Mantap PDF
Mantap PDF
ISSN 2355-5408,ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2014
Maskur1
Abstrak
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini negara kita mengalami perkembangan yang cukup pesat di berbagai
bidang, terutama perkembangan di bidang ekonomi.Hal ini ditandai dengan
jumlah dan jenis usaha yang dilakukan oleh badan usaha maupun perorangan
1
Mahasiswa Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politi, Universitas
Mulawarman. Email : kurma.adnan@yahoo.com
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 527 - 540
yang semakin meningkat. Maka jika melihat hal tersebut kebutuhan akan barang
dan jasapun tentunya akan selalu meningkat
Salah satu kebutuhan masyarakat yang tidak henti-hentinya digunakan yaitu
kebutuhan akan energi, dalam hal ini Bahan Bakar Minyak (BBM). Hampir
semua industri menggunakan BBM, tidak terbatas pada transportasi, tetapi juga
sektor rumah tangga yang memerlukannya baik untuk keperluan sarana
transportasi maupun sumber energi lainnya seperti penerangan diesel dan lain-lain
Dengan semakin tingginya pertumbuhan penduduk yang diikuti
pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor, maka kubutuhan BBM juga semakin
besar. Berdasarkan hasil SP2010, jumlah penduduk Marangkayu mencapai 23.516
jiwa dan jumlah kepala keluarga mencapai 5.879 kepala keluarga. Jika
diasumsikan, setiap kepala keluarga memiliki 1 unit kendaraan roda 2 maka
jumlah kendaraan di Kecamatan Marangkayu mencapai 5.879 unit, belum lagi
jumlah kendaraan roda 4 yang tentunya akan menggunakan BBM dengan jumlah
yang lebih banyak dibandingkan dengan roda 2.
Jika melihat keadaan tersebut, maka tidak diragukan lagi bahwa permintaan
kebutuhan akan BBM pada sekarang ini terlebih masa mendatang pastinya akan
sangat dibutuhkan. Dengan demikian maka tentunya usaha SPBU merupakan
salah satu usaha yang mempunyai prospek yang sangat bagus untuk saat ini
maupun dimasa mendatang mengingat keberadaannya sangatlah dicari-cari.Tetapi
untuk memaksimalkan prospek tersebut kedalam hal yang nyata maka CV. Insani
Subur Sejahtera harus dapat memiliki pengelolaan manajemen yang baik dan
perlu adanya perencanaan terhadap setiap kegiatan operasi.
Berinvestasi atau mendirikan usaha dalam pembangunan SPBU tentulah
membutuhkan dana yang cukup besar dan biasanya tingkat pengembaliannya pun
memerlukan waktu yang cukup lama. Maka dari itu pengusaha harus dapat
mempertimbangkan dan meminimalisir atau mungkin menghindari setiap risiko
yang mungkin timbul terhadap investasi yang dilakukan.Oleh karena itu sebelum
memulai usaha atau mungkin mengembangkan usaha yang sudah ada, maka perlu
dilakukan studi kelayakan terhadap rencana investasi agar proyek yang sedang
dikerjakan tidak sia-sia belaka akibat tidak adanya perencanaan yang matang dan
proyek yang dijalankan pun tidak menguntungkan. Studi kelayakan proyek
merupakan alat bantu atau pedoman bagi para pemilik perusahaan/pengusaha agar
dapat lebih mudah mengambil sikap dan keputusan-keputusan pelaksanaan
investasi supaya risiko kegagalan dapat dihindari atau dikurangi. Dalam penilaian
investasi tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan analisis pada berbagai
aspek.
Dalam penelitian ini, penulis hanya akan mengambil aspek keuangan.
Untuk sisi aspek keungan dapat digunakan kriteria penilaian investasi seperti:
Payback Period; yaitu menggambarkan lamanya waktu yang diperlukan untuk
menutup kembali dana yang telah dikeluarkan atau diinvestasikan; Net Present
Value; metode yang menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan
nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang.
