Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK PERBAIKAN TANAH

 Materi-Materi Kuliah Teknik Perbaikan Tanah:


1. Tanah-tanah yang bermasalah bagi konstruksi dan
metode penanganannya
2. Jenis-jenis metode/teknik perbaikan tanah yang
dapat dilakukan.
3. Geosintetik dan Aplikasinya
4. Perancangan vertical drains
5. Perancangan perkuatan tanah
6. Perkuatan Timbunan
REFERENSI :
1. Hausmann Manfred. R. 1990, Engineering
Principles of Ground Modification, McGraw-Hill.
2. Koerner, 1994, Designing with Geosynthetics,
Prentice Hall.
3. Suryolelono, Kabul Basah, 2000, Geosintetik
Geoteknik, Nafiri
TANAH BERMASALAH
(DIFFICULT SOIL)

 Tanah Lempung Lunak (Soft Soil)


 Tanah Gambut (Peat Soil)
 Tanah Ekspansif (Swelling Soil)
 Tanah Runtuh (Collapsible soil)
 Tanah Rentan Likuifaksi
TANAH LEMPUNG LUNAK

Definisi:

Tanah lempung lunak (soft clay) didefinisikan sebagai


tanah lempung yang memiliki:
• kuat geser undrained, Cu < 0.25 kg/cm2 , atau
• perkiraan nilai SPT, N < 5 blows/ft, atau
• nilai perlawanan konus qc < 15 kg/cm2
TANAH LEMPUNG LUNAK
PERMASALAHAN GEOTEKNIK DAN PENANGANAN
PERMASALAHAN
 Muka air banjir relatif tinggi

 Daya dukung sangat rendah

 Kompresibilitas tinggi

 Konsolidasi terjadi dalam waktu lama

PENANGANAN:
 Prakonsolidasi

 Penggunaan Vertical drain (Sand drain atau PVD)


 Geosintetis

 Pondasi tiang
TANAH GAMBUT
Definisi:

Tanah gambut (peat soil) merupakan tanah yang


mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar
sehingga mempengaruhi sifat rekayasa tanah tersebut.
Dengan demikian sistem klasifikasi tanah berbeda
dengan tanah lempung.

Sistem klasifikasi yang umum berlaku (USCBR, USCS


yang kemudian digunakan oleh ASTM, dan AASHTO
tidak menyebutkan klasifikasi tanah gambut)
KLASIFIKASI TANAH GAMBUT MENURUT ASTM 1969 (DS2607)

No. Nama Keterangan


Sphagnum Moss Apabila dikeringkan pada suhu 1050C, kandungan serat dari
1. Peat
(Peat Moss) sphagnum moss minimum 66 2/3 %

Apabila dikeringkan pada 1050C, kandungan seratnya minimum


Hypnum Moss
2. 33 1/3 % dimana lebih dari 50 % dari serat –serat tersebut berasal
Peat
dari bermacam – macam jenis hypnum moss peat

Apabila dikeringkan pada 1050C, kandungan seratnya minimum


Ree Sedge
3. 33 1/3 % dimana lebih dari 50 % dari serat – serat tersebut berasal
Peat
dari ree-sedge peat dan dari non moss yang lain

Apabila dikeringkan pada 1050C, kandungan seratnya kurang dari


4. Peat Humus
33 1/3 %

Peat – peat yang Gambut yang dikelompokkan disini adalah semua tanah gambut
5.
lain yang tidak masuk dalam 4 kelompok diatas.
KLASIFIKASI MENURUT MAC FARLANE (1969)

 Fibrous Peat (berserat),


merupakan tanah gambut yang mempunyai kandungan serat sebesar 20%
atau lebih, dan gambut ini mempunyai dua jenis pori yaitu makropori (pori
diantar serat) dan mikropori (pori yang ada didalam serat-serat yang
bersangkutan).
bersifat nonplastis dan konsolidasi sekunder dominan (teori Terzaghi
tidak berlaku)

 Amorphous Granular Peat (Tak berserat, Lempung organik),


merupakan gambut yang mempunyai kandungan serat kurang dari 20% dan
terdiri dari butiran dengan ukuran koloidal, serta sebagian besar air porinya
terserap disekeliling permukaan butiran gambut
bersofat plastis, dan perilaku pemampatan seperti pada tanah
lempunglunak (Metode Terzaghi berlaku)
KLASIFIKASI VON POST (1992),
Skala
Keterangan
gambut yang sama sekali belum membusuk, yang mengeluarkan air cukup jernih. Sisa-
H1 sisa tumbuhan yang ada akan dengan mudah diidentifikasikan. Tak ada material amorf
yang terlihat.
gambut yang hampir seluruhnya belum mengalami pembusukan sama sekali, yang
mengeluarkan air cukup jernih atau sedikit kekuning-kuningan. Sisa-sisa tumbuhan
H2
yang ada akan dengan mudah diidentifikasikan. Tak ada material amorphous yang
terlihat.
gambut yang sangat sedikit mengalami pembusukan, yang mengeluarkan air keruh dan
berwarna coklat, tapi jika diremas tak ada bagian gambut yang melalui sela-sela jari.
H3
Sisa-sisa tumbuhan yang ada masih dapat dengan mudah diidentifikasikan. Tak ada
material amorf yang terlihat.
gambut yang sedikit mengalami pembusukan, yang mengeluarkan air gelap dan sangat
keruh. Jika diremas tak ada bagian gambut yang melalui sela-sela jari tapi sisa-sisa
H4
tumbuhan yang ada sedikit berbentuk seperti bubur dan telah kehilangan beberapa ciri
yang dapat dikenali.
gambut yang mengalami pembusukan sedang yang mengeluarkan air sangat keruh dan
jika diremas akan ada sedikit butiran gambut amorf melalui sela-sela jari. Struktur dari
H5 sisa-sisa tumbuhan sedikit sukar untuk dikenali, walaupun masih memungkinkan untuk
mengidentifikasikan ciri-ciri tertentu. Dan sisa-sisa tumbuhan tersebut berbentuk seperti
bubur.
KLASIFIKASI VON POST (1992),
Skala
Keterangan
gambut yang hampir separuhnya mengalami pembusukan dengan struktur tumbuhan
yang sukar untuk dikenali. Jika diremas sekitar sepertiga bagian dari gambut akan
H6 keluar melewati sela-sela jari. Sisa-sisa tumbuhan tersebut hampir seluruhnya berbentuk
seperti bubur dan menunjukkan struktur tumbuhan yang lebih mudah untuk dikenali
dibandingkan sebelum diremas.
gambut yang lebih dari separuhnya telah membusuk. Mengandung banyak material
amorf dan struktur tumbuhan sangat kering yang sukar dikenali. Jika diremas sekitar
H7
setengah bagian dari gambut akan keluar melewati sela-sela jari. Kalaupun ada air yang
keluar, akan berwarna sangat gelap.
gambut yang hampir seluruhnya telah membusuk dengan sejumlah besar material amorf
dan struktur tumbuhan sangat kering yang sukar dikenali. Jika diremas sekitar 2/3
H8 bagian dari gambut akan keluar melewati sela-sela jari. Sejumlah kecil sisa-sisa
tumbuhan akan tertinggal di tangan berupa sisa-sisa akar dan serat yang tidak
membusuk.
gambut yang telah membusuk seluruhnya dimana hampir tidak ada lagi sisa-sisa
H9 struktur tumbuhan yang dapat dilihat. Jika diremas, hampir seluruh gambut akan keluar
melewati sela-sela jari dalam bentuk pasta yang hampir seragam.
gambut yang telah membusuk sempurna tanpa ada struktur tumbuhan yang dapat
H10 dilihat. Jika diremas, seluruh bagian gambut yang basah akan keluar melewati sela-sela
jari.
PARAMETER PENTING

 Specific Garavity (Gs), Kadar air (w)


 Kandungan abu, kandungan organik, kandungan serat
 Parameter konsolidasi (tergantung jenis)
 Klasifikasi
 Koefisien tekanan tanah lateral (Ko)
PERMASALAHAN GEOTEKNIK
 Muka air tanah tinggi
 Daya dukung sangat rendah

 Kompresibilitas tinggi

 Konsolidasi sekunder berlangsung sangat lama

 Proses dekomposisis berlangsung lama

 Kestabilan dalam arah lateral

 Overall sliding
LANGKAH PENANGANAN MASALAH
LANGKAH PENANGANAN
 Tentukan jenis tanah berdasarkan serat

 Tentukan metode prediksi pemampatan di lapangan

 Tentukan metode stabilisasi

METODE STABILISASI
 Penggunaan Material ringan

 Timbunan dengan perkuatan geotekstil

 Preloading

 Preloading + geotekstil

 Sand drain (Bukan PVD)

 Pemasangan cerucuk, dolken, minipile


HAL YANG PERLU DIHINDARI BERKAITAN
DENGAN STABILISASI TANAH GAMBUT

 Hindari metode stabilisasi secara kimiawi (kapur, semen,


dll)
 Gambut tidak mengandung “water insoluble gel” dari
Ca CO3 yang berfungsi mengikat partikel
 Bahan organik masih mengalami proses dekomposisi
 Stabilisasi hanya dipermukaan tidak feasible untuk tanah
gambut
 Hindari penggunaan PVD untuk vertical drain karena
pemampatan konsolidasi terjadi dalam waktu yang singkat
dan organik content dapat memblok aliran
 Hati-hati dengan pemakaian beton sebagai pondasi karena
sifat gambut yang korosif
TANAH EKSPANSIF

Definisi:

Tanah ekspansif adalah tanah yang memiliki sifat


kembang susut yang besar dan perilakunya sangat
dipengaruhi oleh air
IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI
TANAH EKSPANSIF
• Berdasarkan kandungan mineralnya: Montmorillonite
dan bentonite merupakan mineral tanah ekspansif

• Berdasarkan kandungan unsur kimianya, makin tinggi


valensi dari unsur yang ada makin mudah partikel lempung
menyerap air

• Berdasarkan konsistensi tanah (LL, PL, IP, SL) dan


kandungan koloidnya
PERMASALAHAN GEOTEKNIK DAN
PENANGANAN
PERMASALAHAN
 Retak pada lantai dan dinding basement bangunan
 Retak memanjang pada perkerasan jalan
 Stabilitas dalam arah lateral
 Kembang susut terjadi terus menerus

TEKNIK PERBAIKAN TANAH


 Penggantian tanah atau rigid pavement untuk jalan
 Lantai bangunan dipisahkan dari tanah pondasi (plat wafel)
 Hindarkan pengaruh air
 Pondasi tiang
 Stabilisasi Kimia (kapur, semen, fly ash, ASP, dll)
TANAH RENTAN LIKUIFAKSI

Likuifaksi adalah peristiwa dimana tanah jenuh air


berubah perilakunya menjadi seperti benda cair (liquify)
akibat beban dinamis (biasnya akibat gempa) sehingga
menimbulkan bahaya yang cukup besar terhadap
konstruksi diatasnya

Potensi likuifaksi dari suatu lapisan tanah dapat


ditentukan dari kombinasi sifat-sifat tanah, faktor
lingkungan dan karakteristik gempa.
POTENSI LIKUIFAKSI

Bedasarkan sifat-sifat tanah: Modulus geser (G),


damping (redaman, J), porositas (n), karakteristik
butiran, dan kepadatan relatif (Dr).

Faktor Lingkungan: Riwayat pembentukan tanah,


riwayat geologis, koef tekanan tanah lateral (Ko),
confining stress (so)

Karakteristik gempa: Intensitas getaran, lama


getaran, besar dan arah getaran
PERBAIKAN TANAH RENTAN LIQUIFAKSI
 Meningkatan kerapatan (densifikasi)
 Perbaikan dengan cara kimiawi (Solidifikasi)
 Menurunkan derajat kejenuhan dengan
dewatering
 Dissipasi tekanan air pori dengan drainase
 Kontrol deformasi (memasang dinding
diafragma)
 Memperkuat pondasi
 Penggunaan flexible joint dalam struktur untuk
mengurangi bahaya likuifaksi
 Penggunaan geogrid untuk memperkuat pondasi
 Penggunaan sheet-pile untuk embankment
(timbunan)
TANAH COLLAPSIBLE

Tanah collapsible adalah jenis tanah yang akan


mengembang pada saat ditambahkan air, namun apabila
kadar air meningkat melebihi kondisi optimum sehingga
kejenuhan melebihi 100%, tanah akan runtuh akibat
hancurnya ikatan antar butiran tanah (tanah berperilaku
seperti lumpur). Umumnya terjadi pada tanah yang
mempunyai kohesi rendah seperti:

Silt, tanah tak jenuh, tanah loess, tanah timbunan yang


dipadatkan pada kondisi dry of optimum
IDENTIFIKASI TANAH COLLAPSIBLE

• Specific gravity antara 2,6 – 2,8


• Sebagian besar partikel lolos saringan no 200
• Kerapatan kering di lapangan antara 1 – 1,65 t/m3
• Kerapatan kering pada kondisi optimum 1,55 – 1,75 t/m3
• Batas Atterberg LL 25 – 55%; PL 15 – 30%
• Kadar air optimum 12 – 20%
• Angka pori 0,67 – 1,50
PERMASALAHAN GEOTEKNIK DAN
PENANGANAN
PERMASALAHAN
 Penurunan yang besar (excessive settlement)
 Penurunan yang berbeda (differential settlement)
 Peneurunan terjadi secara tiba-tiba

LANGKAH PENANGANAN
 Pengamatan yang teliti pada kondisi tanah
 Memampatkan atau menjenuhkan tanah sebelum kegiatan
konstruksi
 Hindarkan pengaruh air
 Pondasi tiang
 Stabilisasi Kimia (kapur, semen, fly ash, ASP, dll)

Anda mungkin juga menyukai