Eksotika Fisika Dari Big Bang Hingga Partikel Elementer Miftachul Hadi PDF
Eksotika Fisika Dari Big Bang Hingga Partikel Elementer Miftachul Hadi PDF
Miftachul Hadi
http://www.fisika.lipi.go.id, http://www.blog.lipi.go.id/situs/soliton/
http://sivitas.lipi.go.id/mift001/
E-mail: itpm.indonesia@gmail.com
25 Juli 2008
Daftar Isi
i
DAFTAR ISI ii
6 A Brief of Symmetry 20
6.1 Apa itu Simetri? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
6.2 Apa yang Simetri? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20
6.3 Simetri dan Kekekalan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
6.4 Simetri dan Fisika Partikel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
11 Partikel Elementer 45
11.1 Apa itu Partikel? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
11.2 Detektor Partikel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45
11.3 Apa itu Partikel Elementer? . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 46
11.4 Siapa Anggota Keluarga Besar Partikel Elementer? . . . . . . . . . . . 46
11.5 Kelahiran Keluarga Fermion: Elektron . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
11.6 Spin Elektron . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
11.7 Penemuan Elektron . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 47
11.8 Sifat dan Perilaku Elektron . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 49
12 Neutrino 53
12.1 Postulat Pauli . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53
12.2 Massa Neutrino . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
12.3 Probabilitas Osilasi Neutrino . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54
Bab 1
1.1 Singularitas
MENAKJUBKAN! Alam semesta yang maha luas dan selalu bertambah luas (khusus-
nya pada saat ini) bermula dari suatu ”gumpalan”, dimana semua materi lumat dalam
kerapatan tak hingga. Dapatkah dibayangkan, berapa besar kerapatan materi dalam
sebuah ”titik” yang volumenya nol, jika seluruh massa alam semesta yang terdiri dari
sekitar 100 milyar kali 100 milyar bintang yang massa tiap-tiap bintang sebesar kira-
kira massa matahari dalam tata surya kita dipaksakan masuk ke dalamnya?
Titik ini dalam kajian kosmologi, yakni bahasan alam semesta skala besar, dise-
but singularitas. Materi yang sekian banyak tersebut berkumpul menjadi neutron
(partikel netral, tak bermuatan listrik). Sebab, elektron-elektron (partikel bermuatan
listrik negatip) yang berasal dari masing-masing atom telah ”menyatu” dengan proton
(partikel bermuatan listrik positip) ”pasangan”-nya dalam atom.
Keberadaan alam semesta dari ”gumpalan maha padat” yang mempunyai interaksi
gravitasi (interaksi gravitasi disebabkan oleh adanya massa) yang luar biasa besar,
memiliki efek remasan yang juga luar biasa besar sehingga gumpalan alam semesta
mengkerut, berukuran lebih kecil dari bintang pulsar yang berjejari sekitar dua hingga
2
BAB 1. BIG BANG: AWAL KELAHIRAN ALAM SEMESTA 3
tiga kali jari-jari matahari. Bahkan gumpalan ini mengkerut sehingga ia berukuran
lebih kecil dari black holes, memiliki massa jauh lebih besar dibandingkan dengan
massa pulsar dan terus mengkerut hingga berjejari mendekati ukuran titik.
Menurut Prof. Baiquni, alam semesta yang berawal dari ”ketiadaan” sebagai gun-
cangan vakum yang membuatnya memiliki energi yang sangat tinggi dalam singularitas
bertekanan negatip. Vakum yang mempunyai kandungan energi luar biasa besar dan
tekanan gravitasi negatip ini menimbulkan suatu dorongan eksplosif yang luar biasa
besar keluar dari singularitas.
Seiring dengan mengembangnya alam semesta, materi dan radiasi di alam semesta
menjadi semakin dingin. Karena suhu merupakan ukuran energi rerata (atau kelajuan
rerata) partikel, pendinginan semesta memiliki pengaruh terhadap materi yang dikan-
dungnya. Ketika alam semesta mendingin, karena ekspansi yang super cepat, suhunya
merendah melewati 1.000 trilyun-trilyun derajat (coba bandingkan, misalnya dengan
suhu reaksi fusi di matahari yang ”hanya” sekitar 5.500 derajat celcius), pada umur
10 pangkat minus 35 detik, terjadilah gejala ’lewat dingin’.
Pada saat pengembunan tersentak, keluarlah materi dari bentuk energi yang mem-
anaskan kosmos kembali menjadi 1.000 trilyun-trilyun (1 dengan 27 nol dibelakangnya)
derajat. Namun, seluruh kosmos terdorong membesar dengan kecepatan luar biasa
selama waktu 10 pangkat minus 32 detik. Ekspansi alam semesta yang luar biasa,
menggelembung dengan tiupan dahsyat dikenal sebagai gejala inflasi.
Selama proses inflasi ini, terdapat kemungkinan tak hanya satu alam saja yang
muncul, tetapi beberapa alam, berapa jumlahnya? Dan masing-masing alam dapat
memiliki hukum-hukumnya sendiri yang tidak perlu sama dengan hukum alam semesta
yang kita tempati. Karena materialisasi dari energi yang tersedia yang pada akhirnya
berakibat terhentinya inflasi tak terjadi secara serentak, maka di lokasi-lokasi tertentu
terdapat konsentrasi materi yang merupakan benih galaksi-galaksi yang tersebar di
BAB 1. BIG BANG: AWAL KELAHIRAN ALAM SEMESTA 4
seluruh kosmos. Jenis materi apa yang muncul pertama-tama di alam ini? Saat umur
alam semesta mendekati seperseratus detik, isinya adalah radiasi dan partikel-partikel
subnuklir. Pada saat itu, suhu kosmos sekitar 100 milyar derajat celcius. Campuran
partikel dan radiasi yang sangat rapat serta bersuhu sangat tinggi itu lebih menyerupai
”fluida” daripada zat padat, sehingga kosmolog menamainya ”sop kosmos”.
Antara umur satu detik hingga tiga menit terjadi proses yang dinamai proses nuk-
leosintesis yakni proses penggabungan inti-inti atom. Dalam periode ini, inti atom-
atom ringan terbentuk sebagai hasil reaksi fusi nuklir. Saat, setelah umur alam semesta
mencapai 700.000 tahun, elektron-elektron masuk dalam orbit mereka di sekitar inti
dan bersama-sama inti membentuk atom sembari melepaskan energi radiasi; pada saat
itu seluruh langit bercahaya terang-benderang dan hingga kini ”cahaya” ini masih
dapat diamati sebagai radiasi gelombang mikro. Menurut perhitungan para ilmuwan
kosmologi, alam semesta mempunyai sekitar sepuluh dimensi; yaitu, empat dimensi
ruang-waktu yang kita hayati, dan enam dimensi lainnya yang tak kita sadari, karena
”tergulung” dengan jari-jari 10 pangkat minus 32 sentimeter yang berwujud sebagai
muatan listrik dan muatan nuklir.
Dimensi yang kita hayati adalah dimensi yang, katakanlah, ”terentang” sebagai
ruang-waktu. Jika semua yang telah dirintis secara matematika ini memperoleh dukun-
gan dari hasil ekperimen atau observasi, maka ada kemungkinan bahwa alam semesta
yang kita huni ini mempunyai ”dunia kembaran”(shadow world ) yang sebenarnya ke-
beradaannya di sekeliling kita, ia hanya dapat kita hubungi melalui medan gravitasi.
Bab 2
Mengapa kita tetap berpijak di atas permukaan bumi? Mengapa setiap benda yang
jatuh selalu menuju pusat bumi? Mengapa bulan tetap mengelilingi bumi dan bumi
bersama-sama bulan mengelilingi matahari? Mengapa demikian?
Disadari atau tidak, seringkali kita tidak memahami pengalaman kita hidup di
dunia ini. Tentang ’sesuatu’ yang menyebabkan kita tetap lekat di permukaan bumi.
Apakah sesuatu itu? Mengapa sesuatu itu ada? Bagaimana cara ia bekerja?
Suatu pertanyaan sederhana seringkali memerlukan pemikiran yang mendalam un-
tuk memperoleh jawabannya. Dan mungkin, sedikit sekali yang berupaya sungguh-
sungguh, karena hal itu tampaknya sesuatu yang ”biasa” dalam kehidupan sehari-hari.
Kecuali anak-anak yang polos dan lugu serta ingin tahu yang seringkali mengusik ki-
ta dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang spontan tentang segala sesuatu yang
mereka lihat dan rasakan. Yang terkadang terkesan lucu namun menyenangkan. Di-
antaranya mengapa benda jatuh selalu ke ”bawah”?
Penjelasan yang kita terima seperti mereka juga belumlah tuntas, bahkan mungkin
hingga saat ini. Sebenarnya, setiap orang tentu mengalami pengaruh gravitasi. Demikian
5
BAB 2. FENOMENA GRAVITASI YANG MENAKJUBKAN! 6
juga dengan semua benda yang ada di sekitar kita. Walau tanpa kita sadari, semua
benda yang terdiri dari partikel materi saling berinteraksi tarik-menarik satu sama
lain. Gravitasilah yang memungkinkan kita tetap nyaman tinggal di permukaan bu-
mi dan kita dapat menikmati indahnya cahaya bulan purnama di malam hari, juga
kemilaunya sinar matahari di waktu senja dan pagi hari. Tanpa gravitasi, kita semua
akan beterbangan ”hilang” dalam ruang makrokosmos yang teramat luas akibat rotasi
bumi. Tanpa gravitasi, bumi yang kita huni, bulan dan matahari serta planet-planet
yang mengisi ruangan jagat raya ini akan berhamburan dalam gerak acak yang tak
beraturan.
