Anda di halaman 1dari 6

Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Menurut suryani (2014) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun
dan mempertahankan hubungan terapeutik.
1. Hubungan perawat dengan klien.
Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan teapeutik yang saling
menguntungkan. Hubungan ini didasarkan pada prinsip “ humanity of nurse dan
client”. Kualitas hubungan perawat- klien ditentukan oleh bagaimana peawat
mendefenisikan dirinya sebagai manusia. hubunga perawat dengan kluen tidak hanya
sekedar hubungan seseorang penolong dengan kliennya tetapi lebih dari itu, yaitu
hubungan manusia dengan martabat.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien.
Tiap individu mempunyai karakter yang berbeda, karena sifat manusia itu adalah
holistic/ unik. Karena itu perawat perlu memahami perasaan dan perilaku klien
dengan melihat perbedaan bio,psiko,sosial,spritual, dan kulturalnya.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi atau
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga
diri klien
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling pecaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci
dari komunikasi terapeutik.

Prinsip Komunikasi Terapeutikn


1. Klien harus menjadi focus utama
2. Tingkah laku professional mengatur hubungan terapeutik
3. Membuka diri digunakan dalam interaksi
4. Hubungan social dengan klien harus dihindari
5. Kerahasiaan klien harus dijaga
6. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
7. Implementasi intervensi berdasarkan teori
8. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang
tingkah laku klien dan memberi nasehat
9. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secara rasional
Daftar Pustaka

Suryani. 2015. Komunikasi Terapeutik. Jakarta : EGC

Tehnik Komunikasi Terapeutik


1. Mendengar aktif
Adalah konsentrasi aktif dan persepsi terhadap pesan orang lain yang menggunakan
semua indra. Menurut Ellis (1994) mendengarkan orang lain dengan penuh perhatian
akan menunjukkan pada orang lain bahwa apa yang dikatakannya adalah penting dan
dia adalah orang penting. Mendengarkan juga menunjukkan pesan “anda bernilai untuk
saya” dan “saya tertarik padamu”.
2. Mendengar pasif
Adalah kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien.
Misalnya dengan kontak mata, menganggukkan kepala dan juga keikutsertaan secara
verbal, misalnya “uh huuh”, ‘mmhumm”, “yeah”.
3. Penerimaan
Adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan
ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan berarti persetujuan. Menunjukkan
penerimaan berarti kesediaan mendengar tanpa menunjukkan keraguan atu
ketidaksetujuan.
Dikarenakan hal tersebut, perawat harus sadar terhadap ekspresi non verbal. Bagi
perawat perlu menghindari : memutar mata keatas, menggelengkan kepala,
menurut/memandang dengan muka masam pada saat berinteraksi dengan klien.
Beberapa cara untuk menunjukkan penerimaan (Potter & Perry,1993) :
a. Mendengar tanpa memotong pembicaraan
b. Menyediakan umpan balik yang menunjukkan pengertian
c. Yakin bahwa tanda non verbal sesuai dengan verbal
d. Hindari mendebat, mengekspresikan keraguan atau usaha untuk merubah pikiran
klien.
Tujuh cara untuk memfasilitasi agar memperoleh kemampuan “penerimaan” (Bolton
cit.Rungapadiachy,1999) :
a. Tidak seorangpun dapat diterima secara sempurna
b. Beberapa orang cenderung lebih diterima daripada orang lain
c. Tingkat penerimaan seseorang terus menerus berganti
d. Adalah sangat alami untuk mempunyai sesuatu yang difavoritkan.
e. Setiap orang dapat lebih menerima
f. Penerimaan yang berpura-pura adalah suatu hal yang berbahaya untuk suatu
hubungan interpersonal.
g. Penerimaan tidak sama dengan persetujuan.
Contoh :
Klien :“Saya telah melakukan beberapa kesalahan”
Perawat :“Saya ingin mendengar tentang itu. Tidak apa-apa jika anda ingin
mendiskusikan hal ini dengan saya.”
Komkep.pj/KH/2010 9
4. Klarifikasi
Klarifikasi sama denga validasi yaitu menanyakan pada klien apa yang tidak dimengerti
perawat terhadap situasi yang ada.
Misalnya :
Klien :“Saya seperti patung saja disini.”
Perawat :“Mari kita lihat apakah saya mengerti apa yang bapak maksud dengan
“patung”.
5. Focusing
adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti (Stuart & Sundeen, 1995).
6. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati klien, kegiatan ini dilakukan sedemikian
rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
7. Menawarkan informasi
Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih
lanjut. Keuntungan dari tehnik ini adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong
pendidikan kesehatan dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan. Perawat
sebaiknya menghindari pemberian nasehat pada saat pemberian informasi.
8. Diam (memelihara ketenangan)
Diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pemikiran, memproses informasi,
menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon.
9. Assertive
Kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan
perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain.
Komunikasi assertive (Smith, 1992) :
a. Mampu menggunakan berbagai strategi komunikasi untuk mengekspresikan pikiran
dan perasaan diri dengan tertentu yang secara terus menerus melindungi hak diri
dan orang lain.
b. Memiliki perilaku yang positif mengenai komunikasi dengan jujur/terus terang dan
adil.
c. Merasa nyaman dalam mengontrol perasaan negatif misalnya cemas, tegang, malu
atau takut.
d. Merasa yakin bahwa anda dapat melakukan sendiri dengan jalan tetap
menghormati diri dan orang lain.
e. Menjaga hak diri dan orang lain sama pentingnya.
Tahap – tahap menjadi lebih assertive :
• Menggunakan kata “tidak” sesuai kebutuhan
• Mengkomunikasikan maksud dengan jelas
• Mengembangkan kemampuan mendengar
Komkep.pj/KH/2010 10
• Pengungkapan komunikasi disertai bahasa tubuh yang tepat
• Meningkatkan kepercayaan diri dan gambaran diri
• Menerima kritik dengan ramah
• Belajar terus menerus
10. Menyimpulkan
a. Membawa poin – poin penting dari diskusi untuk meningkatkann pemahaman
b. Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi komunikasi agar sama dengan ide
dalam pikiran (Varcarolis,1990)
11. Giving recognition (memberi pengakuan/penghargaan)
Memberi penghargaan merupakan tehnik untuk memberikan pengakuan dan
menandakan kesadaran (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya, Perawat :
“Saya melihat anda sudah bisa memakai baju dengan rapi hari ini”,
“Saya melihat anda tampak segar dan bersih hari ini”.
12. Offering self (menawarkan diri)
adalah menyediakan diri tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan (Schult
Videbeck,1998).
Misalnya, Perawat : “Aku akan duduk menemanimu selama 15 menit.”
13. Offering general leads (memberi petunjuk umum)
Mendukung klien untuk meneruskan (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya : “Dan kemudian?”, “Teruskan…”.
14. Giving broad opening (memberi pertanyaan terbuka)
Memberikan inisiatif pada klien, mendorong klien untuk menyeleksi topik yang akan
dibicarakan.
Misalnya : “Darimana anda akan mulai?”Apa yang anda pikirkan pagi ini?”.
Kegiatan ini akan bernilai apabila klien menunjukkan penerimaan dan nilai dari inisiatif
klien dan akan menjadi non terapeutik apabila perawat mendominasi interaksi dan
menolak respon klien.
15. Placing the time in time (menempatkan urutan/waktu)
Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan
kejadian lain (Schult & Videbeck,1998).
Misalnya : “Hal itu terjadi sebelum atau sesudah?…Apa yang terjadi sebelumnya?”.
16. Encourage descrip. of perception (mendukung deskripsi dari persepsi)
Meminta pada klien mengungkapkan secara verbal apa yang dirasakan atau diterima
(Schult & Videbeck,1998).
Misalnya : “Apa yang terjadi?Ceritakan apa yang anda alami?”
Komkep.pj/KH/2010 11
17. Encourage comparison (mendukung perbandingan)
Menanyakan pada klien mengenai kesamaan atau perbedaan (Schult & Videbeck,
1998). Misalnya: “Apakah hai ini pernah terjadi sebelumnya? Apakah hal ini
mengingatkanmu pada sesuatu hal?”
18. Restating (mengulang)
Pengulangan pikiran utama yang diekspresikan klien (Stuart & Sundeen, 1995).
Misalnya: “Anda berkata bahwa ibu Anda meninggalkan Anda saat Anda berumur 5
tahun”. Teknik ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat mendengar dan
melakukan validasi, mendukung klien dan memberikan perhatian terhadap apa yang
baru saja dikatakan klien. Teknik ini juga bisa digunakan pada saat kita akan klarifikasi,
misalnya : Klien: “Saya benci tempat ini. Saya tidak betah di sini!” Perawat: “Anda tidak
ingin ada di sini?”
19. Reflecting (refleksi)
Mengembalikan pikiran dan perasaan klien (Schult & Videbeck, 1998). Mengembalikan
ide, perasaan dan pertanyaan kepada klien (Stuart & Sundeen, 1995). Digunakan pada
saat klien menanyakan pada perawat tentang penilaian atau persetujuan. Misalnya:
Klien: “haruskah saya pulang akhir minggu ini?”
Perawat: “menurut Anda haruskah Anda pulang akhir minggu ini?”
20. Exploring (eksplorasi)
Mempelajari suatu topik lebih mendalam. Misalnya: “ceritakan pada tentang apa yang
telah Anda gambarkan tadi”.
21. Presenting reality (menghadirkan realitas/ kenyataan)
Menyediakan informasi dengan perilaku yang tidak menilai. Misalnya: “Saya tidak
mendengar seorang pun bicara”, “Saya adalah yang merawat Anda”, “Ini adalah
rumah sakit”.
22. Voucing doubt (menyelipkan keraguan)
Menyelipkan persepsi perawat mengenai realitas. Misalnya: “Saya melihat bahwa hal
itu sulit untuk dipercaya.” Teknik ini digunakan pada saat perawat ingin memberi
petunjuk pada klien mengenai penjelasan lain.

Anda mungkin juga menyukai