Anda di halaman 1dari 42

FISIOLOGI THT-KL

Pembimbing:
dr Nindya Shinta, Sp.THT

SMF Ilmu Penyakit THT-KL


Fakultas Kedokteran Universitar Jember
RSD dr. Soebandi Jember
2019
FISIOLOGI TELINGA
Telinga sebagai organ pendengaran

Telinga sebagai organ keseimbangan


TELINGA SEBAGAI ORGAN PENDENGARAN

Proses pendengaran diawali dengan terjadinya sebuah suara. Suara


dimulai saat sebuah benda bergerak dan menyebabkan gerakan atau
getaran di udara. Saat getaran udara ini merangsang telinga,
terdengar suara.

Di telinga manusia, gelombang suara ditransmisikan melalui empat


media terpisah di sepanjang sistem pendengaran sebelum terdengar
suara: di luar udara telinga, di telinga tengah - mekanis, di cairan
telinga bagian dalam dan saraf otak.
TELINGA SEBAGAI ORGAN PENDENGARAN

• Transmisi Suara melalui Telinga Luar


Gelombang suara yang ditransmisikan udara diarahkan ke mekanisme
pendengaran yang halus dengan bantuan telinga luar, pertama dengan pinna,
yang dengan lembut menyalurkan gelombang suara ke saluran telinga, lalu di
dekat kanal telinga.

• Transmisi Suara melalui Telinga Tengah


Ketika getaran udara menyerang membran timpani, membran timpani atau
gendang telinga bergerak. Pada titik ini, energi yang dihasilkan melalui
gelombang suara ditransfer dari media udara ke arah bagian yang padat di
telinga tengah. Bagian ossicular telinga tengah terhubung ke gendang telinga
melalui malleus, sehingga setiap gerak gendang telinga membentuk tiga
tulang kecil bagian ossicular menjadi gerakan.
TELINGA SEBAGAI ORGAN PENDENGARAN

• Transmisi Suara melalui Telinga Bagian Dalam


Ossicular memindahkan energi dari media padat ke media cairan telinga
bagian dalam melalui stapes. Stapes menempel pada jendela oval. Gerakan
jendela oval menciptakan gerakan dalam cairan koklea dan di sepanjang
membran Basilar. Gerakan di sepanjang membran basilar merangsang daerah
spesifik frekuensi Organ Corti, yang pada gilirannya merangsang serangkaian
ujung saraf.

• Transmisi Suara ke Otak


Dengan inisiasi impuls saraf, perubahan medium lainnya terjadi: dari cairan
ke saraf. Impuls saraf diteruskan melalui VIII melalui berbagai nuklei di
sepanjang jalur pendengaran ke daerah ke otak. Otak inilah yang menafsirkan
impuls saraf dan menciptakan bayangan, gambar, atau simbol lain yang
dikenal.
TELINGA SEBAGAI ORGAN PENDENGARAN
TELINGA SEBAGAI ORGAN PENDENGARAN

• Energi (gelombang) bunyidaun telingamembran timpanicavum timpani


(maleusincusstapes)fenestra ovalisperilimfa pada skala vestibule bergerak, kemudian
perilimfe pada skala timpani juga bergerak membran reissner  endolimfe terdorong 
gerakan relative antara membrane basalis dan membrane tektoria  rangsang mekanik 
defleksi stereosilia sel-sel rambut  kanal ion (Natrium) terbuka  depolarisasi 
neurotransmitter lepas ke sinapsis potensial aksi pada nervus auditoris  korteks pendengaran
(area broadman 39-40) lobus temporal  mendengar
TELINGA SEBAGAI ORGAN PENDENGARAN
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN

Organ keseimbangan
1. Vestibular di labirin
2. Mata
3. Organ propioseptif
4. Sistem saraf pusat
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN
1. KESEIMBANGAN STATIS
• Kecepatan linier
• Aksi gravitasi
=Macula saculi dan
macula utriculi

2. KESEIMBANGAN
DINAMIS
• Kecepatan angular
• Perubahan posisi
kepala
=Crista ampullaris
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN

MACULA UTRICULI
MACULA SACULI

OTOLITH

MBR. OTOLITH

HAIR CELL
SUPORTING CELLI
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN

• Perubahan posisi kepala  regangan pada selaput otolitik  merangsang


silia makula utrikulus & sakulus  mengabarkan pada saraf pusat tentang
posisi kepala sehubungan dengan gravitasi.
• Sistem motorik vestibular, cerebellar  otot-otot menjaga keseimbangan.
• Tubuh tiba2 didorong ke depan  selaput otolitik  makula utrikulus &
sakulus  informasi ketidakseimbangan ke saraf pusat  orang merasa
seperti jatuh ke belakang  gerakan condong ke depan tidak berlanjut.
• Makula bertugas menjaga keseimbangan selama terjadi percepatan linear.
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN

AMPULLA
CRISTA AMPULLARIS

HAIR CELL
CUPULA

SUPORTING CELL
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN

• Duktus semisirkularis membranosa dilapisi sel2 epitel pipih seperti yg


melapisi utrikulus & sakulus.
• Pada dinding luar yaitu pada tiap-tiap ampula terdapat krista ampularis yang
tersusun dari jar. ikat, sabut saraf & kapiler.
• Epitel permukaan krista serupa dengan makula; yaitu mempunyai sel-sel
bersilia dengan inti bulat, besar & berbentuk oval serta sel penyangga yg
tersusun rapat, diatas basal membran.
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN

CUPULA
• Pada permukaan krista terdapat membran yang sangat mirip dengan
membran tektoria yang disebut kupula. Membran ini tersusun dari bahan
non selluler seperti gelatin yang menutup krista & menonjol ke arah
endolimfe dari ampula. Beda dengan selaput otolitik, ia tidak mengandung
kristal.
• Masing-masing krista ini diinervasi oleh cabang vestibularis saraf
pendengaran. Cabang saraf pendengaran yg menuju bagian tengah labirin
adalah dendrit-dendrit perifer dari sel-sel saraf yang terletak dalam
ganglion vestibularis (Scarpa).
• Akson-akson menyusun ramus vestibularis medula lanjutan & otak kecil
yang merupakan pusat postural refleks untuk mempertahankan
keseimbangan tubuh.
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN

• Prinsipnya:
• Labirin statis  gerakan otolit
• Labirin dinamis  gerakan kupula

• Gerakan/perubahan kepala dan tubuh  perpindahan cairan endolimfe di


labirin  selanjutnya silia sel rambut menekuk
• Permeabilitas membran sel berubah ion kalsium masuk ke dalam sel
proses depolarisasi merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator
impuls saraf sensoris/ saraf aferen: saraf vestibulerintegrasipusat
keseimbangan di otak (serebelum).
TELINGA SEBAGAI ORGAN KESEIMBANGAN

• Organ vestibuler merupakan tranduser yg merubah energi mekanik


(rangsangan otolit dan gerakan endolimfe di kanalis
semisirkularis)  energi biolistrik sehingga dapat memberi info
tentang perubahan posisi tubuh krn percepatan linier atau
percepatan sudut.
• Sistem vestibular berhubungan dengan sistem tubuh lainnya,
sehingga kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh
bersangkutan misalnya: vertigo, muntah, mual, bradikardi,
takikardi, berkeringat dingin.
FISIOLOGI NASAL
DAN SINUS
PARANASAL
FISIOLOGI HIDUNG

Hidung mempunyai kemoreseptor yang peka terhadap


rangsangan zat kimia berbentuk gas, yaitu bau.
FISIOLOGI HIDUNG

• Fungsi Penyaring dan Perlindungan


Bertanggungjawab menyaring udara yang yang masuk ke
hidung. Sekret hidung memiliki zat imun non spesifik seperti
lisozim dan antibodi sekretorik
• Fungsi Klimatisasi
Suhu udara yang masuk sekitar 30oC dan kelembaban
sebesar 80%, fungsi epitel mempertahankan keadaan
tersebut.
FISIOLOGI HIDUNG

• Fungsi Suara
Sebagai komponen kaku dalam membentuk saluran
suara dan artikulasi. Bila hidung tersumbat, kualitas
suara akan berubah dan suara menjadi sengau.
• Fungsi Penghidu
Terdapat sel-sel reseptor olfaktorius yang terletak di
bagian atas septum nasi dan dinding lateral hidung
setiap sisi sebagai organ penghidu.
FISIOLOGI HIDUNG

• Indra penciuman/penghidu terdapat di dalam rongga hidung dari


ujung saraf otak Nervus Olfaktorius
• Serabut saraf ini timbul pada bagian mukosa olfaktorius di
superior dan lateral dari rongga hidung terdiri dari sel : sel
reseptor olfaktorius, sel penunjang, dan sel basal
• N. Olfaktorius dilapisi oleh sel-sel yang sangat khusus yang
mengeluarkan fibril-fibril halus, terjalin dengan serabut-serabut
dari bulbus olfaktorius
• Bulbus Olfaktorius adalah lanjutan dari bagian otak yang ujung-
ujung akhirnya menembus lempeng kribiformis di dasar tulang
otak (Os Ethmoidalis)
• N. Olfaktorius terletak pada Os Ethmoidalis
FISIOLOGI HIDUNG

Prekursor untuk sel reseptor


olfaktorius baru, diganti
setiap 2 bulan
Neuron aferen yang
aksonnya berjalan ke
dalam otak

Mengeluarkan mukus, yang


melapisi saluran hidung
FISIOLOGI HIDUNG

Reaksi
Bau Sel reseptor Depolarisasi
intrasel
olfaktorius potensial
dependen-
mengaktifkan reseptor 
cAMP Bulbus olfaktorius
protein G potensial
sehingga
aksi di serat
saluran Na+
aferen
terbuka

Subkorteks dan
Talamus di Otak
FISIOLOGI HIDUNG

• Glomerulus sebagai
stasiun pemancar utama
untuk pemrosesan
informasi bau
• Sel mitral tempat
berakhirnya reseptor
olfaktorius dan
memancarkan bau ke
otak
FISIOLOGI HIDUNG

Dari bulbus olfaktorius, penciuman dihantarkan melalui traktus olfaktorius menuju pusat
olfaktoria pada otak bagian lobus temporalis, tempat penciuman ditafsirkan.
FISIOLOGI HIDUNG
FISIOLOGI SINUS PARANASAL

1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur


kelembaban udara inspirasi. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus
kurang lebih 1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan
beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus.

2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)

Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer (penahan) panas , melindungi orbita


dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.
FISIOLOGI SINUS PARANASAL

3. Membantu keseimbangan kepala

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.

4. Membantu resonansi suara

Sinus berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi


kualitas suara.
FISIOLOGI SINUS PARANASAL

5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.

6. Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil


dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi.
Mucociliary Transport
(B) Trakea dan saluran pernapasan yang
paling proksimal dibatasi oleh epitel
pseudostratifikasi yang dibentuk oleh sel
bersilia dan sekretori. Sel basal terletak di
wilayah ini dan mereka dapat
menghasilkan sel sekretori dan bersilia.
(C) Saluran udara yang lebih kecil
dibatasi oleh epitel kubus sederhana
dengan lebih sedikit goblet cell, tetapi
kaya akan club cell.
(D) Alveoli terbuat dari sel alveolar tipe I
dan tipe II.
• Sel piala adalah sel sekretori utama di epitel superfisial dari
jalan nafas trakeobronkial
• Sel epitel saluran napas bersilia adalah sel kolumnar
memanjang yang membuat kontak terbatas dengan
membran basement
• Silia yang mencapai permukaan epitel berinteraksi dengan
lapisan tipis cairan yang melingkupi permukaan yang
berkontak dengan udara, disebut sebagai Airway Surface
Layer (ASL)
AIRWAY SURFACE LAYER

• ASL berisi lapisan periciliary viskositas rendah yang melumasi


permukaan saluran napas dan memfasilitasi gerakan cilia, dan
melapisi mukosa.

• ASL mencakup lapisan surfaktan untuk memfasilitasi penyebaran


lendir di atas permukaan epitel
• MUCOCILIARY TRANSPORT adalah mekanisme innate defense
yang penting untuk menjaga sistem paru yang sehat.

• Sistem transportasi mukosiliaris dipersarafi terutama oleh sistem


saraf parasimpatis; serat parasimpatis postganglionik eferen telah
diidentifikasi berhubungan dengan kelenjar submukosa.

• MCC dipengaruhi oleh beberapa faktor, mis. tingkat sekresi dan


viskoelastisitas lendir, dan sinkronisasi dan hentakan frekuensi silia.

• MCC yang terganggu adalah fitur dari banyak penyakit saluran


napas, termasuk kelainan genetik dan yang didapat.
• Sistem MCC pertama-tama menjebak patogen dan racun dalam
lapisan lendir dan kemudian menggunakan gerakan yang
terkoordinasi dari silia untuk mengeluarkannya dari saluran udara,
sehingga mengurangi timbulnya infeksi dan paparan bahan
berbahaya di udara.

• Silia saluran napas berdetak secara terkoordinasi yang menghasilkan


gelombang metakronal.

• Setiap silia berdetak pada frekuensi yang sama kecuali dalam fase-
bergeser dengan tetangganya di sepanjang sumbu stroke yang
efektif, dan dalam fase sinkron dengan silia pada sumbu tegak lurus.

• Ini menghasilkan gelombang yang bergerak melintasi epitel yang


mendorong lendir di atasnya ke arah cephal
• Untuk membentuk pola ketukan silia yang terkoordinasi, silia
perlu berorientasi fisik sesuai dengan sumbu jaringan, yang
ditentukan oleh jalur polaritas sel planar.
• Orientasi ini memungkinkan silia untuk menyebarkan gelombang
denyut cilia menggunakan jaringan sitoskeletal yang
mendasarinya.
• Jembatan aktin, yang menghubungkan badan basal yang
berdekatan, diperlukan untuk propagasi intraseluler dari
gelombang metakronal, sedangkan mikrotubulus sitoplasma yang
berasal dari tutup kaki basal, jangkar kaki basal. Interaksi ini
diperlukan untuk menjaga koordinasi lokal silia.
Cilia Beat Frequency

• CBF tergantung suhu karena ada suhu optimal untuk hidrolisis ATP oleh
dynein enzimatik, suhu rendah menurunkan CBF.

• CBF juga dapat dipengaruhi oleh perubahan pH. Meskipun jalan nafas
manusia dapat mentolerir variasi pH lokal (6,9 hingga 7,0) yang
diinduksi selama siklus pernapasan, alkalisasi intraseluler menstimulasi,
sedangkan pengasaman intraseluler menurunkan CBF.

• Studi pada manusia telah menunjukkan bahwa polusi udara secara


signifikan menurunkan CBF, meningkatkan sekresi lendir, dan mengarah
pada produksi oksigen reaktif yang mengurangi jumlah sel bersilia.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai