Anda di halaman 1dari 33

WRAP UP BLOK BIOMEDIK 2

SKENARIO 1

“ Dampak Cuaca Ekstream Saat Penerbangan. Serangan Hipoksia, Saat Oksigen di


Pesawat Menipis karena Ketinggian”

Kelompok B-12

Ketua : Salsabila Gifita (1102017209)

Sekretaris : Shafira Herowati Febriyanti (1102017213)

Anggota : Muhammad Rayhan Rijaludzaki Fachrudin (1102017157)

Rafli Arya Adithya (1102017183)

Salsabila Gifita (1102017209)

Salsabila Nur Atira (1102017210)

Saskia Lum-Atud Durori (1102017221)

Sela Syahvira Amalia (1102017212)

Nurrahmi Ayu Rizki (1102016162)

Prayoga Aryandika (1102017174)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

2017/2018
DAFTAR ISI

Skenario………………………………………………………………..2

Kata Sulit………………………………………………………………3

Brainstorming dan jawaban…………………………..………………..4-6

Hipotesis……………………………………………………………….7

Sasaran Belajar…………………………………………………………8-31

Daftar Pustaka……………………………………………………….....32

1
SKENARIO 1

Dampak Cuaca Ekstream Saat Penerbangan

Serangan Hipoksia, Saat Oksigen di Pesawat Menipis karena Ketinggian

Yulida Medistiara – detikHealth

Selasa, 30/12/2014 10:28 WIB

Hipoksia merupakan keadaan tubuh kekurangan oksigen untuk menjamin keperluan


hidupnya. Kondisi ini bisa terjadi di dalam pesawat yang terbang dengan ketinggian di atas
10 ribu kaki. Seprti diketahuin, kurangnya oksigen mengakibatkan gangguan fungsi sel
karena oksigen yang dikirim ke sel berkurang.

“ Di dalam penerbangan yang terjadi adalah hypoxic hypoxia,” kata dr. Soemardoko
Tjokrowidigdo, Ketua Umum Penghimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Indonesia, dalam
perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (30/12/2014).

Hypoxic hypoxia merupakan hipoksia yang terjadi karena menurunnya tekanan parsiil
oksigen dalam paru-paru atau karena terlalu tebalnya dinding paru-paru. Jadi semakin tinggi
terbang maka makin rendah tekanan barometernya. Akibat tekanan parsiil oksigen juga
makin kecil.

Hipoksia patut diwaspadai karena terjadi perlahan-lahan tanpa ada tanda awal. Apabila sifat
gejalanya individual, sehingga tidak sama pada masing-masing orang.

“ Penerbang dan semua penumpang akan mengalami hal ini (hipoksia), tetapi untuk
pernerbang dan awak kabin sudah dilatih dengan menggunakan O2 untuk mencegah gejala
yang dapat berakibat fatal,” ucap dr Soemardoko.

( Diedit seperlunya untuk bahan pembelajaran )

2
KATA SULIT

1. Hipoksia : Penurunan asupan oksigen ke jaringan kadar dibawah kadar


fisiologis sekalipun perfusi darah ke jaringan yan memadai.
( Dorland Ed 29 )
2. Barometer : Alat untuk mengukur tekanan udara dipakai untuk
meramalkan keadaan cuaca dan mengetahui ketinggian suatu
tempat dari permukaan laut.
3. Tekanan Barometer : Mengacu pada berat udara yang menekan bumi. Tekanan
barometer disebut juga tekanan udara .
4. Tekanan Parsial : Tekanan yang diberikan untuk komponen-komponen gas
dalam campuran gas.
5. Oksigen : Elemen tanpa rasa, warna, dan bau serta untuk metabolism
sel ke seluruh tubuh.
( Dorland Ed 29 )
6. Gangguan Fungsi Sel: Terjadinya kekurangan / penambahan yang menyebabkan
kinerja sel terganggu.
( Campbell Ed 8 Jilid 1 )

3
BRAINSTORMING / ACTIVATION PRIOR KNOWLEDGE

1. Bagaimana seseorang bisa terkena hipoksia?

2. Apa saja jenis-jenis hipoksia?

3. Apa saja gejala yang ditimbulkan oleh orang yang terkena hipoksia?

4. Kenapa di dataran tinggi bisa terjadi hipoksia?

5. Bagaimana cara mengatasi hipoksia?

6. Mengapa kekurangan oksigen dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel?

7. Apa perbedaan antara hipoksia dan hipoksemia?

8. Bagaimana peran oksigen dalam tubuh manusia?

9. Bagaimana cara kita beradaptasi jika sudah terjadi hipoksia?

10. Bagaimana pandangan islam tentang menjaga kesehatan?

4
JAWABAN

1. Seseorang dapat terkena hipoksia pada saat tubuhnya kekurang oksigen. Kondisi ini terjadi
pada saat berada di ketinggian 10 ribu kaki, mendaki gunung, transpor dan pelepasan oksigen
yang tidak memadai, O2 paru yang tidak memadai karena keadaan ektstrinsik, gaya hidup
seperti kebiasaan merokok dapat memengaruhi status oksigenasi seseorang dan sebagainya.

2. Jenis- jenis hipoksia :

 Hipoksia Hiposik
 Hipoksia Anemik
 Hipoksia Stagnan
 Hipoksia Histotoksik

3. Gejala yang ditimbulkan :

 Detak jantung lebih cepat


 Warna kulit menjadi agak kebiruan
 Menjadi bingung
 Dapat kehilang kesadaran
 Badan lemas
 Berkeringat
 Batuk
 Rasa seperti dicekik

4. Karena didaratan tinggi kadar oksigennya rendah sehingga kadar hemoglobin dalam tubuh
menurun.

5. Cara mengatasi hipoksia :

 Pemberian oksigen
 Terapi hiperbarik ( terapi pengobatan yang menggabungkan oksigen murni dan
tekanan darah dalam ruang udara bertekanan tinggi
 Dengan alat pacu jantung otomatis
 Nafas buatan
 RJP ( Resusitasi Jantung Paru )

5
6. Karena okigen dibutuhkan pada sel untuk metabolisme. Jadi, jika oksigen kekurang maka
akan mengakibatkan kematian dan terganggunya fungsi sel.

7. Hipoksia adalah rendahnya kadar oksigen dalam jaringan tubuh. Sedangkan, Hipoksemia
adalah redahnya kadar oksigen dalam darah.

8. Peran oksigen dalam tubuh :

 Metabolisme
 Respirasi
 Kinerja otak
 Kekebalan tubuh
 Kontraksi otot
 Bahan bakar sel untuk bekerja

9. Caranya : diberi sangkup oksigen, turun ketempat lebih rendah, banyak minum air putih,
dan air gula.

10. Di dalam islam wajib menjaga kesehatan karena akal yang sehat berada pada tubuh yang
sehat.

6
HIPOTESIS

Oksigen adalah materi penting dalam kelangsungan hidup manusia. Jika kekurangan oksigen
dapat mengakibatkan gangguan fungsi sel, salah satunya hipoksia. Hipoksia dapat terjadi
ditempat bertekanan darah tinggi karena di dataran tinggi kadar oksigennya rendah, sehingga
mengakibatkan penurunan hemoglobin yang mengikat oksigen. Menjaga kesehatan di
wajibkan dalam islam.

7
SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Oksigen


1.1 Definisi Oksigen
1.2 Menjelaskan Fungsi dan Manfaat Oksigen
1.3 Menjelaskan Mekanisme Respirasi Oksigen pada Sel
1.4 Penyebab Kekurangan Oksigen

2. Memahami dan Menjelaskan Hemoglobin


2.1 Menjelaskan Definisi Hemoglobin
2.2 Menjelaskan Fungsi Hemoglobin
2.3 Menjelaskan Mekanisme Pengikatan Oksigen

3. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia


3.1 Menjelaskan Definisi Hipoksia
3.2 Menjelaskan Jenis-Jenis Hipoksia
3.3 Menjelaskan Gejala Hipoksia
3.4 Menjelaskan Penyebab Hipoksia
3.5 Menjelaskan Penanganan Hipoksia
3.6 Menjelaskan Pencegahan Hipoksia

4. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan dalam Islam


4.1 Menjelaskan Dalil Al-Qur’an Tentang Menjaga Kesehatan
4.2 Menjelaskan Hadits Tentang Menjaga Kesehatan

8
1. Memahami dan Menjelaskan Oksigen terhadap kehidupan sel
1.1 Menjelaskan Definisi Oksigen
Oksigen adalah unsur kimia dengan nomor atom 8. Unsur ini menyusun sekitar 20%
udara atmosfer. Oksigen merupakan unsur penting dalam pernapasan tumbuhan dan
hewan, dan diperlukan untuk mendukung pembakaran. (Kamus saku kedokteran Dorland,
edisi 28) Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang mengisi
20% dari udara yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat seluruh kerak bumi
yang padat). Oksigen bergabung dengan sebagian besar unsur-unsur lain untuk
membentuk oksida. Oksigen sangat penting untuk manusia, hewan, dan tumbuhan.
(kamuskesehatan.com)

1.2 Menjelaskan Fungsi dan Peran Oksigen


Sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mempertahankan kelangsungan
metabolisme sel dan menyelamatkan nyawa. Oksigen merupakan suatu komponen yang
sangat penting di dalam memproduksi molekul Adenin Trifosfat (ATP) secara normal.
ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. Dalam
tubuh manusia, oksigen diserap oleh aliran darah di paru-paru, kemudian diangkut ke sel-
sel dimana proses metabolism terjadi. Oksigen memainkan peran penting dalam proses
respirasi dan metabolism organisme hidup. Senyawa nutrisi dalam sel dioksidasi melalui
proses enzimatis kompleks. Ada empat langkah dalam proses respirasi, yaitu: glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan rantai transport elektron.

Peran oksigen bagi tubuh manusia :


 Penting untuk kerja otak
Dalam mengolah informasi, otak sangat membutuhkan oksigen untuk dapat
bekerja dengan baik. Setiap fungsi sel otak tidak bisa bekerja dengan baik jika
sampai kekurangan oksigen. Sel-sel otak termasuk sel yang sensitif terhadap
keadaan kekurangan oksigen.
 Kekebalan tubuh
Sel-sel tubuh yang mendapatkan cukup oksigen akan berfungsi dengan baik,
sehingga tubuh akan mendapatkan kekebalannya. Proses metabolisme tubuh yang
baik akan menjamin baiknya kekebalan atau sistem imun tubuh seseorang,
sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit.
 Membunuh bakteri penyebab penyakit
Oksigen dapat membunuh berbagai bakteri penyebab penyakit (patogen) tanpa
membunuh bakteri menguntungkan yang ada di dalam tubuh. Pada umumnya,
infeksi oleh bakteri disebabkan oleh jenis bakteri anaerob, yaitu sejenis bakteri
yang tidak dapat hidup pada lingkungan yang kaya akan molekul oksigen.
 Proses pembersihan tubuh
Fungsi tubuh dalam memproses nutrisi, seperti gula, lemak, protein dan vitamin,
yang didapatkan dari makanan dapat terhambat akibat dari adanya toksin. Toksin
tersebut bisa masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan dari udara yang tercemar
polusi, ataupun dari air yang diminum. Untuk menghilangkannya, maka proses
pembersihan harus dilakukan.

9
Manfaat atau fungsi lain bagi tubuh :
 Oksigen berperan penting bagi penglihatan (kesehatan mata)
 Memperkuat jantung, sehingga bisa dibilang bahwa oksigen mengurangi risiko
terkena serangan jantung.
 Menenangkan pikiran dan menstabilkan system saraf.
 Mempercepat proses pemulihan tubuh sehabis menjalani aktivitas fisik.
 Mengobati sakit kepala, migraine dan mabuk.
 Memperbaiki proses pencernaan.
 Mengatasi kram otot, sehingga sangat penting saat Kamu ingin berolah-raga.
 Membuat tidur seseorang menjadi lebih berkualitas.

1.3 Menjelaskan Mekanisme Respirasi Oksigen pada Sel


 Glikolisis

Alur langkah glikolisis adalah sebagai berikut.

10
1. Tahap pertama, glukosa akan diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim hexokinase.
Tahap ini membutuhkan energi dari ATP (adenosin trifosfat). ATP yang telah
melepaskan energi yang disimpannya akan berubah menjadi ADP.
2. Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang dikatalisis oleh enzim
fosfohexosa isomerase.
3. Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi ini dikatalisis oleh
enzim fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini dibutuhkan energi dari ATP.
4. Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi gliseraldehida 3-fosfat (3 atom
C) dan dihidroksi aseton fosfat (3 atom C). Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim
aldolase.
5. Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah menjadi
gliseraldehida 3-fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase. Enzim tersebut bekerja
bolak-balik, artinya dapat pula mengubah gliseraldehida 3-fosfat menjadi dihdroksi
aseton fosfat.
6. Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-bifosfogliserat oleh enzim
gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan terbentuk NADH.
7. 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat
kinase. Para reaaksi ini akan dilepaskan energi dalam bentuk ATP.
8. 3-fosfogliserat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat mutase.
9. 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim enolase.
10. Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis oleh enzim piruvat
kinase. Dalam tahap ini juga dihasilkan energi dalam bentuk ATP.

(Panji, 2015)

 Aerob dan Anerob

Glikolisis aerobik

Glikolisis aerobik adalah jalur glikolitik yang terjadi di sitosol dengan adanya
oksigen. Bila dibandingkan dengan glikolisis anaerob, jalur ini jauh lebih efisien dan
menghasilkan lebih banyak ATP per molekul glukosa. Dalam glikolisis aerobik,
produk akhir, piruvat ditransfer ke mitokondria untuk memulai siklus asam sitrat.
Oleh karena itu, produk akhir dari glikolisis aerobik adalah 34 molekul ATP, air, dan
karbon dioksida.

Glikolisis anaerobik

Glikolisis anaerobik terjadi di sitoplasma ketika sel kekurangan oksigen


lingkungan atau tidak memiliki mitokondria. Dalam hal ini, NADH dioksidasi
menjadi NAD + dalam sitosol dengan mengubah piruvat menjadi laktat. Glikolisis
anaerobik menghasilkan (2 laktat + 2 ATP + 2 H2O + 2 H+) dari satu molekul
glukosa. Berbeda dengan glikolisis aerobik, glikolisis anaerob menghasilkan laktat,
yang mengurangi pH dan menginaktivasi enzim.

11
Apa perbedaan antara Glikolisis aerobik dan anaerobik?

1. glikolisis aerobik terjadi dalam lingkungan yang kaya oksigen, sedangkan


glikolisis anaerobik terjadi pada lingkungan kekurangan oksigen.
2. glikolisis aerobik lebih efisien daripada glikolisis anaerobik; karena itu
menghasilkan sejumlah besar ATP dari glikolisis anaerobik.
3. glikolisis aerobik hanya terjadi pada eukariota sedangkan glikolisis anaerobik
terjadi di kedua prokariota dan eukariota.
4. Tidak seperti di glikolisis anaerobik, produk akhir dari glikolisis aerobik (piruvat)
digunakan untuk memulai jalur lain dalam mitokondria.
5. glikolisis anaerobik menghasilkan 2 ATP per molekul glukosa sedangkan
glikolisis aerobik
menghasilkan 36-38
ATP per molekul glukosa.

Perbedaan antara Glikolisis aerobik dan anaerobik

6. Produk akhir glikolisis anaerobik adalah laktat, yang dapat membahayakan sel itu
sendiri, sedangkan untuk glikolisis aerobik air dan karbon dioksida, yang tidak
berbahaya bagi sel.
7. Tidak seperti di glikolisis anaerobik, NADH+ H+ menjalani fosforilasi oksidatif
dengan adanya oksigen dalam glikolisis aerobik.
8. Piruvat direduksi menjadi laktat selama glikolisis anaerobik sedangkan, selama
glikolisis aerobik, piruvat oksidasi menjadi asetil koenzim A (asetil-CoA).

(Sridianti, 2014)

12
 Transpor Elektron

Tahapan transfer elektron adalah sebagai berikut.

1. NADH akan melepaskan elektronnya (e-) kepada komplek protein I. Peristiwa ini
membebaskan energi yang memicu dipompanya H+ dari matriks mitokondria
menuju ruang antar membran. NADH yang telah kehilangan elektron akan
berubah menjadi NAD+.
2. Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3. Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4. Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5. Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
6. Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian berikatan
dengan 2 ion H+ membentuk H2O.
7. Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi memicu
dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+ atau proton tersebut
akan kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim yang disebut ATP
sintase.
8. Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk ATP
secara bersamaan. Karena terdapat 3 H+ yang masuk kembali ke dalam matriks,
maka terbentuklah 3 molekul ATP.
9. Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan
kemiosmosis.

(Panji, 2015)

13
1.4 Menjelaskan Penyebab Kekurangan Oksigen

Hipoksia otak ketika otak tidak mendapatkan cukup oksigen. hal ini dapat terjadi ketika
seseorang tenggelam, tersedak, mencekik atau serangan jantung. Cedera otak dan keracunan
karbon monoksida adalah kemungkinan penyebab lain hipoksia otak. Kondisi ini bisa serius
karena sel sel otak membutuhkan aliran terganggu oksigen untuk berfungsi dengan baik.

Ada banyak kondisi medis dan peristiwa yang menggangu aliran oksigen ke otak. Stroke,
serangan jantung, dan detak jantung yang tidak teratur dapat mencegah oksigen dan nutrisi
dari mengalir ke otak. Jantung dan detak jantung yang tidak teratur dapat mencegah oksigen
dan nutrisi dari mengalir ke otak.

Kemungkinan penyebab lainya dari penipisan oksigen meliputi :

- Hipotensi, yang merupakan tekanan darah sangat rendah - Komplikasi anestesi selama
operasi

- Tersedak

- Keracunan karbon monoksida

- Tenggelam

- Menghirup karbon monoksida atau asap - Berpergian ke tempak yang tinggi ( diatas 10.000
kaki )

- Kerusakan otak

- Tercekik

- Kondisi medis yang membuat sulit bernapas, seperti serangan asma Bila anda sering
merasakan gejala pusing, jantung berdebar tidak teratur, mual, dan sesak nafas, hati hati,
karena kondisi tersebut merupakan gejala hipoksia.

( Affson et al., 2002 )

14
2. Memahami dan Menjelaskan Hemoglobin

2.1 Menjelaskan Definisi Hemoglobin

Hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan


prevalensi anemia. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah.
Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah hemoglobin/ 100 ml darah dapat
digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah.

Hemoglobin adalah Metaloprotein, yaitu protein yang mengandung zat besi di dalam sel
darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru paru ke seluruh tubuh,
pada mamalia dan hewan lainnya.

( Supariasa, et al., 2001 )

2.2 Menjelaskan Fungsi Hemoglobin

Oksigen terdapat dalam darah dalam dua bentuk: larut secara fisik dan secara kimiawi
berikatan dengan hemoglobin. Sangat sedikit oksigen yang larut secara fisik dalam air plasma
karena oksigen kurang larut dalam cairan tubuh. Jumlah yang larut berbanding lurus dengan
tekanan parsial oksigen darah: semakin tinggi tekanan parsial oksigen, semakin banyak
oksigen yang larut. Pada tekanan parsial oksigen arteri normal sebesar 100 mmHg, hanya 3
mL oksigen dapat larut dalam 1 liter darah. Karena itu, hanya 15 mL oksigen / menit yang
dapat larut dalam aliran darah paru normal 5 liter / menit (curah jantung istirahat). Untuk
menyalurkan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan bahkan dalam keadaan istirahat, curah
jantung harus sebesar 83,3 liter / menit jika oksigen hanya dapat diangkut dalam bentuk
terlarut. Jelas bahwa harus ada mekanisme lain untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Mekanisme ini adalah hemoglobin (Hb).
Peran hemoglobin pada tingkat alveolus: Hemoglobin bekerja sebagai “depo
penyimpanan” untuk oksigen, memindahkan oksigen dari larutan segera setelah molekul ini
masuk ke darah dari alveolus. Karena hanya oksigen larut yang berperan membentuk tekanan
parsial oksigen, oksigen yang tersimpan di Hb tidak dapat ikut membentuk tekanan parsial
oksigen darah. Ketika darah vena sistemik masuk ke kapiler paru, tekanan parsial oksigen
nya jauh lebih rendah daripada tekanan parsial oksigen alveolus, sehingga oksigen segera
berdifusi ke dalam darah, meningkatkan tekanan parsial oksigen darah. Segera setelah
tekanan parsial oksigen darah naik, persentase Hb yang dapat berikatan dengan oksigen juga
meningkat. Karena itu, sebagian besar oksigen yang telah berdifusi ke dalam darah berikatan
dengan Hb dan tidak lagi berperan menentukan tekanan parsial oksigen. Karena oksigen
dikeluarkan dari larutan dengan berikatan dengan Hb, tekanan parsial oksigen turun ke
tingkat yang hampir sama dengan ketika darah masuk ke paru, meskipun jumlah total oksigen
dalam darah sebenarnya telah bertambah. Karena tekanan parsial oksigen darah kembali lebih
rendah daripada tekanan parsial oksigen alveolus, lebih banyak oksigen yang berdifusi dari
alveolus ke dalam darah, hanya untuk kembali diserap oleh Hb.

15
Difusi neto oksigen dari alveolus ke darah sebenarnya terjadi secara terus-menerus
hingga Hb mengalami saturasi lengkap oleh oksigen sesusai dengan yang dimungkinkan oleh
tekanan parsial oksigen tersebut. Pada tekanan parsial oksigen normal 100 mmHg, Hb
mengalami saturasi hampir 100%. Karena itu, dengan menyerap oksigen, Hb menjaga
tekanan parsial oksigen darah tetap rendah dan memperlama eksistensi gradient tekanan
parsial sehingga dapat terjadi pemindahan neto oksigen dalam jumlah besar ke dalam darah.
Baru setelah Hb tidak dapat lagi menyimpan oksigen tambahan (yaitu. Hb telah mengalami
saturasi sesuai tekanan parsial oksigen tersebut) semua oksigen yang dipindahkan ke dalam
darah tetap larut dan langsung berkontribusi untuk tekanan parsial oksigen. Saat ini barulah
tekanan parsial oksigen darah cepat seimbang dengan tekanan parsial oksigen alveolus, dan
menyebabkan pemindahan oksigen lebih lanjut terhenti, tetapi titik ini belum tercapai hingga
Hb telah mengangkut oksigennya secara maksimal. Setelah tekanan parsial oksigen darah
seimbang denga tekanan parsial oksigen alveolus, tidak ada lagi pemindahan oksigen,
seberapapun oksigen total yang telah dipindahkan.
Peran hemoglobin pada tingkat jaringan: situasi kebalikannya terjadi di tingkat
jaringan. Karena tekanan parsial oksigen darah yang masuk ke kapiler sistemik jauh lebih
besar daripada tekanan parsial oksigen jaringan sekitar, oksigen segera berdifusi dari darah ke
jaringan, menurunkan tekanan parsial oksigen darah. Ketika tekanan parsial oksigen darah
turun, Hb harus melepaskan sebagian dari oksigen yang dibawanya karena persenan saturasi
oksigen berkurang. Sewaktu oksigen yang dibebaskan dari Hb larut dalam darah, tekanan
parsial oksigen darah meningkat dan kembali melebihi tekanan parsial oksigen jaringan
sekitar. Karena itu Hb berperan penting dalam jumlah total oksigen yang dapat diangkut oleh
darah di paru dan dibebaskan ke jaringan.

16
Dalam keadaan biasa, manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen sehari (24 jam) atau
sekitar 0,5 cc tiap menit. Kebutuhan tersebut berbanding lurus dengan volume udara inspirasi
dan ekspirasi biasa kecuali dalam keadaan tertentu saat konsentrasi oksigen udara inspirasi
berkurang atau karena sebab lain, misalnya konsentrasi hemoglobin darah berkurang.

Oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah dalam kapiler darah yang menyelubungi
alveolus. Selanjutnya, sebagian besar oksigen diikat oleh zat warna darah atau pigmen darah
(hemoglobin) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh.

Hemoglobin yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit ini tersusun oleh senyawa
hemin atau hematin yang mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein.

( Sherwood Ed 8 )
2.2 Mekanisme Pengikatan Oksigen
Secara sederhana, pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat diperlihat-kan menurut
persamaan reaksi bolak-balik berikut ini :

Hb4 + O2→ 4 Hb O2

(oksihemoglobin)
berwarna merah jernih

17
Reaksi di atas dipengaruhi oleh kadar O2, kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar
O2 dalam jaringan, dan kadar O2 di udara. Proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian
juga difusi CO2 dari arteri dipengaruhi oleh tekanan O2 dalam udara inspirasi.

Tekanan seluruh udara lingkungan sekitar 1 atmosfir atau 760 mm Hg, sedangkan tekanan O2
di lingkungan sekitar 160 mm Hg. Tekanan oksigen di lingkungan lebih tinggi dari pada
tekanan oksigen dalam alveolus paru-paru dan arteri yang hanya 104 mm Hg. Oleh karena itu
oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.
Dari paru-paru, O2 akan mengalir lewat vena pulmonalis yang tekanan O2 nya 104 mm;
menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir lewat arteri sistemik yang tekanan O2 nya 104
mm hg menuju ke jaringan tubuh yang tekanan O2 nya 0 - 40 mm hg. Di jaringan, O2 ini
akan dipergunakan. Dari jaringan CO2 akan mengalir lewat vena sistemik ke jantung.
Tekanan CO2 di jaringan di atas 45 mm hg, lebih tinggi dibandingkan vena sistemik yang
hanya 45 mm Hg. Dari jantung, CO2 mengalir lewat arteri pulmonalis yang tekanan O2 nya
sama yaitu 45 mm hg. Dari arteri pulmonalis CO2 masuk ke paru-paru lalu dilepaskan ke
udara bebas.

Berapa minimal darah yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada jaringan?
Setiap 100 mm3 darah dengan tekanan oksigen 100 mm Hg dapat mengangkut 19 cc oksigen.
Bila tekanan oksigen hanya 40 mm Hg maka hanya ada sekitar 12 cc oksigen yang bertahan
dalam darah vena. Dengan demikian kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen adalah
7 cc per 100 mm3 darah.

Pengangkutan sekitar 200 mm3 C02 keluar tubuh umumnya berlangsung menurut reaksi
kimia berikut:

C02 + H20 Þ (karbonat anhidrase) H2CO3

Tiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 sehingga mempengaruhi pH darah
menjadi 4,5 karena terbentuknya asam karbonat. Pengangkutan CO2 oleh darah dapat
dilaksanakan melalui 3 Cara yakni sebagai berikut :

1. Karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam karbonat dengan enzim
anhidrase (7% dari seluruh CO2).

2. Karbon dioksida terikat pada hemoglobin dalam bentuk karbomino hemoglobin (23% dari
seluruh CO2).

18
3. Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai
pertukaran klorida (70% dari seluruh CO2). Reaksinya adalah sebagai berikut.

CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3

Gangguan terhadap pengangkutan CO2 dapat mengakibatkan munculnya gejala asidosis


karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut dapat disebabkan karena keadaan
Pneumoni. Sebaliknya apabila terjadi akumulasi garam basa dalam darah maka muncul gejala
alkalosis.

( Sherwood Ed 8 )

19
3. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia
3.1 Menjelaska Definisi Hipoksia
- Kekurangan kadar oksigen yang mencapai jaringan pada tubuh.
( Menurut Webster )
- Penurunan tingkat oksigen dibawah normal pada gas yang
terinspirasi,darah di
arteri atau jaringan,kependekan dari anoxia .
( Menurut Stedman )
- Penurunan suplai oksigen dalam jaringan sampai dibawah tingkat
fisiologis
meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai.
( Menurut Dorland Ed 29 )
Intinya, Hipoksia adalah penurunan suplai oksigen dibawah normal pada jaringan
tubuh.

3.2 Menjelaskan jenis-jenis Hipoksia


A.Hipoksia hipoksi
Keadaan dimana kurangnya oksigen yang masuk dalam paru-paru sehingga
oksigen tidak dapat mencapai darah dan gagal masuk kesirkulasi darah.
Ditandai oleh rendahnya Po2 darah arteri disertai oleh kurang akuratnya
saturasi Hb. Hal ini disebabkan oleh :
1. Malfungsi pernafasan yang melibatkan kurang memadainya pertukaran gas,
ditandai dengan Po2 alveolus yang normal tetapi Po2 arteri berkurang, atau
2. Berada diketinggian atau lingkungan yang menyesakkan ketika Po2
atmosfer berkuran sehingga Po2 alveolus dan arteri juga berkuran .

B.Hipoksia Anemia
Keadaan karna darah (hemoglobin) tidak dapat mengikat/membawa oksigen
yang cukup untuk metabolisme seluler.seperti pada keracunan monoksida (co)
karna afinitas co terhadap hemoglobin jauh lebih tinggi dibandingkan afinitas
oksigen dengan hemoglobin. Hal ini dapat terjadi karena :
1. Penurunan jumlah sel darah merah
2. Kurangnya jumlah Hb di dalam sel darah merah
3. Keracunan CO

20
Pada semua kasus hipoksia anemik, Po2 arteri normal tetapi kandungan O2
darah arteri lebih rendah dari pada normal karena berkurangnya ketersediaan
Hb.

C.Hipoksia stagnan
Keadaan yang disebabkan karna darah tidak mampu membawa oksigen
kejaringan oleh kegagalan sirkulasi pada heart fallure/embolisme.baik emboli
udara vena maupun udara emboli lemak.

D.Hipoksia histotoksik
Keadaan yang disebabkan karna jaringan yang tidak mampu menyerap
oksigen salah satu contoh adalah keracunan sianida dalam tubuh akan
menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal
terutama sitokrom oksidasi dengan mengikat bagian femich eme group dari
oksigen yang dibawa darah.

( Sherwood Ed 8 )

21
3.3 Menjelaskan Gejala Hipoksia

Gejala yang ditimbulkan dari hipoksia ini bisa terjadi tiba-tiba, bersifat kronis dan dengan
cepat akan semakin memburuk. Gejala tersebut meliputi:

 Merasa kebingungan
 Berhalusinasi
 Mengalami sesak nafas
 Nafas terasa pendek
 Berkeringat lebih banyak
 Terjadi perubahan warna pada kulit seperti merah agak ungu atau biru
 Merasa lelah dan lesu
 Batuk
 Terjadi masalah pada otak atau masalah kesadaran seperti sakit kepala
 Sesak nafas saat beraktivitas atau istirahat
 Jantung berdetak lebih cepat
 Pingsan atau kejang
 Bibir berubah warna menjadi biru atau putih dan juga pada area lidah serta wajah atau
lebih dikenal dengan sianosis. Ini bisa terjadi apabila kadar hemoglobin yang tidak
mengikat oksigen mencapai lebih dari 5 g/dL dan ada 2 jenis sianosis yakni perifer
serta sentral.
 Jari tangan dan kaki berbentuk seperti tabuh
 Kesemutan
 Tidak bisa bicara karena tersedak atau tersumbat

Komplikasi Hipoksia
Hipoksia juga bisa mengakibatkan komplikasi, apabila ditangani dengan cara yang salah.
Selain itu, memberikan oksigen secara berlebihan malah akan meracuni jaringan di dalam
tubuh atau disebut juga dengan hiperoksia dan ini akan menyebabkan beberapa komplikasi
seperti:

 Kejang-kejang
 Perubahan perilaku
 Katarak mata
 Vertigo
 Pneumonia

22
3.4 Menjelaskan Penyebab Hipoksia

Hipoksia biasanya terjadi karena hipoksemia, akan tetapi juga bisa terjadi sebaliknya. Selain
karena hipoksemia, ada beberapa hal lainnya yang menjadi penyebab seseorang terserang
hipoksia, seperti:
• Kadar oksigen di dalam tubuh tidak mencukupi
• Mengalami keracunan zat dan gas kimia
• Terjadi gangguan pada jantung seperti detak jantung yang sangat lambat atau severe
bradycardia dan juga kontraksi pada bilik jantung atau ventrikel yang terlalu cepat dan
terjadi tidak beraturan atau ventricular fibrillation.
• Gangguan paru-paru seperti paru obstruktif kronis, bronkitis, emfisema, kanker paru-paru,
asma, pneumonia, sleep apnea dan juga edema pulmonari.
• Bronkitis
• Emfisema
• Edema paru atau terdapat cairan pada paru-paru
• Keracunan sianida
• Berkurang atau berhentinya aliran darah pada organ tertentu
• Mengkonsumsi obat-obatan yang bisa mengganggu atau bahkan menghentikan nafas.
• Anemia atau keadaan lain yang bisa merusak sel darah merah dalam tubuh.
• Kelainan hemoglobin seperti karboksihemoglobinemia, sulfhemoglobinnemia dan
methemoglobinemia.
• Paparan udara dingin
• Terjadi penyumbatan di pembuluh arteri atau vena
• Hemoglobin dengan afinitas atau ketertarikan rendah pada oksigen
• Memiliki beberapa tipe jantung bawaan
• Terjadi ketidakselarasan antara oksigen yang masuk ke paru dengan oksigen yang dialirkan
keseluruh tubuh

3.5 Menjelaskan Pencegahan Hipoksia

Hypobaric Chamber Training


Untuk mengenal dan menyegarkan ingatan kembali terhadap kondisi yang dapat terjadi pada
saat penerbang atau penerjun berada di ketinggian (pesawat tertentu bahkan dapat terbang
hingga ketinggian lebih dari 60.000 kaki, dan penerjun HALO/ High Altitude High Opening
dapat diterjunkan pada ketinggian 35.000 kaki), di TNI Angkatan Udara selalu diprogramkan
pelatihan Indoktrinasi Latihan Aerofisiologi (ILA), dimana salah satunya berupa pengenalan
kembali terhadap kondisi hipoksia hipobarik. Di lapangan, mereka telah dilengkapi dengan
peralatan pelindung seperti cabin pressurerized 5.000 kaki pada pesawat biasa yang terbang
di atas 10.000 kaki dan tabung oksigen 100% pada penerjun yang diterjunkan di atas 10.000
kaki. Namun, mereka tetap harus senantiasa siap terhadap terjadinya kondisi darurat akibat
alat-alat yang tidak berfungsi. Program reminding atau refreshing in ini harus dijalani rutin
setiap dua tahun sekali dengan menggunakan alat simulasi yang dinamakan Hypobaric
chamber.

23
Beberapa prosedur hypobaric chamber training yang dikenal:
a. Prosedur hypobaric chamber training klasik
Prosedur ini dilakukan di banyak negara, termasuk negara-negara maju yang mengenalkan
prosedur ini ke seluruh dunia.
Ada tiga tipe pelatihan:
1. Type A Chamber Flight. Merupakan latihan standar untuk mengenal dan
mengingatkan kembali hipoksia dengan stimulasi ketinggian 25.000 kaki. Dengan
pola sebagai berikut:

Gambar 2.17. Type A Chamber Flight Profile


2. Type B Chamber Flight. Merupakan latihan hipobarik dan hipoksia pada penglihatan
malam (night vision), dengan simulasi ketinggian 15.000 kaki.

24
25
3. Type C Chamber Flight. Merupakan pelatihan untuk mengenalkan dan mengingatkan
kembali tekanan hipobarik. Simulasi ketinggian 45.000 kaki.

b. Prosedur hypobaric chamber training dengan teknik CADO Prosedur ini mulai digunakan
oleh Angkatan Bersenjata Australia (Australian Defence Force/ADF) sejak Desember 2001.
Hingga tahun 2001 ADF masih menggunakan prosedur klasik, hingga tahun 2001
COMCARE (otoritas kesehatan dan keselamatan kerja Pemerintah Federal Australia)
menghentikan dan melarangnya, akibat banyaknya angka kecelakaan decompression sickness
akibat penurunan dan penaikan tekanan yang akut. Prosedur baru CADO (Combined Altitude
and Depleted Oxygen), yang pertama kalinya di dunia diperkenalkan oleh Royal Australian
Air Force’s Institute of Aviation Medicine (AVMED) didesain dapat mengeliminasi risiko
decompression illness, dengan cara menghirup udara yang kadar oksigennya direduksi
seolah-olah pada ketinggian 25.000 kaki (sekitar 8% O2) tanpa memberikan lingkungan
hipobarik 25.000 kaki, tetapi cukup dengan simulasi hipobarik pada ketinggian 10.000 kaki.
Di Lakespra Saryanto TNI AU, menggunakan prosedur seperti pada tipe klasik, namun dalam
prakteknya sedikit berbeda:
1. ILA awal
a. Type I chamber flight profile. Dengan standard rate of climb/descent 5.000 kaki/menit, ke
ketinggian 35.000 kaki, demonstrasi hipoksia akut pada 30.000 kaki, turun ke 25.000 kaki,
dan kemudian dibuat perlakuan setelah hipoksia massal pada peserta pada 25.000 kaki selama
5 menit. Setelah itu turun ke 18.000 kaki dan dilakukan latihan penglihatan malam/night
vision training (dengan lampu gelap).

26
b. Rapid decompression profile. Hanya melakukan pelatihan yaitu mengenalkan adanya
kemungkinan rapid decompression, sampai ketinggian 30.000 kaki langsung turun cepat ke
22.000 kaki, kemudian turun lebih lambat ke zona aman (dibawah 10.000 kaki).

27
2. ILA penyegaran/refreshing
a. Type II chamber profile (khusus penerbang tempur). Sampai ketinggian 43.000 kaki,
dengan terus memakai masker dengan oksigen 100%.

Gambar 2.22. Type II chamber profile


b. Type II chamber flight profile (untuk penerbang angkut). Sampai ketinggian 35.000 kaki,
turun ke 25.000 kaki, perlakuan hipoksia massal pada 25.000 kaki, kemudian turun dengan

28
kecepatan 4.000-6.000 kaki/menit. Kemudian latihan night vision pada ketinggian 18.000
kaki.

3.6 Menjelaskan Penanganan Hipoksia

Penanganan yang dapat dilakukan terhadap penderita hipoksia adalah:


1. Turun segera.
Dengan turun segera dari ketinggian dapat menyembuhkan gejala dalam beberapa jam,
namun misi naik gunung dapat tertunda
2. Istirahat di ketinggian yang sama.
Diharapkan terjadinya proses aklimatisasi (penyesuaian ketersediaan O2 yang menurun di
dataran tinggi), namun gejala baru akan hilang dalam 24-48 jam.
3. Istirahat dan minum Acetazolamide, atau Deksametason, atau keduanya
Dengan Acetazolamide, gejala dapat hilang dalam 12-24 jam, namun ada efek samping obat.
Sedangkan pada Deksametason dapat menghilangkan gejala dalam beberapa jam, namun
hanya menyembunyikan gejala dan tidak terjadi prosesaklimatisasi.
4. Terapi Oksigen (O2)
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi
jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah untuk mengatasi
keadaan hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, dan untuk menurunkan kerja
nafas dan menurunkan kerja miokard. Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : Konsentrasi O2
udara inspirasi dapat terkontrol, tidak terjadi penumpukan CO2 , mempunyai tahanan jalan
nafas yang rendah, efisien dan ekonomis, dan nyaman untuk pasien.
Metode-metode yang digunakan dalam terapi oksigen:
1) Kateter nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara
kontinudengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%
Keuntungan : Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

29
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadidistensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lendir nasofaring, alirandengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri
sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.
2) Kanula nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu
denganaliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,bergerak, berbicara, lebih mudah
ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila
klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalamkanul hanya 1cm, mengiritasi
selaput lender.
3) Sungkup muka sederhana merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8
L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanulanasal,
system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihansungkup berlobang besar, dapat
digunakan dalam pemberian terapiaerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapatmenyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing merupakan suatu teknik pemberian O2 dengan
konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% denganaliran 8 – 12 L/mnt
Keuntungan : Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan
selaput lender
Kerugian : Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendahdapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.
5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing merupakan teknik pemberian O2
dengan konsentrasi O2 mencapai 99% denganaliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan
selaput lendir.
Kerugian : Kantong O2 bisa terlipat.

5. Terapi Oksigen Hiperbarik


Suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% O2 kepada pasien dalam suatu hyperbaric
chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal.
6. Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat kerbonat anhidrase menyebabkan peningkatan ekresi HCO3- di urin
merangsang pernapasan meningkatkan PCO2 dan mengurangi pembentukan cairan
serebrospinal.

Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran maka lidah akan jatuh ke belakang
menyumbat hipofarings atau epiglotis jatuh kebelakang menutup rima glotidis. Dalam
keadaan seperti ini, pembebasan jalan napas dapat dilakukan tanpa alat maupun dengan
menggunakan jalan napas buatan.

Membuka jalan napas tanpa alat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1) Chin lift yaitu dengan empat jari salah satu tangan diletakkan dibawah rahang ibu jari
diatas dagu, kemudian secara hati-hati dagu diangkat ke depan. Bila perlu ibu jari
dipergunakan untuk membuka mulut/bibir atau dikaitkan pada gigi seri bagian bawah untuk
mengangkat rahang bawah. Manuver Chin lift ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala

30
hiperekstensi.
2) Jaw Thrust yaitu dengan mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan dengan
jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas, kedua
ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi penderita untuk
melakukan immobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust buka mulut dan head tilt disebut airway
manuver.

4. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan dalam Islam

4.1 Menjelaskan Dalil Al-Qur’an Tentang Menjaga Kesehatan

Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Al-Baqarah (2); 201).

4.2 Menjelaskan Hadits Tentang Menjaga Kesehatan

“Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak diperhatikan), yaitu
kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari)

31
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad H, Asdie.1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta : EGC


Sherwoood,Lauralee2014.Fisiologi Manusia.Jakarta:EGC.
Corwin, j elizaberh. 2009. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Murray Robert K,.et al.2003. Biokimia Harper edisi 25.Jakarta. EGC
Dawn b. Marks,.et al.2010. Biokimia Dasar Kedokteran.Jakarta:EGC
Asmadi.2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta:Salemba Medika.
Brooker,Chriss.2008.Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta:EGC.
Sutresna,Nana.2008.KIMIA.Jakarta:Grafindo Media Pratama.
2010. Dorland Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta:EGC
Guyton, Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:EGC
Sloane E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta:EGC

32

Anda mungkin juga menyukai