Anda di halaman 1dari 74

Pengantar :

Induksi Matematika Analisis Real /2 SKS/ Ega Gradini, M.Sc

Induksi Matematika adalah cara standar dalam membuktikan bahwa sebuah


pernyataan tertentu berlaku untuk setiap bilangan asli. Pembuktian dengan
cara ini terdiri dari dua langkah, yaitu:

1. Menunjukkan bahwa pernyataan itu berlaku untuk bilangan 1.


2. Menunjukkan bahwa jika pernyataan itu berlaku untuk bilangan n,
maka pernyataan itu juga berlaku untuk bilangan n + 1.

Misalkan akan dibuktikan suatu pernyataan bahwa jumlah n bilangan asli


pertama, yaitu 1+2+...+n, adalah sama dengan n(n+1)
2
. Untuk membuktikan
bahwa pernyataan itu berlaku untuk setiap bilangan asli, langkah-langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Menunjukkan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n = 1. Jelas


sekali bahwa jumlah 1 bilangan asli pertama adalah 1(1+1)
2
= 1. Jadi
pernyataan tersebut adalah benar untuk n = 1.
2. Menunjukkan bahwa jika pernyataan tersebut benar untuk n = k, maka
pernyataan tersebut juga benar untuk n = k +1. Hal ini bisa dilakukan
dengan cara:
– Mengasumsikan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n = k,
yaitu
k(k + 1)
1 + 2 + ... + k =
2
– Menambahkan k + 1 pada kedua ruas, yaitu
k(k + 1)
1 + 2 + ... + k + (k + 1) = + (k + 1)
2
– Dengan menggunakan manipulasi aljabar, diperoleh
k(k + 1) k(k + 1) 2(k + 1)
+ (k + 1) = +
2 2 2
(k + 1)(k + 2)
=
2
(k + 1)((k + 1) + 1)
=
2

1
– Dengan demikian

(k + 1)((k + 1) + 1)
1 + 2 + ... + k + (k + 1) =
2
– Jadi pernyataan tersebut benar untuk n = k + 1.

3. Dengan induksi matematika dapat disimpulkan bahwa pernyataan terse-


but berlaku untuk setiap bilangan asli n.

Secara formal Induksi Matematika ini bisa didefinisikan sebagai berikut.


Definisi 1.1
Misalkan untuk setiap bilangan asli n kita mempunyai pernyataan P (n) yang
bisa benar atau salah. Misalkan

1. P (1) benar.

2. Jika P (n) benar, maka P (n + 1) benar.

Sehingga P (n) benar untuk setiap bilangan asli n.


Langkah 1 disebut dengan Langkah Dasar, sedangkan Langkah 2 disebut
dengan Langkah Induktif.
Jika pada Langkah Induktif yang diasumsikan adalah pernyataan P (i) benar
untuk setiap bilangan i ≤ n, maka perumusan induksi matematika seperti
ini disebut Bentuk Kuat Induksi Matematika.
Contoh 1.1
Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa

n! ≥ 2n−1

untuk setiap n = 1, 2, ....

1. Akan ditunjukkan bahwa n! ≥ 2n−1 benar untuk n = 1. Jelas sekali


bahwa 1! = 1 ≥ 1 = 20 = 21−1 .

2
2. Asumsikan bahwa n! ≥ 2n−1 adalah benar untuk n = k. Akan ditun-
jukkan bahwa n! ≥ 2n−1 juga benar untuk n = k + 1, yaitu (k + 1) ≥
2(k+1)−1 .

(k + 1)! = (k + 1)(k!)
≥ (k + 1)(2k−1 )
≥ 2.2k−1
= 21+(k−1)
= 2(k+1)−1

Terbukti bahwa (k+1) ≥ 2(k+1)−1 . Karena Langkah Dasar dan Langkah


Induktif terbukti, maka dapat disimpulkan bahwa

n! ≥ 2n−1

untuk setiap n = 1, 2, ....

Contoh 1.2
Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa 5n − 1 dapat dibagi
4 untuk setiap n = 1, 2, ....

1. Akan ditunjukkan bahwa 5n − 1 habis dibagi 4 untuk n = 1. Jelas


sekali bahwa 51 − 1 = 5 − 1 = 4 habis dibagi 4.

2. Asumsikan bahwa 5n − 1 habis dibagi 4 untuk n = k, yaitu 5k − 1 habis


dibagi 4. Akan ditunjukkan bahwa 5n − 1 juga habis dibagi 4 untuk
n = k + 1, yaitu 5k+1 − 1 habis dibagi 4.

5k+1 − 1 = 5.5k − 1
= (1 + 4).5k − 1
= 5k + 4.5k − 1
= (5k − 1) + 4.5k

Berdasarkan asumsi, 5k − 1 habis dibagi 4. Sedangkan 4.5k juga habis


dibagi 4. Dengan demikian 5k+1 − 1 habis dibagi 4. Karena Langkah
Dasar dan Langkah Induktif terbukti, maka dapat disimpulkan bahwa
5n − 1 dapat dibagi 4 untuk setiap n = 1, 2, ....

3
Latihan
Gunakan induksi matematika untuk membuktikan persamaan berikut ini be-
nar untuk setiap bilangan asli n.

n(n+1)(n+2)
1. 1.2 + 2.3 + 3.4 + ... + n(n + 1) = 3

2. 1(1!) + 2(2!) + ... + n(n!) = (n + 1)! − 1


(−1)n+1 n(n+1)
3. 12 − 22 + 32 − ... + (−1)n+1 n2 = 2

4. 13 + 23 + 33 + ... + n3 = [ n(n+1)
2
]2

Gunakan induksi matematika untuk membuktikan pertidaksamaan berikut


ini.

5. 2n + 1 ≤ 2n , untuk n = 3, 4, ...

6. (1 + x)n ≥ 1 + nx, untuk x ≥ −1 dan n = 1, 2, ...

Gunakan induksi matematika untuk membuktikan pernyataan berikut ini.

7. 11n − 6 habis dibagi 5, untuk n = 1, 2, ...

8. 6.7n − 2.3n habis dibagi 4, untuk n = 1, 2, ...

Referensi

1. R. Johnsonbaugh, Discrete Mathematics, Fourth Edition, 1997, Pren-


tice Hall.

2. Wikipedia, Mathematical induction,


http://en.wikipedia.org/wiki/Mathematical induction.

4
1 SISTEM BILANGAN REAL
Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak
dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah
diri kita belum tahu apa-apa tentang bilangan real. Kita akan mempelajari bagaimana
sistem bilangan real itu dibangun.
Pertama-tama kita hanya diberikan suatu himpunan bilangan tetapi belum tahu anggota-
nya seperti apa, belum aturan yang berlaku di dalamnya. Kemudian kedalam himpunan
ini diberikan dua operasi binair, penjumlahan (+) dan perkalian (·). Dengan dua op-
erasi ini disusun beberapa aksioma. Dua aksioma penting adalah keujudan elemen 0 dan
elemen 1. Inilah anggota bilangan real pertama yang kita ketahui. Selanjutnya dengan
aksioma-aksioma ini didenisikan anggota-anggota lainnya, seperti bilangan asli, bilan-
gan bulat, bilangan rasional dan bilangan irrasional. Juga didenisikan sifat-sifat yang
mengatur hubungan antar anggota, seperti sifat urutan, sifat jarak, sifat kelengkapan
dan sifat kepadatan.

1.1 Sifat aljabar bilangan real


Bilangan real dipandang sebagai suatu himpunan, seterusnya dilambangkan dengan R.
Selanjutnya, didenisikan dua operasi binair '+' dan '·' masing-masing disebut operasi
penjumlahan dan operasi perkalian. Kedua operasi binair ini diterapkan pada R dan
memenuhi sifat-sifat sebagai berikut:
(A1) a + b = b + a untuk setiap a, b ∈ R, yaitu komutatif terhadap penjumlahan.
(A2) (a + b) + c = a + (b + a) untuk setiap a, b, c ∈ R, yaitu asosiatif terhadap
penjumlahan.
(A3) Terdapat elemen 0 ∈ R sehingga a + 0 = 0 + a = a untuk setiap a ∈ R. Elemen 0
ini disebut elemen nol.
(A4) Untuk setiap a ∈ R selalu terdapat (−a) ∈ R sehingga a + (−a) = (−a) + a = 0.
Elemen (−a) ini disebut negatif dari a.
(M1) a · b = b · a untuk setiap a, b ∈ R, yaitu komutatif terhadap perkalian.
(M2) (a · b) · c = a · (b · c) untuk setiap a, b, c ∈ R, yaitu asosiatif terhadap perkalian.
(M3) Terdapat elemen 1 ∈ R sehingga a · 1 = 1 · a = a untuk setiap a ∈ R. Elemen 1 ini
disebut elemen satuan.

1
(M4) Untuk setiap a ∈ R, a 6= 0 selalu terdapat (1/a) ∈ R sehingga a·(1/a) = (1/a)·a =
1. Elemen (1/a) ini disebut kebalikan dari a.
(D) a · (b + c) = (a · b) + (a · c) dan (b + c) · a = (b · a) + (c · a) untuk setiap a, b, c ∈ R.
Sifat ini disebut distributif perkalian terhadap penjumlahan.
Diperhatikan bahwa ada 4 sifat yang berkaitan dengan operasi penjumlahan yaitu A1,
A2, A3 dan A4 (notasi A untuk Adisi, atau penjumlahan), 4 sifat yang berkaitan dengan
perkalian yaitu M1, M2, M3 dan M4 (M untuk Multiplikasi, atau perkalian) dan 1 sifat
yang menggabungkan keduanya yaitu D (D untuk Distributif). Kesembilan sifat ini
disebut sifat aljabar atau aksioma bilangan real.
Sampai saat ini belum didenisikan bilangan negatif dan operasi pengurangan. Notasi
(−a) dianggap satu elemen didalam R. Begitu juga elemen kebalikan (1/a) dianggap
satu elemen dan operasi pembagian belum didenisikan. Berikut diberikan beberapa
teorema sederhana yang diturunkan langsung dari sifat-sifat aljabar ini.
Teorema 1.1. Jika a bilangan real sebarang maka persamaan a + x = b mempunyai
penyelesaian tunggal, yaitu x = (−a) + b.
Bukti. Pertama ditunjukkan eksistensi penyelesaiannya.

a+x = b (diketahui)
(−a) + (a + x) = (−a) + b
((−a) + a) + x = (−a) + b (A2)
0+x = (−a) + b (A4)
x = (−a) + b (A3)

Selanjutnya ditunjukkan bahwa penyelesaian ini adalah tunggal. Misalkan x1


penyelesaian lainnya maka dipenuhi a + x1 = b. Jadi diperoleh hubungan a + x1 =
a + x. Berdasarkan langkah sebelumnya diperoleh x1 = (−a) + (a + x). Dengan
menggunakan (A2) kemudian (A4) maka diperoleh x1 = x sehingga disimpulkan
penyelesaiannya tunggal. 

Latihan 1.1. Buktikan jika a bilangan real tidak nol maka persamaan a · x = b mem-
punyai penyelesaian tunggal, yaitu x = (1/b).
Teorema 1.2. Bila a suatu elemen pada R maka berlaku pernyataan berikut.
1. a · 0 = 0 ,
2. (−1) · a = −a,
3. −(−a) = a,
4. (−1) · (−1) = 1.

2
Bukti. 1) Berdasarkan (M3) kita mempunyai a · 1 = a. Selanjutnya kedua ruas ini
ditambahkan a, diperoleh
a+a·0 = a·1+a·0
= a · (1 + 0) [menggunakan D]
= a · 1 [menggunakan A3]
= a [menggunakan M3]

Selanjutnya dengan menggunakan Teorema 1.1 dengan menganggap x sebagai a · 0


diperoleh
a · 0 = (−a) + a = 0.
2) Dari (M3) kita mempunyai a = 1 · a. Tambahkan pada kedua ruas dengan
(−1) · a, diperoleh

a + (−1) · a = 1 · a + (−1) · a
= (1 + (−1)) · a [menggunakan D]
= 0 · a [menggunakan A4]
= 0 [menggunakan bagian i, setelah menerapkan (A1)]

Selanjutnya dengan menggunakan Teorema 1.1 dan menganggap x sebagai


(−1) · a, kemudian menggunakan (A3) diperoleh

(−1) · a = (−a) + 0 = −a.

Latihan 1.2. Lanjutkan pembuktian Teorema 1.2 yang belum selesai.


Teorema 1.2 (1) mengatakan bahwa bilangan apapun jika dikalikan dengan nol maka
hasilnya nol. Fakta ini merupakan teorema yang kebenarannya dapat dibuktikan, bukan
suatu kesepakatan atau aksioma. Begitu juga dengan fakta lainnya pada teorema ini.
Teorema 1.3. Misalkan a, b, c elemen pada R. Maka pernyataan berikut berlaku
1. Jika a 6= 0 maka 1/a 6= 0 dan 1/(1/a) = a,
2. Jika a · b = a · c dan a 6= 0 maka b = c,
3. Jika a · b = 0 maka berlaku salah satu: a = 0 atau b = 0.
Bukti.1) Karena a 6= 0 maka menurut (M4) selalu ada 1/a ∈ R. Andaikan 1/a = 0
maka diperoleh
1 = a · (1/a) = a · 0 = 0.
Hasil ini berlawanan atau kontradiksi dengan (M3). Jadi pengandaian ini salah,
dan haruslah 1/a 6= 0. Selanjutnya karena 1/a 6= 0 dan karena (1/a) · a = 1 maka

3
dengan Latihan 1 dengan memandang a sebagai x maka diperoleh a = 1/(1/a). 2)
Kedua ruas pada a · b = a · c dikalikan dengan (1/a) disertai dengan menggunakan
(M2), diperoleh

((1/a) · a) · b = ((1/a) · a) · c
⇔ 1 · b = 1 · c [menggunakan M4]
⇔ b = c [menggunakan M3]

Latihan 1.3. Buktikan pernyataan 3 pada Teorema 1.3.

Beberapa operasi lainnya pada R


Sejauh ini hanya ada dua operasi pada bilangan real. Melalui dua operasi ini diturunkan
bebedapa operasi lainnya yang didenisikan sebagai berikut :
1. Operasi pengurangan. Bila a, b ∈ R maka notasi a−b dibaca a dikurang dengan
b dan didenisikan oleh
a − b := a + (−b).

2. Operasi pembagian. Bila a, b ∈ R, b 6= 0 maka notasi a/b atau a


b
dibaca a dibagi
dengan b dan didenisikan oleh

a/b := a · (1/b).

3. Operasi pangkat. Bila a ∈ R maka notasi a2 dibaca a dipangkatkan dengan


dua atau a kuadarat dan didenisikan sebagai a2 := a · a. Secara umum untuk n
bilangan asli, an adalah a dipangkatkan dengan n didenisikan oleh

an := a
| · a · a{z· · · · · a} .
sebanyak n faktor

Untuk a 6= 0, notasi a−1 dimaksudkan untuk 1/a dan notasi a−n untuk (1/a)n .

Beberapa himpunan bagian penting pada R


1. Bilangan asli. Himpunan bilangan asli dilambangkan dengan N dipandang seba-
gai himpunan bagian R dan n ∈ N didenisikan sebagai

n := |1 + 1 + 1{z+ · · · + 1} .
sebanyak n suku

4
R
Q himpunan bilangan rasional
R\Q
Misal: -3/4, -1, 0, 2, 1/2, 4/5.
himpunan bilangan
irrasional
Z: himpunan bilangan bulat
{ . . . ,-2, -1, 0, 1, 2, . . . } Misal:
2,
N: himpunan bilangan asli
{1, 2, 3, . . . }

Gambar 1.1: Struktur bilangan real

2. Bilangan bulat. Himpunan bilangan bulat dilambangkan dengan Z dan keang-


gotannya dapat didenisikan sebagai berikut :
Z := {−n : n ∈ N} ∪ N ∪ {0}

dengan −n := (−1) + (−1) + (−1) + · · · + (−1).


| {z }
sebanyak n suku

3. Bilangan rasional dan irrasional. Himpunan bilangan rasional dilambangkan


dengan Q adalah elemen bilangan real yang dapat ditulis dalam bentuk pecahan.
Jadi,  
b
Q := : a, b ∈ Z, a 6= 0 .
a
Bilangan real selain bilangan rasional disebut bilangan irrasional dan himpunan
bilangan irrasional ini biasa dilambangkan dengan R \ Q.
Notasi ":=" berarti "didenisikan oleh" (dened by ). Penggunaan notasi ini lebih tepat
daripada menggunakan "=" karena tanda sama dengan seharusnya digunakan untuk
menyatakan kesamaan kedua ruas.
Struktur bilangan real diberikan pada Gambar 1.1.
Teorema 1.4. Tidak ada bilangan rasional r sehingga r2 = 2.
Proof. Andai ada bilangan rasional yang kuadratnya sama dengan dua. Untuk itu dapat
ditulis r = mn dengan m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1. Diperoleh
m2
r = 2 = 2 ⇒ m2 = 2n2 ,
2
n
berarti m2 bilangan genap. Karena itu m juga genap (lihat latihan berikut!). Karena m
genap maka dapat ditulis m = 2p. Substitusi m ini ke kesamaan sebelumnya, diperoleh
(2p)2 = 2n2 ⇒ 4p2 = 2n2 ⇒ n2 = 2p2 .

5
Ini berarti n2 bilangan genap, akibatnya n juga bilangan genap. Berangkat dari pen-
gandaian tadi diperoleh dua pernyataan berikut
a. m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1, berarti m dan n tidak
mungkin keduanya genap.
b. m dan n bilangan genap.
Kedua pernyataan ini bertentangan (kontradiksi), sehingga pengandaian harus diingkari.
Kesimpulannya Teorema terbukti.

Beberapa soal yang dipecahkan


Contoh 1.1. Buktikan bahwa jika z ∈ R bilangan irrasioanl dan r 6= 0 bilangan rasional
maka r + z dan rz bilangan irrasional.
Penyelesaian.
Dibuktikan dengan kontradiksi. Andai r + z rasional, maka dapat ditulis
m p
r+z = dan r = , m, n, p, q ∈ Z, n, q 6= 0.
n q
Dari sini diperoleh
m p mq − np
z= − = ,
n q nq
yaitu z rasional, sebab mq − np, nq ∈ Z, nq 6= 0. Kontradiksi dengan z irrasional.
Jadi pengandaian r + z rasional salah, dan haruslah r + z irrasional. Dengan
argumen yang sama dapat dibuktikan sisanya.
Contoh 1.2. Buktikan bahwa jika a, b ∈ R maka
1. −(a + b) = (−a) + (−b)
2. (−a) · (−b) = a · b
3. 1/(−a) = −(1/a), a 6= 0
4. −(a/b) = (−a)/b, b 6= 0.
Bukti. 1). Dengan menggunakan Teorema 1.2(2) dan sifat distributif diperoleh

−(a + b) = (−1) · (a + b)
= (−1) · a + (−1) · b
= (−a) + (−b).

6
2). Diperhatikan penjabaran berikut, coba justikasi setiap langkah yang diberikan

(−a) · (−b) = ((−1) · a) · ((−1) · b)


= (a · (−1)) · ((−1) · b)
= a · ((−1) · ((−1) · b))
= a · (((−1) · (−1)) · b)
= a · (1 · b)
= a·b

Latihan 1.4. Kerjakan bagian 3 dan 4 pada Contoh 1.1.


Contoh 1.3. Bila bilangan real a memenuhi a · a = a maka salah satunya berlaku:
a = 0 atau a = 1.

Bukti. Diketahui a · a = a. Coba lengkapi justikasi untuk tiap-tiap langkah berikut.

a · a + (−a) = a + (−a)
a · a + (−1) · (a) = 0
(a + (−1)) · a = 0.

Dengan menggunakan Teorema 1.3(iii) diperoleh a + (−1) = 0 atau a = 0. Lan-


jutkan langkah untuk menyimpulkan a = 1 dari a + (−1) = 0.
Contoh 1.4. Bila a 6= 0 dan b 6= 0, buktikan 1/(ab) = (1/a) · (1/b).
Bukti. Karena a 6= 0 dan b 6= 0 maka ab 6= 0 sehingga berdasarkan Teorema 1.3 (i)
diperoleh
1
= a·b
(1/ab)
1
· (1/b) = a · (b · (1/b))
(1/ab)
1
· (1/b) = a
(1/ab)
1
· ((1/b) · (1/a)) = a · (1/a)
(1/ab)
1
· ((1/b) · (1/a)) = 1.
(1/ab)

Dari baris terakhir dapat disimpulkan (1/a) · (1/b) = 1


(1/(1/ab))
= 1/(ab) karena
1
(1/ab)
merupakan elemen kebalikan dari (1/a) · (1/b).

7
1.2 Sifat urutan bilangan real
Urutan pada bilangan real merujuk pada hubungan ketidaksamaan antara dua bilangan
real. Sebelum didenisikan urutan terlebih dulu didenisikan bilangan positif.
Denisi 1.1. Pada R terdapat himpunan bagian takkosong P dengan sifat-sifat berikut
1. Jika a, b ∈ P maka a + b ∈ P.
2. Jika a, b ∈ P maka a · b ∈ P.
Himpunan P ini selanjutnya disebut himpunan bilangan positif.

Selanjutnya diturunkan sifat trikotomi pada bilangan real, yaitu bila a ∈ R sebarang
maka tepat satu pernyataan berikut dipenuhi, yaitu
a ∈ P, atau a = 0, atau − a ∈ P.

Selanjutnya himpunan bilangan negatif didenisikan sebagai himpunan


{−a : a ∈ P} .

Jadi himpunan bilangan real terbagi atas tiga himpunan saling asing yaitu bilangan
positif, bilangan negatif dan nol. Selanjutnya urutan pada bilangan real didenisikan
sebagai berikut
Denisi 1.2. Berikut ini denisi ketidaksamaan antara elemen-elemen pada R :
1. Bilangan a ∈ P disebut bilangan positif dan ditulis a > 0. Notasi a ≥ 0 berarti
a ∈ P ∪ {0}, dan a disebut bilangan taknegatif.
2. Bilangan a ∈ P sehingga −a ∈ P disebut bilangan negatif, ditulis a < 0. Notasi
a ≤ 0 berarti −a ∈ P ∪ {0}, dan a disebut bilangan takpositif.
3. Bilangan real a dikatakan lebih besar dari b, ditulis a > b jika hanya jika a − b ∈ P

Notasi a < b < b dimaksudkan berlaku keduanya a < b dan b < c. Bila a ≤ b dan b < c,
maka ditulis a ≤ b < c.
Teorema 1.5. Misalkan a, b, c tiga bilangan real. Maka pernyataan berikut berlaku
1. Jika a > b dan b > c maka a > c,
2. Tepat satu pernyataan berikut memenuhi : a > b, a = b, a < b.
Bukti. 1)Karena a > b dan b > c maka berdasarkan denisi berlaku a − b ∈ P, dan
b − c ∈ P. Dengan sedikit trik diperoleh

a − c = (a − b) + (b − c) ∈ P, yakni a > c.

2) Terapkan sifat trikotomi pada a − b. 

8
Teorema 1.6. Misalkan a, b, c, d bilangan-bilangan real. Maka berlaku
1. Jika a > b maka a + c > b + c.
2. Jika a > b, c > d maka a + c > b + d.
3. Jika a > b dan c > 0 maka ca > cb.
4. Jika a > b dan c < 0 maka ca < cb.
Bukti. 1) Karena diketahui a−b ∈ P maka (a+c)−(b+c) = a−b ∈ P, yaitu a+c > b+c.
2) Karena diketahui a−b ∈ P dan c−d ∈ P maka (a+c)−(b+d) = (a−b)+(c−d) ∈
P, yaitu a + c > b + d.
3) Karena diketahui a − b ∈ P, c ∈ P maka (a − b)c = ac − bc ∈ P, yaitu ac > bc.
Latihan 1.5. Buktikan bagian 4 pada Teorema 1.5.
Teorema 1.7. Jika a dan b bilangan real dengan a < b maka a < 12 (a + b) < b.
Bukti. Karena a < b maka 2a = a + a < a + b. Dengan argumen yang sama diperoleh
juga a + b < b + b = 2b. Dengan menggabungkan kedua hasil ini, diperoleh
a+b
2a < a + b < 2b ←→ a < < b. 
2
Latihan 1.6. Buktikan bahwa jika a > 0 maka 0 < 21 a < a.

Teorema berikut menjamin bahwa suatu bilangan taknegatif yang kurang dari bilangan
positif apapun adalah nol.
Teorema 1.8. Bila a ∈ R dengan 0 ≤ a <  untuk setiap ε > 0 maka a = 0.
Bukti. Bukti dengan kontradiksi. Andaikan a > 0. Berdasarkan Latihan sebelumnya,
berlaku 0 < 12 a < a. Sekarang ambil ε0 := 12 a > 0, sehingga berlaku 0 < ε0 < a.
Hal ini kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 ≤ a <  untuk setiap ε > 0. Jadi
pengandai salah, dan haruslah a = 0. 
Latihan 1.7. Bila a, b bilangan real dengan a < b + ε untuk setiap ε > 0 maka a ≤ b.

Berdasarkan denisi bilangan positif bahwa perkalian dua bilangan positif akan meng-
hasilkan bilangan positif. Tetapi sebaliknya, bila hasil kali dua bilangan real adalah
positif belum tentu kedua bilangan real tadi positif.
Teorema 1.9. Jika ab > 0 maka berlaku salah satu dari dua kemungkinan berikut:
a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0.

9
Bukti. Karena ab > 0 maka a 6= 0 dan b 6= 0, sebab jika salah satu diantara a atau b
bernilai nol maka ab = 0. Karena sifat trikotomi kemungkinnya a > 0 atau a < 0.
Untuk a > 0 maka 1/a > 0 dan

b = 1 · b = ((1/a)a) b = (1/a) (ab) > 0.


| {z } |{z}
>0 >0

Untuk kasus a < 0, diperoleh −a > 0 atau 1/(−a) > 0 sehingga diperoleh

0 < (1/(−a))(ab) = −(1/a)(ab) = − ((1/a) · a) · b = −1 · b = −b.

Karena −b > 0 maka disimpulkan b < 0. 

Latihan 1.8. Buktikan bahwa jika ab < 0 maka berlaku salah satu dari dua kemungk-
inan berikut:
a > 0 dan b < 0 atau a < 0 dan b > 0.

Kedua hasil yang baru saja diberikan mengatakan bahwa jika hasil kali dua bilangan
positif maka kedua bilangan itu bertanda sama. Sebaliknya, jika hasil kali kedua bilangan
negatif maka kedua bilangan itu berlainan tanda.

Beberapa ketidaksamaan penting pada R


Teorema 1.10. Misalkan a ≥ 0 dan b ≥ 0. Maka pernyataan-pernyataan berikut adalah
equivalen:
1. a < b
2. a2 < b2
√ √
3. a< b.

Bukti. Untuk a = 0 diperoleh pernyataan



b > 0 ←→ b2 > 0 ←→ b > 0.

Fakta ini mudah dibuktikan sendiri. Sekarang diasumsikan a > 0 dan b > 0, yaitu
a + b > 0. (1) → (2): Diketahui a < b, atau a − b < 0. Jadi diperoleh

a2 − b2 = (a − b) (a + b) < 0
| {z } | {z }
<0 >0

(2) → (1): Diketahui a2 −b2 = (a − b) (a + b) < 0. Karena diketahui pula a+b > 0
| {z } | {z }
<0 >0
maka haruslah a − b < 0, atau a < b. (i) ↔ (iii): Sebelumnya sudah dibuktikan
bahwa jika x, y > 0 maka
x < y ←→ x2 < y 2 .

10
√ √ √
Pada bagian
√ 2ini diambil x = a dan y = b sehingga x, y > 0. Karena a = ( a)2
dan b = b) maka diperoleh
√ √ √ √
a < b ←→ ( a)2 = a < b = ( b)2 .
Jadi lengkaplah bukti ini karena telah ditunjukkan berlakunya equivalensi
(3) ↔ (1) ↔ (2).
Teorema 1.11. [Rata-rata aritmatika-geometri] Bila a dan b bilangan positif maka
berlaku √ 1
ab ≤ (a + b). (RAG)
2
Bukti. Bila a = b maka relasi pada (RAG)√menjadi kesamaan.
√ Sekarang diasumsikan
a 6= b. Karena a > 0 dan b > 0 maka a > 0 dan b > 0. Diperhatikan bahwa
√ √ √ √
0 6= a − b = ( a − b) ( a + b) .
| {z }
>0
√ √
Jadi ( a − b) 6= 0, dan selanjutnya dikuadratkan diperoleh
√ √ √ √ 1
0 < ( a − b)2 = a − 2 ab + b ⇐⇒ ab > (a + b).
2

Rata-rata aritmatika (RA) dari dua bilangan



real a dan b adalah a+b
2
, sedangkan rata-
rata geometri (RG) dari a dan b adalah ab. Biasanya dalam kehidupan sehari-hari,
rata-rata aritmatika lebih sering digunakan daripada rata-rata geometri. Secara umum
dua macam rata-rata ini didenisikan sebagai berikut: Misalkan diketahui bilangan real
atau data a1 , a2 , · · · , an maka
n n
!1/n
1X Y
RA = ak , RG = ak
n k=1 k=1

dengan notasi untuk penjumlahan dan untuk perkalian suku-suku. Masih tetap
P Q
berlaku bahwa
RG ≤ RA.
Teorema 1.12 (Ketidaksamaan Bernoulli). Jika x > −1 maka untuk setiap n ∈ N
berlaku
(1 + x)n ≥ 1 + nx. (KB)
Bukti. Dibuktikan dengan induksi matematika. Untuk n = 1 kedua ruas pada (KB)
menjadi kesamaan. Diasumsikan berlaku untuk n = k , yaitu berlaku (1 + x)k ≥
1 + kx. Untuk n = k + 1, diperoleh
(1 + x)k ≥ 1 + kx [ diketahui ]
(1 + x)k+1 = (1 + x)k (1 + x) ≥ (1 + kx)(1 + x)
= 1 + (k + 1)x + kx2
≥ 1 + (k + 1)x.

11
Jadi berlaku untuk n = k + 1. Perhatikan pada baris kedua kedua ruas dikalikan
dengan (1 + x) suatu bilangan positif karena x > −1. 

Teorema 1.13 (Ketidaksamaan Cauchy). Misalkan a1 , a2 , · · · an dan b1 , b2 , · · · , bn


bilangan real maka berlaku
n
!2 n
! n
!
X X X
ak bk ≤ a2k b2k .
k=1 k=1 k=1

Bukti. Didenisikan fungsi F : R → R dengan


n
X
F (t) := (ak − tbk )2 .
k=1

Jelas F fungsi taknegatif, karena itu diperoleh


n
X
F (t) = a2k − 2tak bk + t2 b2k
k=1
n
! n
! n
!
X X X
= b2k t2 − 2 ak bk t+ a2k ≥ 0.
k=1 k=1 k=1

Jadi F merupakan fungsi kuadrat denit tak negatif, sehingga diskriminannya pun
tak negatif, yaitu
n
!2 n
! n
!
X X X
4 ak bk −4 b2k a2k ≤ 0.
k=1 k=1 k=1

Akhirnya dengan memindahkan ruas pada ketidaksamaan ini terbuktilah bahwa


n
!2 n
! n
!
X X X
ak bk ≤ a2k b2k .
k=1 k=1 k=1

Soal-soal yang dipecahkan


1. Diketahui a, b ∈ R.Buktikan a2 + b2 = 0 ←→ a = 0 dan b = 0.
2. Bila 0 ≤ a < b, buktikan a2 ≤ ab < b2 . Tunjukkan bahwa a2 < ab < b2 tidak
selalu berlaku.

3. Buktikan jika 0 < a < b maka berlaku a < ab < b dan 1b < a1 .
2
4. Buktikan untuk setiap a, b ∈ R berlaku 12 (a + b) ≤ 21 (a2 + b2 ).


12
5. Buktikan kebenaran pernyataan berikut
a) 0 < c < 1 → 0 < c2 < c < 1
b) c > 1 → 1 < c < c2 .
6. Bila untuk sebarang a, b ∈ R berlaku a ≤ b + ε untuk setiap ε > 0 maka a ≤ b.
7. Temukan himpunan penyelesaian yang memenuhi pertidaksamaan berikut
a) x2 > 3x + 4
b) 1 < x2 < 4
c) 1
x
<x
d) 1
x
< x2 .

1.3 Nilai mutlak dan jarak pada R


Pada sifat urutan bilangan real baru diketahui urutan lebih besar antara dua bilangan
real, tetapi belum diketahui pengertian jarak antara dua bilangan real. Jarak atau secara
umum disebut metrik pada bilangan real ini ditentukan melalui nilai mutlak.
Denisi 1.3. Nilai mutlak suatu bilangan real a, ditulis dengan |a| didenisikan sebagai:
bila a > 0,

a

|a| := 0 bila a = 0,
bila a < 0.

−a

Sebagai contoh, |3| = 3, |0| = 0, dan | − 1| = 1. Dengan kata lain, nilai multak bilangan
real bersifat dikotomi, yaitu nol atau positif. Diperhatikan tiga cabang pada denisi
nilai mutlak dapat disederhanakan menjadi
(
a bila a ≥ 0,
|a| :=
−a bila a < 0.

Teorema berikut menyajikan sifat-sifat dasar nilai mutlak.


Teorema 1.14. Misalkan a, b, c bilangan-bilangan real. Maka berlaku pernyataan berikut
1. |a| = 0 bila hanya bila a = 0
2. | − a| = |a|
3. |ab| = |a||b|
4. untuk c ≥ 0, |a| ≤ c bila hanya bila −c ≤ a ≤ c.

13
5. −|a| ≤ a ≤ |a|.
Bukti. 1)(⇐=): langsung dari denisi. (=⇒): dibuktikan melalui kontraposisinya, yaitu
jika a 6= 0 maka |a| 6= 0, juga langsung dari denisi.
2) Jika a = 0 maka diperoleh |a| = |0| = 0 = | − 0| = | − a|. Jika a > 0 maka
−a < 0 sehingga diperoleh |a| = a = −(−a) = | − a|. Jika a < 0 maka −a > 0
sehingga diperoleh |a| = −a = |a|.
3) Bila minimal salah satu dari a atau b bernilai nol maka kedua ruas bernilai
nol. Bila keduanya tidak ada yang nol, ada 4 kemungkinan untuk nilai a, b yang
perlu diselidiki yaitu a > 0, b > 0 atau a > 0, b < 0 atau a < 0, b > 0 atau
a < 0, b < 0. Untuk a > 0, b < 0 maka ab < 0, |a| = a, |b| = −b sehingga berlaku
|ab| = −(ab) = (a)(−b) = |a||b|. Untuk kemungkinan lainnya silahkan dicoba
sendiri sebagai latihan.
4) (⇐=): karena |a| ≤ c maka a ≤ c dan −a ≤ c atau a ≥ −c, digabungkan
diperoleh −c ≤ a ≤ c. (=⇒): bila −c ≤ a ≤ c maka kita mmepunyai a ≤ c dan
−c ≤ a, atau −a < c. Karena |a| bernilai |a| atau | − a| maka disimpulkan |a| < c.

5) Dengan mengambil c := |a| ≥ 0 pada bagian (4) maka |a| ≤ |a| adalah perny-
ataan yang benar. Implikasinya adalah −|a| ≤ c ≤ |a|. Cara lain adalah dengan
menggunakan kenyataan bahwa |a| ≥ a berlaku untuk setiap a ∈ R. Karena
−a ∈ R maka |a| = | − a| ≥ −a, atau −|a| ≤ a. Setelah digabungkan diperoleh
−|a| ≤ c ≤ |a|.
Denisi 1.4. Jarak (metrik) antara dua bilangan real a dan b didenisikan sebagai
d(a, b) := |a − b|.
Bila b = 0 maka d(a, 0) = |a| dipandang sebagai jarak a terhadap titik asal 0.

Interpretasi sederhana bilangan real dapat disajikan dalam garis bilangan. Gambar
berikut adalah garis bilangan dan ilustrasi jarak antara −3 dan 2.
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4

| -3 - 2 | = 5

Gambar 1.2: Garis bilangan dan jarak antara dua bilangan real

Teorema berikut berkaitan dengan sifat dasar nilai mutlak dan sangat sering digunakan
dalam analisis.
Teorema 1.15. (Ketidaksamaan segitiga) Untuk sebarang bilangan real a dan b berlaku
|a + b| ≤ |a| + |b|. (KS)

14
Bukti.Dari Teorema 1.14(5) kita mempunyai −|a| < a < |a| dan −|b| < b < |b|.
Dengan menjumlahkan dua ketidaksamaan ini diperoleh
−(|a| + |b|) < a + b < (|a| + |b|).

Kemudian, dari bagian (4) dengan menganggap c := (|a| + |b|) maka terbukti
bahwa
|a + b| ≤ |a| + |b|. 
Latihan 1.9. Untuk sebarang bilangan real a dan b, buktikan
1. ||a| − |b|| ≤ |a − b|.
2. |a − b| ≤ |a| + |b|.
Contoh 1.5. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x − 1| > |x + 1|.
Penyelesaian. Diperhatikan titik x = −1 dan x = 1 merupakan titik transisi, yaitu
perbatasan dimana nilai mutlak berubah pola. Untuk x < −1, maka x − 1 < 0
dan x + 1 > 0 sehingga |x − 1| = −(x − 1) dan |x + 1| = −(x + 1). Subtitusi
kedalam ketidaksamaan diperoleh
−(x − 1) > −(x + 1) ⇐⇒ 1 > −1

suatu pernyataan yang benar untuk setiap x < −1.


Untuk −1 < x < 1 berlaku |x − 1| = −(x − 1) dan |x + 1| = (x + 1). Subtitusi
kedalam ketidaksamaan diperoleh
−(x − 1) > (x + 1) ⇐⇒ 2x >< 0 ⇐⇒ x < 0.

Untuk x > 1 berlaku |x − 1| = x − 1 dan |x + 1| = x + 1. Substitusi ke dalam


ketidaksamaan diperoleh
x − 1 > x + 1 ⇐⇒ −1 > 1

suatu pernyataan yang salah untuk setiap x > 1.


Dengan menggabungkan ketiga hasil ini diperoleh himpunan penyelesaian untuk
x sebagai berikut

{x : x < −1} ∪ {x : x < 0} = {x : x < 0}.

Cara lain adalah dengan menggunakan Teorema 1.10 sebelumnya, yaitu


|x−1| > |x+1| ⇔ (x−1)2 > (x+1)2 ⇔ x2 −2x+1 > x2 +2x+1 ⇔ 4x < 0 ⇔ x < 0.

Perhatikan Teorema 1.10 memberikan dasar untuk mengkuadartkan kedua ruas ketidak-
samaan. Perlu hati-hati syarat yang harus dipenuhi adalah kedua ruas terjamin tidak
bernilai negatif.

15
Latihan 1.10. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x| + |x + 1| < 2.

Dapat diperiksa bahwa jarak (metrik) seperti diberikan pada Denisi 1.4 memenuhi
sifat-sifat sebagai berikut
1. d(x, y) ≥ 0 untuk setiap x, y ∈ R.
2. d(x, y) = 0 bila hanya bila x = y .
3. d(x, y) = d(y, x) untuk setiap x, y ∈ R.
4. d(x, y) ≤ d(x, z) + d(z, y) untuk setiap x, y ∈ R.
Sifat 4 ini merupakan generalisasi dari ketidaksamaan segitiga (KS). Himpunan bilangan
real yang dilengkapi dengan metrik d ini disebut ruang metrik. Lebih lanjut, pada
analisis dikenal pula ruang bernorma, ruang Banach, ruang Hilbert dan lain-lain.
Latihan 1.11. Misalkan S himpunan takkosong, buktikan fungsi d pada S × S yang
didenisikan oleh (
0 bila s = t,
d(s, t) :=
1 bila s =
6 0.
merupakan metrik. Metrik ini disebut metrik diskrit.

Bentuk lain generalisasi dari KS diungkapkan pada teorema berikut.


Teorema 1.16. Untuk sebarang bilangan real a1 , a2 , · · · , an , berlaku
|a1 + a2 + · · · + an | ≤ |a1 | + |a2 | + · · · + |an |.

Bukti. Dapat dibuktikan dengan induksi. Ingat prinsip induksi, jika berlaku untuk dua
bilangan maka akan berlaku untuk sebanyak berhingga bilangan.

Soal-soal yang perlu dipecahkan


1. Jika a, b ∈ R, buktikan bahwa |a + b| = |a| + |b| bila hanya bila ab ≥ 0.
2. Jika x < z , buktikan bahwa x < y < z bila hanya bila |x − y| + |y − z| = |x − z|.
Interprestasikan fakta ini secara geometris.
3. Jika a < x, y < b, tunjukkan bahwa |x − y| < b − a. Berikan interpretasi ge-
ometrinya.
4. Gambarkan grak fungsi y = |x| + |x − 1|.
5. Tentukan semua x yang memenuhi pertidaksamaan berikut
a) 4 < |x + 2| + |x + 1| < 5
b) |2x − 3| < 5 dan |x + 1| > 2 secara bersamaan.

16
6. Tentukan semua pasangan titik (x, y) dan sketsa grak pada R×R yang memenuhi
persamaan berikut
a) |x| = |y|
b) |xy| = 1
c) |x| + |y| = 2
d) |x| − |y| = 1.
7. Tentukan semua pasangan titik (x, y) dan sketsa grak pada R×R yang memenuhi
pertidaksamaan berikut
a) |x| ≤ |y|
b) |xy| ≥ 1
c) |x| + |y| ≤ 2
d) |x| − |y| ≥ 1.

1.4 Supremum dan inmum


Ketika kita diberikan himpunan A := [0, 1) maka minimum atau anggota terkecil him-
punan ini adalah 0. Pertanyaannya, apakah A mempunyai maksimum? Kalau ada,
berapa nilainya. Perhatikan bahwa 1 bukan nilai maksimum karena ia tidak termuat di
dalam A. Pertanyaan yang sejenis, apakah himpunan B := (0, 1] mempunyai minimum?.
Dengan kata lain, apakah ada bilangan positif terkecil?. Untuk pertanyaan terakhir ini
jawabannya diberikan pada contoh berikut.
Contoh 1.6. Buktikan himpunan B := (0, 1] tidak mempunyai minimum.
Bukti. Gunakan metoda kontradiksi. Anda B mempunyai minimum, katakanlah ni-
lainya xmin . Maka haruslah memenuhi 0 < xmin < 1. Ambil a := 12 xmin . Maka
berdasarkan teorema yang sudah dibahas sebelumnya berlaku 0 < a < xmin dan
a ∈ B . Jadi ada anggaota B yang lebih kecil dari xmin padahal xmin adalah mini-
mum. Fakta ini menghasilkan kontradiksi sehingga pengandaian kita adalah salah.
Kesimpulannya B tidak mempunyai minimum. 

Latihan 1.12. Buktikan himpunan A := [0, 1) tidak mempunyai maksimum.

Diperhatikan bahwa pada 1 bukan maksimum himpunan A := [0, 1) tetapi tidak ada
anggota A yang lebih besar dari 1. Nantinya bilangan 1 seperti ini disebut batas atas
paling kecil atau supremum untuk himpunan A. Sebelumnya diberikan denisi batas
ata dan batas bawah himpunan sebagai berikut.
Denisi 1.5. Misalkan S suatu himpunan bagian dari R.

17
Gambar 1.3: Ilustrasi batas atas dan batas bawah

1. Bilangan u ∈ R dikatakan batas atas S jika s ≤ u untuk setiap s ∈ S .


2. Bilangan w ∈ R dikatakan batas bawah S jika w ≤ s untuk setiap s ∈ S .
Ilustrasi batas atas dan batas bawah himpunan diberikan Gambar 1.3.
Jadi batas atas atas dan batas bawah tidak tunggal seperti nilai maksimum atau mini-
mum. Kita sebut himpunan batas atas A, ditulis hba(A) untuk menyatakan kumpulan
semua batas atas A. Notasi dan maksud yang sesuai untuk hbb(B).
Contoh 1.7. Diberikan S := [0, 1), maka himpunan batas atas S dan himpunan batas
bawah S adalah
hba(S) = {x ∈ R : x ≥ 1} dan hbb(S) = {x ∈ R : x ≤ 0}.
Diperhatikan 0 ∈ S dan 0 adalah batas bawah, sedangkan 1 ∈
/ S dan 1 batas atas S .

Contoh 1.8. Himpunan bilangan asli N tidak mempunyai batas bawah maupun batas
atas.

Contoh 1.9. Himpunan S := { n1 : n ∈ N} mempunyai himpunan batas bawah {x : x ≤


0} dan mempunyai himpunan batas atas {x : x ≥ 1}.

Contoh 1.10. Buktikan setiap bilangan real adalah batas atas himpunan kosong ∅.
Bukti. Argumennya dapat dijelaskan sebagai berikut. Bilangan u ∈ R batas atas S
dapat disajikan dalam kalimat logika berikut
s ∈ S → s < u.

Dalam kasus S himpunan kosong maka pernyataan s ∈ S bernilai salah, sehingga


kalimat implikasi s ∈ S → s < u selalu benar. 
Dengan argumen yang sejalan dapat disimpulkan bahwa semua bilangan real juga meru-
pakan batas bawah himpunan kosong.

Contoh 1.11. Tuliskan denisi p bukan batas atas S .

18
Penyelesaian. Perhatikan denisi batas atas dalam kalimat logika berikut

p batas atas S ←→ p ≥ s untuk setiap s ∈ S.

Dengan membuat ingkaran kalimat ini maka diperoleh denisi bukan batas atas
berikut

p bukan batas atas S ←→ ada s0 ∈ S sehingga p < s0 . 

Latihan 1.13. Tuliskan denisi d bukan batas bawah S .


Denisi 1.6. Himpunan yang mempunyai batas atas disebut terbatas diatas (bounded
above ), sedangkan himpunan dikatakan terbatas dibawah (bounded below ) jika ia mem-
punyai batas bawah. Himpunan dikatakan terbatas jika ia terbatas diatas dan terbatas
dibawah.
Contoh 1.12. Himpunan bilangan real R := (−∞, ∞) tidak terbatas diatas maupun
dibawah. Himpunan S := [1, ∞) terbatas dibawah. Himpunan E := { n1 : n ∈ N}
terbatas.
Denisi 1.7. Misalkan S himpunan bagian dari R.
1. Misalkan S terbatas diatas. Maka batas atas u dikatakan supremum S jika tidak
ada bilangan lain yang lebih kecil dari u yang menjadi batas atas S . Dengan kata
lain u batas atas yang paling kecil.
2. Misalkan S terbatas dibawah. Maka batas bawah w dikatakan inmum dari S
jika tidak ada bilangan lain yang lebih besar dari w yang menjadi batas bawah S .
Dengan kata lain w batas bawah yang paling besar.
Kedua istilah ini ditulis dalam

u = sup(S) dan w = inf(S).

Karakterisasi supremum

Berdasarkan denisi, u = sup(S) dapat dikarakterisasi oleh dua kondisi berikut, yaitu:
1. u ≥ s untuk setiap s ∈ S ,
2. bila ada v ∈ R dengan v < u maka ada s0 ∈ S sehingga v < s0 .
Kondisi pertama menyatakan bahwa v haruslah batas atas S dan kondisi kedua meny-
atakan bahwa batas atas ini haruslah yang terkecil. Artinya bila ada v bilangan lain
yang lebih kecil dari s maka v bukan batas atas S lagi.

Contoh 1.13. Tulisakan karakterisasi w = inf S .

19
Gambar 1.4: Ilustrasi supremum dan inmum

Ilustrasi grak supremum dan inmum diberikan pada Gambar 1.4. Berdasarkan den-
isi dan ilustrasi ini kita dapat membuktikan bahwa supremum atau inmum suatu him-
punan adalah tunggal. Berikut teorema mengenai fakta ini.
Teorema 1.17. Supremum suatu himpunan selalu tunggal.
Bukti. Andaikan u = sup S dan u1 = sup S dengan u 6= u1 . Karena itu ada dua
kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu u < u1 atau u > u1 . Untuk u < u1 berarti
u bukan batas atas S , ini berlawanan dengan u = sup S . Untuk u > u1 berarti
u1 bukan batas atas S , ini bertentangan dengan u1 = sup S . Jadi pengandaian
u 6= u1 salah, seharusnya u = u1 
Latihan 1.14. Buktikan inmum suatu himpunan selalu tunggal.
Berikut adalah kriteria epsilon yang sering digunakan untuk mengetahui suatu batas
atas merupakan supremum atau bukan.
Teorema 1.18. Misalkan u suatu batas atas himpunan S . Maka berlaku pernyataan
berikut
u = sup S ↔ ∀ε > 0, ∃s ∈ S sehingga u − ε < s. (1.1)
Bukti. (→): Ambil ε > 0 sebarang. Karena diketahui u = sup S maka u − ε bukan
batas atas S , jadi ada s ∈ S sehingga u − ε < s.
(←): Akan ditunjukkan bahwa u yang memenuhi sebelah kanan (1.1) merupakan
supremum S . Misalkan v sebarang bilangan real dengan v < u. Ambil ε := u−v >
0, maka ada s ∈ S sehingga

u − ε = u − (u − v) = v < s.

Ini berarti v bukan batas atas S , dan berdasarkan karakteristik supremum disim-
pulkan bahwa u = sup S . 
Fakta pada teorema ini diilustrasikan pada Gambar 1.5.
Latihan 1.15. Misalkan w suatu batas atas himpunan S . Maka berlaku pernyataan
berikut
w = inf S ↔ ∀ε > 0, ∃s ∈ S sehingga w + ε > s. (1.2)
Contoh 1.14. Diperhatikan himpunan S := {x : 0 ≤ x < 1}. Maka max S tidak ada,
tetapi sup S = 1, min S = inf S = 0.

20
s

Gambar 1.5: Ilustrasi kriteria epsilon untuk supremum

Contoh 1.15. Diperhatikan himpunan S := { n1 : n ∈ R}. Maka maks S = sup S = 1,


min S tidak ada tetapi inf S = 0.
Bukti. Hasil ini dapat dibuktikan sebagai berikut. Jika diberikan ε > 0 sebarang maka
selalu dapat dipilih bilangan asli n0 dengan n0 > 1/ε. Nah, s = n10 ∈ S dan
0 + s > ε. Berdasarkan kriteria inmum (latihan sebelumnya) maka disimpulkan
0 adaah inmum S . 
Pada pembuktian ini telah digunakan sifat Archimedes sebagai berikut
Setiap ε > 0 selalu terdapat bilangan asli n sehingga 1
n
< ε.

Sebagai ilustrasi sifat Archimedes ini, diperhatikan fakta berikut:


1 1 1
ε = 0.0012 → = 833.333 · · · , ambil n = 834 maka berlaku = < 0.0012 = ε.
ε n 834

Setelah mempelajari supremum, maksimum, inmum dan minimum maka jelaslah bahwa
konsep supremum dan inmum lebih luas daripada konsep maksimum dan minimum.
Faktanya, bila suatu himpunan S mempunyai maksimum dan minimum maka
sup S = maks S, inf S = min S.

Sebaliknya tidak semua himpunan mempunyai supremum atau inmum. Himpunan


yang tidak mempunyai batas atas tentu tidak mempunyai supremum, begitu juga him-
punan yang tidak terbatas ke bawah tidak mungkin mempunyai inmum. Himpunan
bilangan real R tidak mempunyai supremum maupun inmum. Ingat supremum dan
inmum merupakan bilangan real, sedangkan ∞ atau −∞ bukan bilangan real.

Sifat supremum dan inmum


Sifat ini dapat disajikan secara sederhana sebagai berikut. Setiap himpunan tak kosong
yang terbatas diatas selalu mempunyai supremum, dan setiap himpunan tak kosong
yang terbatas dibawah selalu mempunyai inmum.
Sifat supremum ini dikenal juga dengan sifat kelengkapan bilangan real. Dengan sifat
ini terjamin bahwa garis bilangan adalah "padat", artinya tidak ada satupun titik yang
hilang. Sebagai ilustrasi, diperhatikan himpunan terbatas berikut
A := {x > 0 : x2 < 2}.

21
Himpunan√A ini tidak mempunyai maksimum √ tetapi A mempunyai supremum, yaitu
sup A = 2. Fakta ini menjamin bahwa 2 yang merupakan bilangan irrasional
benar-benar ada. Pertanyaannya, seberapa banyak bilangan irrasional yang ada. Lebih
"banyak" mana, bilangan rasional atau bilangan irrasional. Nah, berikut ini diberikan
sifat kepadatan bilangan rasional dalam R.

Teorema 1.19. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan rasional
r dengan a < r < b.
Bukti.

Diperhatikan bahwa b−a1


suatu bilangan real positif. Menurut sifat Archimedes terdapat
bilangan asli n sehingga n > b−a
1
. Untuk n ini berlaku
nb − na > 1. (*)
Sekarang ambil m sebagai bilangan bulat pertama yang lebih besar dari na, dan berlaku
m − 1 ≤ na < m. (**)
Dari (*) dan (**) diperoleh
na < m ≤ na + 1 < nb.
Bentuk terakhir ini dapat ditulis na < m < nb, dan dengan membagi semua ruas dengan
n, didapat
m
a< <b
n
dan dengan mengambil r := m
n
maka bukti Teorema selesai. 

Contoh 1.16. Tentukan 3 buah bilangan rasional diantara 2 dan 23 .
Penyelesaian.

1. Diketahui a = 2 ≈ 1, 4142, b = 3/2 = 1, 5
2. d = 1
1,5−1,4142
≈ 11.6569
3. Jadi bilangan asli yang yang dapat diambil adalah n = 12, 13, 14, 15, 16.

4. Untuk n = 12 diperoleh
√ na ≈ (12)( 2) ≈ 16, 9706 maka diambil m = 17. Untuk
n = 13, na√ ≈ (13)( 2) ≈ 18, 3848 dan diambil m = 19. Untuk n = 14 maka
na ≈ (14)( 2) ≈ 19, 7990 dan dimabil m = 20.

5. Jadi bilangan rasional r = 17 19
,
12 13
, dan 20
14
terletak diantara 2 dan 3/2.

Latihan 1.16. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan irrasional
z dengan a < z < b.

Latihan 1.17. Temukan 5 bilangan irrasional yang terletak diantara 1 dan 1.01.

22
Soal-soal yang perlu dipecahkan
1. Diberikan himpunan S := {1 − n1 : n ∈ N}. Hitunglah supremum dan inmum
S . Buktikan kebenaran jawaban yang Anda berikan. (Petunjuk: gunakan kriteria,
karakteristik, atau sifat Archimedes).
2. Pertanyaan yang sama seperti soal nomor 1 tetapi untuk S := { n1 − m1 : n ∈ N}.
3. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas dibawah. Buktikan

inf S = − sup{−s : s ∈ S}.

4. Misalkan S himpunan terbatas dan S0 himpunan bagian dari S . Buktikan

inf S ≤ inf S0 ≤ sup S0 ≤ sup S.

5. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas diatas. Untuk a ∈ R didenisikan

a + S := {a + x : x ∈ S}.

Buktikan
sup(a + S) = a + sup S.

6. Misalkan S himpunan takkosong. Untuk a bilangan real tidak nol didenisikan


aS := {as : s ∈ S}. Buktikan
(i) Bila a > 0 maka

inf(aS) = a inf S, dan sup(aS) = a sup S.

(ii) Bila a < 0 maka

inf(aS) = a sup S, dan sup(aS) = a inf S.

7. Misalkan A dan B himpunan takkosong dan A + B := {a + b : a ∈ A, b ∈ B}.


Buktikan bahwa

sup(A + B) = sup A + sup B dan inf(A + B) = inf A + inf B.

8. Misalkan f dan g dua fungsi yang didenisikan pada domain X . Jika rangenya
terbatas, buktikan
(i) sup{f (x) + g(x) : x ∈ X} ≤ sup{f (x) : x ∈ X} + sup{g(x) : x ∈ X}.
(ii) inf{f (x) + g(x) : x ∈ X} ≥ inf{f (x) : x ∈ X} + inf{g(x) : x ∈ X}.

23
2 BARISAN BILANGAN REAL
Di sekolah menengah, barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun
menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya
barisan dan deret merupakan satu kesatuan pokok bahasan. Sekarang barisan dipahami
dari sudut pandang analisis sebagai bentuk khusus dari fungsi. Sedangkan deret akan
dibahas secara khusus pada bagian berikutnya.

2.1 Pengertian barisan dan limitnya

Denisi 2.1. Barisan bilangan real adalah suatu fungsi bernilai real dengan domain
himpunan bilangan asli N. Jadi barisan adalah fungsi X : N → R, dimana setiap n ∈ N
nilai fungsi X(n) biasa ditulis sebagai
X(n) := xn

dan disebut suku ke-n barisan X . Notasi barisan yang akan digunakan dalam buku ini
adalah
X, (xn ), (xn : n ∈ N).
Contoh 2.1. Beberapa barisan dan cara penulisannya:
a. X := (2, 4, 6, 8, · · · ) merupakan barisan bilangan genap. Dapat juga ditulis sebagai
X := (2n : n ∈ N).
b. Y := 1 1 1
. Dapat juga ditulis Y := 1
:n∈N .
 
, , ,···
1 2 3 n

c. Dalam beberapa keperluan praktis, barisan didenisikan secara rekusif atau in-
duktif sebagai berikut
(
x1 , x2 , · · · , xn−1 diberikan,
xn := f (x1 , x2 , · · · , xn−1 ).

Barisan Fibonacci adalah barisan yang berbentuk F := (1, 1, 2, 3, 5, 8, · · · ). Barisan


ini dapat ditulis secara rekursif sebagai berikut :
x1 := 1, x2 := 1, xn := xn−1 + xn−2 , untuk n ≥ 3.

Latihan 2.1. Berikut diberikan beberapa suku awal barisan (xn ). Seandainya pola
seperti ini tetap, tentukan formula umum suku ke n nya.

1
a. 1/2, 2/3, 3/4, 4/5, · · · ,
b. 1/2, −1/4, 1/8, −1/16, · · · ,
c. 1, 4, 9, 16, · · · ,
Latihan 2.2. Diberikan barisan yang didenisikan secara rekursif berikut. Tentukan 5
suku pertamanya
a. y1 := 2, yn+1 := 12 (yn + 2/yn ), n ≥ 1.
b. z1 := 1, z2 := 2, zn+2 := (zn+1 + zn )/(zn+1 − zn ), n ≥ 3.
c. x1 := 1, yn+1 := 41 (2yn + 3), n ≥ 1.

Penulisan barisan menggunakan kurung biasa ”( )” dimaksudkan untuk membedakan-


nya dengan himpunan biasa yang ditulis menggunakan kurung kurawal ”{ }”. Pada
himpunan, anggota yang sama cukup ditulis satu kali. Sedangkan pada barisan, suku-
suku yang berbeda ada kemungkinan bernilai yang sama, dan semuanya harus ditulis.
Sebagai contoh ambil barisan (xn ) yang didenisikan xn := (−1)n . Jadi barisannya
adalah
X := (−1, 1, −1, 1, · · · ).
Tetapi bila suku-suku ini dipandang sebagai anggota himpunan maka ditulis
X := {−1, 1}.
Denisi 2.2. Misalkan X = (xn ) barisan bilangan real. Bilangan real x dikatakan limit
dari (xn ) jika untuk setiap ε > 0 terdapat bilangan asli N (umumnya bergantung pada
ε) sehingga berlaku
|xn − x| < ε untuk setiap n ≥ N.

Jika x limit dari barisan X maka X dikatakan konvergen ke x dan ditulis


lim X = x, atau lim(xn ) = x.
Jika suatu barisan mempunyai limit kita katakan barisan itu konvergen. Sebaliknya
jika tidak mempunyai limit kita katakan ia divergen.
Diperhatikan pada denisi ini pernyataan |xn −x| < ε dapat ditulis sebagai x−ε < xn <
x + ε. Ini berarti pada suatu saat, semua suku-suku barisan berada dalam "kerangkeng"
(x − ε, x + ε). Ilustrasi geometris barisan (xn ) yang konvergen ke x diberikan pada
Gambar 2.1.
Kadangkala digunakan notasi xn → x untuk menyatakan secara intuitif bahwa xn
"mendekati" x bila n → ∞. Pada denisi ini kriteria xn "mendekati" x diukur oleh
ε > 0, sedangkan kriteria n → ∞ dicirikan oleh adanya bilangan asli N . Tidak adanya
notasi n → ∞ pada penulisan lim(xn ) dapat dipahami karena barisan yang dibahas
adalah barisan takberujung, yaitu banyak sukunya takterhingga.
Muncul pertanyaan apakah mungkin suatu barisan konvergen ke dua limit yang berbeda?
Jawaban diberikan secara formal dalam teorema berikut.

2
Gambar 2.1: Ilustrasi barisan konvergen

Teorema 2.1. Suatu barisan bilangan real hanya dapat mempunyai satu limit. Dengan

kata lain, jika suatu barisan konvergen maka limitnya tunggal.

Bukti. Andaikan barisan X := (xn ) mempunyai dua limit yang berbeda, katakan xa
dan xb dengan xa 6= xb . Diberikan ε := 13 |xb − xa |. Karena lim(xn ) = xa maka
untuk ε ini terdapat Na sehingga

|xn − xa | < ε untuk setiap n ≥ Na .

Juga, karena lim(xn ) = xb maka terdapat Nb sehingga

|xn − xb | < ε untuk setiap n ≥ Nb .

Sekarang untuk n ≥ maks {Na , Nb } maka berlaku

|xa − xb | = |xa − xn + xn − xb |
≤ |xn − xa | + |xn − xb |
< ε+ε
2
= |xa − xb |.
3
Akhirnya diperoleh |xa −xb | < 23 |xa −xb | suatu pernyataan yang kontradiksi.Pengandaian
xa 6= xb salah dan haruslah xa = xb , yaitu limitnya mesti tunggal. 

Latihan 2.3. Diberikan barisan bilangan real (xn ).


a. Tuliskan denisi barisan (xn ) tidak konvergen ke x.
b. Tuliskan denisi barisan (xn ) divergen.

Pembahasan barisan di sini ditekankan pada pemahaman teoritis bukan pada aspek
teknis seperti menghitung nilai limit barisan. Pekerjaan dominan adalah membuktikan
suatu barisan dengan limit telah diketahui, bukan menghitung berapa nilai limit suatu
barisan. Contoh-contoh berikut memberikan gambaran bagaimana denisi digunakan
untuk membuktikan kebenaran limit suatu barisan.

3
Contoh 2.2. Buktikan bahwa lim(1/n) = 0.
Bukti. Secara intuitif fakta ini adalah benar karena kita membagi bilangan 1 dengan
bilangan yang semakin membesar menuju takhingga sehingga hasilnya mesti nol.
Tapi bukti ini tidak formal karena tidak didasarkan pada teori yang ada, misalnya
denisi. Berikut bukti formalnya. Disini kita mempunyai xn := n1 , dan x = 0.
Diberikan ε > 0 sebarang. Harus ditemukan bilangan asli N sehingga
1
|xn − x| = |1/n − 0| = < ε untuk setiap n ≥ N.
n
Mudah saja, pada bentuk terakhir ketidaksamaan ini berlaku n1 < ε. Diselesaikan,
diperoleh n > 1ε . Jadi N cukup diambil sebagai bilangan asli terkecil yang lebih
besar dari 1ε , atau ceiling dari x yaitu
N = d1/εe .
Sebagai contoh, misalkan diberikan ε := 0.013 maka 1ε = 76.9231. Jadi cukup
diambil N := 77. Untuk meyakinkan dapat diperiksa bahwa
x77 = 0.0130, x78 = 0.0128, x79 = 0.0127, x80 = 0.0125, x81 = 0.0123, x82 = 0.0122
kesemuanya kurang dari 0.013. Lebih telitinya x77 = 0.012987. Terbukti bahwa
lim( n1 ) = 0. 
Contoh 2.3. Buktikan lim 3n+2
n+1
= 1/3.


Di sini kita mempunyai xn := dan x = 1/3.


n+1

Penyelesaian. 3n+2

n+1 1
|xn − x| = −
3n + 2 3

3n + 3 − 3n − 2
=
3(3n + 2)
1
=
3(3n + 2)
Bentuk terakhir ini akan kurang dari ε bila
1 − 6ε
(9n + 6)ε > 1, yaitu n > .

Jadi N cukup diambil sebagai bilangan asli terkecil yang lebih besar dari 6−ε

, yaitu
bila ε cukup kecil sehingga 6−ε

tidak negatif diambil
 
1 − 6ε
N= .

Sebagai contoh, misalkan diberikan ε := 0.013 maka 1−6ε

= 7.8803. Jadi cukup
diambil N := 8. Agar lebih meyakinkan dihitung beberapa nilai |xn − 1/3|, untuk
n = 8, 9, 10, 11, 12, hasilnya
0.0128, 0.0115, 0.0104, 0.0095, 0.0088,
yang kesemuanya kurang dari ε := 0.013. Terbukti bahwa lim n+1
= 1/3.

3n+2


4
Latihan 2.4. Gunakan denisi limit barisan untuk membuktikan
 
3n + 1 3
lim = .
2n + 5 2

Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan ε := 0.0023, juga
ε := 0.0132. Ujilah kebenarannya untuk n = N, N + 1, N + 2, N + 3, N + 4.

Latihan 2.5. Gunakan denisi limit barisan untuk membuktikan


(−1)n n
 
lim = 0.
n2 + 1

Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan ε := 1/4, juga
ε := 1/16.Ujilah kebenarannya untuk n = N, N + 1, N + 2, N + 3, N + 4.

Latihan 2.6. Gunakan denisi limit barisan untuk membuktikan


 
1 1
lim − = 0.
n n+1

Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan ε := 1/4, juga bila
ε := 1/16. Ujilah kebenarannya untuk n = N, N + 1, N + 2, N + 3, N + 4.

Dari beberapa contoh dan latihan ini mestinya dapat disimpulkan bahwa semakin kecil
ε > 0 yang diberikan maka semakin besar indeks N yang dapat diambil. Kenyataan ini
sesuai dengan denisi bahwa semakin kecil ε > 0 maka semakin kecil lebar "kerangkeng"
dan semakin lama pula suku-suku barisan mulai mengumpul di dalam "kerangkeng" ini.
Kekonvergenan barisan (xn ) ditentukan oleh pola suku-suku yang sudah jauh berada di
ujung, bukan oleh suku-suku awal. Walaupun pada awalnya suku-suku barisan beruk-
tuasi cukup besar namun bila pada akhirnya suku-suku ini mengumpul di sekitar titik
tertentu maka barisan ini tetap konvergen. Fakta ini diformal dalam istilah ekor barisan.
Denisi 2.3. Misalkan barisan X := (x1 , x2 , x3 , · · · , xn , · · · ) dipotong pada suku ke m
dan dibentuk barisan baru
Xm := (xm+1 , xm+2 , · · · )
maka barisan Xm disebut ekor ke m barisan X .

Jadi ekor barisan merupakan barisan yang dibentuk dengan memotong m buah suku
pertama pada barisan semula. Ternyata sifat kekonvergenan ekor barisan dan barisan
semula adalah identik, seperti diungkapkan pada teorema berikut.
Teorema 2.2. Barisan X konvergen bila hanya bila ekor barisan Xm juga konvergen,

dan berlaku

lim X = lim Xm .

5
Bukti. (→) Diberikan ε > 0. Karena X = (xn : n = 1, 2, · · · ) konvergen, katakan
lim(xn ) = x maka terdapat bilangan asli N sehingga

|xn − x| < ε untuk setiap n = N, N + 1, N + 2, · · ·

Misalkan ekor barisan Xm = {xm+n : n = 1, 2, 3, · · · }. Karena jika n ≥ N beraki-


bat m + n ≥ N maka untuk N ini berlaku

|xm+n − x| < ε untuk setiap n = N, N + 1, N + 2, · · ·

Ini menunjukkan bahwa lim Xm = x.


(←)Diketahui Xm konvergen, yaitu lim Xm = x maka untuk ε > 0 sebarang ter-
dapat bilangan asli N sehingga

|xm+n − x| <  untuk setiap m + n = N, N + 1, N + 2, · · ·

Dengan mengambil N1 = N − m maka berlaku

|xn − x| < ε untuk setiap n = N1 , N1 + 1, N1 + 2, · · ·

Karena itu berdasarkan denisi disimpulkan lim X = x. 


Pembuktikan limit barisan langsung dari denisi akan menjadi sulit bilamana bentuk
barisan yang dihadapi cukup rumit. Melalui denisi dikembangkan "alat-alat" seder-
hana yang dapat digunakan untuk membuktikan limit barisan, khususnya barisan yang
mempunyai bentuk tertentu. Berikut sebuah teorema sederhana yang dapat mendeteksi
dengan mudah kekonvergenan suatu barisan.

Teorema kekonvergenan terdominasi (TKD)

Teorema 2.3. Misalkan ada dua barisan bilangan real (an ) dan (xn ). Jika ada C>0
dan m∈N sehingga berlaku

|xn − x| ≤ C|an | untuk semua n≥m dan lim(an ) = 0

maka lim(xn ) = x.

Bukti. Diberikan ε > 0. Karena lim(an ) = 0 maka ada Na ∈ N sehingga

|an | < ε/C untuk setiap n ≥ Na .

Jadi untuk setiap n ≥ N := maks {Na , m} berlaku

|xn − x| ≤ C|an | < C(ε/C) = ε.

Terbukti bahwa lim(xn ) = x. 

6
Dikatakan teorema terdominasi karena suku-suku |xn − x| pada akhirnya selalu terdom-
inasi dari atas oleh barisan (an ) yang konvergen ke nol. Dalam penggunaan teorema ini
diperlukan menemukan barisan (an ) dan konstanta C > 0 seperti dalam teorema.
Contoh 2.4. Bila a > 0, buktikan barisan lim 1+na 1
= 0.


Bukti. Karena a > 0 maka berlaku 0 < na < na + 1, dan akibatnya kita mempunyai
1 1
< .
na + 1 na
Selanjutnya,   
1 1 1 1
| − 0| = < .
1 + na 1 + na a n
Dengan mengambil C := 1/a dan an = 1/n  dan dikarenakan lim an = 0 maka
dengan TKD disimpulkan bahwa lim 1+na1
= 0. 
Contoh 2.5. Misalkan 0 < b < 1, buktikan lim(bn ) = 0.
Bukti. Ambil a := 1−b
b
= 1b − 1 > 0. Dapat ditulis b = 1
(1+a)
(mengapa?). Dengan
ketidaksamaan Bernoulli berlaku
(1 + a)n ≥ 1 + na
dan diperoleh   
1 1 1 1 1
0< ≤ < = .
(1 + a)n 1 + na na a n
Diambil an := 1
n
dan C = a1 maka berdasarkan TKD terbukti lim(bn ) = 0. 
Latihan 2.7. Misalkan c > 0, buktikan lim(c1/n ) = 0.
Latihan 2.8. Buktikan lim(n1/n ) = 1.

Soal-soal yang dipecahkan

1. Buktikan dengan menggunakan denisi limit barisan


 
a) lim n2
2n2 +1
= 21 .
b) lim 2n
= 2.

n+1

2. Diberikan xn := 1
ln(n+1)
.
a) Gunakan denisi untuk membuktikan lim(xn ) = 0.
b) Tentukan bilangan asli terkecil N bila diberikan ε = 271 .
c) Tunjukkan kebenaran |xn − 0| < ε untuk n = N, N + 1, N + 2, N + 3.
3. Buktikan lim 1 1
= 0.

n
− n+1
 
4. Buktikan lim (2n)1/n = 1.
5. Bila lim(xn ) = x > 0, tunjukkan ada bilangan asli K sehingga x
2
< xn < 2x untuk
setiap n ≥ K .

7
M x1
... xn

x2 xn+1 ...
-M

Gambar 2.2: Ilustrasi barisan terbatas

2.2 Sifat-sifat limit barisan

Berikut ini diberikan sifat aljabar barisan konvergen. Sifat-sifat ini banyak digunakan
dalam keperluan praktis terutama dalam menghitung nilai limit barisan. Sebelumnya
diberikan sifat keterbatasan barisan konvergen.
Denisi 2.4. Barisan (xn ) dikatakan terbatas jika ada bilangan M > 0 sehingga |xn | ≤
M untuk setiap n ∈ N. Dengan kata lain, barisan (xn ) terbatas jika hanya jika himpunan
{xn : n ∈ N} terbatas pada R.

Ilustrasi barisan terbatas diberikan pada Gambar 2.2.


Contoh 2.6. Barisan (1/n : n ∈ N) terbatas dengan M = 1, ((−1)n : n ∈ N) terbatas
dengan M = 1.
Contoh 2.7. Barisan (xn ) dikatakan tidak terbatas jika untuk setiap bilangan real K
terdapat suku xm sehingga |xm | > K . Barisan (2n : n ∈ N) tidak terbatas sebab setiap
bilangan real K selalu dapat ditemukan bilangan asli m sehingga 2m > K . Dalam K  hal
ini cukup diambil m bilangan asli pertama yang lebih besar dari 2 , atau m = 2 .
K

Teorema 2.4. Bila barisan (xn ) konvergen maka ia terbatas.

Bukti.Diketahui barisan (xn ) konvergen, katakan lim(xn ) = x. Ambil ε := 1 maka ada


N ∈ N sehingga
|xn − x| < 1 untuk setiap n ≥ N.
Karena ||xn | − |x|| ≤ |xn − x| < 1 maka berdasarkan sifat nilai mutlak diperoleh
|xn | < 1 + |x| untuk setiap n ≥ N.
Kita dapat mengambil
M := max {|x1 |, |x2 |, · · · , |xN −1 |, 1 + |x|}
agar pernyataan berikut berlaku
|xn | ≤ M untuk setiap n ∈ N.
Berdasarkan denisi barisan terbatas maka teorema terbukti. 

8
Sebaliknya barisan yang terbatas belum tentu konvergen seperti ditunjukkan pada con-
toh berikut.
Contoh 2.8. Diberikan barisan ((−1)n : n ∈ N). Jelas barisan ini terbatas karena |xn | <
1 untuk setiap n. Selanjutnya, kita buktikan barisan ini tidak konvergen. Andaikan ia
konvergen, katakan lim(xn ) = a. Ambil ε := 1, maka terdapat bilangan asli N sehingga

|(−1)n − a| < 1 untuk setiap n ≥ N.

Bilangan n ≥ N dapat berupa bilangan genap atau bilangan ganjil. Untuk n ganjil
maka (−1)n = −1, sehingga diperoleh

|(−1)n − a| = | − 1 − a| < 1 ⇒ −2 < a < 0. (*)

Untuk n genap maka (−1)n = 1, sehingga diperoleh

|(−1)n − a| = |1 − a| < 1 ⇒ 0 < a < 2. (**)

Dua pernyataan (*) dan (**) saling kontradiksi, sehingga pengandaian salah. Jadi ter-
bukti barisan ((−1)n : n ∈ N) divergen.
Teorema 2.5. Jika X := (xn ) dan Y := (yn ) dua barisan yang masing-masing konvergen
ke x dan y maka

1. barisan X ± Y := (xn + yn ) konvergen ke x ± y,


2. barisan XY := (xn yn ) konvergen ke xy
3. barisan cX := (cxn ) konvergen ke cx.

Bukti. (1) Untuk membuktikan lim(xn + yn ) → (x + y), kita harus memberikan estimasi
pada |(xn + yn ) − (x + y)|. Karena lim(xn ) = x dan lim(yn ) = y maka untuk ε > 0
yang diberikan terdapat N1 dan N2 sehingga

|xn − x| < ε/2 untuk setiap n ≥ N1 dan |yn − y| < ε/2 untuk setiap n ≥ N2 .

Jadi untuk setiap n ≥ N := max{N1 , N2 } diperoleh

|(xn + yn ) − (x + y)| = |(xn − x) + (yn − y)|


≤ |xn − x| + |yn − y|
≤ ε/2 + ε/2 = ε

Dengan cara yang sama dapat dibuktikan (xn − yn ) konvergen ke (x − y).


(2) Karena (xn ) konvergen maka ia terbatas, yaitu ada M1 > 0 sehingga |xn | ≤
M1 untuk setiap n ∈ N. Ambil M := max{M1 , |y|}. Karena lim(xn ) = x dan
lim(yn ) = y maka untuk ε > 0 yang diberikan terdapat N1 dan N2 sehingga

|xn − x| < ε/2M untuk setiap n ≥ N1 dan |yn − y| < ε/2M untuk setiap n ≥ N2 .

9
Jadi untuk setiap n ≥ N := max{N1 , N2 } diperoleh
|xn yn − xy| = |(xn yn − xn y) + (xn y − xy)|
= |xn (yn − y) + y(xn − x)|
≤ |xn ||y − yn | + |y||x − xn |
≤ M |xn − x| + M |yn − y|
≤ M (ε/2M ) + M (ε/2M ) = ε.

(3) Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan cara membentuk


|cxn − cx| = |c||xn − x|.

Bukti lengkapnya dapat diselesaikan sendiri.


Sifat perkalian limit dua barisan dapat dikembangkan untuk perkalian sebanyak berhingga
barisan, yaitu jika (an ), (bn ), · · · , (zn ) barisan-barisan konvergen maka berlaku
lim ((an )(bn ) · · · (zn )) = lim(an ) lim(bn ) · · · lim(zn ).

Khususnya jika barisan-barisannya sama, katakan ada sebanyak k barisan (xn ) maka
lim(akn ) = (lim(an ))k .

Teorema 2.6. Misalkan X := (xn ) dan Y := (yn ) barisan konvergen, berturut-turut ke


 
X xn
x dan y , yn 6= 0 untuk setiap n ∈ N dan y =6 0 maka barisan hasil bagi
Y
:= yn
x
konvergen ke .
y

Bukti.

xn x xn y − xyn
− =
yn y yn y
1
= |xn y − xyn |
|yn ||y|
1
= |xn y − xn yn + xn yn − xyn |
|yn ||y|
1
= |xn (y − yn ) + yn (xn − x)|
|yn ||y|
|xn | 1
≤ |yn − y| + |xn − x|
|yn ||y| |y|

Selanjutnya, kita perlu memberikan batas untuk suku |y|xnn||y|


|
. Karena (xn ) konver-
gen maka ia terbatas yaitu ada M > 0 sehingga |xn | ≤ M untuk setiap n ∈ N.
Karena lim(yn ) = y maka diberikan ε := 12 |y| ada N1 ∈ N sehingga
1
|yn − y| < |y| untuk setiap n ≥ N1 .
2

10
Karena ||yn | − |y|| ≤ |yn − y| dan |yn − y| < 12 |y| maka
1 1 3 1
||yn | − |y|| < |y| ⇔ |y| < |yn | < |y| ⇒ |yn | > |y| untuk setiap n ≥ N1 .
2 2 2 2
Jadi berlaku
1 2
< untuk setiap n ≥ N1 .
|yn | |y|
Dengan demikian kita mempunyai estimasi

− ≤ |xn | |yn − y| + 1 |xn − x| < 2M |yn − y| + 1 |xn − x|.
xn x
(*)
yn y |yn ||y| |y| |y|2 |y|

Sekarang diberikan ε > 0 sebarang. Karena lim(yn ) = y dan lim(xn ) = x maka


ada N2 , N3 ∈ N sehingga
|y| |y|2
|xn − x| < ε untuk setiap n ≥ N2 , dan |yn − y| < ε untuk setiap n ≥ N3 .
2 4M
Dengan mengambil N := max{N1 , N2 , N3 } maka berdasarkan (*), diperoleh

xn x
− < ε/2 + ε/2 = ε untuk setiap n ≥ N.
yn y
 
Ini menunjukkan bahwa lim xynn = xy . 

Contoh 2.9. Kita tunjukkan bahwa lim 2n+1


= 2. Pertama kita ubah dulu ke dalam

n+5
bentuk barisan konvergen, yaitu
 
2n + 1 2 + 1/n
= .
n+5 1 + 5/n

Selanjutnya, diambil X := (2 + 1/n) dan Y := (1 + 5/n). Jelas bahwa lim X = 2 dan


lim Y = 1 maka lim X
Y
= 12 = 2.

Teorema 2.7. Bila (xn ) barisan taknegatif, yaitu xn ≥ 0 untuk setiap n ∈ N maka

lim(xn ) ≥ 0.

Bukti. Andaikan kesimpulan ini salah, yaitu x := lim(xn ) < 0. Ambil ε := −x > 0,
maka berdasarkan denisi ada K ∈ N sehingga

|xn − x| < −x ⇐⇒ x < xn − x < −x =⇒ xn < 0, untuk semua n ≥ K.

Khususnya untuk n = K berlaku xn < 0. Hal ini kontradiksi dengan hipotesis


bahwa xn ≥ 0 untuk setiap n ∈ N. Pengandaian bahwa lim(xn ) < 0 adalah salah,
jadi teorema terbukti. 

11
Teorema 2.8. (xn )
Jika dan (yn ) barisan konvergen dan x n ≤ yn untuk setiap n∈N
maka lim(xn ) ≤ lim(yn ).
Bukti. Didenisikan barisan (zn ) dengan zn := yn −xn . Diperoleh (zn ) barisan taknegatif.
Dengan Teorema sebelumnya maka berlaku
lim(zn ) = lim(yn − xn ) = lim(yn ) − lim(xn ) ≥ 0 → lim(yn ) ≤ lim(xn ).
Ini membuktikan teorema yang dimaksud. 

Teorema 2.9. Bila (xn ) barisan konvergen dan a ≤ xn ≤ b untuk setiap n∈N maka

a ≤ lim(xn ) ≤ b.
Bukti. Denisikan barisan konstan (yn := a|n ∈ N) dan (zn := b|n ∈ N), maka berlaku
yn ≥ xn dan xn ≤ zn .
Mengingat lim(yn ) = a dan lim(zn ) = b maka dengan menggunakan teorema
sebelumnya dapat disimpulkan berlaku a ≤ lim(xn ) ≤ b. 
Teorema berikut menjelaskan kekonvergenan suaru barisan yang terjepit oleh dua barisan
yang konveregen ke limit yang sama. Teorema ini sangat bermanfaat dalam membuk-
tikan limit barisan.
Teorema 2.10. [Teorema kekonvergenan terjepit (TKJ)] Bila (xn ), (yn ) dan (zn )
barisan bilangan real yang memenuhi kondisi berikut

1. xn ≤ yn ≤ zn untuk setiap n∈N


2. lim(xn ) = lim(zn )
maka (yn ) konvergen dan lim(xn ) = lim(yn ) = lim(zn ).
Bukti. Misalkan w := lim(xn ) = lim(zn ). Diberikan ε > 0 sebarang, maka terdapat
bilangan asli N1 dan N2 sehingga
|xn − w| < ε untuk setiap n ≥ N1 dan |zn − w| < ε untuk setiap n ≥ N2 .
Bila diambil N := max{N1 , N2 } maka berlaku
|xn − w| < ε dan |zn − w| < ε untuk setiap n ≥ N.
Dari ini diperoleh
−ε < xn − w dan zn − w < ε untuk setiap n ≥ N.
Diketahui xn ≤ yn ≤ zn , dengan menambahkan w pada ketiga ruas diperoleh
xn − w ≤ yn − w ≤ zn − w untuk setiap n ∈ N.
Dengan hasil sebelumnya, diperoleh
−ε < yn − w < ε ⇐⇒ |yn − w| < ε untuk setiap n ≥ N.
Jadi terbukti lim(yn ) = w. 

12
Teorema ini dikenal juga istilah teorema sequeeze atau teorema sandwich.

Contoh 2.10. Buktikan lim sin n


= 0.

n

Bukti. Diperhatikan untuk setiap bilangan asli n berlaku

−1 ≤ sin n ≤ 1.

Karena itu diperoleh


−1 sin n 1
≤ ≤ .
n n n
Dengan mengambil xn = −1/n, yn = n dan zn = 1/n maka dengan TKJ
sin n


diperoleh  
sin n
lim = lim(−1/n) = lim(1/n) = 0.
n
Terbuktilah bahwa lim sinn n = 0.


Versi lainnya TKJ ini akan muncul lagi dalam bentuk limit fungsi yang akan diberikan
pada bab selanjutnya. Satu lagi alat cepat dan mudah untuk menyelidiki kekonvergenan
barisan adalah uji rasio berikut.
Teorema 2.11. Misalkan (xn ) barisan bilangan real positif sehingga lim xxn+1
n
:= L ada.

Jika L<1 maka (xn ) konvergen dan lim(xn ) = 0.

Bukti. Karena (xn ) positif maka ( xxn+1


n
) barisan taknegatif sehingga L ≥ 0. Jadi 0 ≤
L < 1. Misalkan r suatu bilangan dimana L < r < 1, ambil ε := r − L > 0.
Terdapat bilangan asli K sehingga

xn+1
< ε := r − L untuk setiap n ≥ K.


xn − L

Jadi untuk setiap n ≥ K berlaku


xn+1
< r ⇒ xn+1 < rxn ,
xn
dan karena 0 < r < 1 maka diperoleh

0 < xn+1 < rxn < r2 xn < · · · < rn−K+1 xK .

Dengan mengambil C := xK
rK
kita mempunyai

0 < xn+1 < Crn+1 .

Karena 0 < r < 1 maka lim(rn+1 ) = 0. Dengan menggunakan TKD maka terbukti

lim(xn ) = lim(xn+1 ) = 0. 

13
Contoh 2.11. Kita selidiki apakah barisan ( 2nn ) konvergen. Kita gunakan uji rasio,
2

yaitu
xn+1 (n + 1)2 2n
=
xn 2n+1 n2
1 n2 + 2n + 1
=
2 n2
1 2 1
= (1 + + 2 )
2 n n
Karena L := lim 21 (1+ n2 + n12 ) = 1/2 < 1 maka berdasarkan uji rasio disimpulkan barisan
( 2nn ) konvergen dengan limit nol.
2

Latihan 2.9. Misalkan b > 1, selidikilah kekonvergenan barisan ( bnn ).

Pada bagian akhir sub pokok bahasan ini diberikan dua hasil yang berguna untuk mem-
pelajari materi yang akan datang.
Teorema 2.12. Jika barisan (xn ) konvergen maka

1. Barisan nilai mutlak (|xn |) konvergen dengan lim |xn | = | lim(xn )|,
√ √ p 
2. Jika xn ≥ 0 maka barisan ( xn ) konvergen dengan lim( xn ) = lim(xn ) .

Bukti.
(1) Misalkan lim(xn ) = x. Kita telah mempunyai sifat nilai mutlak bahwa

||xn | − |x|| ≤ |xn − x|, untuk semua n ∈ N.

Jadi kekonvergenan (|xn |) langsung diakibatkan oleh kekonvergenan (xn ).



(2) Karena x > 0 maka x > 0. Selanjutnya dibentuk
√ √ √ √
√ √ ( xn − x)( xn + x) xn − x
xn − x = √ √ =√ √ . (*)
xn + x xn + x
√ √ √
Karena xn + x ≥ x > 0 maka √ 1 √
xn + x
≤ √1
x
sehingga dari (*) diperoleh


 
√ 1
xn − x ≤ √ |xn − x|.
x

Karena xn → x maka (xn − x) → 0, dan dengan menggunakan Teorema kekonver-


√ √ p 
genan terdominasi maka terbukti lim( xn ) = x = lim(xn ) .

14
Soal-soal untuk latihan

1. Buktikan barisan berikut tidak konvergen


a) (2n )
b) (−1)n n2
2. Hitunglah lim(xn ) jika
a) xn := (2 + n1 )2
(−1)n
b) xn := n+2

c) xn := n+1

n n
1
d) xn := (n + 1) ln(n+1)
3. Bila barisan (bn ) terbatas dan lim(an ) = 0, tunjukkan lim(an bn ) = 0.
√ √ √
4. Bila didenisikan yn := n + 1 − n, n ∈N, buktikan (yn ) dan ( nyn ) konvergen
dan hitunglah limit masing-masingnya.
5. Bila 0 < a < b, buktikan
an+1 + bn+1
 
lim .
an + bn
6. Bila a > 0, b > 0, tunjukkan
p  a+b
lim (n + a)(n + b) − n = .
2
7. Gunakan TKT untuk menghitung nilai limit berikut
 
a) n1/n
2

2
b) (n!)1/n .

2.3 Barisan Monoton Terbatas (BMT)

Sebelumnya sudah dibahas bahwa barisan konvergen pasti terbatas, tetapi barisan ter-
batas belum tentu konvergen. Pada bagian ini dibahas syarat cukup agar barisan ter-
batas konvergen.
Denisi 2.5. Suatu barisan (xn ) dikatakan monoton naik jika
x1 ≤ x2 ≤ · · · ≤ xn ≤ · · · , atau xn ≤ xn+1 untuk setiap n ∈ N
dan dikatakan turun jika
x1 ≥ x2 ≥ · · · ≥ xn ≥ · · · , atau xn ≥ xn+1 untuk setiap n ∈ N.
Barisan (xn ) dikatakan monoton jika ia monoton naik saja atau monoton turun saja.

15
Contoh 2.12. Berikut ini adalah contoh sifat kemono
1. Barisan (1, 2, 3, 4, · · · , n, · · · ), (1, 2, 2, 3, 3, 3, 4, 4, 4, 4, · · · ) merupakan barisan yang
naik.
2. Barisan (1, 12 , 31 , · · · , n1 , · · · ), merupakan barisan yang turun.
3. Barisan (a, a2 , a3 , · · · , an , · · · ) turun jika a < 0, dan naik jika a > 0.
4. Barisan (−1, +1, −1, · · · , (−1)n , · · · ) merupakan barisan tidak monoton.
5. Barisan konstan (2, 2, · · · , 2, · · · ) merupakan barisan naik dan juga turun.
6. Barisan (7, 6, 2, 1, 2, 3, 4, · · · ) dan (−2, 0, 1, 31 , 12 , 13 , · · · ) merupakan barisan tidak
monoton tapi pada akhirnya monoton.

Teorema 2.13. [Teorema kekonvergenan monoton (TKM)] Jika barisan (xn ) mono-
ton dan terbatas maka ia konvergen. Selanjutnya,

1. Bila (xn ) monoton naik maka lim(xn ) = sup{xn |n ∈ N}


2. Bila (xn ) monoton turun maka lim(xn ) = inf{xn |n ∈ N}.

Bukti. Hanya dibuktikan untuk kasus monoton naik. Diketahui (xn ) naik dan terbatas.
Berarti ada M > 0 sehingga |xn | ≤ M , akibatnya xn ≤ M untuk semua n ∈
N. Jadi himpunan {xn : n ∈ N} terbatas diatas. Berdasarkan sifat supremum,
himpunan ini selalu mempunyai supremum, katakan

x∗ := sup{xn : n ∈ N}.

Selanjutnya akan ditunjukkan lim(xn ) = x∗ . Diberikan ε > 0 sebarang, maka


x∗ − ε bukan lagi batas atas {xn : n ∈ N}. Jadi ada xK ∈ {xn } sehingga

x∗ − ε < xK .

Karena (xn ) naik dan xn < x∗ untuk setiap n maka diperoleh

x∗ − ε < xK ≤ xn < x∗ < x∗ + ε untuk setiap n ≥ K.

Ini berakibat x∗ − ε < xn < x∗ + ε atau |xn − x∗ | < ε untuk setiap n ≥ K , yaitu
lim(xn ) = x∗ . 

Latihan 2.10. Buktikan jika (xn ) monoton turun maka ia konvergen dan lim(xn ) =
inf{xn |n ∈ N}.

Diingatkan kembali pembedaan dalam penulisan barisan dan himpunan. Dalam naskah
ini kita menggunakan penulisan lim(xn ) dan sup{xn }, bukan sebaliknya yaitu sup(xn )
dan lim{xn }.

16
Contoh 2.13. Selidikilah apakah barisan (xn ) yang didenisikan oleh
1 1 1
xn := 1 + + + ··· +
2 3 n
konvergen atau divergen.
Penyelesaian. Jelas barisan ini monoton naik sebab
1
xn+1 = xn + ≥ xn untuk setiap n ∈ N.
n
Selanjutnya dibuktikan apakah barisan ini terbatas atau tidak. Untuk melihat
pola barisan ini secara numerik , kita perhatikan suku ke n
1 1 1
xn = 1 + + + ··· +
2 3 n
Komputasi numerik memberikan data sebagai berikut :
x10 = 2.9290, x100 = 5.1874, x1000 = 7.4855, x10000 = 9.7876, x100000 = 12.0901.
Terlihat bahwa kenaikannya sangat lambat sehingga berdasarkan data ini 'seolah-
olah' suku-suku barisan ini akan menuju bilangan tertentu atau konvergen. Baik,
perhatikan suku-suku ke 2n , n ∈ N, yaitu x2n . Untuk n = 1, x21 = 1 + 12 . Untuk
n = 2, x22 = 1+ 12 + 31 + 14 . Untuk n = 3, x23 = 1+ 21 + 13 + 14 + 15 + 16 + 17 + 81 .


Secara umum diperoleh


   
1 1 1 1 1 1
x2 n = 1+ + + + ··· + + + ··· + n
2 3 4 2n−1 + 1 2n−1 + 2 2
   
1 1 1 1 1 1
> 1+ + + + ··· + ··· + n
+ n + ··· + n
2 4 4 2 2 2
1 1 1 1
= 1 + + + + ··· +
|2 2 2{z 2}
nsuku
n
= 1+ .
2
Jadi selalu ada suku pada barisan ini yang lebih besar dari bilangan real manapun
sehingga barisan ini tidak terbatas dan disimpulkan barisan ini divergen. Sebagai
ilustrasi diberikan bilangan real α = 5001. Maka kita dapat menemukan suku
yang lebih besar dari 5001, yaitu suku ke 210.000 . Silahkan dicek! Karena itu maka
kita simpulkan barisan ini tidak terbatas. Jadi ia tidak konvergen. 
Kekonvergenan barisan yang disajikan dalam bentuk rekursif lebih mudah diperiksa
dengan menggunakan TKM.
Contoh 2.14. Misalkan (xn ) barisan yang didenisikan secara rekursif sebagai berikut:
(
x1 := 1,

xn+1 := 2xn untuk n ≥ 1.
Selidikilah kekonvergenan barisan ini. Bila ia konvergen berapakah limitnya.

17

Penyelesaian. Diperhatikan x1 = 1 dan x2 = 2. Jadi 1 ≤ x1 < x2 < 2. Secara intuitif,
barisan ini monoton naik dan terbatas di atas oleh 2. Untuk menunjukkan klaim
ini kita gunakan prinsip induksi matematika, yaitu menunjukkan bahwa berlaku

1 ≤ xn < xn+1 < 2.

Kita baru saja membuktikan pernyataan ini berlaku untuk n = 1. Diasumsikan


berlaku untuk n = k , yaitu kita mempunyai 1 ≤ xk < xk+1 < 2. Akibatnya,
2 ≤ 2xk < 2xk+1 < 4. Untuk n = k + 1, diperoleh
√ √ p √
1< 2 ≤ xk+1 = 2xk < 2xk+1 := xk+2 < 4 = 2.

Jadi berlaku

1 ≤ xk+1 < xk+2 < 2, yaitu berlaku untuk n = k + 1.

Dengan demikian terbukti bahwa barisan ini monoton naik dan terbatas. Berdasar-
kan TKM barisan ini konvergen. Selanjutnya dihitung limitnya. Bila supremum
himpunan {xn } mudah dicari maka limitnya langsung didapat, yaitu lim(xn ) =
sup{xn }. Berdasarkan hasil perhitungan numeris 10 suku pertama barisan ini
adalah
1.0000, 1.4142, 1.6818, 1.8340, 1.9152, 1.9571,
1.9785, 1.9892, 1.9946, 1.9973.
Terlihat indikasi supremumnya adalah 2. Secara teoritis masih harus dibuktikan
bahwa 2 benar-benar sebagai supremumnya. Cara kedua adalah dengan menggu-
nakan sifat ekor barisan dan barisan akar. Misalkan x = lim(xn ), maka
√ p
lim(xn+1 ) = lim( 2xn ) = lim(2xn )

x = 2x
2
x = 2x ⇒ x(x − 2) = 0.

Diperoleh x = 0 atau x = 2. Karena xn > 1 untuk setiap n maka nilai yang


memenuhi adalah x = 2. Cara ketiga adalah dengan mengamati bahwa untuk
limit ini menghasilkan bentuk akar kontinu berikut,
r q

lim(xn ) = 2 2 2 · · ·.


q p
Misalkan x = 2 2 2 · · · maka diperoleh

x2 = 2x ⇒ x(x − 2) = 0 ⇒ x = 0 atau x = 2.

Ini memberikan hasil yang sama yaitu lim(xn ) = 2. 

18
Soal-soal untuk latihan

1. Diberikan barisan (zn ) yang didenisikan secara rekursif sebagai berikut:


(
z1 := 1,
zn+1 := 14 (2zn + 3) untuk n ≥ 1.

Selidikilah kekonvergenan barisan ini. Jika ia konvergen, hitunglah limitnya.


2. Misalkan a > 0 dan z1 > 0. Didenisikan zn+1 := (a + zn )1/2 . Selidikilah kekon-
vergenan barisan ini. Jika ia konvergen, hitunglah limitnya.
3. Buktikan dengan menggunakan TKM, jika 0 < b < 1 maka lim(bn ) = 0.
4. Dengan menggunakan TKM untuk buktikan lim(c1/n ) = 1 dimana c > 0.

2.4 Barisan bagian (subsequence )

Pada bagian awal bab ini telah diperkenalkan istilah ekor barisan. Ekor barisan ini
merupakan bentuk khusus dari barisan bagian. Berikut ini diberikan denisi barisan
bagian.
Denisi 2.6. Misalkan X := (xn ) barisan bilangan real dan misalkan diambil barisan
bilangan asli naik tegas, yaitu r1 < r2 < · · · < rn < · · · maka barisan X 0 yang diberikan
oleh
(xr1 , xr2 , xr3 , · · · , xrn , · · · )
disebut barisan bagian dari X. Barisan bagian ini ditulis X 0 := (xrn : n ∈ N).
Contoh 2.15. Diberikan barisan X := (1, 21 , 13 , · · · , n1 , · · · ). Beberapa barisan bagian
dari X adalah
1. X 0 := ( 12 , 41 , · · · , 2n
1
, · · · ).
2. X 00 := (1, 31 , 15 , · · · , 2n−1
1
, · · · ).
3. X 000 := ( 41 , 15 , 61 , · · · , n+3
1
, · · · ).

Contoh 2.16. Berikut ini bukan barisan bagian dari X := (1, 12 , 31 , · · · , n1 , · · · )


1. Y 0 := (1, 13 , 12 , 14 , 13 , · · · ) sebab r2 = 3 dan r3 = 2 sehingga r2 < r3 tidak dipenuhi.
2. Y 00 := ( 12 , 21 , 13 , 31 , · · · ) sebab r1 = 2 = r2 sehingga r1 < r2 tidak dipenuhi.
Ilustrasi pembentukan barisan bagian ditunjukkan pada Gambar 1.3. Pada Gambar ini
barisan {x2 , x3 , x5 , x7 , x8 , x10 , · · · } merupakan subbarisan dari barisan {x1 , x2 , x3 , · · · }.
Pada barisan dan subbarisan berlaku hubungan indeks
rn ≥ n untuk setiap n.

19
x5
x2
x9
x4
x1 x10

3 6 7 8
1 2 4 5 9 10 n
x7
x3 x8
x6

Gambar 2.3: Pembentukan barisan bagian

Pada Gambar 1.3 diperoleh r1 = 2, r2 = 3, r3 = 5, r4 = 7, · · · .


Kekonvergenan barisan bagian mengikuti kekonvergenan barisan induknya. Berikut ini
Teorema kekonvergenan barisan bagian (TKBB).
Teorema 2.14. [Teorema Konvergen Barisan Bagian] Jika barisan (xn ) konvergen

ke x maka setiap barisan bagiannya konvergen ke x.


Bukti. Diberikan ε > 0 sebarang. Karena (xn ) konvergen ke x maka ada bilangan asli
K sehingga
|xn − x| < ε untuk setiap n ≥ K.
Karena rn ≥ n untuk setiap n ∈ N maka berlaku pula
|xrn − x| < ε untuk setiap rn ≥ n ≥ K. 
Contoh 2.17. Kita buktikan dengan menggunakan TKBB bahwa lim(c1/n ) = 1 dimana
c > 0. Misalkan zn = c1/n , diambil z2n = c1/2n = (c1/n )2 = zn2 sebagai barisan bagiannya.
Ditulis z = lim(zn ), diperoleh
lim(zn ) = lim(z2n )
lim(zn ) = lim((zn )2 ) = (lim(zn ))2
z = z 2 ⇒ z(z − 1) = 0 ⇒ z = 0 atau z = 1.
Karena zn > 0 untuk setiap n dan (zn ) monoton naik (seharusnya sudah dibuktikan
pada latihan sebelumnya) maka dimabil z = 1.

Melalui TKBB kita dapat membuat kriteria barisan divergen. Diperhatikan kontrapo-
sisinya, jika ada dua barisan bagian konvergen tetapi limit keduanya tidak sama maka
barisan induknya divergen.

20
Contoh 2.18. Diperhatikan barisan X := ((−1)n ) mempunyai dua barisan bagian X 0 :=
(x2n ) = ((−1)2n ) dan X 00 := (x2n−1 ) = ((−1)2n−1 ). Karena
lim X 0 = 1 6= −1 = lim X 00
maka barisan ((−1)n ) divergen. Kesimpulan yang sama seperti telah dibuktikan pada
bagian sebelumnya.
Tidak semua barisan monoton, tetapi pada setiap barisan selalu dapat dikonstruksi
barisan bagian yang monoton. Bila barisan induknya terbatas maka jelas setiap barisan
bagian juga terbatas. Konsekuensi dari kenyataan ini diperoleh Torema terkenal berikut.
Teorema 2.15 (Teorema Bolzano-Wierestraÿ). Setiap barisan terbatas selalu memuat

barisan bagian yang konvergen.

Sebagai ilustrasi diperhatikan barisan ((−1)n ) yang merupakan barisan terbatas tetapi
tidak konvergen, tetapi memuat barisan bagian yang konvergen, misalnya (x2n ) = ((−1)2n )
konvergen ke 1 dan (x2n−1 ) = ((−1)2n−1 ) konvergen ke−1.

2.5 Barisan Cauchy dan kontraksi


Teorema konvergen monoton (TKM) yang sudah dibahas sebelumnya sangat berguna
untuk menyelidiki kekonvergenan suatu barisan, namun ia memiliki keterbatasan karena
hanya dapat diterapkan pada barisan yang monoton. Untuk barisan yang tidak monoton
TKM tidak berguna sama sekali. Untuk itu pada bagian akhir Bab ini diberikan dua
kriteria konvergenan tanpa syarat monoton.
Denisi 2.7 (Barisan Cauchy). Barisan X := (xn ) disebut barisan Cauchy jika untuk
setiap ε > 0 terdapat bilangan asli K , biasanya bergantung pada ε sehingga
|xn − xm | < ε untuk setiap m, m ≥ K.

Ilustrasi barisan Cauchy diberikan pada Gambar 2.4.


x5

x2 xK xK+1 xK+2 ... <E


x1 x4
...

x3

Gambar 2.4: Ilustrasi barisan Cauchy

Salah satu sifat barisan Cauchy diberikan pada teorema berikut.

21
Teorema 2.16. Bila (xn ) barisan Cauchy maka (xn ) terbatas.

Bukti. Misalkan X := (xn ) barisan Cauchy, dan diberikan ε := 1. Terdapatlah bilangan


asli K sehingga
|xn − xm | < 1 untuk setiap m, n ≥ K.
Khususnya, untuk m = K maka berlaku
|xn − xK | < 1, akibatnya |xn | < 1 + |xK | untuk setiap n ≥ K.
Ambil M := max{|x1 |, |x2 |, · · · , |xK−1 |, 1 + |xK |} maka diperoleh |xn | < M untuk
setiap n ∈ N yaitu (xn ) terbatas. 
Di dalam bilangan real, barisan Cauchy dan barisan konvergen adalah equivalen seperti
disampaikan pada teorema berikut.
Teorema 2.17. Suatu barisan bilangan real adalah konvergen bila hanya bila ia barisan

Cauchy.

Bukti. (→) Diketahui (xn ) konvergen, katakan lim(xn ) = x. Diberikan ε > 0 sebarang,
maka ada bilangan asli K sehingga |xn − x| < ε/2 untuk setiap n ≥ K . Jadi untuk
setiap m, n ≥ K berlaku
|xn − xm | = |(xn − x) + (x − xm )|
≤ |x − xn | + |x − xm | < ε/2 + ε/2 = ε.
Terbukti (xn ) barisan Cauchy.
(←) Diberikan ε > 0 sebarang. Karena (xn ) Cauchy maka ada bilangan asli K1
sehingga
|xn − xm | < ε/2 untuk setiap m, n ≥ K1 .
Berdasarkan Teorema 2.16, barisan Cauchy (xn ) ini terbatas dan berdasarkan Teo-
rema Bolzano-Wierestraÿ terdapat barisan bagian (xrn ) yang konvergen, katakan
lim(xrn ) = x∗ . Oleh karena itu terdapat bilangan asli K2 sehingga
|xrn − x∗ | < ε/2 untuk setiap rn ≥ K2 .
Bila diambil K := max{K1 , K2 } maka keduanya berlaku
|xn − xm | < ε/2 dan |xrn − x∗ | < ε/2 untuk setiap n, m, rn ≥ K.
Khususnya untuk m = K = rn berlaku
|xn − xK | < ε/2 dan |xK − x∗ | < ε/2 untuk setiap n ≥ K.
Akhirnya diperoleh untuk setiap n ≥ K berlaku
|xn − x∗ | = |xn − xK + xK − x∗ |
≤ |xn − xK | + |xK − x∗ | < ε/2 + ε/2 = ε,
yaitu (xn ) konvergen ke x∗ . 

22
Perlu diingatkan bahwa barisan Cauchy konvergen hanya dalam kasus barisan bilangan
real. Secara umum barisan Cauchy belum tentu konvergen. Pada analisis real lanjutan
suatu barisan Cauchy konvergen hanya dijamin pada apa yang disebut dengan ruang
Hilbert.
Contoh 2.19. Tunjukkan ( n1 ) adalah barisan Cauchy tetapi ((−1)n ) bukan Cauchy.
Bukti. Untuk barisan xn := n1 . Diberikan ε > 0 sebarang. Selalu ada bilangan asli
K sehingga K > 2ε . Jadi untuk setiap m, n ≥ M berlaku m1 < 2ε dan n1 < 2ε .
Diperoleh

|xm − xn | = |1/m − 1/n| ≤ 1/m + 1/n < ε/2 + ε/2 = ε, untuk setiap m, m ≥ K.

Ini membuktikan ( n1 ) barisan Cauchy.


Untuk membuktikan barisan ((−1)n ) bukan Cauchy, dipahami dulu denisi barisan
bukan Cauchy berikut: barisan (xn ) bukan Cauchy jika terdapat ε0 > 0 sehingga
setiap K ∈ N terdapat m0 , n0 > K sehingga berlaku |xm0 − xn0 | > ε0 . Dalam
kasus ini diambil ε0 = 1. Untuk setiap K > 0 ambil m0 sebuah bilangan genap
dan n0 sebuah bilangan ganjil, keduanya lebih dari K . Maka diperoleh

|xm0 − xn0 | = |1 − (−1)| = 2 > ε0 .

Contoh 2.20.
 
(−1)n
Buktikan barisan n + n bukan Cauchy.
n
Penyelesaian. Kita mempunyai xn := n + (−1)
n
dan selisih
n m

(−1) (−1)
|xn − xm | = n − m + − .
n m

Ambil ε0 := 1. Ambil n0 dan m0 bilangan asli dengan ketentuan n0 > m 0 , n0 genap


(−1)n0
dan m0 ganjil. Dengan ketentuan ini maka berlaku n0 − m0 ≥ 1, n0 = n10 , dan
(−1)m0
m0
= − m10 . Diperoleh

(−1)n0 (−1)m0


|xn − xm | = n0 − m0 +

n0 m0
1 1
= |(n0 − m0 ) + + |
n0 m 0
1 1
≥ |1 + + | > 1 = ε0 . 
n0 m 0
Contoh 2.21. Selidikilah kekonvergenan barisan (xn ) yang didenisikan secara rekursif
berikut : (
x1 := 1, x2 := 2
xn := 12 (xn−2 + xn−1 ) untuk n ≥ 2.

23
Penyelesaian. Dapat ditunjukkan dengan induksi bahwa 1 ≤ xn ≤ 2 untuk setiap
n ∈ N. Apakah barisan ini monoton?. Coba perhatikan beberapa suku pertamanya
berikut ini,

1.0000, 2.0000, 1.5000, 1.7500, 1.6250, 1.6875, 1.6563, 1.6719, 1.6641, 1.6680

Tidak ada indikasi barisan ini monoton sehingga TKM tidak dapat digunakan.
Diperhatikan secara rekursif didapat
1
|xn − xn+1 | = |xn + (xn−1 − xn )|
2
1
= |xn − xn−1 |
2
1
= |xn−1 − xn |
2
1 1
= 2 |xn−1 − xn−2 | = 2 |xn−2 − xn−1 |
2 2
..
.
1 1
= |x2 − x1 | = .
2n−1 2n−1
Misalkan m > n, diperhatikan suku-suku ke n, n + 1, n + 2, · · · , m − 1, m. Dengan
menggunakan ketidaksamaan segitiga diperoleh

|xn − xm | = |(xn − xn+1 ) + (xn+1 − xn+2 ) + (xn+2 − xn+3 ) + · · · + (xm−1 − xm )|


≤ |xn − xn+1 | + |xn+1 − xn+2 | + |xn+2 − xn+3 | + · · · + |xm−1 − xm |
1 1 1 1
= n−1 + n + n+1 + · · · + m−2
2  2 2 2 
1 1 1 1
= n−1 1 + + 2 + · · · + m−n−1
2 2 2 2
1 2 1
= n−1 2 − (1/2)m−n−1 < n−1 = n−2

2 2 2
Diambil K bilangan asli terkecil yang lebih besar dari (2 −2 log ε) atau K =
d2 −2 log εe, maka

|xn − xm | < ε untuk setiap m, m ≥ K.

Jadi ini adalah barisan Cauchy sehingga terbukti ia konvergen. Selanjutnya, limit
barisan tidak dapat diperoleh dengan menggunakan sifat ekor barisan karena akan
menghasilkan relasi x = 12 (x + x). Relasi ini selalu benar tetapi tidak memberikan
informasi apapun. Sekarang digunakan TKBB. Ambil suku-suku ganjil (x2n+1 :
n ∈ N). Untuk n = 1 diperoleh x3 = 1+ 12 . Karena x4 = 12 (2+ 32 ) = (1+ 12 + 14 ), maka
untuk n = 2 diperoleh x5 = 21 (x3 +x4 ) = 1+ 12 + 213 . Karena x6 = 1+ 12 + 213 + 214 , maka
untuk n = 3 diperoleh x7 = 1 + 12 + 213 + 215 . Secara umum, dengan menggunakan

24
induksi matematika dapat dibuktikan bahwa setiap bilangan asli n berlaku
1 1 1 1
x2n+1 = 1 + + 3 + 5 + · · · + 2n−1
|2 2 2 {z 2 }
deret geometri n suku
1 1 n

1 − ( )
= 1+ 2 4
3/4
2
= 1 + (1 − (1/4n )) .
3
Berdasarkan ini diperoleh
 
2
lim(xn ) = lim(x2n+1 ) = lim 1 + (1 − (1/4n )) = 1 + 2/3 = 5/3. 
3

Latihan 2.11. Misalkan y1 dan y2 bilangan real sebarang dengan y1 < y2 . Didenisikan
yn := 31 yn−1 + 23 yn−2 untuk n ≥ 2. Selidikilah kekonvergenan barisan (yn ), dan bila ia
konvergen hitunglah limitnya.

Satu lagi kriteria kekonvergenan barisan bilangan real yang diberikan pada penghujung
bab ini yaitu barisan kontraksi.
Denisi 2.8. Barisan bilangan real X := (xn ) dikatakan kontraksi jika ada bilangan
real C dengan 0 < C < 1 sehingga berlaku

|xn+2 − xn+1 | < C|xn+1 − xn |

untuk setiap bilangan asli n. Kita sebut saja bilangan C sebagai kontraktornya.

Sifat kontraksi ini dapat dipahami sebagai berikut. Misalkan didenisikan dn := |xn+1 −
xn | yaitu magnitud atau jarak antara dua suku berdekatan. Bila barisan magnitud ini
(dn ) turun secara tegas maka barisan (xn ) bersifat kontraksi. Ini berarti jarak antara
dua suku berdekatan semakin lama semakin kecil. Gambar 2.5 memberikan ilustrasi
barisan kontraksi.
Teorema 2.18. Bila (xn ) barisan kontraksi maka ia konveregen.

Bukti. Cukup dibuktikan barisan kontraksi (xn ) merupakan barisan Cauchy. Pertama
diperhatikan pola magnitud selisih yang didominasi oleh |x2 − x1 |

|xn+2 − xn+1 | ≤ C|xn+1 − xn |


≤ CC|xn − xn−1 | = C 2 |xn − xn−1 |
= C 2 C|xn−1 − xn−2 | = C 3 |xn−1 − xn−2 |
..
.
≤ C n |x2 − x1 |.

25
x2 x4 ... xn
xn+2
dn dn+1 ...

xn+1

x3
x1

Gambar 2.5: Ilustrasi barisan kontraksi

Sekarang kita melakukan estimasi untuk selisih |xm −xn |, diasumsikan saja m > n.
Diperoleh

|xn − xm | = |(xn − xn+1 ) + (xn+1 − xn+2 ) + (xn+2 − xn+3 ) + · · · + (xm−1 − xm )|


≤ |xn − xn+1 | + |xn+1 − xn+2 | + |xn+2 − xn+3 | + · · · + |xm−1 − xm |
= |xn+1 − xn | + |xn+2 − xn+1 | + |xn+3 − xn+2 | + · · · + |xm − xm−1 |
≤ C n−1 + C n + C n+1 + · · · + C m−2 |x2 − x1 |

| {z }
(m−n) suku deret geometri

1 − C m−n

n−1
= C |x2 − x1 |
1−C
 
n−1 1
≤ C |x2 − x1 | → 0
1−C

sebab 0 < C < 1. Jadi (xn ) barisan Cauchy, dan disimpulkan ia konvergen. 

Contoh 2.22. Kita tunjukkan bahwa barisan (xn ) dengan xn = 1


n
merupakan barisan
kontraksi sehingga ia konvergen. Diperhatikan

1 1 −1 1
|xn+2 − xn+1 | =
− = =
n + 12 n + 1 (n + 2)(n + 1) (n + 2)(n + 1)

dan
1 1 −1 1
|xn+1 − xn | =
− = = .
n+1 n n(n + 1) n(n + 1)
Karena 1
(n+2)(n+1)
< 1
n(n+1)
maka terbukti |xn+2 − xn+1 | ≤ |xn+1 − xn |, yaitu (xn ) kon-
traksi. 

Contoh 2.23. Misalkan x1 suatu bilangan real dengan 0 < x1 < 1. Didenisikan
1
xn+1 := (x3n + 2), n ≥ 1.
7
Selidikilah apakah barisan ini konvergen.

26
Penyelesaian. Karena 0 < x1 < 1 maka xn = 17 (x3n−1 + 2) < 3/7 < 1 untuk setiap
n ∈ N. Karena itu diperoleh

1 3 1
|xn+2 − xn+1 | = (xn+1 + 2) − (x3n + 2)
7 7
1 3 1
= xn+1 − x3n = |(x2n+1 + xx+1 xn + x2n )(xn+1 − xn )|
7 7
3
≤ |xn+1 − xn |.
7
Karena C = 73 < 1 maka disimpulkan ia merupakan barisan kontraksi, jadi konver-
gen. Karena konvergen, pertanyaan selanjutnya adalah berapa limitnya? Misalkan
x := lim(xn ) maka diperoleh

x3 − 7x + 2 = 0,

yaitu limit barisan ini merupakan salah satu akar polinomial x3 − 7x + 2 = 0.


Beberapa suku pertamanya adalah

0.5, 0.303571, 0.289711, 0.289188, 0.289169, 0.289169.

Jadi dapat disimpulkan bahwa lim(xn ) ≈ 0.289169. 

Latihan 2.12. Jika x1 < x2 dan xn := 21 (xn−2 + xn−1 ) untuk n ≥ 3, buktikan (xn )
konvergen. Berapakah limitnya.

27
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami
sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab
sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan barisan bilan-
gan real. Sebagaimana telah diketahui bahwa barisan merupakan bentuk khusus
fungsi, yaitu fungsi bernilai real dengan domain bilangan asli. Pada bab ini kita
memperluas konsep limit kepada bentuk fungsi bernilai real secara umum. Karena
konsep kekontinuan terkait erat dengan konsep limit maka kedua topik ini dibahas
secara simultan pada bab ini.

3.1 Pengertian Limit Fungsi dan Fungsi Kontinu

Biasanya, notasi
lim f (x) = L
x→c

dipahami secara intuitif dengan berbagai pernyataan berikut

1. Jika x mendekati c maka f (x) mendekati L, semakin dekat x kepada c se-


makin dekat pula f (x) kepada L.
2. Nilai-nilai f (x) adalah dekat dengan L untuk x dekat dengan c.
Pada pernyataan pertama, dekatnya f (x) terhadap L disebabkan oleh dekatnya
x kepada c. Pada pernyataan ini, jika ada dua bilangan x1 x1dan x2 di mana
lebih dekat dengan c daripada x2 maka f (x1 ) lebih dekat dengan L daripada f (x2 ).
Konsekuensinya, jika x = c maka f (x) = L. Pernyataan ini banyak diambil sebagai
pengertian limit khususnya bagi mereka yang belum belajar analisis. Padahal
pengertian limit secara formal tidak demikian.

Sesungguhnya pernyataan kedua lebih sesuai untuk denisi limit. Pada perny-
ataan ini ada dua kriteria atau ukuran dekat. Kriteria dekatnya f (x) terhadap L
memberikan kriteria dekatnya x kepada c. Kemudian, setiap x yang dekat dengan
c dalam kriteria ini mengakibatkan nilai f (x) dekat dengan L.

Sebelum masuk ke denisi formal limit fungsi, diberikan terlebih dahulu pegertian
titik limit ( cluster point ) suatu himpunan.
Denisi 3.1. [Titik Limit] Misalkan A ⊂ R. Sebuah titik c ∈ R dikatakan titik
limit A jika setiap persekitaran Vδ (c) := (c − δ, c + δ) memuat paling sedikit satu
anggota A selain c, atau

(c − δ, c + δ) ∩ A \ {c} =
6 ∅, ∀δ > 0. (3.1)

1
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Titik limit A boleh jadi anggota A atau bukan anggota A. Sebaliknya, suatu
anggota A dapat menjadi titik limit atau bukan titik limit A.
Sebelum diberikan contoh, diperhatikan teorema yang menjamin adanya barisan
di dalam A yang konvergen ke titik limit A. Teorema ini dapat dijadikan sebagai
kriteria titik limit.

Teorema 3.1. Sebuah bilangan c ∈ A titik limit A bila hanya bila terdapat barisan
(an ) dalam A dengan an 6= c untuk setiap n ∈ N sehingga lim(an ) = c.

Bukti. Misalkan titik limit. Untuk setiap n ∈ N, bangun persekitaran dengan


c
1 1 1
radius δ := , yaitu V 1 (c) = (c − , c + ). Berdasarkan denisi c titik limit,
n n n n
1
selalu ada an ∈ A∩V 1 dengan an 6= c (lihat 3.1). Karena berlaku |an −c| <
n n
maka disimpulkan lim(an ) = c. Sebaliknya, diketahui terdapat barisan (an )
dalam A, an 6= c dan lim(an ) = c, dibuktikan c seperti ini adalah titik limit
A. Karena diketahui lim(an ) = c maka berdasarkan denisi limit barisan,
untuk sebarang δ > 0 terdapat bilangan asli K sehingga |an − c| < δ untuk
setiap n ≥ K . Ini berarti, khususnya aK ∈ A, aK 6= c dan aK ∈ Vδ yaitu
A ∩ Vδ \ {c} =
6 ∅. Terbukti c titik limit A. 

Contoh 3.1. Diberikan himpunan A yang didenisikan sebagai

A = {−1} ∪ {x ∈ R : 0 ≤ x < 1} ∪ {2}.

Tentukan himpunan semua titik limit A.

Penyelesaian. Diperhatikan bahwa setiap x ∈ [0, 1] dan setiap δ > 0 maka berlaku
(x − δ, x + δ) ∩ A \ {x} 6= ∅. Jadi setiap x ∈ [0, 1] merupakan titik imit A.
1
Diperhatikan x = −1 ∈ A. Kita dapat memilih δ1 > 0 (misalnya δ1 = )
2
sehingga (−1 − δ1 , −1 + δ1 ) ∩ A = {−1}. Akibatnya, (−1 − δ1 , −1 + δ1 ) ∩ A \
{−1} = ∅. Disimpulkan x = −1 bukan titik limit A. Argumen yang sama
diterapkan untuk x = 2. Diperoleh himpunan titik lmit A adalah [0, 1]. 

Gambar 3.1: Ilustrasi titik limit pada garis bilangan

Diperhatikan pada contoh ini, 1 ∈


/ A tetapi 1 A. Sebaliknya 2 ∈ A
titik limit
tetapi 2 bukan titik limit A. Bilangan di dalam interval [0, 1) kesemuanya anggota
A dan sekaligus titik limit A.
Berikut diberikan beberapa fakta sederhana tentang titik limit:

1. Himpunan A yang banyak anggotanya berhingga tidak mempunyai titik


limit. Kita dapat mengambil δ bilangan positif yang lebih kecil dari jarak
antara ketiga bilangan yang berdekatan. Untuk menunjukkan c bukan titik
limit, misalkan ketiga bilangan yang berdekatan tersebut adalah x1 , c dan x2
1
dengan x1 < c < x2 . Ambil δ :=
2
min{|x1 − c|, |c − x2 |}. Maka pasti berlaku
(c − δ, c + δ) ∩ A \ {c} = ∅.
2. Himpunan bilangan asli N tidak mempunyai titik limit.

2
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

diberikan
V (L)
L+

L |f(x) -L|<

L-

terdapat
V (c)

c+ c c+

Gambar 3.2: Ilustrasi denisi limit fungsi

3. Himpunan bilangan rasional Q mempunyai titik limit semua bilangan real.


Hal ini disebabkan sifat kepadatan bilangan rasional di dalam R.
1
4. Himpunan
n
A= :n∈N hanya mempunyai titik limit 0. Dalam kasus
ini tidak satupun anggota A menjadi titik limitnya.

Selanjutnya denisi limit fungsi diberikan sebagai berikut.

Denisi 3.2. [Limit Fungsi] Misalkan A ⊆ R dan f : A −→ R, c titik limit A.


Bilangan L dikatakan limit fungsi f di c, ditulis

L = lim f (x) (3.2)


x→c

adalah bilamana diberikan >0 terdapat δ>0 sehingga berlaku

0 < |x − c| < δ → |f (x) − L| < . (3.3)

Pada denisi ini, nilai δ  yang diberikan sehingga


biasanya bergantung pada nilai
kadang-kadang ditulis sebagai δ = δ() untuk menunjukkan ketergantungan δ pada
 yang diberikan. Bila limit L ini ada maka fungsi f dikatakan juga konvergen ke
L di c. Secara praktis, dapat dikatakan  f (x) mendekati L bilamana  x mendekati
c. Ukuran dekat f (x) terhadap L diberikan oleh , dan kedekatan x dengan c
diukur oleh δ . Pada ekspresi (3.4) kita dapat membuat f (x) sedekat mungkin
dengan L dengan memilih x yang dekat dengan c.

Ilustrasi denisi limit fungsi diberikan pada Gambar 3.2. Pernyataan 0 < |x −
c| < δ pada (3.4) menunjukkan bahwa untuk berlakunya |f (x) − L| <  tidak
memperhitungkan x yang sama dengan c. Diperhatikan pada gambar tersebut
x = c dibolongi. f (c) tidak perlu ada. Ingat, titik
Artinya pada denisi limit, nilai
limit himpunan domain A tidak harus di dalam A. Oleh karena itulah, ilustrasi
grak denisi limit menggunakan dot  ◦” di titik x = c.

Contoh 3.2. Prosedur menghitung limit berikut sering dilakukan pada pelajaran
kalkulus atau sewaktu di SMA dulu.

x2 − 4 (x − 2)(x + 2)
lim = lim = lim (x + 2) = 2 + 2 = 4.
x→2 x − 2 x→2 (x − 2) x→2

3
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

diberikan
V (f(c))
f(c)+

f(c) |f(x) -f(c)|<

f(c) -

terdapat
V (c)

c+ c c+

Gambar 3.3: Ilustrasi fungsi f kontinu di c

Ada 2 hal kritis yang jarang dipedulikan oleh mahasiswa, yaitu

* Pada langkah kedua terjadi proses pencoretan atau kanselasi pembagian


dua bilangan yang sama yaitu (x − 2). Padahal secara teoritis pencoretan
ini tidak berlaku untuk bilangan bernilai nol. Dalam kasus limit, hal ini
tidak masalah karena notasi x → 2 dipahami atau dibaca x mendekati 2
tidaklah berarti x = 2. Hal ini ditegaskan pada denisi yang menyatakan
0 < |x − 2| < δ .
x2 −4
* Di sini f (x) = x−2
. Faktanya f (2) tidak ada karena terjadinya pembagian
dengan nol. Tetapi limit f (x) untuk x → 2 ada, yaitu 4. Jadi walaupun
nilai fungsi di titik tersebut tidak ada, namun nilai limitnya dapat saja ada.
Antara nilai fungsi dan nilai limit tidak mempunyai hubungan implikasi.
Dalam kasus keduanya ada dan nilainya sama maka fungsi tersebut bersifat
kontinu.

Pengertian yang hampir sama untuk fungsi kontinu di x = c, seperti diungkapkan


berikut ini.

Denisi 3.3. [Fungsi Kontinu] Misalkan A ⊆ R dan f : A −→ R, c ∈ A .


Fungsi f dikatakan kontinu di c, adalah bilamana diberikan  > 0 terdapat δ > 0
sehingga berlaku
|x − c| < δ → |f (x) − f (c)| < . (3.4)

Kontinu pada himpunan A berarti kontinu di setiap c ∈ A.

Berdasarkan denisi ini, syarat perlu agar fungsi f kontinu di c adalah f (c) harus
ada atau terdenisi. Syarat ini tidak berlaku pada kasus limit, yakni nilai limit
fungsi di c dapat saja ada walaupun nilai f (c) tidak ada. Ilustrasi fungsi kontinu
di c diberikan pada Gambar 3.3. Perhatikan pada gambar ini x = c tidak dibolongi
alias masuk dalam interval domain syarat.

Dalam kasus c∈A dan c titik limit A maka kedua pengertian limit dan kekontin-
uan sangat terkait seperti diungkapkan pada teorema berikut.

4
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Teorema 3.2. Misalkan A ⊆ R dan f : A −→ R, c ∈ A. Bila c titik limit A maka


kedua pernyataan berikut ekuivalen.
1. f kontinu di c
2. limx→c f (x) = f (c)
Bukti. Untuk mudahnya kita bentuk dua himpunan berikut

E1 := {x ∈ A : 0 < |x − c| < δ}, E2 := {x ∈ A : |x − c| < δ}.

Jadi E2 ⊂ E1 . Diketahui f kontinu di c berarti x ∈ E2 → |f (x) − f (c)| < .


Misalkan x ∈ E1 maka x ∈ E2 atau x = c. Bila x ∈ E2 maka (3.3) berlaku
dengan L = f (c). Untuk kemungkinan x = c berlaku |f (x) − f (c)| = |f (c) −
f (c)| = 0 <  sehingga (3.3) juga dipenuhi. Terbukti limx→c f (x) = f (c).
Sebaliknya, diketahui limx→c f (x) = f (c) yaitu x ∈ E1 → |f (x) − f (c)| < .
Karena E2 ⊂ E1 maka berlaku x ∈ E2 → |f (x) − f (c)| < , yaitu f kontinu
di c. 
Berpijak dari teorema ini kita dapatkan syarat cukup dan perlu sebuah fungsi
kontinu di x=c ada tiga syarat, yaitu

* f (c) ada

* limx→c f (x) ada

* nilai keduanya harus sama.

Contoh 3.3. Misalkan f fungsi konstan pada R, katakan f (x) = b untuk se-
tiap x ∈ R. Buktikan untuk sebarang c ∈ R, berlaku limx→c b = b. Kemudian
simpulkan bahwa f kontinu di c.

Penyelesaian. Diberikan >0 sebarang, ambil δ := 1 maka diperoleh

0 < |x − c| < δ → |f (x) − L| = |b − b| = 0 < .

Jadi terbukti limx→c f (x) = f (c). Karena c ∈ R merupakan titik limit maka
dengan teorema 3.2 disimpulkan f kontinu di c. 
Pengambilan δ pada pembuktian di atas dapat selain 1, bahkan berapa pun boleh.
Pembuktian ini menggunakan pola p→q di mana q sudah dipastikan benar maka
pernyataan p→q disimpulkan benar.

Contoh 3.4. Buktikan untuk sebarang c ∈ R, limx→c x = c. Kemudian simpulkan


bahwa f (x) := x kontinu di c.

Penyelesaian. Untuk setiap >0 yang diberikan, ambil δ := . Diperoleh

0 < |x − c| < δ → |f (x) − L| = |x − c| < δ = .

Karena itu terbukti limx→c x = c. Karena berlaku limx→c f (x) = f (c) dan c
titik limit maka disimpulkan f kontinu di c. 

Contoh 3.5. Misalkan f (x) = x2 , x ∈ R. Buktikan f kontinu pada R.

5
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Bukti. Misalkan c∈R sebarang. Kita perhatikan dulu penjabaran berikut

|f (x) − f (c)| = |x2 − c2 | = |x + c||x − c|.

Karena sudah ada suku |x − c| maka kita perlu melakukan estimasi pada
suku |x + c|. Untuk itu diasumsikan dulu |x − c| < 1, maka berlaku

||x| − |c|| ≤ |x − c| < 1 → −1 < |x| − |c| ≤ 1 → |x| ≤ |c| + 1.


| {z }
Untuk asumsi ini diperoleh estimasi pada |x + c|, yaitu

|x + c| ≤ |x| + |c| ≤ 2|c| + 1.

Secara keseluruhan diperoleh estimasi

|f (x) − f (c)| = |x + c||x − c| < (2|c| + 1) |x − c|. (∗)

Agar kuantitas terakhir ini kurang dari  maka haruslah


|x − c| < . (∗∗)
2|c| + 1

Agar kedua |x − c| < 1 dan |x − c| < 2|c|+1
dipenuhi maka diambil

 

δ = δ() := min 1, .
2|c| + 1

Jadi jika 0 < |x − c| < δ maka (*) dan (**) berlaku sehingga disimpulkan
|f (x)−f (c)| < . Jadi, limx→c f (x) = f (c), dan terbukti f kontinu di c. 
Ada kalanya sebuah fungsi tidak kontinu di suatu titik c dikarenakan ia tidak
terdenisi di c, yaitu f (c) tidak ada. Tetapi, asalkan limitnya di c ada maka fungsi
tersebut dapat diperluas menjadi fungsi kontinu.

Contoh 3.6. Diberikan fungsi f (x) = x2 −1


x−1
,x 6= 0 tidak kontinu di 1 karena f (1)
tidak ada. Namun, berlaku

x2 − 1
lim f (x) = lim = lim (x + 1) = 2.
x→1 x→1 x − 1 x→1

Jadi fungsi ini dapat diperluas menjadi fungsi kontinu pada R sebagai berikut
(
x2 −1
x−1
untukx 6 0
=
fe(x) =
2 untuk x = 0.

fe dibaca  f tilde merupakan perluasan kontinu fungsi f.

3.2 Kriteria Barisan untuk Limit dan Kekontinuan

Untuk mengetahui limit dan kekontiunuan fungsi di suatu titik dapat dideteksi
melalui limit barisan yang sudah dipelajari pada bab sebelumnya.

6
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Teorema 3.3. Misalkan f : A −→ R dan c titik limit A. Maka kedua pernyataan


berikut ekuivalen.
1. limx→c f (x) = L
2. Untuk setiap barisan (xn ) di dalam A yang konvergen ke c, xn 6= c untuk
setiap n ∈ N, maka barisan (f (xn )) konvergen ke L.
Bukti. (1) →(2). Diberikan  > 0 sebarang. Karena diketahui limx→c f (x) = L,
maka terdapat δ > 0 sehingga jika 0 < |x − c| < δ berlaku |f (x) − L| < .
Misalkan lim(xn ) = c, xn 6= c. Berdasarkan denisi limit barisan, untuk
δ > 0 sebelumnya terdapat K ∈ N sehingga |xn − c| < δ untuk setiap
n ≥ K . Karena xn 6= c maka dapat ditulis 0 < |xn − c| < δ , sehingga berlaku
|f (xn )−L| <  untuk setiap n ≥ K . Ini menunjukkan bahwa barisan (f (xn ))
konvergen ke L.
(2)→(1). Dibuktikan melalui kontraposisinya. Diketahui limx→c f (x) 6= L,
berarti ada 0 > 0 sehingga setiap δ > 0 terdapat xδ ∈ A, 0 < |x − xδ | < δ
1
tetapi |f (x) − xδ | ≥ 0 . Bila para δ > 0 tersebut diambil sebagai δ := >0
n
untuk setiap n ∈ N maka terbentuk barisan (xn ) dengan sifat 0 < |xn − c| <
1
, xn ∈ A tetapi |f (xn ) − L| ≥ 0 untuk setiap n ∈ N. Ini berarti barisan
n
(f (xn )) tidak mungkin konvergen ke L. Jadi ada barisan (xn ) dalam A,
xn 6= c tetapi (f (xn )) tidak konvergen ke L. Pernyataan (2) salah. Bukti
teorema selesai. 
Dengan demikian diperoleh kriteria divergen sebagai berikut:

* limx→c f (x) 6= L bila hanya bila ada barisan (xn ) dalam A dengan xn 6= c,
(xn ) konvergen ke c tetapi barisan lim (f (xn )) 6= L.
* limx→c f (x) tidak ada bila hanya bila ada barisan (xn ) dalam A dengan
xn 6= c, (xn ) konvergen ke c tetapi barisan f (xn ) tidak konvergen.

* limx→c f (x) tidak ada bila hanya bila ada dua barisan (xn ), (yn ) dalam
A dengan xn , yn 6= c, (xn ) dan (yn ) konvergen ke c tetapi lim (f (xn )) 6=
lim (f (yn )).
Contoh 3.7. Buktikan limx→0 1
x
tidak ada.

Bukti. Di sini kita mempunyai f (x) = x1 . Ambil barisan (xn ) dengan xn :=


1
. Jelas barisan ini konvergen ke 0, xn 6= 0. Sekarang perhatikan barisan
n  
1
(f (xn )) = 1/n = (n) = (1, 2, 3, · · · ) tidak konvergen. Berdasarkan kriteria

kedua maka terbukti limitnya tidak ada. 


Contoh 3.8. Diberikan fungsi signum yang didenisikan sebagai berikut

+1
 untuk x > 0,
sgn(x) : = 0 untuk x = 0,

−1 untuk x < 0.

Buktikan limx→0 sgn(x) tidak ada.

Bukti. Ambil dua barisan (xn ) dan (yn ) dengan xn := n1 dan yn := − n1 . Jelas
kedua barisan ini konvergen ke 0 dan setiap sukunya tidak ada yang sama

7
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

0.8

0.6

0.4

0.2

−0.2

−0.4

−0.6

−0.8

−1
−0.4 −0.3 −0.2 −0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4

Gambar 3.4: Grak fungsi f (x) = sin(1/x)

(sgn(xn )) = sgn n1 = (1) = (1, 1, · · · )



dengan 0. Diperhatikan barisan
konvergen ke 1, tetapi (sgn(yn )) = sgn(− n1 ) = (−1) = (−1, −1, · · · ) kon-
vergen ke −1. Berdasarkan kriteria ketiga maka terbukti limitnya tidak
ada. 
x
Cara lain dapat menggunakan sifat bahwa sgn(x) = |x|
untuk x 6= 0. Den-
(−1)n
gan mengambil xn :=
  n
 maka barisan (xn ) konvergen ke 0, xn 6= 0. Tetapi
n
(sgn(xn )) = sgn (−1)
n
= (−1)n = (−1, +1, −1, · · · ) divergen.

Contoh 3.9. Buktikan lim sin x1 tidak ada.

Bukti. Di sini kita mempunyai f (x) = sin x1 , x 6= 0. Ambil dua barisan (xn )
1 1
dan (yn ) dengan xn := nπ , yn := (π/2+2πn) . Maka jelas kedua barisan ini
konvergen ke nol dan suku-sukunya tidak pernah sama dengan nol. Namun,
barisan

(f (xn )) = (sin nπ) = (1, 1, · · · ) → 1


(f (yn )) = (sin (π/2 + 2πn)) = (0, 0, · · · ) → 0

sehingga berdasarkan kriteria ketiga maka disimpulkan limitnya tidak ada. 


Ilustrasi grak fungsi f (x) = sin x1 diberikan pada Gambar 3.4. Pada gambar ini
terlihat jelas bahwa nilai fungsi f selalu berada di dalam interval [−1, 1], semakin
dekat x kepada 0 semakin cepat osilasinya tetapi nilai f (x) tidak menuju titik
mana pun.

Teorema 3.4. Misalkan f : A −→ R dan c ∈ A. Maka kedua pernyataan berikut


ekuivalen.
1. f kontinu di c
2. Untuk setiap barisan (xn ) di dalam A yang konvergen ke c, maka barisan
(f (xn )) konvergen ke f (c).

8
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Bukti. Gunakan fakta f kontinu di c bila hanya bila limx→c f (x) = f (c) dan ambil
L := f (c). Selanjutnya gunakan teorema kriteria barisan untuk limit. 
Dengan demikian diperoleh kriteria diskontinu sebagai berikut: fungsi f tidak
kontinu di c jika hanya jika terdapat barisan (xn ) dalam A sehingga (xn ) konvergen
ke c tetapi (f (xn )) tidak konvergen ke f (c).

Contoh 3.10. Beberapa fungsi tidak kontinu

* Fungsi ϕ(x) := 1/x tidak kontinu di 0 sebab ϕ(0) tidak ada. Juga, fungsi ini
tidak mempunyai limit di 0.
* Fungsi s(x) := sgn(x) tidak kontinu di 0, karena limx→0 s(x) tidak ada,
seperti telah dibahas sebelumnya.

Berikut ini diberikan contoh fungsi yang tidak kontinu dimana-mana pada R.
Contoh 3.11. Diberikan fungsi Dirichlet sebagai berikut
(
1 bila x rasional
f (x) :=
0 bila x irrasional.

Buktikan f tidak kontinu dimana-mana.

Bukti. Misalkan c bilangan real sebarang. Ditunjukan f tidak kontinu di c. Bila c


bilangan rasional maka dengan sifat kepadatan bilangan rasional, selalu ter-
dapat barisan bilangan irrasional (xn ) yang konvergen ke c. Jadi lim(xn ) = c,
tetapi barisan (f (xn )) = (0, 0, 0, · · · ) sehingga lim (f (xn )) = 0 6= f (c) = 1.
Sebaliknya bila c bilangan irrasional maka terdapat barisan bilangan rasional
(yn ) yang konvergen ke c. Dengan argumen yang sama seperti sebelumnya,
diperoleh lim (f (xn )) = 1 6= f (c) = 0. Jadi f tidak kontinu di c untuk setiap
c ∈ R. 

3.3 Sifat-sifat Limit

Pada pembahasan limit barisan, berlaku bahwa jika barisan konvergen maka ia
terbatas tetapi tidak berlaku sebaliknya. Sifat yang sama berlaku pada fungsi
yang mempunyai limit, tetapi keterbatasan dalam arti lokal.

Denisi 3.4. Misalkan f : A −→ R, dan c ∈ R titik limit A. Fungsi f dikatakan


terbatas lokal di c jika terdapat persekitaran Vδ (c) dan konstanta M > 0 sehingga
|f (x)| ≤ M untuk setiap x ∈ A ∩ Vδ (c).
Teorema 3.5. Bila f : A −→ R mempunyai limit di c ∈ R maka f terbatas lokal
di c.
Bukti. Misalkan L := limx→c f (x), maka berdasarkan denisi untuk  = 1, ter-
dapat δ > 0 sehingga untuk setiap x ∈ A dengan 0 < |x − c| < δ berlaku
|f (x) − L| < 1, yang berakibat |f (x)| < |L| + 1. Sedangkan untuk x = c
maka |f (x)| = |f (c)|. Dengan mengambil M := sup {|f (c)|, |L| + 1} maka
diperoleh |f (x)| ≤ M untuk setiap x ∈ A ∩ Vδ (c). 

9
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Operasi penjumlahan, perkalian, perkalian skalar dan pembagian fungsi-fungsi


didenisikan sebagai berikut
 
f f (x)
(f + g) (x) := f (x)+g(x), (f g) (x) := f (x)g(x), (αf ) (x) := αf (x), (x) :=
h h(x)
di mana domain fungsi-fungsi tersebut sama. Khusus untuk pembagian, disyaratkan
h(x) 6= 0 untuk setiap x.
Teorema 3.6. Misalkan f, g : A −→ R, c ∈ R titik limit A. Bila f dan g
mempunyai limit di c, katakan limx→c f (x) = F dan limx→c g(x) = G maka berlaku
1. limx→c (f ± g) (x) = F ± G
2. limx→c (f g) (x) = F G
3. limx→c (αf ) (x) = αF untuk suatu konstanta α.
 
4. limx→c fg (x) = G F
asalkan G 6= 0 dan g(x) 6= 0 untuk setiap x.
Bukti. Teorema ini dapat dibuktikan dengan menggunakan denisi limit fungsi,
tetapi lebih mudah menggunakan kriteria barisan untuk limit. Misalkan (xn )
suatu barisan dalam A dimana xn 6= c dan lim(xn ) = c, maka berlaku

lim (f (xn )) = F, dan lim (g(xn )) = G.


Diperoleh

lim ((f ± g) (xn )) = lim (f (xn ) ± g(xn ))


= lim (f (xn )) ± lim (g(xn ))
= F ± G.
Dengan menggunakan kriteria barisan untuk limit, hasil terakhir ini mem-
berikan kesimpulan bahwa limx→c (f ± g) (x) = F ± G, yang membuktikan
pernyataan (i). Untuk pernyataan lainnya dapat dibuktikan dengan cara
yang sama. 
Diperhatikan khusus untuk perkalian, bila terdapat beberapa fungsi f1 , f2 , · · · , fn
dengan masing-masing limx→c fk (x) = Fk maka berlaku
    
lim (f1 f2 · · · fn ) (x) = lim f1 (x) lim fk (x) · · · lim fn (x) = F1 F2 · · · Fn .
x→c x→c x→c x→c

Lebih khusus, jika f1 = f2 = · · · = fn := f maka diperoleh


 n
lim (f (x))n = lim f (x) = F n .
x→c x→c

Jika p suatu polinomial pada R, yaitu p(x) = an xn + an−1 xn−1 + · · · + a1 x + a0


maka dengan menggunakan sifat limit hasil kali fungsi diperoleh

lim p(x) = an cn + an−1 cn−1 + · · · + a1 c + a0 = p(c).


x→c

Selanjutnya, jika p(x) dan q(x) polinomial dan jika q(c) 6= 0 maka berlaku

p(x) p(c)
lim = .
x→c q(x) q(c)

Teorema berikut memberikan kepastian bahwa bila nilai fungsi f (x) terbatas dalam
suatu interval, maka begitu juga nilai limitnya.

10
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Teorema 3.7. Misalkan f : A −→ R, c ∈ R titik limit A. Bila a ≤ f (x) ≤ b


untuk semua x ∈ A, x 6= 0 dan limx→c f (x) ada maka

a ≤ lim f (x) ≤ b.
x→c

Bukti. Misalkan (xn ) suatu barisan dalam A dimana xn 6= c dan lim(xn ) = c


maka berlaku lim (f (xn )) = limx→c f (x). Karena a ≤ f (xn ) ≤ b untuk setiap
n ∈ N maka a ≤ limx→c (f (xn )) ≤ b. Jadi, a ≤ limx→c (f (x)) ≤ b. 

Teorema 3.8. Misalkan f, g, h : A −→ R dan c ∈ R titik limit A. Bila diketahui


f (x) ≤ g(x) ≤ h(x)

untuk setiap x ∈ A, x 6= c dan limx→c f (x) = L = limx→c h(x) maka limx→c g(x) =
L.

Bukti. Teorema ini adalah teorema squeeze untuk limit fungsi. Pembuktiannya
menggunakan teorema squeeze untuk limit barisan. Untuk sebarang barisan
(xn ) dalam A dimana xn 6= c dan lim(xn ) = c, maka berlaku

f (xn ) ≤ g(xn ) ≤ h(xn ).

Dengan memandang (f (xn )) , (g(xn )) dan (h(xn )) sebagai tiga barisan bilan-
gan real maka berlaku

lim (g(xn )) = lim (f (xn )) = lim (h(xn )) = L,

sehingga disimpulkan limx→c g(x) = L. 


Teorema squeeze ini biasanya digunakan untuk membuktikan nilai limit suatu
fungsi dengan cara membangun dua fungsi lainnya yang selalu mendominasi dari
bawah dan dari atas. Kedua fungsi tersebut mempunyai nilai limit yang sama.

Berikut diberikan beberapa contoh limit yang memuat fungsi trigonometri yang
sering muncul sebagai rumus limit. Namun, sebelumnya diberikan beberapa fakta
pembatas yang berkaitan dengan fungsi sinus dan cosinus.

* −x ≤ sin x ≤ x untuk setiap x ≥ 0.


x2
* 1− 2
≤ cos x ≤ 1untuk setiap x ≥ 0.
x3
* x− 6
≤ sin x ≤ x untuk setiap x ≥ 0.
Kali ini fakta tersebut tidak dibuktikan secara analitik, namun diberikan ilustrasi
grasnya seperti diberikan pada Gambar 3.5. Pada gambar ini terlihat urutan
ketinggian grak yang menunjukkan ketidaksamaan tersebut dipenuhi.

Contoh 3.12. Buktikan limit sebagai berikut :

1. limx→0 sin x = 0,
2. limx→0 cos x = 1,
limx→0 cos xx−1 = 0,

3.

limx→0 sinx x = 1,

4.

11
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Gambar 3.5: Ilustrasi ketidaksamaan melalui grak fungsi

1

5. limx→0 x sin x
= 0.
Bukti. Teorema squezee untuk limit fungsi memainkan peran sentral pada pem-
buktian berikut.

1. Karena berlaku −x ≤ sin x ≤ x untuk setiap x ≥ 0 dan limx→0 (−x) =


limx→0 x = 0 maka dengan teorema squeeze di peroleh

0 = lim −x ≤ lim sin x ≤ lim x = 0


x→0 x→0 x→0

sehingga terbukti limx→0 sin x = 0.


2
2. Untuk membuktikan limx→0 cos x = 1, gunakan fakta 1 − x2 ≤ cos x ≤ 1.
2
Karena limx→0 (1 − x2 ) = limx→0 1 = 1 maka diperoleh limx→0 cos x = 1.
3. Selanjutnya, dengan mengurangi ketiga ruas fakta ini dengan 1 maka diper-
oleh

x2
− ≤ cos x − 1 ≤ 0, untuk x≥0
2
Selanjutnya bagi ketiga ruang dengan x 6= 0. Untuk x>0 berlaku

x cos x − 1
− ≤ ≤0
2 x
dan untuk x<0 diperoleh

cos x − 1 x
0≤ ≤ .
x 2
Bila diambil fungsi f dan h sebagai berikut

( (
− x2 untuk x≥0 0 untuk x≥0
f (x) : = , h(x) :=
0 untuk x<0 − x2 untuk x<0

12
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

maka untuk x 6= 0 berlaku

cos x − 1
f (x) ≤ ≤ h(x).
x
cos x−1

Karena limx→0 f (x) = limx→0 h(x) = 0 maka disimpulkan limx→0 x
=
0.
3
4. Untuk soal 4 gunakan fakta x − x6 ≤ sin x ≤ x untuk x ≥ 0. Bagi ketiga
x2
ruas dengan x 6= 0. Untuk x > 0 diperoleh 1 −
6
≤ sinx x ≤ 1. Untuk x < 0,
x 2
bagi ketiga ruas dengan−x > 0, berlaku −1 +
6
≤ sin
−x
x
≤ −1. Ketiga ruas
sin x x2
dikalikan −1 diperoleh 1 ≤ ≤ 1 − 6 . Denisikan
x
( 2
(
1 − x2 untuk x ≥ 0 1 untuk x ≥ 0
f (x) : = , h(x) := x2
1 untuk x < 0 1 − 2 untuk x < 0

Sehingga berlaku
sin x
f (x) ≤ ≤ h(x).
x
 
x2
Karena limx→0 f (x) = limx→0 1 − = limx→0 h(x) = 1 maka disimpulkan
6
limx→0 sinx x = 1.


5. Untuk pertanyaan 5, gunakan kenyataan bahwa −1 ≤ sin z ≤ 1 untuk semua


1
bilanga real z . Dengan mengganti z = , x 6= 0 maka diperoleh
x

1
−1 ≤ sin ≤ 1.
x
Gunakan denisi nilai mutlak. Kalikan ketiga ruas bnetuk terakhir ini den-
gan x>0 diperoleh

1
−|x| = −x ≤ x sin ≤ x = |x|.
x
Bila dikalikan dengan x<0 diperoleh

1
|x| = −x ≥ x sin ≥ x = −|x|
x
Jadi untuk setiap x∈R dan x 6= 0 berlaku

1
−|x| ≤ x sin ≤ |x|.
x
1

Karena limx→0 −|x| = limx→0 |x| = 0 maka disimpulkan limx→0 x sin x
=
0. 
Fungsi x sin x1 berosilasi seperti fungsi sin x1 sebelumnya tetapi ia semakin dekat
kepada nol nilainya semakin mengecil mengikuti corong yang terbentuk oleh garis
y=x dan y = −x. Pola ini ditunjukkan pada Gambar 3.6.

13
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

0.4

0.3

0.2

0.1

−0.1

−0.2

−0.3

−0.4
−0.4 −0.3 −0.2 −0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4

Gambar 3.6: Grak fungsi y = x sin 1



x

3.4 Sifat-sifat Fungsi Kontinu

Sifat-sifat fungsi kontinu banyak yang mengikuti sifat-sifat yang berlaku pada limit
fungsi. Jumlahan, perkalian, perkalian skalar fungsi-fungsi kontinu membentuk
fungsi kontinu yang baru. Pembagian dua fungsi kontinu juga merupakan fungsi
kontinu asalkan fungsi penyebutnya tidak pernah nol.

Sifat aljabar fungsi kontinu

Teorema 3.9. Misalkan f, g : A −→ R, c ∈ A. Bila f dan g kontinu di c maka


1. Fungsi-fungsi f ± g, f g dan αf kontinu di c.
2. Bila h : A −→ R kontinu di c∈A dan h(x) 6= 0 untuk semua x∈A maka
f
fungsi kontinu di c.
h

Bukti. Hanya akan dibuktikan bagian 2, sisanya dapat dibuktikan sendiri. Gu-
nakan fakta limx→c f (x) = f (c), dan limx→c h(x) = h(c). Karena c∈A dan
f (c) 6= 0 maka berlaku

f f (c) limx→c f (x) f


(c) = = = lim (x)
h h(c) limx→c h(x) x→c h
f
sehingga disimpulkan
g
kontinu di c. 
Contoh 3.13. Beberapa bentuk fungsi kontinu :

1. Fungsi polinomial p(x) = an xn + an−1 xn−1 + · · · + a1 x + a0 kontinu di setiap


bilangan real c.
2. Bila p(x) dan q(x) fungsi rasional dan α1 , α2 , · · · , αm akar q(x) maka fungsi
rasional
p(x)
r(x) = ,x∈/ {α1 , α2 , · · · , αm }
q(x)
kontinu di setiap c yang bukan akar q(x).

14
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

3. Fungsi s(x) = sin x dan c(x) = cos x kontinu pada R.


4. Fungsi tan x, cot x, sec x dan csc x kontinu di mana mereka terdenisi.

Kekontinuan fungsi nilai mutlak dan fungsi akar

Teorema 3.10. Misalkan f : A −→ R, kemudian didenisikan fungsi nilai mutlak


dan fungsi akar sebagai berikut
|f |(x) := |f (x)|, dan
p p
f (x) := f (x).
1. Bila f kontinu pada A maka demikian juga dengan |f |.

2. Bila f (x) ≥ 0 dan f kontinu pada A maka f kontinu pada A.
Bukti. Gunakan sifat ||f (x)| − |L|| ≤ |f (x) − L| untuk menunjukkan berlaku

lim |f |(x) = | lim f (x)|.


x→c x→c

Misalkan limx→c f (x) = L maka untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0 sehingga
|f (x) − L| < ε untuk 0 < |x − c| < δ . Untuk x dengan syarat ini berlaku
||f (x)| − |L|| ≤ |f (x) − L| < ε
sehingga disimpulkan limx→c |f | (x) = |limx→c f (x)| = |f (c)|
p = |f |(c). Jadi

|f | kontinu di c. Untuk fungsi akar, gunakan hubungan f (x) − L =

p
√ 1 √ |f (x) − L| ≤ √1 |f (x)−L| untuk menunjukkan bahwa limx→c f (x) =
L
pf (x)+ L √
lim x→c f (x) . Selanjutnya, dengan fakta ini dapat ditunjukkan limx→c f (x) =
p p √
limx→c f (x) = f (c) =: f (c). 

Kekontinuan fungsi komposisi

Berikut diberikan syarat agar komposisi fungsi kontinu juga kontinu.

Teorema 3.11. Bila A, B ⊆ R, f : A −→ R dan g : B −→ R. Bila f kontinu di


c ∈ A, g kontinu f (c) dan f (A) ⊆ B maka komposisi g ◦ f : A −→ R kontinu di c.
Bukti. Diberikan >0 sebarang. Karena g kontinu di f (c) maka terdapat δ1 > 0
sehingga

y∈B dan |y − f (c)| < δ1 → |g(y) − g(f (c))| < . (∗)


Karena f kontinu di c maka untuk δ1 > 0 di atas, terdapat δ>0 sehingga

x∈A dan |x − c| < δ → |f (x) − f (c)| < δ1 . (∗∗)


Karena f (A) ⊆ f (B) maka f (x) ∈ B sehingga ruas kiri (∗∗) dipenuhi oleh
y = f (x). Jadi ruas kanan (∗) berlaku, yaitu
|g(f (x) − g(f (c))| = |g ◦ f (x) − g ◦ f (c)| < .
Kesimpulannya, setiap >0 terdapat δ>0 sehingga

x∈A dan |x − c| < δ −→ |g ◦ f (x) − g ◦ f (c)| < ,


yakni g◦f kontinu di c. 

15
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Contoh 3.14. Pada contoh ini diberikan cara lain membuktikan kekontinuan
fungsi nilai mutlak dan fungsi akar kontinu.

1. Dengan mendensikan g1 := |x| maka dengan mudah dapat ditunjukkan


bahwa g1 kontinu pada A, yaitu menggunakan ketidaksamaan segitiga

|g1 (x) − g1 (c)| = ||x| − |c|| ≤ |x − c|.

Bilaf :A→R sebarang fungsi kontinu pada A maka g1 ◦ f = |f | kontinu


pada A.

2. Dengan mengambil g2 (x) := x, x ≥ 0 maka g2 dapat ditunjukkan kontinu
di setiap c ≥ 0, yaitu dengan menggunakan hubungan

√ √ x−c

x − c = √ 1 1
x + √c = √x + √c |x − c| ≤ √c |x − c| .

Bila A → R, dengan f (x) ≥ 0


f :√ sebarang fungsi kontinu pada A maka
g2 ◦ f = f kontinu pada A.
Bila syarat f (A) ⊆ B atau g kontinu di f (c) tidak terpenuhi maka ada kemungk-
inan komposisi dua fungsi kontinu tidak kontinu, seperti yang ditunjukkan pada
contoh berikut.

Contoh 3.15. Misal diberikan fungsi f dan g yang didenisikan sebagai berikut

(
0 bila x=1
g(x) := , f (x) := x + 1, x ∈ R.
2 bila x 6= 1

Buktikan g dan f kontinu di 0 tetapi g◦f tidak kontinu di 0. Apakah hasil ini
bertentangan dengan teorema sebelumnya?

Bukti. Untuk fungsi g , limx→0 g(x) = limx→0 2 = 2 = g(0) yakni g kontinu di 0.


Karena f berupa fungsi linier atau polinomial derajat satu maka ia pasti
kontinu di 0. Sekarang bentuk komposisi g◦f sebagai berikut

( (
0 bila f (x) = 1 0 bila x=0
(g ◦ f ) (x) = g (f (x)) = = .
2 bila f (x) 6= 1 2 bila x 6= 0

Uji kekontinuan sebagai berikut

lim g ◦ f (x) = lim 2 = 2 6= g ◦ f (0) = 0,


x→0 x→0

sehingga disimpulkan g ◦f tidak kontinu di 0. Diperhatikan salah satu syarat


teorema adalah g kontinu di f (c) tidak dipenuhi. Alasannya f (0) = 1 dan
limx→1 g(x) = 2 6= g(1) = 0 maka g tidak kontinu di f (0) = 1. Karena
ada syarat pada teorema tidak dipenuhi maka fakta ini tidak bertentangan
dengan teorema. 

16
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Eksistensi ekstrim mutlak

Eksitensi atau jaminan adanya ekstrem merupakan salah satu sifat penting pada
fungsi konitnu. Eksistensi nilai maksimum dan minimum ini sangat banyak digu-
nakan dalam teori optimasi. Teori optimasi merupakan salah satu kajian dalam
matematika yang banyak digunakan dalam bidang terapan karena sangat banyak
masalah terapan yang berupa masalah optimasi. Sebelumnya diberikan pengertian
fungsi terbatas dan kaitannya dengan fungsi kontinu.

Denisi 3.5. Sebuah fungsi f : A −→ R dikatakan terbatas pada A jika terdapat


konstanta M >0 sehingga

|f (x)| ≤ M untuk semua x ∈ A.

Dengan kata lain, fungsi f terbatas jika rentang bayangannya ( image ) merupakan
himpunan terbatas.

Contoh 3.16. Fungsi


1
f (x) :=
x
kontinu pada A := (0, ∞) tetapi tidak terbatas
1
pada A karena setiap bilangan real α > 0 terdapat x ∈ A, misalnya x =
α+1
sehingga |f (x)| > α. Namun, ia terbatas dan kontinu pada himpunan takterbatas
B := (1, ∞) yaitu dengan mengambil M = 1. Pada himpunan terbatas C = (0, 1],
fungsif kontinu tetapi tidak terbatas.

Keterbatasan fungsi kontinu pada suatu interval akan terjamin bila interval terse-
but terbatas dan tertutup seperti diungkapkan pada teorema berikut.

Teorema 3.12. Jika I := [a, b] suatu interval tertutup dan f : I −→ R kontinu


maka f terbatas pada I .
Bukti. Andai f tidak terbatas pada I . Maka, untuk sebarang n ∈ N terdapat
bilangan xn ∈ I sehingga |f (xn )| > n. Karena I terbatas maka ia memuat
0
barisan bagian X = (xnr ) dari X = (xn ) yang konvergen ke suatu bilangan
x (Teorema Bolzano-Wierestrass). Karena I tertutup dan xnr ∈ I maka
x ∈ I . Karena f kontinu di setiap anggota I maka f kontinu di x sehingga
barisan (f (xnr )) konvergen ke f (x). Jadi, (f (xnr )) barisan terbatas. Padahal
berlaku
|f (xnr )| > n ≥ nr untuk setiap r∈N
yang menyatakan bahwa (f (xnr )) tidak terbatas. Diperoleh suatu kon-
tradiksi. Jadi, pengandaian f tidak terbatas adalah salah. Kesimpulan,
teorema terbikti. 
Denisi 3.6. Misalkan f : A −→ R. Kita katakan fmempunyai sebuah maksi-
mum mutlak ( absolute maximum ) pada A ∗
jika terdapat titik x ∈ A sehingga

f (x∗ ) ≥ f (x) untuk semua x ∈ A.

Dikatakan f mempunyai minimum mutlak pada A jika terdapat titik x∗ ∈ A


sehingga
f (x∗ ) ≤ f (x) untuk setiap x ∈ A.
Selanjutnya, titik x∗ disebut titik maksimum mutlak dan x∗ disebut titik minimum
mutlak.

17
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

maksimum global

x*
x*

minimum global

Gambar 3.7: Ilustrasi ekstrem global

Gambar 3.8: Ilustrasi maksimum dan minimum mutlak Contoh 3.16

Contoh 3.17. f (x) := x1 tidak mempunyai maksimum maupun minimum


Fungsi
mutlak pada domain A = (0, ∞), tetapi pada domain B = [1, 2] mempunyai

maksimum mutlak dan minimum mutlak dengan titik maksimum x = 1 dan titik
2
minimum x∗ = 2. Fungsi g(x) := x mempunyai dua maksimum mutlak pada

domain C := [−1, 1] yaitu x = ±1 dan satu minimum mutlak dengan x∗ = 0.
Perhatikan Gambar

Teorema 3.13. Jika I := [a, b] suatu interval tertutup dan f : I −→ R kontinu


maka f mempunyai maksimum dan minimum mutlak pada I .
Bukti. Karena f terbatas maka range f (I) := {f (x) : x ∈ I} merupakan him-
punan terbatas. Berarti ia mempunyai supremum dan inmum, katakan
s∗ = sup f (I) dan s∗ = inf f (I). Kita tunjukkan terdapat x∗ , x∗ ∈ I se-
∗ ∗ ∗
hingga f (x ) = s dan f (x∗ ) = s∗ . Karena s = sup f (I) maka untuk setiap
n ∈ N, terdapat xn ∈ I sehingga

1
s∗ − < f (xn ) ≤ s∗ . (#)
n
Karena I terbatas maka barisan X := (xn ) terbatas, sehingga ia memuat
0
barisan bagian X = (xnr ) yang konvergen ke suatu x∗ ∈ I . Jadi f kontinu

di x . Akibatnya, lim(f (xnr )) = f (x∗ ). Mengikuti (#), diperoleh
1
s∗ − < f (xnr ) ≤ s∗ untuk setiap r ∈ N.
nr
Karena lim(s∗ − 1
nr
) = lim(s∗ ) = s maka dengan teorema squeeze, disim-
pulkan bahwa
lim (f (xnr )) = f (x∗ ) = s∗ .
Untuk eksistensi titik minimum x∗ dibuktikan sejalan. 

3.5 Limit Satu Sisi

Sebelumnya telah ditunjukkan bahwa limit fungsi signum di 0 tidak ada. Tetapi
jika domainnya dibatasi pada interval (0, ∞) maka limitnya ada yaitu bernilai 1.

18
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

diberikan diberikan

L+ L+

L |f(x) -L|< L |f(x) -L|<

L- L-

terdapat terdapat

c- c c c+

Gambar 3.9: Ilustrasi limit kiri (panel kiri) dan limit kanan (panel kanan)

Juga, bila domainnya hanya dibatasi pada interval (−∞, 0) maka limitnya juga
ada yaitu −1. Kasus seperti ini mengilhami pengertian limit kanan dan limit kiri
yang dimodikasi langsung dari pengertian limit biasa. Limit kiri dan limit kanan
dikenal dengan istilah limit satu sisi, sedangkan limit biasa dikenal dengan limit
dua sisi.

Denisi 3.7. Misalkan A⊆R dan f : A −→ R.


1. Bila c∈R titik limit A ∩ (c, ∞) = {x ∈ A : x > c}, maka bilangan real L
dikatakan limit kanan f di c, ditulis
L = lim+ f (x)
x→c

adalah jika diberikan  > 0 sebarang terdapat δ > 0 sehingga untuk semua
x∈A dengan 0 < x < c + δ maka berlaku |f (x) − L| < .
2. Bila c∈R titik limit A ∩ (−∞, c) = {x ∈ A : x < c}, maka bilangan real L
dikatakan limit kiri f di c, ditulis

L = lim− f (x)
x→c

adalah jika diberikan  > 0 sebarang terdapat δ > 0 sehingga untuk semua
x∈A dengan c − δ < x < 0 maka berlaku |f (x) − L| < .
Biasanya notasi L = limx→c+ f (x) dibaca  L adalah limit fungsi f untuk x mendekati
c dari kanan. Analog untuk limit kiri.

Secara geometri kedua pengertian limit ini diberikan pada Gambar 3.9 . Pada
kedua denisi ini, adanya nilai f (c) tetap tidak disyaratkan.

Analog kriteria barisan untuk limit dapat diadaptasikan langsung pada limit satu
sisi, seperti diungkapkan pada teorema berikut.

Teorema 3.14. Misalkan A ⊆ R dan f : A −→ R, maka berlaku pernyataan


berikut:
limx→c+ f (x) = L bila hanya bila untuk setiap barisan (xn ) yang konvergen ke c
dimana xn ∈ A dan xn > c berakibat barisan (f (xn )) konvergen ke L ∈ R.
limx→c− f (x) = L bila hanya bila untuk setiap barisan (xn ) yang konvergen ke c
dimana xn ∈ A dan xn < c berakibat barisan (f (xn )) konvergen ke L ∈ R.

19
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN

Bukti. Dapat dibuktikan sendiri dengan adaptasi teorema yang mirip untuk limit
dua sisi. 
Berikut ini hubungan limit satu sisi dan limit dua sisi :

limx→c f (x) = L bila hanya bila limx→c− f (x) = limx→c+ f (x) = L

Contoh 3.18. Diperhatikan kembali fungsi signum. Diperoleh

lim sgn(x) = 1, lim sgn(x) = −1.


x→0+ x→0−

Karena limit kiri dan limit kanan tidak sama maka limit dua sisinya limx→0 sgn(x)
tidak ada.

Adakalanya, salah satu limit kiri atau limit kanan tidak ada. Sebagai ilustrasi
amati contoh berikut.

Contoh 3.19. Fungsig(x) := e1/x , x 6= 0 tidak mempunyai limit kanan di 0 tetapi


1
limit kirinya ada yaitu 0 (Why???). Fungsi h(x) := 1/x
e +1
, x 6= 0 mempunyai limit
kiri di 0 yaitu 1, sedangkan limit kanannya 0 (Why ???). Karena limit kiri dan
kanan tidak sama maka limit dua sisinya tidak ada.

3.6 Kekontinuan Seragam dan Fungsi Lipschitz

20

Anda mungkin juga menyukai