Anda di halaman 1dari 17

BLOK 2 KETERAMPILAN BELAJAR

PEMICU 5

“Berdebat dan Berargumen”

Disusun Oleh:
Adilla Elsandi Putri Siregar
210600095
KELOMPOK 12
Fasilitator :
Aida Fadhilla Darwis, drg., MDSc.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, 'Argumen' berarti garis penalaran atau bukti untuk mendukung suatu
masalah atau pendapat. Ini memiliki penggunaan yang lebih informal, serta dapat
menyiratkan perselisihan pribadi yang memiliki makna yang lebih negatif. 'Debat' lebih
sering digunakan sebagai kata formal yang menyiratkan diskusi yang lebih besar atau
gaya publik dengan orang-orang yang mendukung kedua sisi masalah dan aturan atau
pedoman khusus yang mengatur proses.

Pengertian debat jika diartikan secara umum, maka dapat diartikan sebagai strategi dalam
adu pendapat agar pendapat atau argumen yang kita miliki tidak dipatahkan oleh lawan.
Bisa juga debat diartikan sebagai mengajukan usul dan mempertahankan usulan tersebut
agar tetap digunakan oleh pihak-pihak tertentu.

Pengertian debat sebenarnya memiliki banyak sekali perspektif. Bahkan ada pendapat
dari para ahli yang mengartikan debat secara beragam. Salah satunya pendapat Wusu
Hendrikus yang mengatakan bahwa debat adalah adu argumenasi. Adu bisa dilakukan
secara individu ataupun kelompok. Tujuan dari depat itu sendiri mencapai sebuah
kemenangan satu pihak.

Intinya, debat adalah mempertahankan argumen atau pendapat seseorang agar diikuti, di
iyakan oleh pengikut atau orang lain.

Fungsi Debat
Adapun beberapa fungsi debat yang perlu di garis bawahi. Berikut adalah poinnya.

 Membangun keterampilan berbicara dalam mengemukakan pendapat dengan baik


terhadap konflik yang pro ataupun yang kontra.
 Membangun daya analitis, terkait dengan kemampuan untuk membaca dan
memahami lawat debat.
 Membangun kemampuan dalam mengungkapkan pendapat secara logis dengan
gestur sikap dan bahasa yang santun.
 Merangsang kemampuan berfikir kritis
 Merangkasang penelitian terhadap topik kontroversial
 Menyimak dan mencari tahu sisi positif dan negatif terhadap isu tertentu
 Belajar berpikir sistematis dan analitis
 Belajar mengkomunikasikan hasil pemikiran pada orang lain
 Meningkatkan rasa percaya diri
 Meningkatkan kemampuan dalam melihat sesuatu dari sudut yang lain
 Membantu menilai dan mengklariikasi pendapat orang lain
 Melatih berbicara secara berkesinambungan dan lancar
1.2 Deskripsi Topik
Nama Pemicu: Berdebat dan berargumen
Penyusun: Dr. Dwi Widayati, M.Hum, Prof Sondang Pintauli., PhD, Roy Fachraby, SH.,
M.Kn
Hari/Tanggal: Senin, 25 Oktober 2021
Pukul: 07.30-09.30 Wib
Anda pernah membaca artikel ilmiah? Ternyata artikel ilmiah ditata menurut konvensi
yang berlaku di lingkungan akademik secara internasional. Konvensi itu harus diikuti.
Kalau tidak, Anda sebagai insan akademik tidak akan dapat menyesuaikan diri dan tidak
dapat mengambil bagian secara penuh dalam percaturan keilmuan. Dengan artikel ilmiah
Anda dapat mengomunikasikan kompetensi keilmuan Anda kepada pihak lain.

Artikel ilmiah merupakan salah satu jenis teks akademik. Artikel ilmiah biasanya
diterbitkan pada jurnal ilmiah, yaitu terbitan berkala yang berisi kajian- kajian ilmiah di
bidang tertentu (Rifai, 1995:57-95). Jenis-jenis teks akademik yang lain adalah buku,
laporan penelitian, tesis, disertasi, ulasan, dan sebagainya. Artikel ilmiah dapat
digolongkan menjadi artikel penelitian dan artikel nonpenelitian (serta artikel ilmiah
populer, sebagai subjenis yang lain). Pada dasarnya, artikel penelitian adalah laporan
penelitian yang disajikan dalam bentuk artikel. Artikel nonpenelitian tidak didasarkan
pada penelitian, dan biasanya merupakan ulasan konsep. Karena itu, artikel nonpenelitian
juga disebut artikel konseptual (Wiratno, 2012). Artikel konseptual pada umumnya berisi
pemikiran teoretis mengenai sesuatu yang disajikan melalui analisis secara kritis.ciri-ciri
keilmiahan pada teks akademik menjadi penting karena teks akademik merupakan
dimensi tersendiri apabila dibandingkan dengan jenis-jenis teks yang lain (Bazerman,
1998:15-27), dan teks akademik cenderung membutuhkan pendekatan yang berbeda
untuk memahamkan isinya kepada target pembaca (Martin & Veel, Eds., 1998:31).
Secara umum teks akademik ditandai oleh sifat-sifat baku, logis, lugas, dan objektif.
Namun demikian, definisi teks akademik dengan ciri-ciri di atas belum memadai, karena
sebuah teks yang dikatakan tidak akademik pun, dalam hal tertentu, menunjukkan ciri-ciri
akademik, dan sebaliknya, teks yang dikatakan akademik masih menampakkan ciri-ciri
nonakademik. Jika demikian halnya, sebuah teks (apa pun jenisnya) memiliki kedua ciri
tersebut dalam beberapa aspeknya.

Perbedaan antara teks akademik dan teks nonakademik tidak dilihat sebagai perbedaan
antara hitam dan putih. Perbedaan tersebut dilihat dari kecenderungan ciri- ciri yang
dikandung oleh teks tersebut. Teks akademik diasosiasikan dengan teks tulis, dan teks
nonakademik diasosiasikan dengan teks lisan. Teks tulis bukan teks yang dimediakan
dengan tulisan. Sebaliknya, teks lisan bukan teks yang dituturkan secara lisan. Sebagai
contoh, teks berita yang didengarkan di radio adalah teks tulis yang dimediakan secara
lisan, dan naskah drama dalam bentuk dialog adalah teks lisan yang dimediakan dengan
tulisan.

Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan artikel ilmiah?
2. Bagaimana artikel ilmiah disusun? Adakah konvensi yang harus diikuti?
3. Jelaskan ciri-ciri teks akademik!
4. Jelaskan mengapa teks 1 lebih panjang daripada teks 2
5. Jelaskan jenis artikel ilmiah yang ada kaitannya dengan bidang ilmu anda!
6. Coba anda jelaskan hubungan antara Artikel Ilmiah dengan logika berfikir dan ciri ciri
berfikir ilmiah serta Pengetahuan dan kebenaran serta prinsip prinsip kebenaran sesuai
dengan Ilmu Filsafat !
BAB II
PEMBAHASAN
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan artikel ilmiah?
 Artikel ilmiah umumnya adalah laporan hasil penelitian yang ditulis dan
dipublikasikan dalam seminar maupun dalam jurnal ilmiah. Namun, tidak jarang
artikel ilmiah juga merupakan hasil perenungan atau pemikiran mendalam dalam
upaya pengembangan suatu bidang ilmu tertentu. Isi artikel ilmiah harus orisinal.
Temuan hasil penelitian yang disajikan harus benar- benar baru,
ataupenyempurnaan dari temuan-temuan yang telah lebih dulu ditemukan pihak
lain. Jika merupakan hasil pemikiran atau perenungan harus pula merupakan
pemikiran yang menawarkan gagasan atau konsep-konsep baru.

Artikel ilmiah tidak selalu harus menyajikan koleksi data-data, melainkan


diutamakan atau dituntut menyajikan analisis dan interpretasi intelektual atas data-
data. Artikel ilmiah tidak diseyogyakan menggunakan kata atau kalimat yang
berisi analogi dan metafora. Artikel ilmiah mengutamakan penyajian fakta-fakta
yang dipaparkan secara singkat dan jelas. Artikel ilmiah harus
mengandunginformasi sebanyak-banyaknya, diungkapkan dengan kata dan
kalimat yang sedikit-dikitnya. Oleh karena itu, artikel ilmiah harus sejelas dan
sependek mungkin. Hal penting yang harus diperhatikan penulis adalah, karya
ilmiah dirancang bukan untuk tujuan hiburan atau entertaintment, melainkan
untuk mengkomunikasikan temuan ilmiah baru.

Secara singkat, artikel ilmiah dapat didefinisikan sebagai berikut.


1. Publikasi pertama hasil penelitian atau hasil perenungan pemikiran ilmiah yang
orisinal.
2. Disajikan dalam bentuk pemaparan yang memungkinkan pembaca melakukan
pengecekan simpulan, melakukan verifikasi dan pengulangan eksperimen, jika di
dalam artikel menjelaskan tentang hasil suatu eksperimen.
3. Dimuat dijurnal ilmiah atau dokumen lain yang tersedia dalam komunitas
ilmuwan, atau dipresentasikan dalam suatu forum ilmiah di kalangan komunitas
ilmuwan sejenis.
Ide-ide yang diajukan di dalam artikel ilmiah harus disampaikan secara jelas dan
logis. Perpindahan dari satu ide ke ide lain harus mengalir lancar. Proses
pengembangan ide seperti itu diperlukan agar menarik pembaca untuk tetap setia
membaca sampai titik terakhir artikel itu. Pembaca diupayakan agar tidak hanya
setia membaca sampai selesai, tetapi terinspirasi untuk mengaplikasikan atau
menerapkan ide-ide yang diinformasikan dalam artikel itu. Motivasi penulisan,
pemikiran, dan perancangan penelitian dan perenungan harus dilaporkan lengkap,
agar dapat mempengaruhi pembaca menerima atau menolak hasil penelitian yang
dipaparkan dalam tulisan. Jika pengetahuan hasil penelitian yang ditulis di dalam
artikel itu dapat bertahan dari segala macam kritik, maka ia diterima sebagai
bagian dari tubuh ilmu pengetahuan, sampai muncul temuan baru yang lain, yang
mampu menyangkal hasil penelitian itu.

2. Bagaimana artikel ilmiah disusun? Adakah konvensi yang harus diikuti?


 Proses pembuatan artikel ilmiah penelitian dan nonpenelitian adalah observasi,
menemukan ide, membuat subtopik, membuat artikel ilmiah, revisi, dan publikasi.
Terdapat beberapa perbedaan antara sistematika penulisan artikel penelitian dan
nonpenelitian.
Sistematika penulisan artikel ilmiah :
1. Judul. Merupakan identitas yang mewakili seluruh isi artikel ilmiah. Judul
yang baik adalah judul yang menggambarkan seluruh isi artikel namun tidak
terlalu panjang, mudah dipahami, dan menarik. Maksimal 10 kata jika berbahasa
Inggris dan 12 kata jika berbahasa Indonesia.
2. Identitas penulis. Berisi nama tanpa gelar, institusi, alamat, dan alamat email
penulis.
3. Abstrak. Ringkasan dari keseluruhan isi artikel ilmiah, berbahasa Indonesia
(jurnal nasional) atau berbahasa Inggris (jurnal internasional). Unsur-unsur
abstrak adalah masalah yang diteliti, metodologi yang digunakan, hasil penelitian,
serta kesimpulan dan saran. Ada berbagai jenis abstrak yang digunakan dalam
artikel ilmiah dan setiap jenis artikel ilmiah memiliki variasi abstrak yang
berbeda.
4. Kata kunci. Sebanyak 3-5 kata.
5. Pendahuluan. Memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat,
dan hipotesis. Pada artikel nonpenelitian, pendahuluan berisi gambaran topic yang
akan dibahas.
6. Kajian teori. Kajian teoritis berdasarkan berbagai sumber. Pada artikel
nonpenelitian, kajian teori menyatu dengan hasil dan pembahasan yang dibuat
dengan subjudul sesuai topik bahasan.
7. Metodologi penelitian : Berisi rancangan penelitian, objek, teknik
pengumpulan data, dan teknik analisis data. Artikel penelitian (contohnya riset
dan laporan kasus) dan nonpenelitian (literature review). Biasanya, artikel yang
mencantumkan metodologi penelitian adalah artikel jenis penelitian. Pada artikel
penelitian, metodologi menjelaskan jenis penelitian yang dilakukan. Pada artikel
nonpenelitian, metode penelitian tidak dijadikan sebagai subjudul.
8. Hasil penelitian. Hasil penelitian terdapat pada artikel ilmiah penelitian.
Artikel nonpenelitian menyajikan hasil penelitian dengan subjudul sesuai tema
bahasan dan menyatu dengan kajian teori dan pembahasan.
9. Pembahasan atau discussion (opsional). Pembahasan biasanya terdapat pada
artikel penelitian. Pembahasan menjadi penting apabila ada perbedaan hasil
penelitian dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
10. Kesimpulan dan saran.
11. Ucapan terima kasih atau acknowledgement (opsional).
12.Referensi atau daftar pustaka. Ada berbagai format penulisan daftar pustaka.
Contohnya APA, Harvard, Chicago, MLA, Turabian, dll. Daftar pustaka ditulis
menggunakan salah satu format yang telah disepakati dan konsisten.
13. Lampiran atau appendix (opsional) : Berisi hasil penelitian yang dapat
mengganggu struktur artikel jika diletakkan pada bagian isi artikel. Contohnya
penelitian dengan kuisioner.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan artikel ilmiah :
3. Jelaskan ciri-ciri teks akademik!
 Menurut Abidin, Yunus dkk (2014:16), teks akademik atau karya tulis ilmiah
merupakan tulisan yang membahas ilmu pengetahuan yang disusun secara
sistematis dengan menggunakan bahasa yang benar. Berdasarkan pengertian
tersebut, maka dapat diartikan sebagai satuan bahasa yang dimediakan atau cara
seseorang untuk mengungkapkan sebuah ide dalam bentuk tulis dan lisan untuk
mengungkapkan makna secara kontekstual yang bersifat ilmiah.

Wujud teks akademik antara lain, seperti: buku, ulasan buku, proposal penelitian,
laporan penelitian, dan artikel ilmiah. Kelima jenis teks tersebut genre makro yang
didalamnya masing-masing terdiri atas beberapa genre mikro, seperti deskripsi,
laporan, prosedur, eksplanasi, eksposisi, dan diskusi

Ciri Teks Akademik Secara umum, teks akademik memiliki ciri-ciri antara lain
sederhana, padat, objektif, dan logis. Namun, belum terdapat bukti-bukti empiris
yang diajukan untuk memberikan penjelasan yang memadai secara linguistik
tentang pengertian sederhana, padat, objektif, dan logis itu (Wiratno, 2014:3).
Wiratno (2015:21) membagi ciri teks akademik menjadi 14 ciri, antara lain
sederhana dalam hal struktur kalimat, padat informasi, padat akan kata-kata
leksikal, banyak memanfaatkan nominalisasi, banyak memanfaatkan metafora
gramatika, banyak memanfaatkan istilah teknis, bersifat taksonomik dan abstrak,
banyak memanfaatkan sistem pengacuan esfora, banyak memanfaatkan proses
relasional atributif untuk membuat deskripsi, bersifat monolog dan untuk itu lebih
banyak mendayagunakan jenis kalimat indikatif-deklaratif, memanfaatkan bentuk
pasif untuk memberikan tekanan kepada pokok persolan yang dikemukakan,
bukan kepada pelaku; dan akibatnya, teks akademik menjadi objektif, bukan
subjektif, biasanya mengambil genre faktual, seperti deskripsi, prosedur,
eksplanasi, eksposisi, dan diskusi, bukan penceritaan fiktif, tidak mengandung
kalimat minor, dan tidak mengandung kalimat takgramatikal.

Sesuai dengan cara pandang LSF pada strata leksikogrmatika, Wiratno (2012:5)
mengurai keempat ciri keilmiahan teks akademik ke dalam empat belas pilar.
Empat di antaranya dijadikan landasan dan acuan dalam teori penelitian ini.
Berikut dijelaskan ciri keilmiahan teks akademik.
1. Sederhana Struktur
Kesederhanaan teks akademik terlihat dari struktur kalimat yang sederhana
melalui penggunaan kalimat simpleks yang lebih banyak daripada kalimat
kompleks secara ideasional menunjukkan logika kesederhanaan.
1) Kalimat Simpleks
Kalimat simpleks lazim disebut dengan kalimat tunggal yang hanya terdiri atas
satu klausa atau struktur predikat (Sasangka, 2013: 175). Pengertian ini serupa
dengan pengertian kalimat simpleks dalam kajian LSF. Akan tetapi, perbedaan
yang mendasar antara cara pandang kajian Linguitik Formal dan LSF yakni
linguistik formal hanya memandang kalimat simpleks (tunggal) berdasarkan pola
yang telah ditetapkan sesuai yang tercantum dalam Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. sementara itu, LSF menambahkan satu unsur ke dalam pola atau
struktur kalimat tersebut, yaitu dengan menggunakan sematan yang ditandai oleh
[...] dengan menggunakan konjungsi yang sebagai penanda sematan yang
berfungsi untuk mempertahankan struktur kalimat tetap berada pada satu aksi atau
peristiwa.

2) Kalimat Kompleks
Kalimat kompleks adalah kalimat yang memiliki lebih dari satu aksi atau
peristiwa dan dapat dinyatakan dengan hubungan parataksis dan hipotaksis.
Namun, pada teks akademik, jenis kalimat kompleks yang digunakan adalah
kalimat kompleks yang dihubungkan secara hipotaksis. Taksis menunjukkan
status atau sifat hubungan antarklausa dalam kalimat kompleks. Secara semantik,
akibat penggabungan klausa yang satu dengan klausa lainnya ke dalam sebuah
kalimat kompleks, satu klausa lebih kuat dalam makna dibandingkan dengan yang
lainnya, (Setia, 2008:02). Hubungan semantik/logikosemantik disebut juga tipe
dasar klausa kompleks (Setia, 2008:4). Halliday (1994:219) menjelaskan tipe
hubungan antarklausa, yakni ekspansi dalam tiga pengelompokan semantik yang
lebih luas, yaitu (1) elaborasi [=]; (2) ekstensi [+]; dan (3) ganda [x].
- Dalam elaborasi, satu klausa mengelaborasikan atau menguraikan makna lainnya
dengan cara menguraikannya atau memberikan spesifikasi.
- Halliday (2004:405) menjelaskan bahwa di dalam ekstensi, satu klausa
memperluas makna klausa lainnya dengan menambahkan sesuatu yang baru di
dalamnya.
- Halliday (1994:220) menjelaskan bahwa di dalam ganda satu klausa
”menggandakan” makna klausa lainnya dengan mengubahnya dengan salah satu
kemungkinan cara, antara lain, dengan merujuk pada waktu, tempat, cara, sebab
atau kondisi.
2. Padat Informasi
Teks akademik yang padat infomasi adalah teks yang padat akan informasi dan
padat akan kata-kata leksikal. Kepadatan informasi pada teks akademik dapat
dijelaskan dari dua sisi. Pertama, informasi dipadatkan melalui kalimat simpleks.
Kedua, informasi dipadatkan melalui nominalisasi (Wiratno 2014:22). Dalam
penelitian ini, kepadatan informasi dilihat dari segi penggunaan kalimat simpleks
yang diwujudkan dengan penggunaan sematan yang sedang dari segi
nominalisasi, pemadatan informasi diwujudkan dengan mengubah leksis
nonbenda (antara lain verba, adjektiva, adverbia, konjungsi) menjadi kata benda
(nomina).
3. Padat Kata Leksikal
Padat kata leksikal pada teks akademik adalah teks akademik lebih banyak
mengandung kata leksikal atau kata isi (nomina, verba-predikator, adjektiva, dan
advebia tertentu) daripada kata struktural (konjungsi, kata sandang, preposisi).
Halliday dalam Wiratno (2012:8) menyatakan bahwa semakin ilmiah suatu teks,
semakin besar pula kandungan kata-kata leksikalnya.
4. Memanfaatkan Nominalisasi
Ditemukan bahwa dalam realisasi leksis pada teks-teks akademik yang
dicontohkan nominalisasi digunakan untuk memadatkan informasi. Sebagai upaya
pembendaan, nominalisasi ditempuh dengan mengubah leksis non-benda (antara
lain verba, adjektiva, adverbial, konjungsi) menjadi leksis benda (nomina).
Nominalisasi pada teks akademik digunakan untuk mengungkapkan dengan lebih
ringkas dan padat (Wiratno, dkk, 2014:18-19). Nomina dapat diturunkan melalui
afiksasi. Afiksasi nomina adalah suatu proses pembentukan nomina dengan
menambahkan afiks tertentu pada kata dasar.
4. Jelaskan mengapa teks 1 lebih panjang daripada teks 2?
Teks 1
Pada buku ini kita bertujuan untuk menelaah bagaimana menerapkan metode empiris
agar kita dapat menganalisis cara orang bercakap-cakap. Kita berharap dapat
menguak sesuatu yang diasumsikan orang ketika mereka berkomunikasi dengan cara
bercakap-cakap. Kita akan memusatkan perhatian kepada bagaimana penutur
menggunakan tuturan untuk berinteraksi, yaitu bagaimana mereka menciptakan dan
mempertahankan apa yang mereka definisikan sebagai “makna situasi sosial”. Kita
berpegang pada gagasan teoretis dasar yang berbeda dengan para ahli yang bergerak
di bidang sosiolinguistik. Teori dasar ini menunjukkan bahwa ketika kita
menganalisis tuturan orang yang berbicara empat mata, kita memperlakukan istilah-
istilah yang digunakan oleh antropolog dan sosiolog seperti “peran”, “status”,
“identitas sosial”, dan “hubungan sosial” sebagai “simbol” yang digunakan oleh orang
untuk saling berkomunikasi.
Teks 2
Tujuan telaah pada buku ini adalah untuk menerapkan metode empiris analisis
percakapan yang dapat menguak asumsi sosial yang mendasari proses komunikasi
verbal dengan memusatkan perhatian kepada penggunaan tuturan oleh penutur untuk
berinteraksi, yaitu menciptakan dan mempertahankan definisi “situasi sosial” secara
khusus.
Posisi teori dasar yang membuat karya ini berbeda dengan karya ahli lain di bidang
sosiolinguistik adalah bahwa pada analisis terhadap tuturan empat mata, istilah-istilah
di bidang antropologi dan sosiologi seperti “peran”, “status”, “identitas sosial”, dan
“hubungan sosial” akan diperlakukan sebagai “simbol komunikasi”.
 Perbedaan Teks pertama dan kedua adalah teks pertama berisi tentang menelaah
bagaimana menerapkan metode empiris agar kita dapat menganalisis cara orang
bercakap-cakap. Sedangkan teks kedua berisi menerapkan metode empiris analisis
percakapan, menurut pendapat saya teks 1 lebih Panjang karna teks 1 isinya car
acara menerapkan mode empiris jadi tentu saja berisi poin poin dan penjelasan
poin poin tersebut.
 Ciri lisan pada Teks 1 dan ciri tulis pada Teks 2 yang segera dapat
diidentifikasi adalah penggunaan kata kita (dicetak tebal-miring) sebagai
subjek kalimat pada Teks 1 dan ketiadaan kata tersebut pada Teks 2.
 Ciri lisan atau tulis lain yang menonjol yang dapat dieksplorasi dari Teks 1
dan Teks 2 adalah bahwa untuk mengungkapkan peristiwa, Teks 1
menggunakan verba, sedangkan Teks 2 mengubah verba itu menjadi
nomina.

5. Jelaskan jenis artikel ilmiah yang ada kaitannya dengan bidang ilmu anda!
 Ditinjau dari isinya, artikel ilmiah dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara
lain:
1). Research Articles.
Research Articles ialah artikel ilmiah yang memuat tentang informasi ilmu
pengetahuan baru dan telah dipublikasikan pada jurnal, baik itu jurnal nasional
maupun jurnal internasional. Research Articles atau dalam Bahasa Indonesia
disebut sebagai artikel ilmiah menjelaskan tentang hasil riset yang bersifat baru
dan original serta menjelaskan bagaimana metodologi penelitian yang telah
dilakukan, pengolahan data yang digunakan untuk melakukan penelitian dan
penjelasan cara untuk mengambil data serta analisa hasil penelitian yang sudah
dilakukan.
2). Review Articles.
Review articles berisi tentang tinjauan dari suatu bidang atau subjek dan
rangkuman penelitian yang sudah dilakukan. Review articles biasanya diberi batas
awal dan akhir tahun studi literatur yang diterbitkan. Artikel jenis ini memiliki
kesamaan dengan research article. Kedua artikel tersebut sama-sama dipublikasi
pada peer reviewed jurnal, tetapi artikel ini merupakan ringkasan dari sub-bidang.
Pada artikel ini juga tidak terdapat subbab metodologi. Untuk memulai penelitian,
sebaiknya dilakukan studi literatur pada review articles terlebih dahulu dan
dilanjutkan pada technical paper. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
secara umum permasalahan yang dihadapi dalam penulisan artikel ilmiah yang
meliputi teknik yang digunakan dan penentuan state of the art dari suatu
penelitian.
3). News Articles.
News Articles berisi penjelasan dan analisa dari hasil penelitian yang dilakukan.
Sasaran news articles ditujukan untuk orang awam. Tujuan utama news articles
adalah memberikan informasi atau wawasan yang akurat kepada masyarakat
berdasarkan observasi, eksperimen, atau survei yang telah dilakukan peneliti.
4). Meeting Abstracts and Proceedings.
Artikel abstrak dan prosiding merupakan jenis artikel ilmiah yang berisi
penjelasan original research yang dipresentasikan pada kegiatan konferensi
ilmiah. Konferensi ilmiah merupakan salah satu kegiatan yang ditujukan untuk
para ilmuan/peneliti untuk berdiskusi dan mempresentasikan hasil dari penelitian
yang telah mereka lakukan.
5). Tesis/Disertasi
Karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang studi S2 (master) di
sebut tesis sedangkan karya tulis ilmiah mahasiswa untuk menyelesaikan jenjang
studi S3 (doktor) disebut disertasi. Tesis dan disertasi memiliki perbedaan dalam
hal persentase kontribusi yang diberikan terhadap penyelesaian permasalahan
yang dihadapi. Tesis mengungkap pengetahuan baru yang diperoleh dari
penelitian yang dilakukan sendiri ditemani oleh dosen Pembimbing. Pada tahap
ini mahasiswa tidak dituntut untuk menemukan metode yang baru dan original.
Sedangkan disertasi merupakan hasil penelitian yang bersifat original. Originalitas
penelitian dalam disertasi biasanya terdapat dalam bentuk metode atau model baru
yang diterapkan pada selama proses penelitian yang sedang dilakukan.
Dan ada pula yang berpendapat bahwa artikel memiliki beberapa jenis lainnya.
Yaitu:
1. Artikel eksploratif, jenis yang mengungkapkan fakta berdasarkan kajian
penulisannya.
2. Artikel eksplanatif, artikel yang berisi keterangan tentang sesuatu untuk dapat
dipahami pembaca.
3. Artikel deskriptif, artikel yang menggambarkan tentang suatu pokok
permasalahan yang tengah terjadi di masyarakat. Contoh : kejadian kerusuhan
antar mahasiswa.
4. Artikel prediktif, berisi perhitungan atau peramalan tentang sesuatu yang akan
terjadi berdasarkan perhitungan penulis. Contoh : akibat dari peralihan suku bunga
BI ke luar negeri.
5. Artikel preskriptif, artikel jenis ini memberikan tuntunan kepada pembaca
agar tidak mengalami kesalahan atau kekeliruan. Contoh : cara mengurus paspor.
6. Coba anda jelaskan hubungan antara Artikel Ilmiah dengan logika berfikir dan ciri
ciri berfikir ilmiah serta Pengetahuan dan kebenaran serta prinsip prinsip kebenaran
sesuai dengan Ilmu Filsafat !
 logika adalah suatu cabang filsafat yang membahas tentang aturan-aturan, asas-
sasa, hukum-hukum dan metode atau prosedur dalam mencapai pengetahuan
secara rasional dan benar, juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan suatu
pengetahuan dengan menggunakan akal pikiran, kata dan bahasa yang dilakukan
secara sistematis.
Selain definisi di atas logika juga sering disebut sebagai “jembatan penghubung”
antar filsafat dan ilmu yang artinya teori tentang penyimpulan yang sah. Nah,
penyimpulan yang sah ini sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga
mampu dilacak kembali yang sekaligus juga benar. Logika bisa juga didefinisikan
sebagai teori penyimpulan yang berlandaskan pada suatu konsep. Dia bisa
dinyatakan dalam bentuk kata, istilah, maupun himpunan. Itulah sebabnya dalam
psikotes atau tes IQ pasti ada bagian tes yang menguji kemampuan penalaran. Jadi
dia mengukur seberapa dalam dan hebatkah kita menggunakan kemampuan
penalaran ini.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan


yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang
berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber
pada pengetahuan yang didapatkan melalui kegiatan merasa atau berpikir.
Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang berupa pengetahuan. Jadi penalaran merupakan salah satu atau proses dalam
berpikir yang menggabungkan dua pemikiran atau lebih untuk menarik sebuah
kesimpulan untuk mendapatkan pengetahuan baru.

Tiap bentuk penalaran mempunyai logikanya sendiri. Atau dapat juga


disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis,
dimana berpikir logis di sini berkonotasi jamak bukan tunggal. Artinya, suatu
kegiatan berpikir dapat disebut logis ditinjau dari suatu logika tertentu, dan
mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika lain. Hal ini sering
menimbulkan gejala yang disebut sebagai kekacauan penalaran yang disebabkan
oleh tidak konsistennya kita dalam menggunakan pola berpikir tertentu.

Dalam penulisan artikel ilmiah tentu saja harus sesuai dengan prinsip prinsip
kebenaran karena artikel ilmiah merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada
fakta, peristiwa, dan kejadian yang disampaikan secara akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Syarat bagi sebuah tulisan agar dianggap
sebagai karangan ilmiah yaitu menyajikan tulisan atau karya tulis yang spesifik,
objektif, jujur, empirik, sistematis, dan dilengkapi dengan pembuktian atau
disebut dengan faktual yaitu sesuai dengan fakta yang ada. Dan dari penggunaan
bahasa, pemilihan kata yang tepat, penyampaian ide tersebutlah yang perlu
diperhatikan pula agar pembaca dapat dengan mudah memahami tentang objek
penelitian pada karangan ilmiah tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Artikel ilmiah umumnya adalah laporan hasil penelitian yang ditulis dan
dipublikasikan dalam seminar maupun dalam jurnal ilmiah. Namun, tidak jarang
artikel ilmiah juga merupakan hasil perenungan atau pemikiran mendalam dalam
upaya pengembangan suatu bidang ilmu tertentu. Isi artikel ilmiah harus orisinal.
Temuan hasil penelitian yang disajikan harus benar- benar baru, ataupenyempurnaan
dari temuan-temuan yang telah lebih dulu ditemukan pihak lain. Jika merupakan hasil
pemikiran atau perenungan harus pula merupakan pemikiran yang menawarkan
gagasan atau konsep-konsep baru.
Dalam penulisan artikel ilmiah tentu saja harus sesuai dengan prinsip prinsip
kebenaran karena artikel ilmiah merupakan hasil pemikiran yang didasarkan pada
fakta, peristiwa, dan kejadian yang disampaikan secara akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Syarat bagi sebuah tulisan agar dianggap
sebagai karangan ilmiah yaitu menyajikan tulisan atau karya tulis yang spesifik,
objektif, jujur, empirik, sistematis, dan dilengkapi dengan pembuktian atau disebut
dengan faktual yaitu sesuai dengan fakta yang ada. Dan dari penggunaan bahasa,
pemilihan kata yang tepat, penyampaian ide tersebutlah yang perlu diperhatikan pula
agar pembaca dapat dengan mudah memahami tentang objek penelitian pada
karangan ilmiah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Slameto. Penulisan artikel ilmiah hasil penelitian tindakan kelas. Jurnal scholaria; mei
2016; 6(2): 46-57.
2. Wiranto, Tri. Struktur teks dan hubungan genre pada teks ilmiah dalam bahasa
Indonesia. Paper presented in Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia.
Bandar Lampung, 19-22 February 2014.
3. Jatmiko, W. dkk. Panduan Penulisan Artikel Ilmiah. Depok : Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia, 2015: 21-26.
4. Jatmiko, W. dkk. Panduan Penulisan Artikel Ilmiah. Depok : Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Indonesia, 2015: 28-32.
5. Hidayat Ared. Filsafat berfikir, pamekasan. Duta media publishing, 2018:4
6. H.A Kadir sobur. Logika dan penalaran dalam perspektif ilmu pengetahuan.
Tajdid; 2015: 14(2):387

Anda mungkin juga menyukai