BLOK BIOMEDIK II
Kelompok : B14
Ketua : Muhammad Fikri (1102017149)
Sekretaris : Qonita Fitri Martikasari (1102017181)
Anggota : Vania Rahmalia (1102016219)
Shafira Rachmawati (1102017214)
Muhammad Febrian A (1102017148)
Putri Elena (1102017179)
Qolbi Mutillah (1102017180)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21.424457
DAFTAR ISI
"Di dalam penerbangan yang terjadi adalah hypoxic hypoxia," kata dr. Soemardoko
Tjokrowidigdo, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Indonesia, dalam
perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (30/12/2014).
Hypoxic hypoxia merupakan hipoksia yang terjadi karena menurunnya tekanan parsiil
oksigen (O2) dalam paru-paru atau karena terlalu tebalnya dinding paru-paru. Jadi semakin
tinggi terbang maka makin rendah tekanan barometernya. Akibatnya tekanan parsiil oksigen
juga makin kecil.
Hipoksia patut diwaspadai karena terjadi perlahan-lahan tanpa ada tanda-tanda awal. Apalagi
sifat gejalanya sangat individual, sehingga tidak sama pada masing-masing orang.
"Penerbang dan semua penumpang akan mengalami hal ini (hipoksia), tetapi untuk
penerbang dan awak kabin sudah dilatih dengan menggunakan 'Hypobaric Chamber Training'
sudah mengetahui gejala awal dan akan segera menggunakan O2 untuk mencegah gejala
yang dapat berakibat fatal," ucap dr Soemardoko.
KATA SULIT
PERTANYAAN
JAWABAN
HIPOTESIS
Oksigen adalah unsur kimia yang berperan dalam proses respirasi dan diangkut oleh
hemoglobin dalam sirkulasi darah. Apabila tubuh kekurangan oksigen dapat
menyebabkan hipoksia yang disebabkan oleh beberapa faktor resiko seperti umur,
penyakit, dan gaya hidup. Gejala yang ditimbulkan seperti kelelahan, mual, dan pusing.
LI. 1. Mempelajari dan Memahami Oksigen
LO. 1.1 Menjelaskan Definisi Oksigen
Oksigen adalah unsur yang menyusun sekitar 20% udara atmosfer, merupakan unsur
penting dalam pernapasan tumbuhan dan hewan, dan diperlukan untuk mendukung
pembakaran.
Katabolisme adalah proses penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim. Fungsinya untuk menghasilkan energi berupa ATP dan
electron berenergi tinggi NADH2 (Nikotilamid adenine dinukleotida H2) serta FADH2 (flavin
adenine dinukleotida). Salah satu contoh katabolisme adalah respirasi sel. Respirasi sel
adalah jalur metabolism yang menghasilkan energy dari molekul-molekul bahan bakar seperti
karbohidrat, protein dan lemak. Respirasi sel yang tidak membutuhkan oksigen disebut
anaerob sedangkan yang membutuhkan oksigen adalah aerob. Kebanyakan reakasi yang
terjadi di manusia memerlukan oksigen sehingga ia masuk ke aerob. Sedangkan contoh
anaerob adalah proses pembuatan alcohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Proses
respirasi pada organisme eukariotik terjadi di mitokondria.
2. Anabolisme
Anabolisme adalah lintasan protein yang menyusun beberapa senyawa sederhana menjadi
senyawa yang lebih kompleks. Kebalikan dari katabolisme yang menghasilkan ATP,
anabolisme justru memerlukan ATP untuk reaksinya. Anabolisme meliputi 3 tahap. Pertama
adalah produksi senyawa sederhasa seperti asam amino, monosakarida dsb. Kedua adalah
aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP.
Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein,
polisakarida, lemak dan asam nukleat. Contoh anabolisme adalah pada fotosintesis yang
menggunakan cahaya sebagai energy dan menghasilkan gula.
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Merupakan Proses pemutusan gugus karboksil dan oksigen pada asam piruvat. Reaksi ini
terjadi dalam mitokondria sel.
c. Siklus Kreb
Merupakan siklus yang terjadi setelah dekrboksilasi oksidatif asam piruvat. Siklus ini
terjadi dalam matriks mitokondria.
d. Transpor elektron
Merupakan proses pelepasan energi berupa proton (H+) dan elektron (e) deri molekul
NADH dan FADH2 yang dibentuk selama katabolisme. Reaksi ini terjadi dalam
matriks mitokondria.
Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang
menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang
mengandung besi disebut heme. Nama Hb merupakan gabungan dari heme dan globin, globin
sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme dan
hemoglobin adalah yang paling dikenal dan banyak dipelajari. Pada manusia dewasa, Hb
berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua
sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural
dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000
Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit Hb
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat
molekul oksigen.
1. Pengikatan Oksigen
1) Alveolus memiliki O2 lebih tinggi dari pada O2 di dalam darah
2) O2 masuk ke dalam darah melalui difusi melewati membran alveolus
3) Di dalam darah, O2 sebagian besar (98%) diikat oleh Hb yang terdapat pada eritrosit
menjadi Oksihemoglobin (Hb O2 )
HbO2 merupakan oksihaemoglobin yang berperan dalam membawa oksigen keseluruh
jaringan tubuh termasuk otak.
4) Selain diikat oleh Hb. Sebagian kecil O2 larut di dalam plasma darah (2%)
5) Setelah berada di dalam darah O2 kemudian masuk ke jantung melalui vena
pulmonalis untuk diedarkan ke seluruh tubuh yang membutuhkan
2. Pengeluaran Karbondioksida
1) Di jaringan CO2 lebih tinggi di bandingkan yang ada di dalam darah
2) Ketika O2 di dalam darah berdifusi ke jaringan, maka CO2 di jaringan akan segera
masuk kedalam darah
3) Ketika CO2 berada di dalam darah sebagian besar (70%) CO2 akan di ubah menjadi
ion bikarbonat (HCO3-)
4) 20% CO2 akan terikat oleh Hb pada eritrosit
5) Sedangkan 10% CO2 lainnya larut dalam plasma darah
6) CO2 kemudian masuk ke jantung lalu menuju paru paru melalui arteri pulmonalis.
2) Kanula nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran
1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur,mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalamkanul hanya
1cm, mengiritasi selaput lender.
3) Sungkup muka sederhana merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 –
8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanulanasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapiaerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.
3. Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat kerbonat anhidrase menyebabkan peningkatan ekresi HCO3-
di urin merangsang pernapasan meningkatkan PCO2 dan mengurangi pembentukan
cairan serebrospinal.
DAFTAR PUSAKA
Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Campbell, Neil. A dan Jane B.Peece (2008). Biologi.Edisi 8.Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Diperoleh pada Rabu, 10 Desember 2017
Diah Arunita, ph. D, et al. 2004. Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Murray, R.K. et al. 2002. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC Prawirohartono, Slamet.
dan Sri Hidayati. 2000. Sains Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Bumi Aksara.
W.Sudoyo Aru, Bambang, Idrus dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi IV.Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia