Anda di halaman 1dari 14

Pemetaan Wacana Teoritis Kajian ASEAN

Syahrul Salam & Musa Maliki


(Dosen Tetap Prodi HI FISIP UPN “Veteran” Jakarta)

Abstract
This research is descriptive analytic which focus study on ASEAN alaysis in varian theme and per-
spectives. The data of this study is obtained by deeply analysis toward journal and book references. By this
method, this research is also called as library research.The result of the study found that at least there are six
perspectives on ASEAN studies: critical realism, electick: contructivism and rationalism, liberal institutional,
neo-realism, realism and liberal perspektives. Some writers contribute toward the ASEAN themes: Cornelia
Beyer, Hino Katsumata, Mark Beeson, David & Smith, Termsak Chalermpalanupap, CPF. Luhulima, Dewi
Fortuna Anwar, dan Donald E. Weatherbee.

Key Words: ASEAN, Pemikir, Perspective,

Pendahuluan ASEAN tidak sebagai institusi otonom, karena


Kebenaran tentang ASEAN secara ASEAN akan selalu bersentuhan dengan pusaran
perspektif (basis epistimologi) memberikan system internasional, maupun penetrasi yang
keingintahuan tentang peta pemikiran seseorang/ dilakukan oleh kekuatan di luar kawasan Asia
intelektual terhadap obyek kajian ASEAN dan Tenggara (external regional power).
proses reproduksinya. ASEAN sebagai sebuah Di atas adalah beberapa perspektif yang
proses regionalism dihadirkan sebagai suatu obyek beragam tentang keberadaan ASEAN. Pemetaan
kajian, karena ada perspektif yang membenarkan. lebih detail tentang reproduksi tiap perspektif dalam
Sebaliknya, jika tidak ada perspektif yang merepresentasikan ASEAN menjadi signifikan,
mendefiniskan atau mendekatinya, maka ASEAN sebab kita dapat melihat proses suatu pengetahuan
sebagai suatu fenomena dianggap tidak ada. (perspektif) dibuat dalam rangka penguasaan
Perspektif fungsionalisme menghadirkan tentang obyek kajian, yakni ASEAN.
ASEAN sebagai suatu institusi yang dibentuk oleh Barang siapa yang menamai dan
negara-negara ASEAN dalam rangka menciptakan memproduksi paket pengetahuan dalam suatu
perdamaian. Neo fungsionalisme menamai pendekatan dan perspektif tertentu, maka dia
fenomena ASEAN sebagai institusi regional yang menguasai ASEAN. Dengan kata lain, pengetahuan
membuat negara-negara Asia Tenggara mempunyai adalah sumber kekuasaan dalam mengontrol batasan
ikatan untuk melenggangkan perdamaian di wilayah tentang ASEAN dan bukan ASEAN. Berangkat
tersebut. Perspektif kontruktivisme menghasilkan dari hal ini, maka penelitian ini dirancang untuk
ASEAN sebagai suatu identitas dan norma negara- memetakan reproduksi perspektif dalam melihat
negara Asia Tenggara bersama imajinasi idea ASEAN. Hal ini akan memunculkan perspektif
tentang kerjasama dan perdamaian. mana yang akan timbul dan tenggelam, yang
Perspektif realis yang direpresentasikan dibenarkan dan yang disalahkan, yang terpinggirkan
Barry Buzan mengkaji ASEAN sebagai sebuah dan yang mainstream. Urgensi dari penelitian ini
sub-ordinat dari system internasional. Sehingga adalah untuk menghasilkan sebuah pemetaan yang
teori yang diusung oleh Buzan akan menempatkan detail tentang konstruksi perspektif.

1
UPN "VETERAN" JAKARTA
Dalam memetakan wacana teoritis studi Tinjauan Pustaka
ASEAN, maka konsep wacana menjadi sangat Analisis dalam penelitian ini akan
signifikan sebagai kerangka asumsi teoritis ASEAN mendeskripsikan perspektif dari para intelektual
yang dipaparkan dalam bentuk pengelompokan- yang peduli pada tema/isu ASEAN. Para intelektual
pengelompokan. Merujuk pada Danaher-Schirato- ini mereproduksi/membentuk pengetahuan tentang
Webb, wacana dibahasakan dalam konsep discourse. keberadaan ASEAN. Intelektual-intelektual
Menurut mereka, wacana adalah bentuk bahasa yang merepresentasikan tentang keberadaan
yang dikaitkan dengan pernyataan-pernyataan dan ASEAN, diantaranya: Donald McCloud. McCloud
ide-ide yang memiliki nilai-nilai dasariah. Wacana mempunyai perspektif bahwa ASEAN ditentukan
dipakai dalam menggambarkan pernyataan- oleh kontelasi system internasional. Kebijakan
pernyataan dan ide-de dalam memahami dunia atau politik luar negeri negara-negara Asia Tenggara
dalam melihat segala sesuatu yang ada di dunia. ditentukan oleh system internasional yang anarki.
Wacana individu ini diterjemahkan sebagai Anarki ini menghasilkan struktur internasional
ungkapan asumsi-asumsi teoritis akademisi yang ditempati oleh negara yang berkapabilitas
hubungan internasional dan Asian Studies power paling besar (McCloud, 1995).
dalam mendefenisikan, memaknai, mengetahui Intelektual Mel Gurtov dan A. G. Marsat
fenomena kajian ASEAN. Dengan kata lainm mempunyai perspektif bahwa negara-negara Asia
tipe klaim-klaim kebenarannya dalam teks bahasa Tenggara selalu dibawah kendali system balance of
yang diungkapkan mengekspresikan nilai-nilai power. Oleh sebab itu, ASEAN adalah organisasi
kebenaran tentang ASEAN. Gambaran aksi para lemah peranannya dalam menciptakan keamanan
sarjana ditentukan oleh struktur bahasa yang lebur regional karena yang menjaga keamanan regional
bersama penguasaan mereka terhadap ASAN. Asia Tenggara adalah negara yang secara sistemik
Singkatnya, asumsi teoritis mereka menjadikan mempunyai kapabilitas power besar – dalam
mereka mempunyai kekuasaan dalam menjelaskan konteks Perang Dingin, politik – keamanan regional
kebenaran fenomena ASEAN. Asia Tenggara (ASEAN) ditentukan oleh Amerika
Mills mengatakan bahwa diskursus Serikat dan Uni Soviet (Gurtov, 1974_.
merupakan sesuatu yang tidak rasional, karena Intelektual Inggris, Barry Buzan yang
penguasaan sarjana hubungan internasional melihat ASEAN adalah negara-negara di Asia
dan Asian Studies terhadap fenomena ASEAN Tenggara (“Southeast Asian Security Complex)
tidak menjelaskan secara sadar batas subyek yang terbagi menjadi dua kelompok: kubu
pengetahuan mereka dengan keterbatasan struktur Komunis-Soviet (Vietnam, Laos, Kamboja);
pengetahuan yang dimilikinya. Secara singkat, dan kubu Kapitalis-Amerika Serikat (Indonesia,
subyek pengetahuan mereka justru ditentukan Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, Brunai).
oleh struktur bahasa yang mereka utarakan (Mills, Buzan menamai hubungan antar negara-negara di
1997). Jadi analisis wacana berkaitan dengan jarak Asia Tenggara dengan “local pattern of security
linguis dengan non-linguis material seperti pidato, relations” yang didominasi pengaruhnya oleh
laporan, manifestasi, peristiwa sejarah, kebijakan, Amerika Serikat, Uni Soviet dan China( Buzan,
ide-ide, dan institusi. Semua hal ini ditentukan dan 1988).
terbatas dalam teks (Howarth, 2000). Sementara itu, Edy Prasetyono mengikuti
2
UPN "VETERAN" JAKARTA
kerangka pengetahuan Barry Buzan. Perbedaaan variable yang digambarkan secara mendalam
keduanya adalah Buzan menganalisis kompleks dan detail tentang sedalam apa para intelektual
keamanan Asia Tenggara pada saat Perang menganalisis kajian ASEAN.
Dingin yang menempatkan ASEAN cukup aman Lebih lanjut, metode pustaka diantaranya
karena berada di bawah kawalan Bipolar Uni data yang akan diambil sifatnya kualitatif dari
Soviet – Amerika Serikat, sedangkan Prasetyono sumber-sumber buku teks dan artikel para pemikir
menganalisis kompleksitas keamananAsia Tenggara HI tentang ASEAN. Data primer adalah sumber
pada saat Pasca Perang Dingin yang menempatkan teks asli dari penulis langsung tentang ASEAN
ASEAN dalam sistim multipolar Amerika Serikat, yang direview dan dianalisis. Data sekunder adalah
Jepang, Cina dan India (Prasetyono, 2007). sumber informasi yang diterima dari sumber-
Intelektual Cina, Yuen Foong Khong sumber secara tidak langusng untuk membantu
mengajukan argument bahwa ASEAN pasca Perang memperkuat analisis penelitian ini.
Dingin berdasarkan pada ASEAN-based dan
ASEAN-dominated. Analisis Khong ini berawal Hasil dan Pembahasan
dari analisis evolusi hubungan keamanan lima A.Pemikiran Termsak Chalermpalanupap
negara-negara ASEAN yang pertama (Indonesia, Pandangan Termsak diungkap dalam
Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand). Khong studinya yang berjudul “Life in ASEAN After The
mengadopsi pandangan Karld Deutsch untuk Entry Into Force of The ASEAN Charter”. Menurut
mengembangkan ASEAN dalam wadalh “pluralistic Tarmsak, bahwa ASEAN Charter akan mengubah
security community”. Istilah ini mengacu ASEAN dalam empat hal penting yakni; demokrasi,
kepada “a group of states whose members share kerjsama dalam hak asasi manusia, organisasi yang
“dependable expectations of peaceful change; in berbasis pada aturan main yang lebih jelas dan pada
their mutual relations and rule out the uses of force struktur organisasi (Chalermpalanupap, 2010).
as a means of problem solving”. Hal ini melandasi Dalam konteks demokrasi, ASEAN
prinsip penyelesaian masalah tanpa menggunakan Charter memberikan pengaruh atau dampak dalam
kekerasan. Khong berusaha menjelaskan jejak berbagai sistem politik anggotanya. Adanya varian
evolusi identitas bersama (common identity) atau system politik seperti Laos dan Vietnam yang
“we-feeling”. Agar mudah menjelaskannya, Khong berhaluan komunis, kemudian Myanmar dengan
membagi tahapan evolusi ASEAN menjadi empat: pemerintahan yang dipimpin oleh junta militer
sebelum 1967, 1967-1976, 1976-1989, 1989- dan Brunei Darussalam yang bercorak kesultanan
sekarang (Khong, 1997). ditambah lagi dengan berbagai corak dan model
parlemen dan praktek demokrasi di dalamnya
Metodologi Penelitian membuat ASEAN jauh lebih “complicated”.
Penelitian ini menggunakan metode Boleh jadi munculnya perbedaan dalam
deskriptif yang mengkategorikan pemikiran system politik negara-negara ASEAN, namun
hubungan internasional berdasarkan perspektif, dalam konteks organisasi ke-ASEAN-an, praktek
waktu dan analisisnya tentang ASEAN. Dengan berdemokrasi tetap ditegakkan. Ini dapat dilihat
demikian, penelitian ini tidak akan menghubungkan dari sudut pandang bahwa kerjasama regional
dua variable atau lebih, tetapi fokus pada satu ASEAN sejauh ini dapat ditingkatkan termasuk
3
UPN "VETERAN" JAKARTA
dalam hal pembangunan dan upaya penciptaan ini sangat kental dalam praktek sesama anggota.
demokratisasi. Begitupun dalam konteks penerapan ASEAN
Selanjutnya, Termsak banyak menyoroti Charter. Setidaknya ada enam poin yang diharapkan
praktek peneggak HAM di ASEAN. Bagi Termsak, juga terus dapat dibanguan dalam konteks ASEAN
keseriusan ASEAN dalam penegakan HAM di satu Charter yakni; Penghormatan terhadap muatan
sisi adalah keharusan, namun di sisi lain adalah Charter serta berbagai prinsip yang ada di dalamnya,
dilemma. Jika mengacu kepada kedudukan ASEAN mematuhi semua kewajiban keanggotaan termasuk
sebagai organisasi, sangat terlihat bahwa penamaan menyelaraskan berbagai aturan domestik dengan
“ ASEAN Inter-Governmental Commission on kerangkan kerja ASEAN yang tertuang dalam
Human Right” merupakan pilihan nama yang perjanjian ASEAN, negara-negara anggota ASEAN
penuh kompromi. Ada azas kehati-hatian dalam bersedia mematuhi dan mengimplementasikan
pelabelan nama terkait dengan organ penegakan berbagai persetujuan dan instrumen legal lainnya,
HAM di internal ASEAN. Penyebutan nama ini bersedia untuk aktif berpartisipasi dengan kesadaran
merupakan hasil kompromi interen ASEAN dengan penuh untuk bersedia bekerjasama, bersedia
dua pilihan yakni penggunaan istilah “body” atau untuk lebih terbuka dan bersahabat dalam rangka
kah “commission” menyelesaikan potensi konflik yang mungkin saja
Kerjasama dalam penegakan HAM lahir akibat berbagai perjanjian dalam ASEAN
merupakan sesutu yang krusial di internal ASEAN. termasuk implikasi daripada ASEAN Charter,
Salah satu dilema yang dihadapi oleh badan HAM dan yang terkahir adalah negara-negara anggota
ASEAN adalah bagaimama menciptakan ruang ASEAN diharapkan untuk lebih “sportif” dalam
rekonsialiasi antara realitas politik anggotanya mematuhi berbagai putusan yang dilahirkan dari
dengan kewajiban regional untuk mempromosikan lembaga yang diberi mandat dalam penyelesaian
penegakan HAM. Mengingat beragamnya model “despute” antar sesama anggota..
dan varian sistem politik anggotanya, menurut Sebagai poin keempat yang diungkapkan
Termsak, hal yang paling memungkinkan bagi Termsak adalah terkait dengan “Institutional Buil-
ASEAN adalah terlebih dahulu menciptakan situasi up”. Menurutnya, disamping ASEAN Charter
nyaman bagi anggotanya, tanpa tersinggung dengan menyinggung mengenai lembaga HAM ASEAN,
“isu” HAM. Oleh karena itu, langkah kongrit yang ia juga menyoroti pembentukan lembaga atau
dilakukan adalah secara gradual membangun dan beberapa mekanisme baru dalam ASEAN seperti
menciptakan model kerjasama penegakan HAM misalnya; ASEAN Coordinating Council yang
dengan tetap menjaga “trust” diantara negara merupakan forum representatif yang “dihuni” atau
anggota. dihadiri oleh para menteri luar negeri di lingkungan
Dalam poin yang ketiga, Termsak menyorot ASEAN, selain itu, ada juga An ASEAN Community
mengenai “Rule-based ASEAN”. Negara-negara Council. (ACC). ACC ini kepentingannya untuk
anggota ASEAN mesti menyadari bahwa secara menjembatani tiga entitas utama ASEAN yaitu;
natural ASEAN sesungguhnya telah memiliki apa ASEAN Political Security Community Council
yang disebut dengan “The ASEAN Way”. Negara (APSC), ASEAN Economic Community Council
anggota ASEAN dalam pergaulan regionalnya (AEC) dan ASEAN Socio Cultural Community
tetap mengutamakan prinsip-prinsip yang selama Council (ASCC). Selanjutnya dalam konteks
4
UPN "VETERAN" JAKARTA
penguatan institusi ASEAN juga perlu menetapkan dan Jepang.
apa yang disebut dengan Committee of Permanent Di dalam APT, ASEAN diharapkan menjadi
Representatives to ASEAN (CPR). penggerak utama. ASEAN harus dapat pula mencari
penyesuaian antara ASEAN Free Trade Area dengan
B. Pemikiran C. P. F. Luhulima bilateral trading arragements yang dikehendeki
Salah satu peneliti yang juga konsern China dan Jepang. Lebih lanjut menurut Luhulima,
dengan masalah ASEAN adalah C. P. F. Luhulima. ASEAN masih harus berfikir matang dalam
Dalam bukunya yang mengambil tema sentral menanggapi tawaran Korea Selatn dalam konteks
“Dinamika Asia Tenggara Menuju 2015” menyorot East Asia Grouping, karena dikhawatirkan Korea
tiga sisi penting ASEAN; Ekonomi, politik dan akan mengambil alih kepemimpinan organisasi
keamanan. Inilah tiga rangkuman pandangan yang ini. Termasuk usul Korea lainnya yakni East Asia
relatif komprehensif (Luhulima, 2011). Free Trade Area dan pembentukan East Asia
Organisation for Cooperation and Development
Bidang Ekonomi (East Asia OCD) yang lebih menyuarakan Asia
Menurut Luhulima, setidaknya ada lima Timur di dunia menurut Luhulima masih terlalu
bagian penting yang perlu mendapat perhatian dalam dini untuk disuarakan.
lingkup ekonomi yakni, pelembagaan ASEAN + Selanjutnya Luhulima menyinggung
3 (APT) dan mekanisme kerjasama di dalamnya. mengenai pembangunan ekonomi berkelanjutan
Kemudian peluang dan tantangan kerjsama dengan fokus pada pengembangan gender
ASEAN di bidang pembangunan sosial, ketiga mainstreaming dan health meanstreaming yakni
dampak negatif perdagangan bebas bagi negara usaha untuk membangun ASEAN yang secara
berkembang, selanjutnya singgungan Luhulima ilmiah dan teknologi kompetitif di dalam konteks
terkait dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN dan pembangunan berkelanjutan dan diharapkan akan
yang kelima adalah pencapaian ASEAN Economic tercipta suatu knowledge workforce di ASEAN
Community, dengan titik tekan pada keuatan dan dengan jumlah yang mumpuni.
kelemahan. Sementara itu, terkait dengan sindiran
ASEAN plus three menurut Luhulima Luhulima mengenai dampak negatif perdagangan
harus tetap mempertahankan keterbukaannya dan bebas bagi negara berkembang juga menarik
siap untuk membuka hubungan dengan berbagai untuk dicermati. Menurutnya, campur tangan
organisasi regional lain maupun dengan negara- negara dalam pengembangan perdagangan bebas,
negara di sekitar Asia Timur. dalam berorientasi kepada pasar luar negeri tidak
Dengan kondisi yang lebih terbuka, ASEAN perlu dikategorikan sebagi merkantilisme, sebagai
diharapkan mampu bergerak pada level yang lebih “beggar-thy-neihbour policy’, melainkan sebagai
luas, dari Bilateral Swap Arrangements menjadi menafestasi perdagangan bebas. Perdagangan
Bilateral trading arrangements dengan melibatkan bebas dalam konteks ini harus diartikan sebagai
Taiwan, Australia dan Selandia Baru dalam suatu perdagangan yang berorientasi ke pasar luar negeri,
bangunan ekonomi yang kokoh di Asia Timur. bukan bebas murni, karena pasar yang bebas murni
Hal ini untuk mengimbangi berbagai dinamika itu tidak ada. Di negara manapun di dunia menurut
perbedaan yang kerapkali ditunjukkan oleh China Luhulima, pasti melakukan intervensi dalam
5
UPN "VETERAN" JAKARTA
perdagangan luar negeri, baik ekspor ataupun perjalan ASEAN setelah 40 tahun pembentukannya
impor. Hanya saja yang membedakan adalah kadar (Fortuna Anwar, 2007).
campur tangan yang dilakukan tiap-tiap negara. Konsep ASEAN Security Community
Apa yang dilakukan oleh Jepang, Amerika Serikat, (ASC) merupakan salah satu tonggak daripada
Uni Eropa dalam isu pertanian merupakan bentuk ASEAN community yang memuat prinsip-prinsip
intervensi.. yang tidak saja dimaksudkan untuk membangun
Poin kedua yang disinggung Luhulima budaya hubungan damai diantara negara-negara
dalam bukunya Dinamika Asia Tenggara menunju ASEAN tetapi juga mendorong terciptanya situasi
2015 adalah bidang politik. Luhulima menyinggung yang stabil dan damai di dalam negeri masing-
mengenai unsur dasar pembentukan ASEAN. masing.
Harus diakui bahwa momentum Bali Concord I Dalam pandangannya bahwa konsep
dan Bali Concord II sesungguhnya fakta sejarah security sesungguhnya dimaksudkan untuk
yang menjadi pijakan awal pembentukan ASEAN. membatasi dan mencegah konflik atau kekerasan
Fokus ASEAN dalam tiga hal utama yakni MKA baik dalam hubungan antar negara maupun di
(MAsyarakat Ekonomi ASEAN), Masyarakat dalam negeri para anggota yang terikat dalam
Ekonomi ASEAN dan Masyarakat Sosial Budaya security community.
ASEAN merupan unsur dasar pembentukan Dalam konteks ASEAN, diketahui ada 2
ASEAN. poin penting dalam kerangka ASEAN Security
Pada poin ketiga dari karangan Luhulima Community; khususnya menegaskan identitas
menyebutkan mengenai dinamika dalam bidang keamanan ASEAN;
keamanan. Ada beberapa poin inti yang dituangkan Pertama, ASC ditujukan untuk membawa
dalam bagian ini yaitu bagaimana dinamika kerjasama politik dan keamanan ASEAN ketingkat
regionalism pertahanan di Asia Tenggara. Selain itu, yang lebih tinggi guna menjamin agar negara-
singgungannya mengenai pemberantasan terorisme negara di kawasan ini hidup dengan damai satu
dan kejahatan transnasional dalam pembangunan sama lainnnya dan dengan dunia luar dalam
keamanan Asia Tenggara juga patut dicermati. lingkungan yang adil, demokratis, dan harmonis.
Disamping poin di atas, Luhulima menyindir Anggota ASC semata-mata akan mengandalkan
proses pengembangan diplomasi preventif dan pada proses damai dalam menyelesaikan pertikaian
ASEAN Regional Forum serta peran strategis intra regional, serta memandang keamanan mereka
Indonesia dan ASEAN dalam menjaga stabilitas sebagai terkait satu sama lain secara fundamental
kawasan. Yang terakhir dalam singgungannya dan diikat oleh lokasi geografis, visi dan tujuan
adalah menyorot dimensi keamanan Selat Malaka yang sama.
dan posisi Singapura. Kedua, ASC sementara mengakui hak
berdaulat setiap negara anggota untuk mengikuti
C. Pemikiran Dewi Fortuna Anwar kebijakan luar negeri dan pengaturan pertahanan
Dalam penelitiannya yang berjudul “ masing-masing dan memperhatikan saling
Menjelang ASEAN Security Community 2015, keterkaitan antara realitas politik, ekonomi dan social,
Dari State Oriented Menuju People Oriented”, mengedepankan prinsip keamanan komprehensif
menyinggung beberapa poin penting terkait yang memiliki aspek politik, ekonomi, social dan
6
UPN "VETERAN" JAKARTA
keamanan yang luas dengan ASEAN Vision 2020 “intergovernmental” bukan supranasional.
daripada suatu pakta pertahanan, aliansi militer
atau kebijakan luar negeri bersama. D. Pemikiran Donald E Weatherbee
Dari kedua poin diatas jika dicermati Secara singkat, Watherbee lebih melihat
maka diketahui bahwa prinsip-prinsip mengenai dinamika hubungan internasional di Asia
kedaulatan negara, non intervensi, pembuatan Tenggara. Menurutnya ada delapan poin penting
keputusan melalui consensus dan penyelesaian dalam dinamika hubungan intrnasional di ASEAN
konflik secara damai tetap menjadi ciri utama yakni, aneka ragam aktor yang terlibat di ASEAN
ASC. seperti aktor negara di tingkat regional, kemudian
Dalam perjalanan sejarah ASEAN, extraregional state actor dan yang terakhir adalah
diketahui basis orientasinya kepada urusan negara apa yang disebut dengan non state actors. Ketiga
(state oriented), sangat eksklusif. Dinamika ini aktor ini secara aktif memainkan peran dalam
dianggap mengasingkan ASEAN secara instusi dinamika hubungan ASEAN (Weatherbee, 2009).
dengan warga ASEAN (people oriented). Selain menyinggung aktor yang terlibat di
Pertanyaan yang menarik menurut Fortuna ASEAN, Weatherbe juga menggambarkan situasi
Anwar adalah apakah setelah penandatanganan dan keberadaan ASEAN pada saat Perang Dingin.
piagam ASEAN 2007, ASEAN telah bergeser dari Menurutnya ada empat situasi perang Dingin di
state oriented menuju people oriented? Asia Tenggara yakni, masa penghadangan, pada
Bagi Fortuna Anwar, posisi ini masih belum saat perang Indochina 1961-1975 termasuk perang
jelas. Di satu sisi Piagam ASEAN berkomitmen atau konflik internal dalam kurun waktu 1975-1978,
untuk memperkuat demokrasi, memajukan dan fase ketiga perang Indochina dan pengakhiran
pemerintahan dan sistem hukum yang bersih, Perang Dingin.
mempromosikan dan melindungi HAM, yang Weatherbee juga menambahkan temuannya
sesungguhnya ini memberikan landasan hukum terkait dengan regionalisme di ASEAN. Ada empat
yang kuat untuk kebijakan-kebijakan yang lebih poin yang disinggung Weatherbee dalam dinamika
pro rakyat dan pro keamanan insani. Namun disisi regionalisme di ASEAN yakni posisi dan dinamika
lain menurut Fortuna Anwar, Piagam ASEAN juga ASEAN memasuki lima puluh tahun usianya, serta
secara eksplisit menegaskan kembali pentingnya bagaimana evolusi ASEAN didalamnya. Disamping
prinsip-prinsip “suci “ ASEAN, seperti tidak itu ia juga menyindir dinamika hubungan eksternal
mencampuri urusan dalam negari masing-masing, di ASEAN dan beberapa model kerangka kerjasa
pembuatan kebijakan berdasarkan konsensus dan multilateral yang bersifat subregional.
penghormatan terhadap kedaulatan masing-masing Selain tema di atas, Weatherbee juga
negara anggota. menyorot mengenai konflik dan resolusi konflik
Bagi Fortuna Anwar, kelemahan mendasar di Asia Tenggara. Menurutnya, dalam mekanisme
daripada ASEAN hari ini adalah tiadanya kekuatan penyelesaian konflik di kawasan ini, negara-
pemaksa supranasional yang relatif otonom, negara ASEAN telah memiliki tradisi baku yang
yang dapat mengeluarkan keputusan yang harus dikenal dengan “The ASEAN way”. The ASEAN
diikuti oleh anggotanya. Dengan demikian way ini mengacu kepada 12 prinsip yang tertuang
organisasi ASEAN tak lebih dari sekedar organisai dalam ASEAN Security Community. Selain itu,
7
UPN "VETERAN" JAKARTA
dalam sejarahnya, ASEAN juga menghadapi dua internasional, karena dolar masih menjadi tumpuan
jenis kejahatan transnasional yakni terorisme dan satu-satunya dunia. Faktor kepercayaan masyarakat
kejahatan transnasional. internasional terhadap dolar dan ekonomi Amerika
Rangkuman lain Weatherbee adalah terkait memang sulit untuk digeser, kecuali ada faktor X
denganAsiaTenggara dan ekonomi internasionalnya. yang tiba-tiba masyarakat internasional berpaling
Ia menggarisbawahi mengenai tentang AFTA dan ke Yen atau Yuan, misalnya. ASEAN juga memang
berbagai bentuk model kerjasama perdagangan dan secara suka rela menghormati dan berlindung
investasi di ASEAN. pada Amerika, sebab kekuatan-kekuatan lain pun
berusaha menguasai ASEAN dan belum tentu
E. Cornelia Beyer kekuatan-kekuatan tersebut seperti misalnya Cina,
Pemikiran Beyer tentang ASEAN dikaitkan sebaik Amerika selama ini.
dengan faktor eksternal, yakni penanganan Institusi ASEAN sendiri lebih kuat
terhadap terorisme (war on terror). Selain itu, dipengaruhi oleh nilai-nilai liberal Anglo-Saxon
Beyer menampilkan Uni Eropa sebagai komparasi dibandingkan tradisi misalnya konfuisme atau
politik. Pasca 9/11, Beyer berusaha membantah bushido. Dari aspek demokrasi, perdagangan bebas
bahwa institusi ASEAN dan Uni Eropa dipaksa (AFTA) dan dialog-dialog yang berlangsung,
oleh Amerika untuk mengikuti program mereka. ASEAN mempunyai kedekatan dengan nilai-nilai
Menurutnya, ada faktor ekonomi dan persamaan universal hegemoni Amerika. jadi ini tidak hanya
budaya yang ASEAN, Uni Eropa, dan Amerika terkait soft power dan hard power Amerika, tetapi
bekerjasama. pengaruh diskursif dan hegemonicAmerika terhadap
Oleh sebab itu, pendekatan realisme, ASEAN yang sesungguhnya sangat complex. Hal
liberalisme, dan konstruktivisme tidak cocok ini terbangun dari sejak awal hubungan negara-
menganalisa konteks penanganan ASEAN negara ASEAN terjalin dengan Amerika.
terhadap terorisme. Beyer menggunakan realisme
kritis (critical realism) dengan asumsi dasar peran F. Pemikiran Katsumata
Amerika terhadap ASEAN dan Uni Eropa tidak Pemikiran Katsumata lebih kompleks dan
hanya di wilayah material, tetapi juga non material. menarik, sebab pemakaian pendekatan eklektik
Dari perspektif ini, Beyer menggunakan konsep menampilkan ASEAN Regional Forum (ARF)
hegemonic governance di kawasan. Amerika sebagai forum yang signifikan. Padahal pemikir
mempunyai peran hegemonic governance di realis dan liberalis melihatnya tidak berguna, sebab
ASEAN dan Ui Eropa, karena relativitas power tidak membuahkan kesepakatan yang memaksa
ketiganya, daya dorong untuk bekerjasama, dan yang menggerakkan kebijakan ASEAN tetap
interdependensi asimetris, pengaruh-pengaruh negara-negara yang kuat (powerful). Dengan kata
diskursif, otoritas dan legitimasi. Oleh sebab itu, lain, prinsip kedaulatan di ASEAN membuat setiap
Amerika tidak serta merta menggunakan kekuatan negara sebenarnya tetap jalan sendiri-sendiri.
militernya untuk memaksa kedua institusi itu untuk Pendekatan eklektik ini berusaha dipakai
bersama-sama melawan terorisme. Katsumata dengan meyakinkan akademisi
ASEAN secara diskursif memang masih Hubungan Internasional bahwa ARF adalah proses
melihat Amerika sebagai penopang ekonomi panjang suatu forum normatif. Sifat normatif
8
UPN "VETERAN" JAKARTA
ini berguna untuk terus-menerus berdialog Dalam ARF inilah konflik diusahakan dikurangi
(praktik-praktif disksursif) dengan berbagai tensinya.
macam kekuatan-kekuatan besar di Asia tenggara Bagi Beeson, konflik ini menampilkan
untuk menetralisir ketegangan-ketegangan dan peran strategis Amerika dan Cina yang cukup
mengurangi logika balance of power (BoP). BoP kuat di Asia Tenggara. ASEAN berusaha dipaksa
adalah sistem yang efektif mencegah perang, tetapi mendukung salah satu dari mereka. Tentunya,
juga beresiko terjadi perang besar dan sangat sedikit ASEAN mempunyai kedekatan lebih ke Amerika
dialog yang dilakukan dalam sistem semacam ini. berdasarkan riwayat hubungannya selama ini. Hal
Rendahnya dialog, maka meningkatkan kecurigaan ini selaras dengan apa yang dipahami oleh Beyer
antar negara di Asia Tenggara. tentang peran hegemoni Amerika di ASEAN.

G. Pemikiran Beeson H. Pemikiran Jones dan Smith


Pemikiran Beeson bisa dipetakan Sebaliknya, pemikiran Jones dan Smith
dikelompok liberal institusionalisme. ASEAN justru percaya akan pendekatan realisme, sebab
seharusnya menguatkan kembali institusinya, asumsi-asumsi dasarnya cukup kuat tampil dalam
sebab jalinan kerjasama tidaklah sekedar aktivitas percaturan politik ASEAN. Dengan mengkritik
normative social, tetapi aktivitas procedural dan pendekatan konstruktivisme, mereka berargumen
memaksa secara legal-formal. Oleh sebab itu, bahwa kasus ekonomi-politik internsional, krisis
peraturan yang tegas, ketat, dan tertulis dalam Asia Tenggara 97/98 adalah lemahnya power
cetak biru diperlukan. Dalam penguatan institusi ASEAN. Tampaknya, negara maju tidak mau
ini, para warga ASEAN tentunya harus mempunyai tertandingi powernya oleh macan-macan Asia,
kemampuan managerial dalam mengelola sumber sehingga secara ekonomi-politik, Asia Tenggara
daya yang dimilkinya. diguncang. Negara-negara Asia Tenggara kocar-
Beeson juga selaras dengan akademisi kacir mencari dana talangan, sehingga beberapa
liberal institusionalis lainnya, bahwa ASEAN harus yang tak tertolong jatuh kepada IMF dan menerima
mejadi institusi supranasional agar secara struktural berbagai macam ‘perintah’ berupa program-
menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Kasus program dari IMF.
Laut Cina Selatan adalah fenomena yang Beeson Jones dan Smith melihat bahwa peran
pahami sebagai tantangan ASEAN yang belum Amerika semakin menguat di Asia Tenggara,
terselesaikan, khususnya di ARF. Memang dalam sebab kekuatan pasarnya dapat menyelamatkan
kasus-kasus tertentu, ASEAN belum seutuhnya perekonomian dunia Barat. Power dolar dan
mengandalkan ARF sebagaimana Katsumata militer Amerika masih menjadi imaji masyarakat
argumenkan. Isu-isu strategis dan sensitive dan internasional yang menakutkan, sehingga hegemoni
melibatkan banyak negara tampaknya masih sulit Amerika tetap diterima. Selama ini, hegemoni
bagi ARF menanganinya. Di sampaing itu ARF kekuatan Amerika di Asia Tenggara masih cukup
adalah forum yang membutuhkan rangkaian dialog disegani dibandingkan Cina dan Jepang yang
yang terus menerus. Jadi kasus Laut Cina Selatan belum teruji memberi keuntungan bagi kepentingan
memang perlu diperbicangkan terus menerus agar nasional ASEAN.
menjadi suatu diskursif positif bagi yang berkonflik. Peta dan Posisi Masing-Masing Pemikiran
9
UPN "VETERAN" JAKARTA
Pemikiran Termsak dipetakan bersama sebagai pelanggaran HAM.
Beeson yang beraliran liberal institusionalisme. ASEAN sebagai institusi yang seharusnya
Hal ini dapat dilihat dari argumennya tentang menguat, justru masih ambivalen dalam penerapan
penguatan institusi dan fungsi ASEAN, penguatan nilai-nilainya, antara pembentukkan nilai-nili
struktur ASEAN, demokratisasi dalam tubuh sendiri dengan nilai-nilai liberal. Padahal, nilai
ASEAN, dan kerjasama antar anggota ASEAN menjadi sangat penting sebagai norma, lalu beranjak
dalam penegakkan hak asasi manusia (HAM). ke prosedur dan aturan main institusi. Jadi forum
Beeson memang tidak sedalam pemaparan semacam Governmental Commission on Human
Termsak. Termsak sampai pada pemaparan Right di ASEAN justru hanya sebagai legitimasi
perbedaan sistem politik negara-negara ASEAN setiap anggota ASEAN untuk menerapkan HAM
seperti kerajaan di Brunei dan Malaysia, Laos dan sekehendak mereka.
Vietnam yang cenderung komunisme, dan yang Konsekwensi lemahnya nilai-nilai liberal
lainnya. Perbedaan ini menjadi kurang signifikan, dan proses demokratisasi di ASEAN menjadikan
ketika mereka menjadi bagian dari ASEAN, realitas politik dalam tubuh ASEAN melemahkan
karena sistem ASEAN adalah demokrasi. Nilai- institusi dan meningkatkan eskalasi konflik antar
nilai liberal adalah bagian dari proses terwujudnya anggotanya. ASEAN way sebagai nilai ternyata
demokratisasi ASEAN. Nilai-nilai liberal yang absurd, artinya nilai-nilai ASEAN yang tengah
dibawa oleh para pemikir Eropa klasik misalnya dibentuk dan diyakini sebagai sesuatu yang unik
John Stuart Mill, John Locke, dan Adam Smith dari konsensus anggotanya belum terlihat, di sisi
adalah suatu keharusan agar institusionalisme lainnya, nilai-nilai liberal dalam ASEAN way
ASEAN menjadi kuat. Penerapan nilai-nilai liberal pun dijalankan secara partikular. Misalnya dalam
yang universal di ASEAN inilah yang menjadi konteks HAM yang secara tegas belum menerapkan
tantangan bagi semua anggota ASEAN. nilai-nilai liberal. Jadi ASEAN way yang sifatnya
Beeson juga tidak menyinggung isu HAM informal dan hanya berisi perbincangan normative
seperti Termsak. Penguatan institusi menjadi belum sampai ke tahap yang tegas dan jelas
penting tidak hanya untuk urusan ekonomi dan memaksa anggotanya menjalankan kesepakatan
politik, tetapi isu-isu nontradisional seperti HAM. bersama.
Menurut Termsak, karena penerapan demokratisasi ASEAN Charter yang seharusnya
ASEAN masih lemah, maka HAM yang ditopang memberikan aturan yang mengikat sebagai suatu
dari universalisasi nilai-nilai liberal menjadi absurd. pembangunan institusi, tetapi sama saja dengan
HAM ASEAN hanya sekedar perbincangan dalam ASEAN way yang hanya berisi percakapan
forum ASEAN tanpa menghasilkankesepakatan informal dan ambivalensi prinsip antara kedaulatan
yang mengikut, sebaliknya diserahkan kepada dengan regionalism institusionalisme. Jadi, sampai
anggota ASEAN masing-masing. Dengan demikian, ASEAN charter dan ASEAN way, ASEAN masih
setiap anggota ASEAN secara relative dan subjektif sebatas institusi sosial informal, tetapi memberi
mereka menerapkan penegakkan HAM. Hal ini jalan untuk penyelesaian ekonomi dan politik. Hal
menjadikan isu HAM di Asia Tenggara memanas ini berbeda dengan Uni Eropa yang lebih pada
dan dipahami negara-negara Barat seperti Eropa institusi ekonomi, lalu dilegalkan menjadi institusi
Barat, Amerika, Inggris, Australia dan sejenisnya ekonomi dan politik, tetapi aspek sosialnya justru
10
UPN "VETERAN" JAKARTA
mengikutinya. negara sebagai aktor utama dan tunggal di dunia
ASEAN Charter dan ASEAN way memang internasional, kerjasama murni sulit terwujud,
bagian konstruktif institusionalisasi ASEAN sejak konflik-konflik selalu ada dalam hubungan antar
adanya ARF. Sesungguhnya, jika merujuk pada negera dan kekuasaan adalah di atas segalanya.
pemikiran Katsumata, adanya ASEAN Charter Selain itu, pemaparannya yang sangat kuat dengan
dan ASEAN way merupakan langkah yang sangat pendekatan sejarahnya menandakangaya klasik
hati-hati, positif, dan tepat dalam membangun realismenya.
identitas normatif dan sosial antar anggota Kuatnya pemaparan sejarah justru
ASEAN. Ditambah lagi dengan adanya hegemonic menampilkan pengalamannya yang dalam akan
governance yang menurut Beyer sudah melampaui analisis ekonomi, politik, dan keamanan dan
soft power dan hard power, tetapi diskursif power, problematikanya. Di bidang ekonomi, Luhulima
maka institusi ASEAN tetap bermain dalam cenderung pada ekspansi kerjasama yang lebih luas
tensi kekauatn-kekuatan besar di kawasannya. di luar ASEAN. Dia sadar betul bahwa globalisasi
Memainkan peran di sekitar negara-negara besar tidak dapat lagi dibendung, sehingga ASEAN
adalah bagian dari power diskursif ASEAN harus ‘berselancar’ di era tersebut. Menurutnya
agar memperoleh keamanan, kesejahteraan, dan Luhulima, ASEAN harus terbuka dan menjalin
perdamaian di kawsannya. kerjasama ekonomi dengan negara-negara besar,
Ditambah lagi adanya pembangunan seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, Taiwan,
institusi ASEAN juga terlihat pada empat Deputi dan Australia. Keterbukaan ini tidak dilihat dari
Sekretaris Jenderal (Deputy Secretary-General/ pendekatan ekonomi liberal saja, tetapi selalu
DSGs), Duta Besar ASEAN, sekretariat ASEAN mengedepankan pendekatan realisme-kekuasaan.
dan beberapa departemen tambahan: “three Oleh sebab itu, aspek ekonomi ASEAN tetap
community pillars” dan “community affair” serta harus mengedepankan politik-kekuasaan sebagai
“corporatae affairs”. Semua itu adalah pilar positif panglima..
bagi keberlangsungan institusi ASEAN yang Di dalam aspek politik, Luhulima
berusaha membedakan dirinya dengan Uni Eropa. hanya menekankan pemikiran normatif tentang
Jangan sampai para akademisi menyederhanakan penyelesaian perselisihan secara damai, pentingnya
dan mengambil pendekatan yang simplistic seperti kedaulatan, proses pengambilan keputusan yang
lagi-lagi menggunakan realism, karena dianggap bulat dan penyelesaian konflik di luar ASEAN
mudah melihat indikator-indikatornya. seperti masalah Laut Cina Selatan. Secara politik
Sebagai akademisi senior LIPI, CPF dia tidak memaparkan kepemimpinan ASEAN
Luhulima tetap konsisten dengan pandangan pasca Soeharto. Soeharto adalah figur penting
realismenya. Cukup dimaklumi bahwa akademisi ASEAN yang sampai sekarang belum tergantikan
senior semakin yakin dengan apa yang selama ini dalam menyatukan ASEAN sebagai kekuatan
dialami dan secara praktis memang ikut serta dalam kawasan.
proses berjalannya ASEAN. Dalam pemaparannya Aspek keamanan ini menunjukkan bahwa
di aspek ekonomi, politik, dan keamanan, realis sangat penting sebagai pendekatan di sini.
Luhulima terlihat menggunakan perspektif realism Luhulima menggambarkan pentingnya keamanan
klasik. Perspektif realisme klasik berasumsi bahwa Asia Tenggara seperti terorisme, kejahatan
11
UPN "VETERAN" JAKARTA
transnasional, dan isu perbatasan serta solusi ASEAN. Perspektif ini mengutamakan kemampuan
dalam kerangka diplomasi preventif. Negara- suatu negara dalam mempengaruhi negara lain
negara ASEAN harus mempunyai kekuasaan untuk dalam pengambilan keputusan di ASEAN. Dalam
menggerakkan institusi tersebut dalam menangani ASEAN tidak ada kekuasaan supranasional yang
isu keamanan itu. menentukan pengambilan kebijakan. Semua
Lain halnya, pemikiran teknokrat Dewi keputusan ditentukan oleh kepentingan vital negara
Fortuna Anwar yang mempunyai persaman masing-masing yang akan menentukan level
dengan Beeson dan Termsak, yakni percaya akan konflik, kerjasama, dan kompetisi. Jadi misalnya
perspektif liberal institusional. Hal yang berbeda masalah asap dari Indonesia, pasir di Singapura,
tipis antara Dewi dan Termsak, tetapi sepemikiran illegal logging Indonesia-malaysia, ditentukan
dengan Beeson adalah, Dewi dan Beeson secara oleh kepentingan nasional masing-masing, tanpa
tegas menyebut ASEAN sebagai institusi yang dibawa penyelesaiannya di forum ASEAN.
masih kurang matang. Oleh karena itu, ASEAN Watherbee sangat percaya akan perimbangan
harus mencontoh sistem struktur supranasional Uni kekuatan di dalam ASEAN dan juga ASEAN
Eropa. Dewi berusaha mendobrak kegamangan dikaitkan dengan kekuatan lain seperti Cina dan
Luhulima tentang hubungan antar negara yang Amerika. ASEAN sendiri berhasil memaksa
masih berat pada kedaulatan, tetapi mementingkan kekuatan-kekuatan dalam sistem internasional
regionalisme juga. Dewi menginginkan ASEAN lainya seperti Uni Eropa, India, Jepang, Australia,
menjadi supranasional, sehingga dia mempunyai Korea Selatan, untuk mendekat ke Asia Tenggara.
kekuasaan untuk mengambil kebijakan. Tentunya, Jadi karya Watherbee ini memang menggunakan
perspektif Termsak tentang pentingnya proses perspektif realism, tepatnya neo-realisme, sama
demokrasi, nilai-nilai liberalisme, dan penegakkan halnya dengan David dan Smith dan berbeda
HAM akan mudah dijalankan apabila sistem dengan Luhulima yang cenderung klasik. Dia
supranasional sudah diterapkan di ASEAN. menggunakan neo-realisme untuk melihatASEAN
Sama halnya David dan Smith serta dalam menangani berbagai macam tantangan
Luhulima, setelah Watherbee memaparkan ekonomi politik dan keamanan-ancaman dari
perspektif realisme, liberalisme dan konstruktivisme manapun juga (dari ancaman negara-negara kuat
untuk menunjukkan bahwa realisme masih yang sampai dengan isu-isu non tradisional seperti
paling relevan. Watherbee memutuskan perspektif isu lingkungan, HAM dan demokrasi, kriminal
realisme sebagai pandangan Hubungan Internasional transnasional, dll).
yang paling tepat dalam melihat ASEAN. Dalam
dinamika global dan lokal, ASEAN adalah kekuatan Simpulan
diantara negara-negara besar. Jadi ASEAN sendiri Dengan membaca berbagai hasil dan
perlu kuat menghadapi negara-negara besar dalam pembahasan di atas, penelitian ini sesungguhnya
dinamika politik dunia. menemukan beberapa pemikiran dan subtansi
Studi Hubungan Internasional Asia Tenggara tema kajian. Pertama, ulasan yang disajikan oleh
sangat mengutamakan aktor negara-bangsa dan Cornelia Beyer. Beyer lebih dapat dikelompokkan
kepentingan nasional, jadi perspektif realis adalah dalam perspektif critical realism dengan aspek
pandangan yang memang tepat dalam menjelaskan pembahasan pada hegemonic governance.
12
UPN "VETERAN" JAKARTA
Selanjutnya muncul Hino Katsumata Daftar Pustaka
melalui pendekatan “eklektik: konstruktivisme dan • Buku
rasionalisme”. Pokok pembahasan Katsumata pada
Amineh, M. Parvizi (ed). 2010. State, Society and
signifikansi ARF dalam perdamaian/keamanan International Relations in Asia. Amsterdam:
Asia Tenggara. Kemudian yang ketiga adalah Amsterdam University Press.
Mark Beeson. Beeson lebih dekat pada perspektif
Beeson, Mark. 2009. Institutions of the Asia Pasific:
liberal institusional dengan pokok bahasannya pada ASEAN, APEC, and Benyond. London and
penguatan institusi. New York. Routledge.

