Anda di halaman 1dari 26

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEMARITIMAN DI INDONESIA

DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PENGESAHAN KONVENSI STCW-F


Dr. Tb. Haeru Rahayu, M.Sc
Asisten Deputi Pendidikan dan Pelatihan Maritim
Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim

Disampaikan pada acara Sosialisasi Peraturan Presiden No. 18 Th 2019


Tentang Pengesahan Konvensi STCW-F 1995, Bagi SMK Bidang Kemaritiman
Selasa 5 November 2019

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim Courtesy of STP Jakarta
Kontribusi Ekonomi
Sektor Kemaritiman Masih Belum Optimal

Sumberdaya Pulau- Hutan Mangrove


pulau Kecil 1% Sumberdaya Non
Industri Jasa Maritim 9%
Konvensional
15% 15%

Transportasi Laut Perikanan Tangkap


2% 1%
Wisata Bahari
4%
Potensi kontribusi
ekonomi
kemaritiman Perikanan Budidaya
16%
$ 1,33T/th Pertambangan &
Energi
16%
Industri Pengolahan
Industri Bioteknologi Ikan
14% 7%

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Klaster Kemaritiman
dan Kebutuhan SDM Yang Kompeten

1. Perikanan
2. Energi & Sumber Daya Mineral
3. Sumber Daya Pesisir & Pulau-
pulau Kecil
Pendidikan
4. Sumber Daya Non
Konvensional
5. Industri Bioteknologi
6. Industri Kemaritiman
7. Jasa Kemaritiman
8. Wisata Bahari Pelatihan
9. Perhubungan Laut
10. Bangunan Laut
11. Pertahanan, Keamanan,
Penegakan Hukum Dan SDM yang Sertifikasi
Keselamatan Di Laut berkompeten dan Kompetensi
berdaya saing
Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim
Target Kontribusi Kemaritiman
Kontribusi Bidang Kemaritiman:
Kontribusi Bidang Kemaritiman saat ini:

6,8%
Dari total PDB Nasional
± 27,5% Dibutuhkan
Dari total PDB Nasional
Penyiapan SDM
yang Kompeten
Jumlah SDM yang menggeluti dan Berdaya
Jumlah SDM yang menggeluti bidang kemaritiman Saing
bidang kemaritiman saat ini:

1-2% ± 10%
dari total penduduk Indonesia*)

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Jumlah dan Kontribusi Ekonomi
Pelaut Indonesia

850.000 Rp 130 T /tahun

Jumlah Pelaut Kapal Niaga & Kontribusi Terhadap


Pelaut Kapal Perikanan Devisa Nasional

Secara umum, kesejahteraan pelaut kapal niaga lebih baik dibandingkan dengan
pelaut kapal perikanan  Hal ini seiring dengan upaya yang telah dilakukan melalui
ratifikasi berbagai konvensi terkait standarisasi penyelenggaraan pendidikan,
sertifikasi kompetensi (dibawah IMO yaitu STCW dan SOLAS) dan perlindungan
ketenagakerjaan (dibawah ILO yaitu MLC)
Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim
Keragaan dan Proyeksi Kebutuhan
Pelaut Dunia
1.593.198
1.523.440 1.555.281

1.454.199

KEBUTUHAN
KEBUTUHAN

PASOKAN
PASOKAN

69.241
37.917
KURANG
KURANG

2015 2020
Sumber: BIMCO
(The Baltic and International Maritime Council, 2014)

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Negara Penyuplai Pelaut (Niaga) Dunia
Hingga Tahun 2015
25
Negara yg rasio pelaut
perwiranya < rating (kecuali Negara yg rasio pelaut
20 Cina) perwiranya > rating

15

10

0
Philip Indo Cypr Pana Liberi Norw Baha Turk Yuna Japa Kore Cana Mala Jerm Inggri Den Singa
China Rusia India USA
ina nesia us ma a egia mas ey ni n a da ysia an s mark pore
Pelaut Perwira (%) 12.4 3.84 8.47 6.03 6 5.75 5.68 5.37 5.45 5.03 4.87 4.73 4.77 4.66 3.45 3.22 2.14 2.08 2.06 2 2
Pelaut Rating (%) 21.9 8.26 5.81 8.65 8.05 6.97 9 4.13 4.6 4.03 3.56 3 3.26 1.48 0.95 1.22 1.03 1.05 1 1.05 1

Sumber : Kementerian Perhubungan, 2015


Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim
Kontribusi Indonesia &
Philipina Terhadap Total Pelaut
(Niaga) Dunia
TH. 2015
27.50 (%)
400.000

Philipina
5.36 (%)
78.000

Indonesia
Sumber : Kemhub, 2015

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Kebutuhan Pelaut & Kisaran Gaji

Kebutuhan Pelaut Secara Nasional Tahun 2016


Kebutuhan Perwira Pelaut Pelaut dasar (Rating) (orang)
(orang) (orang)

43.806 18.774 25.032

Kisaran Gaji pelaut (Niaga) yang bekerja di Luar negeri

Pelaut Dasar (Rating) $ 3.500 /bulan/orang


Pelaut Perwira $ 6.000 - $9.000 /bulan/orang
Dari berbagai sumber

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Keragaan Pelaut Perikanan
61 ribu (30%)mengalami
perbudakan di 1500 kapal Taiwan
dan Korea Pelanggaran dalam Kurun Waktu
2013 – 2016,  1617 Kasus
Asal Indonesia,
210,000 , 23%
60

49.1%
50

40

30 27.82%

pelaut
perikanan 19.07%
20
dunia, 700,000
Kisaran Gaji pelaut Perikanan , 77%
10
yang bekerja di Luar negeri 3.95%
(Sumber Investor Daily, 2016) 0.06%
0
Negara Kisaran Gaji Pidana Perdata Keiimigrasian Ketenagakerjaan Lain-lain

Jepang 500
Korea Selatan 750
Taiwan 720
Australia 1000 Sumber: Ikan dan Laut 2018
Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim
Sekilas tentang Konvensi STCW-F 1995
(Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Fishing Vessel Personnel,
1995)

• STCW-F 1995 adalah Konvensi Internasional tentang Standar Latihan, Sertifikasi dan Dinas Jaga
untuk Awak Kapal Penagkap Ikan.
• Konvensi tersebut telah diberlakukan secara internasional sejak 29 September 2012. Sampai
bulan Mei 2019, STCW-F 1995 telah diratifikasi oleh 28 negara.
• Pada 7 Juli 1995, Konvensi STCW-F telah diadopsikan sebagai peraturan terpisah dari revisi
komperhensif STCW.
• Konvensi STCW-F menetapkan persyaratan minimum pelatihan dan sertifikasi untuk awak kapal
penangkap ikan yang berlayar di laut lepas dengan panjang 24 meter atau lebih. Konvensi ini
terdiri dari 15 pasal (Article) dan lampiran yang berisi peraturan-peraturan teknis.

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Negara-negara Yang Telah Meratifikasi Konvensi STCW-F 1995

2 Denmark, Islandia, Latvia, Lituania,


Kanada, Saint 13
Norwegia, Polandia, Belgia, Belanda,
Lucia
Portugal, Rusia, Spanyol, Rumania,
Ukrania

Syiria 1

Selandia Baru, 4
Kiribati, Palau,
Nauru

28 Negara
Kongo, Siera Leone, Maroko,
Namibia, Uganda, Afrika Selatan, meratifikasi
8 Tunisia, Mauritania

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Pentingnya Ratifikasi STCW-F, 1995 Untuk Optimalisasi Pemanfaatan
Sumber Daya Perikanan
• Keahlian bernavigasi,
• Pengendalian dan
pengoperasian kapal
• Pengoparsian alat
Ukuran kapal yang tangkap ikan,
Mendorong
lebih besar • Metode dan teknik
penangkapan ikan ke
penangkapan,
wilayah laut dalam
Peningkatan • Penanganan ikan,
(Deep Sea Fishing) Kompetensi Awak penyimpanan dan
Kapal bongkar muat,
• Permesinan kapal,
elektrik dan elektronika,
• Keselamatan pelayaran
Perlu sertifikat kepelautan dan operasi
berstandar internasional penangkapan
STCW-F 1995 untuk dapat
diterima secara global baik
dalam negeri maupun luar
Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim
Status Ratifikasi Atas Berbagai Aturan Terkait Pelaut Kapal
Niaga Dan Pelaut Kapal Perikanan

PELAUT NIAGA PELAUT PERIKANAN


STATUS
IMO ILO IMO ILO

Convention Ratification ✔ (STCW) ✔ (MLC) ✔ (STCW-F) ✖ (CON. 188)

Certificate of Recognition ✔ ✖

Certificate of Endorsement ✔ ✖

Certificate of Proficiency ✔ ✔

Certificate of competency ✔ ✔

IMO : International Maritime Organization


ILO : International Labor Organization
MLC : Maritime labor convention
✖ Perlu segera ditindaklanjuti paska ratifikasi
STCW-F, 1995

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Manfaat Ratifikasi SCTW-F, 1995
Bagi Pelaut Perikanan
• Kepastian hukum bagi awak kapal perikanan dalam melaksanakan aktivitasnya
• Perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif
• Kesetaraan awak kapal perikanan Indonesia dengan negara lain
• Meningkatkan penyerapan dan daya saing di pasar kerja global
• Meningkatkan devisa negara dari pemasaran produk perikanan dan penempatan tenaga
kerja di luar negeri
• Meningkatkan keselamatan navigasi dan penangkapan ikan;
• Optimalisasi pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan secara bertanggung jawab
• Membatasi awak kapal perikanan asing di kapal perikanan Indonesia
• Meningkatkan kerja sama internasional di bidang kelautan dan perikanan
• Meningkatkan investasi di bidang kelautan dan perikanan di dalam negeri
• Meningkatkan kemampuan awak kapal perikanan dalam memanfaatkan teknologi maju
• Meningkatkan harkat/martabat Indonesia sebagai negara maritim di dunia internasional.

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Permasalahan Umum Pelaut Perikanan Indonesia

Rendahnya keahlian utama dan keahlian pendukung seperti


tata cara penangkapan ikan yang tidak sesuai standar dan
minimnya kemampuan berbahasa Inggris

Gaji Pelaut perikanan / ABK jauh lebih kecil dibandingkan


dengan gaji pelaut niaga yaitu berkisar US $150/ bulan

Tidak jelasnya perjanjian kerja serta umumnya tidak


diasuransikan

Perbudakan dan perlakuan kekerasan fisik di luar batas


kewajaran

Human Trafficking

Terlibat dalam tindak kriminal di laut: penyelundupan


narkoba, dll

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Konsekuensi Ratifikasi STCW-F, 1995

Konsekuensi:
• Harmonisasi peraturan nasional mengenai
penyelenggaraan pendidikan, pelatihan, ujian
Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun dan sertifikasi
2019 tentang Pengesahan International
Convention on Standards of Training, • Penyesuaian penyelenggaraan pendidikan
Certification and Watchkeeping for Fishing dan pelatihan sesuai standar STCW-F,
Vessel Personnel, 1995 (Konvensi meliputi: Kurikulum, Tenaga Pendidik,
Internasional Tentang Standar Pelatihan, Sarana Prasarana, Pengelolaan,
Sertifikasi, dan Dinas Jaga Bagi Awak Pembiayaan, Penilaian.
Kapal Penangkap Ikan, 1995).
• Verifikasi penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan oleh IMO
• Penyampaian Laporan dan Iuran ke IMO

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Target dan Sasaran Penerapan
Sertifikat STCW-F, 1995

 Nakhoda dan Perwira kapal ikan yang bertugas untuk jaga laut
dengan panjang kapal ikan lebih dari 24 Meter;

 Kepala Kamar Mesin dan Perwira Mesin dengan Kekuatan mesin


lebih dari 750 Kw (selain dilihat dari panjang kapal).

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Dampak Ratifikasi SCTW-F, 1995

Pemerintah wajib menyiapkan dan melaksanakan Lembaga Diklat yang


sesuai dengan Ketentuan STCW F 1995;

Pemerintah menyiapkan peraturan Nasional yang terkait dengan


Ratifikasi STCW F 1995, agar dapat menjamin pelaut yang berlayar di
dalam negeri, dan pelautnya dapat diterima secara internasional;

Perusahaan Penangkap Ikan memiliki tugas untuk mengawaki kapalnya


sesuai dengan STCW F 1995 sehingga memiliki kewajiban memberikan
pelatihan2 tambahan kepada awak kapalnya agar kompetensinya sesuai
dengan ketentuan STCW F 1995.

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Kondisi dan Permasalahan Umum
Pendidikan Vokasi Kemaritiman (pelayaran, perikanan, pariwisata,
energi)

Permasalahan Umum
Jumlah Lembaga Pendidikan Vokasi
Kemaritiman Bidang Pelayaran Dan
Perikanan/Kelautan • Kurangnya Kuantitas dan Kualitas Guru Produktif
• Kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran
• Belum ada Standar Kurikulum yang baku
• Belum ada link and match dengan kebutuhan industri
• Disparitas kualitas dan sebaran lembaga pendidikan dan
Tingkat SMK Pendidikan Tinggi pelatihan vokasi (mengumpul di P. Jawa)

± 588 ± 60 • Kualitas lulusan belum memenuhi standar kompetensi


yang disyaratkan baik secara nasional maupun
internasional (kebutuhan sertifikasi kompetensi)

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Lembaga Penyelenggaran Diklat Pelaut Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan


• 1 Sekolah Tinggi  Sertifikat ANKAPIN dan ATKAPIN I
• 8 Politeknik  Sertifikat ANKAPIN dan ATKAPIN I
• 6 SUPM (Setingkat SMK)  Sertifikat ANKAPIN dan ATKAPIN II
• 4 Balai Pendidikan dan Pelatihan Perikanan (BPPP)  Sertifikat ANKAPIN dan ATKAPIN II

Kemendikbud Kemenristekdikti
• 81 SMK  Sertifikat ANKAPIN dan ATKAPIN I • ??

ANKAPIN : Ahli Nautika Kapal Perikanan


ATKAPIN : Ahli Teknika Kapal Perikanan

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Jumlah Pelaut Perikanan Yang Memiliki Sertifikat
ANKAPIN Dan ATKAPIN

Hingga tahun 2018, jumlah pelaut perikanan Indonesia yang telah memiliki sertifikat ANKAPIN dan
ATKAPIN adalah 33.352 orang, terdiri dari ANKAPIN sebanyak 20.297 orang dan ATKAPIN sebanyak
13.055 orang.
No. Jenis sertifikat 2006-2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 JLH
ANKAPIN I 1.307 122 145 150 135 123 119 2.101
ANKAPIN II 6.417 665 772 727 766 426 628 10.401
1
ANKAPIN III 6.834 274 196 97 216 51 127 7.795
JUMLAH 14.558 1.061 1.113 974 1.117 600 874 20.297

ATKAPIN I 1.085 66 105 111 80 87 89 1.623


ATKAPIN II 3.851 442 467 561 440 339 408 6.508
2 ATKAPIN III 4.736 59 42 55 22 0 10 4.924
JUMLAH 9.672 567 614 727 542 426 507 13.055

JUMLAH 1+2 24.230 1.628 1.727 1.701 1.659 1.026 1.381 33.352
Sumber: Laporan Bidang Perikanan Dewan Penguji Kelautan dan Perikanan (DPKP) Semester II tahun 2018

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Langkah Penting Pasca Ratifikasi
STCWF
• Menyusun Roadmap Penataan/Penyelarasan peraturan terkait pelaut perikanan dan
penyelengaraan pendidikan dan pelatihan
• Penataan lembaga dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan pelaut perikanan

2019 2020 2021 seterusnya


Entry into Force
• Penyampaian Dokumen
ratifikasi kepada IMO • Harmonisasi peraturan
(lanjutan) • Pemenuhan • Implementasi penuh dan
(November 2019)
sarana/prasarana maintenance secara terus
• Harmonisasi peraturan • Penyesuaian/penerapan
• Penguatan tenaga pendidik menerus
nasional penyelenggaraan kurikulum standar STCW-F
pendidikan, pelatihan, ujian
dan sertifikasi, dinas jaga laut
• Penyiapan
kapal penangkap ikan sesuai sarana/prasarana
dengan Konvensi STCW-F • Penguatan tenaga pendidik
1995

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Exercise Kebutuhan Anggaran di
Lembaga Pendidikan di lingkup KKP
Kebutuhan:
• Penyediaan sarana dan prasarana bidang nautika dan
teknika
• Gedung/workshop
• Simulator
• Model peragaan
• Alat-alat keselamatan
• Peralatan audio visual
• Alat dan bahan penangkapan ikan


Maket alat tangkap
Sarana praktek (mesin kapal, dll)
± 853 Milyar
• dll
Untuk 2 tahun kedepan
• Pelatihan tenaga pendidik bidang nautika dan
teknika/Sertifikasi tenaga pendidik
• Sertifikat kompetensi dan profisiensi
• IMO Model Course 6.09 (utk pengajar)
• IMO Model Course 3.12 (utk penguji)
• IMO ModelCourse 6.10 (instruktur simulator)
Sumber: Rencana AKSI Antisipasi Diberlakukannya Ratifikasi STCW-F 1995, 2017
• Pengalaman berlayar

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim


Dukungan dan Rencana Aksi Kemenko Maritim dalam
Implementasi Pengembangan SDM Kemaritiman

Tahun 2018
1. Realisasi pengadaan 1 unit bridge simulator untuk pelatihan para guru
SMK di LP3TK-KPTK Gowa.
2. Rerealisasi pengadaan 8 buah simulator dan 8 kapal latih untuk SMK di
Sulawesi Selatan
Tahun 2019,
1. proses pengadaan 30 simulator untuk SMK melalui pendanaan di Ditjen
Dikdasmen, rencana realisasi akhir Triwulan II
Bridge Simulator di LP3TK-KPTK Gowa
2. Komitmen Kemendikbud untuk terus mendukung penyediaan simulator
bagi SMK secara bertahap.
Rencana Tindaklanjut
1. Sinkronisasi dengan Kemenristekdikti mengenai pemetaan Perguruan
Tinggi swasta dan negeri terkait sarana dan prasana yang menunjang
pendidikan vokasi,
2. Koordinasi dengan Kementerian terkait ( KKP, Kemdikbud, Kemenhub,
Kemenristekdikti, Kemnaker, Bappenas, Kemenkeu) terkait dengan Simulator untuk SMK di Sulawesi Selatan
pengadaan Sarana dan Prasarana yang sesuai dengan STCW-F
Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim
Terima kasih

Deputi Bidang Koordinasi SDM, IPTEK dan Budaya Maritim

Anda mungkin juga menyukai