Anda di halaman 1dari 16

BAB III

INDUKSI MATEMATIKA

A. Pentingnya Induksi Matematika


Bab ini kita awali dengan menyajikan dua buah pola. Pola pertama adalah
tentang jumlah n bilangan ganjil pertama, dan pola ke dua adalah banyak sisi dari
sebuah graf lengkap (komplit) dengan n titik (K).
Berapakah jumlah n bilangan ganjil pertama, atau 1 + 3 + 5 + 7+ …. + n = ?

Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat mencobanya untuk n = 1, 2, 3, 4, 5.


n=11=1
n=21+3=4
n=31+3+5=9
n = 4  1 + 3 + 5 + 7 = 16
n = 5  1 + 3 + 5 + 7 + 9 = 25 (jumlah 5 bilangan ganjil positif pertama:
55 = 25)

Dari hasil-hasil di atas terlihat bahwa jumlah n bilangan ganjil pertama adalah n2.

Selanjutnya, perhatikan beberapa graf lengkap (komplit) berikut! Berapakah


banyak masing-masing sisinya? Berapa banyak sisinya jika graf tersebut
mempunyai n titik?
• • • •
• • • •

K1 K2 • •
K3 • • •

K4 K5

54
Banyak sisi K1 = 0
Banyak sisi K2 = 1 = (2.1)/2
Banyak sisi K3 = 3 = (3.2)/2
Banyak sisi K4 = 6 = (4.3)/2
Banyak sisi K5 = 10 = (5.4)/2
Hasil ini menunjukkan bahwa banyak sisi graf lengkap dengan n titik =
𝑛(𝑛−1)
2
Dari dua contoh di atas, apakah kesimpulan (sementara) yang diperoleh benar?
Apakah bisa dijamin bahwa jumlah 1.000 bilangan ganjil positif pertama = 1.0002,
atau banyak sisi graf lengkap dengan 1.000 titik = 1.000(1.000 - 1)/2?
Proses menemukan pola umum seperti yang digambarkan di atas dilakukan
secara induktif. Proses pembuktian seperti ini belum terjamin kebenarannya
secara matematis, oleh sebab itu diperlukan metode lain. Induksi Matematika
digunakan oleh matematikawan untuk membatu menyelesaian permasalahan ini.
Prinsip Induksi Matematika adalah metode pembuktian yang biasanya
digunakan untuk membuktikan bahwa suatu proposisi atau pernyataan adalah
benar untuk semua bilangan Asli (1,2,3, ...). Induksi Matematika merupakan suatu
teknik yang dikembangkan untuk membuktikan pernyataan dalam matematika.
Induksi Matematika juga digunakan untuk mengecek hasil proses yang terjadi
secara berulang sesuai pola tertentu. Prinsip ini mempunyai berbagai variasi
bentuk dan banyak digunakan dalam matematika diskrit dan ilmu komputer,
misalnya kompleksitas algoritma, teorema mengenai graf, identitas, dan
ketidaksamaan yang melibatkan bilangan bulat, dan lain-lain.
Induksi matematik berlaku seperti efek domino, seperti terlihat pada ilustrasi
berikut. Sejumlah batu domino diletakkan berdiri dengan jarak ruang yang sama
satu dengan yang lain. Untuk merebahkan domino kita hanya cukup mendorong
domino 1 ke kanan. Jika Domino 1 didorong ke kanan, ia akan mendorong
domino ke 2, domino 2 mendorong domino ke 3, dan seterusnya, sampai semua
domino rebah ke kanan.

55
Nantinya kita akan melihat, bahwa jika suatu pernyataan berlaku untuk suatu
kondisi, maka dengan induksi matematika kita akan dapat membuktikan bahwa
pernyataan tersebut juga akan berlaku untuk semua kondisi yang lain.

B. Prinsip Induksi Sederhana


Ada beberapa versi penyajian prinsip Induksi Matematika, namun kita akan
memulai membahas yang paling sederhana, dalam bentuk sebuah teorema sebagai
berikut.
Misal S subset dari N (bilangan asli) dan jika:
(1) 1  S
(2) jika k  S maka (k+1)  S,
maka S = N

Bukti:
Kita akan membuktikan teorema ini dengan kontradiksi. Misalkan S  N, maka
himpunan N – S tidak kosong. Berdasarkan sifat terurut dengan baik (well
ordering property) dari bilangan Asli, yaitu:

56
jika S adalah subset dari N dan jika S   , maka terdapat suatu m  S
sedemikian sehingga m  k, untuk setiap k  S (Bartle,1991)

Diketahui bahwa N – S akan memuat suatu unsur terkecil. Misalkan m adalah


unsur terkecil dari N-S. Karena 1  S, maka menurut hipotesis (1), kita tahu
bahwa m  1. Selanjutnya, untuk m > 1 mengakibatkan bahwa m – 1 juga
merupakan bilangan asli. Karena m – 1 < m dan karena m adalah unsur terkecil
dari N sedemikian sehingga m  S, maka diperoleh m-1  S.
Selanjutnya, dengan menggunakan hipotesis (2) untuk unsur ke k = m – 1,
diperoleh kesimpulan bahwa k+1 = (m-1) + 1 = m  S. Kesimpulan ini
bertentangan dengan pernyataan bahwa m  S. Karena pemisalan bahwa
himpunan N-S tidak kosong memunculkan suatu kontradiksi, maka mestilah
himpunan N-S kosong. Dengan demikian, terbukti bahwa S = N.

Berikut ini diberikan bentuk lain dari prinsip Induksi Matematika.


Misalkan P(n) merupakan suatu pernyataan tentang n (n  N) dan jika:
(1) P(1) benar
(2) Jika P(k) benar maka P(k+1) benar,
maka P(n) adalah benar untuk setiap n  N.

Bagian pertama dari prinsip Induksi Matematika sering disebut sebagai basis
induksi atau langkah dasar, bagian kedua disebut dengan langkah induksi,
sedangkan premis pada pernyataan ke dua disebut asumsi atau hipotesis induksi.
Sekarang mari kita buktikan kebenaran contoh yang dikemukakan pada awal bab
ini menggunkan prinsip Induksi Matematika.

Contoh 3.1
Buktikan bahwa: 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + . . .+ (2n-1)= n2,  n  N

Penyelesaian:
P(n): 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + . . .+ (2n-1)= n2

57
 Akan dibuktikan bahwa pernyataan benar untuk n = 1 atau P(1) benar
Untuk n = 1 diperoleh: 1 = 12
Jadi, pernyataan benar untuk n = 1
 Misalkan pernyataan benar untuk n = k atau P(k) benar
Artinya, 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + . . + (2k – 1) = k2
Akan dibuktikan bahwa pernyataan benar untuk n= k+1 atau P(k + 1). Dalam
hal ini, sering membantu jika kita menuliskan terlebih dahulu apa yang akan
dibuktikan, yaitu:
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + . . + (2k – 1) + ((2(k + 1) – 1) = (k + 1)2

Dari asumsi induksi diketahui bahwa:


1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + . . + (2k – 1) = k2
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + . . + (2k – 1) + (2(k + 1) - 1) = k2 + (2(k + 1) - 1)
= k2 + 2k + 2 – 1
= k2 + 2k +1
= (k + 1)2
Hasil terakhir menunjukkan bahwa pernyataan benar untuk n = k +1 atau P(k + 1)
benar. Dari dua langkah induksi di atas, terbukti bahwa P(n) benar  n  N atau:
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + 11 + . . .+ (2n-1)= n2,  n  N

Contoh 3.2
Untuk setiap n  N, buktikan rumus penjumlahan berikut dengan induksi
matematika.
n( n  1)
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + n =
2
Penyelesaian:
1(1  1)
Untuk n = 1  1 = , sehingga 1  S,
2
Andaikan untuk n = k diasumsikan bahwa k  S, sehingga
k ( k  1)
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + .....+ k =
2

58
Selanjutnya akan dibuktikan bahwa untuk n = k + 1 benar atau k +1  S,
yaitu:
(k  1)(( k  1)  1)
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + .....+ k + (k + 1) =
2
Menggunakan asumsi induksi diperoleh:
k (k  1)
1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + k + (k+1) =  (k  1)
2
k (k  1) 2(k  1)
 
2 2
k (k  1)  2(k  1)

2
(k  1)( k  2)1

2
(k  1)( k  1)  1)
 ,
2
Jadi, terbukti bahwa k + 1  S

Dari dua langkah induksi di atas, terbukti bahwa 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ..... + n =


n( n  1)
n N
2

Contoh 3.3
Buktikan P(n): 1  2  4  .......  2n 1  2n  1 ,  n  N.

Penyelesaian:
 Akan dibuktikan P(1) benar
P( 1): 211  1  21  1
Jadi, P(1) benar
 Misalkan P(k) benar, artinya P(k): 1  2  4  .......  2 k 1  2 k  1
Akan ditunjukkan P(k +1): 1  2  4  .......  2 k 1  2 k 11  2 k 1  1 benar

59
Dari asumsi induksi diperoleh:
1  2  4  .......  2 k 1  2 k 11  2 k  1  2 k 11
= 2k  1  2k
= 2. 2 k  1
= 2 k 1  1
Jadi, P(k + 1) benar

Dari dua langkah induksi di atas terbukti bahwa P(n) benar  n  N

Contoh 3.4
Tunjukkan bahwa (𝑛!)! habis dibagi (𝑛!)(𝑛−1)!

Penyelesaian:
 Untuk 𝑛 = 1, benar bahwa (1!)! = 1 habis dibagi (1!)1−1 = (1!)0 = 1
 Misalkan benar untuk 𝑛 bahwa (𝑛!)! habis dibagi (𝑛!)(𝑛−1)!
Maka untuk 𝑛 + 1
((𝑛 + 1)!)! ((𝑛 + 1)𝑛!)!
𝑛! = 𝑛!
((𝑛 + 1)!) ((𝑛 + 1)𝑛!)

(𝑛!)! (𝑛+1)!
Karena habis terbagi dan juga habis terbagi, maka terbukti
𝑛!𝑛! (𝑛+1)𝑛!

bahwa (𝑛!)! habis dibagi (𝑛!)(𝑛−1)!

Contoh 3.5
Buktikan dengan induksi matematika bahwa pernyataan:
20 + 21 + 22 + ⋯ + 2𝑛 = 2𝑛+1 − 1 benar untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ

Penyelesaian:
 Untuk 𝑛 = 1 berlaku 20 + 21 = 3 = 21+1 − 1 = 22 − 1
 Anggap benar untuk 𝑛 dan akan ditunjukkan benar untuk 𝑛 + 1

60
20 + 21 + 22 + ⋯ + 2𝑛 = 2𝑛+1 − 1
20 + 21 + 22 + ⋯ + 2𝑛 + 2𝑛+1 = 2𝑛+1 − 1 + 2𝑛+1
20 + 21 + 22 + ⋯ + 2𝑛 + 2𝑛+1 = 2.2𝑛+1 − 1
20 + 21 + 22 + ⋯ + 2𝑛 + 2𝑛+1 = 2(𝑛+1)+1 − 1

Jadi, 20 + 21 + 22 + ⋯ + 2𝑛 = 2𝑛+1 − 1 berlaku untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ.

Contoh 3.6
𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
Buktikan bahwa jumlah kuadrat n bilangan asli pertama adalah 6

Penyelesaian:
 Akan dibuktikan bahwa pernyataan benar untuk 𝑛 = 1
1(1 + 1)(2.1 + 1)
12 = =1
6
Jadi, pernyataan benar untuk 𝑛 = 1
 Misalkan pernyataan benar untuk 𝑛, yaitu
𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
12 + 22 + ⋯ + 𝑛2 =
6

Akan dibuktikan pernyataan benar untuk 𝑛 + 1


(𝑛+1)(𝑛+2)(2𝑛+3)
12 + 22 + ⋯ + 𝑛2 + (𝑛 + 1)2 = 6

Perhatikan,
𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)
[12 + 22 + ⋯ + 𝑛2 ] + (𝑛 + 1)2 = + (𝑛 + 1)2
6
𝑛(2𝑛 + 1)
= (𝑛 + 1) [ + (𝑛 + 1)]
6
2𝑛2 + 𝑛 + 6𝑛 + 6
= (𝑛 + 1) [ ]
6

61
2𝑛2 + 7𝑛 + 6
[12 + 22 + ⋯ + 𝑛2 ] + (𝑛 + 1)2 = (𝑛 + 1) [ ]
6
(2𝑛 + 3)(𝑛 + 2)
= (𝑛 + 1) [ ]
6
(𝑛 + 1)(𝑛 + 2)(2𝑛 + 3)
=
6
𝑛(𝑛+1)(2𝑛+1)
Jadi, 12 + 22 + ⋯ + 𝑛2 = , ∀𝑛 ∈ ℕ
6

Contoh 3.7
Tunjukkan bahwa n < 2n untuk setiap bilangan bulat positif n.

Penyelesaian:
Misalkan P(n): proposisi “n < 2n.”
 P(1) benar, karena 1 < 21 = 2.
 Asumsikan bahwa P(k) benar untuk semua k, yaitu k < 2k.
Akan ditunjukkan bahwa P(k + 1) benar, yaitu k + 1 < 2k+1
Dari asumsi induksi: k < 2k
k + 1 < 2k + 1  2k + 2k = 2k+1 (sebab 1 < 2k)

Jadi, P(k + 1) benar, sehingga n < 2n benar untuk setiap n bilangan bulat
positif.

C. Prinsip Induksi yang Dirampatkan


Misalkan P(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin
membuktikan bahwa P(n) benar untuk semua bilangan bulat n  n0. Untuk
membuktikan kebenaran P(n) dengan prinsip induksi yang dirampatkan, kita perlu
menunjukkan bahwa:
1. P(n0) benar, dan
2. jika P(n) benar maka P(n+1) juga benar, untuk semua bilangan bulat n 
n0,

62
Contoh 3.8
Untuk semua n  1, buktikan dengan induksi bahwa P(n): n3 + 2n adalah
kelipatan 3.

Penyelesaian:
 Untuk n = 1 ; 13 + 2.1 = 3
Jadi, P(1) benar
 Misalkan P(k) benar.
Artinya, P(k): k3 + 2k adalah kelipatan 3 untuk k  1
Akan ditunjukkan bahwa P( k + 1) benar atau P(k +1): (k +1)3 + 2(k + 1)
adalah kelipatan 3 untuk k  1.
(k+1)3 + 2(k+1) = (k3 + 3k2+3k+1) + (2k + 2)
= (k3 + 2k ) + 3k2 + 3k + 3
= (k3 + 2k ) + 3 (k2 + k + 1)
(k3 + 2k ) adalah kelipatan 3 (dari asumsi induksi), 3 (k2 + k + 1) adalah
kelipatan 3, dan hasil penjumlahan dua bilangan kelipatan 3 adalah
kelipatan 3 (coba buktikan), sehingga:
(k+1)3 + 2(k+1) = (k3 + 2k ) + 3 (k2 + k + 1) adalah kelipatan 3.
Jadi, P(k + 1) benar.

Dapat disimpulkan bahwa n3 + 2n adalah kelipatan 3 untuk n  1

Contoh 3.9
Buktikan P(n): 2𝑛 > 𝑛 + 20, 𝑛 ≥ 5

Penyelesaian:
 Untuk 𝑛 = 5
25 > 5 + 20
32 > 25 (𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟)
Jadi, P(5) benar

63
 Misalkan P(k) benar yaitu 2𝑘 > 𝑘 + 20, 𝑘 ≥ 5
Akan dibuktikan P( 𝑘 + 1) benar.
2𝑘 > 𝑘 + 20 (dari asumsi induksi)
2 × 2𝑘 > 2(𝑘 + 20)
2𝑘+1 > 2(𝑘 + 20) > 𝑘 + 21
2𝑘+1 > 2(𝑘 + 20) > (𝑘 + 1) + 20
2𝑘+1 > (𝑘 + 1) + 20

Jadi, terbukti bahwa P (k + 1) benar, sehingga P(n): 2𝑛 > 𝑛 + 20, 𝑛 ≥ 5


benar

Contoh 3.10
Jika 𝑃(𝑛): 2𝑛 < 𝑛! untuk setiap 𝑛 ≥ 4 . Gunakan induksi matematika untuk
membuktikan kebenaran 𝑃(𝑛)

Penyelesaian:
Basis induksi adalah 𝑛 = 4. Untuk 𝑛 = 4, 𝑃(4): 24 = 16 < 4! = 24 (benar)
Anggap benar untuk 𝑛 kemudian gunakan untuk 𝑛 + 1
2𝑛+1 = 2.2𝑛 < (𝑛 + 1)2𝑛 (sebab 2 < n + 1, untuk 𝑛 ≥ 4)
< (n + 1) n! = (n + 1)!
Jadi, 2𝑛+1 < (n + 1)!, sehingga dapat disimpulkan 2𝑛 < 𝑛! untuk setiap 𝑛 ≥ 4

Contoh 3.11
Untuk tiap n ≥ 3, jumlah sudut dalam sebuah poligon dengan n sisi adalah
180(n − 2). Buktikan pernyataan ini dengan induksi matematik.
Penyelesaian:
 Untuk n = 3, poligon akan berbentuk segitiga dengan jumlah sudut 180.
Jumlah sisi sebanyak 3 sehingga 180(3 − 2) = 180. Jadi, pernyataan benar
untuk n = 3

64
 Misalkan pernyataan benar untuk n = k. Artinya, pernyataan jumlah sudut
dalam poligon dengan n sisi yaitu 180(n − 2) adalah benar. Akan
ditunjukkan bahwa jumlah sudut poligon yang memiliki n+1 sisi adalah
180((n +1) − 2) = 180((n − 1). Untuk itu, perhatikan gambar berikut.

Pada gambar di atas dapat ditunjukkan bahwa terdapat dua bagian yaitu
segitiga P1PnPn+1) dan poligon dengan n sisi. Jumlah sudut dalam poligon n sisi
menurut asumsi yaitu 180(n − 2) dan jumlah sudut di dalam suatu segitiga yaitu
180◦. Jadi, jumlah sudut dalam dari poligon dengan n + 1 sisi adalah 180(n
− 2) + 180 = 180(n − 1).
Dengan demikian, terbukti bahwa jumlah sudut dalam sebuah poligon dengan
n sisi adalah 180(n − 2), n  3.

D. Prinsip Induksi Kuat


Misalkan P(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin
membuktikan bahwa P(n) benar untuk semua bilangan bulat n  n0. Untuk
membuktikan kebenaran P(n) dengan prinsip induksi kuat, kita perlu
menunjukkan bahwa:
1. P(n0) benar, dan
2. Jika P(n0 ), P(n0+1), …, P(n) benar maka P(n+1) juga benar untuk setiap n
 n0.

65
Contoh 3.12
Buktikan bahwa setiap bilangan bulat positif 𝑛 ≥ 2 dapat dinyatakan sebagai
perkalian dari satu atau lebih bilangan prima

Penyelesaian:
 Untuk n = 2, maka 2 adalah bilangan prima dan 2 dapat dinyatakan sebagai
perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu dirinya sendiri.
 Misalkan pernyataan bahwa bilangan 2, 3, …, n dapat dinyatakan sebagai
perkalian (satu atau lebih) bilangan prima adalah benar. Akan ditunjukkan
bahwa n + 1 juga dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima.
Ada dua kemungkinan nilai n + 1, yaitu:
1. Jika n + 1 adalah bilangan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai
perkalian satu atau lebih bilangan prima.
2. Jika n + 1 bukan bilangan prima (bilangan komposit), maka n + 1 habis
dibagi oleh suatu bilangan bulat positif, misalanya p, sehingga dapat
ditulis:
(n + 1)p = q untuk suatu q Z atau (n + 1) = pq
yang dalam hal ini, 2  p  q  n. Menurut hipotesis induksi, p dan q
dapat dinyatakan sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Ini
berarti, n + 1 dapat dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima, karena
n + 1 = ab.
Dengan demikian, terbukti bahwa setiap bilangan bulat positif 𝑛 ≥ 2
dapat dinyatakan sebagai perkalian dari satu atau lebih bilangan prima.

Contoh 3.13
Teka-teki menyusun potongan gambar (jigsaw puzzle) terdiri dari sejumlah
potongan (bagian) gambar seperti terlihat berikut ini.

66
Dua atau lebih potongan dapat disatukan untuk membentuk potongan yang lebih
besar. Lebih tepatnya, kita gunakan istilah blok bagi satu potongan gambar. Blok-
blok dengan batas yang cocok dapat disatukan membentuk blok yang lain yang
lebih besar. Akhirnya, jika semua potongan telah disatukan menjadi satu buah
blok, teka-teki menyusun gambar itu dikatakan telah dipecahkan. Menggabungkan
dua buah blok dengan batas yang cocok dihitung sebagai satu langkah. Gunakan
prinsip induksi kuat untuk membuktikan bahwa untuk suatu teka-teki menyusun
gambar dengan n potongan, selalu diperlukan n – 1 langkah untuk memecahkan
teki-teki tersebut (Liu, 1985).

Penyelesaian:
 Jika potongan gambar yang akan disusun hanya 1, maka tidak diperlukan
langkah apa-apa untuk memecahkan teka-teki tersebut.
 Misalkan pernyataan bahwa untuk memecahkan teka-teki dengan n
potongan gambar, yang mana n = 1, 2, 3, …, k, diperlukan sejumlah n – 1
langkah, adalah benar, maka kita harus membuktikan bahwa untuk n + 1
potongan diperlukan n langkah.
 Bagilah n + 1 potongan menjadi dua buah blok; satu blok disusun dari n1
potongan gambar dan satu lagi disusun dari n2 potongan gambar, yang
mana n1 + n2 = n + 1. Untuk langkah terakhir dalam memecahkan teka-teki
ini, kedua blok disatukan sehingga membentuk satu blok besar.
Menurut hipotesis induksi, diperlukan n1 - 1 langkah untuk menyatukan
blok pertama (karena n1 < n) dan n2 – 1 langkah untuk menyatukan blok

67
ke dua. Dengan menambahkan satu langkah terakhir sewaktu
menggabungkan kedua blok, diperoleh banyak langkah sebagai berikut.
(n1 – 1) + (n2 – 1) + 1 (langkah terakhir) = (n1 + n2) – 2 + 1 = n + 1 – 1 =
n.

Terbukti bahwa dalam suatu teka-teki menyusun gambar dengan n


potongan, selalu diperlukan n - 1 langkah untuk memecahkan teki-teki
tersebut.

E. Latihan
𝑛(𝑛+1) 2
1. Buktikan untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 13 + 23 + 33 + ⋯ + 𝑛3 = [ ]
2
𝑛(𝑛+1)(6𝑛3 +9𝑛2 +𝑛−1)
2. Buktikan ∀𝑛 ≥ 1, 14 + 24 + 34 + ⋯ + 𝑛4 =
30
3. Buktikan dengan induksi matematika bahwa pernyataan ∀𝑛 ∈ ℕ (3|(𝑛3 −
𝑛))
4. Buktikan bahwa ∀𝑛 ≥ 5 berlaku 2𝑛 > 𝑛2
5. Tentukan rumus untuk 1 + 3 + 5 + ⋯ + (2𝑛 − 1), ∀𝑛 ≥ 1 dan tunjukkan
bahwa rumus tersebut benar. Petunjuk: coba untuk sejumlah 𝑛 tertentu,
kemudian lihat pola yang terbentuk.
6. Buktikan bahwa untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 0.1 + 1.2 + 2.3 + ⋯ + 𝑛(𝑛 + 1) =
𝑛(𝑛+1)(𝑛+2)
3

7. Tentukan rumus untuk 0.1.2 + 1.2.3 + 2.3.4 + ⋯ + 𝑛(𝑛 + 1)(𝑛 + 2), ∀𝑛 ∈



8. Buktikan untuk setiap 𝑛 ≥ 1,
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1− + − + ⋯+ − = + + + ⋯+
2 3 4 2𝑛 − 1 2𝑛 𝑛 + 1 𝑛 + 2 𝑛 + 3 2𝑛
9. Buktikan untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ, 64|(9𝑛 − 8𝑛 − 1)
10. Buktikan 2.21 + 3.22 + 4.23 + ⋯ + (𝑛 + 1). 2𝑛 = 𝑛. 2𝑛+1 untuk setiap 𝑛 ≥
1

68
11. Misalkan 𝑎 adalah bilangan real dan 𝑎 < 0. Buktikan bahwa untuk setiap 𝑛 ∈
ℕ, jika 𝑛 genap maka 𝑎𝑛 > 0 dan jika 𝑛 ganjil maka 𝑎𝑛 < 0
12. Anggap 𝑎 dan 𝑏 bilangan real dan 0 < 𝑎 < 𝑏
a. Buktikan bahwa untuk setiap 𝑛 ≥ 1, 0 < 𝑎𝑛 < 𝑏 𝑛
𝑛 𝑛
b. Buktikan ∀𝑛 ≥ 2, 0 < √𝑎 < √𝑏
c. Buktikan ∀𝑛 ≥ 1, 𝑎𝑏 𝑛 + 𝑏𝑎𝑛 < 𝑎𝑛+1 + 𝑏 𝑛+1
𝑎+𝑏 𝑛 𝑎𝑛 +𝑏𝑛
d. Buktikan ∀𝑛 ≥ 2, ( ) <
2 2
13. Di dalam sebuah pesta, setiap tamu berjabat tangan dengan tamu lainnya
hanya sekali. Jika ada n orang tamu maka buktikan bahwa jumlah jabat
tangan yang terjadi adalah n(n +1)/2.
14. Buktikan bahwa banyak himpunan bagian yang dapat dibentuk dari sebuah
himpunan yang beranggotakan n elemen adalah 2n
15. Buktikan bahwa untuk membayar biaya pos sebesar n sen dolar (n  8) selalu
dapat digunakan hanya perangko 3 sen dan 5 sen dolar.
16. Buktikan dengan induksi matematik bahwa n5 – n habis dibagi 5 untuk n
bilangan bulat positif.
17. Buktikan dengan Induksi Matematika bahwa pernyataan berikut benar untuk
setiap n  N.
𝑑 𝑛 (𝑥𝑒 𝑥 )
. 𝑃(𝑛): = (𝑥 + 𝑛)𝑒 𝑥
𝑑𝑥 𝑛

18. Buktikan melalui induksi matematika, bahwa:


a. 22n - 1 habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat n1
b. 23n - 1 habis dibagi 7 untuk semua bilangan bulat n1

69

Anda mungkin juga menyukai