Anda di halaman 1dari 4

PKDOD NOMOR 3/PKDOD/2014

POLICY BRIEF PUSAT KAJIAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

ARANSEMEN KELEMBAGAAN KEMARITIMAN


Latar Belakang mengalami peningkatan. Daya saing domestik lemah

P
menyebabkan kegiatan pengangkutan (transportasi
laut) maupun eksploitasi sumber daya mineral di wilayah
osisi Indonesia sebagai negara kepulauan perairan nasional masih lebih banyak dilakukan oleh
terbesar di dunia seharusnya menjadi kekuatan pihak asing. Kekalahan dalam kompetisi ekonomi
penting yang dapat dimaksimalkan dalam berbasis maritim juga terjadi di sektor industri dan
pembangunan. Limpahan kekayaan yang jasa kelautan mulai dari hulu (upstream) maupun hilir
terkandung di laut secara utuh, baik di dalam, (downstream).
di dasar, maupun di atas permukaan laut merupakan
potensi ekonomi yang mampu memberikan kontribusi Kebijakan kemaritiman yang diharapkan adalah
nyata bagi perekonomian nasional. Berbagai kekayaan menjawab beberapa persoalan terkait kepentingan
laut ini sebenarnya telah dieksploitasi dan dimanfaatkan ekonomi sektoral di bidang maritim, keutuhan dan
sejak dahulu hingga sekarang baik melalui metode kedaulatan wilayah negara, kelestarian sumber daya
produksi yang tradisional bahkan berbasis teknologi
dan lingkungan, serta penyelesaian konflik sosial
dewasa ini.
akibat pemanfaatan  ruang laut yang sama dengan
Pembangunan identik dengan bagaimana suatu kepentingan yang berbeda. Penanganan berbagai
negara dapat menggunakan kapasitas sumber persoalan tersebut memerlukan kebijakan teritorial
dayanya secara optimal dalam berproduksi, atau paling yang jelas dan tepat.
tidak dalam menyediakan iklim yang kondusif bagi
kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktif. Produksi Pengelolaan kemaritiman tidak diatur secara khusus
sektor kelautan secara kuantitatif barangkali tidak dalam undang-undang, tetapi termaktub dalam
mengalami masalah, walaupun kerap ada kesenjangan berbagai peraturan perundangan, misalnya tentang
antara potensi dan realisasi. Namun demikian, apabila pelayaran, perikanan, wilayah negara, pertambangan,
ditelaah lebih seksama pada isu peruntukan manfaat, pariwisata, kelautan, kepelautan, kepelabuhanan, dan
maka sektor kelautan kelihatan mengalami gangguan, berbagai peraturan perundangan lainnya yang terkait
terutama pada tataran bagaimana dan siapa yang hukum laut. Berbagai peraturan perundangan tersebut
berproduksi. Hal ini sedikitnya dapat menjelaskan telah menjadi landasan kebijakan pembangunan
kenyataan tentang ketimpangan sosial ekonomi antara maritim, tetapi bersifat parsial dan sektoral. Hal
penduduk di wilayah daratan dengan kepulauan, atau
ini menyebabkan kewenangan dalam pengelolaan
secara makro mengapa kontribusi sektor kelautan
kemaritiman terbagi dalam beberapa institusi.
masih kurang signifikan dibandingkan dengan sektor-
sektor lain dalam pembentukan PDB. Dalam skala yang Berdasarkan identifikasi LAN, terdapat setidaknya 20
lebih luas, isu peruntukan manfaat ini juga berkaitan institusi yang terlibat dalam penanganan kemaritiman.
dengan faktor-faktor lain seperti daya saing domestik Tabel 1. Insitusi Kemaritiman
dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) bidang
kelautan yang rendah. KEMENTERIAN
LPNK LNS
(Setingkat Menteri)
Dengan kekayaan laut yang sangat melimpah, ironisnya
1) Tentara Nasional 1) Bakorsurtanal 1) Badan
pembangunan ekonomi nasional masih belum mampu Indonesia: TNI Koordinasi
memberikan dampak positif yang kuat terhadap Angkatan Laut 2) Bappenas
Keamanan
kesejahteraan masyarakat. Gambaran nyata kondisi ini 2) Kepolisian Republik 3) Badan SAR Laut
sejalan dengan pendapat bahwa pengelolaan sektor Indonesia: Direktorat Nasional
2) Dewan
kelautan belum digarap dengan penuh perhatian dan Polisi Perairan
4) Badan Kelautan
kemauan. Ironisme paling kentara terlihat pada potret 3) Kementerian Pertanahan Indonesia
sebagian besar nelayan Indonesia yang masih bergelut Koordinator Bidang
Nasional
Perairan
dengan kemiskinan, padahal produksi perikanan terus

1
4) Kementerian Arah Penataan Kelembagaan Kemaritiman
Perhubungan:
Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut
5) Kementerian Kelautan Keprihatinan terhadap sektor kelautan nasional
dan Perikanan: mengharuskan adanya kebijakan strategis untuk
Ditjen Pengendalian mempercepat pengembangan keunggulan di
Sumberdaya Perairan
berbagai sub-sektor kelautan. Kesadaran terhadap
6) Kementerian pergeseran paradigma pembangunan yang
Keuangan: Ditjen Bea
dan Cukai berorientasi kontinental (land-based development)
7) Kementerian Energi
menjadi berorientasi laut (ocean-based development)
dan Sumber Daya semestinya dapat diwujudkan dalam bentuk dukungan
Mineral kebijakan yang bersifat komprehensif dan konkrit,
8) Kementerian Hukum sistematis, tidak parsial apalagi sporadis. Ekonomi
dan HAM: Ditjen kelautan atau berbasis kemaritiman tidak lagi dijadikan
Imigrasi
sektor pinggiran, melainkan sebagai arus utama dalam
9) Kementerian
Lingkungan Hidup
kebijakan pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan
kepemimpinan yang berani untuk mengaktualisasikan
10) Kementerian Pertanian
reorientasi semangat kelautan dalam kebijakan-
11) Kementerian
Perindustrian
kebijakan strategis pembangunan. Dengan demikian,
kebangkitan ekonomi maritim tidak lagi menjadi
12) Kementerian
Perdagangan sekedar jargon di setiap pergantian pemerintahan.
13) Kementerian Pembangunan ekonomi maritim dapat dimaknai secara
Pertahanan
paralel dengan tinjauan perspektif yang diberikan di atas.
14) Kementerian Luar
Negeri Dalam definisi yang lebih kontekstual, pembangunan
ekonomi maritim ingin menjadikan kekayaan potensi
Sumber : Lembaga Administrasi Negara, 2014 kemaritiman sebagai landasan untuk mengadakan
ketersediaan infrastruktur yang berkualitas, terutama
Berdasarkan analisis kelembagaan, terlihat bahwa di sektor kemaritiman sehingga iklim bisnis dan
kelembagaan yang terlibat dalam penanganan investasi maritim yang baik akan berkembang. Dengan
kemaritiman masih terfragmentasi dan belum tercipta sendirinya, pembangunan ekonomi maritim juga akan
sinergitas. Dilihat dari aspek integrasi kelembagaan, membawa industri pada kebutuhan akan sumber daya
kondisi empiris menunjukkan bahwa banyak institusi manusia kemaritiman dan inovasi teknologi yang
yang telibat, namun tidak berhubungan satu dengan berbasis pada pendidikan kemaritiman yang unggul
lainnya sehingga masih bersifat konfliktif. Kalaupun dan modern. Jika proses ini dapat berlangsung, maka
ada, hubungan di antara institusi tersebut masih pembangunan ekonomi maritim dipastikan dapat
terlihat longgar dan belum terlihat adanya integrasi membawa masyarakat ke arah kemakmuran.
yang baik. Secara normatif, pembangunan ekonomi maritim
harus pula diartikulasikan sebagai pendekatan
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, kondisi saat ini
kebijakan pembangunan yang diimplementasikan oleh
masih terdapat benturan kebijakan yang satu dengan negara secara sistematis dan komprehensif dengan
yang lainnya dan belum ada norma dan kebijakan mendayagunakan seluruh potensi laut baik dengan
dari institusi-institusi yang terintegrasi. Implikasi dari kekayaan sumber daya hayati, sumber daya non
kebijakan yang sektoral tersebut adalah institusi- hayati, energi kelautan, maupun jasa lingkungan yang
institusi tersebut hanya berpihak pada kepentingan dimilikinya. Menempatkan ekonomi maritim sebagai
sektor dan belum memberi dukungan kepada visi arus utama dalam kegiatan ekonomi pembangunan
nasional (whole of government). Kepemimpinan juga mengharuskan kepemimpinan negara ini berani
dengan visi yang kuat kepada pembangunan berbasis melakukan terobosan walaupun boleh jadi membawa
maritim diyakini dapat menjadi jalan keluar untuk tensi perubahan yang drastis, progresif, dan jika perlu
mempercepat kemajuan ekonomi nasional. radikal.
Sebagai perbandingan, negara-negara yang berhasil
menjadikan sektor maritimnya sebagai tulang punggung

2
ekonomi nasional kini justru berhasil menjadi negara Bidang Maritim. Adapun tujuan pebentukan
yang (mendekati) maju. Contoh terdekat adalah Kementerian Koordinator Bidang Maritim antara
Singapura, Malaysia, dan banyak negara Eropa yang lain: (a) menguatkan kelembagaan maritim
unggul dalam memanfaatkan sektor kelautan sebagai untuk memperkokoh sistem pembangunan
basis perekonomiannya. berbasis konsep Negara kepulauan; (b)
meningkatkan efektivitas koordinasi kebijakan,
Paradigma pengelolaan maritim saat ini, paling tidak program, dan kegiatan di bidang maritime
meliputi empat aspek penting (business process), yaitu lintas sektoral, antar Negara dan dengan
keamanan, keselamatan, pengusahaan, dan konservasi. lembaga internasional; (c) mengoptimalkan
Berkaitan dengan hal tersebut, maka aransemen pemanfaatan sumber daya laut, yang meliputi
kelembagaan dalam pengelolaan maritim seharusnya ruang, sumber daya alam, dan jasa untuk
mengacu pada 4 aspek tersebut (Gambar 1). mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
Gambar 1. Aransemen Kelembagaan pemerataan dan kesejahteraan rakyat; dan (d)
memperkuat Indonesia sebagai Negara maritim
dan perannya dalam hubungan internasional.
Gambar 3. Kementerian Koordinator

Dalam rangka penataan kelembagaan, diusulkan


beberapa alternatif arasemen kelembagaan dalam 3. Membentuk suatu badan yang langsung
pengelolaan maritim adalah sebagai berikut : dipimpin Presiden, misalnya merevitalisasi
1. Untuk mengoptimalkan kontribusi sumberdaya Dewan Kelautan Indonesia (DEKIN) yang telah
kelautan/maritim dan perikanan dalam ada menjadi Dewan Maritim Nasional yang
perekonomian nasional disarankan memperkuat langsung dipimpin Presiden yang bertugas
dan merevitalisasi kelembagaan Kementerian menyusun dan menetapkan kebijakan
teknis/lembaga yang sudah ada. Revitalisasi kemaritiman nasional 25 tahun ke depan
pada fungsi-fungsi terkait pengelolaan dan peta-jalan pembangunan maritim.
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, tata Keanggotaan dewan terdiri dari Menteri dan
ruang dan zonasi pesisir dan laut, perikanan Kepala LPNK yang terlibat dalam pengelolaan
tangkap, perikanan budidaya, peningkatan fungsi kemaritiman, dan stakeholders strategis
nilai tambah (pengolahan dan pemasaran) hasil (pelaku usaha, masyarakat sipil) dan didukung
kelautan dan perikan-an dan pengembangan oleh tanki pemikir kebijakan. Keputusan Dewan
sumberdaya laut non-konvensional. Selain itu dilaksanakan oleh masing-masing kementerian
juga untuk merespon kebutuhan nasional yang teknis.
mendesak, seperti tingginya biaya logistik dan Gambar 4. Dewan Maritim Nasional
transportasi laut dan konektivitas antar pulau,
sebagian fungsi terkait pengelolaan wilayah Gambar 4. Dewan Maritim Nasional
pesisir dan pulau-pulau kecil, tata ruang dan
zonasi pesisir dan laut, perikanan tangkap,
perikanan budidaya, peningkatan nilai tambah
(pengolahan dan pemasaran) hasil kelautan dan
perikanan dan pengembangan sumberdaya
laut non-konvensional.
2. Pembangunan kemaritiman harus dikelola
secara multi sektor. Perlu sinergi dan
penguatan koordinasi sehingga dipandang
perlu membentuk Kementerian Koordinator

3
Referensi :

Dwiyanto, Agus. 2014. Mengembangkan Kelembagaan Kementerian Maritim yang Solid, Efisien dan
Efektif.
Huda, Radial. 2014. Penguatan Sektor Maritim.
Hutagalung, Saut P. 2014. Potensi, Permasalahan, dan Tantangan Kemaritiman.
Jaya, Indra. 2014. Potensi, Permasalahan, dan Tantangan Kemaritiman Indonesia.
Kustriani, Sri H.W. 2014. Arah dan Startegi Kelembagaan Maritim.
Marsetio. 2014. Membangun Kedaulatan Maritim Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai