Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1.1 Gymnosperma
Gymnosperma (Gymnos=telanjang dan sperma=biji) merupakan tumbuhan
berbeji yang bijinya tidak berada di dalam ovary, sehingga ovulenya tidak
dilindungi melainkan terbuka di permukaan megasporofil (Haupt, 1973).
Gymnosperma terdiri dari setidaknya 70 genus dan 725 species, walaupun
jumlahnya sedikit, gymnosperma tersebar secara luas di seluruh penjuru dunia.
Semua spesies gymnosperma merupakan tumbuhan perennial dan berkayu
dengan perawakan semak atau pohon (Haupt, 1973). Gymnosperma tidak
memiliki bunga namun sel gamet muncul dari perkembangan sporofil yang
membetuk konus atau strobilus (Tjitrosoepomo, 2010). Gymnosperma dibagi
menjadi 4 kelas yaitu Cycadopsida, Ginkgopsida, Coniferopsida, dan
Gnetopsida. Ginkgopsida hanya terdiri dari 1 genus yaitu genus Ginkgo (Smith,
1975).
1.1 Cycadopsida (Contoh tanaman adalah dari genus Cycas)
1.1.1 Sporofit
Cycadopsida merupakan gymnosperma primitive yang
memiliki batang seperti palem dan daun mudanya menggulung
seperti paku (Smith, 1975). Batang cycas berbentuk bulat tanpa
memiliki cabang yang ditutupi oleh dasar daun yang tersusun
secara rhomboidal. Batang cycas menunjukkan adanya
pertumbuhan sekunder (memiliki cambium) dengan jaringan
pembuluh yang monoxyclic yang nantinya akan menjadi
polycyclic.
Daunnya tersusun terserak di bagian atas batang dengan
daun muda yang menggulung dan berbentuk seperti bulu seperti
pada kebanyakan paku (Smith, 1975). Daun Cycas teridir dari 2
macam daun, daun foliage dan dan daun sisik. Daun foliage
tersusun dalam pinnatus dan tiap daun tersusun dari 80-100 pasang
leaflet yang terdapat di tiap samping rachis (Smith, 1975). Tiap
leaflet berbentuk lanceolatus dengan tepi rata dan ujung acute.
Daun sisik menyusun struktur strobilus pada cycas dan berada di
bagian ujung batang (Smith, 1975).
Akar Cycas terdiri dari akar normal dan akar koraloid. Akar
normal merupakan akar serabut yang memiliki 2 lengan
protoxylem dan epiblema, lapisan paling luar di bawah epidermis
yang tersusun dari satu lapis sel berdinding tipis (Smith, 1975).
Sedangkan akar koraloid memiliki anatomi yang sama dengan akar
normal namun tersusun seperti koral dengan daerah alga yang
terinfeksi oleh alga (Smith, 1975).
1.1.2 Stobilus/konus dan Sporofil
Sporofil pada Cycas tersusun dari dua macam yaitu
microsporofil dan megasporofil. Micrisporofil tersusun dari
microsporofil yang tersusun berkelompok pada terminal dan
menempel di axis konus. Microsporofil berwarna coklat dan pada
konus sebagian sporofil bagian bawah steril (Smith, 1975).
Microsporofil bagian ujungnya merluas ke atas dan meruncin,
dinamakan dengan apophysis. Sporangia (bertangkai pendek)
berkumpul menjadi sorus dibagian abaksial mikrosporofil (Smith,
1975). Mikrspora berbentuk bulat hyang dilindungi oleh exine dan
intine (Smith, 1975).
Megasporofil tersusun dalam susunan yang amat renggang
sehingga strobilus sejati pada Cycas tidak ditemukan.
Magasporofil ada pada bagian ujung batang pada daun sisik
(Smith, 1975). Ovule berada di sampung rachis dan tersusun secara
jarang dengan bagian daun yang terletak di ujung (Smith, 1975).
1.1.3 Gametofit
Ovule Cycas merupakan orthropous, unitegmic, dan
bertangkai pendek. Integument menyelubungi ovule dan tersusun
dari 3 lapisan (Smith, 1975). Pembeda antara spora dan sel gamet
dari Cycas adalah jumlah sel dalam dinding sporanya (Smith,
1975).
1.2 Ginkgopsida (Contoh tanaman adalah dari genus Ginkgo)
1.2.1 Sporofit
Ginkgo merupakan salah satu genus dari Ginkgopsida yang
masih bertahan hidup. Ginkgo merupakan tumbuhan berumah dua.
Batangnya berkayu dan silindris dengan cabang pendek dan cabang
panjang (Dimorfis). Cabang nya berada di bagian ujung batang
(Smith, 1975). Pada batang pendek terdapat daun foliage dan daun
sisik. Pada tumbuhan betinanya di daun sisiknya terdapat ovule.
Batang Ginkgo mengalami penebalan sekunder karena adanya
cambium (Smith, 1975). Yang membedakan batangnya dengan
gymnosperma lain adalah trakeid yang sempit dan parenkim xylem
yang memiliki kristal kalsium oksalat (Smith, 1975).
Daun Ginkgo memiliki petiole yang Panjang dengan daun
berbentuk seperti kipas. Daun pada cabang pendek memiliki tepi
bergelombang sedangkan pada cabang berlobus dalam (Smith,
1975). Pada daun Ginkgo memiliki percabangan dikotom pada
tulang daunnya. Daun pada cabang pendek tidak memiliki mosofil
yang terdiferensiasi berbeda dengan daun pada cabang panjangnya.
Memiliki stomata yang tenggalam (Smith, 1975).
Akar pada Ginkgo mempunyai perakaran tunggang dengan
lengan protoxylem berjumlah dua dan pada pertumbuhan
sekundernya akan memiliki 4 sampai 8 lengan protoxylem.
Merupakan akar mikoriza (Smith, 1975).
1.2.2 Strobilus/konus dan Sporofil
Mikrosporofil tersusun dalam strobilus di cabang pendek
dan menempel di axis strobilus. Tiap mikrosporofil terdapat 2
mikrosporangia yang bertangkai Panjang. Sedangkan megasporofil
mengelompok di bagian axis. Tiap ovule dilindungi oleh tiga lapis
integument (Smith, 1975).
1.2.3 Gametofit
Ginkgo memiliki buluh serbuk yang tersusun seperti hifa,
terbentuk saat perkecambahan serbuk sari. Pada Ginkgo ovulenya
dilindungi oleh tiga lapisan integument namun tanpa vaskularisasi
yang jelas. Mikrosporofil tersusun dalam strobilus di cabang
pendek dan menempel di axis strobilus. Tiap mikrosporofil
terdapat 2 mikrosporangia yang bertangkai Panjang. Sedangkan
megasporofil mengelompok di bagian axis. Tiap ovule dilindungi
oleh tiga lapis integument (Smith, 1975).
1.3 Coniferopsida (Contoh tanaman adalah dari genus Pinus)
1.3.1 Sporofit
Pinus merupakan tumbuhan pohon berkayu yang evergreen.
Pinus memiliki percabangan dikotom yang keluar dari batangnya
secara horizontal. Cabang hana muncul pada bagian atas
batangnya. Batang berbenntuk silinder dan memiliki kulit kayu
yang keras (Smith, 1975). Terdapat dua macam cabang pada Pinus
yaitu cabang pendek dan cabang Panjang. Cabang Panjang tumbuh
secara tak terbatas, cabang Panjang hanya memiliki daun sisik.
Sedangkan pada cabang pendek memiliki daun foliage dan daun
sisik. Perumbuhan cabang pendek terbatas dan menempati cabang
panjang (Smith, 1975).
Terdapat dua macam daun pada Pinus yaitu daun sisik dan
daun foliage, daun foliage berbentuk jarum dan berwarna hijau.
Daun berbentuk jarum memiliki epidermis yang terkutinasi.
Dengan mesofil yang polygonal (Smith, 1975). Berkas pembuluh
nya dapat berjumlah satu atau berjumlah dua pada daunnya.
Sedangkan daun sisiknya tidak digunakan untuk fotosintesis dan
hanya digunakan untuk melindungi kuncup mudanya (Smith,
1975).
Akar Pinus merupakan akar tunggang dengan akar Panjang
yang tetap ada dan akar lateral yang tumbuh secara intensif. Akar
lateralnya bercabang dikotom. Akar pinus memiliki ektotropik
mikoriza (Smith, 1975). Akar Pinus memiliki susunan pembuluh
vascular yang diarch atau tetrarch dengan pertumban sekunder
(Smith, 1975).
1.3.2 Strobilus/konus dan Sporofil
Strobilus jantan berbentuk oval dan berkembang di daerah
axis daun sisik. Konus jantan tersusun dari 60-150 mikrosporofil
yang tersusun secara spiral di axis strobilus (Smith, 1975). Tiap
mikrosporofil memiliki dua mikrosporangia berbentuk kantung id
permukaan abaksialnya. Serbuk sarinaya memiliki pelebaran exin
yang disebut dengan sayap (Smith, 1975).
Konus betinanya tersusun dari 80-90 megasporofil dan
terletak di axillar dari dau sisiknya. Megasporofil tersusun secara
spiral di axis konus (Smith, 1975). Daun sisik dan sisik ovuliferous
membentuk kompleks sisik biji. Sisik ovuliferous berkayu dan
terdapat dua ovule di permukaan adaksialnya (Smith, 1975).
1.3.3 Gametofit
Serbuk sari dari pinus mempunyai pelebaran dari exine yang
disebut dengan sayap, sayap membantu mempermudah polinasi
dari Pinus. Ovulenya anatropous, unitegmic, dan crassinucellate.
Integumennya terdiri dari tiga lapis (Smith, 1975).
1.4 Gnetopsida (contoh tanaman adalah dari genus Gnetum)
1.4.1 Sporofit
Batang Gnetum berbentuk silindris dengan 2 macam cabang.
Teradpat cabang Panjang dan cabang pendek. Batang Gnetum
memiliki klorenkim di dekat epidermisnya. Batang Gnetm juga
mengalami pertumbuhan sekunder (Smith, 1975). Daun Gentum
mirip dengan daun dicotil. Dengan epidermis abaksial dan adaksial
dan mesofil yang terdiferensiasi. Xylemnya menghadap daerah
adaksial dan floemnya menghadap abaksial (Smith, 1975). Akar
Gnetum merupakan akar tunggang dengan pertumbuhan sekunder.
Dengan pembuluh vascular yang diarch. Pada parenkimnya
terdapat sel fiber (Smith, 1975).
1.4.2 Strobilus/konus dan Sporofil
Gnetum merupakan tumbuhan berumah satu sehingga memiliki
strobilus jantan dan betina pada satu tumbuhan. Stobilus tersusun
secara terminal atau axillar. Strobilus tersusun dari axis strobilus
terdapat bractea yang saling berlawanan di bagian dasar axis
(Smith, 1975). Pada Gnetum strobilusnya membentuk susunan
seperti bunga. Bunga jantan berada di tiap nodus axis strobius. Tiap
bunga jantan memiliki bractea yang koheren dan membentuk
perianth. Pada perianth terdapat anther yang memiliki tangkai
memanjang pada saat matang (Smith, 1975). Pada betina axis
strobilusnya ditempeli ovule pada nodusnya dan membentuk cincin
(Smith, 1975).
1.4.3 Gametofit
Ovule Gnetum merupakan ovule orthotropous, crassinucleate
(dengan jaringan nuclear yang besar), dan terlindungi oleh 3
lapisan integument (Smith, 1975). Sedangkan serbuk sarinya
berbentuk bulat dengan lapisan intine dan exine (Smith, 1975).
DAFTAR RUJUKAN

Tjitrosoepomo, G. 2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:


Gajah Mada University Press.

Haupt, T. 1973. Introduction to Botany. New York: Ford Foundation.

Smith, H. & Stanley, O.B. 1975. College Botany: A Basic Course in Plant Scince.
New York: The Macmilan Company

Anda mungkin juga menyukai