Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL TUGAS AKHIR

RE-DESIGN JEMBATAN LEMAH ABANG GUNUNG KIDUL


MENGGUNAKAN RANGKA BAJA TYPE WARREN

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi


Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu Teknik Sipil

Abang Muhammad Anggita Imam Mughni


14511295

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2017

i
PROPOSAL TUGAS AKHIR

RE-DESIGN JEMBATAN LEMAH ABANG GUNUNG KIDUL


MENGGUNAKAN RANGKA BAJA TYPE WARREN

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi


Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu Teknik Sipil

Abang Muhammad Anggita Imam Mughni


14511295

Disetujui :
Pembimbing

Suharyatma, Ir., M.T.


Tanggal :

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii


DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Batasan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Penelitian Sebelumnya 5
2.2 Kajian Pustaka 6
BAB III LANDASAN TEORI 8
3.1 Tinjauan Umum 8
3.2.1 Rangka Baja Tipe Warren 11
3.4 Pembebanan Menurut SNI 1725-2016 12
3.3.1 Beban Permanen 12
3.3.2 Beban Lalu Lintas 13
3.3.3 Beban Lingkungan 14
3.5 Analisis Jembatan Rangka Baja Berdasarkan Metode LRFD 15
3.6 Perencanaan Struktur Bawah 15
3.5.1 Abutment 15
3.5.2 Pilar 15
3.5.3 Pondasi 16
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 17
4.1 Tinjauan Umum 17
4.2 Data Struktur 17

iii
4.3 Tahap Perencanaan 17
4.4 Time Schedule Penelitian 19
DAFTAR PUSTAKA 20
LAMPIRAN 21

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya 5


Tabel 4. 1 Time Schedule Penlitian 19

v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Potongan Memanjang Re-Desain Jembatan Lemah Abang 3
Gambar 1. 2 Potongan Melintang Re-Desain Jembatan Lemah Abang 3
Gambar 3. 1 Macam-Macam Jenis Jembatan Rangka 11
Gambar 3. 2 Jembatan Rangka Warren 12
Gambar 4. 1 Metode Perencanaan Re-desain Jembatan Lemah Abang 18

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian selatan Pulau Jawa, dan
berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa
yang memiliki luas 3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kotamadya, dan empat
kabupaten, yang terbagi lagi menjadi 78 kecamatan, dan 438 desa/kelurahan.
Luasnya Provinsi di Yogyakarta memicu pertambahan penduduk lokal maupun
non-lokal di Yogyakarta sehingga mobilisasi penduduk makin cepat pula, maka
dari itu diperlukannya peningkatan infrastruktur berupa jalan dan jembatan.
Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu daerah di Yogyakarta yang
memiliki banyak tempat wisata alam seperti pantai selatan, tebing breksi dan
wisata alam lainya. Perkembangan wilayah di daerah Gunung Kidul memerlukan
sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang kegiatan perekonomian,
pemerintahan, pengembangan potensi wisata alam dan lain-lain. Oleh karenan itu
diperlukan suatu pelayanan transportasi yang effisien. Salah satu prasarana
transportasi darat yang paling penting bagi daerah ini adalah jembatan.
Jembatan adalah suatu konstruksi yang dibuat untuk menghubungkan alur
transportasi yang melintasi sebuah rintangan. Rintangan yang dimaksud seperti
sungai, jurang, danau, rel kereta api ataupun jalan raya. Jembatan yang baik
adalah jembatan yang kuat dalam menahan beban, aman dalam segi konstruksi
dan fungsinya, ekonomis dalam segi biaya pembangunannya. Laju perekonomian
suatu daerah bisa menjadi rendah dan bahkan terpuruk apabila jembatan yang
seharusnya berfungsi sebagai sarana transportasi tidak berfungsi maksimal. Untuk
bisa memenuhi kebutuhan jembatan di daerah Ngoro-oro, Patuk, Gunung Kidul
maka diperlukan pemilihan jembatan yang tepat.
Jenis jembatan yang bisa digunakan adalah jembatan rangka baja
mengingat beberapa keuntungan dari material baja itu sendiri dibandingkan
dengan jenis material lain. Jembatan rangka terdiri dari gelagar induk, gelagar
melintang dan gelagar memanjang, sedangkan untuk sisi kanan dan kiri jembatan

1
2

berupa rangka baja. Jembatan rangka baja ini memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya adalah menggunakan material baja yang mempunyai kuat tarik dan
kuat tekan yang tinggi. Selain itu bisa menghemat tenaga kerja karena besi baja
diproduksi di pabrikan sehingga dilapangan hanya tinggal dilakukan pemasangan.
Keunggulan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah kemudahan
penyambungan antar elemen satu dengan lainya menggunakan alat sambung las.
Material baja memiliki keseragaman dan keawetan yang tinggi disbanding
material beton bertulan. Keuntunan lainnya adalah besi baja bisa dibongkar
dengan mudah dan dipindahkan ke tempat lain setelah masa layan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan urian pada latar belakang di atas maka timbul permasalahan
sebagai kajian, dalam penelitian yang dilakukan yaitu
1. Bagaimana desain struktur atas jembatan lemah abang dengan
menggunakan struktur rangka baja di bawah lantai?
2. Bagaimana desain struktur bawah jembatan lemah abang?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui desain struktur atas jembatan lemah abang dengan
menggunakan struktur rangka baja di bawah lantai.
2. Mengetahui desain struktur bawah jembatan lemah abang.

1.4 Batasan Penelitian


Untuk memudahkan dalam mengidentifikasi batasan-batasan faktor apa saja
yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian ini, maka perlu dibuat batasan
penelitian. Potongan memanjang dan melintang dari Jembatan Lemah Abang
dengan menggunakan rangka baja dapat dilihat pada gambar 1.1 dan gambar 1.2
di bawah ini.
3

Gambar 1. 1 Potongan Memanjang Re-Desain Jembatan Lemah Abang

Gambar 1. 2 Potongan Melintang Re-Desain Jembatan Lemah Abang

1. Jembatan yang direncanakan untuk perencanaan jembatan lemah abang ini


adalah jembatan dengan jenis kelas II. Jembatan jenis ini adalah jembatan
yang beban muatan kendaraannya dihitung penuh 100% muatan T dan
100% Muatan D.
2. Jalan yang digunakan adalah jalan jenis kolektor primer.
4

3. Struktur atas jembatan yang digunakan adalah struktur rangka baja tipe
warren.
4. Jembatan dibagi menjadi dua segmen.
5. Desain elemen rangka baja menggunakan metode LRFD
6. Analisis pembebanan jembatan menggunakan RSNI T-02-2005 dan SNI
1725-2016..
7. Perencanaan struktur atas jembatan menggunakan SAP 2000 V.14
8. Slab deck menggunakan steeldeck yang dirangkai kemudian dicor beton dan
diberi aspal di atasnya (perkerasan campuran)
9. Perencanaan abutment menggunakan bor mesin yang diperoleh dari hasil
penyelidikan tanah desain sebelumnya.

1.5 Manfaat Penelitian


1. Sebagai salah satu pertimbangan bagi perorangan atau instansi terkait dalam
perancangan jembatan baja.
2. Penelititan ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan bagi
praktisi, perencana maupun pelaksana, dalam rangka peningkatan mutu dan
kualitas hasil kerja di dalam dunia jasa konstruksi, terutama dalam
perencanaan jembatan rangka baja.
3. Manfaat bagi penulis adalah dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang
didapat selama perkuliahan dengan mendesain kontruksi berupa jembatan
rangka baja sebagai Tugas Akhir.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Sebelumnya


Untuk memudahkan dalam perencanaan ulang jembatan,digunakan
beberapa referensi dari penelitian sebelumnya sebagai berikut.

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya

Umi Lathiefah, A. Helmi Hikma Rahmat


2017, Jaelani, 2015, Dewita. B, Alhafiz,
Perencanaan Re-Design Linda Sulaiman
Jembatan
Ulang Supriantini, YH dan
Nambangan
Jembatan Bantul Harry Iskandar,
Rangka Baja Menggunakan Wibisono, 2013,
Jl.Ir.SUTAMI Rangka Baja 2016, Perencanaan
Referensi JURUG Type Warren Perencanaan Bangunan
dengan Struktur Atas Atas
pembebanan Jembatan Jembatan
menurut RSNI Kedaung- Rangka Baja
T-02-2005 Jenggot di Desa
Kabupaten Manyang
Tangerang Kecamatan
Dengan Lhoksukon
Menggunakan Kabupaten
Rangka Baja Aceh Utara
Nama Jembatan Jembatan Jembatan Jembatan Jembatan
Jurug Nambangan Kedaung- Rangka Baja
Jenggot Desa
Manyang
Lokasi Kota Surakarta Bantul, Desa Kedaung Lhoksukon
Yogyakarta Kecamatan Kabupaten
Mekar Baru Aceh Utara
Tipe Rangka Baja Rangka Baja Rangka Baja Rangka Baja
tipe warren tipe warren tipe warren tipe warren
Panjang Bentang 175 m 140 m 30 m 60 m

Jumlah Pilar 3 2 - -

5
6

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya


Umi Lathiefah, A. Helmi Hikma Dewita. Rahmat
2017, Jaelani, B, Linda Alhafiz,
Perencanaan 2015, Re- Supriantini, Sulaiman
Design
Ulang Harry YH dan
Jembatan
Jembatan Nambangan Wibisono, Iskandar,
Rangka Baja Bantul 2016, 2013,
Jl.Ir.SUTAMI Menggunak Perencanaan Perencanaa
Referensi JURUG an Rangka Struktur Atas n Bangunan
dengan Baja Type Jembatan Atas
pembebanan Warren Kedaung- Jembatan
menurut RSNI Jenggot di Rangka
T-02-2005, Kabupaten Baja Desa
Prosiding Tangerang Manyang
Dengan Kecamatan
Menggunakan Lhoksukon
Rangka Baja Kabupaten
Aceh Utara
Pembebanan RSNI T-02- RSNI T-02- Pedoman RSNI T-02-
2005 2005 Perencanaan 2005
Pembebanan
Jembatan Jalan
Raya 1987
Perhitungan Metode LRFD Metode Metode LRFD Metode
Rangka Baja berdasar SNI LRFD LRFD
03-1729-2002

2.2 Kajian Pustaka


Pada Penelitian sebelumnya hampir semua penliti mengacu pada
Pembebanan Untuk Jembatan RSNI T-02-2005 dalam perencanaan pembebanan,
berbeda Hikma, Linda dan Harry (2016) yang menggunakan Pedoman
Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya 1987 dalam perhitungan
perencanaan pembebananya. Jembatan yang direncanakan peneliti sebelumnya
memiliki panjang bentang yang berbeda beda seperti Lathiefah, Umi (2017)
dengan panjang bentang 175 m, sedangkan jembatan yang direncanakan oleh
Helmi (2015) memiliki panjang bentang 140 m, kemudian Rahmat, Sulaiman dan
Iskandar (2013) dengan panjang bentang 60 m, dan Hikma, Linda dan Harry
7

(2016) dengan bentang terpendek yaitu 30 m. Perencanaan ulang jembatan pada


penelitian sebelumnya, semuanya menggunakan jembatan rangka baja type
warren, dengan lantai jembatan berada di bawah rangka.
Redesain yang akan dilakukan kali ini menggunakan rangka baja type
warren dengan panjang total 90 meter yang dibagi menjadi dua bentang masing-
masing 45 meter, dan lantai jembatan berada di atas rangka. Acuan pembebanan
yang digunakan pada perencanaan ini adalah SNI 1725-2016 dan RSNI T-02-
2005 dan beban gempa yang digunakan pada struktur atas adalah beban gempa
dinamis yang dilakukan menggunakan aplikasi SAP 2000 v.14. metode desain
baja yang digunakan adalah metode LRFD. Jembatan ini memiliki dua abutment
dan satu pilar di tengah.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Tinjauan Umum


Jembatan adalah suatu struktur kontruksi yang memungkinkan rute
transportasi melewati rintangan seperti sungai, danau, kali, jalan raya, jalan kereta
api dan lain-lain. Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk
menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan
seperti lembah yang dalam, alur sungai, saluran irigasi dan rintangan lainnya.
sehingga jembatan berfungsi sebagai sarana transportasi.

3.2 Rangka Baja


Baja merupakan salah satu material yang digunakan dalam konstruksi
bangunan seperti jembatan dan gedung. Material baja unggul jika ditinjau dari
segi kekuatan, kekakuan dan daktilitasnya. Kelebihan material baja dibandingkan
dengan material lainnya adalah karena baja merupakan buatan pabrik sehingga
memiliki control mutu yang baik dan relatif homogen. Material baja memiliki
daktilitas yang bagus, baja yang diuji menggunakan beban tarik akan mengalami
pengurangan luas penampang dan perpanjangan sebelum terjadi keruntuhan.
Selain itu baja merupakan salah satu bahan bangunan yang sangat kuat. Kekuatan
yang tinggi per satuan berat ini membuat potensi beban matinya cukup kecil.
Itulah kenapa baja termasuk material yang bagus untuk jembatan bentang
panjang, bangunan tinggi, serta bangunan yang didirikan di atas tanah labil.
Dalam perencanaan struktur baja ada dua metode yang sering digunakan.
Metode tersebut adalah perencanaan berdasarkan tegangan kerja/allowable stress
design (ASD) dan perencanaan kondisi batas/ load and resistance factor design
(LRFD). Perencanaan struktur baja mulai beralih dalam 20 tahun terakhir dari
ASD ke konsep LRFD, karena metode ini jauh lebih rasional. Metode ini
didasarkan pada ilmu probabilitas, sehingga dapat mengantisipasi segala
ketidakpasstian dan material maupun beban. Secara umum struktur dikatakan

8
9

aman apabila memenuhi persyaratan tahanan atau kekuatan dari sebuah komponen
lebih besar dibandingkan dengan beban yang harus dipikul struktur tersebut, atau
dapat dilihat pada persamaan berikut
ΦRn ≥ ∑γi.Qi 3.1
Dimana,
Rn : Tahanan nominal
Φ : Faktor Tahanan
Qi : Beban (beban angin, beban mati, beban hidup, gempa, dan lain-lain)
γi : Faktor beban
3.2.1 Batang Tarik
Batang Tarik banyak dijumpai dalam banyak struktur baja, seperti struktur-
struktur jembatan, rangka atap, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang Tarik ini
sangat efektif dalam memikul beban. Batang ini dapat terdiri dari profil tunggal
ataupun profil tersusun. Contoh-contoh penampang batang Tarik adalah profil
bulat, pekat, siku, siku ganda, kanal, WF dan lain-lain.
Apabila kondisi leleh yang menentukan maka tahan nominal Tn dari batang Tarik
memenuhi persamaan:
Tn = Ag.fy 3.2
Dengan Ag = Luas penampang kotor (mm²)
Fy = kuat leleh material (MPa)
Apabila kondisi sambungan yang menentukan maka tahan nominal Tn dari batang
tersebut memenuhi persamaan:
Tn = Ae.fu 3.3
Dengan Ae = Luas penampang efektif = U.An
An = luas netto penampang (mm²)
U = koefisien reduksi
Fu = tegangan tarik putus (MPa)

Dengan Φ adalah factor tahanan, yang besarnya, adalah:


Φ = 0,90 untuk kondisi leleh, dan
Φ = 0,75 untuk kondisi fraktur
10

3.2.2 Batang Tekan


Batang-batang tekan yang banyak dijumpai seperti kolom dan batang batang
tekan dalam struktur rangka batang. Komponen Struktur tekan dapat terdiri dari
profil tunggal atau profil tersususn yang digabung dengan menggunakan pelat
kopel. Syarat kestabilan dalam mendesain komponen struktur tekan sangan perlu
diperhatikan mengingat adanya bahaya tekuk pada komponen-komponen tekan
yang langsing. Komponen struktur yang mengalami gaya tekan konsentris, akibat
beban terfaktor Nu, memenuhi :
Nu ˂ Φc.Nn 3.4
Dengan Φc = 0.85
Nu = beban terfaktor
Nn = kuat tekan nominal komponen struktur = Ag.fcr

3.3 Jenis-jenis Jembatan Rangka Baja


Jembatan rangka sederhana terdiri dari gelagar induk, gelagar melintang dan
gelagar memanjang, sedangkan untuk sisi kanan dan kiri jembatan berupa rangka
baja. jembatan rangka baja sederhana ini masuk dalam kategori jembatan
menangah yaitu dengan bentang 45 m - 180 m. Perencanaan ulang Jembatan
Lemah Abang ini menggunankan jenis jembatan rangka baja dengan panjang
bentang 90 m yang termasuk ke dalam kategori jembatan bentang menengah.
Jembatan rangka baja memiliki beberapa macam jenis, diantaranya adalah:
1. Warren truss
2. Double warren truss
3. Howe truss
4. Pratt truss
5. Curve chord pratt truss
6. Baltimore truss
7. Pensylvania truss
11

8. Through truss, dan lain-lain.

Berikut ini adalah gambar dari jenis-jenis jembatan rangka baja.

