Manajemen Pengelolaan Sampah Kota Berdasarkan Konsep Zero Waste - Studi Literatur PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

Manajemen Pengelolaan Sampah Kota Berdasarkan

Konsep Zero Waste: Studi Literatur


Muhammad Nizar1,2 , Erman Munir3, Edi Munawar4, Irvan5
1
Mahasiswa Program Doktor Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU
2
Staf Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh
3
Staf Pengajar Biologi, Fakultas MIPA, USU, Medan
4
Staf Pengajar Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
5
Staf Pengajar Fakultas Teknik, USU, Medan
Corresponden e-mail: muhammad.nizar@serambimekkah.ac.id

Abstrak. Pengelolaan sampah perkotaan di Indonesia masih menghadapi banyak kendala terutama
dalam hal keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau landfill. Hanya 60-70% sampah yang
dapat terangkut dan dibuang ke TPA, sementara sisanya tersebar diberbagai tempat. Padahal sampah
yang dibuang ke TPA menimbulkan pencemaran air lindi dan gas rumah kaca. Selain itu juga sampah
merupakan pemborosan sumber daya alam yang tak terbarukan. Diperlukan manajemen yang bersifat
holistik, mulai dari hulu hingga ke hilir pengelolaan sampah. Konsep Zero Waste menawarkan pengelolaan
sampah, dimulai dari peniadaan sampah, daur ulang, reduksi dan pemulihan barang bekas. Sejumlah
kota di dunia seperti Canberra, Adelaide (Australia), Stokholm (Swedia), Nova-Scotia (Kanada) dan San
Fransisco (Amerika Serikat) telah menetapkan target Zero Waste. Indonesia sendiri masih menerapkan
manajemen pengelolaan sampah yang menekankan pada pembuangan di TPA. Studi literatur ini
bertujuan untuk mengetahui apakah Indonesia dapat menerapkan konsep Zero Waste di masa depan.
Kata Kunci: Zero Waste, sampah, pengelolaan sampah, landfill, TPA

Abstract. Urban waste management in Indonesia still faces many challenges, especially in the case the
final disposal (landfill) availability. Only 60-70% of the waste that can be transported and disposed
of to landfill, while the rest are scattered in various places. Whereas waste dumped in landfill release
leachate polluting and greenhouse gases. In addition, discarded material is a waste of s non-renewable
natural resource. Holistic management is required, from upstream to downstream waste management.
The concept of Zero Waste offers waste management, starting from the avoiding of garbage, recycling,
reduction and recovery of used goods. Some cities in the world such as Canberra, Adelaide (Australia),
Stockholm (Sweden), Nova-Scotia (Canada) and San Francisco (USA) has set a target of Zero Waste.
Indonesia still implement management that emphasizes the waste management disposal in landfill. This
literature study aims to determine whether Indonesia can apply the concept of Zero Waste in the future.
Keywords: Zero Waste, waste, waste management, landfill

1. Pendahuluan Dalam rentang waktu yang sama, TPA baru akan


Secara nasional diperkirakan hanya 60%– dibangun untuk menggantikannya. Pembangunan
70% dari total sampah perkotaan yang dapat tempat pembuangan sampah baru harus memakai
diangkut ke TPA oleh instansi pemerintah yang sistem Sanitary Landfill sesuai dengan standar dan
berwenang (Damanhuri, 2005). Pada awal Mei peraturan yang berlaku (Pemerintah Indonesia,
2008, Pemerintahan Indonesia mengesahkan 2008).
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Namun penelitian yang dilakukan oleh Meidiana
Pengelolaan Sampah sebagai payung hukum & Gamse (2011) mengidentifikasi bahwa sebagian
nasional. Pemerintah daerah diwajibkan untuk besar TPA dioperasikan sebagai TPA open
menutup semua TPA yang dioperasikan sebagai dumping terkontrol, sekalipun tempat pembuangan
pembuangan sampah terbuka (open dumping) dalam sampah tersebut didesain sebagai Sanitary Landfill
jangka waktu maksimal 5 tahun (sampai 2013). (Munawar & Fellner, 2013). Sebagai konsekuensinya

93
praktek ini antara lain menimbulkan emisi lindi Di Negara-negara Asia, istilah Municipal Solid
yang mengandung polutan organik dan kandungan Waste (MSW) biasanya merujuk kepada seluruh
nitrogen serta gas rumah kaca (greenhouse gases, sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. MSW
GHG). didefinisikan di negara berkembang seperti Indonesia
Disisi lain, isu pemanasan global serta perubahan adalah limbah rumah tangga ataupun yang berasal dari
iklim dan berbagai dampaknya terhadap manusia kegiatan komersial, industri, kawasan khusus, fasilitas
telah memicu masyarakat untuk berpikir tentang sosial dan fasilitas lainnya (Ministry of Environment,
sumber daya alam yang berkelanjutan. Terbatasnya 2008). Masalah ini muncul karena cepatnya urbanisasi
ketersediaan sumber daya alam (non renewable dan populasi penduduk yang meningkat pesat (Bustos,
resources) memaksa orang-orang untuk berpikir Borregaard & Stilwell, 2004).
keras bagaimana menyelamatkan sumber daya alam Beberapa faktor mempengaruhi komposisi
yang masih ada tersebut. Sistem pengelolaan sampah keberadaan MSW antara lain norma dan budaya,
Zero Waste (ZW) atau “Menihilkan Sampah” kebijakan pengelolaan sampah, wilayah, namun
menjadi salah satu jalan keluar yang bersifat holistik salah satu faktor utama yang mempengaruhi adalah
dalam mengelola sampah dan sumber daya dalam penghasilan masyarakat. Pendapatan masyarakat
sebuah kota secara berkelanjutan (Zaman & mempengaruhi karena kebiasaan konsumtif dan
Lehmann, 2011). gaya hidup sangat bergantung pada pendapatan.
Pengelolaan sampah masih merupakan tantangan Tabel 1. memperlihatkan kategori sampah, sumber
besar bagi pemerintah Kota Banda Aceh. Tantangan limbah serta darimana limbah tersebut berasal.
tersebut antara lain adalah kesadaran masyarakat
yang masih relatif rendah terutama masyarakat yang
berjualan di pasar, kurangnya sarana pengumpulan
sampah, dan terbatasnya jumlah petugas penyuluh
kebersihan sehingga intensitas penyuluhan masih
relatif rendah (Faisal, 2014). Beberapa program
dalam Masterplan Pengelolaan Limbah Padat Banda
Aceh sejak tahun 2007 telah dilaksanakan, seperti
pengenalan daur ulang sampah, rehabilitasi TPA
lama di Kampung Jawa, serta pembangunan TPA
Sanitary Landfill baru di wilayah Aceh Besar (Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh &
Roteb, 2007).
Kajian literatur ini dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana konsep Zero Waste yang dapat
diterapkan dalam pengelolaan sampah sebuah kota.

2. Metodologi
Dalam makalah ini, metode penelitian
deskripsi kualitatif digunakan untuk menganalisis
penelitian sebelumnya tentang Zero Waste. Kajian
menggunakan sumber-sumber referensi terpercaya,
yang dapat dilacak sumbernya pada google scholar
index, untuk pengidentifikasian literatur akademik
yang relevan. Selain itu, makalah ini menganalisis
berbagai persepsi Zero Waste yang digunakan oleh
para peneliti.

3. Sampah Padat Perkotaan

94
Pada negara yang penduduknya berpenghasilan
tinggi, dilakukan pendekatan yang dikenal dengan
istilah Integrated Waste Management (IWM),
dimana dalam hal memilih dan menerapkan
pengelolaan sampah sesuai dengan teknologi
dan program manajemen yang telah ditetapkan
(Tchobanoglous & Kreith, 2002).
Banyak negara berkembang dan negara yang
sedang transisi menuju negara maju, memiliki
sektor informal yang menjalankan usaha daur
ulang sampah, penggunaan ulang barang bekas Gambar 1. Laju alir material dalam sebuah kota
dan perbaikan barang bekas. Kegiatan ini Zero Waste (adaptasi dari Girardet, 1992).
didorong oleh kebutuhan akan barang bekas yang
murah oleh masyarakat (Wilson, Rodic & Velis, merencanakan situasi yang sangat dekat dengan
2013). keadaan ZW ditahun 2020 (Connett, 2007).
Mengelola sampah selalu merupakan lima hal
4. Manajemen Sampah Zero Waste yang paling menantang dalam mengelola sebuah
Sampah lebih sering dianggap sebagai barang kota, tetapi anehnya sektor ini malah paling kecil
yang tidak berguna oleh masyarakat bahkan mendapat perhatian dibanding isu-isu perkotaan
industri sekalipun. Hal ini sebenarnya merupakan lainnya. Kualitas layanan sampah menjadi salah
pandangan yang salah jika manusia memahami satu indikator bagusnya tata kelola pemerintahan
dan menyadari betapa sampah mempunyai kota (Africa, 2010). Penghindaran terjadinya
harga dan juga bisa merusak lingkungan. Sebuah sampah (waste avoidance) merupakan prioritas
pemahaman global telah muncul, yang secara utama, baru kemudian diikuti dengan daur ulang
luas menerima efek dari perubahan iklim, dan rekayasa material untuk meminimalkan
termasuk diantaranya hilangnya keanekaragaman jumlah sampah yang akhirnya dibuang ke landfill
hayati, meningkatnya polusi udara, air dan atau dibakar dalam insinerator.
tanah, penggundulan hutan dan berkurangnya Sumber daya alam yang tak dapat diperbarui
sumber daya dan material, sebagai konsekuensi semakin terbatas jumlahnya akibat ekploitasi
konsumsi yang berlebihan proses produksi yang berlebihan. Eksploitasi sumber daya
yang tidak berkelanjutan. Hal ini termasuk yang terbatas ini secara terus menerus akan
strategi meminimalkan sampah dan konsep menimbulkan ketidakpastian masa depan. Hal
“menghilangkan sampah dari proses dan produk ini harus dicegah, oleh karenanya manusia harus
(Zero Waste SA Strategy, 2010). melakukan konsumsi yang berkelanjutan dan
Diperkirakan setiap tahunnya sampah strategi pengelolaan sampah berdasarkan (1)
yang dihasilkan dunia mencapai empat miliar penghindaran sampah (waste avoidance), (2)
metrik dimana hanya 20 % dapat didaur ulang efisiensi material dan (3) pemulihan sumber daya
atau dipulihkan (Chalmin & Gaillochet, 2009). (Lehmann, 2011).
Problem kota-kota terus meningkatnya timbulan Luas area perkotaan hanya meliputi sekitar 2%
sampah sangat penting jika kita melihat kota permukaan dunia, tetapi menghabiskan lebih dari
sebagai sebuah ekosistem yang hidup dengan 75% sumber daya alam dunia dan menghasilkan
siklus manajemen “closed-loop” sebagaimana 70% sampah secara global (UN-MEA, 2006;
diperlihatkan dalam Gambar 1. Ramsar, 2012). Menciptakan sampah berarti
Konsep ZW menolak insinerator, landfill, menguras sumber daya alam, menggunakan
menghilangkan masyarakat pembuang sampah energi dan air, tekanan terhadap lahan, mencemari
(throwaway society) dan menciptakan komunitas lingkungan dan pada akhirnya menciptakan
yang berkelanjutan. Kita tidak berharap mencapai biaya tambahan untuk mengelola sampah. Kita
keadaan ZW tahun depan, tetapi kita dapat harus bergerak ke posisi dimana tidak ada lagi hal

95
seperti sampah, semuanya harus dirubah, inilah
yang disebut dengan Zero Waste (menihilkan
sampah).
ZW merupakan salah satu konsep yang
paling visioner dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan sampah. Sejumlah kota-kota besar
di dunia seperti Adelaide, San Francisco dan
Stockholm telah mendeklarasikan diri sebagai
kota Zero Waste dan mereka berusaha mencapai
target yang ditetapkan dan menjadi kota-kota
pertama yang menerapkan ZW. Tetapi hal yang
tak kalah penting adalah bagaimana menerapkan
konsep ZW dalam sebuah kota dan bagaimana
mengukur kinerja sebuah kota berdasarkan
konsep ZW (Zaman & Lehmann, 2013).

5. Perkembangan Zero Waste


Kota-kota di seluruh dunia menghasilkan
sekitar 1,3 miliar ton sampah padat setiap tahun
dan volume ini diperkirakan akan meningkat
menjadi 2.2 miliar ton pada tahun 2025. Laju produk yang dibuat untuk digunakan kembali,
timbulan sampah akan menjadi lebih dari dua diperbaiki dan didaur ulang, ekonomi yang
kali lipat dalam jangka 20 tahun di negara-negara meminimalkan dan akhirnya menghilangkan
dengan pendapatan rendah (Hoornweg & Bhada- limbah” (Tennant-Wood, 2003). Pada tahun
Tata, 2012). Kementerian Lingkungan Hidup dan 2000, Del Norte County, California menjadi
Kehutanan Indonesia menyebutkan total sampah negara bagian pertama di USA yang menerapkan
di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. secara komprehensif rencana ZW dan tahun
Sebanyak 14% adalah sampah plastik (Sudirman, 2001, California Integrated Waste Management
2016). Board mengadopsi tujuan ZW sebagai rencana
Palmer (2004) merupakan orang pertama yang pengelolaan sampah strategis (Connett, 2013).
menggunakan istilah Zero Waste di tahun 1973 Pencapaian dan even yang berkaitan dengan
sebagai istilah untuk memulihkan sumber daya pengembangan ZW dapat dilihat pada Tabel 2.
dari limbah kimia. Sejumlah kota di dunia tahun Menerapkan ZW berarti akan menghilangkan
1995 menerapkan undang-undang No Waste semua pembuangan di tanah, air atau udara yang
untuk mencapai target tahun 2010 dan Canberra merupakan ancaman bagi planet, kesehatan
menjadi kota pertama di dunia yang sukses manusia, hewan atau tanaman (ZWIA, 2004).
menjalankan mencapai target ZW (Connett, Departemen Lingkungan Hidup San Francisco
2013; Snow et al., 2003). mendefinisikan ZW sebagai “ Tidak mengirim
Munculnya peraturan tentang ZW di New apapun ke landfill atau insinerator serta membuat
Zealand pada tahun 1997 mendukung inisiatif kebijakan yang mengurangi sampah dan
meminimalkan sampah lewat gerakan ZW di meningkatkan akses daur ulang dan kompos” (SF
negara ini. Gerakan ini menyuarakan intensif Environment, 2011). ZW di Inggris diartikan sebagai
“Sistem material ekonomi sirkular (closed loop “Sebuah cara yang sederhana yang merangkum
materials economy) dimana sebuah produk target sejauh mungkin dalam mengurangi dampak
dibuat untuk dapat digunakan kembali, diperbaiki sampah terhadap lingkungan. Ini merupakan
dan didaur ulang, sebuah sistem ekonomi yang tujuan visioner yang mencegah terjadinya sampah,
meminimalkan dan pada akhirnya bahan melestarikan sumber daya dan memulihkan nilai
lingkaran perekonomian tertutup; satu di mana material.” (Phillips et al., 2011).

96
Economic Commission for Europe, 2011). Gambar
2. memperlihatkan prinsip-prinsip kota ZW yang
jika diimplementasi dengan baik maka kota dapat
berubah menjadi kota ZW.

6. Mengukur Kinerja Zero Waste


Mengembangkan ide sistem pengelolaan
sampah menjadi sistem Zero Waste membutuhkan
integrasi sejumlah parameter antara lain batas
geografi, pencegahan sampah melalui desain,
perubahan perilaku, pengurangan sampah lewat
penggunaan kembali dan mendesain ulang serta
ZW secara sederhana juga diartikan sebagainya. Studi literatur yang dilakukan oleh
menghilangkan sampah yang tidak perlu dan (Zaman, 2014b) mengkategorikan indikator-
tidak diinginkan dari setiap produk dan setiap indikator yang dibagi dalam tujuh domain
tahap daur hidupnya. ZW terdiri dari banyak utama yaitu geo-administratif, sosial-kultural,
konsep yang dapat dikembangkan untuk sistem manajemen, lingkungan, ekonomi, organisasi,
pengelolaan sampah berkelanjutan termasuk pemerintahan dan kebijakan (lihat Gambar 3.).
menghindari, mengurangi, menggunakan Untuk memahami dan mengevaluasi manajemen
kembali, mendesain ulang, menghasilkan kembali, Zero Waste, sangat penting mengembangkan
daur ulang, memperbaiki, pabrikasi kembali, sebuah tool penilaian kinerja berupa sekumpulan
menjual kembali dan mendistribusi ulang sumber indikator. Indikator manajemen persampahan telah
daya sampah. Konsep ZW terus berkembang, banyak dikembangkan oleh berbagai stakeholder
tidak terhenti sebatas daur ulang tetapi juga sesuai dengan fokus mereka misalnya bidang
restrukturisasi desain produk untuk mencegah sosial, ekonomi, lingkungan atau secara teknologi.
timbulnya sampah di tahap awal (United Nations Berbagai studi juga dilakukan oleh para peneliti

Gambar. 3. Skema domain dalam sistem manajemen Zero Waste Sumber: Zaman (2014b)

