Anda di halaman 1dari 26

Skenario

Kekurangan Oksigen pada Pencinta Alam


Anto, 19 tahun adalah anggota muda pecinta alam sebuah Universitas di Jakarta.
Pekan lalu Anto mengikuti pelatihan tehnik mendaki gunung. Saat itu dijelaskan oleh
Instruktur, bahwa untuk mengikuti pelatihan ini tiap peserta harus berada dalam
kondisi kesehatan yang prima. Disamping itu untuk mendaki gunung diperlukan
latihan dan adaptasi dengan perubahan tekanan oksigen yang semakin berkurang
seiring dengan ketinggian tempat di atas permukaan laut (dpl). Pada ketinggian
tertentu dapat terjadi kelelahan otot dan sesak nafas karena kekurangan oksigen.
Untuk itu diperlukan sungkup oksigen agar terhindar dari keadaan hipoksia seluler
yang apabila terus berlanjut dapat mengakibatkan kematian sel.

Kata Sulit
a) Hipoksia : kekurangan oksigen dalam tubuh.
b) Hipoksia seluler : penurunan suplay oksigen dalam jaringan sampai dibawah
tingkat fisiologis meskipn perfusi jaringan oleh darah memadai.
c) Sesak nafas : kondisi dimana paru-paru kekurangan oksigen / kesulitan
bernafas.
d) Kelelahan otot : suatu keadaan yang terjadi setelah kontrkasi otot kuat yag
lama serta berkurangnya respon terhadap stimulasi yang lama dimana otot
tidak mampu berkontraksi dalam jangka waktu tertentu.
e) Sungkup oksigen : alat bantu nafas yang berisikan oksigen.
f) Kematian sel : ketidakmampuan sel untuk mempertahankan membran.
g) Prima : keadaan yang baik atau sehat.
h) adaptasi : penyesuaian terhadap lingkungan.

Pertanyaan
1.

Jelaskan mekanisme pengikatan oksigen oleh hemoglobin!

2.

Apa penyebab dan dampak hipoksia bagi tubuh?

3.

Apa faktor-faktor resiko yang menyebabkan hipoksia?

4.

Bagaimana cara mencegah hipoksia?

5.

Bagaimana mekanisme kematian sel?

6.

Bagaimana mekanisme tubuh beradaptasi pada kondisi hipoksia?

7.

Apakah usia seseorang mempengaruhi hipoksia?

8.

Mengapa seiring ketinggian tempat, tekanan oksigen semakin berkurang?

9.

Apa contoh gejala-gejala hipoksia?

10. Apa jenis-jenis hipoksia?


11. Bagaimana cara menjaga kesehatan agar tetap prima dalam pandangan islam?

Jawaban Hasil Brainstorming


1.

Hemoglobin mengikat oksigen menjadi oksihemoglobindibawa ke seluruh tubuh


melalui peredaran darah

2.

Terjadi kematian sel dalam organ, menurunnya fungsi organ tubuh, inflamasi
jaringan (alzeimer, jantung dan otak)

3.

Faktor-faktor resiko : oksigen paru yang tidak memadai karena keadaan


ekstrimsip(lingkungan/faktor luar), gaya hidup seperti kebiasaan merokok dapat
mempengaruhi status oksigen seseorang, usia, kelainan/penyakit bawaan

4.

Cara mencegah: perhatikan batas ketinggian dan kondisi tubuh, latihan fisik,
bawa sungkup oksigen

5.

O2 berkurang berkurangnya ATP energi berkurang kematian sel

6.

Penonaktifan

anabolisme,

penonaktifan

metabolisme

aerob,

pengaktifan

metabolisme anaerob
7.

Berpengaruh, karena semakin bertambah usia sistem respirasi mengalami


penurunan fungsi

8.

Suhu berpengaruh pada oksigen, gravitasi berpengaruh pada oksigen

9.

Gejala-gejala : sesak nafas, pusing, lelah, penurunan fungsi tubuh, kuku dan kulit
memucat dll.

10. Jenis-jenis : anemik, stagnan, histosik, iskemik


11. Cara menjaga kesehatan : mawas diri dan menjaga pola makan(porsi) tidak boleh
berlebihan.

Hipotesis
Hipoksia adalah kondisi kekurangan oksigen dalam tubuh yang disebabkan
oleh adanya faktor internal dan eksternal yang akan berdampak pada penurunan
fungsi organ dan kemungkinan akan terjadinya kematian sel. Hipoksia memiliki
beberapa jenis, yaitu : hipoksia hipoksik, hipoksia anemik, hipoksia stagnan atau
isekemik, dan hipoksia histotosik. Beberapa gejalanya adalah sesak nafas, pusing,
lelah, penurunan fungsi tubuh, memucatnya kuku dan kulit. Yang dapat dicegah
dengan perhatikan batas ketinggian pada saat mendaki gunung dan kondisi tubuh,
latihan fisik, bawa sungkup oksigen. Dalam islam pun kita disarankan untuk
mawas diri dan menjaga pola makan(porsi) tidak boleh berlebihan.

SASARAN BELAJAR
LO.1. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia.
LI.1. Definisi Hipoksia.
LI.2. Jenis-Jenis Hipoksia.
LI.3. Mekanisme Hipoksia.
LI.4. Faktor Resiko & Penyebab Hipoksia.
LI.5. Dampak & Gejala Hipoksia.
LI.6. Pencegahan dan Penanganan Hipoksia.
LO.2. Memahami dan Menjelaskan Peranan Oksigen Dalam Sel.
LI.1. Definisi dan Fungsi Oksigen.
LI.2. Metabolisme Oksigen Dalam Sel.
L!.3. Reaksi Redoks Oksigen Dalam Sel.
LO.3. Memahami dan Menjelaskan Peranan Hemoglobin.
LI.1. Definisi dan Struktur Hemoglobin.
LI.2. Pengikatan Oksigen oleh Hemoglobin.
LI.3. Peran Hemoglobin di dalam Tubuh
LI.4. Mekanisme Hemoglobin dalam Respirasi
LO.4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam dalam Menjaga
Kesehatan.

Pembahasan
LO.1. Memahami dan Menjelaskan Hipoksia
LI.1. Definisi Hipoksia
Hipoksia adalah keadaan tubuh kekurangan oksigen untuk menjamin
keperluan hidupnya. Dengan menipisnya udara pada ketinggian, maka tekanan
parsiil oksigen dalam udara menurun atau mengecil. Mengecilnya tekanan
parsiil oksigen dalam udara pernapasan akan berakibat terjadinya hipoksia (Dr.
H. Sukotjo Danusastro, DSKP, MBA-Aspek Aerofisiologi dalam
Penerbangan)
Hipoksia adalah penurunan pemasukan oksigen ke jaringan sampai di bawah
tingkat fisiologis meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai (kamus
Dorland)
Hipoksia adalah kekurangan oksigen ditingkat jaringan. (W.F Ganong-Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran)
LI.2. Jenis-Jenis Hipoksia
Secara umum, hipoksia terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :
1. Hipoksia Hipoksik
Hipoksia hipoksik merupakan keadaan hipoksia yang disebabkan karena
kurangnya oksigen yang masuk paru-paru. Sehingga oksigen tidak dapat
mencapai darah, dan gagal untuk masuk dalam sirkulasi darah. Kegagalan ini
bisa disebabkan adanya sumbatan / obstruksi di saluran pernapasanmasalah
pada individu normal pada daerah ketinggian dan merupakan penyulit pada
pneumonia serta penyakit pernafasan lain.
2. Hipoksia Anemik
Hipoksia Anemik merupakan hipoksia yang terjadi karena berkurangnya
kemampuan darah mentransport
, bisa karena kurang sel darah merah
(penurunan hematokrit), penurunan Hb, atau karena keracunan CO (CO punya
afinitas kuat terhadap Hb. Contohnya pada anemia. Penderita anemia dapat
mengalami kesulitan yang cukup besar sewaktu melakukan aktivitas fisik
karena adanya keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan pengangkutan
O2 ke jaringan yang aktif.
3. Hipoksia Stagnan atau Isekemik
Hipoksia Stagnan atau Isekemik adalah keadaan hipoksia yang disebabkan
karena darah (hemoglobin) tidak mampu membawa oksigen ke jaringan oleh
karena kegagalan sirkulasi aliran darah ke kapiler meskipun PO2 arterinya
tetap konstan atau konsentrasi hemoglobin normal. Hipoksia ini ditandai
oligemia jaringan atau aliran darah ke jaringan sangat rendah, mengakibatkan
gangguan arteriolar dan vasokonstriksi, ginjal dan jantung saat terjadi syok,
hati dan otak mungkin mengalami kerusakan akibat hipoksia stagnan pada
gagal jantung kongestif.
4. Hipoksia Histotosik
Hipoksia histotosik merupakan hipoksia yang terjadi apabila jumlah oksigen
yang dihantarkan ke jaringan memadai , namun oleh karena kerja suatu agen

toxic, yang disebabkan oleh hambatan oksidasi jaringan paling sering


disebabkan oleh keracunan sianida. Sianida menghambat sitokrom oksidase
dan mungkin beberapa enzim lainnya, maka sel jaringan tidak mampu
menggunakan oksigen yang tersedia.
Menurut David J Pierson, adanya jenis hipoksia lain, yaitu:
1. Hipoksia Afinitas Oksigen
Hipoksia akibat berkurangnya kemampuan hemoglobin untuk
oksigen.

melepas

Berdasarkan tingkatnya, hipoksia terbagi menjadi 2, yaitu :


1. Hipoksia Fulminan
Hipoksia ini terjadi dimana pernafasan menjadi sangat cepat dikarenakan
paru-paru menghirup udara tanpa adanya oksigen.Biasanya orang yang
mengalami ini akan pingsan setelah beberapa saat kemudian.
2. Hipoksia Akut
Hipoksia ini terjadi pada udara yang tertutup akibat keracunan karbon
monoksida. Misalnya terjadi pada seorang pendaki gunung yang tiba-tiba
panik takkala udara belerang datang menyergap. Udara bersih akan
tergantikan oleh gas beracun, dan akhirnya paru-paru tidak sanggup untuk
menyaring udara tersebut kemudian mengalami jatuh pingsan mendadak.
LI.3. Faktor Resiko & Penyebab Hipoksia

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Faktor Resiko :
Internal :
Ekslampsia,
Toxemia,
Hipertensi,
Anemia,
Pneumonia (radang paru),
Isoimunisasi (infeksi anemia, diabetes melitus),
Trauma fisik pada ibu hamil yang mengakibatkan syok,
Usia yang menua,
Gaya hidup seperti kebiasaan merokok dapat mempengaruhi status oksigenasi
seseorang.

Eksternal :
a. Keracunan karbon monoksida (CO),
b. Gravitasi pada ketinggian tertentu (seperti saat mendaki gunung, atau saat
penerbangan di atas pesawat),
c. Terhirupnya asap pada saat terjadinya kebakaran.
Penyebab :
a.
paru yang tidak memadai karena keadaan ektrinsik,
b. Shunt vena ke arteri,
c. Transport dan pelepasan oksigen yang tidak memadai,
d. Pemakaian oksigen yang tidak memadai pada jaringan disebabkan
keracunan enzim sel, kekurangan enzim sel karena defisiensi vit.B,

e. Emosi seperti rasa takut, cemas, dan marah dapat meningkatkan


kebutuhan terhadap oksigen.
f. Menurunnya volume darah yang bersirkulasi,
g. Terjeratnya leher,
h. Paparan terhadap dingin.
LI.4. Dampak & Gejala Hipoksia
Dampak Hipoksia :
a. Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi, bernapas,
b. Bila berlanjut dapat mengakibatkan ketidaksadaran dan akhirnya
meninggal. hal ini tergantung pada ketinggian dan kondisi pasien,
c. Kematian sel,
d. Terjadi perubahan pada sistem saraf,
e. Gangguan judgement.
Gejala Hipoksia :
a. Penurunan penglihatan, pendengaran dan fungsi sensorik lainnya,
b. Keringat dingin, mengantuk, kelelahan, pusing, terlalu bahagia, mual,
muntah,
c. Denyut nadi yang meningkat, dan tekanan darah yang tinggi,
meningkatnya frekuensi napas,
d. Sianosis (perubahan warna menjadi kebiruan pada kulit dan selaput
lendir), yang dibagi menjadi 2, yaitu :
Sianosis Perifer, terlihat pada kuku dan mengarah pada hipoksia
stagnant.
Sianosis Sentral, terlihat pada selaput lendir seperti ujung lidah, bibir,
dan cuping telinga (bagian kulitnya sangat tipis).
LI.5. Pencegahan & Penanganan Hipoksia
Pencegahan Hipoksia :
a. Menjaga stamina tubuh,
b. Rutin dalam berolahraga,
c. Menjaga pola makan,
Penanganan Hipoksia :
a. Terapi Oksigen
Tujuannya mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan meminimalkan
asidosis respiratorik. Keuntungan mengurangi sesak nafas, dapat
meningkatkan kemampuan beraktivitas dan dapat memperbaiki
kualitas hidup.
Tata cara :
Meletakkan kepala pasien di dalam suatu tenda yang berisi
udara dengan oksigen yang kuat.
Pasien bernapas dengan oksigen murniatau oksigen dengan
konsentrasi tinggi dari sebuah masker.
Pemberian oksigen dengan pipa intranasal
Terapi oksigen mempunyai efek yang baik bagi aliran darah dan
kelangsungan hidup jaringan yang terkena gangguan kekurangan oksigen.

Beberapa kondisi yang harus dipenuhi sebelum melakukan terapi oksigen


yaitu diagnosis yang tepat, pengobatan optimal dan indikasi terapi oksigen.
Indikasi Pemberian Terapi Oksigen adalah :
Klien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas
darah,
Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon
terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan
dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan
pernafasan,
Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung
berusaha untuk mengatasi gangguan oksigen melalui peningkatan
laju pompa jantung yang adekuat.

Berdasarkan indikasi utama tersebut maka terapi pemberian oksigen


dindikasikan kepada klien dengan gejala :
Klien dengan keadaan tidak sadar,
Sianosis,
Hipovolemia,
Perdarahan,
Anemia berat,
Keracunan gas karbondioksida,
Asidosis,
Selama dan sesudah pembedahan
Kriteria pemberian terapi oksigen tersebut dapat dilakukan dengan
beberapa cara dibawah ini :
Pemberian oksigen secara berkesinambungan (terus menerus).
Diberikan apabila hasil analisis gas darah pada saat istirahat,
didapat nilai:
PaO2 kurang dari 55 mmHg atau saturasi kurang dari 88%
PaO2 antara 56-59 mmHg atau saturasi 89% disertai kor
pulmonale, polisitemia (hematokrit >56%)
Pemberian secara berselang. Diberikan apabila hasil analisis gas
darah saat latihan didapat nilai:
Pada saat latihan PaO2 55 mmHg atau saturasi 88%
Pada saat tidur PaO255 mmHg atau saturasi 88% disertai
komplikasi seperti hipertensi pulmoner.somnolen dan aritmia.

Metode Terapi Oksigen. Dapat dibagi menjadi 2 tehnik, yaitu :


Sistem Aliran Darah Rendah
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi
udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung
pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien.
Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih
mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien
dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16
20 kali permenit.

Contoh sistem aliran rendah adalah :


1. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen secara kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan
konsentrasi 24% 44%.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan
berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai
sebagai kateter penghisap.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih
dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari
pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat
terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih
dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan
mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah
tersumbat
2. Kanula Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen kontinyu dengan aliran 1 6 liter/mnt dengan
konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
- Keuntungan
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju
pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan
kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih
mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari
44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui
mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm,
dapat mengiritasi selaput lendir.
3. Sungkup Muka Sederhana
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang
seling 5 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 60%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari
kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat
ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar,
dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
- Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari
40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran
rendah.

4. Sungkup Muka dengan Kantong Rebreathing


Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
yaitu 60 80% dengan aliran 8 12 liter/mnt
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka
sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika
aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2,
kantong oksigen bisa terlipat.
5. Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen
mencapai 99% dengan aliran 8 12 liter/mnt dimana udara
inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
- Keuntungan :
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%,
tidak mengeringkan selaput lendir.
- Kerugian
Kantong oksigen bisa terlipat.
Sistem Aliran Tinggi
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan
tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik
ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan
teratur. Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah sungkup muka
dengan ventury.
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang
dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian
akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta
tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran
udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini
sekitas 4 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 55%.
- Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan
petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas
terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta
tidak terjadi penumpukan CO2
- Kerugian
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika
aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2,
kantong oksigen bisa terlipat.

Bahaya Pemberian Oksigen


Pemberian oksigen bukan hanya memberikan efek terapi
tetapi juga dapat menimbulkan efek merugikan, antara lain :
1. Kebakaran
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan
terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi
pemberian oksigen harus menghindari : Merokok, membuka
alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari
penggunaan listrik tanpa Ground.
2. Depresi Ventilasi
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi
dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat
menekan ventilasi.
3. Keracunan Oksigen
Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan
konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat
merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan
kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan
terganggu.
Terapi Oksigen Hiperbarik
Suatu bentuk terapi dengan memberikan 100% oksigen kepada
pasien dalam suatu hyperbaric chamber yaitu ruangan yang
memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal.
Pemberian Asetozolamid
Obat ini menghambat karbonat anhidrase menyebabkan
peningkatan ekresi HCO3 di urin merangsang pernapasan,
meningkatkan PCO2 dan mengurangi pembentukan cairan
serebrospinal.
Dalam kondisi mendaki gunung :
- Turun segera, dengan turun segara dapat menyembuhkan
gejala dalam beberapa jam, namun misi naik gunung dapat
tertunda.
- Istirahat di ketinggian yang sama, diharapkan terjadinya
proses aklimatisasi (penyesuain ketersediaan oksigen yang
menurun di dataran tinggi), namun gejala baru akan hilang
dalam 24-48 jam.
LI.6. Mekanisme Hipoksia
Mula-mula hipoksia menyebabkan hilangnya fosforilasi oksidatif dan
pembentukan ATP oleh mitokondria. Penurunan ATP merangsang fruktokinase
dan fosforilasi, menyebabkan glikolisis aerobic. Glikogen dapat menyusut,
asam laktat dan fosfat anorganik terbentuk sehingga menurunkan Ph intrasel.

Pada saat istirahat rata-rata laki-laki dewasa membutuhkan kira-kira 225-250 ml


oksigen per menit, dan meningkat sampai 10 kali saat beraktivitas. Jaringan
akan mengalami hipoksia apabila aliran oksigen tidak adekuat dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan, hal ini dapat terjadi kira-kira 4-6 menit setelah
ventilasi spontan berhenti. Berdasarkan mekanismenya, penyebab hipoksia
jaringan dibagi dalam 3 kategori, yaitu:
1. Hipoksemia arteri.
2. Berkurangnya aliran oksigen karena adanya kegagalan transport tanpa
adanya hipoksemia arteri, dan
3. Penggunaan oksigen yang berlebihan di jaringan
Jika aliran oksigen ke jaringan berkurang, atau jika penggunaan berlebihan di
jaringan maka metabolisme akan berubah dari aerobik ke metabolisme
anaerobik untuk menyediakan energi yang cukup untuk metabolisme. Apabila
ada ketidakseimbangan, akan mengakibatkan produksi asam laktat berlebihan,
menimbulkan asidosis dengan cepat, metabolisme seluler terganggu dan
mengakibatkan kematian sel.
Hipoksia dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, diantaranya :
- Hipoksia anemik,
- Intoksikasi karbon monoksida (CO),
- Hipoksia respiratorik,
- Hipoksia sekunder akibat ketinggian.
Hipoksia sekunder akibat pirau kanan ke kiri (right-to-left shunting)
ekstrapulmoner :
- Hipoksia sirkulatoris,
- Hipoksia yang spesifik organ,
- Peningkatan kebutuhan oksigen.
LO.2. Memahami dan Menjelaskan Peranan Oksigen Dalam Sel
LI.1. Definisi dan Fungsi Oksigen
Oksigen adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa yang
mengisi 20% dari udara yang kita hirup (dan setidaknya setengah dari berat
seluruh kerak bumi yang padat). Oksigen bergabung dengan sebagian
besar unsur-unsur lain untuk membentuk oksida. Oksigen sangat penting untuk
manusia, hewan dan tumbuhan.
Rumus dari gas oksigen adalah: O2
Fungsi Oksigen:
a. Oksigen memiliki peranan yang sangat penting dalam semua proses di
dalam tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan
menyebabkan tubuh mengalami kemunduran bahkan sampai kematian.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem
pernapasan secara fungsional, bila terjadi gangguan pada salah satu
sistem respirasi atau sumbatan pada saluran pernapasan maka
kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.
b. Otak merupakan organ yang sangat membutuhkan oksigen jika otak
kekurangan oksigen lebih dari 5 menit maka sel otak akan mengalami
kerusakan permanen. Selain otak Oksigen juga sangat dibutuhkan
untuk kelangsungan metabolisme. Oksigen merupakan komponen yang
sangat penting dalam memproduksi molekul Adenosin Trifosfat

(ATP).Jadi, oksigen berperan penting sebagai pembangkit energy pada


tubuh.
c. Oksigen berperan pada proses metabolisme tubuh yang pada akhirnya
akan menghasilkan energy berupa ATP melalui proses respirasi sel.
ATP adalah sumber bahan bakar untuk sel agar dapat berfungsi secara
optimal. ATP memberikan energi yang diperlukan oleh sel untuk
melakukan keperluan berbagai aktivitas di dalam tubuh. Bila oksigen
tersedia di dalam tubuh secara optimal, maka mitokondria akan
memproduksi ATP. Tanpa oksigen, mitokondria tidak dapat membuat
ATP.
LI.2. Metabolisme Sel Oksigen Dalam Sel
Metabolisme aerob berperan dalam pembakaran nutrien dan membentuk
energi. Proses ini menggunakan oksigen (O2) dan menghasilkan
karbodioksida (CO2). Sistem sirkulasi berperan mengantarkan O2 dan
nutrien ke jaringan tubuh dan kemudian mengambil CO2 yang terbentuk.
Peran ganda dari sistem sirkulasi dalam hal transportasi oksigen dan
karbondioksida disebut sebagai fungsi respirasi darah. Sistem transportasi
oksigen terdiri dari sistem paru dan sitem kardiovaskular.
Proses pengantaran ini tergantung pada jumlah oksigen yang masuk ke
paru-paru (ventilasi), aliran darah ke paru-paru dan jaringan (perfusi),
kecepatan divusi dan kapasitas membawa oksigen. Kapasitas darah untuk
membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang larut dalam plasma,
jumlah hemoglobin dan kecenderungan hemoglobin untuk berikatan dengan
oksigen (Ahrens, 1990). Jumlah oksigen yang larut dalam plasma relatif
kecil, yakni hanya sekitar 3%.Sebagian besar oksigen ditransportasi oleh
hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pembawa oksigen dan karbon
dioksida. Molekul hemoglobin dicampur dengan oksigen untuk membentuk
oksi hemoglobin.Pembentukan oksi hemoglobin dengan mudah berbalik
(revesibel), sehingga memungkinkan hemoglobin dan oksigen berpisah,
membuat oksigen menjadi bebas.Sehingga oksigen ini bias masuk ke dalam
jaringan. Adapun dalam sistem transpornya O2 dapat dibagi menjadi 2:
1. 1,5% O2 terlarut di plasma
2. 98,5% O2 berikatan dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin
Jumlah maksimum oksigen yang dapat bergabung dengan hemoglobin
darah, untuk orang normal mengandung sekitar 15 gram hemoglobin dalam
setiap 100 mililiter darah dan tiap gram hemoglobin dapat berikatan dengan
maksimal 1.34 mililiter oksigen (1.39 mililiter bila hemoglobin secar
kimiawi bersifat murni, tetapi ini dikurangi dengan yang tidak murni seperti
methemoglobin). Sedangkan jumlah total oksigen yang terikat dengan
hemoglobin di dalam darah arteri normal, dengan kejenuhan normal 97
persen, adalah kira-kira 19.4 mililiter tiap 100 mililiter darah. Waktu
melewati kapiler jaringan, jumlah ini berkurang, rata-rata menjadi 14.4
mililiter (PO2, 40 mmHg, hemoglobin tersaturasi 75%), dengan demikian
pada keadaan normal, kira-kira 5 mililiter oksigen ditranpor kejaringan oleh
setiap 100 mililiter darah.

Dengan tingginya tekanan parsial O2 (PO2) di darah dibanding di


jaringan, maka O2 akan ditranspor dari darah ke jaringan. Faktor yang dapat
mempengaruhi transpor O2 selain PO2 adalah pH, PCO2, suhu, & 2,3 BPG.
Faktor-faktor
tersebut
akan
mempengaruhi
afinitas
O2.
Transpor oksigen merupakan bagian dari proses eksternal respirasi, yaitu
pertukaran gas antara atmosfir dan paru-paru, pertukaran oksigen dan karbon
dioksida antara paru-paru dan darah, transpor oksigen dan karbon dioksida
dalam darah dan pertukaran gas antara darah dan sel.
Normalnya, sekitar 97% oksigen ditranspor dari paru-paru ke jaringan
terikat dengan hemoglobin dan sisanya 3% terlarut dalam plasma. Untuk
memonitor oksegenasi dalam jaringan digunakan beberapa parameter seperti
oxygen delevery (DO2), oxygen Content ( CaO2) , tekanan parsial oksigen,
saturasi oksigen, dan oxygen consumption (VO2). Terapi oksigen harus
segera diberikan pada keadaan-keadaan hipoksemia atau yang dicurigai
hipoksemia, Evaluasi terapi oksigen dapat dilakukan dengan pemeriksaan
fungsi sistem kardiopulmoner dan analisa gas darah (J Med Nus. 2006;26 :
134-140). Transpor O2 dari paru ke jaringan diuraikan menjadi 4 parameter,
yaitu:
1.
2.
3.
4.

Konsentrasi O2 di dalam darah


Kecepatan pengantaran/pengiriman (delivery) O2 di darah arteri
Kecepatan pengambilan (uptake) O2 dari kapiler darah ke jaringan
Fraksi O2 di kapiler darah yang masuk ke jaringan.

Oksigen tidak mudah larut di dalam air. Sekitar 93% plasma adalah air
sehingga untuk memudahkan oksigenisasi darah diperlukan molekul khusus
pengikat oksigen, yaitu hemoglobin. Konsentrasi oksigen (O2) dalam darah,
juga disebut kandungan O2 (O2 content), merupakan gabungan O2 yang
terikat pada hemoglobin dan O2 yang terlarut dalam plasma.
Konsentrasi O2 yang terikat pada hemoglobin (HbO2) ditentukan oleh
variabel pada persamaan > HbO2 = 1.34 x Hb x SO2
Hb adalah konsentrasi hemoglobin dalam darah dan biasa dinyatakan
dalam gram per 100 militer (g/dL). Angka 1,34 adalah kapasitas pengikatan
oksigen oleh hemoglobin. (dinyatakan dalam mL O2 per gram Hb). SO2
adalah rasio hemoglobin yang mengikat oksigen terhadap jumlah total
hemoglobin dalam darah (SO2 = HbO2/total Hb), juga disebut saturasi O2
dari hemoglobin. HbO2 dinyatakan dengan satuan yang sama dengan Hb
(g/dL).
Mekanisme transport oksigen terdiri dari tiga tahap :
1. Sistem pernapasan yang membawa O2 udara sampi alveoli, kemudian
difusi masuk ke dalam darah.
2. Sistem sirkulasi yang membawa darah berisi O2 kejaringan.
3. Sistem O2-Hb dalam eritrosit dan transpor ke jaringan.
Berdasarkan sistem reaksi kesetimbangan pengikatan oksigen oleh
hemoglobin:

Hb(aq) + O2(aq) HbO2(aq)


HbO2 merupakan oksihaemoglobin yang berperan dalam membawa
oksigen ke seluruh jaringan tubuh termasuk otak. Tetapan kesetimbangan
dari reaksi tersebut adalah:
Kc = [HbO2] / [Hb][O2]
Pada ketinggian 3 km, tekanan parsial gas oksigen sekitar 0,14 atm,
sedangkan pada permukaan laut tekanan parsial gas oksigen sebesar 0,2 atm.
Gangguan oksigenasi menyebabkan berkurangnya oksigen di dalam
darah (hipoksia semia) yang selanjutnya akan menyebabkan berkurangnya
oksigen di jaringan (hipoksia). Pada perdarahan dan syok terjadi gabungan
hipoksia stagnan dan anemik.
Berdasarkan prosesnya metabolisme dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Anabolisme/AsimilasI/Sintesis, yaitu proses pembentakan molekul
yang
kompleks
dengan
menggunakan
energi
tinggi.
Contoh
:
fotosintesis
(asimilasi
C)
energi
cahaya
6 CO2 + 6 H2O > C6H1206 + 6 02
klorofil
glukosa
(energi
kimia)
Pada kloroplas terjadi transformasi energi, yaitu dari energi cahaya
sebagai energi kinetik berubah menjadi energi kimia sebagai energi
potensial, berupa ikatan senyawa organik pada glukosa. Dengan
bantuan enzim-enzim, proses tersebut berlangsung cepat dan efisien.
Bila dalam suatu reaksi memerlukan energi dalam bentuk panas
reaksinya disebut reaksi endergonik. Reaksi semacam itu disebut
reaksi endoterm.
2. Katabolisme (Dissimilasi), yaitu proses penguraian zat untuk
membebaskan energi kimia yang tersimpan dalam senyawa organik
tersebut.
Contoh:
enzim
C6H12O6 + 6 O2 > 6 CO2 + 6 H2O +
686
KKal.
energi kimia
Saat molekul terurai menjadi molekul yang lebih kecil terjadi
pelepasan energi sehingga terbentuk energi panas. Bila pada suatu
reaksi dilepaskan energi, reaksinya disebut reaksi eksergonik.
Reaksi semacam itu disebut juga reaksi eksoterm.
Proses respirasi sel:

Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan


dalam zat sumber energi melalui proses kimia dengan menggunakan
oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan
kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.
Contoh:
Respirasi
pada
Glukosa,
reaksi
sederhananya:
C6H,206 + 6 02 > 6 H2O + 6 CO2 + Energi (gluLosa)
Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi H20 + CO2 + Energi,
melalui
tiga
tahap
:
1.
2.
3.

Daur
Transpor

elektron

Glikolisis.
Krebs.
respirasi.

1. Glikolisis:
Peristiwa
perubahan
:
Glukosa Glulosa - 6 - fosfat Fruktosa 1,6 difosfat
3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat Asam piravat.
Jadi, Hasilnya:

2 Asam piruvat
2 molekul NADH yang berfungsi sebagai sumber elektron
berenergi tinggi.
2 molekul ATP untuk setiap molekul glukosa

2. Daur Krebs (daur trikarbekdlat):


Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan
pembongkaran asam piravat secara aerob menjadi CO2 dan H2O
serta energi kimia

Gbr. Bagan reaksi pada siklus Krebs


3. Rantai Transpor Elektron Respiratori
Dari daur Krebs akan keluar elektron dan ion H+ yang dibawa
sebagai NADH2 (NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga
di dalam mitokondria (dengan adanya siklus Krebs yang dilanjutkan
dengan oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron) akan
terbentuk air, sebagai hasil sampingan respirasi selain CO2.
Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar
tubuh melalui stomata pada tumbuhan dan melalui paru-paru pada
peristiwa
pernafasan
hewan
tingkat
tinggi.
Ketiga proses respirasi yang penting tersebut dapat diringkas sebagai
berikut:
PROSES

AKSEPTOR

ATP

1.

Glikolisis:
Glukosa > 2 asam piruvat
2 NADH
2
ATP
2.
Siklus
Krebs:
2 asetil piruvat > 2 asetil KoA + 2 C02
2 NADH
2
ATP
2 asetil KoA > 4 CO2
6 NADH 2
PADH2
3.
Rantai
trsnspor
elektron
respirator:
10 NADH + 502 > 10 NAD+ + 10 H20
30
ATP
2 FADH2 + O2 > 2 PAD + 2 H20
4
ATP
Total
38 ATP
Proses fermentasi:
Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya adalah
asam laktat. Peristiwa ini dapat terjadi di otot dalam kondisi anaerob.
Reaksinya:

C6H12O6

>

C2H5OCOOH

Prosesnya

Energi
enzim
:

1. Glukosa > asam piruvat (proses Glikolisis).

enzim

C6H12O6

>

C2H3OCOOH

Energi

2. Dehidrogenasi asam piravat akan terbentuk asam laktat.


2 C2H3OCOOH + 2 NADH2 > 2 C2H5OCOOH + 2 NAD
piruvat
dehidrogenasa
Energi yang terbentak dari glikolisis hingga terbentuk asam laktat :
8 ATP 2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2 ATP.
Proses Glikogenesis:
Proses biosintesis glikogen dari glukosa yang selanjutnya disimpan dalam
hati.
Prosesnya:

Proses Glikogenolisis:
Perubahan glikogen yang ada dalam sel menjadi glukosa.
Prosesmya:

Proses metabolisme O2
Sistem transport O2 dapat dibagi menjadi 2:
1. 1,5% O2 terlarut di plasma
2. 98,5% O2 berikatan dengan hemoglobin membentuk oksihemoglobin
Jumlah maksimum oksigen yang dapat bergabung dengan hemoglobin
darah, untukorang normal mengandung sekitar 15 gram hemoglobin
dalam setiap 100 mililiter darah dantiap gram hemoglobin dapat berikatan
dengan maksimal 1.34 mililiter oksigen (1.39 mililiterbila hemoglobin
secar kimiawi bersifat murni, tetapi ini dikurangi dengan yang tidak
murniseperti methemoglobin).
Sedangkan jumlah total oksigen yang terikat dengan hemoglobin didalam
darah arteri normal, dengan kejenuhan normal 97 persen, adalah kira-kira
19.4mililiter tiap 100 mililiter darah. Waktu melewati kapiler jaringan,
jumlah ini berkurang, rata-rata menjadi 14.4 mililiter (PO2, 40 mmHg,
hemoglobin tersaturasi 75%), dengan demikianpada keadaan normal, kirakira 5 mililiter oksigen ditranpor kejaringan oleh setiap 100mililiter darah.
Dengan tingginya tekanan parsial O2 (PO2) di darah dibanding di
jaringan, maka O2 akanditranspor dari darah ke jaringan. Faktor yang
dapat mempengaruhi transpor O2 selain PO2adalah pH, PCO2, suhu, &
2,3 BPG. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi afinitas O2.Transpor
oksigen merupakan bagian dari proses eksternal respirasi, yaitu pertukaran
gas antara atmosfir dan paru-paru, pertukaran oksigen dan karbon
dioksida antara paru-paru dan darah, transpor oksigen dan karbon
dioksida dalam darah dan pertukaran gas antara darah dan sel.
Normalnya, sekitar 97% oksigen ditranspor dari paru-paru ke jaringan
terikat dengan hemoglobin dan sisanya 3% terlarut dalam plasma. Untuk
memonitor oksegenasi dalam jaringan digunakan beberapa parameter

seperti oxygen delevery (DO2), oxygen Content (CaO2) , tekanan parsial


oksigen, saturasi oksigen, dan oxygen consumption (VO2). Terapioksigen
harus segera diberikan pada keadaan-keadaan hipoksemia atau yang
dicurigaihipoksemia, Evaluasi terapi oksigen dapat dilakukan dengan
pemeriksaan fungsi sistem kardiopulmoner dan analisa gas darah
(J Med Nus. 2006;26 : 134-140)
Transpor O2 dariparu ke jaringan diuraikan menjadi 4parameter, yaitu:
1. Konsentrasi O2 di dalam darah
2. Kecepatan pengantaran/pengiriman (delivery) O2 di darah arteri
3. Kecepatan pengambilan (uptake) O2 dari kapiler darah ke jaringan
4. Fraksi O2 di kapiler darah yang masuk ke jaringan.
Oksigen tidak mudah larut di dalam air. Sekitar 93% plasma adalah air
sehingga untukmemudahkan oksigenisasi darah diperlukan molekul
khusus pengikat oksigen, yaituhemoglobin. Konsentrasi oksigen (O2)
dalam darah, juga disebut kandungan O2 (O2content), merupakan
gabungan O2 yang terikat pada hemoglobin dan O2 yang terlarutdalam
plasma.Konsentrasi O2 yang terikat pada hemoglobin (HbO2) ditentukan
oleh variabel padapersamaan > HbO2 = 1.34 x Hbx SO2Hb adalah
konsentrasi hemoglobin dalam darah dan biasa dinyatakan dalam gram
per100 militer (g/dL). Angka 1,34 adalah kapasitas pengikatan oksigen
oleh hemoglobin.(dinyatakan dalam mL O2 per gram Hb). SO2 adalah
rasio hemoglobin yang mengikatoksigen terhadap jumlah total
hemoglobin dalam darah (SO2 = HbO2/total Hb), juga disebutsaturasi O2
dari hemoglobin. HbO2 dinyatakan dengan satuan yang sama dengan Hb
(g/dL).
Mekanisme transport oksigen terdiri dari tiga tahap:
1. Sistem pernapasan yang membawa O2 udara sampi alveoli, kemudian
difusi masuk ke dalam darah.
2. Sistem sirkulasi yang membawa darah berisi O2 kejaringan.
3. Sistem O2-Hb dalam eritrosit dan transpor ke jaringan.
Berdasarkan sistem reaksi kesetimbangan pengikatan oksigen oleh
hemoglobin:
Hb(aq) + O2(aq) HbO2(aq)
L!.3. Reaksi Redoks Oksigen Dalam Sel
Oksidasi adalah proses pengeluaran elektron,sedangkan reduksi adalah proses
penambahan elektron.oksidasi selalu di tandai dengan reduksi akseptor
elektron.oksigen dapat bergabung dengan beberapa zat di bantu oleh enzim
oksigenase.oksigen,dapat bereaksi dengan hampir semua unsur membentuk
senyawa oksida.contohnya saat oksigen bereaksi dengan besi,makan akan
terbentuk karat yang tersusun atas Fe2O3.dan dapat kembali menjadi besi dengan
cara reduksi.oksigen juga dapat bereaksi dengan molekul-molekul,contohnya saat
oksigen bereaksi dengan molekul yang mengandung gugus H dan C,yang

hasilnya akan membentuk H2O dan CO2.enzim yang berperan dalam reaksi
redoks disebut oksireduktase,dan oksireduktase ini di bagi menjadi:
-oksidase
-dehidrogenase
-hidroperoksidase
-oksigenase
LO.3. Memahami dan Penjelaskan Peranan Hemoglobin
LI.1. Definisi dan Struktur Hemoglobin
Definisi Hemoglobin
Hemoglobin merupakan zat protein yang ditemukan pada sel darah merah
yang memberi merah pada darah. Hemoglobin terdiri dari zat besi yang
merupakan pembawa oksigen. Batasan normal hemoglobin pada pria dewasa
adalah 13,5-17 gr/dl, sedangkan pada wanita dewasa 12-15 gr/dl. Hemoglobin
berperan dalam memelihara fungsi transpor oksigen dari paru-paru ke jaringan.
Hemoglobin mengambil oksigen di paru-paru kemudian dibawa ke seluruh
jaringan tubuh sebagai bahan bakar , mengatur pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.
Struktur Hemoglobin
Hemoglobin mengandung empat subunit: dua rantai- dan rantai-. Walaupun
urutan asam amino berbeda, struktur tiga dimensi rantai- dan rantai-
hemoglobin serupa satu sama lain dan serupa dengan lantai polipeptida
tunggal dari mioglobin. Rantai- hemoglobin memiliki 141 residu asam amino,
sedangkan rantai- memiliki 146 residu asam amino. Molekul hemoglobin
terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik
dengan satu atom besi. Mutasi pada gen protein hemoglobin mengakibatkan
suatu golongan penyakit menurun yang disebut hemoglobinopati, di antaranya
yang paling sering ditemui adalah anemia sel sabit dan talasemia.
Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang
terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri
dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi
yang masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai
beta dan molekul hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama
yang dinamakan sebagai HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa
tetramer (mengandung 4 subunit protein), yang terdiri dari masing-masing dua
subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen. Subunit-subunitnya
mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit memiliki
berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total
tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton.
Pada pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan porfirin
yang menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan
oksigen. Porfirin yang mengandung besi disebut heme Tiap subunit
hemoglobin mengandung satu heme, sehingga secara keseluruhan hemoglobin
memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul heme inilah zat besi
melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui darah, zat
ini pula yang menjadikan darah kita berwarna merah.

HB02 adalah oksihemoglobin yg membawa oksigen ke seluruh


jaringan tubuh termaksud otak.

Sumber : Marks et al, 1996, Biokimia Kedokteran Dasar :Sebuah


Pendekatan Klinik, hal. 86. EGC. Jakarta
LI.2. Pengikatan Oksigen oleh Hemoglobin
Keadaan tersebut dapat dijelaskan berdasarkan
kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin:

sistem

reaksi

Hb(aq) + O2(aq) HbO2(aq)


Reaksi pengikatan O2 terjadi secara bertahap:
1.
2.
3.
4.

Hb + O2 = HbO2
Hb02 + 02 = Hb(O2)2
Hb02 + 02 = Hb(O2)3
HbO3 + 02= Hb(O2)4

Reaksi keseluruhan:
Hb + 4O2 Hb(O2)4
HbO2 merupakan oksihaemoglobin yang berperan dalam membawa
oksigen ke seluruh jaringan tubuh termasuk otak. Tetapan kesetimbangan dari
reaksi tersebut adalah:

Kc =
Kesetimbangan akan bergeser ke kiri
Berdasarkan azas Le-Chatelier, dengan berkurangnya gas oksigen berati
kesetimbangan akan bergeser ke kiri, dan berakibat kadar HbO2 di dalam darah
menurun. Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh
jaringan akan berkurang. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya rasa mual dan

pusing,

serta

perasaan

tidak

nyaman

pada

tubuh.

Kondisi tersebut akan mengakibatkan tubuh berusaha beradaptasi dengan


memproduksi hemoglobin sebanyak-banyaknya. Dengan meningkatnya konsentrasi
hemoglobin akan menggeser kembali kesetimbangan ke kanan dan HbO2 akan
meningkat kembali seperti semula. Penyesuaian ini berlangsung kurang lebih 2-3
minggu.
Dari penelitian, diketahui bahwa kadar hemoglobin rata-rata penduduk yang
bertempat tinggal di dataran tinggi akan memiliki hemoglobin lebih tinggi daripada
penduduk yang bertempat tinggal di dataran rendah.
LI.3. Peran Hemoglobin di dalam Tubuh
Selain berperan dalam transportasi oksigen, hemoglobin juga berperan
sebagai molekular transduser panas melalui siklus oksigenasi- deoksigenasi.
Hemoglobin juga adalah modulator metabolisme eritrosit dan oksidasi
hemoglobin merupakan petanda proses penuaan hemoglobin. Pada penderita
malaria, hemoglobin mempunyai implikasi resistensi genetik. Aktivitas enzimatik
hemoglobin mempunyai peranan dalam interaksi dengan obat, selain ia juga
merupakan sumber katabolit fisiologi yang aktif (Giardina et al., 1995).
Penurunan jumlah hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gangguan pada
fungsi-fungsi di atas.
Uptake oksigen maksimum (VO2 max), kadar hemoglobin dan volume
darah di dalam tubuh adalah saling berkait. Jika volume darah dalam keadaan
tidak berubah, penurunan konsentrasi hemoglobin akan menyebabkan penurunan
nilai uptake oksigen maksimum (VO2 max), manakala, jika konsentrasi
hemoglobin meningkat, uptake oksigen maksimum (VO2 max) turut meningkat.
Apabila kadar hemoglobin tidak berubah, tetapi volume darah bertambah, nilai
uptake oksigen maksimum (VO2 max) turut bertambah dan jika volume darah
berkurang, nilai uptake oksigen maksimum (VO2 max) turut berkurang. Di sini
dapat disimpulkan bahwa uptake oksigen maksimum (VO2 max) sangat
dipengaruhi oleh kadar hemoglobin dan volume darah (Gledhill et al., 1999).
LI.4. Mekanisme Hemoglobin dalam Respirasi
Hemoglobin mengikat O2 membentuk oksihemoglobin. O2 menempel
pada Fe 2+ di heme. Afinitas hemoglobin terhadap O2 dipengaruhi oleh pH, suhu,
dan konsentrasi 2,3-bifosfogliserat dalam sel darah merah.
2Hb+2O2 2HbO2
Kemudian oksihemoglobin akan beredar ke seluruh sel-sel tubuh. Setelah
sampai di sel-sel tubuhm akan terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
LO.4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam dalam Menjaga
Kesehatan
2HbO2 2Hb+2O2
Dua anugerah membuat banyak orang merugi, yaitu kesehatan dan
kesempatan. (HR al-Bukhari). Gunakan dengan baik lima hal sebelum lima yang lain:

masa mudamu sebelum engkau tua; sehatmu sebelum engkau sakit; kayamu sebelum
engkau jatuh miskin; masa senggangmu sebelum engkau sibuk; hidupmu sebelum
engkau mati. (HR al-Hakim) Meski filosofi yang sering dilontarkan dalam agama
adalah: Untuk apa kesehatan? tidak berarti agama sama sekali tidak berbicara
mengenai Bagaimana hidup sehat?.
Ada beberapa riwayat Hadis yang mengandung ajaran-ajaran hidup sehat.
Misalnya, sabda Rasulullah ?, Lakukanlah bepergian, maka kalian sehat. (HR
Ahmad). dan berpuasalah kalian, maka kalian sehat. (HR ath-Thabarani).
Orang yang tidur dalam keadaan tangannya berbau lemak, lalu ia terkena sesuatu,
maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri. (HR ad-Darimi).
Ada beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallhu
alaihi wasallam menerapkan pola makan yang sehat. Rasulullah Shallallhu alaihi
wasallam memakan kurma dengan mentimun. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah melarang tidur setelah makan (HR Abu Nuaim). Rasulullah menganjurkan
mengawali berbuka dengan kurma, jika tidak ada maka dengan air. (HR at-Tirmidzi)
Rasulullah memerintahkan makan malam meskipun dengan setelapak kurma. (HR atTirmidzi).
Ada beberapa ulama yang secara khusus menulis ajaran kesehatan dalam
Islam, misalnya Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam ath-Thibb an-Nabawi. Ibnu Muflih
al-Maqdisi dalam al-db asy-Syariyah, secara panjang lebar mengurai pola hidup
sehat yang diterapkan oleh Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam Begitu pula asySyami dalam kitab sejarah Subulul-Hud wa-Rasyad, secara khusus menulis judul
Sejarah Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam dalam Menjaga Kesehatan. Juga,
Imam al-Ghazali dalam Ihy Ulmiddin, tidak jarang menyinggung hikmah-hikmah
kesehatan yang terdapat dalam ajaran-ajaran Islam.

Pola hidup sehat ada tiga macam: yang pertama, melakukan hal-hal yang
berguna untuk kesehatan; yang kedua, menghindari hal-hal yang membahayakan
kesehatan; yang ketiga, melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan penyakit yang
diderita. Semua pola ini dapat ditemukan dalilnya dalam agama, baik secara jelas atau
tersirat, secara khusus atau umum, secara medis maupun non medis (rohani). Allah
berfirman:
Artinya: makan dan minumlah
kalian, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan. (QS al-Araf [7]: 31)
Menurut mufasir kontemporer, semacam as-Sadi, ayat tersebut mencakup
perintah menjalani pola hidup sehat dalam bentuk melakukan dan menghindari, yakni
mengonsumsi makanan yang bermanfaat untuk tubuh, serta meninggalkan pola
makan yang membahayakan. Makan dan minum sangat diperlukan untuk kesehatan,
sedangkan berlebih-lebihan harus ditinggalkan untuk menjaga kesehatan.
As-Sadi juga menganggap larangan Allah dalam QS al-Baqarah: 95, Wal

tulq bi-aydkum ilat-tahlukah (dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian ke


dalam kebinasaan) merupakan prinsip umum yang bisa juga dijadikan dalil bagi
kesehatan. Seorang Muslim dilarang melakukan hal-hal yang membahayakan dirinya,
termasuk di dalamnya adalah mengonsumsi atau melakukan hal-hal yang berbahaya
bagi kesehatan.
Tuntunan kesehatan fisik dalam agama tentu saja dibangun di atas pondasi
kesehatan rohani, karena ajaran agama bukanlah teori-teori kedokteran. Contohcontoh yang disebutkan di atas semuanya memiliki landasan moral, tak murni
tuntunan medis.
Dalam pandangan agama, kesehatan merupakan kemaslahatan duniawi yang
harus dijaga selagi tidak bertentangan dengan kemaslahatan ukhrawi atau
kemaslahatan yang lebih besar. Kesehatan, kedokteran dan semacamnya sudah
menyangkut kepentingan umum yang dalam pandangan Islam merupakan kewajiban
kolektif (fardu kifayah) bagi kaum Muslimin.
Sebagai gejala jasmani murni, sehat dan sakit, boleh dibilang tidak secara
langsung berkaitan dengan agama. Dalam pandangan agama, sehat belum tentu lebih
baik daripada sakit, begitu pula sebaliknya. Sehat dan sakit merupakan dua kondisi
yang sama-sama memiliki potensi untuk mendapat label baik atau buruk. Jika
manusia bisa mendapat pahala atau dosa dari kondisi sehatnya, maka ia juga bisa
mendapatkan pahala atau dosa dari kondisi sakitnya. Di situlah sebetulnya fokus
pandangan agama mengenai sehat dan sakit. Selebihnya dari itu, merupakan
pengembangan dari prinsip-prinsip moral seperti telah disebutkan di atas.
Pada dasarnya, agama sangat menganjurkan kesehatan, sebab apa yang bisa
dilakukan oleh seseorang dalam keadaan sehat lebih banyak daripada yang apa yang
bisa dilakukannya dalam keadaan sakit. Manusia bisa beribadah, berjihad, berdakwah
dan membangun peradaban dengan baik, jika faktor fisik berada dalam kondisi yang
kondusif. Jadi, kesehatan fisik, secara tidak langsung, merupakan faktor yang cukup
menentukan bagi tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan.
Namun demikian, posisi kesehatan tetap sebagai sarana, bukan tujuan. Tujuan
agama adalah tegaknya kebenaran dan terwujudnya kebaikan itu sendiri. Maka, oleh
karena itu, dalam sabda-sabda Rasulullah dapat dengan mudah kita temukan janjijanji manis untuk orang-orang yang sakit: bahwa penyakit merupakan penghapus dosa
dan mesin pahala yang besar.
Rasulullah Shallallhu alaihi wasallam menyatakan bahwa orang meninggal
karena sakit perut atau terkena wabah thaun, maka ia syahid. Orang yang sabar saat
kedua matanya buta, maka ia mendapat surga (HR al-Bukhari), dan lain sebagainya.
Tapi, hal ini sama sekali tidak bisa diartikan bahwa Islam menganjurkan sakit perut,
sakit mata, dan seterusnya. Yang dianjurkan adalah sikap tabah dan rela terhadap
takdir ketika penyakit-penyakit tersebut menyerangnya. Sebab, misi agama adalah
mengajak manusia agar menjadikan setiap kondisi dalam hidupnya sebagai sarana
untuk mendulang kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah, baik dalam kondisi
sehat maupun sakit, kaya maupun miskin, kuat maupun lemah, dan seterusnya.

Selain itu, janji pahala tersebut, bisa dipahami sebagai paradigma Islam dalam
membesarkan hati orang-orang yang berada dalam kondisi sengsara agar ia tidak
putus asa, sebagaimana Islam juga senantiasa memberikan peringatan dan
menyalakan lampu kuning untuk orang-orang yang berada dalam kondisi sehatsejahtera, agar ia tidak terlena.
Dengan demikian, maka jelas sekali bahwa agama mengajarkan hidup sehat,
meskipun di balik itu, yang jauh lebih ditekankan oleh agama adalah bagaimana
menggunakan kesehatannya itu untuk sesuatu yang baik. Kondisi terbaik yang paling
diimpikan oleh agama bagi kehidupan masyarakat adalah kebaikan dalam kesehatan.
Selebihnya dari itu, kesehatan boleh hilang asal kebaikan tetap terjaga, dalam kondisi
apapun.

Daftar Pustaka
Asmadi.1999. Konsep Prosedural dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta:EGC
Ganong,W.F.2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Isselbacher,braunwald,wilson. 2005.Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam,


vol.1. Bandung
Asmadi.2008.Teknik Prosedural Keperawatan:
Kebutuhan Dasar Klien Jakarta: Salemba Medika.

Konsep

dan

Murray, R.K. et al. 2002.Biokimia Harper.Edisi 25. Jakarta:EGC


staff.ui.ac.id
journal.unissula.ac.id

Aplikasi

Anda mungkin juga menyukai