Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data kematian dan penyebab kematian merupakan salah satu elemen
indikator kesehatan. Data kematian dan penyebab kematian, penting bagi
rumah sakit untuk evaluasi pelayanan kesehatan, dan bahan perencanaan
kesehatan bagi institusi kesehatan masyarakat (Huffman, 1994). Pencatatan
kematian sangat diperlukan untuk formulasi kebijakan dan pengembangan
program, menetapkan prioritas kesehatan, evaluasi efektivitas program dan
untuk riset.
Penentuan penyebab dasar kematian atau underlying cause of death
(UCoD) sesuai standar internasional dilaksanakan sesuai dengan aturan
dalam ICD-10. Aturan tersebut menjelaskan bagaimana prosedur
ditentukannya UCoD dari suatu rangkaian kondisi atau diagnosis. Penentuan
UCoD yang tepat tidak lepas dari peran dokter dalam menentukan rangkaian
diagnosis dalam Formulir Keterangan Penyebab Kematian (FKPK) dan coder
dalam melakukan koding mortalitas.
Pelaksanaan pencatatan kematian dan penyebab kematian dalam sistem
registrasi vital, terutama pencatatan kematian merupakan hal yang belum
umum di masyarakat Indonesia. Selama ini, evaluasi kesehatan dilakukan
berdasarkan data sensus atau survei yang mempunyai berbagai
keterbatasan untuk dapat digunakan oleh pemerintah daerah. Meskipun
demikian, peraturan tentang registrasi kematian sudah dikeluarkan dalam
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri Dan Menteri Kesehatan Nomor 15
Tahun 2010 Nomor 162/MENKES/PB/I/2010 Tentang Pelaporan Kematian
Dan Penyebab Kematian, serta Undang-undang No. 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan.
Guna menjamin ketersediaan data angka kematian dan penyebab
kematian yang akurat dan update, Balitbangkes Kementerian Kesehatan
telah memulai inisiasi pengembangan pelaporan penyebab kematian melalui
kegiatan “Indonesia Mortality Registration System Strengthening Project
(IMRSSP)” di 28 kabupaten/kota. Kota Yogyakarta merupakan salah satu
daerah sentinel pengembangan yang sudah melaksanakan registrasi
kematian. (Sulistyowati dan Senewe, 2014).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di UPT RS Pratama
Yogyakarta, kegiatan koding kematian dan pengisian formulir keterangan
penyebab kematian belum dilaksanakan. Hal tersebut mengakibatkan
kegiatan pelaporan kematian dan penyebab kematian (mortalitas) belum
dapat dilaksanakan. UPT RS Pratama Yogyakarta hanya melakukan
pengisian surat keterangan kematian. Berdasarkan hasil wawancara dengan
petugas rekam medis, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor seperti
banyaknya koding pasien BPJS dan pemilihan underlying cause of death
memerlukan waktu yang cukup lama dan sulit.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik membuat
perancangan produk desain user interface sebagai salah satu komponen
penting dalam membangun sistem seleksi underlying cause of death berbasis
web. Desain user interface akan sangat berpengaruh pada pengguna dalam
menggunakan atau berkomunikasi dengan sistem. Pada perancangan produk
ini, peneliti hanya membuat rancangan desain user interface.
B. Rumusan Ide Perancangan
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan ide perancangan produk
adalah “Bagaimana merancang desain user interface sistem seleksi
underlying cause of death berbasis web di UPT RS Pratama Yogyakarta?”.
C. Batasan Masalah
Perancangan sebuah sistem mempunyai tahapan proses yang panjang.
Proses perancangan dimulai dari tahap analisis hingga tahap maintenance.
Oleh karena itu, perancangan yang akan dilakukan oleh perancang akan
dibatasi. Batasan masalah untuk perancangan ini adalah tahap desain user
interface.
D. Tujuan Perancangan
1. Tujuan Umum
Menghasilkan desain user interface sistem seleksi underlying cause of
death berbasis web di UPT RS Pratama Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kebutuhan pengguna sistem seleksi underlying
cause of death berbasis web di UPT RS Pratama Yogyakarta.
b. Merancang dan membuat Diagram Konteks, Data Flow Diagram
(DFD) level 0 dan 1, serta desain user interface sistem seleksi
underlying cause of death berbasis web di UPT RS Pratama
Yogyakarta.
E. Manfaat Perancangan
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
1) Mempermudah petugas dalam pemilihan underlying cause of
death.
2) Mempermudah rumah sakit dalam memperoleh data mortalitas
untuk pelaporan.
b. Bagi Perancang
Sebagai tambahan ilmu dan pengalaman dalam merancang sistem
seleksi underlying cause of death.
2. Manfaat Teoritis
a. Institusi Pendidikan
Menjadi acuan pembelajaran untuk mengembangkan sistem informasi
guna merubah seleksi underlying cause of death manual ke seleksi
elektronik.
b. Perancang Lain
Sebagai bahan referensi untuk merancang atau mengembangkan
sistem informasi yang serupa.
F. Keaslian
Beberapa perancangan memiliki hubungan dengan perancangan ini yang
telah dilakukan sebelumnya dan dapat menjadi acuan serta bahan masukan
bagi peneliti, antara lain:

No Judul Nama Persamaan Perbedaan


1 Desain Tampilan Al Wafi Perancangan Desain
Antarmuka Rahmaputri desain utama antarmuka
Electronic Health Adianingrum antarmuka pada bagian
Record Untuk (2015) berbasis web pelaporan
Pelaporan Internal internal
di Rumah Sakit sedangkan
Universitas perancangan
Gadjah Mada ini desain
desain user
interface
sistem seleksi
underlying
cause of
death. Tempat
perancangan
di Rumah Sakit
Universitas
Gadjah Mada
2 Perancangan Faizul Ghofari Perancangan Perancangan
Antarmuka A (2015) antarmuka berbasis
aplikasi reservasi aplikasi pada android.
rawat jalan rumah sakit Sedangkan
berbasis perancangan
smarthpone di RS ini berbasis
Panti Rapih web. Tempat
Yogyakarta perancangan
pada Rumah
Sakit Panti
Rapih.
3 Perancangan Gita Fitrianti Perancangan Perancangan
Sistem Informasi (2014) antarmuka lebih luas
Rekam Medis dengan
Berbasis merancang
Elektronik Rumah diagram arus
Sakit Khusus Paru data dan tabel
Respira basis data
Yogyakarta selain
perancangan
antarmuka.
Tempat
perancangan
di Rumah Sakit
Khusus Paru
Respira
Yogyakarta.

G. Gambaran Umum Lokasi Perancangan


Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rumah Sakit Pratama merupakan rumah
sakit di bawah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. Rumah sakit yang
beralamat di Jalan Kolonel Sugiono Nomor 88, Yogyakarta 55153 ini
merupakan rumah sakit yang baru resmi beroperasi pada tahun 2016. UPT
RS Pratama didirikan di atas lahan Puskesmas Mergangsan dengan luas
3.271,26 m2 dan luas bangunan 10.085,09 m2.
UPT RS Pratama memiliki visi yaitu menjadi rumah sakit yang bermutu,
terjangkau, berbudaya, dan menjadi kebanggaan masyarakat kota
Yogyakarta. Untuk mencapai visi tersebut, UPT RS Pratama menetapkan dan
menjalankan misi, yaitu:
1. Mengedepankan keamanan dan keselamatan pasien dan petugas dalam
memberikan pelayanan.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan sesuai standar.
3. Memenuhi kebutuhan tenaga rumah sakit sesuai standar.
4. Meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan sumber daya
manusia rumah sakit secara berkesinambungan.
5. Membangun dan mengembangkan sistem informasi manajemen rumah
sakit dalam rangka mendukung pelayanan yang cepat, akurat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Meningkatkan komitmen bersama antar unit pelayanan untuk
mewujudkan pelayanan prima dan komprehensif.
7. Memberikan pelayanan kesehatan terstandar dan berorientasi kepada
kebutuhan pelanggan.
8. Mewujudkan manajemen rumah sakit yang unggul dan berbudaya.

UPT RS Pratama memiliki pelayanan yang cukup lengkap meskipun


merupakan rumah sakit tanpa kelas. Pelayanan di UPT RS Pratama, antara
lain:

1. Layanan Unit Gawat Darurat (UGD) 24 jam


Layanan ini ditangani oleh tim UGD yang terlatih dan cekatan. Petugas
yang bertugas memiliki sertifikat kegawatdaruratan, seperti Advanced
Cardiac Life Support (ACLS), Advanced Trauma Life Support (ATLS),
GELS, dan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD).
2. Pelayanan Poliklinik
UPT RS Pratama memberikan pelayanan poliklinik dari hari Senin hingga
Sabtu, dengan jam buka hari Senin hingga Kamis dari jam 7.30 sampai
14.30, hari Jumat dimulai jam 7.30 sampai 10.30 dan hari Sabtu, jam 7.30
sampai 11.00. Pelayanan di Polkinik meliputi klinik umum, klinik gigi, klinik
anak, klinik penyakit dalam, klinik kandungan dan kebidanan.
3. Pelayanan persalinan 24 jam
UPT RS Pratama memberikan pelayanan 24 jam kepada para ibu yang
kan melahirkan. UPT RS Pratama menyediakan dua buah ruangan
bersalin dengan fasilitas pendukung kegawatdaruratan maternal dan
perinatal. Pelayanan operasi Caesar juga disediakan. Ruangan
persalinan dibuat senyaman mungkin. Tempat tidur persalinan dan alat-
alat medis pendukung persalinan tersedia lengkap di ruangan ini.
4. Pelayanan bedah
Pelayanan bedah khususnya bedah kandungan dan kebidanan UPT RS
Pratama menyediakan dokter spesialis obsgin perempuan. Sedangkan
pelayanan bedah gigi dan mulut dilayani oleh dokter gigi spsialis bedah
mulut.
5. Pelayanan rawat inap
UPT RS Pratama menyediakan 80 tempat tidur. Ruang perawatan rawat
inap yang cukup luas dengan maksimal 6 tempat di setiap bangsal. UPT
RS Pratama melayani perawatan rawat inap untuk pasien anak, penyakit
dalam, kandungan dan kebidanan, bedah gigi dan mulut, perinatologi,
dan HCU.

6. Pelayanan penunjang
UPT RS Pratama menyediakan pelayanan penunjang berupa
laboratorium Patologi klinik, Radiologi (Rontgen dan USG), Farmasi,
Pemularasan jenazah dan unit Ambulance.
Layanan ini sudah dapat diakses secara langsung melalui jaminan kesehatan
yang ada baik jaminan Kesehatan Nasional (Jamkesnas), Jaminan
Kesehatan Sosial, (Jamkesos), Jamkesda, maupun Jaminan kesehatan
khsusus (Jamkesus) bagi penyandang Defabel.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Rekam Medis
1.1 Pengertian Rekam Medis
Dalam penjelasan Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang
dimaksud dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan
dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang Rekam Medis dijelaskan bahwa
rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan,
yang diperbaharui dengan Permenkes Nomor
269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis menyatakan rekam
Medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang pasien
yang berisi identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis lain
pada sarana pelayanan kesehatan untuk rawat jalan, rawat inap baik
dikelola pemerintah maupun swasta. Sedangkan menurut Huffman
EK, 1992 rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai
siapa, apa, mengapa, bilamana pelayanan yang diberikan kepada
pasien selama masa perawatan yang memuat pengetahuan
mengenai pasien dan pelayanan yang diperolehnya serta memuat
informasi yang cukup untuk menemukenali (mengidentifikasi) pasien,
membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya.
1.2 Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam Medis berdasarkan Hatta (1985) terdiri dari beberapa
aspek diantaranya aspek administrasi, legal, finansial, riset, edukasi
dan dokumentasi, yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Aspek administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena
isinya meyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung
jawab sebagai tenag medis dan paramedis dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan.
b. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena
catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk
merencanakan pengobatan /perawatan yang harus diberikan
seorang pasien.
c. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas
dasar keadilan, dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.
d. Aspek keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang karena isinya
menyangkut data dan informasi yang dapat digunakan dalam
menghitung biaya pengobatan/tindakan dan perawatan.
e. Aspek penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena
isinya menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan
dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
kesehatan.
f. Aspek pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan/
kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada
pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai
bahan/referensi pengajaran di bidang profesi kesehatan.
g. Aspek dokumentasi
Suatu berkas reka medis mempunyai nilai dokumentasi, karena
isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan
dan dipakai sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan
sarana pelayanan kesehatan.

1.3 Manfaat Rekam Medis


Manfaat rekam medis berdasarkan Permenkes Nomor
269/MenKes/Per/III/2008, tentang Rekam Medis adalah sebagai
berikut:
a. Pengobatan
Rekam medis bermanfaat sebagai dasar dan petunjuk untuk
merencanakan dan menganalisis penyakit serta merencanakan
pengobatan, perawatan dan tindakan medis yang harus diberikan
kepada pasien
b. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Membuat Rekam Medis bagi penyelenggaraan praktik
kedokteran dengan jelas dan lengkap akan meningkatkan
kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk
pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.
c. Pendidikan dan Penelitian
Rekam medis yang merupakan informasi perkembangan
kronologis penyakit, pelayanan medis, pengobatan dan tindakan
medis, bermanfaat untuk bahan informasi bagi perkembangan
pengajaran dan penelitian di bidang profesi kedokteran dan
kedokteran gigi.
d. Pembiayaan
Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk
menetapkan pembiayaan dalam pelayanan kesehatan pada
sarana kesehatan. Catatan tersebut dapat dipakai sebagai bukti
pembiayaan kepada pasien
e. Statistik Kesehatan
Rekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik
kesehatan, khususnya untuk mempelajari perkembangan
kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah penderita
pada penyakit- penyakit tertentu
f. Pembuktian Masalah Hukum, Disiplin dan Etik
Rekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga
bermanfaat dalam penyelesaian masalah hukum, disiplin dan
etik.

2. Underlying Cause of Death

2.1 Pengertian Underlying Cause of Death


Underlying Cause of Death (penyebab dasar kematian)
adalah sebab dasar terjadinya urutan sebab-sebab kematian.
Sebab dasar terjadinya kematian adalah keadaan penyakit atau
cedera sebagai pemicu urutan kejadian yang mengakibatkan
kematian, serta kecelakaan atau kekerasan yang menghasilkan
cedera fatal hingga mengakibatkan kematian. Penyebab dasar
kematian merupakan suatu penyakit/kondisi yang merupakan
awal dimulainya rangkaian perjalanan penyakit menuju
kematian, atau keadaan kecelakaan atau kekerasan yang
menyebabkan cedera dan berakibat dengan kematian.
Penyebab dasar kematian merupakan suatu kondisi, kejadian
atau keadaan yang tanpa penyebab dasar tersebut pasien tidak
akan meninggal. Dalam melaksanakan koding pada kasus atau
pasien meninggal ada beberapa bagian yang harus dipahami,
terutama pemilihan diagnosis utama penyebab kematian karena
tidak selalu diagnosis yang ditegakkan oleh dokter diakhir
episode perawatan merupakan penyebab langsung kematian.

2.2 Acuan Penentuan Underlying Cause of Death

Berikut beberapa hal yang bisa dijadikan acuan dalam


menentukan diagnosis kematian:

a. Penyebab langsung

Semua penyakit, kondisi morbiditas atau cedera serta


keadaan akibat kecelakaan yang langsung menyebabkan
atau turut serta menyebabkan kematian.

b. Penyebab antara

Bila lebih dari dua sebab terekam, harus dilakukan seleksi


sesuai aturan berdasarkan konsep sebab yang mendasari
kematian (Underlying cause of death).

c. Penyebab dasar
Sebab yang mendasari kematian (Underlying Cause of
Death) adalah sebagai berikut:

1) Penyakit atau cedera yang menimbulkan rangkaian


peristiwa morbiditas yang secara langsung
menyebabkan kematian.

2) Keadaan (akibat) kecelakaan atau kekerasan yang


menghasilkan cedera fatal.

2.3 Aturan Seleksi UcoD Dewasa

a. Aturan Dasar

1) Prinsip Umum (general principle)

Bila lebih dari satu kondisi diisi, maka untuk


menentukan sebab langsung pilih baris terbawah pada
bagian I.

Contoh: (a) Cerebral Haemorrhage

(b) Hypertension

(c) Chronic pyelonephritis

(d) Prostatic Adenoma

Pilih Prostatic Adenoma sebagai UCoD karena kondisi


pada bagian (d) menyebabkan (c), kondisi pada (c)
menyebabkan (b) dan kondisi pada (b) menyebabkan
(a).

2) Rule 1

Bila lebih dari 1 rangkaian yang berakhir pada kondisi


yang disebut pertama, pilih dari kejadian yang disebut
pertama. Contoh: (a) Bronchopneumonia
(b) Cerebral infarction and Hypertension heart

disease

Pilih Cerebral infarction and Hypertension heart


disease karena dapat menyebabkan
bronchopneumonia.

3) Rule 2

Bila tidak ada laporan kejadian yang berakhir pada


kondisi pertama, dipilih kondisi yang disebut pertama.

Contoh: (a) Fibrocytic disease of the pancreas

(b) Bronchitis and Bronchiectasis

Pilih Fibrocytic disease of the pancreas karena


Bronchitis and bronchiectasis tidak menyebabkan
Fibrocytic disease of the pancreas.

4) Rule 3

Bila kondisi yang dipilih pada prinsip umum, rule 1 atau


rule 2 adalah suatu akibat langsung dari kondisi atau
keluhan lain yang dilaporkan pada bagian I atau II, pilih
kondisi primer ini.

Diagnosa yang diklasifikasikan di C46 atau C81-C96


dipandang sebagai akibat langsung dari HIV. Tidak ada
asumsi demikian untuk neoplasma yang lain.

Contoh: I (a) Kaposi’s sarcoma

II AIDS

Maka yang dipilih adalah HIV disease resulting in


Kaposi’s sarcoma (B21.0)
b. Aturan Modifikasi

Dalam beberapa kasus sebab yang mendasari


kematian yang telah dipilih, dengan menggunakan aturan-
aturan di atas tidak terpakai atau informatif. Misalnya untuk
kondisi senilitas atau proses penyakit umum seperti
Aterosklerosis. Dalam hal ini diterapkan cara modifikasi
sesudah penggunaan prinsip umum, rule 1, rule 2, dan rule
3. Ada enam aturan modifikasi, yaitu:

1) Aturan A (Senilitas dan kondisi yang tidak jelas)

Jika penyebab terpilih adalah keadaan pada bab XVIII,


kecuali untuk keluhan yang diklasifikasikan di tempat
lain pada R00-R94 atau R96-R99, pilih kembali
penyebab kematian seperti penyebab tersebut tidak
diklasifikasikan pada bab XVIII.

2) Aturan B (Keluhan yang tidak begitu penting)

Jika penyebab kematian yang terpilih pada sertifikat


merupakan keluhan yang meragukan, pilih kembali
penyebab kematian seperti penyebab yang meragukan
tersebut tidak dilaporkan. Jika kematian terjadi akibat
reaksi berlebihan dan penatalaksanaan kondisi yang
meragukan tersebut, pilih reaksi berlebihan tersebut.

3) Aturan C (Keterkaitan)

Jika penyebab terpilih berkaitan dengan penyebab lain


akibat sifatnya atau catatan yang digunakan untuk
pengkodean penyebab kematian, gunakan kombinasi
keluhan tersebut. Jika hubungan antar 2 kondisi hanya
terjadi akibat satu keluhan disebabkan oleh keluhan
yang lain, kode kombinasi kedua keluhan tersebut
hanya jika hubungan sebab akibat dapat
dimungkinkan. Kemudian jika terjadi konflik dalam
kaitan 2 keluhan, kaitkan dengan keluhan lain yang
akan dipilih jika penyebab yang pertama dipilih tidak
dilaporkan, maka carilah kaitan lain yang
memungkinkan.

4) Aturan D (Kekhususan)

Jika penyebab terpilih menggambarkan keluhan


dengan keterangan yang lebih umum dan keluhan lain
yang lebih 17 spesifik dilaporkan pada sertifikat,
gunakan keluhan yang lebih spesifik.

5) Aturan E (Stadium awal dan lanjutan suatu penyakit)

Jika penyebab terpilih adalah keluhan awal penyakit


dan keluhan yang lebih parah tercantum pada
sertifikat. Aturan ini tidak berlaku untuk penyakit kronik
akibat penyakit akut kecuali sistem klasifikasi
memberikan catatan khusus.

6) Aturan F (Gejala sisa)

Jika penyebab kematian merupakan keluhan awal


yang mana dalam sistem klasifikasi merupakan gejala
sisa dari suatu penyakit dan ada bukti maka sebab
kematian memang terjadi akibat gejala sisa dari
penyakit tersebut.

2.4 Aturan Seleksi UcoD Perinatal

Dalam pemilihan UCoD untuk kasus kematian perinatal,


aturan dewasa tidak dapat diterapkan. Berikut merupakan
aturan seleksi UcoD untuk kasus perinatal:
a. Rule 1

Cara untuk kematian atau prematuritas yang dimasukkan


di (a). Contoh: Bayi lahir hidup, mati setelah 4 hari.

(a) Prematurity (P07.3)

(b) Spina bifida (Q05.9)

(c) Placental insuffisiensi

(d) –

Prematurity di beri kode pada (b) dan spina bifida pada (a).
Yang perlu dicatat kode Q pada (a) dan kode P pada (b).

b. Rule 2

Jika penyebab kematian terdiri dari dua atau lebih kondisi


yang dimasukkan pada bagian (a) atau (c), maka dapat di
reseleksi kembali. Contoh: bayi lahir mati sebelum lahir.

(a) Severe fetal malnutrition Light for dates


Antepartum anoxia

(b) –

(c) Severe pre eclampsia Placenta praevia

(d) –

(e) –

Light for dates dengan severe fetal malnutrition pada (a)


dan antepartum anoxia pada (b), severe pre eclampsia
pada (c) dan placenta praevia pada (d).

c. Rule 3
Jika pada sebab kematian tidak ada isian pada (a) atau (c)
maka pakailah aturan ke-3, yang menjadi sebab langsung
adalah yang dituliskan. Ini terjadi jika kondisi ibu tidak
diisi/diberi keterangan. Contoh: Bayi lahir hidup dan
meninggal pada menit 15.

(a) –

(b) Tentorial tear

(c) –

(d) –

Tentorial tear pada (a) dan pada (c) diisi xxx.x (artinya
kondisi ibu tidak dilaporkan).

d. Rule 4

Jika terdapat penulisan/ pengisian suatu kondisi pada


bagian yang salah maka aturan ke-4 ini yang digunakan,
dengan melakukan penempatan ulang, biasanya untuk
sebab langsung sudah benar. Contoh: Bayi lahir mati,
meninggal selama persalinan.

(a) Severe intrauterine hypoxia

(b) Persistent occipitoposterior

(c) –

(d) –

(e) –

Difficult forceps delivery Persistent occipitoposterior pada


(c), difficult forceps delivery pada (d).

3. Sistem
4.1 Pengertian Sistem

Sistem adalah sekelompok komponen dan elemen yang


digabungkan menjadi satu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada
banyak pendapat tentang pengertian dan definisi sistem yang
dijelaskan oleh beberapa ahli. Menurut Jogianto (2005:2), sistem
adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu
kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti tempat, benda
dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi. Menurut Indrajit
(2001:2), sistem adalah kumpulan-kumpulan dari komponen-
komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dengan
lainnya.

4.2 Karakteristik Sistem

Komponen atau Karakteristik sistem adalah bagian yang


membentuk sebuah sistem, diantaranya:

a. Objek, merupakan bagian, elemen atau variabel yang dapat


berupa benda fisik, abstrak atau keduanya.

b. Atribut, merupakan penentu kualitas atau sifat kepemilikian


sistem dan objeknya.

c. Hubungan internal, merupakan penghubungan diantara objek-


objej yang terdapat dalam sebuah sistem.

d. Lingkungan, merupakan tempat dimana sistem berada.

e. Tujuan, Setiap sistem memiliki tujuan dan tujuan inilah yang


menjadi motivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan,
sistem menjadi tidak terkendali. Tentu tujuan antara satu sistem
dengan sistem yang lain berbeda.

f. Masukan, adalah sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan


selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan tersebut
dapat berupa hal-hal yang tampak fisik (bahan mentah) atau
yang tidak tampak (jasa).

g. Proses, adalah bagian yang melakukan perubahan dari


masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai
(informasi) atau yang tidak berguna (limbah)

h. Keluaran, adalah hasil dari proses. Pada sistem informasi


berupa informasi atau laporan, dsb

i. Batas, adalah pemisah antara sistem dan daerah luar sistem.


Batas disini menentukan konfigurasi, ruang lingkup atau
kemampuan sistem. Batas juga dapat diubah atau dimodifikai
sehingga dapat merubah perilaku sistem.

j. Mekanisme pengendalian dan umpan balik, digunakan untuk


mengendalikan masukan atau proses. Tujuannya untuk
mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.

4. User Interface

User Interface merupakan sebuah bentuk tampilan yang berhubungan


langsung dengan pengguna dan user interface berfungsi untuk
menghubungkan antara pengguna dengan sistem operasi sehingga
komputer dapat dioperasikan. User interface juga dapat diartikan sebagai
cara seorang pengguna berinteraksi dengan komputer, tablet,
smartphone maupun perangkat elektronik lainnya. Dapat disimpulkan
bahwa user I\interface merupakan serangkai tampilan grafis yang dapat
dimengerti oleh pengguna komputer dan diprogram sedemikian rupa
sehingga dapat terbaca oleh sistem operasi komputer dan beroperasi
sebagaimana mestinya.

User Interface yang baik mampu memberikan pengalaman interaksi


yang dapat dimengerti dengan mudah oleh penggunanya (user friendly).
Untuk memudahkan, User Interface terdiri dari menu layar dan ikon,
keyboard shortcuts, mouse dan pergerakan gestur, command language.
Termasuk juga diantaranya komponen fisik untuk memasukan informasi
seperti mouse, keyboard, touchscreen, remote dan game control. Secara
umum, User Interface menyediakan cara untuk:

a. Input – pengguna memasukkan perintah dan memanipulasi sistem


dalam bentuk tulisan atau teks.

b. Output – sistem menujukkan efek dari perintah dan manipulasi


pengguna.

5. PHP MyAdmin

PHP MyAdmin adalah aplikasi web untuk mengelola database


MySQL dan database MariaDB dengan lebih mudah melalui antarmuka
(interface) grafis. Aplikasi web ini ditulis menggunakan bahasa
pemrograman PHP. Sebagaimana aplikasi-aplikasi lain untuk lingkungan
web (aplikasi yang dibuka atau dijalankan menggunakan browser), PHP
MyAdmin juga mengandung unsur HTML/XHTML, CSS dan juga kode
JavaScript. Aplikasi web ini ditujukan untuk memudahkan pengelolaan
basis data MySQL dan MariaDB dengan penyajian antarmuka web yang
lengkap dan menarik.

PHP MyAdmin merupakan aplikasi web yang bersifat open source


(sumber terbuka) sejak pertama dibuat dan dikembangkan. Dengan
dukungan dari banyak developer dan translator, aplikasi web
phpMyAdmin mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan
ketersediaan banyak pilihan bahasa. Sampai saat ini, ada kurang lebih 65
bahasa yang sudah didukung oleh aplikasi web phpMyAdmin.

Keberadaan phpMyAdmin yang dianggap sangat penting dan juga


sifatnya yang terbuka menjadikannya salah satu aplikasi yang selalu ada
di dalam cPanel (aplikasi populer untuk pengontrol website). Hal ini
menunjukkan bahwa penyedia web hosting (web hosting provider)
menaruh kepercayaan yang sangat bersar pada phpMyAdmin sebagai
salah satu aplikasi web yang dipasang (install) di server.
PHP MyAdmin menawarkan fitur yang mencangkup pengelolaan
keseluruhan server MySQL (memerlukan super-user) dan basis data
tunggal. phpMyAdmin juga mempunyai sistem internal untuk mengelola
metadata dan mendukung fitur-fitur untuk operasi tingkat lanjut. Melalui
sistem administrator, phpMyAdmin juga dapat mengelola users dan
sekaligus hak aksesnya (privilage). Nah, Anda yang kususnya bekerja
sebagai database administrator dengan MySQL sebagai basis data
pilihan, tidak ada salahnya menggunakan phpMyAdmin untuk kemudahan
pengelolaan.

B. Landasan Perancangan

Metode waterfall adalah pengerjaan dari suatu sistem dilakukan secara


berurutan atau secara linear. Secara garis besar, metode waterfall
mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisa Kebutuhan

Langkah ini merupakan analisa terhadap kebutuhan sistem.


Pengumpulan data dalam tahap ini bisa melakukan sebuah penelitian,
wawancara atau studi literatur. Sistem analis akan menggali informasi
sebanyak-banyaknya dari user sehingga akan tercipta sebuah sistem
komputer yang bisa melakukan tugas-tugas yang diinginkan oleh user
tersebut. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirment atau
bisa dikatakan sebagai data yang berhubungan dengan keinginan user
dalam pembuatan sistem. Dokumen ini lah yang akan menjadi acuan
sistem analis untuk menerjemahkan ke dalam bahasa pemrogram.

2. Desain Sistem

Tahapan dimana dilakukan penuangan pikiran dan perancangan sistem


terhadap solusi dari permasalahan yang ada dengan menggunakan
perangkat pemodelan sistem seperti diagram alir data (data flow
diagram), diagram hubungan entitas (entity relationship diagram) serta
struktur dan bahasan data.

3. Penulisan Kode Program

Penulisan kode program atau coding merupakan penerjemahan design


dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer. Dilakukan oleh
programmer yang akan meterjemahkan transaksi yang diminta oleh user.
Tahapan ini lah yang merupakan tahapan secara nyata dalam
mengerjakan suatu sistem. Dalam artian penggunaan komputer akan
dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean selesai maka
akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi. Tujuan
testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem
tersebut dan kemudian bisa diperbaiki.

4. Pengujian Program

Tahapan akhir dimana sistem yang baru diuji kemampuan dan


keefektifannya sehingga didapatkan kekurangan dan kelemahan sistem
yang kemudian dilakukan pengkajian ulang dan perbaikan terhadap
aplikasi menjadi lebih baik dan sempurna.

5. Penerapan Program dan Pemeliharaan

Perangkat lunak yang sudah disampaikan kepada pelanggan pasti akan


mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa karena mengalami
kesalahan karena perangkat lunak harus menyesuaikan dengan
lingkungan (periperal atau sistem operasi baru) baru, atau karena
pelanggan membutuhkan perkembangan fungsional.
C. Kerangka Konsep Perancangan
BAB III

METODE PERANCANGAN

A. Tema

Tema dari perancangan sistem yang akan dibuat adalah desain user
interface. Desain user interface yang akan dibuat adalah desain user
interface sistem seleksi underlying cause of death. Pemilihan topik
perancangan ini didasarkan pada belum terlaksananya pengisian sertifikat
kematian dan pemilihan atau seleksi penyebab dasar kematian (underlying
cause of death) yang menyebabkan terhambatnya pelaporan mortalitas.

B. Waktu dan Lokasi

Perancangan dilakukan dari bulan Januari 2019 sampai bulan Februari 2019.
Lokasi perancangan ini dilaksanakan di Unit Rekam Medis UPT Rumah Sakit
Pratama Yogyakarta.

C. Objek Rancangan

Objek perancangan ini adalah sistem seleksi underlying cause of death


berbasis web di UPT Rumah Sakit Pratama Yogyakarta.

D. Rencana Proses Pembuatan Rancangan

Pembuatan desain user interface sistem seleksi underlying cause of


death berbasis web di UPT Rumah Sakit Pratama Yogyakarta dilaksanakan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Masalah

Analisis masalah dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan unit


rekam medis di UPT RS Pratama dan mengetahui permasalahan apa
yang terjadi dan membutuhkan solusi.
2. Rencana Kebutuhan

Dilakukan pengumpulan data mengenai kebutuhan pengguna dengan


menggunakan metode wawancara dan observasi.

3. Diagram Konteks

Membuat diagram konteks untuk menggambarkan secara umum desain


user interface yang akan dibuat.

4. Data Flow Diagram

Membuat data flow diagram yang merupakan pemecahan atau


penjabaran dari diagram konteks sesuai dengan unit yang terkait.

5. Desain User Interface

Melakukan desain user interface sistem seleksi underlying cause of death


berbasis web di UPT Rumah Sakit Pratama Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA

Afriany N, R. Dan Purnama, B. (2016) Analisis dan Perancangan Sistem


Informasi Rekam Medis di Rumah Sakit Tk. IV dr. Bratanata Jambi. Jurnal
Manajemen Sistem Informasi. 1(2): 147-158.

Adianingrum, A.W.R. (2015) Desain Tampilan Antarmuka Electronic Health


Record untuk Pelaporan Internal di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada.
Tugas Akhir. Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.

Fitrianti, G. (2014) Perancangan Sistem Informasi Rekam Medis Berbasis


Elektronik Rumah Sakit Khusus Paru Respira Yogyakarta. Tugas Akhir.
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.

Ghofari, F. (2015) Perancangan Antarmuka Aplikasi Reservasi Rawat Jalan


Berbasis Smartphone di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Tugas Akhir.
Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada.

Iflahah, D., Aknuranda, I., dan Setiawan, N.Y. (2018) Analisis dan Perancangan
Sistem Informasi Rekam Medis Poli Gigi (Studi Kasus: Puskesmas
Sumbersari Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun). Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 2(6): 2121-2130.

Marthiawati, N. dan Mulyono, H. (2017) Analisis dan Perancangan Sistem


Electronic Medical Record (EMR) Berbasis Web pada Klinik Mata
Kambang. Jurnal Manajemen Sistem Informasi. 2(3): 695-715.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MenKes/Per/III/2008 Tentang Rekam


Medis.
WHO. (2010) International Statistical Classification of Diseases and Related
Health Problems 10th Revision Volume 2 Instruction Manual. Edisi 2010.
Geneva-Switzerland: Malta.

Anda mungkin juga menyukai