Anda di halaman 1dari 23

Bahan Ajar

M ATEMATIKA D ISKRET (MPM-1222)

Metode-Metode Pembuktian dan Teori Kombinatorika

disusun oleh:

Dr. Nilamsari Kusumastuti


Copyright
c 2021 Nilamsari Kusumastuti

P ROGRAM S TUDI M ATEMATIKA , FMIPA U NTAN

Dibuat Tanggal : 3 Februari 2021


Direvisi Tanggal : -
Cetakan Pertama, Februari 2021
The harmony of the world is made manifest in Form
and Number, and the heart and soul and all the poetry of
Natural Philosophy are embodied in the concept of
mathematical beauty.

– D’Arcy Wentworth Thompson


DAFTAR ISI

1 Metode Pembuktian Pada Matematika Diskret

1.1 Induksi Matematika ........................................ 3

1.2 Prinsip Inklusi-Eksklusi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

1.3 Prinsip Pigeon-hole . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

2 Teori Kombinatorika dan Koefisien Binomial

2.1 Teori Kombinatorika . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25

2.2 Koefisien Binomial . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

i
1
Metode Pembuktian Pada
Matematika Diskret

1.1 Induksi Matematika ............................. 3


1.1.1 Prinsip Induksi Matematika Sederhana
1.1.2 Generalisasi Prinsip Induksi Matematika

1.2 Prinsip Inklusi-Eksklusi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11


1.2.1 Prinsip Inklusi-Eksklusi Untuk Dua Himpunan
1.2.2 Generalisasi Prinsip Inklusi-Eksklusi

1.3 Prinsip Pigeon-hole . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21


1.3.1 Simple Form Pigeon Hole Principle
1.3.2 Strong Form Pigeon Hole Principle
MODUL 1: Metode-metode Pembuktian dalam
Matematika Diskret

Materi: Induksi Matematika, Prinsip Inklusi-Eksklusi, dan Prinsip Pigeon-hole

Kompetensi Umum:
Mahasiswa mampu menguasai konsep teoritis dan memahami langkah-langkah metode-
metode pembuktian dalam matematika diskret seperti Induksi matematika, Prinsip Inklusi-
Eksklusi dan Prinsip Pigeon Hole.

Kompetensi Khusus:
Mahasiswa mampu
1. memahami latar belakang pengembangan metode Induksi Matematika
2. mengetahui perbedaan Prinsip Induksi Matematika sederhana dan Generalisasi
Prinsip Induksi Matematika.
3. mengetahui langkah- langkah pembuktian dengan Induksi Matematika.
4. mengetahui pernyataan-pernyataan apa saja yang dapat dibuktikan menggunakan
Induksi Matematika.
5. mengetahui langkah- langkah penggunaan Prinsip Inklusi-Eksklusi.
6. membuktikan kebenaran Prinsip Inklusi-Eksklusi menggunakan induksi matematika.
7. menerapkan Prinsip Inklusi-Eksklusi dalam menyelesaikan persoalan matematika
diskret
8. mengetahui perbedaan Simple Form Pigeon Hole Principle dan Strong Form Pigeon
Hole Principle
9. mengetahui langkah- langkah pembuktian dengan Prinsip Pigeon Hole.
10. menerapkan Prinsip Pigeon Hole dalam menyelesaikan persoalan matematika diskret.

Jumlah pertemuan: 8 × 100 menit

2
1.1. Induksi Matematika

Matematika diskret diklasifikasikan sebagai cabang ilmu matematika yang berurusan


dengan himpunan yang dapat dihitung (countable set) yaitu himpunan berhingga atau
himpunan dengan kardinalitas yang sama dengan himpunan semua bilangan asli. Didalam
matematika diskret, banyak teorema yang menyatakan bahwa suatu sifat atau suatu perny-
ataan berlaku untuk semua bilangan asli n. Sebagai contoh, dimisalkan p(n) adalah suatu
pernyataan yang menyatakan bahwa

n(n+1)
"Jumlah bilangan asli dari 1 sampai n adalah 2 ."

Buktikan bahwa p(n) bernilai benar untuk setiap n. Misalkan kita mencoba untuk n = 5,
menurut pernyataan di atas jumlah bilangan asli dari 1 sampai 5 adalah

5(5 + 1)
= 15.
2

Jika kita hitung secara manual, didapat

1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15.

Jadi,
5(5 + 1)
1+2+3+4+5 = = 15.
2
Ternyata pernyataan p(n) benar untuk n = 5. Tetapi bagaimana untuk n yang lain? Kita
tidak mungkin mencoba mensubstitusikan semua bilangan asli n ke dalam p(n), karena
bilangan asli tidak terhingga banyaknya. Sehingga metode substitusi langsung semacam
ini tidak dapat digunakan untuk membuktikan pernyataan yang berkaitan dengan bilangan
bulat positif.

3
1.1.1. PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA SEDERHANA

Pada akhir abad ke-19, Dedekind mengembangkan sekumpulan aksioma yang menggam-
barkan bilangan asli. G. Peano memperbaiki aksioma tersebut dan memberikannya inter-
pretasi logis. Keseluruhan aksioma tersebut dinamakan Postulat Peano. Postulat Peano
inilah yang menjadi dasar metode untuk membuktikan suatu pernyataan yang berkaitan
dengan bilangan asli yang disebut induksi matematika. Induksi Matematika merupakan
suatu metode pembuktian dalam matematika yang dikembangkan untuk membuktikan
pernyataan atau hasil proses yang terjadi secara berulang sesuai dengan pola tertentu
yang melibatkan suatu bilangan asli n.

1.1.1 Prinsip Induksi Matematika Sederhana


Diberikan suatu pernyataan p(n). Prinsip induksi matematika sederhana berbunyi
sebagai berikut:

Untuk membuktikan p(n) bernilai benar untuk semua n maka harus ditunjukkan:
(i) p(1) bernilai benar, atau pernyataan bernilai benar untuk n = 1.
(ii) Jika p(k) benar maka p(k + 1) juga benar untuk setiap k > 1.
Sehingga p(n) benar untuk semua bilangan asli n

Langkah (i) disebut basis induksi, sedangkan langkah (ii) disebut langkah induksi.
Langkah induksi memuat pengandaian (asumsi) yang menyatakan bahwa p(n) bernilai
benar. Asumsi tersebut dinamakan hipotesis induksi.
Perhatikan bahwa prinsip induksi matematika ini merupakan akibat langsung dari
definisi bilangan asli. Diberikan N himpunan semua bilangan asli, maka:
1. Bilangan 1 merupakan elemen dari N.
2. Jika bilangan asli k merupakan elemen N, maka k + 1 juga merupakan elemen N.

Contoh 1.1
1. Tunjukkan bahwa untuk sebarang bilangan bulat n > 1, berlaku

n(n + 1)
1+2+3+···+n =
n

Penyelesaian:

4
1.1.1. PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA SEDERHANA
Akan ditunjukkan menggunakan induksi matematika.
n(n+1)
Dimisalkan p(n) adalah pernyataan "1 + 2 + 3 + · · · + n = 2 ".
(i) Basis induksi. Akan ditunjukkan p(1) benar, yaitu pernyataan berlaku
untuk n = 1.
Untuk n = 1, didapat
1(1 + 1) 1(2)
= = 1.
2 2
n(n+1)
Terbukti p(1) benar atau "1 + 2 + 3 + · · · + n = 2 " benar untuk n = 1

(ii) Langkah induksi. Diandaikan p(k) benar, yaitu 1 + 2 + 3 + · · · + k = k(k+1)


2
bernilai benar (hipotesis induksi).
Akan ditunjukkan p(k + 1) benar, yaitu akan ditunjukkan

k + 1((k + 1) + 1) (k + 1)(k + 2)
1 + 2 + 3 + · · · + k + (k + 1) = = .
2 2

bukti:

k(k + 1)
1 + 2 + 3 + · · · + k + (k + 1) = + (k + 1)
2
k(k + 1) + 2(k + 1)
=
2
k + k + 2k + 2 k2 + 3k + 2
2
= =
2 2
(k + 1)(k + 2)
=
2

Dari (i) dan (ii) terbukti p(n) benar untuk setiap bilangan bulat n > 1.
Dengan kata lain untuk setiap bilangan asli n > 1, berlaku

n(n + 1)
1+2+3+···+n = .
2

2. Buktikan bahwa n3 + 2n habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat n > 1.


Bukti:
Akan dibuktikan menggunakan induksi matematika sebagai berikut:
Dimisalkan p(n) adalah pernyataan "n3 + 2n habis dibagi 3".
(i) Basis induksi. Akan dibuktikan p(1) benar.

5
1.1.1. PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA SEDERHANA

Untuk n = 1 didapat 13 + 2(1) = 1 + 2 = 3. Diketahui 3 habis dibagi 3


sehingga terbukti p(1) benar atau n3 + 2n habis dibagi 3 untuk n = 1.

(ii) Langkah induksi. Diasumsikan p(k) benar, yaitu k3 + 2k habis dibagi 3


(hipotesis induksi).
Akan dibuktikan p(k + 1) benar, yaitu (k + 1)3 + 2(k + 1) habis dibagi 3
sebagai berikut

(k + 1)3 + 2(k + 1) = k3 + 3k2 + 3k + 1 + 2k + 2

= k3 + 2k + 3(k2 + k + 1).

Dari asumsi diketahui k3 + 2k habis dibagi 3. Diketahui k bilangan bulat,


sehingga k2 + k + 1 bilangan bulat. Didapat 3(k2 + k + 1) habis dibagi 3.
Jadi k3 + 2k + 3(k2 + k + 1) habis dibagi 3. Terbukti p(k + 1) benar.
Dari (i) dan (ii) terbukti p(n) benar untuk setiap bilangan bulat n > 1. Dengan
kata lain, untuk setiap bilangan bulat n > 1 berlaku n3 + 2n habis dibagi 3.

3. Tunjukkan setiap bilangan asli yang terbentuk dari 3n angka yang sama se-
lalu habis dibagi 3n . (Misalnya, 222 dan 777 habis dibagi 3; 222222222 dan
555555555 habis dibagi 9.)
Bukti:
Akan dibuktikan menggunakan induksi matematika sebagai berikut:
Dimisalkan p(n) adalah pernyataan setiap bilangan asli yang terbentuk dari 3n
angka yang sama selalu habis dibagi 3n .
(i) Basis induksi. Akan dibuktikan p(1) benar.
Untuk n = 1 didapat pernyataan "setiap bilangan asli yang terbentuk dari 3
angka yang sama habis dibagi 3". Bilangan-bilangan asli tersebut adalah

111, 222, 333, 444, 555, 666, 777, 888, 999.

Terlihat bahwa semua bilangan tersebut habis dibagi 3 sehingga terbukti


p(1) benar.

6
1.1.2. GENERALISASI PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA
(ii) Langkah induksi. Diasumsikan p(k) benar, yaitu semua bilangan asli yang
terbentuk dari k bilangan yang sama habis dibagi 3k (hipotesis induksi).
Akan dibuktikan p(k + 1) benar, yaitu semua bilangan asli yang terbentuk
dari k + 1 angka yang sama habis dibagi 3k+1 .
Dimisalkan x adalah suatu bilangan asli yang terbentuk dari k + 1 bilangan.
Perhatikan bahwa x dapat ditulis sebagai

x = y × z,

dengan y suatu bilangan yang terbentuk dari 3k angka yang sama dan

k
z = 102·3 + 103k + 1 = 100 . . . 0100 . . . 01

Dari asumsi diketahui y habis dibagi 3k dan jelas z habis dibagi 3.


(ingat : sifat bilangan yang habis dibagi 3 yaitu jumlah semua digitnya habis
dibagi 3).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa x habis dibagi 3k+1 . Terbukti p(k + 1)
benar.
Dari (i) dan (ii) terbukti p(n) benar untuk setiap bilangan bulat n > 1.


1.1.2 Generalisasi Prinsip Induksi Matematika


Pada beberapa kasus, kita ingin membuktikan bahwa pernyataan p(n) benar untuk semua
bilangan bulat yang lebih besar dari n0 , jadi tidak hanya bilangan bulat yang dimulai dari 1
saja. Secara formal, generalisasi prinsip induksi matematika berbunyi sebagai berikut:

Untuk membuktikan suatu pernyataan p(n) bernilai benar untuk semua n > n0 maka harus
ditunjukkan:
(i) p(n0 ) benar.
(ii) Jika p(k) benar maka p(k + 1) juga benar untuk setiap k > n0 .
Sehingga p(n) benar untuk semua bilangan bulat n > n0 .

Jadi pada basis induksi, yang harus dibuktikan kebenarannya bukan p(1) tetapi p(n0 ).

7
1.1.2. GENERALISASI PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA

Selain itu, terdapat bentuk induksi matematika yang lebih kuat, yang sering disebut
sebagai prinsip induksi matematis kuat (principle of strong mathematical induction), yang
dapat dinyatakan sebagai berikut:
(i) Pernyataan p(n0 ) benar.
(ii) Jika p(n) benar untuk n0 6 n 6 k maka p(n) benar untuk n = k + 1.

Contoh 1.2
1. Buktikan bahwa 2n + 1 < 2n untuk semua bilangan bulat n > 3.
Bukti:
Akan dibuktikan dengan induksi matematika sebagai berikut:
Dimisalkan p(n) adalah pernyataan "2n + 1 < 2n "
(i) Basis induksi. Akan dibuktikan p(3) benar (yang terkecil adalah n = 3).
Untuk n = 3, ruas kiri pertidaksamaan: 2(3) + 1 = 7,
ruas kanan pertidaksamaan: 23 = 8.
Didapat 2(3) + 1 < 23 . Terbukti p(3) benar.

(ii) Langkah induksi. Diasumsikan p(k) benar, yaitu 2k + 1 < 2k .


Akan dibuktikan p(k + 1) benar, yaitu 2(k + 1) + 1 < 2k+1 .
Diketahui
2(k + 1) + 1 = 2k + 3 = (2k + 1) + 2.

Menurut hipotesis, 2k + 1 < 2k sehingga

(2k +1)+2 < 2k +2 = 2k +21 < 2k +2k = 2·2k = 2k+1 (karena k > 3).

Terlihat bahwa 2(k + 1) + 1 < 2k+1 , sehingga p(k + 1) benar.


Terbukti bahwa 2n + 1 < 2n untuk semua bilangan bulat n > 3.
2. Buktikan dengan induksi matematika bahwa 3n < n! untuk n bilangan bulat
positif yang lebih besar dari 6.
Bukti: Akan dibuktikan dengan induksi matematika sebagai berikut:
Dimisalkan p(n) adalah pernyataan "3n < n!"
(i) Basis induksi. Akan dibuktikan p(7) benar (yang terkecil adalah n = 7).
Untuk n = 7, ruas kiri pertidaksamaan: 37 = 2187.

8
1.1.2. GENERALISASI PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA
ruas kanan pertidaksamaan: 7! = 7 × 6 × · · · × 1 = 5040.
Didapat 37 < 7!. Terbukti p(7) benar.
(ii) Langkah induksi. Diasumsikan p(k) benar, yaitu 3k < k!.
Akan dibuktikan p(k + 1) benar, yaitu 3k+1 < (k + 1)!.
Perhatikan bahwa

3
3k+1 < (k + 1)! ⇔ 3 · 3k < (k + 1) · k! ⇔ · 3k < k!
(k + 1)
3
Jadi ekuivalen akan dibuktikan (k+1) · 3k < k!
3
Menurut hipotesis 3k < k! sedangkan untuk k > 6 didapat (k+1) < 1. Se-
hingga
3
· 3k < 1 · k!
(k + 1)
Dengan kata lain, terbukti 3k + 1 < (k + 1)! atau p(k + 1) benar.
Terbukti bahwa 3n < n! untuk n bilangan bulat positif yang lebih besar dari 6.


 Latihan 1.3
1. Tunjukkan melalui induksi matematika bahwa
n(n+1)(n+2)
(a) 1(2) + 2(3) + · · · + n(n + 1) = 3 untuk semua n > 1.
1 1 1 n
(b) 1(2) + 2(3) + · · · + n(n+1) = (n+1) untuk semua n > 1.
(c) 12 + 32 + 52 + · · · + (2n − 1)2 = n(2n−1)(2n+1)
3 untuk semua n > 1.
n+1
(d) 1 + a + a2 + · · · + an = 1−a 1−a untuk semua n > 0 dan a 6= 0.
n+1
(e) 3 + 3 · 5 + 3 · 52 + · · · + 3 · 5n = 3(5 4 −1) untuk semua n > 0.
2. Buktikan melalui induksi matematika bahwa
(a) 22n − 1 habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat n > 1.
(b) n3 + 2n habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat n > 1.
(c) n4 − 4n2 habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat n > 2.
(d) n5 − n habis dibagi 5 untuk semua bilangan bulat n > 1.
(e) jumlah pangkat tiga dari tiga buah bilangan bulat positif berurutan selalu
habis dibagi 9.
3. Tunjukkan bahwa 2n > n3 jika n > 10.

9
1.1.2. GENERALISASI PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA
4. Di dalam sebuah pesta, setiap tamu berjabat tangan dengan tamu lainnya hanya
sekali saja. Buktikan dengan induksi matematika bahwa jika ada n orang tamu
n(n−1)
maka jumlah jabat tangan yang terjadi adalah 2 .
5. Buktikan pernyataan “Untuk membayar biaya pos sebesar n rupiah, dengan n
kelipatan 1000 dan n > 8.000, selalu dapat dilakukan hanya dengan menggunakan
perangko bernilai 3000 dan 5000 saja” bernilai benar.
6. Sebuah ATM hanya menyediakan pecahan uang Rp20.000,- dan Rp50.000,-.
Kelipatan uang berapakah yang dapat dikeluarkan oleh ATM tersebut? Buktikan
jawaban anda dengan menggunakan induksi matematika.
7. Buktikan dengan induksi matematika bahwa pada sebuah himpunan berang-
gotakan n elemen, banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari him-
punan tersebut adalah 2n .
8. Carilah dan kemudian buktikan melalui induksi matematika suatu rumus umum
berdasarkan pengamatan berikut :

13 = 1

23 = 3 + 5

33 = 7 + 9 + 11

43 = 13 + 15 + 17 + 19

9. Buktikan dengan induksi matematika bahwa sebarang bilangan bulat positif


n yang lebih besar atau sama dengan 2 adalah prima atau hasil kali bilangan-
bilangan prima.
10. Temukan rumus untuk menghitung

1 1 1 1
+ + +···+ n
2 4 8 2

dan kemudian gunakan induksi matematika untuk membuktikan rumus tersebut.




10
1.2. Prinsip Inklusi-Eksklusi

1.2.1 Prinsip Inklusi-Eksklusi Untuk Dua Himpunan


Dalam mempelajari himpunan, terutama saat mengkombinasikan himpunan, sering timbul
pertanyaan berapa banyak anggota di dalam gabungan dua himpunan A dan B. Penggabun-
gan dua himpunan menghasilkan himpunan baru yang elemen-elemennya berasal dari
himpunan A dan himpunan B.
Perhatikan bahwa himpunan A dan B mungkin saja memiliki unsur yang sama. Banyaknya
unsur milik bersama antara A dan B adalah |A ∩ B|. Setiap unsur yang sama tersebut telah
dihitung dua kali, sekali pada |A| dan sekali pada |B|, meskipun ia seharusnya dianggap
sebagai satu buah elemen di dalam |A ∪ B|. Oleh karena itu, jumlah elemen hasil peng-
gabungan seharusnya adalah jumlah elemen di masing-masing himpunan dikurangi dengan
jumlah elemen di dalam irisannya, atau

|A ∪ B| = |A| + |B| − |A ∩ B|

Prinsip ini dikenal dengan nama Prinsip inklusi-eksklusi.


Sebagai contoh, dimisalkan suatu himpunan buku terdiri dari 20 buku, 12 diantaranya
adalah buku berbahasa inggris, 8 diterbitkan setelah tahun 2010, dan 5 buku berbahasa
inggris diterbitkan setelah tahun 2010. Berapa banyak buku yang berbahasa inggris atau
yang diterbitkan setelah tahun 2010? Berapa banyak pula buku yang tidak berbahasa
inggris dan diterbitkan sebelum tahun 2010?
Dimisalkan S menyatakan himpunan buku, A menyatakan himpunan buku berbahasa

11
1.2.1. PRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI UNTUK DUA HIMPUNAN

inggris, B menyatakan himpunan buku yang diterbitkan setelah tahun 2010, maka diperoleh

|S| = 20, |A| = 12, |B| = 8, |A ∩ B| = 5.

Jadi, menurut prinsip inklusi-eksklusi banyaknya buku yang berbahasa inggris atau yang
diterbitkan setelah tahun 2010 adalah:

|A ∪ B| = |A| + |B| − |A ∩ B| = 12 + 8 − 5 = 15.

Jadi ada 15 buku berbahasa inggris atau yang diterbitkan setelah tahun 2010.
Lebih lanjut, diantara 20 buku itu, banyaknya buku yang tidak berbahasa inggris dan
diterbitkan sebelum 2010 adalah

|Ac ∩ Bc | = |(A ∪ B)c | = |S| − |A ∪ B| = 20 − 15 = 5.

Jadi ada 5 buku yang tidak berbahasa inggris dan diterbitkan sebelum tahun 2000.
Contoh-contoh lain secara lengkap akan diberikan pada Contoh 1.5. Sebelumnya, akan
diberikan beberapa sifat-sifat yang berkaitan dengan kekardinalan himpunan berhingga.
Sifat-sifat tersebut didapat dari penurunan langsung prinsip inklusi-eksklusi, sehingga
pembuktiannya diserahkan kepada pembaca.

Sifat 1.4 Untuk sebarang himpunan A dan B berlaku


1. |A ∪ B| 6 |A| + |B|
2. |A ∩ B| 6 min(|A|, |B|)
3. |A ⊕ B| = |A| + |B| − 2|A ∩ B|
4. |A \ B| > |A| − |B|

Contoh 1.5
1. Diantara 100 mahasiswa, 50 mengambil matakuliah(mk) Matematika Diskret,
40 mengambil mk. Pengantar Analisis, dan 24 mahasiswa mengambil keduanya.
Berapa banyak mahasiswa yang tidak mengambil keduanya?
Penyelesaian:
Dimisalkan

12
1.2.1. PRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI UNTUK DUA HIMPUNAN

S = himpunan mahasiswa
A = himpunan mahasiswa yang mengambil mk. Matematika Diskret
B = himpunan mahasiswa yang mengambil mk. Pengantar Analisis
A∩B = himpunan mahasiswa yang mengambil kedua mk. tersebut.
Diketahui: |S| = 100, |A| = 50, |B| = 40 dan |A ∩ B| = 24.
Banyaknya mahasiswa yang tidak mengambil mk. Matematika Diskret dan mk.
Pengantar Analisis dapat dinotasikan dengan |Ac ∩ Bc |. Berdasarkan prinsip de
Morgan dan prinsip inklusi-eksklusi, didapat

|Ac ∩ Bc | = |S| − |A ∪ B| = |S| − (|A| + |B| − |A ∩ B|) = 100 − (50 + 40 − 24) = 34.

Jadi ada 34 mahasiswa yang tidak mengambil kedua matakuliah tersebut.


2. Berapa banyak bilangan bulat dari 1 sampai 100 yang habis dibagi 3 atau 5?
Penyelesaian:
Dimisalkan
S = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 100
A = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 100 yang habis dibagi 3
B = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 100 yang habis dibagi 5
A∩B = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 100 yang habis dibagi 3 dan 5
Didefinisikan bxc yang menyatakan bilangan bulat terbesar yang lebih kecil dari
x. Didapat

100
|A| = b c = b33, 33c = 33
3
100
|B| = b c = b20c = 20
5
100 100
|A ∩ B| = b c=b c = b6, 67c = 6.
kpk(3, 5) 15

Sehingga
|A ∪ B| = |A| + |B| − |A ∩ B| = 33 + 20 − 6 = 47

Jadi, ada 47 bilangan dari 1 sampai 100 yang habis dibagi 3 atau 5.


13
1.2.2. GENERALISASI PRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI

1.2.2 Generalisasi Prinsip Inklusi-Eksklusi


Prinsip Inklusi-Eksklusi dapat diperluas untuk operasi lebih dari dua himpunan. Untuk
sebarang tiga himpunan berhingga A1 , A2 dan A3 , berlaku:

|A1 ∪ A2 ∪ A3 | = |A1 | + |A2 | + |A3 | − |A1 ∩ A2 | − |A1 ∩ A3 | − |A2 ∩ A3 | + |A1 ∩ A2 ∩ A3 |

Secara umum, untuk r himpunan berhingga berlaku teorema berikut :


Teorema 1.6 Diberikan A1 , A2 , . . . , Ar sebarang himpunan berhingga, maka berlaku:
r
|A1 ∪ A2 ∪ · · · ∪ Ar | = ∑ |A1 | − ∑ |Ai ∩ A j | + ∑ |Ai ∩ A j ∩ Ak |
i=1 16i< j6r 16i< j<k6r

+ · · · + (−1)r−1 |A1 ∩ A2 ∩ · · · ∩ Ar |

Bukti. Bukti diserahkan kepada pembaca untuk mencobanya.


(Petunjuk: Gunakan induksi matematika untuk r > 2.) 

Contoh 1.7
1. Tiga puluh mobil dirakit di sebuah pabrik. Pilihan (option) yang tersedia adalah
audio, penyejuk udara, dan velg racing. Diketahui bahwa 15 mobil mempunyai
pilihan audio, 20 mempunyai pilihan penyejuk udara, dan 6 mempunyai pilihan
velg racing. 12 mobil mempunyai pilihan audio dan penyejuk udara, 6 mobil
mempunyai pilihan penyejuk udara dan velg racing dan 6 mobil memiliki pilihan
audio dan velg racing. Selain itu, 3 diantaranya mempunyai ketiga pilihan itu.
Berapakah mobil yang mempunyai minimal 1 pilihan? Berapakah mobil yang
tidak memiliki pilihan sama sekali?
Penyelesaian:
Dimisalkan
S = himpunan bilangan mobil
A1 = himpunan mobil yang mempunyai pilihan audio
A2 = himpunan mobil yang mempunyai pilihan penyejuk udara
A3 = himpunan mobil yang mempunyai pilihan velg racing

14
1.2.2. GENERALISASI PRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI
Diketahui:

|S| = 30, |A1 | = 15, |A2 | = 20 |A3 | = 6,

|A1 ∩ A2 | = 12, |A1 ∩ A3 | = 6, |A2 ∩ A3 | = 6, |A1 ∩ A2 ∩ A3 | = 3.

Akan dicari:
(a) Banyaknya mobil yang mempunyai minimal 1 pilihan atau |A1 ∪ A2 ∪ A3 |
(b) Banyaknya mobil yang tidak mempunyai pilihan sama sekali atau
|Ac1 ∩ Ac2 ∩ Ac3 |.
Berdasarkan Teorema 1.6 dan rumus De Morgan didapat

(a) |A1 ∪ A2 ∪ A3 | = |A1 | + |A2 | + |A3 | − |A1 ∩ A2 | − |A1 ∩ A3 |

− |A2 ∩ A3 | + |A1 ∩ A2 ∩ A3 |

= 15 + 20 + 6 − 12 − 6 − 6 + 3 = 20

(b) |Ac1 ∩ Ac2 ∩ Ac3 | = |(A1 ∪ A2 ∪ A3 )c | = |S| − |A1 ∪ A2 ∪ A3 | = 30 − 20 + 10

Jadi ada 20 mobil yang memiliki setidaknya satu pilihan dan 10 mobil yang tidak
memiliki pilihan sama sekali.

2. Tentukan banyaknya bilangan bulat dari 1 sampai 250 yang habis dibagi 2, 3, 5
atau 7.
Penyelesaian:
Dimisalkan
S = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 250
A1 = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 250 yang habis dibagi 2
A2 = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 250 yang habis dibagi 3
A3 = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 250 yang habis dibagi 5
A4 = himpunan bilangan bulat dari 1 sampai 250 yang habis dibagi 7
Akan dicari banyaknya bilangan bulat dari 1 sampai 250 yang habis dibagi 2, 3, 5
atau 7, atau |A1 ∪ A2 ∪ A3 ∪ A4 |.
Diketahui

250
|A1 | = b c = b125c = 125
2

15
1.2.2. GENERALISASI PRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI
250
|A2 | = b c = b83, 3c = 83
3
250
|A3 | = b c = b50c = 50
5
250
|A4 | = b c = b35, 7c = 35
7
250 250
|A1 ∩ A2 | = b c=b c = b41, 67c = 41
kpk(2, 3) 6
250 250
|A1 ∩ A3 | = b c=b c = 25
kpk(2, 5) 10
250 250
|A1 ∩ A4 | = b c=b c = b17, 86c = 17
kpk(2, 7) 14
250 250
|A2 ∩ A3 | = b c=b c = b16, 67c = 16
kpk(3, 5) 15
250 250
|A2 ∩ A4 | = b c=b c = b11, 9c = 11
kpk(3, 7) 35
250 250
|A3 ∩ A4 | = b c=b c = b7, 14c = 7
kpk(5, 7) 35
250 250
|A1 ∩ A2 ∩ A3 | = b c=b c = b8, 33c = 8
kpk(2, 3, 5) 30
250 250
|A1 ∩ A2 ∩ A4 | = b c=b c = b5, 95c = 5
kpk(2, 3, 7) 42
250 250
|A1 ∩ A3 ∩ A4 | = b c=b c = b3, 57c = 3
kpk(2, 5, 7) 70
250 250
|A2 ∩ A3 ∩ A4 | = b c=b c = b2, 38c = 2
kpk(3, 5, 7) 105
250 250
|A1 ∩ A2 ∩ A3 ∩ A4 | = b c=b c = b1, 19c = 1.
kpk(2, 3, 5, 7) 210

Menurut Teorema 1.6 didapat

|A1 ∪ A2 ∪ A3 ∪ A4 | = |A1 | + |A2 | + |A3 | + |A4 | − |A1 ∩ A2 | − |A1 ∩ A3 |

− |A1 ∩ A4 | − |A2 ∩ A3 | − |A2 ∩ A4 | − |A3 ∩ A4 |

+ |A1 ∩ A2 ∩ A3 | + |A1 ∩ A2 ∩ A4 | + |A1 ∩ A3 ∩ A4 |

+ |A2 ∩ A3 ∩ A4 | − |A1 ∩ A2 ∩ A3 ∩ A4 |

= 125 + 83 + 50 + 35 − 41 − 25 − 17 − 16 − 11 − 7

+ 8 + 5 + 3 + 2 − 1 = 193

Jadi ada 193 bilangan dari 1 sampai 250 yang habis dibagi 2,3, 5 atau 7.

16
1.2.2. GENERALISASI PRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI
3. Sejumlah survey diadakan terhadap 1000 orang. Ternyata 595 orang mahasiswa
Untan, 595 memakai kaca mata, dan 550 orang menyukai es krim. 395 diantara
mereka adalah mahasiswa Untan yang memakai kacamata, 350 mahasiswa Untan
yang menyukai es krim, 400 orang memakai kacamata dan menyukai es krim
dan 250 diantara mereka adalah mahasiswa untan yang memakai kacamata dan
menyukai es krim. Berapa banyak diantara mereka bukan mahasiswa Untan, tidak
memakai kaca mata dan tidak menyukai es krim? Berapa banyak diantara mereka
yang mahasiswa Untan tetapi tidak memakai kaca mata dan tidak menyukai es
krim?
Penyelesaian: Dimisalkan
S = himpunan responden
A1 = himpunan mahasiswa Untan
A2 = himpunan orang memakai kacamata
A3 = himpunan orang menyukai es krim
Diketahui:
|S| = 1000, |A1 | = 595, |A2 | = 595 |A3 | = 550,

|A1 ∩ A2 | = 395, |A1 ∩ A3 | = 350, |A2 ∩ A3 | = 400, |A1 ∩ A2 ∩ A3 | = 250.

Akan dicari:
(a) Banyaknya responden yang bukan mahasiswa Untan, tidak memakai kaca
mata dan tidak menyukai es krim, atau |Ac1 ∩ Ac2 ∩ Ac3 |
(b) Banyaknya mahasiswa Untan tetapi tidak memakai kaca mata dan tidak
menyukai es krim, atau |A1 ∩ Ac2 ∩ Ac3 |.
Berdasarkan Teorema 1.6 dan rumus De Morgan didapat

(a) |Ac1 ∩ Ac2 ∩ Ac3 | = |(A1 ∪ A2 ∪ A3 )c | = |S| − |A1 ∪ A2 ∪ A3 |

= |S| − (|A1 | + |A2 | + |A3 | − |A1 ∩ A2 | − |A1 ∩ A3 | − |A2 ∩ A3 | + |A1 ∩ A2 ∩ A3 |)

= 1000 − (595 + 595 + 550 − 395 − 350 − 400 + 250) = 155

(b) |A1 ∩ Ac2 ∩ Ac3 | = |A1 | − |A1 ∩ A2 | − |A2 ∩ A3 | + |A1 ∩ A2 ∩ A3 |

= 595 − 395 − 350 + 250 = 100

17
1.2.2. GENERALISASI PRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI

 Latihan 1.8
1. Diantara bilangan dari 1 sampai 300, tentukan:
(a) banyaknya bilangan yang tidak habis dibagi 3 atau 5.
(b) banyaknya bilangan yang habis dibagi 3 tetapi tak habis dibagi 5 maupun 7.

2. Diantara 100 mahasiswa, 32 mempelajari matematika, 20 mempelajari fisika, 45


mempelajari biologi, 15 mempelajari matematika dan biologi, 7 mempelajari
matematika dan fisika, 10 mempelajari fisika dan biologi dan 30 tidak mempelajari
satu pun diantara ketiga bidang tersebut.
(a) Hitunglah banyaknya mahasiswa yang mempelajari ketiga bidang tersebut.
(b) Hitunglah banyaknya mahasiswa yang mempelajari hanya satu diantara
ketiga bidang tersebut.

3. Diantara 130 mahasiswa, 60 memakai topi ke kampus, 51 memakai syal dan


30 memakai topi dan syal. Diantara 54 mahasiswa yang memakai sweater, 26
memakai topi, 21 memakai syal, dan 12 memakai topi dan syal. Mereka yang
tidak memakai topi ataupun syal memakai sarung tangan. Tentukan
(a) Banyaknya mahasiswa yang memakai sarung tangan.
(b) Banyaknya mahasiswa yang memakai sweater tetapi tidak memakai topi
dan syal.
(c) Banyaknya mahasiswa yang tidak memakai sweater, topi ataupun syal.

4. (a) Diantara 50 mahasiswa di sebuah kelas, 26 memperoleh nilai A dari ujian


pertama dan 21 memperoleh nilai A dari ujian kedua. Jika 17 mahasiswa
tidak memperoleh A dari ujian pertama ataupun kedua, berapa banyak
mahasiswa yang memperoleh dua kali nilai A dari kedua ujian itu?
(b) Jika banyaknya mahasiswa yang memperoleh A dari ujian pertama sama
dengan banyaknya mahasiswa yang memperoleh Apada ujian kedua, jika
banyaknya mahasiswa yang memperoleh satu nilai A dari kedua ujian itu
adalah 40, dan jika 4 mahasiswa tidak memperoleh satupun nilai A dari
kedua ujian itu, tentukan banyaknya mahasiswa yang memperoleh A hanya
dari ujian pertama saja, dan yang memperoleh dua kali nilai A dari kedua

18
1.2.2. GENERALISASI PRINSIP INKLUSI-EKSKLUSI
ujian itu.

5. Tujuh puluh lima anak pergi ke taman hiburan. Disitu mereka dapat naik ko-
midi putar, roller coater, dan kincir raksasa. Ternyata 20 diantara mereka telah
menaiki ketiganya, dan 55 menaiki setidaknya dua diantara ketiganya. Setiap kali
naik ongkosnya Rp5000, sedangkan total yang harus dibayar oleh anak-anak itu
Rp700.000. Tentukan berapa anak yang tidak naik satupun dari ketiganya.

6. Diketahui bahwa di sebuah universitas, 60 persen diantara para dosennya bermain


tenis, 50 persen bermain bulu tangkis, 70 persen bermain volley, 20 persen
bermain tenis dan bulu tangkis, 30 persen main tenis dan volley, dan 40 persen
main bulu tangkis dan volley. Jika seseorang mengatakan bahwa 20 persen
diantara para dosen itu bermain tenis, bulu tangkis dan volley, percayakah anda
apa yang dikatakan orang itu? Mengapa?

7. Beribu-ribu suporter sepakbola yang mendukung pertandingan membeli habis


semua cindera mata untuk mobil mereka. Secara keseluruhan laku terjual 20.000
stiker, 36.000 bendera kecil, dan 12.000 gantungan kunci. Kita diberitahu bahwa
52.000 suporter membeli sedikitnya satu cinderamata dan tidak ada seorang pun
membeli satu jenis cindera mata lebih dari satu. Selain itu, 6000 suporter membeli
bendera kecil dan gantungan kunci, 9000 membeli bendera kecil dan stiker, dan
5000 membeli gantungan kunci dan stiker.
(a) Berapa banyak suporter yang membeli ketiga macam jenis cindera mata
tersebut?
(b) Berapa banyak suporter yang membeli tepat 1 jenis cindera mata?
(c) Berapa banyak suporter yang membeli tepat 2 jenis cindera mata?
(d) Seseorang mempertanyakan ketelitian jumlah suporter yang membeli cin-
dera mata, yaitu 52.000. Orang ini menyatakan jumlah suporter yang mem-
beli cindera mata adalah 60.000 atau 44.000. Bagaimana pendapat anda?


19

Anda mungkin juga menyukai