LAPORAN KASUS
ILMU BEDAH
BATU REN
Oleh :
Imama Rasyada
132011101001
Pembimbing:
dr. Budi Suwarno, Sp. U
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
2
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. 1
DAFTAR ISI ................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 3
1. Definisi......................................... .................................................... . 3
2. Faktor Resiko dan Etiologi . ............................................................... 3
3. Patofisiologi ..................................................................................... 4
4. Manifestasi klinis .............................................................................. 5
5. Jenis jenis batu .................................................................................. 6
6. Diagnosis ........................................................................................... 7
7. Diagnosis Banding ............................................................................ 11
8. Tatalaksana ........................................................................................ 12
9. Prognosis ........................................................................................... 16
LAPORAN KASUS ...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 29
3
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Batu ginjal adalah benda-benda padat yang terjadi di dalam ginjal yang
terbentuk melalui proses fisikokimiawi dari zat-zat yang terkandung di dalam air
kemih. Batu ginjal terbentuk secara endogen yaitu dari unsur-unsur terkecil,
mikrolith-mikrolith dan dapat tumbuh menjadi besar. Massa yang mula-mula
lunak, misalnya jendalan darah, juga dapat mengalami pembatuan (kalsifikasi).1
3. Patofisiologi
Secara teoritis batu dapat terbentuk diseluruh saluran kemih terutama pada
tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urin), yaitu
pada system kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada
pelvikalices(stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis
5
4. Manifestasi Klinis
Batu pada kaliks ginjal memberikan rada nyeri ringan sampai berat karena
distensi dari kapsul ginjal. Begitu juga baru pada pelvis renalis, dapat
bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu
saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Keluhan yang
disampaikan oleh pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu, dan
penyulit yang telah terjadi.2
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien adalah nyeri pada pinggang.
Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kolik ataupun bukan kolik. Nyeri kolik
6
terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter
meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan
peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri.2
Nyeri ini disebabkan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran
kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter (ureteropelvic junction),
dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik di daerah pinggang (flank) yang
sering menjalar ke perut, atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering ke
kemaluan. Mual dan muntah sering menyertai keadaan ini.1
Nyeri non kolik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidronefrosis atau infeksi pada ginjal. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan
nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat
hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine, dan jika disertai
infeksi didapatkan demam-menggigil.2
b. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari
seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalium oksalat,
kalium fosfat, atau campuran dari kedua unsur tersebut. Faktor terjadinya batu
kalsium adalah:
1. hiperkalsiuri, yaitu kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250-300
mg/24 jam. Terdapat tiga macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara
lain; hiperkalsiuri absortif yang terjadi karena adanya peningkatan
absorbsi kalsium melalui usus, hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya
gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal,
hiperkalsiuri resorbtif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi kalsium
tulang yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau tumor
paratiroid.1
2. Hiperoksaluri
3. Hiperurikosuri
4. Hipositraturia
5. Hipomagnesiuria
6. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk menegakkan
diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik,
laboratorium dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya
8
obstruksi saluran kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu
dapat radioopak atau radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis
batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi. Pemeriksaan
laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang
adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab
terjadinya batu. Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal kedua
ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila kedua ureter tersumbat
total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih mempunyai sisa faal
yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat semua jenis batu, menentukan
ruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan untuk menentukan posisi
batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertingggalnya batu.3
Kalsium Opak
MAP Semiopak
opak yang tidak dapat terlihat oleh foto polos abdomen. Jika PIV belum dapat
menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi
ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd.2
3. Ultrasonografi
USG dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP,
yaitu pada keadaan-keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
menurun, dan pada wanita yang sedang hamil. Pemeriksaan USG dapat
menilai adanya batu di ginjal atau di buli-buli yang ditunjukkan dengan
echoic shadow, hidronefrosis dengan gambaran dilatasi pelvis dan kaliks
ginjal.3
USG dapat mendeteksi adanya batu dan dilatasi sistem
kollektivus.Visualisasi hidronefrosis yaitu: derajat 1, dilatasi pelvis renalis
tanpa dilatasi kaliks, kaliks berbentuk blunting, alias tumpul. Derajat 2, kaliks
berbentuk flattening, mendatar, derajat 3, dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor,
kaliks minor, tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing,
alias menonjol. Derajat 4, ada penipisan korteks ginjal dan kaliks berbentuk
balloonong, alias menggembung.2,3
10
kaliks yang berbentuk tongkat atau menonjol (clubbing)1,5 pada tingkat yang
lebih parah lagi akan terjadi destruksi parenkim ginjal dan pembesaran sistem
saluran kemih.5
11. Tatalaksana
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya
harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi
untuk melakukan tindakan atau terapi pada batu saluran kemih adalah jika batu
telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil karena suatu indikasi
sosial. Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter
atau hidronefrosis dan batu yang sudah menimbulkan infeksi saluran kemih, harus
segera dikeluarkan. Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit
seperti diatas, namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya (misalkan
batu yang diderita oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki resiko tinggi
dapat menimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang bersangkutan sedang
menjalankan profesinya dalam hal ini batu harus dikeluarkan dari salura kemih.1,2
Pilihan terapi antara lain :
a. Terapi Konservatif
Sebagian besar batu ureter mempunyai diameter <5 mm. Seperti disebutkan
sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi bertujuan untuk
mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan pemberian diuretikum,
berupa :
Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari
α – blocker
NSAID
Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di samping ukuran batu
syarat lain untuk observasi adalah berat ringannya keluhan pasien, ada tidaknya
infeksi dan obstruksi. Adanya kolik berulang atau ISK menyebabkan observasi
bukan merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada
pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan penurunan
fungsi ginjal ) tidak ada toleransiterhadap obstruksi. Pasien seperti ini harus
segera dilakukan intervensi. 1,2
13
(misalnya kalsium oksalat monohidrat) sulit pecah dan perlu beberapa kali
tindakan. ESWL tidak boleh digunakan oleh penderita darah tinggi, kencing
manis, gangguan pembekuan darah dan fungsi ginjal, wanita hamil dan anakanak,
serta berat badan berlebih (obesitas). Penggunaan ESWL untuk terapi batu ureter
distal pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan serius.
Sebab ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum ada
data yang valid, untuk wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan
sejelas-jelasnya. 1,2
c. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke
dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil
pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energy hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi
laser. 1,2
Tindakan endourologi antara lain PNL (Percutaneous Nephro
Litholapaxy) yaitu mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan
cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu
kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen
kecil. 1,2
d. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadai untuk
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun ESWL, Pengambilan batu
masih dilakukan melalui pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu antara lain
adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi untuk mengambil batu pada saluran ginjal,
dan ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani
tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau
mengalami pengkerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi
atau infeksi yang menahun. 1,2
e. Pemasangan Stent
16
12. Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin buruk
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi dapat
mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan adanya
infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi Ginjal
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL, 60% dinyatakan bebas
dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang karena masih ada sisa
fragmen batu dalam saluran kemihnya. Pada pasien yang ditangani dengan PNL,
80% dinyatakan bebas dari batu, namun hasil yang baik ditentukan pula oleh
pengalaman operator. 1,2
17
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Salawi
Usia : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Asembagus, Situbondo
Agama : Islam
Suku Bangsa : Madura
Pekerjaan : Tani
No. Rekam Medis : 189934
Tgl. Masuk RS : 20/02/2018
Tgl. Keluar RS : 25/02/2018
Tgl. Operasi : 21/02/2018
2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang kanan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pingang kanan sejak tahun 2015. Nyeri
dirasakan hilang timbul dan menembus sampai ke perut kanan depan.
Nyeri dirasakan sangat berat dengan VAS 7, pasien pernah sampai
pingsan. Nyeri dipicu oleh aktivitas dan konsumsi makanan dan minuman
yang banyak. Pasien mengatakan nyeri membaik apabila pasien berubah-
ubah posisi. Pasien mengeluh mual (+), muntah (-), demam (-)
Pasien tidak mengeluhkan gangguan saat kencing. Nyeri saat
kencing (-), kencing berwarna merah (-), pasien merasa tuntas saat
kencing, memancar, dan tidak perlu mengejan namun pasien terbangun
tiap 2 jam sekali untuk kencing di malam hari. Pasien pernah opname di
18
RSD dr. Soebandi pada tahun 2016 namun menolak tindakan operasi.
Pasien selama 3 tahun terakhir rutin berobat untuk keluhan nyeri
pinggangnya di RSUD Asembagus Situbondo. Pola makan pasien teratur
3x sehari dengan nasi, lauk pauk, dan sayuran dalam jumlah besar. Pasien
rata-rata minum air putih 2 liter perhari.
4. Diagnosis
Batu Ren Dextra + Hidronefrosis Gr 1-2 Dextra
5. Planning
Open ren dextra
21
6. Pemeriksaan Penunjang
BOF (14/11/2017)
IVP (17/11/2017)
22
23
Kesan IVP:
Vesika Urinaria : bentuk dan posisi normal, mukosa reguler, post miksi masih
tampak residual urin
24
Laboratorium (13/11/2017)
7. Prognosis
Ad Vitam : Ad bonam
Ad Functionam : Dubia ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
25
9. Follow-Up (22/02/2018)
Subjektif
Nyeri di bekas operasi
Objektif
Status Generalis
26
Inj ranitidin 2x 50 mg
Inj antrain 3x 1 g
Follow up Up (23/02/2018)
27
Subjektif
Nyeri di bekas operasi
Objektif
Status Generalis
- Keadaan Umum : Cukup
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nadi : 82x/menit, reguler, kuat angkat
- RR : 20x/menit
- Suhu : 36,5 ºC
- K/L : a/i/c/d -/-/-/-
- Tho : C/ S1S2 tunggal e/g/m -/-/-
P/ sim + ves +/+ rh -/- wh -/-
- Abd : flat, BU (+) N, soepel, timpani
- Ext : AH ++/++ OE --/--
Status Urologis
- Regio flank: flank pain -/- massa -/- dressing +/- rembesan -/- drain
produksi minimal serohemoragik
- Regio suprapubik: VU tidak teraba kesan kosong, massa (-), nyeri (-)
- Regio genitalia eksterna: MUE (+), discharge (-), MUE (+) letak normal,
discharge (-)
Assesment
Batu Ren Dextra post Open post Bivalve Nefrolithotomy + DJ stent D
H+2
Planning
Inf PZ: D5 2:1
Inj ranitidin 2x 50 mg
28
Inj antrain 3x 1 g
29
DAFTAR PUSTAKA