PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah
penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang
terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes mellitus merupakan
keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan
hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, dan
pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron (Bilous, 2002)… Cari referensi yang diatas 2013…….. 2002
sudah tidak relevan
Jumlah penduduk dunia yang sakit diabetes mellitus cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Hal ini berkaitan dengan jumlah populasi meningkat, pola hidup,
prevalensi obesitas meningkat dan kegiatan fisik kurang (Smeltzer & Bare, 2002).
Laporan dari WHO mengenai studi populasi DM di berbagai Negara, jumlah
penderita diabetes mellitus pada tahun 2010 di Indonesia menempati urutan ke-4
terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus dengan prevalensi 8,4 juta jiwa.
Urutan diatasnya adalah India (31,7 juta jiwa), China (20,8 juta jiwa), dan Amerika
Serikat (17,7 juta jiwa) (Darmono,2007). Pada tahun 2014 jumlah penderita DM di
Indonesia minimal menjadi 5 juta dan di dunia 239,9 juta penderita. Diperkirakan
pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia meningkat menjadi 21,3
juta. Angka kesakitan dan kematian akibat DM di Indonesia cenderung berfluktuasi
setiap tahunnya sejalan dengan perubahan gaya hidup masyarakat yang mengarah
pada makanan siap saji dan sarat karbohidrat (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan laporan Dinas kesehatan kota jepara, prevalensi diabetes mellitus
tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 sebesar
0,16%,mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2013 sebesar
0,09%. Prevalensi tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,84%. Sedang
prevalensi kasus diabetes mellitus tidak tergantung insulin lebih dikenal dengan DM
tipe II, mengalami peningkatan dari 0,83% pada tahun 2014, menjadi 0,96% pada
tahun 2007, dan 1,25% pada tahun 2008 (Dinkes
Provinsi Jawa Tengah, 20014). Hasil dari data laporan puskesmas kabupaten Jepara
diganti Dinas kabupaten Jepara pada tahun 2014 didapatkan jumlah kasus diabetes
1
mellitus adalah sebanyak 63.867 kasus, terdiri atas 25.191 tergantung insulin dan
38.676 kasus diabetes mellitus non insulin (Profil Kesehatan Kabupaten jepara 2014).
Jumlah tersebut semakin membuktikan bahwa penyakit Diabetes Mellitus
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Data Departemen Kesehatan
RI menyebutkan bahwa jumlah pasien rawat inap maupun rawat jalan di Rumah Sakit
menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin adalah Diabetes mellitus.
Organisasi yang peduli terhadap permasalahan Diabetes, Diabetic Federation
mengestimasi bahwa jumlah penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun
2014, terdapat 5,6 juta penderita Diabetes untuk usia diatas 20 tahun, akan meningkat
menjadi 8,2 juta pada tahun 2020, bila tidak dilakukan upaya perubahan pola hidup
sehat pada penderita (Tandra, 2008).
Saat ini, banyak orang masih menanggap penyakit Diabetes Mellitus
merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor
keturunan. Namun, setiap orang dapat mengidap Diabetes Mellitus baik tua maupun
muda. Tingginya kadar glukosa darah secara terus menerus atau berkepanjangan dapat
menyebabkan komplikasi diabetes. Berdasarkan penelitian Murray (2014) tiap 19
menit ada satu orang di dunia yang terkena stroke, ada satu orang yang buta dan ada
satu orang di dunia diamputasi akibat komplikasi Diabetes Mellitus. Berbagai
komplikasi dapat terjadi jika penatalaksanaan Diabetes Mellitus tidak optimal.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus dikenal 4 pilar utama pengelolaan yaitu:
penyuluhan, perencanaan makan, latihan jasmani, dan obat hipoglikemik. Terapi gizi
merupakan komponen utama keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Kepatuhan
pasien terhadap prinsip gizi dan perencanaan makan merupakan salah satu kendala
pada pasien diabetes. Penderita diabetes banyak yang merasa tersiksa sehubungan
dengan jenis dan jumlah makanan yang dianjurkan.
Penelitian Setyani (2014) menggambarkan tingkat ketaatan diet bagi pasien
diabetes mellitus. Hasil penelitiannya menunjukkan hanya 43% pasien yang patuh
menjalankan diet diabetes mellitus. Sebanyak 57% pasien tidak patuh menjalankan
diet yang dianjurkan. Pasien yang patuh akan mempunyai kontrol glikemik yang lebih
baik, dengan kontrol glikemik yang baik dan terus menerus akan dapat mencegah
komplikasi akut dan mengurangi resiko komplikasi jangka panjang. Perbaikan kontrol
glikemik berhubungan dengan penurunan kejadian retinopati, nefropati dan neuropati.
Sebaliknya bagi pasien yang tidak patuh akan mempengaruhi kontrol glikemiknya
2
menjadi kurang baik bahkan tidak terkontrol, hal ini akan mengakibatkan komplikasi
yang mungkin timbul tidak dapat dicegah (Bilous, 2014).
Penelitian Juleka (2015) pada penderita diabetes mellitus rawat inap di
Kabupaten Jepara menemukan bahwa pengidap yang memiliki asupan energi
melebihi kebutuhan mempunyai risiko 31 kali lebih besar untuk mengalami kadar
glukosa darah tidak terkendali dibandingkan dengan pengidap yang asupan energinya
sesuai kebutuhan. Penderita diabetes mellitus seharusnya menerapkan pola makan
seimbang untuk menyesuaikan kebutuhan glukosa sesuai dengan kebutuhan tubuh
melalui pola makan sehat. Suyono (2014) menyebutkan bahwa dalam rangka
pengendalian kadar glukosa darah 86,2% penderita DM mematuhi pola diet diabetes
mellitus yang diajurkan, namun secara faktual jumlah penderita diabetes mellitus
yang disiplin menerapkan program diet hanya berkisar 23,9%. Hal ini menjadi salah
satu faktor risiko memperberat terjadinya gangguan metabolisme tubuh sehingga
berdampak terhadap keberlangsungan hidup penderita diabetes mellitus.
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa diabetes mellitus terjadi akibat
tidak seimbangnya asupan energi, karbohidrat dan protein. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan pada bulan Juni 2014didapatkan jumlah penderita diabetes mellitus di
RSUD RA kartini pada tahun 2014 sebanyak 550 pasien. Adapun rata-rata kunjungan
pasien diabetes melitus tiap bulan sebanyak 45-48 pasien setiap bulan. Berdasarkan
catatan makan pada 20 penderita diabetes mellitus di Instalasi Rawat Jalan RSUD RA
kartini Jepara ditemukan masalah yang berhubungan dengan konsumsi makanan
yang tidak sesuai dengan aturan. Sebanyak 56% pasien pasien mengatakan selama ini
makanan yang dikonsumsi sesuai dengan menu keluarga sehari-hari dan tidak teratur
berdasarkan program diet diabetes mellitus, sehingga kadar darah tidak stabil.
Sebanyak 42% pasien tidak teratur (tidak disiplin) baik jadwal, jumlah dan jenis
makanan dalam mengkonsumsi makanan sehari-hari bahkan pasien suka ngemil
dengan tidak memperhatikan kandungan makanan yang dibolekan dalam diet dengan
alasan, malas dan bosan dengan menu yang sesuai aturan. Atas dasar berbagai
fenomena tersebut, maka kami tertarik untuk mengangkat kasus seminar mengenai
gambaran penyakit Diabetes mellitus di RSUD RA kartini jepara
3
2. Tujuan Umum
Untuk mengatahui gambaran mengenai penyakit diabetes mellitus pada pasien di
ruang teratai RSUD RA kartini Jepara
3. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan gambaran penyakit diabetes mellitus di RSUD RA kartini jepara
b. Mengatahui cara perawatan dan DIIT makanan pada pasien diabetes mellitus di
RSUD RA kartini jepara.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
4
1. Pengertian Diabetes Mellitus
a.Tipe 1 : insufisiensi absolut insulin. Biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun (meskipun
dapat terjadi pada semua usia) biasanya pasien DM tipe 1 bertubuh kurus dan memerlukan
pemberian insulin eksogen serta penatalaksanaan diet untuk mengendalikan gula darah.
b. Tipe 2 : resistensi insulin yang disertai dengan defek sekresi insulin dengan derajat
berfariasi. DM tipe 2 biasanya terjadi pada dewasa diatas usia 40 tahun dan diatasi dengan
diet serta latihan bersama pemberian obat-obat anti diabetes oral meskipun terapinya dapat
pula meliputi pemberian insulin(Kowalak,dkk,2014,Hlm.519).
definisi menurut kalian sendiri dimana? Yang di dapat dari 2 pengertian diatas… terus
diberikan kesimpulan
A. DM tipe 1
a. Faktor genetik atau herediter disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans
akibat proses auto imun
b. Faktor infeksi virus, infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetik
c. Faktor imunologi, respon autoimu abnormal (antibodi menyerang jaringan normal
yang dianggap jaringan asing
B. DM TIPE 2
a. Obesitas, menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel target diseluruh tubuh (insulin
yang tersedia menjadi kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik)
b. Usia, cenderung meningkat di atas usia 65 tahun
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnis
3. Patofisiologi
a. Diabetes tipe 1
Pada diabetes tipe 1 terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin
karna sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia
puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Disamping itu,
5
glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat di simpan dalam hati meskipun tetap
berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yag berlebih diekskresikan dalam urin,
ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan da lektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebiahan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus
(polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolism protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia) akibat menurunya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelemahan dan kelelahan. Proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut
turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang
produksi badan keton yang merupakan produksi samping pemecahan lemak. Bahan
keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkannnya dapat
menyebabkan tand gejala nyeri abdominal, mual, muntah, hiperventilasi, npas berbau
aseton, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahn kesadaran, koma,
bahkan kematian(wijaya,dkk,2013,hlm.6-7).
b. Diabetes tipe 2
Pada diabetes tipe 2 terdapat 2 masalah yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor kusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan reaksi intrasel ini. Dengan
demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh
jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka
awitan diabetes tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
6
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan
,iritabilitas,poliuria, polidipsia, lika yang lama sembuh, infeksi vagina, atau andangan
yang kabur (jika kadar glu osanya sangat tinggi). Penyakit diabetes membuat
gangguan /komplikasi melalui kerusakan pada pembulih darah di seluruh tubuh,
disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi 2 yaitu gangguan
pada pembuluh darah besar (makrovaskuler) disebut makroangiopati,dan pada
pembuluh darah halus (mikrovarkuler) disebut mikroangiopati. Ada 3 problem utama
yang terjadi bila kekurangan atau tanpa insulin :
a. Penurunan penggunaan glukosa
b. Peningkatan mobilisasi lemak
c. Peningkatan penggunaan protein
4. Pathway
7
5. Manifestasi klinik
8
a. Poliuria,polidipsia,polifagia yang disebabkan oleh osmolalitas serum yang tinggi
akibat kadar glukosa serum yang tinggi
b. Penurunan berat badan(biasanya sebesar 10% hingga 30% penyandang diabetes tipe 1
secara khas tidak memiliki lemak pada tubuhnya saat diagnosis ditegakkan) karena
tidak terdapat metabolisme karbohidrat,lemak,protein yang normal sebagai akibat
fungsi insulin yang rusak atau tidak ada.
c. Sakit kepala rasa cepat lelah,mengantuk,tenaga yang berkurang,dan gangguan pada
kinerja sekolah serta pekerjaan semua ini disebabkan oleh kadar intra sel yang rendah
d. Kram otot,iritabilitas,dan emosi yang labil akibat ketidakseimbangan elektrolit
e. Gangguan penglihatan seperti penglihatan kabur,akibat pembengkakan yang
disebabkan glukosa
f. Baal yang disebabkan akibat kerusakan jaringan saraf
g. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen akibat neuropat otonom yang
menimbulkan gastroparesis dan konstipasi
h. Mual,diae,konstipasi akibat dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit ataupun
neuropati otonom
i. Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhnya rasa gatal pada kulit
j. Infeksi yang rekuren pada anus (Kowalak,dkk,2014,Hlm.520).
6.komplikasi
7. pemeriksaan diagnostik
8. Penatalaksanan
Terapi yang efektif bagi semua tipe Diabetes akan mengoptimalkan kontrol glukosa darah
dan mengurangi komplikasi.
9
A. Penangaan Diabetes Mellitus Tipe 1 meliputi:
Terapi suling insulin, perencanaan makan dan latihan fisik (bentuk terapi insulin yang
meliputi penyuntikan preparatmixed insulin, split-mixed, dan penyuntikan insulin
reguler lebih dari satu kali perhari serta penyuntikan insulin subcutan yang kontinu).
Transplantasi pankreas.
B. Penangaan Diabetes Mellitus Tipe 2 meliputi:
Obat anti diabetik oral untuk menstimulai produksi insulin endogen, meningkatkan
sensitifitas terhadap insulin kadar tingkat seluler, menekan glukoneugenesis hepar dan
memperlambat abrorbsi karbohidrat dalam traktus gastrointestnal
C. Penanganan Kedua Diabetes Mellitus meliputi:
a. Pemantauan kadar gula darah secara cermat
b. Perencanaan makan yang dirancang secara perorangan untuk memenuhi
kebutuhan gizi, mengendalikan kadar glukosa serta lipid darah dan mencapai
berat badan yang tepat serta mempertahankannya.
c. Penurunan berat badan (pasien gemuk dengan DM tipe 2) atau diet tinggi kalori
sesuai tahap pertumbuhan dan tingkat aktivitas (DM tipe 1)
d. Kaji tanda-tanda neuropati diabetik pada tangan dan kaki, tekankan perlunya
kewaspadaan akan keselamatan diri karena penurunan sensitibilitas dapat
menyamarkan cidera. Minimalkan komplikasi dengan mempertahankan glukosa
darah secara ketat
e. Ajarkan pasien cara merawat kakinya dengan membasuhnya setiap hari,
mengeringkan dengan cermat terutama pada sela-sela jari kaki dan melakukan
inspeksi untuk menemukan gejala veruka, kalus, eritema, pembengkakan, memar
dan pecah-pecah pada kulit.
f. Awasi timbulnya efek diabetes pada sistem kardiovaskuler seperti kerusakan
serebro vaskuler, arteri koronaria serta vaskuler perifer dan pda sistem syaraf
perifer serta syaraf otonom. Tangani semua cidera, luka sayatan dan lepuhan
(khususnya pada tungkai dan kaki) secara teliti (Kowalak,dkk,2014,Hlm.521).
9. konsep askep
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan sekarang : adanya gatal-gatal pada kulit disertai luka yang tidak
sembuh-sembuh, kesemutan, menurunnya berat badan, meningkatnya nafsu makan,
sering haus, banyak kencing, menurunnya ketajaman penglihatan
3. Riwayat kesehatan dahulu : riwayat penyakit pankreas, hipertensi, ISK berulang
4. Riwayat kesehtan keluarga : riwayat keluarga dengan DM
5. Pemeriksaaan fisik : head to toe (Andra&Yessie,2013,Hlm.8).
10
C. Intervensi
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
12
Agama/suku : Islam/Jawa
Warga negara : Indonesia
Pendidikan :SD
Pekerjaan :Wiraswasta
Alamat rumah : Jepara
Dx medis : Diabetes mellitus, ulkus diabetic, cephalgia
B. Penanggung Jawab
Nama :Ny.K
Alamat rumah : Jepara
Hubungan dgn pasien :Istri
C. Riwayat Kesehatan
1. Keluhanutama : …????
2. Riwayat kesehatan sekarang : sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluh nyeri pada tungkai kaki kiri karena luka yang idak kunjung sembuh.
pasien periksa di puskesmas Batealit dan dari hasil pemeriksaan di dapatkan bahwa
kadar gula darah Tn.D 380 mg/dl, dari pihak puskesmas merujuk ke RSU
RA.Kartini Jepara saat di unit gawat keadaan umum pasien tampak lemah,
mengalami nyeri ringan di area tungkai kaki kiri karena terkena knalpot, pasien
mngatakan luka terasa cekut-cekut dengan frekuensi hilang timbul, kesadaran
komposmentis, TD: 100/70 mmHg, HR: 89x/menit, S: 36.8 ͦ C, RR: 20x/menit,
ekstremitas tidak mengalami edema, tampak luka ulkus diabetikuspada plantar
pedis dekstra ukuran 5x4 cm dan kedalaman 0.5 cm. Hasil pemeriksaan GDS 316
mg/dl, di UGD pasien mendapatkan terapi infus RL 20 tetes/mnt, ranitidin 50 gr/12
jam, ondansetron 4mg/12 jam, injeksi ketorolac 30 mg/12 jam. Kemudian pasien
dipindahkan ke ruang teratai 3 kamar A4
3. Riwayat kesehatan dahulu : ± satu minggu yang lalu kaki kanan pasien terkena
knalpot , terdapat luka bakar dan pasien mengtakan lukanya tidak sembuh-sembuh.
4. Riwayat kesehatan keluarga : pada saat dilakukan pengkajian keluarga mengatakan
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan DM.
5. Genogram
13
keterangan:
: laki-laki
: perempuan
:pasien
:meninggal
14
Jenis pernapasan : dada
5. Nadi :84x/mnt
6. Nyeri :
P: lukabakar karena terkena knalpot
Q: nyeri cekut-cekut
R: di tungkai kaki sebelah kiri
S:3
T: hilang timbul
B. Antropometri
1. Tinggi badan :160 cm
2. Berat badan :50kg
3. IMT :19,5 kg/m2
Kesimpulan :kurus
C.Pemeriksaan Fisik
1.Kepala
Bentuk :Mesocephal
Kulit kepala :Bersih
Rambut :Sebagian Beruban,dan Sedikit Botak
2.Mata
Konjungtiva :Anemis
Sklera :Tidak ikterik
3.Hidung :Bersih,tidak terpasang O2
4.Telinga :Bersih,Tidak tampak serumen
5.Mulut :Bersih,Mukosa bibir lembap,lidah tidak kotor
6.Leher :Tidak terdapat pembesaran Thyroid
7.Paru-Paru
Inspeksi :Bentuk dada simetris,adanya kembang kempis dada
Palpasi :Vocal Fremitus Kanan-kiri seimbang
Perkusi :Sonor
Auskultasi :Nafas Vesikuler
8.Jantung
Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak
Palpasi :Teraba Ictus cordis pada ICS ke-5
Perkusi :Sonor
15
Auskultasi :Tidak ada suara jantung tambahan
9.Abdomen
Inspeksi :Tidak terdapat pembesaran pada perut,Umbilical tidak menonjol
Auskultasi :Bising usus 20x/menit
Palpasi :Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi :Thympani
10.Ekstermitas Atas :Tidak terdapat luka,capilary refill 2 detik,Turgor kulit elastis
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
Ekstermitas bawah :Terdapat luka bekas terkena knalpot motor,luka terbuka
16
D: RKTP (rendah kalori dan tinggi protein)
C. POLA ELIMINASI
1. Di Rumah : pasien mengatakan selama di rumah tidak ada gangguan
BAK/BAB, BAB dan BAK lancar. BAB sehari 1 kali, feses dengan frekuensi
lunak dan BAK dalam sehari kurang lebih 3 kali dalam sehari.
2. Di Rumah Sakit: pasien mengatakan saat di rumah sakit merasa tidak
mengalami gangguan dalam BAK/BAB, BAB sehari 1 kali dengan frekuensi
feses lunak dan BAK 4 dalam sehari. Pasien tidak menggunakan alat bantu
untuk BAB maupun BAK hanya saja ketika ingin melakukan toileting pasien
di bantu oleh keluarganya karena terdapat luka pada kakinya.
17
2. Di Rumah Sakit: pasien mengatakan tidak ada gangguan apapun terhadap
penglihatan, pendengaran, perasaan dan pembauan dalam tubuhnya. Pasien
dapat merasakan nyeri pada tungkai kaki kiri karena luka terkena knalpot,
nyeri erasa cekut-cekut, dengan skala 3, dengan frekuensi hilang timbul.
Pasien mampu mengingat masa lalu dengan baik, saat di lakukan orientasi
pasien mampu menjawab waktu saat itu, tempat dimana pasien saat ini berada,
dan siapa yang menemani saat di rumah sakit. Pasien mengatakan tingkat
pendidikan terakhirnya adalah SMA sederajat. Pasien mengatakan tidak
merasakan nyeri walaupun terdapat luka ulkus pada kakinya.
18
mengkonsumsi obat untuk menangani stress. Pasien selalu berinteraksi dengan
anggota keluarganya maupun masyarakat di lingkungan sekitar.
2. Di Rumah Sakit: pasien mengatakan tidak pernah merasakan stress saat di
rawat di rumah sakit hanya saja terkadang pasien merasa bosan, jika sudah
mulai bosan biasanya pasien langsung tidur. Pasien selalu berinteraksi dengan
anggota keluarganya yang datang untuk merawatnya serta selalu melakukan
interaksi dengan pasien maupun keluarga pasien yang berada dalam satu
ruangan dengan pasien.
A.Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 02-01-2017
Jam : 14.05
19
Tanggal : 02-01-2017
Jam :22.09
Tanggal : 02-01-2017
Jam :07.10
B.Terapi
Tanggal
V. Analisa Data
20
Hari/tanggal Data Etiologi Problem
Senin/2-1- Ds: Pasien mengatakan terkena Cidera kimiawi Kerusakan
2017 knalpot panas dan terjadi luka kulit Integritas kulit
pada kakinya.
21
1.Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan cedera kimiawi 00047
VII. Intervensi
Diagnosa 1
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam luka pasien
mengalami proses penyembuhan dengan baik yang ditandai dengan tidak terdapat tanda
infeksi dan luka menjadi kering
Kriteria hasil :
Intervensi:
Intervensi Rasional
h. Monitor sayatan untuk tanda dan R: untuk mendeteksi secara dini tanda dan
gejala infeksi gejala infeksi
i. Monitor kondisi balutan pasien R: untuk mendeteksi secara dini tanda dan
gejala infeksi
j. Periksa kulit dan selaput lendir R: untuk mengecek tanda dan gejala infeksi
terkait dengan adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim, edema atau
drainase
22
k. Periksa pakaian yang terlalu ketat R: untuk meminimalisir terjadinya luka
tekan
Diagnosa 2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien menunjukan
asupan makanan yang adekuat.
Kriteria hasil :
Intervensi:
Intervensi Rasional
Monitor kandungan nutrisi dan kalori pada R : memenuhi kebutuhan diit pasien
asupan makanan pasien
Timbang berat badan pasien pada interval R: untuk mengetahui adanya peningkatan atau
yang tepat penurunan berat badan
23
Berikan informasi yang tepat tentang R: untuk menambah informasi pada keluarga
kebutuhan nutrisi dan cara memenuhinya pasien
Ajarkan metode untuk perencanaan makan R: agar keluarga dan pasien dapat memilih
menu makanan yang tepat
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk R: untuk memenuhi gizi sesuai dengan
menentukan diit yang tepat kriteria pasien
Diagnosa 3
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak timbul masalah
infeksi
Kriteria hasil :
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi yang meliputi rubor ( kemerahan ) , kalor ( panas ) ,
dolor ( rasa sakit ) , tumor ( pembengkakan ) , function laesa ( gangguan fungsi )
Intervensi :
Intervensi Rasional
a. Monitor adanya tanda dan gejala R: untuk mengidentifikasi adanya infeksi
infeksi sistemik dan lokal
d. Periksa kulit dan selaput lendir terkait R: untuk mengecek tanda dan gejala infeksi
dengan adanya kemerahan,
kehangatan ekstrim, edema atau
drainase
VII. Implementasi
24
Senin
2-01-2017
25
DO : TB : 160 cm
BB :50 kg
IMT : 19,5
Selasa
3-01-2017
26
Rabu,4-1-2017 1 Memberikan terapi DS:-
Jam 09.00 injeksi ranitidin , DO:Obat masuk melalui
ketorolac , ondan setron intravena bolus
Alergi(-)
Mual (-)
27
Evaluasi
P :Lanjutkan Intervensi
Monitor proses penyembuhan di daerah
sayatan
Monitor sayatan untuk tanda dan gejala
infeksi
Monitor kondisi balutan pasien
Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, edema atau drainase
Ajarkan kepada pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi pemberian obat
28
O : pasien tampak antusias saat perawat
menjelaskan, makan pagi habis ½ porsi
P:Lanjutkan Intervensi
Monitor nilai laboratorium khususnya
Hemoglobin
Monitor kandungan nutrisi dan kalori
pada asupan makanan pasien
Timbang berat badan pasien pada
Interval yang tepat
Berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan cara
memenuhinya
Ajarkan metode untuk perencanaan
makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Menentukan diit yang tepat
P:Lanjutkan Intervensi
Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, edema atau drainase
DATA FOKUS
29
berupa anbacim 1 gr dan ketorolac 30 mg
DS:-
2 DO:Cek GDS 283
SOAP DATANG
P:Lanjutkan Intervensi
Monitor proses penyembuhan di daerah
sayatan
Monitor sayatan untuk tanda dan gejala
infeksi
Monitor kondisi balutan pasien
Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, edema atau drainase
Ajarkan kepada pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi pemberian obat
P:Lanjutkan Intervensi
Monitor nilai laboratorium khususnya
Hemoglobin
Monitor kandungan nutrisi dan kalori
pada asupan makanan pasien
Timbang berat badan pasien pada
Interval yang tepat
30
Berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan cara
memenuhinya
Ajarkan metode untuk perencanaan
makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Menentukan diit yang tepat
P:Lanjutkan Intervensi
Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, edema atau drainase
SOAP PULANG
S :-
31
Kolaborasi pemberian obat
S: -
O : TD : 120/80 mmHg
RR : 16X/menit
Suhu : 36,5 c
Nadi : 75x/menit
2. A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan Intervensi
Monitor nilai laboratorium khususnya
Hemoglobin
Monitor kandungan nutrisi dan kalori
pada asupan makanan pasien
Timbang berat badan pasien pada
Interval yang tepat
Berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan cara
memenuhinya
Ajarkan metode untuk perencanaan
makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Menentukan diit yang tepat
P:Lanjutkan intervensi
DATA FOKUS
32
DS:Pasien Mengatakan “sudah tidak ada keluhan
yang dirasakan,lukanya kok tidak sembuh-
sembuh”
DO:-TD:110/80 N:84x/menit
-S :36,40C RR:20x/menit
1
DS:Pasien mengatakan”kenapa lukanya bapak
kok tidak sembuh sembuh mba”
SOAP DATANG
S:Pasien Mengatakan “sudah tidak ada keluhan
3 yang dirasakan,lukanya kok tidak sembuh-
sembuh”
O:-TD:110/80 N:84x/menit
0
-S :36,4 C RR:20x/menit
1 P:Lanjutkan Intervensi
Monitor proses penyembuhan di
daerah sayatan
Monitor sayatan untuk tanda dan gejala
infeksi
Monitor kondisi balutan pasien
Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, edema atau drainase
Ajarkan kepada pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi pemberian obat
33
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan Intervensi
2 Monitor nilai laboratorium khususnya
Hemoglobin
Monitor kandungan nutrisi dan kalori
pada asupan makanan pasien
Timbang berat badan pasien pada
Interval yang tepat
Berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan cara
memenuhinya
Ajarkan metode untuk perencanaan
makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Menentukan diit yang tepat
P:Lanjutkan Intervensi
Monitor adanya tanda dan gejala
3 infeksi sistemik dan lokal
Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, edema atau drainase
SOAP PULANG
S: DS:-
34
A:Masalah belum teratasi
P:Lanjutkan intervensi
Monitor proses penyembuhan di daerah
1 sayatan
Monitor kondisi balutan pasien
Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, edema atau drainase
Ajarkan kepada pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
Kolaborasi pemberian obat
P:Lanjutkan Intervensi
Monitor nilai laboratorium khususnya
Hemoglobin
Monitor kandungan nutrisi dan kalori
pada asupan makanan pasien
Timbang berat badan pasien pada
Interval yang tepat
Berikan informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan cara
memenuhinya
Ajarkan metode untuk perencanaan
makan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Menentukan diit yang tepat
35
O: Tamapak mengangguk saat dijelaskan
Tidak terdapat kemerahan di area sekitar luka
Yang dibalut
3 P:Lanjutkan Intervensi
Monitor adanya tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Periksa kulit dan selaput lendir terkait
dengan adanya kemerahan, kehangatan
ekstrim, edema atau drainase
Anjurkan untuk istirahat
DAFTAR PUSTAKA
36