Anda di halaman 1dari 17

WRAP UP DAMPAK CUACA EKSTRIM SAAT PENERBANGAN

SERANGAN HIPOKSIA, SAAT OKSIGEN DI PESAWAT MENIPIS


KARENA KETINGGIAN

BLOK BIOMEDIK II

Kelompok : B14
Ketua : Muhammad Fikri (1102017149)
Sekretaris : Qonita Fitri Martikasari (1102017181)
Anggota : Vania Rahmalia (1102016219)
Shafira Rachmawati (1102017214)
Muhammad Febrian A (1102017148)
Putri Elena (1102017179)
Qolbi Mutillah (1102017180)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta 10510
Telp.62.21.4244574 Fax. 62.21.424457
DAFTAR ISI

Daftar Isi ..............................................................................................................................2


Skenario ...............................................................................................................................3
Kata Sulit .............................................................................................................................4
Pertanyaan ...........................................................................................................................5
Jawaban ................................................................................................................................6
Hipotesis ...............................................................................................................................7
Sasaran Belajar ...................................................................................................................8

LI. 1. Mempelajari dan Memahami Oksigen


LO. 1.1 Menjelaskan Definisi Oksigen ............................................................................8
1.2 Menjelaskan Peran Oksigen Dalam Metabolisme ...............................................8
1.3 Menjelaskan Peran Oksigen Dalam Respirasi .....................................................9

LI. 2. Mempelajari dan Memahami Hemoglobin


LO. 2.1 Menjelaskan Definisi Hemoglobin ........................................................................8
2.2 Menjelaskan Struktur Hemoglobin ........................................................................8
2.3 Menjelaskan Fungsi Hemoglobin .........................................................................9
2.4 Menjelaskan Mekanisme Pengikatan Oksigen oleh Hemoglobin .........................

LI. 3. Mempelajari dan Memahami Hipoksia


LO. 3.1 Menjelaskan Difinisi Hipoksia ...........................................................................12
3.2 Menjelaskan Klasifikasi Hipoksia .......................................................................14
3.3 Menjelaskan Gejela Hipoksia ..............................................................................
3.4 Menjelaskan Tingkatan Hipokisa ..........................................................................
3.5 Menjelaskan Faktor Penyebab Hipoksia ...............................................................
3.6 Menjelaskan Tata Laksana Hipoksia....................................................................
Daftar Pustaka ......................................................................................................................15
SKENARIO

Dampak Cuaca Ekstrem Saat Penerbangan


Serangan Hipoksia, Saat Oksigen di Pesawat Menipis karena Ketinggian

Hipoksia merupakan keadaan tubuh kekurangan oksigen untuk menjamin keperluan


hidupnya. Kondisi ini bisa terjadi di dalam pesawat yang terbang dengan ketinggian di atas
10 ribu kaki. Seperti diketahui, kurangnya oksigen mengakibatkan gangguan fungsi fisiologis
tubuh manusia.

"Di dalam penerbangan yang terjadi adalah hypoxic hypoxia," kata dr. Soemardoko
Tjokrowidigdo, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Indonesia, dalam
perbincangan dengan detikHealth dan ditulis pada Selasa (30/12/2014).

Hypoxic hypoxia merupakan hipoksia yang terjadi karena menurunnya tekanan parsiil
oksigen (O2) dalam paru-paru atau karena terlalu tebalnya dinding paru-paru. Jadi semakin
tinggi terbang maka makin rendah tekanan barometernya. Akibatnya tekanan parsiil oksigen
juga makin kecil.

Hipoksia patut diwaspadai karena terjadi perlahan-lahan tanpa ada tanda-tanda awal. Apalagi
sifat gejalanya sangat individual, sehingga tidak sama pada masing-masing orang.

"Penerbang dan semua penumpang akan mengalami hal ini (hipoksia), tetapi untuk
penerbang dan awak kabin sudah dilatih dengan menggunakan 'Hypobaric Chamber Training'
sudah mengetahui gejala awal dan akan segera menggunakan O2 untuk mencegah gejala
yang dapat berakibat fatal," ucap dr Soemardoko.
KATA SULIT

1. Hipoksia : Penurunan Suplay Oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat fisiologis,


meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai.
2. Oksigen : Unsur dengan nomor atom 8 berlambang O, gas tidak berwarna,
tidak berbau dan tidak berasa yang mengisi 20% dari udara yang kita hirup.
3. Tekanan Barometer : Tekanan yang dipakai untuk mengukur udara, meramal cuaca,
dan mengetahui ketinggian disuatu tempat.
4. Cuaca Ekstrim : Fenomena meteologi, khususnya fenomena cuaca yang mempunyai
potensi menimbulkan bencana.
5. Hypoxic hypoxia : Hipoksia akibat kekurangan oksigen dalam paru-paru karena
penurunan tekanan parsiil.
6. Tekanan Parsiil : Tekanan hipotesis gas pada saat gas terus menempuh voleme
campuran pada suhu sama.
7. Gangguan Fungsi Sel : Terjadinya kekurangan atau kelebihan yang mengakibatkan
kinerja sel terganggu.

PERTANYAAN

1. Faktor apa saja yang mempengaruhi fungsi dan kinerja sel ?


2. Mengapa kekurangan oksigen mengakibatkan gangguan fungsi sel ?
3. Mengapa pada saat di ketinggian dapat terjadi hipoksia ?
4. Mengapa gejela hipoksia pada setiap individu berbeda ?
5. Bagaimana mekanisme hipoksia?
6. Apa peran oksigen dalam tubuh ?
7. Apakah hipoksia dapat di cegah atau diminimalisir ? jika iya bagaimana ?
8. Mengapa penerbang dan awak kabin harus dilatih untuk menggunakan alat bantu
pernafaaan ?
9. Peran hemoglobin pada pengikatan oksigen dalam darah ?
10. Bagaimana keadaan tubuh saat kekurangan oksigen ?

JAWABAN

1. Faktor yang mempengaruhi yaitu :


a. Umur
b. Kadar oksigen
c. Penyakit
d. Makanan
e. Lingkungan
f. Gaya hidup
2. Karena oksigen digunakan untuk proses metabolisme dan proses respirasi di dalam
tubuh, saat oksigen dalam tubuh berkurang maka proses metabolisme terganggu
sehingga ATP yang dihasilkan untuk tenaga pada sel berkurang.
3. Karena pada daerah yang tinggi kadar oksigen berkurang dibandingkan daerah yang
rendah, sehingga tubuh tidak mampu secara maksimal melakukan proses metabolisme
dan proses respirasi.
4. Karena proses merabolisme dan proses respirasi setiap individu berbeda, yang di
sebabkan berbagai macam faktor contohnya makanan, gaya hidup, lingkungan,
penyakit, kapasitas alveolus dan pekerjaan.
5. Mekanisme saat terjadi hipoksia yaaitu suhu tubuh menurun, kebutuhan oksigen
meningkat dan bertambah, kadar hemoglobin darah menurun, Hemoglobin sulit
mengikat oksigen sehingga oksigen sulit diedarkan ke jaringan pada organ tubuh.
6. Sebagai proses respirasi, proses metabolisme, kinerja otak, kekebalan tubuh, kontraksi
otot. Dan bahan bakar sel
7. Bisa di minimalisir dengan cara memperbanyak minum air mineral dan menambah
kadar hemoglobin dengan cara mengkonsumsi protein seperti daging dan bayam.
8. Karena untuk meminimalisir kerusakan pada sistem organ tubuh karena kurangnya
oksigen pada saat hipoksia. Sehingga mereka harus di latih untuk melindungi diri
sendiri dan penumpang.
9. Hemoglobn berperan penting dalam pengikatan oksigen dan transportasi oksigen ke
jaringan tubuh agar aktivitas tubuh tetap terjaga.
10. Tubuh akan merasa kelelahan atau lemas, mual, muntah, nafas pendek, frequensi
denyut nadi cepat, dan pusing.

HIPOTESIS

Oksigen adalah unsur kimia yang berperan dalam proses respirasi dan diangkut oleh
hemoglobin dalam sirkulasi darah. Apabila tubuh kekurangan oksigen dapat
menyebabkan hipoksia yang disebabkan oleh beberapa faktor resiko seperti umur,
penyakit, dan gaya hidup. Gejala yang ditimbulkan seperti kelelahan, mual, dan pusing.
LI. 1. Mempelajari dan Memahami Oksigen
LO. 1.1 Menjelaskan Definisi Oksigen
Oksigen adalah unsur yang menyusun sekitar 20% udara atmosfer, merupakan unsur
penting dalam pernapasan tumbuhan dan hewan, dan diperlukan untuk mendukung
pembakaran.