528
Analisis Kelayakan Investasi SPBU di Marangkayu – Maskur
Rumusan Masalah
Di lihat dari latar belakang permasalahan maka perumusan masalah
penelitian ini adalah: Apakah investasi SPBU CV. Insani Subur Sejahtera di
Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara layak ditinjau dari aspek keuangan?”
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui kelayakan
investasi SPBU CV. Insani Subur Sejahtera di Marangkayu Kabupaten Kutai
Kartanegara”.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Bagi pengusaha dapat mengetahui apakah proyek SPBU layak atau tidak
untuk dilakukan ditinjau dari aspek keuangan.
Sebagai bahan masukan atau pertimbangan yang dapat digunakan sebagai
dasar membuat kebijakan mengenai pengembangan usaha selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Untuk memberikan sumbangan positif untuk menambah hasanah ilmu
pengetahuan tentang studi kelayakan bisnis dalam usaha.
529
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 527 - 540
Pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga manfaat,
yaitu:
a. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut
sebagai manfaat financial). Yang berarti apakah proyek tersebut dipandang
cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
b. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek tersebut
dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang
menunjukan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
c. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut.
530
Analisis Kelayakan Investasi SPBU di Marangkayu – Maskur
Sumber dana
Proyeksi neraca
Proyeksi laba rugi
Proyeksi aliran kas (cash flow)
d. Aspek Sosial Ekonomi
Pengkajian ini didasarkan pada landasan yang lebih luas yaitu melihat biaya
dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat secara
menyeluruh. Biasanya dilakukan untuk proyek-proyek masyarakat yang umunya
dibiayai oleh pemerintah. Penelitian ini lebih menekankan pada analisis
kelayakan investasi dalam mengkaji keberhasilan suatu proyek dari aspek
finansial saja, apakah keuntungan yang didapatkan sebanding dengan dana yang
telah dikeluarkan.
Kebutuhan Dana
Kebutuhan dana dalam setiap proyek pastilah berbeda-beda tergantung jenis
dan proyek apa yang dikerjakan, proyek yang berskala kecil ataupun berskala
besar atau mungkin peralatan dan teknologi yang digunakan cukup modern.
Terlepas dari itu pengolahan dana harus dialokasikan sebaik mungkin sehingga
bias tepat sasaran. Pengalokasian dana untuk proyek investasi secara umum di
alokaskan kedalam dua kelompok, yaitu kebutuhan dana untuk aktiva tetap, dan
kebutuhan dana untuk modal kerja.
a. Kebutuhan Dana Untuk Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu
periode opersai dari suatu unit usaha (satu tahun), dibeli untuk tidak dijuak
kembali, melainkan digunakan untuk operasi, dan setiap periodenya
disusutkan. Pengeluaran dana untuk aktiva tetap ini termasuk dalam
pengeluaran modal, sedangkan yang tidak termasuk dalam criteria diatas
termasuk dalam aktiva lancer (modal kerja). Pengeluaran ini diharap kan
kembali dalam jangka pendek yaitu paling lama dalam satu periode operasi
sudah kembali menjadi kas. Pengeluaran ini disebut dengan pengeluaran
penghasilan.
b. Kebutuhan Dana untuk Modal Kerja
Menurut Husnan (2000:168), istilah modal kerja bisa diartikan sebagai modal
kerja brutto atau modal kerja netto. Modal kerja brutto menunjukkan semua
investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar.
Modal kerja netto merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang
jangka pendek. Dimaksudkan dengan aktiva lancar adalah yang berubah
menjadi kas memerlukan waktu yang pendek, kurang dari satu tahun, atau
siklus produksi.
Untuk masalah ini kita menggunakan pengertian modal kerja brutto dengan
alasan bahwa bagaimana pun juga kebutuhan dana ini harus ada yang
membelanjainya, apakah dengan spontan atau tidak. Di dalam pengertian
sehari-hari sering kali modal kerja ini diartikan sebgai keseluruhan aktiva
531
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 527 - 540
Investasi
Menurut Moeljadi (2007:121), investasi merupakan suatu tindakan
melepaskan dana saat sekarang dengan harapan untuk menghasilkan arus dana
masa datang dengan jumlah yang lebih besar dari mana yang dilepaskan pada saat
investasi awal (initial investment).
Ditinjau dari ruang lingkup segi usahanya, investasi dapat dibagi menjdai dua,
yakni;
a. Investasi pada aktiva nyata (real asset atau real investment), misalnya untuk
pendirian pabrik-pabrik, pendirian hotel/restoran, perkebunan, dan lain-lain.
b. Investasi pada aktiva keuangan (financial asset atau financial investment),
seperti pembelian surat-surat berharga, baik merupakan saham maupun
obligasi.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, di mana peneliti mencoba
untuk mengadakan penelitian ilmiah yang sistematis, dan mengolah data yang
berbentuk angka sehingga diperloleh dalam bentuk laporan keuangan.
Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman tentang variable-variabel yang diteliti,
maka berikut ini penulis akan memberikan definisi operasional yang berkaitan
dengan indikator dari variable seperti; kelayakan investasi dan kelayakan aspek
keuangan, kelayakan investasi yang dimaksud disini adalah untuk menilai
investasiyang dilakukan oleh CV. Insani Subur Sejahtera dengan mengukur
tingkat kelayakan proyek pembangunan SPBU yang dilihat dari aspek keuangan.
Sedangkan kelayakan dari aspek kuangann yaitu penilaian proyek terhadap
CV. Insani subur Sejahtera yang dilihat berdasarkan tata cara kelolah keuangan
proyek dengan mengunakan alat analisis kelayakan seperti analisis kriteria
investasi, seperti:
a. Payback period dimana ingin mengetahui lama waktu yang diperlukan untuk
menutup kembali dana yang sudah diinvestasikan oleh perusahaan, waktu
maksimal pengembaliannya adalah berdasarkan pada umur ekonomis jika
melebihi umur ekonomis maka usaha SPBU tersebut dianggap tidak layak.
b. NPV dimana jika hasil usaha CV. Insani Subur sejahtera bernilai positif
setelah mencapai umur ekonomis nya yaitu 20 tahun maka sudah dapat
dikatakan layak
532
Analisis Kelayakan Investasi SPBU di Marangkayu – Maskur
c. IRR jika hasilnya lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan maka
dikatakan layak jika tingkat bunga seperti bunga bank ternyata lebih besar
dari bunga proyek maka sebaiknya dana yang dimiliki lebih baik
diinvestasikan di bank.
d. PI dimana nantinya peneliti akan mengukur derajat profitabilitas dari suatu
proyek dimana hasil yang layak harus lebih dari 1.
Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan adalah ;
a. Payback Period
Payback Period = 1 ℎ
Kriteria seleksi :
1) Jika payback period lebih kecil dibanding dengan target
kembalinya investasi, maka proyek investasi layak.
2) Jika payback period lebih besar dibanding dengan target
kembalinya investasi, maka proyek tidak layak.
(Sutrisno,2009:126)
533
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 527 - 540
NPV =
1+
Dimana:
K = Discount rate
At = Cashflow pada periode t
N = Periode terakhir dimana cash flow diharapkan.
Kriteria seleksi:
Jika NPV positif maka proyek investasi layak.
Jika NPV negatif maka proyek investasi tidak layak.
(Riyanto, 2001:128).
c. Internal Rate of Return
IRR = + ( − )
Keterangan:
rr = Tingkat discount rate (r) lebih rendah
rt = Tingkat discount rate (r) lebih tinggi
TPV = Total present value
NPV = Net Present Value
Kriteria seleksi:
Jika IRR dari tingkat bunga yang disyaratkan, maka proyek
investasi layak.
Jika IRR dari tingkat bunga yang disyaratkan, maka proyek
investasi kurang layak. (Sutrisno, 2009:127)
d. Profitability Indeks
Profitability Index =
Kriteria Seleksi:
Jik PI 1, maka proyek investasi layak
Jika PI 1, maka proyek investasi tidal layak. (Sutrisno,
2009:128)
Definisi Konsepsional
Secara konsep langkah-langkah yang diambil dalam membicarakan
kelayakan pembagnunan SPBU ini, penilis perlu membarikan suatu batasan
mengenai hal tersebut, yaitu:
a. Kelayakan Proyek
534
Analisis Kelayakan Investasi SPBU di Marangkayu – Maskur
Penilaian kelayakan proyek adalah penelitian tentang layak atau tidaknya suatu
proyek dibangun untuk jangka waktu tertentu. Herlianto (2009:2). Kelayakan
dapat diartikan bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan
finansial dan nonfinansial. Layak disini diartikan juga akan memberikan
keuntungan tidak hanya bagi perusahaan yang menjalankannya, tetapi juga bagi
investor, kreditior, pemerintah, dan masyarakat luas. Kasmir (2003:6)
b. Kelayakan Aspek Keuangan
Kelayakan aspek keuangan adalah aspek yang digunakan untuk menilai
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Kasmir (2003:86).
Untuk menilai kelayakan dari aspek keuangan digunakan analisis kriteria
investasi seperti:
PP, jika PP lebih kecil dari target kembalinya investasi maka proyek layak,
jika lebih besar maka tidak layak
NVP, jika NPV positif maka proyek layak jika negatif maka tidak layak
IRR, jika IRR lebih besar dari tingkat bunga yang disyaratkan maka proyek
layak, jika lebih kecil maka tidak layak
PI jika PI lebih besar dari 1 maka proyek layak jika lebih kecil maka tidak
layak
=
ℎ
Untuk mengetahui hasil dari Payback Period cukup dengan melihat pada
tabel 5 proyeksi kas flow, dimana hasil dari tabel menunjukan pada tahun ke 10
jumlah investsasi sudah kembali dengan EAT mencapai Rp.2.212.087.011
dimana jumlah investasi proyek sebesar 2.045.705.000.
b. Metode dengan Net Present Value
535
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 527 - 540
536
Analisis Kelayakan Investasi SPBU di Marangkayu – Maskur
537
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 527 - 540
IRR = + ( − )
. .
IRR = 15 + (16-15)
( . . )– . .
. .
= 15 + 1
( . . )
= 15 + (0.83)
= 14.17
538
Analisis Kelayakan Investasi SPBU di Marangkayu – Maskur
PI=
. . . .
PI =
. . . .
= 1.13
PENUTUP
Berdasarkan hasil dari analisis penelitian, kelayakan proyek investasi SPBU
di Marangkayu dari aspek keuangan telah memenuhi tingkat kelayakan yang
diinginkan, seperti metode Payback Period yang lebih kecil dari umur ekonomis
proyek, net present value yang bernilai positif, internal rate of return lebih besar
dari tingkat bunga yang disyaratkan, dan profitability indeks yang lebih besar dari
. Dengan dibangunnya SPBU di Marangkayu tentu akan berdampak baik bagi
kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat dimana akan menyerap tenaga
kerja penduduk sekitar selain itu pengusaha micro seperti nelayan, petani,
maupun industri rumahan juga akan berdampak baik karena penenuhan akan
kebutuhan BBM bagi kegiatan operasional usaha mereka juga lebih mudah
terpenuhi.
Perlu dilakukan upaya penambahan jatah dari Pertamina agar perusahaan
tidak selalu kekurangan stok BBM sehingga SPBU pun selalu beroperasi dan
tentunya akan berdampak pada jumlah penjualan perusahaan.
Membangun jalinan kerja sama terhadap usaha micro seperti nelayan,
petani, maupun industri rumahan yang ada di daerah operasi SPBU sebagai
penyedia atau penyuplai bahan bakar untuk kegiatan usaha mereka sehingga
SPBU pun mempunyai alasan yang kuat untuk lebih mudah meminta
penambahan jatah BBM yang lebih besar pada pihak Pertamin
Daftar Pustaka
Alexandri, Moh. Beni. 2008. Manajemen Keuangan Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Balkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Penerbit Salemba
Empat: Jakarta.
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Edisi Delapan. Yogyakarta:
BPFE
Gitosudarmo, Indriyo dkk.2002.Manajemen Keuangan. Edisi Keempat.
Yogyakarta: BPFE
Gray, Clive dkk. 2005. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi kedua. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
539
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 4, 2014: 527 - 540
INTERNET:
540