Anda di halaman 1dari 7

Pradita Wahyu Purwandani

1102013227
LI 1 Memahami dan Menjelaskan tentang Hipoksia

LO 1.1 Definisi Hipoksia


Dorland: Penurunan suplai oksigen dalam jarinagn sampai di bawah tingkat fisiologis
meskipun perfusi jaringan oleh darah memadai.
Webster: kekurangan kadar oksigen yang mencapai jaringan pada tubuh.
Stedman: Penurunan tingkat oksigen di bawah normal pada gas yang terinspirasi,darah di
arteri, atau jaringan, kependekan dari anoxia.
Ganong: Kekurangan O2 di tingkat jaringan. Intinya, hipoksia adalah penurunan suplai
oksigen di bawah normal pada jaringantubuh. Istilah hipoksia lebih tepat dibandingkan
dengan anoksia karena ketiadaan O2 di jaringan jarang dijumpai.

LO 1.2 Jenis Hipoksia


Secara umum, hipoksia terbagi menjadi 4 jenis:
a. Hipoksia Anemik
Hipoksia diakibatkan kekurangan konsentrasi hemoglobin atau jumlah sel darahmerah
untuk mengangkut oksigen. Contohnya pada anemia dan hemorrgia.Saat istirahat,
hipoksia akibat anemia tidaklah berat karena adanyapeningkatan 2,3-BPG di dalam
eritrosit, kecuali jika defisiensi hemoglobin sangatbesar. Meskipun begitu, penderita
anemia dapat mengalami kesulitan cukup besarsewaktu melakukan aktivitas fisik
karena keterbatasan kemampuan untuk meningkatkan pengangkutan O2ke jaringan
yang aktif.
b. Hipoksia Hipoksik
Hipoksia akibat menurunnya mekanisme oksigenasi atau pengangkutan oksigendi
paru-paru. Seperti akibat dari tekanan oksigen yang rendah, fungsi
abnormalpulmonaris, atau gangguan jalur pernafasan.Merupakan salah satu masalah
pada individu normal di ketinggian danmemperparah pneumonia dan penyakit
pernafasan lainnya. Adalah hipoksiaakibat tidak cukupnya oksigen yang mencapai
darah, seperti pada penurunantekanan barometik di tempat yang tinggi.
c. Hipoksia Iskemik/Stagnan
Hipoksia jaringan ditandai oligemia jaringan atau aliran darah ke jaringan
sangatrendah, sehingga O2yang dihantarkan ke jaringan tidak cukup meskipun PO2
dankonsentrasi hemoglobin normal. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan
arteriolardan vasokonstriksi.
d. Hipoksia Histotoksik
Hipoksia dimana jumlah O2 yang dihantarkan memadai, namun adanya kerjasuatu agen
toksik sehingga sel jaringan tidak mampu menggunakan O2 yang tersedia.

Menurut David J Pierson, adanya jenis hipoksia lain yaitu:


Hipoksia Afinitas OksigenHipoksia akibat berkurangnya kemampuan hemoglobin
untuk melepas oksigen.

LO 1.3 Penyebab Hipoksia


 Oksigenasi paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik, bisa karena
kekurangan oksigen dalam atmosfer atau karena hipoventilasi (gangguan syaraf otot),
 Penyakit paru, hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran napas atau
compliance paru menurun. Rasio ventilasi –perfusi tidak sama (termasuk peningkatan
ruang rugi fisiologik dan shunt fisiologik). Berkurangnya membran difusi respirasi
 Transpor dan pelepasan oksigen yang tidak memadai (inadekuat). Hal ini terjadi pada
anemia, penurunan sirekulasi umum, penurunan sirkulasi lokal (perifer, serebral,
pembuluh darah jantung), edem jaringan.
 Pemakaian oksigen yang tidak memadai pada jaringan, misal pada keracunan enzim
sel, kekurangan enzim sel
 Hipoksia dapat disebabkan faktor jaringan lokal misal peningkatan kebutuhan
metabolisme, dimana hipoksia dapat menimbulkan efek-efek pada metabolisme
jaringan yang selanjutnya menyebabkan asidosis jaringan dan mengakibatkan efek-
efek pada tanda vital dan efek pada tingkat kesadaran.

LO 1.4 Gejala Hipoksia


Gejala dan tanda-tanda hipoksia (Tabel 1) bersifat nonspesifik dan mirip dengan gagal
jantung dan kondisi lainnya. Walau banyak pasien dengan hipoksia mengalami
dyspneic(sulit bernafas), manifestasi klinik cenderung mengarah secara neuorologis
dan kardiovasukuler daripada pernafasan. Walau sianosis seharusnya muncul saat
hemoglobin ter-deoksigenasi lebih dari 5gr/dL, tanda-tandanya cukup beragam pada
tiap pasien saat mendeteksi hipoksemia.
Tabel 1. Gejala dan tanda hipoksia
Gejala Tanda
(Dyspnea) Respiratory distress
Kelelahan Sianosis
Palpitasasi Takipnea
Pusing Takikardia
Agitatasi Kardiak disritmia
Sakit Kepala Hipertensi
Tremor Hipotensi
Asteriksis Letalergi
Diaforesis Koma

Gejala Tanda
Berdasarkan apa yang digunakan saat inspirasi, gejala hipoksia terdiri dari 2:
1) Gejala hipoksia saat bernafas dengan udara biasaTerdapat berbagai mekanisme
kompensasi untuk meningkatkan toleransi padaketinggian (aklimatisasi) yang bekerja
untuk jangka waktu tertentu. Namun padasubjek yang tidak teraklimatisasi gejala
mental seperti iritabilitas, muncul padaketinggian ± 3700m. Pada ketinggian 5500m
gejala hipoksia menjadi berat, danpada ketinggian 6100m umumnya kesadaran
mulai menghilang.
2) Gejala hipoksia saat bernafas dengan oksigen.Jika kita bernafas 100% O2, faktor
pembatas pada toleransi terhadap ketinggianadalah tekanan atmosfer total. Diatas
ketinggian 10.400m peningkatan ventilasiakibat rendahnya PO2 alveolus akan sedikit
menurunkan PCO2 alveolus, tetapipada ketinggian 13.700m dengan barometer
lingkungan sebesar 100mmHg, PO2 alveolus maksimum yang dapat di pertahankan
saat bernafas dengan 100% O2 adalah 40mmHg. Pada ketinggian 14.000m kesadaran
akan hilang meski diberi100% O2.

Berdasarkan kosensus Lake Louis, hipoksia pada ketinggian atau AcuteMountain Sickness
(AMS) adalah sebuah spektrum penyakit dimana ada beberapatahap dan berbeda
keparahannya.

1) Acute Mountain Sickness (AMS)Muncul ketika baru mencapai ketinggian yang baru.
Gejala berupa sakit kepalaatau salah satu dari mual dan muntah, hilangnya nafsu
makan, lemas, pusing, sulittidur.
2) High Altitude Cerebral Edema (HACE)Dianggap sebagai versi AMS yang lebih parah. Hal-
hal yang dapat terjadi yaituperubahan status kesadaran atau ataksia(ketidakseimbangan
koordinasi gerak)pada seseorang yang diduga AMS.
3) High Altitude Pulmonary Edema (HAPE)Dengan gejala sulit bernafas ketika istirahar,
batuk-batuk, dada terasa tidak enak (rasa tertekan), lemah/kemampuan tubuh
menurun.

LO 1.5 Faktor Risiko


Hipoksia dapat terjadi karena defisiensi oksigen pada tingkat jaringan
sehingga sel-sel tidak memperoleh oksigen yang cukup akibatnya metabolisme sel
terganggu.
Hipoksia dapat terjadi karena:
1) O2paru yang tidak memadai karena keadaan ekstrinsik.
2) Penyakit paru, hipoventilasi karena peningkatan tahanan saluran nafas
ataupemenuhan paru menurun.
3) Shunt vena ke arteri.
4) Transpor dan pelepasan oksigen yang tidak memadai.
5) Pemakaian oksigen yang tidak memadai pada jarinagn disebabkan keracunanenzim
sel, kekurangan enzim sel karena defisiensi vitamin B.
6) Emosi seperti rasa takut, cemas, dan marah dapat meningkatkan kebutuhanterhadap
oksigen.
7) Gaya hidup seperti kebiasaan merokok dapat memengaruhi status
oksigenasiseseorang.

LO 1.6 Mekanisme Hipoksia

Hemoglobin mengikat O2 membentuk oksihemoglobin. O2 menempel pada Fe2+


diheme. Afinitas hemoglobin terhadap O2 dipengaruhi oleh pH, suhu, dan konsentrasi2,3-
bifosfogliserat dalam selm darah merah.
2Hb + 2O2 2HbO2
Kemudian oksihemoglobin akan beredar ke seluruh sel-sel tubuh. Setelah sampai disel-sel
tubuhm akan terjadi reaksi pelepasan oksigen oleh Hb.
2HbO2 2Hb+2O2

LO 1.7 Akibat hipoksia terhadap aktifitas sel

Hipoksia skala kecil :

1. Kesulitan dalam koordinasi, berbicara, dan konsentrasi


2. Kesulitan bernafas, mengantuk, kelelahan dan sianosis
3. Penurunan penglihatan, pendengaran, penciuman serta unsur sensorik lainnya
4. Keringat dingin
Bila berlanjut akan menimbulakan efek ketidak sadaran pada tubuh dan
menyebabkan kematian.

LO 1.8 Penanganan Hipoksia

Ada beberapa cara untuk menangani Hipoksia,yaitu:


1. Terapi Oksigen (O2)
Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan
okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan utama pemberian O2 adalah untuk
mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah, dan untuk
menurunkan kerja nafas dan meurunkan kerja miokard.
Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : Konsentrasi O2 udara inspirasi dapat terkontrol,Tidak
terjadi penumpukan CO2, mempunyai tahanan jalan nafas yang rendah, efisien dan ekonomis,
dan nyaman untuk pasien.
Metode-metode yang digunakan dalam terapi oksigen:
a. Kateter nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu dengan aliran
1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan
nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik memasuk
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi
iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri
sinus dan mengeringkan mukosa hidung, kateter mudah tersumbat.

b. Kanula nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6
L/mnt dengan konsentrasi O2 sama dengan kateter nasal.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, mudah
memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih
mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang
bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm, mengiritasi
selaput lendir.

c. Sungkup muka sederhana


Merupakan alat pemberian O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi
O2 40 – 60%.
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal,
system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat
digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah.

d. Sungkup muka dengan kantong rebreathing :


Suatu tehinik pemberian O2 dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12
L/mnt
Keuntungan : Konsentrasi O2 lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak
mengeringkan selaput lendir
Kerugian : Tidak dapat memberikan O2 konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat
menyebabkan penumpukan CO2, kantong O2 bisa terlipat.

e. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing


Merupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai 99% dengan aliran 8 – 12
L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi
Keuntungan : Konsentrasi O2 yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput
lendir.
Kerugian : Kantong O2 bisa terlipat.
2. Terapi Oksigen Hiperbarik
Suatu bentuk terapi dengan cara memberikan 100% O2 kepada pasien dalam suatu
hyperbaric chamber yaitu ruangan yang memiliki tekanan lebih dari udara atmosfir normal.
3. Pemberian Asetozolamid

Obat ini menghambat karbonat anhidrase menyebabkan peningkatan ekresi Hco3- di urin
merangsang pernapasan, meningkatkan PCO2 dan mengurangi pembentukan cairan
serebrospinal.

L1 2 Memahami dan Menjelaskan Pengaruh Oksigen dalam Kehidupan Sel

LO 2.1 Respirasi Sel

Respirasi sel merupakan jalur metabolisme yang menghasilkan energi (ATP atau
NADPH) dari molekul-molekul bahan bakar seperti karbohidrat, lemak, protein.
Reakasi umum : C6H12O6 + 6O2 + 6H2O 6CO2 + 12H2O + ATP
Respirasi sel dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Respirasi Aerob
Pernapasan yang memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida yang terjadi di dalam
mitokondria ( sel eukariot ). Respirasi aerob meliputi : oksidasi asam piruvat, siklus kreb dan
transport elektron.

b. Respirasi Anaerob
Pernapasan tanpa oksigen, elektronegatif untuk menarik elektron pada rantai transport elektron,
fosforlisasi oksidatif akan terhenti. Akan tetapi, fermentasi memberikan suatu mekanisme
sehingga sebagian sel dapat mengoksidasi makanan dan menghasilkan ATP tanpa bantuan
oksigen. Secara prosedur, fermentasi adalah suatu perluasan glikolisis yang dapat menghasilkan
ATP hanya dengan fosforilasasi tingkat substrat sepanjang terdapat pasokan NAD + yang cukup
untuk menerima elektron selama langkah oksidasi dalam glikolisis. Fermentasi tidak dapat
mendaur ulang NAD+ dari NADH karena tidak mempunyai pengoksidasi. Yang terjadi adalah
NADH melakukan transfer elektron ke piruvat atau turunan piruvat. Pada respirasi anaerob hanya
dihasilkan 2 ATP

LO 2.2 Peranan

Oksigen penting untuk makhluk hidup karena merupakan unsur penting dariDNA dan
hampir semua bahan biologis penting lainnya.

Dua per tiga tubuh manusia terdiri dari oksigen. Sel manusia membutuhkanoksigen
untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme, karena oksigenmerupakan komponen
penting pada pembentukan Adenosin Trifosfat (ATP). ATPadalah sumber energi untuk
melakukan aktivitas seluler secara maksimal danmemelihara efektivitas segala fungsi tubuh.

Kebutuhan tubuh terhadap oksigen merupakan kebutuhan yang sangatmendasar dan


mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh akanmengalami kerusakan yang
menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakanorgan yang sangat sensitif terhadap
kekurangan oksigen. Otak masih mampumenoleransi kekurangan oksigen antara tiga sampai
lima menit. Apabila kekuranganoksigen berlangsung lebih dari lima menit, dapat terjadi
kerusakan sel otak secarapermanen (Kozier dan Erb 1998).
Bila oksigen yang tersedia banyak maka mitokondria akan memproduksi ATP.Tanpa
oksigen, mitokondria tidak akan membuat ATP. Jika oksigen dalam jumlahyang sedikit, tubuh
akan tetap menghasilkan ATP pada sitosol melalui prosesglikolisis dan merupakan reaksi
anaerob. Tapi jumlah yang dihasilkan tidak sebanyak yang dihasilkan mitokondria. Oleh
karena itu, jika tubuh terus menerusdalam keadaan tanpa oksigen maka sel akan kehilangan
fungsinya

LI 3 Memahami dan Menjelaskan Struktur dan Fungsi Hemoglobin


LO 3.1 Struktur Hemoglobin

Hemoglobin adalah metaloprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam


sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Hemoglobin adalah suatu protein dalam
sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan
mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara
bebas ( Evelyn, 2000 )

Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu
molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein
(globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA)
terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang
masih dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul
hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai HbF.
Pada manusia dewasa,hemoglobin berupa tetramer(mengandung 4 subunit protein), yang
terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara nonkovalen.
Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama. Tiap subunit
memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat molekul total
tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton

Pusat molekul terdapat cincin heterosiklik yang dikenal dengan Porfirin yang
menahan satu atom besi; atom besi ini merupakan situs/loka ikatan oksigen. Porfirin yang
mengandung besi disebut hemeTiap subunit hemoglobin mengandung satu heme, sehingga
secara keseluruhan hemoglobin memiliki kapasitas empat molekul oksigen. Pada molekul
heme inilah zat besi melekat dan menghantarkan oksigen serta karbondioksida melalui
darah.

Kapasitas hemoglobin untuk mengikat oksigen bergantung pada keberadaan gugus


prastitik yang disebut heme. Gugus heme yang menyebabkan darah berwarna merah. Gugus
Heme terdiri dari komponen anorganik dan pusat atom besi. Komponen organik yang disebut
protoporfirin terbentuk dari empat cincin pirol yang dihubungkan oleh jembatan meterna
membentuk cincin tetra pirol . Empat gugus mitral dan gugus vinil dan dua sisi rantai
propionol terpasang pada cincin ini ( Nelson dan Cox, 2005 )

Hemoglobin juga berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah yang
bikonkaf, jika terjadi gangguan pada bentuk sel darah ini, maka keluwesan sel darah merah
dalam melewati kapiler jadi kurang maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
kekurangan zat besi bisa mengakibatkan anemia. Jika nilainya kurang dari nilai diatas bisa
dikatakan anemia, dan apabila nilainya kelebihan akan mengakibatkan polinemis ( Evelyn,
2000 ).

Struktur Mioglobin
Mioglobin (BM 16700, disingkat Mb) merupakan protein pengikat oksigen yang relatif
sederhana, ditemukan dalam konsentrasi yang besar pada tulang dan otot jantung, membuat
jaringan ini berwarna merah yang berfungsi sebagai penyimpan oksigen dan sebagai pembawa
oksigen yang meningkatkan laju transpor oksigen dalam sel otot. Protein seperti mioglobin juga
banyak ditemukan pada organisme sel tunggal. Mioglobin merupakan polipeptida tunggal dengan
153 residu asam amino dan satu molekul heme. Komponen protein dari mioglobin yang disebut
globin, merupakan rantai polipeptida tunggal yang berisi delapan heliks. Sekitar 78% residu asam
amino dari protein ditemukan dalam α-heliks ini.

Lipatan rantai globin membentuk celah yang hampir terisi gugus heme . Heme bebas
[Fe2+] mempunyai afinitas tinggi terhadap O2 dan dioksidasi searah membentuk hematin [Fe3+].
Hematintidak dapat mengikat O2. ( Nelson dan Cox, 2005).

LO 3.2 Fungsi Hemoglobin


Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh
dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk di keluarkan dari
tubuh.

Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen : menerima, menyimpan dan melepas oksigen
di dalam sel- sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin
(Sunita,2001)

LO 3.3 Manfaat Hemoglobin


Menurut Depkes RI adapun manfaat hemoglobin antara lain :
a) Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan- jaringan tubuh.
b) Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan- jaringan tubuh untuk
dipakai sebagai bahan bakar.
c) Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru
untuk di buang.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-arimaretdi-6920-3-babii.pdf

Anda mungkin juga menyukai