Anda di halaman 1dari 538

INDIKATOR

MUTU
DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN
DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
© 2017
INDIKATOR MUTU
DALAM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
© 2017
DAFTAR ISI
PENGANTAR 1
STANDAR 1. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 5
STANDAR 2. STANDAR ISI 17
STANDAR 3. STANDAR PROSES 27
STANDAR 4. STANDAR PENILAIAN 41
STANDAR 5. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 49
STANDAR 6. STANDAR SARANA DAN PRASARANA 75
STANDAR 7. STANDAR PENGELOLAAN 95
STANDAR 8. STANDAR PEMBIAYAAN 107
PUSTAKA 113
NTAR 1
AR 1. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 5
AR 2. STANDAR ISI 17
AR 3. STANDAR PROSES 27
AR 4. STANDAR PENILAIAN 41
AR 5. STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 49
AR 6. STANDAR SARANA DAN PRASARANA 75
AR 7. STANDAR PENGELOLAAN 95
AR 8. STANDAR PEMBIAYAAN 107
KA 113
PENGANTAR
Mutu pendidikan dasar dan menengah adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pendidi-
kan dasar dan menengah dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) di sekolah. Mutu pendidikan di sekolah cend
lenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu dan aturan yang ditetapkan.
Pentingnya Penjaminan Mutu Pendidikan
Penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah merupakan:
 kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan
 bertujuan memastikan pemenuhan standar pada satuan pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanj
 berfungsi sebagai pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu.
1
dikan dasar dan menengah adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pendidi-
an menengah dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) di sekolah. Mutu pendidikan di sekolah cenderung tidak ada pening
pendidikan telah sesuai dengan standar mutu dan aturan yang ditetapkan.
a Penjaminan Mutu Pendidikan
mutu pendidikan dasar dan menengah merupakan:
satuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan m
tujuan memastikan pemenuhan standar pada satuan pendidikan secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh
fungsi sebagai pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk
mewujudkan pendidikan yang bermutu.
ah cenderung tidak ada peningkatan tanpa diiringi dengan penjaminan mutu pendidikan oleh sekolah. Penjaminan mutu pendid

egiatan untuk meningkatkan mutu secara sistematis, terencana dan berkelanjutan.


erkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri.
lah. Penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah sendiri merupakan mekanisme yang sistematis, terintegrasi, dan berke
ematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa seluruh proses penye-
Desain Sistem
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
 Sistem penjaminan mutu internal yang dilaksanakan dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh
 Sistem penjaminan mutu eksternal yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akred
 Sistem informasi penjaminan mutu yang menunjang implementasi kedua sistem di atas.
Sistem mengikuti siklus kegiatan sesuai dengan komponen masing masing. Siklus sistem penja- minan mutu interna
 Penetapan standar sebagai landasan dimana Standar Nasional Pendidikan merupakan krite- ria minimal ya
 Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan berdasarkan standar mutu yang tela
 Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah;
 Pelaksanaan pemenuhan mutu baik dalam program kerja maupun proses pembelajaran;
 Evaluasi/audit terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan.
Seluruh siklus ini dilaksanakan oleh satuan pendidikan. Sementara siklus sistem penjaminan mutu eksternal terdiri a
 Pemetaan mutu satuan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan;
 Perencananaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana strategis;
 Fasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan pendidikan;
 Monitoring dan evaluasi terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu;
 Penetapan dan evaluasi Standar Nasional Pendidikan;
 Pelaksanaan akreditasi satuan pendidikan dan/atau program keahlian.
Siklus sistem penjaminan mutu eksternal ini dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
lembaga standardisasi (BSNP) dan lembaga akreditasi BAN S/M atau lembaga akreditasi mandiri sesuai kewenang

2
Desain Sistem
Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
 Sistem penjaminan mutu internal yang dilaksanakan dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh ko
 Sistem penjaminan mutu eksternal yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, lembaga akredita
 Sistem informasi penjaminan mutu yang menunjang implementasi kedua sistem di atas.
Sistem mengikuti siklus kegiatan sesuai dengan komponen masing masing. Siklus sistem penja- minan mutu internal
 Penetapan standar sebagai landasan dimana Standar Nasional Pendidikan merupakan krite- ria minimal yan
 Pemetaan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan berdasarkan standar mutu yang telah
 Pembuatan rencana peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana kerja sekolah;
 Pelaksanaan pemenuhan mutu baik dalam program kerja maupun proses pembelajaran;
 Evaluasi/audit terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah dilakukan.
Seluruh siklus ini dilaksanakan oleh satuan pendidikan. Sementara siklus sistem penjaminan mutu eksternal terdiri ata
 Pemetaan mutu satuan pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan;
 Perencananaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam rencana strategis;
 Fasilitasi pemenuhan mutu di seluruh satuan pendidikan;
 Monitoring dan evaluasi terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu;
 Penetapan dan evaluasi Standar Nasional Pendidikan;
 Pelaksanaan akreditasi satuan pendidikan dan/atau program keahlian.
Siklus sistem penjaminan mutu eksternal ini dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
lembaga standardisasi (BSNP) dan lembaga akreditasi BAN S/M atau lembaga akreditasi mandiri sesuai kewenangan
seluruh komponen satuan pendidikan;
ga akreditasi dan lembaga standarisasi pendidikan;

u internal terdiri atas:


nimal yang harus dipenuhi.
yang telah ditetapkan;

l terdiri atas:

wenangan masing-masing.
Acuan Mutu
Penjaminan mutu pendidikan mengacu pada standar sesuai peraturan yang berlaku. Acuan utama adalah Standar N
Standar Nasional Pendidikan terdiri atas:
 Standar Kompetensi Lulusan
 Standar Isi
 Standar Proses
 Standar Penilaian
 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
 Standar Pengelolaan
 Standar Sarana dan Prasarana
 Standar Pembiayaan
Kedelapan standar tersebut membentuk rangkaian input, proses, dan output. Standar Kompetensi Lulusan merupak
kator mutu untuk mempermudah kegiatan pemetaan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan.
3
Acuan Mutu
Penjaminan mutu pendidikan mengacu pada standar sesuai peraturan yang berlaku. Acuan utama adalah Standar Na
Standar Nasional Pendidikan terdiri atas:
 Standar Kompetensi Lulusan
 Standar Isi
 Standar Proses
 Standar Penilaian
 Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
 Standar Pengelolaan
 Standar Sarana dan Prasarana
 Standar Pembiayaan
Kedelapan standar tersebut membentuk rangkaian input, proses, dan output. Standar Kompetensi Lulusan merupaka
kator mutu untuk mempermudah kegiatan pemetaan mutu dalam penjaminan mutu pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang telah ditetapkan sebagai kriteria minimal yang ha- rus dipenuhi oleh satuan pendidika

merupakan output dalam rangkaian tersebut dan akan terpenuhi apabila input terpenuhi sepenuhnya dan proses berjalan deng
penuhi oleh satuan pendidikan dan penyelenggara pendidikan.

nya dan proses berjalan dengan baik. Standar yang menjadi input dan proses dideskripsi- kan dalam bentuk hubungan sebab-
am bentuk hubungan sebab-akibat dengan output. Standar dijabarkan dalam bentuk indi-
Indikator Mutu Pendidikan
STANDAR 1. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN
— Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Indikator 1. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi sikap
Sub-Indikator 1. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan YM

Deskripsi:
 Siswa dimotivasi dan fasilitasi oleh sekolah agar memiliki perilaku dan sikap orang
 Integrasi pengembangan sikap beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME di sekol
 Contoh perilaku dan sikap orang beriman dan bertakwa meliputi:
 Berdoa setiap memulai dan mengakhiri kegiatan.
 Santun dalam berbicara dan berperilaku.
 Berpakaian sopan sesuai aturan sekolah.
 Mengucapkan salam saat masuk kelas.
 Melaksanakan kegiatan ibadah.
 Mensyukuri setiap nikmat yang diperoleh.
 Menumbuhkan sikap saling menolong/berempati.
 Menghormati perbedaan.
 Antre saat bergantian memakai fasilitas sekolah.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh sisw
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belaja
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan p
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malk
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus da
 Lainnya
Sub-Indikator 2. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap berkarakter

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap berkarakter ditumbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegiata
5
n Nomor 20 tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan—

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME

olah agar memiliki perilaku dan sikap orang beriman melalui pembiasaan (budaya sekolah) dan keteladanan dalam menghayat
n dan bertakwa kepada Tuhan YME di sekolah dilakukan dalam bentuk kegiatan pembelajaran.
an dan bertakwa meliputi:
akhiri kegiatan.

long/berempati.

silitas sekolah.

ikan belum bisa dijadikan teladan oleh siswa.


kan dengan baik dalam kegiatan pem- belajaran di sekolah.
ikan penilaian sikap karena instrumen dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
dan orangtua/wali siswa dalam menga- malkan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama be
ngan perilaku dan sikap belum ter- fokus dan terencanakan dengan optimal.

mbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegiatan oleh sekolah.


danan dalam menghayati dan mengamalkan sesuai dengan ajaran agama yang dianut.
kepada siswa selama berada di luar sekolah.
 Contoh perilaku dan sikap berkarakter meliputi:
 Menghargai dan menjaga keragaman dan kekayaan budaya bangs
 Rela berkorban.
 Mengikuti bakti social.
 Menciptakan kerukunan antar siswa/kelompok/sekolah.
 Anti kekerasan baik psikis maupun fisik.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instru
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam m
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum te
 Lainnya
Sub-Indikator 3. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap disiplin

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap disiplin ditumbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegia
 Contoh perilaku dan sikap disiplin meliputi:
 Disiplin dan taat hukum.
 Meminta ijin jika tidak bisa hadir.
 Datang ke sekolah/kegiatan lainnya tepat waktu.
 Mengerjakan tugas yang diberikan.
 Mematuhi tatatertib sekolah.
 Lainnya.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instru
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam m
6
oleh siswa.
em- belajaran di sekolah.
men dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
nga- malkan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
r- fokus dan terencanakan dengan optimal.

an oleh sekolah.
oleh siswa.
em- belajaran di sekolah.
men dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
nga- malkan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
a di luar sekolah.
a di luar sekolah.
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus da
 Lainnya
Sub-Indikator 4. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap santun

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap santun ditumbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegiatan oleh se
 Contoh perilaku dan sikap santun meliputi:
 Menghormati guru dan orang lain yang lebih tua
 Menggunakan kata-kata santun dalam berkomunikasi
 Berbicara dengan intonasi dan volume suara yang sesuai
 Tidak menghina atau menyebut seseorang dengan sebutan negatif
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh sisw
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belaja
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan p
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malk
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus da
 Lainnya
Sub-Indikator 5. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap jujur

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap jujur ditumbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegiatan oleh seko
 Contoh perilaku dan sikap jujur meliputi:
 Melaksanakan tugas individu dengan baik.
 Mengaku atas kesalahan yang dilakukan.
 Mengatakan yang sebenarnya.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh sisw
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belaja
7
an terencanakan dengan optimal.

aran di sekolah.
prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
kan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
an terencanakan dengan optimal.
aran di sekolah.
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan p
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malk
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus da
 Lainnya
Sub-Indikator 6. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap peduli ditumbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegiatan oleh sek
 Contoh perilaku dan sikap peduli meliputi:
 Membantu orang yang membutuhkan.
 Menjenguk dan mendoakan orang yang sakit.
 Membuang sampah pada tempatnya.
 Memungut sampah yang dijumpai.
 Menghemat penggunaan air dan listrik.
 Penghijauan di lingkungan sekolah.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh sisw
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belaja
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan p
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malk
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus da

 Lainnya
Sub-Indikator 7. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
Deskripsi:
 Perilaku dan sikap percaya diri ditumbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegiat
 Contoh perilaku dan sikap percaya diri meliputi:
 Mampu membuat keputusan dan bertindak dengan cepat.
 Tidak mudah putus asa.
8
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan pro
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malkan
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus dan
 Lainnya
Sub-Indikator 6. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap peduli

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap peduli ditumbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegiatan oleh seko
 Contoh perilaku dan sikap peduli meliputi:
 Membantu orang yang membutuhkan.
 Menjenguk dan mendoakan orang yang sakit.
 Membuang sampah pada tempatnya.
 Memungut sampah yang dijumpai.
 Menghemat penggunaan air dan listrik.
 Penghijauan di lingkungan sekolah.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh siswa.
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belajar
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan pro
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malkan
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus dan

 Lainnya
Sub-Indikator 7. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap percaya diri
Deskripsi:
 Perilaku dan sikap percaya diri ditumbuhkan dengan fasilitasi berbagai kegiatan
 Contoh perilaku dan sikap percaya diri meliputi:
 Mampu membuat keputusan dan bertindak dengan cepat.
 Tidak mudah putus asa.
en dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
ga- malkan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
fokus dan terencanakan dengan optimal.

oleh sekolah.

m- belajaran di sekolah.
en dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
ga- malkan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
fokus dan terencanakan dengan optimal.
ai kegiatan oleh sekolah.
di luar sekolah.

di luar sekolah.
 Berani presentasi, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan bertanya da- lam
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh sisw
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belaja
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan p
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malk
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus da
Sub-Indikator 8. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap bertanggungjawab

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap bertanggungjawab ditumbuhkan dengan fasilitasi berbag
 Contoh perilaku dan sikap bertanggungjawab meliputi:
 Melaksanakan tugas individu dengan baik.
 Menerima risiko dari tindakan yang dilakukan.
 Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.
 Menepati janji.
 Anti-Vandalisme.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh sisw
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belaja
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan p
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malk
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus da
 Lainnya
9
 Berani presentasi, menjawab pertanyaan, berpendapat, dan bertanya da- lam b
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh siswa.
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belajar
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan pro
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malkan
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus dan
Sub-Indikator 8. Siswa memiliki perilaku yang mencerminkan sikap bertanggungjawab

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap bertanggungjawab ditumbuhkan dengan fasilitasi berbaga
 Contoh perilaku dan sikap bertanggungjawab meliputi:
 Melaksanakan tugas individu dengan baik.
 Menerima risiko dari tindakan yang dilakukan.
 Meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan.
 Menepati janji.
 Anti-Vandalisme.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh siswa.
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belajar
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan pro
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malkan
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus dan
 Lainnya
da- lam berbagai kesempatan.

m- belajaran di sekolah.
en dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
ga- malkan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
fokus dan terencanakan dengan optimal.

si berbagai kegiatan oleh sekolah.

m- belajaran di sekolah.
en dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
ga- malkan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
fokus dan terencanakan dengan optimal.
di luar sekolah.
di luar sekolah.
Sub-Indikator 9. Siswa memiliki perilaku pembelajar sejati sepanjang hayat

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap pembelajar sejati sepanjang hayat difasilitasi oleh sekolah dan d
 Contoh perilaku dan sikap pembelajar sejati sepanjang hayat meliputi:
 Membaca/menulis buku dan bacaan lainnya.
 Membuat karya tulis.
 Mau mencari bahan/sumber belajar.
 Rajin berkunjung ke perpustakaan.
 Belajar dimanapun, kapanpun dengan siapapun.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh sisw
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belaja
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan p
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malk
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus da
 Lainnya
Sub-Indikator 10. Siswa memiliki perilaku sehat jasmani dan rohani

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap yang mencerminkan sehat jasmani dan rohani di- tumbuh

 Contoh perilaku dan sikap sehat jasmani dan rohani meliputi:


 Bebas dari narkoba
 Anti pornografi dan pornoaksi
 Menjauhi kebiasaan yang merusak tubuh
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh sisw
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem-
belajaran di sekolah.
10
Sub-Indikator 9. Siswa memiliki perilaku pembelajar sejati sepanjang hayat

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap pembelajar sejati sepanjang hayat difasilitasi oleh sekolah dan diwu
 Contoh perilaku dan sikap pembelajar sejati sepanjang hayat meliputi:
 Membaca/menulis buku dan bacaan lainnya.
 Membuat karya tulis.
 Mau mencari bahan/sumber belajar.
 Rajin berkunjung ke perpustakaan.
 Belajar dimanapun, kapanpun dengan siapapun.
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh siswa.
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem- belajaran
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan pros
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malkan
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus dan te
 Lainnya
Sub-Indikator 10. Siswa memiliki perilaku sehat jasmani dan rohani

Deskripsi:
 Perilaku dan sikap yang mencerminkan sehat jasmani dan rohani di- tumbuhkan

 Contoh perilaku dan sikap sehat jasmani dan rohani meliputi:


 Bebas dari narkoba
 Anti pornografi dan pornoaksi
 Menjauhi kebiasaan yang merusak tubuh
 Lainnya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan belum bisa dijadikan teladan oleh siswa.
 Kompetensi sikap ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pem-
belajaran di sekolah.
ah dan diwujudkan dalam aktivitas pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas, melalui pembiasaan program literas

m- belajaran di sekolah.
en dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
ga- malkan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
fokus dan terencanakan dengan optimal.

tumbuhkan dalam seluruh kegiatan baik intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler melalui kegiatan kesiswaan.
ui pembiasaan program literasi

di luar sekolah.

ui kegiatan kesiswaan.
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian sikap karena instrumen dan prosedur yang rumit dan kuran
 Kurangnya komunikasi antara Komite dan orangtua/wali siswa dalam menga- malkan pembiasaan dari hasil pem
 Pengelolaan sekolah terkait pengembangan perilaku dan sikap belum ter- fokus dan terencanakan dengan optim
 Lainnya
Indikator 2. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi pengetahuan
Sub-Indikator 1. Siswa memiliki pengetahuan faktual, prosedural, konseptual, metakognitif

Deskripsi:
 Siswa pada jenjang pendidikan SD memiliki:
 pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, da
 pengetahuan terminologi/istilah yang digunakan, klasifikasi, kategori, prins
 pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang berke- naa
 pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dan meng
 Siswa pada jenjang pendidikan SMP memiliki:
 pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu p

 pengetahuan terminologi/istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip, general- isas


 pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan yang terkait den
11
prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
kan pembiasaan dari hasil pembelajaran selama di sekolah kepada siswa selama berada di luar sekolah.
an terencanakan dengan optimal.

ngetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar,
an, klasifikasi, kategori, prinsip, dan generalisasi berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya terkait den
atau kegiatan yang berke- naan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarg
ahan diri sendiri dan menggunakannya dalam mempelajari ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya terkait dengan di

ana berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar

kategori, prinsip, general- isasi dan teori, yang digunakan terkait dengan pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana
atau kegiatan yang terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode tingkat seder- hana berkenaan dengan ilmu
an lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
seni dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara.
an budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara.

dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

pesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat
ana berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar
sekitar, bangsa, dan negara.

bangsa dan negara.

ya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
t dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
 pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri send
 Siswa pada jenjang pendidikan SMA dan SMK memiliki:
 pengetahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks berkenaa
 pengetahuan terminologi/istilah dan klasifikasi, kategori, prinsip,
 pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu atau kegiatan ya
 pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri send
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang dipero
 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.

 tingkat kelulusan dalam ujian sekolah berstandar nasional


 tingkat capaian nilai pengetahuan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan m
 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak terse
 Alokasi waktu dan beban belajar memberatkan pada sisi siswa.
 Gaya dan metode pembelajaran yang diterapkan tidak mengarah pad
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lain
12
dan menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan teknis dan spesifik tingkat sederhana berkenaan dengan ilmu penge

dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara
eneral- isasi, teori, model, dan struktur yang digunakan terkait dengan penge- tahuan teknis dan spesifik, detail dan kompleks b
terkait dengan pengetahuan teknis, spesifik, algoritma, metode, dan kriteria un- tuk menentukan prosedur yang sesuai berken
dan menggunakannya dalam mempelajari pengetahuan teknis, detail, spe- sifik, kompleks, kontekstual dan kondisiona
h ke- lompok/ individu siswa untuk mengukur tingkat pengetahuan yang dimiliki siswa sebagai hasil pengalaman pembelajaran

ta pelajaran yang diampu.


fikasi sebagai pendidik.

bakat, minta dan kemampuan belajar siswa.


berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar

n alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan inter- nasional.


spesifik, detail dan kompleks berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat dan
prosedur yang sesuai berkenaan dengan ilmu penge- tahuan, teknologi, seni, dan budaya, terkait dengan masyarakat dan ling
kontekstual dan kondisional berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan masyarakat
asil pengalaman pembelajaran dan kegiatan yang diseleng- garakan oleh sekolah berupa:
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.

rkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan inter- nasional.
t dengan masyarakat dan ling- kungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan inter- nasional.
ya terkait dengan masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan inter- nasional.
ter- nasional.
inter- nasional.
n inter- nasional.
Indikator 3. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan
Sub-Indikator 1. Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif

Deskripsi:
 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif melalui pengala- man pe
 Contoh keterampilan berpikir dan bertindak kreatif meliputi:
 kreatif menghasilkan karya
 memodifikasi karya orang lain
 menciptkan kreasi sendiri
 memiliki gaya tulis sendiri
 menggunakan teknologi dalam belajar
 lainnya
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh ke- lomp
 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.
 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata pelajaran
 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak tersertifikasi sebag
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan karena in- strum
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan siswa be- lum te
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya. Sub-Indikator 2. Siswa memiliki kete
Deskripsi:
 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak produktif melalui pen- galaman
 Contoh keterampilan berpikir dan bertindak produktif meliputi:
 merangkum hasil bacaan
 meniru karya orang lain
 lainnya
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh ke- lomp
13
Indikator 3. Lulusan memiliki kompetensi pada dimensi keterampilan
Sub-Indikator 1. Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif

Deskripsi:
 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kreatif melalui pengala- man pemb
 Contoh keterampilan berpikir dan bertindak kreatif meliputi:
 kreatif menghasilkan karya
 memodifikasi karya orang lain
 menciptkan kreasi sendiri
 memiliki gaya tulis sendiri
 menggunakan teknologi dalam belajar
 lainnya
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh ke- lompok/
 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.
 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata pelajaran ya
 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak tersertifikasi sebagai p
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pe
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan karena in- strumen
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan siswa be- lum terfo
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya. Sub-Indikator 2. Siswa memiliki keteram
Deskripsi:
 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak produktif melalui pen- galaman pem
 Contoh keterampilan berpikir dan bertindak produktif meliputi:
 merangkum hasil bacaan
 meniru karya orang lain
 lainnya
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh ke- lompok/
man pembelajaran dan kegiatan.

ke- lompok/ individu siswa untuk mengukur tingkat keterampilan yang dimiliki siswa sebagai hasil pengalaman pembelajaran da

pelajaran yang diampu.


si sebagai pendidik.
kegiatan pembelajaran di sekolah.
in- strumen dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
e- lum terfokus dan terencanakan dengan optimal.
miliki keterampilan berpikir dan bertindak produktif
alaman pembelajaran dan kegiatan.

ke- lompok/ individu siswa untuk mengukur tingkat keterampilan yang dimiliki
pengalaman pembelajaran dan kegiatan yang diseleng- garakan oleh sekolah berupa:
siswa sebagai hasil pengalaman pembelajaran dan kegiatan yang
garakan oleh sekolah berupa:
 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.
 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan m
 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak terse
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik d
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan ka
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan sis
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya. Sub-Indikator 3. Siswa

Deskripsi:
 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kritis melalui peng
 Contoh keterampilan berpikir dan bertindak kritis meliputi:
 menelaah hasil pekerjaan
 melakukan pengamatan
 bertanya dengan kritis
 mengumpulkan informasi
 melakukan analisa
 lainnya
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang dipero

 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.


 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan m
 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak terse
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik d
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan ka
14
ta pelajaran yang diampu.
fikasi sebagai pendidik.
am kegiatan pembelajaran di sekolah.
na in- strumen dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
a be- lum terfokus dan terencanakan dengan optimal.
memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kritis

a- man pembelajaran dan kegiatan.

h ke- lompok/ individu siswa untuk mengukur tingkat keterampilan yang dimiliki siswa sebagai hasil pengalaman pembelajaran
ta pelajaran yang diampu.
fikasi sebagai pendidik.
am kegiatan pembelajaran di sekolah.
na in- strumen dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
sil pengalaman pembelajaran dan kegiatan yang diseleng- garakan oleh sekolah berupa:
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan siswa be- lum te
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya. Sub-Indikator 4. Siswa memiliki kete

Deskripsi:
 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak secara mandiri melalui pendeka
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh ke- lomp
 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.
 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata pelajaran
 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak tersertifikasi sebag
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan karena in- strum
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan siswa be- lum te
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya. Sub-Indikator 5. Siswa memiliki kete

Deskripsi:

 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak kolaboratif melalui pen- dekatan
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh ke- lomp
 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.
15
okus dan terencanakan dengan optimal.
ampilan berpikir dan bertindak mandiri

an ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah dan sumber lain secara mandiri yang diperoleh dari pengalam
k/ individu siswa untuk mengukur tingkat keterampilan yang dimiliki siswa sebagai hasil pengalaman pembelajaran dan kegiatan

yang diampu.

pembelajaran di sekolah.
n dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
okus dan terencanakan dengan optimal.
ampilan berpikir dan bertindak kolaboratif

lmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah dan sumber lain dalam bekerjasama dari pengalaman pembelaja
k/ individu siswa untuk mengukur tingkat keterampilan yang dimiliki siswa sebagai hasil pengalaman pembelajaran dan kegiatan
yang diperoleh dari pengalaman pembelajaran dan kegiatan penugasan individu, penugasan kelompok, pelaporan tu- gas/
an pembelajaran dan kegiatan yang diseleng- garakan oleh sekolah berupa:

a dari pengalaman pembelajaran dan kegiatan penugasan kelompok, pelaporan tugas/kegiatan, presentasi hasil penu- gas
an pembelajaran dan kegiatan yang diseleng- garakan oleh sekolah berupa:
elompok, pelaporan tu- gas/kegiatan, presentasi hasil penugasan, keterlibatan dalam kepanitiaan dan keterlibatan dalam

presentasi hasil penu- gasan, keterlibatan dalam kepanitiaan dan keterlibatan dalam penyusunan program sekolah.
tiaan dan keterlibatan dalam penyusunan program sekolah.

an program sekolah.
 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata pelajaran
 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak tersertifikasi sebag
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan karena in- strum
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan siswa be- lum te
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya. Sub-Indikator 6. Siswa memiliki kete

Deskripsi:
 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak komunikatif melalui pen- dekata
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh ke- lomp
 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.
 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata pelajaran

 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak tersertifikasi sebag
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan karena in- strum
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan siswa be- lum te
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya.
16
 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata pelajaran ya
 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak tersertifikasi sebagai p
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pe
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan karena in- strumen
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan siswa be- lum terfo
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya. Sub-Indikator 6. Siswa memiliki keteram

Deskripsi:
 Siswa memiliki keterampilan berpikir dan bertindak komunikatif melalui pen- dekatan il
 Sekolah memiliki wujud nyata kualitas dan kuantitas yang diperoleh ke- lompok/
 prestasi/penghargaan pada level kewilayahan.
 tingkat capaian nilai keterampilan dalam penilaian pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan latar belakang pendidikan guru tidak selaras dengan mata pelajaran ya

 Guru belum memiliki kompetensi yang sesuai standar dan tidak tersertifikasi sebagai p
 Kompetensi keterampilan ini belum diintegrasikan dengan baik dalam kegiatan pe
 Guru merasa terbebani dalam memberikan penilaian keterampilan karena in- strumen
 Pengelolaan sekolah terkait fasilitasi pengembangan keterampilan siswa be- lum terfo
 Ketersediaan dan kondisi sarana prasarana belum memadai, dan lainnya.
pelajaran yang diampu.
si sebagai pendidik.
kegiatan pembelajaran di sekolah.
in- strumen dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
e- lum terfokus dan terencanakan dengan optimal.
miliki keterampilan berpikir dan bertindak komunikatif

n- dekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah dan sumber lain dari pengalaman pembelajaran da
ke- lompok/ individu siswa untuk mengukur tingkat keterampilan yang dimiliki siswa sebagai hasil pengalaman pembelajaran da

pelajaran yang diampu.

si sebagai pendidik.
kegiatan pembelajaran di sekolah.
in- strumen dan prosedur yang rumit dan kurang dipahami.
e- lum terfokus dan terencanakan dengan optimal.
engalaman pembelajaran dan kegiatan penugasan ke- lompok, pelaporan tugas/kegiatan, presentasi hasil penugasan, keter
pengalaman pembelajaran dan kegiatan yang diseleng- garakan oleh sekolah berupa:
sentasi hasil penugasan, keterlibatan dalam kepanitiaan dan keterlibatan dalam penyusunan program sekolah dengan car
program sekolah dengan cara berinteraksi, menyampaikan dengan ide kreatif dari hasil penyimakan dan membuat karya
yimakan dan membuat karya tulis.
STANDAR 2. STANDAR ISI
— Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi —
Indikator 1. Perangkat pembelajaran sesuai rumusan kompetensi lulusan
Sub-Indikator 1. Perangkat pembelajaran memuat karakteristik kompetensi sikap

Deskripsi:
 Perangkat pembelajaran disusun guru sesuai kompetensi sikap spiritual dan sosial
 ajaran agama yang dianutnya,
 perilaku jujur,
 perilaku disiplin,
 perilaku santun,
 perilaku peduli,
 perilaku bertanggung jawab,
 perilaku percaya diri,
 perilaku sehat jasmani dan rohani,
 perilaku pembelajar sepanjang hayat.
Perangkat pembelajaran meliputi program tahunan, program semester, sila- bus
 Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di KKG/ MGMP
 Rancangan dan hasil penilaian sikap berupa jurnal penilaian, dokumen observ
 Terdapat program kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan kagamaan, kegiata

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran baik intrakurikuler maupun ektrakurikuler tidak menga

 Pencapaian kompetensi sikap siswa tidak diukur dengan tepat.


 Siswa tidak memiliki kompetensi sikap yang ditetapkan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kompetensi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran kurang.
 Pemahaman guru terkait kompetensi sikap siswa belum menyeluruh.
 Visi, misi dan tujuan sekolah tidak fokus pada pencapaian kompetensi sikap.
17
an Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi —
ajaran sesuai rumusan kompetensi lulusan
an memuat karakteristik kompetensi sikap

kat pembelajaran disusun guru sesuai kompetensi sikap spiritual dan sosial yaitu menghayati dan mengamalkan:
aran agama yang dianutnya,
rilaku jujur,
rilaku disiplin,
rilaku santun,
rilaku peduli,
rilaku bertanggung jawab,
rilaku percaya diri,
rilaku sehat jasmani dan rohani,
rilaku pembelajar sepanjang hayat.
ngkat pembelajaran meliputi program tahunan, program semester, sila- bus, RPP, buku yang digunakan guru dan siswa dalam
naan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di KKG/ MGMP tentang penguatan pendidikan karakter siswa p
gan dan hasil penilaian sikap berupa jurnal penilaian, dokumen observasi, penilaian diri, dan penilaian antar teman.
at program kegiatan ekstrakurikuler berupa kegiatan kagamaan, kegiatan krida, latihan olahbakat dan latihan olah-minat.

ka Standar Mutu Tidak Tercapai:


pembelajaran baik intrakurikuler maupun ektrakurikuler tidak mengarah pada pencapaian kompetensi sikap.

aian kompetensi sikap siswa tidak diukur dengan tepat.


dak memiliki kompetensi sikap yang ditetapkan.

Tidak Tercapainya Standar Mutu:


ensi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran kurang.
aman guru terkait kompetensi sikap siswa belum menyeluruh.
si dan tujuan sekolah tidak fokus pada pencapaian kompetensi sikap.
n mengamalkan:

unakan guru dan siswa dalam pembelajaran, lembar tugas terstruktur dan kegiatan mandiri, handout, alat evaluasi dan buku ni
n pendidikan karakter siswa pada kompetensi sikap.
n penilaian antar teman.
akat dan latihan olah-minat.

n kompetensi sikap.
out, alat evaluasi dan buku nilai
Sub-Indikator 2. Perangkat pembelajaran memuat karakteristik kompetensi pengetahuan

Deskripsi:
 Perangkat pembelajaran disusun guru sesuai kompetensi pengetahuan yaitu mem
 pengetahuan faktual,
 pengetahuan konseptual,
 pengetahuan prosedural,
 pengetahuan metakognitif,
Perangkat pembelajaran meliputi program tahunan, program semester, sila- bus
 Pelaksanaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di KKG/ MGMP
 Terdapat program kegiatan ekstrakurikuler berupa Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), k

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran baik intrakurikuler maupun ektrakurikuler tidak menga
 Pencapaian kompetensi pengetahuan siswa tidak diukur dengan tepat.
 Siswa tidak memiliki kompetensi pengetahuan yang ditetapkan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kompetensi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran kurang.
 Pemahaman guru terkait kompetensi pengetahuan belum menyeluruh.
 Visi, misi dan tujuan sekolah tidak fokus pada pencapaian kompetensi penge- tahu
Sub-Indikator 3. Perangkat pembelajaran memuat karakteristik kompetensi keterampilan

Deskripsi:
 Perangkat pembelajaran disusun guru sesuai kompetensi keterampila
 kreatif,
 produktif,
 kritis,
 mandiri,
 kolaboratif,
 komunikatif.
Perangkat pembelajaran meliputi program tahunan, program seme
 Rancangan dan hasil penilaian keterampilan kinerja, proyek dan port
18
tu memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi:

ila- bus, RPP, buku yang digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran, lembar tugas terstruktur dan kegiatan mandiri, hando
/ MGMP tentang kompetensi pengetahuan.
(KIR), kegiatan penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian, kelompok pencinta teknologi informasi dan ko

k mengarah pada pencapaian kompetensi pengetahuan.

ge- tahuan.
erampilan yaitu menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak:

m semester, sila- bus, RPP, buku yang digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran, lembar tugas terstruktur dan kegiatan m
dan portofolio.
r dan kegiatan mandiri, handout, alat evaluasi dan buku nilai

a teknologi informasi dan komunikasi, rekayasa, dan lainnya.


gas terstruktur dan kegiatan mandiri, handout, alat evaluasi dan buku nilai
 Terdapat pengalaman pembelajaran dalam bentuk praktik di laboratorium. penelitian sederhana, studi wisata, se

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran baik intrakurikuler maupun ektrakurikuler tidak mengarah pada pencapaian kompet
 Pencapaian kompetensi keterampilan siswa tidak diukur dengan tepat.
 Siswa tidak memiliki kompetensi keterampilan yang ditetapkan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kompetensi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran kurang.
 Pemahaman guru terkait kompetensi keterampilan belum menyeluruh.
 Visi, misi dan tujuan sekolah tidak fokus pada pencapaian kompetensi ket- erampilan.
Sub-Indikator 4. Perangkat pembelajaran menyesuaikan tingkat kompetensi siswa

Deskripsi:
 Memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi siswa.
 Menyesuaikan tingkat keingintahuan siswa baik itu pada tingkat dasar, teknis,
 Bidang kajian pembelajaran bedasarkan bakat dan minat siswa untuk me- mecahk
 ilmu pengetahuan,
 teknologi,
 seni,
 budaya, dan/atau
 humaniora.
 Mencerminkan perilaku siswa sesuai dengan tahap perkembangannya.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Perilaku siswa di bawah tahap perkembangan yang sesuai.
 Siswa tidak bisa mengembangkan bakat dan minat sesuai keingintahuannya.
 Ketrampilan siswa tidak berkembang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kompetensi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran kurang.
 Sekolah belum memperhatikan perkembangan psikologis anak, lingkup dan kedala
Sub-Indikator 5. Perangkat pembelajaran menyesuaikan ruang lingkup materi pembelajaran

Deskripsi:

19
an sederhana, studi wisata, seminar atau workshop, peragaan atau pameran, pementasan karya seni dan lainnya.

arah pada pencapaian kompetensi keterampilan.

ebutuhan dan kondisi siswa.


tu pada tingkat dasar, teknis, spesifik, detil, dan/atau kompleks.
minat siswa untuk me- mecahkan masalah meliputi bidang:

perkembangannya.

sesuai keingintahuannya.
mbelajaran kurang.
ologis anak, lingkup dan kedalaman, kesinambungan, fungsi sekolah dan lingkungan siswa.
ni dan lainnya.
 Menyesuaikan dengan perkembangan siswa pada jenjang SD/MI yaitu pada konteks diri sendiri, keluarga, sekola
 Menyesuaikan dengan perkembangan siswa pada jenjang SMP/MTs yaitu pada konteks diri sendiri, keluarga, se
 Menyesuaikan dengan perkembangan siswa pada jenjang SMA /SMK yaitu pada konteks diri sendiri, keluarga, s
 Menyesuaikan dengan yang dipelajari pada jenjang pendidikan dan sumber lain secara mandiri.
 Menyesuakan dengan tahap perkembangan anak yang relevan dengan tugas yang diberikan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Materi pembelajaran sulit dicerna oleh siswa.
 Lingkup pembelajaran yang diterima siswa tidak berkembang antar jenjang pendidikan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kompetensi guru dalam penyusunan perangkat pembelajaran kurang.
 Sekolah belum memperhatikan perkembangan psikologis anak, lingkup dan kedalaman, kesinambungan, fungsi
Indikator 2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan sesuai prosedur
Sub-Indikator 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan dengan melibatkan
pemangku kepentingan

Deskripsi:
 Memiliki tim yang bertugas mengembangkan kurikulum sekolah.
 Tim Pengembang Kurikulum meliputi seluruh guru mata pelajaran, konselor (guru B

 Sekolah memiliki pedoman pengembangan kurikulum yang diketahui tim pengem

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Warga sekolah dan pemangku kepentingan tidak mengetahui KTSP yang dil- aksa
 KTSP yang dikembangkan tidak sesuai dengan pedoman pengembangan yan

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:

20
eks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam seki- tar, bangsa, dan negara.
onteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan interna
ecara mandiri.
g diberikan.

aman, kesinambungan, fungsi sekolah dan lingkungan siswa.


suai prosedur

um sekolah.
mata pelajaran, konselor (guru Bimbingan dan Konseling), dan komite sekolah atau penyelenggara pendidikan dibuktikan denga

um yang diketahui tim pengembang kurikulum sekolah sebagai dasar pengembangan.

engetahui KTSP yang dil- aksanakan sekolah.


pedoman pengembangan yang ditetapkan.
kawasan regional.
wasan regional, dan internasional.

endidikan dibuktikan dengan dokumen penugasan.


 Komitmen sekolah rendah dalam melibatkan pemangku kepentingan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
 Unsur dalam tim pengembang kurikulum tidak mengetahui dan memahami pedoman pengembangan kurikulum
 Sistem informasi manajemen yang dimiliki sekolah belum memberikan akses
kepada pemangku kepentingan.
Sub-Indikator 2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan dengan mengacu pada
kerangka dasar penyusunan

Deskripsi:
 Sekolah menyusun KTSP sendiri yang telah mengacu kepada:
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na- siona
 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Pera
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 tahun 2016 ten- ta
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 tahun 2016 ten- ta
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 ten- ta
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 tahun 2016 ten- ta
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 tahun 2016 ten- ta
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 61 tahun 2014 ten- ta
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 tahun 2013 ten- ta
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 tahun 2013 ten- ta

 Mengacu pada kerangka dasar yang meliputi:


 Perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah.
 Pengorganisasian muatan kurikuler sekolah.
 Pengaturan beban belajar siswa dan beban kerja guru pada tingkat kelas.
 Penyusunan kalender pendidikan sekolah.
 Penyusunan silabus muatan atau mata pelajaran muatan lokal.
 Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan pembela- jar
 Dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah , potensi atau karakteristik daerah,
21
mbangan kurikulum sekolah.
an pengembangan kurikulum sekolah sehingga tidak mau terlibat mendalam.

g Sistem Pendidikan Na- sional


entang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
n Nomor 20 tahun 2016 ten- tang Standar Kompetensi Lulusan
n Nomor 21 tahun 2016 ten- tang Standar Isi
n Nomor 22 tahun 2016 ten- tang Standar Proses
n Nomor 23 tahun 2016 ten- tang Penilaian
n Nomor 24 tahun 2016 ten- tang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
n Nomor 61 tahun 2014 ten- tang KTSP pada pendidikan dasar dan menengah.
n Nomor 69 tahun 2013 ten- tang Kerangka dasar dan struktur kurikulum SMA/MA
n Nomor 70 tahun 2013 ten- tang Kerangka dasar dan struktur kurikulum SMK/MAK

ja guru pada tingkat kelas.

an muatan lokal.
an setiap muatan pembela- jaran.
nsi atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan peserta didik.
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Sekolah tidak bisa menegakkan aturan.
 Acuan pengembangan visi, misi, dan tujuan sekolah, rencana pembelajaran, silabus, penilaian dan rencana kerja
 Kebutuhan dan karakteristik sekolah, potensi daerah dan siswa tidak termuat dalam KTSP
 KTSP tidak bisa dipakai sebagai acuan operasional di sekolah.
 Guru tidak memiiliki pedoman yang tepat dalam melaksanakan pembelaja- ran.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sekolah kurang mendapatkan informasi tentang perubahan acuan dan kerangka dasar dalam pengembanga
 Sistem informasi manajemen yang dimiliki sekolah belum menyediakan infor- masi terkait acuan kerangka dasar
 Motivasi sekolah rendah untuk memahami acuan kerangka dasar penyusu- nan KTSP.
 Ketergantungan sekolah dengan pihak lain dalam penyusunan KTSP.
Sub-Indikator 3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dikembangkan dengan melewati tahapan
operasional pengembangan

Deskripsi:
 Tahapan Analisis, mencakup:
 Analisis ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai kurikulum.
 Analisis kebutuhan siswa, sekolah, dan lingkungan (analisis konteks).
 Analisis ketersediaan sumber daya pendidikan.
 Tahapan Penyusunan, mencakup:
 Perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah.
 Pengorganisasian muatan kurikuler sekolah.
 Pengaturan beban belajar siswa dan beban kerja guru pada tingkat kelas.
 Penyusunan kalender pendidikan sekolah.
 Penyusunan silabus muatan atau mata pelajaran muatan lokal.
 Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran setiap muatan pembela- jar
 Tahapan penetapan yang dilakukan kepala sekolah berdasarkan hasil rapat dewan
 Tahapan pengesahan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewe
 Kepala Sekolah bertanggungjawab atas tersusunnya KTSP.
 Wakil Kepala SMP/MTs dan wakil kepala SMA/SMK/MA/MAK bidang kuriku- lum b

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

22
us, penilaian dan rencana kerja sekolah tidak sesuai

gka dasar dalam pengembangan KTSP.


i terkait acuan kerangka dasar penyusunan.

wati tahapan

gan mengenai kurikulum.


gan (analisis konteks).

rja guru pada tingkat kelas.

an muatan lokal.
an setiap muatan pembela- jaran.
berdasarkan hasil rapat dewan pendidik sekolah dengan melibatkan komite sekolah.
ah daerah sesuai dengan kewenangannya.

MA/MAK bidang kuriku- lum bertanggungjawab atas pelaksanaan penyusunan KTSP.


 Kebijakan yang termuat dalam perundang-undangan tidak terlaksana pada level sekolah.
 Kurikulum yang dilaksanakan oleh sekolah tidak sesuai dengan kondisi ling- kungan, sekolah serta perkembanga

 Warga sekolah dan pemangku kepentingan tidak mengetahui KTSP yang dil- aksanakan sekolah.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sekolah kurang memahami bahwa ada tahapan yang harus dilalui dalam pengembangan KTSP.
 Kesibukan tim pengembang kurikulum sekolah sehingga waktu yang dimiliki terbatas untuk menjalankan seluruh
 Kerjasama dan koordinasi antara kepala sekolah, dewan pendidikan dan
komite sekolah belum optimal.
Sub-Indikator 4. Perangkat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang dikembangkan

Deskripsi:
 Sekolah memiliki perangkat kurikulum meliputi:
 Pedoman kurikulum
 Pedoman muatan lokal
 Pedoman kegiatan ektrakurikuler
 Pedoman pembelajaran
 Pedoman penilaian hasil belajar oleh pendidik
 Pedoman sistem kredit semester
 Pedoman bimbingan dan konseling
 Pedoman evaluasi kurikulum
 Pedoman pendampingan pelaksanaan kurikulum
 Pedoman pendidikan kepramukaan
 Warga sekolah mendapatkan akses untuk mengetahui perangkat KTSP yang dikem

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kurikulum yang dilaksanakan oleh sekolah tidak memiliki acuan.
 Pelaksanaan kurikulum tidak dapat berjalan sesuai perencanaan pengelolaan seko
 Proses pemantauan, supervisi, pengawasan, pelaporan dan tindak lanjut peng

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Jumlah perangkat yang dikembangkan banyak.
 Kemmapuan tim pengembang kurikulum terbatas.
 Kerjasama dan koordinasi antara kepala sekolah, dewan pendidikan dan kom
 Sistem informasi manajemen yang dimiliki sekolah belum menyediakan akses terh
23
an, sekolah serta perkembangan siswa.

nakan sekolah.

bangan KTSP.
as untuk menjalankan seluruh prosedur tersebut.

ui perangkat KTSP yang dikembangkan sekolah.

miliki acuan.
erencanaan pengelolaan sekolah.
poran dan tindak lanjut pengawasan terhadap pelaksanaan kurikulum sulit dilaksanakan.

dewan pendidikan dan komite sekolah belum optimal.


elum menyediakan akses terhadap perangkat KTSP.
Indikator 3. Sekolah melaksanakan kurikulum sesuai ketentuan
Sub-Indikator 1. Sekolah menyediakan alokasi waktu pembelajaran sesuai struktur kurikulum
yang berlaku

Deskripsi:
 Durasi setiap satu jam pembelajaran antara lain:
 Untuk SD adalah 35 menit
 Untuk SMP adalah 40 menit
 Untuk SMA adalah 45 menit
 Untuk SMK adalah 45 menit
 Beban belajar per minggu dialokasikan sebagai berikut:
 Kelas I 30 jam pelajaran
 Kelas II 32 jam pelajaran
 Kelas III 34 jam pelajaran
 Kelas IV, V, dan VI 36 jam pelajaran
 Kelas VII, VIII dan IX 38 jam pelajaran
 Kelas X 42 jam pelajaran
 Kelas XI dan XII 44 jam pelajaran
 Kelas X, XI dan XII 48 jam pelajaran (khusus SMK)
 Beban Belajar per semester dialokasikan sebagai berikut:
 Kelas I, II, III, IV, V 18-20 minggu
 Kelas VI 18-20 minggu (semester ganjil); 14-16 minggu (semest
 Kelas VII dan VIII 18-20 minggu
 Kelas IX 18-20 minggu (semester ganjil); 14-16 minggu (semest
 Kelas X dan XI 18-20 minggu
 Kelas XII 18-20 minggu (semester ganjil); 14-16 minggu (semest
 Beban Belajar per tahun dialokasikan 36-40 minggu
 Sekolah dapat menambah beban belajar 2 (dua) jam per minggu sesuai den
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Kompetensi inti dan kompetensi dasar dari kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang diharapkan pada siswa tidak dapat tercapai dengan optim

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Hari efektif pembelajaran tidak memenuhi alokasi waktu yang ditentukan.
24
tur kurikulum

usus SMK)

ster ganjil); 14-16 minggu (semester genap);

ster ganjil); 14-16 minggu (semester genap);

ster ganjil); 14-16 minggu (semester genap);

ua) jam per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan/atau kebutuhan akademik, sosial, bu- daya, dan faktor lain
etensi sikap, pengetahuan
tidak dapat tercapai dengan optimal.
u- daya, dan faktor lain yang dianggap penting.
Sub-Indikator 2. Sekolah mengatur beban belajar bedasarkan bentuk pendalaman materi

Deskripsi:
 Bentuk pendalaman materi yang diatur berupa kegiatan pengarahan materi, penug
 Terdapat kegiatan penugasan terstruktur berupa pendalaman materi pem- belajara
 Terdapat kegiatan mandiri tidak terstruktur berupa pendalaman materi pem- belaja
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri untuk SD, paling banyak
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri untuk SMP, paling bany
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri untuk SMA/SMK, maksi

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Beban tugas siswa menumpuk.
 Pendalaman materi dilakukan monoton searah.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kompetensi pedagogik pendidik belum optimal.
 Pendidik tidak menyusun sendiri rencana pembelajaran.

 Bentuk pendalaman materi yang diketahui pendidik terbatas.


Sub-Indikator 3. Sekolah menyelenggarakan aspek kurikulum pada muatan lokal

Deskripsi:
 Menyelenggarakan minimal 2 dari 4 aspek yang disediakan untuk mata pela- jaran
 Siswa mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek y
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Mata pelajaran tersebut tidak mengandung aspek kurikulum.
 Tidak ada kompetensi lulusan yang dicapai siswa saat mendalami mata pela- jaran

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Bukan merupakan mata pelajaran wajib sehingga kurang diprioritaskan.
25
Sub-Indikator 2. Sekolah mengatur beban belajar bedasarkan bentuk pendalaman materi

Deskripsi:
 Bentuk pendalaman materi yang diatur berupa kegiatan pengarahan materi, penugasa
 Terdapat kegiatan penugasan terstruktur berupa pendalaman materi pem- belajaran ol
 Terdapat kegiatan mandiri tidak terstruktur berupa pendalaman materi pem- belajaran
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri untuk SD, paling banyak 40
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri untuk SMP, paling banyak 5
 Beban belajar penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri untuk SMA/SMK, maksimal

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Beban tugas siswa menumpuk.
 Pendalaman materi dilakukan monoton searah.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kompetensi pedagogik pendidik belum optimal.
 Pendidik tidak menyusun sendiri rencana pembelajaran.

 Bentuk pendalaman materi yang diketahui pendidik terbatas.


Sub-Indikator 3. Sekolah menyelenggarakan aspek kurikulum pada muatan lokal

Deskripsi:
 Menyelenggarakan minimal 2 dari 4 aspek yang disediakan untuk mata pela- jaran sen
 Siswa mengikuti salah satu aspek yang disediakan untuk setiap semester, aspek yang
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Mata pelajaran tersebut tidak mengandung aspek kurikulum.
 Tidak ada kompetensi lulusan yang dicapai siswa saat mendalami mata pela- jaran ters

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Bukan merupakan mata pelajaran wajib sehingga kurang diprioritaskan.
i, penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.
belajaran oleh siswa yang dirancang oleh pendidik dan waktu penyelesaian ditentukan oleh pendidik.
m- belajaran oleh siswa yang dirancang oleh pendidik dan waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh siswa.
g banyak 40% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangku- tan.
ng banyak 50% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangku- tan.
K, maksimal 60% dari waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran.

la- jaran seni budaya, prakarya, dan kewirausahaan.


aspek yang diikuti dapat diganti setiap semester.
la- jaran tersebut.
diatur sendiri oleh siswa.
Sub-Indikator 4. Sekolah melaksanakan kegiatan pengembangan diri siswa

Deskripsi:
 Menyediakan layanan ekstrakurikuler wajb yaitu Pendidikan Kepramu
 Menyediakan layanan ekstrakurikuler pilihan meliputi:
 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS),
 Palang Merah Remaja (PMR),
 Kelompok Ilmiah Remaja (KIR),
 olah raga,
 kesenian,
 pembinaan kegiatan keagamaan,
 dan lainnya sesuai dengan kondisi dan potensi sekolah.
 Menyediakan bimbingan karier

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Minat dan bakat siswa tidak tersalurkan dengan baik.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pendidik yang memiliki kompetensi sesuai bidang pembinaan siswa t
 Dana sekolah untuk menyediakan tenaga pembimbing ekstra ku

26
uler terbatas.
STANDAR 3. STANDAR PROSES
— Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses —
Indikator 1. Sekolah merencanakan proses pembelajaran sesuai ketentuan
Sub-Indikator 1. Perencanaan pembelajaran mengacu pada silabus yang telah dikembangkan

Deskripsi:
 Silabus dikembangkan dengan memuat komponen yang meliputi:
 identitas mata pelajaran,
 identitas sekolah,
 kompetensi inti,
 kompetensi dasar,
 materi pokok,
 kegiatan pembelajaran,
 penilaian,
 alokasi waktu,
 sumber belajar.
 Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi dan
 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dari silabus.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan pembelajaran siswa tidak terarah untuk mencapai kompetensi da- sar
 Pengembangan RPP tidak memiliki acuan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sekolah tidak mengembangkan silabus.
 Ketergantungan kepada sumber lain dalam pengembangan silabus. Sub-Indikator 2. Perencanaan pembelajar
Deskripsi:
 Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Stan
 Perencanaan pembelajaran memuat:
 Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar, denga
 Kompetensi Dasar sesuai dengan silabus.
27
22 tahun 2016 tentang Standar Proses —
oses pembelajaran sesuai ketentuan
ngacu pada silabus yang telah dikembangkan

ngkan dengan memuat komponen yang meliputi:


ata pelajaran,

mbelajaran,

ngkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi dan Panduan Penyusunan KTSP untuk satuan pendidikan dasar
anaan Pembelajaran dikembangkan dari silabus.

dar Mutu Tidak Tercapai:


ajaran siswa tidak terarah untuk mencapai kompetensi da- sar
RPP tidak memiliki acuan.

ercapainya Standar Mutu:


engembangkan silabus.
ngembangan silabus. Sub-Indikator 2. Perencanaan pembelajaran mengarah pada pencapaian kompetensi
angkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai
mbelajaran memuat:
mbelajaran yang dirumuskan berdasarkan kompetensi dasar, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diam
i Dasar sesuai dengan silabus.
ntuk satuan pendidikan dasar dan menen- gah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.

n kompetensi
n dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu.

operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
un ajaran tertentu.
 Indikator pencapaian kompetensi mencakup pengetahuan, sikap
 Materi dan metode pembelajaran yang menyesuaikan rumusan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan pembelajaran siswa tidak terarah untuk mencapai kompeten
 Siswa tidak dapat mencapai kompetensi dasar yang sesuai dengan k

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sekolah tidak mengembangkan silabus.
Sub-Indikator 3. Pendidik menyusun dokumen rencana dengan lengkap dan sistematis

Deskripsi:
 Setiap guru bertanggungjawab menyusun silabus setiap mata pelajar
 Guru dapat bekerjasama dengan Kelompok Kerja Guru (KKG), Musy
 Setiap pendidik menyusun RPP yang terdiri atas komponen;
 Identitas sekolah.
 Identitas mata pelajaran.
 Kelas/semester.
 Materi pokok.
 Alokasi waktu.
 Tujuan pembelajaran.
 Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi.
 Materi pembelajaran.
 Metode pembelajaran.
 Media pembelajaran.
 Sumber belajar.
 Langkah-langkah pembelajaran.
 Penilaian hasil pembelajaran.
 RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan
 Memperhatikan prinsip penyusunan RPP yang meliputi:
 Perbedaan individu siswa
 Mendorong partisipasi aktif siswa
 Berpusat pada siswa
 Pengembangan budaya membaca dan menulis
 Pemberian umpan balik dan tindak lanjut
 Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antar komponen
28
an ket- rampilan.
dikator pencapaian kompetensi

akter- istiknya.

yang diampunya.
arah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP), atau Perguruan Tinggi.
li per- temuan atau lebih
 Mengakomodasi pembelajaran tematik terpadu, keterpaduan lintas mata pela
 Menerapkan TIK

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pembelajaran yang
 interaktif,
 inspiratif,
 menyenangkan,
 menantang,
 efisien,
 memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,
 memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan ke- mandi
tidak dapat tercapai dengan optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pendidik belum menyusun RPP secara mandiri atau menjiplak dari pendidik lainny
 Pendidik belum paham mekanisme penyusunan RPP
 Pendidik tidak mendapat kesempatan aktualisasi diri dalam menyusun RPP. Sub-Indikator 4. RPP mendapatkan

Deskripsi:
 RPP dievaluasi oleh kepala sekolah dan pengawas
 Sekolah memiliki dokumen evaluasi/telaah RPP.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pendidik tidak terarah dan tidak sejalan
 Tindak lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan kuran
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Pengawasan proses pembelajaran tidak berjalan dengan optimal.
 Kompetensi supervisi kepala sekolah dan pengawas rendah.
 Kesibukan kepala sekolah dan pengawas.
Indikator 2. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat
Sub-Indikator 1. Membentuk rombongan belajar dengan jumlah siswa sesuai ketentuan

Deskripsi:

29
 Mengakomodasi pembelajaran tematik terpadu, keterpaduan lintas mata pelajara
 Menerapkan TIK

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pembelajaran yang
 interaktif,
 inspiratif,
 menyenangkan,
 menantang,
 efisien,
 memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,
 memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan ke- mandirian
tidak dapat tercapai dengan optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pendidik belum menyusun RPP secara mandiri atau menjiplak dari pendidik lainnya.
 Pendidik belum paham mekanisme penyusunan RPP
 Pendidik tidak mendapat kesempatan aktualisasi diri dalam menyusun RPP. Sub-Indikator 4. RPP mendapatkan eva

Deskripsi:
 RPP dievaluasi oleh kepala sekolah dan pengawas
 Sekolah memiliki dokumen evaluasi/telaah RPP.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pendidik tidak terarah dan tidak sejalan den
 Tindak lanjut pengembangan keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan kurang op
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Pengawasan proses pembelajaran tidak berjalan dengan optimal.
 Kompetensi supervisi kepala sekolah dan pengawas rendah.
 Kesibukan kepala sekolah dan pengawas.
Indikator 2. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan tepat
Sub-Indikator 1. Membentuk rombongan belajar dengan jumlah siswa sesuai ketentuan

Deskripsi:
an lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar dan keragaman budaya.

as, dan ke- mandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa

ari pendidik lainnya.

RPP mendapatkan evaluasi dari kepala sekolah dan pengawas sekolah

h dan tidak sejalan dengan silabus.


erkelanjutan kurang optimal
 Rasio siswa per rombel maksimum 28 siswa per rombel untuk SD, 32 siswa per ro

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Suasana belajar tidak kondusif atau tidak terkontrol

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Besarnya jumlah BOS dan BOP yang diterima sekolah ditentukan oleh banya
 Ruang kelas yang tersedia di sekolah kuantitasnya kurang dari rasio yang ditentuk
Sub-Indikator 2. Mengelola kelas sebelum memulai pembelajaran

Deskripsi:
 Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada siswa silabus mata pelaj
 Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
 Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembe
 Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplika
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelu
 Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
 Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa tidak memahami tujuan pembelajaran

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 RPP tidak disusun secara lengkap dan sistematis
 Tidak ada supervisi akademik oleh kepala sekolah
Sub-Indikator 3. Pembelajaran Mendorong Siswa Mencari Tahu

Deskripsi:
 Berpusat pada siswa
 Pembelajaran yang mengembangkan rasa keingintahuan dan pemahaman baru be
 Menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian.
30
 Rasio siswa per rombel maksimum 28 siswa per rombel untuk SD, 32 siswa per rombe

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Suasana belajar tidak kondusif atau tidak terkontrol

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Besarnya jumlah BOS dan BOP yang diterima sekolah ditentukan oleh banyakny
 Ruang kelas yang tersedia di sekolah kuantitasnya kurang dari rasio yang ditentukan.
Sub-Indikator 2. Mengelola kelas sebelum memulai pembelajaran

Deskripsi:
 Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada siswa silabus mata pelajaran
 Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.
 Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajar
 Memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi m
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumny
 Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
 Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa tidak memahami tujuan pembelajaran

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 RPP tidak disusun secara lengkap dan sistematis
 Tidak ada supervisi akademik oleh kepala sekolah
Sub-Indikator 3. Pembelajaran Mendorong Siswa Mencari Tahu

Deskripsi:
 Berpusat pada siswa
 Pembelajaran yang mengembangkan rasa keingintahuan dan pemahaman baru bedas
 Menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian.
a per rombel untuk SMP dan 36 siswa per rombel untuk SMA/SMK.

eh banyaknya siswa sehingga banyak sekolah berlomba mencari siswa sebanyak banyaknya.
ditentukan.

ata pelajaran

s pembelajaran;
an aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan intern
n sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
n baru bedasarkan pertanyaan siswa sendiri.
an lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang siswa;
 Kegiatan diatur seperti siklus/spiral dimana setiap pertanyaan mengarah pada ide baru dan pertanyaan lain.
 Memulai dengan bertanya, menganalisis, memberi solusi atau jawaban yang tepat, berdiskusi dan merefleksikan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa tidak mampu membuat pertanyaan dan menemukan jawaban yang te- pat atas pertanyaan atau isu.
 Siswa tidak dapat mengolah data dan informasi menjadi pengetahuan yang bermanfaat.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pemahaman pendidik dalam mendorong siswa mencari tahu masih kurang.
 Pendidik belum memahami model pembelajaran berbasis penyingkapan
/penelitian.
Sub-Indikator 4. Pembelajaran menuju penguatan penggunaan pendekatan ilmiah

Deskripsi:
 Pendidik mendorong siswa untuk melakukan pengamatan.
 Pendidik mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang dapat dija- wab de
 Pendidik mendorong siswa mengumpulkan informasi untuk menjawab per- tanyaan
 Pendidik membantu siswa menggunakan alat dan perlengkapan yang sesuai untuk
 Pendidik mendorong siswa untuk menarik kesimpulan dan memikirkan dengan
 Pendidik mendorong siswa untuk menyampaikan dan mempertahankan hasil mere

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

 Siswa tidak memahami pentingnya mengumpulkan data empiris.


 Siswa tidak mampu memberikan penjelasan bedasarkan bukti empiris dan konsiste
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Perencanaan pembelajaran yang disusun belum memuat secara menyeluruh dalam
 Kesulitan dalam menentukan strategi pembelajaran yang mampu
mengarahkan dan memfasilitasi pembelajaran.
31
a ide baru dan pertanyaan lain.
, berdiskusi dan merefleksikan terkait hasil serta mengulangi bertanya kembali.

atas pertanyaan atau isu.

nyaan yang dapat dija- wab dengan pendekatan ilmiah.


i untuk menjawab per- tanyaan yang dikemukakan.
erlengkapan yang sesuai untuk mengolah dan menganalisa data dan informasi yang telah dikumpul- kan.
pulan dan memikirkan dengan kritis dan masuk akal untuk membuat penjelasan bedasarkan bukti yang ditemukan.
n mempertahankan hasil mereka kepada sesama siswa.

data empiris.
rkan bukti empiris dan konsisten secara logis.
muat secara menyeluruh dalam mengarahkan dan memfasilitasi pembelajaran dengan pendekatan ilmiah.
lajaran yang mampu
ang ditemukan.
Sub-Indikator 5. Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Deskripsi:
 Berfokus pada hasil pembelajaran yang mampu ditunjukkan oleh siswa.
 Memfasilitasi siswa yang mampu menunjukkan penguasaan hasil pembelaja- ran t
 Menyediakan akses materi pembelajaran kepada siswa untuk dapat meng
 Melakukan penilaian sumatif secara berkala untuk mengidentifikasi hasil pemb
 Lama ketuntasan pembelajaran beragam bergantung akan kecepatan setiap siswa

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Waktu yang digunakan dalam pembelajaran menjadi tidak efektif.
 Ketepatan pedagogi rentan berkurang.
 Membatasi pencapaian prestasi siswa.
 Siswa sulit beradaptasi, memiliki motivasi, kreatif, mandiri, mempunyai etos kerja y

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kesulitan untuk mengidentifikasi kompetensi dasar yang paling penting un- tuk diku
 Kemampuan penilaian belum optimal.
 Belum menemukan strategi yang tepat untuk mengatasi siswa yang terken- dala da
Sub-Indikator 6. Pembelajaran Terpadu

Deskripsi:
 Pembelajaran tematik terpadu di SD disesuaikan dengan tingkat perk
 Proses pembelajaran di SMP disesuaikan dengan karakteristik komp
 Karakteristik proses pembelajaran di SMASMK secara keseluruhan b

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa tidak memahami keterkaitan disiplin ilmu yang sedang dipelaja
 Kegiatan pembelajaan kurang kaya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pengembangan konten pembelajaran yang mengintegrasikan antar d
32
ja- ran terkait KD yang diharapkan untuk mencapai KD selanjutnya.
at mengembangkan kompetensi mereka secara mandiri.
sil pembelajaran siswa.
ap siswa dalam menguasai KD yang diharapkan.

s kerja yang tinggi, memahami belajar seumur hidup, dan berpikir logis dalam menyelesaikan masalah

tuk dikuasai.

- dala dalam menguasai pembelajaran.

kat perkem- bangan siswa.


k kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan te- matik terpadu pada IPA dan IPS.
ruhan berbasis mata pelajaran, dimana pendekatan tematik masih dipertahankan.

n antar disiplin ilmu merupakan hal yang rumit bagi pendidik.


padu pada IPA dan IPS.
Sub-Indikator 7. Pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi

Deskripsi:
 Berfokus pada siswa
 Guru berperan sebagai fasilitator
 Bekerjasama dalam kelompok
 Model pembelajaran yang dilakukan meliputi:
 Memulai dengan memberikan permasalahan kepada siswa untuk dipe
 Siswa menghimpun pengetahuan yang telah mereka miliki, merumuskan pert
 Siswa merencanakan pengumpulan informasi tambahan, melakukan pene
 Menyajikan hasil kesimpulan yang berisikan satu atau lebih solusi/jawaban at

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
 Siswa tidak dapat memberikan kesimpulan atau solusi secara langsung.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Terkendala dalam pemilihan permasalahan yang dapat dijadikan sebagai stud
Sub-Indikator 8. Pembelajaran menuju keterampilan aplikatif

Deskripsi:
 Berfokus pada siswa dan karya/produk akhir yang dihasilkan.
 Guru berperan sebagai fasilitator
 Bekerjasama dalam kelompok
 Model pembelajaran yang dilakukan meliputi:
 Siswa menentukan tujuan menciptakan karya/produk akhir dan men- gide
 Siswa meneliti topik yang diangkat, merancang karya/produk dan mem- buat
 Siswa melaksanakan pengerjaan, menyelesaikan permasalahan yang tim- bu
 Siswa menunjukkan karya mereka dan mengevaluasi penggunaannya.
 Proses membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu dan bedasar- kan sa

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

33
tuk dipecahkan atau dipelajari lebih lanjut dalam bentuk skenario atau studi kasus yang menyerupai kehidupan nyata.
kan pertanyaan tambahan dan mengidentifikasi hal yang membutuhkan infor- masi lebih.
an penelitian yang diperlukan dan berdiskusi untuk berbagi dan meringkas hasil temuan mereka.
aban atas hasil temuan atau bahkan tidak ada solusi/jawaban yang ditemukan.

gai studi kasus dalam pembelajaran

en- gidentifikasi penggunanya.


m- buat perencanaan pengerjaan karya/produk.
g tim- bul dalam pengerjaan dan menyelesaikan karya/produk akhir,

r- kan satu permasalahan kehidupan nyata atau lebih yang akan diselesaikan oleh karya mereka.
pai kehidupan nyata.
 Siswa tidak mendapatkan gambaran memanfaatkan pengetahuan da
 Sekolah tidak dapat mengetahui keberhasilan proses pembelajaran t

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kreatifitas pendidik dalam mengembangkan kreatifitas siswa kurang. Sub-Indikator 9. Pemberday

Deskripsi:
 Mengajarkan pada siswa untuk lebih menyadari dan menghargai pros
 Menunjukkan bagaimana mengelola proses yang dilalui sebagai pem
 Membantu siswa untuk menyiapkan diri dalam menyusun strategi bag
 Mengenalkan dalam merumuskan strategi, memonitor dan menge

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa kesulitan untuk mengarahkan, mengelola dan mengendalikan
 Sikap pembelajar sepanjang hayat tidak tercapai.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pembinaan karakter siswa belum terintegrasi dengan baik dalam pem
 Guru kurang memperhatikan bahwa dirinya merupakan teladan bagi
Sub-Indikator 10. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja a

Deskripsi:
 Siswa berpastisipasi secara aktif.
 Mengajak siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.
 Setiap siswa dalam kelompok mendapat kesempatan untuk berbagi p
 Memberikan pekerjaan rumah yang menuntut siswa untuk berkola

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa kurang percaya diri dalam berpendapat atau berbagi pengetah
 Kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan masyarakat untuk bela
 Sikap saling menghargai dan toleransi kurang tercapai dengan baik.
34
ket- erampilan yang dimiliki dalam menyelesaikan permasalahan dunia nyata.
adap kompetensi lulusannya dalam memanfaatkan kompetensi pengetahuan dan keterampilan siswa untuk memecahkan pers

an siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat

s yang mereka lalui.


laja- ran yang lebih efektif untuk hidup mereka.
diri mereka sendiri untuk sukses mencapai tujuan mereka.
luasi atas pembelajaran yang dilalui oleh siswa.

oses pembelajaran mereka sendiri.

elaja- ran intrakurikuler.

ah siswa, dan di mana saja adalah kelas.


ngala- man dan pengetahuan yang mereka miliki.
rasi dengan lingkungan keluarga dan masyarakat.

n dan pengalaman yang mereka miliki.


iswa untuk memecahkan persoalan yang ada.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Membutuhkan waktu yang lama.
 Membutuhkan kemampuan fasilitasi tingkat lanjut.
 Membutuhkan pengendalian yang efektif untuk mengelola kelas. Sub-Indikator 11. Mengakui atas perbedaan ind

Deskripsi:
 Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respon dan hasil belajar s
 Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk siswa dan sumber daya lain sesuai
 Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Rendahnya kepercayaan diri siswa.
 Siswa mengalami kendala dalam menangkap konten pembelajaran.

 Siswa menjadi kurang bersemangat dalam belajar.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Jumlah siswa dalam kelas banyak sehingga menyulitkan guru untuk memper- hatik
 Membutuhkan strategi yang efektif.
Sub-Indikator 12. Menerapkan metode pembelajaran sesuai karakteristik siswa

Deskripsi:
 Kegiatan inti dilaksanakan guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang
 Metode pembelajaran antara lain:
 ceramah,
 demonstrasi,
 diskusi,
 belajar
 mandiri,
 simulasi,
 curah pendapat,
 studi kasus,
 seminar,
 tutorial,
 deduktif, dan
 induktif.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

35
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Membutuhkan waktu yang lama.
 Membutuhkan kemampuan fasilitasi tingkat lanjut.
 Membutuhkan pengendalian yang efektif untuk mengelola kelas. Sub-Indikator 11. Mengakui atas perbedaan individu

Deskripsi:
 Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respon dan hasil belajar siswa
 Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk siswa dan sumber daya lain sesuai den
 Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar sisw

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Rendahnya kepercayaan diri siswa.
 Siswa mengalami kendala dalam menangkap konten pembelajaran.

 Siswa menjadi kurang bersemangat dalam belajar.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Jumlah siswa dalam kelas banyak sehingga menyulitkan guru untuk memper- hatikan p
 Membutuhkan strategi yang efektif.
Sub-Indikator 12. Menerapkan metode pembelajaran sesuai karakteristik siswa

Deskripsi:
 Kegiatan inti dilaksanakan guru dengan menggunakan metode pembelajaran yang dise
 Metode pembelajaran antara lain:
 ceramah,
 demonstrasi,
 diskusi,
 belajar
 mandiri,
 simulasi,
 curah pendapat,
 studi kasus,
 seminar,
 tutorial,
 deduktif, dan
 induktif.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


daan individual dan latar belakang budaya siswa.

belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


n sesuai dengan karakteristik.
belajar siswa.

per- hatikan perbedaan setiap individu siswa.

an yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD setiap mata pelajaran.


 Siswa terkendala dalam pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan dan ket- eram
 Kompetensi guru tidak berkembang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sarana dan prasarana yang belum memadai.
 Belum mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai.
Sub-Indikator 13. Memanfaatkan media pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan efektivi- tas pembelajaran

Deskripsi:
 Kegiatan inti dilaksanakan guru dengan menggunakan media pembelajaran yang d
 Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran bisa berupa hasil kar

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa terkendala dalam pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan dan ket- eram
 Kompetensi guru tidak berkembang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sarana dan prasarana yang belum memadai.
Belum mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai Sub-Indikator 14. Pembelajaran Berbasis Aneka Sumber

Deskripsi:
 Kegiatan inti dilaksanakan guru dengan menggunakan sumber belajar yang disesu
 Sumber belajar, dapat berupa:
 buku,
 media cetak dan elektronik,
 alam sekitar, atau
 sumber belajar lain yang relevan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengetahuan siswa terbatas.
 Siswa hanya mendapat pengetahuan dari satu sudut pandang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pendidik belum memanfaatkan sumberdaya yang ada.
 Pendidik belum menemukan metode pemanfaatan sumber belajar yang tepat
36
 Siswa terkendala dalam pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan dan ket- erampila
 Kompetensi guru tidak berkembang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sarana dan prasarana yang belum memadai.
 Belum mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai.
Sub-Indikator 13. Memanfaatkan media pembelajaran dalam meningkatkan efisiensi dan efektivi- tas pembelajaran

Deskripsi:
 Kegiatan inti dilaksanakan guru dengan menggunakan media pembelajaran yang dises
 Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran bisa berupa hasil karya in

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa terkendala dalam pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan dan ket- erampila
 Kompetensi guru tidak berkembang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sarana dan prasarana yang belum memadai.
Belum mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai Sub-Indikator 14. Pembelajaran Berbasis Aneka Sumber Bela

Deskripsi:
 Kegiatan inti dilaksanakan guru dengan menggunakan sumber belajar yang disesuaika
 Sumber belajar, dapat berupa:
 buku,
 media cetak dan elektronik,
 alam sekitar, atau
 sumber belajar lain yang relevan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengetahuan siswa terbatas.
 Siswa hanya mendapat pengetahuan dari satu sudut pandang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pendidik belum memanfaatkan sumberdaya yang ada.
 Pendidik belum menemukan metode pemanfaatan sumber belajar yang tepat
ket- erampilan.

n yang disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD setiap mata pelajaran.


hasil karya inovasi guru maupun yang sudah tersedia.

ket- erampilan.

Sumber Belajar

g disesuaikan dengan karakteristik siswa dan KD setiap mata pelajaran.


Sub-Indikator 15. Mengelola kelas saat menutup pembelajaran

Deskripsi:
 Mengevaluasi seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang dipero
 Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.
 Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individ
 Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutn
 Mengakhiri pembelajaran sesuai jadwal yang ditetapkan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa kurang menghargai proses belajar yang mereka lalui.
 Kurang menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Tidak ada supervisi akademik oleh kepala sekolah.
 Waktu yang dialokasikan terpakai dalam kegiatan inti.
Indikator 3. Pengawasan dan penilaian otentik dilakukan dalam proses pembelaja-
ran
Sub-Indikator 1. Melakukan penilaian otentik secara komprehensif

Deskripsi:
 Menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh.
 Guru dalam proses pembelajaran melakukan penilaian otentik secara kompreh

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Guru kesulitan dalam memperbaiki proses pembelajaran.
 Siswa tidak memiliki dorongan untuk mencapai aspek pengetahuan dan ket- eramp

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Belum memahami prosedur penilaian otentik dengan baik.

 Instrumen yang digunakan banyak. Sub-Indikator 2. Memanfaatkan hasil penilaian otentik

Deskripsi:
 Guru memanfaatkan hasil penilaian otentik untuk merencanakan program remedia
37
g diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran

s individual maupun kelompok.


berikutnya.

komprehensif, baik di kelas, bengkel kerja, laboratorium, maupun tempat praktik kerja, dengan menggunakan: angket, observa
t- erampilan.

emedial, pengayaan, atau pelayanan konseling.


gsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung.

enggunakan: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi.


 Hasil penilaian otentik dimanfaatkan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai Standa

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Kompetensi lulusan yang diharapkan tidak tercapai dengan optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Guru yang dapat melakukan penilaian otentik secara komprehensif terbatas. Sub-Indikator 3. Me

Deskripsi:
 Dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas secara be
 Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap peren
 Pemantauan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus, pen

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Kompetensi lulusan yang diharapkan tidak tercapai dengan optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Komitmen kepala sekolah dalam menjalankan tugas supervisi
 Kunjungan dan pembinaan dari pengawas sekolah tidak berkala d
Sub-Indikator 4. Melakukan supervisi proses pembelajaran kepada guru

Deskripsi:
 Kepala sekolah melakukan pengawasan dalam bentuk supervi
 Dibuktikan dengan memeriksa dokumen bukti pelaksanaan superv
 Supervisi proses pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah pad

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Kompetensi lulusan yang diharapkan tidak tercapai dengan optimal.
38
s pembelajaran sesuai Standar Penilaian Pendidikan.

erbatas. Sub-Indikator 3. Melakukan pemantauan proses pembelajaran

dikan dan pengawas secara berkala dan berkelanjutan


dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.
kusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

gan standar yang ditetapkan.


dak tercapai dengan optimal.

menjalankan tugas supervisi belum ter- laksana dengan baik.


gawas sekolah tidak berkala dan berke- lanjutan.

wasan dalam bentuk supervisi proses pembelajaran terhadap guru setiap tahun.
men bukti pelaksanaan supervisi proses pembelajaran yang dilakukan oleh kepala sekolah atau guru senior yang diberi w
ukan oleh kepala sekolah pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang ditindaklanju

gan standar yang ditetapkan.


dak tercapai dengan optimal.
guru senior yang diberi wewenang oleh kepala sekolah.
ajaran yang ditindaklanjuti dengan cara: pemberian contoh, diskusi, konsultasi, atau pelatihan.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Komitmen kepala sekolah dalam menjalankan tugas supervisi belum ter- laks
 Kunjungan dan pembinaan dari pengawas sekolah tidak berkala dan berke- lanjuta
Sub-Indikator 5. Mengevaluasi proses pembelajaran

Deskripsi:
 Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satua
 Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pe

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Kompetensi lulusan yang diharapkan tidak tercapai dengan optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Komitmen kepala sekolah dalam menjalankan tugas supervisi belum ter- laks
 Kunjungan dan pembinaan dari pengawas sekolah tidak berkala dan berke- lanjuta
Sub-Indikator 6. Menindaklanjuti hasil pengawasan proses pembelajaran

Deskripsi:
 Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disu
 Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
 Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang m
 Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program Penge
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Kompetensi professional dan pedagogi guru kurang berkembang.
 Proses pembelajaran tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Kompetensi lulusan yang diharapkan tidak tercapai dengan optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Terbatasnya laporan hasil pengawasan proses pembelajaran
 Kunjungan dan pembinaan dari pengawas sekolah tidak berkala dan berke- lanjuta
39
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Komitmen kepala sekolah dalam menjalankan tugas supervisi belum ter- laksana
 Kunjungan dan pembinaan dari pengawas sekolah tidak berkala dan berke- lanjutan.
Sub-Indikator 5. Mengevaluasi proses pembelajaran

Deskripsi:
 Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan
 Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pembe

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Kompetensi lulusan yang diharapkan tidak tercapai dengan optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Komitmen kepala sekolah dalam menjalankan tugas supervisi belum ter- laksana
 Kunjungan dan pembinaan dari pengawas sekolah tidak berkala dan berke- lanjutan.
Sub-Indikator 6. Menindaklanjuti hasil pengawasan proses pembelajaran

Deskripsi:
 Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun
 Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk:
 Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang meme
 Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program Pengemba
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Kompetensi professional dan pedagogi guru kurang berkembang.
 Proses pembelajaran tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan.
 Kompetensi lulusan yang diharapkan tidak tercapai dengan optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Terbatasnya laporan hasil pengawasan proses pembelajaran
 Kunjungan dan pembinaan dari pengawas sekolah tidak berkala dan berke- lanjutan.
ter- laksana dengan baik.

hir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis.
hasil pembelajaran.

ter- laksana dengan baik.

ran disusun dalam bentuk laporan untuk kepentingan tindak lanjut pengembangan keprofesian pendidik secara be

yang memenuhi atau melampaui standar.


m Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
an tes tulis.

eprofesian pendidik secara berkelanjutan.


Indikator Mutu Pendidikan
STANDAR 4. STANDAR PENILAIAN
— Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan —
Indikator 1. Aspek penilaian sesuai ranah kompetensi
Sub-Indikator 1. Penilaian Mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan

Deskripsi:
 Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif
 Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan siswa
 Penilaian keterampilan dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa mene
 Penilaian pengetahuan dan keterampilan dilakukan oleh pendidik, satuan pendidika

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Penilaian hasil belajar tidak dapat digunakan untuk mengukur dan menge- tahui pe

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Perangkat penilaian terutama untuk penilaian sikap memiliki indikator penilaian
Sub-Indikator 2. Bentuk pelaporan penilaian sesuai dengan ranah yang dinilai

Deskripsi:
 Hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan siswa disam
 Penilaian aspek sikap dilakukan dengan mendeskripsikan perilaku siswa.
 Penilaian aspek pengetahuan dilakukan dengan melaporkan hasil penilaian dalam
 Penilaian aspek keterampilan dilakukan dengan melaporkan hasil penilaian dalam
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Pengukuran pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui dengan te- pat.
 Pendidik tidak dapat memperbaiki proses pembelajaran.
 Prosedur penilaian yang dilakukan belum sesuai dengan peraturan yang diten

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kemampuan pendidik untuk mendeskripsikan capaian siswa dalam bentuk kalimat
41
ah kompetensi
p, pengetahuan, dan keterampilan

dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai perilaku siswa.
ahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan siswa.
mpilan dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.
ahuan dan keterampilan dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan/atau Pemerintah.

ar Mutu Tidak Tercapai:


elajar tidak dapat digunakan untuk mengukur dan menge- tahui pencapaian kompetensi siswa

ercapainya Standar Mutu:


ian terutama untuk penilaian sikap memiliki indikator penilaian yang tidak lengkap
uai dengan ranah yang dinilai

pencapaian pengetahuan dan keterampilan siswa disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
sikap dilakukan dengan mendeskripsikan perilaku siswa.
pengetahuan dilakukan dengan melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
keterampilan dilakukan dengan melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0-100 dan deskripsi.
ar Mutu Tidak Tercapai:
capaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui dengan te- pat.
pat memperbaiki proses pembelajaran.
an yang dilakukan belum sesuai dengan peraturan yang ditentukan.

ercapainya Standar Mutu:


didik untuk mendeskripsikan capaian siswa dalam bentuk kalimat yang mendidik masih terbatas.
elakukan tugas tertentu.

an/atau deskripsi.

100 dan deskripsi.


100 dan deskripsi.
 Pemahaman pendidik terhadap proses penilaian masih belum maksimal
 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian
Indikator 2. Teknik penilaian obyektif dan akuntabel
Sub-Indikator 1. Jenis teknik penilaian yang digunakan obyektif dan akuntabel

Deskripsi:
 Penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan
 Prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan ke
 Penilaian dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi mekanisme, p
 Perangkat penilaian dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengukuran pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui den
 Ketidakadilan bagi siswa yang berkebutuhan khusus dan memiliki pe
 Pendidik tidak dapat memperbaiki proses pembelajaran.
 Prosedur penilaian yang dilakukan belum sesuai dengan peratur

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pemahaman pendidik terhadap proses penilaian masih belum maksim
 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penila
 Sekolah belum mampu mengembangkan perangkat penilaian. Sub-Indikator 2. Kelengkapan pera

Deskripsi:

 Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk pen


 Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam b
 Memiliki prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengam

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengukuran pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui den
42
an akuntabel

edur dan kriteria yang jelas dan tidak di- pengaruhi subjektivitas penilai.
laian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
wabkan baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.
gjawabkan dalam bentuk laporan

nsi siswa tidak dapat diketahui dengan te- pat.


rkebutuhan khusus dan memiliki perbedaan latar belakang.
proses pembelajaran.
an belum sesuai dengan peraturan yang ditentukan.

ndar Mutu:
roses penilaian masih belum maksimal.
turan yang berkaitan dengan penilaian.
Sub-Indikator 2. Kelengkapan perangkat teknik penilaian

an oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk l
an oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian sekolah memenuhi persyaratan substansi, konstru
eria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan yang dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

nsi siswa tidak dapat diketahui dengan te- pat.


atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan siswa.
ersyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.
erkembangan siswa.
 Ketidakadilan bagi siswa yang berkebutuhan khusus dan memiliki perbedaan latar belakang.
 Pendidik tidak dapat memperbaiki proses pembelajaran.
 Prosedur penilaian yang dilakukan belum sesuai dengan peraturan yang ditentukan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pemahaman pendidik terhadap proses penilaian masih belum maksimal.
 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian.
 Sekolah belum mampu mengembangkan perangkat penilaian secara man- diri.
Indikator 3. Penilaian pendidikan ditindaklanjuti
Sub-Indikator 1. Menindaklanjuti hasil pelaporan penilaian

Deskripsi:
 Ditindaklanjuti untuk memperbaiki proses pembelajaran.
 Ditindaklanjuti untuk melakukan perbaikan dan/atau penjaminan mutu pendidik
 Ditindaklanjuti untuk menetapkan kriteria ketuntasan minimal serta kriteria dan/atau
 Program penilaian hasil belajar ditinjau secara periodik berdasarkan data keg- aga
 Semua guru mengembalikan hasil kerja siswa yang telah dinilai.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Upaya peningkatan mutu pendidikan kurang optimal.
 Pencapaian kompetensi lulusan lambat.
 Kurang mendapatkan informasi perbaikan rencana penilaian yang lebih adil dan be

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pemahaman pendidik terhadap proses penilaian masih belum maksimal.
 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian.
 Kurangnya pembinaan dari pengawas dan penyelenggara pendidikan. Sub-Indikator 2. Melakukan pelaporan p

Deskripsi:
 Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau, didokumentasikan secara
 Sekolah melaporkan hasil belajar kepada orang tua peserta didik, komite sekolah ,
 Pelaporan proses belajar dan hasil belajar oleh pendidik dilakukan oleh wali kelas a
43
au penjaminan mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
minimal serta kriteria dan/atau kenaikan kelas siswa.
dik berdasarkan data keg- agalan/kendala pelaksanaan program termasuk temuan penguji eksternal.
elah dinilai.

enilaian yang lebih adil dan bertanggung jawab.

sih belum maksimal.


an dengan penilaian.
or 2. Melakukan pelaporan penilaian secara periodik

au, didokumentasikan secara sistematis.


peserta didik, komite sekolah , dan institusi di atasnya.
idik dilakukan oleh wali kelas atau guru kelas;
 Pelaporan penilaian dilakukan oleh pendidik disampaikan kepada peserta- didik dan orang tua dalam bentuk rap
 Pendidik memiliki dokumen laporan hasil penilaian pada setiap akhir semes- ter atau tahun dalam bentuk laporan
 Laporan hasil penilaian pendidikan pada akhir semester dan akhir tahun ditetapkan dalam rapat dewan pen

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Upaya peningkatan mutu pendidikan kurang optimal.
 Pencapaian kompetensi lulusan lambat.
 Siswa dan orangtua tidak mendapatkan masukan untuk perbaikan kemam- puan belajar siswa.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pemahaman pendidik terhadap proses penilaian masih belum maksimal.
 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian.
 Kurangnya pembinaan dari pengawas dan penyelenggara pendidikan.
Indikator 4. Instrumen penilaian menyesuaikan aspek
Sub-Indikator 1. Instrumen penilaian aspek sikap

Deskripsi:
 Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan t

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Instrumen tidak dapat digunakan sebagai pengendalian standar
 Tingkat pencapaian kompetensi siswa tidak dapat terukur

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pendidik pada umumnya belum mampu menyusun instrumen pe
 Jumlah siswa melebihi kemampuan pendidik dalam melakukan penilaian. Sub-Indikator 2. Instrum

Deskripsi:
 Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan,

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Instrumen tidak dapat digunakan sebagai pengendalian standar
44
an orang tua dalam bentuk rapor dan/atau paspor keterampilan yang berisi tentang skor disertai dengan deskripsi capaian kom
au tahun dalam bentuk laporan prestasi belajar siswa.
tapkan dalam rapat dewan pendidik berdasar hasil penilaian oleh Satuan Pendidikan dan hasil penilaian oleh Pendidik.

elajar siswa.

ui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yang relevan.

bagai pengendalian standar mutu penilaian


tidak dapat terukur
mpu menyusun instrumen penilaian dengan benar.
aian. Sub-Indikator 2. Instrumen penilaian aspek pengetahuan

n melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai;

bagai pengendalian standar mutu penilaian.


an deskripsi capaian kompetensi.

ian oleh Pendidik.


 Tingkat pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pendidik pada umumnya belum mampu menyusun instrumen penilaian denga
 Jumlah siswa melebihi kemampuan pendidik dalam melakukan penilaian. Sub-Indikator 3. Instrumen penilaian

Deskripsi:
 Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/at

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Instrumen tidak dapat digunakan sebagai pengendalian standar mutu penilaian
 Tingkat pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diukur

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pendidik pada umumnya tidak menyusun Instrumen penilaian dengan benar.
 Jumlah siswa melebihi kemampuan pendidik melakukan penilaian
Indikator 5. Penilaian dilakukan mengikuti prosedur
Sub-Indikator 1. Prosedur penilaian berdasarkan penyelenggara penilaian

Deskripsi:
 Prosedur penilaian pendidikan dilakukan melalui:
 Penilaian hasil belajar oleh pendidik
 Penilaian hasil belajar oleh sekolah
 Penilaian hasil belajar oleh pemerintah
 Prosedur penilaian oleh Pendidik:
 Pendidik menetapkan tujuan penilaian melalui telaah/analisis KI/KD
 Pendidik menyusun kisi-kisi penilaian
 Pendidik merancang instrumen dan pedoman penilaian
 Pendidik melakukan analisis kualitas instru-men berkaitan dengan per- sebara
 Pendidik melakukan penilaian pada aspek sikap, pengetahu an dan ket- eram
 Pendidik melakukan pengolahan dan analisis dan mengintepretasikan has
 Pendidik melaporkan hasil penilaian
 Pendidik memanfaatkan hasil penilaian
 Prosedur penilaian oleh sekolah:
 Sekolah menetapkan KKM
 Sekolah menyusun kisi-kisi penilaian
45
n dengan benar.
enilaian aspek keterampilan

, dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai.


r- sebaran, tingkat kesulitan, materi, bahasa.
et- erampilan
 Sekolah meran-cang instrumen dan pedom an penskoran
 Sekolah melakukan analisis kualitas instrumen berkaitan denga
 Sekolah melakukan penilaian pada aspek sikap, pengetahuan d
 Sekolah melakukan pengolahan dan analisis dan meng-inte
 Satuan pendidik melaporkan hasil penilaian
 Sekolah memanfaatkan laporan penilaian sebagai evaluasi pend

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengukuran pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui
 Pendidik tidak dapat memperbaiki proses pembelajaran
 Prosedur penilaian dilakukan belum sesuai dengan peraturan yang d

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pemahaman pendidik terhadap proses penilaian masih belum maksim
 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian Sub-Indikator 2. Prosedur

Deskripsi:
 Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan:
 mengamati perilaku siswa selama pembelajaran;
 mencatat perilaku siswa dengan menggunakan
 menindaklanjuti hasil pengamatan; dan
 mendeskripsikan perilaku siswa.
 Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tahapan:
 menyusun perencanaan penilaian;
 mengembangkan instrumen penilaian;
 melaksanakan penilaian;
 memanfaatkan hasil penilaian; dan
 melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0
 Penilaian aspek keterampilan dilakukan melalui tahapan:
 menyusun perencanaan penilaian;
 mengembangkan instrumen penilaian;
 melaksanakan penilaian;
 memanfaatkan hasil penilaian; dan
 melaporkan hasil penilaian dalam bentuk angka dengan skala 0

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengukuran pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui
46
erseba- ran, tingkat kesulitan, materi, bahasa.
ket- erampilan
tasikan hasil

nilaian dilakukan berdasarkan ranah yang akan dinilai

mbar observasi/pengamatan;
0 dan deskripsi.

0 dan deskripsi.
 Pendidik tidak dapat memperbaiki proses pembelajaran
 Prosedur penilaian dilakukan belum sesuai dengan peraturan yang ditetap- kan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pemahaman pendidik terhadap proses penilaian masih belum maksimal
 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian Sub-Indikator 3. Kelulusan siswa berd

Deskripsi:
 Kenaikan kelas dan kelulusan siswa dari satuan pendidikan ditetapkan melalu
 Pertimbangan penentuan kelulusan siswa:
 Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
 Ujian sekolah.
 Ujian sekolah berstandar nasional.
 Penilaian sikap.
 Penilaian pengetahuan.
 Penilaian keterampilan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengukuran pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui dengan te- pat.
 Ketidakadilan bagi siswa yang berkebutuhan khusus dan memiliki perbedaan latar

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian.
47
 Pendidik tidak dapat memperbaiki proses pembelajaran
 Prosedur penilaian dilakukan belum sesuai dengan peraturan yang ditetap- kan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pemahaman pendidik terhadap proses penilaian masih belum maksimal
 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian Sub-Indikator 3. Kelulusan siswa berdasa

Deskripsi:
 Kenaikan kelas dan kelulusan siswa dari satuan pendidikan ditetapkan melalui ra
 Pertimbangan penentuan kelulusan siswa:
 Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
 Ujian sekolah.
 Ujian sekolah berstandar nasional.
 Penilaian sikap.
 Penilaian pengetahuan.
 Penilaian keterampilan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengukuran pencapaian kompetensi siswa tidak dapat diketahui dengan te- pat.
 Ketidakadilan bagi siswa yang berkebutuhan khusus dan memiliki perbedaan latar bela

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sering terjadinya perubahan peraturan yang berkaitan dengan penilaian.
wa berdasarkan pertimbangan yang sesuai

n melalui rapat dewan pendidik.

an latar belakang.
Indikator Mutu Pendidikan
STANDAR 5. STANDAR PEND
TENAGA
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 26 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Laboran Sekolah
Indikator 1. Ketersediaan dan kompetensi guru sesuai ketentuan
Sub-Indikator 1. Berkualifikasi minimal S1/D4

Deskripsi:
 Untuk SD harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat
 Untuk SMP/SMA/SMK (pada kelompok mata pelajaran normatif dan adaptif) harus
IV) atau sarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang dia

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kedalaman substansi materi pembelajaran kurang maksimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Masih ada guru kurang termotivasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik.
 Komitmen dari penyelenggara pendidikan dalam merekrut guru dengan kualifik
 Biaya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1/D4 terbatas.
 Lokasi perguruan tinggi yang jauh dari tempat tinggal.
Sub-Indikator 2. Rasio guru kelas dan guru mata pelajaran terhadap rombongan belajar seim- bang
Deskripsi:
 Pendidik pada SD terdiri atas guru kelas dan guru mata pelajaran yang penu- gasa
 Pendidik pada SD mengajar dengan rasio minimal jumlah siswa adalah 20:1.
 Pendidik pada SMP dan SMA mengajar dengan rasio minimal jumlah siswa ad
 Pendidik pada SD mengajar dengan rasio minimal jumlah siswa adalah 15:1.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

49
PENDIDIK DAN
NAGA KEPENDIDIKAN

a empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh da
f) harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-
yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

n kualifikasi minimum.
nu- gasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan Pendidikan sesuai dengan keperluan.

swa adalah 20:1.


au psikologi yang diperoleh dari program studi yang tera- kreditasi.
 Tidak dapat menjamin kualitas layanan Pendidikan.
 Tidak dapat meningkatkan mutu pendidikan
 Pendidik terkendala dalam mendapat tunjangan sertifikasi

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya komitmen penyelenggara pendidikan dalam mewujudk
 Penyelenggara pendidikan masih memperhitungkan kepentingan bisnis. Sub-Indikator 3. Tersedia

Deskripsi:
 Guru mata pelajaran pada SD mencakup guru mata pelajaran aga
 Pendidik pada SMP dan SMA terdiri atas guru mata pelajaran yang
 Pendidik pada SMK terdiri atas guru mata pelajaran dan instruktur

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Guru yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan/jurusan
 Layanan siswa belum terfasilitasi dengan baik
 Kegiatan belajar mengajar menjadi kurang tepat sasaran

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Komitmen penyelenggara pendidikan terhadap ketersediaan guru
 Penyelenggara pendidikan masih memperhitungkan kepentingan bisnis. Sub-Indikator 4. Berserti

Deskripsi:
 Guru memiliki sertifikat profesi guru sesuai jenjang pendidikannya.
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Mengurangi nilai profesionalisme guru.
 Pendidikan yang bermutu tidak dapat terselenggara tanpa ada
 Rancangan isi pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran d

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Adanya kuota terhadap jumlah guru yang disertifikasi.
 Biaya PLPG yang cukup besar.
 Kurangnya tenaga untuk menyelenggarakan diklat guru.
50
rasio guru terhadap rombongan belajar
ntuk tiap mata pelajaran

dan akhlak mulia serta guru mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan.
enu- gasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidikan sesuai dengan keperluan.
dang kejuruan yang penugasannya ditetapkan oleh masing-masing satuan pendidi- kan sesuai dengan keperluan.

an sulit memahami materi pembelajaran.

uk tiap mata pelajaran


a guru profesional.
penilaian pembelajaran kurang maksimal.
ngan keperluan.
 Kurangnya sosialisasi kepada guru. Sub-Indikator 5. Berkompetensi pedagogik minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Mengintegrasikan karakteristik siswa dari aspek fisik, agama dan moral, sosia
 Memilih teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan ka
 Merancang kegiatan pembelajaran siswa berdasarkan kurikulum.
 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
 Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi serta bahan ajar untuk kep
 Mengembangkan potensi siswa untuk mengaktualisasikan berbagai po- tensi
 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan siswa.
 Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar.
 Menggunakan hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk eningkatkan kual
 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Guru belum mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik- baik
 Menyebabkan pengelolaan pembelajaran menjadi kurang efektif.
 Kurang menguasai menguasai karakteristik siswa dari aspek fisik, moral, so- sial, k

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi pedagogik
 Paradigma guru dalam pengembangan belum berkembang
 Proses pengawasan dan pembinaan dari kepala sekolah dan pengawas tidak ditin
Sub-Indikator 6. Berkompetensi kepribadian minimal baik
Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasi
 Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bag
 Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berw
 Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga men- jadi
51
kultural, emosional, dan intelektual dalam pembelajaran
kteristik siswa.

ntingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.


ang dimiliki.

as pembelajaran.

ya sesuai peran guru sebagai agen pembelajaran

tural, emosional, dan intelektual

aklanjuti oleh penyelenggara Pendidikan.


nal Indonesia.
siswa dan masyarakat.

uru, dan rasa percaya diri.


 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Belum dapat dijadikan teladan bagi siswa.
 Kesulitan dalam mengelola kelas dengan baik.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi kepribadian.
 Paradigma guru dalam mengembangan kompetensi kepribadian masih be- lum ter
 Kurangnya komitmen lembaga penjamin mutu untuk melakukan penyegaran kepad
 Proses pengawasan dan pembinaan dari kepala sekolah dan pengawas tidak ditin
Sub-Indikator 7. Berkompetensi profesional minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang men- dukun
 Menguasai kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran yang di- am
 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melak
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Belum terbentuknya penguasaan materi pembelajaran secara luas dan men- dalam

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi profesional.
 Paradigma guru terhadap kompetensi profesional belum terbentuk
 Proses pengawasan dan pembinaan dari kepala sekolah dan pengawas tidak ditin
Sub-Indikator 8. Berkompetensi sosial minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Komunikasi sesama guru dibuktikan melalui pengamatan asesor selama visita
 Komunikasi guru dengan tenaga kependidikan dibuktikan melalui penga-
matan asesor selama visitasi.
52
 Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Belum dapat dijadikan teladan bagi siswa.
 Kesulitan dalam mengelola kelas dengan baik.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi kepribadian.
 Paradigma guru dalam mengembangan kompetensi kepribadian masih be- lum terbent
 Kurangnya komitmen lembaga penjamin mutu untuk melakukan penyegaran kepada p
 Proses pengawasan dan pembinaan dari kepala sekolah dan pengawas tidak ditindakl
Sub-Indikator 7. Berkompetensi profesional minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang men- dukung m
 Menguasai kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran yang di- ampu.
 Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
 Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakuka
 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan men

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Belum terbentuknya penguasaan materi pembelajaran secara luas dan men- dalam ole

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi profesional.
 Paradigma guru terhadap kompetensi profesional belum terbentuk
 Proses pengawasan dan pembinaan dari kepala sekolah dan pengawas tidak ditindakl
Sub-Indikator 8. Berkompetensi sosial minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Komunikasi sesama guru dibuktikan melalui pengamatan asesor selama visitasi.
 Komunikasi guru dengan tenaga kependidikan dibuktikan melalui penga-
matan asesor selama visitasi.
- lum terbentuk.
an kepada para guru.
dak ditindaklanjuti oleh penyelenggara Pendidikan.

n- dukung mata pelajaran yang diampu.


g di- ampu.

an melakukan tindakan reflektif.


asi dan mengembangkan diri.

n- dalam oleh pendidik dalam membimbing siswa belajar.


dak ditindaklanjuti oleh penyelenggara Pendidikan.

ma visitasi.
 Komunikasi guru dengan siswa dibuktikan melalui wawancara, observasi kelas, dan melihat hasil supervisi
 Komunikasi guru dengan orangtua dibuktikan melalui dokumen per- temuan berkala guru dengan orang
 Komunikasi guru dengan masyarakat dibuktikan melalui dokumen per- temuan guru dengan masyarakat.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Guru belum mampu berkomunikasi secara efektif dan santun dengan sesama guru, tenaga kependidikan, siswa,
 Belum dapat dijadikan teladan bagi siswa.
 Pengelolaan kelas oleh guru yang bersangkutan terkendala.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi kepribadian
 Paradigma guru terhadap kompetensi sosial belum terbentuk
 Proses pengawasan dan pembinaan dari kepala sekolah dan pengawas tidak ditindaklanjuti oleh penyelenggara
Indikator 2. Ketersediaan dan kompetensi kepala sekolah sesuai ketentuan
Sub-Indikator 1. Kepala Sekolah Berkualifikasi minimal S1/D4

Deskripsi:
 Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) kepen- didika

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Tata kelola sekolah yang dilakukan kurang terstruktur dan mendalam.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya komitmen penyelenggara sekolah dalam merekrut kepala sekol
Sub-Indikator 2. Berusia sesuai kriteria saat pengangkatan

Deskripsi:
 Berusia setinggi tingginya 56 tahun saat diangkat sebagai kepala sekolah

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Jiwa kepemimpinan belum optimal.
 Rentan bersinggungan dengan guru senior.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya komitmen penyelenggara sekolah dalam merekrut kepala sekol
 Terbatasnya jumlah guru yang disiapkan oleh penyelenggara pendidikan un- tuk di
53
as, dan melihat hasil supervisi kepala sekolah.
uan berkala guru dengan orangtua dan catatan guru BK.
n guru dengan masyarakat.

u, tenaga kependidikan, siswa, dan orangtua siswa.

daklanjuti oleh penyelenggara Pendidikan.

ma empat (D-IV) kepen- didikan atau nonkependidikan pada perguruan tinggi yang terakreditasi

r dan mendalam.

alam merekrut kepala sekolah


bagai kepala sekolah

alam merekrut kepala sekolah


enggara pendidikan un- tuk dijadikan calon kepala sekolah
Sub-Indikator 3. Berpengalaman mengajar selama waktu yang ditetapkan

Deskripsi:
 Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun m

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kemampuan supervisi akademik belum memadai.
 Proses pembelajaran rentan terlaksana kurang sesuai dengan standa

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Komitmen penyelenggara sekolah dalam merekrut kepala sekolah
 Terbatasnya jumlah guru yang disiapkan oleh penyelenggara pendidi
Sub-Indikator 4. Berpangkat minimal III/c atau setara

Deskripsi:
 Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi pegawai negeri sipil (

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kemampuan tata kelola sekolah yang dilakukan kurang terstruktur da
 Pengalaman akademik masih kurang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya komitmen penyelenggara sekolah dalam merekrut
 Kepala sekolah tidak memiliki cukup waktu untuk menguru kepangka
 Kualifikasi akademik Kepala Sekolah belum terpenuhi.
 Birokrasi pengajuan kenaikan pangkat tidak mudah dilakukan. Sub-Indikator 5. Bersertifikat pend

Deskripsi:
 Memiliki sertifikasi pendidik yang dikeluarkan oleh lembaga pendidik

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kemampuan supervisi akademik belum memadai.
 Proses pembelajaran rentan terlaksana kurang sesuai dengan standa
 Kemampuan tata kelola sekolah yang dilakukan kurang terstruktur da

54
urut jenjang sekolah masing-masing.

yang ditetapkan.

n un- tuk dijadikan calon kepala sekolah

NS) dan bagi non-PNS disetarakan dengan kepangkatan yang dikeluarkan oleh yayasan atau lembaga yang berwenang.

men- dalam.

epala sekolah
n tenaga kependidikan

yang ditetapkan.
men- dalam.
baga yang berwenang.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Kurangnya komitmen penyelenggara sekolah dalam merekrut kepala sekol
Sub-Indikator 6. Bersertifikat kepala sekolah

Deskripsi:
 Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapk

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kemampuan supervisi akademik belum memadai.
 Proses pembelajaran rentan terlaksana kurang sesuai dengan standar yang ditetap

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Komitmen perekrutan kepala sekolah seringkali belum mengikuti aturan Sub-Indikator 7. Berkompetensi keprib

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan men
 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
 Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekol
 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kep
 Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Efektifitas pengelolaan Pendidikan berkurang.
 Tidak dapat dijadikan teladan bagi guru dan siswa.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi kepribadian
 Paradigma Kepala Sekolah terhadap kompetensi kepribadian belum ter- bentu
 Kurangnya komitmen kepala sekolah Sub-Indikator 8. Berkompetensi manajerial minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
 Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.
55
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Kurangnya komitmen penyelenggara sekolah dalam merekrut kepala sekolah
Sub-Indikator 6. Bersertifikat kepala sekolah

Deskripsi:
 Memiliki sertifikat kepala sekolah yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan P

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kemampuan supervisi akademik belum memadai.
 Proses pembelajaran rentan terlaksana kurang sesuai dengan standar yang ditetapkan

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Komitmen perekrutan kepala sekolah seringkali belum mengikuti aturan Sub-Indikator 7. Berkompetensi kepribadia

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi
 Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
 Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah.
 Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
 Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala
 Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Efektifitas pengelolaan Pendidikan berkurang.
 Tidak dapat dijadikan teladan bagi guru dan siswa.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi kepribadian
 Paradigma Kepala Sekolah terhadap kompetensi kepribadian belum ter- bentuk
 Kurangnya komitmen kepala sekolah Sub-Indikator 8. Berkompetensi manajerial minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
 Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.
ala sekolah

ditetapkan Pemerintah

g ditetapkan.

si kepribadian minimal baik

an menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah.

ala sekolah.

agai kepala sekolah.


 Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
 Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju
 Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inova
 Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sum
 Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka penday
 Mengelola hubungan sekolah dan masyarakat dalam rangka pe
 Mengelola siswa dalam rangka penerimaan siswa baru, dan pen
 Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajara
 Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelo
 Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaia
 Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung
 Mengelola sistem informasi sekolah dalam mendukung peny
 Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi pen
 Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengelolaan pendidikan berjalan tidak efektif

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:

 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi manajerial


 Paradigma Kepala Sekolah terhadap kompetensi manajerial masih
 Kurangnya komitmen kepala sekolah Sub-Indikator 9. Berkompetensi kewirausahaan minimal ba

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah
 Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai org
56
kolah secara optimal.
anisasi pembelajar yang efektif.
bagi pembelajaran siswa.
er daya manusia secara optimal.
unaan secara optimal.
arian dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah.
mpatan dan pengembangan kapasitas siswa.
esuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.
n yang akuntabel, transparan, dan efisien.
ujuan sekolah.
giatan pembelajaran dan kegiatan siswa di sekolah.
unan program dan pengambilan keputusan.
katan pembelajaran dan manajemen sekolah.
rogram kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya.

elum ter- bentuk


nisasi pembelajar yang efektif.
 Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas po
 Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kend
 Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekola

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Mengurangi efektifitas pengelolaan pendidikan

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi kewirausahaan
 Paradigma Kepala Sekolah terhadap kompetensi kewirausahaan belum ter- bentuk
 Kurangnya komitmen kepala sekolah Sub-Indikator 10. Berkompetensi supervisi minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profes
 Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pend
 Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka penin

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Mengurangi efektifitas pengelolaan pendidikan

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi supervisi
 Paradigma Kepala Sekolah terhadap kompetensi supervisi belum terbentuk
 Tugas Kepala sekolah sangat banyak, sehingga supervisi akademik maupun mana
Sub-Indikator 11. Berkompetensi sosial minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi dalam:
 Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah
 Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
 Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Terhambatnya hubungan komunikasi dengan sesama warga sekolah dan mas
 Kemitraan dan pelibatan masyarakat dalm pengeleloaan sekolah terkendala.
57
ok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah.
la yang dihadapi sekolah.
sebagai sumber belajar siswa.

onalisme guru.
katan dan teknik supervisi yang tepat.
katan profesionalisme guru.

rial yang harusnya dilakukan oleh kepala sekolah sering tidak ter- laksana, sehingga kerapkali diserahkan kepada wakil kepala
serahkan kepada wakil kepala sekolah
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Kurangnya pemahaman tentang kompetensi sosial yang harus dimiliki kepala sekolah.
Indikator 3. Ketersediaan dan kompetensi tenaga administrasi sesuai ketentuan
Sub-Indikator 1. Tersedia Kepala Tenaga Administrasi

Deskripsi:
 Sekolah memiliki kepala TAS (Tenaga Administrasi Sekolah).

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Tidak ada koordinasi antar tenaga administrasi karena Kepala TAS berperan untuk
 Tugas penyusun program, laporan kerja dan pengoptimalan pemanfaatan sumber

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Masih banyak sekolah yang tidak memiliki kepala TAS, karena pertimbangan biaya
Sub-Indikator 2. Memiliki Kepala Tenaga Administrasi berkualifikasi minimal SMK/sederajat

Deskripsi:
 Kepala TAS berpendidikan minimal lulusan SMK atau yang sederajat, pro- gram st
 Kepala TAS SMP berpendidikan minimal lulusan D3 atau yang sederajat, pro- gram
 Kepala TAS SMA/SMK berpendidikan S1 program studi yang relevan dengan peng
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Alur proses layanan administrasi yang tersedia tidak berjalan dengan baik
 Mengganggu kelancaran proses pendukung pendidikan di sekolah
 Kemampuan dalam menyusun program, laporan kerja dan pengoptimalan pemanfa

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Tenaga administrasi yang ada di sekolah diberi beban ganda, misalnya men- jalank
58
i ketentuan

na Kepala TAS berperan untuk menggerakkan seluruh tenaga administrasi dalam melayani pendidi- kan di sekolah.
ptimalan pemanfaatan sumber daya dibebankan pada kepala sekolah, guru dan/atau pelaksana uru- san.

AS, karena pertimbangan biaya

u yang sederajat, pro- gram studi yang relevan dengan pengalaman kerja sebagai tenaga admin- istrasi sekolah minimal 4 (em
atau yang sederajat, pro- gram studi yang relevan, dengan pengalaman kerja sebagai tenaga admin- istrasi sekolah minimal 4
tudi yang relevan dengan pengalaman kerja sebagai tenaga administrasi sekolah minimal 4 (empat) ta- hun, atau D3 dan yang
berjalan dengan baik
kan di sekolah
ja dan pengoptimalan pemanfaatan sumber daya minim.

an ganda, misalnya men- jalankan tugas selain administrasi.


kan di sekolah.

rasi sekolah minimal 4 (empat) tahun.


n- istrasi sekolah minimal 4 (empat) tahun
ta- hun, atau D3 dan yang sederajat, program studi yang relevan, dengan pen- galaman kerja sebagai tenaga administrasi sek
bagai tenaga administrasi sekolah minimal 8 (delapan) ta- hun
Sub-Indikator 3. Memiliki Kepala Tenaga Administrasi bersertifikat

Deskripsi:
 Memiliki sertifikat kepala tenaga administrasi sekolah dari lembaga yang ditetapk

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kemampuan tata kelola dalam layanan administrasi kurang optimal.
 Layanan pendukung penyelenggaraan pendidikan terkendala.
 Pengorganisasian, pengembangan dan pembinaan staf tidak terkelola dengan
 Iklim kerja kondusif yang kondusif kurang tercipta

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Lembaga sertifikasi untuk tenaga kependidikan masih terbatas. Sub-Indikator 4. Tersedia Tenaga Pelaksana U

Deskripsi:
 Sekolah memiliki tenaga pelaksana urusan administrasi yang meliputi:
 Pelaksana Urusan Administrasi Kepegawaian diangkat apabila jumlah pen- didi
 Pelaksana Urusan Administrasi Keuangan
 Pelaksana Urusan Administrasi Sarana dan Prasarana
 Pelaksana Urusan Administrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat di- angk
 Pelaksana Urusan Administrasi Persuratan dan Pengarsipan
 Pelaksana Urusan Administrasi Kesiswaan diangkat apabila sekolah mem- iliki m
 Pelaksana Urusan Administrasi Kurikulum diangkat apabila sekolah mem- iliki m
 Pelaksana Urusan Administrasi Umum untuk SD
 Penjaga Sekolah
 Tukang Kebun diangkat apabila luas lahan kebun minimal 500 m2.
 Tenaga Kebersihan
 Pengemudi diangkat apabila sekolah memiliki kendaraan roda empat.
 Pesuruh

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Layanan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, hub- ungan
 Beban pendidik melebihi kapasitas sehingga kurang fokus dalam menjalan- kan tu

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:

59
n oleh pemerintah.

san Administrasi

dan tenaga kependidikan minimal 50 orang.

t apabila sekolah memiliki minimal 9 (sembilan) rombongan belajar.

nimal 9 (sembilan) rombongan belajar


imal 12 rombongan belajar.
ekolah dengan masyarakat, persuratan dan pengarsipan, kesiswaan, kurikulum dan layanan khusus dilakukan oleh kepala seko
s utamanya.
us dilakukan oleh kepala sekolah/guru yang di- tugasi.
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga pelaksana ad- min
Sub-Indikator 5. Memiliki Tenaga Pelaksana Urusan Administrasi berpendidikan sesuai ketentuan Deskripsi:

 Pelaksana Urusan Administrasi Kepegawaian berpendidikan minimal lulusan


SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat,
 Pelaksana Urusan Administrasi Keuangan berpendidikan minimal lulusan SMK
 Pelaksana Urusan Administrasi Sarana dan Prasarana berpendidikan minimal lulus
 Pelaksana Urusan Administrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ber- pendi
 Pelaksana Urusan Administrasi Persuratan dan Pengarsipan berpendidikan minima
 Pelaksana Urusan Administrasi Kesiswaan berpendidikan minimal lulusan SMA
 Pelaksana Urusan Administrasi Kurikulum berpendidikan minimal lulusan SMA/
 Pelaksana Urusan Administrasi Umum untuk SD/MI/SDLB berpendidikan min- imal
 Penjaga Sekolah berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau sederajat.
 Tukang Kebun berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau sederajat.
 Tenaga Kebersihan berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sede- rajat
 Pengemudi berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat, memiliki
 Pesuruh berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Layanan pendukung penyelenggaraan pendidikan terkendala.

 Beban kepala sekolah dan pendidik ditambah dengan urusan administrasi.


 Urusan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, hub- unga

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga pelaksana ad-
ministrasi.
60
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhat
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga pelaksana ad- ministra
Sub-Indikator 5. Memiliki Tenaga Pelaksana Urusan Administrasi berpendidikan sesuai ketentuan Deskripsi:

 Pelaksana Urusan Administrasi Kepegawaian berpendidikan minimal lulusan


SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat,
 Pelaksana Urusan Administrasi Keuangan berpendidikan minimal lulusan SMK/MA
 Pelaksana Urusan Administrasi Sarana dan Prasarana berpendidikan minimal lulusan S
 Pelaksana Urusan Administrasi Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ber- pendidika
 Pelaksana Urusan Administrasi Persuratan dan Pengarsipan berpendidikan minimal lul
 Pelaksana Urusan Administrasi Kesiswaan berpendidikan minimal lulusan SMA/MA
 Pelaksana Urusan Administrasi Kurikulum berpendidikan minimal lulusan SMA/MA/
 Pelaksana Urusan Administrasi Umum untuk SD/MI/SDLB berpendidikan min- imal SM
 Penjaga Sekolah berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau sederajat.
 Tukang Kebun berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau sederajat.
 Tenaga Kebersihan berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sede- rajat.
 Pengemudi berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat, memiliki SIM
 Pesuruh berpendidikan minimal lulusan SMP/MTs atau yang sederajat.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Layanan pendukung penyelenggaraan pendidikan terkendala.

 Beban kepala sekolah dan pendidik ditambah dengan urusan administrasi.


 Urusan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana dan prasarana, hub- ungan se

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhati
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga pelaksana ad-
ministrasi.
memperhatikan tenaga kependidikan.
ad- ministrasi.

an SMK/MAK, program studi yang relevan, atau SMA/MA dan memiliki sertfikat yang relevan.
mal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat.
r- pendidikan minimal lulusan SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat.
n minimal lulusan SMK/MAK, program studi yang relevan.
san SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat.
an SMA/MA/SMK/MAK atau yang sederajat.
min- imal SMK/MAK/SMA/MA atau yang sederajat.

memiliki SIM yang sesuai.

b- ungan sekolah dengan masyarakat, persuratan dan pengarsipan, kesiswaan, kurikulum dan layanan khusus kurang sesuai
memperhatikan tenaga kependidikan.
yanan khusus kurang sesuai harapan.
Sub-Indikator 6. Berkompetensi kepribadian minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetensi:
 Memiliki integritas dan akhlak mulia
 Memiliki etos kerja
 Mengendalikan diri
 Memiliki rasa percaya diri
 Memiliki fleksibilitas
 Memiliki ketelitian
 Memiliki kedisiplinan
 Memiliki kreativitas dan inovasi
 Memiliki tanggung jawab

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Tenaga kependidikan tidak bisa dijadikan teladan bagi siswa.
 Munculnya pengaduan dari pengguna layanan urusan administrasi.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada kompete
Sub-Indikator 7. Berkompetensi sosial minimal baik

Deskripsi:
 Kepala tenaga administrasi sekolah memiliki kompetensi:
 Bekerja sama dalam tim
 Memberikan layanan prima
 Memiliki kesadaran berorganisasi
 Berkomunikasi efektif
 Membangun hubungan kerja

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Dukungan administrasi sekolah tidak dapat dilakukan.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada kompete
Sub-Indikator 8. Berkompetensi teknis minimal baik

Deskripsi:
 Kepala tenaga administrasi sekolah dan pelaksana urusan memiliki kompe- tensi:
61
atikan tenaga kependidikan.
atikan tenaga kependidikan.
 Melaksanakan administrasi kepegawaian
 Melaksanakan administrasi keuangan
 Melaksanakan administrasi sarana dan prasarana
 Melaksanakan administrasi hubungan sekolah dengan masy
 Melaksanakan administrasi persuratan dan pengarsipan
 Melaksanakan administrasi kesiswaan
 Melaksanakan administrasi kurikulum
 Melaksanakan administrasi layanan khusus
 Menerapkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
 Petugas layanan khusus memiliki kompetensi:
 Menguasai kondisi keamanan sekolah
 Menguasai teknik pengamanan sekolah
 Menerapkan prosedur operasi standar pengamanan sekolah
 Menguasai penggunaan peralatan pertanian dan atau perkeb
 Menguasai pemeliharaan tanaman
 Menguasai teknik-teknik kebersihan
 Menjaga kebersihan sekolah
 Menguasai teknik mengemudi
 Menguasai teknik perawatan kendaraan
 Mengenal wilayah
 Menguasai prosedur pengiriman dokumen dinas
 Melayani kebutuhan rumah tangga sekolah

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Urusan administrasi sekolah kurang berjalan oprimal.
 Kepala sekolah dan pendidik terbebani dengan urusan administrasi.
 Layanan kesiswaan tersendat.
 Kondisi sarana dan prasana tidak terpelihara dengan baik.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia ku
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus p
 Tidak tersedia ruang tata usaha Sub-Indikator 9. Berkompetensi manajerial minimal baik

Deskripsi:
 Kepala tenaga administrasi sekolah memiliki kompetensi:
 Mendukung pengelolaan standar nasional pendidikan
 Menyusun program dan laporan kerja
 Mengorganisasikan staf
 Mengembangkan staf
 Mengambil keputusan
 Menciptakan iklim kerja kondusif
62
ng memperhatikan tenaga kependidikan.
da kompetensi.
 Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya
 Membina staf
 Mengelola konflik
 Menyusun laporan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pengawasan pengelolaan pendidikan kurang berjalan optimal karena minimnya laporan sekolah.
 Sistem informasi manajemen kurang menyediakan data dan informasi sekolah yang relevan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada
kompetensi.
Indikator 4. Ketersediaan dan kompetensi laboran sesuai ketentuan
Sub-Indikator 1. Tersedia Kepala Tenaga Laboratorium

Deskripsi:
 Sekolah memiliki kepala laboran

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah kurang terencana.
 Pengelolaan kegiatan laboratorium sekolah tidak berkala dan berkelanjutan.
 Tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah kurang terkoordinir.
 Pemantauan sarana dan prasarana laboratorium sekolah kurang optimal.
 Kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium sekolah luput dari evaluasi.
 Tugas dan fungsi kepala tenaga laboratorum dibebankan pada kepala sekolah

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan kepala tenaga labor-
atorium.
Sub-Indikator 2. Memiliki Kepala Tenaga Laboratorium berkualifikasi sesuai

Deskripsi:
 Minimal sarjana (S1) untuk jalur guru.
 Minimal diploma tiga (D3) untuk jalur laboran/teknisi.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

63
mnya laporan sekolah.
h yang relevan.

erhatikan tenaga kependidikan.

kurang terencana.
rkala dan berkelanjutan.
ang terkoordinir.
kolah kurang optimal.
um sekolah luput dari evaluasi.
bebankan pada kepala sekolah/guru.
daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
akan kepala tenaga labor-
 Perencanaan kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah
 Pengelolaan kegiatan laboratorium sekolah kurang optimal.
 Pembagian tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah kurang pr
 Pemantauan sarana dan prasarana laboratorium sekolah kurang opti
 Evaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium seko

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia ku
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan kepala tenag
Sub-Indikator 3. Memiliki Kepala Tenaga Laboratorium bersertifikat

Deskripsi:
 Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah dari perguruan tinggi a

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan laboratorium sekolah kurang sesuai gagasan, teori dan prin
 Peralatan, bahan dan ruang laboratorium sekolah kurang terawat.
 Kegiatan praktikum kurang terlayani
 Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah kurang ter

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia ku
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan kepala tenag
Sub-Indikator 4. Tersedia Kepala Tenaga Laboratorium berpengalaman sesuai

Deskripsi:
 Minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum untuk jalur guru.
 Minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi untuk jalur guru.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan laboratorium sekolah kurang sesuai gagasan, teori dan prin
 Peralatan, bahan dan ruang laboratorium sekolah kurang terawat.
 Kegiatan praktikum kurang terlayani

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia ku
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan kepala tenag
64
rang strategis.

tidak menyeluruh.

ng memperhatikan tenaga kependidikan.


abor- atorium.

u lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.

ng memperhatikan tenaga kependidikan.


abor- atorium.
ng memperhatikan tenaga kependidikan.
abor- atorium.
Sub-Indikator 5. Tersedia Tenaga Teknisi Laboratorium

Deskripsi:
 Memiliki tenaga teknisi laboratorium

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pemanfaatan laboratorium sekolah belum terencanakan
 Penyimpanan bahan, peralatan, perkakas, dan suku cadang laboratorium sekolah

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga teknisi labor- atoriu
Sub-Indikator 6. Memiliki Tenaga Teknisi Laboratorium berpendidikan sesuai ketentuan

Deskripsi:
 Minimal lulusan program diploma dua (D2) yang relevan dengan peralatan laborato
 Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah dari perguruan tinggi atau lembaga l

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan laboratorium sekolah belum disiapkan
 Peralatan dan bahan di laboratorium sekolah kurang terawat
 Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah kurang terjaga

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga teknisi labor-
atorium.
Sub-Indikator 7. Tersedia Tenaga Laboran
Deskripsi:
 Memiliki tenaga teknisi laboratorium

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Bahan praktikum tidak diinventarisir
 Kegiatan praktikum banyak yang tidak tercatat

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
65
Sub-Indikator 5. Tersedia Tenaga Teknisi Laboratorium

Deskripsi:
 Memiliki tenaga teknisi laboratorium

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pemanfaatan laboratorium sekolah belum terencanakan
 Penyimpanan bahan, peralatan, perkakas, dan suku cadang laboratorium sekolah kura

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhati
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga teknisi labor- atorium.
Sub-Indikator 6. Memiliki Tenaga Teknisi Laboratorium berpendidikan sesuai ketentuan

Deskripsi:
 Minimal lulusan program diploma dua (D2) yang relevan dengan peralatan laboratorium
 Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah dari perguruan tinggi atau lembaga lain y

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan laboratorium sekolah belum disiapkan
 Peralatan dan bahan di laboratorium sekolah kurang terawat
 Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah kurang terjaga

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhati
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga teknisi labor-
atorium.
Sub-Indikator 7. Tersedia Tenaga Laboran
Deskripsi:
 Memiliki tenaga teknisi laboratorium

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Bahan praktikum tidak diinventarisir
 Kegiatan praktikum banyak yang tidak tercatat

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhati
sekolah kurang teratur.

memperhatikan tenaga kependidikan.


or- atorium.

laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah
mbaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah

memperhatikan tenaga kependidikan.


memperhatikan tenaga kependidikan.
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga teknisi labor-
atorium.
Sub-Indikator 8. Memiliki Tenaga Laboran berpendidikan sesuai ketentuan

Deskripsi:
 Minimal lulusan program diploma satu (D1) yang relevan dengan jenis labor- atoriu
 Memiliki sertifikat laboran sekolah dari perguruan tinggi yang ditetapkan oleh peme

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Ruang laboratorium sekolah kurang terawat
 Bahan dan peralatan laboratorium sekolah tidak dikelola dengan baik
 Kegiatan praktikum kurang terlayani
 Kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah kurang terjaga

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga teknisi labor-
atorium.
Sub-Indikator 9. Berkompetensi kepribadian minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetesi:
 Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan be
 Menunjukkan komitmen terhadap tugas

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Belum dapat dijadikan teladan bagi siswa.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum foku
Sub-Indikator 10. Berkompetensi sosial minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetesi:
 Bekerja sama dalam pelaksanaan tugas
 Berkomunikasi secara lisan dan tulisan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

66
evan dengan jenis labor- atorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah
ggi yang ditetapkan oleh pemerintah.

lola dengan baik

kolah kurang terjaga

daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.


kan tenaga teknisi labor-

yang dewasa, mantap, dan berakhlak mulia


ngelola sumber daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
s sehingga sekolah belum fokus pada kompetensi.
 Iklim kerja dan kegiatan dalam laboratorium kurang kondusif.
 Praktikum kurang menyenangkan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada
kompetensi.
Sub-Indikator 11. Berkompetensi manajerial minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetesi:
 Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah
 Mengelola kegiatan laboratorium sekolah
 Membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah
 Memantau sarana dan prasarana laboratorium sekolah
 Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium sek

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Laboratorium sekolah jarang dimanfaatkan dalam pembelajaran.
 Ruang laboratorium sering tidak berfungsi.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada kompete
 Ruang laboratorium kurang memadai.
Sub-Indikator 12. Berkompetensi profesional minimal baik

Deskripsi:
 Memiliki kompetesi:
 Menerapkan gagasan, teori, dan prinsip kegiatan laboratorium sekolah
 Memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan pendidikan dan peneliti
 Menyiapkan kegiatan laboratorium sekolah
 Merawat peralatan dan bahan di laboratorium sekolah
 Merawat ruang laboratorium sekolah
 Mengelola bahan dan peralatan laboratorium sekolah
 Melayani kegiatan praktikum
 Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Laboratorium sekolah jarang dimanfaatkan dalam pembelajaran.
67
rhatikan tenaga kependidikan.

boratorium sekolah

rta kegiatan laboratorium sekolah

mbelajaran.

daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.


ah belum fokus pada kompetensi.

an laboratorium sekolah
gan pendidikan dan penelitian di sekolah

aboratorium sekolah

mbelajaran.
 Praktikum kurang menyenangkan.
 Metode praktikum tidak dapat digunakan dalam pencapaian kompetensi siswa.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada kompetensi.
 Ruang laboratorium kurang memadai.
Indikator 5. Ketersediaan dan kompetensi pustakawan sesuai ketentuan
Sub-Indikator 1. Tersedia Kepala Tenaga Pustakawan

Deskripsi:
 Memiliki kepala tenaga pustakawan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Tenaga perpustakaan sekolah tidak memiliki pemimpin
 Program perpustakaan sekolah kurang terencana
 Pelaksanakan program perpustakaan sekolah kurang optimal
 Program perpustakaan sekolah tidak terpantau dan terevaluasi

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan kepala tenaga
pustakawan.
Sub-Indikator 2. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan berkualifikasi sesuai

Deskripsi:
 Serendah-rendahnya diploma empat (D4) atau sarjana (S1) untuk
 Berkualifikasi diploma dua (D2) Ilmu Perpustakaan dan Inform
 Berkualifikasi diploma dua (D2) non-Ilmu Perpustakaan dan Inform

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Koleksi perpustakaan sekolah kurang
 Informasi kurang terkelola dengan baik
 Layanan jasa dan sumber informasi kurang
 Penerapan teknologi informasi dan komunikasi kurang berkemban

68
n tenaga kependidikan.

manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.


n kepala tenaga

atau sarjana (S1) untuk jalur guru


rpustakaan dan Informasi bagi pustakawan
erpustakaan dan Informasi bagi yang bukan pustakawan

kasi kurang berkembang


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan kepala tenaga
pustakawan.
Sub-Indikator 3. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan bersertifikat

Deskripsi:
 Memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah dari lem- baga ya

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Wawasan kependidikan yang dimiliki belum memadai
 Belum keterampilan dalam memanfaatkan informasi
 Perpustakaan kurang terpromosikan
 Bimbingan literasi informasi kurang

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan kepala tenaga
pustakawan.
Sub-Indikator 4. Memiliki Kepala Tenaga Pustakawan berpengalaman sesuai

Deskripsi:
 Minimal 3 tahun untuk guru
 Minimal 4 tahun di perpustakaan sekolah untuk yang bukan pustakawan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Wawasan kependidikan yang dimiliki belum memadai
 Belum keterampilan dalam memanfaatkan informasi
 Perpustakaan kurang terpromosikan
 Bimbingan literasi informasi kurang
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan kepala tenaga
pustakawan.
Sub-Indikator 5. Tersedia Tenaga Pustakawan

Deskripsi:
 Memiliki sekurang-kurangnya satu tenaga perpustakaan sekolah
69
n tenaga kependidikan.

kolah dari lem- baga yang ditetapkan oleh pemerintah untuk jalur guru dan yang bukan pustakawan

anusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.


kepala tenaga

pustakawan
anusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
kepala tenaga
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Kebijakan program perpustakaan tidak terlaksana
 Koleksi perpustakaan kurang terawat
 Anggaran dan keuangan perpustakaan tidak terkelola dengan baik

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga pustakawan.
Sub-Indikator 6. Memiliki Tenaga Pustakawan berpendidikan sesuai ketentuan

Deskripsi:
 berkualifikasi SMA atau yang sederajat
 bersertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah dari lembaga yang dite

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Koleksi perpustakaan sekolah kurang
 Informasi kurang terkelola dengan baik
 Layanan jasa dan sumber informasi kurang

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Dana yang dimiliki sekolah terbatas untuk menyediakan tenaga pustakawan.
Sub-Indikator 7. Berkompetensi manajerial minimal baik

Deskripsi:
 Kepala Tenaga pustakawan memiliki kompetensi:
 Memimpin tenaga perpustakaan sekolah
 Merencanakan program perpustakaan sekolah
 Melaksanakan program perpustakaan sekolah
 Memantau pelaksanaan program perpustakaan sekolah
 Mengevaluasi program perpustakaan sekolah
 Tenaga pustakawan memiliki kompetensi:
 Melaksanakan kebijakan
 Melakukan perawatan koleksi
 Melakukan pengelolaan anggaran dan keuangan

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Ruang dan koleksi perpustakaan kurang terawat

 Pemanfaatan perpustakaan kurang berkembang


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:

70
hatikan tenaga kependidikan.

ekolah dari lembaga yang ditetapkan oleh pemerintah.

daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.


an tenaga pustakawan.
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada kompetensi.
 Ruang perpustakaan kurang memadai.
Sub-Indikator 8. Berkompetensi pengelolaan informasi minimal baik

Deskripsi:

 Memiliki kompetensi:
 Mengembangkan koleksi perpustakaan sekolah
 Mengorganisasi informasi
 Memberikan jasa dan sumber informasi
 Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Guru dan siswa kesulitan memilih materi pembelajaran yang disediakan oleh perpu
 Mengurangi minat baca siswa di perpustakaan
 Siswa kesulitan untuk meminjam buku
 Warga sekolah kurang terampil dalam penggunaan teknologi informasi dan komun

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada
kompetensi.
Sub-Indikator 9. Berkompetensi kependidikan minimal baik

Deskripsi:

 Memiliki kompetensi:
 Memiliki wawasan kependidikan
 Mengembangkan keterampilan memanfaatkan informasi
 Mempromosikan perpustakaan
 Memberikan bimbingan literasi informasi

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Perpustakan kurang berperan sebagai sumber belajar
 Siswa kesulitan untuk belajar mandiri
 Penyediaan informasi dalam sistem informasi manajemen sekolah terbatas.
 Sikap pembelajar sepanjang hayat dan budaya literasi informasi kurang terba

 Minat baca warga sekolah rendah


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:

71
rhatikan tenaga kependidikan.

an yang disediakan oleh perpustakaan

eknologi informasi dan komunikasi

daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.


ah belum fokus pada
emen sekolah terbatas.
terasi informasi kurang terbangun optimal di sekolah.
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada
kompetensi.
Sub-Indikator 10. Berkompetensi kepribadian minimal baik

Deskripsi:

 Memiliki kompetensi:
 Memiliki integritas yang tinggi
 Memiliki etos kerja yang tinggi

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Belum dapat dijadikan teladan bagi siswa.

 Iklim perpustakaan kurang kondusif.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada
kompetensi.
Sub-Indikator 11. Berkompetensi sosial minimal baik

Deskripsi:

 Memiliki kompetensi:
 Membangun Hubungan sosial
 Membangun Komunikasi

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Perpustakaan jarang dikunjungi warga sekolah.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
 Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada
kompetensi.
Sub-Indikator 12. Berkompetensi pengembangan profesi minimal baik

Deskripsi:

 Memiliki kompetensi:
 Mengembangkan ilmu
 Menghayati etika profesi
 Menunjukkan kebiasaan membaca

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Karya tulis tidak beratambah
72
rhatikan tenaga kependidikan.

daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.


lah belum fokus pada

daya manusia kurang memperhatikan tenaga kependidikan.


lah belum fokus pada
 Sikap menghormati hak atas kekayaan intelektual dan privasi kurang terbangu

 Minat baca rendah.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang mempe
Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada kompetensi.

73
 Sikap menghormati hak atas kekayaan intelektual dan privasi kurang terbangun d

 Minat baca rendah.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Penyelenggara pendidikan selalu pengelola sumber daya manusia kurang memperhat
Tenaga kependidikan masih terbatas sehingga sekolah belum fokus pada kompetensi.
terbangun disekolah

memperhatikan tenaga kependidikan.


Indikator Mutu Pendidikan
STANDAR 6. STANDAR SARANA DAN PRASARANA
—Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekol
Indikator 1. Kapasitas daya tampung sekolah memadai
Sub-Indikator 1. Memiliki kapasitas rombongan belajar yang sesuai dan memadai

Deskripsi:
 Satu SD/MI memiliki minimum 6 rombongan belajar dan maksimum 24 rom- bonga
 Satu SMP/MTs memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 24 rombon
 Satu SMA/MA memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombong
 Satu SMK/MAK memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3 ro

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pembiayaan untuk jumlah rombongan belajar kecil kurang efisien
 Jumlah jam mengajar untuk guru kelas dan mata pelajaran tidak dapat di- penuhi s
 Proses pengawasan dan pengelolaan sekolah di luar kurang terkendali denga

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Jarak tempuh dan lokasi sekolah tidak stategis akibat peraturan zonasi dalam pere
 Mutu sekolah di bawah standar.
 Kurangnya pemahaman penyelenggara pendidikan terkait batasan kapasitas romb
 Besarnya bantuan operasional untuk sekolah ditentukan oleh jumlah siswa sehingg

 Kesulitan mencari lahan untuk pembangunan unit sekolah baru.


 Kurangnya pembinan dari penyelenggara pendidikan kepada sekolah yang kurang
 Kebijakan pengaturan penerimaan siswa di sekolah belum dilaksanaka dan
kurang terpantau.
Sub-Indikator 2. Rasio luas lahan sesuai dengan jumlah siswa

Deskripsi:
 Luas lahan minimum dapat menampung sarana dan prasarana untuk mela- yani ju
75
Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah—

belajar dan maksimum 24 rom- bongan belajar.


an belajar dan maksimum 24 rombongan belajar.
n belajar dan maksimum 27 rombongan belajar.
na yang dapat melayani minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 48 rombongan belajar.

kecil kurang efisien


mata pelajaran tidak dapat di- penuhi saat jumlah rombongan belajar kecil.
olah di luar kurang terkendali dengan jumlah rombongan belajar di luar kapasitas.

s akibat peraturan zonasi dalam perencanaan tata ruang wilayah kurang optimal.

idikan terkait batasan kapasitas rombongan belajar dan penentuan pembangunan unit sekolah baru.
ditentukan oleh jumlah siswa sehingga sekolah mengupayakan penerimaan siswa sebanyak mungkin.

unit sekolah baru.


ndidikan kepada sekolah yang kurang diminati masyarakat.
ekolah belum dilaksanaka dan
na dan prasarana untuk mela- yani jumlah rombongan belajar minimum.
 Lahan untuk satuan pendidikan memenuhi ketentuan rasio minimum luas la- han terhadap peserta didik.
 Luas lahan efektif adalah seratus per tiga puluh dikalikan luas lantai dasar bangunan ditambah infrastruktur, te

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Iklim dan lingkungan sekolah menjadi tidak kondusif.
 Kurang efektif untuk membangun prasarana sekolah berupa bangunan ge- dung dan infrastruktur, tempat berma

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kesulitan menemukan lahan dengan luas yang sesuai dan harga yang ter- jangkau untuk sekolah dengan pemuk
 Lahan sekolah dipakai bersama dengan sekolah lainnya.
 Peraturan zonasi dalam perencanaan tata ruang wilayah kurang optimal
Sub-Indikator 3. Kondisi lahan sekolah memenuhi persyaratan

Deskripsi:
 Lahan terhindar dari potensi bahaya yang mengancam kesehatan dan kesela- mat
 Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%, tidak berada di dalam garis sem- pad
 Terhindar dari gangguan-gangguan pencemaran air, kebisingan dan pence- maran
 Lahan sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tenta
 Lahan memiliki status hak atas tanah, dan/atau memiliki izin pemanfaatan dari pem

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Iklim dan lingkungan sekolah menjadi tidak kondusif dan nyaman.
 Potensi kerusakan sarana dan prasaran.
 Kapasitas rombongan belajar di bawah ketentuan.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Kesulitan menemukan lahan dengan kondisi yang sesuai dan harga yang ter- jang
 Peraturan zonasi dalam perencanaan tata ruang wilayah kurang optimal
Sub-Indikator 4. Rasio Luas Bangunan Sesuai dengan Jumlah Siswa

Deskripsi:

76
erhadap peserta didik.
an ditambah infrastruktur, tempat bermain/berolahraga/upacara, dan luas lahan praktik.

dan infrastruktur, tempat bermain/berolahraga/upacara, dan praktik.

u untuk sekolah dengan pemukiman padat penduduk.

am kesehatan dan kesela- matan jiwa, serta memiliki akses untuk penyelamatan dalam keadaan da- rurat.
erada di dalam garis sem- padan sungai dan jalur kereta api.
kebisingan dan pence- maran udara.
dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota atau rencana lain yang lebih rinci dan meng
miliki izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah sesuai ketentuan peraturan perundang-un- dangan yang berlaku untuk ja

dan nyaman.
esuai dan harga yang ter- jangkau pada pemukiman padat penduduk.
ayah kurang optimal
yang lebih rinci dan mengikat, dan mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat.
ngan yang berlaku untuk jangka waktu minimum 20 tahun.
h setempat.
 Luas lantai bangunan dihitung berdasarkan banyak dan jenis program keahl-

ian, serta banyak rombongan belajar di masing-masing program keahlian.


 Bangunan gedung memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Tidak dapat menciptakan suasana nyaman dan tenang siswa dalam belajar.
 Kapasitas rombongan belajar di bawah ketentuan.
 Ketersediaan sarana dan prasarana terbatas.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Banyak sekolah rasio luas bangunan belum sesuai dengan jumlah siswa
Sub-Indikator 5. Kondisi Bangunan Sekolah Memadai

Deskripsi:
 Tata bangunan dengan koefisien dasar bangunan tidak melebihi 30 %, koefis
 Bangunan memenuhi persyaratan keselamatan berikut.
 Memiliki konstruksi yang stabil, kukuh, tahan gempa dan kekuatan alam lainn
 Dilengkapi sistem proteksi pasif dan/atau proteksi aktif untuk mencegah dan m
 Bangunan memenuhi persyaratan kesehatan berikut.
 Mempunyai ventilasi udara dan pencahayaan yang memadai.
 Memiliki sanitasi meliputi saluran air bersih, saluran air kotor dan/atau air limb
 Bahan bangunan yang aman bagi kesehatan pengguna dan ramah ling- kung
 Fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi pe
 Bangunan memenuhi persyaratan kenyamanan berikut
 Mampu meredam getaran dan kebisingan.
 Setiap ruangan memiliki pengaturan penghawaan yang baik.
 Setiap ruangan dilengkapi pencahayaaan sesuai dengan ketentuan untuk me
 Bangunan bertingkat memenuhi persyaratan berikut.
 Maksimum terdiri dari tiga lantai.
 Dilengkapi tangga yang mempertimbangkan kemudahan, keamanan, kese
 Bangunan dilengkapi sistem keamanan berikut.
 Peringatan bahaya bagi pengguna, pintu keluar darurat, dan jalur evakuasi jik
 Akses evakuasi yang dapat dicapai dengan mudah dan dilengkapi penun- juk
77
n tidak melebihi 30 %, koefisien lantai bangunan, koefisien ketinggian maksimum dan jarak bebas bangunan sesuai Peratura

empa dan kekuatan alam lainnya.


ksi aktif untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan petir.

ang memadai.
uran air kotor dan/atau air limbah, tempat sampah, dan saluran air hujan.
engguna dan ramah ling- kungan.
dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

an yang baik.
ai dengan ketentuan untuk melakukan kegiatan belajar.

kemudahan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan pengguna.

darurat, dan jalur evakuasi jika terjadi bencana kebakaran dan/atau bencana lainnya.
dah dan dilengkapi penun- juk arah yang jelas.
bangunan sesuai Peraturan Daerah.
 Alat pemadam kebakaran pada area yang rawan kebakaran.
 Setiap ruangan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan.
 Bangunan dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 900 watt untuk SD, 1300 watt untuk SMP dan SMA s
 Kualitas bangunan minimum permanen kelas B.
 Bangunan sekolah baru dapat bertahan minimum 20 tahun.
 Bangunan dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin penggunaan sesuai ketentuan peraturan perundang-und
 Pemeliharaan ringan dan pemeliharaan berat dilakukan berkala.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Memberikan rasa tidak aman bagi siswa, guru dan warga sekolah lainnya.
 Iklim pembelajaran kurang kondusif.
 Pemanfaatan sarana dan prasana dalam pembelajaran kurang optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pembangunan gedung atau ruang baru tidak dirancang, dilaksanakan, dan diawasi secara profesional.
 Rancangan pembangunan sekolah tidak mengacu pada standar yang telah ditentukan.
 Dana pembangunan dan pemeliharaan gedung sekolah terbatas.
 Pengelolaan dana pembangunan dan pemeliharaan rumit.
Sub-Indikator 6. Memiliki ragam prasarana sesuai ketentuan

Deskripsi:
 Ruang pembelajaran umum meliputi:
 Memiliki ruang kelas
 Memiliki laboratorium IPA untuk SD, SMP dan SMK
 Memiliki ruang perpustakaan
 Memiliki tempat bermain/lapangan
 Memiliki laboratorium biologi untuk SMA dan SMK
 Memiliki laboratorium fisika untuk SMA dan SMK
 Memiliki laboratorium kimia untuk SMA dan SMK
 Memiliki laboratorium komputer untuk SMA dan SMK
 Memiliki laboratorium bahasa untuk SMA dan SMK
 Ruang penunjang meliputi:
 Memiliki ruang pimpinan
 Memiliki ruang guru
 Memiliki ruang UKS
 Memiliki tempat ibadah
 Memiliki jamban
 Memiliki gudang
 Memiliki ruang sirkulasi
 Memiliki ruang tata usaha untuk SMP, SMA dan SMK
 Memiliki ruang konseling untuk SMP, SMA dan SMK
78
ntuk SMP dan SMA serta 2200 watt untuk SMK.

aturan perundang-undangan yang berlaku.

profesional.
A dan SMK

A dan SMK
 Memiliki ruang organisasi kesiswaan untuk SMP, SMA dan SMK
 Menyediakan kantin yang layak
 Menyediakan tempat parkir yang memadai
 Menyediakan unit kewirausahaan dan bursa kerja untuk SMK

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Proses pembelajaran menjadi kurang teratur.
 Metode pembelajaran yang membutuhkan prasarana terkendala.
 Kegiatan pengembangan diri dan layanan kesiswaan terkendala.
 Kinerja dan iklim kerja pendidik dan tenaga kependidikan kurang kondusif dan efektif karena ruang gerak yang te
 Kesehatan warga sekolah kurang terjaga.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan sekolah terbatas.
 Luas bangunan sekolah terbatas.
 Kurang mengetahui prasarana yang disyaratkan.
Indikator 2. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap dan
layak
Sub-Indikator 1. Memiliki Ruang Kelas Sesuai Standar

Deskripsi:
 Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan belajar kecua
 Rasio minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/siswa.
 Luas minimum ruang kelas adalah 30 m2.
 Lebar minimum ruang kelas adalah 5 m, kecuali SMK minimum 4 m.
 Dilengkapi sarana terdiri dari:
 Perabot minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik s
 Untuk SD terdapat peralatan pendidikan minimal yang tersedia dalam ra- sio
 Media pendidikan minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskr
 Perlengkapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskr

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kompetensi inti siswa sulit dicapai karena ruang kelas merupakan lokasi ak- tivitas

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
79
ktif karena ruang gerak yang terbatas.

ng lengkap dan

yak rombongan belajar kecuali untuk SMK adalah 60% dari jumlah rombongan belajar.

K minimum 4 m.

imal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.


al yang tersedia dalam ra- sio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
m jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya
m jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya

as merupakan lokasi ak- tivitas utama siswa


 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
Sub-Indikator 2. Memiliki Laboratorium IPA sesuai standar

Deskripsi:
 Hanya untuk SD, SMP dan SMK
 Cukup memanfaatkan ruang kelas untuk SD.
 Dapat menampung minimum satu rombongan belajar, kecuali SMK cukup menamp
 Rasio minimum luas ruang laboratorium IPA untuk SMP adalah 2,4 m2/peserta didi
 Luas minimum ruang laboratorium untuk SMP 48 m2 termasuk luas ruang penyimp
 Lebar minimum ruang laboratorium IPA untuk SMP adalah 5 m dan untuk SMK ada
 Tersedia air bersih.
 Dilengkapi sarana terdiri dari:
 Perabot minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik s
 Peralatan pendidikan minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per p
 Untuk SMP dan SMK terdapat media pendidikan minimal yang tersedia dalam
 Untuk SMK terdapat bahan habis pakai minimal yang tersedia dalam jum
 Kelengkapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai de

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan pembelajaran IPA secara praktek tidak dapat dilakukan menggun

 Kegiatan dalam bentuk percobaan terkendala.


 Kinerja kepala tenaga laboratorium, tenaga teknisi laboratorium dan tenaga labora
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
80
ekolah rendah.

ar, kecuali SMK cukup menampung setengah rombongan belajar


MP adalah 2,4 m2/peserta didik dan untuk SMK adalah 3 m2/peserta didik.
2
termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2 dan untuk SMK minimum 64 m2 termasuk luas ruang penyimpanan d
adalah 5 m dan untuk SMK adalah 8 m.

nimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.


lam rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
an minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
nimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
am jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

ak dapat dilakukan menggunakan peralatan khusus.

aboratorium dan tenaga laboran kurang optimal.


an berkelanjutan.
ari pemerintah.
luas ruang penyimpanan dan persiapan 16 m2.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
 Kompetensi kepala tenaga laboratorium, tenaga teknisi laboratorium dan
tenaga laboran kurang baik dalam mengelola laboratorium.
Sub-Indikator 3. Memiliki ruang perpustakaan sesuai standar

Deskripsi:
 Luas minimum sama dengan luas uang kelas, kecuali SMK minimum 96 m2.
 Lebar minimum adalah 5 m, kecuali SMK minimum 8 m.
 Terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai sekelompok ruang kelas.
 Dilengkapi sarana terdiri dari:
 Buku minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik ses
 Perabot minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik s
 Media pendidikan minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskri
 Perlengkapan lainnya minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai de
 Pengelolaan perpustakaan sekolah perlu:
 menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku dan bahan
 merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka lainnya ses
 membuka pelayanan minimal enam jam sehari pada hari kerja;
 melengkapi fasilitas peminjaman antar perpustakaan, baik internal mau- pun
 menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari sekolah lain

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa dan guru kesulitan memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka

 Kinerja kepala tenaga pustakawan dan tenaga pustakawan kurang optimal.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara professional
 Belum dituangkan dalam rencana pokok (master plan) pengelolaan sarana prasara
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas se
81
ekolah rendah.

li SMK minimum 96 m2.

lompok ruang kelas.

al jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.


imal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
m jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
lam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

al peminjaman buku dan bahan pustaka lainnya;


n bahan pustaka lainnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik;
pada hari kerja;
akaan, baik internal mau- pun eksternal;
erpustakaan dari sekolah lain baik negeri maupun swasta.

berbagai jenis bahan pustaka.

kawan kurang optimal.


n) pengelolaan sarana prasarana.

an berkelanjutan.
ari pemerintah.
ah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
 Kompetensi kepala tenaga pustakawan dan tenaga pustakawan kurang baik
dalam mengelola perpustakaan.
Sub-Indikator 4. Memiliki tempat bermain/lapangan sesuai standar

Deskripsi:
 Rasio minimum 3 m2/peserta didik.
 Luas minimum untuk SD adalah 500 m2 dan untuk SMP, SMA dan SMK mini- mum
 Di dalam luasan tersebut terdapat ruang bebas untuk tempat berolahraga berukura
 Ruang terbuka sebagian ditanami pohon penghijauan.
 Berada pada tempat yang tidak mengganggu proses pembelajaran di kelas.
 Tidak digunakan untuk tempat parkir.
 Dilengkapi sarana peralatan Pendidikan dan perlengkapan lain minimal yang terse

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa tidak mendapatkan area bermain.
 Pencapaian kompetensi sikap sehat jasmani melalui olah fisik terbatas.
 Kinerja guru mata pelajaran kelompok olahraga dan kesehatan sulit tercapai denga
 Penumbuhan sikap nasionalisme melalui upacara kurang berjalan optimal.
 Kegiatan pengembangan diri siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler terken- dala.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Berubah menjadi lahan parkir.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas se
 Kompetensi kepala tenaga pustakawan dan tenaga pustakawan kurang baik
dalam mengelola perpustakaan.
Sub-Indikator 5. Memiliki laboratorium biologi sesuai standar

Deskripsi:
 Hanya untuk SMA dan SMK
 Menampung minimum setengah rombongan belajar SMK dan minimum satu rombo
 Rasio minimum 2,4 m2/siswa SMK dan 3 m2/siswa SMK.
82
MP, SMA dan SMK mini- mum 1000 m2.
k tempat berolahraga berukuran 20 m x 15 m pada SD dan berukuran 30 m x 20 m untuk SMP, SMA dan SMK

s pembelajaran di kelas.

kapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

olah fisik terbatas.


kesehatan sulit tercapai dengan baik.
urang berjalan optimal.
ekstrakurikuler terken- dala.

an berkelanjutan.
ari pemerintah.
lah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
pustakawan kurang baik

SMK dan minimum satu rombongan belajar SMA.


 Luas minimum 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18m2 untuk SMA dan minimum untuk SM
 Lebar minimum 5 m untuk SMA dan 8 m untuk SMK.
 Dilengkapi sarana meliputi:
 Perabot minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
 Peralatan Pendidikan terdiri dari alat Peraga serta alat dan bahan perco- baan minimal yang tersedia dalam
 Media pendidian minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
 Bahan Habis Pakai minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
 Perlengkapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Praktikum pembelajaran biologi tidak dapat menggunakan peralatan khusus yang memadai.
 Kinerja kepala tenaga laboratorium, tenaga teknisi laboratorium dan tenaga laboran kurang optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
 Kompetensi kepala tenaga laboratorium, tenaga teknisi laboratorium dan tenaga laboran kurang baik dalam men
 Laboratorium biologi, fisika dan kimia masih bergabung

Sub-Indikator 6. Memiliki laboratorium fisika sesuai standar


Deskripsi:
 Hanya untuk SMA dan SMK
 Dapat menampung minimum setengah rombongan belajar SMK dan mini- mum sa
 Rasio minimum 2,4 m2/siswa SMA dan 3 m2/siswa SMK.
 Luas minimum 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2 untu
 Lebar minimum 5 m untuk SMA dan minimum 8 m untuk SMK.
83
k SMA dan minimum untuk SMK adalah 64 m2 termasuk ruang penyim- panan dan persiapan 16 m2.

sesuai deskripsi kondisinya.


n minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
skripsi kondisinya.
ripsi kondisinya.
ipsi kondisinya.

n kurang optimal.

ekolah rendah.
aboran kurang baik dalam mengelola laboratorium.
belajar SMK dan mini- mum satu rombongan belajar SMA.

nan dan persiapan 18 m2 untuk SMA dan minimum ruang laboratorium adalah 64 m2 termasuk luas ru- ang penyimpanan dan
u- ang penyimpanan dan persiapan 16 m2 untuk SMK.
 Dilengkapi sarana meliputi:
 Perabot minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
 Peralatan pendidikan terdiri dari bahan dan alat ukur dasar serta lat perco- baan minimal yang tersedia dala
 Media pendidian minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
 Perlengkapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Praktikum pembelajaran fisika tidak dapat menggunakan peralatan khusus yang memadai.
 Kinerja kepala tenaga laboratorium, tenaga teknisi laboratorium dan tenaga laboran kurang optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
 Kompetensi kepala tenaga laboratorium, tenaga teknisi laboratorium dan tenaga laboran kurang baik dalam men
 Laboratorium biologi, fisika dan kimia masih bergabung
Sub-Indikator 7. Memiliki laboratorium kimia sesuai standar

Deskripsi:
 Dapat menampung minimum satu rombongan belajar SMA dan minim
 Rasio minimum 2,4 m2/siswa SMA dan 3 m2/siswa SMK.
 Luas minimum 48 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan persiap
 Lebar minimum 5 m untuk SMA dan minimum 8 m untuk SMK.
 Ruang laboratorium kimia dilengkapi sarana
 Perabot minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per p
 Peralatan pendidikan minimal yang tersedia dalam rasio minima
 Media Pendidian minimal yang tersedia dalam jumlah minim
84
sesuai deskripsi kondisinya.
aan minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
skripsi kondisinya.
ipsi kondisinya.

n kurang optimal.

ekolah rendah.
aboran kurang baik dalam mengelola laboratorium.

bongan belajar SMA dan minimum setengah rombongan belajar SMK.


3 m2/siswa SMK.
ang penyimpanan dan persiapan 18 m2 untuk SMA dan minimum 64 m2 termasuk luas ruang penyimpanan dan per- siapan 16
nimum 8 m untuk SMK.

lam rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
g tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
panan dan per- siapan 16 m2 untuk SMK.
 Bahan habis pakai minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
 Perlengkapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Praktikum pembelajaran kimia tidak dapat menggunakan peralatan khusus yang memadai.
 Kinerja kepala tenaga laboratorium, tenaga teknisi laboratorium dan tenaga laboran kurang optimal.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
 Kompetensi kepala tenaga laboratorium, tenaga teknisi laboratorium dan tenaga laboran kurang baik dalam men
 Laboratorium biologi, fisika dan kimia masih bergabung
Sub-Indikator 8. Memiliki laboratorium komputer sesuai standar

Deskripsi:
 Hanya untuk SMA dan SMK
 Dapat menampung minimum satu rombongan belajar yang bekerja dalam ke- lomp
 Rasio minimum 2 m2/siswa SMA dan 3 m2/siswa SMK.
 Luas minimum 30 m2 untuk SMA dan 64 m2 termasuk luas ruang penyim- panan da
 Lebar minimum 5 m untuk SMA dan 8 m untuk SMK.
 Dilengkapi sarana, meliputi:
 Perabot minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik s
 Peralatan pendidikan minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per p
 Media Pendidikan minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskri
 Perlengkapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskr

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengembangkan keterampilan dalam bidang teknologi informasi dan komu- nikasi
85
ipsi kondisinya.
ripsi kondisinya.

n kurang optimal.

ekolah rendah.
aboran kurang baik dalam mengelola laboratorium.

r yang bekerja dalam ke- lompok per 2 siswa SMA dan minimum setengah rombongan belajar.

k luas ruang penyim- panan dan perbaikan 16 m2 bagi SMK.

imal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.


am rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
m jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
m jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

gi informasi dan komu- nikasi terhambat.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
 Kompetensi petugas kurang baik dalam mengelola laboratorium.
Sub-Indikator 9. Memiliki laboratorium bahasa sesuai standar

Deskripsi:
 Hanya untuk SMA dan SMK.
 Dapat menampung minimum satu rombongan belajar SMA dan minimum setengah
 Rasio minimum 2 m2/siswa SMA dan 3 m2/siswa SMK.
 Luas minimum 30 m2 untuk SMA dan 64 m2 untuk SMK.
 Lebar minimum 5 m untuk SMA dan minimimum 8 m untuk SMK.
 Dilengkapi sarana meliputi:
 Perabot minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per peserta didik s
 Peralatan pendidikan minimal yang tersedia dalam rasio minimal jumlah per p
 Media pendidian minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai des
 Perlengkapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskr

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengembangkan keterampilan berbahasa khusus untuk sekolah yang mem

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Jumlah siswa dan rombongan belajar melebihi kapasitas.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas se
 Kompetensi petugas kurang baik dalam mengelola laboratorium.
86
ekolah rendah.

ar SMA dan minimum setengah rombongan SMK.

m untuk SMK.

nimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.


lam rasio minimal jumlah per peserta didik sesuai deskripsi kondisinya.
am jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.
m jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

us untuk sekolah yang mempunyai Jurusan Bahasa terhambat.


an berkelanjutan.
ari pemerintah.
lah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
aboratorium.
Indikator 3. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap dan
layak
Sub-Indikator 1. Memiliki Ruang Pimpinan Sesuai Standar

Deskripsi:
 Luas minimum 12 m2 kecuali untuk SMK adalah 18 m2.
 Lebar minimum 3 m.
 Mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci dengan baik.
 Dilengkapi sarana perabot dan perlengkapan lain minimal yang tersedia da- lam ju

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan pengelolaan sekolah/pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua m
 Kinerja kepala sekolah rendah.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kompetensi pengelolaan administrasi sarana dan prasarana oleh tenaga kepe
Sub-Indikator 2. Memiliki ruang guru sesuai standar

Deskripsi:
 Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik
 Luas minimum:
 Untuk SD 32 m2.
 Untuk SMP 48 m2.
 Untuk SMA 72 m2.
 Untuk SMK 56 m2.
 Mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta d
 Dilengkapi sarana perabot dan perlengkapan lain minimal yang tersedia da- lam ju

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Guru tidak memiliki tempat bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik siswa m
 Kinerja guru terhambat.
 Dokumen perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran kurang ter- atur
87
Indikator 3. Sekolah memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap dan
layak
Sub-Indikator 1. Memiliki Ruang Pimpinan Sesuai Standar

Deskripsi:
 Luas minimum 12 m2 kecuali untuk SMK adalah 18 m2.
 Lebar minimum 3 m.
 Mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah, dapat dikunci dengan baik.
 Dilengkapi sarana perabot dan perlengkapan lain minimal yang tersedia da- lam jumla

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kegiatan pengelolaan sekolah/pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua mur
 Kinerja kepala sekolah rendah.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kompetensi pengelolaan administrasi sarana dan prasarana oleh tenaga kependid
Sub-Indikator 2. Memiliki ruang guru sesuai standar

Deskripsi:
 Rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik
 Luas minimum:
 Untuk SD 32 m2.
 Untuk SMP 48 m2.
 Untuk SMA 72 m2.
 Untuk SMK 56 m2.
 Mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta deka
 Dilengkapi sarana perabot dan perlengkapan lain minimal yang tersedia da- lam jumla

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Guru tidak memiliki tempat bekerja dan istirahat serta menerima tamu, baik siswa mau
 Kinerja guru terhambat.
 Dokumen perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran kurang ter- atur dan
a- lam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

ng tua murid, unsur komite sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya rentan jarang dilakukan.

ga kependidikan urusan administrasi kurang memadai.


, serta dekat dengan ruang pimpinan.
a- lam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

k siswa maupun tamu lainnya.

er- atur dan terpelihara.


ang dilakukan.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kompetensi pengelolaan administrasi sarana dan prasarana oleh tenaga kependidikan urusan administrasi k
Sub-Indikator 3. Memiliki ruang UKS sesuai standar

Deskripsi:
 Untuk SD dapat dimanfaatkan sebagai ruang konseling.
 Luas minimum 12 m2.
 Dilengkapi sarana perabot dan perlengkapan lain minimal yang tersedia da- lam ju

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Penanganan siswa yang mengalami gangguan kesehatan di sekolah tidak bisa dila

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kompetensi pengelolaan administrasi sarana dan prasarana oleh tenaga kepe
 Pembinaan terkait P3K tidak dilakukan oleh sekolah.
Sub-Indikator 4. Memiliki Tempat Ibadah Sesuai Standar

Deskripsi:
 Jumlah sesuai dengan kebutuhan
 Luas minimum 12 m2 kecuali SMK luas minimum adalah 24 m2.
 Dilengkapi sarana antara lain:
 Lemari/rak 1 buah/tempat ibadah dengan ukuran memadai untu
 Perlengkapan ibadah yang disesuaikan dengan kebutuhan.
 Jam dinding 1 buah/tempat.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Warga sekolah tidak dapat melakukan ibadah yang diwajibkan oleh
 Pengembangan sikap spiritual di sekolah terkait kegiatan ibadah k
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk men
88
endidikan urusan administrasi kurang memadai.

nimal yang tersedia da- lam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

hatan di sekolah tidak bisa dilakukan sedini mungkin.

an berkelanjutan.
ari pemerintah.
prasarana oleh tenaga kependidikan urusan administrasi kurang memadai.

uas minimum adalah 24 m2.


dengan ukuran memadai untuk menyim- pan perlengkapan ibadah.
uaikan dengan kebutuhan.

an ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah.


kolah terkait kegiatan ibadah kurang op- timal.
miliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kompetensi pengelolaan administrasi sarana dan prasarana oleh tenaga kependidikan urusan administrasi k
 Umumnya hanya disediakan untuk agama mayoritas sekolah tersebut.
Sub-Indikator 5. Memiliki Jamban Sesuai Standar

Deskripsi:
 Minimum 1 unit untuk setiap 60 siswa pria SD dan 40 siswa pria SMP, SMA dan SM
 Minimum 1 unit untuk setiap 50 siswa wanita SD dan 30 siswa pria SMP, SMA dan
 Minimum 1 unit untuk guru.
 Jumlah minimum setiap sekolah 3 unit.
 Luas minimum 1 unit jamban 2 m2.
 Berdinding, beratap, dapat dikunci, dan mudah dibersihkan.
 Tersedia air bersih di setiap unit jamban.
 Tiap unit dilengkapi sarana meliputi:
 Kloset jongkok 1 buah dengan saluran berbentuk leher angsa.
 Tempat air 1 buah dengan volume minimum 200 liter berisi air bersih.
 Gayung 1 buah
 Gantungan pakaian 1 buah
 Tempat sampah 1 buah

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Warga sekolah tidak dapat memenuhi hajat pribadinya.
 Kesehatan warga sekolah kurang terjaga.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas se
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kompetensi tenaga kependidikan urusan administrasi dan layanan khusus kurang
Sub-Indikator 6. Memiliki Gudang Sesuai Standar

Deskripsi:

89
endidikan urusan administrasi kurang memadai.

0 siswa pria SMP, SMA dan SMK.


n 30 siswa pria SMP, SMA dan SMK.

uk leher angsa.
00 liter berisi air bersih.

lah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.


an berkelanjutan.
ari pemerintah.
si dan layanan khusus kurang memadai.
 Luas minimum Gudang SD 18 m2, gudang SMP dan SMA 21 m2 dan gudang SMK adalah 24 m2.
 Gudang dapat dikunci.
 Tiap gudang dilengkapi sarana meliputi:
 Lemari 1 buah berukuran memadai untuk menyimpan alat-alat dan arsip berharga.
 Rak 1 buah berukuran memadai untuk menyimpan peralatan olahraga, kesenian, dan keterampilan.
 Meja kerja 1 buah yang kuat, stabil, dan aman untuk gudang SMK.
 Kursi kerja/stool 1 buah yang kuat, stabil, dan aman untuk gudang SMK.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Peralatan pembelajaran di luar kelas, peralatan sekolah yang tidak/belum berfungsi, dan arsip sekolah yang tela

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
 Kompetensi tenaga kependidikan urusan administrasi dan layanan khusus
kurang memadai.
Sub-Indikator 7. Memiliki Ruang Sirkulasi Sesuai Standar

Deskripsi:
 Koridor dengan luas minimum 30% dari luas total seluruh ruang pada bangu
 Koridor tanpa dinding pada lantai atas bangunan bertingkat dilengkapi pagar penga
 Bangunan bertingkat dengan panjang lebih dari 30m dilengkapi minimum dua buah
 Jarak tempuh terjauh untuk mencapai tangga pada bangunan bertingkat tid- aklebi
 Lebar minimum tangga 1,5 m untuk SD dan minimum 1,8 m untuk SMP, SMA dan
 Tangga yang memiliki lebih dari 16 anak tangga harus dilengkapi bordes dengan le

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Ruang dalam bangunan sekolah tidak terhubung
90
adalah 24 m2.

nian, dan keterampilan.

si, dan arsip sekolah yang telah berusia lebih dari 5 tahun kurang ter- jaga.

ekolah rendah.

al seluruh ruang pada bangunan, lebar minimum 1,8 m, dan tinggi minimum 2,5 m.
rtingkat dilengkapi pagar pengaman dengan tinggi 90-110 cm.
m dilengkapi minimum dua buah tangga.
bangunan bertingkat tid- aklebih dari 25m.
m 1,8 m untuk SMP, SMA dan SMK, tinggi maksimum anak tangga 17 cm, lebar anak tangga 25 - 30 cm, dan dilengkapi pegan
us dilengkapi bordes dengan lebar minimum sama dengan lebar tangga.
0 cm, dan dilengkapi pegangan tangan yang kokoh dengantinggi 85-90 cm.
 Kegiatan bermain dan interaksi sosial siswa di luar jam pelajaran jarang terjadi terutama pada saat hujan ketika t

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
Sub-Indikator 8. Memiliki Ruang Tata Usaha sesuai standar

Deskripsi:
 Hanya untuk SMP, SMA dan SMK
 Rasio minimum luas ruang tata usaha 4 m2/petugas
 Luas minimum 16 m2 untuk SMP dan SMA, untuk SMK adalah 32 m2.
 Mudah dicapai dari halaman sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah serta de
 Dilengkapi sarana terdiri dari perabot dan perlengkapan lain minimal yang tersedia

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Kinerja kepala, pelaksana urusan administrasi dan petugas layanan khusu rendah.
 Layanan urusan administrasi sekolah terganggu.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kompetensi tenaga kependidikan urusan administrasi dan layanan khusus kurang
Sub-Indikator 9. Memiliki ruang konseling sesuai standar

Deskripsi:
 Dapat memanfaatkan ruang UKS untuk SD
 Luas minimum 9 m2 untuk SMP dan SMA, untuk SMK adalah 12 m2.
 Memberikan kenyamanan suasana dan menjaminprivasi siswa.
 Dilengkapi sarana terdiri dari perabot, peralatan konseling dan perlengkapan lain m

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Layanan konseling dari konselor berkaitan dengan pengembangan pribadi, sosial,
91
utama pada saat hujan ketika tidak memungkinkan kegiatan-kegiatan ter- sebut berlangsung di halaman sekolah.

ekolah rendah.

MK adalah 32 m2.
ar lingkungan sekolah serta dekat dengan ruang pimpinan.
pan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

etugas layanan khusu rendah.

an berkelanjutan.
ari pemerintah.
si dan layanan khusus kurang memadai.
K adalah 12 m2.
vasi siswa.
seling dan perlengkapan lain minimal yang tersedia dalam jumlah minimal sesuai deskripsi kondisinya.

engembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir kurang optimal.


man sekolah.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kompetensi tenaga kependidikan urusan administrasi dan layanan khusus kurang memadai.
Sub-Indikator 10. Memiliki ruang organisasi kesiswaaan sesuai standar

Deskripsi:
 Hanya untuk SMP, SMA dan SMK
 Luas minimum ruang organisasi kesiswaan 9 m2 untuk SMP dan SMA, untuk SMK
 Dilengkapi sarana terdiri:
 Meja 1 buah yang kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
 Kursi 4 buah yang kuat, stabil, dan mudah dipindahkan.
 Papan tulis 1 buah.
 Lemari 1 buah yang dapat dikunci.
 Kotak kontak 1 buah untuk mendukung operasioanal peralatan yang me- mer
 Jam dinding
 Tempat sampah

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengembangan kemampuan berorganisasi untuk siswa terhambat.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas se
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Sub-Indikator 11. Menyediakan kantin yang layak

Deskripsi:
 Menempati area tersendiri.
 Luas total minimum 12 m2.
 Memperhatikan aspek kebersihan, kesehatan, keamanan.
 Memiliki sanitasi yang baik.
 Menyediakan makanan dan minuman yang sehat dan bergizi untuk warga sekolah

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

92
uk SMP dan SMA, untuk SMK minimum adalah 12 m2.

ioanal peralatan yang me- merlukan daya listrik.

swa terhambat.

lah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.

an berkelanjutan.
ari pemerintah.
an bergizi untuk warga sekolah.
 Kebersihan dan gizi makanan dan minuman yang dibeli warga sekolah dari luar kurang terjaga.

 Kesehatan warga sekolah terganggu.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Kesulitan berkomunikasi dan koordinasi dengan pedagang untuk mengelola kantin dengan layak.
Sub-Indikator 12. Menyediakan tempat parkir yang memadai

Deskripsi:
 Menempati area tersendiri.
 Mengikuti standar yang ditetapkan dengan peraturan daerah atau peraturan nasion
 Memiliki sistem pengamanan.
 Dilengkapi dengan rambu-rambu lalu lintas sesuai dengan keperluan.
 Dijaga oleh petugas khusus parkir.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Perubahan fungsi ruang terbuka untuk bermain dan olahraga menjadi lahan parkir.

 Keamanan kendaraan warga sekolah dan tamu kurang terjaga.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Sikap tanggungjawab dan rasa memiliki warga sekolah untuk menjaga fasili- tas se
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.
 Belum ada aturan terkait tempat parkir di sekolah.
Sub-Indikator 13. Sub-Indikator 37. Menyediakan unit kewirausahaan dan bursa kerja

Deskripsi
 Khusus SMK
 Sebagai wahana kewirausahaan yang memiliki:
 ruang produksi/jasa,
 sistem usaha sendiri,
 pembukuan yang tertib dan transparan,
93
rang terjaga.

ekolah rendah.

dengan layak.

n daerah atau peraturan nasional.

engan keperluan.

olahraga menjadi lahan parkir.

ah untuk menjaga fasili- tas sekolah rendah.

an berkelanjutan.
ari pemerintah.
 Sumber Daya Manusia,
 profit.
 Memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK) dengan kegiatan:
 kerjasama dengan DUDI,
 memasarkan lulusan,
 melakukan seleksi,
 penyaluran lulusannya ke dunia kerja yang relevan.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa belum siap memasuki dunia kerja.

 Siswa kurang mendapatkan pengalaman dalam dunia kerja.

 Serapan lulusan SMK dalam dunia kerja rendah.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Luas lahan dan bangunan terbatas.
 Proses pembangunan tidak dilakukan secara profesional.
 Pemeliharaan sarana dan prasarana tidak berkala dan berkelanjutan.
 Pengadaan sarana hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah.

94
STANDAR 7. STANDAR PENGELOLAAN
—Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan—
Indikator 1. Sekolah melakukan perencanaan pengelolaan
Sub-Indikator 1. Memiliki visi, misi, dan tujuan yang jelas sesuai ketentuan

Deskripsi:
 Sekolah memiliki visi, misi, dan tujuan sekolah
 Visi mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekola
 Misi menjadi dasar program pokok sekolah dengan menekankan pada kuali- tas la
 Tujuan mengacu pada visi, misi, tujuan pendidikan nasional, standar kompe- tensi
 Dirumuskan berdasarkan masukan dari warga sekolah, komite sekolah, dan pihak-
 Diputuskan dalam rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah.
 Ditetapkan oleh kepala sekolah dan disosialisasikan kepada semua warga sekolah
 Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkem- bang

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengelolaan sekolah tidak mengarah pada membentukan lulusan yang selara

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah kurang mampu menjalankan tugas kepemimpinan.
Sub-Indikator 2. Mengembangkan rencana kerja sekolah dengan ruang lingkup sesuai ketentuan

Deskripsi:
 Membuat rencana kerja jangka menengah dan rencana kerja tahunan
 Disusun sesuai rekomendasi hasil evaluasi diri sekolah.
 Diputuskan dalam rapat dewan pendidik dengan memperhatikan masukan dari kom
 Disahkan oleh penyelenggara pendidikan,
 Dituangkan dalam dokumen tertulis yang mudah dibaca dan dipahami oleh pihak-p
 Rencana kerja jangka menengah menggambarkan:
95
an Pendidikan oleh Satuan Pendidikan—

otivasi, dan kekuatan pada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan
lah dengan menekankan pada kuali- tas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah.
pendidikan nasional, standar kompe- tensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah dan Pemerinta serta rele- van dengan k
warga sekolah, komite sekolah, dan pihak-pihak pemangku kepentingan, serta selaras dengan tujuan pendidikan nasional.
yang dipimpin oleh kepala sekolah.
osialisasikan kepada semua warga sekolah dan pihak-pihak pemangku kepentingan.
ara berkala sesuai dengan perkem- bangan pendidikan.

pada membentukan lulusan yang selaras dengan visi institusi dan visi pendidikan nasional.

nkan tugas kepemimpinan.


lingkup sesuai ketentuan
ah dan rencana kerja tahunan
asi diri sekolah.
dengan memperhatikan masukan dari komite sekolah dan ditetapkan oleh kepala sekolah.

g mudah dibaca dan dipahami oleh pihak-pihak yang terkait.


gambarkan:
serta rele- van dengan kebutuhan masyarakat dan
pendidikan nasional.
 tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin d
 perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan;
 Rencana kerja tahunan memuat ketentuan yang jelas mengenai:
 kesiswaan;
 kurikulum dan kegiatan pembelajaran;
 pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya;
 sarana dan prasarana;
 keuangan dan pembiayaan;
 budaya dan lingkungan sekolah;
 peran serta masyarakat dan kemitraan;
 rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu.
 Rencana kerja tahunan dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKA-S/M) dilaksanakan be
 Disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pemenuhan standar nasional pendidikan yang mendukung peningkatan mutu lulusan sulit dicapai.
 Pengelolaan dana yang transparan dan akuntabel tidak tercapai.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah kurang mampu menjalankan tugas kepemimpinan.
Sub-Indikator 3. Melibatkan pemangku kepentingan sekolah dalam perencanaan pengelolaan

Deskripsi:
 Masukan pemangku kepentingan menjadi dasar rumusan visi
 Masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komi
 Mengakomodir masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan
 Menyosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Tidak ada kepedulian dari warga sekolah dan pihak terkait.
 Warga sekolah dan pihak terkait tidak mau terlibat dalam proses p

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Tidak ada sosialisasi dalam proses perumusan.
 Kepala sekolah kurang mampu menjalankan tugas kepemimpinan
96
ngan mutu lulusan yang ingin dicapai

gembangan mutu.
ah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.

ulusan sulit dicapai.

rencanaan pengelolaan

menjadi dasar rumusan visi sehingga selaras dengan visi institusi di atasnya serta visi pendidikan nasional;
erkepentingan termasuk komite sekolah menjadi dasar perumusan misi;
gai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah ke dalam tujuan sekolah;
kolah dan segenap pihak yang berkepent- ingan terkait visi, misi dan tujuan sekolah.

kolah dan pihak terkait.


k mau terlibat dalam proses pelaksanaan kegiatan.

perumusan.
jalankan tugas kepemimpinan.
Indikator 2. Program pengelolaan dilaksanakan sesuai ketentuan
Sub-Indikator 1. Memiliki pedoman pengelolaan sekolah lengkap

Deskripsi:
 Perumusan mempertimbangkan visi, misi dan tujuan sekolah;
 Sekolah memiliki pedoman yang mengatur aspek pengelolaan meliputi:
 KTSP.
 Kalender pendidikan/akademik.
 Struktur organisasi sekolah.
 Pembagian tugas di antara guru.
 Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan.
 Peraturan akademik.
 Tata tertib sekolah.
 Kode etik sekolah.
 Biaya operasional sekolah.
 Ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkem- bang
 Pedoman pengelolaan KTSP, kalender pendidikan dan pembagian tugas pen- didik

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pengelolaan sekolah berjalan secara tidak teratur
 Pelaksanaan pendidikan di sekolah kurang sesuai dengan visi, misi dan tujuan sek
 Peningkatan mutu lulusan tidak dapat tercapai.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kepala sekolah kurang mampu menjalankan tugas kepemimpinan.
Sub-Indikator 2. Menyelenggarakan kegiatan layanan kesiswaan

Deskripsi:
 Dilaksanakan berdasarkan rencana kerja tahunan oleh penanggung jawab kegiata
 Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional mengenai prose
 Memberikan layanan konseling kepada peserta didik oleh guru kelas atau guru BK
 Melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta didik;
 Melakukan pembinaan prestasi unggulan;
 Melakukan pelacakan terhadap alumni.
97
uan sekolah;
pengelolaan meliputi:

la sesuai dengan perkem- bangan masyarakat.


n dan pembagian tugas pen- didik dan tenaga kependidikan dievaluasi dalam skala tahunan, sementara lainnya dievaluasi ses

ai dengan visi, misi dan tujuan sekolah.

as kepemimpinan.
n oleh penanggung jawab kegiatan yang didasarkan pada ketersediaan sumber daya yang ada.
aan operasional mengenai proses penerimaan peserta didik meliputi kriteria calon peserta didik, mekanisme penerimaan
idik oleh guru kelas atau guru BK.
ntuk para peserta didik;
a lainnya dievaluasi sesuai kebutuhan
mekanisme penerimaan peserta didik sekolah dilakukan dan orientasi pe- serta didik baru yang bersifat akademik dan pengen
bersifat akademik dan pengenalan lingkungan tanpa kekerasan dengan pengawasan guru.
 mempertanggungjawabkan pelaksanaan pada rapat dewan pendidik dan/atau sekolah dalam bentuk lapor

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Visi, misi dan tujuan sekolah tidak tercapai.
 Peningkatan mutu lulusan tidak dapat tercapai.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Warga sekolah dan pihak terkait tidak dilibatkan dalam perencanaan pro- gram pengelolaan.
 Kepala sekolah kurang mampu menjalankan tugas kepemimpinan.
 Sistem informasi manajemen sekolah tidak terkelola dengan baik.
 Komitmen penanggungjawab kegiatan rendah.
 Kegiatan layanan kesiswaan tidak tercakup dalam rencana kerja sekolah
Sub-Indikator 3. Meningkatkan dayaguna pendidik dan tenaga kependidikan

Deskripsi:
 Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan dikembangkan sesua
 Mendukung upaya:
 promosi pendidik dan tenaga kependidikan;
 pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan aspirasi ind
 penempatan tenaga kependidikan disesuaikan dengan kebutuhan baik jumlah
 mutasi tenaga kependidikan dari satu posisi ke posisi lain didasarkan pada an
 Mendayagunakan:
 kepala sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pim- pin
 Wakil kepala SMP melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pem
 Wakil kepala SMA/SMK bidang kurikulum melaksanakan tugas dan tangg
 Wakil kepala SMA/SMK bidang sarana prasarana melaksanakan tugas dan ta
 Wakil kepala SMA/SMK bidang kesiswaan melaksanakan tugas dan
tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola pe
98
au sekolah dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran yang disam- paikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan ber

ngelolaan.

ndidikan dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah

kan sesuai dengan aspirasi individu, kebutuhan kurikulum dan sekolah;


dengan kebutuhan baik jumlah maupun kualifikasinya dengan menetapkan prioritas;
posisi lain didasarkan pada analisis jabatan.

gung jawabnya sebagai pim- pinan pengelolaan sekolah;


nggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah;
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola bidang kurikulum;
na melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola sarana prasarana;
melaksanakan tugas dan
la sekolah dalam mengelola peserta didik;
rencana kerja tahunan berikutnya.
idang kurikulum;
a sarana prasarana;
 Wakil kepala SMK bidang hubungan industri melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pem
 Guru melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai agen pembela- jaran yang memotivasi, memfas
 Tenaga perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya melaksanakan pengelolaan sumbe
 Tenaga laboratorium melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mem- bantu guru mengelola kegiatan pr
 Tenaga administrasi melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam menyelenggarakan pelayanan adm
 Tenaga kebersihan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan layanan kebersihan lin
 Memberikan penghargaan untuk pendidik dan tenaga kependidikan.
 Menilai kinerja pendidik dan tenaga kependidikan meliputi:
 Kesesuaian penugasan dengan latar belakang pendidikan.
 Keseimbangan beban kerja.
 Keaktifan dalam pelaksanaan tugas.
 Pencapaian prestasi.
 Keikutsertaan dalam berbagai lomba dan menjadi juara misalnya guru/kepala sekolah berprestasi,

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pendidik dan tenaga kependidikan tidak dapat mengembangkan kepro- fesiannya.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Program pendayagunaan pendidik dan tenaga kependidikan tidak terencana- kan dalam rencana kerja sekolah.
 Dewan pendidik tidak dilibatkan dalam perencanaan pengelolaan.
 Kepala sekolah tidak mampu menjalankan tugas kepemimpinannya.

Sub-Indikator 4. Melaksanakan kegiatan evaluasi diri

Deskripsi:
 Melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah.
 Menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja, dan melakuka
 Melaksanakan:
 Evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang-kurangnya dua kali
99
nggung jawabnya sebagai pembantu kepala sekolah dalam mengelola kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri;
aran yang memotivasi, memfasilitasi, mendidik, membimbing, dan mela- tih peserta didik sehingga menjadi manusia berkua
aksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan;
ntu guru mengelola kegiatan praktikum di laboratorium;
nyelenggarakan pelayanan administratif;
mberikan layanan kebersihan lingkungan.

uru/kepala sekolah berprestasi, dan OSN guru.

dalam rencana kerja sekolah.


menilai kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidi- kan.

sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun, pada akhir semester akademik;


an dunia industri;
enjadi manusia berkualitas dan mampu mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimum;
 Evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun, pada akhir ta
 Evaluasi diri sekolah dilakukan secara periodik berdasar pada data dan infor- masi yang sahih.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Sekolah tidak mengetahui gambaran secara menyeluruh tentang kinerja- sekolah terhadap pelaksanaan 8 st

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:

 Belum mampu mengembangkan prosedur evaluasi diri secara mandiri.

 Bergantung pada instrumen yang diberikan oleh penyelenggara Pendidikan.

 Kurang memahami manfaat dari evaluasi diri sekolah


 Kepala sekolah tidak mampu menjalankan tugas kepemimpinannya.
Sub-Indikator 5. Membangun kemitraan dan melibatkan peran serta masyarakat serta lembaga
lain yang relevan

Deskripsi:
 Warga sekolah dilibatkan dalam pengelolaan akademik.
 Masyarakat pendukung sekolah dilibatkan dalam pengelolaan non-akade- mik.
 Terbatas pada kegiatan tertentu yang ditetapkan.
 Menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan dengan in- put, p
 Kemitraan SD dilakukan minimal dengan SMP serta dengan TK di ling- kunga
 Kemitraan SMP dilakukan minimal dengan SMA/SMK, SD, serta dunia u
 Kemitraan SMA/SMK dilakukan minimal dengan perguruan tinggi, SMP serta
 Sekolah melibatkan peran serta masyarakat dan kemitraan untuk men- dukun
 Pendidikan.
 Kesehatan.
 Kepolisian.
 Keagamaan dan kemasyarakatan.
 Dunia usaha.
 Pengembangan minat dan bakat
 dan lainnya
 Sistem kemitraan sekolah ditetapkan dengan perjanjian secara tertulis.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:

100
li dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah.
yang sahih.

lah terhadap pelaksanaan 8 standar nasional pendidikan.

rta lembaga

engelolaan non-akade- mik.

an, berkaitan dengan in- put, proses, output, dan pemanfaatan lulusan baik itu dilakukan dengan lem- baga pemerintah atau no
serta dengan TK di ling- kungannya.
SMA/SMK, SD, serta dunia usaha dan dunia industri.
n perguruan tinggi, SMP serta dunia usaha dan dunia industri di lingkungannya.
kemitraan untuk men- dukung program sekolah meliputi bidang:
ian secara tertulis.
- baga pemerintah atau non-pemerintah.
 Terdapat program tidak dapat dijalankan dengan optimal karena keterbata- san sumber daya dan kapasitas yang

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Program kemitraan dan pelibatan masyarakat tidak terencanakan dalam rencana kerja sekolah.
 Kepala sekolah tidak mampu menjalankan tugas kepemimpinannya.
Sub-Indikator 6. Melaksanakan pengelolaan bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran

Deskripsi:
 Sekolah menetapkan petunjuk pelaksanaan operasional yang mengatur mekan
 Sekolah menyusun peraturan akademik yang meliputi:
 Persyaratan minimal kehadiran siswa untuk mengikuti pelajaran dan tugas da
 Ketentuan mengenai ulangan, remedial, ujian, kenaikan kelas, dan kelu- lusan
 Ketentuan mengenai hak siswa untuk menggunakan fasilitas belajar, la- borat
 Ketentuan mengenai layanan konsultasi kepada guru mata pelajaran, wali kel
 Sekolah menetapkan pedoman tata-tertib yang berisi:
 tata tertib pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, termasuk da- lam
 petunjuk, peringatan, dan larangan dalam berperilaku di sekolah, serta pembe
 Sekolah menetapkan kode etik yang memuat norma tentang:
 hubungan sesama warga di dalam lingkungan sekolah dan hubungan an- tara
 sistem yang dapat memberikan penghargaan bagi yang mematuhi dan sangs

 prosedur tertulis mengenai pelaksanaan penciptaan suasana iklim dan lingku


 Kode etik sekolah yang mengatur peserta didik memuat norma untuk:
 menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya;
 menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;
 mengikuti proses pembelajaran dengan menjunjung tinggi ketentuan pem
 memelihara kerukunan dan kedamaian untuk mewujudkan harmoni sosial di a
 mencintai keluarga, masyarakat, dan menyayangi sesama;
 mencintai lingkungan, bangsa, dan negara; serta
101
mber daya dan kapasitas yang dimiliki oleh sekolah

ana kerja sekolah.

asional yang mengatur mekanisme penyampaian ketidakpuasan siswa dan penyelesaiannya mengenai penilaian hasil b

ngikuti pelajaran dan tugas dari guru.


kenaikan kelas, dan kelu- lusan.
nakan fasilitas belajar, la- boratorium, perpustakaan, penggunaan buku pelajaran, buku referensi, dan buku perpustakaan.
a guru mata pelajaran, wali kelas, dan konselor.

eserta didik, termasuk da- lam hal menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana pendidikan;
erilaku di sekolah, serta pemberian sangsi bagi warga yang melanggar tata tertib.

sekolah dan hubungan an- tara warga sekolah dengan masyarakat;


agi yang mematuhi dan sangsi bagi yang melanggar.

taan suasana iklim dan lingkungan pendidikan.


uat norma untuk:
g dianutnya;
junjung tinggi ketentuan pembelajaran dan mematuhi semua peraturan yang berlaku;
mewujudkan harmoni sosial di antara teman;
ngi sesama;
mengenai penilaian hasil belajar.

n buku perpustakaan.
 menjaga dan memelihara sarana dan prasarana, kebersihan, ketertiban, keamanan, keindahan, dan kenya
 Kode etik sekolah yang mengatur guru dan tenaga kependidikan memasuk- kan larangan bagi guru dan tenaga
 menjual buku pelajaran, seragam/bahan pakaian sekolah, dan/atau perangkat sekolah lainnya baik sec
 memungut biaya dalam memberikan bimbingan belajar atau les kepada peserta didik;
 memungut biaya dari peserta didik baik secara langsung maupun tidak langsung yang bertentangan denga
 melakukan sesuatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang
mencederai integritas hasil Ujian Sekolah dan Ujian Nasional.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Suasana, iklim, dan lingkungan pendidikan untuk pembelajaran kurang kon- dusif dan efisien.
 Kesadaran untuk beretika berkurang.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Program pengelolaan bidang kurikulum dan pembelajaran dalam budaya dan lingkungan sekolah tidak direncana
 Sosialisasi kurang optimal.
 Kepala sekolah tidak mampu menjalankan tugas kepemimpinannya.
Indikator 3. Kepala sekolah berkinerja baik dalam melaksanakan tugas kepemimpi-
nan
Sub-Indikator 1. Berkepribadian dan bersosialisasi dengan baik

Deskripsi:
 Bertanggung jawab dalam membuat keputusan anggaran sekolah

 Bertanggung jawab atas perencanaan partisipatif mengenai pelaks


 Berkomunikasi untuk menciptakan dukungan intensif dari orang tu
 Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan ke
 Memberi contoh/teladan/tindakan yang bertanggung jawab.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa, pendidik dan tenaga kependidikan kesulitan mendapatk
 Pengelolaan sekolah kurang berjalan optimal.
102
manan, keindahan, dan kenyamanan sekolah.
rangan bagi guru dan tenaga kependidikan, secara perseorangan mau- pun kolektif, untuk:
ngkat sekolah lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung kepada peserta didik;

ung yang bertentangan dengan peraturan dan undang-undang;

dan efisien.

ungan sekolah tidak direncanakan dengan melibatkan warga sekolah.

as kepemimpi-

keputusan anggaran sekolah;

an partisipatif mengenai pelaksanaan ku- rikulum


ukungan intensif dari orang tua peserta didik dan masyarakat;
a baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya;
ng bertanggung jawab.

ndidikan kesulitan mendapatkan figure teladan di sekolah.


Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah belum memenuhi

Sub-Indikator 2. Berjiwa kepemimpinan

Deskripsi:
 Membangun tujuan bersama.
 Melibatkan guru, komite sekolah dalam pengambilan keputusan penting sekola
 Menjalin kerja sama dengan orang tua peserta didik dan masyarakat, dan komite s

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pelaksanaan pembelajaran dan pengelolaan sekolah tersendat.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah belum memenuhi
Sub-Indikator 3. Mengembangkan sekolah dengan baik

Deskripsi:
 Mengembangkan motivasi pendidik dalam mengembangkan kompetensi.
 Membantu, membina, dan mempertahankan lingkungan sekolah dan pro- gram pe
 Meningkatkan mutu pendidikan.
 Menciptakan lingkungan pembelajaran yang efektif bagi siswa.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Visi, misi dan tujuan sekolah tidak tercapai.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah belum memenuhi
Sub-Indikator 4. Mengelola sumber daya dengan baik

Deskripsi:
 Mengambil keputusan berbasis data.
 Menjamin manajemen organisasi dan pengoperasian sumber daya sekolah untuk m

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pelaksanaan pembelajaran dan pengelolaan sekolah tersendat.
103
ah dalam pengambilan keputusan penting sekolah serta penyelenggara sekolah;
ng tua peserta didik dan masyarakat, dan komite sekolah menanggapi kepentingan dan kebutuhan komunitas yang be- ragam,

Tercapai:
pengelolaan sekolah tersendat.

andar Mutu:
a sekolah belum memenuhi

dik dalam mengembangkan kompetensi.


pertahankan lingkungan sekolah dan pro- gram pembelajaran yang kondusif bagi proses belajar peserta didik dan per- tumbuha

ajaran yang efektif bagi siswa.

Tercapai:

andar Mutu:
a sekolah belum memenuhi

i dan pengoperasian sumber daya sekolah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif;

Tercapai:
pengelolaan sekolah tersendat.
unitas yang be- ragam, dan memobilisasi sumber daya masyarakat;

didik dan per- tumbuhan profesional para guru dan tenaga kependidikan;
sien, dan efektif;
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah belum memenuhi
Sub-Indikator 5. Berjiwa kewirausahaan

Deskripsi:
 Menjabarkan visi ke dalam misi target mutu;
 Merumuskan tujuan dan target mutu yang akan dicapai;
 Menganalisis tantangan, peluang, kekuatan, dan kelemahan sekolah;
 Membuat rencana kerja strategis dan rencana kerja tahunan untuk pelaksa- naan p
 Meningkatkan kreasi dan inovasi dalam mengembangkan kurikulum.
 Memfasilitasi pengembangan, penyebarluasan, dan pelaksanaan visi pem- belajar
 Menjaga dan meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan deng

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pelaksanaan pembelajaran dan pengelolaan sekolah rentan kurang selaras denga

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah belum memenuhi
Sub-Indikator 6. Melakukan supervisi dengan baik

Deskripsi:
 Menjamin pelaksanaan mutu proses pembelajaran melalui pelaksanaan mon- itorin
 Mengembangkan sistem penilaian dalam memantau perkembangan belajar siswa.
 Melaksanakan dan merumuskan program supervisi, serta memanfaatkan hasil

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Pelaksanaan pembelajaran dan pengelolaan sekolah rentan kurang selaras denga

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Kualifikasi dan kompetensi kepala sekolah belum memenuhi
104
arget mutu;
mutu yang akan dicapai;
g, kekuatan, dan kelemahan sekolah;
dan rencana kerja tahunan untuk pelaksa- naan peningkatan mutu;
dalam mengembangkan kurikulum.
enyebarluasan, dan pelaksanaan visi pem- belajaran yang dikomunikasikan dengan baik dan didukung oleh komunitas sekolah
vasi kerja pendidik dan tenaga kependidikan dengan menggunakan sistem pemberian penghargaan atas prestasi dan san

Tercapai:
pengelolaan sekolah rentan kurang selaras dengan visi, misi, tujuan dan rencana kerja sekolah.

andar Mutu:
a sekolah belum memenuhi

ses pembelajaran melalui pelaksanaan mon- itoring atau supervisi.


n dalam memantau perkembangan belajar siswa.
n program supervisi, serta memanfaatkan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja sekolah;

Tercapai:
pengelolaan sekolah rentan kurang selaras dengan visi, misi, tujuan dan rencana kerja sekolah.

andar Mutu:
a sekolah belum memenuhi
ng oleh komunitas sekolah;
an atas prestasi dan sangsi atas pelanggaran peraturan dan kode etik;
Indikator 4. Sekolah mengelola sistem informasi manajemen
Sub-Indikator 1. Memiliki sistem informasi manajemen sesuai ketentuan

Deskripsi:
 Mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung adminis
 Menyediakan fasilitas informasi yang efisien, efektif dan mudah diakses;
 Menugaskan seorang guru atau tenaga kependidikan untuk melayani per- mintaan
 Melaporkan data informasi sekolah yang telah terdokumentasikan kepada
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Perencanaan kerja sekolah tidak tepat sasaran.
 Pemangku kepentingan kesulitan mendapatkan laporan penyelenggaraan Pendidikan yang dilakukan oleh sekol
 Proses pengawasan tidak dapat dilakukan dengan baik.
 Komunikasi antar warga sekolah di lingkungan sekolah dilaksanakan kurang efektif dan efisien.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sumber daya manusia berkompeten yang terbatas untuk ditugaskan mengel- ola sistem informasi.
 SIM identik berbasis teknologi yang canggih dimana sarana prasarana sekolah masih minim.
 Beban guru/tenaga kependidikan tidak mencakup pada pengelolaan infor-
masi.

105
dai untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel;
dan mudah diakses;
n untuk melayani per- mintaan informasi maupun pemberian informasi atau pengaduan dari masyarakat berkaitan dengan
kumentasikan kepada

kan yang dilakukan oleh sekolah.

f dan efisien.

sistem informasi.
ah masih minim.
syarakat berkaitan dengan pengelolaan sekolah baik secara lisan maupun tertulis dan semuanya direkam dan didokumentasika
direkam dan didokumentasikan;
Indikator Mutu Pendidikan
STANDAR 8. STANDAR PEMBIAYAAN
— Perangkat Akreditasi BAN S/M —
Indikator 1. Sekolah memberikan layanan subsidi silang
Sub-Indikator 1. Pembebasan biaya bagi siswa tidak mampu

Deskripsi:
 Ada biaya yang dialokasikan untuk membantu siswa tidak mampu berupa:
 pengurangan dan pembebasan biaya pendidikan,
 pemberian bea siswa, dan
 bentuk biaya lainnya.
 Meniadakan pungutan biaya operasional lain (biaya yang dikeluarkan oleh siswa se
 biaya ujian;
 biaya praktikum;
 biaya perpisahan;
 biaya study tour;
 Menetapkan pendidikan gratis bagi seluruh siswa sesuai peraturan resmi pemerint

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa rentan tidak melanjutkan pendidikan di sekolah.
 Kesempatan siswa untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri yang dibebani biaya terbatas.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sekolah tidak memiliki data siswa tidak mampu.
 Sumber dana untuk pembebasan biaya yang dimiliki oleh sekolah terbatas.
Sub-Indikator 2. Terdapat daftar siswa dengan latar belakang ekonomi yang jelas
Deskripsi:
 Terdapat data siswa tidak mampu.
 Terdapat data siswa penerima beasiswa
 Terdapat data riil pemasukan pembayaran dari orangtua siswa yang ada pada buk

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Layanan subsidi silang tidak tepat sasaran

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:

107
a tidak mampu berupa:

yang dikeluarkan oleh siswa selain uang sekolah yang relevan) kepada siswa tidak mampu yang meliputi:

esuai peraturan resmi pemerintah/pemerintah daerah.

ani biaya terbatas.


ngtua siswa yang ada pada buku kas/laporan keuangan.
 Sistem informasi manajemen yang dikelola sekolah tidak dipelihara dengan baik.
 Kinerja tenaga kependidikan urusan administrasi kurang optimal.
 Rendahnya kesadaran dan kepedulian sekolah terhadap permasalahan ekonomi keluarga siswa.
Sub-Indikator 3. Melaksanakan subsidi silang untuk membantu siswa kurang mampu

Deskripsi:
 Penetapan uang sekolah (iuran bulanan) mempertimbangkan kemampuan ekonom
 Sekolah melakukan bantuan subsidi silang kepada siswa yang kurang mampu sec
 Bantuan pemerintah, pemerintah daerah, maupun lembaga lain dapat di- masukka
 Bila di sekolah tersebut tidak ada siswa dari keluarga yang kurang mampu
artinya semuanya mampu sehingga tidak ada subsidi silang

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Siswa rentan tidak melanjutkan pendidikan di sekolah.
 Kesempatan siswa untuk mengikuti kegiatan pengembangan diri yang dibebani biaya terbatas.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Sekolah tidak memiliki data siswa tidak mampu.
 Sumber dana yang dimiliki oleh sekolah terbatas.
 Biaya personal siswa bukan prioritas sekolah dalam pengelolaan pendanaan Pendidikan.
Indikator 2. Beban operasional sekolah sesuai ketentuan

Sub-Indikator 1. Terdapat biaya operasional non personil sesuai ketentuan

Deskripsi:
 Memiliki standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operas
 Terdapat standar biaya operasi nonpersonalia per sekolah/program keahlian, per ro
 Pengambilan keputusan dalam penetapan besarnya dana yang digali dari
masyarakat sebagai biaya operasional dilakukan dengan melibatkan
108
omi keluarga siswa.

mbangkan kemampuan ekonomi orangtua siswa.


iswa yang kurang mampu secara ekonomi, baik melalui pengurangan dan pembebasan biaya pendidi- kan (SPP), pemberian b
mbaga lain dapat di- masukkan sebagai bantuan.
a yang kurang mampu

ni biaya terbatas.
membiayai kegiatan operasional nonpersonalia selama 1 (satu) tahun.
ekolah/program keahlian, per rombongan belajar, dan per siswa, serta besaran presentase minimum biaya alat tulis sekolah (AT
dana yang digali dari
kan dengan melibatkan
kan (SPP), pemberian beasiswa dan sebagainya untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu agar dapat mengikuti pe
ya alat tulis sekolah (ATS) dan bahan dan alat habis pakai (BAHP),
mpu agar dapat mengikuti pendidikan secara teratur dan berkelanjutan.
berbagai pihak terkait (kepala sekolah melibatkan komite sekolah, perwaki-
lan guru, perwakilan tenaga kependidikan, perwakilan siswa dan penyeleng- gara pendidikan/yayasan untuk swasta

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Sekolah tidak dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasio
 Terdapat biaya operasional yang tidak mendapatkan alokasi pendanaan.
 Adanya tuduhan tindak pidana KKN kepada bendahara dan kepala sekolah oleh pemangku kepentingan.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pengambilan keputusan penetapan biaya bersama pemangku kepentingan menimbulkan konflik internal.
 Sumber dana yang dimiliki oleh sekolah terbatas.
 Terdapat biaya operasional lain yang sifatnya lebih diprioritaskan sekolah.
 Sekolah tidak mengetahui kebutuhan dana yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.
Indikator 3. Sekolah melakukan pengelolaan dana dengan baik
Sub-Indikator 1. Pengaturan alokasi dana yang berasal dari APBD/APBN/Yayasan/sumber lainnya

Deskripsi:
 Menyusun pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional.
 Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional sekolah mengatur:
 sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola;
 penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dana
 kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah dalam membelanjakan angg
 pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan ang- gar
 Sumbangan pendidikan atau dana dari masyarakat dapat berupa:
 biaya yang dikeluarkan oleh calon siswa untuk dapat diterima sebagai siswa d
 sumbangan dari masyarakat (dunia usaha, komunitas agama, donatur) yang
 bantuan pemerintah/pemerintah daerah misalnya Bantuan Operasional Sekol
 Memiliki pedoman pengelolaan keuangan terkait sumbangan pendidikan atau d
 Pengambilan keputusan dalam penetapan besarnya dana yang digali dari
masyarakat sebagai biaya operasional dilakukan dengan melibatkan
109
ndidikan/yayasan untuk swasta).

elanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.

emangku kepentingan.

mbulkan konflik internal.

ndisi sekolah.

sumber lainnya

n operasional.
nal sekolah mengatur:
dana yang dikelola;
nggalangan dana di luar dana investasi dan operasional;
ah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya;
an serta penggunaan ang- garan, untuk dilaporkan kepada komite sekolah, serta institusi di atasnya.
dapat berupa:
dapat diterima sebagai siswa dengan berbagai istilah antara lain: uang pangkal, uang gedung, pembiayaan investasi sekolah,
munitas agama, donatur) yang berupa infaq, sumbangan, bantuan/beasiswa; dan
ya Bantuan Operasional Sekolah, maupun lembaga lain.
sumbangan pendidikan atau dana dari masyarakat.
dana yang digali dari
kan dengan melibatkan
biayaan investasi sekolah,
berbagai pihak terkait (kepala sekolah melibatkan komite sekolah, perwaki-
lan guru, perwakilan tenaga kependidikan, perwakilan siswa dan penyeleng- gara pendidikan/yayasan untuk s
 Pengelolaan dana dari masyarakat sebagai biaya personal dilakukan secara transparan, dan akuntabel yang ditu
 Disusun sesuai dengan kaidah pelaporan keuangan.
 Dilaporkan secara periodik kepada komite atau yayasan atau diaudit secara internal dan eksternal.

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Sekolah tidak dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasio
 Terdapat biaya yang tidak mendapatkan alokasi pendanaan.
 Rentan terhadap tuduhan tindak pidana KKN kepada bendahara dan kepala sekolah oleh pemangku kepentinga

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:


 Pengambilan keputusan dalam pendananaan bersama pemangku kepent- ingan menimbulkan konflik internal.
 Kemampuan pendidik/tenaga kependidikan dalam pengelolaan pendanaan terbatas.
 Beban kinerja pendidik/tenaga kependidikan yang diberi tugas sebagai ben-
dahara terlalu banyak
Sub-Indikator 2. Terdapat laporan pengelolaan dana

Deskripsi:
 Memiliki pembukuan biaya operasional berupa buku kas umum yang berisi- kan se
 Buku pembantu kas yang mencatat tiap transaksi tunai dan ditandatan- gani o
 Buku pembantu bank yang mencatat tiap transaksi melalui bank (baik cek, gir

 Buku pembantu pajak yang mencatat semua transaksi yang harus dipun- gut
selaku wajib pungut pajak.
Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:
 Rentan terhadap tuduhan tindak pidana KKN kepada bendahara d
 Proses pemantauan, supervisi, pengawasan dan tindak lanjut pen
 Sekolah terkendala dalam membangun kemitraan dengan lembag
110
a pendidikan/yayasan untuk swasta).
paran, dan akuntabel yang ditunjukkan dalam RKAS.

al dan eksternal.

lanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.

ah oleh pemangku kepentingan.

menimbulkan konflik internal.

kas umum yang berisi- kan seluruh transaksi dengan didukung catatan dari buku pembantu, antara lain:
ksi tunai dan ditandatan- gani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah.
aksi melalui bank (baik cek, giro maupun tunai) dan ditandatangani oleh Bendahara dan Kepala Sekolah.

ansaksi yang harus dipun- gut pajak serta memonitor pungutan dan penyetoran pajak yang dipungut
ana KKN kepada bendahara dan kepala sekolah oleh pemangku kepentingan.
gawasan dan tindak lanjut pengawasan akan sulit dilakukan.
gun kemitraan dengan lembaga lain.
epala Sekolah.
Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:
 Bentuk laporan pengelolaan dana rumit dan merepotkan sekolah.
 Kemampuan pendidik/tenaga kependidikan dalam penyusunan laporan pengelolaan pendanaan terbatas.
 Beban kinerja pendidik/tenaga kependidikan yang diberi tugas sebagai ben- dahara terlalu banyak sehingga ti
laporan tersebut.
Sub-Indikator 3. Memiliki laporan yang dapat diakses oleh pemangku kepentingan

Deskripsi:
 Terdapat laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dimana antara
 Dipertanggungjawabkan dan dilaporkan kepada orangtua siswa, masyara- kat, dan
 Laporan dapat diakses oleh pemangku kepentingan melalui:
 Media internet seperti website atau email
 Majalah sekolah
 Surat edaran
 Rapat komite
 dan lainnya

Resiko Jika Standar Mutu Tidak Tercapai:


 Rentan terhadap tuduhan tindak pidana KKN kepada bendahara dan kepala sekolah oleh pemangku kepentinga
 Proses pemantauan, supervisi, pengawasan dan tindak lanjut pengawasan akan sulit dilakukan.
 Sekolah terkendala dalam membangun kemitraan dengan lembaga lain.

Penyebab Tidak Tercapainya Standar Mutu:

 Sistem informasi manajemen tidak terkelola dengan baik


 Kepala sekolah tidak mampu menjalankan tugas kepemimpinan dengan baik
 Hubungan antara sekolah dan pemangku kepentingan tidak harmonis.
111
olaan pendanaan terbatas.
a terlalu banyak sehingga tidak memiliki waktu untuk menyusun

n keuangan dimana antara pedoman pengelolaan keuangan dengan rincian komponen- komponen biaya operasion
ngtua siswa, masyara- kat, dan pemerintah atau yayasan, yang disertai dengan bukti-bukti.

ah oleh pemangku kepentingan.


ulit dilakukan.
onen biaya operasional yang telah dibelanjakan selama satu tahun sesuai dengan disertai bukti pelaporan.
ukti pelaporan.
Indikator Mutu Pendidikan
PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 20
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidika
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Mene
Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanNo. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasa
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi G
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madras
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 26 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Laboran Sekolah/Madrasah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Sa
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya

Instrumen Akreditasi oleh BAN S/M


113
ng-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
uran Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Stand
uran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Men
uran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
uran Menteri Pendidikan dan KebudayaanNo. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
uran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan
uran Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
uran Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
uran Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah
uran Menteri Pendidikan Nasional No. 25 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
uran Menteri Pendidikan Nasional No. 26 Tahun 2008 Tentang Standar Tenaga Laboran Sekolah/Madrasah
uran Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah
uran Menteri Pendidikan Nasional No. 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan
uran Menteri Pendidikan Nasional No. 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya

men Akreditasi oleh BAN S/M


ahun 2005 tentang Standar Nasional PendidikanPeraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 20 Tahun 2016 Tentang St
endidikan Dasar dan Menengah
an Menengah
an Dasar dan Menengah

petensi Guru

/Madrasah

oleh Satuan Pendidikan


No. 20 Tahun 2016 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah

Anda mungkin juga menyukai