Anda di halaman 1dari 1

Bacalah kutipan cerpen "Wesel" berikut untuk mengerjakan soal nomor 1 - 4 !

Pak Giman teringat anak sulungnya di kota. Harbani, anak sulungnya itu, jarang sekali pulang ke
rumah. Untuk keperluan harian, serta biaya kos, buku-buku dan semesrteran, Pak Giman selalu
setia mengirim wesel tiap bulannya. entah, uang dari mana diperolehnya.

“Bagaimana, Pakne? Tiba-tiba suara Bu Giman memecah kesunyian.

“Aduh...paling-paling ya, cari utangan lagi, Bune,” jawab Pak Giman dengan kepala menunduk.

“Tapi utang kita sudah menumpuk, Pakne.”

“Lha terus, mau bagaimana lagi?” Wong penghasilan pokok kita cuma dari gaji saya, yang jelas-
jelas tidak mencukupi. Padahal usaha jahitan kita belum tentu bisa diharapkan. Apalagi sekarang
orderan jahit sepi. Menurutku, ya utang itulah jalan terbaik saatu-satunya,” ujar Pak Giman
dengan lirih.

“Saya ini terkadang harap-harap cemas lho, Pakne. Uang dari mana untuk menutup semua
utang kita nanti?” wajah Bu Giman menyiratkan kecemasan.

“Sudahlah, Bune. Masalah ini jangan dibuat susah. Barangkali ini sudah menjadi kewajiban kita.
Apalagi semua itu untuk biaya pendidikan. Aku percaya kelak apa yang kita lakukan ini tidak
akan sia-sia. Sudahlah, kita tak perlu cemas,” Pak Giman mencoba meredakan kecemasan
istrinya, meski dalam hatinya ia sendiri juga dilanda perasaan semacam itu.

Bu Gimana diam merenungkan ucapan suaminya. Ia mencoba memahami keadaan itu


sepenuhnya.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!


1. Tentukan tema kutipan cerpen “Wesel” di atas!
2. Temukan latar kutipan cerpen “Wesel” dengan bukti faktual!
3. Temukan karakter tokoh dalam cerpen “Wesel” bersama bukti yang meyakinkan!
4. Simpulkan nilai kehidupan dalam cerpen “Wesel” yang dapat menjadi teladan bagi siswa!

Anda mungkin juga menyukai