Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSIS MEDIS HIPOKSIA


DI RUANG HCU PANDAN 2 RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Oleh:
Lili Putri Roesanti
(131913143100)
A-2015

Stase Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSIS MEDIS
HIPOKSIA
DI RUANG HCU PANDAN 2 RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Oleh:
Lili Putri Roesanti
(131913143100)

Laporan ini telah Disetujui


Oktober 2019

Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Arina Qona’ah, S.Kep., Ns., M.Kep Senja Setiaka, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP. 19861124201832001 NIP. 197404231997031002

Mengetahui,
Kepala Ruang HCU Pandan 2

Soemiati, S.Kep., Ns
NIP. 196806141993032009
A. Definisi Hipoksia

Hipoksia adalah suatu keadaan dimana terjadi kurangnya pasokan oksigen di dalam jaringan
sehingga mengakibatkan kerusakan sel dan kematian sel akibat menurunnya proses respirasi oksidatif
aerob.

B. Etiologi Hipoksia
1. Anemic Hypoxia
Anemic hypoxia atau hipoksia karena anemia adalah hipoksia yang diakibatkan kurangnya
kapasitas darah yang mengangkut oksigen sehingga menyebabkan berkurangnya konsentrasi
hemoglobin dalam darah. Nilai PaO2 darah dalam pembuluh darah ven akan mengalami
penurunan dari batas normal sebagai akibat dari penurunan konsentrasi hemoglobin.
2. Intoksikasi Gas Karbon Monoksida
Intoksikasi gas karbon monoksida karena tidak terikatnya karbon monoksida dengan hemoglobin
sehingga karbon monoksida tidak dapat terikat dalam darah dan menyebabkan intoksikasi
3. Hipoksia Respiratorik
Hipoksia respiratorik dalah keadaan dimana ditemukan darah arteri tanpa saturasi biasanya
terjadi pada pasien dengan penyakit paru stadium lanjut yang biasa terjadi karena:
 Hipoventilasi karena nilai PaCO2 yang tinggi
 Ketidakseimbangan antara ventilasi dan perfusi karena alveoli tidak mendapat cukup
ventilasi
 Shunting aliran darah dari paru-paru kanan ke kiri yang disebabkan karena perfusi dari
paru-paru tanda adanya ventilasi yang cukup sehingga PaO2 menjadi sedikit dan tidak
dapat dikembalikan dalam tingkat normal dengan pemberian oksigen 100%. Biasa terjadi
pada kelainan jantung kongenital.
4. High Altitude Hypoxia
High Altitude Hypoxia atau hipoksia yang diakibatkan karena ketinggian atau daerah yang tinggi
dapat menyebabkan jumlah oksigen menjadi kurang pada saat bernafas. Pada ketinggian 3000
meter diatas tanah, nilai PaO2 di alveoli turun menjadi 60 mmHg dan dapat menyebabkan
muncul gangguan memori atau gangguan serebral lainnya. Pada ketinggian 5000 meter diatas
tanah dapat menyebabkan seseorang tidak teraklimatisasi dengan normal. Hipoksia yang
diakibatkan karena ketinggian salah satunya adalah karena penerbangan unpressured cabin atau
kabin tanpa rekayasa tenanan udara yang dapat menyebabakan :
 Terjadi peningkatan frekuensi pernafasan/ hiperventilasi.
 Terjadi peningkatan denyut jantung, tekanan sistolik, dan curah jantung atau cardiac
output.
 Bila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan gangguan yang lebih berat yaitu: -
Berkurangnya pandangan sentral dan perifer
- Berkurangnya fungsi indera peraba dan pendengaran.
 Terjadi perubahan proses mental seperti: gangguan intelektual dan rasa eforia yang
berlebihan.
 Pada keadaan kritis dapat terjadi kehilangan kesadaran (loss of consciousness) dan pada
tahap akhir dapat terjadi kejang dan lanjut apnea atau henti nafas.
5. Circulatory Hypoxia
Circulatory Hypoxia adalah keadaan dimana terhadi penuruna kadar oksigen yang disebabkan
karena PaO2 dalam pembuluh darah vena dan di jaringan menurun. Circulatory hypoxia yang
menyeluruh biasa terjadi pada gagal jantung dan sebagian besar terjadi syok.
6. Hipoksia Karena Meningkatnya Metabolisme
Saat distibusi oksigen pada jaringan tanpa disertai peningkatan perfusi maka akan terjadi
hipoksia jaringan sehingga PaO2 dalam pembuluh darah vena akan menurun. Tanda dan gejala
pada hipoksia karena peningkatan metabolisme adalah kulit teraba hangat, dan terlihat
kemerahan karena terjadi peningkatan aliran darah yang melepaskan panas dan terjadi sianosis.
 Terjadi peningkatan cardiac output dan ventilasi

 Aliran darah akan dialirkan terutama ke otot-otot yang terlibat dengan merubah resistensi
vaskuler pada circulatory beds, secara langsung dan atau secara refleks. Sehingga dapat
menyebabaan peningkatan pada ekstraksi oksigen dari darah dan peningkatan perbedaan
oksigen pada pembuluh darah arteri dan vena.
 Terjadi penurunan pH pada jaringan dan darah kapiler sehingga oksigen banyak yang
terlepas dari hemoglobin.
7. Hipoksia karena syok atau trauma
Penanganan hipoksia karena trauma sama dengan ppok karena saat cidera dapat menyebabkan
trauma pada organ paru-paru
C. Patofisiologi Hipoksia

Kegagalan respirasi mencakup kegagalan yang dapat dikarenakan oksigenasi maupun kegagalan
akibat ventilasi. Kegagalan oksigenasi dapat disebabkan oleh ketimpangan antara ventilasi dan
perfusi, hubungan pendek darah intrapulmoner kanan dan kiri, tegangan oksigen pembuluh darah
vena paru yang rendah karena inspirasi yang kurang, atau karena tercampur darah yang
mengandung oksigen yang rendah, gangguan difusi pada membran kapiler alveoler, dan
hipoventilasi alveoler. Kegagalan ventilasi dapat terjadi bila PaCO2 meninggi dan pH kurang
dari 7,35. Kelelahan dan kelemahan otot-otot respirasi timbul bila otot-otot inspirasi terutama
otot di diafragma tidak mampu membangkitkan tekanan yang diperlukan untuk mempertahankan
ventilasi yang adekuat. Tanda-tanda awal kelelahan otot-otot inspirasi seringkali mendahului
penurunan yang cukup berarti pada ventilasi alveolar yang berakibat kenaikan PaCO2. Tahap
awal berupa pernapasan yang dangkal dan cepat yang diikuti oleh aktivitas otot-otot inspirasi
yang tidak terkoordinsi yaitu berupa pernapasan dada dan perut bergantian, dan gerakan
abdominal paradoxal (gerakan dinding perut ke dalam pada saat inspirasi) serta dapat terjadi
asidosis respiratorik.
D. WOC Hipoksia

intoksik
Anemic asi gas high Hipoksia respiratorik ciriculatory
hypoxia monok altitude
hypoxia hypoxia
sida

Gangguan saraf pernafasan dan otot pernafasan

Gagal Nafas

Meningkatkan permeabilitas membrane alveolar kapiler

Gg.
evitalium Gg endothelium kapiler
alveolar
cairan masuk ke
intertisial
Hipervolemia Edema Paru
↑ tahanan jalan nafas

↓ comlain paru Kehilangan fungsi


silia sal.pernafasan
↓ cairan surfaktan

Gg pengembangan Peningkatan produksi sekret

paru, Kolap Alveoli


Bersihan jalan nafas
tidak efektif

Ventilasi dan perfusi Ekspansi Paru


tidak seimbang
Pola nafas tidak efektif

Terjadi Gangguan
Hipoksemia/
Pertukaran
Hiperkapnia
gas

↓ 0₂ dan CO₂ Hipoksia ke otak Penurunan tingkat kesadaran

Dispenia,
Sianosis kelemahan Resiko cedera

Intoleransi aktivitas
↓ Curah jantung

Risiko penurunan curah


jantung
E. Manifestasi Klinis Hipoksia

Gejala dan tanda-tanda hipoksia adalah bersifat nonspesifik dan mirip dengan penyakit
gagal jantung dan kondisi lainnya. Walau banyak pasien dengan hipoksia mengalami sulit
bernafas, manifestasi klinik dari hipoksia cenderung mengarah ke bagian neuorologis dan
kardiovasukuler daripada bagian pernafasan. Walau sianosis seharusnya muncul saat
hemoglobin ter-deoksigenasi lebih dari 5gr/dL, tanda-tandanya cukup beragam pada tiap pasien
saat mendeteksi hipoksemia. Tabel 1. Gejala dan tanda hipoksia
Gejala Tanda
(Dyspnea) Respiratory distress
Kelelahan Sianosis
Palpitatasi Takipnea
Pusing Takikardia
Agitatasi Kardiak disritmia
Sakit kepala Hipertensi
Tremor Hipotensi
Asteriksis Letalergi
Diaforesis Koma

F. Penatalaksanaan Hipoksia

Penatalaksanaan dari hipoksia adalah dengan membuka jalan nafas tanpa alat dilakukan
dengan cara:

 Chin lift Manuver Chin lift ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala hiperekstensi.
 Cara Jaw Thrust yaitu dengan mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan
dengan jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas,
kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi
penderita untuk melakukan immobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust dan head tilt disebut
airway manuver.
 Jalan nafas orofaringeal : alat ini dipasang lewat mulut sampai ke faring sehingga menahan
lidah tidak jatuh menutup hipofaring. Jalan nafas nasofaringeal : alat di pasang lewat salah
satu lubang hidung sampai ke faring yang akan menahan jatuhnya pangkal lidah agar tidak
menutup hipofaring. Untuk sumbatan yang berupa muntahan, darah, sekret, benda asing
dapat dilakukan dengan menggunakan alat penghisap atau suction. Ada 2 macam kateter
penghisap yang sering digunakan yaitu rigid tonsil dental suction tip atau soft catheter
suction tip. Bila terjadi tersedak umumnya didaerah subglotis, dapat dilakukan dengan cara
back blows, abdominal thrust.
G. Pemeriksaan Diagnostik Hipoksia

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang khusus untuk dapat mendiagnosis hipoksia.
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan untuk memonitor fungsi maupun kelainan organ sistemik
dan cedera otak. Menurut Utomo (2006) pemeriksaan penunjang antara lain :

1. Pemeriksaan laboratorium darah


2. Pemeriksaan Sputum
3. Gula darah
4. Pemeriksaan urine lengkap, produksi urine, dan osmolaritas
5. Serum elektrolit (Na, Ka, Ca, P, dan Mg)
6. Serum kreatinin
7. Faal pembekuan darah
8. Faal hati
9. Analisa gas darah
10. Foto toraks
11. Pungsi lumbal Pemeriksaan EEG
12. Ultrasonografi kepala.
13. Computed tomography (CT) scan kepala.
14. Magneting Resonance Imaging (MRI) kepala.

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipoksia


Pengkajian

1. Data Diri
 Nama
 Alamat
 Pekerjaan
 Jenis kelamin
 Umur
 No. register
2. Keluhan Utama : pasien tidak dapat bernafas dengan normal/ henti nafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu: apakah pasien memiliki riwayat penyakit PPOK, atau keadaan yang
menyebabkan oksigen menurun seperti tinggal di dataran tinggi
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan Fisik
1. Airway
• Peningkatan sekresi pernapasan
• Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi
2. Breathing
• Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
• Menggunakan otot aksesori pernapasan
• Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis
3. Circulation
• Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia
• Sakit kepala
• Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
• Papiledema
• Penurunan haluaran urine
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan
• Terapi oksigen
Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker Venturi atau nasal prong
• Ventilator mekanik dengan tekanan jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
• Inhalasi nebuliser
• Fisioterapi dada
• Pemantauan hemodinamik/jantung
• Pengobatan
a). Brokodilator
b). Steroid
• Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
7. Diagnosa Keperawatan
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan yang dutandai
dengan pola nafas abnormal

Kriteria hasil Intervensi


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas
1x24 jam pola nafas kembali membaik Observasi
dengan kriteria hasil 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
1. Kapasitas fital meningkat kedalaman, usaha nafas)
2. Pernapasan cuping hidung menurun 2. Monitor bunyi nafas tambahan
3. Frekuensi nafas mebaik 3. Monitor sputum (jumlah, warna dan
4. Kedalaman nafas membaik aroma)
Terapeutik
4. Posisikan semi fowler
5. Berikan terapi oksigen
Edukasi
6. Anjurkan asupan cairan 2000ml per
hari , jika tidak ada kontraindikasi
7. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mikolitik jika perlu.
Daftar Pustaka

James, Joice., Baker, Colin & Swain, Helen. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk keperawatan. Jakarta:
Erlangga.

Efendi, Sjarif Hidayat & Kadir, Minerva Riani. 2013. Dampak Jangka Panjang Hipoksia Perinatal.
Bandung: Universitas Padjadjaran.

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta : EGC.

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
Salemba Medika.
20

Anda mungkin juga menyukai