Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Manajemen: Fungsi, Tujuan, Unsur, dan Jenis-Jenis Manajemen

Pengertian Manajemen adalah sebuah proses untuk mengatur sesuatu yang dilakukan oleh sekelompok orang
atau organisasi untuk mencapai tujuan organisasi tersebut dengan cara bekerja sama memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki.

Secara etimologi kata manajemen diambil dari bahasa Perancis kuno, yaitu menagement, yang artinya adalah seni
dalam mengatur dan melaksanakan. Manajemen dapat juga didefinisikan sebagai upaya perencanaan,
pengkoordinasian, pengorganisasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efisien dan
efektif.

Efektif dalam hal ini adalah untuk mencapai tujuan sesuai perencanaan dan efisien untuk melaksanakan pekerjaan
dengan benar dan teroganisir.

Menurut T. Hani Handoko, ada tiga alasan utama mengapa manajemen diperlukan:

 Manajemen diperlukan agar tujuan pribadi dan organisasi dapat tercapai


 Berikutnya, manajemen juga diperlukan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran,
dan kegiatan, yang saling bertentangan dari pihak yang punya kepentingan dalam organisasi.
 Manajemen dibutuhkan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas suatu kerja organisasi
Sebuah organisasi yang sedang berkembang membutuhkan manajemen dalam beberapa hal; mencakup
manajemen strategi, manajemen sumber daya manusia, produksi, pemasaran, dan manajemen lainnya.
Fungsi Manajemen Dalam Bisnis

Fungsi Manajemen adalah sebagai elemen dasar yang harus melekat dalam manajemen sebagai acuan manajer
(seseorang yang mengelola manajemen) dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan dengan cara
merencanakan, mengorganisir, mengordinasi dan mengendalikan.

Mengacu pada pengertian Manajemen di atas, terdapat 5 fungsi utama manajemen dalam bisnis, yaitu:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah yang paling penting dalam sebuah manajemen bisnis. Seorang manajer yang mengelola
manajemen dalam perusahaan atau bisnis akan merencanakan dan mengevaluasi setiap tindakan yang sudah dan
yang belum ditindaklanjuti dalam bisnis.

Perencanaan penting untuk menentukan secara keseluruhan tujuan perusahaan dan upaya untuk memenuhi tujuan
tersebut. Manajer selalu bertindak sebagai seseorang yang mencari alternatif dalam mencapai tujuan akhir,
mencakup rencana jangka pendek, menengah maupun jangka panjang.

Tanpa perencanaan yang tepat dalam bisnis yang sedang berkembang bisa membuat bisnis tidak berjalan sesuai
dengan jalurnya. Penyimpangan ini bisa berakibat pada ketidakteraturan hingga kebangkrutan.
2. Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi manajemen dalam bisnis yang kedua adalah sebagai pengorganisasian dengan membagi kegiatan besar
menjadi beberapa kegiatan kecil atau serangkaian kegiatan. Tujuannya adalah untuk mempermudah manajer
melakukan pengawasan yang lebih efektif dan menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan
yang sudah dibagi menjadi lebih efisien.

Pengorganisasian secara lebih gampang dapat dilaksanakan dengan menentukan apa tugas yang dikerjakan, siapa
yang mengerjakan dan bagaimana harus dikerjakan. Hal ini bertujuan untuk mencapai tujuan bisnis melalui proses
yang lebih terstruktur atau terorganisasi.

3. Penempatan (Staffing)

Mirip dengan organizing, namun penggunaannya lebih luas. Bila organizing lebih memperhatikan manajemen
sumber daya manusia, maka staffing lebih memperhatikan sumber daya secara umum. Beberapa sumber daya
tersebut diantaranya; peralatan, perlengkapan, dan inventaris yang ada pada sebuah organisasi.

4. Pengarahan (Directing)

Fungsi manajamen dalam bisnis yang terakhir adalah sebagai suatu tindakan yang mengupayakan agar setiap
anggota bisnis atau kelompok mampu mencapai sasaran dan target sesuai prosedur manajerial yang sudah
direncanakan. Seorang manajer akan melakukan pengarahan jikalau terjadi masalah atau jika apa yang dikerjakan
tidak sesuai dengan yang direncanakan.

Karena tidak semua hal yang direncanakan dalam bisnis bisa diwujudkan secara nyata dalam tindakan, mengingat
banyak kejadian yang tidak bisa terduga sebelumnya. Sehingga disinilah fungsi manajemen sebagai pengarahan
agar apa yang dikerjakan sumber daya masih berada pada jalur yang semestinya.

5. Pengawasan (Controlling)

Dari serangkaian rencana dan tindakan yang sudah dijalankan, perlu adanya pengawasan atau controlling. Fungsi
manajemen bisnis dalam hal ini adalah melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap kinerja sumber daya
perusahaan.

Manajer secara aktif akan melakukan pengawasan terhadap sumber daya yang sudah diorganisasi sebelumnya dan
memastikan apa yang dikerjakan sesuai dengan yang direncanakan. Adanya kesalahan atau penyimpangan dalam
menjalankan tugas dapat dikoreksi untuk menjadi pembelajaran pada perencanaan tahap berikutnya.
Klasifikasi dari masing-masing sumber daya juga penting untuk menjadi bahan klasifikasi supaya tidak
menimbulkan dominansi dari manajer saja. Bisnis yang baik adalah bisnis yang anggotanya mampu bekerjasama
sacara tim dan berjalan secara simultan. Beberapa hal yang harus terpenuhi untuk melakukan pengawasan yaitu:

 Jalur (routing): manajer harus menetapkan jalur untuk memperkecil resiko kesalahan yang terjadi
 Penetapan waktu (scheduling): manajer harus memiliki waktu rutin untuk melakukan pengawasan,
misalnya saja satu bulan satu kali atau dua kali
 Perintah pelaksanaan (dispatching): manajer memiliki sikap untuk mendorong dan memerintah
agar setiap sumber daya menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan
 Tindak lanjut (follow up): manajer melakukan evaluasi dan memberikan solusi dari segala yang
permasalahan yang terjadi selama proses mencapai tujuan untuk meminimalisisr terjadinya
kesalahan yang sama.

Unsur-Unsur Manajemen

Pengertian manajemen dan unsur-unsurnya

Dalam membentuk sistem manajerial yang baik dibutuhkan unsur-unsur manajemen di dalamnya. Semua unsur
tersebut saling melengkapi satu sama lain, dan jika salah satu unsur tersebut tidak ada maka berimbas pada hasil
keseluruhan pencapaian suatu organisasi.

Berikut ini adalah unsur-unsur manajemen tersebut:


1. Manusia (Human)

Faktor yang paling menentukan dalam manajemen adalah manusia. Dalam praktiknya, manusia lah yang membuat
tujuan dan melakukan proses pencapaian tujuan tersebut. Dengan kata lain, proses kerja tidak akan terjadi bila
terdapat unsur manusia di dalamnya.

2. Uang (Money)

Uang merupakan unsur manajemen yang sangat berpengaruh karena hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah yang
beredar di suatu perusahaan. Unsur uang dapat menjadi alat dalam proses pencapaian tujuan dengan
penggunaannya yang diperhitungkan secara rasional.

Penggunaan uang dalam suatu perusahaan adalah untuk biaya operasional, seperti gaji pegawai, pembelian dan
perawatan peralatan kantor, dan peralatan lainnya yang dibutuhkan oleh perusahaan.

3. Materials (Bahan)

Bahan ini terdiri dari raw material (bahan setengah jadi) dan bahan jadi. Unsur material merupakan faktor penting
dalam dunia usaha karena hasil yang baik hanya bisa dicapai bila terdapat material yang baik.

4. Mesin (Machines)

Mesin sangat dibutuhkan manusia untuk melakukan pekerjaan yang sulit menjadi lebih mudah dan cepat.
Penggunaan mesin akan meningkatkan hasil dan keuntungan serta membuat proses kerja menjadi lebih efektif
dan efisien.

5. Metode (Methods)

Proses pelaksanaan kerja hanya dapat berjalan dengan efektif dan efisien bila dilakukan dengan metode yang
tepat. Suatu metode kerja harus mempertimbangkan sasaran, fasilitas, waktu, uang, dan kegiatan bisnis.

Selain itu, metode yang tepat dan baik juga harus dipahami oleh manusia yang menjalankannya. Dengan kata lain,
sebuah metode hanya bisa berjalan dengan baik bila manusia terlibat di dalamnya.

6. Pasar (Market)

Proses pemasaran produk merupakan unsur manajemen yang sangat krusial bagi sebuah perusahaan. Jika tidak
ada pemasaran maka barang tidak akan laku.
Suatu bisnis bisa menguasai pasar bila menawarkan produk yang berkualitas dan sesuai dengan minat dan daya
beli konsumen. Itulah sebabnya proses pemasaran sangat erat hubungannya dengan kualitas barang yang
dipasarkan.

Baca juga: Pengertian Pasar

Contoh dan Jenis-Jenis Manajemen

Dalam penerapan ilmu manajemen dalam kehidupan sehari-hari, ada banyak sekali contoh yang bisa kita temukan,
sesuai dengan bidangnya. Berikut ini adalah beberapa contoh dan macam-macam manajemen:

 Manajemen Strategi
 Manajemen Administrasi Perkantoran
 Manajemen Biaya
 Manajemen Organisasi
 Manajemen Personalia dan Administrasi
 Manajemen Perusahaan
 Manajemen Pemasaran
 Manajemen Produksi
 Manajemen Keuangan
 Manajemen Waktu
 Manajemen Organisasi
 Manajemen Komunikasi
 Manajemen Pendidikan
 Manajemen Konstruksi
 Manajemen Agribisnis
 Manajemen Stress
 Manajemen Sumber Daya Manusia
 Manajemen Risiko
 Manajemen Rantai Pasokan
 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Manajemen Hubungan Masyarakat (Humas)
 Dan lain-lain
Ilmu manajemen itu ternyata sangat luas dan contoh penerapan manajemen dalam kehidupan sehari-hari
sebenarnya ada banyak sekali. Dan pada dasarnya kehidupan manusia tidak pernah lepas dari ilmu manajemen,
mulai dari hal kecil hingga hal yang besar.
TINGKATAN MANAJEMEN DAN PENDEKATAN BEBERAPA MANAJEMEN

Tingkatan Manajemen

1. Tingkatan manajemen terbawah atau disebut first line management yaitu tingkatan manajemen pada
tingkat bawah dari suatu organisasi. Pada tingkatan ini manajemen berfungsi mengarah pekerja-pekerja
operasional. Jika dilihat dari segi perencanaan yang dibuat pada tingkatan ini maka jangkauan
perencanaan yang dibuat pada tingkat ini maka jangkauan perencanaan yang dibuat biasanya hanya
melingkupi jangka waktu harian. Mandor-mandor berada dalam tingkatan manajemen ini.
2. Middle management adalah tingkatan manajemen yang berfungsi mengarahkan kegiatan dari manajemen
terbawah. Perencanaan yang dibuat di sini jangkauan waktunya bersifat menengah.
3. Top management adalah tingkatan paling tinggi dari manejemen yang biasanya terdiri atas beberapa
orang saja. Jangkauan perencanaan yang dibuat di sini bersifat strategis dan meliput klurun waktu
rencana jangka panjang

Secara kronologis, perkembangan ilmu manajemen dan sebab-sebabnya yang melatarbelakanginya dapat
dikemukakan sebagai berikut:

1. Manajemen ilmiah (Scientific Management) :


Manajemen Ilmiah dipelopori oleh seorang Amerika bernama F. W. Taylor. Setelah revolusi insdustri
yang mengakibatkan perubahan struktur industri di Amerika timbul masalah peningkatan produktivitas.
Pada saat itu banyak orang melihat bahwa peningkatan produktivitas suatu sistem produksi dapat
dilakukan melalui peningkatan efisiensi tenaga kerjanya. Pendapat Taylor bahwa persoalan manajemen
dapat dipecahkan secara ilmiah dimulai dengan penelitian yang dilakukan pada sebuah pabrik baja
tempat Taylor bekerja. Taylor mengembangkan teknik-teknik pengukuran waktu kerja untuk
menganalisis suatu pekerja.

Dalam penelitian waktu kerja tersebut, Taylor memecah pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan seorang
pekerja menjadi elemen-elemen kerja tertentu, Taylor kemudian menetapkan kecepatan kerja yang
terbaik yang harus dilakukan dan menetapkan juga metode kerja terbaik berdasarkan elemen-elemen
kerja tersebut. Waktu pengerjaan yang menjadi standar kerja yang telah ditentukan. Dengan cara ini
taylor mengharapkan produktivitas pekerja meningkat. Selain konsep upah perangsang tersebut, Taylor
juga mengemukakan pemikiran tentang pengaturan jam dan frekuensi istirahat kerja. Secara garis besar
pendekatan taylor dalam pemecahan masalah-masalah manejemen berorientasi pada pendekatan ilmiah
yang memiliki pola sebagai berikut :
- Identifikasi persoalan
- Pengumpulan informasi persoalan
- Perumusan hipotesis awal
- Pembuktian hipotesis
- Pemecahan persoalan
Taylor yang memulai prinsip pemecahan masalah manajemen secara ilmiah sehingga aliran
manajemennya disebut manajemen ilmiah (scientific management).
Pendapat-pendapat Taylor ini banyak diikuti orang pada masa itu, terlebih-lebih setelah ia membukukan
hasil penelitiannya dalam buku ″Shop Management and The Principles of Scientific Management″. Pada
dasarnya prinsip-prinsip dalam manajemen ilmiah yang dikembangkan Taylor adalah:
- Pemakaian cara-cara ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah manajemen sebagai ganti cara
coba-coba.
- Pemilihan pekerja secara ilmiah dengan tujuan menyesuaikan kemampuan pekerja & spesifikasi
jabatan/pekerjaan.
- Pengembangan kerja sama yang baik antara manajer dengan pekerja.
- Pemikiran-pemikiran mengenai manajemen ilmiah ini diperkaya dengan pendapat-pendapat para
ahli lainnya. Salah satu yang terkenal adalah pasangan suani-istri Frank B. Dan Lilian M. Gilbreth
yang megembangkan studi gerakan (motion study) untujk perbaikan metode kerja.
Dengan demikian dapat dilihat bahwa awal perkembangan manajemen secara formal dimulai dari dunia
industri. Namun demikian prinsip-prinsip yang dikembangkan di sini dapat pula dipakai dalam bidang-
bidang lain selain industri.

Banyak sumbangan positif yang diberikan oleh aliran manajemen ini, seperti pengukuran waktu kerja
dan konsep-konsep penetapan efisiensi, yang sampai saat ini masih digunakan.Selain sumbangan positif
yang diberikan aliran ini mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan paling menonjol yang dirasakan
adalah dalam masalah ″memanusiakan pekerja″. Manajemen ilmiah dinilai memandang pekerja semata-
mata hanya sebagai obyek kerja saja. Pendapat yang menyatakan bahwa bonus untuk kelebihan kerja
dapat mendorong produktivitas kerja, ternyata tidak selamanya benar. Walaupun sudah diberikan bonus
ternyata perbaikan produktivitas yang dihasilkan kurang memadai. Kenyataan inilah yang kemudian
mendorong pemikiran-pemikiran bari di kalangan ilmuwan manajemen.

2. Pendekatan Hubungan Manusia (Human Relation Behavioral Approach) :


Masalah manusia yang tidak dapat dijawab oleh pendekatan manajemen ilmiah menjadi pendorong bagi
perkembangan ilmu manejemen berikutnya. Bersamaan dengan itu berkembang pula ilmu psikologi
industri, yang dipelopori oleh Hugo Munsterberg, dan ilmu sosilogi yang ikut memberi pengaruh pada
ilmu manajemen.

Ditinjau dari sudut hubungan antar manusia (human relations) parktik manajemen dapat dilihat sebagai
pola hubungan antara manajer (atasan) dengan bawahannya.Kondisi efisiensi kerja yang rendah
merupakan petunjuk adanya hubungan yang buruk antara bawahan dan atasan. Atasan harus mengetahui
faktor-faktor sosial dan faktor-faktor lain yang dapat memotivasi bawahan agar ia dapat membina
hubungannya yang lebih baik dengan bawhannya.

Pelopor dari aliran manajemen ini adalah Elton Mayo. Mayo merumuskan pendapatnya melalui
serangkaian penelitian yang sangat terkenal, yaitu ″Tha Hawthorne Experiments″. Berdasarkan
penelitian tersebut, Mayo yang dibantu juga oleh beberapa temannya mengemukakan beberapa hasil
temuannya, antara lain :
- Perangsang finansial atau bonus uang tidak selamanya akan meninngkatkan produktivitas pekerja.
- Perilaku manajemen, dalam hal ini manejer atau pengawas, juga mempengaruhi prudktivitas
pekerja. Perhatian pengawas pada bawahannya bisa memberi penngaruh baik pada produktivitas
kerja.
- Kelompok informal dalam lingkungan pekerja yang berfungsi sebagai lingkungan sosial pekerja
juga mempengaruhi produktivitas pekerja.
Dalam perkembangannya, pendekatan hubungan antar manusia (human relation) ini berkembang
menjadi ilmu prilaku (behavior science), dan pendekatannya dalam manajemen menjadi pendekatan
prilaku. Pengikut aliran ini memandang praktik-praktik manajemen sebagai rangkaian pola tingkah laku
manusia yang berperan di dalamnya. Berdasarkan pandangan tersebut, aliran manajemen ini tidak lagi
melihat manusia sebagai manusia rasional dan ekonomis (″retional-economics-man″) tetapi melihat
manusia sebagai makhluk sosial (″social-man″). Kebutuhan manusia tidak hanya kebutuhan fisiologis
saja (makan, rumah, pakaian) tetapi mencakup juga kebutuhan-kebutuhan lain seperti keinginan untuk
diterima dan dihargai oleh orang lain yang harus dipenuhi juga dalam bekerja.

Dalam praktik manajemen, pendekatan prilaku banyak memberikan perbaikan dari segi
kemanusiaan.penemuan-penemuan yang dihasilkan pendekatan ini seperti tentang bagaimana
munculnya motivasi orang, bagaimana kelompok berprilaku, bagaimana hubungan antar individu terjadi
dalam bekerja, menyebabkan makin diperbaikanya cara-cara berhubungan antara atasan dengan
bawahannya.Ini berarti gaya manejer mengalami perubahan dan akibatnya terjadi pula perubahan pada
pola pelatihan manajemen (management training).

Kelemehan-kelemahan ternyata juga ada dalam pendekatan manajemen ini. Hasil-hasil penelitian dengan
ilmu perilaku (behavioral science) ini seringkali sulit diharapkan dengan praktis. Lebih dari itu tingkah
alku manusia itu sendiri sangat rumit, sehingga sangat sulit untuk dipelajari.

3. Penyelidikan Operasional (Management Science) :


Perang Dunia II juga memberi pengaruh pada perkembangan ilmu manajemen. Pada saat itu pihak sekutu
tengah mengembangkan teknik-teknik optimasi – operations research – untuk menghadapi pasukan kapal
selan pihak Jerman. Ketika perang selesai ternyata teknik-teknik optimasi yang dikembangkan tersebut
dapat dipakai dalam dunia industri, bahkan selanjutnya terjadi pengembangan terus-menerus dalam
teknik optimasi tersebut. Perkembangan inilah yang kemudian mempengaruhi perkembangan ilmu
manajemen.

Penyelidikan operasional dikenal juga sebagai aliran kuantitatif dalam manajemen. Berbeda dengan
aliran-aliran sebelumnya, aliran ini memanfaatkan matematika sebagai alat untuk memecahkan
persoalan-persoalan manajemen. Aliran ini memandang manajemen sebagai matematis dan dapat diukur.
Menurut aliran ini persoalan manajemen adalah:
- Optimasi masukan-masukan.
- Pemodelan persoalan secara matematis.
Sebagai contoh, misalkan ingin mecapai penghematan biaya produksi tanpamengurangi mutu produk
tersebut. Dengan mengadaka optimasi variabel-variabel yang mempengaruhi biaya produksi (masukan)
seperti biaya untuk bahan, biaya untuk tenaga kerja, yang dengan sendirinya mempengaruhi nutu produk,
maka tujuan yang diingini dapat dicapai.

Teknik-teknik yanng dikembangkan dalam penyelidikan operasional ini tidak hanya dipakai dalam
sistem produksi. Metode-metode CPM, PERT adalah metode yang dikembangkan dengan pendekatan
ini yang dimanfaatkan dalam manajemen proyek.

Tidak dapat dipungkiri bahwa teknik-teknik kuantitatif tersebut merupakan alat yang sangat tangguh
untuk memecahkan persoalan-persoalan dalam manajemen.namun demikian, pemecahan tersebut hanya
terbatas pada masalah manajemen yang bersifat kuantitatif seperti persediaan, perencanaan produksi, dan
lain-lain. Bila masalah yang dihadapi sangat komprehensif sehingga sulit untuk dikuantitatifkan, maka
pendekatan ini sulit diterapkan.

4. Manajemen dengan Pendekatan Sistem :


Perkembangan teknologi menyebabkan semakin rumitnya sistem produksi dan semakin pendeknya umur
suatu produk. Selain itu penyebaran teknologi yang begitu cepat, ditambah dengah adanya perdagangan
bebas menyebabkan makin ketatnya persaingan, tidak lagi antar perusahaan dalam suatu negara
melainkan sudah mencapai tingkatan antar negara. Hal ini menuntut pengelolaan usaha yang makin baik,
yang dengan perkataan lain makin mendorong perkembangan ilmu manajemen.

Perkembangan berikutnya dari ilmu manajemen adalah manajemen dengan pendekatan sistem dan
manajemen dengan pendekatan situasional (Contingency approach).
Pendekatan sistem memandang manajemen sebagai suatu sistem. Sistem itu sendiri adalah suatu
kesatuan dari beberapa bagian yang disebut subsistem, dan mempunyai satu tujuan tertentu. Setiap sistem
memiliki masukan-masukan tertentu dan memiliki proses transformasi tertentu yang memproses
masukan-masukan tersebut menjadi keluaran-keluaran tertentu. Sistem berada dalam suatu lingkungan
tertentu yang sangat mempengaruhi, dan sifat khas lingkungan adalah sulit untuk dikendalikan. Misalkan
suatu perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka situasi ekonomi, dan persaingan, merupakan
lingkungan sistem (perusahaan) yang akan mempengaruhi setiap aktivitas perusahaan dan sulit untuk
dikendalikan.

Manajemen yang baik harus dapat mengendalikan subsietm-subsistem yang dimilikinya dengan baik dan
dapat mengangtisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan. Dengan kata lain,
pendekatan ini berusaha melihat persoalan-persoalan manajemen dalam perspektif kesatuan sebab-akibat
yang bersifat menyeluruh, bukan sebagai satuan-satuan yang terpisah-pisah.
Dalam parktiknya pendekatan-pendekatan kuantitatif dalam penyelidikan operasional banyak dipakai
dalam pendekatan sistem ini. Dapat dibayangkan betapa rumitnya penyelesaian yang harus dilakukan
mengingat persoalan dilihat dalam perspektif kesatuan, sehingga komputer banyak dipakai dalam
penerapan manajemen dengan pendekatan sistem ini.

5. Manajemen dengan pendekatan Situasional (Contingency Approach) :


Pengembanngan lebih lanjut dari manajemen dengan pendekatan sistem adalah manajemen dengan
pendekatan situasional. Pendekatan situasional ini dikembangkan berdasarkan kenyataan bahwa banyak
pemecahan masalah manajemen yang efektif di suatu tempat belum tentu berhasil di tempat lain. Timbul
pendapat bahwa faktor-faktor keadaanlah (sutuasional factor) yang menyebabkan hal-hal tersebut terjadi.

Sesuai dengan prinsipnya, maka tugas dari seorang manejer adalah mencari atau menentukan teknik-
teknik manajemen yang dapat memecahkan persdoalan sesuai dengan tujuan dan situasi yang dihadapi,
batasan-batasan, dan jangka waktu yang tersedia. Sebagai contoh, bila suatu perusahaan ingin
meningkatkan produktivitas pekerjanya, manajemen dengan pendekatan perilaku akan segera
mengusahakan pengembangan motivasi kerja pekerja. Tetapi dengan pendekatan situasional, pihak
manajemen terlebih dahulu akan melihat keadaan pekerja. Bila pekerja masih belum memiliki
keterampilan yang baik, maka manajemen mungkin akan mengusulkan program penyederhanaan kerja
(work simplification). Sebaliknya jika pekerja sudah terampil program yang mungkin baik dilakukan
bukan penyederhaan kerja, melainkan pengayaan kerja (job enrichment).

Dalam pendekayan ini kecermatan dalam memandang setiap situasi yang rumit sangat diperlukan, dan
manejerlah yang harus berperan aktif dalam menentukan apa yang baik bagi situasi yang dihadapinya
itu. Pendekatan manajemen situasional ini dikembangkan oleh beberapa ahli antara lain Fremont Kast,
James Rosenzweig, Robert Kahn, dan lain-lain.

HUBUNGAN MOTIVASI MANAJEMEN


https://dokumen.tips/documents/manajemen-tambang-bab-v-motivasidoc.html
Proses Manajemen

Gambar Siklus Proses Manajemen (Lumen Learning)


Nah dari berbagai jenis manajemen yang kita kenal semuanya tidak akan jauh dari empat proses umum dari
sebuah manajemen yaitu :
 Perencanaan dan Pengambilan Keputusan (Planning and decision making)
 Pengorganisasian (Organizing)
 Memimpin / Membimbing (Leading)
 Pengendalian (Controlling)

1. Perencanaan Dan Pengambilan Keputusan: Penentuan Program Aksi


Planning atau perencanaan berarti menetapkan tujuan organisasi dan memutuskan bagaimana cara
terbaik untuk mencapainya. Perencanaan adalah pengambilan keputusan terkait tujuan dan menetapkan
arah masa depan. Tindakan dari satu set alternatif untuk menjangkau hal tersebut.

2. Organizing: Aktivitas Koordinasi Dan Sumber Daya


Pengorganisasian dapat didefinisikan sebagai proses dimana rencana didirikan, dipindahkan lebih dekat
dengan realisasi. Setelah manajer menetapkan tujuan dan mengembangkan rencana, fungsi manajerial
berikutnya adalah mengorganisir manusia dan sumber daya lain yang digunakan dalam rencana untuk
mencapai tujuan.

3. Memimpin / Membimbing (Leading)


Tahapan pada proses manajemen yang ketiga adalah memimpin. Keterampilan mempengaruhi orang
untuk tujuan tertentu atau alasan disebut memimpin. Memimpin juga dianggap paling penting dan
menantang dari semua kegiatan manajerial. Leading atau memimpin adalah mempengaruhi atau
mendorong anggota organisasi untuk bekerja sama bagi kepentingan organisasi. Menciptakan sikap
positif terhadap pekerjaan dan tujuan di antara anggota organisasi disebut terkemuka.
4. Pengendalian (Controlling)
Pemantauan kemajuan organisasi terhadap pemenuhan tujuan disebut pengendalian atau controlling.
Memantau kemajuan sangat penting untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi.
Controlling adalah mengukur, membandingkan, menemukan penyimpangan dan memperbaiki kegiatan
organisasi yang dilakukan untuk mencapai tujuan atau sasaran.

Anda mungkin juga menyukai