Anda di halaman 1dari 4

Kesejahteraan Pegawai

Kesejahteraan pegawai adalah pemenuhan kebutuhan pegawai


oleh perusahaan. Kesejahteraan yang dilaksanakan oleh perusahaan
bertujuan untuk memelihara pegawai baik dari segi rohani maupun jasmani
guna mempertahankan kinerja dan sikap kerja yang baik di dalam bekerja.
Usaha kesejahteraan adalah kompensasi yang pemberiannya tidak
tergantung dari jabatan atau pekerjaan PNS dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan PNS. Pasal 32 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999
mengatur bahwa untuk meningkatkan kegairahan bekerja, diselenggarakan
usaha kesejahteraan PNS. Usaha kesejahteraan tersebut meliputi program
pension dan tabungan hari tua, asuransi kesehatan, tabungan perumahan,
dan asuransi pendidikan bagi putra-putri PNS.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya PNS tidak luput dari
kemungkinan menghadapi risiko yang mengakibatkan sakit, cacat, atau
tewas. Oleh karena itu, PNS berhak mendapatkan kompensasi atau resiko
yang dihadapinya. Jenis kesejahteraan yang dapat diperoleh antara lain
cuti, perawatan, tunjangan, dan uang duka.
a. Cuti
Pasal 8 Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 menyebutkan bahwa
setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti. Yang dimaksud dengan cuti
adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu.
Hal ini diberikan dalam rangka usaha untuk menjamin kesegaran
jasmani dan rohani serta untuk kepentingan Pegawai Negeri. Ketentuan
mengenai cuti diatur dengan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1976.
Dalam peraturan pemerintah ini cuti PNS terdiri atas:
1) Cuti tahunan, yaitu hak cuti yang diberikan bagi mereka yang telah
bekerja terus-menerus selama minimal satu tahun. Lamanya cuti
tahunan adalah 12 hari kerja.
2) Cuti besar, yaitu cuti yang diberikan bagi mereka yang telah bekerja
terus menerus selama enam tahun. Lamanya cuti besar adalah tiga
bulan.
3) Cuti sakit, yaitu cuti yang diberikan karena pegawai yang menderita
sakit.
4) Cuti bersalin, yaitu cuti yang diberikan kepada PNS wanita yang
melahirkan. Cuti bersalin diberikan khusus anak pertama, kedua dan
ketiga dengan tetap memperoleh penghasilan penuh dengan
lamanya cuti masing-masing tiga bulan, yaitu satu bulan sebelum
melahirkan dan dua bulan sesudah melahirkan.
5) Cuti karena alasan penting, yaitu cuti yang diberikan kepada PNS
karena alasan:
a) Ibu, bapak, suami/istri, anak, adik, kakek mertua atau menantu
sakit keras atau meninggal.
b) Salah seorang anggota keluarga tersebut meninggal dunia dan
menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS yang bersangkutan
harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya yang
meninggal dunia tersebut
c) Melangsungkan perkawinan yang pertama
d) Alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian dengan
keputusan presiden. Cuti karena alasan penting dapat diberikan
untuk paling lama dua bulan
6) Cuti di luar tanggung jawab negera, yaitu cuti yang diberikan karena
alasan-alasan pribadi yang penting dan mendesak (bukan karena
alasan-alasan penting seperti tersebut di atas) dengan ketentuan
bahwa PNS yang menjalankan cuti di luar tanggungan negara ini
dibebaskan (bukan diberhentikan) dari jabatannya dan tidak
menerima penghasilan dari negara.
b. Perawatan
Menurut Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999
disebutkan bahwa setiap PNS yang ditimpa oleh sesuatu kecelakaan
dalam dank arena menjalankan tugas kewajiban selalu ada
kemungkinan bahwa PNS menghadapi risiko. Apabila seorang pegawai
mengalami kecelakaan dalam dan karena tugas kewajibannya ia berhak
memperoleh perawatan dan segala biaya perawatan itu ditanggung oleh
negera. Ketentuan tentang perawatan diatur lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1981 tentang Perawatan,
Tunjangan Cacat, dan Uang Duka bagi PNS.
Pada Pasal 2 ayat (1) peraturan pemerintah di atas disebutkan bahwa
PNS yang mengalami kecelakaan karena dinas atau menderita sakit
karena dinas berhak mempeoleh pengobatan, perawatan, dan atau
rehabilitasi. Pemberian pengobatan, perawatan dan atau rehabilitasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tersebut ditetapkan dengan surat
keputusan pejabat yang berwenang, berdasarkan pertimbangan dokter
Pemerintah setempat kecuali untuk pengobatan atau perawatan di luar
negeri.
c. Tunjangan
Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 disebutkan bahwa
setiap PNS yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dank
arena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak
dapat bekerja lagi dalam jabatannya apa pun juga, berhak memperoleh
tunjangan. Tunjangan diberikan setelah adanya keterangan dari Majelis
Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau dokter penguji tersediri. Yang
dimaksud dengan cacad jasmani dan atau cacat rohani yang didapat,
yaitu:
1) Dalam dan karena menjalankan kewajiban jabatan
2) Dalam keadaan lain yang ada hubungannya dengan dinas, sehingga
dapat disamakan dengan angka 1
3) Karena perbuatan anasir-anasir yang tidak bertanggung jawab
ataupun sebagai akibat dan tindakan terhadap anasir tersebut
Besarnya tunjangan cacad yang diberikan dihitung berdasarkan tingkat
kecacatan yang diderita, dengan ketentuan bahwa tunjangan ini
seluruhnya tidak boleh lebih dari 100% dari penghasilan setiap bulan
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 1952. Adapun
PNS yang cacat karena dinas tetapi dapat masih bekerja terus dalam
jabatan negeri, tidak berhak atas tunjangan cacat. Dalam hal demikiain,
yang bersangkutan hanya berhak atas pengobatan, perawatan dan
rehabilitasi.
d. Uang Duka
Pasal 9 ayat (3) Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 disebutkan bahwa
setiap pegawai Negeri tewas, keluarganya berhak memperoleh uang
duka. Yang dimaksud dengan tewas berdasarkan bagian penjelasan
undang-undang ini ialah:
1) Meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas
kewajibannya
2) Meninggal dunia dalam keadaan lain yang ada hubungannya
dengan dinasnya, sehingga kematian disamakan dengan meninggal
dunia dalam dank arena menjalankan tugas kewajibannya
3) Meninggal dunia yang langsung diakibatkan oleh luka atau cacat
jasmani dan cacat rohani yang didapat dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya
4) Meninggal dunia karena perbuatan anasir yang tidak bertanggung
jawab ataupun sebagai akibat tindakan terhadap anasir tersebut.
Kepada istri/suami dan/atau anak PNS yang tewas diberikan uang duka
yang diterima sekaligu. Pemberian uang duka yang dimaksud tidak
mengurangi hak pension dan hak hak lainnya yang berhak diterimanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai