1
– Dengan demikian
(k + 1)((k + 1) + 1)
1 + 2 + ... + k + (k + 1) =
2
– Jadi pernyataan tersebut benar untuk n = k + 1.
1. P (1) benar.
n! ≥ 2n−1
2
2. Asumsikan bahwa n! ≥ 2n−1 adalah benar untuk n = k. Akan ditun-
jukkan bahwa n! ≥ 2n−1 juga benar untuk n = k + 1, yaitu (k + 1) ≥
2(k+1)−1 .
(k + 1)! = (k + 1)(k!)
≥ (k + 1)(2k−1 )
≥ 2.2k−1
= 21+(k−1)
= 2(k+1)−1
n! ≥ 2n−1
Contoh 1.2
Gunakan induksi matematika untuk membuktikan bahwa 5n − 1 dapat dibagi
4 untuk setiap n = 1, 2, ....
5k+1 − 1 = 5.5k − 1
= (1 + 4).5k − 1
= 5k + 4.5k − 1
= (5k − 1) + 4.5k
3
Latihan
Gunakan induksi matematika untuk membuktikan persamaan berikut ini be-
nar untuk setiap bilangan asli n.
n(n+1)(n+2)
1. 1.2 + 2.3 + 3.4 + ... + n(n + 1) = 3
4. 13 + 23 + 33 + ... + n3 = [ n(n+1)
2
]2
5. 2n + 1 ≤ 2n , untuk n = 3, 4, ...
Referensi
4
1 SISTEM BILANGAN REAL
Bilangan real sudah dikenal dengan baik sejak masih di sekolah menengah, bahkan sejak
dari sekolah dasar. Namun untuk memulai mempelajari materi pada BAB ini anggaplah
diri kita belum tahu apa-apa tentang bilangan real. Kita akan mempelajari bagaimana
sistem bilangan real itu dibangun.
Pertama-tama kita hanya diberikan suatu himpunan bilangan tetapi belum tahu anggota-
nya seperti apa, belum aturan yang berlaku di dalamnya. Kemudian kedalam himpunan
ini diberikan dua operasi binair, penjumlahan (+) dan perkalian (·). Dengan dua op-
erasi ini disusun beberapa aksioma. Dua aksioma penting adalah keujudan elemen 0 dan
elemen 1. Inilah anggota bilangan real pertama yang kita ketahui. Selanjutnya dengan
aksioma-aksioma ini didenisikan anggota-anggota lainnya, seperti bilangan asli, bilan-
gan bulat, bilangan rasional dan bilangan irrasional. Juga didenisikan sifat-sifat yang
mengatur hubungan antar anggota, seperti sifat urutan, sifat jarak, sifat kelengkapan
dan sifat kepadatan.
1
(M4) Untuk setiap a ∈ R, a 6= 0 selalu terdapat (1/a) ∈ R sehingga a·(1/a) = (1/a)·a =
1. Elemen (1/a) ini disebut kebalikan dari a.
(D) a · (b + c) = (a · b) + (a · c) dan (b + c) · a = (b · a) + (c · a) untuk setiap a, b, c ∈ R.
Sifat ini disebut distributif perkalian terhadap penjumlahan.
Diperhatikan bahwa ada 4 sifat yang berkaitan dengan operasi penjumlahan yaitu A1,
A2, A3 dan A4 (notasi A untuk Adisi, atau penjumlahan), 4 sifat yang berkaitan dengan
perkalian yaitu M1, M2, M3 dan M4 (M untuk Multiplikasi, atau perkalian) dan 1 sifat
yang menggabungkan keduanya yaitu D (D untuk Distributif). Kesembilan sifat ini
disebut sifat aljabar atau aksioma bilangan real.
Sampai saat ini belum didenisikan bilangan negatif dan operasi pengurangan. Notasi
(−a) dianggap satu elemen didalam R. Begitu juga elemen kebalikan (1/a) dianggap
satu elemen dan operasi pembagian belum didenisikan. Berikut diberikan beberapa
teorema sederhana yang diturunkan langsung dari sifat-sifat aljabar ini.
Teorema 1.1. Jika a bilangan real sebarang maka persamaan a + x = b mempunyai
penyelesaian tunggal, yaitu x = (−a) + b.
Bukti. Pertama ditunjukkan eksistensi penyelesaiannya.
a+x = b (diketahui)
(−a) + (a + x) = (−a) + b
((−a) + a) + x = (−a) + b (A2)
0+x = (−a) + b (A4)
x = (−a) + b (A3)
Latihan 1.1. Buktikan jika a bilangan real tidak nol maka persamaan a · x = b mem-
punyai penyelesaian tunggal, yaitu x = (1/b).
Teorema 1.2. Bila a suatu elemen pada R maka berlaku pernyataan berikut.
1. a · 0 = 0 ,
2. (−1) · a = −a,
3. −(−a) = a,
4. (−1) · (−1) = 1.
2
Bukti. 1) Berdasarkan (M3) kita mempunyai a · 1 = a. Selanjutnya kedua ruas ini
ditambahkan a, diperoleh
a+a·0 = a·1+a·0
= a · (1 + 0) [menggunakan D]
= a · 1 [menggunakan A3]
= a [menggunakan M3]
a + (−1) · a = 1 · a + (−1) · a
= (1 + (−1)) · a [menggunakan D]
= 0 · a [menggunakan A4]
= 0 [menggunakan bagian i, setelah menerapkan (A1)]
3
dengan Latihan 1 dengan memandang a sebagai x maka diperoleh a = 1/(1/a). 2)
Kedua ruas pada a · b = a · c dikalikan dengan (1/a) disertai dengan menggunakan
(M2), diperoleh
((1/a) · a) · b = ((1/a) · a) · c
⇔ 1 · b = 1 · c [menggunakan M4]
⇔ b = c [menggunakan M3]
a/b := a · (1/b).
an := a
| · a · a{z· · · · · a} .
sebanyak n faktor
Untuk a 6= 0, notasi a−1 dimaksudkan untuk 1/a dan notasi a−n untuk (1/a)n .
n := |1 + 1 + 1{z+ · · · + 1} .
sebanyak n suku
4
R
Q himpunan bilangan rasional
R\Q
Misal: -3/4, -1, 0, 2, 1/2, 4/5.
himpunan bilangan
irrasional
Z: himpunan bilangan bulat
{ . . . ,-2, -1, 0, 1, 2, . . . } Misal:
2,
N: himpunan bilangan asli
{1, 2, 3, . . . }
5
Ini berarti n2 bilangan genap, akibatnya n juga bilangan genap. Berangkat dari pen-
gandaian tadi diperoleh dua pernyataan berikut
a. m dan n tidak mempunyai faktor persekutuan selain 1, berarti m dan n tidak
mungkin keduanya genap.
b. m dan n bilangan genap.
Kedua pernyataan ini bertentangan (kontradiksi), sehingga pengandaian harus diingkari.
Kesimpulannya Teorema terbukti.
−(a + b) = (−1) · (a + b)
= (−1) · a + (−1) · b
= (−a) + (−b).
6
2). Diperhatikan penjabaran berikut, coba justikasi setiap langkah yang diberikan
a · a + (−a) = a + (−a)
a · a + (−1) · (a) = 0
(a + (−1)) · a = 0.
7
1.2 Sifat urutan bilangan real
Urutan pada bilangan real merujuk pada hubungan ketidaksamaan antara dua bilangan
real. Sebelum didenisikan urutan terlebih dulu didenisikan bilangan positif.
Denisi 1.1. Pada R terdapat himpunan bagian takkosong P dengan sifat-sifat berikut
1. Jika a, b ∈ P maka a + b ∈ P.
2. Jika a, b ∈ P maka a · b ∈ P.
Himpunan P ini selanjutnya disebut himpunan bilangan positif.
Selanjutnya diturunkan sifat trikotomi pada bilangan real, yaitu bila a ∈ R sebarang
maka tepat satu pernyataan berikut dipenuhi, yaitu
a ∈ P, atau a = 0, atau − a ∈ P.
Jadi himpunan bilangan real terbagi atas tiga himpunan saling asing yaitu bilangan
positif, bilangan negatif dan nol. Selanjutnya urutan pada bilangan real didenisikan
sebagai berikut
Denisi 1.2. Berikut ini denisi ketidaksamaan antara elemen-elemen pada R :
1. Bilangan a ∈ P disebut bilangan positif dan ditulis a > 0. Notasi a ≥ 0 berarti
a ∈ P ∪ {0}, dan a disebut bilangan taknegatif.
2. Bilangan a ∈ P sehingga −a ∈ P disebut bilangan negatif, ditulis a < 0. Notasi
a ≤ 0 berarti −a ∈ P ∪ {0}, dan a disebut bilangan takpositif.
3. Bilangan real a dikatakan lebih besar dari b, ditulis a > b jika hanya jika a − b ∈ P
Notasi a < b < b dimaksudkan berlaku keduanya a < b dan b < c. Bila a ≤ b dan b < c,
maka ditulis a ≤ b < c.
Teorema 1.5. Misalkan a, b, c tiga bilangan real. Maka pernyataan berikut berlaku
1. Jika a > b dan b > c maka a > c,
2. Tepat satu pernyataan berikut memenuhi : a > b, a = b, a < b.
Bukti. 1)Karena a > b dan b > c maka berdasarkan denisi berlaku a − b ∈ P, dan
b − c ∈ P. Dengan sedikit trik diperoleh
a − c = (a − b) + (b − c) ∈ P, yakni a > c.
8
Teorema 1.6. Misalkan a, b, c, d bilangan-bilangan real. Maka berlaku
1. Jika a > b maka a + c > b + c.
2. Jika a > b, c > d maka a + c > b + d.
3. Jika a > b dan c > 0 maka ca > cb.
4. Jika a > b dan c < 0 maka ca < cb.
Bukti. 1) Karena diketahui a−b ∈ P maka (a+c)−(b+c) = a−b ∈ P, yaitu a+c > b+c.
2) Karena diketahui a−b ∈ P dan c−d ∈ P maka (a+c)−(b+d) = (a−b)+(c−d) ∈
P, yaitu a + c > b + d.
3) Karena diketahui a − b ∈ P, c ∈ P maka (a − b)c = ac − bc ∈ P, yaitu ac > bc.
Latihan 1.5. Buktikan bagian 4 pada Teorema 1.5.
Teorema 1.7. Jika a dan b bilangan real dengan a < b maka a < 12 (a + b) < b.
Bukti. Karena a < b maka 2a = a + a < a + b. Dengan argumen yang sama diperoleh
juga a + b < b + b = 2b. Dengan menggabungkan kedua hasil ini, diperoleh
a+b
2a < a + b < 2b ←→ a < < b.
2
Latihan 1.6. Buktikan bahwa jika a > 0 maka 0 < 21 a < a.
Teorema berikut menjamin bahwa suatu bilangan taknegatif yang kurang dari bilangan
positif apapun adalah nol.
Teorema 1.8. Bila a ∈ R dengan 0 ≤ a < untuk setiap ε > 0 maka a = 0.
Bukti. Bukti dengan kontradiksi. Andaikan a > 0. Berdasarkan Latihan sebelumnya,
berlaku 0 < 12 a < a. Sekarang ambil ε0 := 12 a > 0, sehingga berlaku 0 < ε0 < a.
Hal ini kontradiksi dengan hipotesis bahwa 0 ≤ a < untuk setiap ε > 0. Jadi
pengandai salah, dan haruslah a = 0.
Latihan 1.7. Bila a, b bilangan real dengan a < b + ε untuk setiap ε > 0 maka a ≤ b.
Berdasarkan denisi bilangan positif bahwa perkalian dua bilangan positif akan meng-
hasilkan bilangan positif. Tetapi sebaliknya, bila hasil kali dua bilangan real adalah
positif belum tentu kedua bilangan real tadi positif.
Teorema 1.9. Jika ab > 0 maka berlaku salah satu dari dua kemungkinan berikut:
a > 0 dan b > 0 atau a < 0 dan b < 0.
9
Bukti. Karena ab > 0 maka a 6= 0 dan b 6= 0, sebab jika salah satu diantara a atau b
bernilai nol maka ab = 0. Karena sifat trikotomi kemungkinnya a > 0 atau a < 0.
Untuk a > 0 maka 1/a > 0 dan
Untuk kasus a < 0, diperoleh −a > 0 atau 1/(−a) > 0 sehingga diperoleh
Latihan 1.8. Buktikan bahwa jika ab < 0 maka berlaku salah satu dari dua kemungk-
inan berikut:
a > 0 dan b < 0 atau a < 0 dan b > 0.
Kedua hasil yang baru saja diberikan mengatakan bahwa jika hasil kali dua bilangan
positif maka kedua bilangan itu bertanda sama. Sebaliknya, jika hasil kali kedua bilangan
negatif maka kedua bilangan itu berlainan tanda.
Fakta ini mudah dibuktikan sendiri. Sekarang diasumsikan a > 0 dan b > 0, yaitu
a + b > 0. (1) → (2): Diketahui a < b, atau a − b < 0. Jadi diperoleh
a2 − b2 = (a − b) (a + b) < 0
| {z } | {z }
<0 >0
(2) → (1): Diketahui a2 −b2 = (a − b) (a + b) < 0. Karena diketahui pula a+b > 0
| {z } | {z }
<0 >0
maka haruslah a − b < 0, atau a < b. (i) ↔ (iii): Sebelumnya sudah dibuktikan
bahwa jika x, y > 0 maka
x < y ←→ x2 < y 2 .
10
√ √ √
Pada bagian
√ 2ini diambil x = a dan y = b sehingga x, y > 0. Karena a = ( a)2
dan b = b) maka diperoleh
√ √ √ √
a < b ←→ ( a)2 = a < b = ( b)2 .
Jadi lengkaplah bukti ini karena telah ditunjukkan berlakunya equivalensi
(3) ↔ (1) ↔ (2).
Teorema 1.11. [Rata-rata aritmatika-geometri] Bila a dan b bilangan positif maka
berlaku √ 1
ab ≤ (a + b). (RAG)
2
Bukti. Bila a = b maka relasi pada (RAG)√menjadi kesamaan.
√ Sekarang diasumsikan
a 6= b. Karena a > 0 dan b > 0 maka a > 0 dan b > 0. Diperhatikan bahwa
√ √ √ √
0 6= a − b = ( a − b) ( a + b) .
| {z }
>0
√ √
Jadi ( a − b) 6= 0, dan selanjutnya dikuadratkan diperoleh
√ √ √ √ 1
0 < ( a − b)2 = a − 2 ab + b ⇐⇒ ab > (a + b).
2
dengan notasi untuk penjumlahan dan untuk perkalian suku-suku. Masih tetap
P Q
berlaku bahwa
RG ≤ RA.
Teorema 1.12 (Ketidaksamaan Bernoulli). Jika x > −1 maka untuk setiap n ∈ N
berlaku
(1 + x)n ≥ 1 + nx. (KB)
Bukti. Dibuktikan dengan induksi matematika. Untuk n = 1 kedua ruas pada (KB)
menjadi kesamaan. Diasumsikan berlaku untuk n = k , yaitu berlaku (1 + x)k ≥
1 + kx. Untuk n = k + 1, diperoleh
(1 + x)k ≥ 1 + kx [ diketahui ]
(1 + x)k+1 = (1 + x)k (1 + x) ≥ (1 + kx)(1 + x)
= 1 + (k + 1)x + kx2
≥ 1 + (k + 1)x.
11
Jadi berlaku untuk n = k + 1. Perhatikan pada baris kedua kedua ruas dikalikan
dengan (1 + x) suatu bilangan positif karena x > −1.
Jadi F merupakan fungsi kuadrat denit tak negatif, sehingga diskriminannya pun
tak negatif, yaitu
n
!2 n
! n
!
X X X
4 ak bk −4 b2k a2k ≤ 0.
k=1 k=1 k=1
12
5. Buktikan kebenaran pernyataan berikut
a) 0 < c < 1 → 0 < c2 < c < 1
b) c > 1 → 1 < c < c2 .
6. Bila untuk sebarang a, b ∈ R berlaku a ≤ b + ε untuk setiap ε > 0 maka a ≤ b.
7. Temukan himpunan penyelesaian yang memenuhi pertidaksamaan berikut
a) x2 > 3x + 4
b) 1 < x2 < 4
c) 1
x
<x
d) 1
x
< x2 .
Sebagai contoh, |3| = 3, |0| = 0, dan | − 1| = 1. Dengan kata lain, nilai multak bilangan
real bersifat dikotomi, yaitu nol atau positif. Diperhatikan tiga cabang pada denisi
nilai mutlak dapat disederhanakan menjadi
(
a bila a ≥ 0,
|a| :=
−a bila a < 0.
13
5. −|a| ≤ a ≤ |a|.
Bukti. 1)(⇐=): langsung dari denisi. (=⇒): dibuktikan melalui kontraposisinya, yaitu
jika a 6= 0 maka |a| 6= 0, juga langsung dari denisi.
2) Jika a = 0 maka diperoleh |a| = |0| = 0 = | − 0| = | − a|. Jika a > 0 maka
−a < 0 sehingga diperoleh |a| = a = −(−a) = | − a|. Jika a < 0 maka −a > 0
sehingga diperoleh |a| = −a = |a|.
3) Bila minimal salah satu dari a atau b bernilai nol maka kedua ruas bernilai
nol. Bila keduanya tidak ada yang nol, ada 4 kemungkinan untuk nilai a, b yang
perlu diselidiki yaitu a > 0, b > 0 atau a > 0, b < 0 atau a < 0, b > 0 atau
a < 0, b < 0. Untuk a > 0, b < 0 maka ab < 0, |a| = a, |b| = −b sehingga berlaku
|ab| = −(ab) = (a)(−b) = |a||b|. Untuk kemungkinan lainnya silahkan dicoba
sendiri sebagai latihan.
4) (⇐=): karena |a| ≤ c maka a ≤ c dan −a ≤ c atau a ≥ −c, digabungkan
diperoleh −c ≤ a ≤ c. (=⇒): bila −c ≤ a ≤ c maka kita mmepunyai a ≤ c dan
−c ≤ a, atau −a < c. Karena |a| bernilai |a| atau | − a| maka disimpulkan |a| < c.
5) Dengan mengambil c := |a| ≥ 0 pada bagian (4) maka |a| ≤ |a| adalah perny-
ataan yang benar. Implikasinya adalah −|a| ≤ c ≤ |a|. Cara lain adalah dengan
menggunakan kenyataan bahwa |a| ≥ a berlaku untuk setiap a ∈ R. Karena
−a ∈ R maka |a| = | − a| ≥ −a, atau −|a| ≤ a. Setelah digabungkan diperoleh
−|a| ≤ c ≤ |a|.
Denisi 1.4. Jarak (metrik) antara dua bilangan real a dan b didenisikan sebagai
d(a, b) := |a − b|.
Bila b = 0 maka d(a, 0) = |a| dipandang sebagai jarak a terhadap titik asal 0.
Interpretasi sederhana bilangan real dapat disajikan dalam garis bilangan. Gambar
berikut adalah garis bilangan dan ilustrasi jarak antara −3 dan 2.
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
| -3 - 2 | = 5
Gambar 1.2: Garis bilangan dan jarak antara dua bilangan real
Teorema berikut berkaitan dengan sifat dasar nilai mutlak dan sangat sering digunakan
dalam analisis.
Teorema 1.15. (Ketidaksamaan segitiga) Untuk sebarang bilangan real a dan b berlaku
|a + b| ≤ |a| + |b|. (KS)
14
Bukti.Dari Teorema 1.14(5) kita mempunyai −|a| < a < |a| dan −|b| < b < |b|.
Dengan menjumlahkan dua ketidaksamaan ini diperoleh
−(|a| + |b|) < a + b < (|a| + |b|).
Kemudian, dari bagian (4) dengan menganggap c := (|a| + |b|) maka terbukti
bahwa
|a + b| ≤ |a| + |b|.
Latihan 1.9. Untuk sebarang bilangan real a dan b, buktikan
1. ||a| − |b|| ≤ |a − b|.
2. |a − b| ≤ |a| + |b|.
Contoh 1.5. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x − 1| > |x + 1|.
Penyelesaian. Diperhatikan titik x = −1 dan x = 1 merupakan titik transisi, yaitu
perbatasan dimana nilai mutlak berubah pola. Untuk x < −1, maka x − 1 < 0
dan x + 1 > 0 sehingga |x − 1| = −(x − 1) dan |x + 1| = −(x + 1). Subtitusi
kedalam ketidaksamaan diperoleh
−(x − 1) > −(x + 1) ⇐⇒ 1 > −1
Perhatikan Teorema 1.10 memberikan dasar untuk mengkuadartkan kedua ruas ketidak-
samaan. Perlu hati-hati syarat yang harus dipenuhi adalah kedua ruas terjamin tidak
bernilai negatif.
15
Latihan 1.10. Tentukan semua bilangan real x yang memenuhi |x| + |x + 1| < 2.
Dapat diperiksa bahwa jarak (metrik) seperti diberikan pada Denisi 1.4 memenuhi
sifat-sifat sebagai berikut
1. d(x, y) ≥ 0 untuk setiap x, y ∈ R.
2. d(x, y) = 0 bila hanya bila x = y .
3. d(x, y) = d(y, x) untuk setiap x, y ∈ R.
4. d(x, y) ≤ d(x, z) + d(z, y) untuk setiap x, y ∈ R.
Sifat 4 ini merupakan generalisasi dari ketidaksamaan segitiga (KS). Himpunan bilangan
real yang dilengkapi dengan metrik d ini disebut ruang metrik. Lebih lanjut, pada
analisis dikenal pula ruang bernorma, ruang Banach, ruang Hilbert dan lain-lain.
Latihan 1.11. Misalkan S himpunan takkosong, buktikan fungsi d pada S × S yang
didenisikan oleh (
0 bila s = t,
d(s, t) :=
1 bila s =
6 0.
merupakan metrik. Metrik ini disebut metrik diskrit.
Bukti. Dapat dibuktikan dengan induksi. Ingat prinsip induksi, jika berlaku untuk dua
bilangan maka akan berlaku untuk sebanyak berhingga bilangan.
16
6. Tentukan semua pasangan titik (x, y) dan sketsa grak pada R×R yang memenuhi
persamaan berikut
a) |x| = |y|
b) |xy| = 1
c) |x| + |y| = 2
d) |x| − |y| = 1.
7. Tentukan semua pasangan titik (x, y) dan sketsa grak pada R×R yang memenuhi
pertidaksamaan berikut
a) |x| ≤ |y|
b) |xy| ≥ 1
c) |x| + |y| ≤ 2
d) |x| − |y| ≥ 1.
Diperhatikan bahwa pada 1 bukan maksimum himpunan A := [0, 1) tetapi tidak ada
anggota A yang lebih besar dari 1. Nantinya bilangan 1 seperti ini disebut batas atas
paling kecil atau supremum untuk himpunan A. Sebelumnya diberikan denisi batas
ata dan batas bawah himpunan sebagai berikut.
Denisi 1.5. Misalkan S suatu himpunan bagian dari R.
17
Gambar 1.3: Ilustrasi batas atas dan batas bawah
Contoh 1.8. Himpunan bilangan asli N tidak mempunyai batas bawah maupun batas
atas.
Contoh 1.10. Buktikan setiap bilangan real adalah batas atas himpunan kosong ∅.
Bukti. Argumennya dapat dijelaskan sebagai berikut. Bilangan u ∈ R batas atas S
dapat disajikan dalam kalimat logika berikut
s ∈ S → s < u.
18
Penyelesaian. Perhatikan denisi batas atas dalam kalimat logika berikut
Dengan membuat ingkaran kalimat ini maka diperoleh denisi bukan batas atas
berikut
Karakterisasi supremum
Berdasarkan denisi, u = sup(S) dapat dikarakterisasi oleh dua kondisi berikut, yaitu:
1. u ≥ s untuk setiap s ∈ S ,
2. bila ada v ∈ R dengan v < u maka ada s0 ∈ S sehingga v < s0 .
Kondisi pertama menyatakan bahwa v haruslah batas atas S dan kondisi kedua meny-
atakan bahwa batas atas ini haruslah yang terkecil. Artinya bila ada v bilangan lain
yang lebih kecil dari s maka v bukan batas atas S lagi.
19
Gambar 1.4: Ilustrasi supremum dan inmum
Ilustrasi grak supremum dan inmum diberikan pada Gambar 1.4. Berdasarkan den-
isi dan ilustrasi ini kita dapat membuktikan bahwa supremum atau inmum suatu him-
punan adalah tunggal. Berikut teorema mengenai fakta ini.
Teorema 1.17. Supremum suatu himpunan selalu tunggal.
Bukti. Andaikan u = sup S dan u1 = sup S dengan u 6= u1 . Karena itu ada dua
kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu u < u1 atau u > u1 . Untuk u < u1 berarti
u bukan batas atas S , ini berlawanan dengan u = sup S . Untuk u > u1 berarti
u1 bukan batas atas S , ini bertentangan dengan u1 = sup S . Jadi pengandaian
u 6= u1 salah, seharusnya u = u1
Latihan 1.14. Buktikan inmum suatu himpunan selalu tunggal.
Berikut adalah kriteria epsilon yang sering digunakan untuk mengetahui suatu batas
atas merupakan supremum atau bukan.
Teorema 1.18. Misalkan u suatu batas atas himpunan S . Maka berlaku pernyataan
berikut
u = sup S ↔ ∀ε > 0, ∃s ∈ S sehingga u − ε < s. (1.1)
Bukti. (→): Ambil ε > 0 sebarang. Karena diketahui u = sup S maka u − ε bukan
batas atas S , jadi ada s ∈ S sehingga u − ε < s.
(←): Akan ditunjukkan bahwa u yang memenuhi sebelah kanan (1.1) merupakan
supremum S . Misalkan v sebarang bilangan real dengan v < u. Ambil ε := u−v >
0, maka ada s ∈ S sehingga
u − ε = u − (u − v) = v < s.
Ini berarti v bukan batas atas S , dan berdasarkan karakteristik supremum disim-
pulkan bahwa u = sup S .
Fakta pada teorema ini diilustrasikan pada Gambar 1.5.
Latihan 1.15. Misalkan w suatu batas atas himpunan S . Maka berlaku pernyataan
berikut
w = inf S ↔ ∀ε > 0, ∃s ∈ S sehingga w + ε > s. (1.2)
Contoh 1.14. Diperhatikan himpunan S := {x : 0 ≤ x < 1}. Maka max S tidak ada,
tetapi sup S = 1, min S = inf S = 0.
20
s
Setelah mempelajari supremum, maksimum, inmum dan minimum maka jelaslah bahwa
konsep supremum dan inmum lebih luas daripada konsep maksimum dan minimum.
Faktanya, bila suatu himpunan S mempunyai maksimum dan minimum maka
sup S = maks S, inf S = min S.
21
Himpunan√A ini tidak mempunyai maksimum √ tetapi A mempunyai supremum, yaitu
sup A = 2. Fakta ini menjamin bahwa 2 yang merupakan bilangan irrasional
benar-benar ada. Pertanyaannya, seberapa banyak bilangan irrasional yang ada. Lebih
"banyak" mana, bilangan rasional atau bilangan irrasional. Nah, berikut ini diberikan
sifat kepadatan bilangan rasional dalam R.
Teorema 1.19. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan rasional
r dengan a < r < b.
Bukti.
Latihan 1.16. Bila a dan b bilangan real dengan a < b maka terdapat bilangan irrasional
z dengan a < z < b.
Latihan 1.17. Temukan 5 bilangan irrasional yang terletak diantara 1 dan 1.01.
22
Soal-soal yang perlu dipecahkan
1. Diberikan himpunan S := {1 − n1 : n ∈ N}. Hitunglah supremum dan inmum
S . Buktikan kebenaran jawaban yang Anda berikan. (Petunjuk: gunakan kriteria,
karakteristik, atau sifat Archimedes).
2. Pertanyaan yang sama seperti soal nomor 1 tetapi untuk S := { n1 − m1 : n ∈ N}.
3. Misalkan S himpunan takkosong yang terbatas dibawah. Buktikan
a + S := {a + x : x ∈ S}.
Buktikan
sup(a + S) = a + sup S.
8. Misalkan f dan g dua fungsi yang didenisikan pada domain X . Jika rangenya
terbatas, buktikan
(i) sup{f (x) + g(x) : x ∈ X} ≤ sup{f (x) : x ∈ X} + sup{g(x) : x ∈ X}.
(ii) inf{f (x) + g(x) : x ∈ X} ≥ inf{f (x) : x ∈ X} + inf{g(x) : x ∈ X}.
23
2 BARISAN BILANGAN REAL
Di sekolah menengah, barisan diperkenalkan sebagai kumpulan bilangan yang disusun
menurut "pola" tertentu, misalnya barisan aritmatika dan barisan geometri. Biasanya
barisan dan deret merupakan satu kesatuan pokok bahasan. Sekarang barisan dipahami
dari sudut pandang analisis sebagai bentuk khusus dari fungsi. Sedangkan deret akan
dibahas secara khusus pada bagian berikutnya.
Denisi 2.1. Barisan bilangan real adalah suatu fungsi bernilai real dengan domain
himpunan bilangan asli N. Jadi barisan adalah fungsi X : N → R, dimana setiap n ∈ N
nilai fungsi X(n) biasa ditulis sebagai
X(n) := xn
dan disebut suku ke-n barisan X . Notasi barisan yang akan digunakan dalam buku ini
adalah
X, (xn ), (xn : n ∈ N).
Contoh 2.1. Beberapa barisan dan cara penulisannya:
a. X := (2, 4, 6, 8, · · · ) merupakan barisan bilangan genap. Dapat juga ditulis sebagai
X := (2n : n ∈ N).
b. Y := 1 1 1
. Dapat juga ditulis Y := 1
:n∈N .
, , ,···
1 2 3 n
c. Dalam beberapa keperluan praktis, barisan didenisikan secara rekusif atau in-
duktif sebagai berikut
(
x1 , x2 , · · · , xn−1 diberikan,
xn := f (x1 , x2 , · · · , xn−1 ).
Latihan 2.1. Berikut diberikan beberapa suku awal barisan (xn ). Seandainya pola
seperti ini tetap, tentukan formula umum suku ke n nya.
1
a. 1/2, 2/3, 3/4, 4/5, · · · ,
b. 1/2, −1/4, 1/8, −1/16, · · · ,
c. 1, 4, 9, 16, · · · ,
Latihan 2.2. Diberikan barisan yang didenisikan secara rekursif berikut. Tentukan 5
suku pertamanya
a. y1 := 2, yn+1 := 12 (yn + 2/yn ), n ≥ 1.
b. z1 := 1, z2 := 2, zn+2 := (zn+1 + zn )/(zn+1 − zn ), n ≥ 3.
c. x1 := 1, yn+1 := 41 (2yn + 3), n ≥ 1.
2
Gambar 2.1: Ilustrasi barisan konvergen
Teorema 2.1. Suatu barisan bilangan real hanya dapat mempunyai satu limit. Dengan
Bukti. Andaikan barisan X := (xn ) mempunyai dua limit yang berbeda, katakan xa
dan xb dengan xa 6= xb . Diberikan ε := 13 |xb − xa |. Karena lim(xn ) = xa maka
untuk ε ini terdapat Na sehingga
|xa − xb | = |xa − xn + xn − xb |
≤ |xn − xa | + |xn − xb |
< ε+ε
2
= |xa − xb |.
3
Akhirnya diperoleh |xa −xb | < 23 |xa −xb | suatu pernyataan yang kontradiksi.Pengandaian
xa 6= xb salah dan haruslah xa = xb , yaitu limitnya mesti tunggal.
Pembahasan barisan di sini ditekankan pada pemahaman teoritis bukan pada aspek
teknis seperti menghitung nilai limit barisan. Pekerjaan dominan adalah membuktikan
suatu barisan dengan limit telah diketahui, bukan menghitung berapa nilai limit suatu
barisan. Contoh-contoh berikut memberikan gambaran bagaimana denisi digunakan
untuk membuktikan kebenaran limit suatu barisan.
3
Contoh 2.2. Buktikan bahwa lim(1/n) = 0.
Bukti. Secara intuitif fakta ini adalah benar karena kita membagi bilangan 1 dengan
bilangan yang semakin membesar menuju takhingga sehingga hasilnya mesti nol.
Tapi bukti ini tidak formal karena tidak didasarkan pada teori yang ada, misalnya
denisi. Berikut bukti formalnya. Disini kita mempunyai xn := n1 , dan x = 0.
Diberikan ε > 0 sebarang. Harus ditemukan bilangan asli N sehingga
1
|xn − x| = |1/n − 0| = < ε untuk setiap n ≥ N.
n
Mudah saja, pada bentuk terakhir ketidaksamaan ini berlaku n1 < ε. Diselesaikan,
diperoleh n > 1ε . Jadi N cukup diambil sebagai bilangan asli terkecil yang lebih
besar dari 1ε , atau ceiling dari x yaitu
N = d1/εe .
Sebagai contoh, misalkan diberikan ε := 0.013 maka 1ε = 76.9231. Jadi cukup
diambil N := 77. Untuk meyakinkan dapat diperiksa bahwa
x77 = 0.0130, x78 = 0.0128, x79 = 0.0127, x80 = 0.0125, x81 = 0.0123, x82 = 0.0122
kesemuanya kurang dari 0.013. Lebih telitinya x77 = 0.012987. Terbukti bahwa
lim( n1 ) = 0.
Contoh 2.3. Buktikan lim 3n+2
n+1
= 1/3.
4
Latihan 2.4. Gunakan denisi limit barisan untuk membuktikan
3n + 1 3
lim = .
2n + 5 2
Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan ε := 0.0023, juga
ε := 0.0132. Ujilah kebenarannya untuk n = N, N + 1, N + 2, N + 3, N + 4.
Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan ε := 1/4, juga
ε := 1/16.Ujilah kebenarannya untuk n = N, N + 1, N + 2, N + 3, N + 4.
Tentukan bilangan asli terkecil N yang dapat diambil jika diberikan ε := 1/4, juga bila
ε := 1/16. Ujilah kebenarannya untuk n = N, N + 1, N + 2, N + 3, N + 4.
Dari beberapa contoh dan latihan ini mestinya dapat disimpulkan bahwa semakin kecil
ε > 0 yang diberikan maka semakin besar indeks N yang dapat diambil. Kenyataan ini
sesuai dengan denisi bahwa semakin kecil ε > 0 maka semakin kecil lebar "kerangkeng"
dan semakin lama pula suku-suku barisan mulai mengumpul di dalam "kerangkeng" ini.
Kekonvergenan barisan (xn ) ditentukan oleh pola suku-suku yang sudah jauh berada di
ujung, bukan oleh suku-suku awal. Walaupun pada awalnya suku-suku barisan beruk-
tuasi cukup besar namun bila pada akhirnya suku-suku ini mengumpul di sekitar titik
tertentu maka barisan ini tetap konvergen. Fakta ini diformal dalam istilah ekor barisan.
Denisi 2.3. Misalkan barisan X := (x1 , x2 , x3 , · · · , xn , · · · ) dipotong pada suku ke m
dan dibentuk barisan baru
Xm := (xm+1 , xm+2 , · · · )
maka barisan Xm disebut ekor ke m barisan X .
Jadi ekor barisan merupakan barisan yang dibentuk dengan memotong m buah suku
pertama pada barisan semula. Ternyata sifat kekonvergenan ekor barisan dan barisan
semula adalah identik, seperti diungkapkan pada teorema berikut.
Teorema 2.2. Barisan X konvergen bila hanya bila ekor barisan Xm juga konvergen,
dan berlaku
lim X = lim Xm .
5
Bukti. (→) Diberikan ε > 0. Karena X = (xn : n = 1, 2, · · · ) konvergen, katakan
lim(xn ) = x maka terdapat bilangan asli N sehingga
Teorema 2.3. Misalkan ada dua barisan bilangan real (an ) dan (xn ). Jika ada C>0
dan m∈N sehingga berlaku
maka lim(xn ) = x.
6
Dikatakan teorema terdominasi karena suku-suku |xn − x| pada akhirnya selalu terdom-
inasi dari atas oleh barisan (an ) yang konvergen ke nol. Dalam penggunaan teorema ini
diperlukan menemukan barisan (an ) dan konstanta C > 0 seperti dalam teorema.
Contoh 2.4. Bila a > 0, buktikan barisan lim 1+na 1
= 0.
Bukti. Karena a > 0 maka berlaku 0 < na < na + 1, dan akibatnya kita mempunyai
1 1
< .
na + 1 na
Selanjutnya,
1 1 1 1
| − 0| = < .
1 + na 1 + na a n
Dengan mengambil C := 1/a dan an = 1/n dan dikarenakan lim an = 0 maka
dengan TKD disimpulkan bahwa lim 1+na1
= 0.
Contoh 2.5. Misalkan 0 < b < 1, buktikan lim(bn ) = 0.
Bukti. Ambil a := 1−b
b
= 1b − 1 > 0. Dapat ditulis b = 1
(1+a)
(mengapa?). Dengan
ketidaksamaan Bernoulli berlaku
(1 + a)n ≥ 1 + na
dan diperoleh
1 1 1 1 1
0< ≤ < = .
(1 + a)n 1 + na na a n
Diambil an := 1
n
dan C = a1 maka berdasarkan TKD terbukti lim(bn ) = 0.
Latihan 2.7. Misalkan c > 0, buktikan lim(c1/n ) = 0.
Latihan 2.8. Buktikan lim(n1/n ) = 1.
2. Diberikan xn := 1
ln(n+1)
.
a) Gunakan denisi untuk membuktikan lim(xn ) = 0.
b) Tentukan bilangan asli terkecil N bila diberikan ε = 271 .
c) Tunjukkan kebenaran |xn − 0| < ε untuk n = N, N + 1, N + 2, N + 3.
3. Buktikan lim 1 1
= 0.
n
− n+1
4. Buktikan lim (2n)1/n = 1.
5. Bila lim(xn ) = x > 0, tunjukkan ada bilangan asli K sehingga x
2
< xn < 2x untuk
setiap n ≥ K .
7
M x1
... xn
x2 xn+1 ...
-M
Berikut ini diberikan sifat aljabar barisan konvergen. Sifat-sifat ini banyak digunakan
dalam keperluan praktis terutama dalam menghitung nilai limit barisan. Sebelumnya
diberikan sifat keterbatasan barisan konvergen.
Denisi 2.4. Barisan (xn ) dikatakan terbatas jika ada bilangan M > 0 sehingga |xn | ≤
M untuk setiap n ∈ N. Dengan kata lain, barisan (xn ) terbatas jika hanya jika himpunan
{xn : n ∈ N} terbatas pada R.
8
Sebaliknya barisan yang terbatas belum tentu konvergen seperti ditunjukkan pada con-
toh berikut.
Contoh 2.8. Diberikan barisan ((−1)n : n ∈ N). Jelas barisan ini terbatas karena |xn | <
1 untuk setiap n. Selanjutnya, kita buktikan barisan ini tidak konvergen. Andaikan ia
konvergen, katakan lim(xn ) = a. Ambil ε := 1, maka terdapat bilangan asli N sehingga
Bilangan n ≥ N dapat berupa bilangan genap atau bilangan ganjil. Untuk n ganjil
maka (−1)n = −1, sehingga diperoleh
Dua pernyataan (*) dan (**) saling kontradiksi, sehingga pengandaian salah. Jadi ter-
bukti barisan ((−1)n : n ∈ N) divergen.
Teorema 2.5. Jika X := (xn ) dan Y := (yn ) dua barisan yang masing-masing konvergen
ke x dan y maka
Bukti. (1) Untuk membuktikan lim(xn + yn ) → (x + y), kita harus memberikan estimasi
pada |(xn + yn ) − (x + y)|. Karena lim(xn ) = x dan lim(yn ) = y maka untuk ε > 0
yang diberikan terdapat N1 dan N2 sehingga
|xn − x| < ε/2 untuk setiap n ≥ N1 dan |yn − y| < ε/2 untuk setiap n ≥ N2 .
|xn − x| < ε/2M untuk setiap n ≥ N1 dan |yn − y| < ε/2M untuk setiap n ≥ N2 .
9
Jadi untuk setiap n ≥ N := max{N1 , N2 } diperoleh
|xn yn − xy| = |(xn yn − xn y) + (xn y − xy)|
= |xn (yn − y) + y(xn − x)|
≤ |xn ||y − yn | + |y||x − xn |
≤ M |xn − x| + M |yn − y|
≤ M (ε/2M ) + M (ε/2M ) = ε.
Khususnya jika barisan-barisannya sama, katakan ada sebanyak k barisan (xn ) maka
lim(akn ) = (lim(an ))k .
Bukti.
xn x xn y − xyn
− =
yn y yn y
1
= |xn y − xyn |
|yn ||y|
1
= |xn y − xn yn + xn yn − xyn |
|yn ||y|
1
= |xn (y − yn ) + yn (xn − x)|
|yn ||y|
|xn | 1
≤ |yn − y| + |xn − x|
|yn ||y| |y|
10
Karena ||yn | − |y|| ≤ |yn − y| dan |yn − y| < 12 |y| maka
1 1 3 1
||yn | − |y|| < |y| ⇔ |y| < |yn | < |y| ⇒ |yn | > |y| untuk setiap n ≥ N1 .
2 2 2 2
Jadi berlaku
1 2
< untuk setiap n ≥ N1 .
|yn | |y|
Dengan demikian kita mempunyai estimasi
− ≤ |xn | |yn − y| + 1 |xn − x| < 2M |yn − y| + 1 |xn − x|.
xn x
(*)
yn y |yn ||y| |y| |y|2 |y|
Teorema 2.7. Bila (xn ) barisan taknegatif, yaitu xn ≥ 0 untuk setiap n ∈ N maka
lim(xn ) ≥ 0.
Bukti. Andaikan kesimpulan ini salah, yaitu x := lim(xn ) < 0. Ambil ε := −x > 0,
maka berdasarkan denisi ada K ∈ N sehingga
11
Teorema 2.8. (xn )
Jika dan (yn ) barisan konvergen dan x n ≤ yn untuk setiap n∈N
maka lim(xn ) ≤ lim(yn ).
Bukti. Didenisikan barisan (zn ) dengan zn := yn −xn . Diperoleh (zn ) barisan taknegatif.
Dengan Teorema sebelumnya maka berlaku
lim(zn ) = lim(yn − xn ) = lim(yn ) − lim(xn ) ≥ 0 → lim(yn ) ≤ lim(xn ).
Ini membuktikan teorema yang dimaksud.
Teorema 2.9. Bila (xn ) barisan konvergen dan a ≤ xn ≤ b untuk setiap n∈N maka
a ≤ lim(xn ) ≤ b.
Bukti. Denisikan barisan konstan (yn := a|n ∈ N) dan (zn := b|n ∈ N), maka berlaku
yn ≥ xn dan xn ≤ zn .
Mengingat lim(yn ) = a dan lim(zn ) = b maka dengan menggunakan teorema
sebelumnya dapat disimpulkan berlaku a ≤ lim(xn ) ≤ b.
Teorema berikut menjelaskan kekonvergenan suaru barisan yang terjepit oleh dua barisan
yang konveregen ke limit yang sama. Teorema ini sangat bermanfaat dalam membuk-
tikan limit barisan.
Teorema 2.10. [Teorema kekonvergenan terjepit (TKJ)] Bila (xn ), (yn ) dan (zn )
barisan bilangan real yang memenuhi kondisi berikut
12
Teorema ini dikenal juga istilah teorema sequeeze atau teorema sandwich.
−1 ≤ sin n ≤ 1.
diperoleh
sin n
lim = lim(−1/n) = lim(1/n) = 0.
n
Terbuktilah bahwa lim sinn n = 0.
Versi lainnya TKJ ini akan muncul lagi dalam bentuk limit fungsi yang akan diberikan
pada bab selanjutnya. Satu lagi alat cepat dan mudah untuk menyelidiki kekonvergenan
barisan adalah uji rasio berikut.
Teorema 2.11. Misalkan (xn ) barisan bilangan real positif sehingga lim xxn+1
n
:= L ada.
Dengan mengambil C := xK
rK
kita mempunyai
Karena 0 < r < 1 maka lim(rn+1 ) = 0. Dengan menggunakan TKD maka terbukti
lim(xn ) = lim(xn+1 ) = 0.
13
Contoh 2.11. Kita selidiki apakah barisan ( 2nn ) konvergen. Kita gunakan uji rasio,
2
yaitu
xn+1 (n + 1)2 2n
=
xn 2n+1 n2
1 n2 + 2n + 1
=
2 n2
1 2 1
= (1 + + 2 )
2 n n
Karena L := lim 21 (1+ n2 + n12 ) = 1/2 < 1 maka berdasarkan uji rasio disimpulkan barisan
( 2nn ) konvergen dengan limit nol.
2
Pada bagian akhir sub pokok bahasan ini diberikan dua hasil yang berguna untuk mem-
pelajari materi yang akan datang.
Teorema 2.12. Jika barisan (xn ) konvergen maka
1. Barisan nilai mutlak (|xn |) konvergen dengan lim |xn | = | lim(xn )|,
√ √ p
2. Jika xn ≥ 0 maka barisan ( xn ) konvergen dengan lim( xn ) = lim(xn ) .
Bukti.
(1) Misalkan lim(xn ) = x. Kita telah mempunyai sifat nilai mutlak bahwa
√
√ 1
xn − x ≤ √ |xn − x|.
x
14
Soal-soal untuk latihan
c) xn := n+1
√
n n
1
d) xn := (n + 1) ln(n+1)
3. Bila barisan (bn ) terbatas dan lim(an ) = 0, tunjukkan lim(an bn ) = 0.
√ √ √
4. Bila didenisikan yn := n + 1 − n, n ∈N, buktikan (yn ) dan ( nyn ) konvergen
dan hitunglah limit masing-masingnya.
5. Bila 0 < a < b, buktikan
an+1 + bn+1
lim .
an + bn
6. Bila a > 0, b > 0, tunjukkan
p a+b
lim (n + a)(n + b) − n = .
2
7. Gunakan TKT untuk menghitung nilai limit berikut
a) n1/n
2
2
b) (n!)1/n .
Sebelumnya sudah dibahas bahwa barisan konvergen pasti terbatas, tetapi barisan ter-
batas belum tentu konvergen. Pada bagian ini dibahas syarat cukup agar barisan ter-
batas konvergen.
Denisi 2.5. Suatu barisan (xn ) dikatakan monoton naik jika
x1 ≤ x2 ≤ · · · ≤ xn ≤ · · · , atau xn ≤ xn+1 untuk setiap n ∈ N
dan dikatakan turun jika
x1 ≥ x2 ≥ · · · ≥ xn ≥ · · · , atau xn ≥ xn+1 untuk setiap n ∈ N.
Barisan (xn ) dikatakan monoton jika ia monoton naik saja atau monoton turun saja.
15
Contoh 2.12. Berikut ini adalah contoh sifat kemono
1. Barisan (1, 2, 3, 4, · · · , n, · · · ), (1, 2, 2, 3, 3, 3, 4, 4, 4, 4, · · · ) merupakan barisan yang
naik.
2. Barisan (1, 12 , 31 , · · · , n1 , · · · ), merupakan barisan yang turun.
3. Barisan (a, a2 , a3 , · · · , an , · · · ) turun jika a < 0, dan naik jika a > 0.
4. Barisan (−1, +1, −1, · · · , (−1)n , · · · ) merupakan barisan tidak monoton.
5. Barisan konstan (2, 2, · · · , 2, · · · ) merupakan barisan naik dan juga turun.
6. Barisan (7, 6, 2, 1, 2, 3, 4, · · · ) dan (−2, 0, 1, 31 , 12 , 13 , · · · ) merupakan barisan tidak
monoton tapi pada akhirnya monoton.
Teorema 2.13. [Teorema kekonvergenan monoton (TKM)] Jika barisan (xn ) mono-
ton dan terbatas maka ia konvergen. Selanjutnya,
Bukti. Hanya dibuktikan untuk kasus monoton naik. Diketahui (xn ) naik dan terbatas.
Berarti ada M > 0 sehingga |xn | ≤ M , akibatnya xn ≤ M untuk semua n ∈
N. Jadi himpunan {xn : n ∈ N} terbatas diatas. Berdasarkan sifat supremum,
himpunan ini selalu mempunyai supremum, katakan
x∗ := sup{xn : n ∈ N}.
x∗ − ε < xK .
Ini berakibat x∗ − ε < xn < x∗ + ε atau |xn − x∗ | < ε untuk setiap n ≥ K , yaitu
lim(xn ) = x∗ .
Latihan 2.10. Buktikan jika (xn ) monoton turun maka ia konvergen dan lim(xn ) =
inf{xn |n ∈ N}.
Diingatkan kembali pembedaan dalam penulisan barisan dan himpunan. Dalam naskah
ini kita menggunakan penulisan lim(xn ) dan sup{xn }, bukan sebaliknya yaitu sup(xn )
dan lim{xn }.
16
Contoh 2.13. Selidikilah apakah barisan (xn ) yang didenisikan oleh
1 1 1
xn := 1 + + + ··· +
2 3 n
konvergen atau divergen.
Penyelesaian. Jelas barisan ini monoton naik sebab
1
xn+1 = xn + ≥ xn untuk setiap n ∈ N.
n
Selanjutnya dibuktikan apakah barisan ini terbatas atau tidak. Untuk melihat
pola barisan ini secara numerik , kita perhatikan suku ke n
1 1 1
xn = 1 + + + ··· +
2 3 n
Komputasi numerik memberikan data sebagai berikut :
x10 = 2.9290, x100 = 5.1874, x1000 = 7.4855, x10000 = 9.7876, x100000 = 12.0901.
Terlihat bahwa kenaikannya sangat lambat sehingga berdasarkan data ini 'seolah-
olah' suku-suku barisan ini akan menuju bilangan tertentu atau konvergen. Baik,
perhatikan suku-suku ke 2n , n ∈ N, yaitu x2n . Untuk n = 1, x21 = 1 + 12 . Untuk
n = 2, x22 = 1+ 12 + 31 + 14 . Untuk n = 3, x23 = 1+ 21 + 13 + 14 + 15 + 16 + 17 + 81 .
17
√
Penyelesaian. Diperhatikan x1 = 1 dan x2 = 2. Jadi 1 ≤ x1 < x2 < 2. Secara intuitif,
barisan ini monoton naik dan terbatas di atas oleh 2. Untuk menunjukkan klaim
ini kita gunakan prinsip induksi matematika, yaitu menunjukkan bahwa berlaku
Jadi berlaku
Dengan demikian terbukti bahwa barisan ini monoton naik dan terbatas. Berdasar-
kan TKM barisan ini konvergen. Selanjutnya dihitung limitnya. Bila supremum
himpunan {xn } mudah dicari maka limitnya langsung didapat, yaitu lim(xn ) =
sup{xn }. Berdasarkan hasil perhitungan numeris 10 suku pertama barisan ini
adalah
1.0000, 1.4142, 1.6818, 1.8340, 1.9152, 1.9571,
1.9785, 1.9892, 1.9946, 1.9973.
Terlihat indikasi supremumnya adalah 2. Secara teoritis masih harus dibuktikan
bahwa 2 benar-benar sebagai supremumnya. Cara kedua adalah dengan menggu-
nakan sifat ekor barisan dan barisan akar. Misalkan x = lim(xn ), maka
√ p
lim(xn+1 ) = lim( 2xn ) = lim(2xn )
√
x = 2x
2
x = 2x ⇒ x(x − 2) = 0.
√
q p
Misalkan x = 2 2 2 · · · maka diperoleh
x2 = 2x ⇒ x(x − 2) = 0 ⇒ x = 0 atau x = 2.
18
Soal-soal untuk latihan
Pada bagian awal bab ini telah diperkenalkan istilah ekor barisan. Ekor barisan ini
merupakan bentuk khusus dari barisan bagian. Berikut ini diberikan denisi barisan
bagian.
Denisi 2.6. Misalkan X := (xn ) barisan bilangan real dan misalkan diambil barisan
bilangan asli naik tegas, yaitu r1 < r2 < · · · < rn < · · · maka barisan X 0 yang diberikan
oleh
(xr1 , xr2 , xr3 , · · · , xrn , · · · )
disebut barisan bagian dari X. Barisan bagian ini ditulis X 0 := (xrn : n ∈ N).
Contoh 2.15. Diberikan barisan X := (1, 21 , 13 , · · · , n1 , · · · ). Beberapa barisan bagian
dari X adalah
1. X 0 := ( 12 , 41 , · · · , 2n
1
, · · · ).
2. X 00 := (1, 31 , 15 , · · · , 2n−1
1
, · · · ).
3. X 000 := ( 41 , 15 , 61 , · · · , n+3
1
, · · · ).
19
x5
x2
x9
x4
x1 x10
3 6 7 8
1 2 4 5 9 10 n
x7
x3 x8
x6
Melalui TKBB kita dapat membuat kriteria barisan divergen. Diperhatikan kontrapo-
sisinya, jika ada dua barisan bagian konvergen tetapi limit keduanya tidak sama maka
barisan induknya divergen.
20
Contoh 2.18. Diperhatikan barisan X := ((−1)n ) mempunyai dua barisan bagian X 0 :=
(x2n ) = ((−1)2n ) dan X 00 := (x2n−1 ) = ((−1)2n−1 ). Karena
lim X 0 = 1 6= −1 = lim X 00
maka barisan ((−1)n ) divergen. Kesimpulan yang sama seperti telah dibuktikan pada
bagian sebelumnya.
Tidak semua barisan monoton, tetapi pada setiap barisan selalu dapat dikonstruksi
barisan bagian yang monoton. Bila barisan induknya terbatas maka jelas setiap barisan
bagian juga terbatas. Konsekuensi dari kenyataan ini diperoleh Torema terkenal berikut.
Teorema 2.15 (Teorema Bolzano-Wierestraÿ). Setiap barisan terbatas selalu memuat
Sebagai ilustrasi diperhatikan barisan ((−1)n ) yang merupakan barisan terbatas tetapi
tidak konvergen, tetapi memuat barisan bagian yang konvergen, misalnya (x2n ) = ((−1)2n )
konvergen ke 1 dan (x2n−1 ) = ((−1)2n−1 ) konvergen ke−1.
x3
21
Teorema 2.16. Bila (xn ) barisan Cauchy maka (xn ) terbatas.
Cauchy.
Bukti. (→) Diketahui (xn ) konvergen, katakan lim(xn ) = x. Diberikan ε > 0 sebarang,
maka ada bilangan asli K sehingga |xn − x| < ε/2 untuk setiap n ≥ K . Jadi untuk
setiap m, n ≥ K berlaku
|xn − xm | = |(xn − x) + (x − xm )|
≤ |x − xn | + |x − xm | < ε/2 + ε/2 = ε.
Terbukti (xn ) barisan Cauchy.
(←) Diberikan ε > 0 sebarang. Karena (xn ) Cauchy maka ada bilangan asli K1
sehingga
|xn − xm | < ε/2 untuk setiap m, n ≥ K1 .
Berdasarkan Teorema 2.16, barisan Cauchy (xn ) ini terbatas dan berdasarkan Teo-
rema Bolzano-Wierestraÿ terdapat barisan bagian (xrn ) yang konvergen, katakan
lim(xrn ) = x∗ . Oleh karena itu terdapat bilangan asli K2 sehingga
|xrn − x∗ | < ε/2 untuk setiap rn ≥ K2 .
Bila diambil K := max{K1 , K2 } maka keduanya berlaku
|xn − xm | < ε/2 dan |xrn − x∗ | < ε/2 untuk setiap n, m, rn ≥ K.
Khususnya untuk m = K = rn berlaku
|xn − xK | < ε/2 dan |xK − x∗ | < ε/2 untuk setiap n ≥ K.
Akhirnya diperoleh untuk setiap n ≥ K berlaku
|xn − x∗ | = |xn − xK + xK − x∗ |
≤ |xn − xK | + |xK − x∗ | < ε/2 + ε/2 = ε,
yaitu (xn ) konvergen ke x∗ .
22
Perlu diingatkan bahwa barisan Cauchy konvergen hanya dalam kasus barisan bilangan
real. Secara umum barisan Cauchy belum tentu konvergen. Pada analisis real lanjutan
suatu barisan Cauchy konvergen hanya dijamin pada apa yang disebut dengan ruang
Hilbert.
Contoh 2.19. Tunjukkan ( n1 ) adalah barisan Cauchy tetapi ((−1)n ) bukan Cauchy.
Bukti. Untuk barisan xn := n1 . Diberikan ε > 0 sebarang. Selalu ada bilangan asli
K sehingga K > 2ε . Jadi untuk setiap m, n ≥ M berlaku m1 < 2ε dan n1 < 2ε .
Diperoleh
|xm − xn | = |1/m − 1/n| ≤ 1/m + 1/n < ε/2 + ε/2 = ε, untuk setiap m, m ≥ K.
Contoh 2.20.
(−1)n
Buktikan barisan n + n bukan Cauchy.
n
Penyelesaian. Kita mempunyai xn := n + (−1)
n
dan selisih
n m
(−1) (−1)
|xn − xm | = n − m + − .
n m
(−1)n0 (−1)m0
|xn − xm | = n0 − m0 +
−
n0 m0
1 1
= |(n0 − m0 ) + + |
n0 m 0
1 1
≥ |1 + + | > 1 = ε0 .
n0 m 0
Contoh 2.21. Selidikilah kekonvergenan barisan (xn ) yang didenisikan secara rekursif
berikut : (
x1 := 1, x2 := 2
xn := 12 (xn−2 + xn−1 ) untuk n ≥ 2.
23
Penyelesaian. Dapat ditunjukkan dengan induksi bahwa 1 ≤ xn ≤ 2 untuk setiap
n ∈ N. Apakah barisan ini monoton?. Coba perhatikan beberapa suku pertamanya
berikut ini,
1.0000, 2.0000, 1.5000, 1.7500, 1.6250, 1.6875, 1.6563, 1.6719, 1.6641, 1.6680
Tidak ada indikasi barisan ini monoton sehingga TKM tidak dapat digunakan.
Diperhatikan secara rekursif didapat
1
|xn − xn+1 | = |xn + (xn−1 − xn )|
2
1
= |xn − xn−1 |
2
1
= |xn−1 − xn |
2
1 1
= 2 |xn−1 − xn−2 | = 2 |xn−2 − xn−1 |
2 2
..
.
1 1
= |x2 − x1 | = .
2n−1 2n−1
Misalkan m > n, diperhatikan suku-suku ke n, n + 1, n + 2, · · · , m − 1, m. Dengan
menggunakan ketidaksamaan segitiga diperoleh
Jadi ini adalah barisan Cauchy sehingga terbukti ia konvergen. Selanjutnya, limit
barisan tidak dapat diperoleh dengan menggunakan sifat ekor barisan karena akan
menghasilkan relasi x = 12 (x + x). Relasi ini selalu benar tetapi tidak memberikan
informasi apapun. Sekarang digunakan TKBB. Ambil suku-suku ganjil (x2n+1 :
n ∈ N). Untuk n = 1 diperoleh x3 = 1+ 12 . Karena x4 = 12 (2+ 32 ) = (1+ 12 + 14 ), maka
untuk n = 2 diperoleh x5 = 21 (x3 +x4 ) = 1+ 12 + 213 . Karena x6 = 1+ 12 + 213 + 214 , maka
untuk n = 3 diperoleh x7 = 1 + 12 + 213 + 215 . Secara umum, dengan menggunakan
24
induksi matematika dapat dibuktikan bahwa setiap bilangan asli n berlaku
1 1 1 1
x2n+1 = 1 + + 3 + 5 + · · · + 2n−1
|2 2 2 {z 2 }
deret geometri n suku
1 1 n
1 − ( )
= 1+ 2 4
3/4
2
= 1 + (1 − (1/4n )) .
3
Berdasarkan ini diperoleh
2
lim(xn ) = lim(x2n+1 ) = lim 1 + (1 − (1/4n )) = 1 + 2/3 = 5/3.
3
Latihan 2.11. Misalkan y1 dan y2 bilangan real sebarang dengan y1 < y2 . Didenisikan
yn := 31 yn−1 + 23 yn−2 untuk n ≥ 2. Selidikilah kekonvergenan barisan (yn ), dan bila ia
konvergen hitunglah limitnya.
Satu lagi kriteria kekonvergenan barisan bilangan real yang diberikan pada penghujung
bab ini yaitu barisan kontraksi.
Denisi 2.8. Barisan bilangan real X := (xn ) dikatakan kontraksi jika ada bilangan
real C dengan 0 < C < 1 sehingga berlaku
untuk setiap bilangan asli n. Kita sebut saja bilangan C sebagai kontraktornya.
Sifat kontraksi ini dapat dipahami sebagai berikut. Misalkan didenisikan dn := |xn+1 −
xn | yaitu magnitud atau jarak antara dua suku berdekatan. Bila barisan magnitud ini
(dn ) turun secara tegas maka barisan (xn ) bersifat kontraksi. Ini berarti jarak antara
dua suku berdekatan semakin lama semakin kecil. Gambar 2.5 memberikan ilustrasi
barisan kontraksi.
Teorema 2.18. Bila (xn ) barisan kontraksi maka ia konveregen.
Bukti. Cukup dibuktikan barisan kontraksi (xn ) merupakan barisan Cauchy. Pertama
diperhatikan pola magnitud selisih yang didominasi oleh |x2 − x1 |
25
x2 x4 ... xn
xn+2
dn dn+1 ...
xn+1
x3
x1
Sekarang kita melakukan estimasi untuk selisih |xm −xn |, diasumsikan saja m > n.
Diperoleh
1 − C m−n
n−1
= C |x2 − x1 |
1−C
n−1 1
≤ C |x2 − x1 | → 0
1−C
sebab 0 < C < 1. Jadi (xn ) barisan Cauchy, dan disimpulkan ia konvergen.
dan
1 1 −1 1
|xn+1 − xn | =
− = = .
n+1 n n(n + 1) n(n + 1)
Karena 1
(n+2)(n+1)
< 1
n(n+1)
maka terbukti |xn+2 − xn+1 | ≤ |xn+1 − xn |, yaitu (xn ) kon-
traksi.
Contoh 2.23. Misalkan x1 suatu bilangan real dengan 0 < x1 < 1. Didenisikan
1
xn+1 := (x3n + 2), n ≥ 1.
7
Selidikilah apakah barisan ini konvergen.
26
Penyelesaian. Karena 0 < x1 < 1 maka xn = 17 (x3n−1 + 2) < 3/7 < 1 untuk setiap
n ∈ N. Karena itu diperoleh
1 3 1
|xn+2 − xn+1 | = (xn+1 + 2) − (x3n + 2)
7 7
1 3 1
= xn+1 − x3n = |(x2n+1 + xx+1 xn + x2n )(xn+1 − xn )|
7 7
3
≤ |xn+1 − xn |.
7
Karena C = 73 < 1 maka disimpulkan ia merupakan barisan kontraksi, jadi konver-
gen. Karena konvergen, pertanyaan selanjutnya adalah berapa limitnya? Misalkan
x := lim(xn ) maka diperoleh
x3 − 7x + 2 = 0,
Latihan 2.12. Jika x1 < x2 dan xn := 21 (xn−2 + xn−1 ) untuk n ≥ 3, buktikan (xn )
konvergen. Berapakah limitnya.
27
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Menurut Bartle dan Sherbet (1994), Analisis matematika secara umum dipahami
sebagai tubuh matematika yang dibangun dari berbagai konsep limit. Pada bab
sebelumnya kita telah mempelajari limit barisan, kekonvergenan barisan bilan-
gan real. Sebagaimana telah diketahui bahwa barisan merupakan bentuk khusus
fungsi, yaitu fungsi bernilai real dengan domain bilangan asli. Pada bab ini kita
memperluas konsep limit kepada bentuk fungsi bernilai real secara umum. Karena
konsep kekontinuan terkait erat dengan konsep limit maka kedua topik ini dibahas
secara simultan pada bab ini.
Biasanya, notasi
lim f (x) = L
x→c
Sesungguhnya pernyataan kedua lebih sesuai untuk denisi limit. Pada perny-
ataan ini ada dua kriteria atau ukuran dekat. Kriteria dekatnya f (x) terhadap L
memberikan kriteria dekatnya x kepada c. Kemudian, setiap x yang dekat dengan
c dalam kriteria ini mengakibatkan nilai f (x) dekat dengan L.
Sebelum masuk ke denisi formal limit fungsi, diberikan terlebih dahulu pegertian
titik limit ( cluster point ) suatu himpunan.
Denisi 3.1. [Titik Limit] Misalkan A ⊂ R. Sebuah titik c ∈ R dikatakan titik
limit A jika setiap persekitaran Vδ (c) := (c − δ, c + δ) memuat paling sedikit satu
anggota A selain c, atau
(c − δ, c + δ) ∩ A \ {c} =
6 ∅, ∀δ > 0. (3.1)
1
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Titik limit A boleh jadi anggota A atau bukan anggota A. Sebaliknya, suatu
anggota A dapat menjadi titik limit atau bukan titik limit A.
Sebelum diberikan contoh, diperhatikan teorema yang menjamin adanya barisan
di dalam A yang konvergen ke titik limit A. Teorema ini dapat dijadikan sebagai
kriteria titik limit.
Teorema 3.1. Sebuah bilangan c ∈ A titik limit A bila hanya bila terdapat barisan
(an ) dalam A dengan an 6= c untuk setiap n ∈ N sehingga lim(an ) = c.
Penyelesaian. Diperhatikan bahwa setiap x ∈ [0, 1] dan setiap δ > 0 maka berlaku
(x − δ, x + δ) ∩ A \ {x} 6= ∅. Jadi setiap x ∈ [0, 1] merupakan titik imit A.
1
Diperhatikan x = −1 ∈ A. Kita dapat memilih δ1 > 0 (misalnya δ1 = )
2
sehingga (−1 − δ1 , −1 + δ1 ) ∩ A = {−1}. Akibatnya, (−1 − δ1 , −1 + δ1 ) ∩ A \
{−1} = ∅. Disimpulkan x = −1 bukan titik limit A. Argumen yang sama
diterapkan untuk x = 2. Diperoleh himpunan titik lmit A adalah [0, 1].
2
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
diberikan
V (L)
L+
L |f(x) -L|<
L-
terdapat
V (c)
c+ c c+
Ilustrasi denisi limit fungsi diberikan pada Gambar 3.2. Pernyataan 0 < |x −
c| < δ pada (3.4) menunjukkan bahwa untuk berlakunya |f (x) − L| < tidak
memperhitungkan x yang sama dengan c. Diperhatikan pada gambar tersebut
x = c dibolongi. f (c) tidak perlu ada. Ingat, titik
Artinya pada denisi limit, nilai
limit himpunan domain A tidak harus di dalam A. Oleh karena itulah, ilustrasi
grak denisi limit menggunakan dot ◦” di titik x = c.
Contoh 3.2. Prosedur menghitung limit berikut sering dilakukan pada pelajaran
kalkulus atau sewaktu di SMA dulu.
x2 − 4 (x − 2)(x + 2)
lim = lim = lim (x + 2) = 2 + 2 = 4.
x→2 x − 2 x→2 (x − 2) x→2
3
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
diberikan
V (f(c))
f(c)+
f(c) -
terdapat
V (c)
c+ c c+
Berdasarkan denisi ini, syarat perlu agar fungsi f kontinu di c adalah f (c) harus
ada atau terdenisi. Syarat ini tidak berlaku pada kasus limit, yakni nilai limit
fungsi di c dapat saja ada walaupun nilai f (c) tidak ada. Ilustrasi fungsi kontinu
di c diberikan pada Gambar 3.3. Perhatikan pada gambar ini x = c tidak dibolongi
alias masuk dalam interval domain syarat.
Dalam kasus c∈A dan c titik limit A maka kedua pengertian limit dan kekontin-
uan sangat terkait seperti diungkapkan pada teorema berikut.
4
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
* f (c) ada
Contoh 3.3. Misalkan f fungsi konstan pada R, katakan f (x) = b untuk se-
tiap x ∈ R. Buktikan untuk sebarang c ∈ R, berlaku limx→c b = b. Kemudian
simpulkan bahwa f kontinu di c.
Jadi terbukti limx→c f (x) = f (c). Karena c ∈ R merupakan titik limit maka
dengan teorema 3.2 disimpulkan f kontinu di c.
Pengambilan δ pada pembuktian di atas dapat selain 1, bahkan berapa pun boleh.
Pembuktian ini menggunakan pola p→q di mana q sudah dipastikan benar maka
pernyataan p→q disimpulkan benar.
Karena itu terbukti limx→c x = c. Karena berlaku limx→c f (x) = f (c) dan c
titik limit maka disimpulkan f kontinu di c.
5
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Karena sudah ada suku |x − c| maka kita perlu melakukan estimasi pada
suku |x + c|. Untuk itu diasumsikan dulu |x − c| < 1, maka berlaku
|x − c| < . (∗∗)
2|c| + 1
Agar kedua |x − c| < 1 dan |x − c| < 2|c|+1
dipenuhi maka diambil
δ = δ() := min 1, .
2|c| + 1
Jadi jika 0 < |x − c| < δ maka (*) dan (**) berlaku sehingga disimpulkan
|f (x)−f (c)| < . Jadi, limx→c f (x) = f (c), dan terbukti f kontinu di c.
Ada kalanya sebuah fungsi tidak kontinu di suatu titik c dikarenakan ia tidak
terdenisi di c, yaitu f (c) tidak ada. Tetapi, asalkan limitnya di c ada maka fungsi
tersebut dapat diperluas menjadi fungsi kontinu.
x2 − 1
lim f (x) = lim = lim (x + 1) = 2.
x→1 x→1 x − 1 x→1
Jadi fungsi ini dapat diperluas menjadi fungsi kontinu pada R sebagai berikut
(
x2 −1
x−1
untukx 6 0
=
fe(x) =
2 untuk x = 0.
Untuk mengetahui limit dan kekontiunuan fungsi di suatu titik dapat dideteksi
melalui limit barisan yang sudah dipelajari pada bab sebelumnya.
6
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
* limx→c f (x) 6= L bila hanya bila ada barisan (xn ) dalam A dengan xn 6= c,
(xn ) konvergen ke c tetapi barisan lim (f (xn )) 6= L.
* limx→c f (x) tidak ada bila hanya bila ada barisan (xn ) dalam A dengan
xn 6= c, (xn ) konvergen ke c tetapi barisan f (xn ) tidak konvergen.
* limx→c f (x) tidak ada bila hanya bila ada dua barisan (xn ), (yn ) dalam
A dengan xn , yn 6= c, (xn ) dan (yn ) konvergen ke c tetapi lim (f (xn )) 6=
lim (f (yn )).
Contoh 3.7. Buktikan limx→0 1
x
tidak ada.
Bukti. Ambil dua barisan (xn ) dan (yn ) dengan xn := n1 dan yn := − n1 . Jelas
kedua barisan ini konvergen ke 0 dan setiap sukunya tidak ada yang sama
7
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
0.8
0.6
0.4
0.2
−0.2
−0.4
−0.6
−0.8
−1
−0.4 −0.3 −0.2 −0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4
Bukti. Di sini kita mempunyai f (x) = sin x1 , x 6= 0. Ambil dua barisan (xn )
1 1
dan (yn ) dengan xn := nπ , yn := (π/2+2πn) . Maka jelas kedua barisan ini
konvergen ke nol dan suku-sukunya tidak pernah sama dengan nol. Namun,
barisan
8
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Bukti. Gunakan fakta f kontinu di c bila hanya bila limx→c f (x) = f (c) dan ambil
L := f (c). Selanjutnya gunakan teorema kriteria barisan untuk limit.
Dengan demikian diperoleh kriteria diskontinu sebagai berikut: fungsi f tidak
kontinu di c jika hanya jika terdapat barisan (xn ) dalam A sehingga (xn ) konvergen
ke c tetapi (f (xn )) tidak konvergen ke f (c).
* Fungsi ϕ(x) := 1/x tidak kontinu di 0 sebab ϕ(0) tidak ada. Juga, fungsi ini
tidak mempunyai limit di 0.
* Fungsi s(x) := sgn(x) tidak kontinu di 0, karena limx→0 s(x) tidak ada,
seperti telah dibahas sebelumnya.
Berikut ini diberikan contoh fungsi yang tidak kontinu dimana-mana pada R.
Contoh 3.11. Diberikan fungsi Dirichlet sebagai berikut
(
1 bila x rasional
f (x) :=
0 bila x irrasional.
Pada pembahasan limit barisan, berlaku bahwa jika barisan konvergen maka ia
terbatas tetapi tidak berlaku sebaliknya. Sifat yang sama berlaku pada fungsi
yang mempunyai limit, tetapi keterbatasan dalam arti lokal.
9
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Selanjutnya, jika p(x) dan q(x) polinomial dan jika q(c) 6= 0 maka berlaku
p(x) p(c)
lim = .
x→c q(x) q(c)
Teorema berikut memberikan kepastian bahwa bila nilai fungsi f (x) terbatas dalam
suatu interval, maka begitu juga nilai limitnya.
10
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
a ≤ lim f (x) ≤ b.
x→c
untuk setiap x ∈ A, x 6= c dan limx→c f (x) = L = limx→c h(x) maka limx→c g(x) =
L.
Bukti. Teorema ini adalah teorema squeeze untuk limit fungsi. Pembuktiannya
menggunakan teorema squeeze untuk limit barisan. Untuk sebarang barisan
(xn ) dalam A dimana xn 6= c dan lim(xn ) = c, maka berlaku
Dengan memandang (f (xn )) , (g(xn )) dan (h(xn )) sebagai tiga barisan bilan-
gan real maka berlaku
Berikut diberikan beberapa contoh limit yang memuat fungsi trigonometri yang
sering muncul sebagai rumus limit. Namun, sebelumnya diberikan beberapa fakta
pembatas yang berkaitan dengan fungsi sinus dan cosinus.
1. limx→0 sin x = 0,
2. limx→0 cos x = 1,
limx→0 cos xx−1 = 0,
3.
limx→0 sinx x = 1,
4.
11
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
1
5. limx→0 x sin x
= 0.
Bukti. Teorema squezee untuk limit fungsi memainkan peran sentral pada pem-
buktian berikut.
x2
− ≤ cos x − 1 ≤ 0, untuk x≥0
2
Selanjutnya bagi ketiga ruang dengan x 6= 0. Untuk x>0 berlaku
x cos x − 1
− ≤ ≤0
2 x
dan untuk x<0 diperoleh
cos x − 1 x
0≤ ≤ .
x 2
Bila diambil fungsi f dan h sebagai berikut
( (
− x2 untuk x≥0 0 untuk x≥0
f (x) : = , h(x) :=
0 untuk x<0 − x2 untuk x<0
12
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
cos x − 1
f (x) ≤ ≤ h(x).
x
cos x−1
Karena limx→0 f (x) = limx→0 h(x) = 0 maka disimpulkan limx→0 x
=
0.
3
4. Untuk soal 4 gunakan fakta x − x6 ≤ sin x ≤ x untuk x ≥ 0. Bagi ketiga
x2
ruas dengan x 6= 0. Untuk x > 0 diperoleh 1 −
6
≤ sinx x ≤ 1. Untuk x < 0,
x 2
bagi ketiga ruas dengan−x > 0, berlaku −1 +
6
≤ sin
−x
x
≤ −1. Ketiga ruas
sin x x2
dikalikan −1 diperoleh 1 ≤ ≤ 1 − 6 . Denisikan
x
( 2
(
1 − x2 untuk x ≥ 0 1 untuk x ≥ 0
f (x) : = , h(x) := x2
1 untuk x < 0 1 − 2 untuk x < 0
Sehingga berlaku
sin x
f (x) ≤ ≤ h(x).
x
x2
Karena limx→0 f (x) = limx→0 1 − = limx→0 h(x) = 1 maka disimpulkan
6
limx→0 sinx x = 1.
1
−1 ≤ sin ≤ 1.
x
Gunakan denisi nilai mutlak. Kalikan ketiga ruas bnetuk terakhir ini den-
gan x>0 diperoleh
1
−|x| = −x ≤ x sin ≤ x = |x|.
x
Bila dikalikan dengan x<0 diperoleh
1
|x| = −x ≥ x sin ≥ x = −|x|
x
Jadi untuk setiap x∈R dan x 6= 0 berlaku
1
−|x| ≤ x sin ≤ |x|.
x
1
Karena limx→0 −|x| = limx→0 |x| = 0 maka disimpulkan limx→0 x sin x
=
0.
Fungsi x sin x1 berosilasi seperti fungsi sin x1 sebelumnya tetapi ia semakin dekat
kepada nol nilainya semakin mengecil mengikuti corong yang terbentuk oleh garis
y=x dan y = −x. Pola ini ditunjukkan pada Gambar 3.6.
13
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
0.4
0.3
0.2
0.1
−0.1
−0.2
−0.3
−0.4
−0.4 −0.3 −0.2 −0.1 0 0.1 0.2 0.3 0.4
Sifat-sifat fungsi kontinu banyak yang mengikuti sifat-sifat yang berlaku pada limit
fungsi. Jumlahan, perkalian, perkalian skalar fungsi-fungsi kontinu membentuk
fungsi kontinu yang baru. Pembagian dua fungsi kontinu juga merupakan fungsi
kontinu asalkan fungsi penyebutnya tidak pernah nol.
Bukti. Hanya akan dibuktikan bagian 2, sisanya dapat dibuktikan sendiri. Gu-
nakan fakta limx→c f (x) = f (c), dan limx→c h(x) = h(c). Karena c∈A dan
f (c) 6= 0 maka berlaku
14
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Misalkan limx→c f (x) = L maka untuk setiap ε > 0 terdapat δ > 0 sehingga
|f (x) − L| < ε untuk 0 < |x − c| < δ . Untuk x dengan syarat ini berlaku
||f (x)| − |L|| ≤ |f (x) − L| < ε
sehingga disimpulkan limx→c |f | (x) = |limx→c f (x)| = |f (c)|
p = |f |(c). Jadi
√
|f | kontinu di c. Untuk fungsi akar, gunakan hubungan f (x) − L =
p
√ 1 √ |f (x) − L| ≤ √1 |f (x)−L| untuk menunjukkan bahwa limx→c f (x) =
L
pf (x)+ L √
lim x→c f (x) . Selanjutnya, dengan fakta ini dapat ditunjukkan limx→c f (x) =
p p √
limx→c f (x) = f (c) =: f (c).
15
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Contoh 3.14. Pada contoh ini diberikan cara lain membuktikan kekontinuan
fungsi nilai mutlak dan fungsi akar kontinu.
√ √ x−c
x − c = √ 1 1
x + √c = √x + √c |x − c| ≤ √c |x − c| .
Contoh 3.15. Misal diberikan fungsi f dan g yang didenisikan sebagai berikut
(
0 bila x=1
g(x) := , f (x) := x + 1, x ∈ R.
2 bila x 6= 1
Buktikan g dan f kontinu di 0 tetapi g◦f tidak kontinu di 0. Apakah hasil ini
bertentangan dengan teorema sebelumnya?
( (
0 bila f (x) = 1 0 bila x=0
(g ◦ f ) (x) = g (f (x)) = = .
2 bila f (x) 6= 1 2 bila x 6= 0
16
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Eksitensi atau jaminan adanya ekstrem merupakan salah satu sifat penting pada
fungsi konitnu. Eksistensi nilai maksimum dan minimum ini sangat banyak digu-
nakan dalam teori optimasi. Teori optimasi merupakan salah satu kajian dalam
matematika yang banyak digunakan dalam bidang terapan karena sangat banyak
masalah terapan yang berupa masalah optimasi. Sebelumnya diberikan pengertian
fungsi terbatas dan kaitannya dengan fungsi kontinu.
Dengan kata lain, fungsi f terbatas jika rentang bayangannya ( image ) merupakan
himpunan terbatas.
Keterbatasan fungsi kontinu pada suatu interval akan terjamin bila interval terse-
but terbatas dan tertutup seperti diungkapkan pada teorema berikut.
17
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
maksimum global
x*
x*
minimum global
1
s∗ − < f (xn ) ≤ s∗ . (#)
n
Karena I terbatas maka barisan X := (xn ) terbatas, sehingga ia memuat
0
barisan bagian X = (xnr ) yang konvergen ke suatu x∗ ∈ I . Jadi f kontinu
∗
di x . Akibatnya, lim(f (xnr )) = f (x∗ ). Mengikuti (#), diperoleh
1
s∗ − < f (xnr ) ≤ s∗ untuk setiap r ∈ N.
nr
Karena lim(s∗ − 1
nr
) = lim(s∗ ) = s maka dengan teorema squeeze, disim-
pulkan bahwa
lim (f (xnr )) = f (x∗ ) = s∗ .
Untuk eksistensi titik minimum x∗ dibuktikan sejalan.
Sebelumnya telah ditunjukkan bahwa limit fungsi signum di 0 tidak ada. Tetapi
jika domainnya dibatasi pada interval (0, ∞) maka limitnya ada yaitu bernilai 1.
18
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
diberikan diberikan
L+ L+
L- L-
terdapat terdapat
c- c c c+
Gambar 3.9: Ilustrasi limit kiri (panel kiri) dan limit kanan (panel kanan)
Juga, bila domainnya hanya dibatasi pada interval (−∞, 0) maka limitnya juga
ada yaitu −1. Kasus seperti ini mengilhami pengertian limit kanan dan limit kiri
yang dimodikasi langsung dari pengertian limit biasa. Limit kiri dan limit kanan
dikenal dengan istilah limit satu sisi, sedangkan limit biasa dikenal dengan limit
dua sisi.
adalah jika diberikan > 0 sebarang terdapat δ > 0 sehingga untuk semua
x∈A dengan 0 < x < c + δ maka berlaku |f (x) − L| < .
2. Bila c∈R titik limit A ∩ (−∞, c) = {x ∈ A : x < c}, maka bilangan real L
dikatakan limit kiri f di c, ditulis
L = lim− f (x)
x→c
adalah jika diberikan > 0 sebarang terdapat δ > 0 sehingga untuk semua
x∈A dengan c − δ < x < 0 maka berlaku |f (x) − L| < .
Biasanya notasi L = limx→c+ f (x) dibaca L adalah limit fungsi f untuk x mendekati
c dari kanan. Analog untuk limit kiri.
Secara geometri kedua pengertian limit ini diberikan pada Gambar 3.9 . Pada
kedua denisi ini, adanya nilai f (c) tetap tidak disyaratkan.
Analog kriteria barisan untuk limit dapat diadaptasikan langsung pada limit satu
sisi, seperti diungkapkan pada teorema berikut.
19
3 LIMIT DAN KEKONTINUAN
Bukti. Dapat dibuktikan sendiri dengan adaptasi teorema yang mirip untuk limit
dua sisi.
Berikut ini hubungan limit satu sisi dan limit dua sisi :
Karena limit kiri dan limit kanan tidak sama maka limit dua sisinya limx→0 sgn(x)
tidak ada.
Adakalanya, salah satu limit kiri atau limit kanan tidak ada. Sebagai ilustrasi
amati contoh berikut.
20