Anda di halaman 1dari 24

AKUNTANSI TRANSAKSI MURABAHAH

1. KONSEP DASAR TRANSAKSI MURABAHAH

Murabahah adalah jual beli barang pada harga pokok perolehan barang dengan tambahan
keuntungan yang disepakati antara pihak penjual dengan pihak pembeli barang. Perbedaan yang
nampak pada jual beli murabahah adalah penjual harus mengungkapkan harga perolehan barang
dan kemudian terjadi negoisasi keuntungan yang akhrnya disepakati kedua belah pihak. Pada
perjanjian murabahah, pihak penjual membiayai pembelian barang yang dibutuhkan oleh
pembeli. Sebagai contoh, transaksi murabahah yang dilakukan di Bank Syariah, Bank akan
membelikan barang yang dibutuhkan nasabah dari pemasok (supplier) dan kemudian menjualnya
kepada nasabah dengan harga yang ditambah keuntungan atau mark-up.

Mekanisme yang dilakukan dalam transaksi murabahah yang dilakukan di sector Perbankan
Syariah adalah sebagai berikut:

 Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah
harga beli bank dari produsen (pabrik/toko) ditambah keuntungan. Harga jual dan jangka
waktu pembayaran harus disepakati kedua belah pihak.

 Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati, tidak dapat
berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan
dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil).

 Bila sudah ada barang, maka segara akan diserahkan kepada nasabah, sedangkan
pembayaran dilakukan secara tangguh.

Mekanisme transaksi murabahah tersebut tidak hanya bisa dilakukan hanya pada sector
Perbankan Syariah saja, dapat juga pada entitas bisnis maupun nirlaba. Misalnya transaksi
murabahah yang dilakukan LKMS (Lembaga Keuangan Mikro Syariah) melakukan transaksi
murabahah dengan Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) berupa jual beli kendaraan operasional
sehingga pihak LKMS sebagai penjual sedangakan OPZ sebagai pembelinya.

AL-MURABAHAH

– Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan (ribhun) yang disepakati.
– Dasar Hukum : Al-Baqarah 275 (… Allah menghalalkan jual beli …)
– Syarat :
– Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah
– Kontrak harus sah sesuai rukunnya
– Kontrak bebas dari riba
– Penjual menjelaskan kondisi barang kepada pembeli
– Penjual menyamapikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian
Aplikasi pada perbankan :
– Pembiayaan untuk pembelian barang, baik untuk dalam negeri maupun luar negeri

2.LANDASAN FIQH DAN FATWA DSN TENTANG TRANSAKSI MURABAHAH

a. Landasan Al Qur’an dan Al Hadist

1.) Al Qur’an

“….Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…” (AlBaqarah:275)

2.) Al Hadist

Dari Suaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah SAW berkata, “Tiga hal yang di dalamnya terdapat
keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum
dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual” (HR Ibnu Majjab)

b. Fatwa DSN tentang transakasi Murabahah

1.) Fatwa DSN No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang MURABAHAH

Beberapa ketentuan yang diatur dalamfatwa ini, antara lain sebagai berikut:

Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah:

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh Syariah Islam.

3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang disepakati
kualifikasinya.

4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian
ini harus sah dan bebas riba.

5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara hutang.

6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senialai harga
beli plus keuntungannya. Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.

8. Pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad.

9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga,
akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip, menjadi milik bank.

Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:

1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang/ aset kepada
bank.

2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang
dipesan secara sah dengan pedagang.

3. Bank kemudian menawarka aset tersebut kepada nasabah, dan nasabah harus menerima
(membeli) sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya. Kedua belah pihak harus membuat
kontrak jual beli.

4. Bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani
kesepakatan awal pemesanan.

5. Jika kemudian nasabah menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar
dari uang muka tersebut.

6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat
meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.

7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternative dari uang muka, maka :
a. Jika nasabah membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga

b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian
yang ditanggung bank akibat pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi,nasabah
wajib melunasi kekurangannya.

Ketiga : Jaminan dalam Murabahah:

1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dgn pesanannya.

2. Bank dapat meminta nasabah menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

Keempat : Hutang dalam Murabahah:

1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada
kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang
tersebut.

2. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak
wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus


menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal.

Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:

1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya.

2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran ddengan sengaja, atau salah satu pihak tidak
menunaikan kewajibannya, maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah
setelah tidak tercapai kesepakatan.

Keenam : Bngkrut dalam Murabahah:

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda
tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

2.) Fatwa DSN No: 13/DSN-MUI/IX/2000 tentang UANG MUKA DALAM


MURABAHAH

Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain:

Pertama : Ketentuan Umum Uang Muka:

1. Dalam akad murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dibolehkan untuk meminta
uang muka bila kedua belah pihak sepakat.
2. Besar jumlah uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan.

3. Jika nasabah membatalkan akad murabahah, nasabah harus memberikan ganti rugi kepada
LKS dari uang muka tersebut.

4. Jika jumlah uang muka lebih kecil dari kerugian, LKS dapat meminta tambahan kepada
nasabah.

5. Jika juamlah uang muka lebih besar daripada kerugian, LKS harus mengembalikan
kelebihan kepada nasabah.

Kedua :

Jika kedua belah pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

3.) Fatwa DSN No: 16/DSN-MUI/IX/2000 tentang DISKON DALAM MURABAHAH

Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain:

Pertama : Ketentuan Umum:

1. Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak,
baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi objek jual beli, lebih tinggi atau lebih
rendah.

2. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah
keuntungan sesuai dengan kesepakatan

3. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah
harga setelah diskon, karena diskon adalah hak nasabah.

4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan
berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad.

5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan dan ditandatangani.

Kedua :

Jika kedua belah pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

4.) Fatwa DSN No: 17/DSN-MUI/IX/2000 tentang SANKSI ATAS NASABAH MAMPU
YANG MENUNDA-NUNDA PEMBAYARAN
Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain:

Pertama : Ketentuan Umum:

1. Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan LKS kepada nasabah
yang mampu membayar, tapi menunda-nunda pembayaran dengan sengaja.

2. Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh
dikenakan sanksi.

3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan/atau tidak mempunyai


kemampuan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi.

4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam
melaksanakan kewajibannya.

5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar
kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

6. Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana social.

Kedua :

Jika kedua belah pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara
kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah
tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

5.) Fatwa DSN No: 23/DSN-MUI/III/2002 tentang POTONGAN PELUNASAN DALAM


MURABAHAH

Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah:

1. Jika nasabah melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu
yang telah disepakati, LKS boleh memberikan potongan dari kewajiban pembayaran tersebut,
dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad

2. Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan dan


pertimbangan LKS.

6.) Fatwa DSN No: 46/DSN-MUI/II/2005 tentang POTONGAN TAGIHAN


MURABAHAH

Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa Pemberian Potongan Tagihan
Murabahah dapat diberikan dengan ketentuan:
a. LKS boleh memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran kepada nasabah dalam
transakasi (akad) murabahah yang telah melakukan kewajiban pembayaran cicilan dengan tepat
waktu dan nasabah yang mengalami penurunan kemampuan pembayaran.

b. Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas diserahkan pada kebijakan LKS.

c. Pemberian potongan tidak boleh diperjanjikan dalam akad.

7.) Fatwa DSN No: 4/DSN-MUI/II/2005 tentang PENYELESAIAN PIUTANG


MURABAHAH BAGI NASABAH YANG TIDAK MAMPU MEMBAYAR

Ketentuan umum yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa LKS boleh melakukan penyelesaian
murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/ melunasi pembiayaanya sesuai jumlah
dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan :

a. Objek murabahah atau jaminan lainnya dijual oleh nasabah kepada atau melalui LKS
dengan harga pasar yang disepakati

b. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan.

c. Apabila hasil penjualan melebihi sisa huatang maka LKS mengembalikan sisanya kepada
nasabah

d. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang
nasabah

e. Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa hutangnya, maka LKS dapat
membebaskannya.

8.) Fatwa DSN No: 48/DSN-MUI/II/2005 tentang PENJADWALAN KEMBALI


TAGIHAN MURABAHAH

Ketentuan penyelesaian yang diatur dalam fatwa ini adalah bahwa LKS boleh melakukan
penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan murabahah bagi nasabah yang tidak bisa
menyelesaikan/melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati dengan
ketentuan:

a. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa

b. Pembebanan biaya dalam proses penjualan kembali adalah biaya riil

c. Perpanjangan masa pembayaran harus bersdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

9.) Fatwa DSN No: 49/DSN-MUI/II/2005 tentang KONVERSI AKAD MURABAHAH


Ketentuan konversi akad LKS boleh melakukan konversi dengan membuat akad (membuat akad
baru) bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaan murabahahnya sesuai
jumlah dan waktu yang telah disepakati, tetapi ia masih prospektif dengan ketentuan:

a. Akad murabahah dihentikan dengan cara :

i. Objek murabahah dijual oleh nasabah kepada LKS dengan harga pasar

ii. Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada LKS dari hasil penjualan

iii. Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang maka kelebihan itu dapat dijadikan uang muka
untuk akad ijarah atau bagian modal dari mudharabah dan musyarakah.

iv. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa hutang maka sisa hutang tetap menjadi hutang
nasabah yang cara pelunasannya disepakati antara LKS dan nasabah.

b. LKS dan nasabah eks-murabahah tersebut dapat membuat akad baru dengan akad:

i. Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang tersebut diatas dengan merujuk kepada fatwa
DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 Tentang Al Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al-Tamlik

ii. Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Mudharabah (Qiradh), atau

iii. Musyarakah dengan merujuk kepada fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Pembiayaan Musyarakah.

3. STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN TRANSAKSI MURABAHAH

A. Pendahuluan

Standar Akuntansi Keuangan pertama kali mengatur tentang akuntansi murabahah adalah PSAK
59 paragraf 52 sampai dengan 68 tentang pengakuan dan pengukuran murabahah. Beberapa hal
yang diatur pada paragraf – paragraf tersebut diantaranya :

1. a. Karakteristik murabahah

– sebagai transaksi dengan akad jual beli barang yang menyatakan harga perolehan dan
keuntungan yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli, dapat dilakukan berdasarkan
pesanan atau tanpa pesanan, dibayar dengan cara tunai atau cicilan. Bank dapat memberi
potongan kepada nasabah yang melunasi pembayaran sebelum jatuh tempo atau mempercepat
pembayaran dan diperbolehkan juga untuk meminta jaminan atas dengan membayar uang muka
sebagai langkah kehati – hatian serta mengambil denda dari nasabah yang sengaja tidak
memenuhi kewajibannya dengan catatan bahwa denda tersebut harus dialokasikan sebagai dana
sosial.

1. Pengakuan dan pengukuran transaksi Murabahah

Perspektif dari bank sebagai penjual saja sehingga tidak ada ketentuan bagi pembeli untuk
melakukan standarisasi pencatatan transaksi keuangan. PSAK 59 hanya mengatuur ketentuan
pengakuan dan pengukuran Murabahah dari perspektif bank dari penjualan saja, PSAK 102
tentang Akuntansi Murabahah sebagai bagian PSAK syariah merupakan penyempurnaan dari
PSAK 59. Bentuk penyempurnaan dan penambahan pengaturannya adalah sebagai berikut :

1. PSAK 102 berlaku untuk transaksi Murabahah yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan
Syariah dan pihak – pihak lain yang melakukan transaksi dengan Lembaga Keuangan
Syariah. PSAK ini diterapkan untuk LKS sebagai penjual dan LKS atau pihak lain yang
bertransaksi dengan LKS sebagai pembeli.

2. Sistematika penulisan secara garis besar disusun dengan memisahkan akuntansi untuk
penjual dan akuntansi untuk pembeli dalam transaksi Murabahah.

3. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi penjual penyempurnaan


dilakukan untuk

– Pengakuan keuntungan Murabahah pada saat terjadinya jika Murabahah secara tunai atau
tangguh tidak melebihi satu periode laporan keuangan, sedangakan Murabahah secara tangguh
melebihi satu periode laporan keuangan, keuntungannya diakui secara proporsional.

– Pengakuan potongan pembelian dari pemasok

– Pengakuan pemberian potongan angsuran piutang Murabahah

1. Pada bagian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi pembeli akhir penyemprnaan
dilakukan untuk :

– Pengakuan dan pengukuran beban Murabahah tangguhan

– Penerimaan diskon pembelian setelah akad Murabahah

– Pengakuan denda karena pembeli lalai dan potongan uang muka karena pembeli batal

1. Pembeli akhir harus menyajikan hutang Murabahah secara tersendiri

B. Karakteristik

PSAK 102 paragraf 5 – 17 mengatakan karakteristik transaksi Murabahah, diantaranya :


1. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Murabahah
berdasarkan pesanan dimana penjual melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari pembeli

2. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli
untuk membeli barang yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat, pembeli
tidak dapat membatalkan pesanannya. Apabila asset murabahah yang telah dibeli penjual
dalam pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada
pembeli, maka penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai
akad.

3. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Pembayaran tangguh
adalah pembayaran yang dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli,
tetapi pembayarannya dilakukan dalam bentuk angsuran atau sekaligus pada waktu
tertentu.

4. Akad murabahah memperkenakan penawaran harga yang berbeda untuk cara


pembayarannya yang berbeda sebelum akad murabahah dilakukan. Namun jika akad
tersebut telah disepakati maka hanya ada satu harga yang digunakan

5. Harga yang disepakatai dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan biaya perolehan
harus diberitahukan. Jika penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah maka
potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang diterima setelah akad
murabahah disepakati maka sesuai dengan yang diatur dalam akad, dan jika tidak diatur
dalam akad maka potongan tersebut adalah hak penjual.

6. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara lain meliputi:

– Diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian barang

– Diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam rangka pembelian barang

– Komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan pembelian barang

1. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah akad murabahah disepakati dan
diperlakukan sesuai dengan kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur
maka diskon tersebut menjadi hak penjual.

2. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan atas piutang murabahah antara lain
dalam bentuk barang yang telah dibeli dari penjual.

3. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli sebagai bukti komitmen pembelian
sebelum akad disepakati. Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika
akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang muka dikembalikan
kepada pembeli setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang
muka itu lebih kecil dari kerugian, penjual dapat meminta tambahan dari pembeli.
4. Jika membeli tidak dapat menyelesaikan piutang murabahah, penjual berhak
mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli tidak atau belum
mampu melunasi disebabkan oleh force majeur. Denda didasarkan pada pendekatan ta’zir
yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap kewajibannya.

5. Penjual boleh memberikan potongan pada saat pelunasan piutang murabahah jika
pembeli : melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang
telah disepakati.

6. Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang murabahah yang belum dilunasi
jika pembeli : melakukan pembayaran cicilan tepat waktu dan atau mengalami penurunan
kemampuan pembayaran.

7. C. Pengakuan dan pengukuran

Konsep pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah pada PSAK 59 mengatakan bahwa
yang wajib mencatat transaksi tidak hanya penjual saja, pembeli juga mencatat transaksi tersebut,
sehingga PSAK 102 mengatur tentang pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah dari
sudut pandang penjual dan pembeli.

1. Akuntansi untuk penjual

Akuntansi transaksi murabahah dari sudut penjual diantaranya :

1. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.

2. Pengukuran aset murabahah setelah perolehan adalah sebagai berikut :

– Jika murabahah pesanan terikat :

1. Dinilai sebesar biaya perolehan

2. Jika terjadi nilai penurunan aset karena rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan ke
nasabah penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai aset

– Jika murabahah tanpa pesanan atau tidak mengikat :

1. Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi, mana yang
lebih rendah

2. Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya
diakui sebagai kerugian

3. Diskon pembelian aset murabahah diakui sebagai berikut :

– Pengurang biaya perolehan aset murabahah, jika terjadi sebelum akad murabahah
– Kewajiban kepada pembeli, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai dengan akad
yang disepakati menjadi hak pembeli

– Tambahan keuntungan murabahah, jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad
menjadi hak penjual

– Pendapatan operasi lain, jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjaanjikan di
akad

1. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan pembelian akan


tereliminasi pada saat :

– Dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah potongan setelah dikurangi dengan
biaya pengembalian atau

– Dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat dijangkau oleh penjual

1. Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aset
murabahah ditanbah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,
piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi yaitu saldo piutang
dikurangi penyisihan kerugian piutang.

2. Keuntungan murabahah diakui :

– Pada saat terjadinya penyerahan barang jika dilakukan secara tunai atau tangguh yang tidak
melebihi satu tahun

– Selama periode akad sesuai dengan tingkat resiko dan upaya untuk merealisasikan
keuntungan untuk transaksi tangguh lebih dari satu tahun.

Metode-metode berikut ini digunakan dan dipilih yang paling sesuai dengan karakteristik resiko
dan upaya transaksi murabahahnya :

1. Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah. Metode ini diterapkan untuk
murabahah tangguh dimana resiko penagihan kas dari piutang murabahah dan beban
pengelolaan piutang serta penagihannya relatif kecil.

2. Keuntungan diakui proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari piutang
murabahah. Metode ini diterapkan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko
piutang tidak tertagih relatif besar dan atau beban untuk mengelola dan menagih piutang
tersebut relatif besar juga.

3. Keuntungan diakui saat seluruh piutan murabahah berhasil ditagih. Metode ini
diterapkan untuk transaksi murabahah tangguh dimana resiko piutang tidak tertagih dan
beban pengelolaan piutang serta penagihannya cukup besar.
4. Potongan pelunasan piutang murabahah yang diberikan kepada pembeli yang melunasi
tepat waktu atau lebih cepat dari waktu yang telah disepakati diakui sebagai pengurang
keuntungan murabahah .

Pemberian potongan pelunasan piutang murabahah dapat dilakukan dengan menggunakan salah
satu metode berikut :

– Diberikan pada saat pelunasan yaitu penjual mengurangi piutang murabahah dan
keuntungan murabahah.

– Diberikan setelah pelunasan yaitu penjual menerima pelunasan piutang dari pembeli dan
kemudian membayarkan potongan pelunasan kepada pembeli.

1. Potongan angsuran murabahah diakui sebagai berikut :

– Jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara tepat waktu diakui sebagai pengurang
keuntungan murabahah.

– Jika disebabkan karena penurunan kemampuan pembayaran, pembeli diakui sebagai beban.

1. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad,
dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.

2. Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah sebagai berikut :

– Uang muka diakui sebagai sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.

– Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli, maka uang muka diakui sebagai pembayaran
piutang.

– Jika barang batal dibeli oleh pembeli, maka uang muka dikembalikan kepada pembeli
setelah diperhitungkan dengan biaya – biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual.

1. Akuntansi pembeli akhir

Akuntansi transaksi murabahah dari sudut pandang pembeli akhir antara lain sebagai berikut :

1. Hutang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai hutang murabahah
sebesar harga beli yang disepakati.

2. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah diakui sebesar biaya perolehan
murabahah tunai.

3. Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara proporsional dengan porsi hutang


murabahah.
4. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, potongan pelunasan dan
potongan hutang murabahah sebagai pengurang beban murabahah tangguhan.

5. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai dengan akad
diakui sebagai kerugian

6. Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal membeli barang diakui sebagai kerugian.

D. Penyajian

Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang
murabahah dikurangi penyisih kerugian piutang. Margin murabahah tangguhan disajikan
sebagai pengurang piutang murabahah.

E. Pengungkapan

Lembaga keuangan syariah mengungkapan hal – hal yang terkait dengan transaksi murabahah
tetapi tidak terbatas pada :

 Harga perolehan aset murabahah

 Janji pemesan dalam murabahah berdasarkan pesanan sebagai kewajiban atau bukan

 Pengungkapan yang diperlukan sesuai pernyataan standar akuntansi keuangan nomor 101
tentang penyajian laporan keuangan syariah

4.PEDOMAN PENCATATAN DAN PELAPORAN AKUNTANSI TRANSAKSI


MURABAHAH .

Rukun dari transaksi murabahah adalah :

1. Pihak yang berakad : penjual dan pembeli

2. Objek yang diakadkan : Barang yang diperjualbelikan dan Harga

3. Akad atau sigot Serah atau ijab dan Terima atau qabul

Syarat dalam transaksi murabahah adalah :

1. Pihak yang berakad :

– Cakap hukum
– Sukarela, tidak dalam keadaan dipaksa ( dibawah tekanan )

1. Objek yang diperjualbelikan :

– Tidak termasuk yang diharamkan

– Bermanfaat

– Penyerahan dari penjual ke pembeli dapat dilakukan

– Merupakan hak milik penuh pihak yang berakad

– Sesuai spesifikasinya antara yang diserahkan penjual dan yang diterima pembeli

1. Akad ( sigot ) :

– Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad

– Antara ijab qabul harus selaras baik dalam spesifikasi barang maupun harga yang
disepakati

– Tidak mengandung klausul yang besifat menggantungkan keabsahan transaksi pada hal
atau kejadian yang akan datang

– Tidak membatasi waktu, misal : saya jual ini kepada anda untuk jangka waktu 12 bulan
aetelah itu jadi milik saya kembali

Sedangkan perlakuan akuntansi murabahah adalah sebagai berikut :

1. Pengakuan dan pengukuran urbun ( uang muka ) :

1. Urbun diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima bank
pada saat diterima

2. Jika transaksi murabahah dilaksanakan, maka urbun diakui sebagai pembayaran


piutang ( bagian angsuran pembelian )

3. Jika transaksi tidak dilaksanakan, maka urbun dikembalikan kepada nasabah


setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan bank

4. Pengakuan piutang

Pada saat akad murabahah, piutang murabahah diakui sebesar nilai perolehan ditambah
keuntungan yang disepakati
1. Pengakuan keuntungan murabahah diakui :

1. Pada periode terjadinya, apabila akad berakhir pada periode laporan keuangan
yang sama

2. Selain periode akad secara proporsional, apabila akad melampaui satu periode
laporan keuangan.

3. Pengakuan potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu


metode :

1. Pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan


keuntungan murabahah

2. Setelah penyelesaian, bank terlebih dahulu meminta pelunasan


murabahah dari nasabah, kemudian bank membayar pengakuan potongan
kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah

4. Pengakuan denda diakui sebagai dana kebajikan pada saat diterima

5. Pada akhir periode, piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan.

6. Pada akhir periode, margin murabahah tangguhan disajikan sebagai pos lawan
piutang murabahah.

JURNAL STANDAR

1. Pada saat pembayaran uang muka kepada supplier (penjual membeli dari supplier)

Uang muka xx

Kas xx

1. Pada saat perolehan barang murabahah

Persediaan/aktiva murabahah xx

Uang muka kepada supplier xx

Kas xx

1. Pada saat dibatalkan, sebagian uang muka diterima kembali


Kas xx

Beban operasional lain xx

Uang muka kepada supplier xx

1. Bila terjadi penurunan nilsi aktiva karena usang, rusak, atau kondisi lainnya

Kas xx

Beban operasional lain xx

Uang muka kepada supplier xx

1. Bila terjadi kenaikan nilai wajar persediaan melebihi harga perolehan, maka keuntungan
hanya boleh diakui pada saat direalisasi

Kerugian penurunan nilai aktiva murabahah xx

Persediaan/aktiva murabahah xx

1. Bila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah dengan pesanan tidak mengikat
terjadi penurunan nilai wajar persediaan di bawah harga perolehannya

Beban penurunan nilai aktiva murabahah xx

Selisih penilaian persediaan aktiva murabahah xx

1. Pada saat penjualan kepada pembeli

1. Pembayaran secara tunai

Kas xx

Pendapatan Margin murabahah xx

Persediaan/aktiva murabahah xx

1. Pembayaran secara angsuran

Piutang murabahah

Margin murabahah tangguhan

Persediaan/aktiva murabahah
1. Urbun

1. Penerimaan urbun dari pembeli

Kas xx

Titipan uang muka pembeli (urbun) xx

1. Pembatalan pesanan, urbun lebih besar daripada beban atau kerugian

Titipan uang muka pembeli xx

Beban/kerugian xx

Kas xx

1. Pembatalan pesanan, urbun lebih kecil daripada beban atau kerugian

Titipan uang muka pembeli xx

Piutang kepada pembeli xx

Beban/kerugian xx

1. Apabila murabahah jadi dilaksanakan

Titipan uang muka pembeli xx

Piutang murabahah xx

1. Pada saat penerimaan angsuran dari pembeli

Kas xx

Margin murabahah tangguhan xx

Piutang murabahah xx

Pendapatan margin murabahah xx

1. Pada saat terjadi tunggakan angsuran

1. Pada saat pengakuan pendapatan

Piutang murabah jatuh tempo xx


Margin murabahah tangguhan xx

Piutang murabahah xx

Pendapatan margin murabahah xx

1. Pada saat penerimaan angsuran tangguhan

Kas xx

Piutang murabahah jatuh tempo xx

1. Pemberian potongan pelunasan dini dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu dari
2 metode berikut :

2. Jika pada saat penyelesaian, bank mengurangi piutang murabahah dan keuntungan
murabahah

Margin murabahah tangguhan xx

Piutang murabahah (sebesar potongan) xx

Kas xx

Margin murabahah tangguhan xx

Pendapatan margin murabahah xx

Piutang murabahah xx

(sebesar sisa jumlah yang tidak dipotong)

1. Jika setelah penyelesaian, bank menerima piutang dari nasabah, kemudian bank
membayar muqasah kepada nasabah dengan mengurangi keuntungan murabahah

Kas xx

Margin murabahah tangguhan xx

Pendapatan margin murabahah xx

Piutang murabahah xx

Beban muqasah xx

Kas (sebesar potongan) xx


1. Penerimaan denda, apabila nasabah melanggar perjanjian dengan sengaja.

Kas xx

Rekening dana kebijakan xx

CONTOH KASUS MURABAHAH


Bank Syariah Amanah Ummat menerima pesanan barang Sulaiman seorang
pengusaha beras di Kerawang, berupa mesin penggilingan gabah merk
Kubota 70 PK.
Atas pesanan tersebut Bank Syariah Amanah Ummat pada tanggal 05 April
2008 membeli barang kebutuhan Sulaiman dari dealer Kubota Permai
dengan data-data sebagai berikut:
Nama Barang : Mesin Giling Kubota 70 PK
Harga barang : Rp. 120.000.000,-- (seratus dua puluh juta rupiah).
Uang muka : Rp. 20.000.000 ( dua puluh juta rupiah)
Penyerahan : Gudang dealer Kubota Permai
Pembayaran : dilakukan setelah barang diterima di kantor Bank
Diskon : 5% dari harga barang
Lainnya : dibayar ongkos pengiriman dari gudang dealer sampai
kantor
Bank Syariah Amanah Ummat Kerawang beban lainnya
sebesar
Rp.5.000.000 (lima juta rupiah)
Pada tanggal 5 April 2008 Bank Syariah Amanah Ummat menyetujui
permohonan Sualiman dengan kesepakatan sebagai berikut:
Nama barang : Mesin Giling Kubota 70 PK
Harga pokok : Bank Syariah Amanah Ummat menyampaikan sesuai
perhitungan yang dilakukan dan Sualiman memahami
Keuntungan : setara dengan 20% pa (sesuai keputusan ALCO)
Uang muka : Rp. 19.000.000 (sembilan belas juta rupiah)
Penyerahan : Bank Syariah Amanah Ummat Cabang Kerawang
Pembayaran : diangsur secara merata selama 5 kali angsuran
Biaya administrasi : Rp. 10.000.000 (sepuluh juta)
Biaya notaris : Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah)
Denda keterlambatan : Rp. 100.000 (seratus ribu) setiap hari
keterlambatan
Diminta :
1. Prinsip syariah yang dipergunakan dalam transaksi tersebut dan
perhitungan yang terkait dengan transaksi tersebut.
2. Jurnal yang harus dilakukan oleh Bank Syariah Amanah Ummat, jika bank
syariah melakukan pengakuan keuntungan secara proporsional, antara lain
dan tidak terbatas pada:
a. Pembayaran uang muka kepada dealer
b. Penerimaan mesin giling dari dealer dan pembayaran ongkos angkut
barang sampai kantor
c. Penerimaan uang muka dari Sualiman
d. Persetujuan akad dan penyerahan barang ke Sualiman
e. Penerimaan fee adm dan biaya notaris
f. Penerimaan pembayaran angsuran sampai dengan angsuran ke tiga
g. Penerimaan angusuran ke empat yang telah jatuh tempo tetapi belum
dibayar dan dibayar bersama-sama angsuran kelima (saat pelunasan
kewajibannnya)
h. Penerimaan pelunasan angsuran yang tertunggak dan bank memberikan
potongan sebesar 50% dari margin yang belum jatuh tempo dan belum
diterima.

Perhitungan pembiayaan murabahah

Harga barang Rp. 120.000.000


Diskon 5% x 120.000.000 Rp. 6.000.000 -/-
--------------------
Harga barang setelah diskon Rp. 114.000.000
Ongkos angkut sd Kantar Bank Rp. 5.000.000 +
--------------------
Harga pokok barang Rp. 119.000.000
Uang Muka Nasabah Rp. 19.000.000
---------------------
Rp. 100.000.000

Keuntungan : 20% x Rp. 100.000.000 = Rp. 20.000.000

Pembiayaan Murabahah
Harga pokok barang Rp. 119.000.000
Keuntungan disepakati Rp. 20.000.000
--------------------
Harga jual disepakati Rp. 139.000.000
Uang muka nasabah Rp. 19.000.000
--------------------
Sisa kewajiban nasabah Rp. 120.000.000

Angsuran : 120.000.000 / 5 = 24.000.000


Porsi angsuran Pokok : Rp. 20.000.000
Margin : Rp. 4.000.000

Jurnal sehubungan transaksi tersebut :

a. Pembayaran uang muka kepada dealer


Dr. Piutang Uang Muka Rp. 20.000.000
Cr. Kas Rp. 20.000.000

b. Penerimaan mesin giling dari dealer dan pembayaran ongkos angkut barang
sampai kantor
(1) Penerimaan barang
Dr. Persediaan Rp. 114.000.000
Cr. Piutang Uang Muka Rp. 20.000.000
Cr. Rekening dealer/kas Rp. 84.000.000
(2) Pembayaran ongkos angkut barang sampai kantor bank
Dr. Persediaan Rp. 5.000.000
Cr. Kas Rp. 5.000.000

d. Penerimaan uang muka dari Sualiman


Dr. Kas Rp. 19.000.000
Cr. Hutang Uang Muka Rp. 19.000.000

e. Persetujuan akad dan penyerahan barang ke Sualiman


(1) Penyerahan barang (akad murabahah)
Dr. Piutang Murabahah Rp.139.000.000
Cr. Margin Murabahah Ditangguhkan Rp. 20.000.000
Cr. Persediaan Rp. 119.000.000
(2) Uang muka dari nasabah
Dr. Hutang Uang muka Rp. 19.000.000
Cr. Piutang Murabahah Rp. 19.000.000

f. Penerimaan fee administrasi dan biaya notaris


(1) Penerimaan fee administrasi murabahah
Dr. Kas/ Rekening nasabah Rp. 10.000.000
Cr. Pendapatan fee admin murabahah Rp. 10.000.000
(2) Biaya notaris
Dr. Kas / Rekening nasabah Rp. 5.000.000
Cr. Rekening notaris Rp. 5.000.000

g. Penerimaan pembayaran angsuran sampai dengan angsuran ke tiga


(1) Dr. Kas Rp. 24.000.000
Cr. Piutang Murabahah Rp. 24.000.000
(2) Dr. Margin Murabahah Ditangguhkan Rp. 4.000.000
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp. 4.000.000

h. Penerimaan angusuran ke empat yang telah jatuh tempo tetapi belum


dibayar dan dibayar bersama-sama angsuran kelima (saat pelunasan
kewajibannnya)
(1) Tunggakan angsuran ke4 (jatuh tempo tetapi belum dibayar)
(a) Dr. Piutang Mruabahah JT Rp. 24.000.000
Cr. Piutang Murabahah Rp. 24.000.000
(b) Dr. Margin Murabahah Ditangguhkan Rp. 4.000.000
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp. 4.000.000
(2) Penerimaan denda
Dr. Kas/Rekening nasabah Rp. 3.000.000
Cr. Rek Dana Kebajikan Rp.3.000.000

Perhitungan : 30 x Rp. 100.000 = Rp. 3.000.000

h. Penerimaan pelunasan angsuran yang tertunggak dan bank memberikan


potongan sebesar 50% dari margin yang belum jatuh tempo dan belum
diterima.

(1) Pembayaran anguran ke empat


Dr. Kas Rp. 24.000.000
Cr. Piutang Murabahah Rp. 24.000.000
(2) Pembayaran angsuran ke lima
(a) Dr. Kas Rp. 24.000.000
Cr. Piutang Murabahah Rp. 24.000.000
(b) Dr. Margin Murabahah Ditangguhkan Rp. 4.000.000
Cr. Pendapatan Margin Murabahah Rp. 4.000.000
(c) Dr. Beban Potongan (Muqasah) Rp. 2.000.000
Cr. Kas / Rekening nasabah Rp. 2.000.000
Perhitungan :
50% dari margin yang belum diterima : 50% x Rp. 4.000.0000 – Rp.
2.000.000

Anda mungkin juga menyukai