Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fenomena-fenomena yang diangkat oleh sastrawan dalam sebuah karya sastra meliputi
segala aspek kehidupan yang dialami oleh masyarakat. Pendapat Wellek dan Warren mengenai
sastra merupakan gambaran kehidupan masyarakat dan juga meniru alam dan dunia subjektif
manusia (1998:109). Karya sastra merupakan suatu bentuk dokumen sosial yang mengangkat
permasalahan yang terdapat di lingkungan masyarakat. Salah satu isu yang sering muncul
dikalangan masyarakat adalah tentang pertentangan sosial yang disebabkan oleh banyak hal,
salah satunya adalah tengang stratifikasi sosial atau lapisan masyarakat. Adanya lapisan
masyarakat (stratifikasi sosial) ini dipicu dengan dikemukakannya perbedaan, baik perbedaan di
antara individu dengan individu maupun perbedaan antara kelompok dengan kelompok.
Perbedaan itu terletak pada pemilikan atau penguasaan kekayaan, prestige (hak-hak istimewa),
dan kekuasaan.
Pertentangan sosial adalah suatu konflik yang timbul akibat faktor-faktor sosial yag dilandasi
oleh adanya kesalahpahaan antar individu maupun antar kelompok. Salah satu penyebab
pertentangan sosial adalah adanya perbedaan-perbedaan norma yang menyimpang dikehidupan
masyarakat. Norma dan nilai-nilai tersebut dijadikan sebagai alat untuk mengontrol anggota
masyarakat agar tidak terlepas dari rel ketentan yag telah disepakati. Pada dasarnya, suatu
masyarakat memiliki suatu ikatan yang dikuatkan oleh rasa solider, toleransi, dan tepa slira
diantara para anggotannya.
Pertentangan yang terjadi di lingkungan masyarakat banyak disebabkan oleh cara menyikapi
perbedaan-perbedaan yang muncul, baik perbedaan kepentingan, idntitas, pekerjaan dan jabatan.
Adapun faktor lain yakni adanya kelompok-kelompok kepentingan, lembaga-lembaga organisasi,
dan kelas-kelas sosial dalam masyarakat yang tidak selalu memiliki kepentingan yang sama dan
serasi (Subakti, 1992:189). Beberapa factor tersebut juga terjadi di Indonesia, salah satunya
adalah masyarakat yang heterogen baik dari suku maupun agama.
Potensi pertentangan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat yang heterogen, tetapi juga
masyarakat yang homogen. Pertentangan yang terjadi pada masyarakat homogeny umumnya
dipicu oleh perbedaan individu dan kelompok, kepentingan pribadi maupun kelompoknya
dengan motif sosial tertentu. Di Jawa khususnya, keadaan masyarakatnya relatif homogen. Baik
1
dari segi strata sosial, ekonomi, pendidikan maupun agama. Sekaligus masyarakat memiliki
karakter seperti itu semestinya menghindarkan masyarakat desa dari konflik. Akan teapi, pada
kenyataannya konflik atau pertentangan masih sering terjadi pada sebuah desa.
Novel Pasar merupakan gambaran proses pewarisan nilai-nilai Jawa dan perubahan sosial di
sebuah kecamatan. Benturan tokoh-tokoh yang mewakili kelas priyayi agraris, wong cilik,
birokrat, dan pedagang kapitalis digambarkan oleh Kuntowijoyo dengan tersurat. Adanya
penggolongan kelas atau lapisan masarakat tersebut merupakan penyebab terjadinya
pertentangan. Kuntowijoyo menggambarkan pertentangan itu secara tersurat melalui dialog yang
dituturkan oleh tokoh. Pertentangan banyak terjadi pada tokoh utama yakni Pak Mantri. Bermula
dari matinya burung-burung daranya Pak Mantri, Kuntowijoyo menggambarkan pertentangan
melalui konflik-konflik yang muncul antar kelompok. Kelompok tersebut adalah pedagang dan
pegawai pemerintahan yakni pasar (Pak Mantri dan Paijo). Hal tersebut menggambarkan adanya
pertentangan yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan dan ha kantar kelompok.
