Anda di halaman 1dari 4

Informasi Perkembangan pada Baterai

Teknologi merupakan salah satu hal yang paling dinamis di dunia ini. Dalam beberapa tahun saja,
kita bisa melihat perkembangan teknologi yang sangat pesat di berbagai bidang. Salah satu contohnya
adalah perkembangan dari penggunaan perangkat penyimpanan daya atau yang sering disebut dengan
istilah “baterai”.

Baterai adalah reaktor kimia kecil yang menghasilkan elektron berenergi tinggi yang digunakan
untuk menyimpan daya yang kemudian dapat dimanfaatkan pada perangkat lain dengan mereaksikan
injeksi ke peralatan eksternal.

Penemu Baterai

Alessandro Volta, seorang fisikawan Italia, adalah orang pertama yang menemukan baterai pada
tahun 1800. Volta membangun sumber energy listrik pertama secara elektrokimia yang kemudian dikenal
dengan satuan “volt” sebagai besaran untuk mengukur tegangan listrik. Volta juga membuat penemuan
penting lain dalam bidang pneumatik, serta meteorologi dan elektrostatika.

Pada tahun 1779 Volta menemukan “tumpukan volta”, metode praktis pertama untuk
memproduksi listrik. Tumpukan volta dibuat dengan menumpuk piringan tembaga dan cakram seng
secara berselingan dengan potongan karton yang dicelupkan dalam air garam ditempatkan di antara
kedua piringan tersebut.Tumpukan tersebut mampu menghasilkan arus listrik. Penemuan ini diakui
sebagai baterai pertama yang menghasilkan arus listrik secara konsisten dan dapat diandalkan.

Luigi Galvani, yang hidup sezaman dengan Alessandro Volta, sebelumnya mengajukan teori
galvanik yang menyatakan bahwa jaringan hewan memiliki beberapa bentuk listrik di dalamnya. Sebagai
bentuk sangkalan terhadap teori Galvani, Alessandro Volta menunjukkan bahwa listrik dihasilkan ketika
logam yang berbeda seperti kuningan dan besi kontak satu sama lain dalam suasana lembab, dan tidak
melalui jaringan hewan.

Sejarah Perkembangan Baterai

Berikut akan disajikan sejarah perkembangan baterai dari masa ke masa:

1748 – Istilah ‘baterai’ mulai dikenal setelah Benjamin Franklin mendefinisikannya sebagai susunan pelat
kaca yang diberi arus.

1780 – 1786 – Teori bahwa aliran listrik terdapat di sel-sel hewan dikemukakan oleh Luigi Galvani, yang
menyediakan landasan bagi ilmuwan lain untuk penelitian lebih lanjut.

1800 – Alessandro Volta menemukan tumpukan volta, yang merupakan baterai pertama yang
menghasilkan arus listrik konsisten.

1836 – Sel Daniel diciptakan oleh John Daniel, yang terdiri dari seng dan elektrolit tembaga dan dianggap
jauh lebih aman daripada baterai yang ditemukan oleh Volta.

1839 – Sel bahan bakar pertama diciptakan oleh William Grove, yang menghasilkan arus listrik dengan
menyatukan oksigen dan hidrogen.
1839 – 1842 – Berbagai ilmuwan dan penemu banyak melakukan penyempurnaan terhadap baterai
dengan menggunakan elektroda cair untuk menghasilkan listrik.

1859 – Baterai timbal-asam (aki) yang bisa diisi ulang (recharge) diciptakan oleh penemu Perancis, Gaston
Plante. Mobil dan kendaraan bermotor lain masih menggunanakan aki hingga kini dengan prinsip kerja
yang sama.

1866 – Baterai karbon-seng dipatenkan oleh seorang Prancis bernama Georges Leclanche.

1881 – Baterai pertama yang memiliki elektroda negatif dan pot berpori dalam wadah seng ditemukan
dan dipatenkan oleh JA Thiebaut.

1881 – Baterai sel kering pertama ditemukan oleh Carl Gassener. Penemuan ini juga menuai sukses secara
komersial.

1899 – Baterai nikel-kadmium, yang juga dapat diisi ulang, ditemukan oleh Waldmar Jungner.

1901 – Baterai alkaline ditemukan oleh Thomas Edison.

1949 – Baterai alkaline kecil diciptakan oleh Lew Urry.

1954 – Baterai surya pertama diciptakan oleh Calvin Fuller, Daryl Chapin, dan Gerald Pearson.

Pengembangan Temuan Baterai

Sebagai informasi, baterai lithium ion yang saat ini banyak diaplikasikan untuk perangkat mobile,
pertama kali dikembangkan oleh seorang peneliti bernama John Goodenough. Dia adalah anggota dari
tim yang menyelesaikan pembuatan konsep baterai lithium ion puluhan tahun yang lalu.

Namun kini, ternyata sosok penemu terkenal tersebut belum ingin berhenti menciptakan
teknologi terbaru. Hal tersebut dibuktikan dalam laporan sebuah penelitian yang ia lakukan dengan
beberapa peneliti lain, untuk mengembangkan sebuah teknologi baterai baru diperlukan daya tahan serta
kelebihan dibanding baterai lithium ion.

Mengenai konsep umum dari baterai terbaru tersebut, Goodenough mencoba untuk mengganti
komponen utama yang ada di baterai lithium ion saat ini. Komponen tersebut adalah cairan elektrolit.
Saat ini, cairan elektrolit masih dianggap sebagai salah satu komponen yang paling penting serta belum
tergantikan.

Namun permasalahannya adalah, banyak kejadian dimana baterai yang disusun oleh cairan
elektrolit akhirnya bisa meledak serta tidak mampu berfungsi untuk perangkat yang berada di suhu
rendah.

Oleh karena itu, tim Goodenough mencoba untuk mengganti cairan elektrolit tersebut dengan
komponen lain yakni kaca. Dengan menggunakan kaca, baterai konsep baru ini diperkirakan bisa mengisi
daya jauh lebih cepat, serta memiliki kemampuan simpan yang 3 kali lebih baik daripada baterai lithium
ion.
Tidak hanya itu saja, kelebihan dari penggunaan kaca juga dapat mengurangi kemungkinan
perangkat yang meledak disamping juga bisa beroperasi untuk perangkat bersuhu rendah.

Dalam beberapa tahun terakhir, sudah cukup banyak peneliti di seluruh dunia yang mencoba
untuk mengembangkan perangkat penyimpanan daya energi yang lebih baik dari yang ada yang saat ini.
Penelitian tersebut digulirkan dengan cara mencoba berbagai perangkat atau komponen baru yang dapat
menggantikan komponen yang sudah ada. Oleh karena itu, penelitian dari Goodenough sudah
dikomunikasikan lewat jurnal Energy & Envrionmental Science untuk bisa lebih dikenal oleh peneliti di
seluruh dunia. Ternyata, konsep tersebut mampu menarik perhatian banyak sekali peneliti.

Permasalahan yang umum ditemui dalam penciptaan perangkat penyimpan daya adalah,
kebanyakan dari ide yang muncul sulit untuk direalisasikan atau bahkan tidak mungkin untuk diproduksi.
Salah satunya yaitu teknologi magnesium solid-state yang memiliki elektrolit padat. Selain itu baterai,
lithium ion yang ada saat ini, dirasa sudah tidak bisa dikembangkan lagi karena telah berada di titik
batasnya. Pemikiran tersebut didukung dengan fakta bahwa banyak sekali perangkat mobile yang
menggunakan pengembangan baterai lithium ion, justru akhirnya tidak mampu menahan dan
mengakibatkan adanya ledakan. Jika memang penelitian yang dilakukan oleh Goodenough berhasil
menemukan komponen yang lebih baik, tentu hasil dari baterai teknologi baru tersebut bisa sangat
membantu.

Dari situ pengembangan berlanjut untuk menemukan versi baterai lithium ion yang lebih baik.
Salah satunya yakni mengganti bahan lithium dengan bahan sodium di dalam baterai. Sodium yang bisa
didapatkan lewat ekstraksi air laut, tentu akan lebih mudah serta memiliki harga yang lebih murah.

Namun, untuk benar-benar bisa diproduksi yang digunakan, temuan dari Goodenough masih
harus terus dikembangkan.

Dikutip dari sindonews, berikut merupakan perkembangan teknologi yang kita gunakan sejak
ekosistem smartphone berekembang :

Lithium-Ion

Baterai lithium-ion (Li-ion) sebagian besar digunakan perangkat elektronik saat ini. Material
tersebut memiliki banyak nilai positifnya, antara lain harganya murah untuk diproduksi, dapat memiliki
kapasitas tinggi, dan bisa mengisi daya dengan cukup cepat.

Namun Li-ion juga menyimpan risiko negatif. Misalnya, degradasi kapasitas yang menyebabkan
baterai hanya bertahan sekitar dua tahun dan lebih cepat panas. Artinya usia baterai pendek dan bisa
menyebabkan kebakaran.
Teknologi Graphene

Salah satu masalah dengan pengisian cepat adalah menyebabkan kerusakan baterai lebih cepat.
Nah belakangan ada penelitian baru yang menunjukkan bagaimana peneliti dari Samsung dan Universitas
Nasional Seoul mampu melapisi elektroda dengan graphene.

Hal ini memungkinkan mereka membuat baterai yang bisa diisi penuh hanya dalam 12 menit, atau
lima kali lebih cepat dari teknologi saat ini. Baterai itu juga memiliki kapasitas 45%. Pemimpin proyek, Dr
Son In-hyuk mengatakan, penelitian mereka memungkinkan sintesis massal graphene material komposit
multifungsi dengan harga terjangkau.

Hasil penelitian tersebut membuat ke depan baterai akan memiliki kapasitas lebih tinggi,
beroperasi pada suhu yang stabil, dan mengisi dengan sangat cepat tanpa degradasi baterai signifikan.
Samsung mencatat bahwa baterai jenis ini akan sangat berguna untuk kendaraan listrik yang saat ini
membutuhkan waktu lama untuk mengisi daya.

Anda mungkin juga menyukai