BM 2 Hipoksia
BM 2 Hipoksia
Disusun oleh:
KELOMPOK B-5
Ketua
Sekertaris
Anggota
: Nadya Noor MP
: Nadira
: Nadira Nursandi
Nadya Muthia Risky
Najla Quratu'ain
Namira Rahma Simatupang
Nanda Kusuma Yuda
Nandi Rusnandi
Naufal Bahira
Nerissa Arviana Rahadianthi
(1102013204)
(1102013201)
(1102013202)
(1102013203)
(1102013205)
(1102013206)
(1102013207)
(1102013208)
(1102013209)
(1102013210)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2013/2014
SKENARIO
Kekurangan Oksigen pada Pecinta Alam
Desi, 19 tahun adalah anggota muda pecinta alam sebuah Universitas di Jakarta. Pekan
lalu Desi mengikuti pelatihan tehnik mendaki gunung. Saat ini dijelaskan oleh instruktur bahwa
untuk mengikuti pelatihan ini tiap peserta harus berada dalam kondisi kesehatan yang prima.
Disamping itu untuk mendaki gunung diperlukan latihan dan adaptasi dengan perubahan tekanan
oksigenyang semakin berkurang seiring dengan ketinggian tempat diatas permukaan laut (dpl).
Pada ketinggian tertentu dapat terjadi kelelahan otot dan sesak nafas karena kekurangan oksigen.
Oleh karena itu, diwajibkan menggunakan sungkup oksigen agar terhindar dari keadaan hipoksia
seluler yang apabila terus berlanjut dapat mengakibatkan kematian sel.
As.laktat &fosfat
anorganikterbentuk
Penurunan Ph intrasel
h. Tubuh beradaptasi sesuai tempat atau lingkungan dan meningkatkan eritrosit
sel darah merah.
i. Untuk membantu pernapasan.
j. Dengan terapi oksigen ,pembrian asetozalamid terapi oksigen
hiperbarik(penneian oksigen 100%).
4. Hipotesa
Pada perubahan ketinggian ,kekurangan oksigen menyebabkan pembentukanATP dalam
sel dan terhambat .Dan terjadilah hipoksia seluler. Adapi=un gejala-gejala seperti sesak
napas , kelelahan otot yang dapat ditangani dengan terapi oksigen , pemberian
asetozolamid, terapi oksigen hiperbaric.
5. Sasaran Belajar (Learning Objective )
LI. 1 Memahami dan Menjelaskan Peran Oksigen di Dalam Tubuh
LO. 1.1 Memahami dan menjelaskan definisi oksigen
LO. 1.2 Memahami dan menjelaskan sruktur oksigen
LO. 1.3 Memahami dan menjelaskan peran oksigen
LO. 1.4 Memahami dan menjelaskan cara memperoleh oksigen
LO. 1.5 Respirasi sel
LO. 1.6 Fungsi oksigen dalam membangkitkan energy
LI .2 Memahami dan Menjelaskan Peran Hemoglobin
LO. 2.1 Definisi Hemoglobin
LO. 2.1 Struktur hemoglobin
LO. 2.2 Jenis-jenis hemoglobin
LO. 2.3 Fungsi hemoglobin dalam pengangkutan oksigen
LO. 2.4 Kurva disosiasi oksigen pada hemoglobin
LO. 3.3 Memahami dan menjelaskan peran hemoglobin
LO. 3.4 Memahami dan menjelaskan mekanisme pada pengikatan oksigen
LI. 3 Memahami dan Menjelaskan Bahaya dari Hipoksia
LO. 3.1 Definisi Hipoksia
LO. 3.2 Jenis-jenis hipoksia
LO. 3.3 Mekanisme hipoksia
LO. 3.4 Memahami dan menjelaskan gejala hipoksia
LO. 3.5 Memahami dan menjelaskan penyebab hipoksia
LO. 3.6 Memahami dan menjelaskan pencegahan hipoksia
LO. 3.6 Memahami dan menjelaskan akibat hipoksia
LO. 3.7 Penanganan terhadap hipoksia
4
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional, mengalami kemunduran
atau
bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan
kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh
akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan organ
yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan
oksigen antara tiga sampai lima menit. Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari
lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen. (Kozier dan Erb 1998)
Sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mempertahankan kelangsungan
metabolisme sel dan menyelamatkan nyawa. Oksigen merupakan komponen yang
sangat
penting di dalam memproduksi ATP secara normal. ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel
agar dapat berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang dibutuhkan oleh sel untuk
melakukan keperluan berbagai aktivitas untuk memelihara efektivitas segala fungsi tubuh.
Bila oksigen yang tersedia banyak maka mitokondria akan memproduksi ATP. Tanpa
oksigen, mitokondria tidak akan membuat ATP. Jika oksigen dalam jumlah yang sedikit,tubuh
akan tetap menghasilkan ATP pada sitosol melalui proses glikolisis dan merupakan
reaksi
anaerob. Tapi jumlah yang dihasilkan tidak sebanyak yang dihasilkan mitokondria. Oleh karena
itu, jika tubuh terus menerus dalam keadaan
tanpa oksigen maka sel akan kehilangan
fungsinya.
LO. 1.4 Memahami dan menjelaskan cara memperoleh oksigen
Oksigen dapat dibuat dalam skala besar di industri dan dapat juga dalam skala kecil di
laboratorium. Dalam skala besar di industri, pembuatan oksigen diperoleh dari destilasi
bertingkat udara cair. Prosesnya, mula-mula udara disaring untuk menghilangkan debu lalu
dimasukkan ke dalam kompresor. Pada kompresi ini suhu udara akan naik, kemudian
didinginkan dalam pendingin. Udara dingin mengembang melalui celah, dan hasilnya adalah
udara yang suhunya lebih dingin, cukup untuk menyebabkannya mencair. Udara cair disaring
untuk memisahkan karbondioksida dan air yang telah membeku. Kemudian udara cair itu
memasuki bagian puncak kolom di mana nitrogen, komponen yang paling mudah menguap,
keluar sebagai gas. Pada pertengahan kolom, gas argon keluar dan selanjutnya oksigen cair.
Komponen lain yang paling sulit menguap akan terkumpul di dasar. Berturut-turut titik didih
normal nitrogen, argon, dan oksigen adalah -195,8, -185,7, dan -183,0C.
LO. 1.5 Respirasi sel
Respirasi sel adalah proses sel memperoleh energi dalam bentuk ATP, dari reaksi terkendali
hidrogen dengan oksigen, untuk membentuk air . Proses respirasi berlangsung di dalam matriks
mitokondria melalui suatu rangkaian reaksi yang disebut rantai pernapasan. Respirasi sel
merupakan jalur-jalur katabolik respirasi aerob dan anaerob yang menguraikan molekul
organik untuk menghasilkan ATP.
a. Respirasi Aerob
Respirasi aerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang mengubah glukosa secara
sempurna menjadi CO2, H2O, dan menghasilkan energi sebesar 38 ATP. Pada pernapasan
ini, pembebasan energi menggunakan oksigen bebas dari udara. Pada tumbuhan, oksigen
yang dibutuhkan diperoleh dari udara melalui mulut daun dan lentisel. Zat organik
terutama karbohidrat dipecahkan. Dalam respirasi aerob, glukosa dioksidasi oleh oksigen,
dan reaksi kimianya dapat digambarkan sebagai berikut:
matahari
C6H12O6+ 6 H2O + 6 O2---> 6 CO2 + 12 H2O + 675 kal
klorofil
Dalam k enyataan, reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan reaksi yang terjadi dari awal
hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan menjadi tiga tahapan, yaitu: glikolisis, siklus
Krebs, dan transpor elektron (lihat Gambar)
1. Glikolisis
Glikolisis adalah jalur utama dari metabolism glukosa yang melibatkan fruktosa,
galaktosa dan karbohidrat lain dalam makanan.reaksi glikolisis terletak di
sitoplasma.pada tahap ini terjadi pengubahan senyawa glukosa dari 6 atom c menjadi 2
senyawa asam piruvat dengan 3 atom c serta NADH dan ATP. Glikolisis yang terjadi atas
10 reaksi dapat disimpulkan dalam 2 tahap
a. Reaksi penambahan gugus fosfat, pada tahap ini digunakan 2 molekul ATP
b. Gliseraldehid 3 fosfat diubah menjadi asam piruvat selain itu dihasilkan 4 molekul
ATP dan 2 molekut NADH.
Asam piruvat yang dihasilkan akan memasuki mitokondria untuk melakukan siklus
Krebs. Namun sebelum memasuki siklus Krebs, asam piruvat (3C) ini diubah terlebih dahulu
menjadi asetil koA (2C) di dalam matriks mitokondria melalui proses dekarboksilasi oksidatif.
Senyawa selain glukosa, misalnya fruktosa, manosa, galaktosa, dan lemak dapat pula mengalami
metabolisme melalui jalur glikolisis dengan bantuan enzim-enzim tertentu.
2. Siklus Krebs
Dua molekul asam piruvat hasil dari glikolisis ditransportasikan dari sitoplasma kedalam
mitokondria, tempat terjadinya siklus krebs. Akan tetapi, asam piruvat sendiri tidak akan
memasuki reaksi siklus krebs. Asam piruvat tersebut akan memasuki asetil-KoA. Tahap
pengubahan asam piruvat menjadi asetil koA ini disebut tahap transisi.
Pada siklus Krebs dihasilkan energi dalam bentuk ATP dan molekul pembawa hidrogen,
yaitu : NADH dan FADH2. Hidrogen yang terdapat dalam NADH dan FADH2
7
tersebut akan dibawa ke sistem transpor elektron. Seluruh tahapan reaksi dalam siklus Krebs
terjadi di dalam mitokondria. Dalam siklus ini, asetil koA dioksidasi secara sempurna menjadi
CO2.
3. Transpor Elektron
Transpor elektron adalah serangkaian reaksi pemindahan elektron melalui proses reaksi
redoks (reduksi-oksidasi). Tahap ini terjadi pada ruang inter membran dari mitokondria hidrogen
yang terdapat pada molekul NADH serta FADH2 ditranspor dalam serangkaian reaksi redoks
yang melibatkan enzim, sitokrom, quinon, pirodoksin, dan flavoprotein. Pada akhir transport
elektron, oksigen akan mengoksidasi elektron dan ion H menghasilkan air (H20). Transport
elektron terjadi pada membran dalam mitokondria.
Fosforilasi Oksidatif
Ranti respirasi terjadi di dalam mitokondria sebagai pusat tenaga. Di dalam mitokondria
inilah sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari oksidasi respiratorik
berlangsung. Sistem respirasi dengan proses pembentukan intermediat berenergi tinggi (ATP) ini
dinamakan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif memungkinkan organisme aerob
menangkap energi bebas dari substrat respiratorik dalam proporsi jauh lebih besar daripada
organisme anaerob.NADH dan FADH2 yang terbentuk pada reaksi oksidasi dalam glikolisis,
reaksi oksidasi asam lemak dan reaksi-reaksi oksidasi dalam siklus asam sitrat merupakan
molekul tinggi energi karena masing-masing molekul tersebut mengandung sepasang elektron
yang mempunyai potensial transfer tinggi.
Bila elektron-elektron ini diberikan pada oksigen molekuler, sejumlah besar energi bebas
akan dilepaskan dan dapat digunakan untuk menghasilkan ATP. Fosforilasi oksidatif merupakan
proses pembentukan ATP akibat transfer electron dari NADH atau FADH 2 kepada O2 melalui
serangkaian pengemban electron. Proses ini merupakan sumber utama pembentukan ATP pada
organisme air. Sebagai contoh, fosforilasi oksidatif menghasilkan 26 dari 30 molekul ATP yag
terbentuk pada oksidasi sempurna glukosa menjadi CO2 dan H2O.
Aliran electron dari NADH atau FADH2 ke O2 melalui kompleks-kompleks protein,
yang terdapat pada membran dalam mitokondria, akan menyebabkan proton terpompa keluar
dari matriks mitokondria. Akibatnya, terbentuk kekuatan daya gerak proton yang terdiri dari
gradient ph dan potensial listrik trans membran. Sintesis ATP teradi bila proton mengalir kembali
kedalam matriks mitokondria melalui suatu kompleks enzim. Jadi, oksidasi dan fosforilasi
terangkai melalui gradient proton melintasi membran dalam mitokondria.
Proses fosforilasi oksidatif
Organisme kemotrop memperoleh energi bebas dari oksidasi molekul bahan bakar,
misalnya glukosa dan asam lemak. Pada organisme aerob, akseptor elektron terakhir adalah
oksigen. Namun elektron tidak langsung ditransfer langsung ke oksigen, melainkan dipindah ke
pengemban-pengemban khusus antara lain nikotinamida adenin dinukleotida (NAD+) dan flavin
adenin dinukleotida (FAD).
8
Dekarboksilasi Oksidatif
Dekarboksilasi Oksidatif atau disingkat dengan DO adalah proses Perubahan Piruvatmenjadi
Asetilkoezim A. Proses ini berlangsung karboksilasi Oksidatif ini di membran luar mitocondria
sebagai fase antara sebelum Siklus Krebs ( Pra Siklus Krebs ) sehingga DO sering dimasukkan
langsung dalam Siklus krebs. Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetil koenzim-A,
merupakan tahap reaksi penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme
lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs). Reaksi yang diaktalisis oleh kompleks piruvat
dehidrogenase dalam matriks mitokondria melibatkan tiga macam enzim (piruvatdehidrogenase,
dihidrolipoil transasetilase, dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim
(tiaminpirofosfat, asam lipoat, koenzim-A, flavin adenin dinukleotida, dan nikotinamid
adeninedinukleotida) dan berlangsung dalam lima tahap reaksi.
Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversibel, dengan G 0 = - 80 kkal per
mol. Reaksi ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap reaksi
pertama dikatalis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat sebagai
koenzimnya.Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa -hidroksietil yang terkait pada
gugus cincin tiazol dari tiamin pirofosfat.
Pada tahap reaksi kedua -hidroksietil didehidrogenase menjadi asetil yang kemudian
dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya, yaitu asam lipoat,
yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase.
Dalam hal ini gugus disulfida dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus
sulfhidril. Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari gugus
lipoil pada asam dihidrolipoat, kegugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A).
Kemudian asetil ko-A dibebaskan dari sistem enzim kompleks piruvat
dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat gugus tiol pada gugus lipoil yang terikat pada
dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi bentuk disulfidanya dengan enzim
dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flavin adenin dinukleotida).
Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH + (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap terikat
pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD + (nikotinamid adenin dinukleotida) manjadi FAD,
sedangkan NAD + berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD +).
b. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob merupakan serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa secara
tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Pada manusia, respirasi anaerob menghasilkan asam
laktat sehingga menyebabkan rasa lelah, sedangkan pada tumbuhan, ragi, reaksi ini
menghasilkan CO2 dan alkohol. Respirasi anaerob hanya menghasilkan sedikit energi, yaitu
2ATP.
Fermentasi adalah proses metabolisme yang menghasilkan energi dari gula dan molekul
organik lain serta tidak memerlukan oksigen. Fermentasi alkohol merupakan proses respirasi
anaerob, yang tidak memerlukan oksigen setelah glukosa diubah menjadi asam piruvat, melalui
proses glikolisis pada bakteri asam piruvat dapat diubah menjadi produk fermentasi. Contohnya,
jika membuat tape, singkong yang telah ditaburi dengan ragi tersebut disimpan dalam ruang
tertutup yang tidak atau sedikit mengandung udara. Misalnya setelah singkong beragi tersebut
ditaruh dalam panci, kemudian panci tersebut dibungkus rapat dengan kain agar kondisinya
10
menjadi anaerob. Terdapat 2 fermentasi penting yaitu fermentasi alkohol dan fermentasi asam
laktat.
a. Fermentasi alkohol ,beberapa organism seperti khamir melakukan fermentasi alkohol.
Organisme ini mengubah glukosa melalui fermentasi menjadi alkohol. Pada fermentasi
alkohol asam piruvat diubah menjadi etanol melalui pembebasan CO2 dari asam piruvat
kemudian diubah menjadi asetil dehidan selanjutnya reaksi reduksi asetil dehida oleh
NADH menjadi etanol .
b. Fermentasi asam laktat , fermentasi ini dimulai dengan tahap glikolisis fermentasi asam
laktat dilakukan oleh sel otot dan beberapa sel lainnya serta beberapa bakteri asam laktat.
Pada otot, proses ini dapat menyediakan energi yang dibutuhkan secara cepat. Glukosa
akan dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat melalui glikolisis, membentuk 2 ATP dan 2
NADH. NADH diubah kembali menjadi NAD+ Saat pembentukan asam laktat dari asam
piruvat. Fermentasi asam laktat tidak menghasilkan CO2.
Bahan baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa, disamping itu juga
terdapat fruktosa, galaktosa, dan manosa. Hasil akhirnya adalah alkohol, karbondioksida, dan
energi. Alkohol bersifat racun bagi sel-sel ragi. Sel-sel ragi hanya tahan terhadap alkohol pada
kadar 9-18%. Lebih tinggi dari kadar tersebut, proses alkoholisasi (pembuatan alkohol) terhenti.
Hal tersebut merupakan suatu kendala pada industri pembuatan alkohol. Oleh karena glukosa
tidak terurai lengkap menjadi air dan karbon dioksida, maka energi yang dihasilkan lebih kecil
dibandingk an respirasi aerobik. Pada respirasi aerobik dihasilkan 675kal, sedangkan pada
respirasi anaerobik hanya dihasilkan 21 kal. seperti reaksi dibawah ini:
C6H12O6 > 2 C2H5OH + 2 CO2+ 21 kal.
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan. Bahkan, bakteri
anaerobik seperti Clostridium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat hidup jika berhubungan
dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka dalam atau tertutup sehingga memberi
kemungkinan bakteri Clostridium tersebut tumbuh subur karena dalam lingkungan anaerob.
LO.1.2 Fungsi oksigen dalam membangkitkan energi
Oksigen penting untuk makhluk hidup karena merupakan unsur penting dari DNA dan hampir
semua bahan biologis penting lainnya.
Dua per tiga tubuh manusia terdiri dari oksigen. Sel manusia membutuhkan oksigen
untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme, karena oksigen merupakan komponen
penting pada pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP). ATP adalah sumber energi untuk
melakukan aktivitas seluler secara maksimal dan memelihara efektivitas segala fungsi tubuh.
Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mendesak.
Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan
menimbulkan kematian. Otak merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan
oksigen. Otak masih mampu menoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai lima menit.
Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi kerusakan sel otak
secara permanen (Kozier dan Erb 1998).
Bila oksigen yang tersedia banyak maka mitokondria akan memproduksi ATP. Tanpa
oksigen, mitokondria tidak akan membuat ATP. Jika oksigen dalam jumlah yang sedikit, tubuh
akan tetap menghasilkan ATP pada sitosol melalui proses glikolisis dan merupakan reaksi
anaerob. Tapi jumlah yang dihasilkan tidak sebanyak yang dihasilkan mitokondria. Oleh karena
11
itu, jika tubuh terus menerus dalam keadaan tanpa oksigen maka sel akan kehilangan fungsinya.
O2 memiliki peranan yang sangat penting dalam semua proses di dalam tubuh secara fungsional.
Tidak adanya O2 akan menyebabkan tubuh mengalami kemunduran bahkan sampai kematian.
Pemenuhan kebutuhan O2 ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara fungsional,
bila terjadi gangguan pada salah satu sistem respirasi atau sumbatan pada saluran pernapasan .
maka kebutuhan O2 akan mengalami gangguan. Selain O2, keberlangsungan fungsional tubuh
juga dipengaruhi oleh keseimbangan asam dan basa.
Keseimbangan asam dan basa dipengaruhi oleh berbagai mekanisme. Otak merupakan
organ yang sangat membutuhkan O2 jika otak kekurangan O2 lebih dari 5 menit maka sel otak
akan mengalami kerusakan permanen. Selain otak O2 juga sangat dibutuhkan untuk
kelangsungan metabolisme. O2 merupakan komponen yang sangat penting dalam memproduksi
molekul Adenosin Trifosfat (ATP). ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat
berfungsi secara optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk melakukan
keperluan berbagai aktivitas di dalam tubuh. Bila oksigen tersedia di dalam tubuh secara optimal,
maka mitokondria akan memproduksi ATP. Tanpa oksigen, mitokondria tidak dapat membuat
ATP. Walaupun dalam kondisi kekurangan oksigen akan diproduksi ATP melalui proses glikolisis
di dalam sitosol, akan tetapi ATP yang dihasilkan tidak sebanyak di dalam mitokondria.
Mahluk hidup memerlukan energi yang akan digunakan untuk pertumbuhan, sintesis biomolekul
dan lain sebagainya.
Dalam rangka menghasilkan energi, bahan-bahan seperti karbohidrat, lipid, asam amino
akan melalui jalur metabolisme yang berbeda kemudian dipecah dan menghasilkan sejumlah
molekul pembawa energi yang selanjutnya akan melalui proses oksidasi biologi. Oksidasi biologi
akan selalu disertai reduksi elektron. Enzim yang terlibat dalam proses oksidasi dan reduksi
dinamakan oksidoveduktase. Enzim ini dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Enzim oksidase
Sebagai pengkatalisis pengeluaran hidrogen dari substrat dengan menggunakan oksigen sebagai
akseptor hidrogennya. Enzim-enzim tersebut membentuk air atau hidrogen peroksida sebagai
produk reaksi.
2. Enzim dehidrogenase
Enzim ini tidak menggunakan oksigen sebagai akseptor hidrogennya. Terdapat sejumlah enzim
dalam kelompok ini yang benar-benar menjalankan dua fungsi utama yaitu, pemindahan
hidrogen dari satu substrat ke substrat yang lainnya dalam reaksi oksidasi-reduksi berpasangan,
dan sebagai komponen dalam ranti respirasi pengangkutan elektron dari substrat ke oksigen.
3. Enzim hidroperoksidase
Enzim ini menggunakan hidrogen peroksida / peroksida organik sebagai substrat. Ada dua tipe
enzim yang masuk dalam kategori ini yaitu, peroksidase dan katalase. Enzim hidroperoksidase
ini melindungi tubuh terhadap senyawa peroksida yang berbahaya.
4. Enzim oksigenase
Sebagai pengkatalisis pemindahan langsung dan inkorporasi oksigen ke dalam molekul substrat.
Peristiwa ini berlangsung dua tahap yaitu, pengikatan enzim pada tapak aktif kemudian reaksi
saat oksigen yang terikat direduksi / dipindahkan kepada substrat.
LI.2 Memahami dan Menjelaskan Peran Hemoglobin
LO. 2.1 Definisi dan Struktur hemoglobin
Hemoglobin adalah metaloprotein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen
dari paru- paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan
12
tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas. Molekul hemoglobin terdiri dari globin,
apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Terdapat
sekitar 300 molekul Hb dalam setiap sel darah merah. Hemoglobin merupakan protein tetramer
(mengandung 4 subunit protein) yang tersusun dari pasangan-pasangan dua buah polipeptida
yang berbeda.
Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalamsel
merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalamsel
darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh
danmengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke
udarabebas.Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme,
suatumolekul organik dengan satu atom besi.
Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkansuatu golongan penyakit menurun
yang disebut hemoglobinopati, di antaranya yang palingsering ditemui adalah anemia sel sabit
dan talasemia.Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang
terhubungsatu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin
chainsdan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih dalam kandungan atau
yangsudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari
2rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa,hemoglobin berupa tetramer
(mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang
terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya miripsecara struktural dan berukuran hampir
sama. Tiap subunit memiliki berat molekul kuranglebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul
total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin
yangmenahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin
yangmengandung besi disebut heme Tiap subunit hemoglobin mengandung satu heme,
sehinggasecara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada
molekulheme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui
13
darah,zat ini pula yang menjadikan darah kita berwarna merah.HB02 adalah oksihemoglobin yg
membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuhtermaksud otak.
Jenis yang paling umum dari hemoglobin normal adalah:
1. Hemoglobin F (hemoglobin pada janin).
Tipe ini biasanya ditemukan pada janin dan bayi baru lahir. hemoglobin F diganti dengan
hemoglobin A (hemoglobin dewasa) setelah lahir, hanya jumlah yang sangat kecil dari
hemoglobin F yang dibuat setelah lahir. Beberapa penyakit, seperti penyakit sel sabit,
anemia aplastik, dan leukemia, memiliki tipe abnormal hemoglobin dan jumlah yang
lebih tinggi dari hemoglobin F.
2. Hemoglobin A
Merupakan jenis yang paling umum dari hemoglobin normal ditemukan pada orang
dewasa. Beberapa penyakit, seperti thalassemia, dapat menyebabkan level hemoglobin A
menjadi rendah dan kadar hemoglobin F akan tinggi.
3. Hemoglobin A2
Merupakan jenis normal hemoglobin yang ditemukan dalam jumlah kecil pada orang
dewasa. Lebih dari 400 jenis hemoglobin abnormal telah ditemukan, tetapi yang paling
umum adalah:
a. Hemoglobin S. Jenis hemoglobin hadir dalam penyakit sel sabit.
b. Hemoglobin C. Jenis hemoglobin tidak membawa oksigen dengan baik.
c. Hemoglobin E. Jenis hemoglobin ditemukan pada orang keturunan Asia Tenggara.
d. Hemoglobin D. Jenis hemoglobin hadir dalam gangguan sel sabit.
e. Hemoglobin H (hemoglobin berat). Jenis hemoglobin dapat hadir dalam beberapa jenis
thalassemia.
(Marks et al, 1996, Biokimia Kedokteran Dasar :Sebuah Pendekatan Klinik,hal.86.
EGC.Jakarta)
LO. 2.3 Fungsi hemoglobin dalam pengangkutan oksigen
Peran utama dari hemoglobin adalah untuk membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan
dan mengembalikan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Ini adalah membawa komponen
oksigen dari sel darah merah. Oksigen mengikat hemoglobin dengan afiniitas tinggi dalam
lingkungan yang kaya oksigen dan meninggalkan hemoglobin dalam lingkungan dimana tidak
cukup oksigen. (www.interactive-biology.com)
Fungsi hemoglobin selain transportasi oksigen:
1. Hb sebagai transduser molekul panas melalui siklus oksigenasi-deoksigenasi
2. Hb sebagai modulator metabolisme eritrosit
3. Oksidasi Hb sebagai onset dari penuaan eritrosit
4. hemoblobin dan implikasinya dalam perlawanan geneting untuk malaria
5. Aktivitas enzimatik hemoglobin dan interaksi dengan obat-obatan
(informahealthcare.com)
Hemoglobin dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan
membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh
sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada didalam Hb(junita,2001).
Menurut Depkes RI , fungsi Hemoglobin antara lain :
1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan tubuh
14
2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh jaringan tubuh untuk
dipakai sebagai bahan bakar.
3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke
paru- paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah atau
tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar Hb yang disebut dengan anemia
(widayanti,2008)
LO 2.4. Faktor yang memengaruhi Hemoglobin
1. Kecukupan Besi dalam Tubuh
Menurut Parakkasi, Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi
besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan
hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi
hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk
dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim
pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis
hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot.
Kandungan 0,004 % berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan
sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang.
Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa senyawa besi
sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil
namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen
menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawasenyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses
oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi.
Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan
bekerja. Pada anak sekolah berdampak pada peningkatan absen sekolah dan penurunan prestasi
belajar
Menurut Kartono J dan Soekatri M, Kecukupan besi yang direkomendasikan adalah
jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk
setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia
kekurangan besi 14
2. Metabolisme Besi dalam Tubuh
Menurut Wirakusumah, Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah
lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari
2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500
mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan
metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim
hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan.
Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25
mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat
dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi,
pengangkutan, pemanfaatan, p penyimpanan dan pengeluaran.
3. Pengaturan produksi sel darah merah
15
Kurva oksihemoglobin tergeser kekanan apbila pH darah menurun atau PC02 meningkat.
Dalam keadaan ini pada P02 tertantu afinitas hemoglobin terhadap oksigen berkurang sehingga
oksigen dapat ditranspor oleh darah berkurang. Pergaseran kurva sedikit ke kanan akan
membantu pelepasan oksigen kejaringan-jaringan. Pergeseran ini dikenal dengan nama Efek
16
bohr. Sebaliknya, penigkatan pH darah (alkalosis) atau penurunan PCO2, suhu, dan 2,3- DPG
akan menyebabkan pergeseran kurva disosiasi oksihomoglobin kekiri. Pergeseran kekiri
menyebabkan peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen. Akibatnya uptake oksigen
dalam paru-paru meningkat apabila terjadi pergaseran kekiri, tetapi pelepasan oksigen ke
jaringan-jaringan terganggu.
Peningkatan temperature yang terjadi dalam uisinitas sel-sel yang bermetabolis aktif juga
akan menggerakkan kurva ke kanan dan meningkatkan penghantaran oksigen ke otot yang
bergerak Kurva Disosiasi Oksigen yang berbentuk sigmoid ini secara fisiologis menguntungkan
karena bagian puncak kurva yang mendatar memungkinkan jumlah oksigen arteri tetap tinggi
dan stabil walaupun terjadi perubahan tekanan parsial oksigen. Sebaliknya bagian tengah dari
kurva yang terlihat curam memungkinkan penglepasan oksigen dengan mudah pada perubahan
tekanan parsial oksigen yang kecil.
Faktor-faktor yang Menggeser Kurva Disosiasi Oksigen-Hemoglobin
Efektifitas ikatan hemoglobin dan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor ini
juga yang kemudian mengubah kurva disosiasi. Pergeseran kurva ke kanan disebabkan oleh
peningkatan suhu, peningkatan 2,3-DPG, peningkatan PCO2, atau penurunan pH. Untuk kondisi
sebaliknya, kurva bergeser ke kiri. Pergeseran kurva ke kanan menyebabkan penurunan afinitas
hemoglobin terhadap oksigen. Sehingga hemoglobin sulit berikatan dengan oksigen
(memerlukan tekanan parsial yang tinggi bagi hemoglobin untuk mengikat oksigen).(Nielufar,
2000)
Pergeseran kurva ke kiri dan peningkatan afinitas tampak memberikan manfaat bagi pasien
karena hemoglobin dapat mengikat oksigen lebih mudah. Bagaimanapun, hemoglobin telah
tersaturasi 97 % dengan afinitas yang normal,sehingga tidak terdapat penambhan oksigen yang
cukup bermakna dengan adanya pergeseran kurva ke kiri. Bahkan, peningkatan afinitas Hb-O ini
dapat mengganggu pelepasan oksigen ke dalam jaringan dan pada umumnya menimbulkan
dampak yang merugikan. (Malley, 1990)
Di sisi lain, penurunan afinitas Hb-O dan pergeseran kurva ke kanan, biasanya meningkatkan
pelepasan oksigen ke jaringan dan sering merupakan mekanisme kompensasi yang berharga.
Pergeseran kurva ke kanan menyebabkan seseorang dengan PO2 90 mmHg mampu
meningkatkan pelepasan oksigen hingga 60 %. Namun, pergeseran ini akan memiliki dampak
yang merugikan ketika seseorang memiliki PO2 kurang dari 60 mmHg. Ketika terjadi
hipoksemia, pergeseran kurva ke kanan dapat menurunkan masuknya oksigen ke dalam darah
dengan cukup bermakna. Kerugian ini sepertinya lebih berat daripada manfaatnya. (Malley,
1990)
DPG normal dalam darah mempertahankan kurva disosiasi oksigen-hemoglobin sedikit bergeser
ke kanan setiap saat. Tetapi, pada keadaan hipoksia yang berlangsung lebih dari beberapa jam,
jumlah DPG akan meningkat, dengan demikian, menggeser kurva disosiasi oksigen-hemoglobin
lebih ke kanan. Ini menyebabkan oksigen dilepaskan ke jaringan pada tekanan oksigen 10 mmHg
lebih besar daripada keadaan tanpa peningkatan DPG ini. Oleh karena itu, pada beberapa
keadaan, hal ini dapat menjadi suatu mekanisme penting untuk menyesuaikan diri terhadap
hipoksia, khususnya terhadap hipoksia akibat aliran darah jaringan yang kurang baik. Namun,
adanya kelebihan DPG juga akan menyulitkan hemoglobin untuk bergabung dengan oksigen
dalam paru bila PO2 alveolus dikurangi, dengan demikian kadang-kadang menimbulkan resiko
17
juga selain manfaat. Oleh karena itu pergeseran kurva disosiasi DPG memberi manfaat pada
keadaan tertentu tetapi merugikan pada keadaan lain. (Brandis, 2006)
Pergeseran kurva disosiasi oksigen-hemoglobin sebagai respon terhadap perubahan karbon
dioksida dan ion hidrogen memberi pengaruh penting dalam meninggikan oksigenasi darah
dalam paru serta meningkatkan pelepasan oksigen dari darah dalam jaringan. Ini disebut Efek
Bohr, dan dapat dijelaskan sebagai berikut: Ketika darah melalui paru, karbon dioksida berdifusi
dari darah ke dalam alveoli.Ini menurunkan PCO2 darah dan konsentrasi ion hidrogen sebagai
akibat penurunan asam karbonat darah. Efek dari dua keadaan ini menggeser kurva disosiasi
oksigen-hemoglobin ke kiri dan ke atas. Oleh karena itu, jumlah oksigen yang berikatan dengan
hemoglobin menyebabkan PO2 alveolus meningkat, dengan demikian transpor oksigen ke
jaringan lebih besar. Bila darah mencapai jaringan kapiler, terjadi efek yang tepat berlawanan.
Karbon dioksida yang memasuki darah dari jaringan menggeser kurva ke kanan, memindahkan
oksigen dari hemoglobin ke jaringan dengan PO2 yang lebih tinggi daripada seandainya tidak
terjadi demikian. (Brandis, 2006)
Faktor-faktor lain yang bisa menyebabkan pergeseran kurva disosiasi :
Effects of carbon dioxide. Carbon dioxide mempengaruhi kurva dengan 2 cara : pertama,
dengan mempengaruhi intracellular pH (the Bohr effect), dan kedua, akumulasi CO2
menyebabkan penggunaan carbamine. Penurunan carbamin akan menggeser kurva ke kiri.
(Brandis, 2006)
Carbon Monoxide. Karbon monoksida mengikat hemoglobin 240 kali lebih kuat daripada
dengan oksigen, oleh karena itu keberadaan karbon monoksida dapat mempengaruhi ikatan
hemoglobin dengan oksigen. Selain dapat menurunkan potensi ikatan hemoglobin dengan
oksigen, karbon monoksida juga memiliki efek dengan menggeser kurva ke kiri. Dengan
meningkatnya jumlah karbon monoksida, seseorang dapat menderita hipoksemia berat pada saat
mempertahankan PO2 normal. (Brandis, 2006)
Effects of Methemoglobinemia (bentuk hemoglobin yang abnormal). Methemoglobinemia
menyebabkan pergeseran kurva ke kiri.6
Fetal Hemoglobin. Fetal hemoglobin (HbF) berbeda secara struktur dari normal hemoglobin
(Hb). Kurva disosiasi fetal cenderung bergerak ke kiri dibanding dewasa. Umumnya, tekanan
oksigen arteri pada fetal rendah, sehingga pengaruh pergeseran ke kiri adalah peningkatan uptake
oksigen melalui plasenta. (Brandis, 2006)
LI. 3 Memahami dan Menjelaskan dari Hipoksia
LO. 3.1 Definisi Hipoksia
Dorland: Penurunan suplai oksigen dalam jarinagn sampai di bawah tingkat fisiologis meskipun
perfusi jaringan oleh darah memadai.
Webster: kekurangan kadar oksigen yang mencapai jaringan pada tubuh.
Stedman: Penurunan tingkat oksigen di bawah normal pada gas yang terinspirasi, darah di arteri,
atau jaringan, kependekan dari anoxia.
Ganong: Kekurangan O2 di tingkat jaringan.
Intinya, hipoksia adalah penurunan suplai oksigen di bawah normal pada jaringan tubuh.
Istilah hipoksia lebih tepat dibandingkan dengan anoksia karena ketiadaan O2 di jaringan jarang
dijumpai.
LO. 3.2 Jenis-jenis hipoksia
18
Jenis Hipoksia
Hipoksemia
.Hipotonik
. -.Isotonik
2.
Hipoksia Hipokinetik
-. Ischemic
-.Kongestif
3.
Overventilasi Hipoksia
4.
Hipoksia Histotoksik
Penyebab
1 Kekurangan oksigen di darah arteri
-. Tekanan oksigen darah arteri rendah karena
karbondioksida dalam darah tinggi
-.Oksgen normal, tetapi jumlah oksigen yang dapat
diikat Hb sedikit
Adanya bendungan atau sumbatan
-. Kekurangan oksigen pada jaringan disebabkan
karena kurangnya suplai darah ke jaringan akibat
penyempitan arteri
-. Penumpukan darah secara berlebihan/abnormal baik
lokal maupun umumyang mengakibatkan suplai
oksigen ke jaringan terganggu
Karena aktivitas berlebihan sehingga kemampuan
penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya
Bila jumlah oksigen yang diantarkan ke jaringan
memadai, tetapi oleh karena kerja suatu agen toksik,
sel jaringan tidak mampu menggunakan oksigen yang
diantarkan. Hipoksia yang disebkan oleh hambatan
proses oksidasi jaringanpaling sering diakibatkan oleh
keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom .
oksidase serta mungkin beberapa enzim lain. Biru
metilen atau nitrit digunakan untuk mengobati
keracunan sianida. Zat-zat tersebut bekerja membentuk
methemoglobin yang akan bereaksi dengan sianida
menghasilkan sianmethemoglobin, suatu senyawa
nontoksik.
Pembentukan Hemoglobin
Hemoglobin mulai diproduksi selama tahap proerythroblast dalam siklus sel darah merah.
Sintesis berlangsung di mitokondria dan ribosom oleh serangkaian reaksi biokimia.
Dalam mitokondria, sintesis bagian heme dari hemoglobin terjadi. Disini, sintesis heme
dimulai dengan kondensasi glisin & suksinil-coA untuk membentuk aminolevulinin acid
(ALA). ALA kemudian meninggalkan mitokondria dan membentuk porfobilinogen melalui
serangkaian bentuk reaksi coproporphyrinogen. Molekul ini kemudian kembali ke mitokondria
dan menghasilkan protoporfirin.
Protoporfirin kemudian dikombinasikan dengan besi untuk membentuk heme. Heme
kemudian keluar dari mitokondria dan menggabungkan dengan molekul globin yang disintesis
dalam ribosom. Sebuah gangguan pada setiap titik dalam sintesis hemoglobin dapat
mengakibatkan: anemia defisiensi besi, keracunan timbal, thalassenia, anemia sideroblastik.
(interactive-biology.com)
Reaksi Hemoglobin
Pengiriman oksigen ke dalam jaringan
Pengiriman oksigen ke dalam jaringan membutuhkan kerjasama antara sistem respirasi
dengan sistem kardiovaskular. Banyaknya oksigen yang dapat didistribusikan ke dalam jaringan
tertentu ditentukan oleh banyaknya O2 yang memasuki paru-paru, pertukaran gas paru yang
adekuat, aliran darah ke dalam jaringan, dan kemampuan darah untuk membawa O2. Aliran
darah ditentukan oleh derajat konstriksi vascular bed dan cardiac output sedangkan banyaknya
O2 dalam darah ditentukan oleh jumlah O2 terlarut, hemoglobin dan afinitas hemoglobin untuk
O2. 2
Reaksi Hemoglobin dan Oksigen
Hemoglobin merupakan pembawa O2 yang baik. Hemoglobin merupakan protein yang
tersusun dari empat subunit yang masing-masing berisi heme yang separuhnya menempel pada
rantai polipeptida. Pada orang dewasa yang normal, kebanyakan hemoglobin berisi dua rantai
alfa dan dua rantai beta. Heme merupakan komplek cincin porfirin yang meliputi satu atom
ferrous besi. Masing-masing atom besi tersebut secara reversibel dapat mengikat satu molekul
oksigen. Besi tersebut selalu dalam bentuk ferrous sehingga reaksi tersebut dinamakan
oksigenasi, bukan oksidasi. Reaksi hemoglobin dengan oksigen adalah Hb+O2 HbO2.
Karena berisi empat deoksihemoglobin , molekul hemoglobin juga direpresentasikan sebagai
Hb4, dan sebenarnya bereaksi dengan empat molekul O2 untuk membentuk Hb4O8.Reaksi
tersebut berlangsung dengan sangat cepat, hanya kurang dari 0,01 detik. Begitu juga dengan
deoksigenasi Hb4O8 juga berlangsung dengan sangat cepat. 2Struktur kuarter hemoglobin
tersebut menentukan afinitasnya untuk O2 . Pada deoksihemoglobin, unit globin terikat secara
kuat pada tense (T) configuration, yang mengurangi afinitas molekul terhadap O2. Saat O2
pertama terikat, ikatan yang menahan unit globin dilepaskan, menghasilkan relaxed (R)
configuration, yang mengekspos lebih banyak tempat ikatan O2.
Hasilnya, afinitasnya dapat meningkat sampai 500 kali. Pada jaringan, reaksi ini berbalik,
yaitu terjadi pelepasan oksigen. Transisi dari satu keadaan ke keadaan lainnya diperkirakan
terjadi sampai 108 kali sepanjang masa hidup sel darah merah.Hemoglobin sangat penting
fungsinya dalam mengatur jumlah oksigen yang diambil dari paru-paru dan dikeluarkan pada
jaringan. Jika kadarnya turun sampai 50% seperti pada penderita anemia, kapasitas pembawaan
oksigennya juga akan turun sebesar 50% meskipun PO2 normal 100mmHg dan saturasi Hbnya
97%. 3Oxygen-hemoglobin dissociation curve menghubungkan persentase saturasi kekuatan
20
pembawaan hemoglobin dengan PO2. Kurva ini ditandai dengan bentuk sigmoid karena ada
interkonversi antara T dan R. Kombinasi heme pertama pada molekul Hb dengan O2
meningkatkan afinitas heme kedua, begitu juga seterusnya. Oleh karena itu, afinitas Hb yang
keempat jauh lebih banyak dari yang pertama.Saat darah berada dalam kesetimbangan 100%
O2 (PO2=760 mmHg), hemoglobin normal menjadi tersaturasi 100%. Dalam keadaan tersaturasi
penuh, tiap hemoglobin berisi 1.39 ml O2. Meskipun begitu, darah normalnya berisi sedikit
turunan hemoglobin yang tidak aktif, dan nilai pengukuran in vivo lebih rendah. Biasanya
nilainya 1,34 mL O2. Konsentrasi hemoglobin dalam darah normal adalah sekitar 15 g/dL (14
g/dL pada wanita dan 16 g/dL pada pria). Oleh karena itu, 1 dL darah berisi 20.1 mL (1.34 mL X
15) O2 terikat pada hemoglobin saat hemoglobin tersaturasi 100%. Jumlah O2 terlarut tergambar
dalam fungsi linear PO2. 2 In vivo, hemoglobin dalam darah pada ujung kapiler pulmonary
tersaturasi 97,5% dengan O2 (PO2 =97 mmHg). Karena ada sedikit pencampuran dengan darah
vena bronkialis yang mem-by pass kapiler pulmonary (aliran fisiologis), hemoglobin dalam
darah arteri sistemik hanya tersaturasi 97%. Pencampuran darah tersebut disebut venous
admixture of blood. 1,2 Darah arteri berisi total 19.8 mL O2 tiap dL: 0.29 mL terlarut, dan 19.5
mL terikat pada hemoglobin. Pada ujung vena, hemoglobin tersaturasi 75% dan total konten
O2sekitar 15.2 mL/dL: 0.12 mL dalam larutan dan 15.1 mL terikat pada hemoglobin. Oleh
karena itu, pada saat istirahat dapat diperkirakan bahwa jaringan mengambil sekitar 4.6 mL
O2 tiap dL darah yang melewatinya; 0.17 mL merepresentasikan O2 yang terlarut dalam darah
dan sisanya yang terikat hemoglobin. Dengan cara ini, 250 mL O2 per menit ditransportasikan
dari darah ke jaringan dalam keadaan istirahat.2 Oksigen yang terikat pada Hb tidak
mempengaruhi PO2. Oleh karena itu, PO2 tidak diukur berdasarkan jumlah total oksigen dalam
darah, melainkan hanya bagian yang terlarut saja. Olahraga berat akan meningkatkan pemakaian
oksigen sampai 20 kali. Peningkatan curah jantung menurunkan waktu darah berada di kapiler
paru kurang dari setengah normal. Namun, darah tetap dapat jenuh oleh oksigen ketika
meninggalkan paru karena terjadi peningkatan kapasitas difusi dan transit time safety factor.
Kapasitas difusi oksigen dapat meningkat hampir tiga kali lipat saat olahraga, terutama
karena terjadi peningkatan luas permukaan kapiler dan rasio ventilasi-perfusi yang mendekati
ideal di bagian atas paru. Sementara itu, dalam keadaan normal, sebenarnya darah sudah
mengalami kejenuhan oleh oksigen pada sepertiga pertama kapiler paru. Dalam keadaan itu,
darah berada selama tiga kali lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk mengalami
kejenuhan. Oleh karena itu, meskipun aliran darah semakin kencang saat olahraga berat, darah
masih tetap tersaturasi penuh.
PO2 jaringan ditentukan oleh laju pengangkutan oksigen ke jaringan dan laju pemakaian
oksigen oleh jaringan. Jika aliran darah dalam suatu jaringan meningkat, lebih banyak oksigen
yang diangkut ke jaringan dalam periode tertentu sehingga PO2 meningkat. Sementara
penggunaan oksigen untuk metabolisme jaringan akan menurunkan nilai PO2 cairan interstitium.
PO2 di bagian-bagian awal kapiler adalah 95 mmHg dan PO2 di cairan interstitium di sekitar sel
jaringan adalah sekitar 40mmHg. Karena terdapat perbedaan tekanan inilah, oksigen berdifusi
cepat dari darah ke dalam jaringan dan PO2 darah yang meninggalkan kapiler juga menjadi
sekitar 40 mmHg.
Meskipun PO2 merupakan faktor terpenting yang menentukan persentase saturasi oksigen
hemoglobin, ada beberapa faktor yang mempengaruhi afinitas pengikatan oksigen terhadap O2.
Ada empat kondisi penting yang mempengaruhi kurva disosiasi oksigen-hemoglobin, yaitu pH,
tekanan parsial karbon dioksida, suhu, dan konsentrasi 2,3-bifosfogliserat (2,3-BPG).
Peningkatan suhu atau penurunan pH akan menggeser kurva ke kanan. Pada keadaan ini,
semakin tinggi PO2 yang dibutuhkan hemoglobin untuk mengikat oksigen. 2,4
Peningkatan keasaman akan meningkatkan pelepasan oksigen dari hemoglobin. Asam utama
yang dihasilkan jaringan yang aktif secara metabolik di antaranya adalah asam laktat dan asam
karbonat. Pengurangan afinitas hemoglobin saat pH turun disebut efek bohr. 3,4 Efek Bohr
bekerja dengan dua jalur yaitu peningkatan H+ dalam darah akan menyebabkan O2 terlepas dari
hemoglobin dan pengikatan oksigen ke hemoglobin menyebabkan pelepasan H+ dari
hemoglobin. Dengan begitu, hemoglobin juga bisa berfungsi sebagai buffer. Namun, jika
berikatan dengan asam amino dalam hemoglobin, H+ akan mengubah struktur dari hemoglobin
sehingga kemampuannya dalam membawa oksigen turun. (4)
Efek Bohr berkaitan dengan fakta bahwa hemoglobin yang terdeoksigenasi mengikat H+ lebih
aktif daripada hemoglobin yang teroksigenasi. Selain itu, pH akan turun saat kadar
CO2 meningkat sehingga saat PCO2 meningkat, kurva juga akan bergeser ke kanan dan
P50 meningkat (P50 merupakan PO2 saat hemoglobin tersaturasi setengah dengan O2). 2,4
2,3-BPG dibentuk dari 3-fosfogliseraldehid yang merupakan produk glikolisis melalui jalur
Embden-Meyerhof . Molekul banyak terkandung di dalam sel darah merah. Ini merupakan anion
bermuatan tinggi yang mengikat rantai deoksihemoglobin. Satu mol deoksihemoglobin
mengikat 1 mol 2,3-BPG. Rumusnya adalah HbO2 + 2,3-BPG Hb 2,3-BPG + O2
Pada kesetimbangan ini, pengingkatan konsentrasi 2,3-BPG akan menggeser reaksi ke kanan
menyebabkan lebih banyak oksigen dilepaskan. Karena asidosis menghambat glikolisis sel darah
merah, kadar 2,3-BPG turun saat pH rendah. Sebaliknya, hormon tiroid, hormon pertumbuhan
dan androgen dapat menginkatkan konsentrasi 2,3-BPG dan P50.
Olahraga dilaporkan menghasilkan peningkatan 2-3-BPG dalam 60 menit. Namun, pada atlet
yang terlatih, dapat saja tidak terjadi peningkatan. P50 juga akan meningkat karena terjadi
peningkatan suhu pada jaringan yang aktif dan peningkatan CO2 maupun metabolit lainnya yang
akan menurunkan pH. Banyak oksigen yang dilepaskan dari masing-masing darah menuju
jaringan yang aktif karena tekanan oksigen oksigen di jaringan berkurang. Akhirnya, pada nilai
PO2 yang rendah, kurva disosiasi oxygen-hemoglobin akan berbentuk curam. 2
Myoglobin
Myoglobin merupakan pigmen berisi besi yang ditemukan pada otot rangka. Tugas dari
mioglobin adalah menyimpan oksigen di dalam sel otot sehingga oksigen tersedia untuk oksidasi
bahan bakar yang menghasilkan energi bagi kontraksi otot.5
Myoglobin mirip dengan hemoglobin, hanya saja mengikat 1 mol O2 per mole. Kurva
disosiasinya berbentuk hiperbola, berbeda dengan hemoglobin yang bentuknya adalah sigmoid.
Karena kurvanya lebih ke kiri daripada kurva hemoglobin, myoglobin mengambil O2 dari
hemoglobin di darah. Myoglobin melepaskan O2 hanya pada saat nilai PO2 nya rendah. Pada
saat berolahraga, nilai PO2 nya bahkan hampir mendekati nol. Mioglobin ini sangat penting
untuk menjaga kontraksi otot. Aliran darah dapat terhambat selama kontraksi tersebut dan
mioglobinlah yang akan menyediakan O2 saat aliran darah terhambat. 2,5
22
23
Hemoglobin janin terdiri dari 2 rantai alfa globulin dan 2 rantai gamma globulin. Dalam
beberapa minggu setelah kelahiran, barulah HbF tersebut digantikan dengan HbA (alfa2 dan
beta2). Perbedaan rantai tersebut yang menyebabkan perbedaan kemampuan afinitas terhadap
2,3-BPG berbeda. (medicinesia.com)
Mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP
oleh mitokondria. Penurunan ATP merangsang fruktokinase dan fosforilasi, menyebabkan
glikolisis aerobic. Glikogen dapat menyusut, asam laktat dan fosfat anorganik terbentuk sehingga
menurunkan Ph intrasel. Pada saat istirahat rata-rata laki-laki dewasa membutuhkan kira-kira
225-250 ml oksigen per menit, dan meningkat sampai 10 kali saat beraktivitas. Jaringan akan
mengalami hipoksia apabila aliran oksigen tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan, hal ini dapat terjadi kira-kira 4-6 menit setelah ventilasi spontan berhenti.
Berdasarkan mekanismenya, penyebab hipoksia jaringan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1.Hipoksemia arteri.
2. Berkurangnya aliran oksigen karena adanya kegagalan transport tanpa adanya hipoksemia
arteri, dan
3.Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan.
Jika aliran oksigen ke jaringan berkurang, atau jika penggunaan berlebihan di jaringan maka
metabolisme akan berubah dari aerobik ke metabolisme anaerobik untuk menyediakan energi
yang cukup untuk metabolisme. Apabila ada ketidakseimbangan, akan mengakibatkan produksi
asam laktat berlebihan, menimbulkan asidosis dengan cepat, metabolisme seluler terganggu dan
mengakibatkan kematian sel. Pemeliharaan oksigenasi jaringan tergantung pada 3 sistem organ,
yaitu:
1.Sistem kardiovaskular.
2.Hematologi
3.Respirasi
Walaupun pada hipoksemia biasanya berhubungan dengan rendahnya PaO2
yang merupakan gangguan fungsi paru, namun kegagalan pengangkutan oksigen dapat
disebabkan oleh kelainan sistem kardiovaskular atau sistem hematologi.
LI 3.4. Patofisiologi Hipoksia Seluler
Pada keadaan dengan penurunan kesadaran misalnya pada tindakan anestesi, penderita
trauma kepal/karena suatu penyakit, maka akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot lidah dan
sphincter cardia akibatnya bila posisi penderita terlentang maka pangkal lidah akan jatuh ke
posterior menutup orofaring, sehingga menimbulkan sumbatan jalan napas. Sphincter cardia
yang relaks, menyebabkan isi lambung mengalir kembali ke orofaring (regurgitasi). Hal ini
merupakan ancaman terjadinya sumbatan jalan napas oleh aspirat yang padat dan aspirasi
pneumonia oleh aspirasi cair, sebab pada keadaan ini pada umumnya reflek batuk sudah menurun
atau hilang.
Kegagalan respirasi mencakup kegagalan oksigenasi maupun kegagalan ventilasi.
Kegagalan oksigenasi dapat disebabkan oleh:
(1) ketimpangan antara ventilasi dan perfusi.
(2) hubungan pendek darah intrapulmoner kanan-kiri.
(3) tegangan oksigen vena paru rendah karena inspirasi yang kurang, atau karena tercampur
darah yang mengandung oksigen rendah.
(4) gangguan difusi pada membran kapiler alveoler.
24
arteri koroner perlu mencapai jantung untuk berfungsi tepat. Jika ada penyumbatan di arteri,
maka akan mengakibatkan serangan jantung. Kekurangan oksigen menyebabkan hipoksia.
Asma
Asma adalah penyakit yang sangat umum terlihat terutama pada anak-anak, tetapi juga pada
orang dewasa. Kadang-kadang alveoli dan bronkiolus, dua saluran udara bertanggung jawab
untuk membawa oksigen ke darah menjadi meradang atau bengkak, sehingga mengarah ke blok
dalam perjalanan udara. Kurang oksigen dalam darah akan menyebabkan hipoksia.
Pencekikan
Mencekik menyiratkan kompresi daerah leher. Kompresi menyebabkan blok di bagian
udara. Seseorang yang tercekik pertama menderita sesak napas dan kemudian dari hipoksia
karena terbatas atau tidak ada pasokan oksigen.
Dari asupan Karbon Monoksida
Karbon monoksida adalah gas beracun. Ketika karbon monoksida memasuki paru-paru kita,
menggabungkan dengan oksigen untuk membentuk karbon dioksida. Seperti karbon monoksida
lebih banyak dan lebih banyak dihirup, jumlah oksigen dalam tubuh mengurangi lebih lanjut,
sehingga menyebabkan hipoksia.
Hipoventilasi
Ada saat ketika Anda merasa tercekik karena kekurangan udara di sekitar Anda. Ketika udara
kurang mencapai alveoli paru dalam sistem pernafasan manusia, itu mengarah ke
hipoventilasi. Ini adalah suatu kondisi yang pada akhirnya menyebabkan hipoksia karena
kekurangan oksigen dalam sistem kami.
Tinggi ketinggian
Ketinggian yang lebih tinggi, lebih rendah jumlah oksigen di udara. Kurang oksigen akan berarti
bahwa Anda secara bertahap bergerak menuju keadaan hipoksia.
Emboli paru
Ini adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah mencapai jantung menjadi tersumbat karena
beberapa alasan. Alasan paling umum untuk pembuluh darah tersumbat adalah gumpalan
darah. Bekuan bertindak seperti penghalang dalam bagian darah yang kaya oksigen. Hasilnya
adalah bahwa tubuh secara bertahap mulai menderita kekurangan oksigen ke penyewaan
hipoksia.
Awal Pneumonia
Selama tahap awal dari pneumonia, gejala yang paling umum adalah iritasi yang terjadi di paruparu akibat infeksi bakteri. Hal ini menyebabkan peradangan pada saluran udara dan dengan
demikian, menyebabkan penurunan tingkat oksigen mencapai jantung melalui darah yang
mengalir dalam arteri. Kadar oksigen menyebabkan hipoksia pencelupan.
26
29
5.Sungkup muka dengan kantong non rebreathing Merupakan tehinik pemberian oksigen
dengan Konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 12 L/mnt dimana udara inspirasi
tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
Keuntungan : Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan
selaput lendir.
Kerugian : Kantong oksigen bisa terlipat.
B .Terapi Oksigen Hiperbarik Suatu bentuk terapi dengan memberikan 100% oksigen kepada
pasien dalam suatu hyperbaric chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara
atmosfir normal.
C. Pemberian Asetozolamid Obat ini menghambat karbonat anhidrase menyebabkan
peningkatan ekresi HCO3 di urin merangsang pernapasan, meningkatkan PCO2 dan mengurangi
pembentukan cairan serebrospinal.
30
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 1999. Konsep Prosedural dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:EGC
Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.Jakarta:
Salemba Medika
Corwin, E.J. 2000. Patofisiologi. Jakarta:EGC
Dorland. 2010. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Jakarta:EGC
Marks D, dkk. Biokimia Kedokteran Dasar.
http://www.bio.davidson.edu/Courses/Molbio/MolStudents/spring2005/Heiner/hemoglobin.html
http://www.elp.manchester.ac.uk/pub_projects/2001/MNQC7NDS/haemoglobin_structure.htm
http://www.webmd.com/a-to-z-guides/hemoglobin-electrophoresis
Isselbacher,braunwald,wilson. 2005. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, vol.1.Bandung
journal.unissula.ac.id
staff.ui.ac.id
lontar.ui.ac.id
31
32