Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL BOOK REPORT TEORI BILANGAN

MENGENAI BILANGAN KOMPLEKS

Dosen Pembimbing : Prof.dr.Asmin, M.Pd

Titus Aribona Bangun


4171111054
Pendidikan Matematika Reguler C 2017
Fakultas Matematikan Dan Ilmu Pengetahuan
Alam
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan tugas critical
book report ini dengan judul peubah kompleks . Tugas critical book report ini dibuat guna
memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah teori bilangan , semoga tugas critical book report
ini dapat menambah wawasan dan pengatahuan bagi para pembaca.

Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya. Akhir kata saya mengucapkan selamat membaca dan semoga materi yang ada didalam
critical book report ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.

Medan, Mei 2018

Penulis

Titus Aribona Bangun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 4
1.3 Manfaat 4

BAB II ISI BUKU 5

2.1 Identitas Buku 5

2.2 Ringkasan bab 1 6

2.3 Ringkasan bab 3 10

BAB III PEMBAHASAN 11


3.1 Kelebihan 11

3.2 Kekurangan 11

BAB IV PENUTUP 12
4.1 Kesimpulan 12

4.2 Saran 12

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Dalam matematika, bilangan kompleks adalah bilangan yang berbentuk a + bi di


mana a dan b adalah bilangan riil, dan i adalah bilangan imajiner tertentu yang mempunyai
sifat i 2 = −1. Bilangan riil a disebut juga bagian riil dari bilangan kompleks, dan bilangan
real b disebut bagian imajiner. Jika pada suatu bilangan kompleks, nilai b adalah 0, maka
bilangan kompleks tersebut menjadi sama dengan bilangan real a.Sebagai contoh, 3 +
2i adalah bilangan kompleks dengan bagian riil 3 dan bagian imajiner 2i. Bilangan kompleks
dapat ditambah, dikurang, dikali, dan dibagi seperti bilangan riil; namun bilangan kompleks juga
mempunyai sifat-sifat tambahan yang menarik. Misalnya, setiap persamaan
aljabar polinomial mempunyai solusi bilangan kompleks, tidak seperti bilangan riil yang hanya
memiliki sebagian. Dalam bidang-bidang tertentu (seperti teknik elektro, di mana i digunakan
sebagai simbol untuk arus listrik), bilangan kompleks ditulis a + bj.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian dari bilangan kompleks dan mengetahui cara pengerjaan
soal dari bilangan kompleks bagi seluruh mahasiswa sehingga mahasiswa juga paham dari segi
pengertian bilangan kompleks tetapi mahasiswa juga paham dalam pengerjaan soal

1.3 Manfaat

Manfaatnya untuk mengetahui pengerjaan soal bilangan kompleks dan penggunaan serta
pengaplikasian bilangan kompleks didalam kehidupan sehari – hari seperti penggunaan bilangan
kompleks yang bekerja disebuah perusahaan keuangan dan lain – lain, sehingga penggunaan
bilangan kompleks ini sangat perlu dipelajari agar ketika diperhadapkan dengan suatu masalah
mengenai perhitungan bahan, perhitungan tentang keuangan, kita dapat memakai bilangan
kompleks sebagai solusi dari masalah yang kita hadapai tersebut.

4
BAB II ISI BUKU
2.1 Identitas buku

1) Buku Utama (Buku 1)


Judul = PEUBAH KOMPLEKS
Penulis = Murray R. Spiegel, Ph.D
ISBN =-
Penerbit = Erlangga
Tahun terbit = 1994
Kota terbit = Jakarta

2) Buku Pembanding (Buku 2)


Judul = PENGANTAR ANALISIS KOMPLEKS
Penulis = HA Priestley
ISBN =-
Penerbit = ITB
Tahun terbit = 1993
Kota terbit = Bandung

5
2.2 Ringkasan buku 1 ( buku utama)

Bab 1 (bilangan kompleks)

1) Penyajian dari bilangan kompleks

Bilangan rill dapat dinyatakan dengan titik – titik pada suatu garis yang dinamakan
sumbu rill. Titik yang dinyatakan dengan nol dinamakan titik asal (origin). Sebaliknya, pada
setiap titik digaris tersebut terdapat satu dan hanya satu bilangan rill. Suatu titik A yang dikaitkan
dengan bilangan a terletak disebelah kanan titik B yang dikaitkan dengan bilangn b, maka kita
menyatakan bahwa a lebih besar dari b atau b lebih besar dari a dan berturut – turut ditulis a> 𝑏
dan 𝑎 < 𝑏. Himpunan semua nilai x sehingga 𝑎 < 𝑥 < 𝑏 dinamakan selang terbuka pada sumbu
rill, sedangkan 𝑎 ≦ 𝑥 ≦ 𝑏 yang juga memuat titik ujung a dan b dinamakan selang tertutup.
Nilai mutlak suatu bilangan rill dinyatakan dengan a adalah sama dengan a> 0 dengan –a jika
𝑎 < 0 dan sama dengan 0 jika a = 0

2) Bilangan kompleks

Tidak ada bilangan rill x yang memnuhi persamaan suku banyak 𝑥 2 + 1 = 0. Untuk
membolehkan adanya jawaban dari persamaan ini dan yang sejenisnya, maka himpunan bilangan
kompleks diperkenalkan. Kita dapat memandang suatu bilangan kompleks sebagai bilangan yng
terbentuk a + bi dimana a dan b rill dan i yang dinamakan sebuah khayalan bersifat -1. Jika z = a
+ bi, maka a dinamkan bagian rill dari z dan b dinamakan bagian khayalan dan berturut – turut
dinyatakan dengan Re (z) dan Im (z). lambang z yang dapat ditempatkan untuk sesuatu
himpunan bilangan kompleks dinamakan peubah kompleks. Dua bilangan kompleks a + bi dan c
+ di dikatakan sama jika dan hanya jika a = c. kita dapat memandang bilangan rill sebagai bagian
dari himpunan bilangan kompleks. Jadi bilangan kompleks 0 + 0i dan -3 + 0i berturut – turut
menyatakan bilangan kompleks -3. Jika a = 0 maka bilangan kompleks 0 + bi atau bi dinyatakan
bilangan khayalan sejati. Kompleks sekawan atau disingkat kawan dari suatu bilangan kompleks
a + bi adalah bilangan a – bi kompleks sekawan suatu bilangan kompleks z sering kali
dinyatakan dengan z

Dari sudut pandang logika dimungkinkan untuk mendefenisikan suatu bilangan kompleks
sebagai pasangan terurut (a,b) dari bilangan rill a dan b terhadap defenisi operasi tertentu yang
kemudian ternyata setara dengan diatas. Defenisi ini adalah sebagai berikut, dimana semua huruf
menyatakan bilangan rill

A. Kesamaan (a,b) = (c,d) jika dan hanya jika a = c, b = d

B. Jumlah (a,b) + (c,d) = (a + c, a + d)

C. Hasil kali (a,b) . (c,d) = (ac – bd, ad + bc)

6
m(a,b) = ( ma, mb)

dari sini kita menunjukkan bahwa (a,b) = a(1,0) + b(0,1) dan kita menyatakan ini dengan a + bi
dimana I adalah lambang untuk (0,1) yang bersifat 𝑖 2 =(0,1)(0,1) = (-1,0) [ yang dapat dipandang
setara dengan bilangan rill -1] dan (1,0) dapat dipandang setara dengan bilangan rill 1.

3) Penyajian secara grafik dari bilangan kompleks

Jika skala rill dipilih pada dua sumbu yang muncul saling tegak lurus X’OX dan Y’OY
[berturut – turut dinamakan sumbu x dan sumbu y] maka kita dapat menentukan letak suatu titik
pada bidang tertentu dengan garis – garis ini sebagai pasangan terurut bilangan rill (x,y) yang
dinamakan koordinat tegak lurus suatu titik. Karena suatu bilangan kompleks x +iy, dapat
dipandang sebagai sesuatu pasangan terurut bilangan rill kita dapat menyatakan bilangan tersebut
dengan titik dibidang xy yang dinamakan bidang kompleks . sebagai contoh, bilangan kompleks
p dapat dibaca sebagai (3,4) atau 3 +4i. Setiap bilangan kompleks ada kaitanya dengan satu dan
dengan satu titik dibidang dan sebaliknya pada setiap titik dibidang ada kaitannya satu dan hanya
satu bilangan kompleks. Karena hal ini kita sering kali menunjukkan bilangan kompleks z
sebagai titik z. kadang – kadang kita menamakan sumbu x dan y berturut – turut sebagai sumbu
rill dan sumbu khayal dan bidang z sebagai bidang kompleks.

4) Bentuk kutub bilangan kompleks

Jika P adalah suatu titik dibidang kompleks yang dikaitkan dengan bilangan kompleks
(x,y) atau x + iy maka x = r cos 𝜃 , y = r sin 𝜃. Dimana r = √𝑥 2 + 𝑦 2 = |x +iy| dinamakan
modulus atau nilai mutlak dari x + iy menyatakan dengan mod z atau |z] 𝜃 dinamakan amplitude
atau argument dari x +iy [dinyatakan dengan arg z] antara garis OP dengan sumbu x positif. Hal
ini mengakibatkan z = x + iy = r (cos 𝜃 + i sin )

5) tafsiran vector dari bilangan kompleks

Suatu bilangan kompleks z = x + iy dapat dipandang sebagai suatu vector OP dengan titik
ingkal O dan titik ujung P(x,y). kita sering kali menamakan OP = x +iy sebagai vector posisi dari
P. dua vector dengan panjang sama dan arah sama tetapi titik pangkalnya berbeda seperti OP dan
AB dianggap sama. Karena itu kita menuliskan OP =AB = x + iy

7
bab 3 (Pendiferensial kompleks dan persamaan Cauchy Reimann)

1) Turunan

Jika f(z) bernilai tunggal dalam suatu daerah R dibidang z, maka turunan fungsi f(z)
𝑓(𝑧+∆𝑧)−𝑓(𝑧)
didefenisikan sebagai f’(z) = lim
∆𝑥 ∆𝑥

Asalkan limit ini ada, yaitu tidak bergantung dari caranya ∆𝑧 → 0. Dalam hal ini kita
mengatakan bahwa f(z) mempunyai turunan di z. dalam defenisi kita seringkali menggunakan h
sebagai pengganti ∆𝑧. Kedeferensial suatu fungsi mengakibatkan kekontiniuan nya tetapi
kebalikannya tak benar

2) Fungsi analitik

Jika turunan f’(z) ada disemua titik z dari suatu daerah R maka f(z) dikatakn analitik
dalam R dan dinyatakan sebagai fungsi analitik dalam R. istilah regular (teratur) dan holomorfik
searing kali digunakan sebagai pengganti istilah analitik. Suatu fungsi f(z) dikatakan analitik
disuatu titik 𝑧° jika terdapat suatu lingkungan |z-𝑧° | < 8 sehingga f’(z) ada disetiap titik pada
lingkungan tersebut.

3) Persamaan CAUCHY REIMANN

Suatu syarat perlu agar w = f(z) = u(x,y) + iv(x,y) analitik dalam suatu daerah R adalah u
dan v memenuhi persamaan Cauchy Reimann
𝑑𝑢 𝑑𝑣 𝑑𝑢 𝑑𝑣
= 𝑑𝑦 , =−
𝑑𝑥 𝑑𝑦 𝑑𝑥

Jika turunan parsial dalam kontiniu dalam R maka persamaan Cauchy Reimann adalah syarat
cukup agar f(z) analitik dalam R

4) Differensial

Misalkan ∆𝑧 = suatu pertambahan yang diberikan untuk z maka

∆𝑤 = 𝑓(𝑧 + ∆𝑧 ) – f(z)

dinamakan pertambahan dalam w = f(z). jika f(z) kontinu dan memiliki turunan pertama yang
kontinu dalam suatu daerah maka

∆𝑤 = 𝑓′(𝑧)∆𝑧 +𝜖 ∆𝑧 = f’(z) dz + 𝜖𝑑𝑧

8
5) Turunan fungsi elementer

Dalam gugus fungsi yang memiliki cabang yaitu bernilai banyak maka cabang fungsi
diruas kanan dipilih sebagai cabang fungsi yang berkaitan dengan fungsi diruas kiri

6) Turunan tingkat tinggi

Jika w = f(z) analitik dalam suatu daerah maka turunan yang diberikan oleh f’(z) , w’ atau
dw/dz. Jika f’(z) juga analitik dalam daerah tersebut, maka turunan dinyatakan dengan
𝑑 𝑑𝑤 𝑑2 𝑤
f’’(z), w’’ atau 𝑑𝑧 =
𝑑𝑧 𝑑𝑧 2

suatu teorema yang berlaku untuk peubah kompleks tetapi tidak perlu berlaku untuk ubah rill

7) Aturan L’Hospital

Misalkan f(z) dan g(z) analitik dalam suatu daerah yang memuat titik 𝑧0 dan andaikan
f(𝑧0 ) = g(𝑧0 ) = 0 tetapi g’(𝑧0 ) ≠ 0 , maka aturan hospital menyatakan bahwa

𝑓(𝑧) 𝑓′(𝑧0 )
lim =
𝑥→𝑧0 𝑔(𝑧) 𝑔′(𝑧0 )

Kita sering kali mengatakan bahwa ruas kiri dari (1 4) memiliki “ bentuk tak tentu “ 0/0
sedangkan istilah ini sering kali membingungkan karena biasanya tidak ada bentuk tak tentu
yang dilibatkan

8) Keluarga Ortogonal

Jika w = f(z) = u(x,y) + iv(x,y) analitik maka keluarga kurva satu parameter

u(x,y) = 𝛼 , v (x,y) = 𝛽

dimana 𝛼 dan 𝛽 konstanta adalah orthogonal atau saling tegak lurus yaitu setiap anggota dari
keluarga [ ditunjukkan dengan garis tebal] tegak lurus pada setiap anggota keluarga lainnya [
ditunjukkan dengan garis terputus ] dititik potongan kurva bayangan yang berkaitan dalam
bidang w terdiri dari garis – garis sejajr dengan sumbu u dan v juga berbentuk keluarga
orthogonal sehubungan dengan ini suatu dugaan yang diperkiraan adalah bilamana fungsi pemeta
f(z) analitik, maka sudut antara kurva berpotongan C1 dan C2 dalam bidang z dengan sudut
antara kedua kurva bayangan C’1 dan C’2 dibidang w

9
2.3 Ringkasan Buku 2 ( Buku Pembanding)

Bilangan Kompleks
Bilangan kompleks z ditentukan oleh sepasang bilangan nyata x dan y; kita tuliskan z = x +
iy, dengan i (kadang-kadang dikenal sebagai j) merupakan lambing tetap. Aturan hitung yang
ditetukan dibawah ini mengakibatkan i2 = -1. Himpunan bilangan kompleks dinyatakan dengan
C. Dua anggota dari C, yaitu x + iy dan u + iv didefinisikan sama jika dan hanya jika x = u dan y
= v. definisi ini memungkinkan kita tanpa ragu-ragu menentukan x sebagai bagian nyata dari z,
dan y sebagai bagian khayal dari z, jika diketahui z = x + iy ∈ C. Kita gunakan singkatan yang
telah lazim : x untuk x + i0, iy (atau yi) untuk 0 + iy, dan I untuk 0 + i1. Singkatan yang pertama
itu menyiratkan bahwa kita menganggap himpunan semua bilangan nyata, ℝ sebagai himpunan
bagian dari C
Akan memudahkan jika bilangan kompleks dinyatakan secara geometris sebagai titik pada
bidang datar (bidang kompleks). Seperti biasa kita lengkapi bidang ℝ2 dengan dua sumbu
koordinat Decartes dan kita nyatakan z = x + iy dengan (x,y) ∈ ℝ2. Selain itu, kita dapat
menggunakan koordinat kutub, dan menuliskan 𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 dan 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃 untuk ( 𝑥, 𝑦 ) ∈ ℝ2
Sajian decartes : 𝑧 = 𝑥 + 𝑖𝑦 ; kita tuliskan Re 𝑧 = 𝑥 dan Im 𝑧 = 𝑦. Modulus dari 𝑧 didefinisikan
sebagai
|𝑧| = √(𝑥 2 + 𝑦 2 )
Bentuk Aljabar Bilangan Kompleks
(𝑥 + 𝑖𝑦) + (𝑢 + 𝑖𝑣) = (𝑥 + 𝑢) + 𝑖(𝑦 + 𝑣)
dan (𝑥 + 𝑖𝑦)(𝑢 + 𝑖𝑣) = (𝑥𝑢 + 𝑦𝑣) + 𝑖(𝑥𝑣 + 𝑦𝑢)
Dengan memilih 𝑥 = 𝑢 = 0 dan 𝑦 = 𝑣 = 1, kita peroleh kesamaan i2 = -1

Hukum komutatif
𝑧1 + 𝑧2 = 𝑧2 + 𝑧1 dan 𝑧1 . 𝑧2 = 𝑧1 . 𝑧2
Hukum asosiatif
𝑧1 + (𝑧2 + 𝑧3 ) = (𝑧1 + 𝑧2 ) + 𝑧3 dan 𝑧1 (𝑧2 + 𝑧3 ) = (𝑧1 + 𝑧2 )𝑧3
Hukum distributif
𝑧1 (𝑧2 + 𝑧3 ) = 𝑧1 𝑧2 + 𝑧1 𝑧3

10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Kelebihan

Menurut saya kelebihan buku pertama adalah covernya bagus dan menarik, kertas yang
digunakan juga bagus. Didalam buku tersebut tanda baca yang digunakan baik dan benar, serta
banyak menggunakan symbol matematika untuk memperjelas penjelasan buku tersebut

Sedangkan dibuku kedua sama seperti dibuku pertama covernya menarik dan penjelasan
yang berada didalam buku kedua sangat mudah dipahami dan mudah dimengerti baik didalam
penjelasan maupun penjelasan dalam bentuk symbol

3.2 Kekurangan

Menurut saya kekurangan buku pertama adalah penjelasanya membuat pembaca kurang
paham akan apa yang dijelaskan oleh buku tersebut sehingga buku tersebut hanya membuat
penjelasan berupa symbol saja

Sedangakan dibuku kedua tanda baca yang berada dibuku kedua kurang beraturan
sehingga membuat pembaca agak kesulitan didalam membaca serta memahami secara kilas
penjelasan didalam buku kedua

11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat saya tarik adalah di mana a dan b adalah bilangan riil, dan i adalah
bilangan imajiner tertentu yang mempunyai sifat i 2 = −1. Bilangan riil a disebut juga bagian riil
dari bilangan kompleks, dan bilangan real b disebut bagian imajiner.

4.2 Saran

Semoga melalui laporan ini para pembaca maupun mahasiswa dapat mengembangkan lebih
lanjut lagi tentang pendekatan pemrosesan Informasi. Harapannya semoga laporan ini berguna
dan bermanfaat bagi pembaca mengenai pendekatan pemrosesan Informasi. Jika ada kekurangan
atau kurang kelengkapan dari laporan ini semoga para pembaca dapat mengembangkan laporan
ini sehingga laporan ini menjadi laporan yang sempurna dan dapat dipakai oleh semua orang.
Terima kasih

12

Anda mungkin juga menyukai