Anda di halaman 1dari 3

Angwar Romdoni

PascasarjanaManajemenPendidikan Islam
UIN SGD BANDUNG
angwar166@gmail.com

ISLAMIC SCIENCE AND THE MAKING OF THE EUROPEAN


RENAISSANCE
Oleh: George Saliba

Islamic Science and the Making of the Europe an Reinaissance buku yang di tulis oleh
George Saliba dari Colombia University, sains Islam adalah disiplin-disiplin ilmu
pengetahuan yang dikembangkan dalam Peradaban Islam antara abad 7 hingga 16 M,
terutama pada masa-masa keemasan Islam. Terkadang ia juga dikenal sebagai sains Arab,
karena sebagian besar karya tersebut memang menggunakan Bahasa Arab, yang dimana ia
merupakan ciri dari Peradaban Islam, dan di dalam bukunya menggambarakan bagaimana
ahli astronomi Polandia Nicolaus Copernicus menggunakan hasil karya ahli astronomi Islam
sebagai dasar penemuan barunya pada tahun 1514 bahwa bumi mengelilingi bumi.

Ahli sejarah matematika pun mengakui bahwa aljabar telah dikembangkan di Bagdad pada
abad ke-9 oleh Musa al-Khawarizmi. Pengaruh ilmu pengetahuan Islam terhadap gerakan
Renaisans. Saliba dalam buku ini melacak orisinalitas pengetahuan Islam lewat astronomi.
Para ilmuwan Barat pun pernah membaca karya-karya ilmuwan Muslim.

George Saliba memerinci permasalahan dalam banyak buku dan menjelaskan penulisan
sejarah alternatif bahwa digambarkan jika perkembangan ilmiah Islam sebagai hasil interaksi
sosial dan kondisi-kondisi politis di dalam kerajaan Islam.

Saliba mengatakan, filsafat Islam telah mendorong ilmu pengetahuan dan telah mendukung
berbagai disiplin-disiplin ilmu. Termasuk tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, aljabar,
trigonometri, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu perbintangan, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu faal
dan matematika sebelum zaman industri.

Ia juga mengatakan, pecahan persepuluhan bukan suatu penemuan orang Barat dan bahwa itu
ditemukan oleh seorang ilmuwan Muslim. Ia juga menambahkan, sistem biner, adalah juga
ditemukan oleh seorang ilmuwan Muslim.

Kebangkitan dan kejatuhan tradisi ilmiah Islam, dan hubungan sains Islam dengan sains
Eropa selama Renaisans.

Tradisi ilmiah Islam telah dideskripsikan berkali-kali dalam kisah-kisah peradaban Islam dan
sejarah umum sains, dengan sebagian besar penulis menelusuri permulaannya hingga
perampasan gagasan dari peradaban kuno lainnya khususnya orang Yunani. Dalam buku
yang merangsang pemikiran dan orisinal ini, George Saliba berpendapat bahwa, bertentangan
dengan pandangan yang diterima secara umum, dasar-dasar pemikiran ilmiah Islam
diletakkan dengan baik sebelum sumber-sumber Yunani secara resmi diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab pada abad kesembilan. Berdasarkan sejarawan intelektual abad ke-10 Ibn al-
Naidm sebagian besar sarjana modern, Saliba menyarankan bahwa terjemahan awal dari
sumber-sumber terutama Persia dan Yunani yang menguraikan ide-ide ilmiah dasar untuk
penggunaan departemen pemerintah adalah dorongan untuk pembangunan dari tradisi ilmiah
Islam. Dia berpendapat lebih lanjut bahwa ada hubungan organik antara pemikiran ilmiah
Islam yang berkembang pada abad-abad kemudian dan sains yang muncul di Eropa selama
Renaisans.

Saliba menguraikan kisah konvensional ilmu pengetahuan Islam, kemudian membahas


kekurangan mereka dan mengusulkan narasi alternatif. Menggunakan astronomi sebagai
templat untuk melacak kemajuan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam, Saliba
menunjukkan orisinalitas pemikiran ilmiah Islam. Dia merinci inovasi (termasuk alat
matematika baru) yang dibuat oleh para astronom Islam dari abad ketiga belas hingga
keenam belas, dan menawarkan bukti bahwa Copernicus bisa tahu dan menggambar karya
mereka. Daripada melihat naik turunnya sains Islam dari perspektif politik dan agama, Saliba
berfokus pada produksi ilmiah itu sendiri dan kondisi sosial, ekonomi, dan intelektual yang
kompleks yang memungkinkannya.
Banyak pula penemuan yang dipantik perkembangan kondisi dalam masyarakat Islam
sendiri. Kemajuan peradaban yang hidup di dunia Islam, pada gilirannya juga menarik
keingintahuan bangsa lain. Lalu, mempelajari sesuatu yang sama sekali baru dari peradaban
Islam. Ada hubungan yang berkait kelindan.
Upaya saling belajar terjadi di antara Islam, Barat, India, dan Cina juga terjadi. Ini
berlangsung sangat pesat dan menunjang perkembangan di ranah intelektualitas dan
mendorong kemajuan peradaban. Menjulangnya kekuasaan pemerintah Islam, telah
mengantarkan umat Islam bersentuhan dengan peradaban lain.
Pesan Muhammad SAW soal ilmu, mendorong umat Islam belajar. Mereka tertarik dengan
teks dan literatur pemikir Yunani dan India kuno. Pakar sejarah, George Saliba dalam Islamic
Scienceand The Making oftheEuropean, keinginan menyerap pengetahuan dari luar telah ada
sejak 690 Masehi.
Saliba menunjuk pangeran dan cendekiawan terkenal, Khalid bin Yazid. Khalid merasa perlu
mempelajari bidang alkimia dan rujukannya adalah buku-buku berbahasa Yunani. Ini
menjadi perangsang awal penerjemahan buku sains ke dalam bahasa Arab. Sejak saat itu,
gairah penerjemahan kian meningkat.
Munculnya Dinasti Abbasiyah ke panggung kekuasaan, tak mengendurkan semangat itu
bahkan terus menggelora. Baghdad lalu menjelma menjadi pusat sains dan seni. Peningkatan
pesat gerakan ini terjadi pada masa Khalifah al-Ma’mun. Ia memang dikenal pecinta
pengetahuan.
Perpustakaan masyhur yang didirikan semasa khalifah Harun al-Rasyid, Bait al-Hikmah,
ditingkatkan fungsinya menjadi pusat pendidikan. Khalifah mengundang lebih banyak
ilmuwan dari beragam disiplin ilmu, seperti para filsuf, ahli astronomi, geografi, matematika,
ataupun dokter.
Mereka mendapatkan sokongan untuk melakukan penerjemahan beragam literatur ilmu
pengetahuan dari berbagai bahasa, seperti Yunani dan Sansekerta. Untuk itu, para ilmuwan
tersebut akan mendapatkan imbalan berupa gaji dan insentif yang tinggi. Banyak pula non-
Muslim yang dilibatkan dalam penerjemahan ini.
Dunia telah mengakui bahwa sains Islam pada generasi Muslim abad ke-7 hingga kisaran
abad ke-16 telah memiliki kontribusi besar bagi kemajuan peradaban Barat. Mereka begitu
identik dengan capaian-capaian positif sains. Mereka lahir dan berkembang persis ketika
Barat sedang berada dalam masa kegelapan (the Dark Age). Mereka bukan saja mempelajari
sains-sains dari Yunani, akan tetapi mereka memberikan koreksi dan produk sains baru
sebagai penyempurna dari sains Yunani sebelumnya. Hal inilah yang menyebabkab
perkembangan sains Islam pada saat itu begitu pesat.

Anda mungkin juga menyukai