Gambar 3. 1 Macam-Macam Jenis Jembatan Rangka

Pada perencanaan ulang jembatan lemah abang ini akan digunakan desain
dengan rangka baja tipe warren, karena dari sekian banyak tipe jembatan rangka
yang ada jembatan rangka tipe warren merupakan tipe yang lebih umum
digunakan di Indonesia. Selain itu juga rangka tipe warren mudah dilaksanakan
dalam proses konstruksinya.

3.2.1 Rangka Baja Tipe Warren


Rangka tipe warren adalah tipe jembatan rangka dengan rangka utamanya
berbentuk trapesium dari serangkaian segitiga, sehingga struktur seperti ini akan
stabil dalam menahan gaya aksial dan lateralnya. Batang-batang diagonal pada
rangka utama dan ikatan angin berfungsi untuk memberi kekakuan pada jembatan
dan meneruskan beban akibat angin kepada portal akhir, sehingga jembatan
memiliki kekakuan pada arah melintang dan menjaga torsi.
12

Berikut ini adalah gambar bagian-bagian jembatan rangka baja

Gambar 3. 2 Jembatan Rangka Warren

3.4 Pembebanan Menurut SNI 1725-2016


Perhitungan pembebanan yang bekerja pada jembatan berpedoman pada
SNI 1725-2016 yang merupakan standar terbaru dalam menentukan beban-beban
,gaya-gaya dan aksi-aksi lainnya untuk perhitungan yang akan digunakan dalam
perencanaan jembatan jalan raya. Pembebanan didalam SNI 1725-2016 dibagi
menjadi tiga, yaitu beban permanen, beban lalu lintas, dan beban lingkungan.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai beban-beban tersebut.
3.3.1 Beban Permanen
Beban permanen atau beban tetap merupakan beban yang melekat pada
jembatan. Beban tetap pada jembatan terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1. Berat Sendiri (MS)
Berdasarkan SNI 1725-2016, berat sendiri adalah berat bagian tersebut
dari elemen-elemen struktural dan elemen-elemen non-struktural yang
dipikulnya.
2. Beban Mati Tambahan (MA)
Berdasarkan SNI 1725-2016, beban mati tambahan adalah berat seluruh
bahan yang membentuk suatu beban pada jembatan yang merupakan
13

elemen non-struktural, dan besarnya dapat berubah selama umur


jembatan.
3. Beban Akibat Tekanan Tanah (TA)
Berdasarkan SNI 1725-2016, koefisien tekanan tanah nominal harus
dihitung dari sifat-sifat tanah. Sifat-sifat tanah (kepadatan, kadar
kelembaban, kohesi sudut geser dalam dan lain sebagainya) harus
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian tanah baik di
lapangan ataupun laboratorium. Tekanan tanah lateral dapat dihitung
berdasarkan nilai nominal dari berat jenis tanah (γs), kohesi tanah (c),
dan sudut geser tanah (ɸ).

3.3.2 Beban Lalu Lintas


Beban lalu lintas pada jembatan bisa diartikan sebagai beban-beban yang
disebabkan oleh aktivitas lalu lintas. Baik pra sarana lalu lintas maupun pengguna
lalu lintas. Beban lalu lintas terdiri dari:
1. Beban Lajur “D” (TD)
Beban lajur “D” merupakan pembebanan secara melintang lebar
jembatan. Beban lajur “D” bekerja pada seluruh lebar jalur kendaraan
dan menimbulkan pengaruh pada jembatan yang ekuivalen dengan suatu
iring-iringan kendaraan yang sebenarnya.
2. Beban Truk “T” (TT)
Pembebanan truk “T” adalah satu kendaraan berat dengan 3 gandar yang
ditempatkan pada beberapa posisi dalam lajur lalu lintas rencana. Tiap
as terdiri dari 2 bidang kontak pembebanan yang dimaksud sebagai
simulasi pengaruh roda kendaraan berat.
3. Gaya Rem (TB)
Berdasarkan SNI 1725-2016, gaya rem harus diambil yang terbesar dari
25% dari berat gandar truk desain atau 5% dari berat truk rencana
ditambah beban lajur terbagi rata BTR.
14

4. Gaya Sentrifugal (TR)


Untuk tujuan menghitung gaya radial atau efek guling dari beban roda,
pengaruh gaya sentrifugal pada beban hidup harus diambil sebagai hasil
kali dari berat gandar truk rencana dengan faktor C.
5. Beban Pejalan Kaki (TP)
Trotoar harus direncanakan untuk memikul beban pejalan kaki dan
dianggap bekerja secara bersamaan dengan beban kendaraan pada
masing-masing lajur kendaraan.
6. Beban Akibat Tumbukan Kendaraan (TC)
Struktur maupun bentuk palang atau penghalang harus direncanakan
agar mampu menahan beban tumbukan setara uji level 5, yaitu
diantaranya adalah tumbukan kendaraan dengan jembatan dan tumbukan
kendaraan dengan parapet.

3.3.3 Beban Lingkungan


Dalam merencanakan jembatan, beban lingkungan sangatlah penting dan
harus dihitung. Beban lingkungan merupakan beban-beban yang timbul akibat
aktivitas lingkungan. Berikut ini adalah beban-beban lingkungan:
1. Beban Angin (EW)
Tekanan angin dihitung berdasarkan tekanan angin yang disebabkan
oleh angin yang datang dari arah horizontal dan arah vertikal.
2. Gaya Gempa (EQ)
Jembatan harus direncanakan agar memiliki kemungkinan kecil untuk
runtuh namun dapat mengalami kerusakan yang signifikan dan
gangguan terhadap pelayanan akibat gempa.
3. Aliran air dan tumbukan benda hanyut
Gaya seret nominal ultimit dan daya layan pada pilar akibat aliran air
tergantung kepada kecepatan.
15

3.5 Analisis Jembatan Rangka Baja Berdasarkan Metode LRFD


Metode LRFD adalah metode-metode perencanaan kondisi batas/limit states
design metode ini didasarkan pada ilmu probabilitas, sehingga dapat
mengantisipasi segala ketidakpastian dari material maupun beban (Setiawan,
2008).

3.6 Perencanaan Struktur Bawah


Perencanaan struktur bawah merupakan perencanaan pada bagian jembatan
di bawah struktur atas yang merupakan struktur rangka baja. Struktur bawah
berfungsi mendukung struktur di atasnya. Perencanaan struktur bawah meliputi
abutment, pilar, dan pondasi.

3.5.1 Abutment
Abutment adalah bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung
pilar – pilar jembatan, berfungsi sebagai pemikul seluruh beban hidup dan mati
pada jembatan. Abutment merupakan suatu peralihan dari jembatan kepada badan
lintasan dari tanah dan biasanya menutupi badan lintasan ini tegak lurus.
Bagian-bagian dari abutment yang akan dibuat pada desain jembatan Lemah
Abang ini antara lain back wall, brast wall, wing wall, dan pile cap.

3.5.2 Pilar
Kolom pilar merupakan elemen struktur yang bertugas menahan beban
tekan aksial. Kolom memiliki peran yang sangat penting dalam struktur.
Kegagalan kolom akan mengakibatkan runtuhnya komponen struktur yang
berhubungan dengannya. Dalam merencanakan struktur kolom harus ada usaha
memberikan cadangan kekuatan yang lebih tinggi daripada komponen lain
sehingga saat terjadi gempa, kolom-kolom dapat mempertahankan keelastisannya,
sedangkan ujung-ujung balok dan kolom dasar menjadi sendi plastis.
16

3.5.3 Pondasi
Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah
dasar. Beban struktur yang besar serta letak tanah keras yang dalam membuat
perencana memilih fondasi dalam, yaitu berupa fondasi tiang bor (bored pile).
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tinjauan Umum


Metodologi penelitian adalah suatu serangkaian cara dan langkah-langkah
yang sudah direncanakan, digunakan untuk memudahkan pelaksanaan dari suatu
kegiatan dalam mencapai sebuah tujuan penelitian.
Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah diawali dengan
latar belakang penelitian kemudian diikuti dengan identifikasi masalah,
pembatasan masalah dan rumusan masalah, menetapkan tujuan dari penelitian dan
melakukan kajian pustaka untuk memberi gambaran pengetahuan yang mendasari
penulisan penelitian. Kemudian dilakukan pengumpulan data yang dilanjutkan
dengan proses analisis data untuk analisa struktur agar dapat merencanakan ulang
jembatan rangka baja tersebut. Proses analisis struktur ini dibutuhkan dalam suatu
perencanaan desain bangunan agar bangunan tersebut dapat diperhitungkan tidak
mengalami keruntuhan atau kegagalan. Setelah itu dilanjutkan dengan
pembahasan dan penarikan kesimpulan dari desain yang sudah direncanakan.

4.2 Data Struktur


Perencanaan ulang desain jembatan Lemah Abang dengan menggunakan
struktur rangka baja tipe warren ini membutuhkan data-data lapangan. Data-Data
yang dibutuh kan adalah data tanah, peta wilayah atau kontur tanah dan data
kondisi sungai.

4.3 Tahap Perencanaan


Dalam merencanakan ulang desain jembatan Lemah Abang, dibuat beberapa
langkah-langkah perencanaan. Berikut merupakan langkah langkah perencanaan
yang dilakukan, yaitu:
1. Mencari data jembatan Lemah Abang yang akan direncanakan ulang.
2. Menentukan spesifikasi dan konfigurasi struktur jembatan.

17
18

3. Menghitung beban-beban yang bekerja pada jembatan berdasarkan


peraturan perencanaan jembatan SNI 1725-2016 dan RSNI T-02-2005.
4. Merencanakan elemen-elemen struktur atas dan bawah jembatan.
5. Menganalisis struktur dengan menggunakan program SAP 2000,
microsoft excel, dan program tambahan lainnya yang dibutuhkan.
6. Menggambarkan hasil rancangan.
7. Menyimpulkan hasil rancangan.
Berikut adalah bagan alir (flow chart) langkah perencanaan dari
perencanaan ulang jembatan Lemah Abang. Bagan alir dapat dilihat pada gambar
4.1 berikut:

Gambar 4. 1 Metode Perencanaan Re-desain Jembatan Lemah Abang


19

4.4 Time Schedule Penelitian


Berikut pada Tabel 4.1 merupakan jadwal penelitian (time schedule)
Penelitian Tugas Akhir

Tabel 4. 1 Time Schedule Penlitian

TIME SCHEDULE PENELITIAN TAHUN 2018


Jenis
Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengumpulan
Data
Desain Awal
dan
Pembebanan
Pemodelan
SAP
Perencanaan
Struktur Atas
Perencanaan
Struktur
Bawah
Penggambara
n Detail
Penyusunan
Laporan
20

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Marga. (2016), Pembebanan untuk Jembatan, SNI


1725:2016, Badan Standardisasi Nasional.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (2013), Manual Desain Tebal Perkerasan Jalan,
Badan Standardisasi Nasional.
Departemen Pekerjaan Umum. (2012), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726-2012, Badan
Standarisasi Indonesia

Widodo, Diktat Struktur Beton Bertulang, Yogyakarta.


Setiawan, Agus. (2008), Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD
(berdasarkan SNI 031729-2002), Erlangga, Jakarta
Supriyadi, Bambang dkk, (2007). Jembatan, Beta Offset, Yogyakarta.
Hardiyatmo, Hary Christiadi. (2003), Teknik Pondasi 2, Beta Offset, Yogyakarta.

Lathiefah, Umi (2017). Perencanaan Ulang Jembatan Rangka Baja Jl.Ir.SUTAMI


JURUG dengan pembebanan menurut RSNI T-02-2005, Tugas Akhir,
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah,
Surakarta.
Dewita, Hikma dkk (2016). Perencanaan Struktur Atas Jembatan Kedaung-
Jenggot di Kabupaten Tangerang Dengan Menggunakan Rangka Baja,
Tugas Akhir, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Tama
Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Jaelani, A.H. (2015). Re-Design Jembatan Nambangan Bantul Menggunakan
Rangka Baja Type Warren, Tugas Akhir, Prodi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik Spil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Alhafiz, Rahmat dkk (2013). Perencanaan Bangunan Atas Jembatan Rangka Baja
Desa Manyang Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara, Tugas
Akhir, Jurusam Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh
Utara.
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 LOKASI PENELITIAN

Gambar Peta Lokasi Penelitian Jembatan Lemah Abang

Anda mungkin juga menyukai