Kehadiran novel Pasar karya Kuntowijoyo menambah khasanah sastra Indonesia. novel
tersebut hadir dengan berbagai keunikannya. Sekalipun telah banyak novel-novel yang
mengangkat tema tentang stratifikasi sosial, namun novel Pasar memiliki keunikan tersendiri
yaitu Kuntowijoyo menyajikan sebuah alur konflik yang rumit dari konsep cerita sederhana.
Konflik yang dimulai dari pergulatan antara diri sendiri hinga akhirnya merambah ke dunia
perekonomian sebuah pasar. Pasar menggambarkan sebuah birokrasi yang sederhana, tetapi
dengan permasalahan yang kompleks. Kuntowijoyo ingin menyampaikan pesan moral tentang
nilai-nilai luhur Jawa yang masih dianut oleh seorang priyayi. Akan tetapi pesan tersebut dibalut
dengan adanya pertentangan sosial masyarakat Jawa pada umumnya.
Pemilihan novel Pasar karya Kuntowijoyo dalam dalam penelitian ini didasarkan pada
subjek novel yang merupakan representasi penggambaran pertentangan sosial yang ada
dilingkungan masyarakat. Pertentangan sosial yang digambarkan dalam novel Pasar melalui
dialog antar tokoh. Kuntowijoyo tidak luput memasukkan unsur nilai-nilai Jawa yang mulai
luntur oleh modernisasi. Nilai-nilai yang terkandung dalam budaya Jawa dijadikan prinsip hidup
masyarakat yang pada akhirnya membentuk sebuah karakter. Karakter yang tercipta itulah yang
akhirnya membedakan kelas sosial dalam masyarakat. Kelas sosial dalam novel Pasar
diungkapkan Kuntowijoyo secara kritis tentang bagaimana sebenarnya kelas sosial itu berjalan
dimasyarakat khususnya masyarakat Jawa. Novel Pasar mengeksplorasi praktik kelas sosial

2
dalam masyarakat Jawa dan bagaimana strategi tokoh-tokoh dalam mempertahankan kelas
sosialnya masing-masing. Adanya kelas-kelas sosial itulah yang menyebabkan timbulnya
pertentangan dalam masyarakat.
Sebagai tolok ukur, terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang cukup relevan dengan
penelitian ini. Pertama, dilakukan oleh Rony Pigome (Jurnal Penidikan Bahasa dan Sastra
Indoensia, Tahun 10, No. 2, Juli 2011) berjudul “Pertentangan Kelas di Indonesia dalam Novel
Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer”. Fokus penelitiannya adalah tentang bentuk
pertentangan kelas dan makna estetisnya dalam novel Bumi Manuisa karya Pramoedya Ananta
Toer. Hasil penelitiannya adalah bahwa pengarang ingin mengungkapkan kondisi Indonesia
ditegah arus politik dan ekonomi kapitalis. Dalam arus kapitalis, Indonesia terbagi dalam kelas-
kelas sosial yang saling bertentangan antara kelas penguasa dan kelas bawah. Di tengah
pertentangan ini muncul kelas menengah yang kehadirannya merupakan pembela kelas bawah.
Kedua, dilakukan oleh M. Habib Syafaat (Jurnal UNESA, Vol, 01, No. 01, 2017) dengan
judul “Teori Kelas Karl Marx dalam Novel Entrok karya Okky Madasari (Kajian Sosiologi
Sastra)”. Focus penelitian terebut yakni terdiri dari dua rumusan masalah diantaranya konfik
sosial dan aliensi dalam novel Entrok karya Okky Madasari. Hasil penelitiannya adalah bahwa
konflik sosial memicu terjadiya perjuangan kelas yang memiliki kepentingan berbeda yang
kemudian melahirkan serangkaian tindakan kolektif. Sedangkan aliensi yang terdapat dalam
novel yakni kelompok masyarakat kelas kecil merasakan terasingkan oleh kelompok kelas atas.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Anis Setiyanti (Bahtera:Jurnal Pendidikan Bahasa
dan Sastra Vol. 14, No. 2, Juli 2015). Dengan judul “Konflik Sosial Pada Tokoh Utama dalam
Novel I Am Malala Karya Christina Lamb (Suatu Penelitian Sosiologi Sastra). Penelitian ini
bertujuan untuk mengungkapkan berbagai macam informasi tentang bentuk-bentuk, penyebab,
dan penyelesaian terhadap konflik sosial yang dijelaskan oleh penulis dalam novel I am Malala
karya Christina Lamb. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel ini mengandung nilai-nilai
positif yang dapat dijadikan acuan untuk menelaah sastra dan isinovel tersebut lekat dengan
kehidupan masyarakat,walaupun berisi tentang konflik sosial. Berdasarkan hasil penelitian,
disarankan bahwa novel “I am Malala,” karya ChristinaLamb bias menjadi media dalam
mengajar nilai sosial dan dapat berupaya menangani masalah konflik sosial pada anak didik
yang terjadi dalam proses pembelajaran kesusastraan.

3
Dari ketiga penelitian tersebut maka, kebaruan dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan
pertentangan sosial yang terjadi di masyarakat Jawa yang disebabkan oleh perubahan sosial dan
adanya stratifikasi sosial dalam masyarakat. Sehingga penelitian ini merupakan kombinasi antara
penelitian sebelumnya. Bahwasanya dalam penelitian ini akan menguraikan beberapa pokok
permasalahan yang telah dijelaskan pada rumusan masalah. Serta akan membangun sebuah
konsep tentang peran pertentangan sosial dalam kehidupan masyarakat khususnya Jawa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut.
1. Bagaimana bentuk pertentangan sosial dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo?
2. Bagaimana konsep pertentangan sosial dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menguraikan bentuk pertentangan sosial dalam novel Pasar karya Kuntowijoyo.
2. Menguraikan konsep pertentagan sosial yang terdapat dalam novel Pasar karya
Kuntowijoyo.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat dalam pengembangan ilmu kesusastraan, khususnya tentang pertentangan
kelas sosial yang terkandung dalam novel. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat teoretis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaharuan ilmu sastra khususnya kajian
tentang representasi pertentangan sosial yang dikaji dengan teori sosiologi sastra.
b. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang keberadaan pertentangan sosial
yang tergambar dalam karya sastra khususnya novel
c. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan pertentangan sosial dalam novel yang dikaji dengan teori
sosiologi sastra.
2. Manfaat Praktis
Manfaaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut.

4
a. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung tentang cara
mengklasifikasikan bentuk-bentuk pertentangan sosial yang terdapat dalam novel.
b. Bagi Pembaca
Dapat memberikan wawasan tentang perkembangan sastra khususnya pada ilmu
pertentangan kelas yang terdapat dalam novel.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadikan penelitian ini sebagai salah satu bahan rujukan yang dapat
mendukung penelitian selanjutnya.
1.5 Definisi Operasional
1. Pertentangan sosial adalah suatu konflik yang muncul akibat adanya faktor-faktor yang
disebabkan oleh adanya kesalahpahaman antar individu maupun antar kelompok di dalam
anggota masyarakat.
2. Status sosial adalah gelar yang diberikan oleh masyarakat terhadap seseorang yang
memiliki garis keturunan maupun tingkatan Pendidikan.
3. Masyarakat Jawa adalah kumpulan orang yang tinggal di daerah pulau Jawa yang
menganut budaya Jawa.
4. Priyayi adalah status sosial yang diberikan kepada seseorang yang memiliki jabatan pada
suatu instansi pemerintahan.
5. Wong cilik adalah status sosial yang disandang oleh seseorang karena rendahnya
pendidikan dan rendahnya jabatan pada suatu masyarakat.
6. Bersitegang merupakan kondisi masyarakat yang saling merasa tegang karena munculnya
suatu pertentangan diantara keduanya, yakni antar individu maupun antar kelompok.
7. Perbedaan pendapat adalah adanya suatu perbedaan statemen antar individu maupun
antar kelompok yang menibulkan suatu pertentagan atau konflik.
8. Prasangka adalah satu bentuk perasaan yang timbul karena adanya perbedaan-perbedaan
yang tidak ada kritik sehingga menimbulkan kecurigaan.

Anda mungkin juga menyukai