Anda di halaman 1dari 64

RAHASIA

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran III Keputusan Danpusdikajen


PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep / / / 2010
Tanggal 2010

TULISAN DINAS
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Agar pelaksanaan peran dan tugas pokok TNI berjalan dengan lancar perlu
pembinaan beberapa sistem, salah satu diantaranya adalah pembinaan administrasi
secara terus-menerus dan terarah yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
b. Tulisan dinas merupakan produk dalam Minu TNI, dibuat/ditertibkan dalam
rangka pelaksanaan tugas dan merupakan salah satu mata rantai untuk
memperlancar pelaksanaan tugas serta kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas
pokok.

2. Maksud dan tujuan.


a. Maksud. Naskah Departemen ini disusun dengan maksud untuk
dijadikan salah satu bahan ajaran pada Diksarcab Ajen Ta.2010
b. Tujuan. Naskah Departemen ini disusun dengan tujuan agar Pasis
mengetahui tentang Tulisan Dinas sebagai bekal dalam pelaksanaan tugas.

3. Ruang Lingkup dan tata urut.

a. Ruang lingkup. Ruang lingkup naskah Departemen ini meliputi


pengertian, bentuk, tataran, penataan, tata cara penyusunan dan pengetikan
Tuldis, singkatan dan akronim, ralat, perubahan, pencabutan, dan pembatalan.

b. Naskah ini meliputi tata urut sebagai berikut :

1) Pendahuluan.
2) Bentuk dan tataran tulisan dinas.
3) Tata cara penyusunan dan pengetikan Tuldis
4) Singkatan dan Akronim.
5) Penataan Tuldis
6) Ralat,perubahan,pencabutan dan pembatalan
7) Evaluasi.
8) Penutup.

4. Pengertian.

a. Administrasi umum. Administrasi umum adalah usaha pekerjaan, kegiatan


dan tata cara tulis menulis di lingkungan TNI yang dilakukan secara tertib dan teratur
untuk mencapai tujuan.

RAHASIA
2

b. Tulisan dinas. Tulisan dinas adalah semua tulisan yang dikeluarkan oleh
pejabat yang berwenang di lingkungan TNI dalam rangka melaksanakan
tugas/kegiatan dibidang masing-masing dan disusun menurut bentuk–bentuk yang
telah ditetapkan.

c. Cetak Tebal. Cetak tebal digunakan pada kata atau kelompok kata tertentu
didalam tulisan dinas yang menunjukan bahwa kata/kelompok kata tersebut
mempunyai kedudukan penting.

d. Garis Pemisah. Garis pemisah adalah garis yang digunakan untuk


memisahkan bagian tulisan dinas, yaitu garis yang dibuat dibawah bagian kelompok
kepala telegram dan memisahkan bagian isi dan penutup. Panjang garis pemisah
sepanjang batas kiri dan kanan pengetikan pada telegram atau surat telegram.

e. Garis Penutup. Garis penutup adalah garis yang digunakan untuk menutup
kelompok kata sehingga kata-kata tersebut merupakan suatu bagian tersendiri,
misalnya garis yang terdapat dibawah nama badan disudut kiri atas suatu tulisan
dinas. Jarak antara garis dengan baris terakhir kata-kata tersebut maksimal satu
enter ukuran single, dan panjang garis sama dengan panjang baris kata/kalimat
terpanjang dari kelompok kata.

f. Daftar Distribusi. Daftar distribusi adalah daftar susunan jabatan yang


dibuat oleh Kepala Sekretariat atau pejabat dibidang Minu, untuk digunakan
sebagai pedoman pendistribusian tulisan dinas.

g. Autentikasi. Autentikasi adalah pernyataan keabsahan suatu tulisan dinas


sebelum digandakan dan di distribusikan secara sah sesuai dengan alamat yang
telah ditentukan, telah dicatat dan diteliti oleh pejabat yang bertanggung jawab
dibidang Minu TNI. Autentikasi ditandai dengan penandatanganan oleh pihak yang
berwenang dan cap jabatan yang sah.

h. Satminkal. Satuan administrasi pangkal (Satminkal) adalah satuan terkecil


yang menyelenggarakan kegiatan administrasi dan menjadi satuan pangkal bagi
satuan-satuan bawahnya. Setiap satuan dapat dinyatakan sebagai satminkal
apabila mempunyai pejabat pengurus personel, materiil, keuangan dan administrasi
umum.

BAB II
BENTUK DAN TATARAN TULDIS

5. Umum. Tulisan dinas merupakan produk penting dalam penyelenggaraan


administrasi umum karena merupakan mata rantai untuk mendukung dan memperlancar
tugas pokok satuan. Bab ini memuat tentang bentuk-bentuk tulisan dinas yang ada
dilingkungan TNI, tata cara penyusunan dan tataran atau tingkat kedudukan tulisan dinas
yang satu dengan yang lain. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan petunjuk dan
pedoman dalam pembuatan tulisan dinas dengan tujuan agar tercapai kesamaan
pengertian dan keseragaman dalam bentuk, cara pembuatan dan pengolahan serta
pengawasan dalam pengurusan tulisan dinas.
3

6. Bentuk–bentuk tulisan dinas.

a. Bentuk tulisan dinas yang diatur dalam Minu TNI terdiri atas :
1) Peraturan.
2) Perintah Harian.
3) Instruksi.
4) Keputusan.
5) Surat Edaran.
6) Surat Perintah/Surat tugas.
7) Surat.
8) Nota Dinas.
9) Telegram.
10) Surat Telegram.
11) Laporan.
12) Pengumuman.
13) Surat Pengantar.

14) Ralat, Perubahan, Pencabutan dan Pembatalan.

15) Naskah dinas lainnya, seperti Surat Perjalanan Dinas, Surat Izin, Surat
Izin Jalan/Surat Jalan, Surat Kuasa, Kartu Undangan dan Amanat/Sambutan
serta Berita Acara.

b. Bentuk tulisan dinas yang tidak diatur dalam Minu TNI dan tetap digunakan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang masing-masing sebagai berikut :

1) Tulisan dinas dibidang Operasi meliputi Perintah Operasi, Perintah


Administrasi, Analisa daerah Operasi, Perkiraan Intelijen, Perkiraan Operasi,
dan Perkiraan Personel, Perkiraan logistik, Perkiraan teritorial.

2) Tulisan dinas di bidang Yudikatif meliputi Tulisan dinas yang


dikeluarkan oleh badan-badan peradilan Militer dan Keodituran Militer, yang
menyangkut penyelidikan, penyidikan, Penuntutan, Penjatuhan dan
Pelaksanaan Hukuman.

3) Tulisan dinas di bidang Polisional meliputi Tulisan dinas yang


dikeluarkan oleh Polisi Militer/Provost yang isinya berhubungan dengan
pengamanan, penyelidikan, penyidikan dan penertiban terhadap pelanggaran
hukum dilingkungan Angkatan Darat.

4) Tulisan dinas di bidang Perbendaharaan meliputi tulisan dinas yang


dikeluarkan oleh badan-badan keuangan dan pembekalan Angkatan Darat
atau oleh badan-badan tersebut bersama dengan badan-badan lain diluar
Angkatan Darat dan berhubungan erat dengan Undang-Undang
Perbendaharaan.
4

5) Tulisan dinas di bidang intelejen antara lain meliputi laporan harian


(laphar), Laporan Khusus (Lapsus), Laporan harian khusus (lapharsus),
Laporan informasi (Lapinfo), dan laporan pelaksanaan tugas yang meliputi
tugas pengamatan,penggambaran,penyelidikan ,penjejakkan,interogasi dan
lain - lain.

7. Tataran Tulisan dinas. Tataran tulisan dinas adalah tingkat atau kedudukan
suatu tulisan dinas terhadap tulisan dinas lainnya yang ditentukan menurut liputan
isi, tingkat klasifikasi, serta pejabat yang berwenang mengeluarkan. Tataran tulisan
dinas diatur sebagai berikut

a. Tataran Pertama

1) Tulisan dinas yang memuat kebijaksanaan pokok dan bersifat


mengatur, yaitu Doktrin, Organisasi dan Prosedur, Rencana Strategis,
Pembinaan dan Amanat Anggaran, Petunjuk Induk, atau Petunjuk Dasar
yang menjadi dasar bagi tulisan dinas lainnya dan liputan isi mencakup
seluruh Angkatan Darat. Wewenang penandatanganan hanya ada pada
Kepala staf Angkatan darat, dan tidak dapat dilimpahkan. Bentuk tulisan
dinas tersebut adalah Peraturan, Perintah Harian dan Instruksi.

2) Tulisan dinas yang memuat kebijaksanaan pelaksanaan dan bersifat


mengatur serta merupakan penjabaran dari kebijaksanaan pokok yaitu
Petunjuk Pelaksanaan, Petunjuk Pembinaan, Petunjuk Operasi,Petunjuk
Administrasi, Petunjuk Lapangan, Petunjuk Teknis, wewenang
penandatanganan ada pada Kepala Staf Angkatan Darat, dan dapat
dilimpahkan kepada Pejabat dibawahnya. Bentuk tulisan dinas tersebut
adalah Peraturan.

b. Tataran Kedua. Tulisan dinas yang memuat kebijaksanaan pelaksanaan


yang tidak mengatur sebagai pelaksanaan dari kebijaksaaan Pokok dan bersifat
permanen antara lain Pelaksanaan Dana dan Penentuan Status Personel/Materi
Wewenang penandatanganan ada pada Kepala Staf Angkatan Darat, dan dapat
dilimpahkan kepada Pejabat dibawahnya. Bentuk tulisan dinas tersebut adalah
Keputusan.

c. Tataran Ketiga. Tulisan dinas yang memuat kebijakan pelaksanaan yang


tidak mengatur sebgai penjabaran dari kebijakan pokok dan bersifat temporer antara
lain Pembentukan dan pembubaran kepanitiaan, pemberitahuan yang harus
dilaksanakan. Wewenang penandatanganan ada pada Kepala Staf Angkatan Darat
dan dapat dilimpahkan kepada Pejabat dibawahnya. Bentuk tulisan dinas tersebut
adalah Surat Edaran.

d. Tataram Keempat. Tulisan dinas yang memuat Perintah untuk


melaksanakan tugas tertentu dalam rangka pelaksanaan suatu kebijakan
pelaksanaan . Bentuk tulisan dinas tersebut adalah Surat Perintah/Surat
Tugas.

e. Tataran Kelima. Bentuk - bentuk tulisan dinas seperti Laporan, Surat,


Nota Dinas, Telegram dan Surat Telegram, Pengumuman, Surat Pengantar dan
Naskah Dinas lainnya digunakan sebagai alat komunikasi dalam hal penekanan,
Pemberitahuan, usul/saran, permohonan yang berkaitan dengan kedinasan.
5

8. Evaluasi.

a. Sebutkan bentuk-bentuk tulisan dinas yang diatur dalam Minu Angkatan


Darat !

b. Sebutkan bentuk Tuldis yang tidak diatur dalam Administrai Umum Angkatan
Darat !

c. Jelaskan pengaturan Tuldis yang masuk tataran pertama !

d. Jelaskan pengaturan Tuldis yang masuk tataran ketiga !

BAB III
TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGETIKAN TULDIS

9. Umum. Suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam mewujudkan integrasi TNI
serta keseragaman di bidang Minu di lingkungan TNI, adalah tulisan dinas merupakan
suatu urat nadi bagi kelancaran jalannya Minu. Untuk itu, perlu pengaturan dalam
penyusunan dan pengetikan tulisan dinas, sebagai pedoman bagi setiap pejabat yang
berwenang, agar tercapai kesamaan dalam cara-cara pembuatan, pengolahan dan
pengawasan tulisan dinas yang dimaksud dan merupakan suatu kebulatan pikiran yang
jelas, padat, dan meyakinkan.

10. Tata Cara Pengetikan.

a. Ukuran kertas. Ukuran kertas yang resmi digunakan dalam tulisan dinas
adalah kuarto (A-4: 297 mm x 210 mm). Dalam keadaan tertentu, dapat pula
digunakan kertas dengan ukuran :

1) 330 mm x 215 mm (Folio).


2) 430 mm x 330 mm (Folio ganda).
3) A-3: 420 mm x 297 mm (Kuarto ganda).
4) A-5: 210 mm x 148 mm (Setengah kuarto).

b. Ruang tepi. Demi keserasian dan kerapian, tidak seluruh halaman kertas
digunakan dalam pembuatan tulisan dinas. Untuk itu, perlu ditetapkan ruang tepi
atas, tepi bawah, tepi kiri, dan tepi kanan yang tetap dibiarkan kosong. Penentuan
ruang tepi dilakukan berdasarkan ukuran yang terdapat pada mesin ketik/komputer.

1) Ruang tepi atas ditetapkan tiga kait/0,8 inci (2.03 cm) dari tepi atas
kertas. Tulisan paling atas adalah klasifikasi (bila ada), nama instansi (kop),
dan nomor halaman.

2) Ruang tepi bawah kertas ditetapkan sekurang-kurangnya dua kait/0,5


inci (1.27 cm) dari tepi bawah kertas. Tulisan paling bawah adalah klasifikasi
(bila ada), untuk yang berupa kolom apabila belum selesai, maka kolom
tersebut tidak ditutup.
6

3) Ruang tepi kiri ditetapkan sekurang-kurangnya sepuluh dan sebanyak-


banyaknya lima belas ketukan/satu inci (2.54 cm) dari tepi kiri kertas. Jika
digunakan bolak-balik, maka untuk halaman nomor genap berlaku
sebaliknya, yaitu lima ketukan. Ketentuan ini berlaku untuk pengetikan
naskah yang akan dibendel menjadi buku.

4) Ruang tepi kanan ditetapkan sekurang-kurangnya lima ketukan/0,6 inci


(1.52 cm) dari tepi kanan kertas. Jika digunakan bolak-balik, maka untuk
halaman ganjil berlaku ketentuan sebaliknya, yaitu sekurang-kurangnya
sepuluh dan sebanyak-banyaknya lima belas ketukan. Ketentuan ini berlaku
antara lain untuk pengetikan naskah yang dibendel menjadi buku.

5) Konfigurasi margin (Vertikal/Portrait) sebagai berikut :

a) Top (atas) : 0,8” = 2.03 cm.


b) Bottom (bawah) : 0,5” = 1.27 cm.
c) Left (kiri) : 1” = 2.54 cm.
d) Right (kanan) : 0,6” = 1.52 cm.
e) Header (klasifikasi atas) : 0,5” = 1.27 cm.
f) Footer (klasifikasi bawah) : 0,5” = 1.27 cm.
6) Konfigurasi margin (Horisontal/Landscape) sebagai berikut :
a) Top (atas) : 0,8” = 2.03 cm.
b) Bottom (bawah) : 0,5” = 1.27 cm.
c) Left (kiri) : 1,2” = 3.05 cm.
d) Right (kanan) : 0,4” = 1.02 cm.
e) Header (klasifikasi atas) : 0,5” = 1.27 cm.
f) Footer (klasifikasi bawah) : 0,5” = 1.27 cm.
7) Ketentuan untuk penggunaan spasi baik horisontal/ vertikal dalam
tulisan dinas yang dicetak/berbentuk formulir/ blanko, untuk pembuatan
piagam/keputusan/salinan/petikan dan sejenisnya diatur sesuai kebutuhan.

11. Jenis dan Ukuran Huruf. Ukuran huruf dan angka yang digunakan untuk
pembuatan tulisan dinas dibedakan antara ukuran huruf dan angka untuk produk tulisan
dinas yang tidak dicetak dengan yang dicetak/berbentuk buku/berbentuk formulir khusus
ditentukan sebagai berikut :

a. Ukuran huruf dan angka untuk produk tulisan dinas yang digunakan dalam
kegiatan surat menyurat dinas/pelaksanaan administrasi umum bila menggunakan
komputer untuk keseragaman dan keserasian dibuat dengan huruf Arial ukuran 12
sedangkan untuk naskah yang seluruhnya huruf kapital menggunakan huruf Arial
ukuran 11, khusus untuk telegram atau surat telegram menggunakan huruf Arial
ukuran 9, dan amanat/sambutan menggunakan huruf Arial ukuran 14, sedangkan
untuk yang masih menggunakan mesin tik dengan huruf yang standar/ terdapat
dalam mesin tik tersebut.
7

b. Ukuran huruf dan angka untuk produk tulisan dinas yang dicetak/berbentuk
buku/berbentuk formulir khusus, dibuat dengan huruf yang disesuaikan dengan
bentuk dan memperhatikan keserasian serta sistematika penyusunannya.

12. Penulisan Klasifikasi. Apabila suatu tulisan dinas mempunyai tingkat klasifikasi
tertentu (Sangat Rahasia dan Rahasia), penulisannya diatur sebagai berikut :

a. Pada tulisan/naskah yang berbentuk buku atau dibendel :

1) Klasifikasi Sangat Rahasia ditulis di tengah-tengah naskah sebelah


atas dan bawah tiap halaman, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.
Sedangkan Rahasia hanya ditulis pada naskah halaman pertama dan
naskah halaman terakhir, termasuk lampiran juga ditulis pada halaman
pertama dan terakhir.

2) Klasifikasi tersebut ditulis pula pada sampul buku.

b. Tingkat klasifikasi untuk surat, telegram, dan surat telegram diletakkan pada
nomor dan ruang klasifikasi. Sedangkan nota dinas diletakkan pada nomor saja
dengan kode singkatan. Selanjutnya, seluruh naskah diperlakukan sesuai dengan
tingkat klasifikasi tanpa mencantumkannya pada tiap halaman.

c. Tingkat klasifikasi surat pengantar sama dengan tingkat klasifikasi tulisan


dinas yang diantar. Jika tulisan dinas tersebut berklasifikasi rahasia, maka surat
pengantarnya pun diberi nomor dan klasifikasi rahasia.

d. Surat pengantar untuk beberapa tulisan dinas yang berbeda klasifikasinya,


maka klasifikasi surat pengantar disamakan dengan klasifikasi tulisan dinas yang
tertinggi.

e. Pada dasarnya tingkat klasifikasi ditentukan oleh pejabat yang


menandatangani tulisan dinas. Jika pejabat yang bersangkutan tidak menetapkan,
maka kepala sekretariat/sekretaris/kepala tata usaha dapat menetapkan sesuai
dengan kepentingan tulisan dinas tersebut.

f. Penjelasan lebih lanjut mengenai klasifikasi untuk tulisan dinas yang


mempunyai tingkat klasifikasi biasa tidak perlu dicantumkan, kecuali pada surat,
telegram, surat telegram, dan nota dinas.

13. Kop/Kepala Surat. Pada tulisan dinas digunakan dua macam kop/kepala surat
yaitu :

a. Kop nama jabatan.

1) Kop nama jabatan adalah tulisan yang menunjukkan jabatan tertentu


pada setiap halaman pertama tulisan dinas tertentu, yang hanya digunakan
untuk bentuk amanat, dan perintah harian, serta surat dengan perlakuan
khusus yang ditandatangani sendiri oleh Kepala Staf Angkatan Darat.
Sedangkan tulisan dinas lainnya, walaupun ditandatangani sendiri oleh
Kepala Staf Angkatan Darat, tidak menggunakan kop ini.
8

2) Kop nama jabatan berturut-turut terdiri atas gambar lambang Angkatan


Darat dengan bintang dibawahnya, sesuai dengan pangkat pejabat yang
bersangkutan, dan sebutan jabatan yang ditulis sebanyak-banyaknya dua
baris. Seluruhnya dicetak secara simetris di sebelah atas tengah halaman.
Perbandingan ukuran lambang, bintang, dan huruf yang digunakan
hendaknya serasi, sesuai dengan ukuran kertas.

b. Kop nama badan.

1) Kop nama badan adalah tulisan yang menunjukkan nama


badan/satuan/Satminkal di lingkungan Angkatan Darat. Kop ini digunakan
pada halaman pertama semua bentuk tulisan dinas, termasuk halaman
pertama setiap lampirannya (jika berlampiran).

2) Kop nama badan terdiri atas sebutan nama badan yang ditulis di
sebelah kiri atas kertas.

14. Susunan Tulisan dinas. Tulisan dinas hendaknya dibuat menurut penge-
lompokan ruang lingkupnya. Ruang lingkup tulisan dinas terdiri atas bagian, bab, pasal,
subpasal, dan seterusnya. Tidak setiap tulisan dinas harus dibuat menurut susunan ini.
Dalam hal ini, keluasan dan kedalaman materi harus dijadikan pertimbangan utama. Untuk
itu ada beberapa kemungkinan yang dapat digunakan.

a. Susunan bagian, bab, dan pasal. Dalam susunan ini bagian


merupakan kelompok terbesar yang terdiri atas beberapa bab, dan bab terdiri atas
beberapa pasal. Urut-urutan ini bersifat mutlak, bagian dan bab dicantumkan di
tengah, sedangkan pasal dapat dicantumkan di samping kiri atau di tengah.

1) Jika pasal dicantumkan di samping kiri, maka penulisannya tidak


menggunakan kata pasal, cukup nomor pasal saja.

2) Jika pasal dicantumkan di tengah, maka penulisannya terdiri atas kata


pasal dan nomor pasal serta judul pasal, jika diperlukan.

b. Susunan bab dan pasal. Dalam susunan ini bab merupakan kelompok
terbesar yang terdiri atas sejumlah pasal. Urut-urutan ini bersifat mutlak. Bab
dicantumkan di tengah, sedangkan pasal dapat dicantumkan di samping kiri atau di
tengah (penulisannya sama dengan subsubsubpasal (1).
c. Susunan judul tengah, samping, dan pasal. Dalam susunan ini tidak
digunakan kata bagian, bab ataupun pasal. Judul tengah merupakan kelompok
terbesar yang mencakup beberapa judul samping, dan judul samping meliputi pasal-
pasal dibawahnya. Nomor urut pasal seluruhnya ditulis di samping kiri.
d. Susunan judul tengah dan pasal. Dalam susunan ini juga tidak digunakan
kata bagian, bab ataupun pasal. Judul tengah mencakup pasal-pasal dibawahnya.
Nomor pasal seluruhnya ditulis di samping kiri.
e. Susunan judul samping dan pasal. Susunan ini pun tidak menggunakan
kata bagian, bab ataupun pasal. Judul samping mencakup pasal-pasal yang
terdapat dibawahnya. Semua nomor pasal ditulis di samping kiri.

f. Susunan pasal. Dalam susunan ini, seluruh materi tulisan dinas dituangkan
ke dalam urut-urutan pasal, baik pasangannya di samping kiri ataupun tengah.
9

Susunan ini digunakan untuk suatu tulisan dinas dengan ruang lingkup yang
sederhana. Khusus pada tulisan dinas yang berbentuk surat, pemakaian nomor
pasal tidak merupakan keharusan.

15. Pembuatan Judul Tulisan dinas.

a. Bentuk naskah yang sistematis terbagi dalam beberapa judul. Hal


tersebut sangat membantu penyusun mengembangkan suatu gagasan, dan
sekaligus mengarahkan perhatian pembaca pada apa yang diuraikan. Judul
hendaknya berdiri sendiri dan tidak menjadi bagian dari kalimat yang mengikutinya.

Contoh yang benar :

Pelayanan. Tugas-tugas pelayanan dilaksanakan secara fungsional oleh


Denma Mabesad.
Contoh yang salah :

Pelayanan. Dilaksanakan secara fungsional oleh Denma Mabesad.

b. Judul tulisan dinas. Kebanyakan isi tulisan dinas dimulai dengan suatu
rumusan singkat dan lazim disebut judul tulisan dinas. Dalam tulisan dinas yang
sederhana, misalnya surat dan nota dinas, judul tulisan dinas ditulis di ruang perihal.
Dalam peraturan, keputusan, instruksi, petunjuk pelaksanaan, surat edaran, dan
pengumuman, judul tulisan dinas ditulis di bawah tentang.

c. Judul tengah. Judul tengah ditulis di tengah, seluruhnya dalam huruf


kapital, ditebalkan, dan tidak diakhiri dengan titik. Judul tengah digunakan untuk
menggambarkan seluruh isi teks yang terdapat dibawahnya sampai ke judul tengah
berikutnya. Oleh karena itu, rumusannya harus merangkum seluruh isi teks
tersebut.

d. Judul samping. Judul samping merupakan satu baris tersendiri, diketik


mulai dari tepi kiri, seluruhnya dalam huruf kapital, ditebalkan dan tidak diakhiri
dengan titik. Judul samping digunakan untuk menggambarkan seluruh isi pasal-
pasal yang terdapat dibawahnya sampai ke judul samping atau judul berikutnya.
Oleh karena itu, rumusannya harus dapat merangkum seluruh isi pasal-pasal
tersebut.
e. Judul pasal. Judul pasal adalah rumusan singkat tentang isi pasal,
ditulis mulai dari tepi kiri sebaris dengan nomor pasal. Huruf kapital dipakai
pada permulaan kata-kata yang dipandang penting, ditebalkan dan diakhiri dengan
titik. Judul pasal mencakup seluruh isi pasal yang bersangkutan, termasuk
subpasal dibawahnya.

f. Judul subpasal. Judul subpasal adalah rumusan singkat tentang isi


subpasal, ditulis sebaris dengan nomor subpasal, ditebalkan dan diakhiri dengan
titik. Huruf kapital digunakan pada permulaan kata-kata yang dipandang penting.
Judul subpasal mencakup seluruh isi subpasal yang bersangkutan, termasuk
subsubpasal dibawahnya.

g. Judul subsubpasal. Judul subsubpasal adalah rumusan singkat tentang isi


subsubpasal, ditulis sebaris dengan nomor subsubpasal, tidak ditebalkan. Huruf
kapital digunakan pada permulaan kata-kata yang dipandang penting. Judul
10

subsubpasal mencakup seluruh isi subsubpasal yang bersangkutan, termasuk


subsubsub pasal dibawahnya.

h. Judul subsubsubpasal. Judul subsubsubpasal adalah rumusan singkat


tentang isi subsubpasal, ditulis sebaris dengan nomor subsubsubpasal, tidak
ditebalkan. Huruf kapital digunakan pada permulaan kata-kata yang dipandang
penting. Judul subsubsubpasal mencakup seluruh isi subsubsubpasal yang
bersangkutan, termasuk subsubsubsub pasal dibawahnya, apabila sangat
diperlukan untuk sampai ke subsubsubsubpasal dapat dirumuskan yang mencakup
isi subsubsubsubsub pasal tersebut dan seterusnya.

i. Hal-Hal yang perlu diperhatikan.

1) Perumusan judul hendaklah singkat, padat, dan dapat


menggambarkan seluruh persoalan yang tercakup di dalamnya.

2) Sesuai dengan pengertian judul tengah, bagian dan bab dapat pula
digolongkan ke dalam judul tengah. Dalam hal ini, kata bagian dan atau bab
harus dicantumkan di sebelah atas judul tengah.

3) Pemakaian judul di dalam suatu tulisan dinas hendaklah konsisten.


Jika suatu tulisan dinas menggunakan judul pasal, maka hendaknya seluruh
pasal di dalam tulisan dinas tersebut diberi judul. Demikian pula, jika di
dalam suatu tulisan dinas digunakan susunan judul tengah, judul samping,
judul pasal, maka pengelompokan persoalan di dalam tulisan dinas tersebut
hendaknya mengikuti susunan ini.

4) Penggunaan garis bawah untuk penekanan pada kata dapat


digunakan untuk mesin tik manual sedangkan pada komputer untuk
penekanan pada kata, diganti dengan huruf tebal.

5) Jangan meletakkan judul pada bagian kertas paling bawah, untuk


kerapian sebaiknya judul dipindahkan pada halaman berikutnya.

16. Tata Cara Penomoran. Nomor di dalam tulisan dinas dibuat secara berurutan,
mulai dari yang terkecil sampai dengan yang terbesar, dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Bagian. Bagian dan nomornya ditulis sebagai berikut : BAGIAN PERTAMA,


BAGIAN KEDUA dan seterusnya. Bagian selalu dibuat di halaman baru, diletakkan
secara simetris di tengah atas halaman.

b. Bab. Bab-bab di dalam satu bagian diberi nomor urut dengan angka
Romawi, seluruhnya dalam huruf kapital, ditebalkan, dan tidak diakhiri dengan titik.
Bab ditulis di tengah, langsung setelah bagian atau pasal terakhir dari bab
sebelumnya.

Contoh: BAB I, BAB II, dan seterusnya.

c. Pasal. Pasal-pasal dari satu bagian diberi nomor secara berurutan dalam
angka Arab, mulai dari nomor 1. 2. 3. dan seterusnya. Nomor pasal diakhiri
dengan titik.
11

d. Subpasal. Setiap subpasal dari pasal diberi nomor dengan menggunakan


huruf kecil (abjad) : a. b. c. dan seterusnya. Nomor subpasal diakhiri dengan titik.
apabila diperlukan sampai melebihi huruf z. dapat menggunakan huruf kecil
(abjad) dua kali seperti aa. bb. cc. dan seterusnya.

e. Subsubpasal. Subsubpasal dari sebuah subpasal diberi nomor dengan


menggunakan angka arab yang diikuti kurung tutup tanpa diakhiri dengan titik
seperti 1) 2) 3) dan seterusnya.

f. Subsubsubpasal penomorannya menggunakan huruf kecil (abjad) diikuti


kurung tutup tanpa diakhiri titik seperti a) b) c) dan seterusnya.

g. Subsubsubsubpasal menggunakan angka Arab di dalam kurung dan tanpa


diakhiri titik seperti (1) (2) (3) dan seterusnya.

h. Subsubsubsubsubpasal menggunakan huruf kecil (abjad) di dalam kurung


dan tanpa diahkiri titik seperti (a) (b) (c) dan seterusnya.

i. Subsubsubsubsubsubpasal menggunakan angka Romawi kecil yang diikuti


kurung tutup tanpa diakhiri dengan titik seperti i ) ii ) iii ) dan seterusnya.

j. Subsubsubsubsubsubsubpasal menggunakan 2 (dua) huruf kecil (abjad)


diikuti kurung tutup tanpa diakhiri titik seperti aa) bb) cc) dan seterusnya.

k. Subsubsubsubsubsubsubsubpasal menggunakan angka Romawi kecil dalam


kurung dan tanpa diakhiri titik seperti ( i ) ( ii ) ( iii ) dan seterusnya.

l. Apabila sangat diperlukan sub dari subsubsubsubsubsubsubsubpasal dapat


menggunakan 2 (dua) huruf kecil (abjab) dalam kurung dan tanpa diakhiri dengan
titik seperti (aa) (bb) (cc) dan seterusnya.

m. Nomor halaman. Penomoran halaman dalam tulisan dinas diatur sebagai


berikut :

1) Untuk penomoran halaman pada tulisan dinas/naskah yang berbentuk


buku (seperti Bujuk, Juknik, Juklap, Juklak, dsb) :

a) Nomor halaman ditulis di atas tengah halaman.

b) Tulisan dinas/naskah yang berklasifikasi sangat rahasia dan


rahasia nomor halaman diletakkan di bawah klasifikasi.

c) Nomor halaman dihitung mulai dari daftar isi dengan


menggunakan angka Romawi kecil ( i, ii, iii, dst ).

d) Nomor halaman pertama dimulai dari peraturan pengesahan,


tetapi tidak dicantumkan.

e) Nomor halaman kedua/berikutnya dimulai dari halaman kedua


peraturan pengesahan dan seterusnya dengan menggunakan angka
Arab ( 2, 3, 4, dst ).

f) Apabila memiliki lampiran maupun sublampiran, penomoran


halaman dicantumkan pada halaman kedua lampiran tersebut (nomor
12

halamannya masih melanjutkan nomor sebelumnya) dan


seterusnya sampai dengan halaman terakhir.

2) Penomoran halaman yang digunakan dalam setiap bentuk tulisan


dinas :

a) Nomor halaman di tulis di atas tengah halaman.

b) Bentuk tulisan dinas yang terdiri lebih dari satu halaman pada
halaman kedua dan seterusnya diberi nomor halaman dengan
menggunakan angka Arab (2, 3, 4 dst).

c) Penulisan nomor halaman untuk tulisan dinas yang memiliki


lampiran/sublampiran, penomoran halaman dimulai pada halaman
kedua lampiran/ sublampiran tersebut dan seterusnya.
(penomorannya bukan merupakan lanjutan nomor dari induk tulisan
dinasnya tetapi nomor lampiran/sublampiran itu sendiri) dengan
menggunakan angka Arab (2, 3, 4 dst).

d) Tulisan dinas yang berklasifikasi sangat rahasia dan rahasia


nomor halamannya diletakkan di bawah klasifikasi.

n. Penomoran alamat dan tata cara mengurutkan alamat pejabat pada


tembusan. Alamat kepada, tembusan, dan salinan yang lebih dari satu diberi
nomor angka Arab dan diakhiri dengan tanda titik. Untuk mencantumkan urutan
alamat pejabat pada tembusan disusun berdasarkan pangkat, jabatan, dan
tingkat organisasi. Untuk pengetikan huruf pertama pada alamat kepada/pada
tembusan diketik tiga ketukan setelah titik, namun untuk kerapian dan keseragaman
dapat pula diketik pada ketukan kelima setelah titik atau menggunakan tabulasi
(untuk penomoran alamat yang lebih dari sepuluh nama pejabat yang dituju).

17. Ketukan (Spasi Horizontal).

a. Pasal dengan judul. Pengetikannya dilakukan dengan urutan sebagai


berikut :

1) Nomor pasal diketik di ruang tepi, diikuti dengan titik.

