Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEPERAWATAN KRITIS

PENATALAKSANAAN HIPOKSEMIA DAN PENATALAKSANAAN


ABNORMALITAS ASAM BASA
DosenPengampu : Norma Risnasari, S.Kep., Ns., M.Kes
Susi Ernawati , S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun Oleh:
1. Cristy Maula Ningsih (17.2.05.01.0012)
2. Mega Sintia (17.2.05.01.0002)
3. Yunita Afifatus S. (17.2.05.01.0001)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
Tahun Akademik 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Penatalaksanaan Hipoksemia
Dan Penatalaksanaan Abnormalitas Asam Basa” ini dapat terselesaikan. Pembahasan ini
bertujuan untuk mengetahui tentang Penatalaksanaan Hipoksemia Dan Penatalaksanaan
Abnormalitas Asam Basa.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna,
baik dari segi penyusunan, bahasan ataupun penulisannya. Mungkin dalam makalah
pembahsan ini terdapat banyak kata yang kurang tepat, untuk itu penulis mohon maaf. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi penulis untuk lebih baik di masa yang akan datang.
Semoga makalah pembahasan ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Kediri, 17 September 2019


Penulis
PENATALAKSANAAN HIPOKSEMIA DAN PENATALAKSANAAN
ABNORMALITAS ASAM BASA

1. HIPOKSEMIA

A. Pengertian Hipoksemia
Hipoksemia adalah kondisi di mana terjadi penurunan konsentrasi oksigen di
dalam darah. Kadar oksigen di dalam darah berada di bawah normal, terlebih pada
arteri. Normalnya, arteri membutuhkan kadar oksigen sekitar 75-100 mmHg. Apabila
kadar oksigen berada di bawah 60 mmHg maka Anda telah mengalami hipoksemia.
B. Penyebab hipoksemia
Berbagai kondisi tubuh bisa menjadi penyebab terjadinya hipoksemia.
Kondisi tubuh yang buruk dapat mengganggu fungsi tubuh untuk menjaga kadar
oksigen dalam darah tetap normal. Ketahuilah beberapa penyebab terjadinya
hipoksemia.
Berikut ini adalah beberapa penyebab hipoksemia yang paling umum termasuk:
1) Berada di lingkungan dengan oksigen rendah
Hipoksemia sering kali terjadi dikarenakan sedang berada di suatu tempat
yang memiliki kadar oksigen rendah bahkan tidak ada. Beberapa tempat
dengan kadar oksigen yang tidak mendukung, seperti di dalam laut yang sangat
dalam, di dalam pesawat yang cukup tinggi di atas permukaan bumi, gunung
yang tinggi, dan gedung yang terbakar.
2) Adanya masalah pada paru-paru
Ada beberapa masalah pada paru-paru yang bisa menjadi penyebab
hipoksemia. Beberapa gangguan pada paru-paru yang bisa menyebabkan
terjadinya hipoksemia, seperti asma, edema paru, emfisema, pneumonia, sleep
anea, bronkitis, kanker paru-paru, emboli pulmonal, fibrosis paru, dan
pneumotoraks.
3) Obat-obatan
Beberapa jenis obat ternyata ada yang bisa memicu terjadi hipoksemia.
Jenis obat nyeri yang kuat bisa memperlambat pernapasan sehingga
menurunkan kadar oksigen dalam darah. Selain itu, obat bius dan narkotika
juga merupakan obat yang bisa menyebabkan hipoksemia.
4) Terhambatnya alirah darah
Ada tindakan yang bisa membuat aliran darah menjadi berkurang atau
terhenti. Contoh tindakan tersebut seperti cidera, tembakan, sumbatan akibat
gumpalan, dan lainnya. Oleh karena itu, Anda perlu segera menyadari
kemungkinan hipoksemia apabila mengalami hal tersebut.
5) Keracunan
Ada suatu waktu dan tempat meskipun bukan di atas tempat yang tinggi
ataupun di bawah lau yang begitu dalam tetapi bisa menjadi penyebab
hipoksemia. Lingkungan yang mengandung racun dari bahan-bahan kimia akan
menjadi polutan di udara. Begitu pula dengan gas tertentu seperti karbon
monoksida yang telah mencemari udara.
6) Anemia dan masalah jantung
Anemia yakni kondisi kekurangan darah yang bisa menjadi penyebab
terjadinya hipoksemia. Penderita anemia sering kali mengalami hipoksemia
karena kadar oksigen yang dimiliki di bawah normal. Kekurangan darah akan
membuat tubuh juga mengalami kekurangan hemoglobin.. Kita tahu bahwa
hemoglobin memiliki fungsi untuk mengikat oksigen. Jadi, apabila kurang
darah maka hemoglobin akan berkurang sehingga oksigen pun juga berkurang.
7) Masalah atau gangguan pada jantung
Jantung merupakan organ yang berfungsi memompa darah. Organ jantung
sangat erat kaitannya dengan darah. Jadi, apabila Anda memiliki masalah pada
jantung maka hal tersebut bisa menyebabkan kejadian hipoksemia.
Masalah pada jantung seperti cacat jantung dan penyakit jantung juga bisa
menyebabkan kejadian hipoksemia. Jadi, jagalah jantung Anda tetap sehat agar
bisa selalu siaga memompa darah yang kaya akan oksigen ke seluruh tubuh.

C. Gejala hipoksemia
Gejala hipoksemia berbeda dari orang yang satu dengan orang lainnya.
Beberapa gejala juga bervariasi tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Oleh
karena itu, informasi mengenai gejala hipoksemia menjadi penting untuk Anda
ketahui. Simaklah beberapa gejala hipoksemia di bawah ini. Berikut ini adalah
beberapa gejala hipoksemia yang bersifat umum:

1) sakit kepala
2) sesak napas
3) bernapas cepat
4) detak jantung cepat
5) batuk
6) desah
7) berkeringat
8) kebingungan
9) kebiruan pada kulit, kuku jari, dan bibir

Berikut ini adalah beberapa gejala hipoksemia yang berat karena disertai dengan
hipoksia serebral:

1) kebingungan
2) tidakmampu berkomunikasi
3) koma

D. Cara mengatasi hipoksemia


Jangan menyepelekan hipoksemia karena pada beberapa kasus bisa
menyebabkan kematian. Oleh karena itu, segeralah melakukan upaya sebagai solusi
untuk mengatasi hipoksemia. Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
1) Obat-obatan
Beberapa jenis obat bisa digunakan untuk mengobati hipoksemia.
Obat-obatan tersebut biasanya diberikan melalui inhaler. Jadi, pemakaian obat-
obatan tersebut adalah dengan cara dihirup untuk bisa sampai ke paru-paru.
2) Terapi oksigen
Terapi oksigen bisa menjadi solusi untuk mengatasi kejadian
hipoksemia. Cara ini baru direkomendasikan oleh dokter apabila pasien
memiliki hipoksemia yang lebih parah. Terapi oksigen ini adalah tindakan
yang dilakukan dengan menggunakan tabung agar pasien bisa menerima
oksigen tambahan.

2. TATA LAKSANA GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM-BASA GANGGUAN


Keseimbangan asam-basa bukanlah penyakit, melainkan kelainan akibat penyakit
primer, maka tatalaksana ditujukan kepada penyakit primer tersebut. Bila gangguan-asam-
basa berat maka koreksi terhadap gangguan asam-basa perlu dipertimbangkan.
A. Gangguan Respiratorik.
Kelainan yang mengancam nyawa pada asidosis respiratorik bukan karena
asidosisnya tetapi karena hipoksemia, oleh karena itu terapi utama adalah terapi
oksigen sambil mengatasi penyebab primer pernapasanr (hipoventilasi). Atasi faktor
penyebab seperti kelainan paru, keracunan narkotik, keracunan salisilat. Untuk
memperbaiki ventilasi paru ventilasi mekanik.
B. Gangguan Metabolik.
1) Asidosis Metabolik.
Meskipun sebagian besar asidosis metabolik dapat diatasi oleh tubuh setelah
penyakit primer nya tertanggulangi, namun bila penurunan pH (<-10mEq/L)
maka pemberian alkali (natriumbikarbonat) perlu dipertimbangkan.
Koreksi alkali terutama ditujukan pada asidosis metabolik yang disebabkan oleh
anion nonorganik. Sedangkan yang disebabkan oleh anion organik (laktat, keton)
yang dapat dimetabolisme kembali oleh tubuh, tata laksana ditujukan pada
penyakit primer bukan pada pemberian alkali.
Asidosis metabolik karena gagal ginjal (anion nonorganic) ditanggulangi
dengan dialisis (renal replacement therapy) tetapi sementara menunggu dialisis
bila asidosis yanmg terjadi sangat berat maka pemberian alkali dapat
dipertimbangkan. Pada asidosis metabolik karena anion organik pemberian alkali
masih kontroversial , tatalaksana ditujukan pada penyakit primer dan pemberian
alkali dipertimbangkan bila pH < 7,0.
Di Indonesia obat lain untuk mengatasi asidosis metabolik seperti carbicarb,
tromethamine (THAM), dan trobat tidak tersedia dipasaran. Tabel 7. Asidosis
metabolik berdasarkan anion penyebab. Anion nonorganik Anion organik
Kelebihan Klor Infus NaCl masif Nutrisi parenteral Diare Fistel bilier atau
pankreas Asidosis tubulus ginjal Pemberian amoniumklorida atau arginin klorida
Kelebihan anion mineral lain Gagal ginjal ( asam fosfat, sulfat, hipurat) Asam
laktat L Hipoksi Sepsis Gagal hati Defisiensi tiamin Asam laktat D Short bowel
syndrome Ketoasidosis Diabetes Etanol Kelaparan hebat Penyakit metabolik
bawaan 504 Di ruang rawat intensif ada empat penyebab utama asidosis
metabolik yaitu asidosis laktat karena syok dan hipoksemia, ketoasidosis karena
diabetes melitus, asidosis tubulus ginjal, dan asidosis karena dehidrasi akibat
diare. Dari keempat keadaan tersebut alkali diberikan pada asidosis tubulus ginjal
dan diare, sedangkan pada syok, hipoksemia dan diabetes pengobatan ditujukan
pada penyakit primer, yaitu dengan resusitasi cairan, oksigenisasi dan insulin.
Pemberian alkali dipertimbangkan bila pH plasma < 7,0 setelah dilakukan
resusitasi dan terapi lainnya. Pada gangguan asidosis metabolik kronis pemberian
alkali harus dilakukan meskipun pH 20mEq/L. Tata laksana klor resisten alkalosis
metabolik ditujukan pada penyakit primer (seperti, aldosteronisme, sindrom
Cushing, dll.). C. Pemberian “alkali” (natrium bikarbonat). Natrium bikarbonat
diberikan pada asidosis metabolik berat terutama pada asidosis metabolik yang
disebabkan karena anion mineral. Dosis optimal natrium bikarbonat diberikan
berdasarkan nilai SBE atau D SID dengan perhitungan : 0,3 X BB(kg) X SBE ( D
SID) mEq, diberikan separuh dosis dengan pertimbangan: 1. Natrium bikarbonat
diberikan langsung intravena, sehingga dosis yang diberikan jauh lebih besar dari
target perhitungan (volume intravaskular lebih kecil dari total volume
ekstraselular).
2) Natrium bikarbonat
Natrium bikarbonat akan segera menghasilkan karbondioksida yang tinggi (1mEq
natrium bikarbonat = 22 mL karbondioksida).
3) Karbondioksida
Karbondioksida mudah berdifusi melalui membran sel, sehingga dapat menembus
sawar darah otak , asidosis. Terdapat dalam dua sediaan yaitu larutan 8,4% (1
mEq/mL) dan 4,2% (0,5 mEq/L). Larutan 8,4% sangat hiperosmolar (2000
mOsm/L), pemberian bikarbonat dapat menyebabkan hipernatremia,
hiperosmolalitas, vasodilatasi dan hipotensi ringan. Bila terjadi ektravasasi dapat
menyebabkan sklerosis vena kecil dan nekrosis jaringan. Larutan 4,2% digunakan
untuk bayi baru lahir untuk mengurangi bahaya hiperosmolaritas dan perdarahan
periventrikular dan intraventrikular. Sodium bikarbonat dapat diberikan melalui
intravena, intraoseus, tetapi tidak boleh melalui endotrakeal, dengan kecepatan
lambat yaitu 1mEq/menit. Ada dua pendapat tentang cara kerja
natriumbikarbonat, pertama peningkatkan pH plasma melalui pendaparan ion H+
oleh bikarbonat dengan reaksi : H+ + HCO3 - menjadi H2CO3 dan 505
berdisosiasi menjadi H2O + CO2 .Kedua melalui peningkatan ion natrium yang
menyebabkan peningkatan SID dan menyebabkan peningkatan pH (penurunan
ion H+ ). Kedua pendapat tersebut dengan hasil akhir yang sama yaitu
peningkatan pH dan peningkatan CO2. Karbondioksida yang terbentuk akan
dikeluarkan melalui paru-paru, oleh karena itu sebelum ventilasi baik (terkendali)
pemberikan natrium bikarbonat ditunda. Kesimpulan. Gangguan keseimbangan
asam-basa bukanlah penyakit, tetapi proses patofisiologis dari suatu penyakit,
merupakan akibat gangguan homeostasis tubuh. Asam diproduksi oleh tubuh
dalam bentuk asam volatile dan nonvolatile. Untuk menjaga keseimbangan asam-
basa tubuh mempunyai tiga sistem pengatur yaitu sitem dapar, paru-paru, dan
ginjal. Sistem dapar menetralisir kelebihan asam dengan segera, paru-paru
mengeluarkan kelebihan asam dalam bentuk karbondioksida, dan ginjal mengatur
dengan sekresi Cluntuk mengatur SID dan atau pengaturan bikarbonat. Gangguan
yang disebabkan oleh asam volatile disebut respiratorik, asam nonvolatile disebut
metabolik. Menurut Stewart, PaCO2, SID, dan asam lemah (ATOT) merupakan
faktor determinan terhadap perubahan kadar ion H+ (pH) cairan tubuh. Penilaian
klinis gangguan asam-basa dinilai dengan menilai pH, PaCO2, HCO3 - , base
excess, standardized base excess, anion gap, strong ion difference, dan base
excess gap. Gangguan keseimbangan asam-basa secara mudah dapat dianalisis
dengan cara Grogono, khusus asidosis metabolik dibantu dengan pemeriksaan
anion gap dan analisis Stewart-Fencl. Pengobatan gangguan keseimbangan asam
basa ditujukan pada pengobatan penyakit primer, pemberian natrium bikarbonat
terutama pada asidosis metabolik berat karena anion nonorganik (nonorganik
acids) dan natrium bikarbonat diberikan setelah ventilasi baik (terkendali), secara
perlahan dengan kecepatan 1 mEq/menit.

Julia Sri Dewi1


, Rismawati Yaswir2
, Desywar2
Jurnal Kesehatan Andalas. 2019;

DAFTAR PUSTAKA
1. Story DA. Bench to bedside review: a brief history
of clinical acid- base. Crit Care. 2004;8: 253-8.
2. Carraro P, Plebani M. Error in A state laboratory:
types and frequencies 10 years later. Clin Chem.
2007.53(7):1338-42.
3. Budak YU, Huisal K, P

Anda mungkin juga menyukai