahapan pembuatan beras jagung
sedangkan jenis khamir teridentifikasi sebagai
termodifikasi.
Torulopsis sp. dan Candida sp. Candida guilliermondii

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


75
Jagung pipilan Jagung pecah kulit Perendaman jagung pecah kulit

Jagung sosoh pratanak varietas lokal dan Bisi 2

Beras jagung termodifikasi selama proses.

Daya cerna pati beras jagung termodifikasi Proses fermentasi dapat menurunkan kandungan
berkisar antara 64,32-81,36%, sedangkan daya cerna aflatoksin dari 9,21-10,79 ppb menjadi kurang dari
pati beras jagung tanpa modifikasi (fermentasi 0,5 ppb. Setelah penyimpanan 3 bulan, kandungan
spontan) 59,73-66,68%. Kandungan serat tak larut aflatoksin beras jagung masih di bawah 0,5 ppb,
5,02-6,60% dan kadar serat pangan larut menjadi tetapi pada jagung tanpa proses fermentasi, aflatoksin
1,19-1,42%, terendah pada beras jagung Sili dan meningkat menjadi 12,59-26,36 ppb. Dengan
tertinggi pada Bisi 2 dan lokal Tretep. Jagung yang demikian, proses modifikasi dengan mikroba pada
mengandung kadar serat terlarut rendah mempunyai pembuatan beras jagung dapat menekan kandungan
nilai daya cerna pati yang lebih tinggi. Dengan aflatoksin dan memperpanjang waktu simpan.
demikian, jika bahan pangan mempunyai kadar serat
Keunggulan beras jagung termodifikasi adalah:
terlarut rendah maka daya cerna patinya akan tinggi.
• Daya simpan lama, tidak mudah terkontaminasi
Indeks glikemik beras jagung sangat rendah,
aflatoksin.
berkisar antara 28,66-41,74, tertinggi pada Srikandi
Putih. Namun, nilai tertinggi tersebut masih lebih • Nilai cerna lebih tinggi sehingga tidak menimbul-
rendah dibandingkan dengan indeks glikemik pangan kan rasa sebah di perut.
sumber karbohidrat lain. Dengan demikian, beras • Indeks glikemik rendah sehingga baik bagi
jagung sangat baik bagi penderita diabetes. penderita diabetes.

Pascapanen
76 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
• Cita rasa tidak asam, sebagaimana yang sering Pengiriman mangga ke negara tujuan ekspor
terjadi pada pengolahan beras jagung secara melalui transportasi laut lebih ekonomis, tetapi
konvensional. memerlukan waktu lama (28-30 hari) sehingga
mangga banyak yang rusak atau busuk. Biaya
• Waktu tanak lebih cepat, hanya 15 menit (dengan
pengiriman dengan pesawat 10 kali lebih tinggi
penanak nasi) atau sama seperti beras, sehingga
dibanding biaya pengiriman melalui jalan darat atau
bila memasaknya dicampur beras akan masak
kapal laut. Hal ini menyebabkan harga jual mangga
secara bersamaan.
Indonesia sulit bersaing dengan mangga dari negara
Bekerja sama dengan Dinas Pertanian dan lain.
Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada
Selain itu, adanya kebijakan ekspor-impor
tahun 2012 akan diadakan alat penyosoh jagung 10
nontarif terkait dengan sanitary and phytosanitary
unit dan sosialisasi di Kabupaten Timor Tengah
(SPS) menjadi kendala dalam ekspor mangga karena
Selatan, Timor Tengah Utara, di Belu. Teknologi
mangga Indonesia belum terbebas dari permasalahan
produksi beras jagung termodifikasi sangat prospektif
lalat buah. Perlakuan buah dengan air panas telah
dikembangkan karena sebagian besar masyarakat di
banyak digunakan untuk pengendalian hama dan
kabupaten tersebut mengonsumsi jagung sebagai
penyakit pascapanen setelah adanya pelarangan
makanan pokok. BB Pascapanen juga melakukan
negosiasi kerja sama pengolahan tepung dan beras
jagung dengan PT Bombana Bumi Lestari di Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara.
Teknologi proses jagung sosoh pratanak membe-
rikan beberapa alternatif bagi pelaku bisnis, yaitu
industri jagung sosoh pratanak (rendemen 57,6%),
industri starter mikroba (ragi) untuk fermentasi beras
jagung, dan industri pakan ternak dengan bahan baku
limbah sosoh jagung (rendemen 34%). Harga bahan
pokok jagung berkisar antara Rp3.500-Rp7.000/kg
dan harga beras jagung di tingkat konsumen
Rp10.000/kg. Teknologi pembuatan starter dengan
bahan baku tepung jagung menghasilkan rendemen
92,34%. Produksi 1 kg starter memerlukan modal
Rp12.500 yang akan kembali menjadi Rp100.000.

Teknologi Iradiasi dan Air Panas


untuk Menekan Lalat Buah dan
Kerusakan Buah Mangga untuk
Ekspor

Mangga merupakan salah satu buah-buahan Indo-


nesia yang memiliki peluang ekspor cukup besar. Pada
tahun 2008 volume ekspor mangga mencapai 1.908 Kerusakan buah mangga selama transportasi;
ton dengan nilai US$1.645.948. Pangsa pasar utama antraknosa (atas) dan busuk pangkal buah
mangga segar Indonesia adalah Timur Tengah, Hong- (bawah).
kong, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam.

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


77
Mangga gedong tanpa perlakuan (kiri) dan dengan perlakuan perendaman dalam air panas (kanan).

penggunaan bahan kimia seperti dalam fumigasi. disimpan dua minggu pada suhu 9°C, buah mangga
Teknik ini dianggap aman dan efektif untuk gedong tetap segar, matang sempurna, dan tidak
mengendalikan lalat buah dan penyakit seperti terserang busuk pangkal maupun antraknosa. Buah
antraknosa dan busuk pangkal buah, tanpa me- mangga juga aman dikonsumsi sehingga berpeluang
nyebabkan kerusakan pada buah. Berkaitan dengan meningkatkan volume ekspor. Penelitian juga dilaku-
hal tersebut telah dilakukan pengkajian perlakuan air kan dengan menggunakan fasilitas pada laboratorium
panas dan iradiasi pada berbagai buah mangga di Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu
Indonesia untuk mencapai tingkat mortalitas lalat buah Tumbuhan untuk pengamatan lalat buah, sedangkan
yang diinginkan tanpa menyebabkan kerusakan buah. untuk perlakuan iradiasi menggunakan fasilitas
komersial pada PT Rel-Ion (Cibitung, Bekasi).
Perendaman buah mangga dalam air panas
(suhu 53°C selama 3-5 menit) dapat menunda
munculnya gejala antraknosa dan busuk pangkal buah
Teknologi Produksi Susu Fermentasi
masing-masing 9,4 dan 9,2 hari lebih lama dibanding
tanpa perendaman. Perendaman buah mangga Kering Probiotik dan Keju Rendah
varietas Irwin pada air panas (suhu 46,5°C) selama Lemak
30 menit efektif menekan serangan penyakit
antraknosa dan busuk pangkal, dengan masa Harga susu sapi segar ditentukan berdasarkan kadar
kesegaran hingga 21 hari pada suhu 13°C. Buah lemak, padatan tanpa lemak, dan total plate count
mangga gedong dan arumanis yang direndam dalam (TPC). Susu sapi dengan nilai TPC lebih dari 1 juta
air panas (suhu 53°C selama 5 menit), kemudian cfu/ml termasuk berkualitas rendah sehingga
dikemas dalam kotak karton dan disimpan pada suhu harganya pun rendah. Untuk meningkatkan nilai
kamar (27-29°C), tetap segar setelah disimpan satu jualnya, susu sapi berkualitas rendah dapat diolah
minggu, sedangkan buah mangga gedong tanpa menjadi produk fungsional, seperti produk sumber
perlakuan mulai terserang busuk pangkal dan probiotik, protein, vitamin, dan mineral atau produk
antraknosa. rendah lemak. Dengan harga bahan baku yang
rendah, harga jual produk olahannya akan dapat
Hasil uji coba statis ekspor buah mangga Gedong
bersaing dengan produk yang ada di pasaran. Pada
dalam kontainer 20 feets menunjukkan, setelah
prinsipnya, susu sapi berkualitas rendah tidak me-

Pascapanen
78 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
ngandung patogen karena patogen dapat dimatikan Proses Pembuatan Keju Rendah Lemak
dengan pemanasan.
Untuk membuat keju rendah lemak, susu segar
diturunkan kandungan lemaknya atau lemak diganti
Proses Pembuatan Susu Fermentasi Kering dengan lemak nabati, kemudian dipasteurisasi pada
Probiotik suhu 72°C selama 2 menit agar patogen mati. Susu
pasteurisasi lalu ditambah 0,15% CaCl2 dan di-
Untuk membuat susu fermentasi kering probiotik, susu inokulasi S. lactis pada suhu 37°C. Kemudian
sapi segar dipasteurisasi pada suhu 72°C hingga ditambahkan 0,005% rennet dan dibiarkan 30 menit
volumenya berkurang 25%. Susu pasteurisasi lalu hingga susu menggumpal. Gumpalan susu kemudian
diinokulasi bakteri Streptococcus lactis 0,5% dan dipotong-potong kecil agar airnya keluar lalu disaring
bakteri probiotik pada suhu 37°C lalu dibiarkan untuk membuang 80% air. Gumpalan ditambah 2-
terfermentasi selama 24 jam (kadar asam 1%). 4% garam, dicetak, dipres, dan dibiarkan ±15 jam.
Selanjutnya, suhu susu fermentasi dinaikkan secara Keju segar lalu dilayukan (aging) selama tujuh hari
bertahap setiap 10°C dan dipertahankan selama 10 pada suhu 5-10°C, kemudian dilapisi dengan
menit hingga suhu akhir mencapai 80°C. Whey (air) pengental yang sesuai, misalnya karagenan. Agar
dibuang dengan penyaringan, lalu gumpalan susu teksturnya lebih keras, pelayuan dilanjutkan sampai
dipres agar air keluar sempurna. Gumpalan lalu diberi 3, 6 atau 12 bulan untuk menghasilkan keju muda,
cita rasa dan pemanis, dicetak dengan ketebalan ±1,5 medium, dan keju tua. Keju segar juga dapat dikemas
cm kemudian dioven pada suhu ±50°C selama 39-41 dengan aluminum foil kemudian dilayukan.
jam. Susu fermentasi kering kemudian dikeringangin-
kan dan dikemas menggunakan aluminum foil atau Teknologi untuk memproduksi susu fermentasi
plastik polipropilen (PP). kering dan keju rendah lemak cukup mudah dan

Susu fermentasi kering.

Keju rendah lemak dalam kemasan dan dengan edible coating.

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


79
sederhana sehingga dapat diaplikasikan pada skala dikeringkan, dan disangrai untuk mendapatkan
rumah tangga dan usaha kecil menengah (UKM). karakteristik aroma dan cita rasa kakao.
Susu fermentasi kering memiliki nilai fungsional
Waktu fermentasi yang relatif lama merupakan
sebagai sumber probiotik, kaya kalsium dan fosfor.
salah satu alasan petani enggan melakukan
Keju rendah lemak yang teruji secara in vivo (pada
fermentasi biji kakao. Alasan lainnya, petani tidak
tikus) dapat menyeimbangkan kadar kolesterol low
memperoleh tambahan harga yang memadai untuk
density lipids (LDL) darah sehingga dapat mencegah
biji kakao fermentasi dan alasan yang paling penting
penyakit degeneratif seperti stroke dan jantung.
adalah ingin cepat memperoleh uang tunai. Peng-
olahan biji kakao nonfermentasi relatif singkat. Biji
berpulp cukup dijemur 3-4 hari dan bisa langsung
Teknologi Produksi Starter Mikroba
dijual ke pedagang pengumpul. Biji kakao non-
untuk Meningkatkan Mutu Biji fermentasi tidak memiliki cita rasa, aroma, dan warna
Kakao yang diharapkan pada produk coklat olahannya.
Walaupun demikian, biji ini tetap laku karena di-
Biji kakao Indonesia sebagian besar (85-90%) gunakan sebagai bahan campuran atau diolah
diekspor dalam bentuk biji kakao kering tanpa menjadi produk coklat bermutu rendah.
fermentasi dan bermutu sangat rendah. Biji kakao Fermentasi biji kakao dengan menambahkan ragi
segar mempunyai bau dan rasa yang tidak Saccharomyces cerevisiae dapat meningkatkan kadar
menyenangkan sehingga harus difermentasi, lemak menjadi dua kalinya dibandingkan kondisi awal,

Penimbangan Inokulasi starter Pengadukan biji kakao


biji kakao

Pemasukan ke dalam
kotak fermentasi

Pencucian biji kakao fermentasi Inkubasi/fermentasi

Penjemuran Biji kakao kering

Diagram alir proses fermentasi biji kakao.

Pascapanen
80 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
sedangkan komponen asam menurun cukup dihasilkan. Jumlah biomassa meningkat seiring
signifikan. Biji kakao yang difermentasi alami (cara bertambahnya jumlah mikroba dalam proses
petani) memiliki kadar lemak, gula reduksi, kafein, fermentasi.
dan mineral yang rendah.
Aplikasi kultur mikroba dalam fermentasi biji
Nilai pH selama proses fermentasi meningkat kakao menunjukkan bahwa komposisi starter,
pada hari pertama sampai hari kedua, kemudian substrat, dan lama fermentasi memengaruhi kadar
menurun pada hari ketiga sampai ketujuh. Kadar air lemak dan protein. Hasil optimasi komposisi media
dan kadar abu biji kakao masing-masing berkisar terbaik adalah starter 22,5 mg dan substrat 1.200
2,57% dan 4,00% meningkat menjadi 3,95% dan mg untuk fermentasi 3 kg biji kakao dengan lama
4,50% setelah disangrai. Kadar lemak, protein, dan fermentasi lima hari. Kadar protein, lemak, air, abu,
gula pereduksi cenderung meningkat. Komponen gula reduksi, dan gula total masing-masing 16,28%,
asam, yaitu asam laktat, asam asetat, dan asam sitrat 48,10%, 3,95%, 4,10%, 6,52%, dan 5,13%. Dari hasil
menurun, demikian juga kadar etanol. Komposisi tersebut, kadar terendah untuk protein adalah
media kultur mikroba terbaik adalah fruktosa : glukosa 14,13%, lemak 23,79%, air 1,81%, abu 2,36%, gula
: sukrosa : asam sitrat pada perbandingan 61,99 : reduksi 4,31%, dan gula total 1,68%, sedangkan
41 : 32 : 22,49 dengan kandungan 2, 3, 5, 6 tetrametil kadar tertingginya masing-masing adalah 18,43%,
pirazin, 2,5 dimetil pirazin, dan teobromin masing- 72,41%, 6,09%, 5,84%, 8,73%, dan 8,58%.
masing 1,57; 6,34; dan 0,76 mg/g dan nilai
Mutu biji kakao hasil fermentasi lebih baik di-
desirability 0,76.
bandingkan biji kakao nonfermentasi. Dengan
Kemampuan mikroba dalam proses fermentasi demikian, teknologi fermentasi meningkatkan nilai jual
dapat dilihat dari kadar biomassa, etanol, gula biji kakao 40-50%.
reduksi, gula total, asam asetat, dan asam laktat yang

Pascapanen

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


81
Mekanisasi
Inovasi teknologi mekanisasi pertanian memiliki kontribusi
penting dalam peningkatan produktivitas, efisiensi, mutu, dan
nilai tambah produk pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut,
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBPMP) telah
merekayasa dan mengembangkan alat dan mesin pertanian
yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengembangan alat
dan mesin pengolah bahan pangan skala rumah tangga di
kawasan rumah pangan lestari di Pacitan, misalnya, berperan
penting dalam meningkatkan pendapatan keluarga serta
mendorong upaya diversifikasi pangan. Demikian pula
pengembangan mesin grading kentang, mangga, dan benih
kedelai serta mesin fermentasi biji kakao dapat meningkatkan
produktivitas, efisiensi, serta nilai tambah dan daya saing
produk. Penerapan alat dan mesin pertanian secara luas akan
lebih meningkatkan kontribusinya dalam peningkatan
kesejahteraan para pelaku usaha.

Mekanisasi
82 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Penerapan Alat Mesin Pertanian Selain budi daya tanaman pekarangan, petani
Mendukung Kawasan Rumah juga digerakkan untuk meningkatkan diversifikasi
pangan lokal dengan mengembangkan usaha
Pangan Lestari di Pacitan
pengolahan hasil tanaman yang ada di sekitar
lingkungan rumah tangganya, antara lain pengolahan
Untuk menggerakkan kembali budaya menanam di
tepung ubi kayu untuk mensubstitusi terigu, kedelai
lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di
menjadi tempe maupun susu kedelai, dan pisang
perdesaan, Kementerian Pertanian menyusun konsep
menjadi keripik pisang. Untuk mendukung diversifikasi
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL).
pangan dan industri rumah tangga petani di KRPL,
Pada tahun 2011, M-KRPL dilaksanakan di Desa Kayen,
BBPMP menerapkan hasil perekayasaan alat dan
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan. Melalui M-
mesin pengolah bahan pangan skala rumah tangga,
KRPL diperkenalkan cara memanfaatkan pekarangan
meliputi alat dan mesin pengolah ubi kayu ter-
untuk budi daya tanaman pangan, sayuran, buah-
fermentasi menjadi tepung dan pengupas kulit ari
buahan, tanaman obat, ternak, dan ikan sehingga
untuk industri tempe skala rumah tangga. Dalam
dapat mendukung penyediaan bahan pangan keluarga
menerapkan alat dan mesin tersebut, petani
secara lestari. Untuk menyediakan benih tanaman di
mendapat pendampingan dan pelatihan untuk
kebun bibit desa, BBPMP memberi dukungan dalam
memproduksi tepung ubi kayu fermentasi, susu
tata air mikro berupa peralatan irigasi tetes dan
kedelai, dan keripik pisang. Diharapkan upaya ini
sprinkler mikro untuk bibit serta mesin penggiling dan
dapat meningkatkan pendapatan petani dan menjadi
pencampur pupuk organik.

Ubi kayu dikupas Penyawutan Fermentasi

Penepungan Pengeringan Penirisan

Alat dan mesin untuk pengolahan tepung ubi kayu fermentasi.

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


83
rujukan model pengembangan KRPL di desa dan Kentang varietas Granola mempunyai bentuk
provinsi lain. yang tidak beraturan, namun umumnya mendekati
bulat. Oleh karena itu, grading kentang dapat
didasarkan pada diameternya. Mekanisme kerja mesin
Mesin Grading Kentang Berdasar ini adalah berdasarkan perbedaan jarak antara pipa-
Diameter pipa yang dipasang sesuai dengan kelas yang
disyaratkan. Kentang ditumpahkan pada pengumpan
Harga kentang selain ditentukan oleh mutunya juga (hopper) yang dibuat miring, kemudian akan turun
bergantung pada ukurannya. Oleh karena itu, kentang melalui pipa-pipa yang bergerak mengikuti putaran
perlu dikelompokkan berdasarkan ukurannya. sproket. Kentang akan jatuh dari sela-sela pipa sesuai
Umumnya grading dilakukan secara manual sehingga dengan ukuran diameternya ke wadah penampung.
memerlukan waktu lama dan tenaga kerja yang Hasil pengujian di lapangan menunjukkan mesin
banyak. Mesin grading kentang yang ada masih ini mampu mengelompokkan kentang ke dalam empat
diimpor dengan harga cukup mahal (di atas Rp300 kelas (AL, AB, C, dan D) dengan kapasitas 1,8 t/jam
juta) dan dioperasikan oleh delapan orang tenaga dengan menggunakan tiga orang tenaga kerja. Tingkat
kerja. Untuk mengatasi masalah tersebut, BBPMP kesalahan kelas rata-rata 9-10%, lebih besar
telah merekayasa mesin grading kentang berdasarkan dibanding mesin eks Belanda, yaitu kurang dari 5%.
diameter. Namun, mesin ini harganya kurang dari separuh
harga mesin impor tersebut.

Mesin Grading Buah Berdasar Berat

Proses awal penanganan buah segar yaitu pe-


ngelompokan berdasarkan mutu (sortasi) dan ukuran
(grading). Buah yang seragam ukurannya (diameter,
berat, bentuk) mempunyai harga yang lebih tinggi.
Buah yang akan diekspor harus memenuhi standar
ukuran yang mengacu pada Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau yang ditetapkan negara peng-
impor. Pengkelasan buah biasanya dilakukan secara
manual dengan mengandalkan tenaga manusia.
Beberapa mesin pengkelas telah tersedia, namun
mempunyai kelemahan, antara lain kapasitasnya kecil
(kurang dari 1 t/hari), tingkat akurasinya rendah, dan
fleksibilitas terhadap jenis buah sangat terbatas.
Untuk mengatasi masalah tersebut, BBPMP
merekayasa mesin grading buah berdasar berat.
Mesin dapat digunakan untuk mengelompokkan
berbagai jenis dan bentuk buah. Mesin terdiri atas
tiga komponen, yaitu hopper, feeder, dan unit pe-
nimbang. Mekanisme kerjanya adalah penimbangan
secara mekanis otomatis. Buah ditumpahkan dalam
Mesin grading kentang berdasarkan diameter. hopper yang dibuat miring sehingga akan meng-
gelinding masuk ke feeder. Dalam feeder tumpukan

Mekanisasi
84 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Buah bergerak dari hopper Buah berada dalam mangkuk Buah jatuh dalam wadah sesuai kelasnya
ke feeder penimbang

Mesin grading buah berdasarkan berat.

buah akan bergerak satu per satu mengikuti conveyor dari ubi kayu di Sumatera Barat. Berkaitan dengan
ke ujung feeder, kemudian jatuh ke mangkuk. Tiap hal tersebut, BBPMP mengintroduksikan mesin
mangkuk akan melewati timbangan yang telah diatur penyawut serta melakukan rekayasa kelembagaan
sesuai berat masing-masing kategori kelas buah. berupa klaster – inti. Kelompok tani penghasil ubi
Apabila berat buah masuk dalam kelas timbangan 1 kayu berperan sebagai klaster dan Koperasi Mocal
maka mangkuk akan menjatuhkan buah ke dalam Subur Jaya sebagai inti. Koperasi melakukan
wadah kelas 1 dan seterusnya. Kelas buah dapat pengolahan lebih lanjut berupa penepungan, pe-
diatur melalui beban timbangan. ngemasan, dan pemasaran. Hasil tepung Mocaf
dipasarkan ke CV Cakrawala Mandiri.
Pengujian pada mangga gedong menghasilkan
kapasitas mesin 600 kg/jam. Persentase salah sortir Hasil uji kinerja mesin penyawut menunjukkan
5,6% karena posisi mangga gedong yang tidak tepat kapasitas kerja mesin 1.022 kg/jam pada putaran
di titik pusat beratnya. poros pisau 450 rpm dan celah pisau 3,5 mm,
sedangkan kapasitas kerja mesin sawut lokal hanya
54 kg/jam. Pada pengolahan ubi kayu di Koperasi
Pemanfaatan Alat dan Mesin pada Mocal Subur Jaya, mesin penyawut tersebut bekerja
Industri Mocaf di Sumatera Barat dengan kapasitas 1 t/jam. Untuk tahap awal, klaster
(kelompok tani) berfungsi sebagai penghasil ubi kayu
Pengembangan alat dan mesin pengolahan dan reka- kupas, sedangkan Koperasi Mocal Subur Jaya sebagai
yasa kelembagaan merupakan alternatif pemecahan inti yang melakukan penyawutan, pengeringan, pe-
masalah dan kendala pengembangan industri Mocaf nepungan, pengemasan, dan pemasaran. Hasil

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


85
Alsin penyawut ubi kayu dan hasil sawutan.

analisis ekonomi memperlihatkan biaya operasional


mesin penyawut Rp19.305/jam atau Rp19,31/kg ubi
kayu, sedangkan biaya mesin penyawut lokal men-
capai Rp343,48/kg ubi kayu. Dengan demikian, selain
dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mesin
penyawut rekayasa BBPMP dapat menekan biaya
penyawutan sampai 1.679%. Kesepakatan telah
dibuat antara Koperasi Mocal Subur Jaya sebagai
produsen tepung Mocaf dengan CV Cakrawala Mandiri
untuk menampung tepung Mocaf sebanyak 2 t/
minggu.

Rekayasa Mesin Grading Benih


Kedelai

Kebutuhan benih kedelai nasional hingga 2014


mencapai 31.000 t/tahun. Penggunaan benih bermutu
di tingkat petani masih rendah, meskipun pemerintah
telah melepas lebih dari 20 varietas unggul kedelai.
Peningkatan produksi benih kedelai melalui pem-
binaan penangkar benih memiliki nilai strategis. Untuk
menjamin mutu benih sebar (daya tumbuh minimal
70%) dengan ukuran benih yang seragam, pemerintah
telah menetapkan standar mutu benih kedelai.
Untuk menjamin mutu benih kedelai, BBPMP telah
merekayasa mesin pemilah (grading) benih kedelai
bekerja sama dengan Balai Penelitian Kacang-
Modifikasi alsin grading benih kedelai hasil
kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). Mesin meng- rekayasa BBPMP – Balitkabi dan mesin saat
gunakan tipe saringan lonjong (ukuran lubang 6, 5, beroperasi.
dan 4 mm) dan tipe saringan bulat sebagai pem-

Mekanisasi
86 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
banding (ukuran lubang 6, 5, dan 4 mm) sesuai sifat knapsack sprayer maupun power sprayer. Kelemahan
fisik varietas unggul kedelai. Hasil uji fungsional alat semprot tersebut adalah boros insektisida, mes-
kinerja menunjukkan, mesin dengan tipe saringan kipun cukup praktis dan mudah digunakan. Aplikasi
lonjong dapat meningkatkan kapasitas alat dan kelas alsin semprot yang lebih efektif dan efisien dalam
mutu benih (mayoritas dari satu grade menjadi dua penggunaan air dan tenaga serta kompatibel untuk
grade), baik untuk kedelai biji besar maupun sedang, berbagai kondisi tanaman perlu dipertimbangkan.
dibandingkan dengan menggunakan tipe saringan
BBPMP bekerja sama dengan Balai Penelitian
bulat. Kapasitas mesin dengan tipe saringan lonjong
Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro)
berkisar antara 437-656 kg/jam, atau dengan waktu
telah merekayasa alat aplikasi pestisida sistemik
kerja 8 jam/hari, kapasitas rata-rata sebesar 4,372
melalui batang untuk meningkatkan efisiensi
t/hari. Tingkat keseragaman benih hasil grading di
pengendalian OPT, selain aman bagi musuh alami
atas 90% atau tergolong cukup tinggi dan daya tumbuh
dan ramah lingkungan. Prototipe alat yang disebut
benih lebih besar dari standar mutu benih sebar
Bark Pesticide Applicator (BPA) telah diuji di
(70%). Pada tingkat harga alat Rp16 juta/unit dan
laboratorium BBPMP, Serpong dan di Balitjestro, Batu.
upah dua orang operator Rp150.000/hari, biaya pokok
Hasil pengujian menunjukkan, aplikasi insektisida
pengoperasian alat sebesar Rp54/kg, titik impas 107
secara sistemik pada batang tanaman jeruk dengan
t/tahun, dan nisbah keuntungan dengan biaya (B/C)
menggunakan BPA lebih efisien dan efektif dalam
1,59. Keunggulan lain alsin pengkelas benih kedelai
mengendalikan kutu loncat jeruk Diaphorina citri dan
adalah perbaikan sistem per pada mekanisme
kutu daun Toxoptera sp. Aplikasi insektisida 4 ml/
pemisahan cukup baik dan mempunyai prospek cukup
batang secara murni dengan BPA mampu me-
besar diterapkan di tingkat penangkar benih.
ngendalikan kutu loncat jeruk hingga 28 hari dan kutu
daun sampai 16 hari. Aplikasi insektisida dengan alat
semprot hanya mampu menekan kutu loncat dan kutu
Rekayasa Alat Mesin Semprot Semi-
daun selama enam hari. Aplikasi insektisida pada
Otomatis untuk Mengendalikan OPT pertanaman jeruk umur 5 tahun seluas 1 ha dengan
Jeruk secara Sistemik pada Batang alat BPA memerlukan waktu 2 jam, sedangkan
dengan alat semprot 5 jam. Pengendalian OPT dengan
Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) BPA bersifat ramah lingkungan karena populasi musuh
jeruk oleh petani umumnya menggunakan insektisida alami dari famili Coccinellidae lebih banyak
dengan mengaplikasikan penyemprotan volume tinggi dibandingkan dengan aplikasi insektisida secara
(high volume spraying technique = HVST) dengan semprot pada kanopi tanaman.

Alsin penyemprot insektisida


hasil rekayasa BBPMP –
Balitjestro.

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


87
Pengujian prototipe nozzle dengan cairan insektisida pada batang tanaman jeruk.

Aplikasi insektisida secara sistemik pada batang


dapat menekan kehilangan cairan insektisida hingga
30% dan waktu aplikasinya lebih cepat sehingga
secara langsung menurunkan biaya produksi. BPA
digolongkan ke dalam alsin untuk pertanian presisi.
Alsin ini berpotensi untuk dipatenkan dengan harga
lebih murah Rp1 juta/unit.

Pengembangan Proses dan Mesin


Fermentasi Biji Kopi

Biji kopi Indonesia dikenal sebagai “kopi asalan”


karena mutunya rendah dan banyak biji cacat.
Fermentasi merupakan salah satu tahap pengolahan
biji kopi yang memengaruhi mutu dan cita rasa kopi.
Petani kopi biasanya melakukan fermentasi secara
alami dalam karung plastik selama 12 jam, sambil
menunggu penjemuran pada esok harinya. Proses
fermentasi kopi dalam perut luwak selama 4-6 jam
dapat menghasilkan biji kopi dengan mutu, aroma,
Prototipe mesin fermentasi biji kopi secara
dan cita rasa yang sesuai dengan selera konsumen.
terkendali dan uji coba mesin fermentasi kopi.
Oleh karena itu, perlu dilakukan rekayasa proses dan
mesin fermentasi biji kopi yang dapat menyerupai
proses fermentasi dalam perut luwak.
Tenaga penggerak menggunakan motor listrik, dan
BBPMP bekerja sama dengan Pusat Penelitian
kendali suhu menggunakan thermocontrol dan jam
Kopi dan Kakao (Puslitkoka) telah merekayasa proses
kendali. Kendali putaran menggunakan jam kendali
dan mesin fermentasi biji kopi secara terkendali.
karena jumlah putaran per satuan waktu telah diatur
Prototipe mesin fermentasi berkapasitas 50 kg/batch.
pada rasio puli dan gigi reduksi.
Mesin terdiri atas empat komponen utama, yaitu
reaktor fermentasi berbentuk silinder, sumber Proses fermentasi kopi dalam fermentor dipacu
pemanas menggunakan elemen listrik, tenaga peng- dengan menambahkan aktivator organik berupa
gerak dan sistem transmisi, dan kotak pengendali. kotoran luwak dan Rhizopus sp. dan berlangsung pada

Mekanisasi
88 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Buah kopi hasil panen dan biji kopi HS hasil
proses pengupasan.

suhu 30-40°C. Melalui proses tersebut, waktu


fermentasi lebih singkat dan konsistensi mutu akhir
produk lebih baik dibandingkan dengan proses
fermentasi konvensional. Limbah cair yang dihasilkan
dapat terlokalisasi dan termanfaatkan dengan baik.
Fermentor kopi terkendali memiliki kinerja yang
baik dan dapat digunakan untuk fermentasi biji kopi Serah terima paket alat mesin pengolah
arabika. Penggunaan aktivator organik dapat mem- pakan ternak berbasis sawit oleh Kepala
percepat proses peluruhan lapisan lendir yang BBPMP kepada Ketua Koperasi Bhirawa Bhakti.
menempel pada permukaan biji kopi. Suhu proses
fermentasi yang baik dengan menggunakan aktivator
kotoran luwak dan Rhizopus sp. adalah 30°C.

terkait/petani. Bantuan hanya diberikan pada tahap


Model Pengembangan Pertanian awal penerapan inovasi teknologi sebagai modal
Pedesaan melalui Inovasi SITT kelompok.
Sawit-Sapi BBPMP bersama dengan BPTP Riau, Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau, dan
Pengembangan Model Pembangunan Pertanian Dinas Perkebunan Provinsi Riau telah menerapkan
Pedesaan Melalui Inovasi (MP3MI) bertujuan untuk konsep MP3MI pada sistem integrasi tanaman -
mendapatkan model pembangunan pertanian ternak (SITT) sawit dengan dukungan alat mesin
pedesaan yang komprehensif berbasis sumberdaya pertanian. Dalam kegiatan tersebut, BBPMP berperan
lokal, inovasi pertanian, dan kemandirian masyarakat dalam menyediakan inovasi alat mesin pertanian
serta dilaksanakan secara partisipatif dengan pe- untuk mendukung subsistem pakan, pupuk organik,
rencanaan bersama melalui musyawarah dan pem- dan energi limbah bio. Hasil-hasil kegiatan MP3MI
berdayaan masyarakat petani dan pemangku SITT sawit di Provinsi Riau diinformasikan melalui
kepentingan di daerah. Pemilihan komoditas dan “Diskusi Teknis dan Temu Lapang Inovasi dan Pem-
inovasi pertanian didasarkan pada kesepakatan belajaran SITT Berbasis Mektan” yang diselenggara-
masyarakat, permasalahan, dan potensi pengem- kan di Pekanbaru pada 5 Juli 2011. Pada kesempatan
bangan. Pengembangan infrastruktur dan kelembaga- tersebut diserahkan fasilitas pabrik pakan skala kecil
an menjadi tanggung jawab pemerintah daerah/dinas pendukung SITT sawit.

Mekanisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


89
Sosial Ekonomi dan
Kebijakan
Pengembangan inovasi teknologi dan kelembagaan untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
memerlukan modal usaha yang mudah diakses. Untuk itu,
pemerintah telah memberikan bantuan langsung kepada
masyarakat (BLM) melalui program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP). Selain mengkaji program dan
kinerja PUAP, Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
(PSE-KP) pada tahun 2011 juga telah meneliti dampak
pembangunan pertanian dan perdesaan melalui Panel Petani
Nasional (PATANAS), peluang swasembada daging sapi, dan
dampak pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari
(M-KRPL) di Pacitan, Jawa Timur, serta pengembangan usaha
Diversifikasi Pangan.

Sosial Ekonomi dan Kebijakan


90 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Penentuan Desa Calon Lokasi PUAP Evaluasi difokuskan pada program secara
dan Evaluasi Pelaksanaannya keseluruhan dan pengembangan agribisnis dalam
kaitannya dengan sumber permodalan mikro serta
mengusulkan alternatif model lembaga keuangan
Petani umumnya menghadapi kendala dalam
mikro agribisnis (LKM-A) yang tepat untuk diterapkan
penyediaan modal maupun akses ke lembaga
di desa penerima BLM PUAP. Untuk jangka pendek,
permodalan. Oleh karena itu, sejak tahun 2000
LKM-A dapat bekerja sama dengan lembaga yang
pemerintah memberikan bantuan modal finansial
sudah memiliki badan hukum seperti koperasi, Bank
dalam bentuk bantuan langsung masyarakat (BLM)
Perkreditan Rakyat (BPR), dan lembaga keuangan
ke kelompok tani atau gabungan kelompok tani
mikro lainnya.
(gapoktan). Sejak 2008, BLM diperkenalkan melalui
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP). Untuk menyempurnakan pelaksanaan Penyusunan Calon Penerima PUAP
program PUAP 2011, Badan Litbang Pertanian me-
lakukan identifikasi untuk menyusun calon penerima Dalam kurun waktu 2008-2010, Kementerian Per-
BLM PUAP serta mengevaluasi program dan tanian telah merealisasikan pencairan dana BLM
kinerjanya. Evaluasi dilakukan di empat provinsi, yakni PUAP untuk 29.013 gapoktan yang tersebar di 33
Banten, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Nusa provinsi, yakni 10.542 gapoktan pada 2008, 9.884
Tenggara Barat, yang meliputi 32 desa/gapoktan yang gapoktan pada 2009, dan 8.587 gapoktan pada 2010.
tersebar di delapan kabupaten. Hingga November 2011, dari target 10.000 gapoktan,

Salah satu tahapan kegiatan dalam identifikasi calon penerima PUAP.

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


91
dana BLM PUAP mencakup 6.697 gapoktan dengan Penyaluran dana BLM PUAP masih dilakukan oleh
nilai lebih dari Rp669 miliar. Hal ini berarti sampai pengurus gapoktan atau unit usaha di bawah
2011, dari seluruh desa di Indonesia (lebih dari 70.000 gapoktan. LKM-A masih jarang ditemui, kecuali di
desa), separuhnya telah menerima dana BLM PUAP. Jawa Timur dan Kabupaten Karo, walaupun masih
berupa unit usaha di bawah gapoktan dan pengurus-
Sumber usulan calon penerima BLM PUAP adalah
nya masih merangkap sebagai pengurus gapoktan.
pemerintah daerah, aspirasi masyarakat, dan unit
Dana PUAP di masing-masing gapoktan umumnya
kerja eselon I lingkup Kementerian Pertanian.
sudah disalurkan ke anggota, hanya 12,5-37,5%
Mekanisme pengusulannya selalu mengikuti
yang belum menyalurkan dana awal ke anggota.
perubahan yang terjadi karena adanya penyesuaian
Perputaran dana PUAP rata-rata pada perputaran
pelaksanaan PUAP. Demikian pula kriteria desa calon
kedua hingga keempat, meskipun masih ada ga-
penerima BLM PUAP, berubah karena berdasarkan
poktan penerima BLM PUAP tahun 2009 di Banten
kondisi di lapangan, sulit untuk menemukan desa-
dan Jawa Timur baru pada putaran pertama.
desa miskin karena sebagian besar telah memperoleh
Operasionalisasi kegiatan LKM-A membutuhkan
BLM PUAP pada tahun sebelumnya.
pembinaan kepengurusan dan supervisi untuk
Pada 2011, di Kementerian Pertanian juga ter- kegiatan administrasi maupun usaha ekonomi
jadi perubahan struktur organisasi. Ketua Pokja produkif.
Identifikasi Desa Tim PUAP Pusat yang awalnya
Dana BLM PUAP umumnya digunakan untuk
PSE-KP beralih ke Direktorat Pembiayaan Pertanian,
kegiatan budi daya dan hanya sebagian kecil untuk
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian. Oleh karena
nonbudi daya. Dana BLM PUAP dapat mendukung
itu, pada tahun 2011 PSE-KP hanya membantu
usaha agribisnis, yakni untuk pengadaan sarana
Direktorat Pembiayaan Pertanian dalam melak-
produksi pertanian, dan sebagian kecil untuk bibit
sanakan tugasnya.
ternak.
Introduksi inovasi teknologi dan rekayasa
Evaluasi Kinerja PUAP kelembagaan lebih menekankan pada pendekatan
budaya material (bantuan dana, alsintan, sarana
Evaluasi terhadap aspek input menunjukkan, penyu-
produksi) dibanding nonmaterial (membangun sistem
sunan juklak dan juknis bervariasi, bergantung pada
nilai). Peran BPTP dalam menyediakan inovasi
kepentingan masing-masing pemerintah daerah.
teknologi cukup menonjol. Pembinaan kelembagaan
Provinsi Sumatera Utara membuat juklak dan juknis
gapoktan dan LKM-A menggunakan pendekatan
untuk menampung dana dari APBD, sedangkan
kelompok, namun pendekatan partisipatif belum
Kabupaten Lombok Barat, NTB, tidak menyusun juklak
dilakukan secara maksimal. Pengembangan
dan juknis karena pedoman umum yang disusun Tim
kelembagaan gapoktan dan LKM-A cenderung
PUAP Pusat telah sesuai dan mudah dipahami. Materi
menggunakan pendekatan struktural.
pelatihan penyelia mitra tani (PMT) telah dilengkapi
praktik, namun sebagian materi praktik perlu di- Secara umum dana PUAP berpengaruh terhadap
sempurnakan agar mudah diterapkan, yaitu e-form peningkatan pendapatan petani, meskipun relatif
dan kelembagaan petani. kecil. Hal tersebut terlihat dari kemampuan untuk
mengembalikan pinjaman PUAP, memenuhi kebutuh-
Jumlah bantuan modal masih kurang dibanding-
an modal untuk musim tanam berikutnya maupun
kan dengan kebutuhan anggota, kelompok sasaran
kebutuhan rumah tangga, seperti pendidikan bagi
kurang tepat, sosialisasi program kurang, namun
anggota keluarga. Sebelum PUAP, petani sering
perencanaan sudah baik. Masalah atau kendala utama
menunda masa tanam karena kekurangan modal.
dalam pelaksanaan program PUAP adalah dalam hal
sosialisasi, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan. Di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, BLM PUAP
telah meningkatkan serapan tenaga kerja. Dengan

Sosial Ekonomi dan Kebijakan


92 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
lebih intensifnya petani dalam mengelola usaha tani, manajerial pengurus; (4) jiwa kewirausahaan
seperti pemupukan dan pemberantasan hama pengurus dan anggota; dan (5) jaringan kerja yang
penyakit maka tenaga kerja yang dicurahkan pun lebih semakin luas. Transformasi kelembagaan menjadi
banyak, baik yang bersumber dari dalam maupun kelembagaan hukum dapat berupa gapoktan dengan
luar keluarga. akta notaris atau Badan Usaha Milik Petani. Unit usaha
simpan pinjam atau LKM-A dapat ditransformasi
Unit usaha simpan pinjam pada gapoktan di
menjadi koperasi simpan pinjam atau koperasi serba
Kabupaten Karo sudah diberi nama LKM-A, hanya
usaha.
belum sepenuhnya berfungsi sebagai lembaga
keuangan mikro agribisnis. Kepengurusan LKM-A
masih merangkap sebagai pengurus gapoktan.
Panel Petani Nasional (PATANAS)
Struktur organisasi pengelola LKM-A juga bervariasi.
Oleh karena itu, perlu dibuat standar baku struktur
organisasi LKM-A sehingga setiap daerah yang akan Untuk mengetahui hasil dan dampak pembangunan
membentuk LKM-A dapat menyesuaikannya dengan pertanian, khususnya terhadap peningkatan
kondisi dan situasi di daerah masing-masing. kesejahteraan petani, pemerintah membutuhkan
informasi dalam bentuk indikator-indikator pem-
bangunan ekonomi untuk mempertajam tujuan,
Evaluasi Program PUAP kebijakan, dan program pembangunan pertanian.
Dalam rangka menyediakan informasi tersebut, sejak
Kelembagaan pengelola Program PUAP merupakan
1983 PSE-KP melakukan penelitian Panel Petani
faktor pendorong keberhasilan program. Hal ini juga
Nasional (PATANAS) secara periodik dalam interval
memberikan indikasi pentingnya efisiensi lembaga
waktu tertentu pada lokasi (desa) dan rumah tangga
dengan perangkat administratifnya (peraturan,
yang sama.
pendanaan, dan pengelola/manajemen) untuk
mencapai keberhasilan program. Pada tahun 2006, penelitian Patanas disem-
purnakan dari segi tipologi desa dan indikator
Komponen utama pendorong keberhasilan
pembangunan yang dianalisis. Sebelum 2006, tipologi
program PUAP, yakni SDM dan fasilitasi usaha,
desa lokasi penelitian Patanas adalah desa sawah
mempunyai tingkat kepentingan tertinggi dibanding
irigasi berbasis padi. Namun sejak 2007, tipologi desa
dua komponen lainnya, manajemen dan infrastruktur
lokasi penelitian Patanas meliputi desa sawah irigasi
dan dukungan finansial. Hal ini merupakan indikasi
berbasis padi, desa lahan kering berbasis palawija
yang cukup kuat untuk meningkatkan kinerja program
dan sayuran, dan desa lahan kering berbasis
PUAP, dengan menata ulang kelembagaan yang
perkebunan. Indikator pembangunan yang dianalisis
terlibat dalam penyelenggaraan kegiatan untuk
mencakup distribusi pemilikan/penguasaan lahan,
memperoleh manfaat yang optimal. Tiga unsur yang
produktivitas tenaga kerja, produktivitas lahan,
perlu didorong dalam komponen utama adalah: (1)
struktur pengeluaran rumah tangga, dan distribusi
keanggotaan gapoktan yang aktif dengan usaha
pendapatan. Selain indikator-indikator tersebut
produktif; (2) pendampingan dalam kegiatan usaha
ditambahkan indikator nilai tukar petani, persentase
ekonomi; dan (3) penyediaan sarana dan prasarana
penduduk miskin, dan kecukupan energi dan protein.
operasional kegiatan.
Pada tahun 2011, survei dilakukan pada rumah
Transformasi kelembagaan gapoktan/LKM-A
tangga di agroekosistem lahan kering berbasis
agar lebih efektif melaksanakan kegiatannya
sayuran dan palawija. Penelitian bertujuan untuk
membutuhkan adanya: (1) kompatibilitas antara
menyajikan sejumlah indikator yang merefleksikan
struktur organisasi dengan peran dan fungsi yang
dinamika hasil dan dampak pembangunan pertanian
harus dijalankan; (2) aturan yang jelas dan
dan perdesaan di wilayah tersebut, khususnya di
transparan; (3) keterampilan teknis dan kapabilitas
tingkat usaha tani dan rumah tangga.

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


93
benih unggul berlabel dan pemupukan berimbang.
Dalam kaitan ini, pemerintah perlu memberikan
subsidi pupuk anorganik serta benih palawija dan
sayuran untuk mengurangi beban biaya usaha tani
yang harus ditanggung petani.
Diversifikasi sumber pendapatan perlu dilakukan
rumah tangga petani sebagai konsekuensi ter-
batasnya pendapatan dari usaha tani. Dengan meng-
gunakan pangsa pengeluaran pangan sebagai
petunjuk tingkat kesejahteraan, selama 2008-2011
secara agregat kesejahteraan rumah tangga petani
lahan kering berbasis palawija meningkat, yang
ditunjukkan oleh penurunan pangsa pengeluaran
untuk pangan dari 62% pada 2008 menjadi 57% pada
2011. Namun tingkat kesejahteraan rumah tangga
petani lahan kering berbasis sayuran menurun, yang
ditunjukkan oleh kenaikan pangsa pengeluaran untuk
pangan dari 47% pada 2008 menjadi hampir 57%
pada 2011.
Mengacu pada garis kemiskinan BPS 2010,
jumlah rumah tangga miskin di lokasi contoh menurun
Penelitian PATANAS untuk memperoleh selama periode 2008-2011. Namun bila dilihat dari
informasi mengenai indikator-indikator profitabilitas usaha tani cenderung menurun, demikian
pembangunan ekonomi. halnya dengan tingkat dan laju upah tenaga kerja
pertanian relatif rendah. Oleh karena itu, program
raskin akan tetap bermanfaat untuk meringankan
Pada desa-desa lokasi penelitian, luas lahan
beban pengeluaran, khususnya untuk pangan bagi
tegalan relatif tetap namun jumlah penduduk terus
penduduk miskin, selektif sesuai sasaran.
meningkat sehingga tekanan penduduk terhadap
lahan pertanian pun makin berat, yang diindikasikan
oleh rata-rata luas lahan tegalan per rumah tangga Akselerasi Swasembada Daging
yang makin sempit. Konsekuensinya, daya serap Sapi
subsektor tanaman pangan terhadap pertambahan
tenaga kerja makin terbatas. Fenomena setengah
Senjang permintaan dan penawaran daging sapi
pengangguran dijumpai di desa-desa lokasi pe-
terus melebar dan ketergantungan pada impor daging
nelitian, yang diindikasikan terjadinya migrasi
sapi makin meningkat. Kondisi ini mendorong
penduduk yang memiliki tingkat pendidikan dan
pemerintah melakukan upaya terobosan untuk
keterampilan yang rendah serta tingkat dan laju
berswasembada daging sapi dan kerbau melalui
kenaikan upah tenaga kerja yang relatif rendah selama
Program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014.
2008-2010. Fenomena ini mengisyaratkan pemerintah
PSE-KP melakukan analisis terhadap konsep PSDS,
perlu segera membuka seluas-luasnya lapangan kerja
serta mengevaluasi implementasi dan dampaknya.
di sektor nonpertanian.
Penelitian dilakukan di DKI Jakarta, Nanggroe Aceh
Kapasitas produksi usaha tani komoditas utama Darussalam, Riau, Jawa Barat, dan Nusa Tenggara
masih berpotensi ditingkatkan melalui penggunaan Barat.

Sosial Ekonomi dan Kebijakan


94 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Dinamika dan Konsepsi PSDS sapi bibit impor. Sapi bibit impor disebar ke kelompok
yang berpengalaman atau ke usaha sapi potong skala
Secara umum konsep PSDS 2014 lebih baik dan lebih menengah. Peningkatan populasi dan produksi ternak
lengkap dibanding konsep swasembada daging dan daging sapi berpengaruh positif terhadap
sebelumnya, baik dari sisi instrumen kebijakan, kelompok peternak. Namun demikian perlu juga ada
dukungan dana, maupun tata kelola program/ dorongan agar BUMN dan pihak swasta skala
manajemen. Namun, dengan mempertimbangkan menengah untuk dapat berinvestasi pada usaha
tenggang waktu capaian swasembada, konsep PSDS sapi potong.
2014, dan ketidakberhasilan program swasembada
daging sebelumnya, perlu penajaman kegiatan yang Sebagian kelompok peternak dan sarjana
mencakup (1) pengembangan usaha pembiakan dan membangun desa (SMD) mengalami kesulitan dalam
penggemukan sapi lokal; (2) optimalisasi inseminasi menjalankan usaha ternak sapi karena kurangnya
buatan (IB) dan intensifikasi kawin alam (INKA); (3) pengalaman, sehingga perlu binaan Dinas dan kerja
penyediaan dan pengembangan pakan dan air; (4) sama dengan SMD maju. Pupuk organik dan biogas
penanggulangan gangguan reproduksi dan sebagai produk samping usaha ternak belum
peningkatan pelayanan kesehatan hewan; (5) memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
penyelamatan sapi betina produktif (SPB); dan (6) peningkatan pendapatan peternak.
pengaturan stok sapi bakalan dan daging di antaranya Integrasi sawit-sapi berpotensi meningkatkan
melalui pengendalian impor. populasi dan produksi ternak dan daging sapi. Riau
yang memiliki kebun sawit terluas di Indonesia dapat
menjadi daerah pertumbuhan baru industri sapi
Implementasi Dasar Pendukung PSDS 2014
potong melalui pola integrasi sawit-sapi.

Kegiatan PSDS 2014 yang didanai Ditjen Peternakan Kondisi rumah potong hewan (RPH) di Indonesia,
dan Kesehatan Hewan hanya sebagai pengungkit. terutama bangunan, fasilitas, higienitas, sanitasi, dan
Dalam operasionalnya, PSDS 2014 mendapat jumlahnya masih jauh dari standar internasional.
dukungan berbagai pihak lingkup Kementan, Kondisi ini menyebabkan banyaknya praktik
kementerian lain, Pemda, dan pihak swasta. Di tingkat pemotongan ternak di luar RPH pemerintah. Pem-
pusat, peran Unit Manajemen dalam operasionalisasi bangunan RPH berstandar internasional sulit dan
PSDS 2014 masih sangat lemah karena yang berpe- memerlukan biaya besar, namun secara bertahap
ran dominan adalah masing-masing Direktorat dan perlu dilakukan.
Sekretariat lingkup Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Di tingkat provinsi dan kabupaten, kegiatan
PSDS 2014 dilaksanakan oleh pejabat struktural
karena terbatasnya jumlah tenaga terampil. Program
PSDS 2014 didukung cetak biru sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan Permentan No.
19/2010, telah disusun pedoman umum, pedoman
teknis, dan petunjuk pelaksanaan, namun sosiali-
sasinya di berbagai daerah belum memadai.

Penyediaan Sapi Bakalan/Daging Sapi Lokal

Peningkatan populasi sapi potong tidak cukup dengan Integrasi sawit-sapi untuk meningkatkan
merelokasi sapi dari sentra produksi ke daerah populasi dan produksi daging sapi.
pengembangan baru, tetapi juga perlu mendatangkan

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


95
Peningkatan Produktivitas dan Penyelamatan SPB dapat dilakukan dengan cara
Reproduktivitas Sapi Lokal membeli sapi dengan harga di bawah harga pasar
sebagai bantuan pinalti dan memberikan peringatan
Pelaksanaan inseminasi buatan (IB) mengalami
keras kepada pedagang. Oleh karena itu, diperlukan
berbagai hambatan. Service per conception (S/C) 2,7,
dana talangan untuk menyelamatkan SPB. Skim usaha
conception rate (CR) 38%, dan jarak beranak berkisar
kelompok peternak penyelamat SPB perlu dievaluasi
18 bulan. Di tingkat peternak, masalah yang dijumpai
dan diperbaiki agar hasilnya efektif.
adalah rendahnya kemampuan dalam mendeteksi
berahi sehingga peternak terlambat melapor ke
petugas. Hal tersebut dipersulit oleh terbatasnya Penyediaan Bibit Sapi
tenaga dan sarana transportasi petugas. Faktor yang
tidak kalah pentingnya adalah rendahnya nutrisi Pengembangan sapi dengan IB melalui produksi
ternak. Dengan adanya kelemahan tersebut maka semen beku pejantan unggul sudah tercapai sesuai
perkawinan secara alami perlu dioptimalkan, ter- target. Agar efisien, fungsi BIB lebih diarahkan untuk
utama pada daerah yang memiliki padang peng- menjaring pejantan-pejantan unggul lokal.
gembalaan, yang dibarengi dengan penyediaan Dalam mendukung PSDS 2014, Balai Pembibitan
pejantan unggul. Ternak Unggul (BPTU) diperkirakan hanya mampu
Ketersediaan pakan murah, bergizi, dan mudah menghasilkan sekitar 2.500 ekor bibit sapi, jauh dari
didapat merupakan prasyarat untuk keberlanjutan target 17.745 ekor. Untuk mencapai target tersebut,
usaha peternak. Upaya tersebut dapat dilakukan peran BPTU lebih diarahkan untuk membina Village
dengan introduksi teknologi pakan dari BPTP. Peran Breeding Center (VBC) bekerja sama dengan Disnak
pemerintah dan swasta sangat diperlukan untuk setempat. Peran utama yang perlu ditingkatkan
menindaklanjuti teknologi tersebut agar dapat adalah melakukan sertifikasi bibit jantan dan betina
diaplikasikan secara massal, sehingga harganya dengan menggunakan kriteria bobot lahir, tinggi
terjangkau. gumba, panjang badan, lingkar dada, dan kondisi
eksterior lain.
Gangguan reproduksi yang paling utama adalah
hypufungsi ovary dan repeat breeder. Pada sebagian Kegiatan VBC sebaiknya tidak dimasukkan dalam
daerah juga terdapat gangguan penyakit bruselosis kegiatan mendukung PSDS 2014. Dana yang ada dapat
dan cacingan yang dapat menurunkan produktivitas digunakan untuk kegiatan lain yang memperkuat
dan reproduktivitas ternak. Pemberian pakan yang usaha pengembangbiakan sapi. Kegiatan VBC hanya
berkualitas baik dapat menghindarkan ternak dari dilakukan pada daerah-daerah yang memiliki sumber-
gangguan penyakit tersebut. daya bibit sapi potensial dan mudah melakukan
pengawasan kegiatan pemurnian, seperti di
Kabupaten Aceh Besar untuk sapi aceh; di Bali, NTB
Pencegahan Pemotongan Sapi Betina dan Kupang untuk sapi bali; di Sumba untuk sapi SO;
Produktif dan di Madura untuk sapi madura.

Pencegahan pemotongan sapi betina produktif (SPB) Realisasi KUPS untuk memperbanyak sapi bibit
memerlukan komitmen seluruh komponen terkait, menghadapi berbagai kendala terkait aturan
tidak saja peternak dan pedagang, tetapi juga petugas perbankan. Pada beberapa daerah, peran bank
pemerintah. Peternak menjual SPB karena tidak daerah sangat positif sehingga ke depan dapat lebih
mempunyai alternatif lain untuk memperoleh uang ditingkatkan. Realisasi KUPS harus memerhatikan
tunai, sedangkan sebagian pedagang hanya memburu pengguna. Jika kredit lebih banyak dimanfaatkan
keuntungan. Penegakan hukum yang dibarengi swasta besar tanpa melibatkan kelompok peternak
dengan edukasi diharapkan dapat mengatasi masalah dikhawatirkan misi PSDS 2014 untuk mensejahterakan
tersebut secara bertahap. peternak tidak dapat tercapai.

Sosial Ekonomi dan Kebijakan


96 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Distribusi dan pemasaran sapi dan daging sapi perlu memerhatikan kesehatan ternak dan masyarakat.

Pengaturan Stok Daging Sapi Dalam Negeri pangan pokok berbasis sumberdaya lokal. Dalam
upaya mendukung program percepatan diversifikasi
Koordinasi penyusunan prognosa kebutuhan daging konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal. Badan
sapi menjadi kunci penyempurnaan pengaturan stok Litbang Pertanian menghasilkan inovasi teknologi
daging sapi di dalam negeri, disertai revitalisasi fungsi pengolahan makanan dan alat mesin. Upaya tersebut
Badan Karantina Pertanian guna meningkatkan sekaligus untuk meningkatkan substitusi aneka tepung
pendapatan peternak sapi lokal dan menjaga stabilitas lokal terhadap terigu, seperti tepung kasava dan
harga daging sapi di pasar domestik. Impor hanya Mocaf, tepung ubi jalar, dan tepung jagung.
untuk menutupi kekurangan produksi dalam negeri.
Indonesia memiliki keanekaragaman pangan
Distribusi dan pemasaran sapi dan daging sapi yang sangat besar, baik dari kelompok umbi-umbian,
perlu memerhatikan aspek kesehatan ternak dan serealia, buah-buahan maupun pangan lainnya.
masyarakat. Pencegahan penyakit menular dari Berkaitan dengan hal tersebut, pengembangan
ternak ke ternak atau dari ternak ke manusia perlu sumber pangan lokal didasarkan pada pertimbangan
menjadi agenda semua pihak yang terlibat dalam berikut: (1) merupakan sumber karbohidrat, seperti
distribusi dan pemasaran. Kesadaran masyarakat ubi jalar, padi, jagung, dan ubi kayu; (2) mempunyai
akan pentingnya memperoleh daging ASUH perlu potensi produktivitas yang tinggi; (3) memiliki potensi
ditingkatkan. Pedagang perlu pula memerhatikan diversifikasi produk yang beragam; (4) memiliki
aspek kesehatan ternak dalam mendistribusikan kandungan zat gizi yang beragam; dan (5) memiliki
ternak dari sentra produksi hingga ke RPH. potensi permintaan pasar lokal, regional, maupun
ekspor yang terus meningkat. PSE-KP telah melakukan
penelitian pengembangan diversifikasi konsumsi
Pengembangan Usaha Diversifikasi pangan di tujuh lokasi, yaitu: (1) Jawa Barat (Badan
Pangan Ketahanan Pangan); (2) Kota Bogor (pusat penelitian,
balai penelitian, dan BB penelitian lingkup wilayah
Diversifikasi pangan merupakan salah satu strategi Bogor); (3) Kabupaten Bandung (Dinas Pertanian
untuk mencapai ketahanan pangan. Salah satu upaya dan kelompok tani); (4) Kabupaten Bandung Barat
untuk meningkatkan diversifikasi pangan adalah (kelompok tani); (5) Kabupaten Gunung Kidul, DI
melalui percepatan penganekaragaman konsumsi Yogyakarta (BP2KP); (6) Kabupaten Malang (Balitkabi);

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


97
dan (7) Kabupaten Trenggalek (Badan Ketahanan Permintaan Pasar
Pangan).
Berdasarkan kajian, jenis pangan pokok sebagai
pengganti beras yang disarankan adalah beras
Preferensi Konsumen terhadap Pangan Pokok sorgum, beras jagung, dan beras singkong (RaSi).
dan Kudapan
Jika program diversifikasi pangan dengan pola
mengganti pangan pokok beras dengan ketiga jenis
Dari 471 responden, 41,2% di antaranya memilih ubi
beras tersebut di Badan Litbang Pertanian, maka
kayu sebagai bahan pangan pokok pengganti beras,
diperlukan beras sorgum, jagung, dan beras singkong
lainnya memilih ubi jalar (27,8%), kombinasi ubi kayu
masing-masing sebanyak 12 ton/tahun. Jika program
dan ubi jalar (9,3%), serta sorgum dan hanjeli
diversifikasi dilaksanakan di Bogor, diperlukan beras
masing-masing 6,6 dan 1,3%. Sorgum dan hanjeli
sorgum, jagung, dan ubi kayu masing-masing 3.734
memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibanding
ton/tahun. Jenis pangan kudapan yang layak untuk
ubi kayu dan ubi jalar.
mengurangi penggunaan terigu adalah kue kering
Sebanyak 45,9% responden tidak terlalu almon, getuk, brownies, dan bolu kukus.
menuntut bentuk olahan, cukup direbus, dikukus atau
digoreng, tetapi sebagian (19-21%) mengharapkan
bentuk olahan berupa mi, beras sorgum, beras Model Pengembangan Diversifikasi Pangan
jagung, dan beras singkong. Responden lebih banyak
yang memilih rasa asli (70,3%), sedangkan sebagian Model pengembangan diversifikasi pangan di wilayah
lainnya memilih cita rasa pandan, stroberi, atau Bogor dengan konsumen karyawan Satuan Kerja
kombinasi. Untuk kandungan gizi, responden (Satker) Badan Libang Pertanian di wilayah Bogor
mengharapkan kandungannya minimal sama dengan adalah model alternatif-I, yakni bahan baku,
beras (39,3%), lebih baik dari beras (36,5%) atau pengolahan, teknologi, dan pemasaran ditangani oleh
sesuai dengan pangan pokok yang digunakan Badan Litbang Pertanian. Alternatif-I membutuhkan
(22,3%). Untuk bahan pangan kudapan pengganti infrastruktur seperti: (1) lahan seluas 6,60 ha untuk
terigu, responden cenderung memilih ubi kayu pengadaan bahan baku; (2) ruang kerja dan produksi;
(37,8%), ubi jalar (35,7%), sorgum (4,3%), dan (3) alat untuk menyediakan bahan baku, pengolahan,
hanjeli (1,9%), sedangkan yang memilih kombinasi dan transportasi; (4) modal awal untuk benih
hampir 16%. Dengan demikian, bahan kudapan dapat penyediaan bahan baku dan pengolahan; (5)
menggunakan ubi kayu yang diubah menjadi tepung kelembagaan pengelola; dan (6) instrumen berupa
ubi kayu atau Mocaf. law enforcement dan power enforcement. Dukungan

Beras jagung dan tepung mocaf untuk mendukung diversifikasi pangan.

Sosial Ekonomi dan Kebijakan


98 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
satker dan peranannya dalam pengembangan dilaksanakan oleh Sekwilda Jawa Barat; dan (2) perlu
program diversifikasi pangan adalah: (1) Badan ada pengelola khusus yang dibebaskan dari tugas
Litbang Pertanian sebagai penanggung jawab, administrasi, terutama pada unit vital seperti unit
pengarah, dan pengawas; (2) BB Biogen dan Balittro pengolahan, pemasaran, dan distribusi.
sebagai penyedia lahan 6,60 ha; (3) BBPMP sebagai
Dengan memerhatikan sifat produk yang
sumber teknologi alat pengolahan pangan; (4) BB
diprogramkan pada pengembangan diversifikasi
Pascapanen sebagai koordinator dan sumber
pangan, kedua model ini memungkinkan untuk
teknologi pengolahan pangan; (5) unit KP mem-
dilaksanakan. Titik kritis terletak pada penyediaan
produksi bahan baku pangan (sorgum, jagung, dan
lahan dan peralatan pengolahan bahan baku dan
ubi kayu); (6) unit pengolah bahan baku mengeringkan
pengolahan pangan itu sendiri.
dan sebagian mengolah menjadi beras sorgum,
jagung, dan ubi kayu; (7) unit showroom menyimpan
produk bahan pangan dan pangan jadi dan men- Pengembangan Model Kawasan
distribusikannya ke satker di sekitar Bogor; (8) seluruh Rumah Pangan Lestari
satker di wilayah Bogor selain memiliki peran utama
juga sebagai pasar untuk kegiatan rapat dan makan Luas lahan pekarangan Indonesia mencapai 10,3 juta
siang; dan (9) outlet, SKPD, serta tempat wisata hektare atau 14% dari luas lahan pertanian. Lahan
sebagai alternatif pengembangan pasar. pekarangan mempunyai berbagai fungsi, antara lain
Pada model alternatif-II, bahan baku dan melestarikan sumberdaya alam dan lingkungan,
pengolahan ditangani oleh pihak swasta (pemasok), mengonservasi plasma nutfah, serta fungsi ekonomi,
sedangkan teknologi dan pemasaran ditangani oleh sosial, dan estetika. Namun, umumnya masyarakat
Badan Litbang Pertanian. Alternatif-II memerlukan belum memanfaatkan lahan pekarangan secara
dukungan infrastruktur seperti: (1) ruang kerja; (2) optimal. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk
alat dan sarana transportasi; (3) modal awal untuk komoditas pangan lokal dan komoditas yang bernilai
pembelian pangan jadi; (4) kelembagaan pengelola; ekonomi tinggi dapat mencukupi sebagian kebutuhan
dan (5) instrumen berupa law enforcement dan pangan, menghemat pengeluaran, dan meningkatkan
power enforcement. Dukungan satker dan peranan pendapatan rumah tangga. Pada tahun 2011 Badan
utamanya dalam pengembangan program diversifi- Litbang Pertanian mengembangkan pemanfaatan
kasi pangan adalah: (1) Badan Litbang Pertanian lahan pekarangan melalui Model Kawasan Rumah
sebagai penanggung jawab, pengarah, dan Pangan Lestari (M-KRPL). Pengembangan M-KRPL
pengawas; (2) BBPMP sebagai sumber teknologi alat diinisiasi di Dusun Jelok, Desa Kayen, Kabupaten
pengolahan pangan; (3) BB Pascapanen sebagai Pacitan, Jawa Timur. Berkaitan dengan hal tersebut,
koordinator dan sumber teknologi pengolahan PSE-KP melakukan penelitian untuk mengevaluasi
pangan; (4) unit showroom berfungsi sebagai dampak pengembangan M-KRPL terhadap kesejah-
pengadaan pangan, menyimpan produk bahan teraan rumah tangga dan ekonomi di perdesaan.
pangan dan pangan jadi yang siap didistribusikan ke Hasil evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan M-
satker di sekitar Bogor; (5) seluruh satker di wilayah KRPL menunjukkan tahapan pengembangan M-KRPL
Bogor selain memiliki peran utama juga sebagai pasar perlu melalui proses sosial yang matang. Kelem-
untuk kegiatan rapat dan makan siang; dan (6) outlet, bagaan pengelola KRPL belum terbentuk sehingga
SKPD, serta tempat wisata sebagai alternatif distribusi bantuan menggunakan kelembagaan
pengembangan pasar baru. pemerintah di tingkat lokal (RT, RW/Kepala Dusun,
Untuk menjalankan model alternatif-II perlu ada dan pamong desa). Pembinaan melalui pendekatan
penekanan kegiatan, di antaranya: (1) pengawasan individual dan kelompok perlu diperkuat dalam
dan kontrol secara rutin dari pimpinan pusat terhadap meningkatkan partisipasi masyarakat. Introduksi lebih
pelaksanaan kegiatan tiap bulan, seperti yang mengarah melalui budaya material, menggunakan

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


99
teknologi atau intensifikasi sebagai entry point, namun Dampak M-KRPL terhadap tingkat pendapatan
masih lemah dalam pengembangan kelembagaan rumah tangga relatif masih kecil dan bervariasi sesuai
dan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. luas lahan pekarangan. Sumbangan lahan pekarang-
Kelembagaan pengelola M-KRPL harus segera an terhadap total pendapatan rumah tangga setelah
dikembangkan melalui kelembagaan lokal yang telah menerapkan M-KRPL mencapai 6,8%. Untuk
ada. Kelembagaan pendukung perlu dikembangkan pekarangan dengan luas < 100 m2, sumbangannya
dan mengintegrasikan M-KRPL dengan program- terhadap pendapatan berkisar antara 1-4%. Peka-
program pembangunan pertanian dan pemberdayaan rangan dengan luas 100-300 m2 memberi sumbangan
masyarakat pada pemerintah daerah. pendapatan 4-8%, dan yang luasnya lebih dari 300
m2 (kategori luas) berkisar antara 8-15%.

Dampak M-KRPL Dampak M-KRPL terhadap pengembangan


ekonomi produktif di perdesaan masih terbatas,
Pengembangan M-KRPL memberikan dampak positif dalam bentuk usaha pembibitan, pengolahan hasil
terhadap pola konsumsi pangan dan pola pangan pertanian, dan usaha dagang. Untuk meningkatkan
harapan (PPH). Melalui M-KRPL, skor PPH meningkat nilai tambah umbi-umbian, masyarakat telah me-
dari 65,6% menjadi 77,5% atau sudah di atas target ngembangkan pengolahan tepung ubi kayu dan garut,
PPH Kabupaten Pacitan 2012-2014, namun masih di pembuatan keripik pisang, mbote, dan ubi kayu,
bawah target 2015 sebesar 80,9%. serta susu kedelai. Produksi cabai rawit dipasarkan
Kontribusi produksi yang bersumber dari lahan ke luar wilayah kabupaten, seperti Wonogiri, Gunung
pekarangan terhadap total konsumsi rumah tangga Kidul, dan Ponorogo.
berkisar antara 1-15% atau rata-rata 6,8%. Kontribusi
terbesar secara berturut-turut adalah dari sayuran,
umbi-umbian, ternak, dan buah-buahan. Penerapan
M-KRPL dapat mengurangi pengeluaran rumah tangga
untuk konsumsi pangan, berturut-turut untuk sayuran,
umbi-umbian, produk ternak (telur), dan ikan.

Pengembangan M-KRPL untuk mendukung penyediaan pangan keluarga secara lestari.

Sosial Ekonomi dan Kebijakan


100 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pengembangan M-KRPL fasilitatif. Pola kedua, kelembagaan secara terpadu
dari hulu hingga hilir dikelola PKK dan kelompok dasa
Ke depan, pengembangan M-KRPL dapat meng- wisma, dengan melibatkan Koperasi Wanita
gunakan dua pola. Pola pertama, secara integratif (KOPWAN) sebagai lembaga keuangan dan unit
melibatkan beberapa kelembagaan, seperti gapoktan pemasaran dari produk-produk yang dihasilkan oleh
untuk memasok sarana produksi (bibit, pupuk, dan petani peserta M-KRPL. Membangun kelembagaan
obat-obatan) dan pemasaran hasil, PKK dan kemitraan usaha yang bersifat saling membutuhkan,
kelompok dasa wisma untuk mengelola M-KRPL, saling memperkuat dan saling menguntungkan antara
serta kelembagaan pemerintah pusat, daerah, petani dan perusahaan pengolah hasil pertanian juga
maupun desa yang berfungsi dalam mediasi dan sangat penting.

Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


101
Inovasi Spesifik Lokasi
Inovasi pertanian spesifik lokasi merupakan salah satu
komponen penting dalam pembangunan pertanian. Adanya
respons terhadap perubahan strategi pembangunan pertanian
nasional, menuntut ketersediaan inovasi pertanian yang
semakin meningkat. Dengan demikian, Balai Besar Pengkajian
dan Pengembangan Teknologi Pertanian sebagai institusi yang
mendapat tugas untuk melaksanakan pengkajian dan
pengembangan teknologi pertanian, memiliki ruang yang besar
untuk berkiprah dalam mendukung pembangunan pertanian.
Kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian
tersebut dilaksanakan di 31 Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) dan dua Loka Pengkajian Teknologi Pertanian
(LPTP) di Sulawesi Barat dan Kepulauan Riau, untuk mendukung
pencapaian empat target sukses Kementerian Pertanian.

Inovasi Spesifik Lokasi


102 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Percepatan Adopsi Varietas Unggul an petani dalam berusaha tani padi, luas lahan, dan
Baru Padi Sawah dan Padi Rawa intensitas ke lahan sawah. Faktor penghambat adopsi
adalah benih kurang tersedia (49,34% responden),
Pengganti IR64 dan Ciherang
pemeliharaan VUB lebih sulit (42,11% responden),
dan harga benih lebih mahal dibanding benih lokal
Dalam rangka mendukung Program Peningkatan
(61,18% responden). Faktor-faktor yang mendorong
Produksi Beras Nasional (P2BN), BPTP Bengkulu
petani menggunakan VUB adalah penggunaan pupuk
melaksanakan pengkajian dan introduksi VUB padi
lebih sedikit, umur tanaman lebih genjah, produk-
sehingga petani tidak lagi menanam varietas unggul
tivitas lebih tinggi, tahan terhadap OPT, penampakan
lama, varietas lokal, atau VUB secara terus-menerus,
gabah lebih baik, dan daya adaptasi baik.
seperti IR64 dan Ciherang. Mengingat karakteristik
petani yang beragam maka pemahaman terhadap Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
karakteristik mereka merupakan suatu keharusan meningkatkan produktivitas dan produksi padi di
dalam mengintroduksikan inovasi teknologi. Kepu- Bengkulu adalah penggunaan VUB yang memiliki
tusan petani dalam memilih teknologi yang akan potensi hasil tinggi dan benihnya tersedia. Untuk
diterapkan, selain dipengaruhi pandangannya ter- mempercepat adopsi VUB padi, kegiatan diseminasi
hadap risiko usaha, juga akan ditentukan oleh seperti demfarm, visitor plot, dan M-P3MI perlu
ketersediaan sumberdaya petani dan kelembagaan dikembangkan di setiap kabupaten, khususnya di
pendukung yang ada di perdesaan. sentra produksi padi.

Pengkajian dilaksanakan di enam kabupaten


dengan jumlah responden 152 petani. Hasil peng- Pengembangan Varietas Unggul
kajian menunjukkan 118 petani (77,63%) telah
Padi dengan Hasil Tinggi dari Ratun
menggunakan VUB padi. Sebanyak 139 petani
(91,45%) memiliki persepsi yang baik terhadap VUB
padi. Hal ini berarti tidak semua petani yang memiliki Produktivitas padi di lahan pasang surut dapat
persepsi baik terhadap VUB menggunakan VUB di ditingkatkan antara lain dengan memanfaatkan
lahan mereka. Kondisi ini dipengaruhi oleh pengalam- tanaman ratun, yaitu tunggul tanaman padi yang

Hamparan padi varietas unggul baru di lahan pasang surut


Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah.

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


103
tumbuh kembali setelah dipanen. Teknologi ini telah Caplak Beroda untuk Pertanaman
dikenal masyarakat, khususnya di lahan pasang surut Padi
pada usaha tani padi lokal. Namun, petani hanya
melakukannya seadanya dengan membiarkan
Caplak yang biasa digunakan petani dalam menanam
tanaman tumbuh kembali setelah dipanen dan
padi belum optimal. Oleh karena itu, dirancang caplak
memanennya jika ratun telah siap dipanen. Perbaikan
beroda untuk mempermudah dan mempercepat
teknologi budi daya ratun dengan menggunakan
pembuatan garis tanam padi pada lahan sawah
varietas unggul, pemupukan, pengaturan tinggi
sehingga menghemat tenaga kerja. Ukuran diameter
pemotongan, dan pemberian air dapat meningkatkan
roda 19,1 cm dan jarak antarroda 20 cm dan 40 cm,
hasil panen.
yang akan membentuk pola garis tanam padi (20 cm
Hasil pengkajian di lahan pasang surut tipe B di x 20 cm) x 40 cm sesuai rekomendasi pada
Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah dengan penanaman yang optimal. Tangkai caplak beroda
menggunakan varietas IR42, Batanghari, Ciherang, dapat digeser 10-12 cm sehingga sejajar dengan roda
Intani-2, dan Batang Samo menunjukkan, varietas untuk membentuk lorong.
Batang Samo yang dipupuk setengah dari dosis
Keunggulan caplak beroda dibandingkan dengan
tanaman utama menghasilkan gabah total dari ratun
caplak biasa yaitu: (1) menghemat tenaga kerja untuk
tertinggi (rata-rata 127,11 butir/malai), meskipun
pembuatan pola garis tanam hingga 50%, seperti yang
tidak berbeda dengan varietas Ciherang dan IR42.
diterapkan petani di Kabupaten Seluma; biaya mem-
Pemberian pupuk seperempat dosis tanaman utama
buat garis tanam menurun dari Rp400.000 menjadi
pada varietas Batang Samo menghasilkan gabah total
Rp200.000 bila menggunakan caplak beroda; (2)
dan gabah isi terendah. Sebaliknya varietas Intani-2
membentuk pola garis tanam padi untuk sistem
yang dipupuk stengah dosis tanaman utama meng-
legowo 4:1 dengan jarak tanam dalam barisan
hasilkan gabah total dan gabah isi terendah, tetapi
maupun antarbarisan yang lurus; (3) bidang tanam
bila dipupuk seperempat dosis tanaman utama,
tidak terinjak pada saat pembuatan garis tanam
menghasilkan gabah total dan gabah isi tertinggi. Hal
sehingga mempermudah penanaman; (4) sesuai
tersebut mengindikasikan ratun varietas Batang Samo
digunakan pada petakan sawah yang luas maupun
responsif terhadap takaran pemupukan lebih tinggi,
sempit dan berkelok; dan (5) menggunakan sistem
sedangkan ratun varietas Intani-2 lebih respons
terhadap dosis pemupukan rendah
Fase pertumbuhan tanaman ratun pada semua
varietas lebih pendek dibandingkan tanaman utama.
Rata-rata selisih antara umur berbunga dan umur
panen hanya 27,30 hari. Keluarnya tunas ratun sering
diikuti keluarnya bunga sehingga ratun hanya
mengalami dua fase pertumbuhan, yaitu fase
reproduktif dan pemasakan.
Usaha tani padi dengan sistem ratun melalui
pengelolaan pemupukan dan air layak diusahakan di
lahan pasang surut. Penerapan teknologi ini mampu
memberikan tambahan pendapatan Rp7.022.500/ha
untuk ratun yang diberi pupuk setengah dosis tanaman
utama dan Rp6.287.250/ha untuk ratun yang dipupuk Caplak beroda mempermudah dan
seperempat dosis tanaman utama, dengan nilai MBCR mempercepat pembuatan garis tanam pada
masing-masing 11,4 dan 13,9. lahan sawah.

Inovasi Spesifik Lokasi


104 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
bongkar-pasang sehingga menghemat tempat Hasil pengkajian di Jawa Tengah menunjukkan,
penyimpanan dan mudah dibawa. Penerapan tekno- penerapan PTT meningkatkan produksi dan produk-
logi caplak beroda mempermudah dan mempercepat tivitas kedelai masing-masing 39% dan 30%, dengan
petani untuk mengadopsi sistem tanam legowo 4:1 kontribusi SL-PTT terhadap produktivitas sebesar
yang memiliki populasi tanaman optimal, sehingga 569,65 kg/ha. Kenaikan produksi dan produktivitas di
berpotensi meningkatkan hasil padi. Jarak tanam yang Nusa Tenggara Barat (NTB) masing-masing 33,7%
tepat menjadikan pertanaman lebih teratur sehingga dan 21,7%, dengan kontribusi SL-PTT 498,67 kg/ha.
mempermudah pembuatan petak ubinan guna Di Jawa Tengah, total biaya adopsi yang harus
memperkirakan hasil padi. dikeluarkan petani sekitar Rp1.174,54/kg sedangkan
di NTB Rp1.050,68/kg. PTT juga mampu memberikan
keuntungan usaha tani yang cukup menarik, yang
Kontribusi SL-PTT Kedelai terhadap ditunjukkan oleh nilai B/C di Jawa Tengah dan NTB
Peningkatan Produksi berturut-turut 1,21 dan 1,34, serta MBCR masing-
masing 3,73 dan 4,55. Dengan demikian, usaha tani
Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman kedelai dengan menerapkan PTT layak untuk di-
Terpadu (SL-PTT) kedelai sudah berjalan tiga tahun kembangkan.
dan terbukti mampu memacu peningkatan produk- Tingkat pengetahuan dan penerapan petani
tivitas kedelai nasional. Namun, pelaksanaan SL-PTT terhadap komponen teknologi PTT tergolong tinggi,
memerlukan kondisi dan persyaratan pendukung. khususnya pada komponen teknologi utama. Faktor
Unsur “bantuan” masih belum dapat dilepaskan dari utama yang mendorong petani menerapkan PTT yaitu
pendekatan ini, khususnya penyediaan sarana teknologinya diyakini meningkatkan hasil, mudah
produksi dan biaya pelatihan. diterapkan, dan sudah tersedia. Tingkat adopsi PTT

SL-PTT kedelai di Nusa Tenggara Barat dengan peningkatan hasil 21,7% atau rata-rata 0,5 t/ha
dibanding non-SL-PTT.

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


105
berkaitan erat dengan karakteristik petani. Di Jawa Sistem Usaha Tani Kedelai pada
Tengah, variabel yang berpengaruh positif dan Lahan Kering dan Sawah
signifikan terhadap adopsi semua komponen teknologi
PTT adalah tingkat pendidikan formal, sedangkan di
Salah satu wilayah pengembangan kedelai di
NTB adalah tingkat pendidikan formal, umur, dan
Indonesia adalah Provinsi Banten dengan potensi
frekuensi mengikuti pembelajaran sekolah lapang.
lahan sawah 134.558 ha dan lahan kering 9.000 ha,
Kelembagaan kelompok tani, penyuluh, dan pengamat
sedangkan yang baru dimanfaatkan 4.975 ha dengan
hama memiliki kontribusi terbesar dalam memper-
produktivitas 1,10-1,38 t/ha. Pengembangan kedelai
kenalkan dan mendorong petani menerapkan inovasi
di lahan kering dihadapkan pada kondisi tanah yang
PTT.
kurang subur, kemasaman tanah tinggi, kandungan
Penyelenggaraan SL-PTT di kedua lokasi cukup aluminium tinggi, bahan organik rendah, ketersediaan
baik dan memberi kontribusi terhadap peningkatan hara N, P, K, Ca, dan Mg rendah, serta kemampuan
produksi. Namun ke depan, berbagai upaya perbaikan tanah mengikat air juga rendah. Masalah tersebut
perlu dilakukan, yang meliputi: (1) pemilihan CP-CL dapat diatasi melalui penerapan teknologi ameliorasi
sebagai salah satu faktor kunci terselenggaranya lahan, seperti penggunaan pupuk organik dan pupuk
sekolah lapang harus dilakukan dengan baik; (2) hayati, pemupukan sesuai status hara tanah, dan
pembelajaran perlu dilakukan secara optimal dengan penggunaan kapur. Di lahan sawah setelah padi,
pendampingan intensif dari penyuluh lapangan; (3) permasalahannya lebih kompleks terkait dengan
adopsi PTT setelah selesai mengikuti sekolah lapang tingginya kejenuhan air, kepadatan tanah dan struktur
perlu diungkap untuk mengetahui keberlanjutannya; tanah, pengendalian lengas tanah, pengelolaan hara,
dan (4) pemahaman bahwa PTT merupakan pengendalian OPT, dan penanganan pascapanen yang
“program bagi-bagi bantuan” memengaruhi kemauan harus tepat. Berdasarkan keadaan tersebut BPTP
petani dalam mengadopsi teknologi, khususnya Banten melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi
varietas unggul baru, pupuk, dan obat-obatan, kondisi biofisik lahan serta mengetahui daya adaptasi
termasuk keberlanjutan adopsinya setelah sekolah dan produktivitas beberapa varietas unggul kedelai
lapang berakhir.

Kedelai varietas Burangrang mampu berproduksi 1,7 t/ha di lahan kering.

Inovasi Spesifik Lokasi


106 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
pada lahan sawah dan lahan kering di Kabupaten rata 40,1 cm). Produktivitas kedelai di lahan sawah
Lebak dan Serang. juga lebih tinggi dibandingkan dengan di lahan kering.
Rata-rata produktivitas varietas Anjasmoro di lahan
Varietas unggul kedelai yang dikaji yaitu
sawah adalah 2,79 t, Argomulyo 2,83 t, Grobogan
Anjasmoro, Argomulyo, Grobogan, Burangrang, Wilis,
1,56 t, Burangrang 2,65 t, Detam-1 2,05 t, dan Wilis
dan Detam-1. Setiap lokasi memiliki 24 petak
2,88 t/ha. Pada lahan kering, varietas Anjasmoro
percobaan dengan ukuran plot 4 m x 5 m dan jarak
mampu berproduksi 1,60 t, Argomulyo 1,30 t,
tanam 40 cm x 15 cm. Lahan diberi kapur 1,5 t, pupuk
Grobogan 0,76 t, Burangrang 1,70 t, Detam-1 1,26 t,
organik 2 t, urea 50 kg, SP-36 75-100 kg, dan KCl
dan Wilis 2,14 t/ha. Secara keseluruhan, produktivitas
50-75 kg/ha.
kedelai di lahan sawah berkisar antara 1,56-2,88 t/
Pertumbuhan tanaman dan hasil kedelai sangat ha (rata-rata 2,46 t/ha), sedangkan di lahan kering
ditentukan oleh faktor agroklimat (tanah dan iklim), 0,76-2,14 t/ha (rata-rata 1,51 t/ha).
genetik, dan pengelolaan tanaman. Kedelai akan
berproduksi optimal jika ditanam pada tanah yang
gembur, lapisan olah dalam, kandungan bahan Inovasi Teknologi Pembuatan Cabai
organik sedang-tinggi, hara makro dan mikro cukup, Kopay Blok
pH 5,5-6,5, dan kelembapan tanah cukup. Lahan
kering di Kabupaten Lebak bersifat agak masam
Produksi cabai merah, termasuk cabai kopay di
dengan pH 4,3, sedangkan pada lokasi lainnya pH
Sumatera Barat terus meningkat dari 13.458 ton pada
berkisar antara 6,0-6,3. Kandungan N pada lahan
tahun 2005 menjadi 41.243 ton pada 2010. Sebagian
sawah dan lahan kering berkisar antara 0,12-0,13
besar cabai diperdagangkan di pasar dalam negeri
mg/100 g, lebih tinggi dibandingkan dengan Kabu-
dalam bentuk cabai segar. Hal ini menyebabkan daya
paten Serang yang hanya 0,03-0,07 mg/100 g.
saing komoditas cabai menjadi rendah. Dibandingkan
Kandungan hara P lahan sawah 109-135 mg/100 g,
dengan produk segar, produk olahan cabai mampu
lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kering (27-
memberi nilai tambah hingga 80%. Beberapa bentuk
31 mg/100 g). Hara K tertinggi terdapat pada lahan
olahan cabai yaitu cabai giling dalam kemasan, cabai
sawah di Lebak, yakni 102 mg/100 g, sedangkan
tablet/blok, saos cabai, cabai kering, cabai bubuk,
lokasi lainnya relatif sama yaitu 31-42 mg/100 g.
dan manisan cabai.
Daya tumbuh benih kedelai di lahan sawah Lebak
Cabai blok dibuat dari cabai giling kering dengan
berkisar antara 91,9-96,9%. Hasil tertinggi diper-
perlakuan tertentu dan ditambahkan beberapa jenis
lihatkan oleh varietas Wilis dan terendah pada varietas
bahan pengisi (filler) untuk menghasilkan tekstur yang
Anjasmoro. Di lahan sawah Serang, daya tumbuh
benih berkisar antara 82,8-91,7% dengan hasil
tertinggi pada varietas Wilis dan terendah pada
varietas Detam-1. Pada lahan kering di Lebak, daya
tumbuh benih berkisar antara 76,7-96,7%, dengan
hasil tertinggi pada varietas Wilis dan terendah pada
varietas Grobogan, sedangkan di Serang daya tumbuh
benih 76,4-87,4% dengan hasil tertinggi pada varietas
Anjasmoro dan terendah pada varietas Burangrang.
Pertumbuhan tanaman pada lahan sawah lebih
baik dibanding pada lahan kering. Tinggi tanaman
kedelai pada umur 42 hari setelah tanam (HST) di
lahan sawah Lebak berkisar antara 38-59 cm (rata- Cabai kopay blok dalam kemasan.
rata 48,3 cm) dan pada lahan kering 33-61 cm (rata-

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


107
kompak. Beberapa jenis pengisi yang dimanfaatkan Rp750 ribu/ha untuk pemangkasan dan penebangan
dalam industri pengolahan pangan adalah gum arab, batang utama kakao bila tanaman sambung samping
CMC, maizena, dan tapioka. Maizena merupakan sudah tumbuh baik. Ketiga, melakukan intensifikasi
bahan pengisi terbaik untuk pengolahan cabai kopay pertanaman yang kurang produktif melalui penerapan
blok. Untuk tekstur yang lebih padat, gum arab adalah teknik budi daya standar dan bantuan langsung Rp1
yang terbaik karena tekstur cabai blok lebih rekat dan juta/ha dalam bentuk saprodi dan benih tanaman
padat. Untuk kemudahan rehidrasi, maizena mem- pangan untuk ditanam selama tanaman kakao masih
buat cabai kopay blok lebih mudah direhidrasi dan muda.
terlarut.
Di wilayah Kabupaten Kolaka, bantuan Program
Analisis ekonomi pengolahan cabai kopay blok Gernas Kakao hanya untuk sambung samping karena
memperoleh nilai R/C 1,56, artinya pengolahan dapat sebagian besar tanaman kakao sudah tua, lebih dari
meningkatkan nilai tambah 56% dari penjualan cabai 15 tahun. Dengan adanya Program Gernas Kakao dan
segar. Dengan demikian, usaha cabai blok berpotensi dukungan program PUAP, petani secara konsisten
dikembangkan sebagai industri rumah tangga untuk menerapkan lima komponen teknologi, yaitu sambung
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya samping, entres klon unggul, penggunaan pohon
petani cabai. pelindung, pemupukan NPK, dan pengendalian OPT.
Penerapan teknologi tersebut meningkatkan produk-
tivitas tanaman kakao dari 250 kg menjadi 500-750
Dukungan Program PUAP pada kg/ha. BLM PUAP dapat membantu petani dalam
Peremajaan Tanaman Kakao penyediaan sarana produksi seperti pupuk dan
pestisida. Ini mengindikasikan BLM PUAP berperan
Untuk meningkatkan produktivitas kakao, sejak tahun dalam adopsi teknologi pertanian, khususnya pada
2008 pemerintah melaksanakan Gernas Kakao melalui tanaman kakao.
tiga program utama. Pertama, melakukan peremaja-
an pertanaman kakao yang rusak dengan klon unggul
baru dengan bantuan dana Rp1 juta/ha untuk Perbaikan Manajemen Kandang
penebangan dan pembongkaran tunggul pohon. untuk Pembibitan Sapi Bali
Kedua, melakukan rehabilitasi pertanaman yang
produktivitasnya rendah melalui sambung samping. Sapi bali memberi kontribusi cukup besar terhadap
Untuk kegiatan ini, petani mendapat bantuan dana industri sapi potong di Nusa Tenggara Barat dan

Peremajaan tanaman kakao dengan sambung samping.

Inovasi Spesifik Lokasi


108 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
kawasan timur Indonesia. Upaya meningkatkan Di Pulau Lombok terdapat 775 kandang kompleks
produktivitas sapi bali sangat penting dalam rangka yang dapat dikembangkan menjadi basis produksi
mendukung program swasembada daging sapi dan bibit sapi bali. Penelitian kolaborasi antara ACIAR,
meningkatkan pendapatan peternak. Sapi bali telah Fakultas Peternakan Universitas Mataram, dan BPTP
beradaptasi dengan kondisi peternakan skala kecil di NTB bekerja sama dengan peneliti dari University of
kawasan timur Indonesia dan memberi kontribusi Queensland, Department of Primary Industries dan
nyata terhadap penghasilan peternak. CSIRO Sustainable Ecosystems Australia pada 36
kandang kompleks di Kabupaten Lombok Tengah.
NTB merupakan salah satu dari empat daerah
Penelitian kolaborasi ini telah menghasilkan teknologi
sumber sapi bali. Keunggulan sapi bali asal NTB antara
“Posyandu Sapi Bali”. Teknologi tersebut dapat
lain adalah bebas penyakit strategis dan potensi
meningkatkan produktivitas sapi bali, antara lain
produktivitasnya tinggi. Permintaan bibit sapi bali asal
angka kelahiran 86,7%, bobot lahir 16 kg, bobot sapih
NTB terus meningkat, namun ketersediaan bibit
90 kg, tinggi gumba umur 12 bulan lebih dari 110
semakin terbatas.
cm, dan pedet yang lahir sesuai dengan ciri-ciri sapi

Kelompok kandang kompleks Putri Bekekem di Lombok Tengah, NTB (kiri) dan kandang perkawinan
yang terletak di dalam kandang kelompok untuk pejantan sapi bali terseleksi (kanan).

Pejantan sapi bali terseleksi (kiri) dan pedet sapi bali hasil penerapan teknologi posyandu sapi bali
(kanan).

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


109
bali. Sapi bali dari NTB berpotensi untuk mencapai meningkatkan carrying capacity menjadi lebih dari
standar SNI pada umur yang lebih muda. Sapi betina 20 UT/ha. Oleh karena itu, BPTP Sulawesi Utara
umur 12 bulan memiliki tinggi gumba rata-rata 110 melakukan pengkajian untuk memperluas penyebaran
cm, lebih tinggi dari standar SNI untuk ternak betina PpM pada sentra produksi sapi, mempercepat adopsi
umur 18-24 bulan dengan tinggi gumba 105 cm. Untuk inovasi hijauan pakan berproduksi dan bermutu tinggi,
mempercepat adopsi, digunakan slogan “3 S” (Satu dan mengkaji adaptasi PpM di lingkungan baru.
Induk, Satu Anak, Satu Tahun). Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Minahasa dan
Bolaang Mongondow pada empat lokasi di wilayah
Selanjutnya BPTP NTB melakukan penelitian
padat populasi sapi.
perbaikan manajemen kelembagaan kandang
kompleks di Kabupaten Lombok Tengah dengan Lahan untuk penanaman diolah sempurna dan
melibatkan 235 peternak. Penelitian menghasilkan setek PpM dua buku ditanam dengan jarak 50 cm x
inovasi manajemen kelembagaan kandang kompleks 100 cm. Penyiangan sesuai kebutuhan, pemupukan
untuk memproduksi bibit sapi bali, model perbibitan P dan K pada 14 HST dan 6 bulan kemudian dengan
sapi bali berbasis masyarakat, aktivitas kelompok yang dosis masing-masing 100 kg/ha. Pupuk urea 200 kg/
terkait dengan pembibitan sapi bali, data adopsi, ha diberikan pada 30 dan 45 HST dan pada setiap
kinerja, dan dampak penerapan teknologi “Posyandu
Sapi Bali”.
Semua kelembagaan kandang kompleks telah
melakukan pencatatan tanggal perkawinan dan
penimbangan bobot lahir, yang merupakan aktivitas
dasar dalam pembibitan sapi bali. Semua peternak
mengadopsi teknologi “Posyandu Sapi Bali” dan
mendapat pedet setiap 12 bulan sehingga berpotensi
menjual sapi setiap tahun. Mereka sebelumnya
memperoleh pedet dua ekor dalam tiga tahun. Rata-
rata bobot lahir pedet 16,7 kg dan pedet mencirikan
khas sapi bali. Kelembagaan dipergunakan oleh Dinas
Peternakan Provinsi NTB untuk melaksanakan
program-programnya, seperti penyelamatan sapi
betina produktif. Pemerintah Provinsi NTB juga
menggunakan teknologi “Posyandu Sapi Bali” sebagai
komponen program NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS).

Introduksi Tanaman Pakan Unggul


Pennisetum purpureum di Sentra
Sapi Potong

Di perdesaan Sulawesi Utara, hanya 30% vegetasi


pastura alam yang sesuai untuk pakan sapi,
selebihnya berupa gulma. Carrying capacity pastura
alam di Sulut hanya 1-2 unit ternak (UT) sapi per Pastura alam di bawah tegakan tanaman
hektare. Introduksi tanaman pakan unggul kelapa (atas) dan penanaman rumput unggul
Pennisetum purpureum Schum cv Mott (PpM) dapat di bawah tegakan tanaman kelapa (bawah).

Inovasi Spesifik Lokasi


110 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
pemotongan. Pemotongan pertama pada 75 HST dan sumber pakan ternak. Produksi pelepah kelapa sawit
selanjutnya dengan interval 45 hari. Tinggi pemotong- cukup melimpah, berkesinambungan, dan tidak
an 5 cm dari permukaan tanah. bersaing dengan kebutuhan manusia.
Keragaan PpM bervariasi antarlokasi pada panen Pengkajian sistem integrasi sapi dengan kelapa
pertama. Pemotongan pertama pada umur 75 HST sawit (SISKA) dilaksanakan pada kelompok ternak
menghasilkan pakan segar 4,69 kg/rumpun. Dengan Ingin Jaya, Desa Alue Nyamuk Kecamatan Birem
populasi 20.000 tanaman/ha dikurangi 20% tidak
efektif (menjadi hanya 16.000 tanaman), potensi hasil
pada panen pertama adalah 75.040 kg/ha. Dengan
jarak pemotongan 45 hari, dalam setahun rumput
dapat dipanen 8,3 kali sehingga hasil pakan segar
per tahun adalah 600.320 kg/ha. Jika ternak
mengonsumsi pakan segar 40 kg/ekor/hari maka
carrying capacity PpM per hektare pada lahan di
bawah tegakan kelapa adalah 41,11 ST.
Kombinasi pupuk Ponska 300 kg dan urea 100
kg/ha menghasilkan hijauan pakan 4,69 kg/rumpun
dengan carrying capacity 41,12 ST/ha. Kandungan
gizi bagian daun jauh lebih tinggi daripada bagian
batang, terutama protein dan energi.
Introduksi PpM dengan pendekatan agro-
ekosistem dan agribisnis telah memperluas penyebar-
an dan pengembangannya. Pemanfaatan PpM akan
mendorong agribisnis sapi potong di tingkat desa pada
kabupaten sentra produksi sapi. Introduksi PpM yang
diikuti dengan kegiatan temu lapang yang dihadiri
pengambil kebijakan, petani, dan penyuluh memper-
cepat adopsi inovasi hijauan pakan unggul. Pada
tahun 2011, teknologi ini diadopsi oleh Dinas Pe-
ternakan setempat pada lahan 25 ha sebagai kebun
rumput unggul. Adaptasi tanaman pakan PpM
terhadap lingkungan pengembangan baru di Sulut
cukup tinggi sehingga mampu meningkatkan carrying
capacity lahan penggembalaan dari hanya 2 ST
menjadi lebih dari 30 ST/ha.

Pengembangan Usaha Ternak Sapi


Terintegrasi dengan Kelapa Sawit
Area kebun sawit yang dimanfaatkan untuk
Pendekatan usaha tani secara terintegrasi antara pemeliharaan sapi (atas), pencacahan pelepah
perkebunan kelapa sawit dan ternak merupakan salah sawit sebelum diberikan kepada ternak sapi
(tengah), dan pembuatan kompos dari sisa
satu alternatif pengembangan usaha peternakan
pakan dan kotoran sapi (bawah).
dengan memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


111
Bayeum Kabupaten Aceh Timur dengan mengguna- tenaga untuk mencari hijauan, terutama bagi peternak
kan 20 ekor sapi bali jantan umur 1,5-2,0 tahun, yang berada di daerah perkebunan kelapa sawit.
yaitu 10 ekor milik petani kooperator (menerapkan Pemanenan tandan buah sawit menyisakan pelepah
model SISKA) dan 10 ekor milik petani nonkooperator. yang berserakan di lahan sehingga pemanfaatan
Petani kooperator memelihara sapi di kandang, pelepah sebagai pakan sapi dapat mengurangi
sedangkan sapi petani nonkooperator dilepas di kebun masalah lingkungan.
sawit. Sapi petani kooperator memperoleh pakan
Di Sumatera Barat, menggunakan BIS sebagai
konsentrat berupa bungkil kelapa 1 kg dikombinasikan
pakan konsentrat lebih murah Rp500/kg dibanding
dengan dedak 2 kg/ekor/hari. Ternak juga mendapat
memakai dedak. BIS dapat dibeli dalam jumlah
hijauan berupa pelepah sawit dan rumput alam 10%
banyak dan disimpan. Untuk penggunaan solid
dari bobot badan serta pakan suplemen berupa
sebagai pakan, peternak hanya perlu membayar upah
mineral blok, vitamin, dan obat cacing.
muat sekitar Rp40-100/kg kepada pabrik, dan pabrik
Formula pakan konsentrat mengandung bahan sangat terbantu dalam mengurangi limbahnya.
kering 90,53%, kadar abu 11,04%, lemak 16,12%,
protein kasar 12,00%, dan serat kasar 26,76%
sehingga memenuhi kebutuhan gizi sapi potong untuk Penerapan Teknologi Usaha Tani
penggemukan. Penerapan model SISKA selama 90 Nilam di Lahan Kering
hari pada sapi milik petani kooperator menghasilkan
rata-rata pertambahan bobot badan harian 0,74 kg/ Sistem usaha tani lahan kering di Nanggroe Aceh
ekor, lebih tinggi dari bobot badan sapi milik petani Darussalam (NAD) masih belum tersentuh teknologi.
nonkooperator yang hanya 0,3 kg/ekor/hari. Keadaan ini diperburuk oleh kondisi lahan kering yang
Di Sumatera Barat, guna meningkatkan pro- memiliki tingkat kemasaman tinggi, miskin bahan
duktivitas sapi potong, BPTP Sumatera Barat meng- organik, didominasi tanah podsolik merah kuning, dan
introduksikan pakan berbasis hasil ikutan (limbah) curah hujan tinggi.
perkebunan kelapa sawit, yaitu pelepah, bungkil inti
sawit (BIS), dan solid. Selain meningkatkan
produktivitas dan reproduksi sapi lokal, peternak juga
mendapat keuntungan dalam hal efisiensi biaya,
waktu, dan tenaga. Demonstrasi teknologi di Pasaman
Barat menunjukkan, pemberian 2 kg bungkil sawit, 2
kg pelepah sawit, dan rumput pada sapi lokal segar
menghasilkan pertambahan bobot badan 0,6 kg/ekor/
hari, jauh lebih tinggi dibanding yang hanya diberi
rumput (0,2 kg/ekor/hari) atau 2 kg bungkil sawit
dan rumput segar (0,4 kg/ekor/hari).
Satu hektare kebun sawit mampu menyediakan
pelepah 6-7 t/ha/tahun. Pelepah sawit dapat
menggantikan rumput 50% karena kandungan gizinya
hampir sama dengan rumput segar. Sebaiknya
pelepah sawit diberikan bersama bungkil inti sawit
atau lumpur sawit (solid).
Selain meningkatkan produktivitas, mengguna-
kan pelepah sawit sebagai pengganti hijauan lebih Varietas unggul nilam Sidikalang.
efisien dari segi biaya serta menghemat waktu dan

Inovasi Spesifik Lokasi


112 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pertanaman nilam umumnya diusahakan secara 40,48 cm, diameter kanopi 83,28 cm, dan jumlah
tradisional hingga semiintensif sehingga produk- cabang 14,50 buah, sedangkan untuk pola petani,
tivitasnya rendah karena petani belum menggunakan tinggi tanaman 39,30 cm, diameter kanopi 64,70 cm,
teknologi budi daya yang tepat. Produktivitas dapat dan jumlah cabang 10,90 buah.
ditingkatkan dengan menggunakan varietas unggul,
penanaman pada daerah yang sesuai, pemupukan,
serta pengendalian hama dan penyakit. Berkaitan Model Kawasan Rumah Pangan
dengan hal tersebut, BPTP NAD melakukan pengkajian Lestari dan Pengembangannya ke
paket teknologi usaha tani nilam pola petani dan Seluruh Provinsi di Indonesia
teknologi introduksi.
Pengkajian dilaksanakan di lahan petani di Desa Luas lahan pekarangan secara nasional mencapai
Kuala Bakong, Kecamatan Sampoiniet, Kabupaten 10,3 juta ha atau 14% dari seluruh luas lahan per-
Aceh dengan melibatkan 10 petani kooperator pada tanian. Lahan seluas itu merupakan sumberdaya yang
lahan ± 1 ha, yaitu lima petani kooperator menerap- potensial untuk menyediakan bahan pangan yang
kan pola petani dan lima petani kooperator dengan bergizi dan bernilai ekonomi tinggi. Namun, umumnya
pola introduksi. Paket teknologi pola introduksi lahan pekarangan belum dimanfaatkan untuk mem-
meliputi varietas unggul Sidikalang, pupuk organik/ budidayakan aneka komoditas pertanian, khususnya
kompos 5 t, dolomit 2 t, urea 280 kg, SP-36 100 kg, sumber bahan pangan.
KCl 150 kg, dan NPK 150 kg/ha. Pola petani meng-
Pemanfaatan lahan pekarangan untuk usaha
gunakan varietas lokal, tanpa pupuk organik/kompos
berbagai komoditas kebutuhan keluarga (tanaman,
dan dolomit, urea 200 kg, SP-36 50 kg, dan KCl 100
ternak, dan ikan) telah berlangsung lama, khususnya
kg/ha.
di daerah perdesaan, dan masih berkembang hingga
Hasil pengkajian menunjukkan, pada umur dua kini meski ada berbagai pergeseran. Komitmen
bulan setelah tanam (BST) tinggi tanaman pada pola pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam
introduksi 25,75 cm, diameter kanopi 41,28 cm, dan mewujudkan kemandirian pangan dapat diaktualisasi
jumlah cabang 5,63 buah. Pada pola petani, tinggi dengan menggerakkan kembali budaya menanam di
tanaman 23,30 cm, diameter kanopi 26,70 cm, dan lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di
jumlah cabang 4,90 buah. Keragaan vegetatif tanaman perdesaan.
pada 4 BST untuk pola introduksi yaitu tinggi tanaman

Tanaman kangkung dan selada tumbuh baik ditanam di bambu yang ditata di pagar.

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


113
Penerapan RPL Strata 1 di Dusun Nogosari, Kayen, Pacitan (kiri) dan KRPL di Kelurahan Talang
Keramat, Banyuasin, Sumatera Selatan (kanan).

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman komoditas, skala usaha, maupun cara menata
obat keluarga (toga), tanaman pangan, hortikultura, tanaman, ternak, dan ikan.
ternak, ikan, dan lainnya selain dapat memenuhi
Pekarangan perkotaan dikelompokkan menjadi
kebutuhan keluarga, juga berpeluang menambah
empat, yaitu: (1) tanpa pekarangan (perumahan tipe
penghasilan rumah tangga apabila dirancang dan
21 dengan total luas lahan sekitar 36 m2); (2)
direncanakan dengan baik.
pekarangan sempit (perumahan tipe 36, luas lahan
Kementerian Pertanian pada akhir 2010 me- sekitar 72 m2); (3) pekarangan sedang (perumahan
nyusun suatu konsep yang disebut Kawasan Rumah tipe 45, luas lahan sekitar 90 m2); dan (4) pekarangan
Pangan Lestari (KRPL). KRPL adalah suatu himpunan luas (perumahan tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar
rumah yang mampu mewujudkan kemandirian 120 m2). Pekarangan perdesaan juga dibagi menjadi
pangan keluarga melalui pemanfaatan pekarangan. empat kelompok, yaitu: (1) pekarangan sangat
Hal tersebut ditujukan agar masyarakat dapat sempit (tanpa halaman); (2) pekarangan sempit
melakukan upaya diversifikasi pangan berbasis (<120 m2); (3) pekarangan sedang (120-400 m2);
sumberdaya lokal sekaligus melestarikan tanaman dan (4) pekarangan luas (> 400 m2).
pangan untuk masa depan, serta tercapai pula upaya
Pemilihan komoditas didasarkan pada kebutuhan
peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan
Badan Litbang Pertanian mendapat mandat dari pengembangannya secara komersial berbasis
Kementerian Pertanian untuk mengembangkan kawasan. Komoditas yang dapat diusahakan di
M-KRPL tersebut serta memberikan dukungan inovasi pekarangan antara lain adalah sayuran, toga, dan
teknologi dan bimbingan teknis ke seluruh provinsi di tanaman buah (pepaya, belimbing, jambu biji,
Indonesia. srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang lebih luas
dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak (unggas
Dalam menerapkan M-KRPL, perlu diperhatikan
maupun ruminansia kecil). Setiap KRPL harus me-
pengelompokan atau strata luas lahan pekarangan,
nentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan
penataan, pemilihan komoditas, dan pengembangan-
secara komersial, dilengkapi dengan kebun bibit untuk
nya. Pengelompokan KRPL dibedakan atas pekarangan
menjamin keberlanjutannya.
perkotaan dan perdesaan, baik untuk menetapkan

Inovasi Spesifik Lokasi


114 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
M-KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua membuat kandang ayam. Untuk pekarangan yang
elemen masyarakat dan instansi terkait di pusat luas, dapat dilengkapi kandang kambing, tanaman
maupun di daerah. Ketersediaan bibit juga akan umbi-umbian, dan tanaman naungan.
menentukan keberlanjutan KRPL. Oleh karena itu,
Awalnya program dikembangkan di Desa Kayen,
perlu dibangun kebun bibit desa (KBD) di setiap
Pacitan, Jawa Timur dengan melibatkan 30 kepala
kawasan. Pengaturan pola dan rotasi tanaman,
keluarga pada November 2010 lalu. Pada akhir 2011,
termasuk sistem integrasi tanaman dan ternak serta
M-KRPL telah diterapkan lebih dari 750 kepala
model diversifikasi juga perlu dirumuskan dengan
keluarga yang tersebar di empat kecamatan pada
tepat sehingga dapat memenuhi pola pangan ha-
sembilan desa di Pacitan. Program M-KRPL di Jawa
rapan dan memberikan kontribusi terhadap pen-
Timur telah berkembang di Kabupaten Pasuruan,
dapatan keluarga.
Mojokerto, Jombang, Sidoarjo, Malang, dan Kota
Unit percontohan M-KRPL dibangun di Dusun Malang. Konsep kebun bibit desa telah memberikan
Jelok, Desa Kayen, Kecamatan Pacitan, Kabupaten dampak yang luar biasa karena dapat menekan
Pacitan, Jawa Timur, yang dimulai pada Februari 2011. pengeluaran rumah tangga petani berkisar antara
Kelompok sasarannya dibagi menjadi tiga strata, yaitu Rp195.000-Rp715.000/bulan serta meningkatkan
rumah tangga berpekarangan sempit (<100 m2), indeks Pola Pangan Harapan (PPH) dari 76,3%
sedang (200-300 m2), dan luas (> 300 m2). Pada menjadi 83,3%.
rumah tangga berpekarangan sempit, contoh
Penerapan M-KRPL diperluas ke seluruh provinsi.
pengelolaan lahan pekarangan adalah dengan mena-
Pada tahun 2011, setiap BPTP di seluruh provinsi
nam sayuran secara vertikultur. Untuk rumah tangga
melaksanakan 1-2 unit M-KRPL. Pada tahun 2012,
berpekarangan sedang dapat menanam sayuran dan
pengembangan model tersebut akan diperluas ke
toga pada bedengan atau secara vertikultur serta
seluruh kabupaten/kota secara bertahap.

Inovasi Spesifik Lokasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


115
Diseminasi Inovasi
Badan Litbang Pertanian memanfaatkan spektrum diseminasi
multichannel (SDMC) untuk mengeliminasi permasalahan yang
menghambat percepatan arus penyampaian inovasi kepada
pengguna. Semua UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian
memberdayakan sumberdaya diseminasi yang dimiliki untuk
menyebarluaskan inovasi yang dihasilkan. Berkaitan dengan
hal tersebut, berbagai kegiatan diseminasi pun dilaksanakan,
seperti pameran, gelar teknologi, penggunaan media massa
cetak dan elektronis, serta pendampingan dalam penerapan
inovasi teknologi di lapangan. Pengembangan perpustakaan
juga mendapat perhatian penting untuk memudahkan
pengguna dalam mengakses informasi. Pemberian lisensi
kepada mitra diharapkan pula dapat mempercepat pengem-
bangan inovasi oleh pengguna, dengan tetap melakukan
pengelolaan terhadap hak kekayaan intelektual terhadap inovasi
yang dihasilkan.

Diseminasi Inovasi
116 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Penyelenggaraan Pameran dan Menggelar Teknologi di Penas XIII
Gelar Teknologi
Lahan seluas 50-an hektare di sekitar stadion olah
raga di Tenggarong yang semula tidak produktif ber-
Sepanjang tahun 2011, Badan Litbang Pertanian ubah menjadi area pertanian ijo royo-royo. Tanaman
menyelenggarakan dan berpartisipasi dalam berbagai padi, palawija, hortikultura, dan tanaman perkebunan
pameran dalam upaya mempromosikan inovasi yang digelar di lokasi ini membuat banyak orang
teknologi kepada pengguna (Tabel 1). Selain berdecak kagum.
berpartisipasi pada pameran yang rutin digelar setiap
tahun, seperti Agrinex, Agro & Food Expo, Hari Pada Penas XIII tahun 2011, Badan Litbang
Kebangkitan Teknologi Nasional, Hari Pangan Sedunia, Pertanian dengan kekuatan penuh menurunkan
Pameran Teknologi Tepat Guna, dan Pekan Flori dan hampir seluruh inovasi hasil penelitian terbaru. Gelar
Flora Nasional, Badan Litbang Pertanian menyeleng- teknologi inovasi terbaru tersebut ditata dalam empat
garakan kegiatan diseminasi berskala nasional, klaster, yaitu swasembada dan swasembada ber-
seperti Pekan Pertanian Rawa Nasional dan Pekan kelanjutan, kemandirian pangan, diversifikasi pangan,
Pertanian Spesifik Lokasi. Badan Litbang Pertanian serta nilai tambah, daya saing dan ekspor.
juga tampil penuh pada acara akbar Pekan Nasional Klaster pertama menyajikan area percontohan
(Penas) XIII Petani-Nelayan yang berlangsung pada padi gogo, padi rawa, padi sawah, dan ternak,
18-23 Juni 2011 di Tenggarong, Kutai Kartanegara, sedangkan klaster kemandirian pangan menampilkan
Kalimantan Timur. Badan Litbang Pertanian juga Rumah Pangan Lestari (RPL). Pada klaster diversifi-
berpartisipasi dalam acara tahunan para penerbit kasi pangan dapat ditemukan inovasi teknologi ubi
buku nasional dan internasional Indonesia Book Fair kayu dan aneka ubi, sorgum, dan sagu, sedangkan
serta Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara dengan pada klaster kemandirian energi digelar inovasi
mengusung model rumah pangan lestari. teknologi terbaru jarak pagar, kemiri Sunan, nyam-
Pendampingan dalam pengembangan varietas unggul plung, dan ubi kayu untuk produksi etanol. Bukan
di lapangan, seperti Inpari 13, terbukti dapat mem- hanya contoh tanaman maupun produk hasil olahan,
percepat penggunaan varietas tersebut oleh petani. di saung gelar teknologi Badan Litbang Pertanian

Wakil Presiden Budiono


didampingi Menteri
Pertanian, Suswono saat
meninjau stan Badan
Litbang Pertanian.

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


117
Tabel 1. Pameran/gelar teknologi yang diikuti/diselenggarakan Badan Litbang Pertanian, 2011.

Nama pameran Tempat dan waktu

Gebyar Pemuda Indonesia Bogor, Jawa Barat, 29-30 Januari 2011


Agrinex Expo Jakarta, 4-9 Maret 2011
Perubahan Iklim Jakarta, 26-29 Mei 2011
Agro & Food Expo Jakarta, 26-29 Mei 2011
Pekan Lingkungan Indonesia Jakarta, 1-5 Juni 2011
Penas XIII Tenggarong, Kutai Kartanegara, 18-23 Juni 2011
Pekan Pertanian Rawa Nasional Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 12-15 Juli 2011
Hari Kebangkitan Teknologi Nasional Serpong, Banten, 10-12 Agustus 2011
Pameran pada Asean Ministerial Meeting on Agriculture Jakarta, 3-9 Oktober 2011
and Forestry (AMAF) ke-33
Pameran pada Munas II Masyarakat Perbenihan Jakarta, 3-9 Oktober 2011
dan Perbibitan Indonesia (MPPI)
Gelar Teknologi Tepat Guna XIII Kendari, Sulawesi Tenggara, 12-16 Oktober 2011
Expo Nasional Inovasi Perkebunan II Jakarta 14-16 Oktober 2011
Hari Pangan Sedunia Gorontalo, 20-23 Oktober 2011
Indonesian Disaster Preparedness and Responses Expo Jakarta, 27-30 Oktober 2011
and Conference (IDEC)
Pekan Pertanian Spesifik Lokasi Bogor, Jawa Barat, 17-21 November 2011
Indonesia Book Fair Jakarta, 24 November-4 Desember 2011
Gerakan Perempuan Tanam dan Pelihara Karawang, Jawa Barat, 2 Desember 2011
Pekan Flori dan Flora Nasional Bali, 19-22 Desember 2011

petani dapat berkonsultasi tentang inovasi teknologi disediakan secara cuma-cuma juga tak luput dari
pertanian yang dibutuhkan. perhatian pengunjung.
Varietas unggul baru padi, jagung, dan kedelai Penas XIII Petani-Nelayan yang dibuka oleh Wakil
yang digelar di lapangan menunjukkan keragaan yang Presiden, Prof. Dr. Budiono, pada 18 Juni 2011 dinilai
optimal. Padi lahan pasang surut varietas Inpara 4, sukses oleh banyak pihak. Indikatornya, acara nasional
misalnya, berproduksi 6,7 t/ha. Selama penelitian, ini tidak hanya dikunjungi oleh 30 ribuan petani-
Inpara 4 mampu bertahan dari rendaman hingga 14 nelayan dari 33 provinsi di Indonesia, tetapi juga
hari. Kedelai varietas Anjasmoro memiliki daya tingginya apresiasi masyarakat. Penas menjadi
adaptasi yang luas, dapat dikembangkan pada lahan wahana bagi para investor pertanian, perikanan, dan
pasang surut tipe C, dan hasilnya di area gelar tekno- kehutanan. Dalam acara gelar agribisnis telah
logi berkisar antara 2,5-3,0 t/ha. Jagung hibrida QPM disepakati pula beberapa kerja sama untuk berbagai
(protein tinggi) yang digelar mampu pula berproduksi aspek, termasuk pengembangan inovasi teknologi
10 t/ha dan daunnya masih hijau pada saat dipanen yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian.
sehingga dapat menjadi pakan sapi dan sejenisnya.
Indikator kesuksesan Penas XIII tentu tidak
Selain menggelar teknologi di lapangan, berbagai terlepas dari keceriaan Presiden RI dalam acara
produk inovatif juga dipamerkan di arena yang tak telekonferen Istana-Kutai Kartanegara pada 22 Juni
jauh dari lokasi gelar teknologi. Materi yang 2011. Komunikasi interaktif antara Presiden dan
dipamerkan mendapat cukup banyak perhatian dari petani peserta Penas XIII berjalan lancar dan
pengunjung. Media cetak seperti buku dan liflet yang mendapat aplus dari semua peserta telekonferen.

Diseminasi Inovasi
118 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Panen perdana padi toleran rendaman varietas Inpara 4 oleh Menteri Pertanian, Suswono (depan,
kedua dari kanan), Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek (depan, ketiga dari kanan), Bupati Kutai
Kartanegara (depan, kedua dari kiri), dan Prof. Dr. Jusuf, Staf Khusus Presiden RI untuk Bidang Pangan
dan Energi (depan kiri) di area gelar teknologi Penas XIII di Tenggarong, Kalimantan Timur. Pada lahan
rawa pasang surut di Kalimantan Timur, varietas unggul baru ini masih mampu berproduksi 6,7 t/ha
meski telah terendam hingga dua minggu.

Hari Pangan se-Dunia 2011 di Gorontalo pertambahan jumlah penduduk. Oleh karena itu,
Wapres mengisyaratkan pentingnya penerapan
Penduduk dunia kini sudah hampir 7 miliar dan pada teknologi yang tepat dan pengelolaan sumberdaya
tahun 2050 diperkirakan akan bertambah menjadi 9 yang bijak untuk menghasilkan pangan yang cukup
miliar orang. “Kita belum aman dalam hal penyediaan bagi bangsa Indonesia. “Inilah cara yang dapat kita
pangan, ke depan kerawanan pangan akan terus lakukan untuk mengantisipasi ancaman kerawanan
menghantui kita”, ujar Wakil Presiden RI, Prof. Dr. pangan”, ujar Wapres.
Budiono dalam pembukaan Hari Pangan se-Dunia pada
20 Oktober 2011 di Bone Bolango, Gorontalo. Dalam kunjungannya ke lapangan, Wapres
kagum melihat keragaan varietas unggul yang ditanam
Kekhawatiran Wapres tentu mengingatkan pada area gelar teknologi Badan Litbang Pertanian.
semua pihak untuk terus berupaya meningkatkan Kekaguman ini tercermin dari pemetikan polong
produksi pangan. Di satu sisi, upaya peningkatan kedelai muda oleh Wapres dan mencicipinya untuk
produksi pangan dihadapkan kepada berbagai membuktikan bernasnya biji kedelai yang digelar.
masalah, termasuk perubahan iklim global. Di sisi lain, Tidak hanya itu, Wapres juga menyaksikan dari dekat
kebutuhan pangan terus meningkat sejalan dengan tanaman jagung hibrida bertongkol dua. Selama ini,

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


119
Kepala Balitsereal, Dr. M. Yasin (kedua dari
kiri), menjelaskan kemajuan penelitian jagung
hibrida yang memiliki dua tongkol per batang
kepada Wakil Presiden, Prof Dr. Budiono yang
didampingi oleh Menteri Pertanian, Dr.
Suswono (kanan).

Selain menggelar teknologi di lapangan, berbagai


produk inovatif juga dipamerkan di stan yang tak jauh
Kepala Puslitbangtan, Dr. Hasil Sembiring, dari lokasi gelar teknologi. Pengunjung sangat
menjelaskan kemajuan penelitian padi dan berantusias untuk memperoleh informasi mengenai
palawija kepada Wakil Presiden di area gelar produk yang dipamerkan. Media cetak seperti buku
teknologi Badan Litbang Pertanian pada
dan liflet yang disediakan secara cuma-cuma juga
peringatan HPS di Gorontalo, 20 Oktober
tak luput dari perhatian pengunjung.
2011.

Pekan Pertanian Rawa Nasional

Pekan Pertanian Rawa Nasional (PPRN) I digelar di


tanaman jagung umumnya hanya memiliki tongkol Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa di Banjarbaru,
satu. Bagi Wapres dan bahkan bagi sebagian besar Kalimantan Selatan pada 12-15 Juli 2011. Acara yang
masyarakat pertanian, tanaman jagung bertongkol mengusung tema “Rawa Lumbung Pangan Meng-
dua tentu menjadi sesuatu yang baru. Wapres juga hadapi Perubahan Iklim” ini terbilang sukses. Dibuka
kagum melihat penampilan berbagai tanaman sayuran secara resmi oleh Menteri Pertanian, Suswono, PPRN
dan biofarmaka di pekarangan Rumah Pangan Lestari I dihadiri oleh Gubernur Kalimantan Selatan dan 200-
(RPL) yang dibangun di area gelar teknologi. Pada an orang dari kalangan pemerintah, perguruan tinggi,
peringatan HPS kali ini Badan Litbang Pertanian meng- perusahaan swasta, BUMN, LSM, petani, pelajar,
gelar berbagai inovasi teknologi di lapangan, yang mahasiswa, dan masyarakat umum.
ditata ke dalam empat klaster, yaitu RPL, pangan Pada saat pembukaan, Mentan dalam sambutan-
fungsional, swasembada pangan, dan tanaman obat nya menyampaikan pentingnya teknologi pertanian
dan aromatik. lahan rawa yang merupakan salah satu peran Badan

Diseminasi Inovasi
120 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pekan Pertanian Spesifik Lokasi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian sebagai ujung


tombak Badan Litbang Pertanian di provinsi telah
menghasilkan inovasi spesifik lokasi untuk mening-
katkan produktivitas, pendapatan, dan kesejahteraan
petani melalui pemberdayaan dalam mengakses
informasi, teknologi, dan modal untuk mengembang-
kan agribisnis dan kemitraan dengan sektor swasta.
Berdasarkan pemikiran tersebut dilaksanakan Pekan
Pertanian Spesifik Lokasi (PPSL) 2011 dengan
mengambil tema “Percepatan Transfer Inovasi
Menteri Pertanian dan Gubernur Kalimantan Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi untuk Pem-
Selatan melakukan panen semangka di kebun berdayaan Petani Mendukung Ketahanan Pangan
percobaan Balittra. Nasional”. Kegiatan dipusatkan di Kampus Penelitian
Pertanian Cimanggu, Bogor pada 17-21 November
2011. Tiga agenda kegiatan besar dilaksanakan,
yaitu: (1) percepatan transfer inovasi teknologi
pertanian spesifik lokasi, dengan kegiatan berupa
Litbang Pertanian untuk menghasilkan teknologi seminar, ekspose/pameran, konsultasi inovasi,
tersebut. Sementara itu Gubernur Kalimantan Selatan talkshow, bedah buku, dan open house UK/UPT
memberikan apresiasi yang sangat besar atas Kampus Pertanian Cimanggu; (2) pemberdayaan
terselenggaranya PPRN I. Gubernur menyatakan petani, dengan kegiatan workshop PUAP, Penyiapan
pertanian rawa/pasang surut secara historis telah Materi Diseminasi Partisipatif, dan konsolidasi FEATI,
menjadi salah satu keahlian masyarakat Banjar. temu teknologi, serta ekspose audio visual dan inovasi
pertanian spesifik lokasi; dan (3) dukungan teknologi
Acara yang diselenggarakan pada PPRN I antara
terhadap ketahanan pangan nasional, dengan kegi-
lain gelar teknologi lahan rawa, kunjungan Mentan
atan pencanangan gerakan M-KRPL oleh Menteri
ke Desa Kayu Abang Kabupaten Hulu Sungai Selatan,
Pertanian, displai M-KRPL di stan, workshop M-KRPL
kursus budi daya melon di lahan rawa, peluncuran
dan P2BN, serta lomba olah pangan lokal.
produk, pemecahan rekor MURI, bedah buku, serta
pameran produk dan teknologi pertanian. Produk yang PPSL 2011 dibuka oleh Wakil Menteri Pertanian
diluncurkan meliputi pupuk hayati Biotara dan Biosure, dan dihadiri oleh 400-an undangan dari instansi
pupuk organik Organorawa, pengendali tikus Ritel, pemerintah, mitra kerja sama, stakeholder, gapoktan
prototipe Sistem Informasi Lahan Rawa (SILAR), PUAP, dan perwakilan FMA FEATI. Wakil Menteri
perangkat uji tanah rawa (PUTR), dan buku State of Pertanian menekankan agar sedapat mungkin
the Art dan Grand Design Pengembangan Lahan teknologi yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian,
Rawa. Acara PPRN I dirangkai dengan Seminar khususnya teknologi spesifik lokasi, diselaraskan
Nasional Sumberdaya Lahan. Rekor MURI yang dengan kebutuhan pengguna dan kegiatan serupa
berhasil dipecahkan adalah koleksi plasma nutfah padi PPSL ini diharapkan mampu menjembatani sinergi
rawa sebanyak 130 aksesi dan penyajian kue talepuk antara peneliti, penyuluh, dan pengambil kebijakan
terbesar dengan ukuran 1 m x 10 m x 0,5 m. Kue di pusat maupun di daerah. Pada acara pembukaan
talepuk berbahan dasar biji teratai yang tumbuh di dilaksanakan penandatanganan sembilan naskah
lahan rawa. Ajang promosi inovasi pertanian lahan kerja sama antara BPTP dan mitra dari Pemda mau-
rawa yang baru pertama kali digelar ini direncanakan pun swasta, penyerahan buku 100 Inovasi Teknologi
akan dilaksanakan 3-4 tahun sekali. Spesifik Lokasi oleh Kepala Badan Litbang Pertanian

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


121
Menteri Pertanian di salah satu stan pameran
Pekan Pertanian Spesifik Lokasi.

Litbang Pertanian kepada Kepala BPPSDMP, penyerah-


an Anugerah Agro Inovasi, penyerahan materi
pengembangan M-KRPL oleh Menteri Pertanian
kepada Gubernur Jawa Barat, Walikota Bogor, Wakil
Walikota Padang, Bupati Pacitan, dan Bupati Suka-
bumi, serta pemberian penghargaan Gerakan dan
Inovasi KRPL oleh Menteri Pertanian kepada Bupati
Pacitan dan Kepala BPTP Jawa Timur.

Menteri Pertanian melakukan peluncuran


Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M- Pengembangan Padi Unggul Baru
KRPL) . Varietas Inpari 13

Perubahan iklim berdampak terhadap perkembangan


organisme pengganggu tanaman (OPT). Hama
kepada Wakil Menteri Pertanian, dan peluncuran PPSL wereng batang coklat (WBC), misalnya, merusak
oleh Wakil Menteri Pertanian. pertanaman padi di Pantai Utara (Pantura) Jawa Barat
dan Jawa Tengah pada MT 2010, dengan kerugian
Acara Puncak PPSL dilaksanakan pada 21
yang cukup besar. Di Sukamandi, Jawa Barat, saja
November 2011 dan dihadiri oleh Menteri Pertanian,
lebih dari 350 ha pertanaman padi berumur 15-30
Gubernur Jawa Barat, Bupati Pacitan, Walikota Bogor,
hari harus dieradikasi dan ditanam ulang, dengan
Wakil Walikota Padang, Kepala Dinas Pertanian
kerugian mencapai Rp1,5 miliar. Varietas IR64 dan
Provinsi Sumatera Barat, Bupati Sukabumi, dan
Ciherang yang telah berkembang luas di petani tidak
undangan lain dari pusat maupun daerah. Peluncuran
luput dari sergapan WBC.
M-KRPL oleh Menteri Pertanian ditandai dengan
pelepasan balon udara dan burung merpati yang Untuk mengatasi masalah itu, Badan Litbang
dilanjutkan dengan pencanangan Taman Koleksi Pertanian mengembangkan varietas Inpari 13 di
Pangan Alternatif yang ditandai dengan penanaman berbagai daerah, terutama di sentra produksi padi.
aneka varietas unggul ubi jalar. Pada acara puncak Dilepas pada 2010, Inpari 13 tahan terhadap WBC,
PPSL 2011 ini juga dilakukan penyerahan materi berumur sangat genjah (99-103 hari) dan berpotensi
inovasi pertanian spesifik lokasi dari Kepala Badan hasil tinggi (8,0 t/ha), lebih tinggi daripada varietas

Diseminasi Inovasi
122 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Panen perdana Inpari 13 oleh Menteri Pertanian di Sukamandi, Jawa Barat, Februari 2011.

Dodokan (5,0 t/ha) yang juga berumur sangat genjah Inpari 13 tahan WBC di Klaten, Jawa Tengah, didukung
(100-105 hari). Selain itu, Inpari 13 juga tahan rebah oleh penyediaan benihnya oleh BB Padi sebanyak
dengan tingkat kerontokan gabah sedang. 20.100 kg. Pada 11 Agustus 2011, Gubernur Jawa
Tengah bersama Kepala Badan Litbang Pertanian,
Di Jawa Barat dan Banten, panen perdana
Dirjen Tanaman Pangan, dan pejabat dari Kabupaten
varietas Inpari 13 dilakukan oleh Menteri Pertanian
Klaten melakukan panen Inpari 13 di kecamatan
dalam rangkaian Open House BB Padi pada Februari
Polanharjo, Klaten. Gubernur Jawa Tengah akan
2011 di Sukamandi. Selain menggunakan varietas
menyebarkan Inpari 13 hasil panenan ini ke beberapa
Inpari 13, keberhasilan panen padi di tengah
Kabupaten di Jawa Tengah pada luas tanam 7.000
merebaknya hama WBC tidak terlepas dari tanam
ha. Hasil panen ubinan Inpari 13 berkisar antara 6,7-
serempak pada akhir November 2010. Diinisiasi oleh
9,3 t/ha (GKP). Di Purwodadi dan Pekalongan,
BB Padi, tanam serempak juga dilakukan di tiga
produktivitas Inpari 13 mencapai 8,27 t/ha GKP.
kabupaten di Jalur Pantura (Subang, Purwakarta, dan
Karawang). Di Sukabumi, hasil varietas Inpari 13 yang Di Sumenep, Jawa Timur, hasil Inpari 13 berkisar
dipanen oleh Wakil Bupati Sukabumi pada 20 Agustus antara 6,72-7,84 t/ha (GKP), atau lebih tinggi 1,76 t/
2011 mencapai 8,7 t/ha (GKP), sedangkan Ciherang ha dibandingkan dengan Ciherang dengah rata-rata
hanya memberi hasil 6,9 t/ha (GKP). hasil 6,08 t/ha. Di Gorontalo, panen perdana Inpari
13 pada 30 Juni 2011 oleh Gubernur Gorontalo
Di Jawa Tengah, Gubernur berinisiatif dalam
memberikan hasil 8,2-8,6 t/ha (GKP). Hasil panenan
sosialisasi penggunaan varietas Inpari 13 dan tanam
ini dibeli PT SHS untuk diperbanyak lebih lanjut.
serempak kepada petani. Pengembangan varietas

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


123
Peluncuran Varietas Tanaman Hias Pertemuan Tingkat Menteri dalam
Sidang Keempat Badan Pengatur
Industri tanaman hias terus berkembang mengikuti
selera konsumen yang bersifat dinamis. Berkaitan Sumberdaya Genetik untuk Pangan
dengan hal tersebut, Badan Litbang Pertanian dan Pertanian
meluncurkan berbagai varietas unggul tanaman hias
pada 17 Oktober 2011. Selain 20 varietas unggul Dalam upaya menghadapi perubahan iklim global
anggrek yang telah dilepas, pada acara tersebut di- yang pengaruhnya sangat besar terhadap sistem
luncurkan 47 varietas unggul baru tanaman hias produksi pangan dan pertanian, diperlukan sumber-
(enam varietas Dendrobium, enam varietas Phala- daya genetik (SDG) sebagai bahan dasar dalam
enopsis tipe standar, tujuh varietas Phalaenopsis tipe perakitan varietas yang mampu beradaptasi terhadap
multiflora, dua varietas Vanda, 13 varietas krisan tipe perubahan iklim. Perubahan iklim juga akan me-
standar, dua varietas krisan tipe pot, empat varietas mengaruhi dan mengancam keragaman hayati
gladiol, dua varietas mawar pot, dan lima varietas dunia. Oleh karena itu, upaya utama yang harus
anyelir). Pada kesempatan ini pula dilakukan uji dilakukan adalah mengelola dan melestarikan SDG
preferensi konsumen terhadap klon harapan anggrek secara tepat.
Dendrobium dan Phalaenopsis. Melalui uji preferensi Indonesia memiliki komitmen dan keterikatan
ini terpilih sembilan klon Phalaenopsis tipe standar dalam pelestarian dan pemanfaatan SDG serta meng-
maupun multiflora dan empat klon Dendrobium yang aksesi International Treaty on Plant Genetic Resources
direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2012. for Food and Agriculture (ITPGRFA). Pertemuan
Melalui interaksi antara pengunjung dan pemulia Tingkat Menteri Negara Anggota ITPGRFA tentang
pada peluncuran varietas ini dapat diketahui ke- Keragaman Hayati, Ketahanan Pangan, dan Perubah-
inginan pasar untuk masa yang akan datang. Pasar an Iklim diselenggarakan pada 11 Maret 2011 di Nusa
menginginkan bunga mawar yang adaptif di dataran Dua, Bali. Pertemuan tingkat menteri tersebut di-
rendah, Phalaenopsis tipe standar dengan warna lanjutkan dengan The Fourth Session of Governing
bunga putih bersih, kuntum bunga berukuran besar Body of International Treaty on Plant Genetic
dan petal tebal, serta Dendrobium yang berbunga Resources for Food and Agriculture (GB4-ITPGRFA)
kuning atau putih. di Bali pada 14-18 Maret 2011 dengan agenda ter-
penting membahas benefit sharing fund (BSF). Dana
BSF merupakan peluang bagi Indonesia untuk
pengelolaan, konservasi, dan penggunaan SDG secara
berkelanjutan, pertukaran informasi, transfer tekno-
logi, dan peningkatan kapasitas petani.
Kepala Badan Litbang Pertanian, Dr. Haryono, di
sela-sela pertemuan berlangsung menjelaskan bahwa
pengelolaan bersama SDG mampu menjamin
ketahanan pangan dunia. Terbentuknya kesepakatan
BSF merupakan peluang baru bagi petani dan
pertanian Indonesia.
Lebih jauh dijelaskan bahwa sidang menyepakati
perlunya sumber pendanaan jangka panjang untuk
Peluncuran varietas tanaman hias yang mewujudkan sistem pembiayaan yang efektif, baik
dihasilkan Badan Litbang Pertanian pada 17 melalui negara anggota, investasi maupun melalui
Oktober 2011. BSF. Kerja sama dengan lembaga-lembaga inter-
nasional, seperti UNDP dan IFAD, juga perlu dibangun,

Diseminasi Inovasi
124 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pemanfaatan Media Massa

Badan Litbang Pertanian mendayagunakan media


massa cetak dan elektronis untuk menyebarluaskan
informasi yang dihasilkan. Media elektronis seperti
siaran televisi dan radio maupun CD/VCD/DVD, serta
media cetak surat kabar, tabloid, majalah ilmiah dan
populer, petunjuk teknis informasi teknologi, liflet, dan
folder didayagunakan untuk menyebarkan informasi
Pelaksanaan Pertemuan Tingkat Tinggi teknologi pertanian.
Menteri dalam sidang keempat ITPGRFA di Pada tahun 2011, Badan Litbang Pertanian me-
Bali. manfaatkan stasiun televisi nasional dan swasta untuk
menyebarluaskan informasi. Tiga topik yang men-
dapat perhatian khusus untuk ditayangkan adalah
penyelenggaraan GB4-ITPGRFA, Ekspo Nasional
Perkebunan (ENIP), KRPL, dan deversifikasi pangan
seperti kerja sama penanganan kerawanan pangan
dalam rangka membangun ketahanan pangan ma-
dan antisipasi perubahan iklim, sehingga keber-
syarakat. Selain melalui tayangan televisi, secara rutin
adaannya bukan semata-mata memberi donasi. Kerja
Badan Litbang Pertanian mengisi salah satu program
sama juga dapat dibangun dengan sektor swasta dan
pada Radio Pertanian Ciawi, Bogor. Acara yang di-
lembaga penyandang dana lainnya.
siarkan mendapat tanggapan positif dari pendengar,
Menyangkut SDG, tantangan masyarakat dunia antara lain ditunjukkan melalui pertanyaan yang
saat ini adalah bagaimana mencapai ketahanan disampaikan ke UK/UPT lingkup Badan Litbang
pangan berkelanjutan di tengah pertumbuhan pen- Pertanian.
duduk yang cukup tinggi, perubahan peruntukan lahan
CD/VCD/CD interaktif yang memuat informasi
pertanian, degradasi sumberdaya alam, dan
hasil litbang juga diproduksi untuk melengkapi media
perubahan iklim global. Kemampuan memelihara
diseminasi yang telah ada. Media ini terutama
ketahanan pangan serta meningkatkan produksi
bermanfaat bagi penyuluh untuk menunjang kegiatan
pangan berkelanjutan dapat dibangun melalui
penyuluhan.
pemanfaatan SDG dalam perakitan varietas unggul
sehingga dapat merespons dinamika permintaan dan Surat kabar nasional dan tabloid Sinar Tani juga
perubahan lingkungan global. dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi.
Sejak tahun 2007, Badan Litbang Pertanian mengelola
Pertemuan tingkat menteri ini dihadiri oleh 17
rubrik Agro Inovasi pada tabloid Sinar Tani untuk
menteri dan 111 peserta yang mewakili 48 negara
menyampaikan informasi praktis hasil litbang kepada
anggota ITPGRFA. Pertemuan menghasilkan Bali
masyarakat, terutama penyuluh. Konferensi pers dan
Ministerial Declaration on the International Treaty on
kunjungan wartawan juga penting untuk menyam-
Plant Genetic Resources for Food and Agriculture,
paikan informasi kepada masyarakat luas.
yang memuat pentingnya ITPGRFA dan implementasi
BSF dalam multilateral system (MLS). Ditekankan pula Badan Litbang Pertanian menerbitkan majalah
pentingnya keterpaduan antara Convention on ilmiah dan populer (Tabel 2), buku, prosiding, liflet,
Biological Diversity (CBD), ITPGRFA, dan Protokol folder, petunjuk teknis, dan sejenisnya untuk
Nagoya dalam implementasinya. menyebarluaskan informasi hasil litbang pertanian.
Majalah ilmiah berperan penting sebagai media
komunikasi bagi peneliti/ilmuwan, selain sarana untuk

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


125
Tabel 2. Publikasi berseri yang diterbitkan unit kerja lingkup Badan Litbang Pertanian.

Unit kerja Judul publikasi

Sekretariat Badan Informatika Pertanian

Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Indonesian Journal of Agricultural Science
(PUSTAKA) Indonesian Journal of Agriculture
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pengembangan Inovasi Pertanian
Jurnal Perpustakaan Pertanian
Buletin Teknik Pertanian
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan
(Puslitbangtan) Buletin Iptek Tanaman Pangan
Berita Puslitbangtan
Buletin Palawija
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jurnal Hortikultura
(Puslitbanghorti)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Jurnal Penelitian Tanaman Industri
(Puslitbangbun) Warta Puslitbang Tanaman Industri
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah
dan Obat
Perspektif
Infotek Perkebunan
Majalah Semi Populer Tree Tanaman Rempah
dan Industri
Buletin Rempah dan Industri
Buletin Palma
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner
(Puslitbangnak) Wartazoa
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jurnal Agro Ekonomi
(PSE-KP) Forum Penelitian Agroekonomi
Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian
Buletin Agro Ekonomi
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Jurnal Tanah dan Iklim
Pertanian (BBSDLP) Jurnal Sumberdaya Lahan
Warta Sumberdaya Lahan

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Jurnal Agro Biogen
Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen) Buletin Plasma Nutfah
Warta Biogen
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBPMP) Jurnal Enjiniring Pertanian

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
(BB Pascapanen) Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jurnal Pengkajian dan Pengembangan
(BB Pengkajian) Teknologi Pertanian

Diseminasi Inovasi
126 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
memperoleh nilai kredit bagi kepentingan jabatan takaan unit kerja lingkup Ditjen Hortikultura, Badan
fungsional. Penerbitan artikel pada majalah ilmiah Pengembangan dan Penyuluhan SDM Pertanian, dan
internasional penting pula sebagai salah satu upaya Badan Karantina Pertanian. Dengan demikian sampai
meningkatkan citra Badan Litbang Pertanian di tingkat 2010 perpustakaan digital telah dibangun di 70 UK/
internasional. UPT lingkup Kementerian Pertanian.
Perpustakaan digital terus disempurnakan agar
mampu memberikan layanan yang prima kepada
Pengembangan Perpustakaan
pengguna. Berkaitan dengan itu, kapasitas SDM dalam
Badan Litbang Pertanian melalui Pusat Perpustakaan pengelolaan perpustakaan dan pemanfaatan TI terus
dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) sejak ditingkatkan melalui pelatihan, magang, lokakarya
2006 mengembangkan perpustakaan berbasis maupun seminar. PUSTAKA juga melakukan pen-
teknologi informasi. Prototipe perpustakaan digital, dampingan dan menyiapkan berbagai pedoman
yang dikenal dengan Perpustakaan Model, dicoba pengelolaan perpustakaan dalam upaya memberikan
diimplementasikan di BPTP Jawa Tengah dan Biro pelayanan prima kepada pengguna.
Hukum dan Hubungan Masyarakat (sekarang Biro Koleksi perpustakaan ditingkatkan dengan me-
Hukum dan Informasi Publik), Sekretariat Jenderal langgan jurnal internasional tercetak, pangkalan data
Kementerian Pertanian. Prototipe tersebut kemudian on-line Pro-Quest dan Science Direct, serta pangkalan
dikembangkan menjadi perpustakaan semidigital data off-line (CD-ROM) TEEAL. Selain itu, juga diada-
pada tahun 2007 di lima unit pelaksana teknis (UPT) kan bahan referensi dan bahan pustaka lain terbitan
lingkup Badan Litbang Pertanian, yaitu BPTP Sumatera dalam dan luar negeri, baik melalui pembelian mau-
Utara, BPTP Sumatera Barat, BPTP Sulawesi Selatan, pun pertukaran. Untuk memanfaatkan secara optimal
BPTP Kalimantan Selatan, dan BPTP Jawa Timur. informasi dalam pangkalan data, Badan Litbang
Pada 2008, perpustakaan semidigital dikem- Pertanian melalui PUSTAKA membuka akses bagi per-
bangkan menjadi perpustakaan digital di 54 UK/UPT. pustakaan UK/UPT untuk memanfaatkan jurnal ilmiah
Selanjutnya pada 2009 perpustakaan digital dibangun teks lengkap yang dimuat dalam Pro-Quest dan
di lima UPT Badan Litbang Pertanian dan di perpus- Science Direct.

Ruang baca dan akses informasi


melalui on-line public accsess
catalogue.

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


127
Pengelolaan Hak Kekayaan untuk komoditas hortikultura, peternakan, tanaman
Intelektual Pertanian perkebunan, pascapanen, dan tanaman pangan, dan
satu kali temu bisnis bekerja sama dengan
Masyarakat Perbenihan Pertanian Indonesia. Industri
Hak kekayaan intelektual (HKI) adalah hak eksklusif
yang berminat mengembangkan teknologi tersebut
yang diberikan oleh negara kepada seseorang atau
diarahkan untuk membuat kesepakatan (MOU)
kelompok orang berupa perlindungan atas invensi,
perjanjian lisensi. Perjanjian alih teknologi melalui
ciptaan di bidang ilmu, teknologi, seni dan sastra,
lisensi berupa pemberian izin kepada lisensor untuk
serta pemakaian simbol atau lambang dagang, yang
mengembangkan, memproduksi, dan memasarkan
meliputi paten, hak cipta, merek, rahasia dagang,
produk hasil teknologi, dan Badan Litbang Pertanian
desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu, dan
sebagai pemberi lisensi akan mendapat royalti KI
varietas tanaman. Pengelolaan kekayaan intelektual
sebagai imbalan atas pemberian lisensi tersebut.
pertanian dipandang sangat perlu, bukan saja agar
proses sertifikasi HKI dapat dilakukan secara optimal Pada tahun 2011 dihasilkan 20 perjanjian lisensi,
dan sertifikat HKI dapat diterima tepat waktu, tetapi terdiri atas 11 paten dan sembilan varietas tanaman
juga untuk merangsang inventor agar berlomba (Tabel 4). Satu dari teknologi tersebut, yaitu SMARt
mendaftarkan invensinya. Invensi Badan Litbang (formula pupuk hayati untuk tanaman padi) dilisensi
Pertanian yang unggul dan komersial menjadi target oleh tiga perusahaan secara noneksklusif. Pada tahun
utama untuk dilindungi HKI-nya. 2010 jumlah lisensi hanya 11 judul sehingga terjadi
kenaikan hampir dua kali.
Sejak tahun 2006 sampai 2011, jumlah per-
mohonan KI mencapai 621, meliputi 149 paten, 39 Kemajuan dan keberhasilan serta jaminan
ciptaan, 40 merek, 27 perlindungan varietas tanaman akuntabilitas (tanggung gugat) pelaksanaan kinerja
(PVT), dan 366 varietas. Untuk tahun 2011 jumlah suatu perjanjian lisensi perlu diukur melalui kegiatan
pendaftaran KI/HKI meliputi 16 paten, enam ciptaan, pemantauan. Verifikasi merupakan salah satu alat
empat merek, tujuh PVT, dan 86 varietas (Tabel 3). manajemen yang dapat digunakan untuk memantau
tingkat keberhasilan suatu kegiatan perjanjian lisensi
Untuk mempromosikan teknologi hasil penelitian
yang sedang berjalan. Data hasil verifikasi dapat
pertanian kepada pengguna (industri, pemerintah,
dijadikan sebagai bahan evaluasi dan menghasilkan
dan masyarakat) dilakukan round table meeting
rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan dan atau
(RTM). Pada tahun 2011 dilakukan enam kali RTM
perencanaan berikutnya. Pada tahun 2011 telah

Tabel 3. Permohonan paten, ciptaan, merek, dan hak perlindungan varietas tanaman (PVT) Badan Litbang Pertanian,
2006-2011.

Pendaftaran/permohonan Sertifikat
Tahun
Paten Cipta Merek PVT Varietas Jumlah Paten Cipta Merek PVT Varietas Jumlah

< 2006 59 6 22 - - 87 9 2 3 - - 14
2006 16 7 1 3 14 41 - 7 - - 11 18
2007 2 - - 2 18 22 7 - - 1 18 26
2008 15 5 7 6 64 97 5 - - 2 57 64
2009 13 10 4 4 104 135 2 1 - 2 100 105
2010 28 5 2 5 80 120 5 9 8 - 80 102
2011 16 6 4 7 86 119 6 1 2 - 86 95

Jumlah 149 39 40 27 366 621 34 20 13 5 352 424

Diseminasi Inovasi
128 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Kepala Badan Litbang Pertanian
menandatangani kerja sama
lisensi inovasi kepada mitra.

Tabel 4. Invensi Badan Litbang Pertanian yang dilisensi swasta tahun 2011.

Nama teknologi UK/UPT Mitra kerja sama

Jagung hibrida Bima 7 Balitsereal PT Biogen Plantation


Minuman kesehatan dari kulit buah manggis BPTP Sumbar PT Zena Nirmala Sentosa
Bio aditif BBM Balittro PT Sinergi Alam Bersama
AWS Sistem Telemetri (alat perekam data stasiun cuaca otomatis) Balitklimat PT Indocommit Citra Mahardhika
Feromon Exi (formulasi feromon seks pemikat serangga jantan) BB Biogen PT Nusagri
SMARt (formula pupuk hayati untuk tanaman padi) Balittanah PT Bio Nusantara
SMARt (formula pupuk hayati untuk tanaman padi) Balittanah PT Petrosida Gresik
SMARt (formula pupuk hayati untuk tanaman padi) Balittanah PT Buana Agro Sejahtera
Proses penurunan indeks glikemik pada beras BB Pascapanen PT Petrokimia Gresik
Padi hibrida Hipa 12 BB Padi PT Saprotan Benih Utama
Padi hibrida Hipa 14 BB Padi PT Saprotan Benih Utama
Jagung QPM Balitsereal PT Berdikari
Krisan Puspita Nusantara Balithi PT Alam Indah Bunga Nusantara
Krisan Swarna Kencana Balithi PT Alam Indah Bunga Nusantara
Buncis Tegak 1 Balitsa Fajar Seed
Buncis Tegak 2 Balitsa Fajar Seed
Atraktan Balittro PT Sianindo Kurniasejati
Lem perangkap lalat buah Balittro PT Sianindo Kurniasejati
Kangkung Sutera Balitsa PT Sang Hyang Seri
SMARt (Formula pupuk hayati untuk tanaman padi) Plus Balittro PT Sapa Berkah Persada

dilakukan verifikasi invensi yang dilisensi swasta banyak usulan yang belum memenuhi persyaratan.
sehingga diketahui potensi jumlah royalti dari KI yang Untuk keperluan tersebut diterbitkan tiga panduan
telah dilisensikan ke swasta. umum, yaitu kriteria penilaian suatu invensi (paten
dan PVT), panduan umum valuasi invensi, dan
Usulan pendaftaran HKI pada tahun 2011 me-
panduan umum verifikasi.
ningkat dibanding tahun sebelumnya, namun masih

Diseminasi Inovasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


129
Pengembangan
Organisasi
Badan Litbang Pertanian terus melakukan pengembangan
organisasi dan peningkatan kemampuan manajemen seiring
dengan perubahan lingkungan strategis penelitian pertanian.
Pengembangan organisasi mencakup penambahan kewe-
nangan, evaluasi rincian tugas, dan penyempurnaan
nomenklatur sesuai dengan fungsi organisasi; pengembangan
sumberdaya manusia untuk meningkatkan kompetensi,
kemampuan, dan keahlian melalui pendidikan dan pelatihan;
pengembangan sarana dan prasarana; penajaman program
dan pengelolaan anggaran; serta pengembangan kerja sama
dalam maupun luar negeri.

Pengembangan Organisasi
130 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pengembangan Kelembagaan Sekretariat Badan, empat Puslitbang, dua Pusat,
tujuh Balai Besar, 15 Balai Penelitian, satu Balai
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 61/2010 Pengelola Alih Teknologi Pertanian, 31 Balai
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pengkajian Teknologi Pertanian, dua Loka Pengkajian
Pertanian, Badan Litbang Pertanian mempunyai tugas Teknologi Pertanian, dan tiga Loka Penelitian. Struk-
melaksanakan penelitian dan pengembangan perta- tur organisasinya disajikan pada Gambar 1.
nian. Untuk melaksanakan tugas tersebut, Badan
Litbang Pertanian menyelenggarakan fungsi: (1)
penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program
Sumberdaya Manusia
litbang pertanian; (2) pelaksanaan litbang pertanian;
(3) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan Pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanian didukung
litbang pertanian; dan (4) pelaksanaan administrasi. oleh 8.151 staf. Dari jumlah tersebut, 3.439 orang
(42,2%) adalah tenaga fungsional, yang terdiri atas
Pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanian
peneliti, perekayasa, pustakawan, pranata komputer,
melakukan penataan Unit Pelaksana Teknis (UPT)
arsiparis, teknisi litkayasa, statistisi, penyuluh, analis
terkait dengan adanya perubahan lingkungan
kepegawaian, perencana, dan pranata humas
strategis, antara lain: (1) perubahan organisasi pada
(Gambar 2).
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia yang melim-
pahkan mandat penelitian tujuh komoditas perke- Berdasarkan tingkat pendidikan, pegawai Badan
bunan (kopi, kakao, karet, tebu, teh, kina, dan kelapa Litbang Pertanian yang berpendidikan di bawah S1
sawit) ke Badan Litbang Pertanian; (2) kebutuhan akan berjumlah 4.558 orang (55,9%), S1 2.076 orang
pengembangan teknologi pertanian di dua provinsi (25,5%), S2 1.133 orang (13,9%), dan S3 384 orang
baru, yaitu Kepulauan Riau dan Sulawesi Barat; (3) (4,7%). Perkembangan komposisi pegawai menurut
dukungan terhadap percepatan program swa- tingkat pendidikan selama lima tahun terakhir
sembada daging sapi; dan (4) antisipasi terhadap disajikan pada Tabel 1. Program pengembangan SDM
serangan organisme pengganggu tanaman akibat melalui pendidikan jangka panjang terus dilakukan
anomali iklim. Penyempurnaan organisasi meliputi untuk meningkatkan jumlah pegawai berpendidikan
perubahan nomenklatur, peningkatan eselon, S2 dan S3 yang merupakan penggerak penelitian.
penambahan mandat, dan pembentukan UPT baru, Selama lima tahun terakhir (2007-2011), Badan
yaitu: Litbang Pertanian mengirim 467 petugas belajar ke
berbagai perguruan tinggi di luar dan dalam negeri,
a. Penambahan Eselon V pada Loka Penelitian
yaitu program S3 228 orang, S2 212 orang, S1
Penyakit Tungro, Loka Penelitian Kambing Potong,
delapan orang, D3 tujuh orang, dan D4 satu orang.
dan Loka Penelitian Sapi Potong.
Berdasarkan sebaran usia, sebagian besar
b. Penambahan mandat komoditas dan perubahan
pegawai berusia 46-55 tahun. Data tersebut
nomenklatur UPT lingkup Puslitbangbun, yaitu
menunjukkan, dalam lima tahun ke depan cukup
Balai Penelitian Tanaman Palma, Balai Penelitian
banyak pegawai yang akan memasuki usia pensiun.
Tanaman Pemanis dan Serat, Balai Penelitian
Upaya mengganti pegawai yang pensiun dilakukan
Tanaman Rempah dan Obat, dan Balai Penelitian
melalui rekruitmen pegawai baru.
Tanaman Industri dan Penyegar.
Tenaga peneliti merupakan tenaga penggerak
c. Penambahan Loka Pengkajian Teknologi Perta-
utama dalam menghasilkan inovasi teknologi. Pada
nian (LPTP) Provinsi Kepulauan Riau dan LPTP
tahun 2011 Badan Litbang Pertanian didukung oleh
Provinsi Sulawesi Barat.
1.644 orang peneliti, dan 441 peneliti nonkelas/calon
Dengan adanya perubahan tersebut, organisasi Badan peneliti (Tabel 2). Jumlah peneliti pada tahun 2011
Litbang Pertanian pada tahun 2011 terdiri atas menurun 2,7% dibanding tahun 2010, yang mencapai

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


131
Badan Litbang
Pertanian

Sekretariat

Puslitbangtan Puslitbanghorti Puslitbangbun Puslitbangnak PSE-KP PUSTAKA

BB BB
BB Padi Bbalitvet BBSDLP Pengkajian BBPMP BB Biogen Pascapanen

Balitkabi Balitsa Balittro Balitnak Balittra 31 BPTP

Balit Balitbu
Balittas Lolit Sapi Balittanah
Sereal Tropika
2 LPTP Balai PATP
Lolit Balithi Lolit
Balitka Balitklimat
Tungro Kambing

Balitjestro Balittri Balingtan

Gambar 1. Struktur organisasi Badan Litbang Pertanian, 2011.

57,81%
1.689 peneliti, karena sebagian memasuki masa
purna tugas. Jumlah peneliti Badan Litbang Pertanian
25,58% dirasakan masih kurang bagi suatu institusí penelitian.
0,42%
0,02% Upaya memenuhi jumlah peneliti dilakukan melalui
0,12%
0,06%
rekruitmen tenaga baru serta pendidikan dan pelatih-
0,02% 0,50%
0,02% 1,08% an (diklat) peneliti pertama yang diselenggarakan LIPI.
0,00% 3,59%
0,22% Pada tahun 2011, Badan Litbang Pertanian mengirim
10,54%
81 orang untuk mengikuti diklat di LIPI. Badan Litbang
Peneliti Penyuluh Pertanian mempunyai 94 orang Profesor Riset dari
Pustakawan Medik Veteriner
Pranata Komputer Pengawas Bibit Ternak
berbagai disiplin ilmu, 15 di antaranya telah pensiun.
Arsiparis Analisis Kepegawaian
Teknisi Litkayasa Perencana
Statistisi Pranata Kehumasan Anggaran
Perekayasa Administrasi

Pada tahun 2011, Badan Litbang Pertanian mengelola


Gambar 2. Komposisi tenaga fungsional
anggaran Rp1,10 triliun, dan hibah luar negeri Rp21,95
Badan Litbang Pertanian, 2011.
miliar. Anggaran tersebut sekitar 6,3% dari total pagu

Pengembangan Organisasi
132 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Tabel 1. Perkembangan pegawai Badan Litbang Pertanian menurut pendidikan,
2007-2011.

Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011


< S1 4.557 4.964 4.864 4.818 4.558
Sarjana (S1) 1.786 1.797 1.789 1.910 2.076
Master (S2) 1.104 1.093 1.099 1.098 1.133
Doktor (S3) 365 375 372 376 384

Jumlah 7.812 8.229 8.124 8.202 8.151

Tabel 2. Peneliti Badan Litbang Pertanian menurut jenjang peneliti dan usia, 2011.

Usia (tahun)
Jenjang peneliti
25-35 36-45 46-55 >55 Jumlah

Peneliti Utama 0 0 81 182 263


Peneliti Madya 0 37 343 150 530
Peneliti Muda 14 210 232 4 460
Peneliti Pertama 123 196 70 2 391
Peneliti Nonkelas 331 72 36 2 441

Jumlah 468 515 762 340 2.085

anggaran Kementerian Pertanian (Rp17,74 triliun), Sarana dan Prasarana


dan naik Rp179,61 miliar (19,01%) dibanding tahun
2010. Laboratorium penelitian merupakan sumberdaya
Pengelolaan dan pemanfaatan anggaran penelitian yang sangat penting dalam menghasilkan
diklasifikasikan dalam tiga jenis belanja, yaitu belanja inovasi teknologi. Pada tahun 2011 Badan Litbang
pegawai, barang, dan modal. Belanja pegawai Pertanian memiliki 153 laboratorium penelitian yang
Rp405,36 miliar (36,1%) digunakan untuk membiayai tersebar pada UK/UPT di seluruh provinsi di Indonesia.
kebutuhan gaji, tunjangan, uang makan, honor, Jenis dan kemampuan laboratorium beragam
lembur, dan tunjangan kompensasi kerja. Belanja sehingga upaya meningkatkan kemampuan dan
barang Rp524,29 miliar (46,6%) untuk membiayai kapasitasnya terus dilakukan.
program dan kegiatan utama litbang pertanian. Sebanyak 34 dari 153 laboratorium Badan Litbang
Belanja modal Rp194,54 miliar (17,3%) dimanfaatkan Pertanian sudah mendapat sertifikat ISO-17025-2000
untuk pemeliharaan aset dan pemupukan modal, dari Komite Akreditasi Nasional (KAN), yang berarti
seperti pembangunan/renovasi gedung kantor, telah mendapat pengakuan formal di tingkat nasional,
laboratorium, dan revitalisasi kebun percobaan; regional, dan internasional untuk melaksanakan
pengadaan perlengkapan sarana gedung kantor, alat pengujian, 25 laboratorium dalam proses akreditasi,
laboratorium, sarana kebun percobaan, serta jurnal dan 94 laboratorium belum terakreditasi. Dalam
dan buku ilmiah, serta pemupukan modal nonfisik jangka panjang, laboratorium Badan Litbang
lainnya untuk mendukung peningkatan kapasitas Pertanian diharapkan dapat menjadi laboratorium
litbang pertanian.

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


133
Tabel 3. Laboratorium UK/UPT Badan Litbang Pertanian yang sudah memperoleh akreditasi SNI
19-17025-2000.

Laboratorium Ruang lingkup uji

BBPMP Traktor, pompa air, dan alsin pascapanen biji-bijian


BB Padi Proksimat dan mutu benih UPBS ISO 9001:2008
BBSDLP/Balittanah Tanah, pupuk, dan air
BB Biogen GMO kualitatif dan RAPD
Bbalitvet Penyakit hewan, keamanan pangan, dan BSL3
BB Pascapanen Karakterisasi tepung
Balitbu Tropika Mutu benih
Balitsa Virus, tanah, tanaman, dan pupuk
Balittro Fisiologi dan ekofisiologi
Balithi Mutu benih
Balitnak Proksimat pakan
BPTP Sumatera Utara Tanah dan pupuk
BPTP Sumatera Barat Tanah dan pupuk
BPTP Yogyakarta Tanah dan pupuk
BPTP Jawa Timur Tanah dan pupuk
BPTP Nusa Tenggara Barat Tanah dan pupuk
BPTP Sulawesi Selatan Tanah dan pupuk

rujukan yang andal dan absah, tempat pelatihan dan Penelitian Tanaman Hias, Balai Pengkajian Teknologi
magang, serta sebagai pusat penelitian. Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, dan BPTP Sulawesi
Selatan (Tabel 3).
Pengelolaan laboratorium mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-17025-2000 Kebun percobaan (KP) mempunyai fungsi utama
yang merupakan adopsi dari ISO/IEC 17025:1999 mendukung kegiatan litbang di lapangan, selain
dan SNI 19-9001:2001 untuk penerapan sistem sebagai tempat konservasi ex situ sumberdaya
manajemen mutu. Pengelolaan laboratorium yang genetik (SDG), produksi benih sumber, show window
sesuai dengan standar tersebut diharapkan meng- inovasi teknologi, kebun produksi, pendukung
hasilkan kinerja yang memiliki daya saing ilmiah dan ketahanan pangan, media pendidikan, dan wahana
komersial. agrowidyawisata. Badan Litbang Pertanian memiliki
119 KP dengan luas total 5.853,46 ha, tersebar di 43
Akreditasi laboratorium penelitian Badan Litbang
UPT. Kondisi KP bervariasi, baik luas, status lahan,
Pertanian telah dilaksanakan sejak 2002. Laborato-
pemanfaatan maupun keragaannya, tersebar pada
rium pada 10 UK/UPT telah diakreditasi Komite
kondisi agroklimat yang berbeda pada dataran rendah
Akreditasi Nasional berdasarkan SNI 19-17025-2000,
sampai dataran tinggi. Kapasitas KP secara kontinu
yaitu laboratorium yang terdapat pada Balai Besar
ditingkatkan melalui peningkatan anggaran, SDM
Penelitian Veteriner, Balai Besar Pengembangan
serta sarana dan prasarana. Peningkatan kapasitas
Mekanisasi Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman
SDM dilakukan melalui pelatihan dan lokakarya
Padi, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
pengelolaan KP. Sementara itu, peningkatan sarana
Sumberdaya Lahan Pertanian, Balai Besar Penelitian
prasarana dilakukan melalui revitalisasi KP yang
dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
dimulai pada tahun 2011.
Genetik Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Sayuran,
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Balai

Pengembangan Organisasi
134 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Pemasukan dan Pengeluaran Benih/Bibit/ beberapa komoditas dan bidang masalah dengan
Sumberdaya Genetik untuk Penelitian lembaga penelitian di bawah koordinasi Kementerian
Ristek, LIPI, BATAN, BPPT, dan beberapa perguruan
Badan Litbang Pertanian mendapat wewenang untuk
tinggi. Untuk mengefektifkan diseminasi telah
memberi izin pemasukan dan pengeluaran sumber-
terbentuk pula kerja sama dengan pemerintah
daya genetik (SDG) untuk penelitian berdasarkan
daerah, pihak swasta, dan instansi pengambil
Permentan No. 37/2011 tentang Pelestarian dan
kebijakan dalam lingkup Kementerian maupun di luar
Pemanfaatan Sumberdaya Genetik Tanaman.
Kementerian Pertanian. Secara internasional, Badan
Kewenangan tersebut meliputi:
Litbang Pertanian juga termasuk dalam jejaring kerja
1. Izin eksplorasi SDG (pencarian dan pengumpulan, sama bilateral, multilateral maupun regional.
yang diikuti dengan identifikasi, karakterisasi,
dokumentasi, dan evaluasi) 15 hari kerja.
Kerja Sama Dalam Negeri
2. Pemberian tanda daftar kebun koleksi (pengum-
pulan yang diikuti dengan penyimpanan dan Kerja sama dalam negeri UK/UPT Badan Litbang
pemeliharaan SDG hasil ekplorasi dalam bentuk Pertanian dilakukan dengan mitra seperti pemerintah
materi maupun informasi SDG) 15 hari kerja. daerah, perusahaan swasta, BUMN, lembaga
3. Pemasukan SDG dari luar negeri ke dalam wilayah swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan lembaga
RI untuk kepentingan penelitian dan/atau pemerintah lainnya. Kerja sama meliputi penelitian,
pemuliaan, 10 hari kerja. pengembangan, pengkajian, perekayasaan, peme-
taan, bimbingan teknologi, evaluasi/karakterisasi
4. Pengeluaran SDG ke luar wilayah RI dalam bentuk
sumberdaya pertanian, serta pertukaran dan
tukar-menukar untuk kepentingan penelitian dan/
pemanfaatan informasi. Kerja sama dalam negeri
atau pemuliaan, 10 hari kerja.
dituangkan dalam nota kesepahaman.
Pada tahun 2011 telah diterbitkan 103 izin, yang terdiri
Kerja sama pada dasarnya bertujuan untuk: (1)
atas 62 izin pemasukan, 40 izin pengeluaran, dan
mempercepat pematangan teknologi, seperti uji
satu izin pendaftaran kebun koleksi atau tempat
verifikasi, uji multilokasi, uji adaptasi, dan uji
penyimpanan SDG.
kelayakan; (2) mempercepat diseminasi dan adopsi
teknologi; (3) mempercepat pencapaian tujuan
Kerja Sama pembangunan pertanian; (4) meningkatkan capacity
building UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian; (5)
mendapat umpan balik untuk penyempurnaan
Kerja sama penelitian dan pengembangan bermanfaat
teknologi; dan (6) menciptakan alternatif sumber
untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya,
pembiayaan litbang. Pada tahun 2011 Badan Litbang
menghindari tumpang-tindih penelitian, meningkatkan
Pertanian mengelola 598 kerja sama dalam negeri,
kualitas penelitian, mengefektifkan diseminasi hasil
terdiri atas kerja sama dengan Kementerian Ristek
penelitian, dan yang paling penting adalah dapat
melalui program insentif sebanyak 276 kerja sama
memberikan luaran yang nyata seperti HKI, jurnal/
(46%), program KKP3T 131 kerja sama (23%),
publikasi ilmiah, dan paten serta manfaat bagi
pemerintah provinsi dan kabupaten 102 kerja sama
stakeholders khususnya petani. Ketahanan pangan,
(17%), dan swasta 79 kerja sama (14%).
perubahan iklim, dan keanekaragaman hayati
merupakan poin-poin penting dalam menjalin kerja
sama penelitian. Kerja Sama Luar Negeri
Badan Litbang Pertanian memiliki kerja sama
yang cukup luas, baik nasional maupun internasional. Kerja sama luar negeri meliputi kerja sama dengan
Secara nasional telah terjalin kerja sama penelitian lembaga penelitian asing, organisasi internasional,

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


135
perguruan tinggi asing, swasta asing, dan LSM asing. Tabel 4. Jumlah kerja sama penelitian dalam dan luar
Badan Litbang Pertanian melakukan kerja sama negeri, 2007-2011.
penelitian dengan berbagai mitra, seperti ACIAR
Jumlah kerja sama
(Australian Centre for International Agricultural Tahun
Dalam negeri Luar negeri
Research), CSIRO (Commonwealth Scientific and
Industrial Research Organisation), JICA (Japan 2007 2591) 48
International Cooperation Agency), JIRCAS (Japan 2008 2051) 77
International Research Center for Agricultural 2009 8882) 45
2010 5822) 41
Sciences), Amarta, Ansoft, RDA (Rural Development
2011 5982) 65
Administration), AFACI (Asian Food and Agriculture
Cooperation Initiative), US Department of State, 1)
termasuk KKP3T
CIMMYT (International Maize and Wheat Improvement
2)
termasuk KKP3T dan SINTA/insentif

Center ), CIRAD ( Agricultural Research for


Development), IRRI (International Rice Research
Institute), FAO (Food and Agriculture Organization), Kerja sama regional dilakukan oleh beberapa negara
Yuan Longping Ltd, HORTIN II, AFACI (Asian Food yang berada dalam satu kawasan dan kepentingan
and Agriculture Cooperation Initiative ), Gent tertentu, seperti ASEAN dan APEC. Kerja sama
University, MAFF (Ministry of Agriculture, Forestry and multilateral dilaksanakan oleh banyak negara,
Fisheries) Japan , AMNET, ICRAF ( The World misalnya FAO, WHO, dan CGIAR.
Agroforestry Centre), ICCTF (Indonesia Climate
Pada tahun 2011 Badan Litbang Pertanian
Change Trust Fund), IDRC (International Development
mengelola 65 kerja sama luar negeri, terdiri atas 40
Research Centre), IAEA (International Atomic Energy
kerja sama bilateral dan 25 kerja sama multilateral.
Agency ), CIP ( International Potato Centre ),
ACIAR memberikan kontribusi terbanyak pada jumlah
Biodiversity International, IPNI (International Plant
kegiatan kerja sama bilateral (18 kerja sama) diikuti
Names Index), IOM, Malaysian Rubber Research
oleh AFACI - Korea Selatan (lima kerja sama). IRRI
Institute , UNDP ( United Nations Development
terbanyak memberikan kontribusi pada jumlah
Programme ), GIZ, Murdoch University , IFPRI
kegiatan kerja sama multilateral (13 kerja sama).
(International Food Policy Research Institute),
Perkembangan jumlah kerja sama penelitian dalam
University of Queensland, IPI (International Potash
dan luar negeri tahun 2007-2011 disajikan pada Tabel
Institute), REDD ALERT, dan World Bank.
4.
Kerja sama luar negeri diarahkan untuk lebih
meningkatkan akses terhadap metode dan teknologi
yang relevan untuk mendukung kegiatan Badan Kerja Sama Kemitraan Penelitian Pertanian
dengan Perguruan Tinggi (KKP3T)
Litbang Pertanian, serta meningkatkan kompetensi
peneliti/perekayasa Badan Litbang Pertanian di dunia Pada tahun 2011, jumlah proposal yang masuk
internasional. Kerja sama dilakukan melalui melalui KKP3T sebanyak 260 proposal yang berasal
hubungan kelembagaan formal dengan didasarkan
dari 47 perguruan tinggi dengan jumlah usulan biaya
atas persamaan kedudukan yang saling meng- Rp 33,755 miliar. Dari jumlah tersebut, 131 proposal
untungkan serta dilaksanakan dengan sistem dari 30 perguruan tinggi layak didanai dengan nilai
pengendalian yang ketat.
Rp10,613 miliar atau biaya rata-rata per proposal
Kerja sama luar negeri dilaksanakan melalui Rp81.018.183. Dari jumlah tersebut, 33 proposal
skema kerja sama bilateral, regional, dan multi- merupakan proposal lanjutan dan 98 proposal adalah
lateral. Kerja sama bilateral merupakan kerja sama proposal baru. Berdasarkan biaya yang disetujui,
yang dilaksanakan oleh dua negara melalui bidang penelitian sumberdaya lahan dan lingkungan
government to government maupun private to private. pertanian dan tanaman pangan memiliki nilai biaya

Pengembangan Organisasi
136 Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
terbesar, masing-masing Rp1,821 miliar dan Rp1,805 SINTA (Sinergi Penelitian dan Pengembangan
miliar. Bidang bioteknologi dan SDG memiliki rata- Pertanian) yang didanai oleh Direktorat Jenderal
rata biaya per proposal terbesar, yakni Rp94.051.714/ Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.
proposal. Untuk jumlah proposal yang lolos, Institut Mulai tahun 2010, program ini didanai Kementerian
Pertanian Bogor adalah yang terbanyak dengan 53 Ristek. Pada tahun 2011, terdapat 394 proposal
proposal (40,5%), diikuti Universitas Gadjah Mada dengan usulan biaya Rp82,4 miliar. Proposal yang
23 proposal (17,6%) serta Universitas Padjadjaran disetujui sebanyak 276 proposal dengan biaya Rp43,8
enam proposal (4,6%). miliar. Fokus penelitian meliputi ketahanan pangan
(264 proposal), teknologi kesehatan dan obat (10
proposal), serta sains dan kemanusiaan (dua
Program Insentif Peningkatan Kemampuan proposal). Pengkajian teknologi pertanian mendapat
Peneliti dan Perekayasa
biaya terbesar, yaitu Rp18,9 miliar, sedangkan
penelitian mekanisasi pertanian, sosiologi, dan
Program ini merupakan kerja sama Badan Litbang
ekonomi pertanian mendapat biaya rata-rata per
Pertanian dengan Kementerian Ristek dan berlangsung
proposal tertinggi, yaitu Rp183.333.333.
sejak tahun 2009. Pada awalnya program ini bernama

Pengembangan Organisasi

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


137
Unit Kerja Lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Sekretariat Badan Penelitian dan Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi


Pengembangan Pertanian (Sekretariat Badan) Pertanian (PUSTAKA)
Jalan Ragunan No. 29, Pasarminggu Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122
Jakarta 12540 Telp. (0251) 8321746
Telp. (021) 7505395, 7806202 Faks. (0251) 8326561
Faks. (021) 7800644 E-mail : pustaka@pustaka.litbang.deptan.go.id
E-mail : setaard@litbang.deptan.go.id Website : http://pustaka.litbang.deptan.go.id
Website : http://litbang.deptan.go.id
Balai Besar Pengembangan Mekanisasi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pertanian (BBPMP)
Pangan (Puslitbangtan) Situgadung, Legok, Tangerang, Kotak Pos 2,
Jalan Merdeka No. 147, Bogor 16111 Serpong 15310
Telp. (0251) 8334089, 8331718 Telp. (021) 5376787, 70936787
Faks. (0251) 8312755 Faks. (021) 71695497
E-mail : crifc@indo.net.id E-mail : bbpmektan@litbang.deptan.go.id
Website : http://puslittan.bogor.net Website : http://mekanisasi.litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan Pengembangan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan


Hortikultura (Puslitbanghorti) Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik
Jalan Ragunan No. 29A, Pasarminggu Pertanian (BB Biogen)
Jakarta 12540 Jalan Tentara Pelajar No. 3 A, Bogor 16111
Telp. (021) 7805768, 7892205 Telp. (0251) 8337975, 8339793
Faks. (021) 7805135 Faks. (0251) 8338820
E-mail : puslitbanghorti@litbang.deptan.go.id E-mail : bb_biogen@litbang.deptan.go.id
Website : http://litbanghortikultura.go.id Website : http://biogen.litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan Pengembangan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan


Perkebunan (Puslitbangbun) Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen)
Jalan Tentara Pelajar No. 1, Bogor 16111 Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114
Telp. (0251) 8313083, 836194, 8329305 Telp. (0251) 8321762, 8350920
Faks. (0251) 8336194 Faks. (0251) 8321762
E-mail : puslitbangbun@litbang.deptan.go.id E-mail : bb_pascapanen@litbang.deptan.go.id
Website : http://perkebunan.litbang.deptan.go.id Website : http://pascapanen.litbang.deptan.go.id

Pusat Penelitian dan Pengembangan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan


Peternakan (Puslitbangnak) Sumberdaya Lahan Pertanian
Jalan Raya Pajajaran Kav. E-59, Bogor 16143 (BB SDLP)
Telp. (0251) 8322185, 8328383, 8322138 Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114
Faks. (0251) 8328382 Telp. (0251) 8323012, 8327215
E-mail : puslitbangnak@litbang.deptan.go.id Faks. (0251) 8311256
Website : http://peternakan.litbang.deptan.go.id E-mail : bbsdlp@litbang.deptan.go.id
Website : http://bbsdlp.litbang.deptan.go.id
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian
(PSE-KP) Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
Jalan Ahmad Yani No. 70, Bogor 16161 Jalan Raya No. 9, Sukamandi, Subang 41172
Telp. (0251) 8333964 Telp. (0260) 520157
Faks. (0251) 8314496 Faks. (0260) 520158
E-mail : pse@litbang.deptan.go.id E-mail : bbpadi@litbang.deptan.go.id
Website : http://pse.litbang.deptan.go.id Website : http://bbpadi.litbang.deptan.go.id

Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


139
Balai Besar Penelitian Veteriner (Bbalitvet) Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika
Jalan R.E. Martadinata No. 30, Kotak Pos 52 (Balitbu Tropika)
Bogor 16114 Jalan Raya Solok Aripan km 8, Kotak Pos 5
Telp. (0251) 8331048, 8334456 Solok 27301
Faks. (0251) 8336425 Telp. (0755) 20137
E-mail : balitvet@litbang.deptan.go.id Faks. (0755) 20592
Website : http://bbalitvet.litbang.deptan.go.id E-mail : balitbu@litbang.deptan.go.id
Website : http://balitbu.litbang.deptan.go.id
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian (BB Pengkajian) Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah
Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor 16114 Subtropika (Balitjestro)
Telp. (0251) 8351277 Jalan Raya Tlekung No. 1, Junrejo, Kota Batu 65301
Faks. (0251) 8350928 Telp. (0341) 592683
E-mail : bbp2tp@litbang.deptan.go.id Faks. (0341) 593047
Website : http://bbp2tp.litbang.deptan.go.id E-mail : balitjestro@litbang.deptan.go.id
Website : http://balitjestro.litbang.deptan.go.id
Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian
(Balai PATP) Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Jalan Salak No. 22, Bogor 16151 (Balittro)
Telp. (0251) 8382563, 8382567 Jalan Tentara Pelajar No. 3, Bogor 16111
Faks. (025) 8382567 Telp. (0251) 8321879
E-mail : bpatp@litbang.deptan.go.id Faks. (0251) 8327010
Website : http://bpatp.litbang.deptan.go.id E-mail : balittro@litbang.deptan.go.id
Website : http://balittro.litbang.deptan.go.id
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian (Balitkabi) Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar
Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66 (Balittri)
Malang 65101 Jalan Raya Pakuwon km 2, Parungkuda
Telp. (0341) 801468 Sukabumi 43357
Faks. (0341) 801496 Telp. (0266) 7070941
E-mail : balitkabi@litbang.deptan.go.id Faks. (0266) 6542087
blitkabi@telkom.net E-mail : balittri@litbang.deptan.go.id
Website : http://balitkabi.litbang.deptan.go.id balittri@gmail.com
Website : http://balittri.litbang.deptan.go.id
Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal)
Jalan Dr. Ratulangi, Kotak Pos 173 Maros 90514 Balai Penelitian Tanaman Palma (Balitka)
Telp. (0411) 371529 Jalan Bethesda II, Mapanget, Kotak Pos 1004
Faks. (0411) 371961 Manado 95001
E-mail : balitsereal@litbang.deptan.go.id Telp. (0431) 812430
Website : http://balitsereal.litbang.deptan.go.id Faks. (0431) 812017
E-mail : balitka@litbang.deptan.go.id
Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Website : http://balitka.litbang.deptan.go.id
Jalan Tangkuban Perahu 517 Lembang
Bandung 40391 Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat
Telp. (022) 2786245 (Balittas)
Faks. (022) 2786416 Jalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 199
E-mail : balitsa@litbang.deptan.go.id Malang 65152
Website : http://balitsa.litbang.deptan.go.id Telp. (0341) 491447
Faks. (0341) 485121
Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) E-mail : balittas@litbang.deptan.go.id
Jalan Raya Ciherang, Kotak Pos 8 SDL Website : http://balittas.litbang.deptan.go.id
Segunung Pacet, Cianjur 43252
Telp. (0263) 517056, 514138
Faks. (0263) 514138
E-mail : balithi@litbang.deptan.go.id
Website : http://balithi.litbang.deptan.go.id

Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian


140
Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Jalan Banjarwaru, Ciawi Sumatera Utara
Kotak Pos 221 Jalan Jend. A.H. Nasution No.1B, Kotak Pos 7 MDGJ
Bogor 16002 Medan 20143
Telp. (0251) 8240752 Telp. (061) 7870710
Faks. (0251) 8240754 Faks. (061) 7861020
E-mail : balitnak@litbang.deptan.go.id E-mail : bptp-sumut@litbang.deptan.go.id
balitnak@indo.net.id Website : http://sumut.litbang.deptan.go.id
Website : http://balitnak.litbang.deptan.go.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Sumatera Barat
Jalan Tentara Pelajar No. 12, Bogor 16114 Jalan Raya Padang-Solok, km 40, Sukarami
Telp. (0251) 8336757 Solok 27366
Faks. (0251) 8321608 Telp. (0755) 31122, 31564
E-mail : balittanah@litbang.deptan.go.id Faks. (0755) 731138
Website : http://balittanah.litbang.deptan.go.id E-mail : bptp-sumbar@litbang.deptan.go.id
Website : http://sumbar.litbang.deptan.go.id
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
(Balitklimat) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Jalan Tentara Pelajar No.1 A, Bogor 16111 Riau
Telp. (0251) 8312760 Jalan Kaharudin Nasution km 40
Faks. (0251) 8312760 Padang Marpoyan, Kotak Pos 1020
E-mail : balitklimat@litbang.deptan.go.id Pekanbaru 10210
Website : http://balitklimat.litbang.deptan.go.id Telp. (0761) 674206
Faks. (0761) 674206
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) E-mail : bptp-riau@litbang.deptan.go.id
Jalan Kebun Karet Lok Tabat Utara, Kotak Pos 31 bptp_riau@yahoo.com.au
Banjarbaru 70712 Website : http://riau.litbang.deptan.go.id
Telp. (0511) 4772534
Faks. (0511) 4773034 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
E-mail : balittra@litbang.deptan.go.id Jambi
Website : http://balittra.litbang.deptan.go.id Jalan Samarinda Kotabaru
Kotak Pos 118, Kotabaru 36128
Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Jalan Jambi-Palembang km 16, Desa Pondok Meja,
(Balingtan) Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi
Jalan Raya Jakenan, Jaken km 5, Kotak Pos 5, Jaken Telp. (0741) 7053525, 40174
Pati 59182 Faks. (0741) 40413
Telp. (0295) 883927 E-mail : bptp-jambi@litbang.deptan.go.id
Faks. (0295) 883927 bptp_jambi@yahoo.com
E-mail : balingtan@litbang.deptan.go.id Website : http://jambi.litbang.deptan.go.id
Website : http://balingtan.litbang.deptan.go.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan
Nanggroe Aceh Darussalam Jalan Kolonel H. Barlian km 6
Jalan P. Nyak Makam No. 27, Kotak Pos 41, Kotak Pos 1265, Palembang 30153
Lampineung, Banda Aceh 23125 Telp. (0711) 410155
Telp. (0651) 7551811 Faks. (0711) 411845
Faks. (0651) 7552077 E-mail : bptp-sumsel@litbang.deptan.go.id
E-mail : bptp-aceh@litbang.deptan.go.id Website : http://sumsel.litbang.deptan.go.id
bptp_aceh@yahoo.co.id
Website : http://nad.litbang.deptan.go.id

Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


141
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Bangka Belitung Jawa Tengah
Jalan Mentok km 4, Pangkalpinang 33134 Bukit Tegalepek, Sidomulyo,
Telp. (0717) 421797, 422858 Kotak Pos 101 Ungaran 50501
Faks. (0717) 421797 Telp. (024) 6924965, 6924967
E-mail : bptp-babel@litbang.deptan.go.id Faks. (024) 6924966
Website : http://babel.litbang.deptan.go.id E-mail : bptp-jateng@litbang.deptan.go.id
Website : http://jateng.litbang.deptan.go.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Bengkulu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Jalan Irian km 6,5 Yogyakarta
Kotak Pos 1010, Bengkulu 38119 Ringroad Utara Jalan Karangsari Wedomartani,
Telp. (0736) 23030 Ngemplak, Sleman, Kotak Pos 1013
Faks. (0736) 23030 Yogyakarta 55010
E-mail : bptp-bengkulu@litbang.deptan.go.id Telp. (0274) 884662
Website : http://bengkulu.litbang.dptan.go.id Faks. (0274) 562935
E-mail : bptp-diy@litbang.deptan.go.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) bptpdiy@indosat.go.id
Lampung Website : http://yogya.litbang.deptan.go.id
Jalan Z.A. Pagar Alam No. 1A Rajabasa
Bandar Lampung 35145 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Telp. (0721) 781776, 701328 Jawa Timur
Faks. (0721) 705273 Jalan Raya Karangploso km 4, Kotak Pos 188
E-mail : bptp-lampung@litbang.deptan.go.id Malang 65101
Website : http://lampung.litbang.deptan.go.id Telp. (0341) 494052
Faks. (0341) 471255
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) E-mail : bptp-jatim@litbang.deptan.go.id
Banten bptpjatim@yahoo.com
Jalan Raya Ciptayasa km 01, Ciruas Website : http://jatim.litbang.deptan.go.id
Serang 42182
Telp. (0254) 280093, 281055 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Faks. (0254) 282507 Bali
E-mail : bptp-banten@litbang.deptan.go.id Jalan By Pass Ngurah Rai, Pasanggaran
bptp-banten@indo.net.id Kotak Pos 3480, Denpasar 80222
Website : http://banten.litbang.deptan.go.id Telp. (0361) 720498
Faks. (0361) 720498
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Email : bptp-bali@litbang.deptan.go.id
Jawa Barat bptpbali@yahoo.com
Jalan Kayuambon No. 80, Kotak Pos 8495, Lembang Website : http://bali.litbang.deptan.go.id
Bandung 40391
Telp. (022) 2786238 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Faks. (022) 2789846 Nusa Tenggara Barat
E-mail : bptp-jabar@litbang.deptan.go.id Jalan Raya Paninjauan Narmada
bptplem@indo.net.id Kotak Pos 1017, Mataram 83010
Website : http://jabar.litbang.deptan.go.id Telp. (0370) 671312
Faks. (0370) 671620
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) E-mail : bptp-ntb@litbang.deptan.go.id
DKI Jakarta Website : http://ntb.litbang.deptan.go.id
Jalan Ragunan No.30, Pasarminggu
Kotak Pos 7321/JKSPM, Jakarta 12540 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Telp. (021) 78839949, 7815020 Nusa Tenggara Timur
Faks. (021) 7815020 Jalan Timor Raya km 32, Kotak Pos 1022 Naibonat,
E-mail : bptp-jakarta@litbang.deptan.go.id Kupang 85362
bptp-jakarta@cbn.net.id Telp. (0380) 833766
Website : http://jakarta.litbang.deptan.go.id Faks. (0380) 829537
E-mail : bptp-ntt@litbang.deptan.go.id
Website : http://ntt.litbang.deptan.go.id

Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian


142
Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Kalimantan Barat Sulawesi Selatan
Jalan Budi Utomo No. 45 Siantan Hulu, Jalan Perintis Kemerdekaan km 17,5
Kotak Pos 6150, Pontianak 78061 Kotak Pos 1234, Makassar 90242
Telp. (0561) 882069 Telp. (0411) 556449
Faks. (0561) 883883 Faks. (0411) 554522
E-mail : bptp-kalbar@litbang.deptan.go.id E-mail : bptp-sulsel@litbang.deptan.go.id
bptpkalbar@yahoo.com Website : http://sulsel.litbang.deptan.go.id
Website : http://kalbar.litbang.deptan.go.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah Jalan Prof. Muh. Yamin No. 89, Kotak Pos 55
Jalan G. Obos km 5, Kotak Pos 122 Kendari 93114
Palangkaraya 73111 Telp. (0401) 312571
Telp. (0536) 3329662 Faks. (0401) 313180
Faks. (0536) 3331416 E-mail : bptp-sultra@litbang.deptan.go.id
E-mail : bptp-kalteng@litbang.deptan.go.id Website : http://sultra.litbang.deptan.go.id
kalteng_bptp@yahoo.com
Website : http://kalteng@litbang.deptan.go.id Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Gorontalo
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jalan Kopi No. 270, Desa Iloheluma, Kecamatan
Kalimantan Timur Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango
Jalan P.M. Noor, Sempaja, Gorontalo 96183
Kotak Pos 1237, Samarinda 75119 Telp. (0435) 827627
Telp. (0541) 220857 Faks. (0435) 827627
Faks. (0541) 220857 E-mail : bptp_gtlo@yahoo.com
E-mail : bptp-kaltim@litbang.deptan.go.id Website : http://gorontalo.litbang.deptan.go.id
Website : http://kaltim.litbang.deptan.go.id
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Maluku
Kalimantan Selatan Jalan Laksdya Leo Wattimena-Waiheru
Jalan Panglima Batur Barat No. 4 Kotak Pos 204 Passo, Ambon 97232
Kotak Pos 1018 & 1032, Banjarbaru 70711 Telp. (0911) 3303865
Telp. (0511) 4772346 Faks. (0911) 322542
Faks. (0511) 4781810 E-mail : bptp-maluku@litbang. deptan.go.id
E-mail : bptp-kalsel@litbang.deptan.go.id Website : http://maluku.litbang. deptan.go.id
bptpkalsel@gmail.com
bptpkalsel@yahoo.com Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Website : http://kalsel.litbang.deptan.go.id Maluku Utara
Komplek Pertanian Kusu, Kecamatan Oba Utara
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kota Tidore Kepulauan 97000
Sulawesi Utara Telp. (0921) 326350
Jalan Kampus Pertanian Kalasey, Kotak Pos 1345 Faks. (0921) 326350
Manado 95013 E-mail : bptp-malut@litbang.deptan.go.id
Telp. (0431) 836637 bptp_malut@yahoo.com
Faks. (0431) 838808 Website : http://malut.litbang.deptan.go.id
E-mail : bptp-sulut@litbang.deptan.go.id
kspp.bptpsulut@gmail.com Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Website : http://sulut.litbang.deptan.go.id Papua
Jalan Yahim No. 49, Sentani, Kotak Pos 256, Sentani
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jayapura 99352
Sulawesi Tengah Telp. (0967) 592179
Jalan Lasoso No. 62, Biromaru Faks. (0967) 591235
Kotak Pos 51 Palu E-mail : bptp_papua@litbang.deptan.go.id
Telp. (0451) 482546 Website : http://papua.litbang.deptan.go.id
Faks. (0451) 482549
E-mail : bptp-sulteng@litbang.deptan.go.id
bptpsulteng@yahoo.com
Website : http://sulteng.litbang.deptan.go.id

Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian

Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011


143
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi
Papua Barat Barat
Jalan Amban Pantai Waidema Jalan Martadinata No. 16
Kotak Pos 254, Manokwari 98314 Mamuju, Sulawesi Barat
Telp. (0986) 213182, 211377 Telp. (0426) 22547
Faks. (0986) 212052 Faks. (0426) 22547
E-mail : bptp-pabar@litbang.deptan.go.id E-mail : bptpsulbar@yahoo.co.id
Website : http://papuabarat.litbang.deptan.go.id Website : http://sulbar.litbang.deptan.go.id

Loka Pengkajian Teknologi Pertanian


Kepulauan Riau
Jalan Pelabuhan Sungai Jang No. 38
Tanjung Pinang
Telp. (0771) 22153
Faks. (0771) 313299
E-mail : lptp_kepri@yahoo.com

Unit Kerja Lingkup Badan Litbang Pertanian


144
Laporan Tahunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2011

Anda mungkin juga menyukai