2) Huruf pertama judul pasal diketik pada ketukan ke-10 s.d. 15 dari
ruang tepi.

3) Huruf pertama teks dimulai pada ketukan keempat setelah titik,


sedangkan huruf pertama baris berurutan diketik lurus di bawah nomor pasal.

b. Pasal tanpa Judul. Pengetikannya dilakukan dengan urutan sebagai


berikut :

1) Nomor pasal diketik di ruang tepi kiri, diikuti dengan titik.

2) Huruf pertama teks dimulai pada ketukan ke-10 s.d. 15 dari ruang tepi,
sedangkan huruf pertama baris kedua dan seterusnya diketik lurus di bawah
13

nomor pasal. Pengetikan huruf pertama tetap mengikuti ketentuan ini,


meskipun nomor pasal lebih dari satu angka (nomor 10 ke atas).

3) Subpasal dengan judul. Pengetikannya dilakukan dengan urutan


sebagai berikut :

a) Huruf penunjuk nomor subpasal diketik pada ketukan keenam


dari nomor pasal, dan diakhiri dengan titik.

b) Huruf pertama judul subpasal diketik pada ketukan keempat


setelah titik.

c) Huruf pertama teks diketik pada ketukan keempat setelah titik,


sedangkan huruf pertama baris kedua dan selanjutnya diketik lurus di
bawah nomor subpasal.

4) Subpasal tanpa judul. Pengetikannya dilakukan dengan urutan


sebagai berikut :

a) Huruf penunjuk nomor subpasal diketik pada ketukan keenam


dari paragraf pertama, dan diakhiri dengan titik.

b) Huruf pertama teks diketik pada ketukan keempat setelah titik,


sedangkan huruf pertama baris kedua dan selanjutnya diketik lurus di
bawah nomor subpasal.

5) Subsubpasal. Pengetikan subsubpasal dilakukan dengan urutan


sebagai berikut :

a) Angka penunjuk nomor subsubpasal diketik di bawah huruf


pertama judul/teks subpasal diikuti dengan kurung tutup dan tidak
diakhiri dengan titik.

b) Huruf pertama teks subsubpasal diketik pada ketukan keempat


setelah kurung tutup, sedangkan huruf pertama baris kedua dan
selanjutnya diketik lurus di bawah nomor subsubpasal.

6) Tulisan dinas tanpa nomor pasal. Tiap alinea dalam tulisan dinas
tanpa nomor pasal dianggap sebagai satu pasal. Oleh karena itu,
pengetikan huruf pertama dari setiap alinea dimulai pada ketukan keenam
dari awal mengetik, sedangkan huruf pertama baris-baris berikutnya diketik
mulai dari ruang tepi.

7) Hal-Hal yang perlu diperhatikan.

a) Ketentuan tersebut pada subsubpasal a) dan b) di atas tidak


berlaku untuk pasal dan nomor pasal yang ditulis di tengah.

b) Pengetikan dengan komputer yang pengaturan garis tepi kirinya


berjalan secara otomatis, agar diusahakan jarak antara kata tidak
melebihi dua ketukan.
14

18. Kait/Baris/Enter (Spasi Vertikal). Pemakaian kait/baris/enter (spasi vertikal)


dalam tulisan dinas diatur sebagai berikut :

a. Satu kait (dua gigi). Satu kait/enter digunakan untuk naskah akhir tulisan
dinas. Jika isi tulisan dinas tidak terlalu panjang, maka demi kerapian dan
keserasian, jaraknya dapat lebih dari satu kait, maksimal tiga kait.

b. Dua kait (empat gigi). Dua kait/enter digunakan :


1) Antara pasal dan pasal/subpasal.
2) Antara subpasal dan subpasal/subsubpasal.
3) Antara subsubpasal dan subsubpasal/subsubsub-pasal.
4) Antara subsubsubpasal dan subsubsubpasal/subsubsubsubpasal.

5) Antara subsubsubsubpasal dan subsubsubsubsubpasal.

6) Antara judul samping dan teks di bawahnya.

7) Pada kelompok rujukan dan lampiran suatu tulisan dinas.

8) Antara U.p. dengan teks dibawahnya.

9) Antara kelompok alamat kepada dan kelompok alamat tembusan jika


kedua kelompok ini diletakkan di bagian penutup di sebelah kiri bawah
halaman, dan antara tulisan kepada dan alamat serta antara tulisan
tembusan dan alamat.
10) Antara klasifikasi dengan nomor halaman, dan antara klasifikasi dan
kop nama badan.

c. Tiga kait/enter (enam gigi). Tiga kait/enter digunakan :

1) Antara klasifikasi dan tepi atas kertas.

2) Antara nomor halaman dan baris pertama teks di bawahnya.

3) Antara penunjukan lampiran dan teks tulisan dinas.

4) Antara baris terakhir dan judul samping.

5) Antara baris terakhir dan judul tengah.

6) Antara klasifikasi dan tepi bawah kertas.

7) Antara baris terakhir tulisan dan tajuk tanda tangan (jarak minimal).

8) Antara baris terakhir dan klasifikasi, dan dengan tepi bawah kertas
(jarak minimal) bila tidak ada klasifikasi.
15

19. Tajuk Tanda Tangan. Penulisan tajuk tanda tangan dalam tulisan dinas diatur
sebagai berikut :

a. Penandatanganan atas nama sendiri.

1) Nama jabatan dan nama badan ditulis lengkap, dengan huruf kapital
pada awal kata (Title Case).

2) Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya tiga kait/enter.

3) Nama pejabat yang berhak membubuhkan tanda tangan adalah


pejabat yang bersangkutan, ditulis dengan huruf kapital pada awal kata (Title
Case).

4) Pangkat pejabat yang bersangkutan ditulis dengan huruf kapital pada


awal kata (Title Case).

5) Tanda tangan menggunakan alat tulis/tinta warna hitam/biru.

b. Penandatanganan atas nama pejabat lain.

1) Nama jabatan pejabat yang berwenang ditulis lengkap, dengan huruf


kapital pada awal kata (Title Case).

2) Penandatanganan atas nama dan atau atas perintah, ditulis di depan


nama jabatan pejabat yang berwenang menandatangani dengan singkatan
A.n. dan atau A.p.

3) Nama jabatan pejabat yang menandatangani tulisan dinas tersebut,


dapat dituliskan singkatannya, dengan huruf kapital pada awal kata (Title
Case).

4) Penandatanganan untuk beliau ditulis secara simetris di bawah nama


jabatan pejabat yang menandatangani atas nama, dengan singkatan U.b.

5) Ruang tanda tangan sekurang-kurangnya tiga kait/enter.

20. Nomor Kopi. Nomor kopi adalah nomor yang digunakan untuk menunjukkan
bahwa tulisan dinas dibuat dalam jumlah terbatas dan distribusinya tertentu/diawasi.
Pencantuman nomor kopi diatur sebagai berikut :

a. Pada dasarnya semua tulisan dinas yang mempunyai tingkat klasifikasi


sangat rahasia/rahasia harus diberi nomor kopi pada halaman pertama.
Dikecualikan dari ketentuan ini adalah tulisan dinas yang berbentuk surat. Dalam
keadaan demikian, jumlah kopi harus tetap dibatasi pada alamat kepada dan
tembusan ditambah sebanyak-banyaknya dua eksemplar untuk arsip.

b. Nomor kopi tetap harus dicantumkan, meskipun naskahnya hanya satu.

c. Halaman pertama lampiran memuat nomor kopi yang sama dengan tulisan
dinas induk.
16

d. Pendistribusian tulisan dinas yang bernomor kopi harus sama dengan daftar
distribusinya. Oleh karena itu, daftar distribusi harus dicantumkan sebagai
lampiran, kecuali pada TR dan STR, daftar distribusinya disimpan oleh
Katuud/pejabat sekretariat masing-masing.

21. Rujukan (Referensi). Rujukan adalah dasar yang digunakan sebagai acuan
(referensi) dalam pembuatan suatu tulisan dinas. Rujukan dapat berupa tulisan dinas,
peta/dokumen lain.

a. Penulisan rujukan diatur sebagai berikut :

1) Pada tulisan dinas yang berbentuk peraturan, keputusan, instruksi,


dan rujukan, dinyatakan dalam konsiderans mengingat, sedangkan pada
surat perintah, surat edaran, dan pengumuman, dinyatakan dalam Dasar.

2) Pada bentuk surat, dan nota dinas, rujukan dicantum-kan pada pasal
pertama, didahului dengan kata-kata : berdasarkan, dasar, sehubungan
dengan, memperhatikan.

3) Khusus bentuk telegram dan surat telegram, rujukan dicantumkan


pada pasal pertama dan didahului dengan kata Dasar.

4) Pada bentuk laporan, karangan militer (Karmil), dan sejenisnya, kata


rujukan ditulis tiga kait di bawah garis penutup kop nama badan, seluruhnya
dengan huruf besar/ dicetak tebal, titik dua dan diikuti acuan yang
digunakan. Jika acuannya banyak, maka dibuat daftar rujukan tersendiri
dalam bentuk lampiran, sehingga setelah kata Rujukan ditulis terlampir.

b. Rujukan yang lebih dari satu, agar disusun berdasarkan tingkat/tataran dan
kronologis tulisan dinas.

c. Jika suatu peta digunakan sebagai rujukan, maka harus ditulis lengkap nomor
lembar peta, nama daerah, kedar, dan tahun pembuatannya. Oleat dan atau peta
yang telah dilengkapi dengan tanda-tanda taktis dimasukkan ke dalam kelompok
lampiran dan tidak dalam kelompok rujukan.

d. Suatu rujukan tidak harus disertakan pada tulisan dinas induknya. Jika
dipandang perlu untuk disertakan, maka pada sudut kanan atas halaman pertama
rujukan harus dicantumkan kata sebagai berikut :

RUJUKAN NOMOR : . . . (sebutkan judul tulisan dinas yang bersangkutan).

22. Naskah Induk. Naskah Induk adalah tulisan dinas yang memuat inti/pokok dari
naskah yang menyertainya (lampiran).

23. Lampiran. Lampiran adalah lembaran tambahan yang digunakan untuk


memberikan keterangan uraian lanjutan atas pasal-pasal yang dinyatakan di dalam tulisan
dinas induk. Jika diperlukan, lampiran dapat diikuti sublampiran, dan sublampiran diikuti
subsublampiran dan subsubsublampiran.
17

a. Penulisan lampiran diatur sebagai berikut :

1) Pada bentuk peraturan, perintah harian, instruksi, keputusan, surat


edaran, surat perintah/surat tugas, adanya lampiran dinyatakan di dalam
diktum/isi.

2) Pada bentuk surat, adanya lampiran dan jumlahnya dicantumkan di


dalam ruang lampiran di samping dinyatakan di dalam teks, sedangkan pada
nota dinas dinyatakan di dalam teks.

3) Pada bentuk telegram dan surat telegram tidak disertai lampiran.

4) Pada bentuk laporan, karmil dan sejenisnya, lampiran ditulis di bawah.

b. Penulisan tulisan dinas yang memiliki lampiran, ditulis hanya pada setiap
halaman pertama lampiran yang diberi kode dengan menyebutkan nama tulisan
dinas, nomor, dan tanggal menggunakan huruf kapital pada setiap awal kata, baris
paling atas sebaris dengan baris pertama kop nama badan dan di bawah baris
paling bawah diberi garis penutup sepanjang yang terpanjang di atasnya.
Lampiran tunggal tidak diberi nomor urut, lampiran yang lebih dari satu diberi
nomor urut dengan angka Romawi.

Contoh :

1) Lampiran Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat


Nomor
Tanggal

2) Lampiran I Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat


Nomor
Tanggal

c. Jika lampiran diikuti sublampiran, sublampiran diberi nomor urut dengan


huruf kapital. Sublampiran tunggal tidak diberi nomor urut.

Contoh :

1) Sublampiran A Lampiran I
Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat
Nomor
Tanggal

2) Sublampiran Lampiran
Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat
Nomor
Tanggal
[

d. Jika sublampiran diikuti subsublampiran, subsublampiran diberi nomor


urut dengan angka Arab. Subsublampiran tunggal tidak diberi nomor urut.

Contoh :
18

1) Subsublampiran 1 Sublampiran A
Lampiran I Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat
Nomor .
Tanggal

b) Subsublampiran Sublampiran A
Lampiran Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat
Nomor
Tanggal

e. Jika lampiran suatu tulisan dinas terdiri atas berbagai tingkat klasifikasi, maka
seluruh lampiran diperlakukan menurut tingkat klasifikasi tertinggi.

f. Jika sublampiran suatu tulisan dinas terdiri atas berbagai tingkat klasifikasi,
maka seluruh subsubsublampiran diberi nomor urut dengan huruf kecil. Contoh :

Subsubsublampiran a Subsublampiran 1 Sublampiran A


Lampiran I Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat
Nomor
Tanggal

24. Daftar Distribusi. Daftar distribusi adalah daftar susunan jabatan yang dibuat
oleh kepala sekretariat atau pejabat di bidang Minu, digunakan sebagai pedoman
pendistribusian tulisan dinas. Pengelompokan daftar distribusi dapat diatur dengan pola
umum sebagai berikut :

a. Kelompok pertama, yaitu jabatan-jabatan yang berada di lingkungan


organisasi Angkatan Darat.
b. Kelompok kedua, yaitu jabatan-jabatan yang berada di luar lingkungan
organisasi Angkatan Darat, diatur tersendiri oleh masing-masing badan/instansi.
c. Tiap-tiap kelompok dapat dirinci lagi menurut kebutuhan satuan/instansi
masing-masing.
d. Untuk memudahkan penggunaan, susunan kelompok distribusi berikut
rinciannya dapat diberi kode-kode.
e. Daftar distribusi tidak digunakan jika suatu tulisan dinas didistribusikan untuk
pejabat-pejabat tertentu, untuk itu pada alamat tulisan dinas langsung dicantumkan
alamat pejabat yang dituju.

Contoh :

DAFTAR DISTRIBUSI TULISAN DINAS DI LINGKUNGAN ANGKATAN


DARAT

DISTRIBUSI A

Distribusi A-1 :
1. Kasad
2. Wakasad
19

Distribusi A-2 :
1. Irjenad
2. Aspam Kasad
3. Asops Kasad
4. Aspers Kasad
5. Aslog Kasad
6. Aster Kasad
7. Asrena Kasad
8. Koorsahli Kasad
Distribusi A-3 :
1. Gub Akmil
2. Danseskoad
3. Dansecapaad
4. Danpuspomad
5. Danpusterad
6. Danpusintelad
7. Danpuspenerbad
8. Dirziad
9. Dirhubad
10. Dirpalad
11. Dirbekangad
12. Dirkesad
13. Dirajenad
14. Dirtopad
15. Dirkuad
16. Dirkumad
17. Kadispenad
18. Kadisbintalad
19. Kadispsiad
20. Kadislitbangad
21. Kadisinfolahtad
22. Kadisjasad
23. Koorspri Kasad
24. Kasetumad
25. Dandenma Mabesad
26. Kapuskodalops

Distribusi A-4 :

1. Pangkostrad
2. Dankodiklat TNI AD
3. Danjen Kopassus
4. Pangdam I/Bukit Barisan
5. Pangdam II/Sriwijaya
6. Pangdam III/Siliwangi
7. Pangdam IV/Diponegoro
8. Pangdam V/Brawijaya
9. Pangdam VI/Tanjungpura
10. Pangdam VII/Wirabuana
11. Pangdam IX/Udayana
20

12. Pangdam XII/Wulawarman


13. Pangdam XVI/Pattimura
14. Pangdam XVII/Cenderawasih
15. Pangdam Jaya
16. Pangdam Iskandar Muda

DISTRIBUSI B

Distribusi B-1 :

1. Danpussenif Kodiklat TNI AD


2. Danpussenkav Kodiklat TNI AD
3. Danpussenarmed Kodiklat TNI AD
4. Danpussenarhannud Kodiklat TNI AD

Distribusi B-2 :
1. Pangdivif 1/PVG Kostrad
2. Pangdivif 2/WSY Kostrad
3. Ka RSPAD GS

Distribusi B-3 :

1. Danrem 022/Pantai Timur Dam I/BB


2. Danrem 023/Kawal Samudra Dam I/BB
3. Danrem 031/Wira Bima Dam I/BB
4. Danrem 032/Wira Braja Dam I/BB
5. Danrem 041/Garuda Emas Dam II/Swj
6. Danrem 042/Garuda Putih Dam II/Swj
7. Danrem 043/Garuda Hitam Dam II/Swj
8. Danrem 044/Garuda Dempo Dam II/Swj
9. Danrem 061/Surya Kencana Dam III/Slw
10. Danrem 062/Tarumanagara Dam III/Slw
11. Danrem 063/Sunan Gunung Jati Dam III/Slw
12. Danrem 064/Maulana Yusuf Dam III/Slw
13. Danrem 071/Wijayakusuma Dam IV/Dip
14. Danrem 072/Pamungkas Dam IV/Dip
15. Danrem 073/Makutarama Dam IV/Dip
16. Danrem 074/Wirastratama Dam IV/Dip
17. Danrem 081/Dhirot Saha Jaya Dam V/Brw
18. Danrem 082/Citra Panca Dam V/Brw
19. Danrem 083/Baladika Jaya Dam V/Brw
20. Danrem 084/Baskara Jaya Dam V/Brw
21. Danrem 091/Aji Surya Natakusuma Dam VI/Tpr
22. Danrem 101/Antasari Dam VI/Tpr
23. Danrem 102/Panjung Dam VI/Tpr
24. Danrem 121/Alam Bhanawana Wai Dam VI/Tpr
25. Danrem 131/Santiago Dam VII/Wrb
26. Danrem 132/Tadu Lako Dam VII/Wrb
27. Danrem 141/Tondopoli Dam VII/Wrb
28. Danrem 142/Toroada Torogau Dam VII/Wrb
29. Danrem 143/Halu Oleo Dam VII/Wrb
21

30. Danrem 161/Wira Sakti Dam IX/Udy


31. Danrem 162/Wira Bhakti Dam IX/Udy
32. Danrem 163/Wira Satya Dam IX/Udy
33. Danrem 151/Binaiya Dam XVI/Ptm
34. Danrem 152/Babulah Dam XVI/Ptm
35. Danrem 171/Praja Wiratama Dam XVII/Cenderawasih
36. Danrem 172/Praja Wirayakti Dam XVII/ Cenderawasih
37. Danrem 173/Praja Wirabraja Dam XVII/ Cenderawasih
38. Danrem 174/Anim Ti Waninggap Dam XVII/ Cenderawasih
39. Danrem 151/Wijayakarta Dam Jaya
40. Danrem 152/Wijayakrama Dam Jaya
41. Danrem 011/Lilawangsa Dam IM
42. Danrem 012/Teuku Umar Dam I M

Distribusi B-4 :
1. Para Danpusdik
2. Tua STHM Ditkumad
3. Kalemjiantek Kodiklat TNI AD
4. Para Danrindam
5. Danpuslatpur Kodiklat TNI AD
6. Danpussimpur Kodiklat TNI AD

Distribusi B-5 :

1. Danbrigif Linud 17/SBB Divif 1/PVG Kostrad


2. Danbrigif 13/PGR Divif 1/PVG Kostrad
3. Danbrigif Linud 3/BS/TMS Divif 1/PVG Kostrad
4. Danmen Armed 2/Syd Divif 1/PVG Kostrad
5. Danbrigif 6/TSBJ Divif 2/WSY Kostrad
6. Danbrigif 9/DY Divif 2/WSY Kostrad
7. Danbrigif Linud 18/SEY Divif 2/WSY Kostrad
8. Danmen Armed 1/PY Divif 2/WSY Kostrad
9. Dangrup 1/Parako Kopassus
10. Dangrup 2/Parako Kopassus
11. Dangrup 3/Sanda Kopassus
12. Dansat 81/Gultor Kopassus
13. Danbrigif 7/Rimba Raya Kodam I/BB
14. Danbrigif 15/Kj Kodam III/Slw
15. Danbrigif 4/Dewa Ratna IV/Diponegoro
16. Danbrigif 16/Wira Yudha Kodam V/Brw
17. Danbrigif 19/Khatulistiwa Kodam VI/Tpr
18. Danbrigif 20/Ima Jaya Keramo Kodam XVII/Cenderawasih
19. Danmen Arhanud 1/F Kodam Jaya

DISTRIBUSI C

1. Ketua Umum YKEP


2. Keinkopad
3. Ketua Umum Persit KCK
4. Ka BP TWP AD
5. Ses PJO TMMD
22

f. Daftar distribusi tidak digunakan, jika kelompok alamat yang dituju hanya
beberapa atau sebagian saja dari jabatan yang tercantum di dalam daftar alamat
tulisan dinas.

g. Pendistribusian tulisan dinas yang ditujukan kepada pejabat tertentu yang


tercantum dalam daftar distribusi A, B maupun C hanya berlaku untuk pejabat yang
tercantum dalam daftar distribusi tersebut. Contoh : Tulisan dinas yang akan
didistribusikan ke :

1) Pejabat Distribusi A dan B, ditulis Distribusi A dan B.

2) Pejabat Distribusi C, ditulis Distribusi C.

25. Evaluasi.
a. Jelaskan ketentuan Tajuk tanda tangan !
b. Jelaskan penentuan ruang tepi yang berdasarkan ukuran yang terdapat pada
mesin ketik/ komputer !

c. Jelaskan jenis dan ukuran huruf dalam pembuatan tulisan dinas !

d. Jelaskan ketentuan penulisan klasifikasi !

e. Jelaskan ketentuan pengelompokkan daftar distribusi !

BAB IV
SINGKATAN DAN AKRONIM

26. Umum.

a. Dalam tulisan dinas hanya dapat digunakan singkatan/akronim resmi yang


dikeluarkan Angkatan Darat. Selain itu dibenarkan juga menggunakan
singkatan/akronim yang resmi dikeluarkan oleh lembaga bahasa Indonesia.

b. Dalam tulisan dinas yang ditujukan kepada instansi di luar Angkatan Darat
seyogianya tidak menggunakan singkatan/akronim Angkatan Darat.

c. Untuk menertibkan pembentukan dan pemakaian singkatan/akronim, maka


tidak semua istilah harus disingkat.

d. Pemakaian singkatan/akronim yang dapat menimbulkan keragu-raguan dan


kekaburan arti hendaknya dihindarkan.

e. Pemakaian satu singkatan/akronim untuk beberapa istilah, ataupun beberapa


singkatan/akronim untuk satu istilah/kata, sejauh mungkin agar dihindarkan.
23

27. Cara Pembentukan Singkatan. Pembentukan singkatan dilakukan dengan cara :

a. Menanggalkan fonem/huruf di belakang fonem/huruf pertama kata atau


kelompok kata yang disingkat, misalnya :

T(entara) N(asional) I(ndonesia) = TNI

b. Menanggalkan fonem/huruf yang terletak di antara fonem/huruf pertama dan


terakhir dari kata yang disingkat, misalnya :

K(epal)a = Ka
P(erwir)a = Pa
B(intar)a = Ba
T(ingg)i = Ti

c. Merangkaikan fonem/huruf pertama kata dengan fonem/fonem-fonem/huruf


pertama kata dasar dari kata yang disingkat, misalnya :

K(e)u(angan) = Ku
K(e)am(anan) = Kam
P(eng)am(anan) = Pam
P(er)al(atan) = Pal

d. Merangkaikan suku kata pertama dengan fonem/huruf akhir dari kata yang
disingkat, sehingga membentuk satu “suku kata” baru, misalnya :

Se(kretaria)t = Set
Di(rektu)r = Dir
De(taseme)n = Den
Pe(neranga)n = Pen
Di(na)s = Dis

e. Mengambil suku kata pertama dari kata yang disingkat, misalnya :

Ang(kutan) = Ang
Wa(kil) = Wa
Jen(deral) = Jen
Ko(mando) = Ko

1) Merangkaikan suku kata pertama dengan fonem/huruf awal suku kata


berikutnya dari kata yang disingkat, misalnya :
24

Kep(utusan) = Kep
Pus(at) = Pus
Inf (anteri) = Inf
Kom(unikasi) = Kom

2) Mengambil suku kata terakhir dari kata yang disingkat, misalnya :

(Resi)men = Men
(Bi)ro = Ro
(De)wan = Wan

3) Menanggalkan satu atau beberapa suku kata depan dan belakang,


ditambah fonem/huruf awal suku kata berikutnya dari kata yang disingkat,
misalnya :

(Perta)han(an) = Han
(Pene)tap(an) = Tap
(Pene)lit(ian) = Lit
(Ad)min(istrasi) = Min

4) Singkatan untuk Korps Kesenjataan/kecabangan terdiri atas tiga huruf,


misalnya :

Inf (anteri) = Inf


P(e)n(er)b(ang) = Pnb
(E)lek(tro) = Lek
Marinir = Mar

Kecuali: Brig(ade) I(n)f(anteri) = Brigif dan sebagainya.

28. Cara Pembentukan Akronim. Pembentukan akronim dilakukan dengan mengikuti


pola pembentukan istilah singkatan, yaitu dengan menggabungkan singkatan kata-kata
yang merupakan unsur dari kelompok kata istilah tersebut serta ditulis dan dilafalkan
sebagai kata yang wajar, misalnya :

K(epal)a Pus(at) Pen(erangan) = Kapuspen


(Perta)han(an) Sip(il) = Hansip
(Koman)dan Jen(deral) = Danjen
Akademi T(entara) N(asional) I(ndonesia) = Akademi TNI
De(taseme)n Ma(rkas) = Denma

Apabila akronim terdiri atas dua atau lebih akronim, maka hal ini
dipandang sebagai dua buah kata yang masing-masing berdiri sendiri,
misalnya :

Kapuspen TNI.
Danjen Akademi TNI.
Kasetum Mabes TNI.
25

29. Cara Penulisan. Cara penulisan akronim sebagai berikut :

a. Akronim yang terdiri atas fonem/huruf pertama dari kata yang


disingkatkan, seluruhnya ditulis dengan huruf-huruf besar, misalnya :

TNI
PTIK
STNK
SIM

b. Akronim yang menunjukkan kegiatan, proses, keadaan dan


sebagainya, dan bukan menunjukkan nama diri penulisannya dimulai dengan
huruf kecil, dan selanjutnya huruf kecil, misalnya :

rapim
latgab
kamtib
komsos

c. Akronim yang menunjukkan jabatan, badan, lembaga dan merupakan


nama diri, penulisannya dimulai dengan huruf kapital dan diikuti huruf kecil,
misalnya :

Dephan
Wakasad
Ditpamal

d. Penulisan singkatan pangkat, korps kesenjataan/kecabangan dimulai


dengan huruf besar diikuti huruf kecil.

Contoh :

1) Karena jasa-jasa yang luar biasa, Pratu Sukirno memperoleh


kenaikan pangkat dua tingkat menjadi Kopda.

2) Letkol Caj Ali.

30. Ketentuan-Ketentuan Lain :

a. Singkatan sedapat mungkin merupakan suku/suku-suku kata,


sehingga memudahkan komunikasi yang bersifat suara dan mudah
dilafalkan. Dalam pembentukan singkatan hendaknya memperhatikan agar
tetap menunjukkan kata asalnya.

b. Untuk menghindari salah penafsiran/pengertian sebaiknya singkatan


yang tertulis untuk pertama kalinya disertai artinya secara lengkap dalam
kurung. Ketentuan tersebut berlaku untuk singkatan yang hanya dipahami
oleh instansi tertentu dan tidak diketahui di luar instansi lainnya.

c. Dua buah vokal sejenis yang berdampingan dalam singkatan dapat


disatukan dengan menghilangkan salah satu vokal, kecuali kalau
penghilangan itu akan menimbulkan perubahan arti, misalnya :
26

Contoh yang menimbulkan perubahan arti. Dinas Pengadaan TNI AL =


Disadaal = Disadal, Perwira Angkutan = Paang = Pang. Perwira Angkutan
tetap disingkat Paang, bukan Pang karena Pang khusus untuk singkatan
Panglima.

d. Kata-kata yang sudah singkat dan tidak dirangkaikan lagi dengan kata-
kata lain pada umumnya tidak disingkat misalnya :

Perwira Piket = Pa piket, tidak disingkat lagi menjadi Paket.


Komandan Pucuk = Danpucuk, tidak disingkat lagi menjadi Dancuk.

31. Keseragaman Singkatan.

a. Dengan berpedoman pada tata cara pembentukan singkatan


sebagaimana diuraikan pada bab-bab sebelumnya, diharapkan adanya
kesamaan pengertian dan keseragaman dalam membentuk dan
menggunakan singkatan di lingkungan Angkatan Darat, sehingga
kesimpangsiuran penafsiran terhadap suatu singkatan dapat dihindarkan.

b. Untuk mewujudkan keseragaman tersebut, maka Angkatan Darat


menghimpun singkatan-singkatan yang dipakai dalam lingkungan masing-
masing, kemudian diajukan kepada Kepala Staf Angkatan Darat dalam hal ini
Kasetumad untuk disahkan sebagai singkatan resmi yang berlaku dalam
lingkungan Angkatan Darat.

32. Daftar Singkatan Umum antara lain.

A.n. atas nama S.S. Sarjana Sastra


Bpk. Bapak S.H. Sarjana Hukum
d.a. dengan alamat S.E. Sarjana Ekonomi
Dr. Doktor S.I.P. Sarjana Ilmu Politik
dr. Dokter S.Sos.Sarjana Ilmu Sosial
drh. Dokter hewan S.Psi. Sarjana Psikologi
drg. Dokter gigi S.Sn. Sarjana Seni
dll. dan lain-lain S.Pd. Sarjana Pendidikan
dsb. dan sebagainya S.Ag. Sarjana Agama
D.Sc. Doktor of Science S.P. Sarjana Pertanian
dst. dan seterusnya S.Pt. Sarjana Peternakan
DPR Dewan Perwakilan S.Pi. Sarjana Perikanan
Rakyat S.Hut. Sarjana Kehutanan
GBHN Garis-Garis Besar S.Si. Sarjana Sains
Haluan Negara S.T. Sarjana Teknik
hlm. Halaman S.Kom.Sarjana Komputer
Kol. Kolonel Sdr. Saudara
M.Ag. Magister Agama S.Ked.Sarjana Kedokteran
M.B.A.Master of Business S.K.G.Sarjana Kedokteran Gigi
Administration sda. sama dengan di atas
M.Kum.Magister Hukum s.d. sampai dengan
M.Kes.Magister Kesehatan S.K.M. Sarjana Kesehatan
Masyarakat S.T.P. Sarjana Teknik
M.Kom.Magister Komputer Pembangunan
27

M.M. Magister Manajemen S.K.H. Sarjana Kedokteran Hewan


M.P. Magister Pertanian u.b. untuk beliau
M.Pd. Magister Pendidikan u.p. untuk perhatian
M.Si. Magister Sains PGRI PersatuanGuru Republik
M.Sc. Master of Science Indonesia
M.Sn. Magister Seni WIB Waktu Indonesia Barat
M.T. Magister Teknik WIT Waktu Indonesia Timur
WITA Waktu Indonesia Tengah

33. Evaluasi
a. Jelaskan cara pembentukan singkatan !

b. Jelaskan cara pembentukan akronim !

c. Jelaskan penulisan akronim !

BAB V
PENATAAN TULISAN DINAS

34. Umum. Untuk terwujudnya suatu kesamaan pengertian dan keseragaman dalam
bentuk-bentuk tulisan dinas, perlu adanya suatu petunjuk atau pedoman cara pembuatan
dan pengolahan serta pengawasan untuk pembuatan setiap bentuk tulisan dinas yang
sesuai dengan Minu AD.

35. Penataan Tulisan dinas.

a. Peraturan (Per). Peraturan Kepala Staf Angkatan darat adalah peraturan


perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Kasad yang memuat kebijakan pokok
dan kebijaksanaan pelaksanaan yang bersifat mengatur berlaku untuk seluruh atau
sebagian anggota/badan dilingkungan Angkatan darat, dan merupakan dasar bagi
tulisan dinas lainnya. Peraturan digunakan untuk menetapkan/pengesahan doktrin,
organisasi dan prosedur, pokok-pokok pembinaan, program kerja dan anggaran
serta pendelegasian wewenang yang bersifat tetap, petunjuk dasar, petunjuk induk
,petunjuk Pelaksanaan dan petunjuk teknis.

1) Wewenang pembuatan dan penandatanganan. Pejabat yang


berwenang menandatangani peraturan adalah :

a) Kepala Staf Angkatan Darat, untuk kebijakan pokok yang


berlaku bagi seluruh jajaran Angkatan Darat.

b) Kepala Staf Angkatan Darat atau atas namanya, untuk


kebijakan pelaksanaan yang bersifat mengatur dan berlaku bagi
seluruh jajaran Angkatan Darat, yaitu petunjuk dasar, petunjuk
pelaksaan dan petunjuk teknis.

2) Susunan. Susunan Peraturan adalah sebagai berikut :


28

a) Kelompok kepala, terdiri atas:

(1) Kop nama badan dengan gambar lambang Angkatan


Darat.

(2) Kata Peraturan, diikuti dengan nama jabatan pejabat


yang menanangani seluruhnya dengan huruf kapital disusun
secara simetris.

(3) Nomor, yang dibuat langsung di bawahnya.

(4) Kata tentang, seluruhnya ditulis dalam huruf kecil.

(5) Rumusan singkat materi sebagai judul Peraturan,


seluruhnya dengan huruf kapital.

b) Nama jabatan pejabat yang menandatangani, seluruhnya ditulis


dengan huruf kapital

c) Kelompok konsiderans, terdiri atas:

(1) Menimbang, yang memuat alasan/tujuan/kepentingan/


pertimbangan tentang perlunya dikeluarkan Peraturan.

(2) Mengingat, yang memuat peraturan perundang-


undangan sebagai dasar dikeluarkannya peraturan, bentuk dan
kedudukannya paling rendah, sama dengan peraturan yang
dikeluarkan dan disusun menurut hierarkis dan kronologis
tulisan dinas.

(3) Memperhatikan, yang memuat hal-hal lain yang perlu


diperhatikan (jika diperlukan) yang terkait sesuai bidang
permasalahannya contoh seperti surat-surat yang terkait
keputusan pokja dan lain-lain, disusun secara hierarkis dan
kronologis.

d) Kelompok diktum yang dimulai kata memutuskan, seluruhnya


ditulis dengan huruf kapital, simetris di tengah diikuti dengan kata
menetapkan di tepi kiri kemudian diikuti judul/topik yang disahkan.

(1) Materi peraturan dicantumkan di dalam diktum secara


berurutan dalam susunan pasal-pasal.

(2) Jika terlalu panjang, materi peraturan dapat dibuat


sebagai lampiran dan halaman terakhir lampiran harus
ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan.

(3) Di dalam diktum dicantumkan pula penetapan lainnya,


misalnya saat berlakunya peraturan, pembatalan/pencabutan
ketentuan lain, atau pengaturan lebih lanjut.
29

e) Kelompok penutup yang terdiri atas tempat (nama setingkat


kabupaten/kotamadya) dan tanggal ditetapkannya peraturan serta
tajuk tanda tangan.

f) Autentikasi dan distribusi.

3) Penomoran. Penomoran dilakukan secara berurutan dalam satu


tahun takwim, dengan urut-urutan sebagai berikut :

a) Kode/Singkatan peraturan diikuti jabatan penanda tangan.


b) Nomor urut ditulis dengan angka Arab.
c) Angaka bulan ditulis dengan angka Romawi.
d) Angka tahun ditulis dengan angka Arab

Contoh : Perpang/1/III/2007
Perkasad/1/III/2007
4) Autentikasi.

a) Peraturan yang sudah ditandatangani perlu diautentikasi oleh


Pejabat yang bertanggung jawab di bidang Minu AD.

b) Autentikasi merupakan suatu pernyataan bahwa sebelum


digandakan dan didistribusikan dengan sah, suatu peraturan telah
dicatat dan telah diteliti sehingga dapat diumumkan oleh pejabat yang
bertanggung jawab di bidang Minu AD.

c) Kata autentikasi dicantumkan di bawah atau di sebelah kiri tajuk


tanda tangan, ditulis dengan huruf kapital pada awal kata ( Title Case )
dan pada tajuk tanda tangan yang berwenang dicantumkan kata cap/
tertanda sebagai pengganti cap dan tanda tangan yang sebenarnya.

d) Pejabat yang berhak memberikan autentikasi pada peraturan


adalah Dirajenad. contoh

(1) Untuk lembar asli.

Kepala Staf Angkatan darat

Djoko santoso
Jenderal TNI

Autentikasi
Direktur Ajudan Jenderal Angkatan darat

S. Aritonang
Brigadir Jenderal TNI
30

(2) Untuk lembar kopi/yang akan digandakan.


Kepala Staf Angkatan Darat
Cap/tertanda

Djoko Santoso
Jenderal TNI

Autentikasi
Direktur Ajudan Jenderal Angkatan darat

S. Aritonang
Brigadir Jenderal TNI

5) Distribusi.

a) Distribusi peraturan merupakan alamat distribusi

b) Alamat distribusi dicantumkan di bagian kiri bawah sebaris


dengan nama pejabat pada tajuk tanda tangan.

c) Jika alamat distribusi tidak dicantumkan, peraturan dapat


didistribusi menggunakan daftar distribusi menurut keperluan.

d) Tata cara mengurutkan alamat pejabat disusun mulai pangkat


jabatan,tingkat organisasi.

e) Naskah asli dan lembar peraturan yang diparaf disimpan di


Sekretariat Umum sebagai pertinggal. Foto kopi lembar yang diparaf
disimpan dalam takahnya.

Contoh bentuk peraturan dapat dilihat pada halaman 133-136.

6) Hal-hal yang perlu diperhatikan.

a) Naskah hasil autentikasi menggunakan cap jabatan Kasetun


(asli) sedangkan pada tajuk tanda tangan pejabat yang
menandatangani cukup ditulis cap/tertanda.

b) Pengesahan pembentukan ataupun pembubaran organisasi


dilakukan dengan peraturan.

c) Peraturan dapat dikeluarkan apabila sudah ada konsiderans


dasar menimbang dan mengingat, sedangkan memperhatikan hanya
merupakan konsiderans tambahan.
31

b. Peraturan Bersama (Per Bersama). Peraturan Bersama adalah suatu


bentuk tulisan dinas yang memuat kebijakan pokok dari dua pejabat atau lebih, yang
bersifat umum, berlaku untuk instansi yang mengeluarkan dan menjadi dasar tulisan
dinas lainnya. Peraturan bersama memuat hal-hal yang perlu diatur bersama-sama
instansi yang bersangkutan.

1) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan. Pejabat yang


berwenang menandatangani peraturan bersama, adalah para menteri atau
pejabat setingkat menteri dengan Panglima TNI /Kas Angkatan.

2) Susunan. Peraturan bersama disusun sebagai berikut:

a) Kelompok kepala terdiri atas:

1) Lambang Negara Garuda Pancasila.

2) Kata Peraturan Bersama diikuti dengan nama jabatan


pejabat yang mengeluarkan/menandatangani, ditulis simetris di
bawah lambang Garuda Pancasila dengan huruf kapital.

3) Penomoran menggunakan nomor Peraturan yang


berlaku/sesuai dengan ketentuan pada instansi masing-
masing.

4) Kata tentang di tulis simetris di bawah nomor dengan


huruf kecil.

5) Rumusan materi peraturan bersama ditulis dengan huruf


kapital.

6) peraturan bersama tidak menggunakan kop surat.

b) Nama jabatan pejabat yang menandatangani ditulis dengan


huruf Title Case secara simetris dibawah rumusan materi peraturan
bersama.

c) Ketentuan kelompok konsiderans peraturan bersama sama


dengan kelompok konsiderans pada peraturan.

d) Ketentuan kelompok diktum sama dengan kelompok diktum


pada peraturan

e) Kelompok penutup terdiri atas tempat dan tanggal ditetapkan


serta tajuk tanda tangan. Tajuk tanda tangan disesuaikan dengan
tingkat dan banyaknya pejabat penandatangan dengan urutan sebagai
berikut pejabat yang lebih tinggi diletakkan di sebelah kanan paling
atas, kemudian urutan kedua di sebelah kiri dibuat simetris dan
seterusnya disesuaikan dengan tingkat jabatan penandatangan

3) Penomoran. Untuk Angkatan Darat menggunakan nomor


peraturan pada tanggal peraturan tersebut dikeluarkan, sedangkan susunan
nomor disesuaikan dengan urutan pejabat penandatangan.
32

4) Autentikasi. Peraturan Bersama yang akan didistribusikan di


lingkungan Angkatan Darat perlu diautentikasikan sesuai dengan ketentuan.

5) Daftar distribusi. Pada Peraturan Bersama didistribusikan sesuai


alamat dengan alamat yang ditentukan.

6) Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a) Naskah asli dibuat sebanyak instansi yang mengeluarkan


peraturan bersama.
b) Peraturan Bersama yang didistribusikan di lingkungan Angkatan
darat adalah hasil penggandaan yang telah diautentikasi oleh
Dirajenad.
c) Peraturan Bersama yang asli disimpan Ditajenad sebagai arsip.

c. Perintah Harian (prinhar). Perintah harian adalah suatu bentuk


tulisan dinas yang memuat kebijaksanaan pokok, pesan–pesan pribadi dan
pernyataan pimpinan yang harus ditaati dikeluarkan untuk memperingati suatu
peristiwa penting.

1) Wewenang pembuatan dan penandatanganan. Perintah harian


hanya dapat dikeluarkan oleh Kasad untuk Prinhar yang ditujukan kepada
jajaran Angkatan Darat.

2) Susunan. Perintah harian dibuat dengan kop nama jabatan,


dengan susunan sebagai berikut :

a) Kelompok kepala terdiri dari Kop nama jabatan, dan kata


Perintah harian, seluruhnya ditulis dengan huruf kapital ditebalkan.

b) Kelompok isi terdiri dari kalimat – kalimat pembuka, pernyataan


kehendak/pesan yang harus dipatuhi, diakhiri dengan kalimat penutup
yang memuat ucapan terima kasih, harapan serta penegasan.

c) Kelompok penutup terdiri dari tempat dan tanggal pengeluaran


perihal, serta tajuk tanda tangan.

3) Penomoran, distribusi, autentikasi dan tembusan.

a) Prinhar tidak diberi nomor, autentikasi dan tembusan.

b) Prinhar yang dikeluarkan Kasad didistribusi ke seluruh jajaran


Angkatan darat.

d. Instruksi (Ins). Instruksi adalah bentuk tulisan dinas yang memuat


arahan pelaksaan suatu kebijaksanaan pokok dan kebijaksanaan pokok dan
kebijakan pelaksaan yang tertuang di dalam peraturan. Instruksi selalu berin-
duk kepada peraturan.

1) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan. Instruksi tidak dapat


dilimpahkan kepada pejabat lain, hanya dapat dikeluarkan dan
ditandatangani oleh Kasad untuk Instruksi yang ditujukan kepada jajaran
Angkatan Darat.
33

2) Susunan. Susunan Instruksi sebagai berikut :


Kelompok kepala dengan susunan seperti pada peraturan, kecuali
kata dan singkatan Per diganti dengan Ins.

Kelompok konsiderans terdiri dari :


a) Menimbang memuat alasan/tujuan/kepentingan/ pertimbangan
tentang perlunya dikeluarkan Instruksi.

b) Mengingat memuat ketentuan/dasar dikeluarkannya Ins.


c) Kelompok Diktum, dimulai dengan kata Mengintruksikan
seluruhnya ditulis di tengah dalam huruf besar diikuti dengan kata
kepada dan untuk selanjutnya memuat materi instruksi yang disusun
pasal demi pasal.

d) Kelompok penutup sama dengan bentuk peraturan.


3) Penomoran, distribusi dan tembusan.

a) Penomoran. Tata cara penomoran Ins sama dengan Kep


kecuali jika Kep diganti dengan Ins.

b) Distribusi. Distribusi/alamat Ins dicantumkan pada diktum,


sedangkan tembusan dicantumkan di sebelah kiri bawah sebaris
dengan nama pejabat pada tajuk tanda tangan.

4) Hal-hal yang perlu diperhatikan.


a) Meskipun kata Instruksi juga berarti perintah, tetapi instruksi
yang dimaksudkan disini bukanlah perintah melainkan suatu
petunjuk/arahan pelaksanaan suatu Peraturan.
b) Kedudukan instruksi sebagai anak Peraturan menunjukkan
bahwa tulisan dinas ini merupakan bagian dari kebijaksanaan pokok,
dan kebijaksanaan pelaksanaan yang bersifat mengatur sehingga
suatu instruksi harus berpangkal pada suatu Per dan tidak dapat
berdiri sendiri.
c) Wewenang pembuatan dan penandatangan tidak dapat
delegasikan kepada pejabat lain.
Contoh Ins dapat dilihat pada halamn 149-150
e. Keputusan (Kep). Keputusan adalah suatu bentuk tulian dinas yang
memuat kebijakan pelaksanaan yang bersifat tidak mengatur digunakan untuk
menetapkan dan atau mengubah status personel/materil/keuangan.
1) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan. Pejabat yang
berwenang menandatanmgani keputusan adalah Kepala Staf Angkatan darat
dan dapat delegasikan kepada pejabat dibawahnya.
2) Susunan. Susunan Kep adalah terdiri dari :
a) Kelompok kepala :
(1) Kop nama badan dengan gambar lambang Angkatan
Darat.
34

(2) Kata Keputusan diikuti nama jabatan pejabat atau atas


namanya seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.

(3) Nomor yang dibuat langsung dibawah nama Tuldis.

(4) Kata tentang yang seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.

(5) Judul keputusan seluruhnya dengan huruf kapital.

b) Nama jabatan pejabat seluruhnya ditulis dengan huruf kapital.

c) Kelompok konsiderans terdiri dari :


(1) Menimbang memuat alasan/tujuan/kepentingan/
pertimbangan tentang perlunya dikeluarkan Surat Keputusan
tersebut.

(2) Mengingat memuat peraturan perundang– undangan


sebagai dasar dikeluarkanya kep, bentuk dan kedudukannya
paling rendah,sama dengan keputusan yang dikeluarkan dan
disusun menurut tataran dan kronologi tilisan dinas.

(3) Memperhatikan yang memuat hal-hal lain yang perlu


diperhatikan (jika diperlukan,yang terkait sesuai bidang
permasalhannya contoh seperti surat usulan yang terkait
dengan pembuatan kepusuan tersebut, hasil rumusan Pokja
dan lain-lain, dan juga disusun secara hierarkis, sesuai dengan
bentuk dan tanggal penertiban.

d) Kelompok Diktum/isi yang dimulai dari kata Memutuskan


seluruhnya ditulis dalam huruf kapital simetris ditengan diikuti dengan
kata menetapkan di tepi kiri.

e) Pada akhir Diktum Keputusan tentang status personel


dicantumkan kata :

(1) Dengan catatan yang memungkinkan diadakan


perbaikan atas kekeliruan yang terjadi.

(2) Salinan yang disampaikan kepada para pejabat yang


berhak menerima karena terkait dengan kep tersebut.

(3) Petikan diberikan kepada yang bersangkutan.

f) Kelompok penutup yang terdiri dari tempat (nama setingkat


kabupaten/kotamadya) dan tanggal ditetapkan kep, serta tajuk tanda
tangan.

3) Penomoran, Dilakukan secara berurutan dalam satu tahun takwin


dengan urut-urutan sebagai berikut :

a) Kode/singkatan keputusan
b) Ditulis dengan angka Arab
35

c) Angka bulan dengan angka Romawi


d) Angka tahun ditulis dengan Angka Arab

Contoh : Kep/8/III/2007
Kep/9/III/2007

4) Distribusi. Keputusan tentang status personil didistribusikan dengan


salinan dan petikan, sedangkan keputusan tentang status matiriil dan
keuangan didistribusikan sama dengan distribusi peraturan.

a) Distribusi keputusan merupakan alamat distribusi.

b) Alamat distribusi dicantumkan dibagian kiri bawahsebaris


dengan nama pejabat pada tajuk tanda tangan.

c) Jika alamat distribusi tidak dicantumkan, keputusan dapat


didistribusi menggunakan daftar distribusi menurut keperluan.

d) Tata cara mengurutkan alamat pejabat disusun mulai pangkat,


jabatan, tingkat organisasi.

e) Naskah asli dan lembar keputusan yang diparaf disimpan di


sekretariat Umum sebagai pertinggal.Fotokopi lembar yang diparaf
fisimpapan dalam takahnya.

5) Hal – hal yang perlu diperhatikan.


a) Keputusan dapat dikeluarkan apabila sudah ada konsideran
dasar menimbang dan mengingat, sedangkan memperhatikan hanya
merupakan konsideran tambahan.

b) Keputusan yang menetapkan status personel untuk satu orang


didistribusikan dengan salinan tidak diterbitkan petikannya.

c) Apabila terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan petikan hilang,


dapat diterbitkan petikan kedua dan seterusnya.

f. Surat Edaran (SE). Surat Edaran adalah suatu bentuk tulisan dinas
yang memuat pemberitahuan tentang tata cara berlaku ataupun hal-hal yang perlu
diperhatikan berdasarkan suatu kebijaksanaan pelaksanaan.

1) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan. Surat Edaran dapat


dikeluarkan oleh pemimpin satminkal/badan sesuai dengan bidang tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya.

2) Susunan.
a) Kelompok kepala terdiri dari :
(1) Kop Nama badan/Satminkal.
36

(2) Kata Surat Edaran, ditulis dibawah lambang seluruhnya


dengan huruf kapital serta nomor surat edaran dibawahnya.
Kata Surat Edaran seluruhnya ditulis dalam huruf besar diberi
garis bawah.
(3) Kata tentang, ditulis dibawah surat edaran, seluruhnya
dengan huruf kecil.
(4) Judul SE ditulis dibawah tentang, seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital.
(5) Tulisan surat edaran dan tentang serta judul diletakan
secara simetris.

b) Kelompok isi, memuat hal-hal yang dikehendaki tentang tata


cara yang berlaku.

c) Kelompok penutup yang terdiri dari atas tempat (nama


setingkat) dengan kabupaten/kotamadya tanggal dikeluarkan Surat
edaran, dan tajuk tanda tangan serta distribusi.

3) Penomoran dan distribusi


a) Tata cara penomoran SE sama dengan tata cara penomoran
pada Kep kecuali bila singkatan Kep diganti dengan SE.

b) Distribusi SE sesuai dengan kebutuhan.

g. Surat Perintah/Surat Tugas ( Sprin/Sgas). Surat Perintah/Surat Tugas


adalah suatu bentuk tulisan dinas yang memuat pernyataan kehendak pimpinan
untuk dipenuhi dan dilaksanakan oleh seorang/sekelompok personel yang
mempunyai akibat pertanggung jawaban administrasi.

1) Wewenang Pembuatan dan Penandatanganan. Surat Perintah/Surat


Tugas dapat di buat dan ditanatangani oleh pimpinan badan/satuan
berdasarkan lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawab.

2) Susunan.
a) Kelompok Kepala :

(1) Kop nama badan/Satminkal.

(2) Kata-kata surat perintah atau surat tugas, seluruhnya ditulis


dengan huruf kapital dan tidak diberi garis bawah.

(3) Nomor Sprin, sgas sama dengan bentuk kep, kecuali


tulisan kep diganti sprin, sgas.

b) Kelompok isi :

(1) Konsiderans meliputi pertimbangan dan dasar.


Pertimbangan memuat alasan/tujuan dikeluarkannya
Sprin/Sgas, sedangkan dasar memuat ketentuan/hal-hal yang
dijadikan landasan dikleuarkanya Sprin/Sgas tersebut.
37

(2) Diktum dimulai dengan kata diperintahkan yang ditulis di


tengah, dengan menggunakan huruf besar diberi garis bawah
diikuti dengan tulisan kepada di tepi kiri serta personel yang
mendapat perintah/tugas.

c) Kelompok Penutup, terdiri atas tempat (nama setingkat


Kabupaten/Kota), tanggal Sprin, Sgas dikeluarkan, dan tajuk tanda
tangan serta tembusan.

3) Distribusi dan Tembusan.

a) Sprin/Sgas hanya satu orang, aslinya diberikan kepada yang


bersangkutan, sedangkan kolektif, kepada setiap orang dapat
diberikan hasil penggandaannya kecuali kepada orang pertama
diberikan aslinya.

b) Tembusan disampaikan kepada para pejabat yang dipandang


perlu dan ada kaitannya dengan perintah/tugas yang diberikan.

4) Hal–hal yang perlu diperhatikan.

a) Sprin, Sgas yang memuat lebih dari empat orang harus


menggunakan lampiran..

b) Sgas digunakan untuk personel non organik/anggota organisasi


isteri TNI Angkatan Darat.

c) Pada dasarnya sprin,sgas dikeluarkan oleh atasan personel


yang mendapatkan perintah, tugas. Karena pertimbangan tertentu,
seorang pejabat dapat mengeluarkan atau menandatangani sprin
untuk dirinya sendiri, setelah ada wewenang tertulis dari atasannya.

d) Sprin yang menyertakan anggota lain yang bukan bawahan


langsung harus ada ijin tertulis dari pemimpin anggota tersebut dan
dicantumkan pada konsideran dasar.

e) Sprin,sgas tidak berlaku lagi setelah perintah/tugas yang


termuat didalamnya selesai dilaksanakan.

h. Surat. Surat adalah bentuk tulisan dinas yang memuat pernyataan


kehendak, pemberitahuan, atau permintaan dari seorang pejabat kepada
pejabat/pihak lain di luar satminkalnya.

1) Pembuatan surat dapat dibuat oleh pemimpin badan/ satminkal sesuai


dengan lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.

2) Susunan. Susunan surat terdiri dari :

a) Kelompok kepala :

(1) Kop nama badan/satminkal atau kop nama jabatan.


Pada dasarnya, kop nama jabatan hanya digunakan untuk
surat-surat yang ditandatangani Kasad.
38

(2) Tempat (nama setingkat Kabupaten/ Kotamadya) dan


tanggal pembuatan surat diletakkan di sebelah kanan atas,
tanpa diakhiri titik, segaris dengan kop nama badan/satminkal
paling bawah, dan segaris dengan nomor surat pada surat-surat
yang menggunakan kop nama jabatan.

(3) Penulisan nomor, klasifikasi, lampiran, dan perihal


diletakkan di sebelah kiri di bawah nama badan/jabatan tanpa
diakhiri titik.

(4) Alamat tujuan diletakkan disebelah kanan, di bawah


tulisan Kepada dan setelah Yth.

(5) Jika perlu, dapat ditambah dengan tulisan U.p. diikuti


nama jabatan pejabat yang dituju, diletakkan di bawah perihal di
atas isi, dan tidak diakhiri titik.

b) Kelompok isi, terdiri atas kalimat pembukaan, isi surat dan


kalimat penutup. Kelompok isi tidak harus selalu disusun dengan
menggunakan nomor-nomor pasal. Khusus untuk kalimat penutup
menggunakan :

(1) Kalimat penutup untuk pejabat tersebut alamat dengan


pangkat lebih tinggi meng-gunakan kalimat : Demikian mohon
dimaklumi.

(2) Kalimat penutup untuk pejabat tersebut alamat dengan


pangkat sama/lebih rendah menggunakan kalimat : Demikian
untuk dimaklumi.

(3) Kelompok penutup, terdiri atas tajuk tanda tangan dan


tembusan. Jika tempat alamat tembusan tidak mencukupi,
tembusan dapat dinaikkan, sehingga jarak dari tepi kertas
sebelah bawah sampai garis penutup tembusan tidak kurang
dari tiga kait. Penulisan tajuk tanda tangan dan tembusan tidak
diakhiri dengan titik.

c) Penomoran. Tata cara penomoran surat diatur sebagai berikut:

(1) Nomor surat yang tidak diproses melalui tata naskah


disusun dengan urutan :

(a) Kode tingkat klasifikasi (SR, R, B,).

(b) Nomor urut dalam satu tahun takwim.

(c) Bulan ditulis dengan angka Romawi.

(d) Tahun ditulis dengan angka Arab.

Contoh : Nomor : B/ 100 / III / 2007


39

(2) Nomor surat yang diproses melalui tata naskah disusun


dengan urutan :

(a) Kode tingkat klasifikasi.

(b) Nomor urut dalam satu takwim.

(c) Tanda hubung.

(d) Nomor pokok persoalan.

(e) Nomor urut perihal.

(f) Kode satminkal pembuka tata naskah.

Contoh :

Nomor : R/ 1000 -1 / 5 / 2 / Minu

Nomor : B/ 1000-2 / 7 / 10 / Set

(3) Kolom kedua menunjukkan nomor urut dalam satu


tahun takwim.

Catatan : Bila diperlukan kode khusus untuk


membedakan penomoran sesuai dengan kegiatan atau
kewenangan maka kode dimaksud dapat dicantumkan
pada kolom kedua.

(4) Kolom ketiga menunjukkan bulan dalam angka


Romawi.

(5) Kolom keempat menunjukkan tahun.

Contoh : Nomor : B/245/III/2007

d) Distribusi dan tembusan. Surat disampaikan sesuai dengan


yang tercantum pada alamat yang dituju dan tembusan.

e) Surat berbahasa Inggris. Surat-surat berbahasa Inggris yang


dibuat oleh pejabat Angkatan Darat diatur sebagai berikut :

(1) Kop surat menggunakan bahasa Inggris sesuai dengan


kepangkatan penandatangan.

(2) Kop nama jabatan diletakkan disebelah atas simetris.

(3) Alamat yang dituju diletakkan dibawah kop surat sebelah


kiri.

(4) Tanggal dan tempat (nama setingkat Kabupaten/


Kotamadya) pembuatan diletakkan disebelah kanan atas di
bawah kop surat.
40

(5) Tajuk tanda tangan dibuat seperti halnya dalam


pembuatan surat.

(6) Surat yang dikirim tidak perlu dibubuhi nomor dan cap
sedangkan sebagai bukti kearsipan nomor cukup pada
pertinggal.

(7) Pejabat yang bersangkutan dapat membubuhkan tulisan


tangan sebagai pengganti kata Dengan hormat dan Hormat
kami.

f) Hal-Hal yang perlu diperhatikan.

(1) Tingkat klasifikasi ditulis dengan huruf awal


menggunakan huruf kapital selanjutnya huruf kecil.

Contoh :

Klasifikasi : Rahasia

(2) Surat yang disertai lampiran, pada kolom lampiran


supaya disebutkan jumlahnya. Penulisan jumlah lampiran tidak
boleh dengan angka dan huruf sekaligus. Angka yang disebut
lebih dari dua kata, agar ditulis dengan angka. Apabila
beberapa lampiran terdiri atas beberapa sebutan satuan, tanpa
disebut satuannya sesuai dengan jenis yang dilampirkan.

Contoh benar :

Lampiran : Dua berkas


Lampiran : 25 lembar
Lampiran : Lima eksemplar
Contoh salah :

Lampiran : 2 berkas
Lampiran : Dua puluh lima lembar
Lampiran : 5 eksemplar buku

(3) Perihal surat harus dirumuskan sesingkat mungkin, tetapi


masih dapat dimengerti oleh penerima surat dan dibuat sesuai
ruang yang tersedia maksimal tiga baris.

Contoh :

Perihal : Usul kenaikan pangkat


atas nama Serma Susanto
beserta 25 orang bintara
41

(4) Alamat tujuan surat ditulis dengan huruf kapital pada


setiap awal kata. Jika alamat terlalu panjang, dapat
menggunakan singkatan/akronim menurut ketentuan. Tulisan
kepada tidak diakhiri titik dua, dan tulisan Yth diikuti dengan
titik, sedangkan kata di tidak diikuti tanda penghubung.

(5) Untuk perhatian (U.p.) digunakan dalam hal-hal sebagai


berikut :

(a) Diharapkan jawaban surat dapat diselesaikan


secepat mungkin.

(b) Penyelesaian jawaban surat cukup ditandatangani


oleh pejabat staf, tetapi hal tersebut harus dilaporkan
kepada pemimpin, dan pejabat yang tercantum pada
alamat tidak perlu dicantumkan pada tembusan dan tidak
perlu dikirim.

(c) Penulisan Alamat kepada dengan menggunakan


Untuk perhatian (U.p.) jika penyelesaian surat
diperkirakan cukup dilakukan oleh pejabat atau staf
tertentu di lingkungan penerima surat dan penggunaan
U.p. hanya boleh dilakukan paling jauh dua tingkat
jabatan dari pejabat alamat yang di tuju.

(6) Penandatanganan surat atas nama (A.n.) atau untuk


beliau (U.b.) hanya dapat dilakukan menurut pelimpahan
wewenang yang diberikan oleh pejabat yang berhak kepada
pejabat yang bersangkutan atau prosedur staf yang
ditetapkan, selanjutnya pejabat tersebut dicantumkan di dalam
tembusan.

Contoh : Surat yang ditandatangani oleh Kasubdit-


binMinu atas nama Dirajenad maka
Dirajenad dicantumkan di dalam tembusan.

(7) Surat yang ditujukan kepada Presiden, Panglima TNI,


Kasad sebaiknya surat yang tandatangannya asli/lembar
pertama, termasuk surat yang alamatnya hanya satu,
sedangkan yang alamatnya banyak, asli tanda tangan
dikirimkan kepada alamat atau urutan pertama, yang lainnya
dikirim fotokopinya dengan dibubuhi cap jabatan asli,
sedangkan untuk pertinggal/arsip sekretariat/sekretaris/tata
usaha tanda tangan asli yang lainnya.

i. Nota Dinas. Nota dinas adalah bentuk tulisan dinas yang memuat
pemberitahuan, pernyataan, permintaan dari seorang pejabat kepada pejabat lain
secara terbatas didalam lingkungan satminkal sendiri.

1) Pembuatan. Nota dinas dibuat oleh para pejabat di dalam


lingkungan satminkalnya sesuai dengan lingkup tugas, wewenang dan
tanggung jawabnya.
42

2) Susunan. Susunan nota dinas terdiri dari :

a) Kelompok kepala :

(1) Kop nama badan.

(2) Tulisan kata nota dinas, secara simetris ditulis di tengah,


seluruhnya dengan huruf kapital serta nomor dicantumkan di
bawah nama tulisan dinas.

(3) Alamat yang dituju, pejabat pengirim, dan perihal


semuanya diletakkan di bawah tulisan nota dinas dimulai dari
ruang tepi dan diberi garis penutup.

b) Kelompok isi, terdiri atas kalimat pembukaan, isi nota dinas, dan
kalimat penutup. Kelompok isi tidak harus selalu dibuat dengan
menggunakan nomor-nomor pasal.

c) Kelompok penutup, terdiri atas tempat (nama setingkat


Kabupaten/Kotamadya) dan tanggal pembuatan nota dinas, tajuk
tanda tangan, serta tembusan.

3) Penomoran dan distribusi.

a) Cara penomoran nota dinas pada dasarnya sama dengan cara


yang digunakan untuk menomori surat yang tanpa takah (tetapi
diletakkan di bawah nota dinas), dengan catatan bahwa setelah kode
klasifikasi ditambahkan tulisan ND, tanda hubung, kode satuan.

Contoh : Nomor : B/ND-06/III/2007/Set.

b) Nota dinas disampaikan kepada alamat tujuan dan alamat


tembusan di lingkungan Satminkal itu sendiri.

4) Hal-Hal yang perlu diperhatikan.

a) Nota dinas tidak dibubuhi cap dinas, karena hanya berlaku di


dalam lingkungan satminkal/satuan sendiri.

b) Pada tembusan nota dinas tidak boleh dicantum-kan alamat di


luar lingkungan satminkal sendiri.

c) Jika sangat diperlukan (atas petunjuk pimpinan), fotokopi nota


dinas dapat dikirim ke satminkal luar. Dalam hal ini pengirimannya
menggunakan surat pengantar.

j. Telegram (T). Telegram adalah surat yang dibuat dalam bentuk khusus
yang dikirim melalui jalur komlek, karena perlu penyelesaian segera.

1) Pembuatan. Telegram dibuat oleh Pang/Dir/Gub/ Dan/Ka/Pimpinan


satuan sesuai dengan lingkup tugas, wewenang dan tanggung jawabnya.
43

2) Susunan. Susunan telegram terdiri dari :

a) Kelompok kepala, terdiri atas :

(1) Kop nama badan.

(2) Tulisan telegram diletakkan simetris di tengah dan tidak


diberi garis bawah.

(3) Pejabat pengirim, alamat yang dituju dan tembusan di


tepi kiri, didahului dengan kata Dari, Kepada dan Tembusan.

b) Garis pemisah yang dibuat sepanjang baris tulisan isi telegram.

c) Klasifikasi, nomor, tanggal dibuat di bawah garis pemisah.

d) Kelompok isi disusun pasal demi pasal :

(1) Pasal menggunakan tiga abjad (AAA TTK, BBB TTK,


dst).

(2) Subpasal menggunakan angka yang ditulis dengan huruf


secara penuh (SATU TTK, DUA TTK, TIGA TTK, dst.). Untuk
subpasal yang jumlahnya lebih dari dua puluh, maka untuk
ruangan seluruhnya dapat ditulis dengan angka arab dan huruf
TTK.

(3) Subsubpasal menggunakan dua abjad (AA TTK, BB


TTK, dst).

(4) Subsubsubpasal menggunakan satu abjad (A TTK, B


TTK, dst).

e) Garis pemisah, yang dibuat sepanjang garis pemisah di atas.

f) Tajuk tanda tangan pejabat pembuat telegram diletakkan


sebelah kanan di bawah garis pemisah.

3) Penomoran. Tata cara penomoran telegram adalah sebagai


berikut :

a) Singkatan T untuk telegram yang berklasifikasi biasa, TR untuk


yang rahasia dan TSR untuk yang sangat rahasia.

b) Nomor urut dalam satu tahun takwim.

c) Tahun pembuatan.

Contoh :

Nomor : T/50/2007 - Telegram Biasa.


Nomor : TR/100/2007 - Telegram Rahasia
Nomor : TSR/7/2007 -Telegram Sangat Rahasia
44

4) Distribusi. Telegram disampaikan kepada alamat yang dituju dan


tembusan.

5) Hal-Hal yang perlu diperhatikan.

a) Telegram dibuat dengan menggunakan huruf kapital, ukuran 9


jenis huruf Arial.

b) Pembuatan telegram dalam bentuk formulir berita dilakukan


oleh petugas kantor berita. Untuk efisiensi dapat pula dibuat langsung
dalam bentuk formulir berita.

c) Jumlah halaman telegram tidak melebihi empat halaman kertas


A-4.

d) Telegram tidak boleh disertai lampiran.

e) Tata cara penandatanganan telegram :

(1) Pada pasal penutup telegram dicantumkan nama jabatan


penandatanganan sesuai dengan jabatan pada tajuk tanda
tangan.

(2) Pejabat pembuat telegram membubuhkan


tandatangannya pada tajuk tanda tangan yang telah disediakan,
selanjutnya disimpan pejabat pengirim sebagai bukti
pertanggungjawaban.

(3) Pejabat kantor berita membubuhkan tanda tangan di


tempat yang tersedia pada formulir berita.

f) Pengiriman telegram dilakukan menurut prosedur komunikasi


yang ditetapkan.

k. Surat Telegram (ST). Surat telegram adalah surat yang dibuat dengan gaya
telegram, dan pengiriman/penerimaannya melalui kantor pos Angkatan Darat/kantor
pos/caraka/kurir.

1) Pembuatan. Surat telegram dapat dibuat oleh pemimpin satminkal


sesuai dengan lingkup tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

2) Susunan. Susunan surat telegram terdiri dari :

a) Kelompok kepala, terdiri atas :

(1) Kop nama badan.

(2) Tulisan surat telegram diletakkan simetris di tengah.

(3) Pejabat pengirim, alamat yang dituju dan tembusan


diletakkan di tepi kiri, didahului dengan kata dari, kepada, dan
tembusan.
45

(4) Derajat dan klasifikasi surat telegram diletakkan di


sebelah kanan sebaris dengan dari dan kepada.

b) Garis pemisah yang dibuat sepanjang baris tulisan isi surat


telegram.

c) Nomor dan tanggal pembuatan dibuat dibawah garis pemisah.

d) Kelompok isi dibuat seperti telegram, namun pada pasal


terakhir tidak perlu dicantumkan nama jabatan penandatangan surat
telegram.

e) Kelompok penutup terdiri atas tajuk tanda tangan.

3) Penomoran. Penomoran surat telegram dibuat seperti penomoran


telegram kecuali singkatan/kode T diganti dengan singkatan/kode ST.

Contoh :

Nomor : ST/50/2007 - Surat telegram biasa.


Nomor : STR/57/2007 - Surat telegram rahasia.
Nomor : STSR/ 2 / 2007 - Surat telegram sangat rahasia.

4) Distribusi. Surat telegram disampaikan kepada alamat yang dituju dan


alamat tembusan.

5) Hal-Hal yang perlu diperhatikan.

a) Surat telegram dibuat dengan menggunakan huruf kapital


ukuran 9 jenis huruf arial.

b) Tanggal, bulan, dan tahun pembuatan surat telegram


seluruhnya ditulis dengan angka arab, dipisahkan dengan tanda
hubung.

c) Nama jabatan pejabat pengirim dicantumkan pada kelompok


dari dan kelompok penutup (tajuk tanda tangan) surat telegram.

d) Surat telegram tidak disertai lampiran.

e) Jika penandatanganan dilakukan atas nama, atas perintah,


ataupun untuk beliau, maka nama jabatan pada alamat dari tetap
nama jabatan untuk siapa surat telegram ditandatangani.

f) Pada telegram dan surat telegram penulisan garis miring,


kurung buka dan kurung tutup ditulis dengan tanda baca, contoh untuk
/ = garis miring, ( ) = kurung buka dan kurung tutup.

g) Penyampaian surat telegram melalui kurir atau kantor pos


Angkatan Darat/kantor pos/caraka/kurir.
46

l. Laporan. Laporan adalah suatu bentuk tulisan dinas yang memuat


pemberitahuan tentang pelaksanaan suatu kegiatan atau suatu kejadian secara
kronologis.

1) Pembuatan. Laporan dibuat oleh setiap pejabat/personel yang diberi


tugas dan tanggung jawab, baik rutin maupun khusus atau kegiatan lain yang
berhubungan dengan kedinasan.

2) Susunan. Susunan laporan adalah sebagai berikut :

a) Kelompok kepala terdiri atas :

(1) Kop nama badan.

(2) Judul (rumusan judul laporan seluruhnya ditulis dengan


huruf kapital, ditebalkan, dan secara simetris diletakkan di
tengah).
3) Kelompok isi terdiri atas : pendahuluan, dasar, materi, kesimpulan dan
saran, serta penutup.

a) Pendahuluan memuat penjelasan umum, maksud dan tujuan,


ruang lingkup.

b) Materi terdiri atas kegiatan yang dilaksanakan, faktor-faktor


yang mempengaruhi, hasil pelaksanaan kegiatan, hambatan yang
dihadapi, dan hal-hal lain yang perlu dilaporkan.

c) Kesimpulan dan saran memuat rangkuman/kesimpulan tentang


pelaksanaan

d) Tugas dan saran-saran yang perlu disampaikan sebagai bahan


pertimbangan.

e) Kalimat penutup merupakan pernyataan akhir laporan.

4) Kelompok penutup terdiri atas : tempat (nama setingkat


Kabupaten/Kota) dan tanggal pembuatan laporan, tajuk tanda tangan, dan
lampiran.

Apabila suatu kegiatan tertentu tersedia formulir yang telah


ditetapkan, maka laporan dituangkan dalam formulir, misalnya laporan
kekuatan personel, perbendaharaan, materiil dan sejenisnya.

5) Macam laporan, laporan dibedakan atas dua macam yaitu :

a) Laporan berkala, terdiri atas :


1) Laporan tahunan.
(2) Laporan semesteran.
(3) Laporan triwulan.
(4) Laporan bulanan.
47

(5) Laporan mingguan.


b) Laporan khusus, dibuat secara insidentil atau menurut
kebutuhan.
6) Penomoran dan distribusi.

a) Laporan disampaikan dengan menggunakan surat pengantar,


nota dinas atau surat.

b) Selain kepada atasan langsung/pejabat yang memerintahkan,


laporan disampaikan pula kepada pejabat yang ada hubungannya
dengan isi laporan tersebut.
7) Hal-Hal yang perlu diperhatikan.

a) Dalam merumuskan kesimpulan hendaknya sesuai dengan apa


yang dilaporkan.

b) Saran berisi tentang pendapat pribadi pelapor mengenai tugas


yang dilaksanakan.

c) Dalam pengumpulan data di lapangan hendaknya dapat


mencatat sebanyak mungkin kejadian dan kemudian baru dipilih mana
yang perlu dilaporkan.

m. Pengumuman (Peng). Pengumuman adalah bentuk tulisan dinas yang


memuat pemberitahuan yang ditujukan kepada umum dan atau seluruh anggota.

1) Pembuatan. Pengumuman dikeluarkan oleh pimpinan satuan/


satminkal sesuai dengan lingkup tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya.

2) Susunan. Susunan pengumuman adalah sebagai berikut :

a) Kelompok kepala, terdiri atas :

(1) Kop nama badan.

(2) Tulisan pengumuman, secara simetris ditulis di tengah


seluruhnya dengan huruf kapital dan tidak diberi garis bawah.

(3) Mencantumkan nomor pengumuman.

(4) Tulisan tentang di tulis dengan huruf kecil.

(5) Judul pengumuman dengan huruf kapital.

b) Kelompok isi, terdiri atas :

(1) Kalimat pembuka.


(2) Isi pengumuman.
(3) Kalimat penutup.
48

c) Kelompok penutup, terdiri atas :

(1) Tempat (nama setingkat Kabupaten/ Kotamadya) dan


tanggal dikeluarkan.

(2) Tajuk tanda tangan.

(3) Tembusan.

n. Surat Pengantar (Speng). Surat pengantar adalah surat berbentuk daftar


untuk mengantar suatu naskah/dokumen/barang yang perlu dikirimkan.

1) Pembuatan. Surat pengantar dibuat oleh kepala sekretariat/


sekretaris/ pejabat Minu dan pejabat lain yang berwenang.

2) Susunan. Surat pengantar dapat dibuat dengan menggunakan


kertas ukuran A-5 (210 mm x 148 mm), dengan susunan sebagai berikut :

a) Kelompok kepala terdiri atas :

(1) Kop nama badan.

(2) Penomoran speng.Cara penomoran surat pengantar


terdiri atas kode klasifikasi/kode nama tulisan dinas tanda
hubung nomor urut/bulan dengan angka Romawi/tahun dengan
angka Arab, contoh R/Speng-30/IV/2007, B/Speng-31 / IV /
2007.

(3) Tempat (nama setingkat Kabupaten/ Kota) dan tanggal


pembuatan.

(4) Alamat yang dituju.

(5) Tulisan surat pengantar ditulis simetris di tengah dengan


huruf kapital.

b) Kelompok isi berada di dalam lajur-lajur terdiri atas: nomor, isi,


banyaknya, dan keterangan.

c) Kelompok penutup berisi tajuk tanda tangan.

o. Surat Izin (SI). Surat izin adalah bentuk tulisan dinas yang memuat
persetujuan/ izin dari pemimpin satuan/ satminkal, kepada personel untuk
melaksanakan kegiatan di luar fungsi, tugas dan tanggung jawab jabatannya dalam
jangka waktu tertentu, antara lain: melaksanakan ibadah haji, umroh, perjalanan ke
luar negeri (pribadi).

1) Pembuatan. Surat izin dikeluarkan oleh pimpinan atau pejabat


personel satuan/satminkal sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung
jawabnya.
49

2) Susunan. Susunan surat izin adalah sebagai berikut :

a) Kelompok kepala, terdiri atas:

(1) Kop nama badan/satminkal.

(2) Kata surat izin seluruhnya ditulis simetris di tengah


dengan huruf kapital dan tidak diberi garis bawah.

(3) Nomor surat izin : SI / 22 / III / 2007

b) Kelompok isi, terdiri atas :

(1) Konsiderans dasar dan pertimbangan.

(2) Diktum hampir sama dengan sprin, hanya kata


diperintahkan diganti dengan diizinkan.

c) Kelompok penutup, terdiri atas tempat (nama setingkat


Kabupaten/Kotamadya) dan tanggal dikeluarkan, tajuk tanda tangan,
serta tembusan.

p. Surat Izin Jalan (SIJ)/Surat Jalan (SJ). Surat izin jalan adalah bentuk
tulisan dinas yang memuat persetujuan/izin dari pemimpin satuan/satminkal kepada
personel yang akan bepergian dalam jangka waktu tertentu dengan meninggalkan
dinas, sedangkan surat jalan tidak meninggalkan dinas.

1) Pembuatan. Surat izin jalan dikeluarkan oleh pemimpin


satuan/satminkal sesuai dengan kewenangannya.

2) Susunan. Susunan surat izin jalan/surat jalan adalah sebagai berikut :

a) Kelompok kepala, terdiri atas :

(1) Kop nama badan/satminkal.

(2) Tulisan surat izin jalan/surat jalan seluruhnya ditulis


simetris di tengah dengan huruf kapital dan tidak diberi garis
bawah.

(3) Penomoran surat izin jalan/surat jalan sebagai berikut :


Kode nama tulisan dinas/nomor urut/bulan dengan angka
Romawi/tahun dengan angka Arab, contoh SIJ / 10 / IV / 2007.
Penomoran surat jalan sama dengan penomoran SIJ, hanya
kode SIJ diganti SJ, contoh SJ/ 10 / IV / 2007.

b) Kelompok isi, terdiri atas :

(1) Pernyataan pemberi izin.


(2) Data personel.
(3) Tujuan dan waktu.
50

c) Kelompok penutup terdiri atas: tempat (nama setingkat


Kabupaten/ Kotamadya) dan tanggal dikeluarkan, tajuk tanda tangan,
serta tembusan.

3) Surat izin jalan ditandatangani oleh pejabat yang lebih tinggi dari
pejabat yang akan bepergian, kata surat izin jalan diganti dengan kata surat
jalan (SJ) apabila yang menandatangani lebih rendah.

q. Amanat/Sambutan. Amanat/sambutan adalah ungkapan pikiran yang utuh


berisi pesan pemimpin satuan/satminkal kepada seluruh atau sebagian
anggota/badan di lingkungan Angkatan Darat yang disampaikan secara tertulis atau
lisan.

1) Susunan amanat secara tertulis diatur sebagai berikut :

a) Kelompok kepala, terdiri atas :

(1) Kop nama badan atau kop nama jabatan sesuai dengan
kewenangannya.

(2) Judul amanat ditebalkan.

b) Kelompok isi, terdiri atas :

(1) Kalimat pembuka.


(2) Isi amanat.
(3) Kalimat penutup.

c) Kelompok penutup, terdiri atas : tempat (nama setingkat


Kabupaten/Kotamadya) dan tanggal dikeluar-kan, tajuk tanda tangan.

2) Amanat/sambutan secara lisan tidak diatur dalam peraturan ini.

36. Evaluasi.

a. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk Keputusan !

b. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk Perintah Harian !

c. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk Surat Edaran !

d. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk Surat Perintah !

e. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk Surat !

f. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk Nota Dinas !

g. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk ST dan T !


51

BAB VI
RALAT, PERUBAHAN, PENCABUTAN, DAN PEMBATALAN

37. Umum. Setiap naskah yang dibuat tidak tertutup kemungkinan adanya
kesalahan baik dalam kuantitas maupun kualitas maka diperlukan perubahan ralat,
pencabutan dan pembatalan untuk menjamin penyelesaian persoalan yang sedang di
tanganinya.

38. Petunjuk Umum. Apabila suatu tulisan dinas terdapat kesalahan, maka perlu
diadakan pembetulan, sedangkan bentuk pembetulan tergantung pada tingkat
kesalahannya. Tingkat pembetulan diatur sebagai berikut :

a. Ralat.
b. Perubahan.
c. Pencabutan.
d. Pembatalan.

39. Penggunaan.

a. Ralat. Ralat digunakan untuk pembetulan tulisan dinas yang tingkat


kesalahannya ringan/tidak prinsip, misalnya salah pengetikan.

b. Perubahan. Perubahan digunakan untuk pembetulan tulisan dinas yang


tingkat kesalahannya dianggap prinsip, atau kesalahan tersebut cukup
mempengaruhi isinya, misalnya perubahan waktu, jumlah, personel dan lain-lain.

c. Pencabutan. Pencabutan digunakan untuk mencabut suatu tulisan dinas


yang tingkat kesalahannya tidak dapat diralat atau diubah, atau isi tulisan dinas
tersebut dianggap sudah tidak sesuai dengan keadaan dan perlu diganti dengan
tulisan dinas baru.

d. Pembatalan. Pembatalan digunakan untuk membatalkan berlakunya


suatu tulisan dinas , dengan pengertian bahwa isi tulisan dinas yang dibatalkan
dianggap belum pernah ada.

40. Bentuk.

a. Ralat dan perubahan.

1) Bentuk tulisan dinas untuk ralat dan perubahan peraturan, ins, kep,
surat edaran, dan sprin/sgas, sama dengan bentuk yang diralat atau diubah.

2) Bentuk tulisan dinas yang lain untuk ralat atau perubahannya dapat
menggunakan surat, telegram, surat telegram atau nota dinas.

b. Pencabutan dan pembatalan.

1) Bentuk tulisan dinas untuk pencabutan atau pembatalan peraturan


menggunakan peraturan.
52

2) Bentuk tulisan dinas untuk pencabutan atau pembatalan Ins, kep


menggunakan kep.

3) Bentuk tulisan dinas yang lain, pencabutan, atau pembatalannya dapat


menggunakan surat, telegram, surat telegram, atau nota dinas.

4) Pencabutan atau pembatalan tulisan dinas berbentuk peraturan atau


kep, kalimat pencabutan atau pembatalan ada pada diktumnya, dengan
pernyataan bahwa peraturan atau kep yang dicabut dinyatakan tidak berlaku
lagi sedangkan yang dibatalkan dianggap tidak pernah ada.

5) Tulisan yang berbentuk sprin/sgas apabila dikeluarkan sprin/sgas yang


baru di dalam diktumnya juga dinyatakan bahwa sprin/sgas yang
dicabut/dibatalkan dinyatakan tidak berlaku lagi, tetapi bila tidak Dikeluarkan
sprin/sgas baru cukup menggunakan surat, telegram, surat telegram atau
nota dinas.

Contoh : Surat Perintah Dirajenad kepada seorang perwira untuk


menghadiri rapat koordinasi di Suad dibatalkan maka Dirajenad
dapat mengeluarkan surat/surat perintah yang isinya membatalkan
perintah tersebut kepada perwira yang bersangkutan, dengan
tembusan sesuai dengan Sprin.

41. Tanda Tangan. Penandatanganan ralat, perubahan, pencabutan, dan


pembatalan diatur sebagai berikut :

a. Ralat. Meralat kesalahan yang ringan/tidak prinsip, tanda tangan dapat


dilakukan oleh pejabat Minu atas nama pejabat yang menandatangani tulisan dinas
yang diralat.

b. Perubahan, pencabutan, dan pembatalan. Yang berhak menandatangani


tulisan dinas yang diubah, dicabut, dan dibatalkan adalah pejabat yang
menandatangani tulisan dinas yang diubah, dicabut dan dibatalkan atau pejabat
yang lebih tinggi.

42. Nomor dan Tanggal. Tata cara penomoran dan pemberian tanggal pada ralat,
perubahan, pencabutan, dan pembatalan diatur sebagai berikut :

a. Ralat. Nomor ralat tulisan dinas yang berbentuk peraturan, ins, kep, SE,
dan sprin/sgas menggunakan nomor lama dengan tanggal baru, tulisan bentuk
lainnya menggunakan nomor dan tanggal baru.

b. Perubahan.

1) Nomor perubahan tulisan dinas berbentuk peraturan, ins, kep, SE,


dan sprin/sgas menggunakan nomor lama dengan menambah huruf abjad
kecil di belakang nomor sesuai dengan perubahan yang dilakukan,
sedangkan tanggal menggunakan tanggal waktu perubahan dilaksanakan.

Cara penomoran :
53

a) Huruf a digunakan untuk perubahan pertama.

b) Huruf b digunakan untuk perubahan kedua.

c) Huruf c digunakan untuk perubahan ketiga, dan seterusnya.

2) Nomor dan tanggal perubahan tulisan dinas yang lain adalah sesuai
dengan nomor tanggal waktu perubahan dikeluarkan.

3) Pencabutan dan Pembatalan. Nomor dan tanggal pencabutan dan


pembatalan tulisan dinas adalah menggunakan nomor dan tanggal waktu
pencabutan atau pembatalan tulisan dinas tersebut dikeluarkan oleh yang
berhak menandatangani.

43. Evaluasi.
a. Jelaskan kegunaan dari ralat, perubahan, pencabutan dan pembatalan !
b. Jelaskan tata cara penomoran dan pemberian tanggal pada ralat, pe-
rubahan, pencabutan, dan pembatalan !
c. Jelaskan penandatanganan bentuk ralat, perubahan dan pembatalan !

BAB VII
EVALUASI AKHIR PELAJARAN

44. Evaluasi Akhir.

a. Jelaskan pengaturan Tuldis yang masuk tataran pertama !

b. Jelaskan pengaturan Tuldis yang masuk tataran ketiga !

c. Jelaskan ketentuan penulisan klasifikasi !

d. Jelaskan ketentuan pengelompokkan daftar distribusi !

e. Jelaskan cara pembentukan singkatan !

f. Jelaskan cara pembentukan akronim !

g. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk Surat Edaran !

h. Jelaskan penataan Tuldis berbentuk Surat Perintah !


RAHASIA
54
BAB VIII
PENUTUP

45. Penutup. Demikian naskah departemen ini disusun sebagai bahan ajaran
untuk pedoman bagi Gadik dan Pasis dalam proses belajar mengajar pelajaran Tulisan
Dinas pada pendidikan Diksarcab Ajen.

Komandan Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal

Didik Hartanto, S. IP.


Kolonel Caj NRP 28879

RAHASIA
DAFTAR ISI
i

HALAMAN

BAB I PENDAHULUAN

1. Umum .............................................................................. 1
2. Maksud dan Tujuan ......................................................... 1
3. Ruang Lingkup dan tata urut .......................................... 1
4. Pengertian ...................................................................... 1
BAB II BENTUK DAN TATARAN TULDIS

5. Umum .............................................................................. 2
6. Bentuk-bentuk Tuldis ............. .......................................... 3
7. Tataran Tuldis .................................................................. 4
8. Evaluasi .................................................................... 5

BAB III TATA CARA PENYUSUNAN PENGETIKAN TULDIS

9. Umum .............................................................................. 5
10. Tata cara pengetikan ............ ............ .............................. 5
11. Jenis dan ukuran huruf ............ ........................................ 6
12. Penulisan klasifikasi ......................................................... 7
13. Kop/Kepala surat .............................................................. 7
14. Susunan Tuldis ................................................................. 8
15. Pembuatan judul Tuldis ................................................... 9
16. Tata cara penomoran ...................................................... 10
17. Ketukan ( Spasi Horizontal ) ............................................ 12
18. Kait/Baris/Enter (Spasi Vertikal) ...................................... 14
19. Tajuk tanda tangan ........................................................... 15
20. Nomor Kopi ..................................................................... 15
21. Rujukan (Referensi) ........................................................ 16
22. Naskah Induk ................................................................... 16
23. Lampiran .......................................................................... 16
24. Daftar Distribusi ................................................................ 18
25. Evaluasi ............................................................................ 22

BAB IV SINGKATAN DAN AKRONIM

26. Umum .............................................................................. 22


27. Cara pembentukan singkatan …….................................... 23
28. Cara pembentukan akronim .............................................. 24
29. Cara penulisan……........................................................... 25
30. Ketentuan-ketentuan lain.................................................... 25
31. Keseragaman singkatan .................................................... 26
32. Daftar singkatan umum ..................................................... 26
33. Evaluasi ....................... .................................................. 27

BAB V PENATAAN TULDIS

34. Umum ....... ...................................... ............................... 27


35. Penataan Tuldis ............ ................................................. 27
36. Evaluasi ....................... .................................................. 50
ii

BAB VI RALAT, PERUBAHAN, PENCABUTAN, DAN PEMBATALAN

37. Umum ........................................................................... 51


38. Petunjuk Umum ............................................................ 51
39. Penggunaan ................................................................. 51
40. Bentuk .......................................................................... 51
41. Tanda tangan ................................................................ 52
42. Nomor dan tanggal . . ................................................... 52
43. Evaluasi ......................................................................... 53

BAB VII EVALUASI AKHIR PELAJARAN

44. Evaluasi akhir ............................................................... 53

BAB VIII PENUTUP

45. Penutup ........................................................................... 54


RAHASIA

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Danpusdikajen


PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL Nomor Kep / / / 2010
Tanggal 2010

PETUNJUK UMUM
( Khusus Untuk Tenaga Pendidik )

1. Mata Pelajaran : Tulisan dinas

Untuk jenis/macam pendidikan : Diksarcab Ajen.

2. Jumlah Jam Pelajaran : 17 Jam Pelajaran.

a. Teori : 7 Jam Pelajaran.


b. Praktek siang : 9 Jam Pelajaran.
c. Praktek malam : -
d. Ujian teori : 1 Jam Pelajaran.

3. Isi Pelajaran :

a. Pendahuluan.
b. Bentuk dan tataran tulisan dinas.
c. Tata cara penyusunan dan pengetikan Tuldis.
d. Penataan tulisan dinas.
e. Ralat, perubahan, pencabutan dan pembatalan.
f. Penutup.
g. Evaluasi.

4. Tujuan pelajaran :
a. Tujuan Kurikuler : Agar Pasis mengetahui tentang Tuldis dan dapat
melaksanakannya dalam pelaksanaan tugas.

b. Tujuan Instruksional :

1) Pendahuluan (25 Menit).


a) Tujuan instruksional umum. Agar Pasis mengetahui tentang
maksud dan tujuan diberikannya pelajaran tulisan dinas.

b) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat menyampaikan tentang


maksud dan tujuan diberikan pelajaran tulisan dinas serta
menunjukkan antusias/minat dalam menerima pelajaran.

RAHASIA
2

2) Bentuk dan tataran Tuldis (1 JP )


a) Tujuan instruksional umum. Agar Pasis mengetahui tentang
bentuk-bentuk Tuldis dan tataran Tuldis.

b) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat menyampaikan tentang


bentuk-bentuk Tuldis dan tataran Tuldis.

3) Tata cara Sun dan Tik Tuldis ( 1 JP ).

a) Tujuan instruksional umum. Agar Pasis mengetahui tentang


tata cara penyusunan dan pengetikan tulisan dinas.

b) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat menyampaikan tentang tata


cara pengetikan, jenis dan ukuran huruf, penulisan klasifikasi,
Kop/kepala surat, susunan Tuldis, pembuatan judul Tuldis, tata cara
penomoran, ketukan ( Spasi Horizontal ), kait/baris/enter ( Spasi
vertikal ), tajuk tanda tangan, nomor kopi, rujukan ( referensi ), naskah
induk, lampiran, daftar distribusi.

4) Singkatan dan akronim (1 JP ).

a) Tujuan instruksional umum. Agar Pasis mengetahui ten-


tang Singkatan dan akronim.

b) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat menyampaikan tentang


singkatan dan akronim dengan benar.

5) Penataan Tuldis ( 1 JP ).

a) Tujuan instruksional umum. Agar Pasis mengetahui ten-


tang penataan tulisan dinas.

b) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat menyampaikan tentang


penataan tulisan dinas dengan benar.

6) Ralat, perubahan, pencabutan, dan pembatalan. ( 1 JP).

a) Tujuan instruksional umum. Agar Pasis mengetahui ten-


tang ralat, perubahan, pencabutan, dan pembatalan.

b) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat menyampaikan tentang


penggunaan ralat, perubahan, pencabutan, dan pembatalan.

7) Praktek penyusunan dan pengetikan Tuldis (9 JP)

a) Tujuan instruksional umum. Agar Pasis dapat secara terbatas


membuat keputusan, surat biasa, nota dinas, surat perintah
berlampiran, surat perintah tanpa lampiran, telegram, surat telegram &
surat edaran
3

b) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat secara terbatas membuat


keputusan, surat biasa, nota dinas, surat perintah berlampiran, surat
perintah tanpa lampiran, telegram, surat telegram & surat edaran

8) Penutup (20 menit).

a) Tujuan instruksional umum. Agar Pasis mengetahui


pentingnya pelajaran tulisan dinas dalam menunjang pelaksanaan
tugas.

b) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat menyampaikan seluruh


pelajaran yang telah diberikan.

9) Evaluasi (1 JP)

a) Evaluasi Teori

(1) Tujuan instruksional umum. Agar tingkat pemahaman


dan kemampuan Pasis dapat diukur/diketahui sesuai pelajaran
Tulisan dinas yang telah diberikan.

(2) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat menjawab


pertanyaan maupun mampu melaksanakan tugas praktek
Tulisan dinas dengan baik dan benar.

b) Evaluasi Praktek

(1) Tujuan instruksional umum. Agar tingkat keterampilan


Pasis dapat diukur/diketahui sesuai pelajaran Tulisan dinas
yang telah diberikan .

(2) Kriteria keberhasilan. Pasis dapat melaksanakan


Tulisan dinas dengan baik.

5. Metode.
a. Metode utama : Ceramah dan aplikasi.
b. Metode penunjang : Pemberian tugas dan Tanya jawab.

6. Alins/Alongins.

a. Laptop.
b. LCD.
c. Spidol.
d. Laser point.
e. White board.
4

7. Proses Belajar Mengajar.

KEGIATAN
NO.
GADIK SERDIK
1 2 3
1. Pendahuluan.
- Menjelaskan secara umum tentang - Memperhatikan, mendengarkan dan
maksud dan ketentuan umum serta mencatat hal-hal yang penting.
tujuan perlunya diberikan pelajaran
Tuldis.

2. Bentuk dan tataran Tuldis.

a. Menjelaskan secara rinci tentang a. Memperhatikan, mendengarkan


bentuk Tuldis yang tidak diatur dalam dan mencatat hal-hal yang penting.
jukminu, tataran pertama, tataran kedua,
tataran ketiga, tataran keempat dan
tataran kelima.

b. Melaksanakan pengecekan/ evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan mengajukan pertanyaan dari dan
dengan melemparkan pertanyaan dan kepada Gadik.
menjawab pertanyaan ke/dari Pasis.

3. Tata cara Sun dan Tik Tuldis .

a. Menjelaskan secara rinci tentang tata a. Memperhatikan, mendengarkan


cara pengetikan, jenis dan ukuran huruf, dan mencatat hal-hal yang penting.
penulisan klasifikasi dan kop/kepala
surat.

b. Melaksanakan pengecekan/ evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan mengajukan pertanyaan dari dan
dengan melemparkan pertanyaan dan kepada Gadik.
menjawab pertanyaan ke/dari Pasis.
4.
Singkatan dan akronim

a. Menjelaskan secara rinci tentang a. Memperhatikan, mendengarkan


cara pembuatan singkatan, cara pem- dan mencatat hal-hal yang penting.
bentukan akronim dan cara penulisan.

b. Melaksanakan pengecekan/ evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan mengajukan pertanyaan dari dan
dengan melemparkan pertanyaan dan kepada Gadik .
menjawab pertanyaan ke/dari Pasis.
5

1 2 3
5. Penataan Tuldis

a. Menjelaskan secara rinci tentang a. Memperhatikan, mendengarkan


wewenang pembuatan, susunan, pe- dan mencatat hal-hal yang penting.
nomoran, autentikasi dan distribusi ter-
hadap bentuk tuldis.

b. Melaksanakan pengecekan/ evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan mengajukan pertanyaan dari dan
dengan melemparkan pertanyaan dan kepada Gadik
menjawab pertanyaan ke/dari Pasis.

6. Ralat, perubahan, pencabutan, dan


pembatalan.

a. Menjelaskan secara rinci tentang a. Memperhatikan, mendengarkan


penggunaan, bentuk, tanda tangan, dan mencatat hal-hal yang penting.
nomor dan tanggal dalam bentuk ralat,
perubahan, pencabutan dan pembatalan

b. Melaksanakan pengecekan/ evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap pelajaran yang diberikan mengajukan pertanyaan dari dan
dengan melemparkan pertanyaan dan kepada Gadik.
menjawab pertanyaan ke/dari Pasis.

7. Praktek Tuldis

a. Memberikan penugasan, meng- a. Melaksanakan praktek Tuldis


organisir, arahan, bimbingan dan bentuk pelajaran teori sesuai tugas/
tuntutan pelaksanaan praktek Tuldis arahan dari Gadik.
bentuk pelajaran teori kepada Pasis.

b. Melaksanakan koreksi/evaluasi b. Memperhatikan, mendengarkan


terhadap hasil praktek Pasis sesuai dan menjawab pertanyaan serta
ketentuan Tuldis dan melemparkan mengajukan pertanyaan dari dan
pertanyaan serta menjawab pertanyaan kepada Gadik.
ke/dari Pasis.

8. Penutup.

a. Memberikan kesimpulan/rangkuman a. Memperhatikan mendengarkan


dan penekanan terhadap seluruh materi dan mencatat hal-hal yang penting.
pelajaran yang telah diberikan.

b. Melaksanakan pengecekan/evaluasi b. Menjawab pertanyaan dan


terhadap akhir pelajaran yang telah mengajukan pertanyaan dari dan
diberikan dengan melemparkan per- kepada Gadik.
tanyaan dan menjawab pertanyaan
ke/dari Pasis.
6

1 2 3
9. Evaluasi.
a. Evaluasi Teori :
1) Menyusun bahan ujian yang a. Mengikuti ujian sesuai jadwal dan
diketahui oleh Kadep terkait dan tempat yang ditentukan.
dalam pelaksanaan ujian sebagai
pengawas umum

2) Menyerahkan bahan evaluasi/ b. Menyerahkan hasil ujian kepada


ujian kepada Kasiopsdik dan Pengawas ujian.
mengoreksi/ menilai hasil ujian Pasis.

b. Evaluasi Praktek : - Mengikuti evaluasi sesuai tugas


1) Menyusun cheklis tugas/bahan tugas dan jadwal serta tempat yang
evaluasi praktek yang diketahui oleh ditentukan.
Kadep terkait.

2) Menyerahkan bahan evaluasi


Praktek pada Kasiopsdik dan
mengoreksi / menilai hasil evaluasi
prajurit siswa.

3) Pelaksanaan evaluasi dilaksana-


kan bersama dengan pelajaran prak-
tek.

8. Kualifikasi Tenaga Pendidik. Gumil minimal golongan VIII maksimal golongan V


yang sudah berkualifikasi Susgadik/Susgumil dan menguasai materi Tuldis.

9. Referensi.

a. Peraturan Panglima TNI Nomor Perpang/1/II/ 2007, tanggal 20 Februari


2007 tentang Petunjuk Administrasi Umum TNI.
b. Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad/1/VII/2007 tanggal 5
Juli 2007 tentang petunjuk administrasi umum di lingkungan TNI Angkatan Darat.
RAHASIA

10. Lain – lain.

a. Naskah Departemen ini disusun untuk kepentingan lembaga pendidikan.


b. Untuk kepentingan Pasis dapat diproduksi Lembaga Pendidikan tanpa
Petunjuk Umum dan Evaluasi tiap Bab serta Evaluasi Akhir Belajar.

Komandan Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal

Didik Hartanto, S.IP.


Kolonel Caj NRP 28879

RAHASIA
RAHASIA

KODIKLAT TNI ANGKATAN DARAT


PUSAT PENDIDIKAN AJUDAN JENDERAL

NASKAH DEPARTEMEN
tentang

TULISAN DINAS
untuk

DIKSARCAB AJEN

Nomor :

DISAHKAN DENGAN KEPUTUSAN DANPUSDIKAJEN


NOMOR KEP/ / /2010 TANGGAL 2010

DILARANG MEMPERBANYAK ATAU MENGUTIP TANPA IZIN DANPUSDIKAJEN

RAHASIA

Anda mungkin juga menyukai