97
tentang indikator-indikator pengelolaan sampah 7.2. Adelaide
berkelanjutan. Ringkasan temuan kunci indikator- Adelaide, salah satu kota di Australia Selatan
indikator tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3. yang memiliki tingkat konsumsi tinggi di dunia,
Bagaimanapun tidak ada strategi tunggal yang telah mengembangkan dan menerapkan strategi
dapat menyelesaikan permasalahan sampah saat Zero Zaste untuk pemulihan sumber daya
ini. Pendekatan yang holistik dalam mengelola yang optimum sampah. Daur ulang sampah
sampah kota dan konsep keberlanjutan dalam dan pengomposan menjadi andalan utama
jangka panjang diperlukan untuk mendesain pengelolaan sampah di Adelaide. Program
kota Zero Waste secara sungguh-sungguh. pengomposan sampah meningkat signifikan dan
Pemahaman terhadap lokal konteks dan situasi mereka menargetkan pada tahun 2015, volume
pasar global akan memberikan adaptasi ZW kompos harus lebih tinggi dari sampah yang
secara maksimal. Identifikasi area prioritas dikirim ke landfill.
kunci merupakan hal penting untuk merancang Untuk alasan ini, fasilitas pengomposan
strategi ZW dimasa depan. Pemerintah kota sampah, terus dibangun di Adelaide. Kota
akan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ini memiliki persentase yang tinggi dalam
berhubungan dengan rencana mereka untuk diversifikasi sampah, mencapai 82%. Kota ini
meningkatkan kinerja recovery (diuji dalam aspek juga telah sukses menjalankan skema CDL
timbulan sampah per kapita, TPA per kapita dan selama puluhan tahun.
laju recovery sumber daya – dibandingkan dengan
praktek yang sukses secara internasional) seperti 7.3. Stockholm
fasilitas sumber daya apa yang dibutuhkan untuk Stockholm salah satu kota terkemuka di
memenuhi berbagai target, berapa investasi yang Eropa dan standar lingkungan yang sangat tinggi
dibutuhkan dan dimana fasilitas Advanced Waste dan memiliki ambisi meningkatkan kualitas
Treatment (AWT) didirikan? Apa yang dapat lingkungan. Pemerintahan Kota Stockholm
dilakukan untuk meningkatkan kinerja? Jelas, bertanggung jawab terhadap sistem pengelolaan
jika tingkat timbulan sampah meningkat sesuai sampah di ibukota. Pemerintah Kota Stockholm
prediksi, akan banyak material yang bisa ditarik memulai sebuah proyek yang disebut “Vision
dari aliran sampah untuk memenuhi target yang Stockholm 2030” demi pembangunan yang
lebih tinggi (Zaman, 2014b). berkelanjutan bagi Stockholm di masa depan.
Stockholm sudah menerapkan tujuan sebagai
7. Inisiatif Zero Waste di Dunia kota bebas bahan bakar fosil di tahun 2050
7.1. Canberra (Stockholm City, 2009). Salah satu tujuan kunci
Canberra menjadi kota pertama di dunia yang visi 2030 ini adalah metransformasikan kota
membuat undang-undang Zero Waste pada tahun Stockholm menjadi daerah yang resource-efficient
1996. Undang-undang ini menyebutkan bahwa (RUFS, 2010).
“Pemerintah tidak memproduksi sampah mulai
tahun 2010”. Pada tahun 2004, kota Canberra 7.4. Halifax-Nova Scotia
sudah mencapai 70 % diversifikasi sampah, hal Kota Halifax-Nova Scotia, Kanada, pada
ini disebabkan kegiatan diversifikasi sampah pertengahan 1990-an mencoba memperluas area
kebun dan limbah puing-puing bangunan landfill. Rencana ini menimbulkan protes dari
(Construction & Demolition). Salah satu program masyarakat yang mengeluhkan akan munculnya
kota Canberra adalah mendirikan sebuah tempat bau busuk dari situs tersebut. Kemudian
yang diberi nama “Resource Recovery Park” pemerintah kota mengusulkan insinerator besar
sebagai upaya membantu pihak industri dapat berkapasitas 750 ton/hari. Sama juga, rencana ini
membuat produk dari bahan terpisah serta kembali menimbulkan protes sehingga proyek
mereka dapat memasarkan barang yang dapat dihentikan. Akhirnya pemerintah menyerahkan
digunakan kembali (reusable material). permasalahan ini kepada masyarakat dan
mengatakan “Anda tidak ingin landfill dan tidak

98
mau insinerator, beritahu kami apa yang anda
inginkan. Silahkan anda rancang programnya.”
Penduduk menerima tantangan tersebut
dan pemerintah memberikan bantuan yang
diperlukan seperti laporan konsultan. Warga
memilih salah satu program dalam laporan
yang diberikan oleh Sound Resources out of
Seattle. Program ini melibatkan pemisahan
dan pengumpulan sampah yang dapat didaur penduduk 2000 yang berjumlah 205,1 juta jiwa,
ulang, organik dan lainnya secara “door to door”. maka selama sepuluh tahun terakhir penduduk
Warga membuat dua perubahan paradigma Indonesia bertambah sekitar 32,5 juta orang
dalam laporannya. 1) Dalam laporannya dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % per tahun
selalu menggunakan kata “resources” untuk (Soleh, 2011). Problem yang dihadapi muncul pada
menggantikan kata “sampah”. 2) Karena setiap tahap pengelolaan sampah padat seperti
pengalaman buruk sebelumnya dengan landfill, penampungan, pengumpulan, pemindahan, tran-
warga meminta agar tidak ada sampah yang sportasi dan pemrosesan dimana masalah-masalah
dibuang ke landfill tanpa pemrosesan terlebih ini cenderung semakin meningkat pada titik
dahulu. Hal ini memicu pembuatan fasilitas akhirnya yaitu landfill (Meidiana & Gamse, 2010).
konstruksi penyaringan sampah. Berdasarkan studi pengelolaan sampah
Halifax sendiri mencapai 60% laju yang dilakukan oleh badan dunia UNEP
diversifikasi. Selain itu program ini menciptakan tahun 2004, menunjukan bahwa hanya 33%
1000 lapangan pekerjaan dibidang pengumpulan indikator pelayanan manajemen persampahan
dan pengolahan sampah. Selain itu 2000 dipenuhi oleh pemerintah. Hal ini berarti
pekerjaan diciptakan dalam sektor industri tingkat pelayanan sampah yang dilaksanakan
pengumpulan barang bekas. Hampir semua pemerintah Indonesia masih rendah. Ada banyak
barang-barang yang dapat digunakan terpisah faktor yang mempengaruhi rendahnya pelayanan
(separated material) digunakan kembali oleh ini. Undang-undang pengelolaan sampah yang
industri di Nova Scotia. ada saat itu tidak memadai, menyebabkan
pengelolaan sampah tidak efisien di Indonesia.
7.5. San Fransisco Undang-undang ini tidak mengatur secara
Kota yang paling progresif adalah San Francisco, khusus pengelolaan limbah padat.
dengan populasi 850.000 orang, telah mencapai 77% Banyak kota menghadapi masalah TPA karena
diversifikasi limbah, tertinggi di Amerika Serikat, ketersediaan lahan yang terbatas dan situs open
dengan pendekatan tiga bidang: memberlakukan dumping tidak dilengkapi sistem sanitasi, seperti
undang-undang pengurangan limbah secara tanah penutup, koleksi lindi dan sistem pengolahan
ketat, bermitra dengan perusahaan pengelolaan pencemaran lingkungan melalui emisi CH4 dan
limbah untuk berinovasi program baru, dan intrusi lindi ke dalam air tanah dan permukaan.
bekerja untuk menciptakan budaya daur ulang dan Tabel 3. menunjukkan perkembangan beberapa
pengomposan melalui insentif serta bekerjasama indikator pengelolaan aspek limbah di Indonesia.
dengan komunitas. Lahan yang tersedia di kota ini Hal ini menunjukkan bahwa dari 10 indikator aspek
sangat sedikit sehingga merekapun berusaha keras pengelolaan sampah kota, 4 aspek telah memadai
mengadopsi tujuan Zero Waste yang akan dicapai sejak tahun 1999 dan hanya salah satu aspek yang
tahun 2020 (Zaman & Lehmann, 2013). membaik setelah evaluasi UNEP.
Program pelatihan untuk peningkatan
8. Pengelolaan Sampah di Indonesia kapasitas dalam pengelolaan sampah kota telah
Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 237,5 juta Hidup dan Kementerian Pemukiman dan Pra-
jiwa, bila dibandingkan dengan hasil sensus sarana. Upaya untuk memperbaiki indikator harus

99
menangani pengelolaan sampah perkotaan
sehingga butuh inisiatif baru.
2. Zero Waste dapat menjadi konsep baru
dalam penanganan sampah di Indonesia
karena Zero Waste merupakan konsep
yang bermula dari, mencegah timbulnya
sampah di “hulu” ke “hilir”, bukan hanya
menangani sampah di “end pipe”.
3. Penerapan konsep Zero Waste telah banyak
berhasil di berbagai kota di dunia sehingga
konsep ini bukan sesuatu yang bersifat
utopia.
4. Perlu keterlibatan semua pihak dalam
melaksanakan konsep Zero Waste, mulai
dari pihak swasta, pemerintah dan dunia
pendidikan dalam mengkampanyekan
konsep ini.
Saran yang dapat disampaikan setelah
mengkaji literatur antara lain:
1. Pemerintah kota di Indonesia harus segera
menerapkan konsep Zero Waste dalam
dimulai dengan melihat kondisi yang ada sebagai pengelolaan sampahnya dimana hal ini juga
tantangan dan menggunakan potensi ini untuk merupakan amanah dari UU No.18 Tahun
mengembangkannya. Potensi dan tantangan dalam 2008 tentang Persampahann.
MWM di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 4. 2. Kampanye pengelolaan Zero Waste dapat
Studi yang dilakukan terhadap kondisi dilaksanakan dalam masyarakat sehingga
pengelolaan persampahan di kota Banda Aceh muncul kesadaran untuk tidak menciptakan
menunjukkan hasil masih kurang memadai dan sampah.
sampah memerlukan pengolahan lebih lanjut di di 3. Program penanganan sampah harus
TPA Kampung Jawa. Sampah daun diolah menjadi difokuskan pada peningkatan kapasitas
kompos, sedangkan sampah plastik dan kertas manusia, bukan sekedar menambah
tidak dilakukan pengolahan. Persentase sampah peralatan pengumpulan sampah atau
organik, kertas dan plastik yang dihasilkan kota membuat landfill.
Banda Aceh masing-masing sebesar 89,1 %; 2,5
%; 0,74 %. Berat sampah yang dihasilkan oleh 10. Daftar Pustaka
Kota Banda Aceh adalah 86057,64 ton/bulan Africa, P. S. (2010) ‘Solid Waste Management
dan menghasilkan emisi karbon sebesar 83726,6 in the World’s Cities’, in Solid Waste
ton/bulan. Sedangkan jumlah sampah yang Management in the World’s Cities: Water
dihasilkan oleh penduduk kota Banda Aceh 0,58 and Sanitation in the World’s Cities 2010,
kg/orang/hari dengan jumlah penduduk Banda p. 30.
Aceh sebanyak 242.943 jiwa (Faisal, 2014). Bustos, B. N., Borregaard and Stilwell, M. (2004)
The Use Of Economic Instruments In
9. Kesimpulan & Saran Environmental Policy: Opportunities And
Dari hasil kajian literatur sebagaimana telah Challenges.
diuraikan di atas, maka dapat ditarik beberapa Chalmin, P. and Gaillochet, C. (2009) From Waste
kesimpulan, yaitu: to Resource: An Abstract of World Waste
1. Kota-kota di Indonesia telah mengalami Survey 2009.
over kapasitas dalam kemampuan Connett, P. (2007) Zero Waste: A Key Move

100
Towards A Sustainable Society, American Jakarta, Indonesia.
Environmental Health Studies Project. Munawar, E. and Fellner, J. (2013) ‘Guidelines
Canton. New York. USA. for Design and Operation of Municipal
Connett, P. (2013) The Zero Waste Solution. Solid Waste Landfills in Tropical Climates’,
Vermont: Chelsea Green Publishing. ISWA–the International Solid Waste
Association.
Damanhuri, E. (2005) ‘Some Principal Issues Palmer, P. (2004) Getting to Zero Waste. California:
On Municipal Solid Waste Management Purple Sky Press.
In Indonesia’, in In Expert Meeting on Pemerintah Indonesia (2008) UU Republik
Waste Management in Asia-Pacific Islands, Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang
Oct (Vol. 2729). Tokyo: Expert Meeting Pengelolaan Sampah. Indonesia: DPR RI.
on Waste Management in Asia-Pacific Phillips, Paul S., Tudor, Terry, Bird, Helen, Bates
Islands. and Margaret (2011) ‘A Critical Review
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota of A Key Waste Strategy Initiative in
Banda Aceh and Roteb (2007) Laporan England: Zero Waste Places Projects 2008-
Master Plan Kota Banda Aceh Pasca 2009’, Resour. Conserv. Recycl, 55(3), pp.
Tsunami Republik Indonesia (Solid Waste 335–343. Available at: http://solidwaste.
Management Master Plan ‐ Report for org/past conferences and proceedings/
Post‐Tsunami Banda Aceh Republic of proceedings/20112/.
Indonesia). Banda Aceh, Indonesia. Ramsar (2012) The Ramsar Convention on
Faisal, M. (2014) ‘Analisis Laju Alir Sampah Dan Wetlands. Background and Context to the
Emisi Carbon Yang Dihasilkan Kota Development of Principles and Guidance
Banda Aceh’, Jurnal Teknik Kimia USU, for the Planning and Management of Urban
3(4), pp. 6–11. and Peri-urban Wetlands (COP11 DR11).
Girardet, H. (1992) The Gaia Atlas of Cities: New Available at: http://www.ramsar.org/pdf/
Directions for Sustainable Urban Living. cop11/doc/cop11-doc23-e-urban.pdf
London, UK: Gaia Books. (Accessed: 12 September 2016).
Hoornweg, D. and Bhada-Tata, P. (2012) What RUFS (2010) Office of Regional Planning,
a Waste: A Global Review of Solid Waste Stockholm County Council, Office of
Management. Available at: http:// Regional Planning, Stockholm County
go.worldbank.org/ BCQEP0TMO0 Council. Available at: http://www.tmr.
(Accessed: 10 December 2016). sll.se/english/RUFS-2010/ (Accessed: 12
Lehmann, S. (2011) ‘Resource Recovery and November 2016).
Materials Flow in the City: Zero Waste and SF Environment (2011) Zero Waste, SF
Sustainable Consumption as Paradigms Environment. Available at: http://www.
in Urban Development’, Sustainable sfenv ironment.org/our_prog rams/
Development Law & Policy, 11(1). overview.html?ssi=3 (Accessed: 10
Meidiana, C. and Gamse, T. (2010) ‘Development December 2016).
of Waste Management Practices in Snow, Warren, Dickinson and Julie (2003)
Indonesia’, European Journal of Scientific The Road to Zero Waste: Strategies for
Research, 40(2), pp. 199–210. Sustainable Communities. Auckland.
Meidiana, C. and Gamse, T. (2011) ‘The new Available at: http://www.zerowaste.co.nz/
Waste Law: challenging opportunity for assets/Reports/roadtozerowaste150dpi.
future landfill operation in Indonesia’, pdf.
Waste Management & Research, 29(1), pp. Soleh, A. (2011) ‘Pertumbuhan Ekonomi dan
9–20. doi: 10.1177/0734242X10384013. Kemiskinan di Indonesia’, Ekombis Review,
Ministry of Environment (2008) Indonesian 2(2), pp. 197–209.
Domestic Solid Waste Statistic Year 2008. Stockholm City (2009) Stockholm City

101
Plan: Summary. Available at: http:// Zaman, A. U. (2014a) ‘A comprehensive review
international.stockholm.se/Future- of the development of zero waste
St o c k h o l m / St o c k h o l m - C it y - P l a n / management : lessons learned and
(Accessed: 12 November 2016). guidelines’, Journal of Cleaner Production.
Sudirman (2016) Sampah di Indonesia Capai 64 Elsevier Ltd, pp. 1–14. doi: 10.1016/j.
Juta Ton Per Tahun, media online tempo. jclepro.2014.12.013.
Available at: https://m.tempo.co/read/ Zaman, A. U. (2014b) ‘Measuring waste
news/2016/02/21/083746865/ sampah-di- management performance using the “
indonesia-capai-64-juta-ton-per-tahun Zero Waste Index ”: The case of Adelaide,
(Accessed: 10 December 2016). Australia’, Journal of Cleaner Production,
Tchobanoglous, G. and Kreith, F. (2002) Handbook (66), pp. 407–409. doi: 10.1016/j.
of Solid Waste Management. New York. jclepro.2013.10.032.
USA: McGraw-Hill. Zaman, A. U. and Lehmann, S. (2011) ‘What is
Tennant-Wood, R. (2003) ‘Going for zero: A the “Zero Waste City”Concept?’, Online].
Comparative Critical Analysis of Zero Accessed at< http://w3. unisa. edu. Au/
Waste Events in Southern New South artarchitecturedesign/ZeroWasteSAR
Wales’, Australas. J. Environ. Manag, 10(1), esearchCentre/docs/ZWC% 20Concept.
pp. 46–55. pdf>[Consulted on 01-05-2012], 7, pp.
UN-MEA (2006) The UN Millennium Ecosystem 11–18.
Assessment Report. Available at: http:// Zaman, A. U. and Lehmann, S. (2013) ‘The zero
www.publications.parliament.uk/pa/ waste index : a performance measurement
cm200607/cmselect/ cmenvaud/77/77. tool for waste management systems in
pdf (Accessed: 12 September 2016). a “ zero waste city ”’, Journal of Cleaner
United Nations Economic Commission for Production. Elsevier Ltd, 50, pp. 123–132.
Europe (2011) Climate Neutral Cities: doi: 10.1016/j.jclepro.2012.11.041.
How to Make Cities Less Energy and Zero Waste SA Strategy (2010) Consultation draft
Carbon Intensive and More Resilient to 24 (2010-2015). Available at: http://www.
Climatic Challenges. Available at: http:// zerowaste.sa.gov.au/upload/ about-us/
www.unece.org/fileadmin/DAM/hlm/ waste-strategy/DraftWasteStrategyV2.
documents/Publications/climate.neutral. pdf.
cities_e.pdf (Accessed: 10 December ZWIA (2004) Zero Waste Definition Adopted
2016). by Zero Waste Planning Group. Avai-
Wilson, D. C., Rodic, L. and Velis, C. A. lable at: http://www.zwia.org/main/
(2013) ‘Integrated sustainable waste index.php?option=com_content & view
management in developing countries’, =article&id=49&Itemid=37 (Accessed: 10
in Proceedings of the Institution of Civil December 2016).
Engineers, pp. 52–68.

102

Anda mungkin juga menyukai