Namun, apakah ”gravitasi” itu? Sejauh ini telah banyak usaha yang dilakukan
untuk memahami fenomena gravitasi. Sejarah mengatakan, mula pertama gagasan
gravitasi dipahami dan dijelaskan oleh Sir Isaac Newton dalam Philosophiae Naturalis
Principia Mathematica yang sering juga disebut Principia yang muncul pertama kali
tahun 1687 (walaupun sebenarnya gagasan gravitasi tersebut telah diperolehnya 22
tahun sebelumnya) yang antara lain menjelaskan hukum gravitasi universal di samp-
ing mengemukakan teori bagaimana benda bergerak dalam ruang dan waktu. Hukum
gravitasi universal menjelaskan bagaimana benda berinteraksi tarik-menarik. Gagasan
hukum gravitasi universal dapat kita pahami sebagai berikut,”tiap benda dalam ja-
gat raya ditarik ke arah semua benda lain oleh suatu gaya yang makin kuat dengan
makin besarnya massa benda-benda itu, dan dengan dekatnya benda itu satu sama
lain”. Artinya, setiap partikel materi yang berada di dalam jagat raya ini saling tarik-
menarik satu sama lain yang besarnya gaya tarik-menarik tersebut bertambah besar
bila jaraknya semakin dekat dan kandungan massa dari tiap-tiap partikel materi terse-
but bertambah banyak.
Meskipun pengalaman kita hidup sehari-hari tidak merasakan hal demikian, hal ini
dikarenakan oleh adanya kenyataan bahwa gaya gravitasi itu teramat lemah, sehingga
BAB 2. FENOMENA GRAVITASI YANG MENAKJUBKAN! 7
wa antar galaksi saling bergerak menjauhi satu sama lain mirip dengan balon karet
yang kita tiup, dengan kecepatan yang semakin bertambah besar dengan bertambah
jauhnya jarak antar galaksi. Menurut prediksi, bahkan hal ini akan tetap berlangsung
sekitar 5 atau 10 milyar tahun lagi.
Meskipun gaya gravitasi mempunyai kekuatan yang lemah bila dibandingkan den-
gan gaya-gaya lain yang terdapat di jagat raya ini, ia dapat mempunyai kekuatan yang
sangat besar, bila kita meninjau suatu misal, sebuah objek langit yang mengalami
pemampatan materi dan telah kehilangan energi termonuklirnya yang ia pergunakan
untuk melangsungkan hidup, akan mengalami pengerutan yang sangat hebat. Bintang
yang ambruk tersebut akan mengerut mencapai ukuran yang sangat kecil karena efek
tarikan gravitasinya yang sangat kuat. Objek semacam inilah yang sering kita kenal
sebagai lubang hitam, suatu objek yang menjadi perhatian utama saat ini dikarenakan
ia memiliki sifat-sifat yang diramalkan dari teori kuantum dan teori relativitas umum,
yang menawan dan menakjubkan!
Mungkin sulit bagi kita untuk membayangkan terdapatnya objek yang demikian
sangat rapat, bila suatu misal, dalam sebuah kelereng yang berdiameter dua centimeter
mengandung sejumlah massa 80 milyar ton! Bintang yang mempunyai massa sekian
itu akan terus-menerus mengerut dalam ukuran yang semakin kecil dan semakin rapat.
Tarikan gravitasinya bahkan mampu menarik cahaya yang lewat mendekatinya.
Struktur atom dan struktur inti lubang hitam tidak lagi seperti yang telah kita
kenal dalam teori atom dan teori nuklir, karena tarikan gravitasi telah menarik awan
elektron di sekeliling inti dan menembusnya! Sifat-sifat apakah yang terjadi dan hukum
bagaimanakah yang mampu menjelaskan adanya fenomena seperti itu, hingga saat ini
masih dalam perumusan para fisikawan dunia. Dan akan selalu menjadi bahan kajian
yang menarik karena ia merupakan aspek penting dalam pemahaman kita terhadap
alam semesta, kelahiran serta proses evolusinya secara keseluruhan dalam suatu pema-
BAB 2. FENOMENA GRAVITASI YANG MENAKJUBKAN! 9
haman utuh yang menunjukkan kebesaran Pencipta dalam menciptakan jagat raya
ini.
Hukum-hukum gerak Newton baru memiliki arti fisis, jika hukum-hukum tersebut
diacukan terhadap suatu kerangka acuan tertentu, yakni kerangka acuan inersia, suatu
kerangka acuan yang bergerak serba sama - tanpa mengalami percepatan. Prinsip
Relativitas Newtonian menyatakan, ”Jika hukum-hukum Newton berlaku dalam suatu
kerangka acuan maka hukum-hukum tersebut juga berlaku dalam kerangka acuan lain
yang bergerak serba sama relatif terhadap kerangka acuan pertama”. Konsep partikel
bebas diperkenalkan ketika suatu partikel bebas dari pengaruh gaya atau interaksi dari
luar sistem fisis yang ditinjau sebagai idealisasi fakta fisis yang sebenarnya.
Gerak partikel terhadap suatu kerangka acuan inersia tak gayut posisi titik asal
sistem koordinat dan tak gayut arah gerak sistem koordinat tersebut dalam ruang.
Dikatakan, dalam kerangka acuan inersia, ruang bersifat homogen dan isotropik. Jika
partikel bebas bergerak dengan kecepatan konstan dalam suatu sistem koordinat se-
lama interval waktu tertentu tidak mengalami perubahan kecepatan, konsekuensinya
adalah waktu bersifat homogen.
10
BAB 3. A BRIEF OF CLASSICAL MECHANICS 11
Jika ditinjau gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka
diperlukan adanya gaya tertentu yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan
kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun sayang, tak selamanya gaya
konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui. Pendekatan Newtonian
memerlukan informasi gaya total yang beraksi pada partikel. Gaya total ini meru-
pakan keseluruhan gaya yang beraksi pada partikel, termasuk juga gaya konstrain.
Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui,
maka pendekatan Newtonian tak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan baru den-
gan meninjau kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel, misal energi
totalnya.
Pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan prinsip Hamilton, dimana per-
samaan Lagrange yakni persamaan umum dinamika partikel dapat diturunkan dari
prinsip tersebut. Prinsip Hamilton mengatakan, ”Dari seluruh lintasan yang mungkin
bagi sistem dinamis untuk berpindah dari satu titik ke titik lain dalam interval waktu
spesifik (konsisten dengan sembarang konstrain), lintasan nyata yang diikuti sistem di-
namis adalah lintasan yang meminimumkan integral waktu selisih antara energi kinetik
dengan energi potensial.”
Persamaan gerak partikel yang dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat diper-
oleh dengan meninjau energi kinetik dan energi potensial partikel tanpa perlu menin-
jau gaya yang beraksi pada partikel. Energi kinetik partikel dalam koordinat kartesian
adalah fungsi dari kecepatan, energi potensial partikel yang bergerak dalam medan gaya
konservatif adalah fungsi dari posisi. Jika didefinisikan, Lagrangian adalah selisih an-
tara energi kinetik dan energi potensial. Dari prinsip Hamilton, dengan mensyaratkan
kondisi nilai stasioner maka dapat diturunkan persamaan Lagrange.
Persamaan Lagrange merupakan persamaan gerak partikel sebagai fungsi dari koor-
BAB 3. A BRIEF OF CLASSICAL MECHANICS 12
dinat umum, kecepatan umum, dan mungkin waktu. Kegayutan Lagrangian terhadap
waktu merupakan konsekuensi dari kegayutan konstrain terhadap waktu atau dikare-
nakan persamaan transformasi yang menghubungkan koordinat kartesian dan koordi-
nat umum mengandung fungsi waktu. Pada dasarnya, persamaan Lagrange ekivalen
dengan persamaan gerak Newton, jika koordinat yang digunakan adalah koordinat
kartesian.
Dalam mekanika Newtonian, konsep gaya diperlukan sebagai kuantitas fisis yang
berperan dalam aksi terhadap partikel. Dalam dinamika Lagrangian, kuantitas fisis
yang ditinjau adalah energi kinetik dan energi potensial partikel. Keuntungannya,
karena energi adalah besaran skalar, maka energi bersifat invarian terhadap transfor-
masi koordinat.
Dalam kondisi tertentu, tidaklah mungkin atau sulit menyatakan seluruh gaya
yang beraksi terhadap partikel, maka pendekatan Newtonian menjadi rumit pula atau
bahkan tak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, pada perkembangan berikutnya dari
mekanika, prinsip Hamilton berperan penting karena ia hanya meninjau energi partikel
saja.
Bab 4
Menakjubkan! Suatu cita-cita akbar dalam sains fisika yang berusaha untuk men-
emukan formula tunggal yang dapat menjelaskan ”segalanya” tentang semesta raya.
Sebuah perjalanan panjang nan berliku telah ditempuh fisikawan dunia untuk mewu-
judkannya. Banyak kemajuan yang telah dicapai hingga akhir dasawarsa ini, namun
”amanah” ini belumlah tuntas ditunaikan. Pada abad 17, Isaac Newton, di usianya
yang ke 21 tahun mulai mengkonstruksi dasar-dasar sains fisika yang pada gilirannya
merubah ”wajah dunia” sains fisika, hingga Albert Einstein mencetuskan ide relativi-
tas.
Sekurang-kurangnya, persoalan fundamental dalam sains fisika adalah memperoleh
”gambaran” teoritik tunggal yang memadukan seluruh interaksi alam semesta. Einstein
pernah mencoba memadukan interaksi elektromagnetik dan interaksi gravitasi (pada
masa itu interaksi nuklir lemah dan kuat belumlah dikenal), namun sayang usaha ini
belum berhasil diselesaikan hingga akhir hayatnya. Rintisan ini tidaklah pupus begitu
saja. Upaya memadukan seluruh interaksi fundamental alam semesta terus berlanjut.
13
BAB 4. A BRIEF OF GRAND UNIFIED THEORY 14
Sejak puluhan tahun lalu, fisikawan telah mengenal adanya empat jenis interaksi
fundamental yang jarak kerja (range) serta kuat interaksinya berbeda satu sama lain-
nya. Pertama, interaksi gravitasi (interaksi ini yang mula-mula dikenal) merupakan
interaksi terlemah yang jarak kerjanya amat jauh hingga menjangkau seluruh materi
alam semesta. Interaksi atau gaya ini yang mengatur keharmonisan gerak sistem tata
surya, bintang-bintang, galaksi dan kosmos. Interaksi gravitasi berlaku untuk setiap
partikel materi yang memiliki massa.
Kedua, gaya elektromagnetik yang jauh lebih kuat dibanding gaya gravitasi, dengan
jarak kerja yang cukup pendek. Gaya ini, misalnya, mengatur keharmonisan gerak
yang terjadi dalam gugusan molekul-molekul dan atom-atom penyusun molekul. Gaya
elektromagnetik berlaku untuk partikel materi yang memiliki muatan kelistrikan.
Ketiga, gaya nuklir kuat yang mengikat proton dan neutron dalam inti atom. Gaya
nuklir kuat berlaku untuk partikel materi yang memiliki muatan warna. Konsep mu-
atan warna ini tak ada kaitan dengan ”warna” yang kita lihat dalam kehidupan sehari-
hari, seperti warna hijau daun atau warna biru langit. Barangkali istilah ”muatan
warna” ini digunakan fisikawan, karena fisikawan ”kehabisan akal” saking banyaknya
istilah yang digunakan atau bisa juga dipandang sebagai ”kreativitas ide” untuk men-
jelaskan konsep fisis dalam dunia partikel elementer.
Keempat, gaya nuklir lemah. Kata ”lemah” ini diambil dari fakta bahwa kuat
interaksi nuklir lemah adalah sepuluh pangkat tiga belas lebih lemah dibanding gaya
nuklir kuat. Gaya nuklir lemah berlaku untuk partikel materi yang memiliki cita rasa
(flavour). Gaya nuklir lemah ini bekerja, misal dalam peluruhan radioaktif dengan
meradiasikan partikel beta. Ini terjadi sebagai upaya inti untuk memperoleh komposisi
seimbang antara jumlah proton dan neutron, sehingga inti bersifat stabil.
Pada waktu yang lalu interaksi nuklir kuat dan lemah belumlah diketahui dan
tidaklah jelas apakah gravitasi yang menarik benda ke arah bumi, katakanlah sebagai
gravitasi bumi sama dengan gravitasi yang mempertahankan planet untuk beredar
mengelilingi matahari, katakanlah gravitasi astronomis. Salah satu hasil besar yang
BAB 4. A BRIEF OF GRAND UNIFIED THEORY 15
dicapai Newton adalah pembuktian bahwa gravitasi bumi dan gravitasi astronomis
adalah sama.
Keterpaduan lain ditunjukkan oleh fisikawan Inggris, James Clerk Maxwell saat ia
mengemukakan bahwa gaya listrik dan gaya magnetik keduanya sama, yakni dapat
ditelusuri dari interaksi partikel bermuatan (listrik-magnet).
Walaupun kuat interaksi relatif dari berbagai gaya fundamental berkisar hingga
sepuluh pangkat empat puluh, jarak kerjanya sangat berbeda. Gaya nuklir kuat an-
tara nukleon (proton, neutron) berdekatan mengungguli sepenuhnya gaya gravitasi
antara nukleon tersebut, tetapi jika keduanya berjarak satu milimeter, kebalikannya
berlaku. Struktur nuklir ditentukan oleh sifat interaksi nuklir kuat. ”Bongkahan” ma-
teri biasanya bersifat netral secara kelistrikan dan jarak kerja interaksi nuklir kuat dan
lemah sangat terbatas. Sehingga, interaksi gravitasi yang tak berperan besar dalam
jarak kerja pendek menjadi berperan besar dalam jarak kerja besar.
Ide mutakhir saat ini dalam teori kuantum, gaya fundamental alam semesta da-
pat dipahami sebagai pertukaran partikel interaktif. Yaitu graviton sebagai partikel
interaktif gravitasi, boson vektor madya (W+, W-, Z) sebagai partikel interaktif nuk-
lir lemah, foton sebagai partikel interaktif elektromagnetik dan gluon sebagai partikel
interaktif nuklir kuat.
Interaksi gravitasi yang menjangkau jarak tak hingga memiliki konsekuensi bahwa
graviton harus tak bermassa. Ciri graviton yang lain adalah ia memiliki spin 2 karena
gravitasi, secara matematis dinyatakan oleh medan tensor peringkat dua dan bergerak
dengan kecepatan cahaya. Konsep spin merujuk pada sifat nonklasik momentum sudut
intrinsik, dimana gerak pusat massanya mengacu ke titik di luar dirinya. Interaksi
graviton dengan materi sangat lemah, sehingga tak mudah terdeteksi. Hingga saat
ini, belum ada bukti eksperimental yang mendukung atau pun menolak keberadaan
graviton.
BAB 4. A BRIEF OF GRAND UNIFIED THEORY 16
Mengenai boson vektor madya, dapat dibilang sebagai sebagai pembawa interaksi
lemah. Boson vektor madya W memiliki spin 1 dan muatan +e dan -e berperan atas
terjadinya peluruhan beta. Sedangkan Z berspin 1, tak bermuatan serta bermassa lebih
besar dibanding W; efeknya sebegitu jauh hanya terdeteksi pada eksperimen hamburan
energi tertentu.
Salah satu tema utama dalam sejarah Sains Fisika adalah Unifikasi. Waktu dan
berbagai fenomena Fisika dipahami dalam kaitannya dengan prinsip-prinsip dasar Fisi-
ka dan partikel penyusun materi. Dasar pemahaman kita saat ini tentang alam adalah
antara lain dijelaskan dalam teori medan kuantum dan mekanika kuantum dengan be-
saran fisis yang menempati titik dalam ruang-waktu.
Di akhir tahun 1940-an, nampaknya teori medan kuantum adalah kerangka kerja
yang bagus untuk unifikasi mekanika kuantum dan elektromagnetik. Di awal tahun
1970-an, dipahami bahwa gaya nuklir lemah dan nuklir kuat juga dideskripsikan den-
gan teori medan kuantum. Teori lengkap, Model SU (3) × SU (2) × U (1) atau Model
Standard, memperoleh penguatan dari bukti eksperimental secara berulang di tahun-
tahun berikutnya.
Dikombinasi dengan Teori Relativitas Umum, Model Standard konsisten dengan
keseluruhan teori fisika hingga skala sepuluh pangkat minus enam belas centimeter
dengan menggunakan pemercepat partikel. Model Standard juga lulus berbagai uji
tak langsung untuk skala yang lebih rendah dibanding skala di atas, meliputi uji pre-
sisi elektrodinamika kuantum, pencarian peluruhan meson jarang (rare meson), limit
massa neutrino, limit aksion (partikel berinteraksi lemah yang ringan), pencarian pelu-
17
BAB 5. A BRIEF OF STANDARD MODEL 18
ruhan proton, dan limit gravitasi pada kopling (menentukan kuat interaksi) skalar tak
bermassa.
Dalam tiap-tiap uji tak langsung ini fisika baru bisa jadi muncul, namun dalam
kasus demikian belum ada bukti yang jelas. Hingga tahun 2000, isyarat yang paling
kuat adalah soal neutrino, yang menyarankan massa neutrino adalah tak nol.
Model Standard (plus gravitasi) ”berisi” empat interaksi yang didasarkan pada
prinsip invariansi lokal. Salah satunya, adalah interaksi gravitasi, yang dimediasi oleh
graviton spin 2, sedangkan tiga interaksi lain dimediasi oleh boson gauge SU (3) ×
SU (2) × U (1) spin 1.
Sebagai tambahan, Model Standard meliputi boson Higgs spin 0 yang diperlukan
untuk perusakan simetri, kuark serta lepton. Dinamikanya ditentukan oleh Lagrangian
yang gayut sekitar dua puluh parameter bebas, seperti kopling Yukawa dan gauge.
Di samping sukses yang mengesankan, Model Standard tidaklah ”sempurna”. Per-
tama, teori ini terlalu sembarang: mengapa ada pola khusus medan gauge dan mul-
tiplet, dan apa yang menentukan parameter-parameter di dalam Lagrangian? Kedua,
unifikasi gravitasi dengan teori kuantum menghasilkan teori medan kuantum yang tak
dapat di-renormalisasi, suatu isyarat kuat bahwa fisika baru harus muncul pada energi
yang sangat tinggi. Ketiga, pada tingkat klasik, Model Standard tak berlaku dalam
singularitas relativitas umum. Keempat, teori ini dalam arti tertentu tidak natural:
beberapa parameter dalam Lagrangian adalah sangat kecil dibandingkan dengan besar
parameter yang diharapkan.
Pekerjaan kita selanjutnya adalah mencari suatu prinsip yang menggabungkan
medan dari Model Standard dalam struktur yang lebih sederhana, dan menyelesaikan
soal divergensi serta ketidaknaturalan.
BAB 5. A BRIEF OF STANDARD MODEL 19
simetri (Susi)
Beberapa ide prospektif telah dimunculkan. Diantaranya adalah ide unifikasi agung.
Ide ini mengkombinasi tiga interaksi gauge menjadi interaksi tunggal. Ide ini sukses
memprediksi salah satu parameter bebas weak mixing angle dan mungkin parameter
lain (rasio massa bottom-tau). Ide kedua, ruang-waktu memiliki lebih dari empat
dimensi, dengan dimensi ekstra ”terlengkungkan” sehingga tak terdeteksi energi saat
ini. Penalaran ini adalah mungkin, karena geometri ruang-waktu merupakan variabel
dinamis dalam relativitas umum. Apa yang membuat ide ini menarik adalah medan
tunggal berdimensi lebih tinggi dapat memunculkan banyak medan berdimensi empat.
Ini membuka kemungkinan unifikasi interaksi gauge dan gravitasi (mekanisme Kaluza-
Klein). Prinsip unifikasi ketiga adalah supersimetri, yang menghubungkan medan dari
spin dan statistik yang berbeda.
Masing-masing ide ini: unifikasi agung, dimensi ekstra, dan supersimetri memiliki
bentuk yang menarik dan konsisten. Meski begitu, terdapat sesuatu yang hilang. Pen-
erapan ide-ide ini, baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama, tidaklah memandu
ke teori yang secara substansial lebih sederhana dibanding Model Standard.
Bab 6
A Brief of Symmetry
Yang simetri adalah persamaan dinamika partikel dan persamaan medan (interak-
si). Artinya, persamaan dinamika partikel dan persamaan medan dimana keduanya
dapat diturunkan dari prinsip aksi terkecil tak berubah dalam transformasi simetri.
Konsep simetri menjadi begitu penting, karena setiap teori dalam fisika yang di-
tunjukkan oleh Lagrangian sistem, diasumsikan memenuhi prinsip simetri.
20
BAB 6. A BRIEF OF SYMMETRY 21
Diyakini, alam memiliki sifat simetri. Dalam fisika, ide simetri ini menunjukkan
tak berubah suatu sistem fisis atau objek oleh aksi tertentu yang diterapkan terhadap
sistem fisis atau objek tersebut. Hukum-hukum mekanika yang dinyatakan oleh per-
samaan kanonik Hamilton memiliki bentuk sederhana dan tak berubah dalam sem-
barang transformasi sistem koordinat peubah-peubah kanonik.
Transformasi kanonik memberikan Hamiltonian sistem sebagai fungsi koordinat-
koordinat kanonik baru sehingga persamaan kanonik Hamilton tetap berlaku untuk sis-
tem koordinat baru tersebut. Ketakubahan Hamiltonian dalam transformasi translasi
ruang memunculkan hukum kekekalan momentum linier. Ketakubahan Hamiltonian
dalam transformasi translasi waktu memunculkan hukum kekekalan energi. Hukum
kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi merupakan hukum fundamental
dan universal dalam fisika.
Ide keadaan stasioner di dalam atom yang berhubungan dengan gelombang materi
digunakan oleh Schrodinger di tahun 1926 untuk memformulasikan mekanika gelom-
bang. Kuantitas yang memegang peranan penting dalam mekanika gelombang adalah
fungsi gelombang sebagai ukuran ”gangguan gelombang” dari gelombang materi. Se-
bagai contoh: untuk gelombang tali, gangguan gelombang adalah ukuran pergeser-
an transversal; untuk gelombang bunyi, gangguan gelombang adalah variasi tekanan
dan untuk gelombang elektromagnetik, vektor medan listrik sebagai gangguan gelom-
bangnya.
Mekanika gelombang diinspirasi oleh teori gelombang materi de Broglie, yang men-
gatakan, ”Panjang gelombang materi sama dengan suatu konstanta fundamental (kon-
stanta Planck) dibagi dengan momentum liniernya”. Arti fisis mekanika gelombang
pada tahapan ini belumlah jelas. Schrodinger pertama-tama meninjau gelombang ma-
teri de Broglie sebagai suatu entitas fisis. Interpretasi ini menemui kendala, karena
gelombang dapat sebagian direfleksikan dan sebagian ditransmisikan pada suatu batas
medium. Akan tetapi, partikel katakanlah elektron tidak dapat ”dipecah”, sebagian
direfleksikan dan sebagian ditransmisikan. Kendala ini diselesaikan oleh Max Born
yang mengusulkan interpretasi statistik gelombang materi de Broglie.
Dalam pengembangan persamaan gelombang materi, Schrodinger mengetahui dari
hasil karya Hamilton, adanya analogi antara mekanika Newton untuk partikel dan op-
22
BAB 7. A BRIEF OF WAVE MECHANICS 23
24
BAB 8. ENTROPI DAN HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA 25
Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses
terbalikkan: pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik, pe-
mampatan isotermal dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; ”jika integral
sebuah kuantitas mengitari setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas terse-
but yakni variabel keadaan, mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari
keadaan sistem tersebut, tak peduli bagaimana keadaan tersebut dicapai”. Variabel
keadaan dalam hal ini adalah entropi. Perubahan entropi hanya gayut keadaan aw-
al dan keadaan akhir dan tak gayut proses yang menghubungkan keadaan awal dan
keadaan akhir sistem tersebut.
Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, ”Sebuah proses
alami yang bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu
keadaan kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi
dari sistem dan lingkungannya semakin besar”.
Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua ter-
modinamika di dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen dengan meny-
atakan, kekacauan dari sistem dan lingkungan cenderung semakin besar.
Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan ru-
ang kotak adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut men-
empati setengah ruang kotak. Jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda T1
dan T2 berinteraksi, sehingga mencapai temperatur yang serba sama T , maka dapat
dikatakan bahwa sistem tersebut menjadi lebih kacau, dalam arti, pernyataan ”semua
molekul dalam sistem tersebut bersesuaian dengan temperatur T adalah lebih lemah
bila dibandingkan dengan pernyataan semua molekul di dalam benda A bersesuaian
dengan temperatur T1 dan benda B bersesuaian dengan temperatur T2 ”.
Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter kekacauan
BAB 8. ENTROPI DAN HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA 26
adalah:
S = k log w (8.1)
Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal, dimana
banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya semakin besar,
maka kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu daerah bervolume V
adalah sebanding dengan V ; yakni semakin besar V maka semakin besar pula peluang
untuk menemukan molekul tersebut di dalam V . Kemungkinan untuk menemukan
sebuah molekul tunggal di dalam V adalah:
W1 = cV (8.2)
Jika persamaan (8.3) disubstitusikan ke (8.1), maka perbedaan entropi gas ide-
al dalam proses ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak
berubah, adalah bernilai positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi
isotermal tersebut bertambah besar.
Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (8.1), menghubungkan gam-
baran termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk
meletakkan hukum kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana pros-
es alami akan terjadi menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemu-
ngkinan, yakni menuju sebuah keadaan yang lebih mungkin. Dalam hal ini, keadaan
BAB 8. ENTROPI DAN HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA 27
Jika jujur, kita pasti suka yang ”cantik”, bunga di taman yang cantik, lukisan dan
pemandangan yang cantik, dan ”segala sesuatu” yang cantik. Kecantikan itu juga yang
menjadi daya tarik yang luar biasa bagi fisikawan dalam usahanya untuk memahami
”si jelita” alam semesta. Fisikawan mengadakan pendekatan untuk memahami alam,
diantaranya adalah pendekatan alami. Dengan pendekatan ini diharapkan, alam akan
menampilkan dirinya juga secara alami: eksotik!
Mengapa pendekatan menjadi begitu penting? Ya, karena hasil pendekatan dipen-
garuhi secara signifikan oleh cara pendekatan. ”Pendekatan alami” memiliki ”bea
tinggi”, karena semua interaksi yang berpengaruh terhadap sistem yang ditinjau mesti
diperhitungkan. Sebagai misal, gerak benda jatuh bebas, jika gesekan dengan udara
diperhitungkan, maka ia adalah pendekatan alami. Pendekatan alami dalam fisika
melibatkan semua interaksi, sedangkan fenomena alam yang melibatkan semua inter-
aksi adalah fenomena nonlinier. Dalam kategori ini, soliton termasuk di dalamnya.
28
BAB 9. SOLITON NAN CANTIK DAN EKSOTIK 29
atau fenomena gelombang soliton ini kemudian terlewat tanpa penjelasan selama ku-
run waktu hidup Russel.
Penemuan pentakuark, nuklir yang tersusun dari lima kuark dalam tahun-tahun ter-
akhir (2003) merupakan salah satu bukti eksperimental, soliton sebagai model efek-
tif dari partikel elementer. Dinamika elektron dalam zat padat yang menentukan
sifat konduktivitas listrik, sehingga zat padat bersifat, misalnya sebagai konduktor,
semikonduktor maupun isolator, dipahami sebagai dinamika soliton.
Berikut beberapa contoh persamaan nonlinier dan aplikasinya:
• Persamaan Ernst untuk aplikasi di bidang kosmologi (jagat raya skala besar),
black holes dan monopol.
Dalam bidang teknologi, soliton dimanfaatkan antara lain dalam bidang teknologi
informasi. Pelebaran sinyal sepanjang jalur transmisi akan memperoleh manfaat dari
penggunaan pulsa nondispersif.
Dalam tahun 1973, Akira Hasegawa dari Lab AT and T Bell menyarankan, soliton
dapat berada dalam fiber optik. Akira juga mengajukan ide sistem transmisi berbasis
soliton untuk meningkatkan performa telekomunikasi optik. Dalam tahun 1988, Linn
Mollenauer dan timnya berhasil mentransmisikan pulsa soliton sejauh lebih dari 4.000
kilometer dengan menggunakan fenomena yang disebut efek Raman untuk menyedi-
akan bati optik dalam fiber. Dinamakan efek Raman, untuk menghargai ilmuwan India
BAB 9. SOLITON NAN CANTIK DAN EKSOTIK 32
yang pertama-tama mendeskripsikan efek tersebut pada tahun 1920-an. Dalam tahun
1991, Tim Riset Lab Bell mentransmisikan soliton dengan kapasitas 2,5 gigabit sejauh
lebih dari 14.000 kilometer, menggunakan penguat fiber optik erbium. Dalam tahun
1998, Thierry Georges dan timnya pada France Telecom R and D Center, mengkom-
binasikan soliton optik dari panjang gelombang berbeda, menunjukkan transmisi data
sebesar 1 terabit per detik (1.000.000.000.000 satuan informasi per detik). Dalam tahun
2001, Algety Telecom berhasil mendistribusikan perangkat telekomunikasi submarine
di Eropa menggunakan gelombang soliton John Scott Russel.
Sebagai suatu istilah ”soliton”, menyiratkan gelombang ini berperilaku seperti ”par-
tikel”. Jika dua soliton ditempatkan terpisah dan masing-masing soliton menjalar
saling mendekati satu sama lain dengan bentuk dan kecepatan konstan, maka pada
saat kedua gelombang soliton tersebut semakin mendekat dan ”bertumbukan”, mere-
ka secara berangsur-angsur berubah bentuk, lalu bergabung menjadi paket gelombang
tunggal; kemudian segera berpisah menjadi dua gelombang soliton dengan bentuk dan
kecepatan yang sama dengan sebelum terjadinya ”tumbukan”.
Stabilitas soliton berfungsi menyeimbangkan efek ”nonlinieritas” dan ”dispersi”.
Nonlinieritas memandu gelombang soliton untuk terlokalisasi, sedangkan dispersi menye-
barkan gelombang terlokalisasi tersebut. Jika salah satu dari dua efek tersebut hilang,
soliton menjadi tidak stabil dan secepatnya ”menghilang”. Dalam kaitan ini, soliton
sepenuhnya berbeda dengan gelombang linier, misal, gelombang sinusoidal. Faktanya,
gelombang sinusoidal bersifat tak stabil.
9.6.1 Monopol
Monopol adalah soliton yang membawa muatan magnetik, muncul dalam teori
gauge Yang-Mills-Higgs. Teori ini menggunakan dualitas listrik-magnet, dimana par-
tikel elementer pembawa muatan listrik merangkap monopol muatan magnet. Di-
namika monopol bukanlah sistem yang dapat diintegralkan, namun untuk monopol
yang bergerak lambat dinamikanya dapat diaproksimasi dengan gerak geodesik pada
ruang solusi statik moduli hyperkaler. Monopol seringkali menyerupai Skyrmion dan
meskipun hal ini belum dipahami dengan baik, monopol dapat juga dideskripsikan
dengan menggunakan pemetaan rasional.
9.6.2 Instanton
Instanton adalah solusi persamaan medan nonlinier yang muncul dalam teori medan
Yang-Mills; sebuah generalisasi nonlinier dari teori elektromagnetik Maxwell yang
diyakini memberi deskripsi fundamental dari interaksi dan partikel elementer. Solusi
instanton membawa informasi tentang quantum tunneling. Dalam teori medan kuan-
tum, instanton adalah konfigurasi medan nontrivial topologi dalam ruang Euclidean
empat dimensi. Nama instanton diturunkan dari kenyataan, untuk sesaat medan ini
terlokalisasi dalam ruang-waktu Euclidean.
9.6.3 Skyrmion
Skyrmion adalah kandidat untuk deskripsi soliton dari nuklir, jumlah soliton di-
identifikasi dengan bilangan baryon. Model Skyrme adalah model sigma nonlinier ter-
modifikasi dan solusinya diperoleh dengan komputasi numerik. Meskipun demikian,
dimungkinkan untuk menggunakan aproksimasi, dimana Skyrmion dapat dikonstruksi
dari pemetaan rasional antara bola Riemann. Pendekatan ini berguna untuk mema-
hami struktur Skyrmion.
BAB 9. SOLITON NAN CANTIK DAN EKSOTIK 34
Ide bahwa partikel elementer, khususnya nukleon, merupakan fenomena soliton per-
tama kali dikemukakan oleh Tony H.R. Skyrme pada tahun 1962. Pada dasarnya,
Skyrme mengemukakan, partikel berinteraksi kuat yakni hadron adalah solusi statik
terkonsentrasi secara lokal dari teori medan klasik model sigma (chiral) nonlinier yang
diperluas.
Ide Skyrme adalah menggabungkan boson dan fermion dalam suatu model medan
fundamental yang hanya terdiri dari pion. Nukleon diperoleh, sebagai bentuk kon-
figurasi klasik tertentu dari medan pion. Konfigurasi istimewa ini membentuk objek
soliton topologi, merupakan solusi persamaan medan klasik dengan rapat energi ter-
lokalisasi, yang kemudian diberi nama Skyrmion untuk menghargai jasa Tony H.R.
Skyrme.
Dalam paper-paper awal, Tony H.R. Skyrme mengajukan model fluida meson, un-
tuk menjelaskan data pengukuran jari-jari nuklir. Sejauh yang diketahui dari paper-
papernya, Skyrme tidak pernah meyakini validitas deskripsi seperti-partikel, misal pro-
ton, dalam kerangka kerja teori medan linier dengan pola renormalisasi. Oleh karena
itu, ia mencari teori medan nonlinier yang memperkenankan deskripsi partikel sebagai
objek diperluas.
Sekurang-kurangnya terdapat tiga ide utama yang ”mengganggu pikiran” Skyrme.
Mereka adalah ide unifikasi, soal renormalisasi dan apa yang Skyrme sebut seba-
gai ”soal fermion”. Sebagai ganti pandangan Heisenberg yang menganggap bahwa
medan fermion merupakan medan yang paling fundamental, Skyrme berpendapat bah-
wa medan boson tak kurang fundamental dibanding medan fermion, dan kedua jenis
medan tersebut seharusnya dapat dipertukarkan.
Ide Skyrme memperoleh dukungan dari paper-paper lama Kelvin yang mendeskrip-
sikan struktur atom sebagai atom vorteks. Kelvin mengajukan hipotesa, seluruh benda
tersusun dari atom-atom vorteks dalam fluida homogen sempurna. Konsep topologi,
pertama-tama diperkenalkan oleh Kelvin dalam fisika dengan menyatakan bahwa jenis-
jenis atom berbeda satu sama lain dalam teori atom vorteksnya bersesuaian dengan
BAB 9. SOLITON NAN CANTIK DAN EKSOTIK 35
Bayangkan, titik x dan kurva C. Secara intuitif, bilangan lilitan dari kurva k
berkaitan dengan titik x adalah jumlah berapa kali kurva k mengelilingi x dalam arah
berlawanan jarum jam.
Dalam makna matematika, bilangan lilitan adalah invariansi topologi, yakni sifat
ruang topologi yang invarian dalam homeomorphisme. Secara kasar dikatakan, ruang
topologi adalah objek geometri dan homeomorphisme adalah peregangan kontinu dan
pelenturan suatu objek menuju bentuk baru.
Sebagai ilustrasi homomorphisme, bentuk kue donat dan bentuk cangkir bertangkai
satu identik secara topologi. Yakni, bentuk kue donat tersebut dapat ”dibuat sedemikian”
sehingga menjadi bentuk cangkir bertangkai satu.
Homeomorphisme atau isomorphisme topologi (dari bahasa Yunani, homeos = iden-
tik dan morphe = bentuk) adalah isomorphisme khusus antara ruang topologi berkai-
tan dengan sifat-sifat topologi. Isomorphisme adalah jenis pemetaan antara objek-
objek. Secara formal, isomorphisme adalah pemetaan korespondensi satu-satu dari
suatu fungsi sehingga baik fungsi tersebut dan inversnya adalah homomorphisme.
Dalam fisika, khususnya dalam peristiwa tumbukan partikel, selalu dicari ”sesu-
atu yang kekal” yakni memenuhi hukum kekekalan. Bilangan baryon adalah bilangan
kuantum kekal aproksimasi, yakni hampir kekal dalam seluruh interaksi. Kekal berar-
ti, jumlah bilangan baryon dari seluruh partikel datang sama dengan jumlah bilangan
baryon dari seluruh partikel hasil dalam suatu reaksi. Kuantitas kekal demikian adalah
BAB 9. SOLITON NAN CANTIK DAN EKSOTIK 36
ciri umum untuk membatasi tipe-tipe reaksi yang mungkin antara baryon.
Bilangan baryon sistem dapat didefinisikan sebagai sepertiga dari jumlah kuark
dikurangi jumlah anti kuark sistem. Baryon dinyatakan dengan bilangan +1, anti
baryon dinyatakan dengan bilangan -1, sedangkan partikel selain keduanya dinyatakan
dengan bilangan 0. Peranan bilangan baryon dan asal-usulnya dalam hadron berbeda
dengan muatan listrik, dimana bilangan baryon tidak mendefinisikan nilai konstanta
kopling interaksi kuat. Tidaklah alami untuk menurunkan hukum kekekalan bilangan
baryon dari invariansi Lagrangian dalam transformasi gauge, dimana hal ini berbeda
dengan penurunan hukum kekekalan muatan listrik. Sebagian besar kuantitas invarian
(yakni kuantitas kekal) biasanya diturunkan dari simetri aksi (teorema Noether). Akan
tetapi, terdapat sekelompok kuantitas kekal yang tidak dapat diturunkan dalam cara
demikian. Sebagai ganti, kekekalan diperoleh dari tinjauan topologi. Bilangan lilitan
termasuk kategori kuantitas kekal jenis ini.
Skyrme mengidentifikasi bilangan lilitan invarian topologi sebagai bilangan baryon.
Apa alasan Skyrme mengidentifikasi bilangan lilitan invarian topologi sebagai bilan-
gan baryon? Pada awalnya, Skyrme hanya menyatakan hal tersebut tetapi pekerjaan
Witten menunjukkan bahwa identifikasi Skyrme adalah interpretasi yang benar den-
gan meninjau arus baryon tergandeng dalam teori medan untuk bilangan warna yang
besar.
Dalam pekerjaan awal Skyrme, tidaklah begitu jelas bahwa muatan topologi da-
pat diidentifikasi sebagai bilangan baryon. Akan tetapi, terdapat kekekalan muatan
topologi dan model Skyrme yang mendeskripsikan partikel berinteraksi kuat, sehing-
ga identifikasi muatan topologi dengan bilangan baryon adalah harapan alami yang
memandu pada konsekuensi kesesuaian yang dekat secara wajar dengan eksperimen.
Sebagai contoh, gaya-gaya klasik antara Skyrmion, setelah kuantisasi, dihubungkan
dengan gaya-gaya tensor antara proton dan neutron yang merupakan corak model lain
gaya-gaya nuklir, serta dapat diukur. Contoh lain adalah proton dan neutron memiliki
spin setengah serta terdapat keadaan tereksitasi berspin 3/2 yang memodelkan reso-
nansi delta. Pada waktu belakangan, melalui pekerjaan Witten dan koleganya dalam
BAB 9. SOLITON NAN CANTIK DAN EKSOTIK 37
model Skyrme tiga flavor yang lebih memuaskan, terdapat formula untuk muatan listrik
dari Skyrmion terkuantisasi yang nilainya merupakan kontribusi dari komponen ketiga
isospin dan muatan topologi.
Dalam fisika partikel, diketahui bahwa partikel berinteraksi kuat mematuhi relasi
tersebut, dimana muatan topologi diidentifikasi sebagai bilangan baryon. Alasan lain,
ditunjukkan dalam teorema indeks Atiyah-Singer yang menghubungkan bilangan lilitan
sebagai kuantitas topologi dari medan pion dengan aliran spektral sebagai bilangan
aljabar dari nilai eigen persamaan Dirac dengan potensial yang sama.
Model sine-Gordon dalam dua dimensi diperlukan sebagai bentuk analogi sederhana
dari nukleon tunggal sebagai ”twist” dalam fluida. Persamaan ini dapat dijumpai
dalam teori dislokasi dalam logam, dalam teori simpangan Josephson, juga digunakan
dalam interpretasi proses biologi tertentu seperti dinamika DNA.
Skyrme tertarik dengan persamaan nonlinier sine-Gordon, yang melibatkan variabel
medan tipe sudut tunggal, dimana solusinya memunculkan adanya ”kink” (kusutan)
atau singularitas. Jika seluruh kuantitas fisis gayut syarat batas, di minus tak hingga
nilai variabel medan tipe sudut sama dengan nol dan di plus tak hingga nilai vari-
abel medan sama dengan suatu konstanta, maka garis riil dikompaktifikasi menuju
lingkaran, dimana variabel medan didefinisikan pada lingkaran tersebut. Dikatakan
variabel medan memberikan pemetaan dari ruang riil menuju ruang medan. Jumlah
berapa kali lingkaran dililiti menjadi bilangan lilitan pemetaan. Dalam tiga dimensi hal
ini memperumum pemetaan tiga dimensi menuju tiga dimensi, dicirikan oleh kekekalan
bilangan lilitan.
Jika variabel medan bernilai nol pada kedua batas, solusi persamaan sine-Gordon
terkait adalah gelombang menjalar. Dalam tinjauan pemetaan, solusi ini adalah loop
tertutup yang tidak meliliti lingkaran.
Jika variabel medan diasumsikan tak gayut waktu, maka dapat diperoleh sebuah
BAB 9. SOLITON NAN CANTIK DAN EKSOTIK 38
situasi dimana ketakgayutan waktu variabel medan berinterpolasi dari nol (untuk
syarat batas di minus tak hingga) menuju suatu konstanta (untuk syarat batas di
plus tak hingga). Solusi ini berupa loop yang meliliti lingkaran yang disebut ”kink”
atau singularitas.
Seluruh kasus lain yang mungkin berbeda hanya dengan jumlah berapa kali loop
meliliti lingkaran. Pemetaan dengan jumlah loop tertutup yang sama meliliti lingkaran
dikatakan memiliki kelas solusi yang sama.
Dua pemetaan disebut ekivalen homotopi jika kedua pemetaan dapat secara kon-
tinu dideformasi menjadi yang lain. Ini berarti, kedua pemetaan memiliki kelas so-
lusi yang sama dari suatu persamaan gerak dan memenuhi syarat batas yang sama.
Pemetaan adalah keadaan sistem dan deformasi kontinu, homotopi, adalah lintasan
antara keadaan-keadaan berbeda.
Model Skyrme dua cita rasa adalah model hadron sebagai Skyrmion yang masih
sangat sederhana, karena hanya melibatkan dua cita rasa. Dinamika Skyrmion di-
tunjukkan oleh persamaan Euler-Lagrange atau persamaan Skyrme. Energi model
diturunkan dari tensor energi-momentum terkait.
Sifat soliton model Skyrme dua cita rasa dari energi statik dipelajari dengan cara
menskala koordinat ruang, kemudian menguji kestabilan skala dengan transformasi
skala. Syarat kestabilan mengimplikasikan bahwa energi statik adalah stabil terhadap
perturbasi skala.
Solusi numerik dari persamaan Euler-Lagrange untuk fungsi profil dengan meng-
gunakan ansatz Skyrme dalam koordinat bola menghasilkan nilai fungsi profil. Nilai
fungsi profil ini dihitung dari solusi numerik, yang dengannya dapat dihitung energi
statik, massa statik dan momen inersia Skyrmion.
Kuantisasi Skyrmion dilakukan dengan meninjau kegayutan waktu pernyataan kanon-
ik elemen grup Unitari sebagai fungsi radial dan sudut. Terlihat bahwa efek transfor-
BAB 9. SOLITON NAN CANTIK DAN EKSOTIK 39
masi dari grup unitarsi spesial ordo dua internal sama dengan efek transformasi yang
ditimbulkan oleh rotasi ruang.
Energi-massa nukleon dan delta merupakan kontribusi dari energi-massa statik dan
energi-massa rotasinya. Adanya selisih energi-massa dari hasil eksperimen dan model,
antara lain dikarenakan hadron sebagai Skyrmion dalam model Skyrme dua cita rasa
hanya melibatkan dua cita rasa (flavor), ketimbang tiga flavor yang lebih natural. Juga
dalam model ini belum memasukkan misalnya, efek perusakan simetri chiral dan flavor
yang dapat berkontribusi terhadap energi-massa hadron. Orde koreksi bilangan warna,
terhadap massa nukleon dalam teori medan belum dimasukkan.
Bab 10
Pandangan terhadap alam semesta ini dapat menjadi lebih baik jika diketahui
komponen-komponen dasar materi penyusun benda-benda di alam semesta serta in-
teraksi antar komponen-komponen dasar tersebut. Sejauh ini, telah dapat diketahui
adanya empat bentuk interaksi fundamental yang bertanggung jawab terhadap berba-
gai macam interaksi antar materi. Secara umum, konsep interaksi digunakan un-
tuk menyatakan hubungan timbal-balik antara objek-objek yang ditinjau. Konsep
ini bermanfaat terutama untuk analisa bentuk hubungan antar objek materi. Keem-
pat interaksi fundamental tersebut adalah: interaksi gravitasi, elektromagnetik, nuklir
lemah dan nuklir kuat.
Interaksi gravitasi bersifat tarik-menarik (selalu tarik-menarik) antar partikel-partikel
materi. Hukum Newton tentang gravitasi universal menyatakan, besar interaksi tarik-
menarik antar dua partikel materi sebanding dengan massa kedua partikel tersebut dan
berbanding terbalik dengan kuadrat jarak yang memisahkan keduanya. Interaksi ini
memiliki jangkauan yang amat jauh (tak hingga), karena bila terdapat partikel-partikel
materi maka tentu terjadi interaksi gravitasi.
40
BAB 10. INTERAKSI FUNDAMENTAL DAN PARTIKEL ELEMENTER 41
dengan interaksi fundamental yang lain. Interaksi ini memiliki kekuatan interaksi re-
latif lebih besar bila dibandingkan dengan interaksi gravitasi yakni sekitar 1 dengan 34
nol di belakangnya. Interaksi nuklir lemah berperan dalam koreksi susunan inti atom.
Inti atom yang tersusun dari sejumlah proton dan sejumlah neutron dengan perbandin-
gan yang tak harmonis akan berusaha mendapatkan komposisi yang proporsional den-
gan melakukan peluruhan partikel beta. Partikel interaktif interaksi lemah diemban
oleh boson madya, sebagai penghubung antara kuark (partikel elementer penyusun
proton dan neutron) dan lepton.
Interaksi nuklir kuat bertanggung jawab terhadap penggabungan kuark menjadi
proton atau neutron, serta penggabungan keduanya menjadi inti atom. Interaksi nuk-
lir kuat antar kuark dihubungkan oleh partikel interaktif yang disebut gluon, meng-
gabungkan kuark-kuark terikat menjadi nukleon. Dan juga, interaksi antar hadron
(misal, proton dan neutron) yang dihubungkan oleh meson, yang mengikat nukleon
menjadi inti atom. Interaksi nuklir kuat berperan penting dalam jangkauan pendek
dan memiliki kekuatan interaksi relatif paling besar bila dibandingkan dengan kekuatan
interaksi fundamental yang lain.
serbasama dengan suatu kerangka acuan yang dipercepat. Dengan Teori Relativitas
Umum, garis edar planet Merkurius yang berinteraksi dengan matahari (juga den-
gan planet-planet lain) dapat dijelaskan secara lebih akurat bila dibandingkan dengan
menggunakan Hukum Gravitasi Universal. Meski demikian, Hukum Gravitasi Univer-
sal cukup memadai untuk keperluan praktis karena bentuknya yang lebih sederhana.
Interaksi elektromagnetik pada mulanya juga dipahami secara terpisah sebagai in-
teraksi listrik dan interaksi magnetik. Kenyataannya, keduanya merupakan dua aspek
dari satu sifat materi, yakni muatan listrik. Sementara muatan listrik yang diam relatif
terhadap pengamat hanya menimbulkan medan listrik, pengamat menimbulkan medan
listrik dan medan magnetik-medan elektromagnetik.
Interaksi elektromagnetik yang diformulasikan oleh Maxwell berdasarkan simetri
permasalahan yang telah dilakukan Faraday. Karya Faraday menunjukkan bahwa pe-
rubahan medan magnet terhadap waktu menimbulkan medan listrik, sedangkan karya
Maxwell menunjukkan bahwa perubahan medan listrik terhadap waktu menimbulkan
medan magnet. Dari formulasi interaksi elektromagnetik Maxwell, dapat diprediksi
adanya gelombang elektromagnetik yang menjalar dengan kecepatan cahaya. Keber-
adaan gelombang elektromagnetik dibuktikan secara eksperimental oleh Hertz, memi-
liki banyak penerapan dalam teknologi modern, misalnya gelombang radio. Ini salah
satu bukti keterkaitan erat antara fisika teoritik dengan teknologi.
Hal yang sama berlaku bagi interaksi elektromagnetik dan interaksi lemah yang
pada mulanya dipahami sebagai bentuk interaksi yang berbeda. Formulasi interak-
si elektrolemah (sintesa interaksi elektromagnetik dan interaksi lemah) oleh Salam,
Weinberg, Glashow menyatkan bahwa, pada dasarnya tak ada perbedaan mendasar
antara partikel interaktif elektromagnetik (foton) dan partikel interaktif nuklir lemah
(boson madya) pada tingkat energi tinggi; meskipun pada tingkat energi rendah, foton
dan boson madya tampak berbeda. Fenomena ini dikenal sebagai perusakan simetri
serta merta (spontaneous symmetry breaking). Kebenaran teori Salam, Weinberg,
Glashow terbukti secara eksperimental dengan ditemukannya partikel boson madya
W+,W- dan Z0 . Sintesa interaksi fundamental berikutnya adalah sintesa interaksi
BAB 10. INTERAKSI FUNDAMENTAL DAN PARTIKEL ELEMENTER 44
elektrolemah dengan interaksi nuklir kuat sebagai interaksi terpadu akbar. Gagasan
interaksi terpadu akbar ini menyatakan, bahwa pada energi yang sangat tinggi (energi
penyatuan akbar) interaksi elektromagnetik, interaksi nuklir lemah dan interaksi nuklir
kuat memiliki kekuatan yang sama sebagai satu macam interaksi.
Salah satu upaya utama fisika saat ini adalah memahami semua bentuk interaksi
fundamental sebagai satu kesatuan interaksi.
Bab 11
Partikel Elementer
Adik-adik tentu mengenal atau bahkan suka bermain bola atau kelereng, bukan?
Nah, partikel adalah ”semacam” bola atau kelereng, namun berukuran sangat kecil,
sehingga ia tak tampak oleh mata. Ukuran partikel yang elementer bisa hingga 10-35
m! Sebagai ilustrasi, jika kita memiliki daging sosis sepanjang sepuluh meter kemudian
kita bagi-bagi untuk satu trilyun trilyun trilyun orang, maka tiap orang memperoleh
bagian satu porsi daging sosis seukuran ”partikel elementer”!
Satu trilyun sama dengan angka 1 dengan 12 angka nol dibelakangnya. Sehingga,
ukuran partikel elementer dapat kita tulis sebagai seukuran 10 meter sosis dibagi-bagi
untuk orang sejumlah 1 dengan 36 angka nol dibelakangnya!
Untuk melihatnya kita memerlukan alat, sebut saja, ”detektor partikel”. Detek-
tor partikel digunakan untuk mendeteksi, merekam, mengidentifikasi partikel berenergi
tinggi, semisal yang dihasilkan oleh peluruhan inti atom, radiasi kosmis, atau reaksi
dalam pemercepat partikel. Detektor partikel, disamping berfungsi sebagai kalorime-
ter untuk mengukur energi partikel yang terdeteksi, juga untuk mengukur sifat-sifat
45
BAB 11. PARTIKEL ELEMENTER 46
partikel seperti momentum, spin dan muatan. Compact Muon Solenoid (CMS) adalah
contoh detektor partikel besar[2].
Saat bermain kelereng, sering kali kelereng-kelereng tersebut berbenturan satu sama
lain. Akibatnya, kelereng tersebut bisa pecah sebagian. Apa yang terjadi jika kel-
ereng tersebut berbenturan sangat keras dan berulang-ulang? Yang terjadi adalah,
bagian kelereng semakin banyak yang pecah menjadi serpihan-serpihan. Jika serpihan-
serpihan kelereng tadi kita tumbuk atau gerus maka akan kita peroleh butiran-butiran
halus sebagai serbuk kelereng. Jika kita mampu ”menggerus” serbuk kelereng hingga
mencapai ukuran teramat kecil, hingga pada akhirnya ukuran kelereng tersebut tidak
bisa lagi diperkecil, maka itulah ”partikel elementer!”
menter?
Apakah Adik-adik suka memelihara merpati, parkit, mas koki atau mujair di rumah?
Karena kemiripan sifat dan bentuk, merpati dan parkit kita kelompokkan sebagai jenis
burung, mas koki dan mujair termasuk jenis ikan, misalnya.
Seperti juga pengelompokan burung dan ikan karena kemiripan sifat dan bentuk,
begitu pula kemiripan pengelompokkan ini berlaku di keluarga besar partikel elementer.
Elektron, muon, tau, neutrino elektron, neutrino muon, neutrino tau adalah anggota
”keluarga lepton”. Kuark up, kuark down, kuark charm, kuark strange, kuark top,
kuark bottom, sebagai anggota ”keluarga kuark”. Gabungan keluarga lepton dan kelu-
arga kuark membentuk ”keluarga fermion”. Sedangkan, foton, gluon, graviton, W plus,
W minus, Z nol adalah anggota ”keluarga boson”. Sehingga, sebenarnya ”hanya” ada
dua keluarga besar partikel elementer: keluarga fermion dan keluarga boson.
BAB 11. PARTIKEL ELEMENTER 47
Penemuan elektron oleh J.J. Thomson terjadi pada tahun 1897, ditengah-tengah
tabung gelas dan kilatan kelistrikan, fisikawan British J.J. Thomson berspekulasi ke sisi
dalam atom. Di laboratorium Cavendish Universitas Cambridge, percobaan Thomson
dengan arus listrik di dalam tabung gelas kosong. Ia menyelidiki teka-teki lama yang
dikenal sebagai ”sinar katoda”.
Percobaannya mendorong dirinya untuk membuat pengajuan yang berani: sinar
misterius ini adalah ”aliran partikel” yang jauh lebih kecil dari atom, aliran partikel
tersebut secara fakta adalah serpihan-serpihan atom yang teramat kecil. Ia menyebut
partikel-partikel ini ”butiran-butiran”, dan menyarankan bahwa butiran-butiran terse-
but mungkin penyusun materi dalam atom. Terasa mengejutkan untuk membayangkan
bahwa terdapat partikel dalam atom - kebanyakan orang memikirkan bahwa atom tak
terbagi, yakni satuan paling kecil dari materi.
Nama ”elektron” berasal dari kata Yunani untuk batu amber. Materi ini memainkan
peranan penting dalam penemuan fenomena kelistrikan. Orang Yunani kuno menge-
tahui, sebagai contoh, bahwa menggosok sepotong batu amber dengan bulu binatang
meninggalkan muatan listrik pada permukaannya, yang dapat kemudian menciptakan
BAB 11. PARTIKEL ELEMENTER 48
percikan.
Elektron sebagai unit muatan dalam elektrokimia diajukan oleh G. Johnstone Stoney
pada tahun 1874, yang juga menciptakan istilah elektron pada tahun 1894. Selama
akhir tahun 1890-an sejumlah fisikawan mengajukan bahwa kelistrikan dapat dipaha-
mi terdiri dari unit diskrit, yang diberi sejumlah nama, namun realitas mereka tidak
ditetapkan dalam cara pemaksaan.
Penemuan bahwa elektron adalah partikel subatomik dibuat pada tahun 1897 oleh
J.J. Thomson di Laboratorium Cavendish Universitas Cambridge, sementara ia mem-
pelajari tabung sinar katoda. Tabung sinar katoda disegel silinder gelas dimana dua
elektroda dipisahkan oleh vakum. Ketika tegangan diterapkan melintasi elektroda,
sinar katoda dibangkitkan, menyebabkan tabung bercahaya.
Melalui eksperimen, Thomson menemukan bahwa muatan negatip tak dapat dip-
isahkan dari sinar (dengan menerapkan magnetisme), dan bahwasannya sinar dapat
dibelokkan oleh medan listrik. Ia menyimpulkan bahwa sinar bahwa sinar-sinar ini, ke-
timbang gelombang, tersusun dari partikel bermuatan negatip yang ia sebut ”korpuskel
(corpuscles)”. Ia mengukur perbandingan massa-muatan elektron dan menemukannya
lebih dari ribuan kali lebih kecil daripada ion hidrogen, menyarankan bahwa mereka
sangat bermuatan atau bermassa sangat kecil.
Eksperimen berikutnya oleh ilmuwan lain menegakkan kesimpulan berikutnya. Per-
bandingan massa-muatan juga tak gayut pilihan material katoda dan gas pada awal-
nya dalam tabung vakum. Ini membawa Thomson untuk menyimpulkan bahwa mereka
adalah universal diantara seluruh material. Muatan elektron secara cermat diukur oleh
R.A. Millikan dalam eksperimen tetes minyak pada tahun 1909.
Hukum periodik menyatakan bahwa sifat-sifat kimia elemen sebagian besar beru-
lang sendiri secara periodik dan adalah landasan tabel periodik elemen-elemen. Hukum
itu sendiri pada awalnya dijelaskan dengan massa atomik elemen. Namun, sebagaimana
terdapat anomali dalam tabel periodik, usaha dibuat untuk menemukan penjelasan
yang lebih baik untuknya. Pada tahun 1913, Henry Moseley memperkenalkan konsep
bilangan atomik dan menjelaskan hukum periodik dalam kaitan jumlah proton yang
BAB 11. PARTIKEL ELEMENTER 49
Elektron memiliki muatan listrik -1.6022 x 10−19 coulomb, bermassa 9.11 x 10−31
kg berbasis pada muatan atau pengukuran massa dan massa diam relativistik sekitar
0.511 MeV/c2 . Massa elektron sekitar 1/1836 massa proton. Simbol elektron umum
adalah e-.
Menurut mekanika kuantum, elektron dapat direpresentasi oleh fungsi gelombang,
dimana rapat elektron probabilitas terhitung dapat ditentukan. Orbital masing-masing
elektron dalam atom dapat dideskripsikan dengan fungsi gelombang. Berbasiskan prin-
sip ketakpastian Heisenberg, momentum dan posisi pasti dari elektron nyata tak dapat
secara serempak ditentukan.
Ini adalah pembatasan yang mana, dalam peristiwa ini, dengan sederhana meny-
atakan bahwa lebih akurat kita mengetahui posisi partikel, berkurang keakuratan mo-
mentumnya, dan sebaliknya. Elektron memiliki spin dan adalah fermion (ia mengiku-
ti statistik Fermi-Dirac). Sebagai tambahan terhadap momentum sudut intrinsiknya,
elektron memiliki momen magnetik intrinsik sepanjang sumbu spinnya.
Elektron dalam atom diikat terhadap atom; elektron bergerak secara bebas dalam
vakum, ruang atau media tertentu adalah elektron bebas yang dapat difokuskan dalam
berkas elektron. Ketika elektron bebas bergerak, terdapat aliran netto muatan, aliran
ini disebut arus listrik. Kecepatan apung (drift velocity) elektron dalam kawat ba-
ja adalah pada orde mm/jam. Namun, kecepatan dimana arus pada satu titik dalam
kawat menyebabkan arus dalam bagian lain pada kawat adalah secara khas 75 persenke-
cepatan cahaya.
Dalam beberapa superkonduktor, pasangan elektron bergerak sebagai pasangan
BAB 11. PARTIKEL ELEMENTER 50
Cooper dimana gerak mereka digandeng menuju maeri dekat melalui vibrasi kisi disebut
fonon. Jarak pemisah antara pasangan-pasangan Cooper adalah sekitar 100 nm. Benda
memiliki muatan listrik ketika benda memiliki lebih banyak atau lebih sedikit elektron
ketimbang yang diperlukan untuk menyeimbangkan muatan positip inti atom.
Ketika terdapat kelebihan elektron, objek disebut bermuatan negatip. Ketika ter-
dapat lebih sedikit elektron dibanding proton, objek disebut bermuatan positip. Keti-
ka jumlah elektron dan jumlah proton sama, muatan-muatan mereka membatalkan
satu sama lain dan objek disebut secara kelistrikan netral. Benda makroskopik dapat
menambah muatan listrik melalui penggosokan, oleh fenomena triboelektrik.
Ketika elektron dan positron bertumbukan, mereka saling menghilangkan satu sama
lain dan menghasilkan pasangan foton energi tinggi atau partikel lain. Pada sisi lain,
foton energi tinggi dapat mentransformasi menjadi elektron dan positron dengan proses
yang disebut produksi pasangan, namun hanya dalam keberadaan partikel bermuatan
terdekat, semisal inti atom. Elektron sekarang ini dideskripsikan sebagai partikel fun-
damental atau partikel elementer. Ia tak memiliki struktur. Oleh karena itu, untuk
kesesuaian, ia biasanya didefinisikan atau diasumsikan muatan titik matematis seperti
partikel, dengan tak ada perluasan ruang.
Namun, ketika partikel uji dipaksa untuk mendekati elektron, kita mengukur perubahan-
perubahan dalam sifat-sifatnya (muatan dan massa). Efek ini adalah umum untuk
seluruh partikel elementer: teori sekarang menyarankan bahwa efek ini dikarenakan
pengaruh fluktuasi vakum dalam ruang lokalnya, sehingga sifat-sifat terukur dari jarak
signifikan ditinjau menjadi penjumlahan sifat-sifat polos dan efek vakum (lihat renor-
malisasi).
Jari-jari elektron klasik adalah 2.8179 x 10−15 m. Ini adalah jari-jari yang diduga
dari muatan listrik elektron, dengan menggunakan teori klasik elektrodinamika sa-
ja, dengan mengabaikan mekanika kuantum. Elektrodinamika klasik (elektrodinamika
Maxwell) adalah konsep yang lebih tua yang secara luas digunakan untuk penerapan
praktis kelistrikan, teknik elektro, fisika semikonduktor dan elektromagnetika; elektro-
dinamika kuantum, pada sisi lain, berguna untuk penerapan mencangkup fisika partikel
BAB 11. PARTIKEL ELEMENTER 51
Neutrino
53
BAB 12. NEUTRINO 54
Jika massa (diam) neutrino tidak sama dengan nol, maka terdapat konsekuensi
adanya osilasi neutrino, karena neutrino tak bermassa tidak dapat berosilasi. Neutrino
yang dihasilkan melalui peluruhan interaksi lemah, berkaitan dengan tipe (flavour)
tertentu, dapat berubah secara spontan yakni berosilasi, menjadi neutrino bertipe beda
dengan tipe neutrino sebelum osilasi. Osilasi neutrino menunjukkan bahwa proses
perubahan itu terjadi secara timbal balik. Misal, neutrino muon ↔ neutrino tau.
Fenomena osilasi neutrino terkait dengan pengukuran observabel mikroskopik dalam
mekanika kuantum. Adanya probabilitas osilasi merupakan konsekuensi dari adanya
ketidakpastian pengukuran energi-momentum dalam proses tersebut.
Sebagaimana halnya kuark - partikel penyusun inti atom - tak independen satu
sama lain (terdapat quantum mixing antar kuark), maka hal yang sama berlaku untuk
neutrino. Neutrino masif yang melintasi ruang merupakan campuran (mixture) dari
ketiga tipe neutrino (neutrino elektron, neutrino muon, neutrino tau).
Probabilitas osilasi suatu tipe neutrino menjadi neutrino tipe lain, misal neutrino
muon ↔ neutrino tau, diberikan oleh hubungan
dimana: sin2 (2θ) adalah sudut quantum mixing antara tipe neutrino muon dan neutri-
no tau; ∆m2 = m22 − m21 , m2 adalah massa neutrino tau dan m1 adalah massa neutrino
muon; L adalah panjang yang diperlukan untuk satu siklus osilasi; E adalah energi
neutrino.
Jika nilai probabilitas osilasi tidak sama dengan nol, yakni terjadi perubahan tipe
neutrino, maka selisih massa antara kedua tipe neutrino tidak sama dengan nol (massa
kedua tipe neutrino tidaklah sama, dan massa keduanya tidaklah nol).
Bibliografi
[1] Miftachul Hadi, Dentuman Besar: Awal Kelahiran Semesta, Mimbar Koran Kam-
pus Universitas Brawijaya, No. 243, Th. XXII, 1993.
[2] Miftachul Hadi, Fenomena Gravitasi yang Menakjubkan!, MPA Surabaya, 1993.
[5] Jerry B. Marion and Stephen T. Thornton, Classical Dynamics of Particles and
Systems, .
[6] Miftachul Hadi, A Brief of Grand Unified Theory, Paradigma, FMIPA Universitas
Brawijaya, No.6, Th V, 1994/1414.
[10] Miftachul Hadi, Simetri dan Kekekalan, Tesis S1, Jurusan Fisika FMIPA Univer-
sitas Brawijaya Malang, 1997.
55
BIBLIOGRAFI 56
[16] Miftachul Hadi, Soliton nan Cantik dan Eksotik, http://www.fisika.net, 21 Juni
2005.
[17] Miftachul Hadi and Hans J. Wospakrik, SU(2) Skyrme Model for Hadron, Physics
Journal of the Indonesian Physical Society Volume C8 (2004) 0514.
[18] P.G. Drazin, R.S. Johnson, alih bahasa: Miftachul Hadi, Soliton: An Introduction,
http://sivitas.lipi.go.id/mift001/, 2008.