Anda di halaman 1dari 33

BAB I

Pendahuluan

A. LATAR BELAKANG

Banyaknya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) yang


sebenarnya dapat dicegah di RS telah lama menjadi pusat perhatian,
Joint comition international (JCI) yang saat ini sudah diadopsi oleh
standart KARS mewajibkan RS untuk melaksanakan dan membuat
catatan setidaknya satu Failure Mode Effects Analysis (FMEA) setiap
tahun untuk dapat mengidentifikasi berbagai risiko, berdasar
analisis dan rancangan ulang dari proses yang mengandung risiko
tinggi.
FMEA merupakan suatu teknik yang digunakan untuk perbaikan
sistem yang telah terbukti dapat meningkatkan keselamatan. FMEA
merupakan teknik yang berbasis tim sistematis dan proaktif yang
digunakan untuk mencegah permasalahan dari proses atau produk
sebelun permasalahan tersebut muncul atau terjadi. FMEA dapat
memberikan gambaran tidak hanya mengenai permasalahan-
permasalahan apa saja yang mungkin terjadi namun juga mengenai
tingkat keparahan dari akibat yang ditimbulkan. FMEA awalnya
dikembangkan diluar bidang kesehatan dan sekarang digunakan
dibidang kesehatan untuk menilai risiko kegagalan dan kesalahan
pada berbagai proses dan untuk mengindentifikasi area-area penting
yang membutuhkan perbaikan. Di bidang kesehatan FMEA telah
diterapka diratusan Rumah Sakit di Amerika dalam berbagai
program pelayanan kesehatan, namun belum banyak diterapkan di
rumah sakit Indonesia.
Pada penetapan area prioritas yang dilakukan akhir tahun 2015
yang dilakukan pada desember 2015 Pembobotan dan skoring area
prioritas di masing-masing unit dibagi berdasarkan area klinis dan
non klinis dimana ditemukan area klinis skoring tertinggi di
temukan di instalasi rawat inap dan farmasi dengan skor masing-
masing 450. Sedangkan unntuk area non klinis skoring tertinggi di
temukan pada instalasi CSSD memiliki skor 350. Sedang data
pelaporan yang dilakukan oleh Tim PPI RS Kraton Kabupaten
Pekalongan tentang Pencegahan Kejadian peningkatan nilai IDO RS
Kraton memberikan rekomendasi salah satunya segera merealisasi
berdirinya CSSD sentarl sesuai Standart, dan pada hasil tes usap
kuman yang dilakukan sesuai indicator hanya IBS yang
menghasilkan angka masih memenuhi standart sedang unit-unit
lainnya untuk hasil usap alat didapati angka yang tergolong tidak
memenuhi syarat dengan nilai tertinggi 35,10cm2 hal ini
menunjukan masih banyak dijumpai kuman pada ruang dan nilai
tertinggi hasil usap alat untuk tindakan 18,10cm2 hal ini

1
menunjukan masih tingginya juga kuma yang didapati pada alat
yang akan digunakan untuk melakukan tindakan di unit-unit yang
ada di RSUD Kraton Kabupaten selain instalasi bedah sentral.

Berdasarkan masukan dari data diatas, serta upaya pencegahan


komplain konsumen RSUD Kraton yang disampaikan melalui SMS
gateway dan data pelaporan insident keselamatan pasien (IKP) di
RSUD Kraton maka menegement risiko RSUD kraton difokuskan
pada pengelolaan manajemen risiko non klinis dengan tema FMEA
“Menuju CSSD Stadart”.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Terbentuknya sistem yang standart pada Pengelolaan alat


dan bahan habis pakai yang mengharuskan dalam keadaan
steril sesuai dengan standart kepmenkes no
1204/Menkes/SK/X/2004 untuk menjamin peningkatan mutu
dan keselamatan pasien.

2. Tujuan Khusus

a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSUD Kraton


Kabupaten Pekalongan dengan angka pelaporan insiden
berhubungan dengan angka infeksi pada kejadian tidak
diharapkan tidak ada kasus.
b. Meningkatkan akuntabilitas dan Mutu pelayanan RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan pencapaiaan standart hasil
uji mikrobiologi swap alat dibawah 100/cm2 dan angka
swap lantai ruangan 5-10 CFU/ cm2.
c. Terlaksananya program pencegahan, sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan berupa Insiden
rate daerah operasi (IDO) RSUD Kraton Kraton dengan target
0% insiden per tahun.
d. Memenuhi tuntutan Akreditasi Standart PMKP 11.2 bahwa
pimpinan rumah sakit wajib melakukan analisa pada proses
kritis dan berisiko tinggi dengan menggunakan alat yang
disebut FMEA paling sedikit setahun sekali dan
mendokumentasikan penggunaan alat pengurangan proaktif
(FMEA) dalam salah satu prioritas proses risiko.

2
e. Melengkapi salah satu dari tuntutan Akreditasi Standart PPI
yang mengharuskan adanya pemprosesan alat yang
terstandart dengan turunnya angka kuman pada hasil usap
alat dari paling tinggi 18,10cm2 menjadi hasil angka usap
alat dibawah 1cm2 .

3
BAB II
PROSES ANALISA FMEA (Failure Mode Effects Analysis )
MENUJU CSSD SENTRAL

A. Pengertian
FMEA (Failure Mode Effects Analysis ) Adalah langkah-langkah
pendekatan untuk mengidentifikasi semua kemungkinan kegagalan
atau resiko kegagalan dari suatu proses pelayanan kesehatan.
CSSD (Central Sterile Supply Departemen) adalah unit yang
bertanggung jawab atas pencucian dan distribusi alat yang telah
disterilkan di Rumah saki

B. ANALISA LINGKUNGAN

Gambaran pencegahan risiko infeksi di RSUD Kraton Kabupaten


Pekalongan Sedah semakin baik dari tahu ketahun dimana tim PPI (
Pencegahan dan pengendalian Infeksi) Rsud Ktraon mulai terbentuk
pada tahun 2011 dan Bagian CSSD Mulai berdiri bulan juli tahun
2012 sampai dengan awal tahun 2016 CSSD belum standard an
hanya melayani instalasi bedah sentral saja. Sedangkan panduan
secara nasional mengharuskan Rumah sakit mempunyai standart
baku mutu penjaminan sterisasi alat dan bahan yang digunakan
sesuai dengan tindakan di ruang manapun tindakan itu dilakukan.
Pada saat ini penetapan area prioritas yang dilakukan akhir
tahun 2015 yang dilakukan pada desember 2015 Pembobotan dan
skoring area prioritas di masing-masing unit dibagi berdasarkan area
klinis dan non klinis dimana ditemukan area klinis skoring tertinggi
di temukan di instalasi rawat inap dan farmasi dengan skor masing-
masing 450. Sedangkan unntuk area non klinis skoring tertinggi di
temukan pada instalasi CSSD memiliki skor 350. Sedang data
pelaporan yang dilakukan oleh Tim PPI RS Kraton Kabupaten
Pekalongan tentang Pencegahan Kejadian peningkatan nilai IDO RS
Kraton memberikan rekomendasi salah satunya segera merealisasi
berdirinya CSSD sentarl sesuai Standart, dan pada hasil tes usap
kuman yang dilakukan sesuai indicator hanya IBS yang
menghasilkan angka masih memenuhi standart sedang unit-unit
lainnya untuk hasil usap alat didapati angka yang tergolong tidak
memenuhi syarat dengan nilai tertinggi 35,10cm2 hal ini
menunjukan masih banyak dijumpai kuman pada ruang dan nilai
tertinggi hasil usap alat untuk tindakan 18,10cm2 hal ini
menunjukan masih tingginya juga kuma yang didapati pada alat
yang akan digunakan untuk melakukan tindakan di unit-unit yang
ada di RSUD Kraton Kabupaten selain instalasi bedah sentral.

4
Tabel 1. Skoring Penetapan Area Prioritas Dilakukan Pembobotan Pada Area Prioritas

High Risk High volume Problem prone


Nilai x Bobot = Skor Nilai x Bobot = Skor Nilai x Bobot = Skor
No. Identifikasi masalah Jumlah
Bobot = 50 Bobot = 30 Bobot = 20
N B S N B S N B S
Area Klinis
1. IRJA 2 50 100 2 30 60 3 20 60 220
2. ICU 4 50 200 4 30 90 4 20 80 370
3. IGD 3 50 150 3 30 90 4 20 80 300
4. IBS 4 50 200 3 30 90 5 20 100 390
5. IRNA 4 50 200 5 30 150 5 20 100 450
6. FARMASI 4 50 200 5 30 150 5 20 100 450
7. LABORATORIUM 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
8. REHABILITASI MEDIS 2 50 100 2 30 60 3 20 60 220
9. INSTALASI REKAM MEDIK 2 50 100 2 30 60 3 20 60 220
10. ENDOSKOPI 3 50 150 2 30 60 3 20 60 270
11. HEMODIALISA 4 50 150 3 30 90 3 20 60 300
12. KEMOTERAPI 3 50 150 2 30 60 3 20 60 270
13. GIZI 2 50 100 3 30 90 3 20 60 250
Non Klinis
14. REKAM MEDIS 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
15. IPSRS SANITASI 50 30 20

5
16. IPSRS LISTRIK 3 50 150 2 30 60 3 20 60 270
17. IPSRS ALKES 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
18. IPSRS BANGUNAN 2 50 100 2 30 60 3 20 60 220
19. ASET 2 50 100 3 30 90 3 20 60 250
20. PERBENDAHARAAN 3 50 150 2 30 60 3 20 60 270
21 AKUTANSI 3 50 150 2 30 60 3 20 60 270
22 LAUNDRI 3 50 150 3 30 90 4 20 80 320
23. CSSD 3 50 150 4 30 120 4 20 80 350
24 PEMULASARAN JENAZAH 2 50 100 3 30 90 3 20 60 250
25. PERENCANAAN 2 50 100 3 30 90 3 20 60 250
26. KEPEGAWAIAN & DIKLAT 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
27. PEMASARAN & HUMAS 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
28. UMUM & HUKUM 3 50 150 2 30 60 4 20 80 290

Tabel 2. Kepatuhan CSSD dalam memelakukan Sterilisasi tahun 2015

6
Tabel 3. Tabel hasil usap peralatan medis ,linen dan
lingkungan permukaan di IBS pada trisemester I
tahun 2015

Tabel 4. Tabel hasil usap peralatan medis ,linen dan lingkungan


permukaan ruangan pada trisemester II tahun 2015

7
Beberapa Risiko yang dapat diidentifikasi di rumah sakit
antara lain:
1. Risiko yang terkait dengan perawatan pasien
2. Risiko yang terkait dengan tenaga medis / karyawan
3. Risiko yang berhubungan dengan sarana dan prasarana
4. Risiko yang terkait dengan Keuangan.
5. Risiko yang terkait dengan Keselamtan Kerja.

Pada tahun 2016 berdasarkan data yang tersebut diatas


maka Pengelolaan risiko ditetapkan dapa area risiko yang
berhubungan dengan Perawatan Pasien pada umumnya dan
risiko yang berkaitan dengan sarana prasarana pada
khususnya yang memungkinkan pada jangka panjang akan
memasuki pada pengelolaan risiko yang berhubungan dengan
Keuangan apabila terjadi komplain dan terjadi tuntutan.

C. LANGKAH- LANGKAH FMEA RISIKO MENUJU CSSD


CENTRAL

Dalam proses FMEA ada beberapa langkah yang


dilakukan, antara lain:
1. Memilih proses yang berisiko tinggi dalam hal ini topik yang
dipilih adalah menuju CSSD sentral yang beroperasi 24 jam
berdasarkan data Pembobotan dan skoring area prioritas di
masing-masing unit dibagi berdasarkan area klinis dan non
klinis dimana ditemukan area klinis skoring tertinggi Sedang
data pelaporan yang dilakukan oleh Tim PPI RS Kraton
Kabupaten Pekalongan tentang Pencegahan Kejadian
peningkatan nilai IDO RS Kraton memberikan rekomendasi
salah satunya segera merealisasi berdirinya CSSD sentarl
sesuai Standart yang beroperasi 24 jam, dan pada hasil tes
usap kuman yang dilakukan sesuai indikator hanya IBS
yang menghasilkan angka masih memenuhi standar sedang
unit-unit lainnya untuk hasil usap alat didapati angka yang
tergolong tidak memenuhi syarat dengan nilai tertinggi
35,10cm2 hal ini menunjukan masih banyak dijumpai
kuman pada ruang dan nilai tertinggi hasil usap alat untuk
tindakan 18,10cm2 hal ini menunjukan masih tingginya juga
kuma yang didapati pada alat yang akan digunakan untuk
melakukan tindakan di unit-unit yang ada di RSUD Kraton
Kabupaten selain instalasi bedah sentral.

8
2. Membuat diagram proses atau alur proses dengan flow chart
yang rinci tentang alur Sterilisasi alat dari mulai
3. Untuk setiap kemungkinan kegagalan (failure mode),
identifikasi efek yang mungkin terjadi (the effect)
4. Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek
tersebut (RPN)
5. Melakukan root cause analysis dari failure mode
6. Desain ulang proses
7. Analisa dan ujicobakan proses yang baru
8. Terapkan dan awasi proses yang sudah didesain ulang tadi

1. Alur Proses FMEA


Dalam pembuatan alur proses FMEA dari topik “ menuju
CSSD sentral” tim memperhatikan hal apa saja yang dapat
mempengaruhi terjadinya kejadian Infeksi dikarenakan tidak
seterilnya alat dan BHP ( Bahan habis Pakai) pada pemrosesan
alat kotor sampai dengan alat steril yang sudah dapat
digunakan untuk melayani pasien ditemukan beberapa faktor
ektrinsik, antara lain:
a. Standar bangunan dan fasilitas yang dapat mendukung
unit CSSD bekerja menjalankan fungsinya.

1) Standar ruang
Alat Steril

Alat kotor

9
2) Alur pelayanan CSSD

3) Pemisahan area yang ada di unit CSSD

a) Area kotor (proses pre-cleaning dan cleaning)


 Instrument kotor masuk ke area melalui loket
penerimaan instrument kotor.
 Di area kotor dilakukan proses pre-cleaning dan
cleaning sampai dihasilkan instrument bersih
dan kering.
 Instrument bersih diterima di loket langsung
masuk ke area bersih atau area pengemasan dan
tidak melalui proses dekontaminasi

10
 Persyaratan ruangan: Suhu udara antara 180C –
220C, kelembaban udara antara 35% - 75%, pada
ruang pencucian alat lantai tidak licin, tekanan
positif dan terpisah dari ruangan pre-
celaning/cleaning.

b) Area Bersih
 Di area bersih, instrument atau alat dilakukan
proses pengemasan, labeling dan proses
sterilisasi
 Instrument steril hasil proses sterilisasi
disimpan di ruang penyimpanan alat steril
 Persyaratan ruangan : Suhu udara antara 180C
– 220C, kelembaban udara antara 35% - 75%,
tekanan negative, lantai tidak licin dan terpisah
dari ruangan pre-celaning/cleaning.

c) Area steril
 Instrument steril masuk dari area bersih melalui
pass box (counte) antara area bersih dan area
steril atau dari mesin sterilisasi double door.
 Di area steril dilakukan penyimpanan
instrument steril yang akan didistribusikan.
 Instrument steril diserahkan kepada pelanggan
melalui loket distribusi barang steril.
 Persyaratan ruangan : Penerangan harus
memadai, suhu udara antara 180C – 220C,
kelembaban udara antara 35% - 75%, tekanan
negative, efisiensi filtrasi particular antara 90 –
95% (untuk particular berukuran 0,5 mikron)
atau dengan filter heap, dinding dan lantai
ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat
sehingga mudah dibersihkan atau dengan
menggunakan cat Epoxy sehingga tidak ada
nut-nut lantai tempat penimbunan debu dan
sarangnya bakteri, Alat steril disimpan pada
jarak 19 – 24 cm dari lantai dan minimum 43
cm dari langit-langit serta 5 cm dari dinding,
hindari terjadinya penumpukan debu pada
kemasan. Akses ke ruang penyimpanan steril,
dilakukan oleh petugas sterilisasi sentral yang

11
terlatih, bebas dari penyakit menular dan
menggunakan pakaian yang sesuai dengan
persyaratan.

4) Standar fasilitas

4.1 Prasarana Listrik

Sebagian besar peralatan (mesin sterilisator panas


kering dan mesin sterilisator uap) yang ada di unit
CSSD RSUD menggunakan daya listrik yang cukup
besar, sehingga diperlukan instalasi listrik yang
sesuai standar.
Adapun tenaga listrik yang di gunakan di unit
laundry terbagi dua bagian ( Line ) antara lain:
a. Instalasi Penerangan
b. Instalasi tenaga

Daya listrik yang dipergunakan ditiap-tiap


peralatan memerlukan daya listrik yang cukup
besar minimal 25 Amper. Instalasi kontak-kontak (
stop kontak ) untuk memperhatikan penempatan,
yaitu harus menjauhi daerah yang lembab dan
basah. Jenis kontak-kontak hendaknya yang
tertutup agar terhindar dari udara lembab,
sentuhan langsung dan paralel yang melebihi
kapasitas penggunaan

4.2 Prasarana Air dan Sanitasi

Air yang digunakan untuk mencuci mempunyai


standart air bersih dan system sanitasi yang
diberlakukan di CSSD berdasarkan PerMenKes
No.1204 tahun 2004. Pada saluran pembuangan
dibuat standar dengan jumlah penampungan limbah
yang sesuai serta dipasang saringan sehingga mudah
untuk mencegah ketidak patuhan dalam
pembuangan limbah.

12
4.3 Prasarana Peralatan dan bahan pencucian

Peralatan di Unit CSSD RSUD Kraton menggunakan


bahan pencuci kimiawi dengan komposisi dan kadar
tertentu.Staf yang melaksanakan tugas merasa aman dan
limbah buangannya tidak merusak lingkungan.
Peralatan di unit cssd:
1. Mesin sterilisator panas kering
2. Mesin Sterilisato uap

Mesin – mesin cuci dan mesin – mesin lainnya yang ada di


unit CSSD dijalankan oleh operator mesin, dengan
demikian para operator mesin harus memelihara
peralatannya, berbagai kelainan padaa saat
pengoperasiannya, misalnya kelainan bunyi pada alat
dapat segera di kenali oleh para operator.
Pemeliharaan ringan peralatan mesin sterilisator terdiri
dari :
a. Pembersihan peralatan sebelum dan sesudah
pemakaian, dilakukan setiap hari. Penerimaan V-
belt dan tegangannya ( kelenturan ) toleransi
pengukuran 0,2 – 0,5 mm, jika melebihi atau
sudah tidak memenuhi syarat V-belt tersebut
segera di ganti ( IPSR ).
b. Pemeriksaan pipa uap panas ( steam ) dilakukan
setiap akan di mulai menjalankan alat pencucian.
Setiap saluran diperiksa dahulu terutama pada
pipa yang terbungkus styrofoam ( isolasi ) dengan
cara di lihat apakah masih terbungkus dengan baik
dan tidak ada semburan air atau uap. saat
pembebanan sesaat dan kabel yang digunakan
adalah jenis NYY.
c. Setiap tahun sekali di adakan kalibrasi untuk
mesin sterilisator
d. Pemeriksaan kran air terlebih dahulu sebelum
melakukan pencucian alat apabila ada keusakan
pada tersebut, pelaksana dari masing-masing unit
tersebut segera lapor ke sanitasi

Produk kimia akan berfungsi dengan baik apabila 3


faktor di atas bereaksi dengan baik. Bahan Kimia di
unit CSSD yang terdiri dari :

13
1. Alkazime ( enzimatic )
Mempunyai peran menghilangkan kotoran dan

kuman yang menempel pada alat medis

2. Bayclin
Mempunyai peran menghilangkan kotoran dan

kuman yang menempel pada alat medis

3. Detergent
Mempunyai peran menghilangkan kotoran dan

kuman yang menempel pada alat medis

b. Alur Proses pemprosesan alat kotor sampai dengan steril


sesui standar

Dari masing-masing komponen diatas tim mencari apa


saja yang dapat memberikan kontribusi terhadap komponen
tersebut. Adapun komponen yang dapat memberikan
pengaruh terhadap Pemprosesan alat steril idealnya harus
didapati :

1. Proses Penerimaan Alat kotor


Komponen yang berpengaruh pada Proses perendaman
dan pencucian alat kotor antara lain:
a) Petugas selalu menerapkan SPO pencucin alat

b) Petugas menggunakan APD dalam pencucian alat


kotor.

2. Proses Perendaman dan pencucian alat kotor


3. Proses pembungkusan dan penataan alat bersih (Packing
Instrumen)
4. Proses sterilisasi
5. Proses Penyimpanan alat steril
6. Distribusi alat steril
7. Pemakaian Alat steril di IBS dan Unit rawat Inap

a) Pemakaiaan Alat steril di IBS


b) Pemakaian alat steril di ruang rawat inap RSUD
Kraton

14
c. Penentuan modus kegagalan dari setiap proses standarisasi
sterilisasi

Bagan 1. Alur Proses

I II III IV

Penerimaan alat Proses perendaman Packing Alat Intervensi pada


Kotor dan pen cucian alat Bersih pasien
Kotor

VIII VII V
VI

Pemakaian alat steri Distribusi alat Penyimpanan Proses


di IBS dan Ruang sterili alat sterili sterilisasi
Perawatan

15
Bagan 2. Alur Sub Proses

1. Ada sistem pencatatan alat kotor yang


diterima dengan baik
2. Petugas patuh dalam pemakaiaan APD
3. Standar bangunan dan peralatan di ruang 1. tempat alat steril di IBS
penerimaan alat kotor yang standar
4. Ada jalur dan alur alat kotor 2. Tempat alat steril di
Ruangan yang standar
3. Pengetahuan petugas
dlm menggunakan alat
1. Kepatuhan Petugas dalam menerapkan steril baik
SPO pencucian Alat tinggi
2. Petugas patuh dalam menggunakan
APD
1. Penerapan SPO
3. Tersedianya Enzimatik yang
mencukupi distribusi alat
4. Petugas kompeten dalam pencucian 2. Troli dan Jalur Alat
alat kotor Steril terstandar
5. Pembuangan limbah dan saluran yang 3. Petugas Distribusi yang
baik terlatih
6. Tempat pencucian yang terstandar
4. Pencatatan yang baik
7. 1.
AdaMeja
sistem penanganan pertama saat
packing
terkontaminasi (eywash)
2. Pembungkus alat dan BMHP
(poches)
1. Penerapan SPO
3. Indikator Kimia dan Fisika
Penyimpanan alat steril
4. Puku pencatatan lengkap
2. Rak penyimpanan tertutup
5. Setting Alat sudah tersistem
3. Ruangan bertekanan
6. Petugas setting alat yang kompeten
negatif
7. Penerapan SPO Packing alat
4. Akses satu pintu dan
8. Ruang bertekan negatif
terbatas

1. Penerapan SPO sterilisasi alat


2. Ruangan bertekanan negatif
3. Petugas sterilisasi terlatih
4. Alat sterilisasi yg Standart

16
Tabel 1. Kemungkinan Kegagalan
ALUR SUB PROSES KEMUNGKINAN
PROSES KEGAGALAN
Penerimaan alat Ada sistem pencatatan alat Pencatatan alat kotor tidak
Kotor kotor yang diterima dengan baik
baik
Petugas patuh dalam Petugas tidak patuh dalam
pemakaiaan APD pemakaian APD
Standar bangunan dan bangunan dan peralatan
peralatan di ruang ruang penerimaan alat kotor
penerimaan alat kotor tidak standar
Ada jalur dan alur alat Jalur alat kotor tidak
kotor tersendiri
Proses Kepatuhan Petugas dalam Petugas tidak menerapkan
perendaman menerapkan SPO SPO Pencucian alat
dan pen cucian pencucian Alat tinggi
alat Kotor Petugas patuh dalam Petugas tidak patuh dalam
menggunakan APD penggunaan APD
Tersedianya Enzimatik Enzimatik tidak digunakan
yang mencukupi
Petugas kompeten dalam petugas yang tidak
pencucian alat kotor kompeten melakukan
perendaman dan pencuian
alat
Pembuangan limbah dan Pembuangan limbah buruk
saluran yang baik
Tempat pencucian yang Tempat pencucian tidak
terstandar standard (tidak bertekanan
negative)
Ada sistem penanganan Tidak ada sistem
pertama saat Penanganan pertama saat
terkontaminasi (eywash) terkontaminasi
Packing Alat Meja packing Meja packing tidak standar
Bersih Pembungkus alat dan Tidak ada Pembungkusus
BMHP (poches) alat dan BMHP (poches)
Indikator Kimia dan Fisika Tidak ada Indikator
pengukur sterilitas alat
Buku pencatatan lengkap Tidak adanya sistem
pencatatan
Setting Alat sudah Proses setting alat tidak
tersistem terstandar
Petugas setting alat yang Tidak ada petugas kompeten
kompeten dalam setting alat
Penerapan SPO setting alat Petugas tidak melakukan
SPO setting alat

17
Ruang bertekan negatif Ruangan tidak bertekanan
negatiftif
Proses Penerapan SPO sterilisasi Penerapan sterilisasi alat
sterilisasi alat yang tidak terstandar
Ruangan bertekanan Ruangan tidak bertekanan
negatif negatif
Petugas sterilisasi terlatih Tidak ada Petugas sterilisasi
yang terlatih
Alat sterilisasi yg Standart Tidak adanya Alat sterilisasi
yg Standart
Penyimpanan Penerapan SPO Ketidak tepatan
alat steril Penyimpanan alat steril Penyimpanan alat steril
Rak penyimpanan tertutup Rak penyimpanan tidak
tertutup
Ruangan bertekanan Ruangan tidak bertekanan
negatif negatif
Akses satu pintu dan Akses tidak satu pintu dan
terbatas jalan umum
Distribusi alat Penerapan SPO distribusi Petugas tidak patuh dalam
sterili alat penerapan SPO distribusi
alat steril
Troli dan Jalur Alat Steril Jalur Alat Steril yang belum
terstandar terpisah
Petugas Distribusi yang Tidak ada petugas
terlatih Distribusi yang baik
Pencatatan yang baik Pencatatan distribusi alat
buruk
Pemakaian alat tempat alat steril di IBS Tempat alat steril di IBS
steri di IBS dan yang standar tidak standar
Ruang Tempat alat steril di Tempat alat steril di
Perawatan Ruangan yang standar Ruangan
Pengetahuan petugas dlm Buruknya pengetahuan
menggunakan alat steril petugas dlm menggunakan
baik alat Steril

9. Menetapkan kemungkinan tingkat keparahan dari efek


tersebut (RPN)
1. Dari sub proses tersebut kemudian di analisa
apa saja yang menjadi kemungkinan kegagalan
proses tersebut. Setelah dilakukan analisa dari
sub proses dan kemungkinan b kegagalannya
langkah selanjutnya menetapkan kemungkinan

18
penyebab dan tingkat keparahan dari efek
kegagalan dengan menghitung Risk
PriorityNumber.

2. Risk Priority Numbers (RPN)


3. S = Severity (Keparahan): 1 (Minor), 2
(Moderate), 3 (Minor Injury), 4 (Mayor Injury), 5 (
Terminal injury/death)
4. O = Occurence (Keseringan) : 1 (Hampir tidak
pernah terjadi), 2 (jarang), 3 (kadang-kadang), 4
(sering), 5 (sangat sering dan pasti)
5. D= Detectable (Terdeteksi) : 1 (selalu
terdeteksi), 2 (sangat mungkin terdeteksi), 3
(Mungkin terdeteksi), 4 (Kemungkinan kecil
terdeteksi),5 (Tidak mungkin terdeteksi)

Rangking Risiko :

(Probabilitas/keseringan)x (Saverity/keparahan)XDampak
6.

Tabel 2 . Kriteria Dampak (D)

Macam Insgni Minor Moderate Major Catastro


Dampak ficant (1) (2) (3) (4) Phic (5)

Cedera Tidak ada Dapat diatasi  Berkurangnya  Cedera luas Kematian


pasien cedera dengan fungsi motorik /  Kehilangan
pertolongan sensorik fungsi
pertama  Setiap kasus yang utama
memperpanjang permanent
perawatan

Pelayanan/ Terhenti Terhenti lebih Terhenti lebih dari Terhenti lebih Terhenti
operasional lebih dari dari 8 jam 1 hari dari 1 minggu permanen
1 jam

Biaya / Kerugian Kerugian lebih  Kerugian lebih dari  Kerugian lebih  Kerugian
keuangan kecil dari 0,1% 0,25 % anggaran dari 0,5% lebih dari
Kerugian anggaran  Kerugian 500 juta anggaran 1%
sampai Kerugian 50 – 1 milyar  Kerugian > 1 anggaran
dengan juta – 500 juta M – 10M  Kerugian >
50 Juta 10 Milyar

19
Publikasi Rumor - media lokal - media lokal Media nasional Media
- waktu singkat - waktu lama kurang dari 3 nasional lebih
hari dari 3 hari

Reputasi Rumor Dampak kecil Dampak bermakna Dampak Menjadi


thd moril thd moril karyawan serius thd masalah
karyawan dan kepercayaan moril berat bagi
dan masyarakat karyawan pemilik
kepercayaan dan Rumah
masyarakat kepercayaan Sakit
masyarakat

Tabel 3 . Kriteria Frekuensi (F)


Nilai Keterangan
5 Almost certain/Hampir tentu; terjadi beberapa kali dalam sebulan
atau minggu.
4 Likely/Sering; terjadi beberapa kali dalam setahun
3 Posibel/Kadang-kadang; terjadi dalam 1 sampai dengan 2 tahun
sekali
2 Unlikely/Tidak sering; terjadi sekali antara 2 sampai dengan 5 tahun
sekali
1 Rare/Jarang; beberapa kali dalam lima tahun atau lebih

Tabel 4 . Kriteria Peluang (P)/ kriteria kemudahan untuk terdeteksi (D)


Keterangan
Nilai
5 Tidak dapat dideteksi oleh orang lain kecuali oleh orang yang
bersangkutan
4 Sulit dideteksi kecuali oleh orang yang memiliki latar belakang
ketrampilan dan pendidikan tertentu
3 Sangat Mungkin dideteksi oleh orang yang memiliki pengalam
kerja dibidangnya.
2 Mudah dideteksi oleh orang yang memiliki pengalaman bekerja di
instansi yang sama walaupun latar belakang pendidikan dan dan
ketrampilannya berbeda.
1 Sangat mudah terdeteksi oleh siapapun dengan latar belakang
pengalaman kerja maupun pendidikan
Dari table diatas maka dapat kita menyelesaikan tahapan Analisa
Hazart Scoor/ RPN ( Risk Prioritas Number ).

20
Tabel 5. Perkalian Dampak dengan Keseringan

FREKUENSI/ Insignific Minor Moderate Major Catastropic


Likelihood ant 2 3 4 5
1
5 : Sangat Sering moderate moderat high Extreme Extreme
Terjadi tiap mgg/bln)
4 : Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme
(Bebrp x /thn)
3 : Mungkin terjadi Low Moderate High Extreme Extreme
(1-2 thn/x)
2 : Jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme
(2-5 thn/x)
1 : Sangat Jarang Low Low Moderate High Extreme
terjadi(>5thn/x)

21
Tabel 6. Kemungkinan penyebab dan tingkat keparahan dari efek
kegagalan dilihat dari Risk Priority Number
kemungkinan
Proses Penyebab kegagalan C P D SR
kegagalan
Penerimaan Pencatatan Petugas tidak mencatat
5 2 2 20
alat Kotor alat kotor alat kotor yg masuk
Penerimaan tidak baik Tdk ada Form dan Buku
alat Kotor 1 2 1 2
pencatatan alat kotor
Tidak patuh melakukan
SPO serah terima alat 5 2 1 10
kotor
Tidak adanya petugas
khusus di ruang 5 1 1 5
penerimaan alat kotor
Tidak ada evaluasi 5 2 2 20
penerapan SPO
Petugas tidak Petugas tidak patuh
5 5 1 25
patuh dalam memakai APD
pemakaian Petugas tidak tahu SPO
5 5 4 100
APD pemakaiaan APD
APD tidak tersedia 5 5 4 100
Tidak ada monitoring
Implementasi kepatuhan 1 1 4 4
penggunaan APD
Tidak ada exhouse van &
5 3 3 45
AC
Tidak ada monitoring 5 3 4 60
bangunan dan sistem kelembapan suhu
peralatan (Higrometer)
ruang Tembok tidak terbuat dari 5 3 4 60
penerimaan vinil dg sudut pertemuan
alat kotor lantai tidak lengkung
tidak standar Lantai tidak terbuat dari 5 3 4 60
vinil
Lantai licin/ mudah 5 2 2 20
terpelest
Jalur alat Tidak ada jalur alat kotor 5 3 3 45
kotor tidak tersendiri
tersendiri Alur alat kotor belum 5 3 3 45
dibangun

22
kemungkinan
Proses Penyebab kegagalan C P D SR
kegagalan
Proses Petugas tidak Tidak ada evaluasi penerapan
perenda menerapkan SPO Pencucian alat 4 2 2 16
man dan SPO Kurang Sosialisasi SPO Pencucian
Pencucian alat 4 2 2 16
pen
alat Tidak patuh menerapkan SPO
cucian
alat pencucian Alat Kotor 4 2 4 32
Tidak ada SPO pencucian Alat
Kotor
Kotor 1 2 2 4
Petugas tidak Petugas tidak patuh memakai
patuh dalam APD 5 5 4 100
penggunaan Petrugas tidak tahu SPO
APD pemakaiaan APD 3 5 2 30
Tidak ada monitoring
Implementasi penggunaan APD 1 1 4 4
APD tidak tersedia 5 4 1 20
Enzimatik Petugas tidak tau cara
tidak penggunaan enzimatik 2 1 2 4
digunakan Tidak tersedianya Enzimatik 1 1 1 1
petugas yang Tidak memiliki sertifikat pelatihan
tidak kompeten CSSD dasar 5 3 3 45
melakukan Petugas tidak disiplin 5 3 3 45
perendaman Tidak ada buku panduan
dan pencucian tatalaksana perawatan alat
alat 5 3 3 45
Pembuangan Saluran limbah kurang memadai 3 2 3 18
limbah buruk shg air limbah di bak kontrol
sering meluap
Tidak patuh terhadap SPO 5 2 4 40
Pembuangan limbah padat
Tidak patuh dlm pemilahan 4 2 4 32
limbah padat(sampah medis& non
medis padat serta sampah benda
tajam)
Saluran limbah cair sering 4 2 3 24
tersumbat dg limbah padat
Tempat Bak pencucian tidak standart 5 1 2 10
pencucian (40x40x30 CM)
tidak standard Tidak ada spray gun 5 4 4 80
(ruangan tidak
bertekanan Lantai licin/ mudah terpeleset 5 2 2 20
negative) AC tidak memadai agar ruangan 5 3 2 30
bertekanan nagatif

23
kemungkinan
Proses Penyebab kegagalan C P D SR
kegagalan
Proses Tempat Tidak ada AC dan Exhouse Van 5 3 2 30
perenda pencucian
man dan tidak standard
pen (ruangan tidak
cucian bertekanan
alat negative)
Kotor
Proses Tidak ada Tidak ada eye wash 5 3 4 60
perenda sistem
man dan Penanganan
pencucia pertama saat Tidak ada air bersih mengalir 1 4 3 12
n alat terkontaminas
Kotor i
Packing Meja Setting meja setting bukan dari stensistil 5 3 2 30
Alat tidak standar dan tidak mudah dibersihkan
Bersih Tidak tersedianya Desinfektan 1 1 1 1
(savlon/clorin/Alkohol) untuk
kebersihan meja
Tidak ada Tidak tersedianya Poches 5 3 3 45
Pembungkus (pembungkus alat)
alat dan BMHP Tidak ada nya SPO 5 2 1 10
(poches) pembungkusan alat
Proses pembungkusan alat tidak 5 3 2 30
sesuai SPO
Petugas tidak memakai APD 5 4 2 40
Tidak ada Tidak ada indikator kertas 5 3 3 45
Indikator indikator,
Kimia dan Tidak ada Indikator Kuman 5 3 3 45
Fisika Tidak ada indikator Bowiedick, 5 3 3 45
Petugas tidak mencatat alat 5 1 1 5
Tdk ada Form dan Buku 1 2 1 2
Tidak adanya
pencatatan
sistem
Petugas tidak patuh melakukan 5 2 4 32
pencatatan
SPO serah terima alat kotor
Proses Setting Belum rutin ada pelatihan dalam
5 3 2 30
Alat tidak Setting alat-alat khusus
terstandar Tidak ada ceklist Alat -Alat bersih 5 3 3 45
Tidak ada proses pencatatan alat 5 2 2 20
Tidak ada Petugas tidak memiliki sertifikat 5 3 3 45
petugas pelatihan CSSD dasar
kompeten Petugas tidak disiplin 5 3 3 45
dalam setting Tidak ada buku panduan 5 3 3 45
tatalaksana perawatan alat

24
alat Tidak adanya petugas khusus di 5 3 2 30
ruang setting yang terlatih ( ahli
seting alat)
Petugas tidak Kurang Sosialisasi SPO 3 3 2 18
melakukan Tidak patuh menerapkan SPO 4 3 3 36
SPO Packing
Setting Petugas tidak Tidak ada evaluasi penerapan 4 3 3 36
Alat melakukan SPO setting alat yang dilakukan
Bersih SPO setting atasan
alat
Ruang tidak Tidak ada AC dan Exhouse Van 5 3 2 30
bertekanan Jumlah AC tidak memadai 5 3 2 30
negatif Pintu tidak selalu tertutup 5 3 2 30
Proses Penerapan Kurang Sosialisasi SPO 5 2 2 20
sterilisasi Sterilisasi alat Tidak ada SPO Proses sterilisasi 5 2 2 20
yang tidak Petugas tidak patuh menerapkan 5 2 4 40
terstandar
SPO
Tidak ada evaluasi penerapan 5 2 2 20
SPO
Ruangan AC tidak memadai 5 3 2 30
tidak Pintu tidak selalu di tutup 5 3 2 30
bertekanan Tidak ada AC dan Exhouse Van 5 3 2 30
negatif Suhu ruangan tidak terkontrol 5 3 2 30
karna tidak ada alat pengukur
suhu ruangan
Tidak ada Tidak adanya petugas khusus di 5 3 3 45
Petugas ruang pemrosesan alat (sterilisasi)
sterilisasi Petugas tidak dilatih sehingga tdk 5 3 3 45
yang terlatih memiliki sertivikat Pelatihan
CSSD dasar
Tidak adanya Tidak ada kalibrasi alat sterilisasi 1 4 2 8
Alat sterilisasi Tidak terpasang SPO Sterilisasi 1 2 2 4
yg Standart pada alat
Tidak adanya Alat Sterilisasi 5 4 4 80
Steam yang memadai
Tidak Adanya Alat Sterilisasi suhu 5 5 4 100
tinggi yang memadai
Tidak adanya Alat Sterilisasi suhu 5 2 4 40
rendah yang memadai
Penyimpa Ketidak Kurang Sosialisasi SPO 1 2 2 4
nan alat tepatan penyimpanan alat steril
sterilisasi Penyimpanan Tidak ada SPO penyimpanan alat 1 2 2 4
alat steril steril
Tidak patuh menerapkan SPO 2 2 5 20

25
Penyimpanan alat steril
Tidak ada evaluasi penerapan 5 2 2 20
SPO dari atasan langsung

Penyimpa Rak Tidak ada lemari tertutup (kaca) 5 3 2 30


nan alat penyimpanan Lemari Kotor dan berdebu 5 3 2 30
sterilisasi tidak tertutup
Ruangan tidak Jumlah AC tidak memadai 5 3 3 45
bertekanan Pintu tidak selalu di tutup 5 3 3 45
negatif Tidak ada AC dan Exhouse Van 5 3 3 45
Akses tidak Terdapat banyak pintu keluar 5 3 3 45
satu pintu dan masuk
jalan umum Sebagai akses jalan umum 5 3 3 45
Distribusi Petugas tidak Kurang Sosialisasi SPO distribusi 4 2 2 20
alat sterili patuh dalam alat
penerapan Tidak ada SPO distribusi alat 1 2 2 4
SPO distribusi sterilisasi
alat steril Tidak patuh menerapkan SPO 4 2 4 40
distribusi alat
Tidak ada evaluasi penerapan 4 2 2 20
SPO
Jalur Alat Tidak ada jalur alat steril yang 5 3 2 30
Steril yang terpisah dengan jalur alat kotor
belum Tidak ada troli alat steril yang 5 3 2 30
terpisah tertutup
Tidak ada Petugas tidak memakai APD 1 1 2 2
petugas
Distribusi Petugas tidak selalu berada 4 1 2 8
yang baik diruang CSSD (CSSD Kosong)
Pencatatan Tidak ada Buku pencatatan 1 2 2 4
distribusi alat distribusi alat
buruk Petugas tidak mau mencatat alat 1 2 2 4
steril yang keluar dari CSSD
Pemakaian Tempat alat Tidak ada tempat peletakan alat 5 2 2 20
alat steri di steril di IBS steril di IBS
IBS dan tidak standar Petugas meletakkan alat steril di 5 2 2 20
Ruang sembarang tempat
Perawatan Tempat alat Tidak ada tempat peletakan alat 5 2 4 40
steril di steril di Ruangan
Ruangan Petugas meletakkan alat steril di 5 2 4 40
sembarang tempat
Buruknya Petugas menggunakan alat tidak 1 3 3 9
pengetahuan dengan prinsip steril
petugas Kurangnya sosialisasi dari 5 2 3 30
dlm

26
menggunakan Petugas CSSD tentang Pemakaian
alat alat stetril
steril
d. Rencana Tindak Lanjut

Dari hasil analisa tersebut maka dibuat rencana


tindak lanjut terutama pada RPN diatas 20. Adapun
rencana tindak lanjut sebagai berikut :

Standart yg harus ada Kondisi saat ini RTL PJ

1. Penerimaan alat
kotor
a) Budaya mencatat -Alat kotor yang -Sosialisasi Ka ins
alat kotor yang masuk sdh ulang SPO dan CSSD
masuk dicatat tapi tidak buat dan Ins
sesuai ceklist Kesepakatan dg IBS
Unit terkait
melibatkan
peran Ka. inst
IBS dalam
penerapan
Regulasi
pengelolaan
instrument

-Dilakukan
b) Sosialisasi SPO -Baru sosialisasi ttg
s.d.a
Pengolahan alat/ tersosialisasi SPO ulang
instrumen sebagian Petugas

c) Pengadaan APD -APD sdh ada s.d.a Kabid


dan jumlah sdh jangnon
cukup tapi belum med dan
semua APD jangmed
digunakan oleh
petugas pada
saat proses
pengelolaan alat.(
petugas tdk
menggunakan
APD scr lengka)
Ka ins
-Belum dibangun -Usulan CSSD
d) Exhouse Vant ruang CSSD pembangunan
e) AC ( Standart Central sehungga

27
suhu 18-22 0C) beberapa alat ini CSSD
f) Higrometer ( alat belum tersedia
pemantau suhu
dan kelembapan)
g) Pembuatan
Ruangan dg Sudut
terbuat dari Vinil
lengkung -

-
h) Program -Belum ada
monitoring dan - -Membuat Kabid
monitoring
evaluasi
penerapan SPO program jangnon
penerapan SPO instrumen/ alat monitoring dan med dan
Penerimaan secara rutin evaluasi jangmed
Instrumen/ alat penerapan SPO
-Monitoring tiap
6 bulan sekali dg
kultur kuman - Mengusulkan
pada alat steri yg adanya
dilakukan Tim indicator alat
PPI kimia dan
- Dilakukan GKM biologi
3 bln sekali

i) Dibuatnya Alur -Alur alat kotor -Pembangunan


dan steril blm Alur yang
alat kotor yang
terpisah dengan terpisah terpisah
alat steril

2. Proses
Perendaman dan
pencucian alat
a) Usulan Pelatihan -Sdh ada 2 org - Usulan 5 Org Ka ins
CSSD dasar ( yang terlatih yg belum CSSD
standart setiap terlatih dan
orang ) Kasie UP
- Refres ilmu ttg
b) Pengadaan Buku -Sudah ada CSSD dlm KM
Panduan CSSD
standar nasional
c) Pembuatan -belum ada - Usulan Ka ins
saluran limbah Pembuatan CSSD

28
dengan standar : saluran dan
- Tersendiri limbah Kasie UP
-masih bergbung standar
langsung ke IPAL(
tdk gabung dg
limbah Rumah
tangga RS) - Sdh
terstandar Ka ins
- Kriteria Bak -Ada 1 bak CSSD
Kontrol control dan
- Adanya saringan sanitasi
-sdh ada - Sdh ada
pada wastafel
d) Pembuatan
sistem untuk
empermudah
pembuangan
sampah :
 Monitoring
Masuk dalam
1minggu sekali Blm dilakukan Ka ins
program
dari Tim CSSD
PPI,PMKP,Man dan
timPPI,
ajemen
Manajem
 Menerapkan
Blm selalu en
sign out Meminta
dengan benar komitmen dg
unit terkait

3. Packing Alat
bersih
a) Pengadaan ada
meja dari stensistil Dlm ada Usulan Ka ins
yang mudah pengadaan meja CSSD
dibersihkan dan ULP

b) Disediakan Sdh ada


Pouches -

c) Adanya Inikator -
Sdh ada
Kimia dan biologi

d) Petugas khusus Ka ins


Usulan 2 org CSSD
unt seting alat Sdh ada 2 org
lagi dan
sesuai ceklist 4
orang Kasie UP

29
e) Ceklist alat Sdh ada blm jalan Sosialisasi

f) Monitoring Bl semua peugas Dilakukan Ka ins


kepatuhan patuh program CSSD
penerapan buku monitoring
pnduan perawatan
alat

g) Pengadaan AC dan Usulan


Blm ada pengadaan Ka ins
Exhouse Van dan CSSD
lantai dg Vinil
lengkung

4. Proses sterilisasi
a) Alat sterilisasi
Blm standar Usulan Ka ins
Steam, suhu tinggi,
pengadaan CSSD
Suhu rendah
Usulan Ka ins
Blm tersendiri pengadaan CSSD
b) Butuh 4 org
orang dan
Kasie UP

c) Pengadaan AC dan Blm ada Usulan


Exhouse Van dan pengadaan Ka ins
lantai dg Vinil CSSD
lengkung
5. Penyimpanan
Alat steril
a) Adanya lemari
tertutup yang Blm ada Pengadaan PPTK
terbuat dari lemari Rumah
stenlees/kaca tangga
b) Pintu masuk Blm ada
selalu tertutup Pengusulan
(akses terbatas pembangunan sarpras
dan terdapat , RS
pintu yg dpt
menutup sendiri)
6. Distribusi Alat
Steril
Blm ada Pengusulan PPTK
a) Troli alat steril
pengadaaan Alkes
tertutup

30
7. Pemakaian alat
steril di IBS dan
Ruang perawatan
a) alat steril IBS sdh Blm ada Penerapan Ka Ins
dalam kemasan set setting alat CSSD
(Pouches) lengkap sesuai dengan
dengan BHP nya penggunaannya
b) Di ruang rawat
perlu lemari stenlis
Pengusulan PPTK
khusus unt Blm ada semua
pengadaan Rumah
penyimpanan alat
tangga
steril
c) Pelayanan CSSD Baru melayani
24 jam melayani IBS (24 jam) Layanan CSSD
semua Kebutuhan unt seluruh Unit Ka Ins
Terkadang shift d RS CSSD
alat steril dan BHP
malam petugas
yang dibutuhkan Bangun budaya
tidak ditempat
etos kerja

V. Pencatatan, pelaporan dan evaluasi kegiatan

Pelaporan dilakukan sesuai analisa hasil RPN tertinggi dimulai dari


hasil RPN 24 lebih. Melakukan Root Cause Analysis dan Rencana Tindak
Lanjut dari Penyebab Kegagalan dengan RPN 20 -48

Penyebab Kegagalan RCA RTL PJ

Bangunan CSSD Sudah masuk Pembangunan Kasub Bag


sesuai Standar belum dalam gedung CSSD Pelayanan non
ada perencanaan terstandar medic
pengadaan bekerjasama
belum dengan TIM PPI
terealisasi di RS ( dalam
tahun 2015 penyelenggaraan
pembangunan)

31
Alat CSSD sesuai Sudah masuk Pengadaan Alat Kasub Bag
Standar belum ada dalam CSSD sesuai Pelayanan medik
perencanaan standar
pengadaan
belum
terealisasi di
tahun 2015
Ketersediaan Sudah masuk Pengadaan Kasub Bag
Prasarana dalam Prasarana Pelayanan medic
pendukung CSSD perencanaan pendukung CSSD bekerjasama
(Enzimatik, eye wash, pengadaan (Enzimatik, eye dengan apotik
poches, Indikator belum wash, poches,
Bowendik dan lain- terealisasi di Indikator Bowendik
lain) belum ada tahun 2015 dan lain-lain)
Kurang patuhnya Beban Penempatan Ka Instalasi dan
petugas dalam pekerjaan Pegawai sesuai Kepala Ruang
menerapkan SPO tinggi, sudah beban kerja yang
dihitung berhubungan
kebutuhan
tenaga tapi
belum bisa
terealisasi
karna gedung
belum ada
Belum semua Sudah Dilakukan pelatihan Diklat
petugas trampil direncanakan CSSD dasar kepada
dalam pengolahan tapi belum bisa petugas CSSD
alat dari kotor sampai di wujutkan secara bertahap
dengan steril semua

Belum adanya Troli Sudah masuk Usulan pengadaan PPTK alat rumah
Alat Kotor dan Steril dalam troli alat tangga
perencanaan
pengadaan
belum
terealisasi di
tahun 2015
Belum semua Review ttg Ka Ruangan
Petugas penerapan system
Belum digalakkannya melakukan dokumentasi dalam
system pencatatan sesuai unit CSSD
yang baik di CSSD prosedur

32
VI. PENUTUP
Demikian laporan analisa FMEA Menuju CSSD Standar tahun
2016 ini kami buat. Mohon kekurangan, dan hal-hal yang harus
dilakukan rumah sakit dapat diberi masukan dan tambahan, agar
ada peningkatan mutu pelayanan Rumah sakit dan jaminan
keselamatan pasien RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan

Pekalongan, Februari 2016


Ketua Tim FMEA menuju CSSD
Ketua Sub Sub Komite terstandar tahun 2016
Menejemen Resiko RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan

Dr.Kristina Dian Sp.M Djam'iyah, SH.M.Kn


Nip. 19770902 200501 2 006 NIP. 19700415 199004 2 005
Mengetahui Ketua Komite PMKPRS
RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan

Dr. Rustanti S, Sp.S, M.Sc


NRBLUD. 1.09.13.007

33

Anda mungkin juga menyukai