Anda di halaman 1dari 11

ELEKTRONIKA DAYA

“ANALISA RANGKAIAN DC CHOPPER TIPE BOOST

MENGUNAKAN APLIKASI PSIM”

Untuk memenuhi salah satu Tugas Individu Mata Kuliah Elektronika Daya

Oleh,

Hasyir Ahmad Munadi


167002040

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SILIWANGI
2019
Dasar Teori

DC Chopper merupakan salah satu rangkaian elektronika daya yang digunakan sebagai
regulator tegangan. DC Chopper terdiri dari beberapa konfigurasi dan konfigurasi yang paling
sering digunakan yaitu DC Chopper tipe Buck, Boost, Buck-Boost, Cuk dan Sepic. Pada tugas
kali ini menggunnakan suplai daya DC yang dapat diatur besar keluarannya, maka digunakanlah
DC Chopper.

Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada kehidupan sehari-
hari, contoh pengaplikasiannya, DC-DC converter ini digunakan pada sumber energi terbarukan,
seperti fuel cell dan solar cell. Dalam aplikasi sumber energi terbarukan, fuel cell dan solar cell
menghasilkan tegangan keluaran yang rendah dan ini membutuhkan alat untuk menaikan
tegangan.

Alat yang umum digunakan sekarang ini adalah DC-DC boost converter. Konverter DC-
DC ini banyak digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan tegangan yang lebih tinggi dari
sumbernya. DC-DC boost converter merupakan konverter yang digunakan untuk memberikan
tegangan keluaran yang lebih tinggi dari tegangan masukkan yang rendah dengan dikendalikan
oleh sinyal kontrol berupa sinyal PWM (Pulse Width Modulation).

Rangkain DC Chopper type boost

Prinsip Kerja

Mosfet yang digunakan pada rangkaian DC Chopper Tipe Boost adalah bertindak sebagai saklar
yang dapat membuka atau menutup rangkaian sehingga arus dapat dikendalikan sesuai dengan
duty cycle yang diinginkan. Berikut adalah skema secara umum dari DC Chopper Tipe Boost.
Kinerja dari DC Chopper tipe Boost dapat dibagi menjadi 2 kerja utama, yaitu :

 Ketika MOSFET on (tertutup) dan dioda off, arus mengalir searah jarum jam dari sumber
menuju ke induktor (terjadi pengisian arus pada induktor). Polaritas induktor pada sisi
kiri lebih positif dibandingkan sisi kanannya.

MOSFET Boost Converter ON

 Ketika MOSFET off (terbuka) dan dioda on, arus yang disimpan di induktor akan
berkurang karena impedansi yang lebih tinggi. Berkurangnya arus pada induktor
menyebabkan induktor tersebut melawannya dengan membalik polaritasnya (lebih
negatif pada sisi kiri). Sehingga, arus yang mengalir pada dioda dan pada beban adalah
penjumlahan antara arus pada sumber dan arus pada induktor (seri). Disaat yang
bersamaan kapasitor juga akan melakukan penyimpanan energi dalam bentuk tegangan.
Itulah sebabnya DC Chopper Tipe Boost memiliki keluaran yang lebih tinggi
dibandingkan dengan masukannya.

MOSFET Boost Converter OFF

Dari rangkaian DC Chopper Tipe Boost seperti diatas, didapatkan hasil gelombang keluaran
secara terperinci seperti dibawah ini :

Gelombang Keluaran DC Chopper Tipe Boost


Dari gambar dapat dilihat bahwa arus pada beban (IL) akan naik secara linier ketika MOSFET
dalam kondisi OFF dan turun secara linier pula ketika MOSFET dalam kondisi ON. Namun
penurunan arus beban (IL) tersebut tidak mencapai nol. Sehingga gambar diatas dapat
digolongkan menjadi DC Chopper Tipe Boost Mode Continous.

Semakin besar duty cycle, maka semakin besar pula tegangan keluaran yang dihasilkan DC
Chopper Tipe Boost. Namun, tegangan keluaran tersebut selalu lebih besar atau sama dengan
tegangan masukan DC Chopper. Semakin besarnya duty cycle dapat dilihat dari semakin
besarnya area yang diwarnai biru muda pada gambar diatas.

Mode Continous dan Discontinous Pada DC Chopper Tipe Boost


Pada DC Chopper Tipe Boost dikenal dengan adanya mode continous dan discontinous. Mode
continous adalah mode dimana arus yang dihasilkan oleh induktor tidak pernah habis sampai nol
ketika MOSFET pada rangkaian tersebut dalam kondisi OFF.

Continous Mode DC Chopper Tipe Boost

Fungsi Alih dari mode continous dapat dilihat pada persamaan berikut :

Sedangkan mode discontinous adalah mode dimana arus yang dihasilkan oleh induktor pada saat
MOSFET pada kondisi OFF, dapat mencapai nilai nol. Hal ini dikarenakan oleh adanya beban
yang terlalu ringan pada rangkaian.
Discontinous Mode DC Chopper Tipe Boost

Fungsi Alih dari mode continous dapat dilihat pada persamaan berikut :

Berikut adalah grafik hubungan duty cycle dengan fungsi alir dari DC Chopper Tipe Boost

Kurva Perbandingan Duty Cycle dan Fungsi Alih Boost Converter

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa, semakin besar duty cycle (D), maka semakin besar
pula fungsi alihnya / M(D). Namun, kenaikan tersebut bukanlah secara linier, melainkan secara
eksponensial. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil duty cycle (D), maka semakin kecil pula
fungsi alihnya / M(D).
Berikut adalah kurva hubungan antara duty cycle dan efisiensi serta hubungan antara duty cycle
dan rasio tegangan.

Kurva Hubungan Duty Cyle dan Efisiensi

Kurva Hubungan Rasio V dan Duty Cylcle


Kelebihan dan Kekurangan DC Chopper Tipe Boost (Boost Converter)
Boost juga memiliki efisiensi tinggi, rangkaian sederhana, tanpa transformer dan tingkat ripple
yang rendah pada arus masukan. Namun juga Boost tidak memiliki isolasi antara masukan dan
keluaran, hanya satu keluaran yang dihasilkan, dan tingkatan ripple yang tinggi pada tegangan
keluaran. Aplikasi Boost mencakup misalnya untuk perbaikan faktor daya (Power Factor), dan
untuk penaikan tegangan pada baterai.

Dibandingkan topologi standar (Boost, Buck-Boost dan Cuk), konverter ini memiliki keunggulan
antara lain polaritas masukan-keluaran yang sama, riak tegangan keluaran yang sangat rendah,
regulasi yang baik, respon yang cepat, induktor yang bekerja dalam daerah linier serta strategi
kontrol yang sederhana. Pada dasarnya konverter ini bekerja berdasarkan prinsip Boost
Chopper dengan modifikasi pada rangkaian magnetik.

Pelaksanaan Simulasi rangkaian DC Chopper tipe boost dalam PSIM

Dalam simulasi ini, output yang ingin dihasilkan yaitu 50 Watt, dengan kata lain, arus dan
tegangan bisa ditentukan yaitu, untuk arus 2.5 A, dan untuk tegangan 200 V. dengan riffle
tegangan yang diinginkan sekecil mungkin. disini saya asumsikan riffle tegangan= 0,2 V dan
riffle arus 0.2 A.

Dengan nilai nilai diatas yang sudah ditentukan, maka Nilai induktansi dan kapasitansi bisa
dicari dengan perhitungan seperti berikut.

Diketahui =

Vin = 12 V
F (frekuensi) = 25 kHz
T (perioda) = 4.10-5
Vout =20 V
Iout = 2.5 A
Riffle Tegangan ∆Vc = 0.2
Riffle Arus ∆I = 0.2

Duty Cyle
𝑉𝑖𝑛
𝑘 =1−
𝑉𝑜𝑢𝑡
12
𝑘 =1−
20
K = 1 – 0.6
K = 0.4
Mencari nilai Induktansi dengan data yang sudah ada :
1 𝐿.𝑉𝑜𝑢𝑡
= 𝑉𝑖𝑛(𝑉𝑜𝑢𝑡−𝑉𝑖𝑛)𝑇
∆𝐼
1 𝐿. 20
=
0.2 12(20 − 12)4. 10−5
𝐿20
5=
384. 10−5
1920. 10−5
𝐿=
20
𝐿 = 96. 10−5 𝐻𝑒𝑛𝑟𝑦

Mencari nilai kapasitansi

𝐼𝑜𝑢𝑡. 𝐾
∆𝑉𝑐 =
𝑓. 𝐶
2,5 . 0,4
0.2 =
25000. 𝐶
5000C = 1
C = 0.0002 F

Mencari Nilai Tahanan

Menggunakan hukum Ohm maka didapat

V = I.R
20 = 2,5 R
R = 8 Ohm

Setelah mendapatkan nilai induktansi dan kapasitansi melalui perhitungan, selanjutnya dilakukan
simulasi melalui PSIM

Komponenan yang digunakan dalam Simulasi

1. Sumber DC 12 V
2. MOSFET
3. Induktor 0.00096 H
4. Kapasitor 0.0002 F
5. Dioda
6. Resistor 8 Ohm
7. Current Probe
8. Voltage Probe

Foto Rangkaian

Grafik tegangan dan arus


Nilai Rms

Vps merupakan Vout atau Tegangan Keluaran


I7 merupakan Iout atau Arus Keluaran

Kesimpulan :

Setelah dilakukan simulasi ternyata arus dan output keluaran tidak sesuai dengan perhitungan
yang telah dilakukan sebelumnya, hasil simulasi psim dengan analisis RMS value diketahui
bahwa arus keluaran atau Iout sebesar kurang lebih 3 A, dan tegangan keluran atau Vout 24 V,
dengan beban 8 Ohm. Dapat diketahui dayanya sesuai dengan rumus daya, P = V.I , P = 24 x 3,
P = 72 Watt.

Anda mungkin juga menyukai