Anda di halaman 1dari 64

PENYAKIT

TENGGOROK
Benda Asing Trakeobronkial
◦ Definisi : terdapatnya benda atau bahan yang normalnya tidak ada dalam
laring-trakea-bronkus
◦ Patofisiologi :
- epligotis dan kartiloago aritenoid menutup jalan nafas saat poses
menelan
- spasme korda vokalis dan plika vokalis bila ada benda asing yang
mendekati korda vikalis
- reflek batuk , mengeluarkan benda asing yang masuk jalan napas
Inspirasi yang kuat dan dalam secara mendadak (tertawa, teriak, menangis) 
laring tetap terbuka  benda asing masuk laring.
Anamnesis
- Batuk yang terjadi setelah atau sedang makan, sifat mendadak hebat sampai sianosis
- Sesak napas inspiratori
- Suara parau ( benda asing di korda vokalis / subglotis)
- Batuk, rasa tercekik, rasa tersumbat, ( benda asing di trakea)
- Nyeri dada , batuk(benda asing di bronkus)
Pemeriksaan
◦ Tergantung pada lokasi benda asing
- Di laring
distres napas – sianosis
setraksi supraklavikular, suprasternal, interkostal, epigastrium
suara parau
- Di trakea
palpatory thud ( teraba benda asing di trakea pars servikalis)
asmatoid whezing ( berkurangnya lumen trakea)
- Di bronkus
gerak dada dan suara napas pada sisi sakit menurun
Pemeriksaan penunjang
◦ Foto rhorax
◦ - hanya pada kasus tertentu, benda asing radioopak dan pada pasien tidak dalam
keadaan gawat darurat

◦ Komplikasi
◦ Obstruksi total laring trakea
◦ Atelaktasis
◦ Pneumonia
Tatalaksana
◦ Ekstraksi benda asig segera , dengan laringoskop (di laring) bronkoskop (bronkus atau
di trakea)
◦ Bila tidak tersedia fasilitas rujuk
◦ Pertimbangkan trakeostomi terlebih dahulu sebelum dirujuk
Tonsilitis Akut
◦ Definisi : Infeksi akut jaringan tonsil ( hari – minggu)
◦ Etiologi :
• Pada anak dan dewasa sering karena virus (70%)
• Bakteri aerob:
◦ streptoccocus B hemoliticus A
◦ Haemofilus influenzae
◦ Streptoccocus Aureus
• Bakteri Anaerob
◦ Peptostreptococcus
◦ Fusobacterium
Patologi
• Pada tonsil berupa radang jaringan limfoid , udem,
hiperemi, eksudat
• Eksudat keluar permukaan dan terjadi penumpukan
pada kripte + detritus
• Detritus adalah kumpulan dari epitel, lekosit dan
bakteri
• Detritus dapat melebar dan membentuk membran
semu yang menutupi tonsil, detritus harus dibedakan
dengan beslag
• Tonsilitis akut dengan detritus
= tonsilitis folikularis
• Tonsilitis akut dengan detritus
yang menyatu membentuk
kanal – kanal = tonsilitis
lakunaris
Anamnesis
• Nyeri telan hebat dan mendadak dalam beberapa hari –
minggu
• Di awali tenggorokan rasa panas dan kering
• Referred pain. Nyeri menjalar ke telinga, kepala
• Anak tidak mau makan
• Panas tinggi, pada anak bisa menimbulkan kejang
• Sakit kepala , mual, muntah, nyeri perut
• Sumbatan jalan napas, napas lewat mulut, mendekur ( Snoring),
gangguan nafas saat tidur ( Sleep – disordered breathing), atau
slepp apneu
Pemeriksaan
• Tonsil membesar, udema hiperemi, detritus
• Isthmus fausium menyempit
• Palatum mole, arkus anterior dan posterior udem dan hipermi
• Kelenjar getah bening jugulodistratikus membesar dan nyeri
tekan
• Foetoe ex ore
• ptialismus
Komplikasi

◦ Lokal
• Peritonsilitis → Abses peritonsil
• Abses parafaring
◦ Sistemik ( Streptococcus beta - Hemolitikus)
• Glomerulonefritis akut
• Penyakit jantung rematik
• Endokarditis bakterial sub akut
Terapi
◦ Tonsilitis akut karena virus termasuk penyakit self-limiting disease
di anjurkan:
•Istirahat , makan lunak, minum hangat
•Analgetik/ antipiretik : parasetamol 3 x 500 mg ( anak – anak 10
mg/KgBB 3-4 x sehari)
• Antibiotik diberikan pada kasus infeksi bakteri
1.Amoksisilin 3 x 500 mg
2.Amoksisilin – asam klavulanat 3 x 500 mg
3.Cephalosporin oral ( Cefadroxil 2 x 500 mg)
Lama pemberian 7 – 10 hari jika tidak ada respon dala waktu
72 jam, di ganti antibiotika jenis lain
Pada komplikasi

Abses peritonsil : Dilakukan fungsi, Insisi dan Antibiotika


Sistemik
Tonsilitis rekuren → tonsilektomi
Tonsilitis Rekuren
Kriteria Paradise:
◦ ≥7 episode dalam 1 th terahir
◦ ≥ 5 episode dalam 2 th terahir
◦ ≥ 3 episode dalam 3 th terahir
◦ Gejala klinis
- Demam (38.5 C)
- Limfadenopati ( tender, > 2cm)
- Tonsilar/ faringeal eksudat / eritema
- Hasil tes Positif Streptococcus β-hemolitikus
Edukasi

1. Mencegah penularan
• Tidak bergantian alat makan / minum
• Tutup mulut jika batuk /bersin
2. Meningkatkan kondisi badan
• Olah raga teratur
• Makanan bergizi
3. Meningkatkan daya tahan lokal
• Menghindari iritan
Tonsilitis Kronis
◦ Definisi: infeksi kronik jaringan tonsil merupakan kelanjutan dari
infeksi akut berulang
◦ Patofisiologi
• Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil
• Proses radang berulang → epitel mukosa/ jaringan limfoid
terkikis → proses jaringan penyembuhan di ganti jaringan parut
→ mengerut sehingga kripte melebar → diisi detritus
• Bisa terjadi hipertrofi folikel → tonsil membesar
• Pada anak tonsilitis kronik sering juga disertai adenotonsilitis
kronik
Anamnesis
• Nyeri telan ringan sampai hebat
• Rasa mengganjal
• Foetor ex ore
• Adenoid Hipertrofi, akibatnya:
1.Ganguan pendengaran
2.Sumbatan jalan nafas
3.Nafas lewat mulut
4.Mendekur ( Snorring)
5.Gangguan nafas saat tidur: Sleep Disordered Breathing (SDB)
 Obstructive Sleep Apneu (OSA)
Pemeriksaan
◦ Tonsilitis Hipertrofi
• Tonsil membesar dan hiperemi
• Kripta melebar terdapat detritus
• Arkus anterior dan posterior hiperemi
• Fenomena palatum mole negatif

Komplikasi
• Adenotosilitis kronik
• Otitis media serosa
• Sinusitis paranasal kronik
• Bronkitis kronik
Tatalaksana
◦ Konservatif : menjaga kesehatan, diet, pengobatan jika ada infeksi gigi, hidung dan
sinus
◦ Pada saat serangan akut sama dengan tonsilitis akut
◦ Tonsilektomi/ adenotonsilektomi
Indikasi Tonsilektomi
Absolut
• OSA
• Sumbatan jalan nafas
• Haemorrhagic tonsilitis
• Tonsilitis penyebab kejang demam
• Suspek keganasan
Relatif
• Tonsilitis akut rekuren
• Tonsilitis kronis yang tidak sembuh dengan medikamentosa
• Abses peritonisil
• Halitosis
• Disfagia
TONSILITIS DIFTERI
Definisi : Infeksi akut mukosa faring yang spesifik oleh kuman difteri, biasanya
juga mengenai tonsil, difteri faring dan tonsil, tonsiliofaringitis difteri juga dapat
mengenai hidung dan laring.

Etiologi
◦ Corynebacterium diphteria (gram positif)
◦ Inkubasi : 2-6 hari
◦ Penularan : droplet

Ananmnesis
• Malaise, panas badan subfibril, sakit kepala, nyeri telan tidak hebat

Pemeriksaan
• Pseudomembran / beslag putih keabuan pada tonsil, faring , uvula dapat
menyebar ke laring dan menyebabkan obstruksi
• Tanda beslag: beslag kotor keabuan – abuan, melekat erat dengan jaringan
di bawahnya, berdarah bila dilepas meluas ke luar tonsil.
• Beslag terjadi karena kuman mengeluarkan toksin yang
menyebabkan nekrosis jaringan mukosa
• Pembesan kelenjar getah bening regio jugolodisgatrik
• Berat ringan tergantung dari imunitas penderita dan virulensi
kuman
• Lokasi primer di tonsil, faring dapat juga meluas ke laring
Pemeriksaan tambahan:
◦ Usap tenggorokan ada pertumbuhan kuman Corynobacterium diphtheriae

Diagnosis banding
• Tonsilitis akut karena streptococcus, mononukleosis

Komplikasi
• Jangka pendek:
◦ Bila meluas ke laring dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas karena udem
dan bslag sehingga perlu trakseostomi
• Jangka panjang:
◦ Oleh karena penyebarab eksotosis ( toksemia) secara sistemik dan dapat
menyebabkan kematian karena:
• Miokarditis, defek konduksi pada jantung, aritmia, neurologi palise otot
pernafasan
Terapi
• Penderita diisolasi secara ketat sampai keadaan akut
terlampaui dan biakan negatif
• Terapi di dasarkan gambaran klinik
• Difteri ringan (mata, hidung, kulit)
 ADS 20.000 IU
• Difteri sedang (tonsil, faring, laring)
 ADS 40.000 – 60.000 IU
• Difteri berat ( dengan komplikasi)
 ADS 100.000 IU
◦ Antibiotik
• Penisilin prokain 600.000 – 1,2 juta IU/ 24 jam im, 1 – 2x Sehari
selama 10 hari
• Bila alergi terhadap penisilin dapat diigunkan eritromisin 50
mg/kgBB / 24 jam maksimal 1 g 3 – 4 x sehari selama 10 hari.
• Bila carrier: tonsilektomi 4 – 6 minggu setelah sembuh
• Imunisasi penting
Adenoiditis akut
◦ Definisi : Radang akut dari adenoid pada bayi – anak <12 tahun
◦ Etiologi = tonsilitis akut
◦ Anamnesis :
• Panas tinggi sampai konvulsi
• Buntu hidung, ganguan napas saat tidur (Obstruktive sleep
apneu)
• Pilek, tidak mau makan, berat badan menurun
Pemeriksaan (Pada anak yang besar
dan kooperatif)
Rinoskopi anterior : adenoid udem,
hiperemi, terdapat sekret, fenomena
palatume mole negatif
Pemeriksaan penunjang foto skull lateral

Terapi = tonsilitis akut

Komplikasi
- OMA
- Bronkopneumoni
Sinusitis Akut
Adenoiditis Kronis
◦ Definisi: Radang kronik pada adenoid
◦ Etiologi : post nasal drip: sekret kavum nasi jatuh ke belakang,
◦ Anamnesis
• Bindeng/ sengau karena koane tertutup oleh adenoid
• Mulut terbuka untuk bernafas
• sakit kepala
• Pilek dan batuk – batuk kronis
• Nafsu makan menurun
• Pendengaran menurun
Pemeriksaan
• Rinoskopi anterior: adenoid membesar, phenomena palatum mole negatif
• Rinoskopi posterior : adenoid membesar dan tidak hiperemi
◦ Pemeriksaan tambahan
• Endoskopi
• Foto skull ap/ lateral

Komplikasi
• Otitis media effusion
• Sinusitis paranasalis

Terapi
◦ Adenotonsilektomi disertai atau tidak tonsilektoomi
◦ Indikasi ATE
•Hipertropi menyebabkan ngorok ( snoring) dan gangguan napas
•Gangguan pendengaran
•Sinusitis berulang
Faringitis Akut
◦ Definisi : Radang akut pada mukosa ◦ Patofisiologi
faring dan jaringan limfoid faring • Penularan secara droplet infection
• Penyebab utamanya virus dan diikuti
◦ Etiologi :
oleh infeksi bakteri
◦ Virus
• Pemulaan dari penyakit lain: morbilli,
 Rhinovirus, Corona virus
 Virus influenza A dan B, Influenza, rubela, pneumonia, parotitis
Parainfluenza • Seringkali bersamaan dengan rhinitis akut,
 Adenovirus, Resp Synsitical virus, nasofaringitis akut, laringitis akut
Entrovirus • Di mulai infeksi dari hidung dan sinus
 Epstein-barr virus kemudian menyebar lewat post nasal
◦ Bakteri drip
Grup A Streptokokus beta- • Masa inkubasi 12 jam – 4 hari.
hemolitikus
Stafilpkokus aureus
C Diptheria, neisseria sp.
Anamnesis
• Tenggorokan terasa kering dan panas
• Nyeri menelan di tengah tengorokan yang
berlangsung beberapa hari - minggu (Keluhan
Utama)
• Nyeri menjalar sampai ketelinga
• Panas badan
• Sakit kepala
• malaise
◦ Pemeriksaan
• Mukosa faring tampak hiperemi dan udema terutama
di daerah lateral
• Terdapat mukopus
• Sekret awalnya bening kelamaan berwarna kuning
• Granula tampak besar dan merah
• Menyebar ke laring suara parau dan batuk - batuk
◦ Diagnosis Banding
• Tonsilitis akut

◦ Komplikasi
• Lokal ( Sinusitis, Otitis media Akut, Laringitis, Bronkitis, Pneumonia)
• General ( Meningitis, Ensefalitis, Miokarditis)

◦ Terapi
• Faringitis akut termasuk penyakit yang self-limiting disease
terutama pada penderita dengan daya tahan tubuh yang
baik
◦ Dianjurkan
• Istirahat, makan lunak
• Minum hangat
• Analgetik/antipiretik ( paracetamol 3 x 500 mg anak – anak 10
mg/kgBB/ Dosis 3 – 4x hari)
• Obat kumur benzydamin gargel
◦ Antibiotik di berikan pada kasus infeksi bakteri
◦ Lini pertama
• Phenoksimetilpenisilin 4 x 500 mg
• Amoksisilin 3 x 500 mg
◦ Alternatif
• Amoksisilin – asam klavulanat 3 x 500 mg
• Cephalosporin oral ( Cefadroxil 2 x 500 mg)
• Lama pemberian 7 – 10 hari
• Jika tidak ada respon dalam waktu 72 jam , reevaluasi pasien
dan di ganti dengan antibiotik jenis lain.
Faringitis Kronis
◦ Definisi: Infeksi / inflamasi yang berlangsung lama dari mukosa,
submukosa, dana jaringan limfoid faring. Dibagi menjadi non
spesifik & spesifik
◦ Etilologi
◦ Nonspesifik: Post nasal drip e.c sinusitis krnois, gingivitis, karies gigi;
refluk gastroeksofagus; bronkiektasis; bronkitis kronis; iritasi
makanan rokok debu alkohol
◦ Spesifik: TB, Jamur, Lepra, Toxoplasmosis, Skleroma
Faringitis Kronik Non Spesifik

◦ Anamnesis:;
◦ Rasa tidak enak, menggeanjal, ras lendir, gatal di tenggorokan
◦ Nyeri telan
◦ Kadang muncul rasa sakit di telinga
Pemeriksaan
Gambaran Pulau jaringan limfe pada dinding belakang faring
mengalami pembesaran dan hiperemi
Terapi
- Hindari penyebab
- Obat Kumur
Faringitis Kronik Spesifik
Tergantung dari penyebab
- TB: Lesi multiple yang sangat nyeri  pemeriksaan mikrobiologi/
patologi micobaterium tuberkulosa, foto thorak
- Jamur (HIV/AIDS): lesi di seluruh faring  usap tenggorok
- Sifilis: Awalnya muncul papul yang kemudian pecah dan timbul
ulkus yang sangat nyeri  Pemeriksaan VDRL
Laringitis Akut
◦ Definisi : Inflamsi pada laring dan corda vocalis
◦ Etiologi :
• virus : adenovirus, influenza virus
• Bakteri : H. Influenza, Streptococcus B-Hemoliticus, Stre Pneumonia,
Moroxalla catarhalis
• Inhalasi asap, bahan kimia
• Pengguan suara yang berlebihan
• Asam dari refluks
• Alergi
• Usia lanjut
Gejala dan tanda
Suara parau / seperti berbisik / hilang
Sakit tenggorokan
Rasa tak enak/ nyeri pada laring
Barking cough
Laring dan korda vokalis: edema dan hiperemis

Laringitis bakteri Laringitis viral


• Sakit pada tenggorokan • Kelemahan umum
• Demam • Malease
• Sakit menelan • Demam
• Batuk • Sakit seluruh tubuh
• Suara parau • Batuk
• Suara parau
• Sakit tenggorokan
• Tenggorokan laring
• Pemeriksaan kepala dan leher
1. Inspeksi
2. Palpasi
• Tumor koli
• Kel tiroid
• Pengarakan kartilago laring
◦ Laringitis akut pada bayi / anak  Fatal
• Diameter jl nafas 4 -5 mm
• Bayi/ anak : edema 1 mm → lumen < 50 %
• Dewasa : edema 1 mm → lumen < 20 %
◦ Subglotik : jaringan ikat kendor
◦ Mudah edema
◦ Mudah dispnea
Terapi
• Istirahat
• Istirahat bicara
• Simtomatik
• Bila ada infeksi bekaterial: antibiotik
◦ Terapi anak:
• Oksigen
• Deksamteson inj 0,3 - 0,5 mg/kg BB dapat di ulangi 2 kali
• Bila gagal trakeostomi
• Nebulizer
• Antibiotik jika bakterial
Epiglotitis Akut
◦ Definisi : Infeksi dan inflamasi pada epiglotis dan ikut lunak
disekitar epiglotis
• Walaupun simtom awal ringan, tetapi penyakit ini dapat cepat
memberat
• Bila tidak di obati, dapat mengancam jiwa
• Sering terjadi pada anak usia 2 – 7 th
• Pada orang dewasa, klinis menyeruai URTI
◦Etiologi :
• virus : herpes simplex virus, parainfluenza virus, variolla virus
• Bakteri : H. Influenza, Streptococcus B-Hemoliticus, Stre
Pneumonia, psudomonas\
• Candida spp and Aspergilus spp
◦ Peneyebab non – infeksius
• Thermal injuri
• Edema angioneurotik
• Benda asing
• Tertelan bahan kaustik
◦ Sindrom & Tanda
• Onset sangat mendadak dan berkembang dengan cepat
• Muffed voice atau menangis
• Sakit tengorokan, demam tinggi, suara parau
• Drooling disebabkan karena kesulitan menelan saliva
• Pembengkakan pada lehar depan diatas tl hioid
• Batuk ringan
• Pasien tampak sakit
• Tripoid position
duduk condong ke depan bertumpu pada lengan yg
lurus, dagu ke atas, mulut terbuka dan lidah keluar
• Kesulitan bernafas
• Retraksi suprastenal, subkostal
• Inhalasi bersifat Noisy, high – pitched, squeaky
• Sianosis ( kulit dan kuku kebiruan)
• Pemeriksaan orofaring
◦ Epiglotis eritematus, bengkak ( cherry red)
• Gold standar : Laringoskopi fiberoptik di kerjakan di OK yang
telah siap untuk intubasi dan trakeostomi bila terjadi obstruksi jln
nafas
Drooling
of Saliva

Disfagia
4D
Sindrom
Dispneu

Disfonia
• Penatalaksanaan
• Posisi nyaman
• Jangan agitasi anak
• Lakukan penatalaksanaan jln nafas di ok ( intubasi atau
trakeostomi)
• Berikan high flow humidified oxigen
• Untuk mencapai saturasi alveoli yang maksimal
◦ Antibiotik
◦ Ceftriaxone/ cefutaxime/ ceforuxime
◦ Kortikosteroid/ Analgetik
◦ Nebulizer
◦ Abses (+)
Ulserasi Oral
◦ Definisi: Ulserasi merupakan lesi mukosa oral. Kebanyakan bersifat ulkus
akut dan sembuh dengan sendirinya.

Etiologi
-Polutan Asap rokok
- Infeksi: TB, Jamur, HIV/AIDS, Sifilis, Plummer Vinson Syndrome, Wegner’s
granulomatosis
- Kelainana hematologi: segala bentuk leukemia dan agranulosytosis
- Efek samping radiasi dari kegainasan kepala dan leher
- Kelainan anatomi pada gigi
Gambaran Klinis
◦ Ulkus Aphtous yang berulang dan infeksi herpes simplex merupakan yang
terbanyak
◦ Ulkus Aphtous yang menetap dan dalam dapat terjadi secara idiopatik atau
bersama dengan HIV/ AIDS
◦ Yang menjadi perhatian utama
- Ulkus kronis relatif nyeri (-)
- Disertai bercak kemerahan / keputihan (erythroplakia / leukoplakia)dengan
durasi >2minggu
- Squamous cell carsinoma
-Premaligmamt dysplasia
Terapi
- Pada umumnya simtomatis
- Mnejaga higienitas mulut: menggunakan obat kumur
/spray aseptic
- Penggunaan analgesic topical, contoh:
- obat kumur benzydamine  mengurangi rasa
nyeri
Stomatitis Pada HIV
◦ Candidiasis oral: ganguan yang paling sering ditemukan pada pasien HIV /AIDS
◦ Penyebeb: Candida albicans , organisme fungal yang dapat ditemukan di cavum oris
indiv. Sehat
◦ Pada pasien penurunan daya tahan tubuh parah  candidiasus
◦ Infeksi terbatas pada mukosa superfisial dan kulit
Spektrum Klinis Candida
1. Candiidasis Pseudomembranosea
◦ Dikenal sebagai “trush” merupakan bentukan normal yang sering ditemukan pada:
neonatus, pasien yang mendapat terapi kortikosteroid topical, pasien dengan ststus
imun tersupresi seperi infeksi dengan HIV

2. Candidiasis Hiperplasia
◦ Disebut “candida leukoplakia”
◦ Tampak bentukan plak putih yang tidak dapat di usap bersih
Spektrum klinis candidiasis

3. Candidiasis eritematosa
◦ Secara klinis terdiri atas lesi kemerahan / eritematosa
◦ Mengenai lidah, palatum, palatum durum, gingiva

4. Angular Cheilitis
◦ Tampak sebagi retakan, pengelupasn, atau ulserasi yang terjadi pada sudut mulut
◦ Tampak kombinasi cadidiasis, seperti pada tipe eritematosa
Terapi
◦ Topikal adekuat
◦ Antifungal: nystatin oral susp.:
umumnya berhasil baik
◦ Penggunaan Clotimazole troces:
alternatif
Leukoplakia
Definisi:
◦ Leukoplakia merupakan plak berwarna putih yang tidak dapat
diusap dan tidak dapat dikarakteristikkan secara klinis atu
patologis dengan penyakit lain
◦ Leukoplakia telah dikaitkan selama ini sebagai lesi prekanker
◦ Linchen planus dan candidiasis tidak termasuk leukoplakia
◦ Insiden: Bisa terjadi pada semua usia, terutama U 40-70 th, Laki-
laki: Perempuan = 2:1
◦ Etiologi: Rokok, alkohol, paparan zat iritan yang menahun
◦ Lokasi: Mukosa pipi, basis oral, palatum durum, lidah
◦ Morfologi: Plak putih, tebal, batas tidak jelas, verukosa
◦ Terapi
◦ Singkirkan faktor predisposisi
◦ Operasi: membuang lesi
◦ Medikamentosa:
Antiinflamasi
Antimikosis (target terhadap spesies candida)
Karotenoid (precursosr terhadap Vit. A)
Retinoid
Vit. C & E
ABSES PERITONSIL
◦ Penimbunan pus di fossa tonsilaris antara kapsul tonsil & m. konstriktor faring
◦ Gejala : febris, nyeri telan, sulit menelan, referred pain, trismus, hipersalivasi,
uvula deviasi ke sisi yg sehat, tonsil membesar, KGB membesar
◦ Terapi : insisi, antibiotik dosis tinggi, tonsilektomi
Abses Retrofaring
◦ Penimbunan pus antara dinding belakang faring & vertebra cervical
◦ Sering pada bayi 0-2 thn
◦ Gejala : febris, tidak mau makan / minum, sesak nafas, kepala ekstensi,
stridor
◦ Terapi : insisi dengan posisi trendelenburg, pus diaspirasi, antibiotik dosis
tinggi
Abses Submandibula
◦ Biasanya didahului caries M1-3 bawah → periodontitis → abses
periodontal → abses submandibula
◦ Gejala : febris, sakit pada M1-3, pembengkakan submandibula, infiltrat
keras unilateral seperti papan (hard board), sakit spontan, lidah
terdorong ke atas
◦ Terapi : insisi, antibiotika
Angifibroma Nasofaring
◦ Etiologi : periosteum basis os sfenoid & os occipitalis yg mengalami pertumbuhan
berlebih
◦ Pubertas, laki-laki > wanita
◦ Gejala : obstruksi nasal, desakan, perdarahan
◦ Tumor di nasofaring, bertangkai, lebar, kenyal, licin, mendesak hidung & sekitarnya,
tanpa metastase
◦ Terapi : operasi
KARSINOMA NASOFARING
◦ Keganasan terbanyak di THT
◦ Umur 41-50 thn
◦ Etiologi : iritasi kronik, virus Epstein Barr
◦ Di fossa Rosenmulleri
◦ Gejala pada hidung, telinga, tumor leher, mata,
kranii
◦ Terapi : radioterapi, kemoterapi, imunoterapi,
obat anti viral
TUMOR TONSIL
◦ Sering sukar didiagnosis karena
gejala klinis tidak spesifik, prognosis
jelek
◦ Gejala : gangguan menelan, rasa
tdk enak, rasa penuh & ganjal di
tenggorok, otalgia, epistaksis, nyeri
muka & pipi
◦ Pembesaran tonsil unilateral, tdk
rata, ulserasi, kemerahan, mudah
berdarah
◦ Terapi : radioterapi, operasi,
kemoterapi, kombinasi

Anda mungkin juga menyukai