(Kamus Saku Kedokteran Dorland)


Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang mengisi 20%
dari udara yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat seluruh kerak bumi yang
padat). Oksigen bergabung dengan sebagian besar unsur-unsur lain untuk membentuk oksida.
Oksigen merupakan gas dengan rumus 𝑂2 dan unsur dengan nomor atom 8 berlambang O
dan bobot atom 15,9994.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016)


1.2 Menjelaskan Peran Oksigen Dalam Metabolisme
Sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mempertahankan kelangsungan
metabolisme sel dan menyelamatkan nyawa. Oksigen merupakan suatu komponen yang
sangat penting di dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat (ATP) secara normal.
ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara optimal. ATP
memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan keperluan berbagai aktivitas
untuk memelihara efektivitas segala fungsi tubuh. Bila oksigen tersedia di dalam tubuh secara
adekuat, maka mitokondria akan memproduksi ATP. Tanpa oksigen, mitokondria tidak dapat
membuat ATP. Walaupun dalam kondisi kekurangan oksigen akan diproduksi ATP melalui
proses glikolisis di dalam sitosol, akan tetapi ATP yang dihasilkan tidak sebanyak di dalam
mitokondria.
Oksigen memiliki peran vital dalam proses bernafas dan dalam kehidupan metabolisme
organisme. Mungkin, sel hidup yang tidak membutuhkan oksigen adalah beberapa bakteria
anaerob. Metabolisme dibedakan menjadi dua macam, yaitu Katabolisme dan Anabolisme.
1. Katabolisme

Katabolisme adalah proses penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim. Fungsinya untuk menghasilkan energi berupa ATP dan
electron berenergi tinggi NADH2 (Nikotilamid adenine dinukleotida H2) serta FADH2 (flavin
adenine dinukleotida). Salah satu contoh katabolisme adalah respirasi sel. Respirasi sel
adalah jalur metabolism yang menghasilkan energy dari molekul-molekul bahan bakar seperti
karbohidrat, protein dan lemak. Respirasi sel yang tidak membutuhkan oksigen disebut
anaerob sedangkan yang membutuhkan oksigen adalah aerob. Kebanyakan reakasi yang
terjadi di manusia memerlukan oksigen sehingga ia masuk ke aerob. Sedangkan contoh
anaerob adalah proses pembuatan alcohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Proses
respirasi pada organisme eukariotik terjadi di mitokondria.
2. Anabolisme

Anabolisme adalah lintasan protein yang menyusun beberapa senyawa sederhana menjadi
senyawa yang lebih kompleks. Kebalikan dari katabolisme yang menghasilkan ATP,
anabolisme justru memerlukan ATP untuk reaksinya. Anabolisme meliputi 3 tahap. Pertama
adalah produksi senyawa sederhasa seperti asam amino, monosakarida dsb. Kedua adalah
aktivasi senyawa-senyawa tersebut menjadi bentuk reaktif menggunakan energi dari ATP.
Ketiga, penggabungan prekursor tersebut menjadi molekul kompleks, seperti protein,
polisakarida, lemak dan asam nukleat. Contoh anabolisme adalah pada fotosintesis yang
menggunakan cahaya sebagai energy dan menghasilkan gula.

(Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007)


1.3 Menjelaskan Peran Oksigen Dalam Respirasi
Respirasi adalah proses pembebasan energi kimia yang terkandung dalam molekul
organik pada sel hidup menjadi energi yang berguna untuk aktivitas hidup.
1. Aerob
Respirasi aerob adalah katabolisme karbohidrat yang membutuhkan O2 sebagai oksidator
(penerima elektron terakhir dari reaksi). Tahapan respirasi aerob adalah glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif asam piruvat, siklus Kreb, dan transpor elektron.
a. Glikolisis
Merupakan proses pemecahan glukosa menjadi asam piruvat untuk menghasilkan ATP
dan NADPH pada respirasi aerob, yang terjadi di sitoplasma sel.

Glikolisis mempunyai 10 tahapan.


Tahap 1 : Glukosa di fosforilasi menjadi
glukosa 6-fosfat dengan menggunakan enzim
glukokinase/heksokinase dan ATP. Tahap 2 :
Glukosa 6-fosfat mengalami isomerasi menjadi
fruktosa-6-fosfat dengan enzim
phosphoglucoisomerase.
Tahap 3 : Fruktosa-6-fosfat ditambahnkan
satu fosfat menjadi fruktosa 1,6 difosfat
dengan ATP.
Tahap 4 : Enzim edolase memecah fruktosa
1,6 difosfat menjadi gliseraldehida fosfat dan
dihydroxyacetone fosfat yang keduanya
berisomerasi.
Tahap 5 : Fosfat dihidroksiaseton diubah
menjadi fosfat gliseraldehida oleh enzim fosfat
triose.
Tahap 6 : Reaksi ini membentuk NADH dari
NAD+ dengan menggunakan enzim
dehydrogenase fosfat triose dan menghasilkan
asam 1,3 diphoshoglyceric dari dua molekul
gliseraldehid fosfat.
Tahap 7 : Reaksi phosphoglycerokinase pada
dua molekul asam 1,3 diphoshoglyceric yang
menghasilkan ATP.
Tahap 8 : relokasi fosfat asam 3 fosfogliserat
yang tadinya fosfat berada di atom C nomor 3
menjadi di atom C nomor 2 menjadi asam 2 fosfogliserat menggunakan enzim
phosphoglyceromutase.
Tahap 9 : Enzim enolase mengeluarkan molekul air dari asam 2 fosfogliserat menjadi asam
pospoenolpiruvat (PEP).
Tahap 10 : Enzim piruvat kinase merubah asam pospoenolpiruvat menjadi asam piruvat dan
menghasilkan ATP.

b. Dekarboksilasi Oksidatif
Merupakan Proses pemutusan gugus karboksil dan oksigen pada asam piruvat. Reaksi ini
terjadi dalam mitokondria sel.

c. Siklus Kreb
Merupakan siklus yang terjadi setelah dekrboksilasi oksidatif asam piruvat. Siklus ini
terjadi dalam matriks mitokondria.
d. Transpor elektron
Merupakan proses pelepasan energi berupa proton (H+) dan elektron (e) deri molekul
NADH dan FADH2 yang dibentuk selama katabolisme. Reaksi ini terjadi dalam
matriks mitokondria.

Tahapan transpor elektron :


1) NADH melepaskan proton dan elektron pada kompleks I dan FADH2 pada kompleks II.
10 NADH → 10 NAD+ + 10H+ + 20e
2 FADH2 → 2 FAD + 4H+ + 4e
2) Elektron dibawa berjalan-jalan mengelilingi membran dalam mitokondria melalui
mekanisme reaksi redoks oleh ion Cu dan Fe, sehingga matriks bermuatan negatif.
3) Proton dari NADH dipompa keluar matriks 3 kali melewati 3 protein pembawa. Berarti,
total ATP yang dihasilkan 10 NADH adalah 10 x 3, yaitu 30 ATP.
4) Proton dari FADH2 lalu dipompa keluar matriks 2 kali melewati 2 protein pembawa.
Berarti, total ATP yang dihasilkan 2 FADH2 adalah 2 x 2, yaitu 4 ATP.
5) Poin 2, 3, dan 4 menyebabkan perbedaan gradien muatan, sehingga proton dipompa
kembali melalui ATP-sintase.
6) Proton (H+) yang bergerak melalui ATP-sintase memacu pembentukan ATP (sesuai
jumlah yang telah dihitung di atas). ADP + P → ATP
7) Agar ATP tetap terbentuk, proton dan elektron pada akhir sistem transpor akan berikatan
dengan O2 membentuk air (O2 sebagai penerima elektron terakhir).
24H+ + 6O2 + 24e → 12H2O

Respirasi aerob menghasilkan ATP sejumlah:


Tahapan +ATP -ATP
Glikolisis 4 ATP 2 ATP
Dekarboksilasi oksidatif - -
Siklus Kreb 2 ATP -
Transfer elektron 34 ATP -
Total 38 ATP
2. Anaerob
Respirasi anaerob (fermentasi) adalah katabolisme karbohidrat yang membutuhkan
senyawa selain O2 sebagai oksidator (penerima elektron terakhir dari reaksi).
Respirasi anaerob terjadi apabila setelah glikolisis berakhir, sel mengalami kekurangan O2.
Respirasi anaerob menghasilkan ATP sejumlah:
Tahapan +ATP -ATP
Glikolisis 4 ATP 2 ATP
Pembentukan asam laktat - -
Total 2 ATP

LI. 2. Mempelajari dan Memahami Hemoglobin


LO. 2.1 Menjelaskan Definisi Hemoglobin
Hemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen pada eritrosit, dibentuk oleh eritrosit
yang sedang berkembang didalam sum – sum tulang.
(Kamus Saku Kedokteran Dorland)
Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks
tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin
memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin
(Brooker, 2001)
Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan
jenis kelamin

2.2 Menjelaskan Struktur Hemoglobin

Pada pusat molekul terdiri dari cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin yang
menahan satu atom besi, atom besi ini merupakan situs/lokal ikatan oksigen. Porfirin yang
mengandung besi disebut heme. Nama Hb merupakan gabungan dari heme dan globin, globin
sebagai istilah generik untuk protein globular. Ada beberapa protein mengandung heme dan
hemoglobin adalah yang paling dikenal dan banyak dipelajari. Pada manusia dewasa, Hb
berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang terdiri dari dari masing-masing dua
sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen. Sub unitnya mirip secara struktural
dan berukuran hampir sama. Tiap sub unit memiliki berat molekul kurang lebih 16.000
Dalton, sehingga berat molekul total tetramernya menjadi 64.000 Dalton. Tiap sub unit Hb
mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat
molekul oksigen.

2.3 Menjelaskan Fungsi Hemoglobin


Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari
tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas
oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam
hemoglobin.
(Sunita, 2001)
Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan jaringan tubuh.
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringanjaringan tubuh
untuk dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-
paru untuk di buang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak,
dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari
normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia
(Widayanti, 2008)

2.4 Menjelaskan Mekanisme Pengikatan Oksigen oleh Hemoglobin

1. Pengikatan Oksigen
1) Alveolus memiliki O2 lebih tinggi dari pada O2 di dalam darah
2) O2 masuk ke dalam darah melalui difusi melewati membran alveolus
3) Di dalam darah, O2 sebagian besar (98%) diikat oleh Hb yang terdapat pada eritrosit
menjadi Oksihemoglobin (Hb O2 )
HbO2 merupakan oksihaemoglobin yang berperan dalam membawa oksigen keseluruh
jaringan tubuh termasuk otak.

4) Selain diikat oleh Hb. Sebagian kecil O2 larut di dalam plasma darah (2%)
5) Setelah berada di dalam darah O2 kemudian masuk ke jantung melalui vena
pulmonalis untuk diedarkan ke seluruh tubuh yang membutuhkan
2. Pengeluaran Karbondioksida
1) Di jaringan CO2 lebih tinggi di bandingkan yang ada di dalam darah
2) Ketika O2 di dalam darah berdifusi ke jaringan, maka CO2 di jaringan akan segera
masuk kedalam darah
3) Ketika CO2 berada di dalam darah sebagian besar (70%) CO2 akan di ubah menjadi
ion bikarbonat (HCO3-)
4) 20% CO2 akan terikat oleh Hb pada eritrosit
5) Sedangkan 10% CO2 lainnya larut dalam plasma darah
6) CO2 kemudian masuk ke jantung lalu menuju paru paru melalui arteri pulmonalis.

Berdasarkan azas Le-Chatelier, dengan berkurangnya gas oksigen berati kesetimbangan


akan bergeser ke kiri, dan berakibat kadar HbO2 di dalam darah menurun. Akibat yang
ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh jaringan akan berkurang. Hal
inilah yang mengakibatkan terjadinya rasa mual dan pusing, serta perasaan tidak nyaman
pada tubuh.
Kondisi tersebut akan mengakibatkan tubuh berusaha beradaptasi dengan memproduksi
hemoglobin sebanyak-banyaknya. Dengan meningkatnya konsentrasi hemoglobin akan
menggeser kembali kesetimbangan ke kanan dan HbO2 akan meningkat kembali seperti
semula. Penyesuaian ini berlangsung kurang lebih 2-3 minggu.
Dari penelitian, diketahui bahwa kadar hemoglobin rata-rata penduduk yang bertempat
tinggal di dataran tinggi akan memiliki hemoglobin lebih tinggi daripada penduduk yang
bertempat tinggal di dataran rendah.

LI. 3. Mempelajari dan Memahami Hipoksia


LO. 3.1 Menjelaskan Difinisi Hipoksia
Hipoksia merupakan penurunan suplai oksigen ke jaringan sampai di bawah tingkat
fisiologis, meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai.
(Kamus Saku Kedokteran Dorlan, Edisi 28)

Hipoksia adalah keadaan di mana terjadi defisiensi oksigen yang mengakibatkan


kerusakan sel akibat penurunan respirasi oksidatif aerob pada sel. Hipoksia merupakan
penyebab penting dan umum dari cedera dan kematian sel namun tergantung pada beratnya
keadaan hipoksia.Pada keadaan hipoksia sel dapat mengalami adaptasi, cedera, atau
kematian.
(Kumar, 2005)
3.2 Menjelaskan Klasifikasi Hipoksia
Hipoksia dibagi menjadi 4 tipe :
1) Hipoksia Hipoksik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena kurangnya oksigen
yang masuk ke dalam paru-paru. Sehingga oksigen dalam darah menurun kadarnya.
Kegagalan ini dapat disebabkan oleh adanya sumbatan/obstruksi di saluran pernapasan.
2) Hipoksia Anemik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan oleh karena hemoglobin
dalam darah tidak dapat mengikat atau membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme
seluler. Seperti keracunan karbon monoksida (CO2).
3) Hipoksia Stagnan adalah keadaan hipoksia yang disebabkan karena hemoglobin dalam
darah tidak mampu membawa oksigen ke jaringan yang disebabkan kegagalan sirkulasi
seperti heart failure, atau embolisme.
4) Hipoksia Histotoksik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan oleh karena jaringan yang
tidak mampu menyerap oksigen. Salah satu contohnya pada keracunan sianida. Sianida dalam
tubuh akan mengaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama
sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang dibawa
darah.
(Elizabeth, 2009)
3.3 Menjelaskan Gejela Hipoksia
Gejala dan tanda utama dari hipoksia, yaitu:
1. Peningkatan frekuensi pernapasan terjadi ketika saraf penerima (reseptor) di pembuluh
darah tepi terangsang karena rendahnya tekanan oksigen di pembuluh darah (arteri).
Hal ini juga dapat terjadi pada hipoksia hipoksik dan histotoksik. Akan tetapi,
peningkatan frekuensi napas ini tidak terlihat pada hipoksia anemik karena tekanan
oksigen di arteri normal dan juga pada hipoksia stagnant karena tekanan pada reseptor
di pembuluh darah tepi tinggi (bahkan lebih tinggi dari normal).
2. Sianosis merupakan perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lendir.
Keadaan ini terjadi ketika kadar hemoglobin yang tidak mengikat oksigen lebih dari 5
g/dL. Terdapat 2 tipe sianosis:
1) Sianosis perifer terlihat pada kuku dan mengarah pada hipoksia stagnant. Bagian
terluar dari tubuh (seperti ujung-ujung jari) sangat kurang mendapat aliran darah
ketika tekanan darah rendah dan melepaskan oksigen dalam jumlah besar dari
hemoglobin, sehingga kadar deoksihemoglobin meningkat.
2) Sianosis sentral terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah dan bibir; dan cuping
telinga, di mana kulit sangat tipis. Area-area ini merupakan area yang biasanya
menerima darah dalam jumlah besar dan menjadi sianosis jika kadar oksigen dalam
darah rendah seperti pada hipoksia hipoksik.
3. Gejala-gejala otak berupa pertimbangan yang terganggu, mengantuk, sensitivitas
terhadap nyeri yang berkurang, disorientasi, dan sakit kepala.
4. Gejala lain seperti mual, muntah, denyut nadi yang meningkat, dan tekanan darah yang
tinggi.

3.4 Menjelaskan Tingkatan Hipokisa


Akan tetapi, gejala-gejala di atas muncul sesuai dengan tingkatan dari hipoksia. Empat
tingkatan hipoksia adalah:
1. Tidak Bergejala
Orang biasanya tidak mengetahuiakan efek dari hipoksia pada tingkat ini. Gejala
biasanya adalah berkurangnya pandangan saat malam hari dan berkurangnya
penglihatan warna. Biasanya perubahan ini dapat terjadi pada ketinggian sedang ( 4000
kaki) dan terutama sangat signifikan untuk pilot saat malam hari. Kadar oksigen dalam
darah biasanya antara 90-95%.
2. Kompensasi
Pada orang sehat, tingkat ini terjadi pada ketinggian antara 10.000-15.000 kaki.
Tubuh masih dapat mengkompensasi dengan peningkatan frekuensi dan kedalaman
napas dan curah jantung (volume darah yang dipompakan jantung ke seluruh tubuh tiap
menit). Kadar oksigen dalam darah biasanya antara 80-90%.
3. Perburukan / Gangguan
Pada tingkat ini, tubuh sudah tidak dapat mengkompensasi kekurangan oksigen.
Sayangnya, tidak semua orang dapat merasakan gejala dan tanda yang berhubungan
pada tingkat ini. Jika tidak bergejala, tentunya orang tidak dapat melakukan untuk
mengoreksi masalah ini. Berikut beberapa gejala yang dapat terjadi pada tingkat
ini: sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput lender ),
mengantuk, sakit kepala, agresif, pertimbangan yang
terganggu, inkoordinasi (kekikukan gerakan), kesulitan melakukan tugas sederhana,
berkurangnya penglihatan, kesemutan, napas pendek, dsb. Kadar oksigen dalam darah
biasanya antara 70-80%.
4. Kritis
Tingkat ini merupakan tingkat terakhir yang dapat menyebabkan kematian. Orang
tidak berdaya secara fisik dan mental pada tingkat ini. Gejala seperti kehilangan
kesadaran, kejang, henti napas, hingga kematian dapat terjadi. Kadar oksigen dalam
darah biasanya di bawah 70%.

3.5 Menjelaskan Faktor Penyebab Hipoksia


Seringkali, munculnya hipoksia disebabkan oleh hipoksemia. Namun, bisa juga terjadi
sebaliknya. Selain hipoksemia, beberapa hal yang bisa menyebabkan hipoksia adalah:
1. Keracunan gas atau zat kimia.
2. Rendahnya kadar oksigen.
3. Gangguan jantung berupa detak jantung melambat cukup parah (severe
bradycardia) dan kontraksi bilik jantung (ventrikel) terlalu cepat dan tidak teratur
(ventricular fibrillation).
4. Gangguan paru-paru, contohnya penyakit paru obstruktif kronik, bronkitis,
emfisema, kanker paru-paru, pneumonia, asma, edema pulmonary dan sleep
apnea.
5. Berhenti atau berkurangnya aliran darah menuju organ tertentu.
6. Obat-obatan apa pun yang mengganggu atau menghentikan napas.
7. Anemia atau kondisi yang merusak sel darah merah.

3.6 Menjelaskan Tata Laksana Hipoksia


Penilaian dari pengelolaan jalan napas harus dilakukan dengan cepat, tepat dan cermat.
Tindakan ditujukan untuk membuka jalan napas dan menjaga agar jalan napas tetap bebas
dan waspada terhadap keadaan klinis yang menghambat jalan napas. Penyebab sumbatan
jalan napas yang tersering adalah lidah dan epiglotis, muntahan, darah, sekret, benda asing,
trauma daerah maksilofasial. Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran maka
lidah akan jatuh ke belakang menyumbat hipofarings atau epiglotis jatuh kebelakang
menutup rima glotidis. Dalam keadaan seperti ini, pembebasan jalan napas dapat dilakukan
tanpa alat maupun dengan menggunakan jalan napas buatan.
Membuka jalan napas tanpa alat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Chin lift yaitu dengan empat jari salah satu tangan diletakkan dibawah rahang ibu jari
diatas dagu, kemudian secara hati-hati dagu diangkat ke depan. Bila perlu ibu jari
dipergunakan untuk membuka mulut/bibir atau dikaitkan pada gigi seri bagian bawah
untuk mengangkat rahang bawah. Manuver Chin lift ini tidak boleh menyebabkan
posisi kepala hiperekstensi.
2. Jaw Thrust yaitu dengan mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan
dengan jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi
atas, kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua
pipi penderita untuk melakukan immobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust buka mulut
dan head tilt disebut airway manuver.
Ada beberapa cara untuk menangani Hipoksia,yaitu :
1. Terapi Oksigen (O2)
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah
untuk mengatasi keadaan hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, dan
untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard. Syarat-syarat pemberian
O2meliputi : Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol, tidak terjadi penumpukan
CO2, mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, efisien dan ekonomis, dan nyaman untuk
pasien. Metode-metode yang digunakan dalam terapi oksigen:
1) Kateter nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara
kontinudengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%
Keuntungan : Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,
murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%,
tehnik memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadidistensi
lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, alirandengan lebih dari 6
L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter
mudah tersumbat.

2) Kanula nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran
1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur,mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalamkanul hanya
1cm, mengiritasi selaput lender.

3) Sungkup muka sederhana merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 –
8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanulanasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup
berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapiaerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.

4) Sungkup muka dengan kantong rebreathing merupakan suatu teknik pemberian O2


dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% denganaliran 8 – 12 L/mnt
Keuntungan : Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana,
tidak mengeringkan selaput lender
Kerugian : Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih
rendahdapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.

5) Sungkup muka dengan kantong non rebreathing merupakan teknik pemberian O2


dengan konsentrasi O2mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%,
tidak mengeringkan selaput lendir.
Kerugian : Kantong O2 bisa terlipat.
2. Terapi Oksigen Hiperbarik
Suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% O2 kepada pasien dalam suatu
hyperbaric chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir
normal.

3. Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat kerbonat anhidrase menyebabkan peningkatan ekresi HCO3-
di urin merangsang pernapasan meningkatkan PCO2 dan mengurangi pembentukan
cairan serebrospinal.
DAFTAR PUSAKA

Asmadi. 2008. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.

Campbell, dkk, 2003 Biology Edisi Kelima-Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Campbell, Neil. A dan Jane B.Peece (2008). Biologi.Edisi 8.Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Diperoleh pada Rabu, 10 Desember 2017

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta:EGC.

Danusastro,S (2004). Aspek Aerofisiologi dalam penerbangan. Gramedia: Jakarta.

Dawn b. Marks,.et al.2010.Biokimia Dasar Kedokteran.Jakarta:EGC.

Diah Arunita, ph. D, et al. 2004. Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga

Dorland. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 28. Jakarta:EGC

Ganong,W.F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Hasbi, Pengertian dan Fungsi Lengkap Hemoglobin, 2012.

Henny Anugerah, Tanda-tanda Hipoksia, 2016. Sumber:


http://halosehat.com/penyakit/hipoksia/tanda-tanda-hipoksia diakses pukul: 11:22 tanggal 10
Desember 2017

Murray, R.K. et al. 2002. Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: EGC Prawirohartono, Slamet.
dan Sri Hidayati. 2000. Sains Biologi SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Bumi Aksara.

Rachmadiarti, Fida, dkk. 2007. Biologi Umum. Surabaya : Unesa Unipress


Sumber: http://www.hasbihtc.com/pengertian-dan-fungsi-lengkap-hemoglobin.htmldi akses
pukul 10:31 tanggal 10 Desember 2017

Sumber: http://kliksma.com/2014/12/fungsi-hemoglobin.html) diakses pukul 10:34 tanggal


10 Desember 2017

Sumber : http://www.alodokter.com/hipoksia diakses pukul 10:38 tanggal 10 Desember 2017

Soni, 2012. Sumber: http://lampung.tribunnews.com/2012/04/25/hipoksia-terbagi-menjadi-


empat-jenis) diakses pukul 10:39 tanggal 10 Desember 2017

Swanson,T (2012). Biokimia.Edisi 5.Binarupa Aksara: Jakarta.

W.Sudoyo Aru, Bambang, Idrus dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Edisi IV.Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai