Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK PENULISAN KARYA TULIS *)

Ariyanto I.B. Idris **)


Pada akhir sessi, diharapkan peserta dapat:
A. Mengetahui Latar Belakang
B. Memahami Pengertian
C. Memahami Perbedaan Karya Tulis Ilmiah dan Bukan Ilmiah
D. Mengetahui Ruang Lingkup
E. Memahami Prinsip-prinsip Penulisan
F. Memahami Penulisan Bahan Informasi
G. Memahami Sistematika Penulisan
H. Memahami Teknik Pengutipan
I. Memahami Hambatan dan Cara Mengatasi
J. Mengukur Kinerja Penulisan

A. LATAR BELAKANG
Jabatan Penyuluh Keluarga berencanan (PKB) adalah merupakan salah satu jabatan fungsional di
lingkungan pegawai negri sipil. Karena status fungsionalnya tersebut maka diperlukan kegiatan-
kegiatan yang dapat memberikan angka kredit.
Dari sekian banyak kegiatan yang dapat memberikan angka kredit, salah satunya adalah penulisan
karya tulis. Karya tulis ini mempunyai nilai kredit yang cukup besar, tetapi jarang sekali para PKB
melakukan kegiatan ini dengan berbagai alasan. Di sisi lain ada juga beberapa PKB yang
mengirimkan karya tulisnya, namun belum memenuhi persyaratan untuk mendapatkan nilai angka
kredit, sehingga hanya dinilai sekedarnya oleh tim penilai. Salah satu sebabnya boleh jadi adalah
kurangnya pemahaman PKB dalam membuat suatu karya tulis yang dapat menghasilkan angka kredit.
Sekaitan dengan hal tersebut, maka dirasa perlu untuk disusun suatu bahan ajar TEKNIK
PENULISAN KARYA TULIS. Pada bahan ajar ini akan dibahas hal ikhwal tentang penulisan karya tulis,
mulai dari pengertian, prinsip-prinsip pemilihan atau penentuan topik, penentuan tujuan dan sistimatika
penulisan.

B. PENGERTIAN
1. Menulis, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI, 1999) adalah melahirkan pikiran
atau perasaan dengan tulisan.
2. Karya, dalam kamus yang sama berarti kerja; pekerjaan; perbuatan.
3. Ilmiah, juga dalam kamus yang sama diartikan sebagai keilmuan; bersifat ilmu; secara ilmu
pengetahuan.

1
Dengan demikian menulis karya tulis dapat diartikan sebagai upaya merangkaikan ide, gagasan
dan atau pemikiran ke dalam kalimat secara tertulis dan bersifat keilmuan. Untuk dapat menulis karya
tulis, perlu didukung oleh sikap ilmiah, seperti dijelaskan di bawah ini.
Sikap ilmiah artinya berpandangan luas, bersikap terbuka, mampu memeriksa penemuan-
penemuan dan mengemukakan asumsi, hipotesa dan teori yang tepat. (Kartini Kartono, 1990). Pakar
lain seperti John Dewey mengatakan bahwa: “Suatu sikap ilmiah berkaitan dengan keingin-tahuan yang
berapi-api, daya hayal dan kecintaan yang subur dari penyelidikan eksperimen.” (dalam Kartini Kartono,
1990). Sedangkan Charles Horton Cooley berpendapat bahwa: “Sikap ilmiah seorang ilmuwan adalah
membedakan dirinya dan membuat cara kerjanya satu sumber yang memungkinkan memberikan
bantuan kepada orang lain”. (dalam Kartini Kartono, 1990).

C. PERBEDAAN KARYA TULIS ILMIAH DAN BUKAN ILMIAH.


Perbedaan karya tulis ilmiah dan bukan ilmiah dapat dilihat dari jenis/bentuk, metodologi,
penggunaan bahasa, cara penguraian maupun penggunaan sumber. Untuk jelasnya lihat tabel di
bawah ini:
Tabel: Perbedaan Karya Tulis Ilmiah dan Bikan Ilmiah
No. Kriteria Ilmiah Bukan Ilmiah
1 Jenis / Bentuk Buku, Makalah, Kertas Kerja, Pro- Surat Dinas, Laporan Dinas,
posal & Laporan Penelitian, Karya Sastra, Surat Cinta,
Resensi Buku, Artikel, dsb. Feature, dsb.
2 Metodologi Harus memenuhi kaidah/norma Dapat mengabaikan kaidah-
ilmiah kaidal ilmiah
3 Penggunaan Formal/baku (menggunakan Tidak formal
Bahasa EYD), semi formal
4 Cara Penguraian Sistematis dan berurutan Tidak harus berurutan
5 Fungsi Alat berargumentasi, sarana Alat koordinasi atau alat
menyampaikan saran / rekomen- mengungkapkan perasaan
dasi tentang sesuatu hal
6 Sumber Harus ada Tidak harus ada
Bahan ajar ini menguraikan lebih pada karya tulis yang bukan ilmiah, meskipun demikian dalam
penulisannya tetap harus memperhatikan kaidah-kaidah teknik penulisan karya ilmiah.

D. RUANG LINGKUP

2
Ruang lingkup dari teknik penulisan karya tulis ini, meliputi a.l.:
1. Artikel
2. Diktat
3. Makalah
4. Suntingan
5. Terjemahan
6. Tinjauan Buku

E. PRINSIP-PRINSIP PENULISAN
1. Prinsip Dasar
Di dalam penulisan karya tulis ilmiah ada dua prinsip dasar yaitu prinsip penghormatan dan prinsip
pengakuan. (Gunawan Wiradi, 1996).

a. Prinsip Penghormatan
Manakala kita menulis suatu karya ilmiah, maka dalam nurani kita harus ada suatu keinginan atau
sikap untuk menghormati orang lain. Dengan demikian ada semacam tuntutan moral pada saat kita
menulis untuk juga menghormati karya orang lain, juga menghormatio hak-haknya. Untuk itu kita
perlu tahu terlebih dahulu prinsip penata yaitu prinsi-prinsip yang menata, mengatur, atau menuntun
bagaimana seharusnya seorang penulis karya ilmiah berkelakuan. Prinsip ini merupakan norma
yang harus dipatuhi, jika dilanggar maka ada sanksinya. Artinya jika kita melanggar hak orang lain
maka harus berani menanggung resikonya. Dengan demikian prinsip penghormatan akan dapat
berlaku jika ditunjang dengan prinsip moral yang memadai. Maka jika kita ingin dihormati oleh orang
lain, hormatilah orang lain juga. Bukankah jabatan widyaiswara adalah kedudukan yang terhormat.
Oleh karena itu dalam menulis karya ilmiah hormatilah gagasan atau ide orang lain agar gagasan
atau karya kitapun dihormati orang lain.
Azas kejelasan merupakan salah satu prinsip penata yang didukung oleh prinsip moral
penghormatan. Artinya, dalam suatu penulisan karya ilmiah ada suatu kaidah bahwa pernyataan
atau uraian harus dinyatakan denga kalimat yang jelas, tidak bermakna ganda juga tidak
mengundang berbagai penafsiran, tapi hanya ada satu makna atau penafsiran. Kejelasan tidak
hanya pada kalimatnya saja, tetapi juga pada strukturnya atau kerangkanya, ilistrasi-ilustrasinya baik
dalam bentuk diagram, bagan, gambar maupun rujukannya, harus jelas aturannya. Jadi dengan

3
mematuhi aturan yang jelas kita sudah menghormati pembaca. Demikian pula halnya, kita pun
selaku penulis harus menghormati hak kepemilikan gagasan orang lain. Oleh karena itu, jika kita
mengutip sebuah gagasan dari sebuah buku atau bahan bacaan lainnya, harus diakui bahwa
gagasan tersebut milik orang lain, dengan demikian prinsip penghormatan berkaitan erat dengan
prinsip pengakuan.

b. Prinsip Pengakuan
Dalam prinsip ini terkandung makna bahwa kita harus mempunyai sikap untuk mengakui bahwa
suatu gagasan yang sudah tertuang dalam suatu publikasi adalah milik si penulis. Sekaitan dengan
hal tersebut dikalangan penulis maupun masyarakat pada umumnya adasuatu kaidah yang wajib
dipatuhi yakni azas pengutipan. Azas ini mengatur bagaimana caranya kita mengakui sekaligus
menghormati gagasan milik orang lain. Dikalangan akademisi ada sanksi yang berat jika azas ini
dilanggar yaitu dibatalkan gelar akedemiknya.
Azas pengutipan menyatakan bahwa Jika kita menggunakan kutipan dalam arti kata menggunakan
gagasan orang lain, maka kita dituntut untuk mengakui bahwa kita meminjam gagsan orang lain yang
dibuktikan dengan suatu tanda bukti peminjaman yakni tata cara menulis yang disebut kutipan. Tanpa
tanda tersebut kita bisa dituduh mengambil hak orang lain dengan mengklaim seolah-olah
gagasannya sendiri. Disisi lain sekalipun kita sudah menyertakan tanda bukti kutipan, tetapi jika salah
dalam cara menuangkan gagasan pinjaman tersebut, kita bisa disebut menggelapkan. Dalam kaidah
penulisan karya ilmiah ini disebut dengan plagiarisme. Ikhwal plagiarisme ini akan diurai pada bagian
lain.

2. Prinsip Penulisan
Sebuah karya tulis dikatakan sebagai sebuah karja ilmiah manakala disusun secara sistematis
berdasarkan metoda tertentu dan suatu teori tertentu pula. Oleh karena itu suatu karya tulis yang baik
harus memiliki prinsip penulisan denganciri-ciri antara sebagai berikut:

a. Sistemik, artinya mengungkapkan suatu masalah dalam kaitannya sebagai bagian dari suatu
sistem yang lebih besar.
b. Sistematik, mengandung makna suatu rangkaian berfikir yang berurutan dan mengandung
suatu keajegan dalam pembahasannya.

4
c. Teoritik, mempunyai rujukan konsep atau teori yang terus dipegang
d. Kritis, yaitu tidak hanya sekedar menyajikan informasi, tetapi juga berupaya untuk selalu
mempertanyakan.
e. Obyektif dan jujur, mengemukaKan gagasan secara jujur juga menunjukan sumber rujukannya,
jika menutip gagasan orang lain.
f. Asli, karya tulis ilmiah yang baik, harus asli atau orisinal dari hasil pemikiran dan karya si
penulis sendiri yang berupa suatu temuan atau gagasan yang belum pernah dibuat oleh orang
lain.

F. PENULISAN BAHAN INFORMASI


Dalam melakukan penulisan bahan informasi keilmuan perlu ditentukan terlebih dahulu apa jenis
informasi keilmuan yang akan ditulis. Jika kita telah menentukan jenisnya, maka kita tinggal melihat
bagaimana sistematika penulisannya. Di bawah ini diuraikan jenis dan sistematika penulisan bahan
informasi kelimuan. Dengan mengetahui jenis dan sistematikanya maka mudah bagi widyaiswara
untuk menyusun suatu bahan informasi kelimuan atau bahan informasi yang bersifat ilmiah.
Ada bermacam-macam jenis bahan informasi keilmuan, antara lain:
1. Artikel
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan tahun 1999, artikel diartikan sebagai pasal dalam
undang-undang ataupun karangan. Artikel dapat diartikan juga sebagau suatu karya tulis hasil
penggalian sendiri atau ulasan yang mengkaji suatu topik tertentu dalam dimuat dalam suatu
terbitan (Surat Kabar, Journal, Majalah, dll.)
2. Diktat
Diktat merupakan sebuah karya tulis yang berupa bahan ajar suatu bidang tertentu yang
disajikan atau dijadikan buku pegangan bagi peserta diklat dan fasilitator suatu pelatihan tertentu.
3. Makalah
Makalah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga berarti karangan di surat kabar, dsb. Tetapi
makalah juga adalah suatu karya tulis hasil penggalian sendiri atau ulasan yang disusun secara
rasional, membahas suatu topik tertentu didasarkan atas suatu kajian teoritis, data empiris, atau
pemaparan dan pendeskripsian temuan-temuan di lapangan, yang disampaikan pada pertemuan
ilmiah, referat ataupun pertemuan diskusi lainnya.
4. Suntingan

5
Adalah suatu karya tulis hasil penyuntingan suatu buku yang ada relevansinya dengan program-
program kegiatan pembangunan, program KB Nasional, misalnya.
5. Terjemahan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, terjemahan berarti salinan dari satu bahasa ke
bahasa lain. Dalam karya tulis ilmiah, terjemahan berarti sebuah karya tulis hasil pengalih-
bahasaaan suatu topik tertentu yang ada kaitannya dengan program suatu lembaga. Topik-
topiknya bisa berasal buku, journal, majalah, atau bahan bacaan lainnya kemudian dialih-
bahasakan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia ataupun sebaliknya.
6. Tinjauan Buku
Yaitu karya tulis hasil penelaahan suatu buku yang berkaitan dengan program kegiatan suatu
lembaga, dengan cara memberikan abstraksi atau ringkasan isi buku (dikenal juga dengan
resensi buku), mengupas kekuatan dan kelemahannya sekaligus memberikan saran-saran
perbaikan.

G. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan masing-masing jenis bahan informasi, berbeda. Perbedaannya dapat dilihat
pada uraian di bawah ini.

1. Artikel dan Makalah


Artikel dan makalah disusun dengan sistematika sebabagi berikut:
1) Pendahuluan / Latar Belakang
Dalam pendahuluan diuraikan hal-hal seperti:
a) Latar belakang permasalahan
b) Tingkat pentingnya topik yang ditulis
c) Ruang lingkup permasalahan
2) Tubuh (isi) artikel dan makalah
a) Bab ini dapat dibagi dalam beberapa sub bab untuk memudahkan pembahasan
b) Bab ini berisi uraian permasalahan, informasi mapupun data yang berkaitan dengan
permasalahan, kutipan-kutipan, kajian permasalahan dan upaya pemecahannya.
3) Kesimpulan
Pada bab kesimpulan dituliskan tentang:

6
a) Kesimpulan dari hasil pembahasan dalam poin b) di atas
b) Saran-saran dan atau rekomendasi
4) Lampiran-lampiran (jika ada yang harus dilampirkan)
5) Daftar rujukan
Berisi daftar kepustakaan yang dijadikan bahan rujukan.

2. Diktat
Diktat disusun dengan sistematika sebagai berikut:
1) Pengantar
Berisikan uraian tentang:
a) Tujuan, berisi tujuan penulisan diktat
b) Ruang lingkup materi, memuat:
- Uraian singkat garis besar materi
- Uraian tentang keterkaitan materi dengan program-program kegiatan
c) Sasaran
- Siapa pembacanya
- Pada forum apa diktat tersebut dipaparkan
- Untuk kelengkapannya, perlu juga disampaikan referensi lain yang
direkomendasikan untuk dibaca.
d) Rekomendasi, siapa yang merekomendasi diterbitkannya diktat.
e) Penerbit, siapa yang menerbitkannya.
2) Pendahuluan. Berisikan uraian umum tentang garis besar materi
3) Petunjuk mempelajari diktat. Uraian tentang bagaimana cara mempelajari diktat
4) Uraian materi. Penjelasan rinci tentang materi dan analisisnya
5) Kesimpulan. Berisikan deskripsi singkat tentang pokok materi hasil pembahasan
6) Sumber rujukan.

3. Suntingan
Dalam membuat suntingan, perlu diperhatikan sistematika sebagai berikut:
1) Pengantar
Dalam pengantar suatu suntingan, dikemukakan hal-hal, antara lain:

7
a) Adanya relevansi isi buku yang disunting dengan program kegiatan
b) Kemukakan alasan penyuntingan buku
c) Hal-hal yang disunting
d) Sasaran hasil suntingan
2) Hasil suntingan harus melampirkan kopian lembar judul buku asli.

d. Terjemahan
Susunan karya tulis hasil terjemahan, mengikuti sistematika sebagai berikut:
1) Pendahuluan / Latar belakang
Di sini diuraikan tentang:
a) Alasan pemilihan topik terjemahan
b) Relevansi bahan terjemahan terhadap program
2) Tujuan
a) Tujuan Umum
Menguraikan secara umum tujuan yang hendak dicapaidari penulisan bahan
terjemahan tersebut.
b) Tujuan Khusus
Menguraikan tujuan-tujuan khusus yang hendak dicapai dari penulisan
terjemahan tersebut.
3) Sasaran
Dalam bab ini dikupas sasaran atau pembaca yang diharapkan akan memanfaatkan karya
tulis hasil terjemahan.
4) Sumber bahan terjemahan
Di bagian ini dicantumkan nama pengarang, judul asli, penerbit dan kota tempat
penerbitan, tahun penerbitan serta jumlah halaman.
5) Hasil terjemahan
Dalam bagian ini diuraikan hasil terjemahan tentang topik-topik yang ada relevansinya
dengan program kegiatan lembaga / institusi. Sertakan juga kesimpulannya.

e. Tinjauan Buku
Tinjauan buku disusun mengikuti sistematika berikut:

8
1) Pengantar
Pada bagian ini dicantumkan:
a) Nama pengarang buku
b) Judul buku
c) Penerbit, kota penerbit dan tahun terbit
d) Jumlah halaman buku
e) Harga buku
2) Pendahuluan / Latar Belakang
Pendahuluan berisikan hal-hal:
a) Uraian abstraksi atau ringkasan buku
b) Ulasan seberapa penting topik yang dibahas
3) Tubuh (isi) karya tulis tinjauan buku
Untuk memudahkan pembahasan maka pada bab ini bisa dibagi menjadi beberapa sub bab
dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Membahas kekuatan dan kelemahan isi buku
b) Membandingkan isi buku dengan informasi, pendapat atau kutipan referensi yang
relevan dengan isi buku tersebut
c) Mengupas dan menganalisis isi buku
4) Kesimpulan
Bab kesimpulan ini memuat:
a) Kesimpulan umum dari topik yang dibahas
b) Saran untuk perbaikan buku.

H. TEKNIK PENGUTIPAN
1. Kutipan
Pada saat kita menulis suatu karya ilmiah, sudah tentu untuk memperkaya informasi yang akan
disampaikan perlu didukung oleh informasi, pendapat maupun gagasan orang lain. Kita sebagai
penulis boleh menggunakan informasi, pendapat maupun gagasan orang lain tersebut, yang dikenal

9
dengan istilah mengutip. Dalam melakukan suatu kutipan, ada beberapa aspek pertanyaan yang perlu
dicermati, yaitu:
 Apa yang dikutip?
 Apa tujuan mengutip?
 Bagaimana cara mengutip?
Biasanya yang dikutip adalah sesuatu yang khas menjadi milki penulis dari bahan pustaka yang
dibaca, tapi segala sesuatu yang sudah menjadi milik umum tak perlu dikutip. Sesuatu yang khas
tersebut antara lain, berupa konsep atau teori; argumentasi; informasi; juga kata-kata, istilah maupun
frasa yang khas.
Tujuan melakukan suatu pengutipan menurut Gunawan Wiradi (1996) dibagi menjadi tiga macam:
a. Memperkenalkan konsep suatu penalaran, argumentasi maupun informasi yang berasal dari
orang lain.
b. Membahas suatu gagasan, teori maupun gagasan orang lain.
c. Menggunakan seluruh atau sebagian gagasan orang lain sebagai komponen dari bangunan
gagasan yang akan dibentuk sendiri.
Selanjutnya bagaimana membuat suatu kutipan. Tata cara pengutipan meliputi dua cara, yaitu:
 Masalah teknis, menyangkut bahasa, simbol, khususnya dilihat dari segi keredaksian.
 Bagaimana menuangkan gagasan orang lain yang kita gunakan dalam bentuk kalimat ke dalam
karya tulis sendiri. Membahas cara kedua ini, akan diuraikan lebih lanjut dalam uraian kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung.

a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang persis sama dengan aslinya, kata, kata-kata, frasa
maupun kalimatnya tepat sama seperti pada teks aslinya dan dimasukkan langsung kepada
karya tulis sendiri. Ada dua alasan melakukan kutipan langsung, pertama, mengemukakan
sesuatu yang baru, baik itu sebagai istilah, konsep, gagasan maupun teori baru. Ini dilakukan
agar tidak disalah-tafsirkan sehingga dikutip secara utuh. Kedua, memberi tekanan pada
sesuatu yang khas dari prang lain.
Pada saat melakukan kutipan langsung ada beberapa persyaratan sebagai berikut:
1) Harus menyebutkan sumbernya
2) Memberi tanda kutip pada bagian yang dikutip (“……….”)

10
3) Apa yang dikutip harus tepat sama dengan aslinya termasuk tanda bacanya
4) Apabila ada bagian yang dihilangkan maka harus diberi tanda selang (……)
5) Jika ada yang diganti atau menggunakan kata-kata sendiri maka harus ditandai dengan
cetak miring, garis bawah, dsb. Untuk membedakan yang asli dengan yang diganti harus
juga diberi catatan tentang tanda yang digunakan, misalnya kata yang menggunakan cetak
miring atau diberi garis bawah adalah dari penulis.
6) Jika pada teks asli diyakini ada kata-kata yang salah, tetapi ingin dikutip sesuai aslinya maka
dibelakang kata yang salah itu diberi tanda kutung persegi [Sic!] yang di dalamnya ada kata
Sic!
7) Jika kutipan itu sudah menjadi kutipan orang lain dan kita ingin mengutipnya juka maka
harus pula disebutkan nama pengutipnya, misalnya (menurut Y 1999 dalam X 2002:115).
Jadi bagaimanapun jika melakukan suatu kutipan harus disertakan sumbernya dengan jelas.

b. Kutipan Tidak Langsung


Gunawan Wiradi (1996) mengemukakan bahwa biasanya kutipan tidak langsung
menyajikan pendapat penulis lain dengan cara mengungkapkan kembali pendapat tersebut
dalam kalimat-kalimat sendiri, dengan tetap menyebutkannsumber kutipan dan tak perlu
menggunakan tanda kutip.
Dalam penulisan kutipan tidak langsung agar terlepas darituduhan plagiat ada dua syarat
yang harus diikuti, yaitu: 1) menyebutkan sumbernya dan 2) merumuskan pendapat orang
lain dengan kalimat sendiri harus mengikuti aturan yang benar. Dengan memenuhi kedua
syarat tersebut maka tidak perlu lagi menggunakan tanda kutip.
Selanjutnya Gunawan Wiradi menjelaskan ada tiga jenis kutipan tidak langsung sesuai
dengan tujuannya masing-masing, yaitu:
1) Menyajikan gagasan orang lain secara utuh, sekalipun terdiri dari banyak alinea.
2) Mengambil poin-poin yang dianggap pendting kemudian dirangkai mengikuti alur yang asli
3) Menyadur. Kegiatan ini seperti halnya meringkas, tetapi di sini dengan sadar orang
memasukkan pendapat sendiri.
Dalam melakukan ketiga jenis kutipan tidak langsung tersebut, tetap harus menyebutkan
sumber aslinya.

11
2. Plagiarisme
Plagiarisme berasal dari bahas latin plagiarius yang berarti penculik, perampok atau pencuri
naskah (World Book Dictionary, 1992). Dalam The Macquarie Dictionary and Thesaurus (1992),
plagiarism adalah the appropriation or imitation of another’s ideas and manner of expressing them, as in
art, literature, etc., to be passed as one’s own . Sedangkan dalam Webster Handy College Dictionary
(1979), plagiarism adalah the offering of another’s artistic or literary work as one’s own . Di dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, plagiat diartikan sebagai mengambil atau pengambilan karangan
(pendapat, dsb) orang lain dan disiarkan sebagai karangan (pendapat, dsb) sendiri.
Dalam bahasa Indonesia sekarang ini, istilah plagiat dipakai untuk menunjuk orangnya,
perbuatannya dan hasil perbuatannya. Yaitu mencuri gagasan yang tertuang sebagai karya tulis. Jadi
plagiat itu mengacu pada penjiplakan hasil karya orang lain dan diakui sebagai gagasan pribadi.
Meskipun babanyak ragam definisi tentang plagiarisme, pada hakekatnya semua mengandung makna
yang sama yaitu pencurian gagasan. Dari berbagai definisi tersebut, Gunawan Wiradi merumuskannya
menjadi: “Plagiarism adalah suatu perbuatan mengemukakan kata, kata-kata, frasa, kalimat, pendapat,
ungkapan-ungkapan, gagasan (sebagian atau seluruhnya) dari orang lain, tetapi tanpa menyebutkan
sumbernya sehingga memberikan kesan sebagai karya sendiri.”
Plagiarism ada beberapa jenis, sebagaimana dijelaskan oleh Gunawan Wiradi (1996) dari berbagai
sumber, yaitu:

a. Plagiat kata per kata (Verbatim Plagiarism)


Jenis ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Penjiplakan mutlak, yaitu suatu kutipan yang mengandung kata demi kata demikian juga
susunan kalimatnya perseis sama seperti apa yang tertulis dalam teks sumber yang dikutip
tanpa disertai tanda kutip dan tanpa menyebut sumbernya.
2. Jiplakan yang sama dengan jenis di atas (a) tapi satu dua kata asli diganti atau dihilangkan.

b. Patchwork Plagiarism.
Jenis ini adalah jiplakan dengan cara sekedar memindahkan kata-kata aslinya ke sana ke mari.
Terkadang ada yang diganti dengan kata sendiri, satu dua kata dihilangkan, sedemikian rupa
sehingga susunan kalimatnya menjadi berbeda dari aslinya
c. Plagiat “Kata-Kunci” atau “Frasa Kunci”

12
Yang ini mirip dengan patchwork, hanya saja yang dijiplak adalah kata kunci dan / atau frasa kunci.
Artinya susunan kalimatnya secara keseluruhan sudah merupakan rumusan sendiri, tetapi ada
kata-kata kunci ataupun frasa kunci asli yang tetap digunakan tanpa diberi tanda kutip dan / atau
tanpa catatan.
d Plagiat Struktur Gagasan
Jenis ini merupakan jiplakan panjang, terdiri dari banyak rangkaian kalimat bahkan banyak alinea.
Pada jenis ini yang dijiplak adalah struktur atau gagasan atau argumen orang lain.

3. Tinjauan Pustaka
Tidak jarang kita jumapai sebuah karya tulis yang memuat suatu tinjauan pustaka yang begitu
banyak, tetapi nampak kurang terarah. Ini bisa terjadi karena penulis kurang memahami apa tujuan
meninjau pustaka, sehingga ia mengutip sana sini, seolah ingin menunjukan bawha dia banyak
membaca. Hal seperti ini perlu dihindari.
Gunawan Wiradi (1996) mengemukakan ada empat tujuan dalam melakukan tinjauan pustaka:
1. Menghindari kemungkinan terjadinya replikasi . Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi apakah sebelum kita melakukan tinjauan pustaka telah ada karya lain yang
mengandung gagasan yang sama atau mirip dengan gagasan kita?. Jika terjadi replikasi dan kita
tidak tahu, walaupun tak sengaja kita dapat dituduh melakukan plagiarism.
2. Memacu kreativitas. Ini dapat dilakukan jika kita berwawasan luas, untuk bisa memiliki wawasan
yang luas, salah satunya ialah dengan jalan banyak membaca. Dengan banyak membaca maka
pikiran menjadi terbuka dan terpacu untuk mendapatkan gagasan-gagasan baru. Gagasan baru
tersebut sering muncul jika kita melakukan tinjauan pustaka.
3. Membangun sebuah argumentasi yang kuat. Jika kita menginginkan suatu hasil penelitian yang
sahih kesimpulannya, maka kita harus mempunyai argumentasi yang kuat. Argumentasi meliputi
dua aspek yaitu pengukuhan atau penolakan. Agar hasil penelitian kita kuat, perlu didukung oleh
bahan pustaka yang sejalan atau mirip dengan penelitian kita. Jika ada karya yang bertentangan
dengan kesimpulan penelitian kita, hal itu bisa ditolak dengan menggunakan pemikiran yang kritis
dan logis yang didukung oleh karya yang sejalan dengan penelitian kita tadi. Dengan demikian
hasil penelitian kita semakin kuat.

13
4. Memperkenalkan konsep atau gagasan baru . Dalam hal ini, kita perlu mentengarai karya-karya
orang lain yang manakah yang mengandung konsep atau gagasan baru yang dapat kita
perkenalkan.
Dengan empat tujuan tersebut sebagai kerangka acuan maka pustaka yang tinjau menjadi terseleksi.
Pilihlah acuan yang relevan sehingga tinjauan kita menjadi terarah.
Namun demikian perlu juga diketahui bahwa tidak semua karya tulis ilmiah memerlukan suatu tinjauan
pustaka secara khusus, artinya dlam karya tulis ilmiah tersebut dibuat bab khusus yang memuat
tinjauan pustaka. Tetapi ini menjadi penting jika widyaiswara akan membuat sebuah karya tulis ilmiah
berupa hasil penelitian.

CONTOH KARYA TULIS

Di bawah ini dikemukakan satu contoh out line karya tulis ilmiah yang berbentuk makalah!

14
Judul : Program Keluarga Berencana dan Kesehatan reproduksi di Indonesia *)
Penulis : Ariyanto I. B. Idris.

I. Pendahuluan
a. Geografi
b. Penduduk
II. Latar Belakang Program Keluarga Berencana
III. Kebijakan Kependudukan dan Program Keluarga Berencana
a. Kebijakan Kependudukan
b. Kebijakan Keluarga Berencana Nasional
IV. Sistem Pencatatan dan Pelaporan
a. Pencatatan dan Pelaporan Program Keluarga Berencana
b. Pencatatan Lahir dan Mati
V. Data
a. Penduduk
b. Peserta Keluarga berencana
c. Informasi Lain
d. Informasi LSOM yang Berhubungan dengan Program Keluarga Berencana
e. Informasi Kebijakan Program Tertentu
Lampiran-lampiran

*) Makalah ini aslinya ditulis dalam bahasa Inggris dan di presentasikan pada kesempatan mengikuti
pelatihan KB dan KR di Seoul, Korea Selatan, tahun 2000.

I. HAMBATAN dan CARA MENGATASI

1. Hambatan
Dalam melakukan penulisan karya ilmiah kadangkala muncul berbagai hambatan, antara lain:

15
a. Kurang percaya diri. Hal ini biasanya muncul karena ketidak tahuan bagaimana cara
membuat karya tulis ilmiah, mulainya dari mana, dan banyak alasan lainnya.
b. Mengalami kesulitan dalam menemukan kata permulaan. Bingung memilih atau
menentukan kata atau kalimat apa untuk memulai karya tulis ilmiah.
c. Kurang memiliki ketajaman analisis, artinya kemampuan analitis perlu ditingkatkan
sehingga mempunyai daya analisis yang baik untuk membuat suatu karya tulis ilmiah.
d. Alur pikir yang kurang jelas, sehingga sistematika penulisan tidak runtut
e. Sering terjadi pengulangan kalimat, biasanya hal ini disebabkan penulis kurang kaya
dengan perbendaharaan kata.

2. Cara Mengatasi Hambatan


Beberapa saran untuk mengatasi kendala dalam menulis karya ilmiah antara lain sebagai berikut:
a. Tingkatkan rasa percaya diri, tanamkan dalam pikiran bahwa jika orang lain bisa membuat
karya tulis ilmiah, mengapa kita tidak?

b. Gunakan rumus TOP - KUAT


T (Tema) : Mulailah dengan kalimat atau pernyataan yang merupakan
tesis atau pernyataan tema
O (Omongan) : Mulailan dengan percakapan atau dialog yang berkaitan
dengan tema
P (Perbuatan) : Mulailah dengan satu tindakan
K (Kunoritas) : Mulailah dengan kalimat atau pertanyaan yang
membangkitkan rasa ingin tahu.
U (Ungkapan) : Mulailah dengan suatu ungkapan, peribahasa atau kutipan
A (Anekdot) : Mulailah dengan menceriterakan pengalaman, cerita kecil
atau anekdot yang menampilkan tema yang akan ditulis
T (Tanya) : Mulailah dengan satu pertanyaan, baik yang sungguh-
sungguh ingin di jawab maupun yang tidak ingin dijawab.

c. Lakukan banyak diskusi dan perbanyak frekuensi membaca, dengan demikian akan didapatkan
banyak ragam informasi yang dapat dijadikan bahan tulisan.

16
d. Perkaya perbendaharaan kata (kosa kata)

Untuk membertikan gambaran pola atau alur penulisan, serta untuk mengawali suatu penulisan
karya ilmiah dan memudahkan widyaiswara untuk mengatasi hambatan yang ada tersebut, maka di
bawah ini dikemukakan berbagai pola atau alur penulisan.

3. Alur Penulisan
Alur tulisan atau pola / bagan / plot terdiri dari beberapa macam, antara lain :
a. DAM – D (Duduk perkara, Alasan, Misal – Duduk perkara)
Pola ini menggambarkan bahwa alur penulisan didahului oleh adanya Duduk perkara (D),
disusul oleh Alasan (A) yang mendasari penulis mengemukakan pendapat tentang duduk perkara
tersebut disertai dengan Misal (M) atau contoh. Selanjutnya kembali pada duduk perkara semula.
Contoh untuk tema “Menulis di Surat pembaca”.

Duduk Perkara : Seluruh media cetak saat ini menyediakan kolom untuk surat pembaca. Kita
harus memanfaatkan sebaik-baiknya.
Alasan : Saat ini banyak peristiwa yang terjadi di tengah masyarakat yang memerlukan
penanganan pihak yang berwenang dengan segera. Namun karena
jangkauan yang terbatas ditambah lagi dengan tingkat kepedulian warga yang
rendah, sehingga banyak kasus yang terpendam sekian lama tanpa proses
penyelesaian yang memuaskan.
Misal : Sebagaimana yang terjadi di kota “B” keberadaan jembatan di atas sungai
yang membelah kota telah lama rusak berat. Bahkan ketika terjadi banjir yang
meluap di atas jembatan beberapa waktu lalu dua orang terperosok dan
hanyut ke dalam sungai, karena lubang yang menganga di atas jembatan
belum diperbaiki.
Duduk Perkara : Mengingat hal tersebut di atas maka warga masyarakat yang menemukan
suatu masalah hendaknya tidak segan untuk mengutarakannya melalui surat
pembaca di media masa.

b. D – S – D (Dulu – Sekarang – Depan)

17
Pola ini menggambarkan suatu ide atau gagasan berdasarkan pembabakan waktu dari masa
Dahulu (D), perkembangannya pada masa Sekarang (S), serta kemungkinannya di masa Depan
(D). Contoh: untuk tema “Adat Istiadat”.

Dahulu : Tradisi atau adat istiadat pada suatu masyarakat kita, dahulu disamakan
dengan aturan atau hukum yang mengandung sanksi berat bagi
pelanggarnya.
Sekarang : Seiring dengan perkembangan jaman dan pengaruh dari luar negeri, saat ini
banyak generasi muda yang kurang mentaati tradisi, disamping pemberian
sanksi bagi pelanggarnya juga kurang ditegakkan secara konsekuen. Apalagi
dengan adanya hukuman nasional yang telah terkodifikasi, maka kekuatan
tradisi semakin meluntur saja.
Depan : Materi, nilai dan norma yang terkandung dalam budaya dan tradisi asli bangsa
Indonesia hendaknya juga mewarnai penegakkan hukum nasional.

d. P – M – T (Perhatian – Minat – Tindakan)


Dengan pola ini seorang penulis pada tahap awal hendaknya berupaya menarik Perhatian (P) calon
pembacanya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuka kalimat yang menarik . Selanjutnya
usahakan untuk terus memikat perhatian pembaca dengan cara membangkitkan Minat (M) untuk
terus membaca. Lakukanlah dengan cara menyentuh kebutuhan, keinginan dan harapan pembaca.
Apabila minat pembaca terlan bangkit, maka pengaruhilah pembaca untuk melakukan Tindakan (T)
yang konkrit, misalnya menjadi peserta KB. Contoh: untuk tema “Hidup Sedrhana”

Perhatian : Berulang kali pemimpin negara menganjurkan rakyatnya untuk hidup


sederhana, tetapi berulangkali pula kita menyaksikan bagaimana anjuran
tersebut tidak dihiraukan. Ternyata gejala berlomba dalam kemewahan masih
tetap termasuk salah satu pola budaya populer kita dewasa ini.

Minat : Keadaan tersebut jelas sangat bertentangan dengan kondisisebagian besar


masyarakat kecil, yang untuk makanpun seringkali masih kekurangan.
Bagaimana kepedulian dan rasa solidaritas kita melihat kenyataan ini?

18
Tindakan : Oleh karena itu marilah kita ulurkan tangan, singsingkan baju untuk bersama-
sama membantu meringankan penderitaan Saudara kita yang kedinginan,
kesakitan, kelaparan. Ketakutan dan …………..

e. 5W + 1H (What, Why, When, Where, Who, , dan How)


Pola ini sudah sangat umum digunakan, yang intinya bahwa dalam setiap tulisan hendaknya
mengandung unsur-unsur: Apa, Mengapa, Kapan, Di mana/Dari mana, Siapa dan Bagaimana.
Contoh: untuk tema “Demam Berdarah”.

 Apa kasusnya / kejadiannya / peristiwanya ?


 Mengapa terjadi ?
 Kapan kejadiannya ?
 Di mana terjadinya?
 Siapa yang terserang ?
 Bagaimana kondisi korban, penanggulangannya ?

f. T – A – S (Tesis – Antitesis – Sintesis)


Biasanya pola ini digunakan untuk menyusun tulisan yang bersifat argumentatif, dengan
mengemukakan Tesis (T), Antitesis (A) dan Sintesis (S).
Contoh: untuk tema “Ideologi Ekonomi Kebangsaan”.

Tesis : Ideologi Marxisme yang berkembang di negara-negara komunis, pada


dasarnya tidak mengakui hak kepemilikan secara pribadi, dan semua hak
milik adalah milik negara. Dalam keadaan seperti ini, jelas masyarakat
sebagai individu kehilangan salah satu hak asasi terpentingnya.

Antitesis : Sementara itu, menurut ideologi kapitalisme, campur tangan negara relatif
kecil dan hubungan antar anggota masyarakat lebih besar terhadap
mekanisme pasar. Akibatnya berlaku hukum The Survival of the Fittes atau
Homo Homini Lupus. Dalam alam kehidupan ini, masyarakat kecil selalu
menjadi korban dari kelompok masyarakat yang lebih kuat.

19
Sintesis : Kita tidak menginginkan dampak-dampak negatif dari kedua jenis ideologi di
atas. Harmoni dan keseimbangan dalam masyarakat adalah kondisi ideal
yang kita cita-citakan. Untuk itu negara dan atau pemerintah harus berperan
aktif, namun tidak mematikan peran individu. Inilah sistem ekonomi Pancasila
yang menentang praktek-praktek monopoli, dan liberalisme.

J. MENGUKUR KINERJA PENULISAN


Untuk mengetahui apakah karya tulis ilmiah kita sedah mengikuti kaidah-kaidah atau belum, maka
yang perlu diperhatikan adalah pertama keakuratan karya tulis; kedua singkat; ketiga jelas. Untuk
mengukur itu semua, kita bisa gunakan beberapa pertanyaan di bawah ini:

1. Akurat
a. Apakah tulisan saya tidak menyampaikan gagasan atau pesan secara berlebihan?
b. Apakah saya telah memikirkan dengan masak gagasan yang akan saya sampaikan?
c. Apakah saya telah memeriksa semua gambar, skema, peta, tabel, grafik dan nama-nama
sehingga tidak keliru?
2. Singkat
a. Apakah saya telah menggungkan cara yang paling singkat untuk menyampaikan gagasan?
b. Adakah ungkapan klise yang tidak perlu dan dapat dibuang?
c. Apakah saya telah membuat tulisan saya sedemikian singkat, namun pembaca masih dapat
menerima gagasan saya secara utuh?
3. Jelas
a. Apakah saya sendiri mengerti terhadap apa yang saya kemukakan?
b. Apakah saya telah memilih kata-kata dengan cermat?
c. Apakah kata ganti nama yang saya gunakan tepat dan konsiosten?
d. Apakah dengan memanfaatkan gambar, skema, peta, tabel, grafik dan nama-nama akan
memperjelas uraian?
Nah! Jika semua pertanyaan di atas telah terjawab dengan “ya” insyallah anda sudah menjadi
penulis yang handal.

Selamat Belajar!!!
20
DAFTAR RUJUKAN

BKKBN, Petunjuk Teknis Penulisan karya Tulis Ilmiah bagi Pejabat Widyaiswara BKKBN , Jakarta, 1991.

BKKBN, Modul Pelatihan Belajar Mandiri Bagi Widyaiswara , Jakarta, 2000.

Wiradi, Gunawan, Etika penulisan Karya Ilmiah, Akatiga, Bandung, 1996.

Kartono, Kartini. Dr. Pengantar Metodologi Riset Sosial, Mandar Maju, Bandung, 1990

Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1999.

*) Disusun sebagai bahan ajar pada pelatihan PKB.


**) Kepala Balatbang KB Nasional Banten.

21

Anda mungkin juga menyukai