Anda di halaman 1dari 5

1.

Engkatu ada matarenngi naigajannge


aEKtU ad mtrEGI naIgjeG .

Artinya : Ada perkataan lebih tajam dari keris.


Fungsi : Supaya anak memelihara selalu bahasanya kepada orang lain.
Nilai : Pendidikan Akhlak.

2. Ajja mutudang risumpannge, mulawai dalle e


aj mUtUd rIsUpeG, mUlwaI delea .

Artinya : Jangan duduk dimuka pintu, kau menghambat rezeki.

Fungsi : Supaya anak tidak menghalangi orang yang mau lewat.

Nilai : Pendidikan Tatakrama.

3. Resopa temmanginngi namalono naletei pammase dewata e


ersOp tEmGIGI nmlOmO neletai pmes edwt .

Artinya : Hanya kerja disertai ketekunan, mudah mendatangkan rezeki Tuhan.


Fungsi : Agar anak tidak malu bekerja keras untuk mendapat rezeki .
Nilai : Pendidikan kerajinan dan ketekunan.

B. Cara pengorganisasian pesan yang akan disampaikan dalam pappaseng.


Pappaseng dapat dikatakan bersinonim dengan pangaja yang bermakna nasihat,
namun pappaseng tidak cukup dimaknai sama dengan kata pangaja. Pappaseng lebih
menekankan pada ajaran moral yang patut dituruti, sedangkan pangaja menekankan
pada suatu tindakan yang harus dilakukan atau dihindarkan ( Depdiknas, 2010;215 ).
Sebagai bentuk ekspresi pikiran, pappaseng sering disampaikan dalam ber-bagai
peristiwa, pertemuan, hajatan, pidato dan sebagainya. Dalam berpidato, pembicara
biasanya menyampaikan pappaseng untuk menghidupkan suasana. Biasanya
penyampaian pidato yang dibumbui dengan pappaseng tidak akan membosankan dan
lebih menarik bagi pendengar. Pendengar biasanya akan lebih serius karena
pappaseng yang disampaikan itu berisi pesan-pesan moral yang dirasakan sangat
bermanfaat dalam menjalani kehidupan. Meskipun demikian, kita mengharapkan
pappaseng itu tidak hanya sebatas didengarkan, diimplementasikan dalam berbagai
aspek kehidupan.
Dalam kaitannya dengan upaya pewarisan nilai papaseng dan representasi norma
dan falsafah hidup masyarakat Bugis Sulawesi Selatan, beberapa pendahulu kita telah
menulis dengan berbagai cara, metode dan strategi yang berbeda-beda.
Pengorganisasian pesan yang disampaikan dalam pappaseng pun disampaikan dengan
cara yang berbeda. Penulis akan mengemukakan sebagai berikut:
1. Penyampaian Pappaseng dengan cara dialog.
Penyampaian pesan dalam pappaseng dengan cara dialog dapat dilihat pada
contoh kutipan di bawah ini :
Makkedai Arumpone : “Kega riaseng macca pinru ada Kajao?
Makkedai Kajao Laliddong : Ianaritu Arumpone riaseng macca duppai ada,
tau tettassalae ri rapannge
Makkedai Arumpone : Kegana riaseng tau tenngallupang surona ri ada
tongennge, Kajao?
Makkedai Kajao Laliddo : Ianaritu Arumpone riaseng tau tenngallupang
surona ri ada tongennge, tau tettakkalupae ri bicarae.

Dari cuplikan dialog tersebut, dapa diperoleh gambaran bagaimana cara


Arumpone bertutur kata dalam menyampaikan pertanyaan-pertanyaan, demikian pula
Kajao Laliddo dalam menjawab pertanyaan. Tutur kata yang sangat apik, santun,
jelas, dan memberikan jawaban-jawaban bijaksana namun tegas. Karakter seperti ini
diharapkan dapat diturunkan kepada generasi yang ada sekarang dan generasi
mendatang.
Contoh lain yang dikutip dari Pappasenna To Maccae ri Luwu sibawa Kajao
Laliddong ri Bone yang telah diikuti oleh Ambo Enre (1985/1986), menunjukkan
beberapa hal penting untuk memperlihatkan bagaimana para leluhur kita
menyampaikan pesan-pesan moral secara ari, bijaksana, dan tegas. Hal ini dapat
dilihat pada penyajian dialog anatara Tomaccae ri Luwu dengan Kajao Laliddo
Makkedai L Baso : Aga lamperi sunge neneq?
Makkedai Tomaccae ri Luwu : Nala lamperie sungeq, lempuqe. Eppa gauna
tomalempue. Seuwani, risalae nadampeng, Maduanna, riparennuange
tennapajekkoi, bettuwanna risanresi teppabelleang. Matellunna,
temmangoaenngi taniae anunna. Tessesse deceng koalenami pedecenngi.

Kutipan naskah pappaseng tersebut menunjukkan bahwa sejak zaman dahulu,


masyarakat Bugis hidup dengan nilai-nilai budaya yang sangat kuat, beretika, dan
bermartabat. Nilai-nilai yang terkandung dalam pappaseng tersebut sangat penting
dalam upaya membentuk karakter dan membangun jati diri masyarakat Bugis.

2. Penyampaian pesan dalam Pappaseng dalam bentuk elong


Penyampaian pesan dalam pappaseng dalam bentuk elong dapat dilihat pada
contoh kutipan di bawah ini :
Tudannga ri pesonaku
Sanreka ri totoku
Kutajeng pammase

Terjemahan :
Kududuk bertawakkal
Bersandar pada nasib
Kunantikan berkah
3. Penyampaian pesan dalam bentuk kalimat imperatif
Penyampaian pesan dalam pappaseng dalam kalimat imperatif dapat dilihat
pada contoh kutipan di bawah ini :
Mattuo ri teppeqmu
Ajak muwelimpeling
Ri kasiwiammu

Terjemahan :

Pelihara imanmu
Janganlah engkau lengah
Terhadap amal ibadahmu

4. Penyampaian pesan dalam bentuk kalimat-kalimat pernyataan


Penyampaian pesan dalam pappaseng dalam kalimat pernyataan dapat dilihat
pada contoh kutipan di bawah ini :

Tinulu kuala tonra


Pata kuala guling
Pesona sompekku

Terjemahan :

Rajin kujadikan pegangan


Teliti kujadikan kemudi
Tawakkal layarku

5. Penyampaian pesan dalam bentuk ungakapan


Penyampaian pesan dalam pappaseng dalam bentuk ungkapan dapat dilihat
pada contoh kutipan di bawah ini :

aj mUmealo ntunai esek ptunai aEREeG lbo pburu


Ajak mumaeloq natunai sekkeq patunai enrennge labo paqburuq
“ Janganlah hendaknya mau dihina oleh pelit yang menghinakan dan boros
yang menghancurkan “

Dari beberapa contoh ada papaseng yang dikemukakan pada pembahasan


bagian ini, menunjukkan cara perorganisasian pesan yang berbeda-beda. Ada yang
disampaikan dalam bentuk dialog, elong, kalimat imperatif, kalimat deklaratif, dan
ungkapan. Meskipun demikian, tidaklah berati bahwa bentuk-bentuk penyampaian
pesan dalam pappaseng terbatas pada cara-cara tersebut melainkan mungkin saja
masih ada cara lain yang belum diungkap dalam tulisan ini.
C. Contoh pappaseng dan nilai-nilai utama yang terkandung di dalamnya, dan
dijadikan sebagai tatanan hidup masyarakat.

1. Nilai berkaitan dengan kejujuran

Kejujuran merupakan landasan pokok dalam menjalin hubungan dengan


sesama manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat mendasar di dalam
kehidupan manusia. Dalam Pappaseng diungkapkan sebagai berikut :

mkEdai to riaoloea : nko aEK muealorE npogau tauea rpGi


lopi mealopo tonGiwi muptonGiaGi tauea riesw mlEpu mkuaea
.

Makkedai To Rioloe : “ Nakko engka mueloreng napogauk taue, rapangi lopi.


Maelopo tonangiwi mupatonangianngi taue. Ianaro riaseg malempu makkuwae “

Terjemahan :

“ Orang tua-tua (leluhur) berkata : “ Sekiranya ada sesuatu yang engkau kehendaki
dilakukan oleh orang lain, andaikanlah hal itu adalah perahu. Jika engkau sendiri
besedia menumpanginya, barulah engkau menyuruh orang lain menumpanginya.
Yang demikian itulah disebut jujur. “

2. Nilai-niai yang Berkaitan dengan Kegotongroyongan

Ada pernyataan menarik dari orang Belanda bahwa orang Bugis-Makassar


tidak boleh menjadi terntara karena tidak disiplin, semuanya mau jadi komandan. Dan
sifat ini terlihat ketika berlayar tidak mau kalah dan harus selalu menjadi ponggawa.
Namun, dibalik watak yang keras itu, terdapat pula sikap positif bahwa masyarakat
Sulawesi Selatan, meskipun tradisional tetapi saling dinamis dan memiliki solidaritas
dan sifat kegotongroyongan. Hal ini terungkap dalam pappaseng berikut ini :

rEb siptoko “ Rebba sipatokkong

mli siprpE Mali siparappe

mlilu sipkaiGE Malilu sipakainge “

Terjemahan :

“Rebah, saling menegakkan

Hanyut terbawa arus, saling mendamparkan

Hilaf, saling memperingati “

Anda mungkin juga menyukai