DISUSUN OLEH
Fatimah 171411079
Hafizha Tsalis N 171411080
Salah satu masalah yang terjadi di industri adalah sistem pengendalian level pada suatu
penampung (storage). Dengan demikian 90% proses di industri menggunakan pengendali PID
tunning controller karena desain yang cukup sederhana dan mempunyai kinerja yang baik.
Tunning controller merupakan kegiatan menentukan nilai parameter kontroler (Kp, Ti dan Td)
untuk mendapatkan respon kontrol yang baik. Metode tunning controller yang digunakan
adalah metode Ziegler-Nichols. Salah satu kelemahan PID adalah parameter kendali sangat
bergantung pada objek yang dikendalikan, dimana suatu proses fluida pada suatu penampung
terdapat suatu dinamika yang mengakibatkan efek liniertitas sehingga mempengaruhi
performansi sistem.
Pada tugas ini penulis merancang, mengimplementasikan dan menganalisa metode PID
dengan variasi parameter-parameter pengendali yang terlibat untuk mengetahui sistem
pengendalian mana yang sesuai untuk digunakan pada sistem tangki air sehingga didapat
respon yang optimal pada setpoint.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan bahwa metode kontrol PID
yang tepat adalah dengan nilai Kp= 60, Ti= 15 detik dan Td=0,1 detik.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga Laporan Lengkap Praktikum Pengendalian Proses Level ini dapat terselesaikan,
meski jauh dari kata sempurna.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat
dalam proses pembuatan laporan praktikum ini terkhusus kepada:
1. Bapak Ir. Heriyanto selaku dosen pengampu mata kuliah praktikum pengendalian
proses level.
2. Dan seluruh teman-teman yang terlibat dalam praktikum.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penyusun sendiri
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
I. Latar Belakang
Satu besaran penting pada proses yang melibatkan cairan adalah tinggi permukaan
cairanatau level. Pengendalian level menjadi faktor sangat penting pada proses.
1. Aliran cairan ke alat berikutnya diharapkan pada laju konstan. Untuk menjaga
nilailaju alir perlu ditambahkan sebuah tangki yang berfungsi sebagai
stabilisator.
2. Banyak fungsi unit proses berjalan baik jika bekerja pada level tetap.
Sebagaicontoh adalah level cairan pada bagian bawah kolom distilasi, level
cairan padadrum refluks, level cairan pada reaktor tangki, dan level cairan pada
separator gas-cair.
I. Sistem Pengendalian
Sistem pengendali diterapkan untuk memenuhi 3 kelompok kebutuhan (Stephanopoulos,
1984), yaitu:
1. Menekan pengaruh gangguan eksternal.
2. Memastikan kestabilan suatu proses.
3. Optimasi kinerja suatu proses.
Variabel yang terlibat dalam proses operasi pabrik dibagi menjadi dua, yaitu variabel
masukan (input) dan variabel keluaran (output). Variabel input adalah variabel yang
menandai efek lingkungan pada proses kimia yang dituju. Variabel ini juga
diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu manipulated (adjustable) variable, jika harga
variabel tersebut dapat diatur dengan bebas oleh operator atau mekanisme pengendalian
dan disturbance variable, jika harga tidak3 dapat diatur oleh operator atau sistem
pengendali, tetapi merupakan gangguan (Stephanopoulos, 1984).
Sedangkan variabel output adalah variabel yang menandakan efek proses kimia terhadap
lingkungan yang diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu measured output variables,
jika variabel dapat diketahui dengan pengukuran langsung dan unmeasured output
variables, jika variabel tidak dapat diketahui dengan pengukuran langsung
(Stephanopoulos, 1984).
Gambar 1.1 Variabel Input dan Output Disekeliling Proses Kimia (Stephanopoulos,
1984)
1. Proses (Process)
Merupakan tatanan peralatan yang mempunyai suatu fungsi tertentu. Input proses
dapat bermacam- macam, yang pasti merupakan besaran yang dimanipulasi oleh
final control element atau control valve agar variabel yang dimaksud sama dengan
set point. Input proses ini juga disebut variabel yang dimanipulasi.
2. Variabel yang dimanipulasi
Merupakan input dari suatu proses yang dapat dimanipulasi atau diubahubah
besarnya agar process variable atau variabel yang dikendalikan besarnya sama
dengan set point.
3. Gangguan
Merupakan besaran lain, selain variabel yang dimanipulasi, yang dapat
menyebabkan berubahnya variabel yang dikendalikan. Besaran ini biasa disebut
load.
4. Elemen Pengukur
Merupakan bagian paling ujung suatu sistem pengukuran (measuring system).
Contoh elemen pengukur yang banyak dipakai misalnya thermocouple atau oriface
plate. Bagian ini juga biasa disebut sensor atau primary element.
5. Transmitter
Merupakan alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing element, dan
mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh pengendali.
6. Transducer
Merupakan unit pengalih sinyal. Kata transmitter, seringkali dirancukan dengan
kata transduser. Keduanya memang mempunyai fungsi yang serupa, walaupun tidak
sama benar. Transducer lebih bersifat umum, sedangkan transmitter lebih khusus
pada pemakaian dalam sistem pengukuran.
7. Measured Variabel
Measured variable adalah sinyal yang keluar dari transmitter. Besaran ini
merupakan cerminan besarnya sinyal sistem pengukuran.
8. Set Point
Merupakan besar process variable yang dikehendaki. Sebuah kendali akan selalu
berusaha menyamakan variabel yang dikendalikan dengan set point.
9. Error
Merupakan selisih antara set point dikurangi variabel yang dimaksud. Error bisa
negatif, bisa juga positif. Sebaliknya, bila set point lebih kecil dari variabel yang
dimaksud, error menjadi negatif.
10. Pengendali
Merupakan elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap langkah pengendalian
yang membandingkan set point dengan measurement variable, menghitung berapa
banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi sesuai
dengan hasil perhitungan tadi. Pengendali sepenuhnya menggantikan peran manual
dalam mengendalikan sebuah proses.
11. Unit Pengendali
Merupakan bagian dari pengendali yang menghitung besarnya koreksi yang
diperlukan. Input control unit adalah error, dan keluarannya adalah sinyal yang
keluar dari pengendali (manipulated variable). Unit pengendali memiliki fungsi
transfer yang tergantung pada jenis pengendali. Output unit pengendali adalah hasil
penyelesaian matematik fungsi transfer dengan memasukkan nilai error sebagai
input.
12. Final control element
Final control element adalah bagian akhir dari instrumentasi sistem pengendalian.
Bagian ini berfungsi untuk mengubah measurement variable dengan cara
memanipulasi besarnya manipulated variable, berdasarkan perintah controller.
dengan:
m(t) = sinyal aktuasi
ε(t) = error
Kc = proportional gain dari pengendali
ms = sinyal bias (sinyal aktuasi ketika error e(t) = 0)
Dengan adalah konstanta integral time atau reset time dalam satuan menit.
Karakteristik penting pada controller jenis ini adalah konstanta waktu
integral.Konstanta ini merupakan parameter yang dapat diatur dan kadang-kadang
mengacu sebagai minutes per repeat. Jenis PI controller ini dalam aplikasinya pada
industri dapat menangani hampir setiap situasi pengendalian proses. Perubahan
beban yang besar dan variasi yang besar pada setpoint dapat dipengendalian dengan
baik tanpa osilasi yang berkepanjangan, tanpa offsetpermanen dan cepat ke keadaan
seharusnya setelah gangguan terjadi.
Efek dari PID controller ini adalah bila pada proses kesalahannya sangat besar,
maka controller PI akan membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai set
point-nya, tetapi untuk controller PID akan mempercepat proses pencapaian set
point tersebut. Rate time akan berpengaruh terhadap respon controller, rate time
yang terlalu besar mempercepat laju pencapaian set point tetapi akan menyebabkan
terjadinya osilasi di sekitar set point.
Dalam pengendalian level ini sebagai PV adalah level air, MV adalah aliran air
masuk, SP adalah level yang diinginkan, gangguan adalah aliran air keluar. Sebagai sensor
level adalah jenis sensor level hidrostatik. Level hidrostatik menunjukkan tinggi level cairan.
Oleh transmiter, ketinggian cairan dikorelasikan dengan sinyal arus 4-20 mA. Sinyal dari
transmiter dikirim ke pengendali (komputer). Aksi pengendali berjenis berkebalikan (reverse
acting). Artinya jika level naik maka aliran air yang masuk berkurang. Sinyal kendali dari
pengendali (komputer) berupa sinyal tegangan 1-5 V, yang selanjutnya diubah menjadi sinyal
arus 4-20 mA. Oleh konverter sinyal arus diubah menjadi sinyal pneumatik 0,2-1 bar (3-15
psi). Control valve (unit kendali akhir) adalah jenis pneumatik yang mendapat sinyal pneumatik
tersebut.
3) Pastikan posisi tombol pilihan SIMUASI dan REAL TIME pada posisi yang
tepat. Jika hanya melakukan simulasi, pastikan tombol pada posisi SIMULASI.
Sebaliknya jika melakukan praktik dengan peralatan pengendalian, pastikan
posisi tombol pada REAL TIME.
4) Pastikan posisi tombol AUTO/MANUAL pada posisi MANUAL
5) Pastikan posisi tombol REVERSE/DIRECT pada posisi REVERSE
6) Pastikan katup buang utama (13) tertutup, dan katup buang tambahan (15)
terbuka.
7) Tekan tombol START sehingga sistem mulai berjalan dan data tercatat.
9) Buka katup buang utama (12) sekitar setengah buka hingga terjadi akumulasi
air dalam tangki dan level naik perlahan-lahan. Jika bukaan katup terlalu besar,
kenaikan level terlalu lambat, bahkan bisa terus turun karena aliran masuk lebih
kecil dibanding aliran keluar.
10) Biarkan, apakah level bisa mencapai 100%? Bilamana tidak, perkecil katup
buang utama.
11) Tekan tombol PAUSE.
8) Bila dari grafik PV sudah sama dengan SP, ubah mode pengendali ke Manual.
Pada kondisi ini tidak ada perubahan pada grafik.
9) Naikkan nilai MV sebesar 5%. Bila semula pada posisi 50% akan menjadi 55%.
Perhatikan respons level (PV). Tunggu sampai steady-state atau sampai batas
level maksimum.
10) Klik tombol STOP sehingga muncul pilihan untuk mengekspr ke EXCEL atau
tidak. Pilih YA agar disimpan ke EXCEL.
11) Dari data step-reponse yang diperoleh dapat ditentukan ketiga parameter proses.
Catatan:
Bila dapat diperoleh respons lengkap, gunakan Metode Smith. Sebaliknya,
bilamana sebelum diperoleh steady-state level air sudah maksimum (luber),
maka gunakan Metode Garis Singgung ke-2.
3) Pastikan posisi tombol pilihan SIMUASI dan REAL TIME pada posisi
yang tepat. Jika melakukan praktik dengan peralatan pengendalian,
pastikan posisi tombol pada REAL TIME. Sebaliknya jika hanya
melakukan simulasi, pastikan tombol pada posisi SIMULASI.
4) Pastikan posisi tombol Cascade/Auto/Manual pada posisi MANUAL dan
tombol Reverse/Direct pada posisi REVERSE.
5) Buka penuh kedua katup buang utama (12) dan gangguan (15).
6) Tekan tombol START sehingga sistem mulai berjalan dan data tercatat.
8) Perkecil bukaan katup buang utama (12) sedemikian rupa hingga terjadi
akumulasi air dalam tangki dan level naik perlahan-lahan. Jika bukaan
katup terlalu besar, kenaikan level terlalu lambat, bahkan bisa terus
turun karena aliran masuk lebih kecil dibanding aliran keluar.
9) Tekan tombol PAUSE.
Persiapan Pengendalian
Persiapan pengendalian pada dasarnya menentukan nilai bias pengendali.
Dalam praktikum ini dilakukan secara otomatis dengan bantuan pengendali
PI, kecuali secara khusus ditentukan oleh Pembimbing.
1) Pastikan Tipe Pengendali PI (atau PID).
Masukkan nilai parameter pengendali sebagai berikut:
Kc = 5 atau PB = 20% Waktu integral = 1 detik Waktu derivatif = 0
2) Geser vertical scroll SP (setpoint) ke posisi 50% atau dengan cara
mengetikkan nilai 50 kemudian tekan ENTER.
Dalam pilihan ini, isian proporsional, integral dan derivatif akan aktif.
Isikan parameter pengendali sesuai tugas dari Pembimbing. Bila
Pembimbing tidak memberi tugas secara khusus gunakan nilai yang sudah
ada (default) atau berdasar hasil identifikasi sistem proses dengan
memilih salah satu metode.
I. DATA PENGAMATAN
2.1 Uji Kualitas Pengendalian
Set Point = 50% dan 60%
Aksi pengendali = Reverse acting
Aksi katup kendali = FC
Proses Variabel (PV) = Level air
Manipulated Variable (MV) = Aliran masuk
Gangguan = Aliran keluar
70
60
50
40
1 PB (5%) 30
20
10
0
0 100 200 300 400
70
60
50
40
2 PB (2,5%) 30
20
10
0
0 100 200 300 400
0
0 100 200 300
PV tidak mencapai setpoint, waktu respon cukup lama.
2.2.2 Pengendalian Proporsional Integral (PI)
Parameter
No. Respon Pengendalian
Pengendali
80
PB (1,6%) 60
1
Ti (0,5 detik) 40
20
0
0 100 200 300 400 500
80
70
60
PB (1,6%) 50
2
Ti (5 detik) 40
30
20
10
0
0 100 200 300 400 500
80
PB (1,6%) 60
3
Ti (15 detik) 40
20
0
0 100 200 300 400 500
2.2.3 Pengendalian Proporsional Integral Derivatif (PID)
Parameter
No. Respon Pengendalian
Pengendali
80
70
PB (1,6%) 60
50
1 Ti (15 detik) 40
Td(0,1 detik) 30
20
10
0
0 100 200 300 400 500
70
PB (1,6%) 60
50
2 Ti (15 detik) 40
Td(0,2 detik) 30
20
10
0
0 100 200 300 400 500
80
PB (1,6%) 60
3 Ti (15 detik)
40
Td(0,5 detik)
20
0
0 100 200 300 400 500
2.3 Manipulated Variabel (MV) terhadap Gangguan
Selama percobaan berlangsung gangguan OFF.
2.3.1 Pengendalian Proporsional (P)
Parameter
No. Respon Pengendalian
Pengendali
6
5
1 PB (5%) 4
3
2
1
0
-1 0 50 100 150 200 250 300 350
30
25
20
2 PB (2,5%) 15
10
5
0
-5 0 100 200 300 400
30
20
3 PB (1,6%)
10
0
0 100 200 300
2.3.2 Pengendalian Proporsional Integral (PI)
Parameter
No. Respon Pengendalian
Pengendali
120
100
PB 1,6%) 80
1
Ti (0,5 detik) 60
40
20
0
-20 0 100 200 300 400 500
80
60
PB (1,6%)
2 40
Ti (5 detik)
20
0
-20 0 100 200 300 400 500
100
PB (1,6%) 80
3 60
Ti (15 detik)
40
20
0
-20 0 100 200 300 400 500
2.3.3 Pengendalian Proporsional Integral Derivatif (PID)
Parameter
No. Respon Pengendalian
Pengendali
80
PB (1,6%) 60
1 Ti (15 detik) 40
Td(0,1 detik) 20
0
0 100 200 300 400 500
-20
PB (1,6%) 80
2 Ti (15 detik) 60
Td(0,2 detik) 40
20
0
-20 0 100 200 300 400 500
120
PB (1,6%) 100
80
3 Ti (15 detik)
60
Td(0,5 detik) 40
20
0
-20 0 100 200 300 400 500
II. PEMBAHASAN
Fatimah
171411079
Pratikum pengendalin level ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter
terhadap respon pengendalian. Sehingga akan didapatkkan pengendalian dengan respon
yang cepat, tepat dan stabil. Pada percobaan ini dilakukan variasi terhadap set point, dan
gangguan dimatikan. Serta variasi pada parameter pengendalian yaitu variasi harga PB dan
Ti, diambil nilai parameter yang paling baik untuk digunakan dalam pengendalian dengan
PI, dan PID.
Dalam pengendalian level ini level air sebagai PV, aliran masuk sebagai MV, aliran
keluar sebagai gangguan dan SP adalah level yang diinginkan. Dari kurva didapatkan
parameter yang baik untuk pengendalian yaitu :
PB
PB (1,6%)
Ti (15 detik) Td (0,1 detik) Run 7
Ti (15 detik) Td (0,2 detik) Run 8
Ti (15 detik) Td (0,5 detik) Run 9
Pada grafik didapatakan bahwa pengendalian P tidak ada yang mencapai set point.
Kemudian memasukkan parameter Ti (waktu integral) untuk mempercepat waktu
mencapai set point pada pengendalian Pi. Waktu integral yang besar akan mempercepat
waktu naik untuk mencapai set point. Pada variasi Ti hampir semua memiliki offset yang
kecil. Hal ini dikarenakan penambahan aksi integral akan memperkecil offset.
Berdasarkan hasil percobaan, diperoleh nilai PB terbaik sebesar 1,6% ; Ti sebesar 15
detik dan Td sebesar 0,1 detik pada nilai set point 50%. Pada perubahan Set point menjadi
60%, pengendalian PI membutuhkan waktu 96 detik untuk mencapai setpoint sedangkan
pengendalian PID membutuhkan waktu 126 detik. Artinya pengendalian Proporsional
Integral (PI) lebih baik digunakan untuk pengendalian level karena memiliki respon
variabel proses yang cepat, tepat, dan stabil.
Hafizha Tsalis N
171411080
Pada praktikum ini praktika melakukan percobaan pengendalian level yang bertujuan
untuk mengetahui nilai optimum dari masing-masing parameter pengendalian sehingga
menghasilkan respon yang cepat, tepat dan stabil atau dimana nilai PV sama atau mendekati
set point. Jenis pengendalian yang praktikan lakukan yaitu P dengan variasi PB, PI dengan
variasi Ti dan PID dengan variasi Td.
Prinsip kerja dari proses ini adalah mengendalikan lau alir air untuk menjaga level di
dalam tangki sesuai dengan SP yang diinginkan dengan mangatur bukaan valve. Laju alir
masuk sebagai MV dan level cairan sebagai PV.
Pada pengendalian proportional (P), variasi PB yang digunakan sebesar 5% ; 2,5% dan
1,6%. Dari ketiga nilai tersebut menghasilkan respon dimana PV tidak mencapai SP yang
diinginkan.
Pada pengendalian proportional-integral (PI), variasi Ti yang digunakan sebesar 0,5s ;
5s dan 15s. Setelah penambahan nilai integral didapatkan PV yang mencapai SP walaupun
terjadi sedikit offset. Berdasarkan praktikum dipilihlah Ti 15 detik dikarenakan memiliki
respon yang relative lebih cepat dibandingkan nilai Ti yang lain serta offset yang lebih
kecil.
Pada pengendalian proportional-integral-derivatif (PID), variasi Td yang digunakan
sebesar 0,1s ; 0,2s dan 0,5s. Komposisi nilai parameter yang dipilih pada pengendalian PID
yaitu nilai PB 1,6%, Ti 15s dan Td 0,1s. Hal tersebut dikarenakan respon yang dihasilkan
lebih cepat untuk mencapai SP.
Berdasarkan hasil praktikum kali ini disimpulkan bahwa pengendalian level yang
menghasilkan respon paling baik adalah dengan menggunakan pengendali PI dikarenakan
level sendiri memiliki banyak noise sehingga tidak cocok jika menggunakan PID yang peka
terhadap noise.
KESIMPULAN
Baskoro, H. 2014. Perancangan dan Uji Alat Pengendali Tekanan Menggunakan Proses
Kontinyu Berbasis ATMEL AT89S51 dengan Pemrograman Visual Basic 6.0.
Laporan Tugas Akhir. Program Studi Diploma Iii Teknik Kimia Program Diploma
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Semarang
Fahrina, U. 2012. Studi Sistem Pengendalian Kadar Oksigen di dalam Air pada Thermal
Deaerator di Pabrik Kelapa Sawit Murini Sam Sam-I. Skripsi. Departemen Fisika
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Medan.