Perencanaan dan
Pengendalian
Proyek
05
Teknik Sipil dan Teknik Sipil 11032 Prihadmadi Anggoro Seno, ST, MT
Perencanaan
Abstract Kompetensi
Float dalam Critical Path Project Pemahaman mengenai Float dalam
Management adalah batas toleransi CPM.
keterlambatan suatu kegiatan yang
dapat dimanfaatkan untuk optimasi
waktu dan alokasi sumber daya.
Pembahasan
CPM (Critical Path Method)
CPM dikembangkan pada tahun 1957 oleh J.E. Kelly dari Remington Rand dan M.R.
Walker dari DuPont untuk membantu pembangunan dan pemeliharaan pabrik kimia di Dupont
(Prasetya dan Lukiastuti, 2009 : 33). Solusi CPM yang diadopsi oleh Kelly pada dasarnya
berasal dari “Linear Programming” dan menggunakan notasi “I-J” untuk menggambarkan
hubungan antar kegiatan (Weaver, 2006).
Activity on arrow atau sering disebut dengan CPM (Critical Path Method) terdiri atas
anak panah dan lingkaran/segiempat. Anak panah menggambarkan kegiatan/aktivitas,
sedangkan lingkaran/segiempat menggambarkan kejadian (event). Kejadian (event) di awal
anak panah disebut ”I”, sedangkan kejadian (event) di akhir anak panah disebut ”J” (Ervianto,
2005 : 233). Setiap activity on arrow merupakan satu kesatuan dari seluruh kegiatan sehingga
kejadian (event) ”J” kegiatan sebelumnya juga merupakan kejadian (event) ”I” kegiatan
berikutnya.
2018 Perencanaan dan Pengendalian Proyek Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Prihadmadi Anggoro Seno, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Menggunakan perhitungan mundur untuk memperoleh waktu selesai paling lambat
(LETi) pada I-Node dan waktu selesai paling lambat (LETj) pada J-Node dari seluruh
kegiatan dengan mengambil nilai minimumnya. Adapun perhitungannya adalah : LETi
= LETj - durasi X
Di antara dua peristiwa tidak boleh ada 2 kegiatan, sehingga untuk menghindarinya
digunakan kegiatan semu atau dummy yang tidak mempunyai durasi.
Menggunakan CPM (Critical Path Method) atau metode lintasan kritis, di mana
pendekatan yang dilakukan deterministik hanya menggunakan satu jenis durasi pada
kegiatannya. Lintasan kritis adalah lintasan dengan kumpulan kegiatan yang
mempunyai durasi terpanjang yang dapat diketahui bila kegiatannya mempunyai Total
Float (TF) = 0.
2018 Perencanaan dan Pengendalian Proyek Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Prihadmadi Anggoro Seno, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Float
Float dalam analisis CPM (Critical Path Method) merupakan batas toleransi
keterlambatan suatu kegiatan yang dapat dimanfaatkan untuk optimasi waktu dan alokasi
sumber daya. Konsep float atau slack sangat berharga karena memberikan fleksibilitas atau
“ruang manuver” pada penjadwalan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu sehingga ada
suatu periode waktu di mana kegiatan dapat meleset tetapi tidak mempengaruhi jalur kritis
dan tanggal penyelesaian. Menurut Husen (2008 : 140), ada tiga macam jenis float yaitu :
a. TF (Total Float)
Waktu tenggang maksimum dimana suatu kegiatan boleh terlambat tanpa
menunda waktu penyelesaian proyek.
Berguna untuk menentukan lintasan kritis, di mana TF = 0.
TFij = LETj – EETi - Durasiij
b. FF (Free Float)
Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat tanpa
menunda penyelesaian suatu kegiatan bila kegiatan tersebut dimulai pada
saat paling awal peristiwa awalnya.
Berguna untuk alokasi sumberdaya dan waktu dengan memindahkan ke
kegiatan lain.
FFij = EETj – EETi - Durasiij
c. IF (Independent Float)
Waktu tenggang maksimum di mana suatu kegiatan boleh terlambat tanpa
menunda penyelesaian suatu kegiatan bila kegiatan tersebut dimulai pada
saat paling lambat peristiwa awalnya.
IFij = EETj – LETi - Durasiij
2018 Perencanaan dan Pengendalian Proyek Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Prihadmadi Anggoro Seno, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Jalur Kritis
Delay, kegiatan di jalur kritis akan menyebabkan delay waktu penyelesaian proyek,
sedang delay di jalur tidak kritis mungkin tidak akan menunda waktu penyelesaian
proyek sejauh delay tidak melebihi slack dan float time untuk masing-masing kegiatan
tidak kritis.
Dalam suatu activity network diagram mungkin saja ditemui lebih dari satu jalur kritis,
bahkan semua jalur memungkinkan untuk menjadi jalur kritis. Jalur kritis memiliki
kepekaan sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian suatu proyek.
Keterlambatan pada jalur ini akan memperlambat penyelesaian waktu proyek secara
keseluruhan, meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan. Penyelesaian
proyek dapat dipercepat secara keseluruhan dengan mempercepat waktu
penyelesaian kegiatan kritis.
Kegiatan Kritis
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang sangat sensitif terhadap keterlambatan, sehingga
bila sebuah kegiatan kritis terlambat satu hari saja maka umur proyek akan mengalami
keterlambatan selama satu hari.
Kegiatan kritis adalah kegiatan yang tidak mempunyai waktu tenggang. Kegiatan kritis
harus dimulai tepat pada saat ES atau LS dan berakhir pada EF atau LF, agar tidak
mengakibatkan bertambahnya waktu penyelesaian proyek. Lintasan kritis / jalur kritis
merupakan suatu hal yang selalu menjadi perhatian dalam penjadwalan proyek disamping
umur proyek, karena terlambat atau tidaknya proyek tergantung dari terlambat atau tidaknya
kegiatan yang berada pada lintasan kritis itu ( Eddy Herjanto, 2008 ).
Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis adalah
sebagai berikut :
Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek
tertunda penyelesaiannya.
Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada
lintasan kritis dapat dipercepat.
Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat
dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya
yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum
dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan
tambahan biaya lembur.
2018 Perencanaan dan Pengendalian Proyek Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Prihadmadi Anggoro Seno, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Time slack / float atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui
lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga
kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien
Durasi Proyek
Durasi proyek adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan proyek (Maharany dan Fajarwati, 2006). Maharany dan Fajarwati (2006)
menjelaskan bahwa faktor yang berpengaruh dalam menentukan durasi pekerjaan adalah
volume pekerjaan, metode kerja (construction method), keadaan lapangan, serta
keterampilan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan proyek.
Prinsip dalam menentukan perkiraan waktu atau durasi dari suatu kegiatan menurut
mahendra ( 2004:99), prinsip dalam menetukan perkiraan waktu atau durasi dari suatu
kegiatan / pekerjaan adalah :
Tingkat keahlian dan pengalaman staf/orang yang membuat perkiraan waktu tersebut
memenuhi syarat kebutuhannya.
Perkiraan/estimasi harus berdasarkan perhitungan produksi kerja dari tenaga kerja
atau tim kerja per hari dan produksi hasil kerja peralatan per jam dalam rangka
menyelesaikan pekerjaan/kegiatan yang bersangkutan.
Telah diperhitungkan hambatan atau gangguan yang mungkin terjadi.
o Kondisi area kerja.
o Cuaca, musim, gangguan/kejadian, gempa dan lain-lain.
o Ketersediaan sumber daya, material, tenaga kerja, peralatan kerja,
dana/finansial, dan lain-lain.
o Ketergantungan dengan pekerjaan/ proyek lain yang mendahuluinya dan
kelanjutannya.
o Prosedur administrasi yang harus dilengkapi sebelum pekerjaan dimulai.
Asumsi apa pun yang digunakan dalam perencanaan waktu aktivitas harus
didokumentasikan.
Selama pelaksanaan proyek asumsi yang diperhitungkan harus selalu ditinjau kembali
untuk memastikan bahwa tidak ada hambatan yang timbul dari kesalahan asumsi
terhadap kenyataan selama aktivitas dilakukan.
2018 Perencanaan dan Pengendalian Proyek Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 Prihadmadi Anggoro Seno, ST, MT http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Ervianto, Wulfram, I. (2005), Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi), Edisi III, Andi,
Yogyakarta.
2. Project Management Institut, (2008). Guide to Project Management Body of Knowledge,
fourth Edition.
3. T. Raz, R. Barnes, D. Dvir, “A Critical Look at Critical Chain Project Management”, in
Project Management Journal, ABI/INFORM Global, 2003
4. G.I. Kendall, G. Pitagorsky and D. Hulett, “Integrating Critical Chain and the PMBOK®
Guide”, International Institute for Learning, Inc, 2001
5. Moder J. J., Philips C. R., Davis E. W. (1983), Project Management with CPM, PERT and
Precedence Diagramming, Van Nostrand Reinhold Co.
6. Husen, Abrar, (2008), Manajemen Proyek, Penerbit Andi, Yogyakarta.
7. Prasetya, H. dan Lukiastuti, F. (2009), Manajemen Operasi, MedPress, Yogyakarta.
8. Setyawan, A.A. (2007), Evaluasi Pengendalian Waktu dan Biaya (Studi Kasus Proyek
Pembangunan Jembatan Ngantru Desa Gabus Kabupaten Pati Jateng), Tesis, Universitas
Islam Sultan Agung, Semarang.
9. Soeharto, Iman (1999), Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional), Jilid I,
Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.
10. Weaver, Patrick (2006), A Brief History ofSchedulling, Project Services Pty Ltd, Canberra.