Kemudian yang keempat muncul David Beyer, Ana Cornelia, 2010. Counter Terrorism and
& Smith dengan pendekatan neo realisme. David International Power Relations. London and
New York: I. B Tauris Publishers
& Smith memandang akan arti pentingnya sistem
internasional yang stabil, termasuk balance of Chawala, S., Gurtov, Melvin., and Marsar, A.G.,
(ed). 1974. Southeast Asia Under the New
power atau keseimbangan kekuatan, dan banyak
Balance of Power. New York: Preager
memberikan kritikan terhadap pandangan Publishers.
konstruktivisme.
David, John and Smith MLR. 2006. ASEAN and
Temuan selanjutnya adalah pemikiran East Asian International Relations: Regional
Termsak Chalermpalanupap. Termsak lebih Delutions. Cheltenham: Erdward Elgar.
cenderung beraliran liberal institusionalis. Titik Emmers, Ralf. 2003. Cooperative Security and the
tekan pembahasannya pada penguatan institusi Balance of Power in ASEAN and the ARF,
New York: Routledge.
agar demokrasi, HAM dapat berjalan dengan baik.
Kemudian, CPF. Luhulima, yang lebih cenderung Hiro Katsumata. 2009. ASEAN’s Cooperative
beraliran klasik. Luhulima banyak mendalami Security Enterprise, Norms and Interests In
The ASEAN Regional Forum. New York:
mengenai pentingnya negara-negara ASEAN Palgrave Macmillan.
menghadapi globalisasi.
Howarth, David. 2000. Discourse. Philadephia.
Munculnya Dewi Fortuna Anwar sebagai Open University Press
salah satu pemikir ASEAN tentu bukan sesuatu
McCloud, Donald G., 1995. SoutheastAsia: Tradition
yang baru. Dewi lebih banyak menggunakan
and Modernity in the Contemporary World,
pendekatan liberal dengan konsentrasi pembahasan Boulder: Westview Press
pada 3 (tiga) pilar ASEAN.
Mills, Sara. 1997. Discourse. London: Routledge.
Terakhir, kemunculan Donald E.
Weatherbee yang banyak menggunakan pendekatan Weatherbee. Donald E. 2009. International
Relations in Southeast Asia, The Struggle
neo-realisme. Menurutnya, ASEAN lebih penting For Autonomy, (2nd ed), United Kingdom;
menitikberatkan BoP (balance of power) ketimbang Rowman & Littlefield Publishers.
maksimalisasi peran ARF.
• Jurnal

Abuza, Zachry. Funding Terrorism in Southeast


Asia (The Financial Network of Al Qaeda
and Jemaah Islamiya), Contemporary
Southeast Asia, Vol. 25, Number 2, August
2003.

13
UPN "VETERAN" JAKARTA
• Artikel Dalam Buku
Buzan, Barry. “ The Southeast Asian Security
Complex”, Contemporary Southeast Asia, Clifford, Geertz, C. 1973. “Thick Description:
Vol. 10/1 (June 1988) Toward an Interpretive Theory of Culture”,
in The Interpretation of Cultures: Selected
Bristow, Damon. The Five Power Defense Essays. NY: Basic Books.
Arrangements (Southeast Asia’s Unknown
Regional Security Organization, Sheldom Simon, Realism and Regionalism in
Contemporary Southeast Asia 27, No. 1 Southeast Asia: The ARF and the war on
(2005) Terror, dalam Joseph Chinyong Liow and
Ralf Emmers (ed), Order and Security
De Castro, Renato Cruz. Addressing International in Southeast Asia, Essays in memory of
Terrorism in Southeast Asia: Terrorism in Michael Leifer, New York: Routledge,
Southeast Asia, Contemporary Southeast 2006.
Asia 26, No 2 (2004)
Yuen Foong Khong, “ASEAN and the Southeast
Heller, Dominic. The Relevance of the ASEAN Asia Security Complex”, dalam Regional
Regional Forum (ARF) for Regional Orders: Building Security in a New World,
Security in the Asia – Pacific, Contemporary diedit oleh David A. Lake dan Patrick M.
Southeast Asia 27, No. 1 (2005) Morgan (US: The Pennsylvania State,
1997).
Jones, Michael E., Forging an ASEAN Identity:
The Challenge to Construct a Shared
Destiny, Contemporary Southeast Asia 26, • Paper Workshop
No. 1 (2004)
Prasetyono, Edy, “NTS Challenges and Policy
Limaye, Satu., Minding the Gaps; The Bush Responses in Indonesia”, a paper presented
Administration and U.S.-Southeast Asia at the Inaugural Meeting for the Consortium
Relations, Contemporary Southeast Asia on Non-Traditional Security Studies in Asia
26, No. 1 (2004) (NTS-Asia), Singapore 8-9 January 2007.

14
UPN "VETERAN" JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai